Anda di halaman 1dari 128

SKRIPSI

PENGARUH PRINSIP KONSERVATISME AKUNTANSI TERHADAP


KUALITAS LABA DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI
VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2018-2020)

SYAHRUL MUBIN
A1C017156

PROGRAM STUDI SARJANA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2022
PENGARUH PRINSIP KONSERVATISME AKUNTANSI TERHADAP
KUALITAS LABA DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI
VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2018-2020)

SKRIPSI
Untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pada Program Studi Sarjana (S-1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mataram

Oleh:

SYAHRUL MUBIN
A1C017156

PROGRAM STUDI SARJANA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2022

i
SKRIPSI

PENGARUH PRINSIP KONSERVATISME AKUNTANSI TERHADAP


KUALITAS LABA DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI
VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2018-2020)

OLEH:
NAMA : SYAHRUL MUBIN
NIM : A1C017156
JURUSAN : AKUNTANSI

Setelah membaca naskah skripsi ini dengan seksama, maka menurut pertimbangan
kami telah memenuhi syarat untuk diuji.

Mengetahui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Elin Erlina Sasanti., SE.,M.Acc.,Ak. Nurabiah, SE.,MMSI.


NIP. 198005252003122003 NIP. 198002122008122001

ii
Judul Skripsi : PENGARUH PRINSIP KONSERVATISME AKUNTANSI
TERHADAP KUALITAS LABA DENGAN CORPORATE
GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2018-
2020)
Nama Mahasiswa : SYAHRUL MUBIN
Nomor Mahasiswi : A1C017156
Jurusan : AKUNTANSI

Skripsi ini telah diterima sebagai kebulatan studi Program Strata (S1)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

Mataram, ……………..2022
Dekan, Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. Muaidy Yasin, MS. Baiq Anggun Hilendri, SE.,Ak.,M.Si


NIP. 196008101987311002 NIP. 197804142001122002

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan
judul: PENGARUH PRINSIP KONSERVATISME AKUNTANSI TERHADAP
KUALITAS LABA DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI
VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan
Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2018-2020). Dan
diajukan untuk diuji pada tanggal ………2021, adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini
tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol
yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang
saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian
atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan
orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil
tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan
tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil dari pemikiran
saya sendiri, berarti gelar, dan ijazah yang diberikan oleh Universitas batal saya
terima.

Mataram, ……………. 2022

Yang Memberi Pernyataan,

SYAHRUL MUBIN

NIM: A1C017156

iv
v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur saya panjatkan kepada

Allah SWT. Karena dengan limpahan Rahmat dan karuniaNya sehingga saya

dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Shalawat serta salam juga tak lupa

saya curahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW beserta keluarga

dan para sahabatnya yang telah mengajarkan umat manusia tentang ilmu

pengetahuan yang baik dan benar. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

kedua orang tua yang saya sayangi dan banggakan, Bapak Sulasih dan Ibu

Rusmini Asri atas segala perhatian, doa dan motivasi yang diberikan untuk

menyelesaikan skripsi ini. Saya juga ingin berterima kasih kepada berbagai pihak

yang turut memberikan sumbangan pikiran guna penyelesaian skripsi, dan turut

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu:

1. Rektor Universitas Mataram, Prof. Ir. H. Bambang Hari Kusumo, M.Agr.St.,

Ph.D atas kesempatan, waktu, dan izin yang diberikan untuk menempuh studi

pada Program studi sarjana (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Mataram.

2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mataram, Bapak Dr. Muaidy Yasin, MS

atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh studi pada program studi

sarjana (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram.

3. Ketua Jurusan Program studi sarjana (S1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Mataram, Ibu Baiq Anggun Hilendri L, SE., M.Si., Ak.atas

kesempatan yang diberikan untuk menempuh studi pada program studi sarjana

vi
(S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram.

4. Terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Elin Erlina Sasanti.,

SE.,M.Acc.,Ak. selaku Pembimbing Utama, atas waktu yang diberikan untuk

bimbingan, masukan-masukan serta saran yang diberikan sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan.

5. Kepada Ibu Nurabiah,SE.,MMSI selaku Pembimbing Pendamping, saya

ucapkan terima kasih atas bimbingan, kritikan, saran, masukan, kesabaran dan

juga dorongan untuk secepatnya menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Mataram atas semua ilmu, pengetahuan serta kenangan

yang telah diberikan khususnya Ibu Isnawati, SE.,MA. selaku Dosen

Pembimbing Akademik.

7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

atas bantuannya selama masa perkuliahan.

8. Seluruh keluarga besar yang saya sayangi, khususnya Ibu Bahyun, dan

saudara Ulya Habiburrahman yang telah banyak membantu dalam segala hal,

terima kasih atas pengorbanan baik materil maupun non materil, perhatian,

kesabaran, dukungan sumbangan tenaga, doa, saran, dan motivasi sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

9. Sahabat-sahabat saya yang luar biasa yang selalu ada untuk memberikan

motivasi, semangat, doa, dan dukungan yang luar biasa selama ini. Terima

kasih untuk semua waktu dan rasa kebersamaannya semoga kita semua bisa

sukses bersama. Aamiin Allahumma Aamiin.

vii
10. Teman-teman seperjuangan saya di kampus biru ini yaitu Kelas C Akuntansi

Reguler Pagi Angkatan 2017.

11. Kepada grup TMK (Roy, Dedi, Pandi, Ryan, dan Novian) yang selalu ada

untuk memberikan dukungan, semangat, dan motivasi agar skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang sangat membantu

dan memberikan motivasi kepada peneliti.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

untuk menyempurnakan penulisan ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi sumber bagi penulisan karya ilmiah

di masa mendatang.

Mataram, …………2022

Penulis

viii
PENGARUH PRINSIP KONSERVATISME AKUNTANSI TERHADAP
KUALITAS LABA DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI
VARIABEL PEMODERASI PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY PADA TAHUN 2018-2020

Syahrul Mubin
Jurusan S1 Akuntansi
syahrulmubin19@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konservatisme
akuntansi terhadap kualitas laba dengan good corporate governance sebagai
variabel pemoderasi pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian
asosiatif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menggunakan data
sekunder berupa laporan keuangan dari perusahaan real estate dan property yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2020. Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 79 perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah
19 sampel perusahaan yang diperoleh menggunakan metode porposive sampling,
sehingga didapatkan jumlah observasi sebanyak 57 perusahaan observasi selama
tiga tahun penelitian. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan analisis regresi moderasi menggunakan aplikasi software IBM SPSS 25.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh
positif terhadap kualitas laba, namun kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, komposisi komisaris independen dan komite audit sebagai
mekanisme good corporate governance tidak dapat memoderasi hubungan antara
konservatisme akuntansi dengan kualitas laba. Penelitian ini diharapkan dapat
digunakan bagi pihak manjemen maupun eksternal seperti kreditor dan investor
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Kata kunci: konservatisme akuntansi, kualitas laba, good corporate governance,


kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, komite
audit.

ix
THE EFFECT OF ACCOUNTING CONSERVATISM ON QUALITY OF
EARNINGS WITH CORPORATE GOVERNANCE AS MODERATING
VARIABELS IN REAL ESTATE AND PROPERTY COMPANIES LISTED IN
INDONESIA STOCK EXCHANGE 2018-2020

SYAHRUL MUBIN
Jurusan S1 Akuntansi
syahrulmubin19@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of accounting
conservatism on quality of earnings and to examine the moderating effect of
managerial ownership, institutional ownership, independent commissioners and
audit committees as good corporate governance mechanism on the relaitionship
between accounting conservatism and quality of earnings in real estate and
property companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2018-2020. This study
is an associative research with a quantitative approach that aims to determine the
relationship between two or more variables. This study uses secondary data in the
form of financial reports from real estate and property companies listed on
Indonesia Stock Exchange in 2018-2020. The population in this study amounted
to 79 companies. The sample use in this study found 19 samples of companies
obtained using porposive sampling method, so that the number of observations
was 57 companies observed during the three years of the study. The data
processing techniquein this study was carried out by moderated regression
analysis using IBM SPSS 25 application software. The result of this study show
that accounting conservatism has a positive effect on quality of earnings.
Managerial ownership, institutional ownership, independent commissioners and
audit commitees as moderating variables do not have a significant influence on
the relationship of accounting conservatism to quality earnings. This study used
for management and external parties such as creditors and investors as material
for consideration before making decisions

Keywords: accounting conservatism, quality of earnings, good corporate


governance, managerial ownership, institutional ownership, independent
commissioners, audit commitees.

x
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL
PRASYARAT GELAR......................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................ii
PENETAPAN TIM PENGUJI SKRIPSI..........................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...........................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................v
ABSTRAK.......................................................................................................viii
ABSTRACT........................................................................................................ix
DAFTAR ISI......................................................................................................x
DAFTAR TABEL.............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................10
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................11
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................12
1.4.1 Manfaat Teoritis............................................................12
1.4.2 Manfaat Praktis..............................................................12
1.4.3 Manfaat Kebijakan........................................................12

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS.......13


2.1 Landasan Teori...........................................................................13
2.1.1 Teori Keagenan.............................................................13
2.1.2 Teori Sinyal...................................................................16
2.1.3 Kualitas Laba.................................................................18
2.1.4 Konservatisme Akuntansi..............................................22
2.1.5 Good Corporate Governance........................................26
2.1.5.1 Kepemilikan Manajerial.......................................28
2.1.5.2 Kepemilikan institusional.....................................29
2.1.5.3 Komposisi Komisaris Independen.......................29
2.1.5.4 Komite Audit........................................................30
2.2 Penelitian Terdahulu...................................................................33

xi
2.3 Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis.................39
2.3.1 Rerangka Konseptual.....................................................39
2.3.2 Pengembangan Hipotesis...............................................42
2.3.2.1 Pengaruh Konservatisme Akuntansi
Terhadap Kualitas Laba..........................................42
2.3.2.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial
Memoderasi hubungan Konservatisme
Akuntansi dan Kualitas Laba.................................43
2.3.2.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional
Memoderasi hubungan Konservatisme
Akuntansi dan Kualitas Laba.................................44
2.3.2.4 Pengaruh Komposisi Komisaris
Independen Memoderasi hubungan
Konservatisme Akuntansi dan Kualitas Laba........45
2.3.2.5 Pengaruh Komite Audit Memoderasi
hubungan Konservatisme Akuntansi dan
Kualitas Laba..........................................................46

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................48


3.1 Jenis Penelitian...........................................................................48
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................48
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian..................................................48
3.4 Jenis dan Sumber Data...............................................................50
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran........................................51
3.5.1 Variabel Independen...................................................51
3.5.2 Variabel Dependen......................................................52
3.5.3 Variabel Pemoderasi...................................................53
3.5.3.1 Kepemilikan Manajerial....................................53
3.5.3.2 Kepemilikan Institusional..................................53
3.5.3.3 Komposisi Komisaris Independen.....................53
3.5.3.4 Komite Audit.....................................................54
3.6 Prosedur Analisis Data...............................................................54
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif........................................54
3.6.2 Uji Asumsi Klasik.......................................................55
3.6.2.1 Uji Normalitas......................................................56
3.6.2.2 Uji Multikolinieritas.............................................56
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas.........................................56
3.6.2.4 Uji Autokorelasi...................................................57
3.6.3 Moderated Regression Analysis..................................58
3.6.4 Koefisien Deretminasi (R2)..........................................59
3.6.5 Uji parameter Individual (Uji Statistik t)....................60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................61

xii
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian............................................61
4.2 Analisis Statistik Deskriptif........................................................63
4.3 Uji Asumsi Klasik......................................................................66
4.3.1 Uji Normalitas................................................................67
4.3.2 Uji Multikolinearitas.......................................................68
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas...................................................69
4.3.4 Uji Autokorelasi.............................................................71
4.4 Pengujian Hipotesis....................................................................72
4.4.1 Moderated Regression Analysis....................................72
4.5 Uji Kelayakan Model..................................................................76
4.5.1 Koefisien Determinasi....................................................76
4.5.2 Uji Signifikan Individu (Uji Statistik t)..........................77
4.6 Interpretasi Hasil Penelitian........................................................80
4.6.1 Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap
Kualitas laba...................................................................80
4.6.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap
Hubungan Konservatisme Akuntansi dan Kualitas
Laba................................................................................82
4.6.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap
Hubungan Konservatisme Akuntansi dan Kualitas
Laba................................................................................84
4.6.4 Pengaruh Komposisi Komisaris Independen
Terhadap Hubungan Konservatisme Akuntansi dan
Kualitas Laba..................................................................85
4.6.5 Pengaruh Komite Audit Terhadap Hubungan
Konservatisme Akuntansi dan Kualitas Laba.................87

BAB V PENUTUP........................................................................................89
5.1 Simpulan.....................................................................................89
5.2 Implikasi Penelitian....................................................................91
5.3 Keterbatasan dan Saran..............................................................92

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................94


LAMPIRAN.....................................................................................................102

xiii
DAFTAR TABEL

Hal.
Tabel 2.1 Indikator Kualitas Laba Penelitian Terdahulu................................19
Tabel 2.2 Indikator Konservatisme Akuntansi Penelitian Terdahulu.............24
Tabel 2.3 Indikator Good Corporate Governance Penelitian Terdahulu........31
Tabel 3.1 Penarikan Sampel Penelitian...........................................................49
Tabel 3.2 Kriteria Uji Autokorelasi (Uji Durbin-Watson)..............................57
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif...........................................................63
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas.......................................................................67
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas..............................................................68
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas..........................................................70
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas..........................................................71
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi.....................................................................72
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Moderasi.....................................................73
Tabel 4.8 Koefisien Determinasi (R2).............................................................76
Tabel 4.9 Hasil Uji Parameter Individual (Uji ststistik t)...............................78
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis.....................................................80

xiv
DAFTAR GAMBAR

Hal.
Gambar 2.1 Peta Penelitian Terdahulu.........................................................38
Gambar 2.2 Rerangka Konseptual................................................................41

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Hal.
Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian.................102
Lampiran 2 Data Sampel Penelitian..............................................................103
Lampiran 3 Data Uji Statistik Deskriptif......................................................104
Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas..................................................................105
Lampiran 5 Hasil Uji Multikolinearitas........................................................105
Lampiran 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pertama.......................................106
Lampiran 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Kedua.........................................106
Lampiran 8 Hasil Uji Autokorelasi...............................................................107
Lampiran 9 Hasil Analisis Regresi Moderasi...............................................107
Lampiran 10 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)........................................108
Lampiran 11 Hasil Uji Parameter Individuak (Uji Statistik t)........................108
Lampiran 12 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis........................................109

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan keluaran atau output dari proses akuntansi

yang disajikan oleh perusahaan berisi informasi terkait kondisi keuangan

perusahaan tersebut. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan merupakan

informasi yang penting bagi stakeholder dan pengguna informasi akuntansi baik

pihak internal yaitu manajer maupun pihak eksternal seperti kreditur, investor,

karyawan, pemerintah dan masyarakat. Pengguna laporan keuangan menjadikan

informasi akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan sebagai faktor penting

yang dijadikan alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Khotimah

(2016) menyatakan bahwa “laporan keuangan merupakan komponen informasi

dari sebuah perusahaan yang wajib dipublikasikan kepada pihak-pihak yang

membutuhkan sebagai bentuk pertanggungjawaban dari kinerja manajemen

perusahaan”. Oleh karena itu penyajian laporan keuangan harus dibuat dengan

memperhatikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku.

Menurut Kieso, Weygandt, and Warfield (2011) tujuan pelaporan

keuangan untuk tujuan umum adalah untuk memberikan informasi keuangan

tentang entitas pelaporan yang akan berguna bagi investor dan investor potensial

bagi entitas, debitur dan kreditur lainnya dalam pengambilan keputusan sesuai

kapasitas mereka sebagai penyedia modal. Laporan keuangan juga menunjukkan

apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban

manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

1
2

Elemen penting dalam laporan keuangan yang menjadi perhatian utama

adalah laporan laba rugi. Informasi yang terdapat didalam laporan laba rugi dapat

menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang

bermanfaat untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai

tujuan perusahaan yang ditetapkan sebelumnya. Menurut Sofian, Rasid, and

Mohammadghorban (2011), laba dianggap sebagai informasi paling signifikan

yang dapat memandu dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak yang

berkepentingan. Pentingnya informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi

perusahaan mendorong pihak manajemen untuk berusaha dengan sebisa mungkin

untuk menyusun laporan keuangan perusahaan terutama laporan laba rugi dengan

sebaik mungkin baik untuk kepentingan pihak internal maupun pihak eksternal.

Hal tersebut dapat memicu timbulnya konflik keagenan didalam perusahaan yang

disebabkan adanya asimetri informasi antara pihak principal dengan pihak

manajemen.

Menurut Jensen and Meckling (1976) dalam penelitian Tuwentina and

Wirama (2014), Teori keagenan menjelaskan bahwa terdapat hubungan

kontraktual berupa pendelegasian wewenang pengambilan keputusan dari

principal (pemilik) kepada pihak lain (agent). Baik agent maupun principal sama-

sama berusaha untuk memaksimalkan keuntungannya masing-masing berdasarkan

informasi yang dimiliki, oleh karena itu agent sebagai pihak pengelola perusahaan

cenderung mementingkan tujuannya sendiri yang dapat memberikan keuntungan

baginya dibandingkan bertindak sesuai dengan kepentingan principal (Khotimah,

2016). Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kualitas laba yang dilaporkan
3

perusahaan. Asimetri informasi dapat terjadi pada hubungan antara principal dan

agent dikarenakan perbedaan kepentingan diantara kedua pihak. Asimetri

informasi terjadi ketika Agent yang memiliki informasi dan akses langsung

mengenai kegiatan operasional perusahaan sementara principal memiliki

informasi yang terbatas mengenai kondisi operasional perusahaan. Hal ini dapat

menimbulkan konflik kepentingan karena kedua pihak memiliki kepentingan yang

sama yakni untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya atas pengelolaan

perusahaan. Brilianti (2013) menyatakan asimetri informasi merupakan salah satu

faktor yang dapat menyebabkan manipulasi laporan keuangan. Manipulasi yang

paling sering dilakukan adalah overstated laba. Overstatement dalam hal ini

berarti kecendrungan perusahaan melebih-lebihkan laba yang dilaporkan dalam

laporan keuangan sehingga tidak sesuai dengan keadaan perusahaan yang

sebenarnya.

Terdapat beberapa kasus overstatement di Indonesia salah satunya adalah

kasus PT Kimia Farma pada tahun 2002, dimana laba yang dilaporkan sebesar Rp

132 miliar sedangkan laba bersih tahunan sebenarnya sebesar Rp 99.594 miliar

yang artinya overstate laba bersih yang dilakukan perusahaan sebesar Rp 32.668

miliar (Akbar 2018). Selain itu terdapat pula kasus overstate laporan laba rugi

yang dilakukan oleh PT Hanson International Tbk yang bergerak dibidang

property dimana perusahaan melakukan pelanggaran akibat penjualan kavling

siap bangun dengan nilai kotor Rp 732 miliar yang diakui secara akrual penuh

oleh perusahaan pada laporan keuangan tahunan per 31 Desember 2016. Selain itu

perusahaan juga tidak mengungkapkan perjanjian pengikatan jual beli kavling


4

siap bangun di Perumahan Serpong Kencana tertanggal 14 juli 2016 kepada

auditor sehingga pendapatan perseroan pada tahun buku 2016 menjadi overstate

dengan nilai material Rp 613 miliar (Ariyanti 2019).

Kasus lainnya PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatat laba

bersih yang salah satunya ditopang oleh kerja sama antara Garuda dan PT Mahata

Aero Terknologi. Kerja sama itu nilainya mencapai US$ 239,94 juta atau sekitar

Rp 3,48 triliun. Dana tersebut sejatinya masih bersifat piutang dengan kontrak

berlaku untuk 15 tahun ke depan, namun sudah dibukukan di tahun pertama dan

diakui sebagai pendapatan dan masuk ke dalam pendapatan lain-lain. Alhasil,

perusahaan yang sebelumnya merugi kemudian mencetak laba. Setelah dilakukan

penyesuaian pencatatan maskapai penerbangan nasional ini akhirnya mencatatkan

kerugian US$ 175 juta atau setara Rp 2,53 triliun. Ada selisih US$ 180 juta dari

yang disampaikan dalam laporan keuangan perseroan tahun buku 2018. Pada

2018 perseroan melaporkan untung US$ 5 juta atau setara Rp 72,5 miliar (Sandria

2021). Kemudian kasus manipulasi laporan keuangan Tiga Pilar Sejahtera Food

Tbk (AISA) 2017 dilakukan dengan menggelembungkan (overstatement) piutang

enam distributor dari yang sebenarnya Rp 200 miliar menjadi Rp 1,6 triliun.

Adapun keenam distributor yang sejatinya merupakan milik Stefanus Joko

Mogoginta yang merupakan mantan direksi perusahaan justru dicatat sebagai

pihak ketiga (Supriyatna and Djailani 2021). Ditemukannya kasus tersebut

menyebabkan perlunya penerapan prinsip konservatisme dalam pelaporan

keuangan perusahaan. Prinsip konservatisme dapat berperan dalam menangani


5

konflik keagenan dan mencegah terjadinya asimetri informasi dalam pelaporan

keuangan perusahaan.

Dalam praktiknya prinsip konservatisme akuntansi menerapkan prinsip

kehati-hatian terhadap suatu keadaan yang tidak pasti untuk menghindari

optimisme yang berlebihan dari pihak agent serta principal. Konservatisme

mengharuskan perusahaan untuk tidak mengakui laba sebelum terjadi dan

diharuskan mengakui kerugian yang sangat mungkin terjadi (Veronica, 2013).

Konservatisme akuntansi adalah praktik yang mengurangi laba saat perusahaan

mengalami bad news dan tidak menaikkan laba saat perusahaan menghadapi good

news (Basu, 2009). Terdapat pro dan kontra terkait dengan konservatisme

akuntansi yang dapat dilihat dari beberapa penilian terdahulu misalnya Alfian dan

Sabeni (2013) dalam Akbar (2018) yang menyatakan bahwa penerapan prinsip

konservatisme akuntansi merupakan kendala yang dapat mempengaruhi

kebenaran informasi dalam laporan keuangan. “Apabila metoda yang digunakan

dalam penyusunan laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang sangat

konservatif, maka hasilnya cenderung bias dan tidak mencerminkan kenyataan”

(Andreas et al. 2017). Sedangkan dalam penelitian Hibatullah (2016) menyatakan

bahwa penerapan konservatisme akuntansi memberikan informasi laba yang lebih

berkualitas karena prinsip ini membantu pengguna laporan keuangan dengan

menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Hal ini menunjukkan bahwa

penerapan prinsip konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan memiliki

manfaat dalam menghindari perilaku optimisme pihak manajer (agent) yang dapat

mempengaruhi nilai aset, pendapatan maupun laba perusahaan untuk kepentingan


6

pribadi serta dapat menimbulkan kesalahan bagi pihak lain yang menggunakan

laporan keuangan dalam pertimbangan pengambian keputusannya. Oleh karena

itu, konservatisme akuntansi berperan penting dalam menetralisir dan membatasi

sikap optimisme tersebut.

Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Veronica (2013),

Khotimah (2016), Hibatullah (2016), Kurniawan and Suryaningsih (2019),

Wulandari and Bambang (2014) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan

positif antara konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba yang berarti semakin

tinggi penerapan konservatisme akuntansi dalam pelaporan keuangan perusahaan

akan meningkatkan kualitas laba yang dihasilkan perusahan itu sendiri.

Sedangkan dalam Purbasari (2020), Igustia, Puspa, and Yunilma (2020)

menunjukkan hasil yang berbeda yakni konservatisme tidak berpengaruh terhadap

kualitas laba. Sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel lain

sebagai variabel pemoderasi.

Di dalam perusahaan, prinsip konservatisme dapat ditentukan oleh pihak

internal perusahaan seperti, komitmen manajemen dalam menyediakan informasi

yang transparan, akurat serta tidak menyesatkan investor. Hal tersebut

berimplikasi terhadap tingkat konservatisme tiap perusahaan yang berada pada

tingkatan yang berbeda-beda. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hal tersebut

merupakan suatu bagian dari implementasi dari good corporate governance.

Implementasi good corporate governance dilakukan oleh semua pihak dalam

perusahaan dengan dewan yang bertugas mengawasi kinerja serta mengelola

perusahaan (Veronica, 2013). Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik
7

atau dikenal juga dengan sebutan good corporate governance diharapkan mampu

menjaga kualitas laporan keuangan dan mendapat penilaian yang baik oleh

investor. Unsur yang terdapat dalam mekanisme good corporate governance ini

dapat meningkatkan kualitas laba dan akan mengontrol sifat dan motivasi manajer

dalam melakukan kinerja operasional perusahaan. Oleh karena itu implikasi yang

timbul dari adanya good corporate governance yang kuat disuatu perusahaan

diduga akan mempengaruhi hubungannya dengan kualitas laba Rifani (2013).

Selanjutnya menurut Monk (2003) dalam penelitian Kaihatu (2006)

mendifinisikan good corporate governance sebagai sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk

semua stakeholder. Termasuk melindungi pihak pemegang saham eksternal dari

sikap oportunis manajemen maupun pemegang saham pengendali dalam

memanfaatkan sumber daya perusahaan dengan penerapan mekanisme legal.

Mekanisme good corporate governance dalam penelitian ini yaitu

kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen dan

komite audit. Kepemilikan manajerial merupakan saham perusahaan yang dimiliki

oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial akan menyelaraskan

kepentingan manajemen dengan pemegang saham, sehingga akan memperoleh

manfaat secara langsung dari keputusan yang diambil, selain itu menanggung

kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Proporsi

kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat memepengaruhi kebijakan

perusahaan (Novieyanti dan Kurnia, 2016). Kepemilikan institusional menurut

Tarjo (2008) dalam Sukirni (2012) adalah kepemilikan saham perusahaan yang
8

dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan

investasi, dan kepemilikan institusi lain. Komisaris independen Menurut Akbar

(2018) adalah anggota dewan komisaris lainnya dan merupakan pemegang saham

pengendali yang bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang dapat

mempegaruhi wewenangnya untuk bertindak secara independen demi kepentingan

perusahaan. Selanjutnya komite audit bertugas untuk memberikan pendapat

profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-

hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris serta mengidentifikasi

hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris (Novieyanti and Kurnia

2016).

Teori keagenan memberikan wawasan analisis untuk bisa mengkaji

dampak dari hubungan agent dengan principal atau principal dengan principal.

Tujuan dari dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu agar

pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan

biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga

profesional (Sutedi 2011). Ide dasar pengelolaan Teori keagenan memberikan cara

pandang baru mengenai corporate governance. Perusahaan ditunjukkan sebagai

suatu hubungan kerjasama antara prinsipal (pemegang saham atau pemilik

perusahaan) dan agen (manajemen). Adanya vested interest manajemen

mengakibatkan perlunya proses check and balance untuk mengurangi

kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh manajemen. Mekanisme yang

dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menerapkan tata

kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Good corporate


9

governance (GCG) merupakan bentuk pengelolaan perusahaan yang baik, dimana

didalamnya tercakup suatu bentuk perlindungan terhadap kepentingan pemegang

saham (publik) sebagai pemilik perusahaan dan kreditor sebagai penyandang dana

ekstern. Sistem corporate governance yang baik akan memberikan perlindungan

efektif kepada para pemegang saham dan kreditor untuk memperoleh kembali atas

investasi dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin, serta memastikan bahwa

manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk kepentingan

perusahaan (The Indonesian Institute for Corporate Governance 2004 dalam

Hamdani 2016). Teori keagenan tersebut mendorong munculnya konsep good

corporate governance (GCG) dalam pengelola bisnis perusahaan, dimana good

corporate governance (GCG) diharapkan dapat meminimumkan hal-hal tersebut

melalui pengawasan terhadap kinerja para agent. Good corporate governance

(GCG) memberikan jaminan kepada para pemegang saham bahwa dana yang

diinvestasikan dikelola dengan baik dan para agen bekerja sesuai dengan fungsi,

tanggung jawab dan untuk kepentingan perusahaan.

Penelitian tentang good corporate governance dilakukan oleh beberapa

peneliti dan mendapatkan hasil yang berbeda. Hasil penelitian Akbar (2018), Wati

and Putra (2017) menunjukkan bahwa mekanisme good corporate governance

berpengaruh terhadap hubungan kualitas laba dan konservatisme akuntansi.

Sedangkan Hibatullah (2016), Putri and Fitriasari (2017), Novieyanti and Kurnia

(2016), Tuwentina and Wirama (2014) menunjukkan bahwa mekanisme good

corporate governance tidak berpengaruh terhadap hubungan antara kualitas laba

dengan konservatisme akuntansi.


10

Kebaharuan dalam penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya

dengan topik bahasan yang sama adalah dalam penelitian ini menggunakan objek

penelitian perusahan-perusahaan yang bergerak pada sektor real estate dan

property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020.

Pemilihan perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) sebagai objek penelitian dikarenakan melihat perkembangan

perekonomian Indonesia saat ini yang telah bergerak ke arah peningkatan yang

dibuktikan dengan pembangunan infrastruktur penting oleh pemerintah yang

dapat menunjang kegiatan perekonomian di Indonesia. Infrastruktur yang

berkualitas akan bermanfaat bagi perusahaan yang bergerak pada bidang property

terutama pada perumahan mewah atau real estate karena akan merangsang

investor untuk berinvestasi di bidang ini, karena dengan infrastruktur yang baik

diharapkan mampu menjadikan real estate diterima oleh masyarakat, sehingga

baik untuk pengembangan, investor, maupun masyarakat dapat merasakan

manfaat dari infrastruktur yang berkualitas (Novari and Lestari 2016).

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul “Pengaruh Prinsip Konservatisme Akuntansi
terhadap Kualitas Laba dengan Corporate Governance sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2018-2020)”.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Apakah konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laba?


11

2. Apakah kepemilikan manajerial dapat memoderasi hubungan antara

konservatisme akuntansi dan kualitas laba?

3. Apakah kepemilikan institusional dapat memoderasi hubungan antara

konservatisme akuntansi dan kualitas laba?

4. Apakah komposisi komisaris independen dapat memoderasi hubungan

antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba?

5. Apakah komite audit dapat memoderasi hubungan antara konservatisme

akuntansi dan kualitas laba?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh konservatisme akuntansi terhadap kualitas

laba.

2. Untuk mengetahui apakah kepemilikan manajerial dapat memoderasi

hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba.

3. Untuk mengetahui apakah kepemilikan institusional dapat memoderasi

hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba.

4. Untuk mengetahui apakah komposisi komisaris independen dapat

memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba.

5. Untuk mengetahui apakah komite audit dapat memoderasi hubungan

antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba.


12

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian mengenai Pengaruh Prinsip Konservatisme Akuntansi

terhadap Kualitas Laba dengan Corporate Governance Sebagai Variabel

Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Real estate dan Property yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2018-2020 diharapkan dapat

meberikan manfaat, sebagai berikut :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

mengenai prinsip konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba serta

pengaruh good corporate governance terhadap hubungan keduanya.

Sekurang-kurangnya diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan

pemikiran bagi dunia pendidikan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mendorong

implementasi prinsip konservatisme akuntansi melalui mekanisme good

corporate governance untuk menjaga kualitas laba perusahaan sehingga

membantu semua pihak dalam dalam pengambilan kebijakan dan

keputusan bisnis.

1.4.3. Manfaat Kebijakan

Penelitian ini diharapkan membantu pemerintah sebagai bahan

pertimbangan atau masukan dalam menyusun kebijakan lebih lanjut terkait


13

penerapan prinsip konservatisme akuntansi dan good corporate governace

pada perusahaan real estate dan propety.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan

Teori keagenan pertama kali dikemukan pada penilitian Jensen dan

Meckling pada tahun 1976. Teori keagenan membahas terkait hubungan

kontraktual antara principal dan agent. Menurut Jensen and Meckling (1976)

hubungan keagenan muncul ketika satu orang atau lebih (principal)

mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan melakukan

pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut.

berdasarkan uraian tersebut teori keagenan didasari adanya hubungan kontrak

antara pihak agent yakni manajemen dan principal yang merupakan pemegang

saham, kreditor, dan investor. Principal merupakan pihak yang menanamkan

modal kepada perusahaan dan mengharapkan bertambahnya hasil keuangan dari

modal yang telah ditanamkan, dengan pihak agent yakni manajemen sebagai

pihak pengelola yang nantinya harus melaporkan laporan keuangan perusahaan

sebagai bentuk peranggungjawaban kepada pihak principal.

Dalam teori keagenan menjelaskan terdapat tujuan yang hendak dicapai

yaitu pertama, untuk meningkatkan kemampuan pihak principal dan agent

dalam mengavaluasi lingkungan atau hal-hal yang dijadikan pertimbangan

dalam menentukan keputusan yang harus diambil. Kemudian tujuan berikutnya

adalah untuk mengevaluasi hasil keputusan yang berguna untuk mempermudah

pengalokasian hasil sesuai dengan kontrak yang telah disepakati antara principal

14
15

dengan agent. Selanjutnya terdapat manfaat dari teori keagenan untuk

menciptakan mekanisme yang dapat menjamin kesamaan kepentingan antara

agent dan principal sehingga dapat mengurangi biaya keagenan. Mekanisme

yang digunakan untuk mengurangi biaya keagenan (agency cost) yaitu terkait

dengan faktor yang terkandung didalam corporate governance yang digunakan

untuk melakukan pengawasan terhadap pihak agent dalam mengelola suatu

perusahaan.

Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas

kepentingan mereka sendiri. Menurut Eisenhardt dalam penelitian Ujiyantho and

Pramuka (2007) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna

menjelaskan tentang teori keagenan yaitu: (1) manusia pada umumnya

mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir

terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)

manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar

manusia tersebut manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak

berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.

Hal tersebut menyebabkan terjadinya asimetri informasi karena perbedaan

informasi keuangan yang diketahui oleh manajemen (agent), dimana pihak

manajemen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak

principal. Sehingga berdampak pada timbulnya konflik kepentingan antar kedua

belah pihak yang sering disebut dengan konflik keagenan. Tuwentina and

Wirama (2014) mengatakan bahwa “Pentingnya informasi laba yang terkandung

dalam laporan keuangan perusahaan, menyebabkan para manajer berusaha


16

dengan segala cara untuk menyusun laporan keuangan sesempurna mungkin di

mata pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.”.

Berdasarkan uraian di atas, teori keagenan sangat mendukung variabel-

variabel yang diteliti dalam penelitian ini untuk mengatasi masalah konflik

keagenan. Diantaranya variabel-variabel yang sesuai dengan teori keagenan

adalah prinsip konservatisme akuntansi yang merupakan sikap kehati-hatian

dalam melaporkan kondisi keuangan perusahaan yang berfungsi untuk

membatasi pihak manajemen (agent) dalam melakukan tindakan membesar-

besarkan laba sehingga laba yang dihasilkan akan berkualitas baik karena sesuai

dengan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.

Variabel berikutnya merupakan variabel yang terdapat didalam good

corporate governance yaitu kepemilikan institusional yang merupakan

mekanisme pengawasan yang efektif terkait penentuan keputusan yang nantinya

akan diambil oleh pihak manajemen, selanjutnya, kepemilikan manajerial yang

berfungsi sebagai pemersatu kepentingan antara manajemen (agent) dan

pemegang saham, kreditor dan investor (principal), kemudian variabel

komposisi komisaris independen yang merupakan anggota dewan komisaris

lainnya dan merupakan pemegang saham pengendali yang bebas dari hubungan

bisnis dan hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi wewenangnya untuk

bertindak secara independen untuk kepentingan perusahaan, dan variabel

terakhir yaitu komite audit yang berfungsi untuk mengawasi proses pelaporan

keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi kebijakan yang akan diambil

oleh perusahaan, dan juga berkaitan dengan prinsip yang digunakan dalam
17

penyusunan laporan keuangan termasuk prinsip konservatisme. Berdasarkan

uraian keterkaitan diatas, maka variabel yang diteliti dalam penelitian ini

memiliki dasar teori yang sesuai.

2.1.2 Teori Sinyal

Teori sinyal pertama kali diperkenalkan oleh Michael Spence dalam

penelitiannya Spence (1973) menjelaskan bahwa pemilik informasi atau pihak

pengirim memberikan sinyal atau isyarat berupa informasi yang

menggambarkan kondisi suatu perusahaan yang bermanfaat bagi investor atau

pihak penerima. Penyajian informasi secara lengkap, relevan, akurat serta tepat

waktu menjadi unsur penting bagi perusahaan dalam memberikan informasi

kepada pihak investor dengan mencantumkan keterangan sebagai gambaran

mengenai keadaan perusahaan baik pada masa sebelumnya, masa kini, serta

masa yang akan datang. Yang menjadi dasar dari teori sinyal adalah adanya

asumsi bahwa informasi yang didapatkan oleh tiap pihak pengguna informasi

keuangan tidak sama. Dalam hal ini teori sinyal berkaitan dengan asimetri

informasi. Terdapat pendapat yang dikemukakan oleh Kurniyawati (2019)

“Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses

informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar

perusahaan”. Manajer sebagai pengelola perusahaan berkewajiban memberikan

informasi akuntansi yang akurat dan dapat diandalkan. Akan tetapi, terkadang

informasi yang disampaikan dan diterima oleh pihak luar perusahaan tidak

sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai

asimetri informasi. Adanya asimetri informasi antara manajemen sebagai agent


18

dengan principal yaitu pemegang saham, investor, dan pihak-pihak pengguna

informasi keuangan dalam teori sinyal menunjukkan manajemen perlu memberi

informasi perusahaan melalui penerbitan laporan keuangan yang dapat

diandalkan. Adanya kesamaan dengan pendapat menurut Rokhlinasari (2016)

“dorongan untuk mengemukakan informasi akuntansi yang dilakukan emiten

dikarenakan terdapat asimetri informasi antara manajemen (agent) dan

stakeholder (principal). Information asymmetry atau ketidaksamaan informasi

adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (lebih baik)

mengenai kondisi atau prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan

sinyal kepada stakeholder tentang informasi keuangan yang dapat dipercaya

yang akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan

datang”. Sinyal yang diberikan dapat berupa informasi mengenai tindakan yang

telah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik

perusahaan. Sinyal tersebut juga dapat berupa promosi atau informasi lain yang

menyatakan bahwa suatu perusahaan lebih baik dari perusahaan lain (Akbar

2018).

Pada penelitian ini teori sinyal berkaitan dengan variabel penelitian

konservatisme akuntansi dimana manajer selaku pengelola memberikan sinyal

berupa informasi bahwa mereka menerapkan prinsip konservatisme akuntansi

didalam laporan keuangan perusahaan yang menghasilkan laba yang lebih

berkualitas karena prinsip konservatisme akuntansi mencegah perusahaan

membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dalam


19

mengambil keputusan dengan menyajikan informasi laba dan aktiva yang sesuai.

Informasi keuangan yang diterima oleh pengguna laporan keuangan dapat

diterjemahkan sebagai sinyal yang baik (good news) atau sinyal yang buruk (bad

news). Perusahaan akan dianggap memiliki kualitas yang baik ketika perusahaan

memberi sinyal dengan cara melaporkan informasi keuangannya dengan tepat

waktu dan adanya peningkatan laba, sinyal yang diberikan oleh perusahaan

tersebut dianggap sebagai berita baik (good news). Namun perusahaan dianggap

memilki kualitas yang buruk apabila cenderung tidak tepat waktu dalam

melaporkan informasi keuangannya dan terdapat penurunan dari labanya, sinyal

yang diberikan oleh perusahaan tersebut dianggap sebagai berita buruk (bad

news).

2.1.3 Kualitas Laba

Menurut Irawati (2012) kualitas laba adalah laba dalam laporan keuangan

yang mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya.

Bellovary et al. (2005) dalam penelitian Sugianto and Sjarief (2018)

mengemukakan bahwa kuaitas laba mengacu pada kemampuan laba yang

dilaporkan untuk merefleksikan laba sebenarnya yang digunakan untuk

memprediksi laba yang akan datang, dengan mempertimbangkan stabilitas dan

persistensi laba. Schipper dan Vincent (2003) dalam Khotimah (2016)

mengklasifikasikan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara

menentukan kualitas laba, yaitu: Pertama, berdasarkan sifat runtun-waktu-laba,

kualitas laba meliputi: persistensi, prediktabilitas, dan variabilitas. Kedua,

kualitas laba, didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual, yaitu: rasio kas operasi
20

dengan laba, perubahan akrual total, estimasi abnormal/discretionary accruals,

dan estimasi hubungan akrual-kas. Ketiga, kualtas laba dapat didasarkan pada

konsep kualitatif kerangka konseptual dalam FASB. Keempat, kualitas laba

berdasarkan keputusan implementasi meliputi dua pendekatan.

Kualitas laba dalam penelitian ini menggunakan konstuk kualitas laba dan

pengukuran yang kedua, yakni kualitas laba yang didasarkan pada hubungan

laba-kas-akrual yang diproksikan dengan discretionary accruals. Berikut

beberapa penelitian terdahulu yang mengukur variabel kualitas laba.

Tabel 2.1

Indikator Kualitas Laba Penelitian Terdahulu

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Indikator

Variabel (Y)

1 Ellen Veronica Analisis Pengaruh Konservatisme Kualitas Laba

(2013) Akuntansi Terhadap Kualitas Akrual:

Laba Akrual Yang Dimoderasi Discretional

Oleh Good Corporate accruals

Governance

2 Putu Tuwentina Pengaruh Konservatisme Kualitas laba:

dan Dewa Gede Akuntansi dan Good Corporate Earnings Respons

Wirama (2014) Governance pada Kualitas Laba Coefficients

(ERC)

3 Shanty Sugianto Analisis Pengaruh Kepemilikan Kualitas Laba

dan Julianti Sjarief Manajerial, Proporsi Dewan Akrual:


21

(2018) Komisaris Independen, dan Discretional

Konservatisme Akuntansi accruals

Terhadap Kualitas Laba Serta

Pengaruhnya terhadap Nilai

perusahaan

4 Chusnul Khotimah Pengaruh Pertumbuhan Laba, Kualitas Laba

(2016) Konservatisme akuntansi, Akrual:

Investment Opportunitty Set, dan Discretional

Leverage Terhadap Kualitas Laba accruals

pada Perusahaan Manufaktur (Khotimah 2016)

Yang Terdaftar di BEI

5 Erwin Dzulfani Pengaruh Prinsip Konservatisme Kualitas laba:

Akbar (2018) Akuntansi Terhadap Kualitas Earnings Respons

Laba Dengan Corporate Coefficients

Governance Sebagai Variabel (ERC)

Pemoderasi

6 Christy Kurniawan Pengatuh Konservatisme Earnings Respons

dan Rosita Akuntansi,Debt to total Assets Coefficients

Suryaningsih Ratio, Likuiditas,Profitabilitas, (ERC)

(2018) dan Ukuran perusahaan terhadap

Kualitas Laba

7 Fathin Ulfatul Pengaruh Konservatisme Kualitas Laba

Ashma (2019) akuntansi Terhadap Kualitas Laba Akrual:


22

Akrual dengan Good Corporate Discretional

Governance Sebagai Variabel accruals

Pemoderasi Pada Perusahaan

Manufaktur

8 Qowi Hibatullah Pengaruh Konservatisme Kualitas Laba

(2016) akuntansi Terhadap Kualitas Laba Akrual:

Akrual dengan Good Corporate Discretional

Governance Sebagai variabel accruals

Pemoderasi

9 Rona Naula Pengaruh Good Corporate Kualitas Laba

Oktaviani, Governance Terhadap Kualitas Akrual:

Emrinaldi Nur, Laba dengan Manajemen Laba Discretional

Vince Ratnawati sebagai Variabel Intervening accruals

(2015)

10 Desak kadek Ega Pengarug Intelectual Capital dan Kualitas Laba

Dewi Julianingsih, Konservatisme Akuntansi Akrual:

Gede Adi Yuniarta, terhadap Kualitas Laba Discretional

Nyoman Trisna accruals

Herawati (2020)

Dalam peneltian ini untuk mengukur variabel kualitas laba menggunakan

discretionary accruals. Diskresioner total akrual dihitung menggunakan

Modified Jones’ Models. Menurut Dechow, Sloan, and Sweeney (1995)


23

Modified Jones’ Models dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik

dibandingkan dengan model-model lainnya. Nilai discretionary accruals yang

positif mengindikasikan kualitas laba yang rendah, sedangkan nilai discretionary

accruals yang negatif mengindikasikan kualias laba yang tinggi. Hal ini juga

mengacu pada beberapa penelitian terdahulu yaitu Veronica (2013), Hibatullah

(2016), Sugianto and Sjarief (2018), Khotimah (2016), Ashma’ and Rahmawati

(2019), Naula Oktaviani, Nur, and Ratnawati (2015), Julianingsih, Yuniarta, and

Herawati (2020).

2.1.4 Konservatisme Akuntansi

Konservatisme akuntansi merupakan prinsip mengenai kehati-hatian dalam

pelaporan keuangan. Dimana perusahaan tidak secepatnya mengakui dan

mengukur aset dan laba sebagai keuntungan, serta beban dan hutang yang

kemungkinan dapat terjadi dimasa mendatang sebagai kerugian (Akbar 2018).

Menurut Suharli (2006) dalam Sugianto an d Sjarief (2018) konservatisme

didefinisikan sebagai prinsip untuk melaporkan informasi akuntansi yang

terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan, serta

yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban. Kemudian

menurut Basu (1997) dalam penelitian Tumpal Manik (2017) konservatisme

didefinisikan sebagai tendensi yang dimiliki oleh seorang akuntan yang

mensyaratkan tingkat verifikasi yang lebih tinggi untuk mengakui laba (good

news in earnings) dibandingkan dengan mengakui rugi (bad news in earnings).

Konservatisme akuntansi menjadi masalah yang penting bagi pihak

investor dikarenakan pihak investor menggunakan informasi terkait laba yang


24

dilaporkan dalam laporan keuangan konservatif sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan investasi. Menurut Frestianti (2007) dalam Akbar

(2018) tujuan penerapan prinsip konservatisme akuntansi ini untuk mengurangi

optimisme dari pengguna laporan keuangan dan memberikan keuntungan

tersendiri bagi perusahaan dengan mengurangi biaya-biaya seperti pajak dan

biaya lainnya. Selanjutnya Watts (2003) dalam penelitian Tumpal Manik (2017)

menyatakan tiga tujuan konservatisme akuntansi antara lain adalah (1)

Membatasi manajer dalam berprilaku oportunistik. Manajer yang mempunyai

tanggungjawab terhadap laporan keuangan kepada investor dalam hal

pengambilan keputusan, membuat manajemen cenderung mempengaruhi angka-

angka dalam laporan keuangan untuk kepentingan manajemen. Dalam hal ini

konservatisme akuntansi bisa membatasi perilaku manajemen untuk bertindak

oportunistik, (2) Meningkatkan nilai perusahaan. Dengan membatasi adanya

perilaku oportunistik dari manajemen maka nilai perusahaan dapat meningkat,

(3) Mentaati peraturan, peraturan yang dibuat oleh penusun standar,

mengharuskan perusahaan melakukan penetapan metodan penilaian persediaan

pada harga fluktuatif.

Penman and Zhang (2002) mengemukakan bahwa konservatisme

akuntansi akan mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan

keuangan maupun kualitas akun finansial (asset dan hutang) yang dilaporkan

dalam neraca perusahaan. Dengan adanya prinsip konservatisme dalam proses

pelaporan keuangan maka laba yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang

tinggi dikarenakan konservatisme menyaratkan tingkat verifikasi yang lebih


25

tinggi untuk mengakui laba dibandingkan dengan mengakui rugi. Menurut

Herkulunus dan Wulandari (2015) dalam penelitian Akbar (2018) konservatisme

akuntansi berperan dalam menjaga penyajian laba perusahaan agar tidak

overstated dengan cara membatasi pihak manejemen (agent) dalam melakukan

praktik manipulasi sehingga mencegah tejadinya asimetri informasi antara agent

dan principal.

Konservatisme akuntansi dapat diukur dengan menggunakan beberapa

ukuran. Beberapa literatur menjelaskan berbagai cara untuk mengukur tingkat

konservatisme akuntansi dalam perusahaan. Proksi dari ukuran konservatisme

dapat berupa ukuran spesifik perusahaan yaitu ukuran berdasarkan nilai akrual

sesuai dengn Givoly dan Hayn (2000). Dan ukuran yang berdasarkan nilai pasar

sesuai dengan Beaver dan Ryan (2000). Selain itu konservatisme akuntansi juga

dapat diukur menggunakan ukuran asymmetric timeliness dari pengakuan laba

dan rugi (Tumpal Manik 2017).

Tabel 2.2

Indikator Konservatisme Akuntansi Terdahulu

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Indikator Variabel

1 Erwin Dzulfani Pengaruh Prinsip Akrual pada model

Akbar (2018) Konservatisme Akuntansi Givoly dan Hayn

Terhadap Kualitas Laba (2000), selisih antara

Dengan Corporate net income dan cash

Governance Sebagai flow from operation.

Variabel Pemoderasi
26

2 Sri Ayem, Elisabeth Pengaruh Konservatisme Givoly & Hayn (2000),

Elen Lori (2020) Akuntansi, Alokasi Pajak diukur menggunakan

Antar periode, dan conservatism based on

Investment Opportunity accrued item.

Set Terhadap Kualitas

Laba

3 Tumpal Manik Praktik Konservatisme Givoly & Hayn (2000),

(2017) Akuntansi Melalui diukur menggunakan

Mekanisme Good conservatism based on

Corporate Governance accrued item.

Terhadap Kualitas laba

4 Ida Ayu Triesni Konservatisme Akuntansi, Akrual pada model

Wulandari, Good Corporate Givoly dan Hayn

Bambang Suprasto Governance dan (2000), selisih antara

Herkulanus (2015) Pengungkapan Corporate net income dan cash

Social Responsibility Pada flow from operation.

Earnings Response

Coefficient

5 Desak kadek Ega Pengarug Intelectual Akrual pada model

Dewi Julianingsih, Capital dan Givoly dan Hayn

Gede Adi Yuniarta, Konservatisme Akuntansi (2000), selisih antara

Nyoman Trisna terhadap Kualitas Laba net income dan cash

Herawati (2020) flow from operation.


27

Pada penelitian ini, konservatisme akuntansi diukur menggunakan akrual

pada model Givoly dan Hayn (2000), yaitu selisih antara net income dan cash

flow from operation dibndingkan dengan total asset. Dimana apabila akrual

bernilai negatif, maka laba dapat digolongkan konservatif. Hal ini juga sesuai

dengan penelitian-penelitian sebelumnya seperti, Akbar (2018), Ayem and Lori

(2020), Tumpal Manik (2017), Wulandari and Bambang (2014), dan

Julianingsih et al. (2020).

2.1.5 Good Corporate Governance

Hibatullah (2016) corporate governance adalah suatu hubungan antara

stakeholder dengan manajemen perusahaan yang digunakan untuk menentukan

arah dan pengendalian kinerja operasional suatu perusahaan. Menyelaraskan

kepentingan antara manajemen perusahan dengan pemegang saham yang

bertujuan untuk menghasilkan keunggulan yang kompetitif bagi perusahaan

merupakan corporate governance yang efektif. Corporate governance

merupakan mekanisme untuk mengendalikan perilaku manajer melalui konsep

yang didaarkan pada teori keagenan, diajukan demi peningkatan kinerja

perusahaan melalui supervise atau monitoring kinerja manajemen dan

menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan

kerangkan peraturan (T.Wulandari 2010 dalam Akbar 2018).

Timbulnya corporate governance disebabkan oleh adanya masalah

keagenan atau konflik keagenan yaitu antara pemegang saham dengan pihak

manjemen. Corporate governance diyakini dapat menjadi solusi yang dapat


28

digunakan untuk mengendalikan konflik keagenan tersebut sehingga dapat

meningkatkan kualitas laba dan kinerja perusahaan. Rifani (2013) dalam

Naula Oktaviani et al. (2015) menyatakan bahwa dengan adanya tata kelola

perusahaan yang baik diharapkan kualitas laporan keuangan akan dinilai

dengan baik oleh investor. Unsur dan mekanisme corporate governance ini

dapat meningkatkan kualitas laba dan akan mengontrol sifat dan motivasi

manajer dalam melakukan kinerja operasional perusahaan. Oleh karena itu,

implikasi yang timbul dari adanya GCG yang kuat disuatu perusahaan diduga

akan mempengaruhi hubungan manajemen laba dan kualits laba.

Corporate governance berperan untuk mengendalikan pihak

manajemen dalam menjalankan praktik bisnis perusahaan serta memahami

dan menjalankan fungsi serta perannya sesuai dengan tanggungjawab dan

wewenang yang dimilikinya. Asyik and Thaharah (2016) menyatakan bahwa

mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur,

dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan

pihak yang melakukan kontrol dan pengawasan terhadap keputusan tersebut,

mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua kelompok. Pertama

mekanisme internal (internal mechanism), seperti komposisi dewan direksi

dan komisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. Kedua

adalah mekanisme eksternal (external mechanism) spesifik pada negara yang

terdiri atas aturan hukum dan pasar korporat.

Pada penelitian ini menggunakan proksi corporate governance

sebagai variabel pemoderasi adalah kepemilikan manajerial, komposisi


29

komisaris independen, kepemilikan imstitusional, dan komite audit. Hal ini

menunjukkkan adanya keterkaitan erat antara corporate governance dengan

teori keagenan yakni corporate governance digunakan untuk mengatasi

masalah keagenan atau konflik keagenan yang dihadapi perusahaan.

Corporate governance juga dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan

baiaya keagenan (agency cost) dengan melakukan pengawasan terhadap

pihak manajemen (agent) saat mengelola perusahaan.

2.1.5.1 Kepemilikan Manajerial

Menurut Downes dan Goodman (1999) dalam Sukirni (2012)

kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang juga berarti

dalam hal ini sebagai pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen

yang secara aktif ikut dalam proses pengambilan keputusan pada suatu

perusahaan yang bersangkutan. Dalam hal ini manajer memegang

peranan penting karena manajer melaksanakan perencanaan,

pengorganisasian, pegarahan, pengawasan serta pengambil keputusan.

Menurut Novieyanti and Kurnia (2016) kepemilikan manajerial akan

menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham,

sehingga akan memeperoleh manfaat secara langsung dari keputusan

yang diambi, selain itu menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari

pengambilan keputusan yang salah. Proporsi kepemilikan saham yang

dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan,

semakin besar proporsi saham yag dimiliki manajemen pada perusahaan,

maka manajemen cendrung lebih giat untuk memenuhi kepentingan


30

pemegang saham yang kenytaannya adalah dirinya sendiri. Hal ini

menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap

kualitas laba.

2.1.5.2 Kepemilikan Institusional

Menurut Tarjo (2008) dalam Sukirni (2012) kepemilikan

institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh

institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan

investasi, dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional

memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan

adanya kepemilikan institusonal akan mendorong peningkatan

pengawasan yang lebih optimal. Semakin besarnya jumlah kepemilikan

institusional akan berdampak pada kinerja pengawasan yang lebih ketat,

maka hal tersebut dapat mencegah kesempatan pihak manajemen yang

berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan mementingkan

kepentingan manajemen sendiri (Akbar 2018). Oleh karena itu,

kepemilikan institusional dapat memberikan dorongan kepada pihak

manajemen untuk menerapkan prinsip konservatisme akuntansi dalam

melakukan pelaporan keuangan perusahaan.

2.1.5.3 Komisaris Independen

Menurut Akbar (2018) komisaris independen adalah anggota

dewan komisaris lainnya dan merupakan pemegang saham pengendali


31

yang bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang dapat

mempegaruhi wewenangnya untuk bertindak secara independen demi

kepentingan perusahaan. Melakukan pengawasan secara independen

terhadap kinerja manajemen merupakan salah satu fungsi utama

komisaris independen sehingga dapat mengatasi masalah keagenan

yang muncul. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2016)

dalam Novieyanti and Kurnia (2016) bahwa dewan komisaris sebagai

organ perusahaan yang bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif

untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi

serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG, namun

dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan

operasional. Adanya komisaris independen dimaksudkan untuk

mendorong terciptanya iklim perusahaan dan lingkungan kerja yang

lebih objektif dan menempatkan kewajaran dan kesetaraan diantara

berbagai kepentingan termasuk kepentingan pemegang saham minoritas

dan stakeholder lainnya.

2.1.5.4 Komite Audit

Dalam rangka penyelengaraan pengelolaan yang baik (good

corporate governance), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) mewajibkan perusahaan publik untuk memiliki komite

audit. Komite audit bertugas untuk memberikan pendapat professional

yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal

yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris serta


32

mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris

Novieyanti and Kurnia (2016). Menurut Akbar (2018) komite audit

berperan penting dalam mengtasi masalah konflik keagenan karena

fungsi yang dimiliki oleh komite audit, yaitu berfungsi mengawasi

proses pelaporan keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi

kebijakan yang akan diambil perusahaan, dan juga berkaitan dengan

prinsip yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan termasuk

prinsip konservatisme. Prahasita (2016) mengemukakan bahwa komite

audit berupaya mengurangi kecurangan yang mungkin timbul sebagai

akibat dari konflik-konflik antarpihak yang berkepentingan didalam

perusahaan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa selain melakukan pengawasan terhadap laporan

keuagan, komite audit juga berfungsi dalam mengawasi pengendalian

internal perusahaan. Dengan adanya kontribusi tersebut, maka dapat

meningkatkan tingkat konservatisme akuntansi yang diterapkan dalam

proses pelaporan keuangan yang dilakkan perusahaan.

Tabel 2.3

Indikator Good Corporate Governance Terdahulu

No Penelitia (Tahun) Judul Penelitian Indikator Variabel

1 Ellen Veronica Analisis Pengaruh Good Corporate

(2013) Konservatisme Akuntansi Governance:

Terhadap Kualitas Laba Kepemilikan

Akrual Yang Dimoderasi manajerial,


33

Oleh Good Corporate Komposisi komisaris

Governance independen

2 Putu Tuwentina Pengaruh Konservatisme Good Corporate

dan Dewa Gede Akuntansi dan Good Governance: Indeks

Wirama (2014) Corporate Governance pada CGPI

Kualitas Laba

3 Erwin Dzulfani Pengaruh Prinsip  Good Corporate


Governance:
Akbar (2018) Konservatisme Akuntansi Rasio Kepemilikan

Terhadap Kualitas Laba manajerial, Rasio

Dengan Corporate kepemilikan

Governance Sebagai Variabel institusional, rasio

Pemoderasi komisaris

independen dan

Rasio Komite Audit.

4 Qowi Hibatullah Pengaruh Konservatisme Good Corporate

(2016) akuntansi Terhadap Kualitas Governance:

Laba Akrual dengan Good Kepemilikan

Corporate Governance manajerial,

Sebagai variabel Pemoderasi Komposisi komisaris

independen, Komite

Audit.

5 Ida Ayu Triesni Konservatisme Akuntansi,  Good Corporate


Governance:
Wulandari, Good Corporate Governance Indeks CGPI.
34

Bambang dan Pengungkapan Corporate

Suprasto Social Responsibility Pada

Herkulanus Earnings Response

(2015) Coefficient

Dalam penelitian ini untuk mengukur good corporate governance (GCG)

dasarkan pada rasio-rasio dari unsur GCG, yakni rasio kepemilikan manajerial,

rasio kepemilikan institusional, rasio komisaris independen dan rasio komite

audit. Hal ini juga didasarkan oleh penelitian terdahuu yang dilakukan oleh

Veronica (2013), Tuwentina and Wirama (2014), Hibatullah (2016), Akbar

(2018), (Wulandari and Bambang 2014).

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini didasarkan pada penilitian-penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, namun pada penelitian ini terdapat sedikit perbedaan dibandingkan

dengan penelitian-penelitian sebeblumnya terkait dengan lingkup dan bahasan

penelitiannya. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menjadi landasan

dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Penelitian Veronica (2013) meneliti tentang “Analisis Pengaruh

Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Akrual Yang Dimoderasi

Oleh Good Corporate Governance “. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konservatisme akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas

laba akrual. Sedangkan variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh

terhadap hubungan antara konservatisme dan kualitas laba akrual. Sehingga


35

tidak dapat dijadikan suatu variabel pemoderasi. Sama hal nya dengan

komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap hubungan antara

konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual.

Penelitian Tuwentina and Wirama (2014) tentang “Pengaruh

Konservatisme Akuntansi dan Good Corporate Governance pada Kualitas

Laba”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konservatisme akuntansi

berpengaruh positif terhadap kualitas laba sedangkan good corporate

governance tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Penelitian ini

menggunakan indeks CGPI sebagai indikator variabel good corporate

governance. Dimana indeks CGPI menunjukkan bahwa tidak berpengaruh

terhadap kualitas laba sehingga belum dapat digunakan oleh investor sebagai

acuan dalam menentukan kualitas dari laba yang disajikan perusahaan.

Penelitian Wulandari and Bambang (2014) tentang “Konservatisme

Akuntansi, Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social

Responsibility Pada Earnings Response Coefficient“. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel konservatisme akuntansi berpengaruh positif pada

earnings response coefficient. Good corporate governance juga berpengaruh

positif terhadap earnings response coefficient. Begitu pula dengan variabel

corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap earnings respose

coefficient.

Penelitian Khotimah (2016) tentang “Pengaruh Pertumbuhan Laba,

Konservatisme akuntansi, Investment Opportunitty Set, dan Leverage Terhadap

Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI”. Hasil


36

penelitian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan laba tidak berpengaruh

terhadap kualitas laba. Sedangkan konservatisme akuntansi berpengaruh

terhadap kualitas laba, begitu pula dengan variabel investment opportunity set

yang berpengaruh terhadap kualitas laba. Sedangkan leverage tidak berpengaruh

terhadap kualitas laba perusahaan manufaktur.

Penelitian Hibatullah (2016) meneliti tentang “Pengaruh Konservatisme

akuntansi Terhadap Kualitas Laba Akrual dengan Good Corporate Governance

Sebagai variabel Pemoderasi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konservatisme akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba akrual.

Sedangkan variabel kepemilikan manajerial sebagai mekanisme good corporate

governance tidak berpengaruh terhadap hubungan antara konservatisme

akuntansi dan kualitas laba. Sama hal nya dengan variabel komposisi komisaris

independen tidak berpengaruh terhadap hubungan antara konservatisme

akuntansi dan kualitas laba akrual. Variabel kualitas audit juga demikian tidak

berpengaruh terhadap hubungan antara konservatisme akuntansi dan kualitas

laba akrual. Sehingga tidaka dapat dijadikan variabel pemoderasi dalam

hubungan antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba.

Penelitian Tumpal Manik (2017) tentang “Praktik Konservatisme

Akuntansi Melalui Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kualitas

laba”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konservatisme akuntansi

berpengaruh signifikan terhadap kualias laba. Konservatisme akuntansi dengan

ukuran akrual dalam mekanisme corporate governance berpengaruh signifikan

terhadap kualitas laba, begitu pula dengan konsevatisme dengan ukuran pasar
37

dalam mekanisme corporate governance berpengaruh signifikan terhadap

kualitas laba.

Penelitian Akbar (2018) meneliti tentang “Pengaruh Prinsip

Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Dengan Corporate

Governance Sebagai Variabel Pemoderasi”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa variabel konservatisme akuntansi berpengaruh positif terhadap kualitas

laba perusahaan. Kemudian variabel kepemilikan manajerial yang merupakan

mekanisme good corporate governance dapat memoderasi hubungan antara

konservatisme akuntansi dengan kualitas laba. Yang berarti semakin tinggi

kepemilikan saham manajerial dapat meningkatkan kualitas laba perusahaan.

Kemudian variabel kepemilikan institusional juga dapat memoderasi hubungan

antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba. Begitu juga dengan variabel

komite audit yang dapat memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi

dan kualitas laba. Sedangkan variabel komposisi komisaris independen tidak

dapat memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba.

Penelitian Kurniawan and Suryaningsih (2019) meneliti tentang “Pengatuh

Konservatisme Akuntansi,Debt to total Assets Ratio, Likuiditas, Profitabilitas,

dan Ukuran perusahaan terhadap Kualitas Laba”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa konservatisme akuntansi yang diproksikan dengan CONNAC memiliki

pengaruh positif secara signifikan terhadap kualitas laba. Debt to assets ratio

juga berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laba. Variabel likuiditas

yang diproksikan dengan current ratio tidak memiliki pengaruh positif terhadap

kualitas laba. Profitabilitas yang diproksikan dengan return on assets memiliki


38

pengaruh positif terhadap kualitas laba. Sedangkan variabel ukuran perusahaan

tidak memiliki pengaruh positif terhadap kualitas laba.

Penelitian Julianingsih et al. (2020) tentang “Pengarug Intelectual Capital

dan Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa human capital tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas

laba. Structural capital juga tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas laba.

Capital employed juga tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas laba.

Sedangkan konsevatisme akuntansi memiliki pengaruh positif terhadap kualitas

laba. Hal ini mengindikasikan jika penggunaan konservatisme akuntansi dalam

pembuatan laporan keuangan mampu menaikkan kualitas laba.

Penelitian Ayem and Lori (2020) meneliti tentang “Pengaruh

Konservatisme Akuntansi, Alokasi Pajak Antar periode, dan Investment

Opportunity Set Terhadap Kualitas Laba”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

variabel konservatisme akuntansi berpengaruh signifikan positif terhadap

kualitas laba, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai konservatisme

akuntansi maka laba yang disajikan oleh pihak manajemen dalam laporan

keuangan perusahaan semakin berkualitas. Variabel alokasi pajak antar periode

tidak berpengaruh terhadap kualitas laba, hal ini menunjukkan bahwa kenaikan

atau penurunan nilai dari alokasi pajak antar periode tidak akan mempengaruhi

kualitas laba perusahaan. Sedangkan variabel investment opportunity set

berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laba, hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi peluang atau kesempatan investasi suatu perusahaan maka
39

kesempatan untuk bertumbuh juga semakin tinggi dengan demikian laba yang

dihasilkan dalam laporan keuangan juga semakin berkualitas.

Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat dibuatkan peta penelitian

terdahulu untuk mengetahui perbedaan variabel-variabel yang digunakan pada

penelitian-penelitian terdahulu sehingga dapat digambarkan pada 2.1 sebagai

berikut:

Profitabilitas Ukuran Debt to Likuiditas


Perusahaan Assets Ratio

6
Persistensi Kualitas Intellectual CSR
Laba Audit Capital

10 11
15

Konservatisme Akuntansi
1,2,3,4,5,6,7, Kualitas Laba
8,9,10,11,12
,13,14,15

Good Corporate Governance

Kepemilkian Manajerial

Kepemilikan Institusional

Komposisi Komisaris Independen

Komite Audit
40

4 4 4,12 12

Investment Alokasi Pajak


Leverage Pertumbuhan Opportubity Antar Periode
Laba Set

Gambar 2.1 Peta Penelitian Terdahulu

Keterangan:

1) Veronica (2013) 9) Naula Oktaviani et al. (2015)


2) Tuwentina and Wirama (2014) 10) Julianingsih et al. (2020)
3) Sugianto and Sjarief (2018) 11) Wulandari and Bambang
4) Khotimah (2016) (2014)
5) Akbar (2018) 12) Ayem and Lori (2020)
6) Kurniawan and Suryaningsih 13) Tumpal Manik (2017)
(2019) 14) Novieyanti and Kurnia (2016)
7) Ashma’ and Rahmawati( 2019) 15) Putri and Fitriasari (2017)
8) Hibatullah (2016)

2.3. Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Rerangka Konseptual

Rerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan yang

mencerminkan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya dari

penelitian yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu

variabel terikat (dependen), varabel bebas (independen), dan variabel penengah

(pemoderasi). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas laba (Y).

variabel independen yang digunakan yaitu konservatisme akuntansi (X1). Serta

variabel pemoderasi yaitu mekanisme good corporate governance yakni


41

kepemilikan manajerial (Z1), kepemilikaan institusional (Z2), komposisi

komisaris independen (Z3), dan komite audit (Z4).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konservatisme akuntansi

terhadap kualitas laba dengan menggunakan mekanisme good corporate

governance sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini menggunakan teori

keagenan yaitu teori yang didasari dari hubungan kontraktual anatar pihak agent

yaitu manajemen dan pihak principal yang merupakan pemegang saham, kreditor,

dan investor. Principal merupakan pihak yang menyetorkan modal kepada

perusahaan dan mengharapkan hasil keuangan yang bertambah yang kemudian

dikelola oleh pihak agent atau manajemen untuk kemudian

dipertanggungjawabkan melalui laporan keuanagan. Adanya perbedaan

kepentingan antara pikan agent dan principal mendorong timbulnya konflik

keagenan didalam perusahaan. Oleh karena itu konservatisme akuntansi dan

mekanisme good corporate governance dibutuhkan untuk menjaga agar tidak

timbulnya konflik keagenan yang dapat merugikan pihak principal. Penelitian ini

juga menggunakan teori sinyal sebagai dasar teori untuk menejelaskan variabel

penelitian konservatisme akuntansi dimana dalam laporan keuangan manajemen

memberikan sinyal berupa informasi bahwa mereka menerapkan prinsip

konservatisme akuntansi yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena

prinsip tersebut mencegah tidakan manajemen membesarkan laba dan aktiva yang

tidak overstate. Hal ini didukung oleh penelitian-peelitian terdahulu yang telah

dilakukan Veronica (2013), Tuwentina and Wirama (2014), Sugianto and Sjarief

(2018), Khotimah (2016), Akbar (2018), Kurniawan and Suryaningsih (2019),


42

Ashma’ and Rahmawati (2019), Hibatullah (2016), Wulandari and Bambang

(2014), Tumpal Manik (2017).

Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan model penelitian yang

menggambarkan kerangka konseptual sebagai panduan sekaligus alur pemikiran

seperti gambar 2.2 berikut:

Agency Theory and Signalling Theory


Veronica (2013), Tuwentina and Wirama
(2014), Sugianto and Sjarief (2018), Khotimah
(2016), Akbar (2018), Kurniawan and
Suryaningsih (2019), Ashma’ and Rahmawati
(2019), Hibatullah (2016), Wulandari and
Bambang (2014), Tumpal Manik (2017), Ayem
and Lori (2020), Novieyanti and Kurnia (2016)

Konservatisme Kualitas Laba


Akuntansi

Good Corporate Governance

Kepemilkian Manajerial

Kepemilikan Institusional

Komposisi Komisaris Independen

Komite Audit
43

Gambar 2.2 Rerangka Konseptual

2.3.2 Pengembangan Hipotesis

2.3.2.1 Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba

Konservatisme akuntansi bermanfaat untuk mengatasi terjadinya

konflik keagenan sehingga dapat mencegah terjadinya asimetri informasi dengan

cara membuat batasan bagi agent dalam melakukan praktik manipulasi laporan

keuangan dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan

informasi laba dan aktiva yang tidak overstate. Kondisi yang dapat

mempengaruhi kualitas laba adalah apabila terjadinya asimetri informasi antara

pihak agent yaitu manajemen dan pihak pemegang saham atau principal.

Apabila kualitas laba ditentukan secara konservatif maka ku alitas laba

dikatakan lebih tinggi dikarenakan lebih kecil kemungkinan pihak manajemen

melaporkan laba yang terlalu besar (overstate). Prinsip konservatisme juga

dianggap mampu mengurangi sikap optimisme pihak manajemen sehingga

mengurangi kemungkinan pihak manajemen menyajikan informasi keuangan

secara berlebihan. Dalam penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh

Veronica (2013) yang menunjukkan hasil bahwa konservatisme akuntansi

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laba akrual yang berarti kualitas

laba perusahaan akan lebih tinggi secara konservatif karena lebih kecil
44

kemungkinan kinerja kini dan perkiraan masa depan dinyatakan terlalu tinggi

(overstate). Hal ini didukung oleh penelitian Tuwentina and Wirama (2014)

yang menyatakan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap kualitas

laba. Sejalan dengan penelitian lainnya yang dilakukan Khotimah (2016), Akbar

(2018) dan penelitian Hibatullah (2016) yang meneliti bagaimana pengaruh

konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba perusahaan. Berdasarkan hal

tersebut peneliti menduga terdapat pengaruh positif konservatisme akuntansi

pada kualitas laba . hal ini dikarenakan prinsip-prinsip konservatisme akuntansi

yang berpihak pada kepentingan investor atau principal dengan cendrung

bersifat melindungi investor dari kesalahan pengambilan keputusan akibat

kekeliruan informasi laba perusahaan yang disajikan sehingga hipotesis yang

dirumuskan adalah:

H1: Konservatisme akuntansi berpengaruh positif terhadap kualitas laba.

2.3.2.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Memoderasi Hubungan

Konservatisme Akuntansi dan Kualitas Laba

Kepemilikan manajerial adalah besarnya jumlah persentase saham yang

dimiliki oleh pihak manajemen dalam sebuah perusahaan, yang dibandingkan

dengan seluruh saham yang beredar. Kepemilikan manajerial dapat

memepengaruhi kepentingan pihak manajer perusahaan yang juga merupakan

pemegang saham dari perusahaan itu sendiri sehingga dapat dikatakan adanya

kesamaan kepentingan terkait dengan saham perusahaan. Hal ini mendorong

manajemen untuk bertindak sesuai dengan kepentingan bersama baik bagi pihak

manajemen maupun pihak principal, oleh karena itu kepemilikan manajerial


45

menjadi faktor penting dalam mencegah terjadinya konflik keagenan dalam

perusahan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh

Susanti, Rahmawati, Aryani (2010) dalam penelitin Akbar (2018) menyatakan

kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadp kualitas laba, ditinjau dari

sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi

manajer perusahaan.

Peneltian lain yang dilakukan Novieyanti and Kurnia (2016) menyatakan

bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba dan

memiliki hubungan positif. Sama hal nya dengan penelitian Naula Oktaviani et

al. (2015) yang menunjukkan hasil penelitian bahwa kepemilikian manajerial

berpengaruh terhadap kualitas laba secara positif. Berdasarkan uraian diatas dan

hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya, maka dirumuskan

hipotesis :

H2: Kepemilikan manajerial dapat memoderasi hubungan antara

konservatisme akuntansi dengan kualitas laba

2.3.2.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional Memoderasi Hubungan

Konservatisme Akuntansi dan Kualitas Laba

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang

dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank,

perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional

memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya

kepemilikan institusonal akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih

optimal. Semakin besarnya jumlah kepemilikan institusional maka semakin


46

tinggi pula tingkat pengawasan yang dilakukan terhadap pihak manajemen

sehingga dapat mendorong pihak manajemen untuk menerapkan prinsip

konservatisme dan mencegah terjadinya konflik kepentingan didalam

perusahaan.

Dalam penelitian Akbar (2018) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan

institusional yang merupakan mekanisme good corporate governance dapat

memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba. Hal

ini membuktikan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional dapat

meningkatkan kualitas laba perusahaan dikarenakan pengawasan yang dilakukan

pihak investor institusional lebih baik sehingga mampu mengendalikan perilaku

oportunistik manajemen. Hal ini didukung oleh penelitian Naula Oktaviani et al.

(2015) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap

kualitas laba. Sama halnya dengan penelitian Tumpal Manik (2017).

Berdasarkan uraian diatas dan penjelasan penelitian sebelumnya, maka

dirumuskan hipotesis:

H3: Kepemilikan insstitusional dapat memoderai hubungan antara

konservatisme akuntansi dengan kualitas laba

2.3.2.4 Pengaruh Komposisi Komisaris Independen Memoderasi

Hubungan Konservatisme Akuntansi dan Kualitas Laba

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris lainnya dan

merupakan pemegang saham pengendali yang bebas dari hubungan bisnis dan

hubungan lainnya yang dapat mempegaruhi wewenangnya untuk bertindak secara

independen demi kepentingan perusahaan. Komisaris independen dianggap


47

mampu menyelesaikan masalah konflik keagenan karena dapat menjadi perantara

antara investor dalam mengkomunikasikan tujuan dengan pihak internal

perusahaan. Semakin banyak proporsi komisaris independen dalam suatu

perusahaan akan menunjukkan dewan komisaris yang kuat maka semakin tinggi

pula tingkat konservatisme yang diinginkan karena adanya persyaratan informasi

keuangan yang lebih berkualitas. Komposisi komisaris independen juga dapat

meminimalisir sikap oportunistik pihak manajemen melalui penerapan akuntansi

yang konservatif, maka dari itu laba yang dilaporkan dapat menunjukkan hasil yag

sesuai dengan keadaan sebenarnya dan sehingga laba yang dihasilkan berkualitas

baik. Terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hibatullah (2016) yang

menyatakan bahwa komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap

hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba akrual. Dalam

penelitian Akbar (2018) menyatakan hal yang sama yakni komposisi komisaris

independen tidak dapat memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi

dengan kualitas laba. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah dewan komisaris

independen yang terdapat dalam perusahaan masih kurang, jadi semakin tinggi

independensi dewan komisaris akan menurunkan penerapan konservatisme

akuntansi dan adanya komisaris independen hanya bertujuan untuk memenuhi

ketentuan formal. Berdasarkan uraian tersebut dan penelitian sebelumnya, maka

dirumuskan hipotesis:

H4: Komposisi komisaris independen dapat memoderasi hubungan antara

konservatisme akuntansi dengan kualitas laba


48

2.3.2.5 Pengaruh Komite Audit Memoderasi Hubungan Konservatisme

Akuntansi dan Kualitas Laba

Komite audit memiliki manfaat dalam mengurangi kecurangan yang

mungkin timbul sebagai akibat dari konflik-konflik antarpihak yang

berkepentingan didalam perusahaan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.

Hal ini menunjukkan bahwa selain melakukan pengawasan terhadap laporan

keuagan, komite audit juga berfungsi dalam mengawasi pengendalian internal

perusahaan. Dengan adanya kontribusi tersebut, maka dapat meningkatkan tingkat

konservatisme akuntansi yang diterapkan dalam proses pelaporan keuangan yang

dilakukan perusahaan. Menurut penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh

Novieyanti and Kurnia (2016) menyatakan bahwa komite audit berpengaruh

signifikan terhadap kualitas laba dan memiliki hubungan positif. Hal ini didukung

dengan adanya penelitian oleh Putri and Fitriasari (2017) yang hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa ukuran komite audit memiliki pengaruh positif yang

signifikan terhadap kualitas laba. Akbar (2018) menyatakan komite audit dapat

memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba.

Berdasarkan uraian diatas dan didukung dengan penelitian sebelumnya, maka

dirumuskan hipotesis:

H5:Komite audit dapat memeoderasi hubungan antara konservatisme

akuntansi dengan kualitas laba


49
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

asosiatif dengan pendekatan kuantitatif, Penelitian ini meneliti pengaruh

konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba. Menurut Sugiyono (2018)

penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Indonesia dengan menggunakan data laporan

keuangan pada perusahaan property dan real estate terdaftar di Bursa Efek

Indonesia yang terdapat di website resmi pada www.idx.co.id. Periode penelitian

yang digunakan adalah tahun 2018-2020.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2018) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini perusahaan sektor property dan real

estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020 sebanyak 79

perusahaan.

50
51

Menurut Sugiyono (2018), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel

atas dasar kesesuaian antara sampel dengan kriteria pemilihan tertentu. Kriteria

pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama periode penelitian pada tahun 2018, 2019 dan

2020,

2. Perusahaan real estate dan property yang mempublikasikan laporan

keuangan secara berturut-turut pada tahun 2018,2019, dan 2020

3. Perusahaan real estate dan property yang memiliki informasi data yang

lengkap mengenai variabel penelitian selama periode 2018, 2019 dan

2020.

Berdasarkan metode purposive sampling, maka diperoleh sampel yang

memenuhi kriteria sebanyak 19 perusahaan sektor real estate dan property

periode 2018-2020, sehingga didapat 57 observasi data yang diringkas dalam

tabel 3.1 berikut:


52

Tabel 3.1
Penarikan Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah

1 Perusahaan property dan real estate yang telah 79

terdaftar dai Bursa Efek Indonesi selama periode

penelitian pada tahun 2018, 2019, dan 2020

2 Perusahaan property dan real estate yang tidak (40)

mempublikasikan laporan keuangan secara berturut-

turut pada tahun 2018,2019, dan 2020

3 Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap (20)

mengenai variabel penelitian pada tahun 2018, 2019,

dan 2020

4 Jumlah sampel perusahaan 19

5 Jumlah observasi periode 2018-2020 (3*19) 57

Sumber: data olahan 2021

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder

berupa laporan tahunan (anuual report) pada perusahaan sektor propertyes dan

real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan

2018-2020. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari website BEI

http://www.idx.co.id dan website perusahaan. Menurut sifatnya data dalam

penelitian ini termasuk data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa

angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti. Data yang digunakan dalam
53

laporan keuangan adalah laba bersih, arus kas kegiatan operasi, penjualan,

kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komposisi komisaris

independen dan komite audit.

3.5 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

3.5.1. Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Prinsip

Konservatisme Akuntansi. Menurut Akbar (2018) Konservatisme akuntansi

merupakan prinsip mengenai kehati-hatian dalam pelaporan keuangan. Dimana

perusahaan tidak secepatnya mengakui dan mengukur asset dan laba sebagai

keuntungan, serta beban dan hutang yang kemungkinan dapat terjadi dimasa

mendatang sebagai kerugian. dalam penelitian ini adalah konservatisme Akuntansi

yang dihitung menggunakan model Givoly dan Hayn (2000) dalam (Ashma’ and

Rahmawati 2019) yaitu selisih antara net income dan cash flow dari operasi

perusahaan di bagi dengan total asset perusahan. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks konservatisme akuntansi :

Net Income−Operating Cash Flow


CONNAC= ×−1
Total Asset

Keterangan:

CONNAC : Indeks konservatisme perusahaan

Net Income : Laba bersih perusahaan

Operating Cashflow : Arus kas kegiatan operasi perusahaan

Total Asset : Total asset perusahaan

Perhitungan konservatisme akuntansi yang dikalikan dengan -1 bertujuan

untuk memastikan bahwa nilai yang positif mengidikasikan tingkat konservatisme


54

yang lebih tinggi. Semakin besar nilai konservatisme ditunjukkan dengan semakin

besarnya nilai CONNAC (Wulandari and Bambang 2014).

3.5.2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang terikat dengan variabel

independen atau variabel bebas. Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah kualitas laba dihitung dengan discretionary acrrual

menggunakan Modified Jones’ Models. Models ini dapat mendeteksi manajemen

laba lebih baik dibandigkan dengan model lainnya menurut Dechow (1995)

dalam Veronica (2013). Model perhitungannya adalah sebagai berikut :

TACit=NIit −CFit

Keterangan:

TACit : Total accruals perusahaan i pada tahun t

NIit : Laba bersih perusahaan i pada tahun t

CFit : Arus kas kegiatan operasi perusahaan i pada tahun t

TACit TACit−1
DACit= −
SALESit SALESit −1

Keterangan:

DACit : Dicretionary accruals perusahaan i pada tahun t

TACit : Total Accruals perusahaan i pada tahun t

SALESit : Penjualan perusahaan i pada tahun t

t : Periode tes

t-1 : Periode sebelumnya


55

3.5.3. Variabel Pemoderasi

3.5.3.1. Kepemilikan Manajerial

Menurut Downes dan Goodman (1999) dalam Sukirni (2012) kepemilikan

manajerial adalah para pemegang saham yang juga berarti dalam hal ini sebagai

pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam

proses pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan. Dalam

penelitian ini yang digunakan dalam mengukur kepemilikan manajerial adalah

persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manjemen dengan seluruh modal

saham yang beredar. Kepemilikan manajerial dihitung dengan rumus:

Jumlah saham manajer


Kepemilikan Manajerial ( KPM ) = x 100 %
jumlah saham beredar

3.5.3.2. Kepemilikan Institusional

Menurut Tarjo (2008) dalam Sukirni (2012) kepemilikan institusional


adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga
seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi
lain. Dalam penelitian ini kepemilikan institusional dihitung dengan rumus:

Jumlah saham institusional


Kepemilikan Institusinal( KI )= x 100 %
jumlah saham beredar

3.5.3.3. Komposisi Komisaris Independen


56

Menurut Akbar (2018) komisaris independen adalah anggota dewan


komisaris lainnya dan merupakan pemegang saham pengendali yang bebas dari
hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang dapat mempegaruhi wewenangnya
untuk bertindak secara independen demi kepentingan perusahaan. Melakukan
pengawasan secara independen terhadap kinerja manajemen perusahaan
merupakan salah satu fungsi utama komisaris independen sehingga dapat
mengatasi masalah keagenan yang muncul. Dalam penelitian ini komposisi
komisaris independen dihitung dengan rumus:

Jumlah komisaris independen


Komisaris Independen( KKI )= x 100 %
jumlah komisaris

3.5.3.4.Komite Audit

Menurut Akbar (2018) komite audit berperan penting dalam mengatasi


masalah konflik keagenan karena fungsi yang dimiliki oleh komite audit, yaitu
berfungsi mengawasi proses pelaporan keuangan perusahaan yang dapat
mempengaruhi kebijakan yang akan diambil perusahaan, dan juga berkaitan
dengan prinsip yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan termasuk
prinsip konservatisme. Berdasarkan Peraturan OJK No. 55/POJK.04/2015 tentang
pembentukan dan pedoman pelaksaan kerja komite audit dijelaskan bahwa komite
audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari komisaris
independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik. Komite audit
dalam penelitian ini diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit yang
terdapat pada masing-masing perusahaan tiap tahunnya.

Komite Audit ( KA ) =Σ Anggota komi te audit


57

3.6. Prosedur Analisis Data

3.6.1. Analisis Statistk Deskriftif

Analisis statistik deskriptif merupakan teknik analisis yang

menggambarkan atau mendeskripsikan data penelitian melalui nilai minimum,

maksimal, rata-rata (mean), standar deviasi, sum, range, kurtosis, dan

kemencengan distribusi. (Ghozali, 2018). Mean digunakan untuk mengetahui rata-

rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui

seberapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Nilai maksimum

digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Nilai

minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan.

Dengan demikian, analisis ini berguna untuk memberi gambaran tentang

konservatisme akuntansi, kualitas laba, dan good corporate governance dilihat

dari nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum, dan minimum.

3.6.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model persamaan

regresi yang digunakan dapat digunakan sebagai dasar estimasi yang tidak biasa.

Terutama untuk data yang banyak, perlu menggunakan uji asumsi klasik untuk

lebih meyakinkan kesesuaian antara model persamaan regresi tersebut. Dalam uji

asumsi klasik yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu menggunakan Uji

Normalitas, Uji Heterokedastisitas, Uji Multikolinearitas dan Uji Autokolerasi.


58

3.6.2.1.Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah residual dalam

model regresi berdistribusi secara normal atau tidak. Uji t dan uji F

mengasumsikan bahwa residual berdistribusi secara normal, sehingga apabila

terbukti residual tidak berdistribusi normal maka uji statistik menjadi tidak valid

untuk jumlah sampel kecil (Ghozali 2018) . Uji normalitas dengan SPSS

menggunakan uji one sample Kolmogorov-Smirnov dengan nilai signifikansi α =

5%. Suatu data dikatakan terdistribusi normal apabila Kolmogorov-Smirnov (K-S)

menunjukan nilai signifikasi > 0,05.

3.6.2.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi

antar variabel dalam model regresi (Ghozali 2018). Model regresi dapat dikatakan

baik apabila tidak terjadi korelasi antar variabel independen di dalamnya atau

variabel independen bersifat orthogonal. Uji multikolinearitas dapat dilihat dengan

cara menganalisis nilai Variance- Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance.

Apabila nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance> 0,10 berati tidak terjadi

multikolinearitas. Suatu model regresi dapat menunjukan adanya multikolinearitas

jika nilai Tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10

3.6.2.3. Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi

adanya ketidaksamaan varians dari residual untuk satu pengamatan ke

pengamatan lain (Ghozali 2018). Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji


59

Glejser yaitu dengan meregres variabel independen dengan absolute residual.

Model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas jika nilai sig > 0,05”.

3.6.2.4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan adanya kesalahan pengganggu periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Hal ini sering

ditemukan pada data runtut waktu (time-series), karena sampel atau observasi

tertentu cenderung dipengaruhi oleh observasi sebelumnya. Untuk mendeteksi ada

tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui uji Durbin -

Watson (DW test) (Ghozali 2018). Berikut adalah tabel pengambilan keputusan

uji autokorelasi menurut (Ghozali 2018):

Tabel 3.2 Kriteria Uji Autokorelasi (Uji Durbin-Watson)

Hipotesis Nol Keputusan Jika


tidak ada autokerelasi positif Tolak 0 ≤ d ≤ dl
tidak ada autokerelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du
tidak ada autokerelasi positif Tolak 4 – dl ≤ d ≤ 4
tidak ada autokerelasi positif No Decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
tidak ada autokerelasi, positif atau Tidak ditolak du ≤ d ≤ 4 – du
negative
60

3.6.3. Moderated Regression Analysis (MRA)

Dalam penelitian ini, variabel moderasinya adalah kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusonal, komisaris independen, dan komite audit. Dimana

penelitian ini akan melihat apakah kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional, komisaris independen dan komite audit memiliki pengaruh positif

atau tidak terhadap hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas

laba. Dalam penelitian ini pengujian dilakukan untuk melihat pengaruh masing-

masing variabel moderasi terhadap hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen secara bersama maupun terpisah. Menurut Wijaya and Hasniar

(2016) hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh apabila variabel

moderasi secara bersama dan pengaruh apabila secara terpisah. Tujuannya adalah

untuk melihat perbedaan pengaruh yang signifikan berdasarkan perlakuan yang

diberikan yang kemudian dilihat manakah perlakuan terbaik untuk dilakukan

berdasarkan tujuan dari penelitian ini, sehingga adapun model penelitian adalah:

Secara Bersama

DAC = β0 + β1Cit + β2KPM + β3KI + β4KKI + β5KA + β6Cit * KPM + β7Cit * KI +

β8Cit * KKI + β9Cit * KA + ε

Secara Berpisah

DAC = = β0 + β1Cit + ε

DAC = β0 + β1Cit + β2KPM + β6Cit * KPM + ε

DAC = β0 + β1Cit + β3KI + β7Cit * KI + ε


61

DAC = β0 + β1Cit + β4KKI + β8Cit * KKI + ε

DAC = β0 + β1Cit + β5KA + β9Cit * KA + ε

Keterangan:

DAC = Kualitas Laba (Discreationary Accrual)

α = Konstanta

β1 - β9 = Koefisien Regresi

Cit = Konservatisme Akuntansi

KPM = Kepemilikan Manajerial

KI = Kepemilikan Institusional

KKI = Komposisi Komisaris Independen

KA = Komite Audit

ε = error

3.6.4. Analisis Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinan dinyatakan dalam R² pada intinya untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinan berada diantara 0 dan 1. Ghozali (2012)

mengatakan bahwa nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai

yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.


62

3.6.5. Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t bertujuan untuk menentukan ada tidaknya pengaruh masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan

terhadap hipotesis dalam penelitian ini dengan tingkat signifikansi p-value

sebesar =5%. Umumnya, untuk ilmu sosial, termasuk ekonomi dan keuangan,

besarnya α adalah 5%. Kaidah dalam pengambilan keputusan adalah :

1. Jika nilai p-value (signifikansi) < α = 5% dan tanda koefisien regresi

sesuai dengan yang diprediksi maka hipotesis alternatif didukung.

2. Jika nilai p-value (signifikansi) > α = 5% dan tanda koefisien regresi

tidak sesuai dengan yang diprediksi maka hipotesis alternatif tidak

didukung.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada bab 4 akan dibahas tahap-tahap dan pengolahan data yang kemudian

akan dianalisis mengenai “Pengaruh Prinsip Konservatisme Akuntansi terhadap

Kualitas Laba dengan Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi (Studi

Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Tahun 2018-2020)”. Sumber data dalam penelitian merupakan

data sekunder yang diperoleh dari website BEI dan website masing-masing

perusahaan yang dapat diakses oleh publik. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan perusahaan real estate dan property yang terdaftar di

BEI dan melaporkan laporan keuangan secara berturut-turut tahun 2018-2020.

Industri property dan real estate pada dasarnya merupakan dua hal

yang berbeda. Real estate merupakan tanah dan semua peningkatan

permananen diatasnya termasuk bangunan-bangunan, seperti gedung,

pembangunan jalan, tanah terbuka dan segala bentuk pengembangan lainnya

yang melekat secara permanen. Menurut perundang-undangan di Indonesia,

pengertian mengenai industri real estate tercantum dalam PDMN No.5

Tahun 1974 yang mengatur tentang industri real estate. Dalam peraturan ini

pengertian industri real estate adalah perusahaan property yang bergerak

dalam bidang penyediaan, pengadaan serta pematangan tanah bagi keperluan

usaha-usaha industri, termasuk industri pariwisata. Sedangkan definisi

63
64

property menurut SK Menteri Perumahan Rakyat no.05/KPTS/BKP4N/1995,

Ps 1.a:4 property adalah tanah hak dan atau bangunan permanen yang

menjadi objek pemilik dan pembangunan. Dengan kata lain, property adalah

industri real estate ditambah dengan hukum-hukum seperti sewa dan

kepemilikan.

Perusahaan property dan real estate merupakan salah satu sektor industri

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri property

dan real estate begitu pesat saat ini dan akan semakin besar di masa yang akan

datang. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk

sedangkan supply tanah bersifat tetap. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan populasi perusahaan property dan real estate yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama tahun 2018 sampai 2020. Perusahaan property dan

real estate merupakan salah satu dari 12 sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Jumlah keseluruhan perusahaan property dan real estate yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 79 perusahaan. Dalam penelitian ini

menggunakan sampel perusahaan yang ditentukan berdasarkan metode purposive

sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

Didapatkan 19 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Masing-masing

sampel perusahaan yang menjadi sampel penelitian diambil data selama 3 periode

yaitu 2018-2020 sehingga total sampel dalam penelitian ini berjumlah 57 total

sampel.

Berdasarkan sampel yang telah didapatkan kemudian dilakukan

pengambilan atau pengumpulan data sampel yang dibutuhkan untuk diteliti. Data
65

sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data untuk

menghitung nilai konservatisme akuntansi, kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional, komposisi komisaris independen, komite audit dan kualitas laba.

Data tersebut meliputi laba bersih, arus kas operasi, jumlah saham manajerial,

jumlah saham institusi, jumlah saham beredar, jumlah komisaris independen,

jumlah komisaris, jumlah komite audit dan penjualan perusahaan.

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif memberikan gambarkan atau deskripsi data

penelitian melalui nilai minimum, maksimal, rata-rata (mean), standar deviasi,

sum, range, kurtosis, dan kemencengan distribusi. (Ghozali, 2018). Berdasarkan

hasil analisis data, didapatkan gambaran mengenai deskripsi data-data penilitian.

Deksripsi dalam penelitian ini meliputi variabel bebas konservatisme akuntansi

dan variabel terikat kualitas laba yang diukur dengan discretionary accruals, serta

variabel moderasi kepemilikan manajerial, kepemililikan insitusional, komposisi

komisaris independen dan komite audit yang disajikan pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Konservatisme_X1 57 -.0881 .1556 .002544 .0409200
KepManajerial_Z1 57 .0007 .4802 .085536 .1404332
KepInstitusional_Z2 57 .0933 .9690 .595116 .2313740
KomIndependen_Z3 57 .2500 .6667 .402318 .0915320
KomiteAudit_Z4 57 3 4 3.07 .258
KualitasLaba_Y 57 -2.7897 1.2878 -.137629 .6119331
Valid N (listwise) 57
66

Sumber: Lampiran 3

Berikut adalah analisis deskriptif yang diperoleh dari Tabel 4.1:

1. Nilai rata-rata konservatisme akuntansi tahun 2018-2020 adalah sebesar

0.002544. Nilai rata-rata yang positif ini dapat diartikan bahwa rata-rata 19

perusahaan real estate dan property yang dijadikan sampel menerapkan

konservatisme akuntansi dalam pelaporan keuangannya. Standar deviasi

konservatisme akuntansi sebesar 0.0409200 dan lebih besar dari nilai rata-

rata sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data konservatisme akuntansi

adalah tidak terdistribusi secara normal (dengan kata lain mean bukanlah

parameter yang tepat untuk mewakili semua data). Nilai terdapat nilai

tertinggi (maksimum) pada Maha Properti Indonesia Tbk. (MPRO) pada

tahun 2019 dengan nilai 0.1556. Sedangkan terendah (minimum) sebesar -

0.0881 terdapat Bhuwanatala Indah Permai Tbk. (BIPP) pada tahun 2018.

2. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial pada tahun 2018-2020 adalah

sebesar 0.085536. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata 19 perusahaan

sampel saham yang dimiliki oleh pihak manajerial perusahaan sebesar

8.55% dari total saham perusahaan yang beredar yang berarti nilai

kepemilikan manajerial tergolong sangat kecil. Standar deviasi 0.1404332

dan lebih besar dari dari nilai rata-rata sehingga dapat dikatakan bahwa

sebaran data kepemilikan manajerial adalah tidak terdistribusi secara

normal. Nilai terendah (minimum) terdapat pada PT. PP Properti Tbk

(PPRO) yang menunjukkan kepemilikan manajerial sebesar 0.0007 pada


67

tahun 2018. Sedangkan nilai tertinggi (maksimum) sebesar 0.4802

terdapat pada PT. Duta Anggada Realty Tbk (DART) pada tahun 2018

3. Nilai rata-rata kepemilikan institusional pada tahun 2018-2020 adalah

sebesar 0.59512. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata 19 perusahaan

sampel saham yang dimiliki oleh pihak institusi sebesar 59,51% dari total

saham perusahaan yang beredar yang berarti pihak institusi tidak memiliki

kendali penuh terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan (Santoso and

Salsabila 2021). Standar deviasi 0.231374 dan lebih kecil dari nilai rata-

rata sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data kepemilikan

institusional adalah akurat. Nilai terendah (minimum) terdapat pada

Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) sebesar 0.0933 pada tahun 2018.

Sedangkan nilai tertinggi (maksimum) sebesar 0.9690 terdapat pada Mega

Manunggal Property Tbk. (MMLP) pada tahun 2018.

4. Nilai rata-rata komposisi komisaris independen pada tahun 2018-2020

adalah sebesar 0.402318. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata 19

perusahaan sampel mempunyai jumlah komisaris independen sebanyak

40% dari total jumlah komisaris yang terdapat dalam perusahaan yang

berarti sudah sesuai dengan Peraturan OJK No.57/POJK.04/2017 yang

mewajibkan perusahaan memiliki komisaris independen paling sedikit

30% dari total jumlah komisaris. Standar deviasi 0.0915320 dan lebih

kecil dari nilai rata-rata sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data

kepemilikan institusional adalah akurat. Nilai terendah (minimum)

terdapat pada Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA) sebesar 0.2500 pada
68

tahun 2018. Sedangkan nilai tertinggi (maksimum) sebesar 0.6667

terdapat pada Mega Manunggal Property Tbk. (MMLP) pada tahun 2018.

5. Nilai rata-rata komite audit pada tahun 2018-2020 adalah sebesar 3.07. Hal

ini dapat diartikan bahwa rata-rata 19 perusahaan sampel mempunyai

jumlah komite audit 3.07 sesuai dengan peraturan OJK No.

55/POJK.04/2015 yang mengharuskan jumlah komite audit dalam

perusahaan berjumlah tiga atau lebih. Standar deviasi 0.258 dan lebih kecil

dari nilai rata-rata sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data

kepemilikan institusional adalah akurat. Nilai terendah (minimum)

terdapat pada hampir semua sampel sebesar 3 kecuali pada Agung

Podomoroland Tbk pada tahun 2018 dan Bukit Darmo Property Tbk pada

pahun 2018-2020. Sedangkan nilai tertinggi (maksimum) sebesar 4

terdapat pada Agung Podomoroland Tbk pada tahun 2018 dan Bukit

Darmo Property Tbk pada pahun 2018-2020.

6. Nilai rata-rata kualitas laba (discretionary accruals) pada tahun 2018-

2020 adalah sebesar -0.137629. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata 19

perusahaan sampel cendrung memiliki kualitas laba baik yang

ditunjukkan dengan nilai discreationary accruals yang bernilai negatif.

Standar deviasi 0.6119331 dan lebih besar dari dari nilai rata-rata sehingga

dapat dikatakan bahwa sebaran data kepemilikan manajerial adalah tidak

terdistribusi secara normal. Nilai terendah (minimum) terdapat pada Maha

Properti Indonesia Tbk (MPRO) sebesar -2.7897 pada tahun 2018.


69

Sedangkan nilai tertinggi (maksimum) sebesar 1.2878 terdapat pada

Greenwood Sejahtera Tbk. (GWSA) pada tahun 2019.

4.3 Uji Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah residual dalam model


regresi berdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan
SPSS menggunakan uji one sample Kolmogorov-Smirnov dengan nilai
signifikansi α = 5%. Suatu data dikatakan terdistribusi normal apabila
Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukan nilai signifikasi > 0,05 (Ghozali 2018).
Pengambilan keputusan dari uji normalitas dapat dilakukan dengan beberapa
metode seperti asymptotic, exact dan monte carlo. Menurut Mehta and Nitin
(2011) metode exact dapat memberikan hasil yang lebih akurat dan reliabel,
ketika metode asymptotoic gagal memberikan hasil yang reliabel. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini menggunakan metode exact dengan melihat apakah
probabilitas exact sig. (2-tailed) > 0,05. Jika syarat tersebut terpenuhi maka dapat
dikatakan bahwa data berdistribusi normal dan sebaliknya. Hasil uji normalitas
dengan menggunakan uji Kolmogorov-smirnov dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut:

Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 57
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. .58674615
Deviation
Most Extreme Absolute .156
Differences Positive .103
70

Negative -.156
Test Statistic .156
Asymp. Sig. (2-tailed) .001c
Exact Sig. (2-tailed) .110
Sumber: Lampiran 4

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa data residual berdistribusi normal. hal

tersebut dapat dilihat dari nilai exact sig. (2-tailed) adalah sebesar 0.110 yang

artinya lebih besar dari ɑ (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat apakah pada model regresi

dtemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Uji

multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat nilai

tolerance dan nilai VIF. Model penelitian dikatakan tidak terjadi gejala

multikolinearitas jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Hasil uji

multikolinearitas diperlihatkan pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Collinearity
Statistics
Model Tolerance VIF
1 Konservatisme_X1 .895 1.117
KepManajerial_Z1 .734 1.363
KepInstitusional_Z2 .881 1.135
KomIndependen_Z3 .777 1.288
KomiteAudit_Z4 .885 1.130
71

Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai tolerance dari

masing-masing variabel yakni konservatisme akuntansi, kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional, komposisi komisaris independen, dan komite audit

adalah lebih besar dari 0,10. Kemudian untuk nilai VIF yang diperoleh dari

masing-masing variabel adalah kurang dari 10. Hal ini menunjukkan bahwa

model regresi tidak mengalami masalah multikolinieritas, sehingga dapat

diartikan bahwa model regresi yang digunakan adalah baik karena tidak terjadi

korelasi diantara variabel independen yang diteliti.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

kesamaan varian dari satu penelitian ke penelitian lain dalam model regresi.

Apabila varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut dengan homoskedastisitas namun apabila terdapat perbedaan maka disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang

homoskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji

Glejser, jika koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan

(sig < 0,05) secara statistik maka data terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya.

Berikut hasil pengujian heteroskedastisitas dari masing-masing variabel

penelitian. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan metode Glejser

diperlihatkan pada tabel 4.4 sebagai berikut:


72

Tabel 4.4

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Std.
Model B Error Beta
1 (Constant) 1.206 .864 1.396 .169
Konservatisme_X1 .399 1.477 .038 .270 .788
KepManajerial_Z1 -.458 .475 -.148 -.963 .340
KepInstitusional_Z2 -.253 .263 -.135 -.961 .341
KomIndependen_Z3 -1.616 .709 -.341 -2.279 .027
KomiteAudit_Z4 .008 .236 .005 .035 .973
a. Dependent Variable: ABSRES
Sumber: Lampiran 6

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa variabel komposisi

komisaris independen memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,027,

sedangkan variabel yang lainnya masing-masing menunjukkan nilai signifikansi

yang lebih besar dari 0,05. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut maka perlu

dilakukan perbaikan dengan menggunakan Weighted least Square atau WLS.


73

Weighted Least Square (WLS) adalah model regresi linier dengan

pembobotan atau weighted. Dimana weighted atau pembobot didasarkan pada

variabel bebas yang menjadi penyebab terjadinya heteroskedastisitas, yaitu

variabel bebas yang berkorelasi kuat dengan residual persamaan regresi. Weighted

Least Square dilalukan dengan cara mengkuadratkan salah satu variabel

independen, kemudian semua variabel dibagi oleh salah satu variabel yang sudah

dikuadratkan. Maka setelah dilakukan prosedur Weighted Least Square didapat

nilai signifikansi yang baru, berikut adalah hasil output data:

Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.196 3.638 1.428 .159
Konservatism_X1 1.241 1.403 .121 .884 .381
KepManajerial_Z1 -.461 .476 -.153 -.969 .337
KepInstitusional_Z2 -.586 .340 -.363 -1.722 .091
KomIndepnden_Z3 -10.147 10.890 -.217 -.932 .356
KomiteAuditZ4 .111 .105 .289 1.056 .296
a. Dependent Variable: ABSRES2
Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa signifikansi dari masing-

masing variable penelitian menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05.

Sehingga dapat diartikan bahwa seluruh sampel atau objek penelitian terbebas dari

masalah heteroskedastisitas.

4.3.4 Uji Autokorelasi


74

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier

terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Penelitian dengan data time series

harus dilakukan uji autokorelasi, hal ini dikarenakan pada data time series sering

ditemukan gejala autokorelasi. Agar dapat mendeteksi autokorelasi maka dapat

dilakukan pengujian menggunakan Durbin Watson dengan cara membandingkan

tabel Durbin Watson (dl dan du). Model regresi dapat dikatakan terbebas dari

autokorelasi apabila nilai yang diperoleh adalah du<dw<4-du. Hasil uji

autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson diperlihatkan pada tabel 4.6

sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 .543 a
.295 .225 5.19471 1.850
a. Predictors: (Constant), KomiteAudit_Z4, Konservatism_X1,
KepManajerial_Z1, KepInstitusionalZ2, KomIndependen_Z3
b. Dependent Variable: KualitasLaba_Y
Sumber: Lampiran 8

Berdasarkan hasil perhitungan dari 57 sampel dan jumlah variabel

independen sebanyak 5 variabel (k=5), maka dapat diketahui dari tabel Durbin-

Watson bahwa nilai dl dan du berturut-turut adalah 1,3885 dan 1,7675. Dengan

nilai Durbin-Watson (dw) yang diperoleh sebesar 1,850, maka nilai tersebut lebih

besar dari nilai du. Sehingga jika dimasukkan ke dalam persamaan du<dw<4-du,

maka hasilnya adalah 1,7675<1,850<2,2325. Berdasarkan nilai persamaan


75

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa model regresi tersebut terbebas dari

gejala autokorelasi.

4.4 Pengujian Hipotesis

4.4.1 Moderated Regression Analysis (MRA)

Moderated regression analysis (MRA) tau uji interaksi merupakan

aplikasi khusus regresi linier berganda, dimana dalam persamaan regresinya

mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen).

Analisis regresi moderasi bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pemoderasi

dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan

varibel dependen. Hasil analisis regresi moderasi dapat dilihat pada tabel 4.7

berikut:

Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi Moderasi

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.963 .758 -1.271 .209
Konservatism_X1 4.773 2.051 .299 2.327 .024
KepManajerial_Z1 .063 .602 .013 .104 .917
KepInstitusional_Z2 .582 .337 .232 1.726 .090
KomIndependenZ3 4.287 9.373 -.628 -1.836 .649
KomiteAudit_Z4 .124 .076 .209 1.644 .120
M1 4.136 2.477 .361 1.670 .101
M2 .619 .479 .300 1.291 .202
M3 -90.520 49.329 -.628 -1.835 .072
M4 .274 .174 .619 1.579 .120
a. Dependent Variable: KualitasLaba_Y
76

Sumber: Lampiran 9

Berdasarkan tabel 4.7 di atas maka model regresi pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Y = -0.963 + 4.773 X1 + 0.063 Z1 + 0.582 Z2 + 4.287 Z3 + 0.124 Z4 + 4.136

X1Z1 + 0.619 X1Z2 – 90.520 X1Z3 + 274 X1Z4 + e

Keterangan:

1. Konstanta = - 0.963

Nilai intercept konstanta adalah sebesar - 0.963. hasil ini dapat diartikan

bahwa apabila besarnya seluruh variabel independen adalah 0, maka

besarnya nilai discretionary accruals akan bernilai - 0.963.

2. Koefisien Regresi Konservatisme Akuntansi = 4.773

Nilai variabel X1 adalah posistif sebesar 4.773. Nilai positif ini

menunjukkan bahwa setiap konservatisme akuntansi bertambah satu

satuan, maka akan diikuti oleh kenaikan discretionary accruals sebesar

4.773 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan

3. Koefisien Regresi Kepemilikan Manajerial = 0.063

Nilai variabel Z1 adalah posistif sebesar 0.063. Nilai positif ini

menunjukkan bahwa setiap kepemilikan manajerial bertambah satu satuan,

maka akan diikuti oleh kenaikan discretionary accruals sebesar 0.063

dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.

4. Koefisien Regresi Kepemilikan Institusional = 0.582


77

Nilai variabel Z2 adalah posistif sebesar 0.582. Nilai positif ini

menunjukkan bahwa setiap kepemilikan institusional bertambah satu

satuan, maka akan diikuti oleh kenaikan discretionary accruals sebesar

0.582 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan

5. Koefisien Regresi Komposisi Komisaris Independen = 4.287

Nilai variabel Z3 adalah posistif sebesar 4.287. Nilai positif ini

menunjukkan bahwa setiap komposisi komisaris independen bertambah

satu satuan, maka akan diikuti oleh kenaikan discretionary accruals

sebesar 0.582 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.

6. Koefisien Regresi Komite Audit = 0.124

Nilai variabel Z4 adalah posistif sebesar 0.124. Nilai positif ini

menunjukkan bahwa setiap komposisi komisaris independen bertambah

satu satuan, maka akan diikuti oleh kenaikan discretionary accruals

sebesar 0.124 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.

7. Koefisien Regresi Moderasi 1 = 4.136

Nilai variabel moderasi 1 adalah posistif sebesar 4.136. Nilai positif ini

menunjukkan bahwa setiap Moderasi 1 (perkalian antara konservatisme

dengan kepemilikan manajerial) bertambah satu satuan, maka akan diikuti

oleh kenaikan discretionary accruals sebesar 4.136 dengan asumsi semua

variabel independen lain konstan.

8. Koefisien Regresi Moderasi 2 = 0.619

Nilai variabel moderasi 2 adalah posistif sebesar 0.619. Nilai positif ini

menunjukkan bahwa setiap Moderasi 2 (perkalian antara konservatisme


78

dengan kepemilikan institusional) bertambah satu satuan, maka akan

diikuti oleh kenaikan discretionary accruals sebesar 0.619 dengan asumsi

semua variabel independen lain konstan.

9. Koefisien Regresi Moderasi 3 = – 90.520

Nilai variabel moderasi 3 adalah negatif sebesar – 90.520. Nilai negatif ini

menunjukkan bahwa setiap Moderasi 3 (perkalian antara konservatisme

dengan komposisi komisaris independen) bertambah satu satuan, maka

akan diikuti oleh penurunan discretionary accruals sebesar 90.520 dengan

asumsi semua variabel independen lain konstan.

10. Koefisien Regresi Moderasi 4 = 0.274

Nilai variabel moderasi 4 adalah posistif sebesar 0.274. Nilai positif ini

menunjukkan bahwa setiap Moderasi 4 (perkalian antara konservatisme

dengan komite audit ) bertambah satu satuan, maka akan diikuti oleh

kenaikan discretionary accruals sebesar 0.278 dengan asumsi semua

variabel independen lain konstan.

4.5 Uji Kelayakan Model

4.5.1 Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi ( R2 ) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel kualitas laba. Nilai

koefisien determinasi adalah 0-1, yang mana apabila nilai tersebut mendekati 1

maka variabel independen tersebut hampir memberikan semua informasi yang

dibutuhkan untuk menilai variabel dependennya. Hasil koefisien determinasi

dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:


79

Tabel 4.8
Koefisien Determinasi ( R2 )

Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .610a
.372 .251 5.10702
a. Predictors: (Constant), M4, KepManajerial_Z1, KepInstitusional_Z2,
KomIndependenZ3, M3, M1, KomiteAuditZ4, M2, Konservatism_X1
b. Dependent Variable: KualitasLabaY
Sumber: Lampiran 10

Dari table 4.8 di atas, dapat dilihat nilai R yang diperoleh sebesar 0.610,

hal ini berarti hubungan antara discretionary accruals dengan variabel-variabel

independen nya adalah kuat karena berada diatas 0.5. Nilai R Square didapat

0.372, namun untuk mengevaluasi model regresi sebaiknya digunakan nilai

Adjusted R Square yaitu 0.251. Hasil ini menjelaskan bahwa 0.251 (25.1 %) dari

variasi discretionary accruals dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen

yang ada.. Sedangkan sisanya 74.9 % (100% - 25.1%) dijelaskan oleh faktor-

faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.5.2 Uji Parameter individual (Uji Statistik t)

Uji T digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen dalam

model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen serta untuk mengetahui

pengaruh interaksi antara variabel pemoderasi dan variabel independen memiliki

pengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis diterima apabila nilai

signifikansi t < 0,05 (tingkat signifikansi α = 0,05) . Hasil pengujian hipotesis

analisis parsial (Uji T) Hasil Uji statistik t dapat dilihat pada table 4.9 berikut:
80

Tabel 4.9
Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T t tabel Sig.
1 (Constant) -.963 .758 -1.271 1.6772 .209
Konservatism_X1 4.773 2.051 .299 2.327 1.6772 .024
KepManajerial_Z1 .063 .602 .013 .104 1.6772 .917
KepInstitusional_Z2 .582 .337 .232 1.726 1.6772 .090
KomIndependenZ3 4.287 9.373 -.628 -1.836 1.6772 .649
KomiteAudit_Z4 .124 .076 .209 1.644 1.6772 .120
M1 4.136 2.477 .361 1.670 1.6772 .101
M2 .619 .479 .300 1.291 1.6772 .202
M3 -90.520 49.329 -.628 -1.835 1.6772 .072
M4 .274 .174 .619 1.579 1.6772 .120
a. Dependent Variable: KualitasLaba_Y
Sumber: Lampiran11

Berdasarkan table 4.9 di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel X yang ditunjukkan oleh Konservatism_X1 memiliki nilai

signifikansi 0.024 atau lebih kecil dari 0.05. Kemudian nilai t hitung

yang diperoleh adalah sebesar 2.327 atau lebih besar dari t tabel yaitu

1.6772. Maka dapat diartikan bahwa hipotesis pertama diterima.

2. Variabel Moderasi 1 yang ditunjukkan oleh M1 memiliki nilai

signifikansi 0.149 atau lebih besar dari 0.05. Kemudian nilai t hitung

yang diperoleh adalah sebesar 1.670 atau lebih kecil dari t tabel yaitu

1.6772. Maka dapat diartikan bahwa hipotesis pertama ditolak.


81

3. Variabel Moderasi 2 yang ditunjukkan oleh M2 memiliki nilai

signifikansi 0.202 atau lebih besar dari 0.05. Kemudian nilai t hitung

yang diperoleh adalah sebesar 1.291 atau lebih kecil dari t tabel yaitu

1.6772. Maka dapat diartikan bahwa hipotesis pertama ditolak.

4. Variabel Moderasi 3 yang ditunjukkan oleh M3 memiliki nilai

signifikansi 0.075 atau lebih besar dari 0.05. Kemudian nilai t hitung

yang diperoleh adalah sebesar -1.835 atau lebih kecil dari t tabel yaitu

1.6772. Maka dapat diartikan bahwa hipotesis pertama ditolak.

5. Variabel Moderasi 4 yang ditunjukkan oleh M4 memiliki nilai

signifikansi 0.120 atau lebih besar dari 0.05. Kemudian nilai t hitung

yang diperoleh adalah sebesar 1.579 atau lebih kecil dari t tabel yaitu

1.6772. Maka dapat diartikan bahwa hipotesis pertama ditolak.

Setelah melakukan pengujian hipotesis pada penelitian ini maka dapat

disimpulkan dari lima hipotesis, terdapat satu hipotesis yang diterima dan

empat yang ditolak. Secara keseluruhan hasil pengujian hipotesis dapat

dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut:


82

Tabel 4.10
Rekapitulasi Hasil Uji hipotesis
Keteranga
Kode Hipotesis Sig n
Konservatisme akuntansi berpengaruh 0.024<0.0 Hipotesis
H1
positif terhadap kualitas laba. 5 diterima
Kepemilikan manajerial dapat
memoderasi hubungan antara 0.149>0.0 Hipotesis
H2
konservatisme akuntansi dengan 5 ditolak
kualitas laba
Kepemilikan insstitusional dapat
memoderai hubungan antara 0.202>0.0 Hipotesis
H3
konservatisme akuntansi dengan 5 ditolak
kualitas laba
Komposisi komisaris independen dapat
memoderasi hubungan antara 0.075>0.0 Hipotesis
H4
konservatisme akuntansi dengan 5 ditolak
kualitas laba
Komite audit dapat memeoderasi 0.120>0.0 Hipotesis
H5 hubungan antara konservatisme 5 ditolak
akuntansi dengan kualitas laba
Sumber: Lampiran 12

4.6 Interpretasi Hasil Penelitian

4.6.1 Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa konservatisme akuntansi menunjukkan bahwa konservatisme akuntansi

memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas laba (discretionary

accruals). Tabel 4.8 menunjukkan t hitung > t tabel (2.327 > 1.677), maka

konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap discretionary accruals, yang

merupakan ukuran dari kualitas laba. Signifikansi penelitian juga menunjukkan


83

angka < 0.05 (0.024 < 0.05), maka dapat disimpulkan konservatisme akuntansi

berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Hasil pengujian hipotesis

membuktikan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh positif terhadap

kualitas laba. Hasil ini didukung dengan nilai koefisien regresi konservatisme

akuntansi bernilai positif sebesar 4.773. Hal ini didukung dengan nilai rata-rata

konservatisme akuntansi bernilai positif 0.25% yang berarti rata-rata perusahaan

telah menerapkan prinsip konservatisme akuntansi dalam pelaporan keuangan

mereka. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi penerapan konservatisme

akuntansi dalam melaporkan kondisi keuangan perusahaan akan meningkatkan

kualitas laba yang dihasilkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip konservatisme

dapat berperan dalam mengatasi konflik keagenan yang dapat terjadi didalam

perusahaan dan mencegah timbulnya asimetri informasi antar stakeholder,

sehingga penyajian laporan keuangan yang dilakuakan dengan memperhatikan

prinsip konservatisme akuntansi mampu menjaga informasi keuangan didalam

laporan keuangan dilaporkan sesuai dengan keadaan sebenarnya atau tidak

overstate.

Perusahaan yang termasuk kategori rata-rata dalam penerapan

konservatisme akuntansi dalam laporan keuangannya yaitu Ciputra Development

Tbk, Roda Vivatex Tbk, Summarecon Agung Tbk dan Intiland Development Tbk.

Selain itu diperkuat dengan nilai konservatisme tertinggi yang diperoleh adalah

sebesar 0.15 pada Maha Properti Indonesia Tbk tahun 2019. Ini berarti pelaporan
84

laporan keuangan yang dilakukakan perusahaan telah memperhatikan prinsip

konservatisme akuntansi dan penerapannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Veronica (2013),Tuwentina and Wirama (2014), Akbar (2018), Khotimah (2016),

dan Hibatullah (2016) yang menunjukkan hasil bahwa konservatisme akuntansi

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laba yang berarti kualitas laba

perusahaan akan lebih tinggi secara konservatif karena lebih kecil kemungkinan

kinerja kini dan perkiraan masa depan dinyatakan terlalu tinggi (overstate).

4.6.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Memoderasi Hubungan Antara

Konservatisme Akuntansi dengan Kualitas Laba

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah kepemilikan

manajerial mampu memoderasi hubungan konservatisme akuntansi

dan kualitas laba. Tabel 4.9 menunjukkan t hitung < t tabel (1.670 < 1.677), maka

kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap hubungan konservatisme

akuntansi dan discretionary accruals, yang merupakan ukuran kualitas laba.

Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka > 0.05 (0.149 > 0.05). Hal ini

didukung dengan nilai rata-rata kepemilikan manajerial dari 19 perusahaan

property dan real estate sebesar 0.085% yang masih tergolong kecil untuk ukuran

kepemilikan saham atau minoritas yang artinya kepemilikan manajerial pada

perusahaan-perusahaan real estate dan property di Indonesia masih rendah dan

tidak memiliki pengaruh yang berarti (Santoso and Salsabila 2021). Hal ini juga

dapat dilihat pada nilai terendah kepemilikan manejerial yaitu berada pada nilai

0.0007% yang merupakan nilai yang sangat rendah sehingga diduga berpengaruh
85

terhadap hasil dari penelitian ini yang menyatakan tidak signifikan. Hasil

penelitian ini tidak mendukung temuan dari penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Trilaksana (2009) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial mampu

memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa

proporsi kepemilikan manajerial cendrung mendorong manajemen perusahaan

berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham guna meningkatkan

kualitas laba perusahaan dengan menerapkan prinsip konservatisme akuntansi

(Akbar 2018). Kepemilikan manajerial tidak dapat memoderasi hubungan

konservatisme akuntansi dan kualitas laba yang dapat diartikan bahwa

kepemilikan manajerial tidak semata-mata ada dalam perusahaan untuk motif

tertentu yang mempengaruhi hubungan konservatisme akuntansi dan kualitas laba

perusahaan. Terdapat motif lain yang menjadi alasan pihak manajemen

mempunyai kepemilikan (saham) pada perusahaan tempat dia bekerja, seperti

memperoleh manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan pribadi. Selain itu

tingkat kepemilikan manajerial pada perusahaan di Indonesia masih tergolong

rendah juga mungkin menjadi faktor kepemilikan manajerial tidak berpengaruh

dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Veronica (2013) dan Hibatullah (2016) yang menunjukkan bahwa kepemilikan

manajerial tidak dapat memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi

dengan kualitas laba.


86

4.6.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional Memoderasi Hubungan Antara

Konservatisme Akuntansi dengan Kualitas Laba

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional

mampu memoderasi hubungan konservatisme akuntansi dan kualitas laba. Tabel

4.9 menunjukkan t hitung < t tabel (1.291 < 1.677), maka kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap hubungan konservatisme akuntansi dan

discretionary accruals, yang merupakan ukuran kualitas laba. Signifikansi

penelitian juga menunjukkan angka > 0.05 (0.202 > 0.05). Hal ini didukung

dengan nilai rata-rata kepemilikan institusional sebesar 59% ini menunjukkan

bahwa pihak institusi tidak memiliki kendali sepenuhnya terhadap kebijakan yang

diambil perusahaan (Santoso and Salsabila 2021). Hasil penelitian ini tidak

mendukung temuan dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Akbar (2018),

Tumpal Manik (2017), dan Naula Oktaviani et al. (2015) yang menyatakan bahwa

kepemilikan institusional mampu memoderasi hubungan antara konservatisme

akuntansi dan kualitas laba.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa

kepemilikan institusonal dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih

optimal karena semakin besarnya jumlah kepemilikan institusional maka semakin

tinggi pula tingkat pengawasan yang dilakukan terhadap pihak manajemen

sehingga dapat mendorong pihak manajemen untuk menerapkan prinsip

konservatisme dan mencegah terjadinya konflik kepentingan didalam perusahaan.

Kepemilikan institusional tidak dapat memperkuat atau memeperlemah hubungan

konservatisme akuntansi dan kualitas laba yang dapat diartikan bahwa


87

kepemilikan institusional tidak hanya berguna bagi perusahaan untuk tujuan

tertentu yang mempengaruhi hubungan konservatisme akuntansi dan kualitas laba

perusahaan. Terdapat kemungkinan lain yang menyebabkan insignifikansi pada

penelitian ini seperti kepemilikan institusional yang bersifat sementara, sehingga

hanya berfokus pada laba sekarang (current earning) yang artinya investor

institusional dapat melikuidasi sahamnya kapan saja apabila perusahaan dirasa

tidak lagi mampu memberikan keuntungan. Hal ini kemudian dapat

mempengaruhi manajemen untuk memperlihatkan laba yang baik guna menjaga

investor untuk tidak melikuidasi saham mereka. Hal ini juga dapat disebabkan

karena manajemen cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat

memaksimalkan utilitasnya demi mendapatkan bonus yang lebih besar, sehingga

manajemen terfokus pada hal tersebut. Walaupun manajemen memiliki atau tidak

memiliki kepemilikan saham pada perusahaan, mereka akan lebih cenderung

memilih metode perlakuan akuntansi yang dapat memaksimalkan bonus yang

akan mereka dapatkan (Aliza and Serly 2020).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Novieyanti and Kurnia (2016) yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial

tidak dapat memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas

laba.

4.6.4 Pengaruh Komposisi Komisaris Independen Memoderasi Hubungan

Antara Konservatisme Akuntansi dengan Kualitas Laba

Hipotesis ke-empat dalam penelitian ini adalah komposisi komisaris

independen mampu memoderasi hubungan konservatisme akuntansi


88

dan kualitas laba. Tabel 4.9 menunjukkan t hitung < t tabel (-1.835< 1.677), maka

komposisi komisaris independen tidak dapat memperkuat atau memperlemah

hubungan konservatisme akuntansi dan discretionary accruals, yang merupakan

ukuran kualitas laba. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka > 0.05

(0.072 > 0.05). Hal ini didukung nilai rata-rata komposisi komisaris independen

sebesar 40% ini menunjukkan bahwa penerapan jumlah komisaris independen

hanya berada sedikit diatas nilai minimum yang diwajibkan dalam Peraturan OJK

No.57/POJK.04/2017. Hasil penelitian ini tidak mendukung temuan dari

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Akbar (2018), Novieyanti and Kurnia

(2016), dan Naula Oktaviani et al. (2015) yang menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial mampu memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dan

kualitas laba.

Komisaris independen terdiri dari anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham

pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat

mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak

sematamata demi kepentingan perusahaan. Salah satu fungsi utama komisaris

independen yaitu menjalankan pengawasan terhadap kinerja manajemen

perusahaan Komisaris independen tidak dapat memperkuat atau memperlemah

hubungan konservatisme akuntansi dan kualitas laba yang dapat diartikan bahwa

komisaris independen tidak hanya ada dalam perusahaan untuk tujuan tertentu

yang mempengaruhi hubungan konservatisme akuntansi dan kualitas laba

perusahaan. Tidak berpengaruhnya komposisi komisaris independen bisa


89

disebabkan karena belum maksimalnya kinerja komisaris independen yang ada di

perusahaan. Ada kemungkinan penempatan atau penambahan anggota dewan

komisaris dari luar perusahaan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal,

sementara pengendali pengawasan yang besar tetap berada ditangan pihak

komisaris intern perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Veronica (2013), Hibatullah (2016) dan Akbar (2018) yang menunjukkan bahwa

komposisi komisaris independen tidak dapat memoderasi hubungan antara

konservatisme akuntansi dengan kualitas laba.

4.6.5 Pengaruh Komite Audit terhadap Hubungan Antara Konservatisme

Akuntansi dengan Kualitas Laba

Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah komite audit mampu

memoderasi hubungan konservatisme akuntansi dan kualitas laba. Tabel 4.9

menunjukkan t hitung < t tabel (1.579< 1.677), maka komite audit tidak dapat

memperkuat atau memeperlemah hubungan konservatisme akuntansi dan

discretionary accruals, yang merupakan ukuran kualitas laba. Signifikansi

penelitian juga menunjukkan angka > 0.05 (0.120 > 0.05). Hal ini didukung

dengan nilai rata-rata komite audit sebesar 3.07 ini menunjukkan bahwa jumlah

komite audit di perusahaan real estate dan property berada hanya pada jumlah

minimum yang diwajibkan dalam Peraturan OJK No.55/POJK.04/2015. Hasil

penelitian ini tidak mendukung temuan dari penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Akbar (2018), Novieyanti and Kurnia (2016), Naula Oktaviani et al. (2015)
90

yang menyatakan bahwa komite audit mampu memoderasi hubungan antara

konservatisme akuntansi dan kualitas laba.

Optimlisasi kinerja komite audit yang masih kurang juga dapat

menyebabkan tujuan pengawasan dan pelaksanaan dari dibentuknya komite audit

tidak tercapai. Seringkali pemilihan komite audit hanya dianggap sebagai

formalitas saja sebagai pemenuhan persyaratan tidak dianggap sebagai suatu

kebutuhan dari pengelolaan perusahan secara sehat, sehingga peran komite audit

tidak signifikan dalam pengawasan pelaporan keuangan perusahaan. Komite audit

tidak mampu memodersi hubungan konservatisme akuntansi dan kualitas laba

yang dapat diartikan bahwa komite audit tidak hanya ada dalam perusahaan untuk

tujuan tertentu yang mempengaruhi hubungan konservatisme akuntansi dan

kualitas laba perusahaan. Temuan ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan

bahwa komite audit dapat meningkatkan pengawasan terhadap manajemen

perusahaan serta dapat mengurangi sifat oportunistik manajemen dalm melakukan

pelaporan keuangan sehingga kualitas laba yang dihasilkan menjadi lebih sesuai

dengan yang sebenarnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Puspitowati and Mulya (2014) yang menunjukkan bahwa komite audit tidak dapat

memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh prinsip konservatisme

akuntansi terhadap kualitas laba dengan good corporate governance sebagai

variabel pemoderasi pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020. Berdasarkan analisis dan

pembahasan data yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Variabel konservatisme akuntansi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kualitas laba (discretionary accruals). Hasil ini membuktikan

bahwa penerapan prinsip konservatisme akuntansi dalam pelaporan

keuangan perusahaan dapat meningkatkan kualitas laba, karena dapat

memperkecil kemungkinan overstate laporan keuangan dilakukan pihak

manajemen sehingga informasi laba yang dilaporkan dapat

menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang sesuai.

2. Variabel kepemilikan manajerial tidak dapat memoderasi hubungan antara

konservatisme akuntansi dan kualitas laba. Hal ini kemungkinan

disebabkan nilai kepemilikan manajerial yang masih sangat rendah pada

perusahaan-perusahaan sampel sehingga berpengaruh terhadap hasil

penelitian. Selain itu adanya motif lain yang menjadi alasan pihak

manajemen mempunyai kepemilikan (saham) pada perusahaan tempat dia

91
92

bekerja, seperti memperoleh manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan

pribadi.

3. Variabel kepemilikan institusional tidak dapat memoderasi hubungan

antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba. Hal ini dapat

disebabkan kepemilikan institusional yang bersifat sementara, sehingga

hanya berfokus pada laba sekarang (current earning) yang artinya investor

institusional dapat melikuidasi sahamnya kapan saja apabila perusahaan

dirasa tidak lagi mampu memberikan keuntungan. Hal ini kemudian dapat

mempengaruhi manajemen untuk memperlihatkan laba yang baik guna

menjaga investor untuk tidak melikuidasi saham mereka.

4. Variabel komposisi komisaris independen tidak dapat memoderasi

hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba. Hal ini

kemungkinan disebabkan belum maksimalnya kinerja komisaris

independen yang ada di perusahaan. Kemungkinan penempatan atau

penambahan anggota dewan komisaris dari luar perusahaan hanya sekedar

memenuhi ketentuan formal, tidak dimaksudkan untuk menegakkan

penerapan good corporat governance. Selain itu kemungkinan fungsi

pengendali pengaasan yang besar masih teteap berada ditangan pihak

komisaris internal perusahaan.

5. Variabel komite audit tidak dapat memoderasi hubungan antara

konservatisme akuntansi dengan kualitas laba. Hal ini dapat disebabkan

optimalisasi kinerja komite audit yang masih kurang sehingga tujuan

pengawasan dan pelaksanaan dari dibentuknya komite audit tidak tercapai.

Seringkali pemilihan komite audit hanya dianggap sebagai formalitas saja


93

sebagai pemenuhan persyaratan tidak dianggap sebagai suatu kebutuhan

dari pengelolaan perusahan secara sehat, sehingga peran komite audit tidak

signifikan dalam pengawasan pelaporan keuangan perusahaan.

5.2 Implikasi Peneltian

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini mampu menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang

menunjukkan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laba.

Sesuai dengan teori keagenan yang menyatakan bahwa penerapan prinsip

konservatisme akuntansi dapat mengatasi konflik keagenan antara pihak agent

dan principal sehingga mampu membatasi pihak manajemen (agent) dalam

melakukan tindakan membesar-besarkan laba sehingga laba yang dihasilkan akan

berkualitas baik karena sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan yang

sebenarnya. Sehingga dapat memberikan pengetahuan bahwa dengan penerapan

prinsip konservatisme akuntansi dapat menjaga kualitas dari laba perusahaan.

Walaupun kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris

independent dan komite audit tidak dapat memperkuat ataupun memperlemah

hubungan antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak internal

(manajemen) dan pihak eksternal perusahaan (investor). Bagi pihak internal

diharapkan dapat membantu dalam mempertimbangan dan menerapkan prinsip

konservatisme akuntansi dalam mencegah dan mengatatasi konflik keagenan yang

dapat berpengaruh terhadap kualitas laba perusahaan. Bagi pihak eksternal


94

diharapkan dapat membantu pihak investor dalam pertimbangan keputusan

investasi yang diambil dengan menilai kualitas laba perusahaan dengan

memperhatikan penerapan prinsip konservatisme perusahaan.

3. Implikasi Kebijakan

Hasil peneltian ini diharapkan dapat memeberikan kontribusi dan

membantu pemerintah sebagai bahan pertimbangan atau masukan dalam

menyusun kebijakan lebih lanjut terkait penerapan prinsip konservatisme

akuntansi dan good corporate governace pada perusahaan real estate dan propety.

5.3 Keterbatasan dan Saran

Penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel bebas dan empat variabel

pemoderasi yang merupakan mekanisme good corporate governance. Masih

terdapat banyak variabel lain yang dapat mempengaruhi kualitas laba.

2. Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan real estate dan property yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020. Hasil penelitian

ini kemungkinan dapat memberikan hasil yang berbeda pada sektor lainnya.

Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti dapat

memberikan saran bagi penelitian selanjutnya sebagi berikut:

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat meneliti lebih jauh faktor-faktor lain

yang dapat mempengaruhi kualitas laba yang lebih tepat, seperti struktur

modal, investment opportunity set, likuiditas atau leverage sehingga dapat


95

digunakan oleh pihak berkepentingan baik itu investor, pemerintah dan

masyarakat umum.

2. Penelitian selanjutnya dapat memperluas cakupan sektor penelitian baru,

seperti pada sektor usaha lainnya seperti sektor energi, barang baku,

kesehatan, keuangan, teknologi, barang konsumsi, perindustrian, atau

transportasi dan logistik serta memperpanjang tahun penelitian sehingga

memberikan hasil yang lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Erwin Dzulfani. 2018. “Pengaruh Prinsip Konservatisme Akuntansi

Terhadap Kualitas Laba Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel

Pemoderasi ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016 ).” Skripsi 1–114.

Aliza, Peni, and Vanica Serly. 2020. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan

Karakteristik CFO Terhadap Konservatisme Akuntansi (Studi Empiris Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

2015-2018).” Jurnal Eksplorasi Akuntansi 2(4):3688–3704.

Andreas, Hans Hananto, Fakultas Ekonomika, Universitas Kristen, Satya Wacana,

Albert Ardeni, Fakultas Ekonomika, Universitas Kristen, and Satya Wacana.

2017. “Konservatisme Akuntansi Di Indonesia.” 20(1):1–23.

Ariyanti, Duwi Setiya. 2019. “Overstated Laporan Keuangan Tahunan, OJK

Kenakan Sanksi Rp5,6 Miliar Kepada Hanson International (MYRX).”

Marketbisnis.Com 1. Retrieved June 21, 2021

(https://market.bisnis.com/read/20190809/192/1134527/overstated-laporan-

keuangan-tahunan-ojk-kenakan-sanksi-rp56-miliar-kepada-hanson-

international-myrx).

Ashma’, Fathin Ulfatul, and Evi Rahmawati. 2019. “Pengaruh Persistensi Laba,

Book Tax Differences, Investment Opportunity Set Dan Struktur Modal

Terhadap Kualitas Laba Dengan Konservatisme Akuntansi Sebagai Variabel

Moderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di BEI

96
97

Periode 2015-2017).” Reviu Akuntansi Dan Bisnis Indonesia 3(2):206–19.

doi: 10.18196/rab.030246.

Asyik, Nur Fadjrih, and Nina Thaharah. 2016. “Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan LQ 45.”

Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi 5(2):1–18.

Ayem, Sri, and Elisabeth Elen Lori. 2020. “Pengaruh Konservatisme Akuntansi,

Alokasi Pajak Antar Periode, Dan Investment Opportunity Set Terhadap

Kualitas Laba.” Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Humanika 10(2):235. doi:

10.23887/jiah.v10i2.25438.

Basu, Sudipta. 2009. “Conservatism Research: Historical Development and

Future Prospects.” China Journal of Accounting Research 2(1):1–20. doi:

10.1016/S1755-3091(13)60007-6.

Brilianti, Dinny. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial , Kepemilikan

Institusional, Leverage, Dan Komite Audit Terhadap Konservatisme

Akuntansi.

Dechow, Patricia M., Richard G. Sloan, and Amy P. Sweeney. 1995. “Detecting

Earnings Manajemen.” The Accounting Review 70(20):193–225.

Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS

25. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hamdani, Mailani. 2016. “Good Corporate Governance (GCG) Dalam Perspektif

Agency Theory.” Semnas Fekon 279–83.


98

Hibatullah, Qowi. 2016. “Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas

Laba Akrual Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel

Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia (BEI).” 1(2):6–38.

Igustia, Dian Angraini, Dwi Fitri Puspa, and Yunilma. 2020. “Pengaruh

Intelectual Capital, Struktur Modal, Konservatisme Akuntansi,Dan

Investment Opportunity Set Terhadap Kualitas Laba.” Abstract of

Undergraduate Research, Faculty of Economics, Bung Hatta University

17(1).

Irawati, Dhian Eka. 2012. “Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Laba, Ukuran

Perusahaan Dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba.” Accounting Analysis

Journal 1(2):1–6. doi: 10.15294/aaj.v1i2.572.

Jensen, Michael C., and William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm:

Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure.” Journal of

Financial Economics 3(4):305–60. doi: 10.1016/0304-405X(76)90026-X.

Julianingsih, Desak kadek ega dewi, gede adi Yuniarta, and nyoman trisna

Herawati. 2020. “Pengaruh Intellectual Capital Dan Konservatisme

Akuntansi Terhadap Kualitas Laba.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi

11(2):159–68.

Kaihatu, Thomas. 2006. “Good Corporate Governance Dan Penerapannya Di

Indonesia.” Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas

Kristen Petra 8:1–9.


99

Khotimah, Chusnul. 2016. “Pengaruh Pertumbuhan Laba, Konservatisme

Akuntansi, Investment Opportunity Set, Dan Leverage Terhadap Kualitas

Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia.” Artikel Ilmiah : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas 1–19.

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2011. Intermediate

Accounting: IFRS Edition. 12th ed. Jakarta: Erlangga.

Kurniawan, Christy, and Rosita Suryaningsih. 2019. “Pengaruh Konservatisme

Akuntansi, Debt To Total Assets Ratio, Likuiditas, Profitabilitas, Dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Laba.” Equity 21(2):163. doi:

10.34209/equ.v21i2.642.

Kurniyawati, Indah. 2019. “PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI

DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP ASIMETRI.”

Jurnal Penelitian Dan Akuntansi IV(1).

Mehta, Cyrus R., and Patel R. Nitin. 2011. “IBM SPSS Exact Tests.” 2011 1–236.

Naula Oktaviani, Rona, Emrinaldi Nur, and Vince Ratnawati. 2015. “Pengaruh

Good Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba Dengan Manajemen

Laba Sebagai Variabel Intervening.” Sorot 10(1):36. doi:

10.31258/sorot.10.1.3203.

Novari, Putu, and Putu Lestari. 2016. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage,

Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor Properti Dan Real

Estate.” E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana 5(9):252428.


100

Novieyanti, Ira Ayu, and Kurnia. 2016. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate

Governance Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur.” Jurnal

Ilmu Dan Riset Akuntansi 5(11):1–15.

Penman, Stephen H., and Xiao Jun Zhang. 2002. “Accounting Conservatism, the

Quality of Earnings, and Stock Returns.” Accounting Review 77(2):237–64.

doi: 10.2308/accr.2002.77.2.237.

Prahasita, Hellen Sanidhya. 2016. “STRUKTUR KEPEMILIKAN,

TATAKELOLA PERUSAHAAN, DAN KONSERVATISMA.” Jurnal

Akuntansi Bisnis 15.

Purbasari, Marwandita. 2020. “Pengaruh Pertumbuhan Laba, Likuiditas,

Profitabilitas, Struktur Modal, Konservatisme, Dan Perikatan Audit

Terhadap Kualitas Laba.”

Puspitowati, Nela Indah, and Anissa Amalia Mulya. 2014. “Pengaruh Ukuran

Komite Audit, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Dan

Kepemilikan Institusional Terhadap Kualitas Laba.” 3(1).

Putri, Ghea Marisya, and Pipin Fitriasari. 2017. “Pengaruh Persistensi Laba, Good

Corporate Governance Dan Kualitas Audit Terhadap Kualitas Laba.”

Proceeding TEAM 2:394. doi: 10.23887/team.vol2.2017.186.

Rifani, Aulia. 2013. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan

Manajemen Laba Dan Kualitas Laba.” Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Padang.
101

Rokhlinasari, Sri. 2016. “Teori Teori Dalam Pengungkapan Informasi CSR.”

Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah.

Sandria, Ferry. 2021. “Deretan Skandal Lapkeu Di Pasar Saham RI, Indofarma-

Hanson! - Halaman 3.” Retrieved December 20, 2021

(https://www.cnbcindonesia.com/market/20210726191301-17-263827/dereta

n-skandal-lapkeu-di-pasar-saham-ri-indofarma-hanson/3).

Santoso, Urip, and Salsabila. 2021. “Pengaruh Kepemilikan Saham Mayoritas

Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Farmasi (Studi Perusahaan Farmasi

Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2015-2019).” 17(2):105–6.

Sofian, Saudah., Siti Zaleha Abdul Rasid, and Mehri Mohammadghorban. 2011.

“Conservatism of Earnings and Investor Protection.” International Journal of

Business and Social Science 2(14):143–48.

Spence, Michael. 1973. “Job Market Signaling.” The Quarterly Journal of

Economics 87(3):355–74. doi: 10.1055/s-2004-820924.

Sugianto, Shanty, and Julianti Sjarief. 2018. “Analisis Pengaruh Kepemilikan

Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Dan Konservatisme

Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Serta Pengaruhnya Terhadap Nilai

Perusahaan.” Jurnal Akuntansi 12(1):80–103. doi: 10.25170/jara.v12i1.59.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukirni, Dwi. 2012. “Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,


102

Kebijakan Deviden Dan Kebijakan Hutang Analisis Terhadap Nilai

Perusahaan.” Accounting Analysis Journal 1(2). doi: 10.15294/aaj.v1i2.703.

Supriyatna, Iwan, and Mohammad Fadil Djailani. 2021. “Manipulasi Laporan

Keuangan, 2 Mantan Direksi AISA Dituntut 7 Tahun Penjara.” Retrieved

December 20, 2021

(https://www.suara.com/bisnis/2021/06/04/132347/manipulasi-laporan-

keuangan-2-mantan-direksi-aisa-dituntut-7-tahun-penjara?page=all).

Sutedi, Adrian. 2011. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.

Trilaksana, Cahya. 2009. Pengaruh Dewan Komisaris Dan Komite Audit Sebagai

Mekanisme Corporate Governance Terhadap Konservatisme Akuntansi. Vol.

5. Surakarta.

Tumpal Manik. 2017. “Praktik Konservatisme Akuntansi Melalui Mekanisme

Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba.” Jurnal Ilmiah Akuntansi

Dan Finansial Indonesia 1(1):1–14. doi: 10.31629/jiafi.v1i1.1234.

Tuwentina, Putu, and Dewa Wirama. 2014. “Pengaruh Konservatisme Akuntansi

Dan Good Corporate Governance Pada Kualitas Laba.” E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana 8(2):185–201.

Ujiyantho, Muhammad Arief, and Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme

Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan.”

Simposium Nasional Akuntansi X 5.

Veronica, Ellen. 2013. “Analisis Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap


103

Kualitas Laba Akrual Yang Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance

Pada LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia (BEI).” Jurnal Audit Dan Akuntansi

2(1):31–58.

Wati, Gahani Purnama, and I. Wayan Putra. 2017. “PENGARUH UKURAN

PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE PADA KUALITAS LABA.” E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana 19:137–67.

Wijaya, Anthonius H. Citra, and Nurul Hasniar. 2016. “Pengaruh Konservatisma

Akuntansi Terhadap Nilai Ekuitas Perusahaan Dengan Good Corporate

Governance Sebagai Variabel Moderasi.” Jurnal Akuntansi & Keuangan

Daerah 11(2):1–15.

Wulandari, Ida Ayu Triesni, and Suprasto Herkulanus Bambang. 2014.

“Konservatisme Akuntansi, Good Corporate Governance Dan Pengungkapan

Corporate Social Responsibility Pada Earnings Response Coefficient.”

Accounting Analysis Journal 3(2):255–63.


LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1 APLN Agung Podomoro Land Tbk.

2 ASRI Alam Sutra Realty Tbk.

3 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk

4 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk.

5 BKPD Bukit Darmo Property Tbk.

6 CTRA Ciputra Development Tbk

7 DART Duta Anggada Realty Tbk.

8 DILD Intiland Development Tbk.

9 EMDE Megapolitan Development Tbk,

10 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk.

11 GPRA Perdana Gapuraprima Tbk,

12 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk.

13 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk.

14 MMLP Mega Manunggal Property Tb.

15 MPRO Maha Properti Indonesia Tbk.

16 PPRO PP Properti Tbk.

17 PUPD Pudjiadi Prestige Tbk.

18 RDTX Roda Vivatex Tbk.

19 SMRA Summarecon Agung Tbk.

104
105

Lampiran 2: Data Sampel Penelitian

Kepemilika Komposisi
Konservatis Kepemilik n Komisaris Komit
Kode me an Institusiona Independe e Kualitas
NO Perusahaan Tahun Akuntansi Manajerial l n Audit Laba
1 APLN 2018 0.034 0.001 0.760 0.500 3 -0.174
2 ASRI 2018 -0.019 0.001 0.472 0.400 3 0.012
3 BEST 2018 -0.046 0.001 0.643 0.400 3 0.212
4 BIPP 2018 -0.088 0.022 0.807 0.500 3 0.339
5 BKDP 2018 -0.056 0.088 0.381 0.333 4 0.536
6 CTRA 2018 0.008 0.001 0.470 0.429 3 -0.073
7 DART 2018 0.018 0.480 0.449 0.333 3 0.028
8 DILD 2018 0.016 0.256 0.558 0.333 3 -0.060
9 EMDE 2018 0.103 0.079 0.737 0.250 3 1.190
10 FMII 2018 -0.028 0.412 0.467 0.333 3 -0.506
11 GPRA 2018 0.025 0.001 0.853 0.333 3 0.014
12 GWSA 2018 0.048 0.001 0.795 0.333 3 -1.294
13 KIJA 2018 -0.006 0.030 0.093 0.500 3 0.136
14 MMLP 2018 0.024 0.010 0.969 0.400 3 -0.843
15 MPRO 2018 0.014 0.127 0.148 0.333 3 -2.790
16 PPRO 2018 0.025 0.001 0.900 0.500 3 0.019
17 PUDP 2018 0.060 0.053 0.596 0.333 3 -0.020
18 RDTX 2018 0.004 0.024 0.751 0.333 3 0.047
19 SMRA 2018 0.035 0.010 0.458 0.500 3 -0.019
20 APLN 2019 -0.012 0.001 0.804 0.500 4 -0.245
21 ASRI 2019 -0.031 0.001 0.465 0.400 3 -0.095
22 BEST 2019 0.006 0.001 0.643 0.400 3 0.001
23 BIPP 2019 -0.058 0.022 0.805 0.333 3 0.001
24 BKDP 2019 -0.058 0.083 0.674 0.333 4 -0.111
25 CTRA 2019 0.008 0.001 0.470 0.375 3 0.000
26 DART 2019 -0.004 0.475 0.449 0.333 3 -0.383
27 DILD 2019 0.064 0.294 0.529 0.333 3 0.257
28 EMDE 2019 0.014 0.079 0.737 0.400 3 -0.800
29 FMII 2019 -0.013 0.412 0.467 0.333 3 0.463
106

31 GWSA 2019 0.001 0.001 0.795 0.333 3 1.288


32 KIJA 2019 0.034 0.030 0.118 0.500 3 -0.078
33 MMLP 2019 -0.019 0.007 0.950 0.500 3 -0.082
34 MPRO 2019 -0.046 0.127 0.148 0.333 3 0.506
35 PPRO 2019 -0.088 0.001 0.858 0.500 3 0.186
36 PUDP 2019 -0.056 0.083 0.445 0.333 3 -0.056
37 RDTX 2019 0.008 0.024 0.751 0.333 3 -0.118
38 SMRA 2019 0.018 0.011 0.438 0.600 3 -0.125
39 APLN 2020 0.016 0.001 0.827 0.500 3 -0.110
40 ASRI 2020 0.103 0.001 0.401 0.400 3 -0.775
41 BEST 2020 -0.028 0.001 0.639 0.600 3 -0.002
42 BIPP 2020 0.025 0.022 0.805 0.333 3 0.000
43 BKDP 2020 0.048 0.083 0.674 0.250 4 0.738
44 CTRA 2020 -0.006 0.001 0.528 0.429 3 0.000
45 DART 2020 0.024 0.475 0.449 0.333 3 -0.916
46 DILD 2020 0.014 0.258 0.514 0.400 3 -0.333
47 EMDE 2020 0.025 0.079 0.737 0.400 3 -0.380
48 FMII 2020 0.060 0.412 0.467 0.333 3 0.392
49 GPRA 2020 0.004 0.007 0.831 0.400 3 -0.152
50 GWSA 2020 0.035 0.001 0.795 0.333 3 -1.503
51 KIJA 2020 -0.012 0.030 0.117 0.500 3 -0.066
52 MMLP 2020 -0.031 0.006 0.879 0.500 3 -0.668
53 MPRO 2020 0.006 0.127 0.148 0.333 3 -0.998
54 PPRO 2020 -0.058 0.001 0.828 0.667 3 -0.064
55 PUDP 2020 -0.058 0.083 0.445 0.333 3 -0.619
56 RDTX 2020 0.008 0.024 0.752 0.333 3 0.168

Lampiran 3: Data Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Konservatisme_X1 57 -.0881 .1556 .002544 .0409200
KepManajerial_Z1 57 .0007 .4802 .085536 .1404332
KepInstitusional_Z2 57 .0933 .9690 .595116 .2313740
KomIndependen_Z3 57 .2500 .6667 .402318 .0915320
KomiteAudit_Z4 57 3 4 3.07 .258
KualitasLaba_Y 57 -2.7897 1.2878 -.137629 .6119331
Valid N (listwise) 57
107

Lampiran 4: Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 57
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. .58674615
Deviation
Most Extreme Absolute .156
Differences Positive .103
Negative -.156
Test Statistic .156
Asymp. Sig. (2-tailed) .001c
Exact Sig. (2-tailed) .110
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Lampiran 5: Hasil Uji Multikolinearitas

Collinearity
Statistics
Model Tolerance VIF
1 Konservatisme_X1 .895 1.117
KepManajerial_Z1 .734 1.363
KepInstitusional_Z2 .881 1.135
KomIndependen_Z3 .777 1.288
KomiteAudit_Z4 .885 1.130
108

Lampiran 6: Hasil Uji Heteroskedastisitas Pertama

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Std.
Model B Error Beta
1 (Constant) 1.206 .864 1.396 .169
Konservatisme_X1 .399 1.477 .038 .270 .788
KepManajerial_Z1 -.458 .475 -.148 -.963 .340
KepInstitusional_Z2 -.253 .263 -.135 -.961 .341
KomIndependen_Z3 -1.616 .709 -.341 -2.279 .027
KomiteAudit_Z4 .008 .236 .005 .035 .973
a. Dependent Variable: ABSRES

Lampiran 7: Hasil Uji Heteroskedastisitas Kedua

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.196 3.638 1.428 .159
Konservatism_X1 1.241 1.403 .121 .884 .381
KepManajerial_Z1 -.461 .476 -.153 -.969 .337
KepInstitusional_Z2 -.586 .340 -.363 -1.722 .091
KomIndepnden_Z3 -10.147 10.890 -.217 -.932 .356
KomiteAuditZ4 .111 .105 .289 1.056 .296
a. Dependent Variable: ABSRES2
109

Lampiran 8 : Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 .543 a
.295 .225 5.19471 1.850
a. Predictors: (Constant), KomiteAudit_Z4, Konservatism_X1,
KepManajerial_Z1, KepInstitusionalZ2, KomIndependen_Z3
b. Dependent Variable: KualitasLaba_Y

Lampiran 9: Hasil Analisis Regresi Moderasi

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.963 .758 -1.271 .209
Konservatism_X1 4.773 2.051 .299 2.327 .024
KepManajerial_Z1 .063 .602 .013 .104 .917
KepInstitusional_Z2 .582 .337 .232 1.726 .090
KomIndependenZ3 4.287 9.373 -.628 -1.836 .649
KomiteAudit_Z4 .124 .076 .209 1.644 .120
M1 4.136 2.477 .361 1.670 .101
M2 .619 .479 .300 1.291 .202
M3 -90.520 49.329 -.628 -1.835 .072
M4 .274 .174 .619 1.579 .120
a. Dependent Variable: KualitasLaba_Y
110

Lampiran 10: Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .610a
.372 .251 5.10702
c. Predictors: (Constant), M4, KepManajerial_Z1, KepInstitusional_Z2,
KomIndependenZ3, M3, M1, KomiteAuditZ4, M2, Konservatism_X1
d. Dependent Variable: KualitasLaba_Y

Lampiran 11: Hasil Uji Parameter Individual (Uji statistik t)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T t tabel Sig.
1 (Constant) -.963 .758 -1.271 1.6772 .209
Konservatism_X1 4.773 2.051 .299 2.327 1.6772 .024
KepManajerial_Z1 .063 .602 .013 .104 1.6772 .917
KepInstitusional_Z2 .582 .337 .232 1.726 1.6772 .090
KomIndependenZ3 4.287 9.373 -.628 -1.836 1.6772 .649
KomiteAudit_Z4 .124 .076 .209 1.644 1.6772 .120
M1 4.136 2.477 .361 1.670 1.6772 .101
M2 .619 .479 .300 1.291 1.6772 .202
M3 -90.520 49.329 -.628 -1.835 1.6772 .072
M4 .274 .174 .619 1.579 1.6772 .120
a. Dependent Variable: KualitasLaba_Y
111

Lampiran 12: Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Keteranga
Kode Hipotesis Sig n
Konservatisme akuntansi berpengaruh 0.024<0.0 Hipotesis
H1
positif terhadap kualitas laba. 5 diterima
Kepemilikan manajerial dapat
memoderasi hubungan antara 0.149>0.0 Hipotesis
H2
konservatisme akuntansi dengan 5 ditolak
kualitas laba
Kepemilikan insstitusional dapat
memoderai hubungan antara 0.202>0.0 Hipotesis
H3
konservatisme akuntansi dengan 5 ditolak
kualitas laba
Komposisi komisaris independen dapat
memoderasi hubungan antara 0.075>0.0 Hipotesis
H4
konservatisme akuntansi dengan 5 ditolak
kualitas laba
Komite audit dapat memeoderasi 0.120>0.0 Hipotesis
H5 hubungan antara konservatisme 5 ditolak
akuntansi dengan kualitas laba

Anda mungkin juga menyukai