SKRIPSI
Diajukan Oleh :
PUTRI RIZKIYAH
NPM : 2015203945
NPM : 2015203945
JURUSAN : MANAJEMEN
Mengetahui,
Ir. Hj. Reni Yesi S., M.M. Dr. Rakhmat, S.E., M.S.E.
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
NPM : 2015203945
JURUSAN : MANAJEMEN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Penulisan penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar (S1) Jurusan Manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mulia
Pratama.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
menyadari segala keterbatasan yang ada. Penulis berharap agar skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri, bagi pembaca, dan bagi pihak yang
berkepentingan.
Selama penulisan ini tentunya mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak
yang telah mendukung dan membimbing penulis. Untuk itu, pada kesempatan ini
2. Bapak Dr. Rakhmat, S.E., M.S.E. Selaku Ketua STIE Mulia Pratama.
3. Bapak Hartadi, S.E., M.AK. Selaku Wakil Ketua I STIE Mulia Pratama Bidang
Akademik.
i
4. Ibu Hj. Budi Rachmawati S.Pd., M.Pd. Sebagai Wakil Ketua II STIE Mulia
5. Bapak Yohanes Sugiyanta, S.E., M.M. Sebagai Wakil III STIE Mulia Pratama
Bidang Kemahasiswaaan.
6. Ibu Ir. Hj. Reni Yesi S., M.M. Selaku Ketua Jurusan Manajemen STIE Mulia
Pratama.
7. Bapak Dr. Tony R Sinambela., M.M. Selaku Pembimbing Materi yang dengan
sabar telah memberikan segala arahan, kritik, dan saran – saran serta telah
8. Seluruh Dosen dan Staff Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mulia Pratama yang
selama kuliah.
9. Kepada Orang tua saya dan kakak- adik serta keluarga yang telah memberikan
doa dan dukungan moril yang sangat luar biasa dalam memberikan semangat
10. Untuk kaka saya veronica suwandy, terimakasih untuk support dan selalu sabar
11. Pimpinan dan rekan kerja saya di Erha Clinic yang sudah memberikan support
dan izin untuk bisa bekerja dan kuliah diwaktu yang sama, terimakasih untuk
bisa mengalah agar saya selalu dapat shift siang untuk bekerja dan kuliah di pagi
ii
12. Semua sahabat – sahabat STIE Mulia Pratama yang tidak dapat disebutkan satu
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, sebagai bahan
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Putri Rizkiyah
iii
ABSTRAK
Populasi dari penelitian ini adalah PT. Campina Ice Cream Industry tahun
2018-2020. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan
metode penelitian kepustakaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang berupa laporan tahunan dan diperoleh dari website Bursa
Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan website PT Campina Ice Cream Industry
(www.campina.co.id). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif yang bertujuan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan data menggunakan pengukuran rasio likuiditas (current rato,
quick ratio dan cash ratio) dan rasio solvabilitas (debt to asset ratio, debt to equity
ratio dan long term debt to equity ratio).
Hasil analisis sebagai berikut (1) rasio likuiditas, menurut perhitungan rata –
rata tahun 2018 – 2020 current ratio yaitu sebesar 1224,67%, quick ratio sebesar
1221,07%, dan cash ratio sebesar 636,91%, menunjukkan kondisi yang kurang
baik, karena rasio yang dihasilkan terlalu tinggi diatas rata – rata standar industri,
perusahaan disarankan mengoptimalkan aktiva lancar yang dimiliki, dengan cara
ekspansi bisnis dan menekan penagihan piutang perusahaan yang belum tertagih.
(2) rasio solvabilitas, menurut perhitungan rata – rata tahun 2018 – 2020 debt to
asset ratio yaitu sebesar 11,63%, debt to equity ratio sebesar 13,17%, long term debt
to equity ratio sebesar 6,85%, menunjukkan kondisi yang baik karena rasio yang
dihasilkan berada dibawah rata -rata standar industri, perusahaan diharapkan untuk
tetap mempertahankan kinerja keuangan agar rasio solvabilitas tetap berada rata –
rata standar industri karena semakin kecil rasionya semakin baik kinerja keuangan
perusahaan. (3) rasio secara umum dilihat dari rasio profitabilitas, menurut
perhitungan rata – rata tahun 2018 – 2020 net profit margin yaitu sebesar 6,17%,
return on asset sebesar 5,83%, return on equity sebesar 6,59%, menunjukkan
kondisi yang baik, karena rasio yang dihasilkan diatas rata – rata standar industri,
perusahaan disarankan tetap mempertahankan kinerja keuangan, meningkatkan
laba ditahun berikutnya, perusahaan harus mampu mengelola modal yang
diinvestasikan dalam aktiva, meningkatkan penjualan, serta berusaha menekan
biaya – biaya operasional yang harus dikeluarkan.
iv
ABSTRACT
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
vi
2.3 Kerangka Penelitian ....................................................................... 48
vii
4.1.5 Perkembangan Perusahaan .......................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi
Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang sehat dan efisien untuk
mendapatkan keuntungan atau laba. Oleh sebab itu, kinerja keuangan merupakan
hal yang penting bagi setiap perusahaan didalam persaingan bisnis untuk
mempertahankan perusahaannya.
mempertimbangkan keputusan yang akan diambil untuk tahun yang akan datang
datanya yang terdiri dari rasio-rasio neraca yaitu rasio yang disusun dari data yang
berasal dari neraca, rasio-rasio laporan laba-rugi yang disusun dari data yang
berasal dari perhitungan laba-rugi, dan rasio-rasio antar laporan yang disusun
berasal dari data neraca dan laporan laba-rugi. Laporan keuangan perlu disusun
PT. Campina Ice Cream Industry adalah salah satu perusahaan es krim
terkemuka di Indonesia yang didirikan pada awal tahun 1970 oleh keluarga Pranoto
yang mulai merintis pembuatan es krim secara sederhana digarasi rumah mereka di
Surabaya. PT. Campina Ice Cream Industry tidak lepas dari usaha yang bertujuan
ketidakstabilan dalam menghasilkan laba, hal ini dapat dilihat dari data keuangan
perusahaan dimana perusahan mengalami peningkatan laba dari tahun 2018 sampai
pada tahun 2020 laba yang dihasilkan mengalami penurunan drastis sebesar 40%,
dimana laba yang dihasilkan yaitu sebesar Rp 44.045.828.312. PT. Campina Ice
menurun pada tahun yang akan datang, laba yang semakin menurun akan
perusahaan harus mengetahui kondisi kinerja keuangan saat ini sebagai dasar
PT. Campina Ice Cream Industry dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan
panjangnya setelah mengalami penurunan laba yang sangat drastis dimasa pandemi,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Rasio
a. Rasio Likuiditas.
b. Rasio Solvabilitas.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
keuangan perusahaan?
keuangan perusahaan?
c. Berapakah rasio secara umum saat ini dalam usaha meningkatkan kinerja
keuangan?
a. Untuk mengetahui rasio likuiditas saat ini dalam usaha meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan.
c. Untuk mengetahui rasio secara umum saat ini dalam usaha meningkatkan
a. Bagi Penulis
sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan
b. Bagi Perusahaan
c. Bagi Pembaca
para pembaca baik mahasiswa maupun masyarakat luas serta sebagai referensi
Penulisan ini terdiri dari beberapa bab dimana masing – masing bab saling
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan
Bab ini terdiri dari landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran
Dalam bab ini berisi tentang variabel penelitian dan definisi operasional,
waktu dan tempat penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,
Bab ini memuat informasi mengenai hasil dan analisis data yang membantu
kesimpulan.
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian di bab IV, dan
LANDASAN TEORI
dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta
(art) dan ilmu (science) untuk me-manage uang, yang meliputi proses,
7
8
institusi/lembaga, pasar, dan instrument yang terlibat dengan masalah transfer uang
1. Planning atau Perencanaan Keuangan, meliputi Perencanaan Arus Kas dan Rugi
Laba.
perusahaan yang ada agar sesuai dengan kaidah standar akuntansi dan tidak terjadi
penyimpangan.
Menurut Hery (2017 :3) laporan keuangan merupakan hasil akhir dari kegiatan
yang bersangkutan. Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
Menurut Sutrisno (2017 : 8) laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses
akuntansi yang meliputi dua laporan utama yaitu neraca dan laporan rugi laba. Laporan
diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam laporan
keuangan seperti :
1. Neraca
kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.
Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu.
Artinya laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode
tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah
dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba ataua
rugi.
perusahaan saat ini. Kemudian, laporan ini juga menunjukkan perubahan modal
Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas
Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan
Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu:
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
periode.
Menurut Harahap (2009) dalam V. Wiratna (2017 : 34) analisis laporan keuangan
adalah menguraikan pos - pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
Menurut Hery (2017 : 113) analisis laporan keuangan merupakan suatu proses
untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur – unsurnya dan menelaah masing
– masing dari unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan
pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.
menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang
bersangkutan.
1. Untuk mengetahui posisi keuanagn perusahaan dalam suatu periode tertentu Baik
harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa
periode.
perusahaan.
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil
Menurut V. Wiratna (2017 : 71) kinerja merupakan hasil dari evaluasi terhadap
antara standar yang telah ditetapkan misalnya berdasarkan pertaturan mentri keuangan
kemampuan perusahaan dalam mengelola dan juga mengendalikan sumber daya yang
dimiliki.
Menurut Mulyadi dalam Hery (2017 : 217) kinerja keuangan adalah penentuan
secara periodic tingkat efektifitas operasional suatu organisasi, badan organisasi, dan
sebelumnya.
Menurut Supriyono R.A. dalam Hery (2017 : 217) kinerja keuangan adalah
sebuah proses untuk menentukan seberapa baik aktivitas – aktivitas bisnis dilakukan
berkesinambungan.
keuangan yaitu :
14
4. Lingkungan kerja, meliputi faktor – faktor lokasi dan kondisi kerja, iklim
Menurut Munawir dalam V. Wiratna (2017 : 71), tujuan dari penilaian suatu
perusahaan adalah:
hambatan.
15
1. Untuk mengukur prestasi yang telah diperoleh suatu organisasi secara keseluruhan
pelaksanaan kegiatannya.
3. Sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang.
menunjukan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila hanya melihat
Menurut Jumingan (2006) kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat
yaitu :
16
3. Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk
4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode
5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui
kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu
tertentu.
hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi
7. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi
8. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan
Menurut Hery (2017 :138) rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio
dengan menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam
menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan adalah angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya
membandingkan angka angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi
lainnya yang ada dalam laporan keuangan, perbandingan tersebut bisa antara akun
Suatu rasio akan jadi manfaat, bila rasio itu memang memperlihatkan suatu
hubungn yang mempunyai makna. Secara garis besar, saat ini didalam praktiknya
setidaknya sekitar 5 rasio yang dipakai untuk menilai kondisi keuangan perusahaan.
1. Rasio Likuiditas
3. Rasio Aktivitas
Menurut Fred J. Weston dalam Kasmir (2014:106) jenis – jenis rasio keuangan
adalah :
Analisis rasio keuangan tidak hanya berguna bagi kepentingan intern dan
kredit jangka pendek maupun kredit jangka panjang kepada perusahaan, untuk itu para
bankir lebih tertarik pada rencana jangka pendek, likuiditas, kemampuan memperoleh
laba, tingkat efesiensi operasional dan solvabilitas. Bagi para kreditur jangka panjang
lebih tertarik pada kemampuan laba dan tingkat efesiensi operasional. Sedangkan bagi
para penanam modal lebih tertarik pada kemampuan memperoleh laba jangka panjang
19
dan tingkat efesiensi perusahaan. Bagi manajer keuangan tentu saja sangatlah
berkepentingan dengan semua aspek rasio keuangan, karena harus membayar hutang
Menurut Hanafi (2012 : 68) Rata – rata industri mungkin tidak memberikan
target rasio atau norma yang diinginkan. Rata – rata industri hanya dapat memberikan
panduan atas posisi keuangan perusahaan rata – rata dalam industri. Dalam laporan
keuangan, angka – angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu
diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang
dicapai perusahaan, oleh karena itu diperlukan analisis rasio keuangan untuk menilai
kinerja keuangan perusahaa. Rata – rata industri bisa dan biasa digunakan sebagai
pembanding. Meskipun rata – rata industri ini bukan merupakan pembanding yang
paling tepat karena beberapa hal, misalnya karena perbedaan karakteristik rata – rata
perusahaan dalam industri dengan perusahaan tersebut. Tetapi rata – rata industri tetap
Menurut Kasmir (2014 : 130) rasio likuiditas atau rasio yang sering disebut rasio
modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya
suatu perusahaan.
20
Menurut Bambang (2010 : 331) rasio likuiditas adalah rasio – rasio yang
dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan (current ratio, acid test ratio).
Menurut J. Fred Weston rasio (1998 : 295) likuiditas merupakan rasio yang
kewajiban lancarnya.
Menurut Hery (2017 : 149) rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan
pendeknya. Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan untuk
Menurut V. Wiratna (2017 : 60) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
berupa hutang – hutang jangka pendek. Rasio ini ditunjukkan dari besar kecilnya aktiva
lancar.
Menurut Hery (2017 : 151) tujuan rasio likuiditas secara keseluruhan yaitu:
6. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
4. Mengukur atau membandingkan antar jumlah sediaan yang ada dengan modal
kerja perusahaan.
5. Mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
7. Melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan
Dari penjelasan diatas tentang tujuan dari rasio likuiditas, penulis menyimpulkan
aktiva maupun kas, dan pembayaran pun harus sesuai dengan batas jatuh tempo yang
telah ditetapkan.
Menurut Sutrisno (2017 : 222) current ratio adalah rasio yang membandingkan
antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek.
Menurut Hery (2017 : 152) rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk
yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset yang lancar yang tersedia.
Menurut Kasmir (2014 : 134) rasio lancar atau current ratio merupakan rasio
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rumus yang
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk
Menurut Hery (2017 : 154) rasio sangat lancar atau rasio cepat merupakan rasio
jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunkan asset sangat lancar
(kas + sekuritas jangka pendek+piutang), tidak termasuk persediaan barang dagang dan
Menurut Kasmir (2014 : 136) quick ratio atau rasio cepat atau rasio sangat lancar
atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi atau membayar kewajiban hutang lancar (utang jangka pendek) dengan
aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory).Artinya nilai sediaan ini
kita abaikan dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan
24
karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan,
Menurut Sutrisno (2017 : 223) quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar
sesudah dikurangi persediaan dikurangi dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan
besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi hutang
Menurut Hery (2017 : 156) rasio kas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas atau setara kas yang tersedia untuk membayar utang
jangka pendek.
Menurut Kasmir (2014 : 138) rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
Menurut Sutrisno (2017 : 223) rasio kas adalah rasio yang membandingkan
anatara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar.
dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di bank. Rumus yang digunakan untuk
Menurut James O. Gill dalam Kasmir (2014 : 140) rasio perputaran kas (cash
turn over) berfungsi untuk mengukur tingkat ketersediaan kas dalam membayar
tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan atau
utang dan biaya – biaya yang berkaitan dengam penjualan. Rumus yang digunakan
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan
yang ada dengan modal kerja perusahaan.Modal kerja terdiri dari pengurangan aktiva
26
lancar dengan hutang lancar. Rumus yang digunakan untuk menghitung Inventory to
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 = 𝑥 100%
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Tabel 2.1
Standar Industri Rasio Likuiditas
Menurut Hery (2017 : 162) rasio solvabilitas atau rasio leverage merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan
utang.
27
Menurut Bambang (2010 : 331) rasio leverage adalah rasio – rasio yang
dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan
utang (debt to total asset ratio, net worth to debt ratio, dan lain sebaganya).
Menurut Kasmir (2014 : 151) rasio solvabilitas atau rasio leverage merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan
utang. Artinya berapa besar besar beban utang yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas bahwa rasio solvabilitas digunakan
(kreditor).
3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan
modal.
aktiva.
6. Untuk menilai dan mengukurberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian
Menurut Kasmir (2014 : 154) beberapa manfaat rasio solvabilitas adalah sebagai
berikut:
pihak lainnya.
dengan modal.
pengelolaan aktiva.
6. Untuk menganalisis dan mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat
Menurut Hery (2017 : 164) tujuan dan manfaat rasio solvabilitas secara
keseluruhan adalah :
jika dibandingkan dengan jumlah aset atau modal yang dimiliki perusahaan.
4. Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang.
5. Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh modal.
perusahaan.
7. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah aset yang dijadikan sebagai
8. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah aset yang dijadikan sebagai
9. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai
jaminan uang.
10. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai
11. Untuk menilai sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan (yang diukur
dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak) dalam membayar bunga pinjaman.
12. Untuk menilai sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan (yang diukur
Menurut Kasmir (2014 : 156) Debt to Total Asset Ratio atau Rasio Hutang
terhadap Total Aktiva merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
Menurut Hery (2017 : 166) Debt to Total Asset Ratio atau Rasio Hutang terhadap
Total Aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara
Menurut V. Wiratna (2017 : 62) rasio ini merupakan rasio perbandingan antara
hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva yang diketahui.
Menurut Sutrisno (2017 : 224) Debt to Total Asset Ratio atau Rasio Hutang
terhadap Total Aktiva adalah mengukur besarnya persentase besarnya dana yang
berasal dari hutang Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
31
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Menurut Kasmir (2014 : 155) debt to equity ratio adalah rasio keuangan yang
dipakai untuk menilai utang dengan ekuitas perusahaan. Rasio ini digunakan untuk
mengetahui total dana yang disediakan oleh peminjam (kreditur) dengan pemilik
perusahaan. Dengan kata lain, seberapa besar nilai setiap rupiah modal perusahaan
Menurut Hery (2017 : 168) debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini berguna untuk
mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor
antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
Menurut Sutrisno (2017 : 224) debt to equity ratio merupakan imbangan antara
hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti
modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Rasio ini dapat dihitung
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = x 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
32
3. Long Term Debt to Equity Ratio (Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal)
Menurut Kasmir (2014 : 159) merupakan rasio antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dalam setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara
membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang telah
Menurut Hery (2017 : 170) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
Menurut V. Wiratna (2017 : 62) bagian dari setiap modal sendiri dijadikan
jaminan untuk utang jangka panjang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Menurut J. Fred Weston dalam Kasmir (2014 : 160) Times Interest Earned
Ratio merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini diartikan
oleh James C. Van Home juga sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar biaya
Menurut Hery (2017 : 171) rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan sejauh
mana atau seberapa kali kemampuan perusahaan dalam membayar bunga. Kemampuan
perusahaan disini diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak.
keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Rasio ini dapat dihitung
𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑇𝑖𝑚𝑒𝑠 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
Menurut Sutrisno (2017 : 225) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
Menurut Kasmir (2014 : 162) Fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap
merupakan rasio yang menyerupai Times Interest Earned Ratio. Perbedaannya adalah
rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau
menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan
biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang. Rasio ini dapat
Tabel 2.2
Standar Industri Rasio Solvabilitas
Inventory To Net
5 10 kali
Working Capital
Sumber : Kasmir
(2014 : 197) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditujukkan oleh laba yang dihasilkan dari
Menurut Bambang (2010 : 331) rasio profitabilitas adalah rasio – rasio yang
(profit margin on sales, return on total asset, return on net worth dan sebagainya).
Menurut V. Wiranta (2017 : 64) rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan
Menurut Hery (2017 : 192) rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan
normal bisnisnya.
Rasio profitabilitas memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pihak
pemilik usaha maupun manajemen saja, tetapi juga bagi pihak dari luar perusahaan
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu
periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
4. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana dan perusahaan yang digunakan baik
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perushaan yang baik modal pinjam
Sedangkan Menurut Hery (2017 : 192) tujuan dan manfaat rasio profitabilitas
tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
4. Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap
5. Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap dana
dari kebijakan manajemen. Karna semakin lengkap jenis rasio yang digunakan semakin
Menurut Hery (2017 : 195) merupakam rasio yang digunakan untuk mengukur
besarnya presentase laba kotor atas penjualan bersih. Semakin tinggi margin laba kotor
berarti semakin tinggi pula laba kotor yang dihasilkan dari penjualan bersih.
Sebaliknya semakin rendah margin laba kotor berarti semakin rendah pula laba kotor
yang dihasilkan dari penjulan bersih. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑥100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio
ini dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga
mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Menurut Hery (2017 : 198) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
besarnya persentasi laba bersih atas penjualan bersih. Semakin tinggi marjin laba bersih
berarti semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih.
Sebaliknya, semakin rendah marjin laba bersih berarti semakin rendah pula laba bersih
39
yang dihasilkan dari penjualan bersih. . Berikut rumus yang digunakan untuk
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
Menurut Hery (2017 : 193) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Semakin tinggi hasil pengembalian atas
aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah
dana yang tertanam dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian
atas aset maka semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Berikut rumus yang digunakan untuk
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑂𝐴 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah
laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
Menurut Hery (2017 : 193) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
kontribusi ekuitas dalam menciptakan dalam menciptakan laba bersih. Semakin tinggi
hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas. Sebaliknya semakin
rendah hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin rendah pula jumlah laba yang
dihasilkan dari setiap rupiah yang tertanam dalam ekuitas. Berikut rumus yang
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑂𝐸 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
41
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang
akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas.
Menurut V. Wiratna (2017 : 65) laba operasi sebelum bunga dan pajak
Menurut Hery (2017 : 197) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
besarnya persentasi laba operasional atas penjualan bersih. Semakin tinggi marjin laba
operasional berarti semakin tinggi pula laba operasional yang dihasilkan dari penjualan
bersih. Sebaliknya, semakin rendah marjin laba operasional berarti semakin rendah
pula laba oprasional yang dihasilkan dari penjualan bersih. . Berikut rumus yang
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Menurut V. Wiratna (2017 : 65) biaya operasi per rupiah penjualan. Rasio ini
Tabel 2.3
Standar Industri Rasio Profitabilitas
Sumber : Kasmir
Menurut Kasmir (2014 : 172) rasio Aktivitas atau activity ratio merupakan rasio
aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk
piutang dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk
hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih
43
efisien dan efektif dalam mengelolah asset yang dimilikinya atau mungkin justru
sebaliknya.
Menurut Hery (2017 : 178) rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan
Menurut Hery (2017 : 178) tujuan dan manfaat rasio aktivitas secara keseluruhan
adalah :
1. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam piutang usaha berputar
2. Untuk menghitung lamanya rata – rata penagihan piutang usaha, serta sebaliknya,
untuk mengetahui berapa hari rata – rata piutang usaha tidak dapat tertagih.
3. Untuk menilai efektif tidaknya aktivitas penagihan piutang usaha yang telah
4. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam
satu periode.
akhirnya terjual.
44
6. Untuk menilai efektif tidaknya aktivitas penjulan persediaan barang dagang yang
7. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam
satu periode atau seberapa besar tingkat penjualan yang dicapai dari setiap rupiah
8. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam aset tetap berputar dalam
satu periode atau seberapa besar tingkat penjualan yang dicapai dari setiap rupiah
9. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam total aset berputar dalam
satu periode atau seberapa besar tingkat penjualan yang dicapai dari setiap rupiah
Menurut Hery (2015 : 211) perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur berapa kali dana yang tertanamdalam piutang usaha akan
berputardalam satu periode. Dengan kata lain rasio ini menggambarkan seberapa cepat
piutang berhasil ditagih menjadi kas. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
Perputaran Piutang =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Lamanya Rata − Rata Penagihan Piutang Usaha =
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan akan
berputar. Dengan kata lain rasio ini menggambarkan seberapa cepat persediaan
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Perputaran Persediaan =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Lamanya Rata − Rata Persediaan =
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
Menurut Hery (2015 : 218) perputaran modal kerja merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur keefektifan modal kerja (aset lancar) yang dimiliki
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Perputaran Modal Kerja =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Menurut Hery (2015 : 219) rasio ini mengukur efektifitas aset tetap yang dimiliki
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Perputaran Modal Kerja =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
Tabel 2.4
Standar Industri Rasio Aktivitas
Rasio Likuiditas
(X1) H1
Kinerja Keuangan
H3
(Y)
H2
Rasio Solvabilitas
(X2)
Keterangan :
Keuangan (Y).
Keuangan (Y).
METODE PENELITIAN
Terdapat tiga variabel di dalam penelitian ini, dua variabel independen (X)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi akibat dari adanya variabel
1. Kinerja Keuangan
perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka
49
50
pendek maupun tujuan jangka Panjang (Hery, 2017). Menurut Mulyadi pengukuran
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja keuangan pada penelitian ini
1. Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2014 : 130) rasio likuiditas atau rasio yang sering disebut
rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
likuidnya suatu perusahaan. Pada penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
2. Rasio Solvabilitas
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar besar beban utang yang ditanggung
Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio dan Long Term Debt to Equity Ratio.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = x 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai dengan September 2021.
Penelitian ini dilakukan PT. Campina Ice Cream Industry yang beralamat di
Jl. Rawa Terate 1 No. 5 Pulo Gadung, Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia.
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang telah diolah perusahaan bersangkutan, yang berupa laporan tahunan
(annual report). Periode yang di jadikan sebagai tahun penelitian adalah selama
tiga tahun tahun dimulai dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020
b. Sumber Data
metode ini peneliti dapat memperoleh data yang cukup informatif dan akurat. Data
sumber lainnya.
54
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu rasio keuangan berupa rasio likuiditas dan
solvabilitas.
a. Mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian pada PT. Campina Ice
Cream Industry.
Quick Ratio, Cash Ratio dan rasio solvabilitas meliputi Debt to Equity Ratio, Long
hasil perhitungan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas dengan standar rata – rata
industri sebagai acuan apakah perusahaan memiliki kinerja yang baik atau tidak.
PT. Campina Ice Cream Industry adalah salah satu perusahaan es krim
terkemuka di Indonesia yang didirikan pada awal tahun 1970 oleh keluarga Pranoto
yang mulai merintis pembuatan es krim secara sederhana digarasi rumah mereka di
yang keras dimana pada saat itu es krim belum sepopuler sekarang ini. Masih tetap
dilokasi yang sama pembuatan es krim mulai menggunakan mesin sederhana yang
khusus didatangkan dari Italia. Seiring laju perkembangan usaha pada tahun 1985
estate Surabaya. Pada tahun 1984 keluarga Sabana Prawirawijaja sebagai pemilik
PT. Ultrajaya Milk Indonesia. Berpartisipasi dalam kepemilikan saham dan pada
tahun ini pula merupakan awal dari perkembangan usaha ke arah industri modern.
55
56
Momentum bersejarah terjadi pada tahun yang sama dengan perubahan nama dari
CV. Pranoto Pancajaya menjadi PT. Campina Es krim Industry dan setahun
perkembangan usaha yang terjadi pada tahun 1998 dilakukan renovasi pabrik dan
perjalanan panjang dan serangkaian kendala dan tantangan telah mengantarkan PT.
Campina Ice Cream Industry menjadi salah satu produsen es krim terbesar dan
terkemuka di indonesia.
Berawal pada tanggal 22 Juli 1972, Bapak Darmo Hadipranoto beserta istri,
mulai membuat es krim Campina di garasi rumahnya yang terletak di Jl. Gembong
waktu, Campina mulai dikenal dan menjadi pilihan bagi masyarakat. Terbukti
pada tahun 1973. Cara penjualan Campina juga mulai beragam, dari menggunakan
dan berkualitas. Kelezatan es krim Campina pun semakin beragam. Tak hanya
digemari oleh keluarga dan remaja, namun merebut hati pelanggan cilik. Terbukti
‘Avatar’ di Asia Tenggara. Selain produk diatas, Campina memiliki produk yang
sesuai dengan segmen sebagai berikut:a. Segmen anak-anak fantasy: Didi Cup,
Hula-Hula. Segmen keluarga: Family pack dengan berbagai rasa dan ukuran. Untuk
tebaru dari Campina dengan menghadirkan es krim LuVe Litee yang merupakan
es krim low fat dan 100% non-dairy pertama di Indonesia. Produk LuVe Litee
pun menjadi pilihan utama bagi konsumen yang menjalani diet, bergaya hidup
1. Visi Perusahaan
Menjadikan PT. Campina Ice Cream Industry sebagai salah satu produsen es krim
2. Misi Perusahaan
krim terbaik, tidak pernah berhenti untuk berinovasi, menjunjung tinggi komitmen
kepercayaan para pemegang saham, dan para karyawan. Serta memegang teguh
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. Campina Ice Cream Industry
Sumber : www.campina.co.id
oleh lima orang Direksi yang terdiri dari satu orang Presiden Direktur dan empat
tiga orang Dewan Komisaris yang terdiri dari satu orang Presiden Komisaris dan
oleh Rapat Umum Pemegang Saham untuk jangka waktu lima tahun setelah tanggal
pengangkatan.
yang terakhir adalah industri pengolahan dan perdagangan, yang meliputi industri
pengolahan es krim, baik yang bahan utamanya dari susu maupun selain susu.
menciptakan produk es krim yang berkualitas dan higienis. Dengan terus maju
menghadapi tantangan yang ada, baik dari segi internal maupun eksternal, Campina
Pranoto dengan merk dagang Campina. CV Pranoto ini didirikan oleh Darmo
Hadipranoto pada tanggal 22 Juli 1972 di Jalan Gembong Sawah Surabaya, yang
Fasilitas Produksi di Kawasan SIER, Surabaya Jawa Timur pada Tahun 1982.
Mengubah status perusahaan dari Firma (CV) menjadi Perseroan Terbatas (PT).
tanggal 19 Desember 2017 di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten CAMP.
Menjadi salah satu sponsor Asian Para games 2018 di Jakarta. Pada tahun 2019
dari Swa Magazines. Yang sebelumnya telah diraih pada tahun 2017. Pada tahun
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu rasio keuangan berupa rasio likuiditas dan
solvabilitas.
61
a. Mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian pada PT. Campina Ice
Cream Industry.
quick ratio, cash ratio dan rasio solvabilitas meliputi debt to asset ratio, debt to
standar rata – rata industri sebagai acuan apakah perusahaan memiliki kinerja
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan
keuangan tahunan pada PT. Campina Ice Cream Industry periode 2018-2020.
Menurut Kasmir (2014 : 130) rasio likuiditas atau rasio yang sering disebut
rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
a. Current Ratio
Menurut Kasmir (2014 : 134) rasio lancar atau current ratio merupakan rasio
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Tahun 2018
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
= 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑅𝑝 664.681.699.769
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 61.322.975.128
= 1083,90%
Tahun 2019
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
= 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑅𝑝 723.916.345.285
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 57.300.411.135
= 1262,37%
Tahun 2020
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
= 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑅𝑝 751.789.918.087
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 56.665.064.940
= 1326,73%
63
Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah
sebagai berikut :
= 1224,67%
b. Quick Ratio
Menurut Kasmir (2014 : 136) quick ratio atau rasio cepat atau rasio sangat
lancar atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
(inventory).
Tahun 2018
𝑅𝑝 664.681.699.769 − 𝑅𝑝 166.906.099.156
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 61.322.975.128
= 811,73%
Tahun 2019
𝑅𝑝 723.916.345.285 − 𝑅𝑝 171.000.649.858
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 57.300.411.135
= 964, 94%
Tahun 2020
𝑅𝑝 751.789.918.087 − 𝑅𝑝 138.318.505.104
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 56.665.064.940
= 1082,63%
Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah
sebagai berikut :
= 1221,07%
c. Cash Ratio
Menurut Kasmir (2014 : 138) rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
Tahun 2018
𝑅𝑝 281.133.628.265
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 61.322.975.128
= 458,45%
Tahun 2019
𝑅𝑝 348.062.973.183
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 57.300.411.135
= 607,44%
Tahun 2020
𝑅𝑝 478.735.929.325
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 56.665.064.940
= 844,85%
Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah
sebagai berikut :
= 636,91%
Menurut Kasmir (2014 : 151) rasio solvabilitas atau rasio leverage merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan
Menurut Kasmir (2014 : 156) debt to total asset ratio atau rasio hutang
terhadap total aktiva merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
Tahun 2018
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑅𝑝 118.853.215.128
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.004.275.813.783
= 11,83%
66
Tahun 2019
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑅𝑝 122.136.752.135
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.057.529.235.986
= 11,55%
Tahun 2020
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑅𝑝 125.161.736.940
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.086.873.666.641
= 11,52%
Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah
sebagai berikut :
= 11,63%
Menurut Kasmir (2014 : 155) debt to equity ratio adalah rasio keuangan yang
Tahun 2018
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
= x 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑅𝑝 118.853.215.128
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 885.422.598.655
= 13,42%
67
Tahun 2019
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
= x 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑅𝑝 122.136.752.135
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 935.392.483.851
= 13,06%
Tahun 2020
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
= x 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑅𝑝 125.161.736.940
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 961.711.929.701
= 13,01%
Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah
sebagai berikut :
= 13,17%
Menurut Kasmir (2014 : 159) merupakan rasio antara utang jangka panjang
Tahun 2018
𝑅𝑝 5.753.0240.000
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 885.422.598.655
68
= 6,50%
Tahun 2019
= 6,93%
Tahun 2020
𝑅𝑝 68.496.672.000
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 961.711.929.701
= 7,12%
Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah
sebagai berikut :
= 6,85%
Menurut Hery (2017 : 198) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
Tahun 2018
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑝 61.947.295.689
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 961.136.629.003
= 6,45%
Tahun 2019
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑝 76.758.829.457
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.028.952.947.818
= 7,46%
Tahun 2020
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑝 44.045.828.312
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 956.634.474.111
= 4,60%
Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah
sebagai berikut :
= 6,17%
70
besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Semakin tinggi hasil
pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
Tahun 2018
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝑅𝑝 61.947.295.689
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.004.275.813.783
= 6,17%
Tahun 2019
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝑅𝑝 76.758.829.457
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.057.529.235.986
= 7,26%
Tahun 2020
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝑅𝑝 44.045.828.312
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.086.873.666.641
= 4,05%
Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah
sebagai berikut :
= 5,83%
Tahun 2018
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑅𝑝 61.947.295.689
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 885.422.598.655
= 7,00%
Tahun 2019
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑅𝑝 76.758.829.457
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 935.392.483.851
= 8,21%
Tahun 2020
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑅𝑝 44.045.828.312
= 𝑥 100%
𝑅𝑝961.711.929.701
= 4,58%
Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah
sebagai berikut :
= 6,59%
4.6 Pembahasan
dilakukan, maka dapat dilihat bagaimana kondisi kinerja keuangan PT. Campina
Ice Cream Industry 2018 – 2020 dengan membandingkan hasil perhitungan rasio
yang telah dilakukan dengan standar rata – rata standar industri. Berikut adalah
tabel rata – rata industri perusahaan sejenis dan tabel hasil perhitungan rasio
Tabel 4.1
Rasio Keuangan Perusahaan Sejenis
Tabel 4.2
Rasio Keuangan PT. Campina Ice Cream Industry 2018 – 2020
Tahun
Rata -
Standar
Rasio Keuangan Rata
2018 2019 2020 Industri
Internal
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio 1083,90% 1263,37% 1326,73% 1224,67% 129.17%
b. Quick Ratio 811,73% 964,94% 1082,63% 1221,07% 79.94%
c. Cash Ratio 458,455 607,44% 844,85% 636,91% 51.34%
2. Rasio Solvabilitas
a. Debt to Asset Ratio 11,83% 11,55% 11,52% 11,63% 42.83%
b. Debt to Equity
13,42% 13,06% 13,01% 13,17% 58%
Ratio
c. LTDtER 6,50% 6,93% 7,12% 6,85% 23.90%
3. Rasio Profitabilitas
a. Net Profit Margin 6,45% 7,46% 4,60% 6,17% 5.93%
b. Return on Asset 6,17% 7,26% 4,05% 5,83% 5.61%
c. Return on Equity 7,00% 8,21% 4,58% 6,59% 9.66%
Sumber : Data diolah Peneliti
Dalam hal ini penulis mengambil indikator penelitian terhadap rasio likuiditas
a. Current Ratio
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa current ratio pada PT. Campina
Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 1083,90% yang berarti bahwa setiap
Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 10,8390 aktiva lancar. Current ratio pada
74
tahun 2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 1263,37% yang berarti Rp 1
hutang lancar dijamin dengan Rp12,6337 aktiva lancar, hal ini terjadi karenakan
pada tahun 2018 ke tahun 2019 current ratio mengalami peningkatan 179,47%
selisih dari 1083,90% - 1263,37%. Current ratio pada tahun 2020 lebih baik dari
tahun 2019 yaitu sebesar 1326,73% yang berarti Rp 1 hutang lancar dijamin dengan
Rp13,2673 aktiva lancar, hal ini terjadi dikarenakan pada tahun 2019 ketahun 2020
dan hutang lancar setiap tahun mengalami penurunan. Rata – rata current ratio
Jika standar rata – rata industri current ratio perusahaan sejenis yaitu
129,17%. Menurut Hery (2017 : 152) perusahaan yang memiliki current ratio yang
terlalu tinggi belum tentu dikatakan baik, hal tersebut terjadi karena kurang
efektifnya manajemen kas dan persediaan. Menurut Hanafi (2012 : 75) current ratio
yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan current ratio
likuiditas perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020 dapat dikatakan kurang
baik karena current ratio yang dihasilkan terlalu tinggi diatas standar rata – rata
b. Quick Ratio
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa quick ratio pada PT. Campina
Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 811,73% yang berarti bahwa setiap
Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 8,1173 aktiva lancar. Quick ratio pada tahun
2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 964,94% yang berarti Rp 1 hutang
lancar dijamin dengan Rp 9,6494 aktiva lancar, hal ini dikarenakan, pada tahun
2018 ke tahun 2019 quick ratio mengalami peningkatan 28,34% selisih dari
361,50% - 389,83%. Quick ratio pada tahun 2020 lebih baik dari tahun 2019 yaitu
aktiva lancar, hal ini dikarenakan pada tahun 2019 ketahun 2020 quick ratio
mengalami peningkatan 112,72% selisih dari 389,83% - 502,55%. Quick ratio PT.
Campina Ice Cream Industry selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Kenaikan ini dikarenakan aktiva lancar selalu mengalami peningkatan dan hutang
lancar setiap tahun mengalami penurunan. Rata – rata quick ratio tahun 2018
Menurut Kasmir (2014 : 142) standar rata – rata industri yang paling untuk
quick ratio adalah 150%. Menurut Hanafi (2017 :76) quick ratio yang terlalu kecil
menunjukkan risiko likuiditas yang lebih tinggi, sedangkan quick ratio yang terlalu
tinggi menunjukkan indikasi kelebihan kas atau piutang. Maka tingkat likuiditas
perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020 dapat dikatakan kurang baik
karena quick ratio yang dihasilkan terlalu tinggi diatas standar rata – rata industri,
hal ini terjadi karena peningkatan kas dan piutang pada setiap tahunnya.
76
c. Cash Ratio
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa cash ratio pada PT. Campina
Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 458,45% yang berarti bahwa setiap
Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 4,5845 kas. Cash ratio pada tahun 2019
lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 607,44% yang berarti Rp 1 hutang lancar
dijamin dengan Rp 6,0744 kas, hal ini dikarenakan pada Pada tahun 2018 ke tahun
2019 cash ratio mengalami peningkatan 148,99% selisih dari 458,45% - 607,44%.
Cash ratio pada tahun 2020 lebih baik dari tahun 2019 yaitu sebesar 844,85% yang
berarti Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 8,4485 kas, hal ini dikarenakan pada
tahun 2019 ketahun 2020 cash ratio mengalami peningkatan yang sangat signifikan
237,42% selisih dari 607,44% - 844,85%. Cash ratio PT. Campina Ice Cream
Industry selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hal ini dikarenakan kas
penurunan. Rata – rata cash ratio tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 yaitu
sebesar 636,91%.
Jika standar rata – rata industri cash ratio perusahaan sejenis yaitu 51,34%.
Kondisi cash ratio yang tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur
atau yang tidak atau yang belum digunakan secara optimal. Maka tingkat likuiditas
perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020 dapat dikatakan kurang baik
karena cash ratio yang dihasilkan terlalu tinggi diatas standar rata – rata industri,
solvabilitas adalah pada debt to asset ratio, debt to equity ratio, long term debt to
equity ratio.
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa debt to asset ratio pada PT.
Campina Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 11,83% yang berarti bahwa
setiap Rp 1 total aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar Rp 0,1183. Debt
to asset ratio pada tahun 2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 11,55% yang
berarti bahwa setiap Rp 1 total aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar Rp
0,1155, hal ini dikarenakan pada tahun 2018 ke tahun 2019 debt to asset ratio
mengalami penurunan 0,29% selisih dari 11,83% - 11,55%. Debt to asset ratio pada
tahun 2020 lebih baik dari tahun 2019 yaitu sebesar 11,52% berarti bahwa setiap
Rp 1 total aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar Rp 0,1152, hal ini
dikarenakan pada tahun 2019 ketahun 2020 debt to asset ratio mengalami
penurunan 0,03% selisih dari 11,55% - 11,52%. Debt to asset ratio PT. Campina
Ice Cream Industry selalu mengalami penurunan namun tidak terlalu signifikan dari
tahun ke tahun, hal ini karena aset dan hutang yang selalu mengalami peningkatan
tiap tahunnya. Rata – rata debt to asset ratio tahun 2018 sampai dengan tahun 2020
Jika standar rata – rata industri debt to asset ratio perusahaan sejenis adalah
maksimal 42,83%, maka tingkat solvabilitas perusahaan dari tahun 2018 sampai
dengan 2020 dapat dikatakan baik karena selalu mengalami penurunan dari tahun
78
ke tahun dan besaran rasionya tidak lebih dari rata – rata standar industrinya. Hal
ini artinya bahwa total aset hanya sedikit dibiayai oleh hutang dan PT. Campina Ice
Cream Industry dikatakan mampu menutupi hutang – hutang dengan aktiva yang
dimilikinya.
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa debt to equity ratio pada PT.
Campina Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 13,42% yang berarti bahwa
equity ratio pada tahun 2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 13,06% yang
0,1306, dimana hal ini dikarenakan pada tahun 2018 ke tahun 2019 debt to equity
ratio mengalami penurunan 0,37% selisih dari 13,42% - 13,06%. Debt to a equity
ratio pada tahun 2020 lebih baik dari tahun 2019 yaitu sebesar 13,01% berarti
dimana hal ini dikarenakan pada tahun 2019 ketahun 2020 debt to debt to equity
ratio ratio mengalami penurunan 0,03% selisih dari 13,06% - 13,01%. Penurunan
debt to Equity ratio dikarenakan peningkatan modal dan hutang dari tahun ke tahun.
Rata – rata debt to equity ratio tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 yaitu sebesar
13,17%.
Jika standar rata – rata industri debt to equity ratio perusahaan sejenis adalah
maksimal 58%, maka tingkat solvabilitas perusahaan dari tahun 2018 sampai
dengan 2020 dapat dikatakan baik karena selalu mengalami penurunan dari tahun
ke tahun dan besaran rasionya tidak lebih dari rata – rata standar industrinya. Hal
79
ini artinya bahwa modal hanya sedikit dibiayai oleh hutang dan PT. Campina Ice
Cream Industry dikatakan mampu menutupi hutang – hutang dengan modal yang
dimilikinya.
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa LDtER pada PT. Campina Ice
Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 6,50% yang berarti bahwa setiap Rp 1
modal perusahaan dibiayai oleh hutang jangka panjang sebesar Rp 0,065. LDtER
pada tahun 2019 tidak lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 6,93% yang berarti
bahwa setiap Rp 1 modal perusahaan dibiayai oleh hutang jangka panjang sebesar
Rp 0,0693, hal ini dikarenakan pada tahun 2018 ke tahun 2019 LDtER mengalami
peningkatan 0,43% selisih dari 6,50% - 6,93%. LDtER pada tahun 2020 tidak lebih
baik dari tahun 2019 yaitu sebesar 7,12% berarti bahwa setiap Rp 1 modal
perusahaan dibiayai oleh hutang jangka panjang sebesar Rp 0,0712, hal ini
dikarenakan pada tahun 2019 ke tahun 2020 LDtER mengalami peningkatan 0,19%
dan hutang jangka panjang pada setiap tahunnya. Rata – rata LDtER tahun 2018
Jika standar rata – rata industri LDtER perusahaan sejenis adalah maksimal
23,90%, maka tingkat solvabilitas perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020
dapat dikatakan baik karena besaran rasionya tidak melebihi rata – rata standar
industri, walaupun terjadi peningkatan rasio pada setiap tahunnya. Hal ini sangat
menguntungkan bagi kreditor sebagai penyedia dana, karena semakin kecil rasio,
80
semakin kecil pula risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi
diperusahaan.
profitabilitas adalah pada net profit margin, return on asset, dan return on equity.
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa net profit margin pada PT.
Campina Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 6,45% yang berarti bahwa
margin pada tahun 2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 7,46% yang berarti
bahwa setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,0746, hal ini
dikarenakan pada tahun 2018 ke tahun 2019 net profit margin mengalami
peningkatan 1,01% selisih dari 6,45% - 7,46%. Net profit margin pada tahun 2020
tidak lebih baik dari tahun 2019 yaitu sebesar 4,60% berarti bahwa setiap Rp 1
penjualan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,0460, hal ini dikarenakan pada
tahun 2019 ke tahun 2020 net profit margin mengalami penurunan 2,86% selisih
dari 7,46% - 4,60%. Net profit margin PT. Campina Ice Cream Industry selama tiga
tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2019 nilai net profit margin mengalami
peningkatan penjualan dari tahun 2018 dan diikuti dengan peningkatan laba bersih
pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2020 net profit margin mengalami penurunan
yang menjadi 4,60%. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan penjualan dari
81
tahun 2019 dan diikuti dengan penurunan laba bersih. Rata – rata net profit margin
Jika standar rata – rata industri net profit margin perusahaan sejenis adalah
5,93%, maka tingkat profitabilitas perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020
dapat dikatakan baik karena besaran rasionya diatas rata – rata standar industri.
b. Return on Asset
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa return on asset pada PT.
Campina Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 6,17% yang berarti bahwa
pada tahun 2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 7,26% yang berarti bahwa
setiap Rp 1 aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,0726, hal ini dikarenakan
pada tahun 2018 ke tahun 2019 retun on asset mengalami peningkatan 1,09%
selisih dari 6,17% - 7,26%.Return on asset pada tahun 2020 tidak lebih baik dari
tahun 2019 yaitu sebesar 4,05% berarti bahwa setiap Rp 1 aktiva menghasilkan laba
bersih sebesar Rp 0,0405, hal ini dikarenakan pada tahun 2019 ke tahun 2020 return
in asset mengalami penurunan 3,21% selisih dari 7,26% - 4,05%. Return on asset
PT. Campina Ice Cream Industry selama tiga tahun mengalami fluktuasi. Pada
peningkatan ini disebabkan karena adanya peningkatan total aset dari tahun 2018
dan diikuti dengan peningkatan laba bersih pada tahun sebelumnya. Pada tahun
2020 return on asset mengalami penurunan yang menjadi 4,05%. Penurunan ini
disebabkan oleh peningkatan total aset dari tahun 2019 dan diikuti dengan
82
penurunan laba bersih. . Rata – rata return on asset tahun 2018 sampai dengan tahun
Jika standar rata – rata industri return on asset perusahaan sejenis adalah
5,61%, maka tingkat profitabilitas perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020
dapat dikatakan baik karena besaran rasionya diatas rata – rata standar industri.
c. Return on Equity
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa return on equity pada PT.
Campina Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 7,00% yang berarti bahwa
equity pada tahun 2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 8,21% yang berarti
bahwa setiap Rp 1 modal sendiri menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,0821, hal
ini dikarenakan pada tahun 2018 ke tahun 2019 return on equity mengalami
peningkatan 1,21% selisih dari 7,00% - 8,21%. Return on equity pada tahun 2020
tidak lebih baik dari tahun 2019 yaitu sebesar 4,58% berarti bahwa setiap Rp 1
modal sendiri menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,0458, hal ini dikarenakan
pada tahun 2019 ke tahun 2020 return on equity mengalami penurunan 3,63%
selisih 8,21% - 4,58%. Return on equity PT. Campina Ice Cream Industry selama
tiga tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2019 nilai return on equity mengalami
peningkatan modal dari tahun 2018 dan diikuti dengan peningkatan laba bersih pada
tahun sebelumnya. Pada tahun 2020 return on equity mengalami penurunan yang
menjadi 4,58%, penurunan ini disebabkan oleh peningkatan modal dari tahun 2019
83
dan diikuti dengan penurunan laba bersih. . Rata – rata return on equity tahun 2018
Jika standar rata – rata industri return on equity perusahaan sejenis adalah
9,66%, maka tingkat profitabilitas perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020
dapat dikatakan belum baik karena besaran rasionya dibawah rata – rata standar
industri.
BAB V
5.1 Kesimpulan
maka kesimpulan dari analisis rasio likuiditas dan rasio solvabilitas terhadap kinerja
1. Kinerja keuangan PT. Campina Ice Cream Industry secara keseluruhan rata –
rata dari tahun 2018 – 2020 dilihat dari rasio likuiditas, menurut perhitungan
current ratio yaitu sebesar 1224,67%, quick ratio sebesar 1221,07%, dan cash
ratio sebesar 636,91%. Hal ini dinilai kurang baik karena besaran rasio yang
dihasilkan terlalu tinggi berada diatas rata – rata standar industri, yang
disebabkan oleh peningkatan kas dan piutang pada setiap tahunnya, dan kurang
optimal.
2. Kinerja keuangan PT. Campina Ice Cream Industry secara keseluruhan rata –
rata dari tahun 2018 – 2020 dilihat dari rasio solvabilitas, menurut perhitungan
84
85
debt to asset ratio yaitu sebesar 11,63%, debt to equity ratio sebesar 13,17%,
long term debt to equity ratio sebesar 6,85%. Hal ini dinilai baik karena besaran
rasio berada dibawah rata – rata standar industri, perusahaan dikatakan mampu
3. Kinerja keuangan PT. Campina Ice Cream Industry secara keseluruhan rata –
rata dari tahun 2018 – 2020 secara umum dilihat dari rasio profitabilitas,
menurut perhitungan net profit margin yaitu sebesar 6,17%, return on asset
sebesar 5,83%, return on equity sebesar 6,59%. Hal ini dinilai baik karena
besaran net profit margin dan return on asset berada diatas rata – rata standar
industri.
5.2 Saran
antara lain:
1. Analisis rasio likuiditas pada PT. Campina Ice Cream Industry selama periode
2018 - 2020 dikatakan kurang baik, maka perusahaan disarankan untuk lebih
mengoptimalkan aktiva lancar yang dimiliki, dengan cara ekspansi bisnis dan
2. Analisis rasio solvabilitas pada PT. Campina Ice Cream Industry selama
periode 2018 - 2020 dikatakan baik, maka perusahaan disarankan untuk tetap
dibawah rata-rata standar industri yang telah ditentukan karena semakin kecil
3. Analisis rasio profitabilitas pada PT. Campina Ice Cream Industry selama
operasional yang harus dikeluarkan atau dengan kata lain perusaahaan harus
A. DATA PRIBADI
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Telepon : 089678076968
Email : abrifolium@yahoo.com
B. PENDIDIKAN FORMAL