Anda di halaman 1dari 107

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS DAN RASIO SOLVABILITAS TERHADAP

KINERJA KEUANGAN PT. CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jenjang Pendidikan Strata Satu (S-1)
Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

PUTRI RIZKIYAH
NPM : 2015203945

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MULIA PRATAMA


BEKASI
2021
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

MULIA PRATAMA – BEKASI

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : PUTRI RIZKIYAH

NPM : 2015203945

JURUSAN : MANAJEMEN

JENJANG PENDIDIKAN : STRATA SATU (S1)

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS RASIO LIKUIDITAS


DAN RASIO SOLVABILITAS
TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PT. CAMPINA ICE
CREAM INDUSTRY.

Bekasi, September 2021

Disetujui dan diterima oleh,

Pembimbing Teknis Pembimbing Materi

Hj. Budi Rachmawati, S.Pd., M.Pd. Dr. Tony R Sinambela, M.M.

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ketua STIE Mulia Pratama

Ir. Hj. Reni Yesi S., M.M. Dr. Rakhmat, S.E., M.S.E.
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

MULIA PRATAMA – BEKASI

TANDA LULUS MEMPERTAHANKAN SKRIPSI

NAMA : PUTRI RIZKIYAH

NPM : 2015203945

JURUSAN : MANAJEMEN

JENJANG PENDIDIKAN : STRATA SATU (S1)

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS RASIO LIKUIDITAS


DAN RASIO SOLVABILITAS
TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PT. CAMPINA ICE
CREAM INDUSTRY.

Bekasi, September 2021

1. Dr. Asrul, S.E., M.M.


Ketua Penguji (......................................)

2. Dr. Tony R Sinambela, M.M.


Sekretaris Penguji (......................................)

3. Hj. Budi Rachmawati, S.Pd., M.Pd.


Anggota Penguji (......................................)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “ANALISIS RASIO

LIKUIDITAS DAN RASIO SOLVABILITAS TERHADAP KINERJA

KEUANGAN PT. CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY.”

Penulisan penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar (S1) Jurusan Manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mulia

Pratama.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

menyadari segala keterbatasan yang ada. Penulis berharap agar skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri, bagi pembaca, dan bagi pihak yang

berkepentingan.

Selama penulisan ini tentunya mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak

yang telah mendukung dan membimbing penulis. Untuk itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Yth:

1. Bapak H Broto Sunaryo Selaku Ketua Yayasan Pencerdasan Bangsa.

2. Bapak Dr. Rakhmat, S.E., M.S.E. Selaku Ketua STIE Mulia Pratama.

3. Bapak Hartadi, S.E., M.AK. Selaku Wakil Ketua I STIE Mulia Pratama Bidang

Akademik.

i
4. Ibu Hj. Budi Rachmawati S.Pd., M.Pd. Sebagai Wakil Ketua II STIE Mulia

Pratama Bidang Administrasi dan Keuangan, juga selaku Pembimbing Teknis

yang telah mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi.

5. Bapak Yohanes Sugiyanta, S.E., M.M. Sebagai Wakil III STIE Mulia Pratama

Bidang Kemahasiswaaan.

6. Ibu Ir. Hj. Reni Yesi S., M.M. Selaku Ketua Jurusan Manajemen STIE Mulia

Pratama.

7. Bapak Dr. Tony R Sinambela., M.M. Selaku Pembimbing Materi yang dengan

sabar telah memberikan segala arahan, kritik, dan saran – saran serta telah

meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan penulis sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

8. Seluruh Dosen dan Staff Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mulia Pratama yang

telah memberikan pengajaran, pengarahan dan kemudahan kepada penulis

selama kuliah.

9. Kepada Orang tua saya dan kakak- adik serta keluarga yang telah memberikan

doa dan dukungan moril yang sangat luar biasa dalam memberikan semangat

dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Untuk kaka saya veronica suwandy, terimakasih untuk support dan selalu sabar

membantu saya jika saya dalam keadaan apapun.

11. Pimpinan dan rekan kerja saya di Erha Clinic yang sudah memberikan support

dan izin untuk bisa bekerja dan kuliah diwaktu yang sama, terimakasih untuk

bisa mengalah agar saya selalu dapat shift siang untuk bekerja dan kuliah di pagi

hari sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

ii
12. Semua sahabat – sahabat STIE Mulia Pratama yang tidak dapat disebutkan satu

persatu. Bagiku, kalian adalah tempat saluran berkat

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, sebagai bahan

perbaikan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bekasi, September 2021

Penulis

Putri Rizkiyah

iii
ABSTRAK

Mengukur tingkat kesehatan kinerja keuangan perusahaan dengan analisis


rasio keuangan seperti rasio likuiditas dan rasio solvabilitas yang dihitung
berdasarkan angka – angka yang ada dalam neraca ataupun laporan laba rugi.
Kinerja keuangan merupakan gambaran suatu perusahaan dimana yang kita dapat
mengetahui apakah perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik atau tidak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapakah rasio likuiditas, rasio
solvabilitas dan rasio secara umum saat ini dalam usaha meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan.

Populasi dari penelitian ini adalah PT. Campina Ice Cream Industry tahun
2018-2020. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan
metode penelitian kepustakaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang berupa laporan tahunan dan diperoleh dari website Bursa
Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan website PT Campina Ice Cream Industry
(www.campina.co.id). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif yang bertujuan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan data menggunakan pengukuran rasio likuiditas (current rato,
quick ratio dan cash ratio) dan rasio solvabilitas (debt to asset ratio, debt to equity
ratio dan long term debt to equity ratio).
Hasil analisis sebagai berikut (1) rasio likuiditas, menurut perhitungan rata –
rata tahun 2018 – 2020 current ratio yaitu sebesar 1224,67%, quick ratio sebesar
1221,07%, dan cash ratio sebesar 636,91%, menunjukkan kondisi yang kurang
baik, karena rasio yang dihasilkan terlalu tinggi diatas rata – rata standar industri,
perusahaan disarankan mengoptimalkan aktiva lancar yang dimiliki, dengan cara
ekspansi bisnis dan menekan penagihan piutang perusahaan yang belum tertagih.
(2) rasio solvabilitas, menurut perhitungan rata – rata tahun 2018 – 2020 debt to
asset ratio yaitu sebesar 11,63%, debt to equity ratio sebesar 13,17%, long term debt
to equity ratio sebesar 6,85%, menunjukkan kondisi yang baik karena rasio yang
dihasilkan berada dibawah rata -rata standar industri, perusahaan diharapkan untuk
tetap mempertahankan kinerja keuangan agar rasio solvabilitas tetap berada rata –
rata standar industri karena semakin kecil rasionya semakin baik kinerja keuangan
perusahaan. (3) rasio secara umum dilihat dari rasio profitabilitas, menurut
perhitungan rata – rata tahun 2018 – 2020 net profit margin yaitu sebesar 6,17%,
return on asset sebesar 5,83%, return on equity sebesar 6,59%, menunjukkan
kondisi yang baik, karena rasio yang dihasilkan diatas rata – rata standar industri,
perusahaan disarankan tetap mempertahankan kinerja keuangan, meningkatkan
laba ditahun berikutnya, perusahaan harus mampu mengelola modal yang
diinvestasikan dalam aktiva, meningkatkan penjualan, serta berusaha menekan
biaya – biaya operasional yang harus dikeluarkan.

Kata Kunci : Likuiditas, Solvabilitas, Kinerja Keuangan

iv
ABSTRACT

Measuring the soundness of the company's financial performance by


analyzing financial ratios such as liquidity ratios and solvency ratios which are
calculated based on the numbers in the balance sheet or income statement.
Financial performance is a picture of a company where we can find out whether
the company has a good performance or not. The purpose of this research is to find
out what are the liquidity ratios, solvency ratios and ratios in general at this time
in an effort to improve the company's financial performance.
The population of this research is PT. Campina Ice Cream Industry 2018-
2020. The data collection method used is library research method. The type of data
used in this study is secondary data in the form of annual reports and obtained from
the Indonesia Stock Exchange website (www.idx.co.id) and PT Campina Ice Cream
Industry website (www.campina.co.id). The data analysis method used is
descriptive analysis which aims to analyze the data by describing or describing the
data using the measurement of the liquidity ratio (current ratio, quick ratio and
cash ratio) and solvency ratio (debt to asset ratio, debt to equity ratio and long term
debt to equity ratio). equity ratios).
The results of the analysis are as follows (1) the liquidity ratio, according to
the calculation of the 2018-2020 average current ratio, which is 1224.67%, the
quick ratio is 1221.07%, and the cash ratio is 636.91%, indicating unfavorable
conditions , because the resulting ratio is too high above the industry standard
average, the company is advised to optimize its current assets, by expanding its
business and suppressing the collection of uncollected company receivables.(2)
solvency ratio, according to the calculation of the average 2018 - 2020 debt to asset
ratio, which is 11.63%, debt to equity ratio is 13.17%, long term debt to equity ratio
is 6.85%, indicating the condition good because the resulting ratio is below the
industry standard average, the company is expected to maintain financial
performance so that the solvency ratio remains at the industry standard average
because the smaller the ratio the better the company's financial performance. (3)
the ratio in general is seen from the profitability ratio, according to the calculation
of the average 2018 - 2020 net profit margin of 6.17%, return on assets of 5.83%,
return on equity of 6.59%, indicating the condition good, because the resulting ratio
is above the industry standard average, the company is advised to maintain
financial performance, increase profits in the following year, the company must be
able to manage the capital invested in assets, increase sales, and try to reduce
operational costs that must be incurred.

Keywords: Liquidity, Solvency, Financial Performance

v
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................... i

ABSTRAK .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ....................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

1.2 Batasan Masalah............................................................................. 3

1.3 Rumusan Masalah .......................................................................... 4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 4

1.4.1 Tujuan Masalah ........................................................................... 4

1.4.2 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

1.5 Sistematika Penelitian .................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori ............................................................................... 7

2.2 Penelitian Terdahulu....................................................................... 47

vi
2.3 Kerangka Penelitian ....................................................................... 48

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................. 49

3.1.1 Variabel Penelitian ...................................................................... 49

3.1.2 Definisi Operasional .................................................................... 52

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 52

3.2.1 Waktu Penelitian ......................................................................... 52

3.2.2 Tempat Penelitian ........................................................................ 52

3.3 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 53

3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 53

3.5 Metode Analisis Data .................................................................... 54

BAB IV Hasil dan Pembahasan

4.1 Gambaran Umum Perusahaan......................................................... 55

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ........................................................ 55

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ........................................................... 57

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan .................................................. 58

4.1.4 Bidang Usaha ............................................................................. 59

vii
4.1.5 Perkembangan Perusahaan .......................................................... 59

4.2 Analisis Data dan Pembahasan ....................................................... 60

4.2.1 Analisis Deskriptif ....................................................................... 60

4.2.2 Sumber Data................................................................................ 61

4.3 Perhitungan Rasio Likuiditas .......................................................... 61

4.4 Perhitungan Rasio Solvabilitas ....................................................... 65

4.5 Perhitungan Rasio Profitabilitas...................................................... 68

4.6 Hasil dan Pembahasan ................................................................... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 84

5.2 Saran .............................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Standar Industri Rasio Likuiditas ........................................... 26

Tabel 2.2 Standar Industri Rasio Solvabilitas ........................................ 34

Tabel 2.3 Standar Industri Rasio Profitabilitas ...................................... 42

Tabel 2.4 Standar Industri Rasio Aktivitas ............................................ 46

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................. 52

Tabel 4.1 Rasio Keuangan Perusahaan Sejenis ...................................... 72

Tabel 4.1 Rasio Keuangan Tahun 2018 - 2020 ..................................... 73

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

4.1 Struktur Organisasi ........................................................................ 58

x
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan

utama didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang

maksimal. Namun berhasil tidaknya perusahaan dalam mencari keuntungan dan

mempertahankan perusahaannya tergantung pada manajemen keuangan.

Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang sehat dan efisien untuk

mendapatkan keuntungan atau laba. Oleh sebab itu, kinerja keuangan merupakan

hal yang penting bagi setiap perusahaan didalam persaingan bisnis untuk

mempertahankan perusahaannya.

Perusahaan perlu melakukan analisis laporan keuangan karena laporan

keuangan digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, dan digunakan

untuk membandingkan kondisi perusahaan dari tahun sebelumnya dengan tahun


2

sekarang apakah perusahaan tersebut meningkat atau tidak sehingga perusahaan

mempertimbangkan keputusan yang akan diambil untuk tahun yang akan datang

sesuai dengan kinerja keuangan perusahaannya.

Analisis laporan keuangan yang digunakan oleh perusahaan yaitu dengan

menggunakan perhitungan rasio-rasio. Rasio dapat dihitung berdasarkan sumber

datanya yang terdiri dari rasio-rasio neraca yaitu rasio yang disusun dari data yang

berasal dari neraca, rasio-rasio laporan laba-rugi yang disusun dari data yang

berasal dari perhitungan laba-rugi, dan rasio-rasio antar laporan yang disusun

berasal dari data neraca dan laporan laba-rugi. Laporan keuangan perlu disusun

untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan tersebut meningkat atau bahkan

menurun dan didalam menganalisis laporan keuangan diperlukan alat analisis

keuangan, salah satunya adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio

keuangan tersebut meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas (leverage), rasio

aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio pertumbuhan.

PT. Campina Ice Cream Industry adalah salah satu perusahaan es krim

terkemuka di Indonesia yang didirikan pada awal tahun 1970 oleh keluarga Pranoto

yang mulai merintis pembuatan es krim secara sederhana digarasi rumah mereka di

Surabaya. PT. Campina Ice Cream Industry tidak lepas dari usaha yang bertujuan

untuk memperoleh keuntungan dalam menghasilkan efektifitas dan efesiensi

pengelolaan keuangan. PT. Campina Ice Cream Industry mengalami

ketidakstabilan dalam menghasilkan laba, hal ini dapat dilihat dari data keuangan

perusahaan dimana perusahan mengalami peningkatan laba dari tahun 2018 sampai

tahun 2019 yaitu dari Rp 61.947.295.689 menjadi Rp 76.758.829.457, sedangkan


3

pada tahun 2020 laba yang dihasilkan mengalami penurunan drastis sebesar 40%,

dimana laba yang dihasilkan yaitu sebesar Rp 44.045.828.312. PT. Campina Ice

Cream Industry mengalami penurunan laba disebabkan oleh kinerja operasional

perusahaan yang terganggu akibat dampak pandemi Covid19. Kinerja operasional

perusahaan yang terganggu dapat menyebabkan laba yang dihasilkan perusahaan

menurun pada tahun yang akan datang, laba yang semakin menurun akan

menyebabkan kebangkrutan suatu perusahaan. Untuk mencegah hal tersebut

perusahaan harus mengetahui kondisi kinerja keuangan saat ini sebagai dasar

perencanaan pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. Perusahaan yang

memiliki kinerja keuangan yang baik akan mampu memenuhi kewajiban –

kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang tepat pada waktunya.

Berdasarkan uraian diatas, Peneliti ingin mengetahui bagaimana kemampuan

PT. Campina Ice Cream Industry dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan

panjangnya setelah mengalami penurunan laba yang sangat drastis dimasa pandemi,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Rasio

Likuiditas Dan Rasio Solvabilitas Terhadap Kinerja Keuangan PT. Campina

Ice Cream Industry”.

1.2 Pembatasan Masalah

Batasan masalah yang ditetapkan penulis dalam penelitian ini agar

pembahasan terarah dan tidak melebar adalah sebagai berikut:


4

a. Rasio Likuiditas.

b. Rasio Solvabilitas.

c. Periode pengamatan selama tiga tahun dari tahun 2018 – 2020.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Berapakah rasio likuiditas saat ini dalam usaha meningkatkan kinerja

keuangan perusahaan?

b. Berapakah rasio solvabilitas saat ini dalam usaha meningkatkan kinerja

keuangan perusahaan?

c. Berapakah rasio secara umum saat ini dalam usaha meningkatkan kinerja

keuangan?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

a. Untuk mengetahui rasio likuiditas saat ini dalam usaha meningkatkan kinerja

keuangan perusahaan.

b. Untuk mengetahui rasio solvabilitas saat ini dalam usaha meningkatkan

kinerja keuangan perusahaan.


5

c. Untuk mengetahui rasio secara umum saat ini dalam usaha meningkatkan

kinerja keuangan perusahaan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta

sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan

menambah keterampilan penelitian pada objek yang diteliti.

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi manajemen perusahaan akan pentingnya analisis rasio keuangan dalam

menganalisis laporan keuangan. Hal ini berguna untuk menjaga kelangsungan

hidup perusahaan di masa mendatang.

c. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi

para pembaca baik mahasiswa maupun masyarakat luas serta sebagai referensi

bagi peneliti lain yang akan melakukan kegiatan penelitian.


6

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan ini terdiri dari beberapa bab dimana masing – masing bab saling

berhubungan saru dengan yang lain. Adapun susunan penilisan sistematikanya

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini terdiri dari landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran

teoritis, hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang variabel penelitian dan definisi operasional,

waktu dan tempat penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,

serta metode analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat informasi mengenai hasil dan analisis data yang membantu

peneliti menginterpretasi data yang diteliti sehingga memudahkan untuk membuat

kesimpulan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian di bab IV, dan

menyajikan saran-saran yang diharapkan bermanfaat bagi perusahaan.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Manajemen Keuangan

James C. van Horne, mendefinisikan manajemen keuangan adalah segala

aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengolaan aktiva

dengan beberapa tujuan menyeluruh.

Menurut Sutrisno, (2017 : 3) Manajemen keuangan atau sering disebut

pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan

dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta

usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.

Sementara itu, Brigham mengatakan bahwa manajemen keuangan adalah seni

(art) dan ilmu (science) untuk me-manage uang, yang meliputi proses,

7
8

institusi/lembaga, pasar, dan instrument yang terlibat dengan masalah transfer uang

diantara individu, bisnis, dan pemerintah.

Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa aktifitas manajemen keuangan

berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan perusahaan, termasuk lembaga yang

berhubungan erat dengan pengelolaan keuangan perusahaan, dan investasi keuangan

perusahaan serta instrument keuangan.

a. Fungsi Manajemen Keuangan

Fungsi utama manajemen keuangan adalah sebagai berikut :

1. Planning atau Perencanaan Keuangan, meliputi Perencanaan Arus Kas dan Rugi

Laba.

2. Budgeting atau Anggaran, perencanaan penerimaan dan pengalokasian anggaran

biaya secara efisien dan memaksimalkan dana yang dimiliki.

3. Controlling atau Pengendalian Keuangan, melakukan evaluasi serta perbaikan atas

keuangan dan sistem keuangan perusahaan.

4. Auditing atau Pemeriksaan Keuangan, melakukan audit internal atas keuangan

perusahaan yang ada agar sesuai dengan kaidah standar akuntansi dan tidak terjadi

penyimpangan.

5. Reporting atau Pelaporan Keuangan, menyediakan laporan informasi tentang

kondisi keuangan perusahaan dan analisa rasio laporan keuangan.


9

2.1.2 Laporan Keuangan

Menurut Hery (2017 :3) laporan keuangan merupakan hasil akhir dari kegiatan

perusahaan yang menggambarkan performa atau kinerja keuangan dari perusahaan

yang bersangkutan. Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat

digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas

perusahaan kepada pihak – pihak yang berkepentingan.

Menurut Kasmir (2014 : 7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan

kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Menurut Sutrisno (2017 : 8) laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses

akuntansi yang meliputi dua laporan utama yaitu neraca dan laporan rugi laba. Laporan

keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu

perusahaan kepada pihak – pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di

dalam mengambil keputusan.

a. Macam-macam Laporan Keuangan

Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang

diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam laporan

keuangan seperti :

1. Neraca

Neraca merupakan laporan keuangan yang menunjukkan jumlah aktifa (harta),

kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.

Pembuatan neraca biasanya dibuat berdasarkan periode tertentu (tahunan).


10

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu.

Artinya laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode

tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah

dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba ataua

rugi.

3. Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal menggambarkan jumlah modal yang dimiliki

perusahaan saat ini. Kemudian, laporan ini juga menunjukkan perubahan modal

serta sebab-sebab berubahnya modal.

4. Laporan catatan atas laporan keuangan

Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas

laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya.

5. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan

pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan

mengklarifikasikan pada kegiatan operasi, pembiayaan, dan investasi.

b. Tujuan Laporan Keuangan

Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu:

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki

perusahaan pada saat ini.


11

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang

dimiliki perusahaan pada saat ini.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada

suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan

perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva,

pasiva, dan modal perusahaan.

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu

periode.

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

8. Informasi keuangan lainnya.

2.1.3 Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2009) dalam V. Wiratna (2017 : 34) analisis laporan keuangan

adalah menguraikan pos - pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih

kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna

antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif

dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting

dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.


12

Menurut Hery (2017 : 113) analisis laporan keuangan merupakan suatu proses

untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur – unsurnya dan menelaah masing

– masing dari unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan

pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.

Menurut Munawir (2015) dalam V. Wiratna (2017 : 35) analisis laporan

keuangan adalah penelaahan hubungan dan tendensi atau kecenderungan untuk

menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang

bersangkutan.

a. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Berikut ini beberapa tujuan analisis laporan keuangan yaitu :

1. Untuk mengetahui posisi keuanagn perusahaan dalam suatu periode tertentu Baik

harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa

periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekuranagn

perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan

kedepan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Untuk melakuakan penilaian kinerja manajemen kedepannya apakah perlu

peyegaran atau tidak karna sudah dianggap berhasil atau gagal.

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil

yang mereka capai.


13

2.1.4 Kinerja Keuangan

Menurut V. Wiratna (2017 : 71) kinerja merupakan hasil dari evaluasi terhadap

pekerjaan yang telah diselesaikan, hasil pekerjaan tersebut dibandingkan dengan

kriteria yang telah ditetapkan bersama. Kinerja keuangan adalah membandingkan

antara standar yang telah ditetapkan misalnya berdasarkan pertaturan mentri keuangan

dengan kinerja keuangan yang ada dalam perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) kinerja keuangan merupakan

kemampuan perusahaan dalam mengelola dan juga mengendalikan sumber daya yang

dimiliki.

Menurut Mulyadi dalam Hery (2017 : 217) kinerja keuangan adalah penentuan

secara periodic tingkat efektifitas operasional suatu organisasi, badan organisasi, dan

karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Menurut Supriyono R.A. dalam Hery (2017 : 217) kinerja keuangan adalah

sebuah proses untuk menentukan seberapa baik aktivitas – aktivitas bisnis dilakukan

untuk mencapai tujuan strategis, mengeleminasi pemborosan – pemborosan, dan

menyajikan informasi tepat waktu untuk melaksanakan penyempurnaan secara

berkesinambungan.

a. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut V Wiratna (2017 : 72) faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja

keuangan yaitu :
14

1. Pegawai, berkaitan dengan kemampuan dan kemauan dalam bekerja.

2. Pekerjaan, menyangkut desain pekerjaaan, uraian pekerjaan, dan pengendalian

serta struktur organisasi.

3. Mekanisme kerja, mencakup sistem, prosedur pendelegasian dan pengendalian

serta struktur organisasi.

4. Lingkungan kerja, meliputi faktor – faktor lokasi dan kondisi kerja, iklim

organisasi dan komunikasi.

b. Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Munawir dalam V. Wiratna (2017 : 71), tujuan dari penilaian suatu

perusahaan adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat Likuiditas suatu perusahaan, yaitu kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban saat ditagih.

2. Untuk mengetahui tingkat Leverage suatu perusahaan, yaitu kemampuan untuk

memenuhi kewajiban keuangan bila perusahaan terkena likuidasi baik jangka

panjang atau jangka pendek.

3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan

untuk memperoleh laba selama periode tertentu.

4. Untuk mengetahui stabilitas usaha perusahaan,yaitu kemampuan untuk melakukan

usahanya dengan stabil yang diukur dengan pertimbangan kemampuan perusahaan

membayar beban bunga atas hutangnya, termasuk kemampuan perusahaan

membayar deviden secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami

hambatan.
15

c. Manfaat Pengukuran Kinerja

Adapun manfaat dari penilaian kinerja yaitu :

1. Untuk mengukur prestasi yang telah diperoleh suatu organisasi secara keseluruhan

dalam suatu periode tertentu, pengukuran ini mencerminkan tingkat keberhasilan

pelaksanaan kegiatannya.

2. Untuk menilai pencapaian per departemen dalam memberikan kontribusi bagi

peruasahaan secara keseluruhan.

3. Sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang.

4. Untuk memberikan petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi

pada umumnya dan divisi atau organisasi pada khususnya.

5. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.

d. Pengukuran Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio Analisis

rasio dapat menyingkap hubungan sekaligus menjadi dasar perbandingan yang

menunjukan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila hanya melihat

komponen-komponen rasio itu sendiri.

Menurut Jumingan (2006) kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat

analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis keungan dapat dibedakan menjadi 8 macam,

yaitu :
16

1. Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis dengan cara

membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan

perubahan, baik dalam jumlah (absolute) maupun dalam persentase (relatif).

2. Analisis Trend (tendesi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui

tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.

3. Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk

mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan

atau total aktiva maupun utang.

4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis untuk

mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode

waktu yang 12 dibandingkan.

5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui

kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu

tertentu.

6. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui

hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi

baik secara individu maupun secara simultan.

7. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi

laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.

8. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan

yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.


17

2.1.5 Rasio Keuangan

Menurut Hery (2017 :138) rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio

dengan menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam

menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan adalah angka yang

diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya

yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.

Menurut Kasmir (2014 : 104) rasio keuangan merupakan kegiatan

membandingkan angka angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi

satu angka dengan angka lainnya.

Menurut V. Wiratna (2017 : 59) rasio keuangan merupakan aktivitas untuk

menganalisis laporan keuangan dengan caramembandingkan satu akun dengan akun

lainnya yang ada dalam laporan keuangan, perbandingan tersebut bisa antara akun

dalam laporan keuangan neraca maupun rugi laba.

a. Jenis – Jenis Rasio Keuangan

Suatu rasio akan jadi manfaat, bila rasio itu memang memperlihatkan suatu

hubungn yang mempunyai makna. Secara garis besar, saat ini didalam praktiknya

setidaknya sekitar 5 rasio yang dipakai untuk menilai kondisi keuangan perusahaan.

Menurut Sutrisno (2017 : 222) jenis – jenis rasio keuangan adalah :

1. Rasio Likuiditas atau Liquidity Ratios

2. Rasio Laverage atau Leverage Ratios

3. Rasio Aktivitas atau Activity Ratios


18

4. Rasio Keuntungan atau Profitability Ratios

5. Rasio Penilaian atau Valuations Ratios

Menurut V. Wiratna (2017 : 60) jenis – jenis rasio keuangan adalah :

1. Rasio Likuiditas

2. Rasio Solvabilitas atau Leverage

3. Rasio Aktivitas

4. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas

Menurut Fred J. Weston dalam Kasmir (2014:106) jenis – jenis rasio keuangan

adalah :

1. Rasio Likuiditas atau Liquidity Ratio

2. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio

3. Rasio Aktivitas atau Activity Ratio

4. Rasio Profitabilitas atau Profitability Ratio

5. Rasio Pertumbuhan atau Growth Ratio

6. Rasio Penilaian atau Valuation Ratio

Analisis rasio keuangan tidak hanya berguna bagi kepentingan intern dan

ekstern perusahaan. Bagi para bankir berguna untuk mempertimbangkan pemberian

kredit jangka pendek maupun kredit jangka panjang kepada perusahaan, untuk itu para

bankir lebih tertarik pada rencana jangka pendek, likuiditas, kemampuan memperoleh

laba, tingkat efesiensi operasional dan solvabilitas. Bagi para kreditur jangka panjang

lebih tertarik pada kemampuan laba dan tingkat efesiensi operasional. Sedangkan bagi

para penanam modal lebih tertarik pada kemampuan memperoleh laba jangka panjang
19

dan tingkat efesiensi perusahaan. Bagi manajer keuangan tentu saja sangatlah

berkepentingan dengan semua aspek rasio keuangan, karena harus membayar hutang

jangka pendek, mampu membayar hutang jangka panjang, mampu meningkatkan

efesiensi perusahaan, mampu memaksimalkan nilai perusahaan dan mampu

memperoleh laba untuk maksimalkan kekayaan pemegang saham.

Menurut Hanafi (2012 : 68) Rata – rata industri mungkin tidak memberikan

target rasio atau norma yang diinginkan. Rata – rata industri hanya dapat memberikan

panduan atas posisi keuangan perusahaan rata – rata dalam industri. Dalam laporan

keuangan, angka – angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu

diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang

dicapai perusahaan, oleh karena itu diperlukan analisis rasio keuangan untuk menilai

kinerja keuangan perusahaa. Rata – rata industri bisa dan biasa digunakan sebagai

pembanding. Meskipun rata – rata industri ini bukan merupakan pembanding yang

paling tepat karena beberapa hal, misalnya karena perbedaan karakteristik rata – rata

perusahaan dalam industri dengan perusahaan tersebut. Tetapi rata – rata industri tetap

bisa dipakai untuk perbandingan.

2.1.6 Rasio Likuiditas

Menurut Kasmir (2014 : 130) rasio likuiditas atau rasio yang sering disebut rasio

modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya

suatu perusahaan.
20

Menurut Bambang (2010 : 331) rasio likuiditas adalah rasio – rasio yang

dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan (current ratio, acid test ratio).

Menurut J. Fred Weston rasio (1998 : 295) likuiditas merupakan rasio yang

memperlihatkan hubungan kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya terhadap

kewajiban lancarnya.

Menurut Sutrisno (2017 : 222) likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban – kewajibannya yang segera harus dipenuhi.

Menurut Hery (2017 : 149) rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka

pendeknya. Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan untuk

mengukur seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban

jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo.

Menurut V. Wiratna (2017 : 60) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang

berupa hutang – hutang jangka pendek. Rasio ini ditunjukkan dari besar kecilnya aktiva

lancar.

a. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas

Menurut Hery (2017 : 151) tujuan rasio likuiditas secara keseluruhan yaitu:

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban atau utang

yang akan segera jatuh tempo.

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

pendek dengan menggunakan total asset lancar.


21

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

pendek dengan menggunakan asset sangat lancar.

4. Untuk mengukur tingkat ketersediaan uang kas perusahaan dalam membayar

utang jangka pendek.

5. Sebagai alat pencernaan keuangan dimasa mendatang terutama yang berkaitan

dengan perencanaan kas dan utang jangka pendek.

6. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu

dengan membandingkannya dalam beberapa periode.

Menurut (Kasmir 2014 : 132) tujuan dari rasio likuiditas yaitu:

1. Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera

jatuh tempo pada saat ditagih.

2. Mengukur kemampuan perusahaan perusahaan membayar kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.

3. Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan

aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan ataupun piutang.

4. Mengukur atau membandingkan antar jumlah sediaan yang ada dengan modal

kerja perusahaan.

5. Mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

6. Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan pencernaan

kas dan utang.


22

7. Melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan

membandingkannya untuk beberapa periode.

8. Melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan dari masingmasing komponen yang

ada di aktiva lancar dan hutang lancar.

9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya,

dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Dari penjelasan diatas tentang tujuan dari rasio likuiditas, penulis menyimpulkan

bahwasanya apabila pelunasan kewajiban lancar perusahaan bisa dilakukan dengan

aktiva maupun kas, dan pembayaran pun harus sesuai dengan batas jatuh tempo yang

telah ditetapkan.

b. Jenis – Jenis Rasio Likuiditas

1. Current Ratio (Rasio Lancar)

Menurut Sutrisno (2017 : 222) current ratio adalah rasio yang membandingkan

antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek.

Menurut Hery (2017 : 152) rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya

yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset yang lancar yang tersedia.

Menurut Kasmir (2014 : 134) rasio lancar atau current ratio merupakan rasio

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek


23

atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rumus yang

digunakan untuk menghitung rasio lancar :

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk

mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban

(utang) pada saat ditagih.

2. Quick Ratio (Rasio Sangat Lancar)

Menurut Hery (2017 : 154) rasio sangat lancar atau rasio cepat merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur kemampuan peruahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunkan asset sangat lancar

(kas + sekuritas jangka pendek+piutang), tidak termasuk persediaan barang dagang dan

asset lancar lainnya.

Menurut Kasmir (2014 : 136) quick ratio atau rasio cepat atau rasio sangat lancar

atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi atau membayar kewajiban hutang lancar (utang jangka pendek) dengan

aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory).Artinya nilai sediaan ini

kita abaikan dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan
24

karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan,

apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya

dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.

Menurut Sutrisno (2017 : 223) quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar

sesudah dikurangi persediaan dikurangi dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan

besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi hutang

lancar. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio sangat lancar :

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛


𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

3. Cash Ratio (Rasio Kas)

Menurut Hery (2017 : 156) rasio kas merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar uang kas atau setara kas yang tersedia untuk membayar utang

jangka pendek.

Menurut Kasmir (2014 : 138) rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

Menurut Sutrisno (2017 : 223) rasio kas adalah rasio yang membandingkan

anatara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar.

Menurut V. Wiratna (2017 : 61) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya


25

dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di bank. Rumus yang digunakan untuk

menghitung rasio kas :

𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠


𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

4. Rasio Perputaran Kas

Menurut James O. Gill dalam Kasmir (2014 : 140) rasio perputaran kas (cash

turn over) berfungsi untuk mengukur tingkat ketersediaan kas dalam membayar

tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Artinya rasio ini

digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan atau

utang dan biaya – biaya yang berkaitan dengam penjualan. Rumus yang digunakan

untuk menghitung rasio perputaran kas :

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

5. Inventory to Net Working Capital

Menurut Kasmir (2014 : 141) Inventory to Net Working Capital merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan

yang ada dengan modal kerja perusahaan.Modal kerja terdiri dari pengurangan aktiva
26

lancar dengan hutang lancar. Rumus yang digunakan untuk menghitung Inventory to

Net Working Capital :

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 = 𝑥 100%
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Menurut Kasmir (2014 : 142) pengukuran rasio likuiditas berdasarkan standar

industri adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1
Standar Industri Rasio Likuiditas

No Jenis Rasio Standar Industri

1 Current Ratio 200%

2 Quick Ratio 150%

3 Cash Ratio 50%

4 Cash Turn Over 10%


Inventory To Net
5 12%
Working Capital
Sumber : Kasmir

2.1.7 Rasio Solvabilitas

Menurut Hery (2017 : 162) rasio solvabilitas atau rasio leverage merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan

utang.
27

Menurut Bambang (2010 : 331) rasio leverage adalah rasio – rasio yang

dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan

utang (debt to total asset ratio, net worth to debt ratio, dan lain sebaganya).

Menurut Kasmir (2014 : 151) rasio solvabilitas atau rasio leverage merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan

utang. Artinya berapa besar besar beban utang yang ditanggung perusahaan

dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas bahwa rasio solvabilitas digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik

jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

Menurut Sutrisno (2017 : 224) rasio leverage menunjukkan seberapa besar

kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak

mempunyai leverage atau leverage factornya = 0 artinya perusahaan dalam beroperasi

sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang.

a. Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas

Menurut Kasmir (2014 : 153) tujuan rasio solvabilitas adalah :

1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya

(kreditor).

2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat

tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan

modal.

4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.


28

5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan

aktiva.

6. Untuk menilai dan mengukurberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang

dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian

kalinya modal sendirinya yang dimiliki.

Menurut Kasmir (2014 : 154) beberapa manfaat rasio solvabilitas adalah sebagai

berikut:

1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada

pihak lainnya.

2. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat

tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga.

3. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap

dengan modal.

4. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.

5. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap

pengelolaan aktiva.

6. Untuk menganalisis dan mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri

yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat

sekian kalinya modal sendiri.


29

Menurut Hery (2017 : 164) tujuan dan manfaat rasio solvabilitas secara

keseluruhan adalah :

1. Untuk mengetahui posisi total kewajiban perusahaan kepada kreditor, khususnya

jika dibandingkan dengan jumlah aset atau modal yang dimiliki perusahaan.

2. Untuk mengetahui posisi kewajiban jangka panjang perusahaan terhadap jumlah

modal yang dimiliki perusahaan.

3. Untuk menilai kemampuan aset perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban,

termasuk kewajiban yang bersifat tetap, seperti pembayaran angsuran pokok

pinjaman beserta bunganya secara berkala.

4. Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang.

5. Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh modal.

6. Untuk menilai seberapa besar pengaruh modal terhadap pembiayaan aset

perusahaan.

7. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah aset yang dijadikan sebagai

jaminan utang bagi kreditor.

8. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah aset yang dijadikan sebagai

jaminan modal bagi pemilik atau pemegang saham.

9. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai

jaminan uang.

10. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai

jaminan utang jangka panjang.


30

11. Untuk menilai sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan (yang diukur

dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak) dalam membayar bunga pinjaman.

12. Untuk menilai sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan (yang diukur

dari jumlah laba operasional) dalam melunasi seluruh kewajiban.

b. Jenis – Jenis Rasio Solvabilitas

1. Debt to Total Asset Ratio (Rasio Hutang terhadap Total Aktiva)

Menurut Kasmir (2014 : 156) Debt to Total Asset Ratio atau Rasio Hutang

terhadap Total Aktiva merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur

perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar

aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan

berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Menurut Hery (2017 : 166) Debt to Total Asset Ratio atau Rasio Hutang terhadap

Total Aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara

total utang dengan total aset.

Menurut V. Wiratna (2017 : 62) rasio ini merupakan rasio perbandingan antara

hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva yang diketahui.

Menurut Sutrisno (2017 : 224) Debt to Total Asset Ratio atau Rasio Hutang

terhadap Total Aktiva adalah mengukur besarnya persentase besarnya dana yang

berasal dari hutang Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
31

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

2. Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)

Menurut Kasmir (2014 : 155) debt to equity ratio adalah rasio keuangan yang

dipakai untuk menilai utang dengan ekuitas perusahaan. Rasio ini digunakan untuk

mengetahui total dana yang disediakan oleh peminjam (kreditur) dengan pemilik

perusahaan. Dengan kata lain, seberapa besar nilai setiap rupiah modal perusahaan

yang dijadikan sebagai jaminan utang.

Menurut Hery (2017 : 168) debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini berguna untuk

mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor

dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan.

Menurut V. Wiratna (2017 : 61) debt to equity ratio merupakan perbandingan

antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan

kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

Menurut Sutrisno (2017 : 224) debt to equity ratio merupakan imbangan antara

hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti

modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Rasio ini dapat dihitung

dengan rumus yaitu :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = x 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
32

3. Long Term Debt to Equity Ratio (Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal)

Menurut Kasmir (2014 : 159) merupakan rasio antara utang jangka panjang

dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dalam setiap

rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara

membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang telah

disediakan oleh perusahaan.

Menurut Hery (2017 : 170) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

besarnya proporsi utang jangka panjang terhadap modal.

Menurut V. Wiratna (2017 : 62) bagian dari setiap modal sendiri dijadikan

jaminan untuk utang jangka panjang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :

𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔


𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

4. Times Interest Earned Ratio (Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan)

Menurut J. Fred Weston dalam Kasmir (2014 : 160) Times Interest Earned

Ratio merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini diartikan

oleh James C. Van Home juga sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar biaya

bunga sama seperti coverage ratio.


33

Menurut Hery (2017 : 171) rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan sejauh

mana atau seberapa kali kemampuan perusahaan dalam membayar bunga. Kemampuan

perusahaan disini diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak.

Menurut V. Wiratna (2017 : 62) rasio ini merupakan besarnya jaminan

keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Rasio ini dapat dihitung

dengan rumus yaitu :

𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑇𝑖𝑚𝑒𝑠 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎

5. Fixed Charge Coverage

Menurut Sutrisno (2017 : 225) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk

menutup beban tetapnya termasuk pembayaran deviden saham preferen, bunga,

angsuran pinjaman, dan sewa.

Menurut Kasmir (2014 : 162) Fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap

merupakan rasio yang menyerupai Times Interest Earned Ratio. Perbedaannya adalah

rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau

menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan

biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang. Rasio ini dapat

dihitung dengan rumus yaitu :

𝐸𝐵𝐼𝑇 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑤𝑎


𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐶ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑤𝑎
34

Menurut Kasmir (2014 : 164) pengukuran rasio solvabilitas berdasarkan standar

industri adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2
Standar Industri Rasio Solvabilitas

No Jenis Rasio Standar Industri

1 Debt to Asset Ratio 35%

2 Debt to Equity Ratio 90%

Long Term Debt to


3 10%
Equity Ratio (LDtER)

4 Times Interest Earned 10 kali

Inventory To Net
5 10 kali
Working Capital
Sumber : Kasmir

2.1.8 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas dikenal juga dengan rasio rentabilitas, menurut Kasmir

(2014 : 197) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas

manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditujukkan oleh laba yang dihasilkan dari

penjualan dan pendapatan imvestasi.


35

Menurut Bambang (2010 : 331) rasio profitabilitas adalah rasio – rasio yang

menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan – keputusan

(profit margin on sales, return on total asset, return on net worth dan sebagainya).

Menurut V. Wiranta (2017 : 64) rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur tingka imbalan atau perolehan (keuntungan) dibanding penjualan,

aktiva, mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungan dengan penjualan, aktiva maupun laba atau modal sendiri.

Menurut Hery (2017 : 192) rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas

normal bisnisnya.

Dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas sangat berpengaruh dalam

melangsungkan kehidupan oprasional perusahaan bukan hanya dihasilkan dari

penjualan melainkan dengan pendapatan investasi yang dilakukan.

a. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pihak

pemilik usaha maupun manajemen saja, tetapi juga bagi pihak dari luar perusahaan

terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan.

Kinerja yang baik akan ditunjukkan lewat keberhasilan manajemen dalam

menghasilkan laba yang maksimal bagi perusahaan.


36

Menurut Kasmir (2014 : 197) menyatakkan bahwa tujuan penggunaan rasio

profitabilitas bagi perusahaan, maupun pihak luar perusahaan yaitu:

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu

periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana dan perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri.

5. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan.

Selain itu adapun manfaat yang diperoleh yaitu:

1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.

2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak.

5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perushaan yang baik modal pinjam

maupun modal sendiri.

Sedangkan Menurut Hery (2017 : 192) tujuan dan manfaat rasio profitabilitas

secara Keseluruhan adalah sebagai berikut


37

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode

tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap

rupiah dana yang tertanam dengan total asset.

5. Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap dana

rupiah yang tertanam dalam total ekuitas.

6. Untuk mengukur marjin laba kotor atas penjualan bersih.

7. Untuk mengukur marjin laba oprasional atas penjualan bersih.

8. Untuk mengukur marjin laba bersih penjualan.

Berdasarkan teori-teori diatas, tujuan dan manfaat rasio profitabilitas tergantung

dari kebijakan manajemen. Karna semakin lengkap jenis rasio yang digunakan semakin

sempurna hasil yang akan dicapai.

b. Jenis – Jenis Rasio Profitabilitas

1. Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor)

Menurut V. Wiratna (2017 : 64) merupakan perbandingan antar penjualan bersih

dikurangi dengan harga pokok penjualan dengan tingkat, penjualan.


38

Menurut Hery (2017 : 195) merupakam rasio yang digunakan untuk mengukur

besarnya presentase laba kotor atas penjualan bersih. Semakin tinggi margin laba kotor

berarti semakin tinggi pula laba kotor yang dihasilkan dari penjualan bersih.

Sebaliknya semakin rendah margin laba kotor berarti semakin rendah pula laba kotor

yang dihasilkan dari penjulan bersih. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑥100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan

menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio

ini dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga

perusahaan dapat menikmati laba. Semakin besar rasionya semakin baik.

2. Net Profit Margin ( Margin Laba Bersih)

Menurut V. Wiratna (2017 : 64) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.

Menurut Hery (2017 : 198) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

besarnya persentasi laba bersih atas penjualan bersih. Semakin tinggi marjin laba bersih

berarti semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih.

Sebaliknya, semakin rendah marjin laba bersih berarti semakin rendah pula laba bersih
39

yang dihasilkan dari penjualan bersih. . Berikut rumus yang digunakan untuk

menghitung hasil marjin laba bersih :

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu

rupiah penjualan. Semakin tinggi rasionya semakin baik, karena menunjukkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.

3. Return On Asset ( Hasil Pengembalian atas Aset)

Menurut V. Wiratna (2017 : 64) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untung

menghasilkan keuntungan neto.

Menurut Hery (2017 : 193) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar

kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Semakin tinggi hasil pengembalian atas

aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah

dana yang tertanam dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian

atas aset maka semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap

rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Berikut rumus yang digunakan untuk

menghitung hasil pengembalian atas aset :


40

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑂𝐴 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah

laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.

4. Return On Equity ( Hasil Pengembalian atas Ekuitas)

Menurut V. Wiratna (2017 : 65) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi

seluruh pemegang saham baik saham biasa maupun saham preferen.

Menurut Hery (2017 : 193) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar

kontribusi ekuitas dalam menciptakan dalam menciptakan laba bersih. Semakin tinggi

hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang

dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas. Sebaliknya semakin

rendah hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin rendah pula jumlah laba yang

dihasilkan dari setiap rupiah yang tertanam dalam ekuitas. Berikut rumus yang

digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas ekuitas :

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑂𝐸 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
41

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang

akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas.

5. Operating Profit Margin (Marjin Laba Operasional)

Menurut V. Wiratna (2017 : 65) laba operasi sebelum bunga dan pajak

dihasilkan oleh setiap penjualan.

Menurut Hery (2017 : 197) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

besarnya persentasi laba operasional atas penjualan bersih. Semakin tinggi marjin laba

operasional berarti semakin tinggi pula laba operasional yang dihasilkan dari penjualan

bersih. Sebaliknya, semakin rendah marjin laba operasional berarti semakin rendah

pula laba oprasional yang dihasilkan dari penjualan bersih. . Berikut rumus yang

digunakan untuk menghitung hasil marjin laba operasional :

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

6. Operating Ratio (Rasio Operasi)

Menurut V. Wiratna (2017 : 65) biaya operasi per rupiah penjualan. Rasio ini

dapat dihitung dengan rumus yaitu :

𝐻𝑃𝑃 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐴𝑑𝑚, 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛, 𝑈𝑚𝑢𝑚


𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
42

Menurut Kasmir (2014 : 208) pengukuran rasio profitabilitas berdasarkan

standar industri adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3
Standar Industri Rasio Profitabilitas

No Jenis Rasio Standar Industri

1 Net Profit Margin 20%

2 Return On Asset 30%

3 Return On Equity 40%

Sumber : Kasmir

2.1.9 Rasio Aktivitas

Menurut Kasmir (2014 : 172) rasio Aktivitas atau activity ratio merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan

aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk

mngukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan.

Efisiensi yang dilakukan misalnya dibidang penjualan, persedian, penagihan

piutang dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari – hari. Dari

hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih
43

efisien dan efektif dalam mengelolah asset yang dimilikinya atau mungkin justru

sebaliknya.

Menurut Hery (2017 : 178) rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aset yang

dimilikinya, termasuk untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam

memanfaatkan sumber daya yang ada.

a. Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas

Menurut Hery (2017 : 178) tujuan dan manfaat rasio aktivitas secara keseluruhan

adalah :

1. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam piutang usaha berputar

dalam satu periode.

2. Untuk menghitung lamanya rata – rata penagihan piutang usaha, serta sebaliknya,

untuk mengetahui berapa hari rata – rata piutang usaha tidak dapat tertagih.

3. Untuk menilai efektif tidaknya aktivitas penagihan piutang usaha yang telah

dilakukan selama periode.

4. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam

satu periode.

5. Untuk menghitung lamanya rata – rata persediaan tersimpan di gudang hingga

akhirnya terjual.
44

6. Untuk menilai efektif tidaknya aktivitas penjulan persediaan barang dagang yang

telah dilakukan selama periode.

7. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam

satu periode atau seberapa besar tingkat penjualan yang dicapai dari setiap rupiah

modal kerja yang digunakan.

8. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam aset tetap berputar dalam

satu periode atau seberapa besar tingkat penjualan yang dicapai dari setiap rupiah

aset tetap yang digunakan.

9. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam total aset berputar dalam

satu periode atau seberapa besar tingkat penjualan yang dicapai dari setiap rupiah

total aset yang digunakan.

b. Jenis – Jenis Rasio Aktivitas

1. Perputaran Piutang ( Accounts Receivable Turn Over )

Menurut Hery (2015 : 211) perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur berapa kali dana yang tertanamdalam piutang usaha akan

berputardalam satu periode. Dengan kata lain rasio ini menggambarkan seberapa cepat

piutang berhasil ditagih menjadi kas. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk

menghitung rasio perputaran piutang :


45

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
Perputaran Piutang =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎

365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Lamanya Rata − Rata Penagihan Piutang Usaha =
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎

2. Perputaran Persediaan ( Inventory Turn over )

Menurut Hery (2015 : 214) perputaran persediaan merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan akan

berputar. Dengan kata lain rasio ini menggambarkan seberapa cepat persediaan

berputar. Berikut adalah rumus yang digunakan :

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Perputaran Persediaan =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Lamanya Rata − Rata Persediaan =
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

3. Perputaran Modal Kerja ( Working Capital Turn Over )

Menurut Hery (2015 : 218) perputaran modal kerja merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur keefektifan modal kerja (aset lancar) yang dimiliki

perusahaandalam melakukan penjualan. rumusnya adalah :


46

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Perputaran Modal Kerja =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

4. Perputaran Aset Tetap ( Fixed Asset Turn Over )

Menurut Hery (2015 : 219) rasio ini mengukur efektifitas aset tetap yang dimiliki

perusahaan dalam menghasilkan penjulan,dengan kata lain mengukur seberapa besar

aset tetap berkontribusi menciptakan penjualan. Rumus perputaran aset tetap :

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Perputaran Modal Kerja =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝

Menurut Kasmir (2014 : 164) pengukuran rasio aktivitas berdasarkan standar

industri adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4
Standar Industri Rasio Aktivitas

No Jenis Rasio Standar Industri


Receivable Turn
1 15 kali
Over
Days of
2 60 hari
Receivable
Inventory Turn
3 20 kali
Over
4 Days of Inventory 19 hari
Working Capital
5 6 kali
Turn Over
Fixed Asset Turn
6 5 kali
Over
Total Asset Turn
7 2 kali
Over
Sumber : Kasmir
47

2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Penelitian Variabel Variabel Hasil Penelitian


Dependen Independen
Gustiawa Analisis Rasio Kinerja Rasio Rasio likuiditas yang diukur dengan current ratio sudah cukup baik,
n (2014) Keuangan Untuk Keuangan Likuiditas sedangkan quick ratio dalam kondisi yang belum baik karena
Menilai Kinerja Rasio dibawah standar dinas keuangan koperasi.
Keuangan Pada Solvabilitas Rasio solvabilitas diukur dengan debt to assset ratio dan debt to
Koperasi PT. PLN Rasio equity ratio dalam kodisi yang belum baik karena diatas standar
PERSERO Palembang Rentabilitas dinas keuangan koperasi
Rasio rentabilitas yang diukur dengan modal sendiri dalam kondisi
yang belum baik karena mengalami kenaikan dan penurunan setiap
tahunnya.
Achmad Analisis Rasio Kinerja Rasio Rasio likuiditas yang diukur dengan current ratio sudah cukup baik,
Alfin Al Keuangan Sebagai Keuangan Likuiditas sedangkan quick ratio dalam kondisi yang baik karena mampu
Fikri Penilaian Kinerja Rasio melunasi hutang lancar dan mampu melunasi utangnya.
(2021) Keuangan Perusahaan Solvabilitas Rasio solvabilitas diukur dengan debt to assset ratio dan debt to
(Study Kasus Pada PT Rasio equity ratio dalam kodisi yang baik.
Gudang Garam) Profitabilitas Rasio profitabilitas yang diukur dengan NPM,ROI, dan ROA dalam
kondisi yang baik.
Mustakim Analisis Profitabilitas, Kinerja Rasio Berdasarkan analisis laporan keuangan perusahaan, dapat
(2016) Likuiditas, Aktivitas, Keuangan Keuangan disimpulkan rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA dan ROE
Dan Solvabilitas dikatakan baik
Untuk Mengukur Berdasarkan analisis laporan keuangan perusahaan, dapat
Kinerja Keuangan disimpulkan rasio likuiditas yang diukur dengan Current Ratio dan
Pada Pt.Pegadaian Cash Ratio dikatakan sangat baik
(Persero) Cabang Berdasarkan analisis laporan keuangan perusahaan, dapat
Talasalapang Di Kota disimpulkan rasio solvabilitas yang diukur dengan Debt Ratio
Makassar dikatakan solvabel.
48

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh terhadap laba

bersih. Maka pengembangan kerangka pemikiran dapat dilihat sebagai berikut :

Rasio Likuiditas
(X1) H1
Kinerja Keuangan
H3
(Y)
H2
Rasio Solvabilitas
(X2)

Keterangan :

1. Menggambarkan pengaruh Rasio Solvabilitas (X1) terhadap Kinerja

Keuangan (Y).

2. Menggambarkan pengaruh Rasio Likuiditas (X2) terhadap Kinerja

Keuangan (Y).

3. Menggambarkan pengaruh Rasio Keuangan secara umum dan terhadap

Kinerja Keuangan (Y).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Terdapat tiga variabel di dalam penelitian ini, dua variabel independen (X)

dan satu variabel dependen (Y).

3.1.1 Variabel Penelitian

a. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi akibat dari adanya variabel

bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja Keuangan.

1. Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja keuangan merupakan salah satu komponen penting di

dalam Sistem Pengendalian Manajemen untuk mengetahui tingkat keberhasilan

perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka

49
50

pendek maupun tujuan jangka Panjang (Hery, 2017). Menurut Mulyadi pengukuran

kinerja adalah penentuan secara periodic tingkat efektifitas operasional suatu

organisasi, badan organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja keuangan pada penelitian ini

diukur dengan membandingkan hasil perhitungan rasio keuangan dengan standar

rata – rata industri.

b. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah rasio likuiditas dan rasio solvabilitas

1. Rasio Likuiditas

Menurut Kasmir (2014 : 130) rasio likuiditas atau rasio yang sering disebut

rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa

likuidnya suatu perusahaan. Pada penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan

menggunakan Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio.

Rumus Current Ratio :

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Rumus Quick Ratio :

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛


𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
51

Rumus Cash Ratio :

𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠


𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

2. Rasio Solvabilitas

Menurut Kasmir (2014 : 151) rasio solvabilitas atau rasio leverage

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan

dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar besar beban utang yang ditanggung

perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas bahwa rasio

solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar

seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila

perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

Pada penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan menggunakan Debt to

Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio dan Long Term Debt to Equity Ratio.

Rumus Debt to Total Asset Ratio :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

Rumus Debt to Equity Ratio :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = x 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

Rumus Long Term Debt to Equity Ratio :

𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔


𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
52

3.1.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Indikator Pengukuran


rasio yang menunjukkan Current Ratio,
Rasio kemampuan perusahaan
dalam memenuhi Quick Ratio, Rasio
Likuiditas
kewajiban atau membayar Cash Ratio
utang jangka pendeknya
rasio yang digunakan untuk Debt to Equity Ratio,
mengukur sejauh mana
Rasio Debt to Total Asset
aktiva perusahaan dibiayai Rasio
Solvabilitas dengan utang Ratio, Long Term
Debt to Equity Ratio
penentuan secara periodic
tingkat efektifitas
operasional suatu
Kinerja organisasi, badan
organisasi, dan Standar Industri Rasio
Keuangan
karyawannya berdasarkan
sasaran, standar, dan
kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai dengan September 2021.

3.2.2 Tempat Penelitian


53

Penelitian ini dilakukan PT. Campina Ice Cream Industry yang beralamat di

Jl. Rawa Terate 1 No. 5 Pulo Gadung, Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia.

3.3 Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

data yang telah diolah perusahaan bersangkutan, yang berupa laporan tahunan

(annual report). Periode yang di jadikan sebagai tahun penelitian adalah selama

tiga tahun tahun dimulai dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020

b. Sumber Data

Sumber data untuk menghitung variabel dalam penelitian ini adalah

www.idx.co.id dan www.campina.co.id.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

metode penilitian kepustakaan. Metode ini merupakan metode teoritis, dengan

metode ini peneliti dapat memperoleh data yang cukup informatif dan akurat. Data

tersebut dapat diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku, membaca literature,

jurnal dan laporan-laporan yang berhubungan dengan penelitian dan sumber-

sumber lainnya.
54

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis

statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2014), statistik deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Teknik analisis yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu rasio keuangan berupa rasio likuiditas dan

solvabilitas.

Langkah-langkah yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian pada PT. Campina Ice

Cream Industry.

b. Menghitung data dengan menggunakan rasio likuiditas meliputi Current Ratio,

Quick Ratio, Cash Ratio dan rasio solvabilitas meliputi Debt to Equity Ratio, Long

Term Debt to Equity Ratio.

c. Menginterpretasikan data yang telah dihitung dengan menggunakan rasio untuk

menggambarkan suatu masalah yang terjadi pada perusahaan dan membandingkan

hasil perhitungan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas dengan standar rata – rata

industri sebagai acuan apakah perusahaan memiliki kinerja yang baik atau tidak.

d. Menyimpulkan masalah yang terjadi dari hasil perhitungan rasio untuk

mengetahui penyebab terjadinya masalah yang terjadi pada perusahaan tersebut.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Campina Ice Cream Industry adalah salah satu perusahaan es krim

terkemuka di Indonesia yang didirikan pada awal tahun 1970 oleh keluarga Pranoto

yang mulai merintis pembuatan es krim secara sederhana digarasi rumah mereka di

Surabaya.Sepuluh tahun pertama periode 1970-1980 merupakan masa-masa usaha

yang keras dimana pada saat itu es krim belum sepopuler sekarang ini. Masih tetap

dilokasi yang sama pembuatan es krim mulai menggunakan mesin sederhana yang

khusus didatangkan dari Italia. Seiring laju perkembangan usaha pada tahun 1985

seluruh kegiatan usaha dipindahkan ke lokasi industri bergengsi di rungkut industri

estate Surabaya. Pada tahun 1984 keluarga Sabana Prawirawijaja sebagai pemilik

PT. Ultrajaya Milk Indonesia. Berpartisipasi dalam kepemilikan saham dan pada

tahun ini pula merupakan awal dari perkembangan usaha ke arah industri modern.

55
56

Momentum bersejarah terjadi pada tahun yang sama dengan perubahan nama dari

CV. Pranoto Pancajaya menjadi PT. Campina Es krim Industry dan setahun

kemudian dilakukan konsolidasi internal untuk memperkuat jajaran devisi

pemasaran dan penjualan sebagai ujung tombak perusahaan. Sejalan dengan

perkembangan usaha yang terjadi pada tahun 1998 dilakukan renovasi pabrik dan

penambahan mesin-mesin modern sebagai penunjang kegiatan produksi. Kini

perjalanan panjang dan serangkaian kendala dan tantangan telah mengantarkan PT.

Campina Ice Cream Industry menjadi salah satu produsen es krim terbesar dan

terkemuka di indonesia.

Berawal pada tanggal 22 Juli 1972, Bapak Darmo Hadipranoto beserta istri,

mulai membuat es krim Campina di garasi rumahnya yang terletak di Jl. Gembong

Sawah, Surabaya. Saat itu jugalah CV Pranoto didirikan. Seiring berjalannya

waktu, Campina mulai dikenal dan menjadi pilihan bagi masyarakat. Terbukti

dengan kunjungan Gubernur Jawa Timur, Bapak H.M.Noer ke pabrik Campina

pada tahun 1973. Cara penjualan Campina juga mulai beragam, dari menggunakan

armada sepeda, freezer. Campina merupakan perusahaan yang menghasilkan jenis

makanan yang bermarkas di Surabaya, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada

tahun 1972. Perusahaan ini umumnya menghasilkan berbagai produk es krim.

Campina selalu menghadirkan produk-produk istimewa dari bahan alami, higienis

dan berkualitas. Kelezatan es krim Campina pun semakin beragam. Tak hanya

digemari oleh keluarga dan remaja, namun merebut hati pelanggan cilik. Terbukti

dengan adanya kerjasama antara Campina dengan nickelodeon (jaringan TV kabel)

yang menjadikan satu-satunya pemegang lisensi produk es krim ‘Spongebob’ dan


57

‘Avatar’ di Asia Tenggara. Selain produk diatas, Campina memiliki produk yang

sesuai dengan segmen sebagai berikut:a. Segmen anak-anak fantasy: Didi Cup,

Blue Jackb. Segmen remaja: Concerto dan Tropicanac.Segmen dewasa: Bazooka,

Hula-Hula. Segmen keluarga: Family pack dengan berbagai rasa dan ukuran. Untuk

acara-acara spesial, ice cream cakeyang akan melengkapi kemeriahan.Inovasi

tebaru dari Campina dengan menghadirkan es krim LuVe Litee yang merupakan

es krim low fat dan 100% non-dairy pertama di Indonesia. Produk LuVe Litee

pun menjadi pilihan utama bagi konsumen yang menjalani diet, bergaya hidup

vegan dan lactose intolerance.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

1. Visi Perusahaan

Menjadikan PT. Campina Ice Cream Industry sebagai salah satu produsen es krim

dan makanan beku terbaik dan terbesar di Indonesia.

2. Misi Perusahaan

Senantiasa mengutamakan kepuasan para pelanggan, menjaga kualitas es

krim terbaik, tidak pernah berhenti untuk berinovasi, menjunjung tinggi komitmen

kepercayaan para pemegang saham, dan para karyawan. Serta memegang teguh

prinsip usaha yang bersahabat dengan lingkungan.

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan


58

Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. Campina Ice Cream Industry

Sumber : www.campina.co.id

Sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan, Perseroan diurus dan dipimpin

oleh lima orang Direksi yang terdiri dari satu orang Presiden Direktur dan empat

orang Direktur, yang didalam melaksanakan tugasnya berada dibawah pengawasan

tiga orang Dewan Komisaris yang terdiri dari satu orang Presiden Komisaris dan

dua orang anggota Dewan Komisaris.


59

Anggota Dewan Komisaris maupun anggota Direksi seluruhnya diangkat

oleh Rapat Umum Pemegang Saham untuk jangka waktu lima tahun setelah tanggal

pengangkatan.

4.1.4 Bidang Usaha

Kegiatan usaha utama Perseroan, berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan

yang terakhir adalah industri pengolahan dan perdagangan, yang meliputi industri

pengolahan es krim, baik yang bahan utamanya dari susu maupun selain susu.

Perusahaan telah beroperasi selama 48 tahun dan terus berkomitmen

pertumbuhan dengan meningkatkan kinerja operasional dan berinovasi untuk

menciptakan produk es krim yang berkualitas dan higienis. Dengan terus maju

menghadapi tantangan yang ada, baik dari segi internal maupun eksternal, Campina

selalu menghadirkan keceriaan dengan berbagai varian produk es krim yang

dicintai oleh konsumen.

4.1.5 Perkembangan Perusahaan

Didirikan sebagai sebuah industri rumahan berbentuk Firma bernama CV

Pranoto dengan merk dagang Campina. CV Pranoto ini didirikan oleh Darmo

Hadipranoto pada tanggal 22 Juli 1972 di Jalan Gembong Sawah Surabaya, yang

juga merupakan kediaman pribadi Darmo Hadipranoto. Seiring perkembangan

usaha yang semakin maju, Campina melakukan ekspansi dengan membuka


60

Fasilitas Produksi di Kawasan SIER, Surabaya Jawa Timur pada Tahun 1982.

Mengubah status perusahaan dari Firma (CV) menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Dengan nama PT Campina Ice Cream Industry.

Perseroan mulai fokus pada program-program pengurangan dampak

pemanasan global. Perseroan melakukan Penawaran Umum Saham Perdana pada

tanggal 19 Desember 2017 di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten CAMP.

Menjadi salah satu sponsor Asian Para games 2018 di Jakarta. Pada tahun 2019

Untuk kedua kalinya, Perseroan menerima penghargaan Green Company Award

dari Swa Magazines. Yang sebelumnya telah diraih pada tahun 2017. Pada tahun

2020 Campina berinovasi dengan menyegarkan brand image Campina dengan

memperkenalkan jingle Campina terbaru yang berkolaborasi dengan musisi Widi

‘Maliq & D’Essentials.

4.2 Analisis Data dan Pembahasan

4.2.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis

statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2014), statistik deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Teknik analisis yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu rasio keuangan berupa rasio likuiditas dan

solvabilitas.
61

Langkah-langkah yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian pada PT. Campina Ice

Cream Industry.

b. Menghitung data dengan menggunakan rasio likuiditas meliputi current ratio,

quick ratio, cash ratio dan rasio solvabilitas meliputi debt to asset ratio, debt to

equity ratio, dan long term debt to equity ratio.

c. Menginterpretasikan data yang telah dihitung dengan menggunakan rasio untuk

menggambarkan suatu masalah yang terjadi pada perusahaan dan

membandingkan hasil perhitungan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas dengan

standar rata – rata industri sebagai acuan apakah perusahaan memiliki kinerja

yang baik atau tidak.

d. Menyimpulkan masalah yang terjadi dari hasil perhitungan rasio untuk

mengetahui penyebab terjadinya masalah yang terjadi pada perusahaan tersebut.

4.2.2 Penyajian Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan

keuangan tahunan pada PT. Campina Ice Cream Industry periode 2018-2020.

4.3 Perhitungan Rasio Likuiditas


62

Menurut Kasmir (2014 : 130) rasio likuiditas atau rasio yang sering disebut

rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa

likuidnya suatu perusahaan.

a. Current Ratio

Menurut Kasmir (2014 : 134) rasio lancar atau current ratio merupakan rasio

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.

Tahun 2018

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
= 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝑅𝑝 664.681.699.769
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 61.322.975.128

= 1083,90%

Tahun 2019

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
= 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝑅𝑝 723.916.345.285
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 57.300.411.135

= 1262,37%

Tahun 2020

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
= 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝑅𝑝 751.789.918.087
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 56.665.064.940

= 1326,73%
63

Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah

sebagai berikut :

1083,90% + 1263,37% + 1326,73%


𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
3

= 1224,67%

b. Quick Ratio

Menurut Kasmir (2014 : 136) quick ratio atau rasio cepat atau rasio sangat

lancar atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban hutang lancar (utang

jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan

(inventory).

Tahun 2018

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛


= 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝑅𝑝 664.681.699.769 − 𝑅𝑝 166.906.099.156
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 61.322.975.128

= 811,73%

Tahun 2019

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛


= 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝑅𝑝 723.916.345.285 − 𝑅𝑝 171.000.649.858
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 57.300.411.135

= 964, 94%

Tahun 2020

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛


= 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
64

𝑅𝑝 751.789.918.087 − 𝑅𝑝 138.318.505.104
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 56.665.064.940

= 1082,63%

Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah

sebagai berikut :

811,73% + 964,94% + 1082,63%


𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
3

= 1221,07%

c. Cash Ratio

Menurut Kasmir (2014 : 138) rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

Tahun 2018

𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠


= 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝑅𝑝 281.133.628.265
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 61.322.975.128

= 458,45%

Tahun 2019

𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠


= 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝑅𝑝 348.062.973.183
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 57.300.411.135

= 607,44%

Tahun 2020

𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠


= 𝑥 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
65

𝑅𝑝 478.735.929.325
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 56.665.064.940

= 844,85%

Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah

sebagai berikut :

458,45% + 607,44% + 844,85%


𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
3

= 636,91%

4.4 Perhitungan Rasio Solvabilitas

Menurut Kasmir (2014 : 151) rasio solvabilitas atau rasio leverage merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai

dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan

dibandingkan dengan aktivanya.

a. Debt to Asset Ratio

Menurut Kasmir (2014 : 156) debt to total asset ratio atau rasio hutang

terhadap total aktiva merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur

perbandingan antara total utang dengan total aktiva.

Tahun 2018

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

𝑅𝑝 118.853.215.128
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.004.275.813.783

= 11,83%
66

Tahun 2019

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

𝑅𝑝 122.136.752.135
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.057.529.235.986

= 11,55%

Tahun 2020

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

𝑅𝑝 125.161.736.940
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.086.873.666.641

= 11,52%

Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah

sebagai berikut :

11,83% + 11,55% + 11,52%


𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
3

= 11,63%

b. Debt to Equity Ratio

Menurut Kasmir (2014 : 155) debt to equity ratio adalah rasio keuangan yang

dipakai untuk menilai utang dengan ekuitas perusahaan.

Tahun 2018

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
= x 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑅𝑝 118.853.215.128
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 885.422.598.655

= 13,42%
67

Tahun 2019

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
= x 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑅𝑝 122.136.752.135
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 935.392.483.851

= 13,06%

Tahun 2020

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
= x 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑅𝑝 125.161.736.940
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 961.711.929.701

= 13,01%

Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah

sebagai berikut :

13,42% + 13,06% + 13,01%


𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
3

= 13,17%

c. Long Term Debt to Equity Ratio

Menurut Kasmir (2014 : 159) merupakan rasio antara utang jangka panjang

dengan modal sendiri.

Tahun 2018

𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔


= 𝑥 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑅𝑝 5.753.0240.000
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 885.422.598.655
68

= 6,50%

Tahun 2019

𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔


= 𝑥 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑅𝑝 64.836.341.000
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 935.392.483.851

= 6,93%

Tahun 2020

𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔


= 𝑥 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑅𝑝 68.496.672.000
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 961.711.929.701

= 7,12%

Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah

sebagai berikut :

6,50% + 6,93% + 7,12%


𝐿𝐷𝑡𝐸𝑅 =
3

= 6,85%

4.5 Perhitungan Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas dikenal juga dengan rasio rentabilitas, menurut Kasmir

(2014 : 197) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan.

a. Net Profit Margin


69

Menurut Hery (2017 : 198) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

besarnya persentasi laba bersih atas penjualan bersih.

Tahun 2018

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑅𝑝 61.947.295.689
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 961.136.629.003

= 6,45%

Tahun 2019

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑅𝑝 76.758.829.457
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.028.952.947.818

= 7,46%

Tahun 2020

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑅𝑝 44.045.828.312
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 956.634.474.111

= 4,60%

Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah

sebagai berikut :

6,45% + 7,46% + 4,60%


𝑁𝑃𝑀 =
3

= 6,17%
70

b. Return On Asset (ROA)

Menurut Hery (2017 : 193) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa

besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Semakin tinggi hasil

pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang

dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.

Tahun 2018

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

𝑅𝑝 61.947.295.689
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.004.275.813.783

= 6,17%

Tahun 2019

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

𝑅𝑝 76.758.829.457
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.057.529.235.986

= 7,26%

Tahun 2020

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

𝑅𝑝 44.045.828.312
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 1.086.873.666.641

= 4,05%

Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah

sebagai berikut :

6,17% + 7,26% + 4,05%


𝑅𝑂𝐴 =
3
71

= 5,83%

c. Return On Equity (ROE)

Menurut Hery (2017 : 193) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa

besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan dalam menciptakan laba bersih.

Tahun 2018

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑅𝑝 61.947.295.689
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 885.422.598.655

= 7,00%

Tahun 2019

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑅𝑝 76.758.829.457
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 935.392.483.851

= 8,21%

Tahun 2020

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑅𝑝 44.045.828.312
= 𝑥 100%
𝑅𝑝961.711.929.701

= 4,58%

Sedangkan rata – rata internal tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 adalah

sebagai berikut :

7,00% + 8,21% + 4,58%


𝑅𝑂𝐸 =
3
72

= 6,59%

4.6 Pembahasan

Berdasarkan analisis terhadap beberapa rasio keuangan yang telah

dilakukan, maka dapat dilihat bagaimana kondisi kinerja keuangan PT. Campina

Ice Cream Industry 2018 – 2020 dengan membandingkan hasil perhitungan rasio

yang telah dilakukan dengan standar rata – rata standar industri. Berikut adalah

tabel rata – rata industri perusahaan sejenis dan tabel hasil perhitungan rasio

keuangan PT. Campina Ice Cream Industry :

Tabel 4.1
Rasio Keuangan Perusahaan Sejenis

Indoeskrim Diamond Rata -


Rasio
No Tahun Tahun Rata
Keuangan
2018 2019 2020 2018 2019 2020 Industri
1 Rasio
Likuiditas
a. Current
107% 127% 137% 227.16% 176.88% 406.15% 129.17%
Ratio
b. Quick Ratio 69.31% 88.08% 97.47% 108.21% 116.56% 257.40% 79.94%
c. Cash Ratio 28.23% 55.68% 61.97% 87.44% 74.70% 135.52% 51.34%
2 Rasio
Solvabilitas
a. Debt to
48% 44% 51% 44% 70% 22% 42.83%
Asset Ratio
b. Debt to
93% 77% 106% 31% 41% 18% 58%
Equity Ratio
c. LTDtER 30.88% 31.93% 70.79% 4.51% 5.31% 4.35% 23.90%
3 Rasio
Profitabilitas
a. Net Profit
6.76% 7.70% 10.70% 5.11% 5.31% 3.36% 5.93%
Margin
b. Return on
5.40% 6.10% 6.70% 7.98% 7.50% 3.65% 5.61%
Asset
c. Return on
10.20% 11.30% 13.10% 11.53% 11.82% 5.18% 9.66%
Equity
Sumber : Data diolah Peneliti
73

Tabel 4.2
Rasio Keuangan PT. Campina Ice Cream Industry 2018 – 2020

Tahun
Rata -
Standar
Rasio Keuangan Rata
2018 2019 2020 Industri
Internal

1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio 1083,90% 1263,37% 1326,73% 1224,67% 129.17%
b. Quick Ratio 811,73% 964,94% 1082,63% 1221,07% 79.94%
c. Cash Ratio 458,455 607,44% 844,85% 636,91% 51.34%
2. Rasio Solvabilitas
a. Debt to Asset Ratio 11,83% 11,55% 11,52% 11,63% 42.83%
b. Debt to Equity
13,42% 13,06% 13,01% 13,17% 58%
Ratio
c. LTDtER 6,50% 6,93% 7,12% 6,85% 23.90%
3. Rasio Profitabilitas
a. Net Profit Margin 6,45% 7,46% 4,60% 6,17% 5.93%
b. Return on Asset 6,17% 7,26% 4,05% 5,83% 5.61%
c. Return on Equity 7,00% 8,21% 4,58% 6,59% 9.66%
Sumber : Data diolah Peneliti

4.6.1 Rasio Likuiditas

Dalam hal ini penulis mengambil indikator penelitian terhadap rasio likuiditas

adalah pada current ratio, quick ratio, dan cash ratio.

a. Current Ratio

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa current ratio pada PT. Campina

Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 1083,90% yang berarti bahwa setiap

Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 10,8390 aktiva lancar. Current ratio pada
74

tahun 2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 1263,37% yang berarti Rp 1

hutang lancar dijamin dengan Rp12,6337 aktiva lancar, hal ini terjadi karenakan

pada tahun 2018 ke tahun 2019 current ratio mengalami peningkatan 179,47%

selisih dari 1083,90% - 1263,37%. Current ratio pada tahun 2020 lebih baik dari

tahun 2019 yaitu sebesar 1326,73% yang berarti Rp 1 hutang lancar dijamin dengan

Rp13,2673 aktiva lancar, hal ini terjadi dikarenakan pada tahun 2019 ketahun 2020

current ratio mengalami peningkata 63,36% selisih dari 1263,37% - 1326,73%.

Peningkatan current ratio dikarenakan aktiva lancar selalu mengalami peningkatan

dan hutang lancar setiap tahun mengalami penurunan. Rata – rata current ratio

tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 yaitu sebesar 1224,67%.

Jika standar rata – rata industri current ratio perusahaan sejenis yaitu

129,17%. Menurut Hery (2017 : 152) perusahaan yang memiliki current ratio yang

terlalu tinggi belum tentu dikatakan baik, hal tersebut terjadi karena kurang

efektifnya manajemen kas dan persediaan. Menurut Hanafi (2012 : 75) current ratio

yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan current ratio

yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang mempunyai

pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. Maka tingkat

likuiditas perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020 dapat dikatakan kurang

baik karena current ratio yang dihasilkan terlalu tinggi diatas standar rata – rata

industri, hal ini disebabkan perusahaan kurang mampu mengalokasikan aktiva

lancar yang dimiliki secara optimal.


75

b. Quick Ratio

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa quick ratio pada PT. Campina

Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 811,73% yang berarti bahwa setiap

Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 8,1173 aktiva lancar. Quick ratio pada tahun

2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 964,94% yang berarti Rp 1 hutang

lancar dijamin dengan Rp 9,6494 aktiva lancar, hal ini dikarenakan, pada tahun

2018 ke tahun 2019 quick ratio mengalami peningkatan 28,34% selisih dari

361,50% - 389,83%. Quick ratio pada tahun 2020 lebih baik dari tahun 2019 yaitu

sebesar 1082,63% yang berarti Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 10,8263

aktiva lancar, hal ini dikarenakan pada tahun 2019 ketahun 2020 quick ratio

mengalami peningkatan 112,72% selisih dari 389,83% - 502,55%. Quick ratio PT.

Campina Ice Cream Industry selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Kenaikan ini dikarenakan aktiva lancar selalu mengalami peningkatan dan hutang

lancar setiap tahun mengalami penurunan. Rata – rata quick ratio tahun 2018

sampai dengan tahun 2020 yaitu sebesar 1221,07%.

Menurut Kasmir (2014 : 142) standar rata – rata industri yang paling untuk

quick ratio adalah 150%. Menurut Hanafi (2017 :76) quick ratio yang terlalu kecil

menunjukkan risiko likuiditas yang lebih tinggi, sedangkan quick ratio yang terlalu

tinggi menunjukkan indikasi kelebihan kas atau piutang. Maka tingkat likuiditas

perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020 dapat dikatakan kurang baik

karena quick ratio yang dihasilkan terlalu tinggi diatas standar rata – rata industri,

hal ini terjadi karena peningkatan kas dan piutang pada setiap tahunnya.
76

c. Cash Ratio

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa cash ratio pada PT. Campina

Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 458,45% yang berarti bahwa setiap

Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 4,5845 kas. Cash ratio pada tahun 2019

lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 607,44% yang berarti Rp 1 hutang lancar

dijamin dengan Rp 6,0744 kas, hal ini dikarenakan pada Pada tahun 2018 ke tahun

2019 cash ratio mengalami peningkatan 148,99% selisih dari 458,45% - 607,44%.

Cash ratio pada tahun 2020 lebih baik dari tahun 2019 yaitu sebesar 844,85% yang

berarti Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 8,4485 kas, hal ini dikarenakan pada

tahun 2019 ketahun 2020 cash ratio mengalami peningkatan yang sangat signifikan

237,42% selisih dari 607,44% - 844,85%. Cash ratio PT. Campina Ice Cream

Industry selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hal ini dikarenakan kas

selalu mengalami peningkatan dan hutang lancar setiap tahun mengalami

penurunan. Rata – rata cash ratio tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 yaitu

sebesar 636,91%.

Jika standar rata – rata industri cash ratio perusahaan sejenis yaitu 51,34%.

Kondisi cash ratio yang tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur

atau yang tidak atau yang belum digunakan secara optimal. Maka tingkat likuiditas

perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020 dapat dikatakan kurang baik

karena cash ratio yang dihasilkan terlalu tinggi diatas standar rata – rata industri,

hal ini terjadi karena peningkatan kas pada setiap tahunnya.


77

4.6.2 Rasio Solvabilitas

Dalam hal ini penulis mengambil indikator penelitian terhadap rasio

solvabilitas adalah pada debt to asset ratio, debt to equity ratio, long term debt to

equity ratio.

a. Debt to Asset Ratio

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa debt to asset ratio pada PT.

Campina Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 11,83% yang berarti bahwa

setiap Rp 1 total aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar Rp 0,1183. Debt

to asset ratio pada tahun 2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 11,55% yang

berarti bahwa setiap Rp 1 total aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar Rp

0,1155, hal ini dikarenakan pada tahun 2018 ke tahun 2019 debt to asset ratio

mengalami penurunan 0,29% selisih dari 11,83% - 11,55%. Debt to asset ratio pada

tahun 2020 lebih baik dari tahun 2019 yaitu sebesar 11,52% berarti bahwa setiap

Rp 1 total aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar Rp 0,1152, hal ini

dikarenakan pada tahun 2019 ketahun 2020 debt to asset ratio mengalami

penurunan 0,03% selisih dari 11,55% - 11,52%. Debt to asset ratio PT. Campina

Ice Cream Industry selalu mengalami penurunan namun tidak terlalu signifikan dari

tahun ke tahun, hal ini karena aset dan hutang yang selalu mengalami peningkatan

tiap tahunnya. Rata – rata debt to asset ratio tahun 2018 sampai dengan tahun 2020

yaitu sebesar 11,63%.

Jika standar rata – rata industri debt to asset ratio perusahaan sejenis adalah

maksimal 42,83%, maka tingkat solvabilitas perusahaan dari tahun 2018 sampai

dengan 2020 dapat dikatakan baik karena selalu mengalami penurunan dari tahun
78

ke tahun dan besaran rasionya tidak lebih dari rata – rata standar industrinya. Hal

ini artinya bahwa total aset hanya sedikit dibiayai oleh hutang dan PT. Campina Ice

Cream Industry dikatakan mampu menutupi hutang – hutang dengan aktiva yang

dimilikinya.

b. Debt to Equity Ratio

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa debt to equity ratio pada PT.

Campina Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 13,42% yang berarti bahwa

setiap Rp 1 modal perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar Rp 0,1342. Debt to

equity ratio pada tahun 2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 13,06% yang

berarti bahwa setiap Rp 1 modal perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar Rp

0,1306, dimana hal ini dikarenakan pada tahun 2018 ke tahun 2019 debt to equity

ratio mengalami penurunan 0,37% selisih dari 13,42% - 13,06%. Debt to a equity

ratio pada tahun 2020 lebih baik dari tahun 2019 yaitu sebesar 13,01% berarti

bahwa setiap Rp 1 modal perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar Rp 0,1301,

dimana hal ini dikarenakan pada tahun 2019 ketahun 2020 debt to debt to equity

ratio ratio mengalami penurunan 0,03% selisih dari 13,06% - 13,01%. Penurunan

debt to Equity ratio dikarenakan peningkatan modal dan hutang dari tahun ke tahun.

Rata – rata debt to equity ratio tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 yaitu sebesar

13,17%.

Jika standar rata – rata industri debt to equity ratio perusahaan sejenis adalah

maksimal 58%, maka tingkat solvabilitas perusahaan dari tahun 2018 sampai

dengan 2020 dapat dikatakan baik karena selalu mengalami penurunan dari tahun

ke tahun dan besaran rasionya tidak lebih dari rata – rata standar industrinya. Hal
79

ini artinya bahwa modal hanya sedikit dibiayai oleh hutang dan PT. Campina Ice

Cream Industry dikatakan mampu menutupi hutang – hutang dengan modal yang

dimilikinya.

c. Long Term Debt to Equity Ratio

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa LDtER pada PT. Campina Ice

Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 6,50% yang berarti bahwa setiap Rp 1

modal perusahaan dibiayai oleh hutang jangka panjang sebesar Rp 0,065. LDtER

pada tahun 2019 tidak lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 6,93% yang berarti

bahwa setiap Rp 1 modal perusahaan dibiayai oleh hutang jangka panjang sebesar

Rp 0,0693, hal ini dikarenakan pada tahun 2018 ke tahun 2019 LDtER mengalami

peningkatan 0,43% selisih dari 6,50% - 6,93%. LDtER pada tahun 2020 tidak lebih

baik dari tahun 2019 yaitu sebesar 7,12% berarti bahwa setiap Rp 1 modal

perusahaan dibiayai oleh hutang jangka panjang sebesar Rp 0,0712, hal ini

dikarenakan pada tahun 2019 ke tahun 2020 LDtER mengalami peningkatan 0,19%

selisih dari 6,93% - 7,12%. Peningkatan LDtER dikarenakan peningkatan modal

dan hutang jangka panjang pada setiap tahunnya. Rata – rata LDtER tahun 2018

sampai dengan tahun 2020 yaitu sebesar 6,85%.

Jika standar rata – rata industri LDtER perusahaan sejenis adalah maksimal

23,90%, maka tingkat solvabilitas perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020

dapat dikatakan baik karena besaran rasionya tidak melebihi rata – rata standar

industri, walaupun terjadi peningkatan rasio pada setiap tahunnya. Hal ini sangat

menguntungkan bagi kreditor sebagai penyedia dana, karena semakin kecil rasio,
80

semakin kecil pula risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi

diperusahaan.

4.6.3 Rasio Profitabilitas

Dalam hal ini penulis mengambil indikator penelitian terhadap rasio

profitabilitas adalah pada net profit margin, return on asset, dan return on equity.

a. Net Profit Margin

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa net profit margin pada PT.

Campina Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 6,45% yang berarti bahwa

setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,0645. Net profit

margin pada tahun 2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 7,46% yang berarti

bahwa setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,0746, hal ini

dikarenakan pada tahun 2018 ke tahun 2019 net profit margin mengalami

peningkatan 1,01% selisih dari 6,45% - 7,46%. Net profit margin pada tahun 2020

tidak lebih baik dari tahun 2019 yaitu sebesar 4,60% berarti bahwa setiap Rp 1

penjualan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,0460, hal ini dikarenakan pada

tahun 2019 ke tahun 2020 net profit margin mengalami penurunan 2,86% selisih

dari 7,46% - 4,60%. Net profit margin PT. Campina Ice Cream Industry selama tiga

tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2019 nilai net profit margin mengalami

peningkatan menjadi 7,46%, peningkatan ini disebabkan karena adanya

peningkatan penjualan dari tahun 2018 dan diikuti dengan peningkatan laba bersih

pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2020 net profit margin mengalami penurunan

yang menjadi 4,60%. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan penjualan dari
81

tahun 2019 dan diikuti dengan penurunan laba bersih. Rata – rata net profit margin

tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 yaitu sebesar 6,17%.

Jika standar rata – rata industri net profit margin perusahaan sejenis adalah

5,93%, maka tingkat profitabilitas perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020

dapat dikatakan baik karena besaran rasionya diatas rata – rata standar industri.

b. Return on Asset

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa return on asset pada PT.

Campina Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 6,17% yang berarti bahwa

setiap Rp 1 aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,0617. Return on asset

pada tahun 2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 7,26% yang berarti bahwa

setiap Rp 1 aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,0726, hal ini dikarenakan

pada tahun 2018 ke tahun 2019 retun on asset mengalami peningkatan 1,09%

selisih dari 6,17% - 7,26%.Return on asset pada tahun 2020 tidak lebih baik dari

tahun 2019 yaitu sebesar 4,05% berarti bahwa setiap Rp 1 aktiva menghasilkan laba

bersih sebesar Rp 0,0405, hal ini dikarenakan pada tahun 2019 ke tahun 2020 return

in asset mengalami penurunan 3,21% selisih dari 7,26% - 4,05%. Return on asset

PT. Campina Ice Cream Industry selama tiga tahun mengalami fluktuasi. Pada

tahun 2019 nilai return on asset mengalami peningkatan menjadi 7,26%,

peningkatan ini disebabkan karena adanya peningkatan total aset dari tahun 2018

dan diikuti dengan peningkatan laba bersih pada tahun sebelumnya. Pada tahun

2020 return on asset mengalami penurunan yang menjadi 4,05%. Penurunan ini

disebabkan oleh peningkatan total aset dari tahun 2019 dan diikuti dengan
82

penurunan laba bersih. . Rata – rata return on asset tahun 2018 sampai dengan tahun

2020 yaitu sebesar 5,83%.

Jika standar rata – rata industri return on asset perusahaan sejenis adalah

5,61%, maka tingkat profitabilitas perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020

dapat dikatakan baik karena besaran rasionya diatas rata – rata standar industri.

c. Return on Equity

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa return on equity pada PT.

Campina Ice Cream Industry tahun 2018 adalah sebesar 7,00% yang berarti bahwa

setiap Rp 1 modal sendiri menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,0700. Return on

equity pada tahun 2019 lebih baik dari tahun 2018 yaitu sebesar 8,21% yang berarti

bahwa setiap Rp 1 modal sendiri menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,0821, hal

ini dikarenakan pada tahun 2018 ke tahun 2019 return on equity mengalami

peningkatan 1,21% selisih dari 7,00% - 8,21%. Return on equity pada tahun 2020

tidak lebih baik dari tahun 2019 yaitu sebesar 4,58% berarti bahwa setiap Rp 1

modal sendiri menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,0458, hal ini dikarenakan

pada tahun 2019 ke tahun 2020 return on equity mengalami penurunan 3,63%

selisih 8,21% - 4,58%. Return on equity PT. Campina Ice Cream Industry selama

tiga tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2019 nilai return on equity mengalami

peningkatan menjadi 8,21%, peningkatan ini disebabkan karena adanya

peningkatan modal dari tahun 2018 dan diikuti dengan peningkatan laba bersih pada

tahun sebelumnya. Pada tahun 2020 return on equity mengalami penurunan yang

menjadi 4,58%, penurunan ini disebabkan oleh peningkatan modal dari tahun 2019
83

dan diikuti dengan penurunan laba bersih. . Rata – rata return on equity tahun 2018

sampai dengan tahun 2020 yaitu sebesar 6,59%.

Jika standar rata – rata industri return on equity perusahaan sejenis adalah

9,66%, maka tingkat profitabilitas perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2020

dapat dikatakan belum baik karena besaran rasionya dibawah rata – rata standar

industri.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada sebelumnya,

maka kesimpulan dari analisis rasio likuiditas dan rasio solvabilitas terhadap kinerja

keuangan PT. Campina Ice Cream Industry adalah sebagai berikut :

1. Kinerja keuangan PT. Campina Ice Cream Industry secara keseluruhan rata –

rata dari tahun 2018 – 2020 dilihat dari rasio likuiditas, menurut perhitungan

current ratio yaitu sebesar 1224,67%, quick ratio sebesar 1221,07%, dan cash

ratio sebesar 636,91%. Hal ini dinilai kurang baik karena besaran rasio yang

dihasilkan terlalu tinggi berada diatas rata – rata standar industri, yang

disebabkan oleh peningkatan kas dan piutang pada setiap tahunnya, dan kurang

mampunya perusahaan untuk menggunakan aktiva lancar yang dimilki secara

optimal.

2. Kinerja keuangan PT. Campina Ice Cream Industry secara keseluruhan rata –

rata dari tahun 2018 – 2020 dilihat dari rasio solvabilitas, menurut perhitungan

84
85

debt to asset ratio yaitu sebesar 11,63%, debt to equity ratio sebesar 13,17%,

long term debt to equity ratio sebesar 6,85%. Hal ini dinilai baik karena besaran

rasio berada dibawah rata – rata standar industri, perusahaan dikatakan mampu

untuk menutupi hutang – hutang perusahaan.

3. Kinerja keuangan PT. Campina Ice Cream Industry secara keseluruhan rata –

rata dari tahun 2018 – 2020 secara umum dilihat dari rasio profitabilitas,

menurut perhitungan net profit margin yaitu sebesar 6,17%, return on asset

sebesar 5,83%, return on equity sebesar 6,59%. Hal ini dinilai baik karena

besaran net profit margin dan return on asset berada diatas rata – rata standar

industri.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengemukakan beberapa saran,

antara lain:

1. Analisis rasio likuiditas pada PT. Campina Ice Cream Industry selama periode

2018 - 2020 dikatakan kurang baik, maka perusahaan disarankan untuk lebih

mengoptimalkan aktiva lancar yang dimiliki, dengan cara ekspansi bisnis dan

menekan penagihan piutang perusahaan yang belum tertagih.

2. Analisis rasio solvabilitas pada PT. Campina Ice Cream Industry selama

periode 2018 - 2020 dikatakan baik, maka perusahaan disarankan untuk tetap

mempertahankan kinerja keuangannya agar rasio solvabilitas tetap berada

dibawah rata-rata standar industri yang telah ditentukan karena semakin kecil

rasio solvabilitas semakin baik kinerja keuangan perusahaan.


86

3. Analisis rasio profitabilitas pada PT. Campina Ice Cream Industry selama

periode 2018 – 2020 dikatakan baik, maka perusahaan disarankan tetap

mempertahankan kinerja keuangannya dan meningkatkan laba di tahun

berikutnya, perusahaan harus mampu mengelola modal yang diinvestasikan

dalam aktiva, meningkatkan penjualan serta berusaha menekan biaya – biaya

operasional yang harus dikeluarkan atau dengan kata lain perusaahaan harus

dapat menjaga keseimbangan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya

– biaya yang harus dikeluarkan.


DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, M. M. dan A. Halim. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat.


Cetakan Kedua. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Hery. 2017. Analisis Laporan Keuangan (Integrated and Comprehensive Edition).
Jakarta : PT Grasindo.
Horne, James C. Van dan John M Wachowicz Jr. 2012. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan (Edisi 13). Jakarta : Salemba Empat.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Riyanto, Bambang. 2016. Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :
BFE UGM.
Sujarweni V. Wiratna. 2017. Analisis Laporan Keuangan : Teori, Aplikasi, dam
Hasil Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Baru Pers.
Sutrisno. 2017. Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta :
Ekonisia.
Weston, J. Fred. dan Eugene F. Brigham.1998. Manajemen Keuangan, Edisi
Kesembilan. Jilid 2. Alih Bahas: Yohanes Lamarto. Erlangga, Jakarta.
1. Laporan Keuangan PT. Campina Ice Cream Industry Tahun 2018 - 2019
2. Laporan Keuangan PT. Campina Ice Cream Industri Tahun 2020
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Putri Rizkiyah

Tempat , Tanggal Lahir : Jakarta 03 Juni 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl Raya Pulogebang Kamp Kandang Besar RT

002/004 No 7 Kel Ujung Menteng, Kec Cakung,

Jakarta Timur, DKI Jakarta 13960

Telepon : 089678076968

Email : abrifolium@yahoo.com

B. PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 2006 – 2009 : SMF CARAKA NUSANTARA JAKARTA

Tahun 2006 – 2003 : SMPN 172 JAKARTA

Tahun 1996 – 2003 : SDN PULOGEBANG 02 PAGI JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai