Anda di halaman 1dari 2

NAMA : BAIQ MELATI SEPSA WINDI AR

NIM : A1C019041

KELAS : A AKUNTANSI

MATKUL : AKUNTANSI MANAJEMEN

1) Distorsi Biaya
Distorsi biaya adalah pembebanan biaya yang terlalu tinggi (overstated atau
overrun) atau terlalu rendah (undersatted atau underrun) pada suatu objek biaya.
Distorsi tersebut terjadi dalam bentuk pembebanan biaya yang terlalu tinggi (cost
overstated atau cost overrun) untuk produk bervolume banyak dan pembebanan biaya
yang terlalu rendah (cost understated atau cost underrun) untuk produk yang
bervolume sedikit.

Distorsi biaya mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan


keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Dengan kata lain, sistem biaya tradisional
menjadi usang dalam lingkungan pemanufkturan maju.

Penentuan biaya produksi dengan metode traditional costing dapat


menimbulkan distorsi biaya produksi. Hal ini disebabkan karena metode tersebut
hanya mempergunakan satu macambasis pembebanan biaya untuk pemakaian sumber
daya, sementara setiap sumber daya yangberbeda dapat saja dikonsumsi berdasarkan
basis yang berbeda pula. Untuk mengatasi keterbatasan pada metode traditional
costing maka dikembangkan sistem biaya yang didasarkanpada aktivitas yang disebut
Activity Based Costing, yang didasari oleh asumsi bahwa aktivitasmengkonsumsi
biaya dan produk mengkonsumsi aktivitas.

Dengan demikian, penyebab dari dikonsumsinya biaya adalah aktivitas yang


dilakukan untuk membuat suatu produk, bukan produkitu sendiri. Maka dengan
metode Activity Based Costing pembebanan biaya tidak selalu dianggap proporsional
terhadap volume produk, melainkan proporsional terhadap pengkonsumsian
sumberdaya oleh aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam membuat produk tersebut.
Pemilihan aktivitas-aktivitas dan pemicu-pemicu biaya secara hati-hati merupakan
kunciuntuk memperoleh manfaat dari sistem Activity Based Costing.
Analytic Hierarchy Process merupakan salah satu metodologi yang mampu
menangani kriteria keputusan yang banyak dan konsisten untuk menentukan pemicu-
pemicu biaya dalam Activity Based Costing. Analytic HierarchyProcess mampu
membantu kekonsistenan munculnya problem-problem pemilihan pemicu
biayadengan kriteria keputusannya yang dinyatakan secara subyektif berdasarkan
pada pengalaman manajerial.

Penelitian yang membandingkan pembebanan biaya produksi tak langsung


metode traditional costing dengan metode Activity Based Costing pada Divisi
Produksi PT. Arka Footwear Indonesia ini menunjukkan bahwa dua dari tiga produk
yang dibuat perusahaan tersebut(Neckerman dan Osh Kosh B'Gosh) mengalami
distorsi undercosting masing-masing sebesar Rp.30,- dan Rp. 485,-. Sedangkan
produk lainnya (Adidas) mengalami distorsi overcosting sebesar Rp.3.048,-. Distorsi
biaya yang terjadi disebabkan karena metode traditional costing terlalu rendah
mengkalkulasikan biaya produksi tak langsung untuk produk Neckerman dan Osh
Kosh B'Gosh, dan terlalu tinggi mengkalkulasikan biaya produksi tak langsung untuk
produk Adidas. Hal ini disebakan karena metode traditional costing hanya
menggunakan satu jenispembebanan biaya yang sama untuk setiap produk yang
dihasilkan. Dengan metode Activity BasedCosting dapat ditelusuri aktivitas apa saja
yang dikonsumsi produk tersebut, sehingga dapat diketahui jumlah biaya yang
sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai