Anda di halaman 1dari 109

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH EARNINGS PER SHARE, DIVEDEND PER SHAR


E, NET PROFIT MARGIN DAN BASIC EARNING POWER TERHADAP M
ARKET VALUE ADDED PADA SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUM
SI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2
015-2018

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh


Gelar Sarjana Manajemen

Oleh:

QADARIAH ROMALINI
NIM : 1610312320052
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
LEMBAR LEGALITAS

ANALISIS PENGARUH EARNINGS PER SHARE, DIVEDEND PER SHAR


E, NET PROFIT MARGIN DAN BASIC EARNING POWER TERHADAP M
ARKET VALUE ADDED PADA SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUM
SI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2
015-2018

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

QADARIAH ROMALINI

NIM. 1610312320052

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 7, Januari 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Pembimbing

REDAWATI, SE, M.Fin


NIP.19750723 200003 2 002
Penguji I Penguji II

ALI SADIKIN,SE, MM SUFI JIKRILLAH, ST, MM, CRA


NIP. 19721212 200212 2 002 NIP. 19740118200501 1 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen

Dr. RR. YULIANTI PRIHATININGRUM, SE, M.Si


NIP 19730727 200112 2 001
LEMBAR PENGESAHAN

i
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Nama : Qadariah Romalini

NIM : 1610312320052

Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Earnings Per Share, Divedend Per


Share, Net Profit Margin dan Basic Earning Power
Terhadap Market Value Added Pada Sektor Industri
Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2015-2018

Mata Kuliah Pokok : Analisis Laporan Keuangan

Ujian Dilaksanakan : Kamis, 07 Januari 2021

Tim Penguji

Pembimbing : REDAWATI, SE, M.Fin (.......................................)

Penguji I : ALI SADIKIN, SE, MM (.......................................)

Penguji II : SUFI JIKRILLAH, ST, MM, CRA (.......................................)

ii
BERITA ACARA PERBAIKAN SKRIPSI
Berdasarkan hasil ujian yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas Ekono
mi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat
Nama : Qadariah Romalini

NIM : 1610312320052

Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Bisnis/Manajemen

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Earnings Per Share, Divedend Per Share, Net
Profit Margin dan Basic Earning Power Terhadap Market Value
Added Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2018

Hari./Tanggal : Kamis, 07 Januari 2021

Tempat : Online

Waktu Ujian : 11.00 – 13.00 WITA

Dengan ini telah melakukan perbaikan skripsi berdasarkan saran Tim Penguji
No Nama Keterangan TTD

1 REDAWATI, SE, M.Fin Pembimbing I 1. .........................

2 ALI SADIKIN,SE, MM Penguji I 2. .........................

3 SUFI JIKRILLAH, ST, MM, CRA Penguji II 3. .........................


Dengan demikian berita acara perbaikan skripsi yang telah mendapatkan p
ersetujuan dari Tim Penguji.

Banjarmasin, 07 Januari 2021

Mengetahui Mahasiswa
Ketua Jurusan Manajemen

Qadariah Romalini
Dr. Raden Roro Yulianti Prihatiningrum, SE, M.Si
NIM: 1610312320052
NIP. 19730727 200112 2 001

i
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa

Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang telah saya lakukan. Segala kutipan

dan bantuan dari berbagai sumber telah diungkapkan sebagaimana mestinya.

Skripsi ini belum pernah dipublikasikan untuk keperluan lain oleh siapapun juga.

Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan saya ini tidak benar, maka saya

bersedia menerima akibat hukum dari ketidakbenaran pernyataan tersebut.

Banjarmasin, 25 Desember 2020


Yang membuat pernyataan,

Qadariah Romalini
NIM. 1610312320052

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini deng

an judul “Analisis Pengaruh Earnings Per Share, Divedend Per Share, Net Prof

it Margin Dan Basic Earning Power Terhadap Market Value Added Pada Sekt

or Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

Periode 2015-2018”.

Penulisan proposal skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dorongan, dan mo

tivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkan penulis menyampaikan rasa ter

ima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Atma Hayat, Drs. Ec. M.Si, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekono

mi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat.

2. Ibu Dr. Raden Roro Yulianti Prihatiningrum, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat.

3. Ibu Redawati, SE, M.Fin selaku Dosen Pembimbing yang telah mendorong, m

engarahkan dan membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini.

4. Bapak Ali Sadikin, SE, MM dan Bapak Sufi Jikrillah, ST, MM, CRA selaku

dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang sangat bermanfaat

dalam perbaikan skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar Program Studi Manajemen yang telah mendidik, membi

mbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat sebagai bekal saya untuk meny

elesaikan proposal skripsi ini.

6. Kepada kedua orang tua tercinta, terima kasih yang tiada terhingga karena sela

ma ini telah banyak memberikan semua kebutuhan penulis, baik kasih sayang,

pendidikan, materi, doa, dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan.

iii
7. Kepada sahabat kampus (Novita, Iis, Neda, Ratna, Salamat, Zoya) terima kasi

h telah menjadi sahabat yang baik selama masa kuliah, terimakasih atas kerja s

ama, dukungan, bantuan hingga doa yang kalian berikan, serta kegembiraan ya

ng selama ini kita lalui bersama

8. Seluruh teman-teman dan rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisni

s, terimakasih atas segala dukungan dan bantuan dalam penyusunan proposal s

kripsi ini.

Penulis hanya dapat mendoakan mereka yang telah membantu dalam segal

a hal yang berkaitan dengan pembuatan proposal skripsi ini agar diberikan berkat,

karunia dan hikmat-nya. Selain itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa s

angat diharapkan. Akhir kata penulis berharap semoga proposal skripsi ini berman

faat bagi semua pihak.

Banjarmasin, 25 Desember 2020

Qadariah Romalini

ABSTRACT
Qadariah Romalini (2020), Analysis of the Effect of Earning Per Share,
Dividend Per Share, Net Profit Margin and Basic Earning Power (BEP) on Market

iv
Value Added (MVA) in the Coal and Consumption Industry Sector on the
Indonesia Stock Exchange 2015-2018. Advisor: Redawati.
This study aims to analyze and determine the effect of Earning Per
Share, Dividend Per Share, Net Profit Margin and Basic Earning Power on Market
Value Added. The research method in this thesis is multiple regression analysis.
The population in this study is the goods and consumer industrial sector
companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) for the period 2015-
2018, totaling 50 companies. The sample of this research was taken using
purposive sampling technique.
Data collection techniques in this study used various sources which were
carried out by documentation techniques. Selection of sample members based on
certain criteria in order to obtain a sample of 72 companies. The data collected
were analyzed using classical assumption testing, multiple regression models, and
hypothesis testing. The hypothesis test in this study is the t test.
The results showed the coefficient of determination in this study was
48.5%, while 52.5% explained other variables outside the regression model of this
study. Based on this research, partially the variables of Earning Per Share and
Basic Earning Power have a positive and significant effect on market value added
because the significance value of t is smaller than the alpha level of 0.05, which is
0.000. Meanwhile, the Dividend Per Share and Net Profit Margin variables have a
negative and significant effect on market value added because the significance
value of t is greater than the alpha level of 0.05. Simultaneously, the variables
return on assets, return on equity, earnings per share, and economic value added
have an effect on market value added. It is known that the F significance value is
smaller than the alpha level of 0.05, which is equal to 0.000.
.

Keyword : EPS, DPS, NPM, BEP, MVA

ABSTRAKSI
Qadariah Romalini (2020), Analisis Pengaruh Earning Per Share, Dividen
d Per Share, Net Profit Margin dan Basic Earning Power (BEP) terhadap Market

v
Value Added (MVA) Pada Sektor Industri Baraang dan Konsumsi di Bursa Efek I
ndonesia Periode 2015-2018. Pembimbing : Redawati.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh
Earning Per Share, Dividend Per Share, Net Profit Margin dan Basic Earning
Power terhadap Market Value Added. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah
analisis regresi berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor
industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode tahun 2015-2018 yang bejumlah 50 perusahaan. Adapun sampel
penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dari berbagai
sumber yang dilakukan dengan teknik dokumentasi. Pemilihan anggota sampel
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu sehingga diperoleh sampel berjumlah 72
perusahaan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan
pengujian asumsi klasik, model regresi berganda, dan uji hipotesis. Uji hipotesis
dalam penelitian ini adalah uji t.
Hasil penelitian menunjukkan koefisien determinasi penelitian ini sebesar
48,5% sedangkan 52,5% dijelaskan variabel lain diluar model regresi penelitian
ini. Berdasarkan penelitian ini, secara parsial variabel Earning Per Share dan
Basic Earning Power berpengaruh positif dan signifikan terhadap market value
added karena nilai signifikansi t lebih kecil dari tingkat alpha 0,05 yaitu sebesar
0,000. Sedangkan variabel Dividend Per Share dan Net Profit Margin
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap market value added karena nilai
signifikansi t lebih besar dari tingkat alpha 0,05. Secara simultan, variabel return
on asset, return on equity, earning per share, dan economic value added
berpengaruh terhadap market value added. hal ini diketahui dengan nilai
signifikansi F lebih kecil dari tingkat alpha 0,05 yaitu sebesar 0,000.

Kata kunci: EPS, DPS, NPM, BEP, MVA

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

LEMBAR LEGALITAS.........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

BERITA ACARA PERBAIKAN SKRIPSI..........................................................i

SURAT PERNYATAAN.......................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

ABSTRACT............................................................................................................v

ABSTRAKSI.........................................................................................................vi

DAFTAR ISI........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL..................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................10

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................10

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................11

1.5 Sistematika Pembahasan............................................................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................14

2.1 Landasan Teori/Kajian Teoritis..................................................................14

2.1.1 Teori Signaling......................................................................................14

2.1.2 Investasi.................................................................................................14

2.1.3 Pasar Modal...........................................................................................16

2.1.4 Laporan Keuangan.................................................................................18

vii
2.1.5 Rasio Keuangan.....................................................................................20

2.1.6 Rasio Profitabilitas................................................................................21

2.1.7 Saham....................................................................................................22

2.1.8 Earning Per Share (EPS)......................................................................24

2.1.9 Dividend Per Share (DPS)....................................................................25

2.1.10 Net Profit Margin (NPM).................................................................25

2.1.11 Basic Earning Power (BEP).............................................................26

2.1.12 Market Value Added (MVA)............................................................26

2.2 Penelitian Sebelumnya...............................................................................28

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL (MODEL PENELITIAN) DAN HIP


OTESIS.................................................................................................................33

3.1 Kerangka Konseptual.................................................................................33

3.2 Hipotesis.....................................................................................................34

3.2.1 Pengaruh Earning Per Share Terhadap Market Value Added...............34

3.2.2 Pengaruh Dividend Per Share Terhadap Market Value Added.............34

3.2.3 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Market Value Added................35

3.2.4 Pengaruh Basic Earning Power Terhadap Market Value Added..........36

BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................37

4.1 Variabel Penelitian.....................................................................................37

4.2 Jenis Penelitian...........................................................................................37

4.3 Obyek Penelitian........................................................................................37

4.4 Populasi dan Sampel..................................................................................38

4.4.1 Populasi.................................................................................................38

4.4.2 Sampel...................................................................................................38

4.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel..............................................40

4.5.1 Variabel Dependen................................................................................40

viii
4.5.2 Variabel Independen..............................................................................40

4.6 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................41

4.7 Teknik Analisis Data..................................................................................42

4.7.1 Uji Asumsi Klasik.................................................................................42

4.7.2 Analisis Regresi Linier Berganda..........................................................46

4.7.3 Uji Hipotesis..........................................................................................47

4.7.3.1 (Uji Statistik t/Parsial)......................................................................47

4.7.4 Koefisien Determinasi (R2)...................................................................48

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN...........................................49

5.1 Gambaran Umum Perusahaan....................................................................49

5.2 Hasil dan Analisis......................................................................................57

5.2.1 Uji Asumsi Klasik.................................................................................57

5.2.2Analisis Regresi Linier Berganda..............................................................63

5.2.3Uji Hipotesis...............................................................................................63

5.2.3.1 Uji t...................................................................................................63

5.2.4Koefisien Determinasi (R2)........................................................................63

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian.....................................................................63

5.4 Implikasi Hasil Penelitian..........................................................................63

5.4.1 Implikasi Teoritis...................................................................................63

5.4.2 Implikasi Praktis....................................................................................63

5.5 Keterbatasan penelitian..............................................................................63

BAB VI PENUTUP..............................................................................................63

6.1 Kesimpulan................................................................................................63

6.2 Saran...........................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................63

ix
DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1.1 Pergerakan Indeks Sektoral Perusahaan Manufaktur 09
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 28
Tabel 4.1 Kriteria Pengambilan Sampel 39
Tabel 4.2 Sampel Penelitian 39
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas 58
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas (Outlier Dihapus) 59
Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolonieritas 60
Tabel 5.4 Hasil Uji Multikolonieritas (Setelah dibuang satu variabel) 60
Tabel 5.5 Hasil Uji Heterokedastisitas 61
Tabel 5.6 Hasil Uji Autokorelasi 63
Tabel 5.7 Output Regresi Linier Berganda 63
Tabel 5.8 Uji t 65
Tabel 5.9 Koefisien Determinasi 68

x
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1.1 Perkembangan Jumlah Investor 02

Gambar 1.2 Rata-rata Pergerakan Indeks Perusahaan Manufaktur Ta 09


hun 2015-2018
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual 33

xi
`DAFTAR LAMPIRAN

Hal
Lampiran 1 Sampel Penelitian 86
Lampiran 2 EPS, DPS, NPM, dan BEP 87
Lampiran 3 Uji Normalitas 89
Lampiran 4 Uji Normalitas (Setelah Outlier Dibuang) 89
Lampiran 5 Uji Multikolinieritas 90
Lampiran 6 Uji Multikolinieritas (Setelah Eliminasi Satu Variabel) 90
Lampiran 7 Uji Heteroskedastisitas 91
Lampiran 8 Uji Autokorelasi 92
Lampiran 9 Uji Analisis Regresi Linier Berganda (Uji t, Koefisien 93
Determinasi

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Investasi dapat didefinisikan sebagai bentuk komitmen atas sejumlah da

na atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan me

mperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2010:2). Tujuan i

nvestor melakukan investasi ialah untuk mendapatkan keuntungan demi meni

ngkatkan kesejahteraan para investor. Menurut (Norhidayah, 2018). Investasi

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu real asset dan financial assets. Real asset

merupakan investasi yang dilakukakan pada aset-aset berwujud seperti tanah,

emas, mesin, atau bagunan. Financial assets dapat berupa deposito, saham, o

bligasi, warrants, option dan futures maupun ekuitas internasional. Salah satu

bentuk investasi yang sering digunakan adalah investasi di pasar modal.

Pasar modal merupakan pasar yang mempertemukan pihak yang kelebi

han dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara sekuritas yang d

iperjualbelikan (Tandelilin, 2010:26). Pasar modal memperjualbelikan sekurit

as yang pada umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Produk yang dip

erjualbelikan di pasar modal adalah saham, obligasi, warrant, right issue, dan

reksa dana.

Berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunj

ukkan bahwa investasi di Indonesia mengalami peningkatan selama 4 tahun te

rakhir yaitu dari tahun 2015 – 2018. Data rinci dapat dilihat pada gambar 1.1

yang menunjukkan jumlah investor di Indonesia dari tahun 2015 – 2018.

Gambar 1.1

1
2

Gambar Perkembangan Jumlah Investor dari Tahun 2015 – 2018

Sumber :

www.ksei.co.id (data diolah

2020)

Dari gambar 1.1 dapat

dilihat bahwa selama tahun 2015-

2018 perkembangan jumlah

investor di Indonesia saat ini,

ditandai dengan semakin ramainya transaksi jual beli saham yang terjadi. Hal

itu menunjukkan adanya dampak positif pada perkembangan perekonomian

Indonesia. Perkembangan itu akan berdampak kepada kegiatan investasi.

Orang memilih investasi pada saham di pasar modal karena modal

investasi relatif kecil. Seseorang tetap bisa berinvestasi saham walaupun

hanya memiliki modal yang kecil. Transaksi saham yang dilakukan juga

cukup mudah sehingga apabila dibandingkan dengan instrumen-instrumen

investasi lainnya, dengan investasi saham cukup memudahkan karena tidak

perlu membawa berkas-berkas seperti sertifikat atau lainnya. Investasi saham

juga bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Bagi seorang investor yang

tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan ini, investasi saham

bisa dijadikan salah satu pilihan. Investasi saham juga bersifat transparan dan

likuid. Seorang investor dapat melihat harga permintaan dan penawaran

dengan jelas yang ditawarkan oleh setiap perusahaan. Selain itu, investasi

saham ini juga sangat mudah dicairkan dan dijual. Sehingga apabila
3

seseorang memerlukan dana yang lebih atau mendesak investasi ini bisa

dijadikan salah satu pilihan (www.cermati.com).

Calon investor yang ingin berinvestasi dengan saham sebaiknya

mengetahui tentang cara untuk menganalisis saham dan memperoleh berbagai

jenis informasi sehingga dapat menilai kinerja perusahaan yang diperlukan

untuk pengambilan keputusan investasi. Dalam kinerja perusahaan, investor

dapat menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal. Menurut

Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2011:149&160) analisis

fundamental merupakan analisis salah satu cara untuk melakukan penilaian

saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator yang terkait

dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan hingga

berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan. Sedangkan, analisis

teknikal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk penilaian

saham, di mana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi saham

berbasis pada data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan

saham, seperti harga saham dan volume transaksi.

Pada penelitian ini Analisis yang digunakan adalah analisis

fundamental. Karena menurut (Ellen May, 2011:13), bahwa analisis

fundamental mencakup informasi mengenai laporan keuangan dan kesehatan

perusahaan, manajemen perusahaan, pesaing dan situasi pasar dari produk

tersebut . Perusahaan biasanya menggunakan analisis rasio keuangan untuk

mengukur prestasi dan kinerja perusahaan sehingga analisis laporan keuangan

sering digunakan oleh manajemen perusahaan. Menurut I Made Sudana

(2016:20) ada 5 jenis rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, rasio lavarage
4

atau solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas atau rentabilitas dan rasio

penilaian pasar.

Menurut I Made Sudana (2016:20) Rasio likuiditas, yaitu rasio yang

mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan

jangka pendek. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang mengukur efektivitas dan

efesiensi perusahaan dalam mengelola aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio

lavarage atau solvabilitas, yaitu rasio yang mengukur berapa besar

penggunaan utang dalam pembelanjaan perusahaan. Rasio profitabilitas atau

rentabilitas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki

perusahaan. Rasio penilaian pasar, yaitu rasio yang mengukur penilaian

kinerja saham perusahaan yang telah di perdagangkan di pasar modal (go

public).

Semua rasio dalam penelitian ini seperti Earning Per Share (EPS),

Dividend Per Share (DPS), Net Profit Margin (NPM), dan Basic Earning

Power (BEP) merupakan rasio profitabilitas karena informasi profitabilitas

atau keuntungan dari perusahaan itu menarik bagi investor yang tercermin

dari Market Value Added (MVA). Maka, rasio yang digunakan dalam

penelitian ini adalah rasio profitabilitas. Menurut (Aisyana & Yen, 2012)

dengan profitabilitas yang tinggi, perusahaan tempat pemegang saham

menanamkan modalnya dapat memberikan dividen yang tinggi untuk mereka.

Perusahaan dengan laba yang tinggi akan meningkatkan jumlah dividen yang

akan dibagikan ke pemegang saham. Oleh karena itu, secara logika tingkat

profitabilitas dapat mempengaruhi pemegang saham dalam berinvestasi dan


5

akan berefek pada harga saham atau market value perusahaan tersebut. Maka,

semua rasio yang dipilih didasarkan pada penelitian terdahulu yang

menunjukkan bahwa penelitian ini masih menarik untuk diteliti karena

adanya perbedaan research gap.

Earning Per Share (EPS) merupakan besarnya laba bersih perusahaan

yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham (Tandelilin, 2010:374).

Earning per share adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan untuk

mengukur profitabilitas perusahaan. Earning per share sangat penting dalam

perusahaan, karena pendapatan yang kuat cenderung menaikkan harga per

saham, dan hal tersebut bagus untuk para investor. Investor akan melihat

besaran EPS yang dicapai perusahaan untuk menilai kemampuan dalam

menghasilkan laba bersih setiap lembar sahamnya. Dalam penelitian

(Febriyanti, 2015) mengatakan bahwa semakin tinggi nilai EPS maka akan

semakin menarik investor untuk berinvestasi yang mampu meningkatkan

permintaan (demand) atas saham perusahaan, yang akhirnya akan

memungkinkan kenaikan atas harga saham perusahaan. Rahma Febriyanti

(2015), menyimpulkan bahwa EPS berpengaruh secara signifikan terhadap

MVA. Michael Sitorus, Irene Rini Demi Pangestuti (2016), menyimpulkan

bahwa EPS berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap MVA.

Enniyatul Mizan (2018), menyimpulkan bahwa EPS tidak berpengaruh

signifikan terhafap MVA.

Dividend Per Share (DPS) merupakan besarnya pembagian dividen

yang akan dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan

rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar. Kesejahteraan pemegang


6

saham dapat dilihat dari besaran dividen yang dibagikan perusahaan kepada

pemegang saham dalam setiap periodenya. Deviden per share merupakan

besarnya dividen tiap-tiap lembar saham, atau besarnya laba yang dibagikan

sebagai dividen kepada pemegang saham per lembar saham (Febriyanti,

2015). Semakin tinggi DPS perusahaan maka akan mempengaruhi

peningkatan nilai MVA. Peningkatan MVA ini membuktikan kemakmuran

pemegang saham akan meningkat dan investor memiliki harapan yang tinggi

pada perusahaan tersebut. Rahma Febriyanti (2015), menyimpulkan bahwa

terbukti DPS berpengaruh secara signifikan terhadap MVA. Michael Sitorus¹,

Irene Rini Demi Pangestuti (2016), menyimpulkan bahwa terbukti DPS

berpengaruh signifikan terhadap MVA.

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume

penjualan (V. Wiratna Sujarweni, 2018:114). Net profit margin merupakan

suatu rasio keuangan yang banyak digunakan untuk menganalisa saham. Net

profit margin juga merupakan perbandingan antara net income dengan

penjualan bersih perusahaan. Apabila NPM meningkat maka akan

mempengaruhi peningkatan terhadap MVA. Semakin besar NPM, maka

kemampuan perusahaan semakin baik untuk menciptakan net income dari

penjualan bersih produk atau jasanya. Dengan begitu, akan meningkatkan

kepercayaan investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Penelitian

oleh Ni Made Sukarnasih, Ni Kadek Sinarwati, Anantawikrama Tungga

Atmadja (2015) menyimpulkan bahwa NPM tidak berpengaruh signifikan

terhadap MVA.
7

Basic Earning Power (BEP) merupakan rasio yang mengukur

kemampuan aset perusahaan menghasilkan laba operasi perusahaan. Karena

hasil operasi yang ingin diukur maka digunakan laba sebelum bunga dan

pajak (EBIT). Aset yang digunakan adalah aset-aset yang operasional. Kalau

ada aset non operasional, aset ini perlu dikeluarkan dari perhitungan. Karena

dalam perhitungan digunakan angka-angka yang berasal dari laporan laba

rugi (yaitu EBIT) dan dari neraca (yaitu total aset operasional) (Suad Husnan,

Enny Pudjiastuti, 2015:76). Tingkat laba atau pendapatan yang tinggi akan

dapat memiliki pengaruh terhadap market value added atau nilai pasar.

Semakin tinggi pendapatan atau laba perusahaan yang diperoleh tentu saja

akan diapresiasi serta mendapat kepercayaan oleh para investor bahwa

perusahaan tersebut layak dijadikan sarana investasi juga mampu memberi

keuntungan yang positif kepada para pemegang saham. Penelitian oleh Ni

Made Sukarnasih, Ni Kadek Sinarwati, Anantawikrama Tungga Atmadja

(2015) menyimpulkan bahwa BEP tidak berpengaruh signifikan terhadap

MVA.

Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas

suatu perusahaan dengan nilai buku seperti yang disajikan dalam neraca, nilai

pasar dihitung dengan mengalikan harga saham dengan jumlah saham yang

beredar (Brigham, Houston, 2010:110). Marsya Aisyana dan Yen Sun (2012)

menjelaskan bahwa MVA juga memperlihatkan kepada investor kinerja

manajer keuangan perusahaan yang telah mengalokasikan sumber daya yang

dimiliki secara efisien sehingga dapat memberikan keuntungan ekonomis.

Hasil MVA yang positif menunjukan bahwa perusahaan dapat membuat


8

pemegang sahamnya lebih makmur, sebaliknya jika hasil MVA tidak terlalu

baik maka akan mengurangi kekayaan pemegang saham. Menurut (Situros &

Pangestu, 2016) Informasi-informasi yang dibutuhkan investor dalam menilai

kinerja perusahaan dapat berfluktuasi setiap tahunnya. Maka dari itu

dibutuhkan analisis yang tepat untuk mengukur kinerja perusahaan tersebut.

MVA menjadi salah satu indikator untuk mengukur kinerja perusahaan

sekaligus memperlihatkan tingkat kemakmuran pemegang sahamnya.

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan industri pengolahan

yang mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi

(Rudianto, 2013:15). Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia

memiliki kompleksitas yang tinggi, dimana merupakan gabungan dari tiga

sektor yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor

industri barang dan konsumsi. Selain itu, perusahaan manufaktur

mencerminkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dan bisnis nasional

secara menyeluruh disuatu negara.

Peneliti tertarik meneliti perusahaan manufaktur pada sektor industri

barang dan konsumsi dikarenakan meningkatnya pergerakan indeks sektoral

pada setiap tahunnya. Seperti yang terlihat pada tabel 1.1 di bawah ini :

Tabel 1.1 Pergerakan Indeks Sektoral Perusahaan Manufaktur

2015 2016 2017 2018 Total Rata-rata


Industri Das
ar dan Kimi 407.839 538.189 689.219 854.733 2,489.98 622.495
a

Aneka Indu
1,057.275 1,370.628 1,381.177 1,394.428 5,203.508 1,300.877
stri

Industri Bar 2,064.910 2,324.281 2,861.391 2,569.287 9,819.869 2,454.96725


9

ang dan Ko
nsumsi
(data diolah, 2020)

Gambar 1.2
Rata-Rata Pergerakan Indeks Perusahaan manufaktur Tahun 2015-2018
12000

10000

8000
Industri Dasar dan Kimia
6000
Aneka Industri
4000 Industri Barang dan Konsumsi

2000

0
2015 2016 2017 2018 Total Rata-rata

Sumber : www.ojk.go.id (data diolah, 2020)

Meningkatnya pergerakan indeks umumnya menjadi salah satu daya

tarik investor dalam memilih saham. Menurut Tandelilin (2010:86) Informasi

mengenai kinerja pasar saham seringkali diringkas dalam suatu indeks yang

disebut indeks pasar saham (stock market indexes). Indeks pasar saham

merupakan indikator yang mencerminkan kinerja saham-saham di pasar.

Karena merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga

saham, maka indeks pasar saham juga disebut indeks harga saham (stock

price index). Dilihat dari pergerakan indeksnya, sektor industri barang dan

konsumsi memiliki rata-rata jauh lebih besar dibanding dua sektor lainnya.

Saham dengan pergerakan indeks yang lebih tinggi akan menjadi incaran

investor untuk berinvestasi jangka panjang karena potensi pertumbuhan

perusahaan yang baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini menggunakan empat

variabel independen (X) yaitu, earning per share, dividend per share, net
10

profit margin dan basic earning power serta satu variabel dependen (Y)

yakni, market value added. Objek penelitian yang digunakan adalah

perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka pokok permasalahan

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah Earnig Per Share berpengaruh terhadap Market Value Added ?

2. Apakah Dividend Per Share berpengaruh terhadap Market Value Added?

3. Apakah Net Profit Margin berpengaruh terhadap Market Value Added?

4. Apakah Basic Earning Power berpengaruh terhadap Market Value

Added?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yang sesuai dengan rumusan masalah

yang telah dikemukakan adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Earning Per Share terhadap

Market Value Added.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dividend Per Share

terhadap Market Value Added.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Net Profit Margin terhadap

Market Value Added.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Basic Earning Power

terhadap Market Value Added.


11

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Praktisi

a. Bagi nvestor dan calon investor hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi sebuah pedoman, informasi dan bahan pertimbangan untuk

mempertimbangkan pengaruh EPS, DPS, NPM dan BEP dalam

pengambilan keputusan investasi.

b. Sebagai tambahan referensi dalam melakukan proses menggunakan

metode fundamental dalam mempertimbangkan keputusan investasi.

2. Bagi Akademik

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemajuan pendidikan juga

sebagai tambahan literatur dan kontribusi pemikiran khususnya dalam

ilmu pengetahuan manajemen keuangan dan menambah wawasan

mengenai variabel-variabel yang berpengaruh terhadap market value

added.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam memecahkan

masalah yang berkaitan dengan masalah yang dikaji dalam penelitian

selanjutnya.

1.5 Sistematika Pembahasan

Dalam memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan

dalam memahami isi penelitian ini, maka sistematika pembahasan dari setiap

bab sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.


12

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori pendukung dan hasil

penelitian terdahulu sebagai acuan dalam penelitian ini.

BAB III : Kerangka Konseptual ( Model Penelitian) Dan Hipotesis

Bab ini menjelaskan tentang kerangka pemikiran hubungan antar

variabel yang akan diteliti.

BAB IV : Metode Penelitian

Bab ini membahas terkait dengan ruang lingkup penelitian, jenis

penelitian, unit analisis, populasi dan sampel, variabel dan defini

operasional variabel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis

data.

BAB V : Hasil Penelitian dan Analisis

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian serta

memberikan penjelasan terkait dengan hasil penelitian yang diinter

prestasikan sesuai dengan hasil pengolahan data, sehingga dapat m

enjawab rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Implikasi dari h

asil penelitian skripsi terhadap penelitian terdahulu dan memberika

n arah bagi peneliti akan datang.

BAB VI : Penutup

Bab ini menguraikan kesimpulan dari pembahasan yang mencakup

jawaban terhadap rumusan masalah dan tujuan penelitian, serta hal

baru yang ditemukan dan prospek temuan. Memberikan saran untu

k peneliti selanjutnya dan penggunaan hasil penelitian untuk keperl

uan praktis.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori/Kajian Teoritis

2.1.1 Teori Signaling

Menurut (Arista & Astohar, 2012) Teori signaling menyatakan

bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan

sinyal pada pasar yang berupa informasi, dengan demikian pasar

diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan

buruk. Agar sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap pasar dan

dipersepsikan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang

berkualitas buruk. Di dalam teori signaling terdapat pengungkapan

kandungan informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak

lainnya dalam mengambil keputusan ekonomi. Teori signaling

mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan

sinyal-sinyal pada penggunaan laporan keuangan.

2.1.2 Investasi

Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana

lainnya yang dilakukan pada saat ini, yang bertujuan untuk memperoleh se

jumlah keuntungan di masa depan (Tandelilin,2010:2). Investor akan mem

beli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari

kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa depan.

Investasi berkaitan dengan berbagai aktivitas. Menginvestasikan seju

mlah dana pada aset real seperti tanah, emas, mesin, atau bagunan) maupu

n menginvestasikan pada aset finansial seperti deposito, saham, obligasi, w

arrants, option, dan future maupun ekuitas internasional (Tandelilin 2010:

14
15

2). Aset finansial merupakan klaim berbentuk surat berharga atas sejumlah

aset-aset pihak penerbit surat berharga tersebut. Aset-aset finansial adalah

sekuritas yang mudah diperdagangkan dengan mudah dan dengan biaya tra

nsaksi yang murah pada pasar yang terorganisasi.

Investor adalah pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi. Inve

stor dapat digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual (individual/r

etail investors) dan investor institusional (institutional investors). Investor

individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi.

Sedangkan investor institusional terdiri dari perusahaan-perusahaan asura

nsi, lembaga penyimpanan dana, lembaga dana pensiun, maupun perusaha

an investasi.

Proses keputusan investasi merupakan keputusan yang berkesinambu

ngan (going process) agar tercapai keputusan investasi yang terbaik. Adap

un tahapan-tahapan tersebut meliputi lima tahapan keputusan, yaitu (Tande

lilin,2010:12)

1. Penentuan tujuan investasi

2. Penentuan kebijakan investasi

3. Pemilihan strategi portofolio dan aset

4. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio

5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio

Keputusan yang perlu diperhatikan para investor pada investasi adala

h return yang akan diperoleh dengan tingkat risiko tertentu, yang akan did

apatkan oleh para investor. Return (keuntungan) merupakan alasan utama i


16

nvestor untuk berinvestasi yang akan didapatkan para investor berupa capi

tal gain dan dividen.

Investasi dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan

investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli la

ngsung aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan dipasar uang (money

market), pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative mark

et). Sedangkan, investasi tidak langsung dilakukan degan membeli surat-su

rat berharga dari perusahaan investasi (Hartono,2010:7).

Tujuan investasi pada umumnya adalah untuk memunuhi kebutuhan

atau keinginan yang diharapkan di masa datang. Pemenuhan kebutuhan da

n keinginan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan me

ngelola kesejahteraan para investor. Secara khusus, ada beberapa alasan se

seorang melakukan investasi, antara lain yaitu : Untuk mendapatkan kehid

upan lebih layak di masa datang, mengurangi tekanan inflasi, dan doronga

n untuk menghemat pajak (Tandelilin,2010:8).

2.1.3 Pasar Modal

Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2011:1) Pas

ar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keua

ngan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang,

ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar mo

dal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lainnya

(misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi.


17

Kasmir (2008:207) mengatakan bahwa pengertian pasar modal secar

a umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli un

tuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal”.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pasar mo

dal merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan t

ransaksi jual beli saham atau obligasi atau aset keuangan yang memiliki ja

ngka waktu lebih dari satu tahun atau jangka panjang.

Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2011:3) pasa

r modal memberikan banyak manfaat, diantaranya adalah :

a. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan jangka panjang bag

i dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara op

timal.

b. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan

upaya diversifikasi.

c. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi.

d. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan m

asyarakat menengah.

e. Menciptakan lapangan kerja dan profesi yang menarik.

f. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan pros

pek yang baik.

g. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risik

o yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan divers

ifikasi investasi.
18

h. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses

kontrol sosial.

2.1.4 Laporan Keuangan

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:105) mengemukakan bahwa

laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu

perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:27) dalam Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 01, mendefinisikan laporan

keuangan sebagai berikut: “laporan keuangan merupakan bagian dari

proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya

meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan

(yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus

kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi

penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”

Munawir (2004:2) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut:

“laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang

dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan

atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan

dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.”

Dari pendapat ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

laporan keuangan merupakan informasi yang berkaitan tentang posisi atau

keadaan keuangan perusahaan pada periode tertentu yang nantinya akan

dipakai oleh pemakainya dalam hal pengambilan keputusan.


19

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:190) pengertian analisis

laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi

unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat

signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik

antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk

mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam

proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:18) tujuan analisis laporan

keuangan adalah sebagai berikut :

1. Screening

Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan

kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke

lapangan.

2. Understanding

Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.

3. Forecasting

Analisis ini digunakan untuk meramalkan keuangan perusahaan di

masa yang akan datang.

4. Diagnosis

Analisis ini digunakan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-

masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau

masalah lain dalam perusahaan.

5. Evaluation
20

Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam

mengelola perusahaan.

2.1.5 Rasio Keuangan

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:297) rasio keuangan adalah

angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan

keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan

dan signifikan (berarti). Rasio keuangan hanya menyederhanakan

informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos

lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara tepat

hubungan antara pos di atas dan dapat membandingkannya dengan rasio

lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

Menurut Sutrisno (2009:215) penggolongan, rasio berdasarkan

penggunaan rasio yang bersangkutan. Rasio-rasio keuangan dapat

dikelompokkan menjadi :

1. Rasio likuiditas (liquidity ratio)

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ukuran

rasio likuiditas terdiri dari tiga alat ukur yaitu: current ratio, quick

ratio atau acid ratio dan cash ratio.

2. Rasio leverage (leverage ratio)

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh

aktiva perusahaan dibiayai denga utang. Ada lima rasio leverage yang

dapat dimanfaatkan oleh perusahaan yaitu: total debt to total asset


21

ratio, debt to equity ratio, time interest earned ratio, fixed charge

coverage ratio, debt service ratio.

3. Rasio aktivitas (activity ratio)

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan

dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio akivitas meliputi

beberapa rasio diantaranya adalah rasio perputaran persediaan,

perputaran piutang, perputaran aktiva, dan perputaran aktiva tetap.

4. Rasio keuntungan (profitability ratio)

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan

dalam mendapatkan keuntungan. Rasio keuntungan dapat diukur

dengan beberapa indikator yaitu: profit margin, return on asset, return

on equity, return on investment, earning per share.

5. Rasio penilaian (evaluation ratio)

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menciptakan nilai pada masyarakat.

2.1.6 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas memiliki peranan yang sangat penting dalam

menganalisis laporan keuanga khususnya bagi investor ataupun kreditur

dalam melihat kinerja perusahaan dalam menanamkan investasinya. Rasio

ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan

perusahaan.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:304) rasio profitabilitas

adalah: “rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan

laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti
22

kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan

sebagainya”.

2.1.7 Saham

Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan. Dapat

diartikan bahwa pemilik saham merupakan pemilik perusahaan (Kasmir,

2010:185). Pemegang saham memperoleh pendapatan dari dividen dan

capital gain. Kepemilikan atas saham membuat pemegang saham

memiliki hak atas pendapatan perusahaan setelah pembayaran kewajiban

perusahaan telah terpenuhi dan pemegang saham mempunyai hak suara

dalam pemilihan manajemen perusahaan agar kepentingan pemegang

saham tercapai.

Jenis-jenis saham terbagi menjadi tiga yaitu saham biasa, saham

preferen, dan saham treasuri (Hartono, 2010:111)

1. Saham Biasa (common stock)

Saham biasa merupakan sekuritas yang menunjukkan bahwa

pemegang saham biasa memiliki hal klaim atas penghasilan dan aktiva

perusahaan. Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang

mewakili manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Sebagai

pemilik perusahaan, pemegang saham mempunyai hak kontrol untuk

memilih pimpinan perusahaan, hak menerima pembagian kekuasaan

untuk mendapatkan bagian keuntungan perusahaan, dan hak preempif

untuk mendapatkan persentasi kepemilikan yang sama jika perusahaan

mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak


23

kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama

dari kemorosotan nilai.

2. Saham Preferen (preferred stock)

Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat

gabungan antara obligasi (bond) dan saham biasa. Saham preferen

mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak saham

preferen untuk mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan pada

saat terjadi likuidasi.

3. Saham Treasuri (treasury stock)

Saham treasuri merupakan saham milik perusahaan yang sudah

dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh

perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual

kembali.

Jenis-jenis saham dapat ditinjau dari segi cara peralihannya

terbagi menjadi dua, yaitu (Kasmir 2010:210) :

a) Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)

Saham atas unjuk merupakan saham yang tidak mempunyai

nama atau tidak tertulis nama pemiliknya pada saham tersebut.

Saham jenis ini mudah untuk dialihkan atau dijual kepada pihak

lain.

b) Saham Atas Nama (Registered Stocks)

Saham atas nama merupakan saham yang didalamnya tertulis

nama pemilik saham tersebut dan untuk dialihkan kepada pihak

lain diperlukan prosedur dan syarat tertentu.


24

2.1.8 Earning Per Share (EPS)

Earning per share merupakan rasio keuangan yang digunakan

investor dalam mengambil keputusan investasi. Earning per share adalah

besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua

pemegang saham perusahaan. Earning per share merupakan komponen

penting yang harus diketahui para investor untuk mengukur keberhasilan

atau prospek perusahaan dimasa depan (Tandelilin,2010:374).

Earning per share digunakan untuk mengukur keberhasilan

manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio

yang rendah berarti manajemen belum berhasil memuaskan pemegang

saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan

pemegang saham meningkat dengan pengertian lain, bahwa tingkat

pengembalian yang tinggi, (Kasmir,2010:115).

Earning per share yang tinggi akan menunjukkan kinerja perusahaan

yang semakin baik, sehingga dalam hal ini, tentunya para investor akan

lebih lama menahan saham perusahaan yang memiliki earning per share

yang tinggi. Keberhasilan dan kemampuan perusahaan dalam

memaksimalkan tingkat pengembalian kepada pemegang saham atas dana

yang ditanamkan dalam perusahaan dicerminkan dari tingginya earning

per share. Earning per share dirumuskan sebagai berikut :

Laba Bersih setelah bunga dan pajak


Earning Per Share=
Jumlah sahamberedar

Sumber : (Tandelilin, 2010:37)


25

2.1.9 Dividend Per Share (DPS)

Kesejahteraan pemegang saham dapat dilihat dari besaran dividen ya

ng dibagikan perusahaan kepada pemegang saham dalam setiap periodeny

a. Deviden per share merupakan besarnya dividen tiap-tiap lembar saham,

atau besarnya laba yang dibagaikan sebagai dividen kepada pemegang sah

am per lembar saham (Febriyanti, 2015). Sesuai dengan teori sinyal pening

katan DPS akan meberikan sinyal positif kepada investor dalam pengambil

an keputusan pendanaan saham, sehingga DPS yang meningkat akan mem

pengaruhi peningkatan terhadap MVA.

Dividend Per Share = dividend per lembar saham yang dibagikan

Sumber : (Febriyanti, 2015)

2.1.10 Net Profit Margin (NPM)

Menurut Suad Husnan, Enny Pudjiastuti (2015:76) Net Profit Margin

(NPM) adalah rasio ini menginterpretasikan tingkat efisiensi perusahaan,

sejauh mana kemampuan perusahaan menekan biaya operasionalnya.

Semakin besar rasio ini semakin baik karena kemampuan perusahaan

dalam mendapatkan laba melalui penjualan cukup tinggi serta kemampuan

perusahaan dalam menekan biaya-biayanya cukup baik. Sehingga investor

memandang perusahaan tersebut baik pada akhirnya berinvestasi. Formula

yang digunakan untuk menghitung NPM yaitu sebagai berikut :

Laba Bersih
Net Profit Margin=
Penjualan

Sumber : (Suad Husnan, Enny Pudjiastuti, 2015:76)


26

2.1.11 Basic Earning Power (BEP)

Basic Earning Power merupakan rasio yang mengukur kemampuan

aset perusahaan menghasilkan laba operasi perusahaan. Karena hasil

operasi yang ingin diukur maka digunakan laba sebelum bunga dan pajak

(EBIT). Aset yang digunakan adalah aset-aset yang operasional. Kalau ada

aset non operasional, aset ini perlu dikeluarkan dari perhitungan. Karena

dalam perhitungan digunakan angka-angka yang berasal dari laporan laba

rugi (yaitu EBIT) dan dari neraca (yaitu total aset operasional). Formula

yang digunakan untuk menghitung BEP yaitu sebagai berikut :

Laba Sebelum Bunga dan Pajak ( EBIT )


BEP=
Total Aktiva

Sumber : (Suad Husnan, Enny Pudjiastuti, 2015:76)

2.1.12 Market Value Added (MVA)

Market value merupakan nilai saham dipasar, yang ditunjukkan oleh

harga saham tersebut di pasar (Tandelilin, 2010:301). Market value adalah

harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan

oleh pelaku pasar. Dalam hal ini, market value (nilai pasar) berbeda

dengan nilai buku karena nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada

saat saham dijual oleh perusahaan. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan

dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa (Hartono

2010:130).

Market value menunjukkan ukuran perusahaan, apabila market value

semakin besar maka semakin besar perusahaan tersebut ditinjau dari

ukuran perusahaannya (Novita Selvia Perangin-angin dan Syarif Fauzi,


27

2013:156). Perusahaan besar dinilai memiliki kestabilan keuangan yang

lebih baik dan memiliki analisis keuangan yang kompoten sehingga dapat

menghasilan informasi keuangan yang lebih akurat. Sehingga, dengan

melihat ukuran perusahaan bersadarkan market value tentunya investor

akan memilih berinvestasi pada perusahaan yang memiliki market value

yang besar.

Menurut Brigham dan Houston (2010: 111), “Market Value Added

(MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitassuatu perusahaan

dengan nilai buku seperti yang disajikan dalam neraca. Jadi, MVA adalah

selisih antara nilai buku yang dicatat dengan nilai pasar. Semakin tinggi

nilai MVA semakin baik pekerjaan yang telah dilakukan manajemen bagi

pemegang saham perusahaandansemakin berhasil pekerjaan manajemen

mengelola perusahaan tersebut.

Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2006:65) Market Value

Added (MVA) merupakan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan

ekuitas (modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh para

pemegang saham (pemilik perusahaan). Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti

(2006:66), rumus MVA sebagai berikut:

MVA= Nilai pasar saham - Modal sendiri yang disetor oleh pemegang

saham = (Jumlah saham beredar x Harga saham) –Total modal sendiri.

Sumber : (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2006:66)


28

2.2 Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Penelitia Metode Hasil Perbedaan Persamaan


n
1. Rahma Febriyanti Analisis Pengaruh Variabel independe Analisis Return On Equity (ROE) berp a. Menggunakan a. Menggunakan
(2015) Return On Equity n: regresi li engaruh secara signifikan ter Return On Earning Per Share
(ROE), Earning Per  Return On nier berg hadap Market Value Added Equity (ROE), (EPS), Dividend
Share (EPS), Dividend Equity (ROE) anda (MVA); Earning Per Share dan Economic Per Share (DPS),
Per Share (DPS), dan  Earning Per (EPS) berpengaruh secara sig Value Added sebagai variabel
Economic Value Added Share (EPS) nifikan terhadap Market Valu (EVA) sebagai independen.
(EVA) Terhadap  Dividend Per e Added (MVA); Dividend P variabel b. Menggunakan
Market Value Added Share (DPS) er Share (DPS) berpengaruh independen. Sektor Industri
(MVA) Pada  Economic secara signifikan terhadap M Barang Konsumsi
Perusahaan Manufaktur Value Added arket Value Added (MVA); E sebagai objek
Sektor Industri Barang (EVA) conomic Value Added (EVA) penelitian.
Konsumsi Yang Variabel dependen: berpengaruh secara signifikan
Terdaftar Di Bursa Efek  Market Value terhadap Market Value Added
Indonesia Periode Added (MVA) (MVA).
2010-2013

2. Ni Made Sukarmi Analisis Pengaruh Econ Variabel independe Analisis Economic Value Added (EV a. Menggunakan Menggunakan Net P
29

asih, Ni Kadek Si omic Value Added (EV n: regresi li A) tidak memiliki pengaruh s Economic Value rofit Margin (NPM),
narwati, Anantaw A) momentum, Net Pro  Economic near berg ignifikan terhadap Return Sa Added (EVA) Basic Earning Powe
ikrama Tungga At fit Margin (NPM), Basi Value Added anda ham; Economic Value Added dan Return On r (BEP), dan Return
madja (2015) c Earning Power (BE (EVA) (EVA) tidak memiliki pengar Assets (ROA) On Equity (ROE) se
P), Return On Assets (R  Net Profit uh signifikan terhadap Marke sebagai variabel bagai variabel indepe
OA), Return On Equity Margin (NPM) t Value Added (MVA); Net P independen. nden
(ROE) Terhadap Return  Basic Earning rofit Margin (NPM) tidak me
Saham dan Market Valu Power (BEP) miliki pengaruh signifikan ter b. Menambahkan
e Added (MVA).  Return On hadap Return Saham; Net Pr satu variabel
Assets (ROA) ofit Margin (NPM) tidak me dependen yaitu
 Return On miliki pengaruh signifikan ter Return Saham,
Equity (ROE) hadap Market Value Added sehingga
Variabel dependen: (MVA); Basic Earning Powe menggunakan
 Return saham r (BEP) tidak memiliki penga dua variabel
ruh signifikan terhadap Retur dependen.
 Market Value
n Saham; Basic Earning Pow
Added (MVA)
er (BEP) tidak memiliki peng
aruh terhadap Market Value
Added (MVA); Return On As
sets (ROA) tidak memiliki pe
ngaruh signifikan terhadapa
Return
Saham; Return On Assets (R
OA) tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap Market V
30

alue Added (MVA); Return


On Equity (ROE) tidak memi
liki pengaruh signifikan terha
dap Return Saham; Return O
n Equity (ROE) tidak memili
ki pengaruh signifikan terhad
ap Market Value Added (MV
A).

3. Michael Sitorus, I Analisis Pengaruh RO Variabel independe Analisis Return On Equity berpengaru a. Menggunakan Menggunakan EPS,
rene Rini Demi P E, ROA, EPS, DPS, DO n: regresi li h positif terhadap Market Val ROE, ROA, DPS sebagai variabel
angestuti (2016) L, dan DFL Terhadap  ROE nier berg ue Added; Return On Asset b DOL, DFL independen.
MVA Pada Industri Ma  ROA anda erpengaruh positif terhadap sebagai variabel
nufaktur Di BEI Tahun  EPS Market Value Added; Earnin independen.
2011-2014  DPS g Per Share berpengaruh posi
 DOL tif terhadap Market Value Ad
ded; Dividend Per Share berp
 DFL
engaruh positif terhadap Mar
Variebel dependen:
ket Value Added; Degree Of
 MVA
Operating Leverage berpenga
ruh positif terhadap Market V
alue Added; Degree Of Finan
cial Leverage berpengaruh po
sitif terhadap Market Value A
31

dded.
4 Syariful Roisul Pengaruh Return On As Variabel Regresi ROA tidak berpengaruh Menggunakan Menggunkan EPS
Amin (2016) set, Debt To Equity Rat Independen : data signifikan terhadap MVA; ROA, DER, Firm sebagai variabel
io, Earning Per Share, F - ROA panel DER tidak berpengaruh Size, dan EVA independen.
irm Size, Dan Economi - DER signifikan terhadap MVA; sebagi variabel
c Value Added Terhada - EPS EPS memiliki pengaruh independen.
p Market Value Added - Firm Size positif dan tidak signifikan
(MVA) Pada Perusahaa - EVA terhadap MVA;
n Barang Konsumsi Ya Variabel dependen : Firm Size memiliki pengaruh
ng Terdaftar di Bursa E MVA positif signifikan terhadap
fek Syariah Tahun 201 MVA;
2-2014 EVA berpengaruh positif
signifikan terhadap MVA
5. Tantri Puspita Pengaruh Economic Va Variabel Regresi EVA Momentum tidak Menggunakan EVA Menggunakan NPM
Sari (2016) lue Added Momentum, Independen : data berpengaruh signifikan Momentum, CR, sebagai variabel
Current Ratio, Net Profi - EVA panel & terhadap MVA; DER sebagai independen.
t Margin dan Debt To E Momentum regresi CR berpengaruh positif dan variabel
quity Ratio Terhadap M - CR linier signifikan terhadap MVA; independen
arket Value Added Pad - NPM berganda NPM berpengaruh positif
a Perusahaan Yang Ter - DER signifikan terhadap MVA;
daftar Di Jakarta Islami Variabel Dependen: DER berpengaruh positif
c Index - MVA terhadap MVA.
6. Enniyatul Mizan Pengaruh Pengukuran R Variabel independe Analisis ROA berengaruh secara signi Menggunakan RO Menggunakan EPS,
(2018) OA, ROE, EPS dan EV n: regresi li fikan terhadap MVA; ROE b E, ROA, EVA seba sebagai variabel inde
A Terhadap MVA nier berg erpengaruh secara signifikan gai variabel indepe
32

 ROA anda. terhadap MVA; EPS berpeng nden. penden.


 ROE aruh secara signifikan terhada
 EPS p MVA; EVA berpengaruh s
 EVA ecara signifikan terhadap MV
Variabel dependen: A.
MVA
Sumber : Jurnal (diolah 2020)
33

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL (MODEL PENELITIAN) DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran

yang utuh dalam rangka mencari jawaban ilmiah terhadap masalah-

masalah penelitian, yang menjelaskan dan menghubungkan secara teoritis

antara variabel-variabel penelitian yaitu antara variabel independen dengan

variabel dependen. Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Gambar 3.1
Kerangka Konseptual

Earning Per Share (X1)

Dividend Per Share (X2)

Market Value Added (Y)


Net Profit Margin (X3)

Basic Earnig Power (X4)

Sumber : Data diolah peneliti, 2020

Keterangan :

: Berpengaruh secara parsial


34

3.2 Hipotesis

3.2.1 Pengaruh Earning Per Share Terhadap Market Value Added

Earning per share merupakan rasio keuangan yang digunakan

investor dalam mengambil keputusan investasi. Earning per share adalah

besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua

pemegang saham perusahaan (Tandelilin,2010:374).

Semakin tinggi nilai EPS dalam suatu perusahaan, maka

mencerminkan bahwa penilaian kinerja perusahaan akan membaik

sehingga harapan investor akan tinggi pada perusahaan tersebut, sehingga

dapat meningkatkan Market Value Added sebagai proxy nilai pasar dan

penciptaan kekayaan pemegang saham. Semakin baik nilai Market Value

Added menandakan peningkatan kemakmuran pada pemegang saham

(Febriyanti, 2015).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahma Febryanti (2015)

mengatakan bahwa earning per share berpengaruh secara signifikan

terhadap market value added. Berdasarkan penjelasan diatas, maka

hopitesis yang diajukan adalah :

H1 : Earning Per Share berpengaruh secara signifikan terhadap

Market Value Added

3.2.2 Pengaruh Dividend Per Share Terhadap Market Value Added

Kesejahteraan pemegang saham dapat dilihat dari besaran dividen

yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham dalam setiap

periodenya. Deviden per share merupakan besarnya dividen tiap-tiap

lembar saham, atau besarnya laba yang dibagaikan sebagai dividen kepada
35

pemegang saham per lembar saham (Febriyanti, 2015). Dividend per

Share (DPS) dapat dijadikan perusahaan sebagai indikator dalam menilai

kinerja perusahaan. Posisi ini akan meningkatkan nilai perusahaan yang

nantinya akan terlihat melalui harga saham yang tinggi. Kenaikan DPS

akan meningkatkan nilai pasar saham. Dengan semakin meningkatnya

DPS dalam suatu perusahaan, maka mencerminkan bahwa penilaian

kinerja perusahaan akan membaik sehingga harapan investor akan tinggi

pada perusahaan tersebut, sehingga dapat meningkatkan Market Value

Added sebagai proxy nilai pasar dan penciptaan kekayaan pemegang

saham. Semakin baik nilai Market Value Added menandakan peningkatan

kemakmuran pada pemegang saham (Febriyanti, 2015). Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Rahma Febriyanti (2015) mengatakan bahwa

dividend per share berpegaruh secara signifikan terhadap market value

added. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang diajukan

adalah :

H2 : Dividend Per Share berpengaruh secara signifikan terhadap

Market Value Added

3.2.3 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Market Value Added

Net Profit Margin (NPM) adalah rasio ini menginterpretasikan

tingkat efisiensi perusahaan, sejauh mana kemampuan perusahaan

menekan biaya operasionalnya (Suad Husnan, Enny Pudjiastuti, 2015:76).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Sukarmiasih, Ni

Kadek Sinarwati, Anantawikrama Tungga Atmadja mengatakan bahwa net

profit margin tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap market value


36

added. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan

adalah :

H3 : Net Profit Margin tidak memiliki pengaruh terhadap Market

Value Added

3.2.4 Pengaruh Basic Earning Power Terhadap Market Value Added

Basic Earning Power BEP menunjukkan kemampuan perusahaan

memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan

pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio ini

menunjukkan kondisi yang semakin baik (Sofyan & Harahap, 2011: 305).

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Sukarmiasih, Ni

Kadek Sinarwati, Anantawikrama Tungga Atmadja (2015) mengatakan

bahwa basic earning power tidak mempunyai pengaruh secara signifikan

terhadap market value added. Berdasarkan penjelasan di atas, maka

hipotesis yang diajukan adalah :

H4 : basic earning power memiliki pegaruh terhadap Market Value

Added
37

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Variabel Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang Market Value

Added. Penelitian ini digunakan untuk menganalisis pengaruh antar

variabel, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

variabel bebas yaitu earning per share, dividend per share, net profit

margin, dan basic earning power terhadap variabel terikat yaitu market

value added. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan sektor

barang dan konsumsi dari Bursa Efek Indonesia.

4.2 Jenis Penelitian

Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kausal. Penelitian kausal

adalah penelitian yang melihat hubungan bersifat sebab akibat atau

hubungan yang dipengaruhi dan mempengaruhi antar variabel yang

diteliti, dan didalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen.

Dari variabel tersebut akan dicari seberapa besar pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2016:11).

4.3 Obyek Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah menggunakan

data laporan keuangan tahunan pada sektor industri barang dan konsumsi

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2018.


38

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang diterapkan

oleh penulis untuk dipelajari dan selanjutnya ditarik kesimpulan

(Sugiyono, 2016:80). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sektor

industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2015-2018.

4.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunkan sampel yang diambil

dari populasi tersebut (Sugiyono, 2016:81). Pada penelitian ini teknik

pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik

purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan kriteria

tertentu.

1. Sektor industri barang dan konsumi yang terdaftar di Bursa Efek Indo

nesia selama periode 2015-2018.

2. Sektor industri barang dan konsumi yang tidak mengalami kerugian.

3. Sektor industri barang dan konsumsi yang membayarkan dividen.

Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut:
39

Tabel 4.1
Kriteria Pengambilan Sampel

Populasi 50
Sektor industri barang dan kon (12)
sumi yang tidak terdaftar di Bu
rsa Efek Indonesia selama peri
ode 2015-2018
Sektor industri barang dan kon (9)
sumi yang mengalami kerugian
Sektor industri barang dan (11)
konsumsi yang tidak
membayarkan dividen
Jumlah Sampel 18

Berdasarkan kriteria di atas maka dapat ditarik sampel dalam

penelitian ini berjumlah 18 sampel perusahaan. Daftar nama perusahaan

yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel di bawah

ini :

Tabel 4.2
Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan Sektor
1. UNVR Unilever Indonesia Tbk Barang Konsumsi
2. HMSP HM Sampoerna Tbk Barang Konsumsi
3. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Barang Konsumsi
4. GGRM Gudang Garam Tbk Barang Konsumsi
5. KLBF Kalbe Farma Barang Konsumsi
6. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk Barang Konsumsi
7. MYOR Mayora Indah Tbk Barang Konsumsi
8. MLBI Multi Bintang Indonesia Barang Konsumsi
PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido
9. SIDO Barang Konsumsi
Muncul Tbk
10. ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk Barang Konsumsi
11. KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk Barang Konsumsi
12. TSPC Tempo Scan Pasific Tbk Barang Konsumsi
13. DLTA Delta Djakarta Tbk Barang Konsumsi
14. DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk Barang Konsumsi
15. TCID Mandom Indonesia Barang Konsumsi
16. MERK Merck Tbk Barang Konsumsi
17. CINT PT Chitose Internasional Tbk Barang Konsumsi
18. SKLT Sekar Laut Tbk Barang Konsumsi
40

Sumber : Bursa Efek Indonesia 2015-2018 (diolah 2020)

4.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variable terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2016:39). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Market Value Added. Market value merupakan nilai saham dipasar, yang

ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar (Tandelilin, 2010:301).

4.5.2 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi maupun yang menjadi sebab perubahan atau yang menjadi

timbulnya variabel dependen (terikat) (sugiyono, 2016:39). Variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah earning per share,

dividend per share, net profit margin dan basic earning power.

1. Earning Per Share


41

Earning per share merupakan besarnya laba bersih perusahaan

yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan.

Earning per share merupakan komponen penting untuk mengukur

keberhasilan dan prospek perusahaan dimasa depan

(Tandelilin,2010:374).

2. Dividend Per Share

Kesejahteraan pemegang saham dapat dilihat dari besaran dividen

yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham dalam setiap

periodenya. Deviden per share merupakan besarnya dividen tiap-tiap

lembar saham, atau besarnya laba yang dibagaikan sebagai dividen

kepada pemegang saham per lembar saham (Rahma Febriyanti, 2015).

3. Net Profit Margin

Net Profit Margin (NPM) adalah rasio ini menginterpretasikan

tingkat efisiensi perusahaan, sejauh mana kemampuan perusahaan

menekan biaya operasionalnya (Suad Husnan, Enny Pudjiastuti,

2015:76).

4. Basic Earning Power

Basic Earning Power (BEP) merupakan rasio yang mengukur

kemampuan aset perusahaan menghasilkan laba operasi perusahaan.

Karena hasil operasi yang ingin diukur maka digunakan laba sebelum

bunga dan pajak (EB IT). Aset yang digunakan adalah aset-aset yang

operasional. Kalau ada aset non operasional, aset ini perlu dikeluarkan

dari perhitungan. Karena dalam perhitungan digunakan angka-angka


42

yang berasal dari laporan laba rugi (yaitu EBIT) dan dari neraca (yaitu

total aset operasional) (Suad Husnan, Enny Pudjiastuti, 2015:76).

4.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

metode dokumentasi, yaitu dengan mencatat atau mengumpulkan data

yang sudah diunduh dari situs restmi BEI dan situs resmi perusahaan yang

sudah terpilih menjadi sampel pada penelitian ini. Data yang dipakai

adalah data sekunder berupa laporan keuangan sektor industri barang dan

konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2018.

Sumber data diperoleh melalui situs resmi BEI yaitu http://www.idx.co.id.

dan situs resmi perusahaan yang sudah ditetapkan menjadi sampel pada

penelitian ini.

4.7 Teknik Analisis Data

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif, yaitu menganalisis pengukuran fenomena ekonomi yang

merupakan gabungan antara teori ekonomi (informasi laporan keuangan),

model matematika serta statistika yang diklasifikasikan dalam kategori

tertentu dengan menggunakan tabel-tabel tertentu guna mempermudah

dalam menganalisis dengan menggunakan program SPSS Statistics 21.

Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi

berganda, untuk melihat atau meramalkan keadaan (naik turunnya)

variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor

prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi

berganda akan dilakukan dengan jumlah empat (4) variabel independen.


43

4.7.1 Uji Asumsi Klasik

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

maka digunakan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan

untuk menghasilkan ketepatan model. Adapun uji asumsi klasik yang

digunakan adalah uji normalitas, uji multikolonieritas, uji

heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

1. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2018:161) uji normalitas adalah uji dalam model

regresi, variabel pengangu atau residual memiliki distribusi normal.

Seperti diketahui pada uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Untuk mendetksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak ada dua cara yaitu dengan analisis

grafik dan uji statistik (Ghozali, 2018:161). Uji statistik yang dapat

digunakan untuk menguji normalitas residul adalah uji statistik

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat

hipotesis :

H0 = Data residual berdistribusi normal

Ha = Data residual berdistribusi tidak normal

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai probabilitas ρ > 0,05 maka asumsi normalitas terpenuhi.

b. Jika nilai probabilitas ρ < 0,05 maka asumsi normalitas tidak

terpenuhi.

2. Uji Multikolonieritas
44

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen).

Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antara variabel

independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di

dalam model regresi yaitu (Ghozali, 2018:107) :

a. Nilai R2 yang dihasilkan sangat tinggi akan tetapi secara individual

variabel independen banyak yang tidak signifikan terhadap

variabel dependen.

b. Apabila variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi

(biasanya diatas 0,90) hal ini tanda adanya multikolonieritas, akan

tetapi tidak adanya korelasi yang tinggi bukan berarti bebas dari

multikolonieritas.

c. Nilai tolerance dan lawannya variance inflation facor (VIF) kedua

ukuran ini memperlihatkan setiap variabel independen manakah

yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam

pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel

dependen dan diregres terhadap independen lainnya. Tolerance

untuk mengukur variabilitas varibel independen yang terpilih dan

tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Maka nilai

tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =

1/Tolerance). Nilai cutoff adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama

dengan nilai VIF ≥ 10.

Uji multikolonieritas dapat dilakukan dengan membuat hipotesis :

H0 = Tidak terdapat multikolonieritas


45

Ha = Terdapat multikolonieritas

Dasar pengembilan keputusan dalam uji multikolonieritas adalah

sebagai berikut :

a. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan nilai VIF ≥ 10, maka model

regresi mengalami masalah multikolonieritas.

b. Jika nilai torelance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10, maka model

regresi tidak mengalami masalah multikolonieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila variance residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka dapat disebut

Homokedastisitas dan apabila berbeda dapat disebut

Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homokedastisitas

atau yang tidak terjadi Heterokedastisitas (Ghozali, 2018:137).

Pada penelitian ini pengujian heterokedastitas dilakukan dengan

menggunakan Uji White dilakukan dengan meregresi residual kuadrat

(U 2 t ) dengan varibel independen, variabel independen kuadrat dan

perkalian (interaksi) variabel independen (Ghozali, 2018:144).

Misalkan kita punya dua variabel independen X1 dan X2, maka

persamaan regresinya adalah :


2
U t = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X 1 + b4X 2 + b5X1X
2 2
46

Dari persamaan regresi ini didapatkan nilai R² untuk menghitung

C², dimana C² = n x R². Dasar pengambilan keputusan uji white ini

adalah :

1. Jika hasil C² hitung > C² tabel, maka terdapat gejala

heterokedastisitas pada model regresi.

2. Jika hasil C² hitung < C² tabel, maka tidak terdapat gejala

heterokedastisitas pada model regresi.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Ada

beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau

tidaknya autokorelasi, diantaranya adalah uji Durbin-Watson (DW

test). Uji Durbin-Watson digunakan untuk autokorelasi tingkat satu

dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi

dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen

(Ghozali,2018:112). Hipotesis yang diajukan adalah :

H0 = Tidak ada autokorelasi (r = 0)

Ha = Ada autokorelasi (r ≠ 0)

Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorleasi adalah

sebagai berikut :

1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada ada autokorelasi positif.

2. Angka D-W di antara – 2 sampai + 2, berarti tidak ada

autokorelasi.
47

3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif (Singgih

Santoso,2010:215)

4.7.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai

ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengistimasi

dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen

berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali,2018:95).

Analisis regresi dalam penelitian ini digunakan untuk menguji Earning

Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Net Profit Margin (NPM),

Dan Basic Earning Power (BEP) terhadap market value added. Model

regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = a + X 1 +¿ X 2 +¿ X 3 + X 4 +e

Keterangan :

Y = Market Value Added

a0 = Konstanta

X1 = Earning Per Share

X2 = Dividend Per Share

X3 = Return On Asset

X4 = Economic Value Added

e = error
48

4.7.3 Uji Hipotesis

4.7.3.1 (Uji Statistik t/Parsial)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

suatu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan

variabel-variabel dependen. Hipotesis nul (Ho) yang hendak diuji adalah

apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau :

Ho : bi = 0

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas

yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA)

parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau :

HA : bi  0

Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut :

a. Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih,

dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi =

0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut).

Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan

bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi

variabel dependen.

b. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel.

Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan

nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan

bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi

variabel dependen (Ghozali, 2018:98).


49

4.7.4 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,

2018:97).
50

BAB V
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Perusahaan

1. PT Unilever Indonesia Tbk.

Unilever Indonesia didirikan pada tanggal 5 Desember 1933, Unilever

Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan Fast Moving

Consumer Goods (FMCG) terkemuka di Indonesia. Saham Unilever

Indonesia pertama kali dibuka untuk publik pada tahun 1981 dan telah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 11 Januari 1982. Pada akhir

2015, Unilever Indonesia menjadi perusahaan terbesar keempat

berdasarkan kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia.

2. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.

HMSP telah menjadi bagian penting dari industri tembakau Indonesia

selama lebih dari seratus tahun sejak berdiri tahun 1913, dengan

produk legendaris Dji Sam Soe atau dikenal dengan “Raja Kretek”.

Sampoerna adalah pencetus kategori Sigaret Kretek Mesin Kadar

Rendah (SKM LT) di Indonesia dengan memperkenalkan produk

Sampoerna A pada tahun 1989. Produk Utama dalam Sampoerna A

adalah merek terdepan di pasar rokok Indonesia. Sampoerna juga

memproduksi sejumlah kelompok merek rokok kretek yang telah

dikenal luas termasuk Marlboro Filter Black, Sampoerna U, Philip.

Morris Bold dan Sampoerna Kretek.


51

3. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) didirikan 02 September

2009 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1 Oktober

2009. ICBP merupakan hasil pengalihan kegiatan usaha Divisi Mi

Instan dan Divisi Penyedap Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF),

pemegang saham pengendali. Kantor pusat Indofood CBP berlokasi di

Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 23, Jl. Jend. Sudirman, Kav.

76-78, Jakarta 12910, Indonesia, sedangkan pabrik perusahaan dan

anak usaha berlokasi di pulau Jawa, Sumatera, Kalimatan, Sulawesi

dan Malaysia.

4. PT Gudang Garam Tbk.

Perusahaan rokok Gudang Garam adalah salah satu industri rokok

terkemuka di tanah air yang telah berdiri sejak tahun 1958 di kota

Kediri, Jawa Timur. Hingga kini, Gudang Garam sudah terkenal luas

baik di dalam negeri maupun mancanegara sebagai penghasil rokok

kretek berkualitas tinggi. Produk Gudang Garam bisa ditemukan

dalam berbagai variasi, mulai sigaret kretek klobot (SKL), sigaret

kretek linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting-mesin

(SKM). Berawal dari industri rumahan, perusahaan kretek Gudang

Garam telah tumbuh dan berkembang seiring tata kelola perusahaan

yang baik dan berlandaskan pada filosofi Catur Dharma. Nilai-nilai

tersebut merupakan panduan kami dalam tata laku dan kinerja

perusahaan bagi karyawan, pemegang saham, serta masyarakat luas.


52

5. PT Kalbe Farma Tbk.

Kalbe Farma Berdiri pada tahun 1966, Kalbe telah jauh berkembang

dari usaha sederhana di sebuah garasi menjadi perusahaan farmasi

terdepan di Indonesia. Melalui proses pertumbuhan organik dan

penggabungan usaha & akuisisi, Kalbe telah tumbuh dan

bertransformasi menjadi penyedia solusi kesehatan terintegrasi

melalui 4 kelompok divisi usahanya: Divisi Obat Resep (kontribusi

23%), Divisi Produk Kesehatan (kontribusi 17%), Divisi Nutrisi

(kontribusi 30%), serta Divisi Distribusi and Logistik (kontribusi

30%). Keempat divisi usaha ini mengelola portofolio obat resep dan

obat bebas yang komprehensif, produk-produk minuman energi dan

nutrisi, serta usaha distribusi yang menjangkau lebih dari satu juta

outlet di seluruh kepulauan Indonesia. Di pasar internasional,

Perseroan telah hadir di negara-negara ASEAN, Nigeria, dan Afrika

Selatan, dan menjadi perusahaan produk kesehatan nasional yang

dapat bersaing di pasar ekspor.

6. PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus

1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan

usaha komersialnya pada tahun 1990. Induk usaha dari Indofood

Sukses Makmur Tbk adalah CAB Holding Limited (miliki 50,07%

saham INDF), Seychelles, sedangkan induk usaha terakhir dari

Indofood Sukses Makmur Tbk adalah First Pacific Company Limited

(FP), Hong Kong.


53

7. PT Mayora Indah Tbk.

Mayora Indah Tbk (MYOR) didirikan 17 Februari 1977 dan mulai

beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1978. Berdasarkan

Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Mayora adalah

menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta

agen/perwakilan. Saat ini, Mayora menjalankan bidang usaha industri

biskuit (Roma, Danisa, Royal Choice, Better, Muuch Better, Slai O

Lai, Sari Gandum, Sari Gandum Sandwich, Coffeejoy, Chees’kress.),

kembang gula (Kopiko, KIS, Tamarin dan Juizy Milk), wafer (beng

beng, Astor, Roma), coklat (Choki-choki), kopi (Torabika dan

Kopiko) dan makanan kesehatan (Energen) serta menjual produknya

di pasar lokal dan luar negeri.

8. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.

Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) didirikan 03 Juni 1929 dengan

nama N.V. Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen dan mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 1929. Multi Bintang Indonesia

Tbk merupakan bagian dari Grup Asia Pacific Breweries dan

Heineken, dimana pemegang saham utama adalah Fraser & Neave

Ltd. (Asia Pacific Breweries) dan Heineken N.V. (Heineken).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

MLBI beroperasi dalam industri bir dan minuman lainnya. Saat ini,

kegiatan utama MLBI adalah memproduksi dan memasarkan bir

(Bintang dan Heineken), bir bebas alkohol (Bintang Zero) dan

minuman ringan berkarbonasi (Green Sands).


54

9. PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk.

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk (SIDO) adalah

perusahaan jamu tradisional dan farmasi dengan menggunakan mesin-

mesin mutakhir. Berawal pada tahun 1940 di Yogyakarta, dan dikelola

oleh Ny. Rahkmat Sulistio, Sido Muncul yang semula berupa industri

rumahan ini secara perlahan berkembang menjadi perusahaan besar

dan terkenal seperti sekarang ini. Pada tahun 1951, Sido Muncul mulai

berdiri.

10. PT Nippon Indosari Corporindo Tbk

Nippon Indosari Corpindo Tbk merupakan salah satu perusahaan roti

dengan merek dagang Sari Roti terbesar di Indonesia. Perusahaan ini

berdiri pada tahun 1995 sebagai sebuah perusahaan penanaman modal

asing dengan nama PT Nippon Indosari Corporation. Perkembangan

perusahaan ini semakin meningkat dengan semakin meningkatnya

permintaan konsumen. Sehingga perseroan mulai meningkatkan

kapasitas produk dengan menambahkan dua lini produksi, yakni roti

tawar dan roti manis sejak tahun 2001.

11. PT Kimia Farma (Persero) Tbk.

Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) didirikan tanggal 16 Agustus

1971. Kimia Farma mulai beroperasi secara komersial sejak tahun

1817 yang pada saat itu bergerak dalam bidang distribusi obat dan

bahan baku obat. Pada tahun 1958, pada saat Pemerintah Indonesia

menasionalisasikan semua Perusahaan Belanda, status KAEF tersebut

diubah menjadi beberapa Perusahaan Negara (PN). Pada tahun 1969,


55

beberapa Perusahaan Negara (PN) tersebut diubah menjadi satu

Perusahaan yaitu Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan

Bhinneka Kimia Farma disingkat PN Farmasi Kimia Farma. Pada

tahun 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah status Perusahaan

Negara tersebut diubah menjadi Persero dengan nama PT Kimia Farma

(Persero).

12. PT Tempo Scan Pacific Tbk.

Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) didirikan di Indonesia tanggal 20 Mei

1970 dengan nama PT Scanchemie dan memulai kegiatan

komersialnya sejak tahun 1970. Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TSPC bergerak dalam bidang

usaha farmasi. Saat ini, kegiatan usaha TSPC adalah farmasi (obat-

obatan), produk konsumen dan komestika dan distribusi.

13. PT Delta Djakarta Tbk.

Delta Djakarta Tbk (DLTA) didirikan tanggal 15 Juni 1970 dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1933. DLTA

merupakan salah satu anggota dari San Miguel Group, Filipina. Induk

usaha DLTA adalah San Miguel Malaysia (L) Private Limited,

Malaysia. Sedangkan Induk usaha utama DLTA adalah Top Frontier

Investment Holdings, Inc, berkedudukan di Filipina. Berdasarkan

Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DLTA yaitu

terutama untuk memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam

dengan merek “Anker”, “Carlsberg”, “San Miguel”, “San Mig Light”


56

dan “Kuda Putih”. DLTA juga memproduksi dan menjual produk

minuman non-alkohol dengan merek “Sodaku”.

14. PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.

Darya-Varia Laboratoria Tbk (“Darya-Varia atau Perusahaan”) adalah

perusahaan farmasi yang telah lama berdiri di Indonesia, beroperasi

sejak tahun 1976. Setelah menjadi perusahaan terbuka pada tahun

1994, Perusahaan mengakuisisi PT Pradja Pharin (Prafa) di tahun

1995, dan terus mengembangkan berbagai produk Obat Resep

dan Consumer Health. Pada Juli 2014, Darya-Varia bergabung

(merger) dengan Prafa. Darya-Varia mengoperasikan dua fasilitas

manufaktur kelas dunia di Gunung Putri dan Citeureup, Bogor,

keduanya memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

ASEAN. Kedua pabrik tersebut fokus memproduksi produk-produk

Perusahaan serta memberikan jasa toll manufacturing untuk

pelaku nasional dan multinasional baik untuk pasar lokal maupun

ekspor. 

15. PT Mandom Indonesia Tbk

Mandom Indonesia Tbk berdiri sebagai perusahaan joint venture antara

Mandom Corporation, Jepang dan PT The City Factory. Perseroan

berdiri dengan nama PT Tancho Indonesia dan pada tahun 2001

berganti menjadi PT Mandom Indonesia Tbk. Pada tahun 1993,

Perseroan menjadi perusahaan ke-167 dan perusahaan joint venture

Jepang ke-11 yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.

Saat ini jumlah saham Perseroan adalah 201.066.667 lembar saham


57

dengan nilai nominal Rp 500/saham. Kegiatan produksi komersial

Perseroan dimulai pada tahun 1971 dimana pada awalnya Perseroan

menghasilkan produk perawatan rambut, kemudian berkembang

dengan memproduksi produk wangi-wangian dan kosmetik. Saat ini

Perseroan berkantor pusat di Wisma 46 Kota BNI, Lt.7, Jl. Jend.

Sudirman Kav. 1, Jakarta. Perseroan mempunyai dua lokasi pabrik di

Kawasan Industri MM2100, Bekasi ; Factory 1 yang berada di Jl. Irian

khusus memproduksi seluruh produk kosmetik Perseroan sementara

Factory 2 yang berada di Jl. Jawa berfungsi untuk memproduksi

kemasan plastik dan juga sebagai pusat logistik. Merek utama

Perseroan antara lain GATSBY, PIXY, Pucelle dan Bifesta. Selain itu,

Perseroan juga memproduksi berbagai macam produk lain dengan

merek Tancho, Mandom, Spalding, Lovillea, Miratone, dan juga

beberapa merek yang khusus diproduksi untuk ekspor.

16. PT Merck Tbk.

Merck Tbk (dahulu PT Merck Indonesia Tbk) (MERK) didirikan 14

Oktober 1970 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1974.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

MERK adalah bergerak dalam bidang industri, perdagangan, jasa

konsultasi manajemen, jasa penyewaan kantor/properti dan layanan

yang terkait dengan kegiatan usaha. Kegiatan utama Merck saat ini

adalah memasarkan produk-produk obat tanpa resep dan obat

peresepan; produk terapi yang berhubungan dengan kesuburan,

diabetes, neurologis dan kardiologis; serta menawarkan berbagai


58

instrumen kimia dan produk kimia yang mutakhir untuk bio-riset, bio-

produksi dan segmen-segmen terkait. Merek utama yang dipasarkan

Merck adalah Sangobion dan Neurobion.

17. PT Chitose Internasional Tbk.

Chitose Internasional Tbk (CINT) didirikan tanggal 15 Juni 1978

dengan nama PT Chitose Indonesia Manufacturing Limited dan mulai

beroperasi secara komersial mulai tahun 1979. Berdasarkan Anggaran

Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CINT adalah bergerak di

bidang perindustrian, perdagangan dan jasa furnitur. Saat ini

perusahaan menjalankan usaha produsen dan distributor produk-

produk furnitur yang meliputi: folding chair; folding chair+memo;

hotel, banquet & restaurant; working & meeting; school education dan

hospital items (ranjang rumah sakit dan perlengkapannya) dengan

merek utama “Chitose, Uchida dan Yamato”.

18. PT Sekar Laut Tbk

Sekar Laut Tbk (SKLT) didirikan 19 Juli 1976 dan mulai beroperasi

secara komersial pada tahun 1976. Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SKLT meliputi bidang industri

pembuatan kerupuk, saos tomat, sambal, bumbu masak dan makan

ringan serta menjual produknya di dalam negeri maupun di luar negeri.

Produk-produknya dipasarkan dengan merek FINNA.

5.2 Hasil dan Analisis

5.2.1 Uji Asumsi Klasik


Uji regresi linear berganda dapat dilakukan setelah uji asumsi

klasik terpenuhi. Pengujian ini bertujuan agar data terdistribusikan dengan


59

normal, tidak mengandung multikolonieritas, heterokedastisitas, dan juga

tidak ada gejala autokorelasi. Berikut hasil uji asumsi klasik pada

penelitian ini :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui suatu variabel berdistribusi

normal ataupun tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi

dengan data yang normal. Uji normalitas penelitian ini menggunakan

uji Kolmogorov Smirnov pada nilai understandardized residual dan

melihat nilai signifikannya. Jika hasil Kolmogorov-Smirnov

menunjukan nilai signifikan diatas 0,05 maka data residual berdistribusi

dengan normal dan begitu juga sebaliknya. Berikut hasil uji statistik

Kolmogorov-Smirnov :

Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 72
Mean .0000000
Normal Parameters a,b
Std. Deviation 78775977.78930014
Absolute .283
Most Extreme Differences Positive .283
Negative -.176
Kolmogorov-Smirnov Z 2.398
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Uji Normalitas (data diolah, 2020)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat uji normalitas pertama ini

menggunakan jumlah data sebanyak 72 data dan nilai signifikan

menunjukan angka 0,000 hal ini menunjukan bahwa data tidak


60

terdistribusi normal, sehingga perlu dilakukan pengujian kembali

dengan membuang data yang outlier. Outlier merupakan data yang unik

dan terlihat jauh berbeda dengan yang lain, baik itu untuk variabel

tunggal ataupun variabel kombinasi (Ghozali, 2018:40). Hasilnya pada

data residual tersebut dihilangkan 19 data outlier dan menyisakan

sebanyak 53 data. Pengujian yang sama kembali dilakukan dengan

jumlah sampel yang berbeda dan didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas (Outlier dihapus)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 53
Mean .0000000
Normal Parametersa,b 17505749.0149965
Std. Deviation
4
Absolute .118
Most Extreme Differences Positive .118
Negative -.110
Kolmogorov-Smirnov Z .857
Asymp. Sig. (2-tailed) .455
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Uji Normalitas (data diolah, 2020)

Berdasarkan hasil uji normalitas kedua pada tabel 5.2 setelah outlier

dihapus, nilai signifikan yang dilihat pada hasil Asymp. Sig (2-tailed)

menunjukan angka 0,455 yang artinya angka tersebut lebih dari


61

signifikan 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model

regresi ini berdistribusi dengan normal dan layak digunakan.

2. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi dit

emukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Pada mode

l regresi yang baik tidak terjadi korelasi antara variabel independen (Gh

ozali, 2018:107). Terjadinya Multikolonieritas apabila nilai tolerance

kurang dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih dari

10.
62

Tabel 5.3
Hasil Uji Multikolonieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
EPS ,055 18,214
1 DPS ,028 36,137
NPM ,232 4,315
BEP ,066 15,182
a. Dependent Variable: MVA
Sumber : Uji Multikolonieritas, (data diolah 2020)

Berdasarkan hasil output pada tabel 5.3 menunjukan hasil bahwa

terdapat tiga variabel yang mengalami korelasi atau kemiripan antar

variabel. Nilai pada kolom colliniearity statistics menunjukan hanya

satu variabel nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 sehingga

dinyatakan terjadi multikolineritas pada model regresi tersebut. Sehingg

a perlu dilakukan pengujian kembali dengan membuang satu variabel

yaitu Dividend Per Share dikarenakan interval data antar variabel

terlalu jauh. Cara ini diambil dalam buku Imam Ghozali, 2018. Penguji

an yang sama kembali dilakukan dengan jumlah sampel yang berbeda d

an didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 5.4
Hasil Uji Multikolonieritas (Setelah dibuang satu variabel)
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
1 EPS ,717 1,394
NPM ,411 2,434
BEP ,336 2,976
Sumber : Uji Multikolonieritas, (data diolah 2020)
63

Berdasarkan hasil uji multikolonieritas kedua pada tabel 5.4 setelah satu

variabel dihapus yaitu Dividend Per Share karena memiliki nilai yang

paling tinggi, dimana nilai tolerance < 0,10 yaitu 0,028 dan nilai

Variance Inflation Factor (VIF) > 10 yaitu 36,137. Maka, variabel

tersebut merupakan variabel yang menyebabkan terjadinya gejala

multikolonieritas. Setelah dilakukan dengan cara eliminasi, dari ketiga

variabel menunjukan nilai tolerance > 0,10 dan Variance Inflation

Factor (VIF) < 10 yang artinya angka tersebut sudah bebas dari gejala

multikolonieritas.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap ini disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heterokedastisitas. Pada penelitian ini pengujian hetero

kedastitas dilakukan dengan menggunakan Uji White dilakukan dengan

meregresi residual kuadrat (U 2 t ) dengan varibel independen, variabel in

dependen kuadrat dan perkalian (interaksi) variabel dependen. Setelah

dilakukan pengujian menggunakan aplikasi SPSS 21.0, maka didapat

hasil sebagai berikut :

Tabel 5.5
Hasil Uji Heterokedastisitas

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
,459a ,210 ,145 476682106274446,700
1
00
64

Sumber : Uji Heterokedastisitas, (data diolah 2020)

Hasil output uji heteroskedastisitas menggunakan uji White diatas

didapatkan Adjusted R Square untuk menghitung C 2dimana C 2= n x

Adjusted R Square (Ghozali, 2018:144). Diketahui C 2hitung sebesar

7,685 dan C 2tabel sebesar 7,815. Maka, pengujiannya adalah jika C 2

hitung < C 2tabel, maka hipotesis alternatif adanya heterokedastisitas

dalam model ditolak.

4. Uji Autokorelasi

Tujuan uji autokorelasi adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Secara

praktis, bisa dikatakan bahwa nilai residu yang ada tidak berkorelasi

satu dengan yang lain. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

masalah autokorelasi. Menurut Singgih Santoso (2010:215) Untuk

mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan dasar pengambilan

keputusan sebagai berikut :

a. Angka Durbin Watson dibawah -2, dikatakan ada autokorelasi

positif.

b. Angka Durbin Watson diantara -2 sampai +2, dikatakan tidak ada

autokorelasi.

c. Angka Durbin Watson diatas +2, dikatakan ada autokorelasi

negatif.
65

Tabel 5.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-Watson
Square the Estimate
.724a .525 .485 18220561.26 .830
1
0
Sumber : Uji Autokorelasi (data diolah,2020)

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 5.5 , nilai DW yang didapat

sebesar 0,830 (diantara -2 sampai +2) dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi antara variabel Eaning

Per Share, Dividend Per Share, Net Profit Margin, dan Basic Earning

Power dengan Market Value Added.

5.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Setelah dilakukan uji asumsi klasik dan data telah memenuhi syarat

dan layak untuk digunakan dalam model regresi, maka selanjutnya

dilakukan pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda.

Pengujiann hipotesis untuk menguji apakah variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen baik secara parsial atau simultan.

Berdasarkan hipotesis yang dipakai maka didapat hasil pengolahan data

dengan SPSS 21.0 sebagai berikut :

Tabel 5.7
Output Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -17344541,380 7074011,972 -2,452 ,018
Eps 150327,216 39475,807 1,618 3,808 ,000
1Dps -305512,403 71863,722 -2,544 -4,251 ,000
Npm -370489296,601 94049888,055 -,814 -3,939 ,000
Bep 523697438,049 89554412,095 2,268 5,848 ,000
66

MVA = -17344541.380 + 150327.216 EPS – 305512.403 DPS – 370489296.601

NPM + 523697438.049 BEP

Hasil persamaan regresi linier tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :

1. Konstanta sebesar -17344541.380 menyatakan bahwa jika variabel

independen dianggap konstan maka harga market value added sebesar

-17344541.380

2. Koefisien regresi earning per share sebesar 150327.216 menyatakan

bahwa setiap penambahan earning per share sebanyak satu satuan

maka akan berdampak pada peningkatan harga market value added

sebesar 150327.216

3. Koefisien regresi dividend per share sebesar -305512.403 menyatakan

bahwa setiap penambahan dividend per share satu satuan akan

berdampak pada penurunan harga market value added sebesar -

305512.403

4. Koefisien regresi net profit margin sebesar -370489296.601

menyatakan bahwa apabila terjadi penambahan net profit margin

sebanyak satu satuan maka akan berpengaruh pada penurunan harga

market value added sebesar -370489296.601

5. Koefisien regresi basic earming power sebesar 523697438.049

menyatakan bahwa apabila terjadi penambahan basic earning power

sebanyak satu satuan maka akan berpengaruh pada peningkatan harga

market value added sebesar 523697438.049

Koefisien dari empat variabel independen yaitu variabel Earning

Per Share, Dividend Per Share, Net Profit Margin, dan Basic Earning
67

Power ada yang bernilai positif maupun negatif artinya terjadi hubungan

searah dan tidak searah antara variabel dependen dan variabel independen.

5.2.3 Uji Hipotesis

5.2.3.1 Uji t

Hasil pengujian Uji t dan besarnya signifikan yang di uji

menggunakan software SPSS 21.0 sebagai berikut :

Tabel 5.8
Hasil Uji t (Uji Parsial)
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -17344541,380 7074011,972 -2,452 ,018
Eps 150327,216 39475,807 1,618 3,808 ,000
1Dps -305512,403 71863,722 -2,544 -4,251 ,000
Npm -370489296,601 94049888,055 -,814 -3,939 ,000
Bep 523697438,049 89554412,095 2,268 5,848 ,000

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.8dapat disimpulkan mengenai


pengujian hipotesis sebagai berikut :
1. Hipotesis 1 : Earning Per Share Berpengaruh Positif Terhadap
Market Value Added

Hasil pengujian pengaruh earning per share terhadap market value

added dilihat pada Tabel 5.8 Berdasarkan hasil pengujian tersebut,

variabel earning per share memiliki nilai koefisien regresi sebesar

150327.216 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil

dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa earning per share

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap market value

added. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan yang artinya

hipotesis pertama diterima.

2. Hipotesis 2 : Dividend Per Share Berpengaruh Negatif Terhadap

Market Value Added


68

Hasil pengujian pengaruh Dividend Per Share terhadap market value

added dilihat pada Tabel 5.8. Berdasarkan hasil pengujian tersebut,

variabel Dividend Per Share memiliki nilai koefisien regresi sebesar -

305512.403 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil

dari 0,05 dan nilai koefisien regresi menunjukkan nilai negatif.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Dividend Per Share berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap market value added. Hasil ini tidak

sesuai dengan hipotesis yang diajukan yang artinya hipotesis kedua

ditolak.

3. Hipotesis 3 : Net Profit Margin Berpengaruh Negatif Terhadap

Market Value Added

Hasil pengujian pengaruh net profit margin terhadap market value

added dilihat pada Tabel 5.8. Berdasarkan hasil pengujian tersebut,

variabel net profit margin memiliki nilai koefisien regresi sebesar -

370489296.601 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih

kecil dari 0,05 dan nilai koefisien regresi menunjukkan nilai negatif.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa net profit margin berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap market value added. Hasil ini sesuai

dengan hipotesis yang diajukan yang artinya hipotesis ketiga diterima.

4. Hipotesis 4 : Basic Earning Power Berpengaruh Positif Terhadap

Market Value Added

Hasil pengujian pengaruh Basic Earning Power terhadap market value

added dilihat pada Tabel 5.8. Berdasarkan hasil pengujian tersebut,

variabel Basic Earning Power memiliki nilai koefisien regresi sebesar


69

523697438.0496 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih

kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Basic Earning

Power berpengaruh positif dan signifikan terhadap market value

added. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan yang

artinya hipotesis keempat ditolak.

5.2.4 Koefisien Determinasi (R2)


Tabel 5.10
Tabel R Square
Mo R R Square Adjusted R Std. Error of
Durbin-Watson
del Square the Estimate

1 .724a .525 .485 18220561.260 .830

Sumber : Uji Autokorelasi (data diolah,2020)

Menurut V. Wiratna Suwarjeni dan Lila Retnani Utami (2019: 151) apabila

variabel independent jumlahnya lebih dari 2 untuk membaca koefisien

determinasi menggunkan nilai Adjusted R Square. Apabila variabelnya 2 dan

kurang dari 2 maka untuk membaca koefisien determinasi menggunakan nilai

R Square. Hasil diatas didapatkan nilai Adjusted R Square adalah sebesar

0,485, artinya bahwa 48,5% variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel

independen. Sedangkan sisanya yaitu 52,5% dapat dijelaskan oleh variabel

lainnya diluar model regresi dalam penelitian ini.

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil analisis yang telah didapat dan kemudian dijelaskan

sebelumnya, maka penulis akan menjelaskan dan menginterpretasikan

hasil dari penelitian tersebut.

1. Pembahasan Hipotesis 1
70

Pengujian hipotesis pertama yang dilakukan menggunakan teknik

analisis uji t atau uji parsial yang menyatakan hasil bahwa earning per

share memiliki pengaruh positif terhadap market value added. Hal ini

dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05

dan nilai koeisien regresi sebesar 150327.216 menunjukkan nilai

positif yang artinya ada pengaruh terhadap variabel dependen.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori signaling yang menyatakan

bahwa pihak manajemen akan menunjukkan suatu sinyal terhadap

investor tentang prospek perusahaan. Pada penelitian ini menunjukkan

bahwa EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap MVA. Dapat

dikatakan bahwa ketika nilai EPS mengalami peningkatan, maka akan

menyebabkan peningkatan MVA. Dari EPS, investor bisa melihat

pendapatan yang akan mereka peroleh apabila mereka berinvestasi di

perusahaan tersebut dan tentunya hal tersebut akan memberikan

kontribusi terhadap tingginya MVA perusahaan. Informasi mengenai

perusahaan dapat diketahui melalui laporan keuangan yang

dipublikasikan oleh manajemen kepada pasar. Sesuai dengan teori

sinyal ini, maka peningkatan earning per share ini diterima sebagai

sinyal positif yang menunjukkan peningkatan kinerja perusahaan. Siny

al positif maupun negatif yang diterima oleh investor akan mepengaru

hi tingkat penawaran dan permintaan saham.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Syariful Roisul Amin (2016) akan tetapi selaras

dengan penelitian Rahma Febriyanti (2015) yang menyatakan bahwa


71

earning per share berpengaruh positif terhadap market value added

yang artinya semakin meningkatnya earning per share dalam suatu

perusahaan, maka mencerminkan bahwa penilaian kinerja perusahaan

akan membaik sehingga harapan investor akan tinggi pada perusahaan

tersebut dan dapat meningkatkan market value added sebagai proxy

nilai pasar dan penciptaan kekayaan pemegang saham. Semakin baik

nilai market value added menandakan peningkatan kemakmuran pada

pemegang saham.

2. Pembahasan Hipotesis 2

Pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa variabel

independen dividend per share berpengaruh negatif terhadap market

value added. Hal ini dilihat dari nilai signifikansi 0,000 lebih kecil

dari 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar -305512,403

menunjukkan nilai negatif yang artinya ada pengaruh terhadap

variabel dependen dan bersifat negatif sesuai dengan nilai koefisien

regresi.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori signaling yang

menyatakan bahwa peningkatan dividend per share akan memberikan

sinyal positif kepada investor dalam pengambilan keputusan

pendanaan saham, sehingga dividend per share yang meningkat akan

mempengaruhi peningkatan terhadap market value added. Pada

penelitian ini menunjukkan bahwa DPS berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap MVA. Dapat dikatakan bahwa ketika nilai DPS

mengalami peningkatan, maka akan menyebabkan penurunan MVA.


72

Hal ini berarti bahwa informasi dividend per share perusahaan yang

terdapat dalam laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan

bukan merupakan hal yang utama diperhatikan oleh investor dalam

membuat keputusan investasinya, karena tidak selamanya laba bersih

yang diperoleh perusahaan dialokasikan sebagai dividen, bisa saja

perusahaan mengalokasikan laba bersih yang didapatnya untuk

perusahaan atau ekspansi usaha, atau melakukan investasi aktiva tetap,

investasi jangka panjang dan lain-lain.

Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Rahma Febriyanti (2015) yang menyatakan bahwa

dividend per share berpengaruh positif terhadap market value added.

3. Pembahasan Hipotesis 3

Pengujian hipotesis ketiga membuktikan bahwa variabel

independen net profit margin berpengaruh negatif terhadap market

value added. Hal ini dilihat dari nilai signifikansi 0,000 lebih kecil

dari 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar -305512,403

menunjukkan nilai negatif yang artinya ada pengaruh terhadap

variabel dependen dan bersifat negatif sesuai dengan nilai koefisien

regresi.

Net profit margin merupakan rasio yang membandingkan antara

laba bersih (net profit) yaitu sesudah dikurangi pajak dengan

penjualan. Rasio NPM ini digunakan untuk mengukur tingkat

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin besar

nilai NPM menandakan kinerja perusahaan semakin produktif,


73

sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk

menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa NPM berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap MVA. Dapat dikatakan bahwa ketika nilai

NPM mengalami peningkatan, maka akan menyebabkan penurunan

MVA. NPM adalah rasio perbandingan antara tingkat laba dengan

tingkat penjualan. Hal ini dikarenakan oleh persentase kenaikan

tingkat penjualan lebih besar daripada persentase kenaikan laba

bersih. Hal tersebut membuat nilai NPM tiap periodenya atau pada

perusahaan tertentu cenderung mengalami penurunan.

Hasil penelitian tidak sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Tantri Puspita Sari (2016) yang menyatakan bahwa net

profit margin berpengaruh positif terhadap market value added.

Penelitian Tantri Puspita objek penelitiannya adalah perusahaan yang

terdaftar di Jakrta Islamic Index (JII). Sedangkan pada penelitian kali

ini objek penelitian adalah sektor industri barang dan konsumsi

dimana laba yang diperoleh terus meningkat setiap tahunnya

begitupun tingkat penjualan. Akan tetapi, peningkatan penjualan lebih

besar daripada peningkatan laba yang diperoleh perusahaan. Karena

net profit margin merupakan perbandingan laba bersih dan tingkat

penjualan, maka net profit margin yang dimiliki oleh masing-masing

perusahaan cenderung menurun.

Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Ni Made Sukarmiasih, Ni Kadek Sinarwati, Anantawikrama


74

Tungga Atmadja (2015) yaitu net profit margin berpengaruh negatif

terhadap market value added. Hal ini dikarenakan net profit margin

yang rendah menandakan adanya ketidakmampuan perusahaan yang

rendah untuk menghasilkan laba bersih pada pendapatan tertentu

begitu juga sebaliknya.

4. Pembahasan Hipotesis 4

Pengujian hipotesis ini menggunakan teknik analisis uji t atau uji

parsial yang menyatakan hasil bahwa basic earning power memiliki

pengaruh positif terhadap market value added. Pernyataan ini

berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan yaitu tingkat signifikan

variabel basic earning power sebesar 0,000 yang berarti basic earning

power memiliki pengaruh dengan koefisien regresi sebesar

523697438,0 bersifat positif.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

basic earning power merupakan salah satu ukuran dari profitabilitas,

dimana mampu mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba. Tingkat laba atau pendapatan yang tinggi akan

memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi

pendapatan atau laba perusahaan tentu saja hal ini akan memperoleh

apresiasi dari pihak eksteren yaitu investor dan pihak interen

perusahaan yaitu karyawan dan pemilik perusahaan itu sendiri.

Harianto dan Sudono (1998; 228) mengungkapkan bahwa beberapa

penelitian pada perusahaan menunjukkan adanya pengaruh earnings

pada nilai perusahaan. Apabila earnings meningkat maka dapat


75

diprediksikan bahwa nilai perusahaan juga akan mengalami kenaikan.

Semakin besar basic earning power, semakin baik kemampuan

perusahaan dalam memperoleh labanya (Sofyan & Harahap, 2011: 30

5). Investor akan memandang perusahaan tersebut mempunyai

prospek sehingga mereka mau membeli saham perusahaan tersebut.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ni Made Sukarmiasih, Ni Kadek Sinarwati,

Anantawikrama Tungga Atmadja (2015) yang menyatakan bahwa

basic earning power berpengaruh negatif terhadap market value

added. Basic earning power yang rendah akan dipandang para

investor tidak memiliki prospek yang baik, sehingga saham sulit untuk

diperjual belikan.

5.4 Implikasi Hasil Penelitian

5.4.1 Implikasi Teoritis

Memberikan informasi bahwa kualitas saham dan nilai perusahaan

dapat dilihat dari rasio-rasio yang tercermin dari laporan keuangan

perusahaan. Selain itu, karena semua rasio yang digunakan profitabilitas

yang bisa dijadikan pengukuran untuk menentukan perencanaan laba yang

akan digunakan untuk perusahaan di masa mendatang. Dapat dilihat

bahwa variabel EPS, DPS, NPM, dan BEP pada perusahaan industri

barang dan konsumsi ini jika dilihat dari perencanaan labanya cukup baik

serta dapat dilihat dari sisi perkembangan perusahaan dalam rentang waktu

tertentu.
76

5.4.2 Implikasi Praktis

Para investor perlu memperhatikan rasio-rasio yang digunakan

karena perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik akan

berdampak pada MVA perusahaan. Temuan tersebut dapat memberikan

kontribusi secara praktik bagi perusahaan sektor industri barang dan

konsumsi untuk mampu meningkatkan tingkat laba perusahaan pada setiap

periodenya, atau perusahaan harus mampu menghasilkan laba secara stabil

pada setiap periodenya. Kondisi perusahaan yang dinilai profitable akan

meningkatkan ketertarikan stakeholder atau investor baru untuk ber

investasi ke perusahaan sektor industri barang dan konsumsi, jika investor

terus meningkat akan meningkatkan pula nilai perusahaan dan

meningkatkan pula prospek bisnis yang semakin baik untuk masa yang

akan datang.

5.5 Keterbatasan penelitian

Keterbatasan dari penelitian ini adalah :

1. Selama melakukakan uji normalitas, menghasilkan data yang tidak

normal sehingga harus dilakukan satu kali outlier untuk menormalkan

data. Pada bagian uji normalitas nilai sig 0,000 itu dikatakan tidak

normal karena syarat pada umumnya dengan taraf sig. 5%. Maka nilai

asymp .sig wajib > 0,05.

2. Data yang sudah menjadi normal dengan menggunakan outlier,

digunakan kembali untuk uji selanjutnya yaitu multikolonieritas. Cara

melihatnya dengan nilai tolerance dan Variance Inflation Factor

(VIF). Karena syarat tidak terjadinya gejala multikolonieritas adalah


77

dimana nilai VIF harus < 10 sedangkan tollerance harus > 0,1. Akan

tetapi, hasil yang didapatkan tidak sesuai harapan dan mengalami

gejala multikolonieritas. Sehingga kembali dilakukan analisis dengan

cara mengeliminasi satu variabel independen yang mempunyai

korelasi tinggi dari model regresi. Setelah dilakukan cara tersebut

maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolonieritas.

3. Uji selanjutnya masih terdapat gejala yaitu uji heterokedastisitas.

Syarat bebas dari gejala heterokedastisitas yaitu apabila menggunakan

uji white yaitu nilai Chi Square hitung < nilai Chi Square tabel.

Karena pengujian ini beberapa kali mendapatkan gejala, sehingga

dilakukan berbagai macam uji, mulai dari uji gletser, uji park dan uji

white. Diantara 3 uji tersebut yang berhasil mengatasi gejala

heterkodastisitas hanyalah uji white.

4. Uji selanjutnya masih terdapat gejala yaitu autokorelasi. Syarat bebas

dari gejala autokorelasi yaitu apabila menggunakan Durbin Warson

oleh Imam Ghozali maka nilai du > d < 4 – du. Setelah dilakukan

pengujian dengan menggunakan nilai Durbin Watson (DW), akan

tetapi penelitian ini mengalami gejala. Sehingga dilakukan pengobatan

dengan menggunakan uji seperti run test, durbin two step method,

cochrane-orcut, larange multiplier test. Diantara 4 uji tersebut tetap

tidak ada yang berhasil mengobati gejala autokorelasi. Sehingga

menggantinya dengan kriteria lain menurut singgih santoso yaitu

dengan menggunakan Durbin Watson (DW) > -2 dan +2.


78
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil uji T, Earning Per Share memiliki pengaruh positi

secara signifikan terhadap Market Value Added di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2015-2018.

2. Berdasarkan hasil uji T, Dividend Per Share tidak memiliki pengaruh

negatif dan signifikan terhadap Market Value Added di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2015-2018.

3. Berdasarkan hasil uji T, Net Profit Margin memiliki pengaruh negatif

dan signifikan terhadap Market Value Added di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2015-2018.

4. Berdasarkan hasil uji T, Basic Earning Power memiliki pengaruh

positif secara signifikan terhadap Market Value Added di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2015-2018.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, maka terdapat saran

sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan

Berdasarkan hasil uji t yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh

positif terhadap MVA maka perusahaan harus memperhatikan EPS

tersebut. Karena dari EPS itu, investor bisa melihat pendapatan yang

79
80

akan mereka peroleh apabila mereka berinvestasi di perusahaan

tersebut dan tentunya hal tersebut akan memberikan kontribusi

terhadap tingginya MVA perusahaan. Selain itu, DPS memiliki

pengaruh negatif terhadap MVA. Perusahaan juga harus

memperhatikan apakah DPS dapat dijadikan salah satu rasio dalam

melakukan investasi. Karena DPS yang terdapat dalam publikasi

laporan keuangan perusahaan bukan merupakan hal utama yang

diperhatikan investor dalam melakukan investasi. Selain itu,

disarankan pihak manajemen menjaga tingkat NPM yang dimiliki

walaupun variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap MVA.

Perusahaan juga harus memperhatikan karena apabila persentase

tingkat penjualan lebih besar dari persentase laba bersih maka itu akan

membuat nilai NPM tiap periodenya atau pada perusahaan cenderung

menurun dan hal tersebut menandakan bahwa kinerja perusahaan

kurang baik. Terakhir, dengan adanya korelasi signifikan antara BEP

dengan MVA. Perusahaan sebaiknya menciptakan kebijakan-

kebijakan perusahaan yang mampu mendorong ke arah peningkatan

BEP perusahaan.

2. Bagi Investor

Bagi para investor, dalam menginvestasikan modal yang mereka

miliki hendaknya memperhatikan tingkat EPS dan BEP yang dimiliki

oleh perusahaan karena berdasarkan hasil penelitian EPS dan BEP

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap MVA. EPS dan

BEP yang tinggi mencerminkan bahwa MVA perusahaan tergolong


81

tinggi di pasar dan tentunya itu menjadi signal bahwa perusahaan

tersebut memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Selain

itu, disarankan agar investor memperhatikan tingkat DPS dan nilai

NPM yang dimiliki oleh perusahaan juga perlu menjadi bahan

pertimbangan karena walaupun variabel tersebut memiliki pengaruh

negatif terhadap MVA, tetapi variabel tersebut menjadi tolak ukur dari

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Serta

investor juga perlu memperhatikan keahlian dari manajer investasi

dalam mempertimbangkan rasio-rasio saat memilih saham, hal

tersebut akan memudahkan investor dalam memilih emiten yang

berkualitas baik dan wajar.

3. Bagi peneliti selanjutnya, rasio EPS, DPS, NPM, dan BEP bisa

dijadikan referensi variabel ataupun menambahkan variabel lain

dalam meneliti kembali rasio-rasio yang dapat mempengaruhi MVA.


DAFTAR PUSTAKA

Aisyana, M., & Yen, S. (2012). Analisis Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, dan
Profitabilitas Terhadap Market Value Added (MVA). Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, BINUS University Jurnal Akuntansi, 1-11.

Amin, S. R. (2016). Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Earning


Per Share, Firm Size, Dan Economic Value Added Terhadap Market
Value Added (MVA) Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar
di Bursa Efek Syariah Tahun 2012-2014. Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Arista, & Astohar. (2012). Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA)
Momentum, Net Profit Margin (NPM), Basic Earning Power (BEP),
Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) Terhadap Return
Saham dan Market Value Added (MVA). Jurnal Ilmu Manajemen dan
Akuntansi Terapan Vol. 3 No.1, Mei.

Brigham, H. (2010). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Edisi 11 Buku 1.


Jakarta: Salemba Empat.

Darmadji, T., & Fakhruddin, H. M. (2011). Pasar Modal Di Indonesia. Jakarta:


Salemba Empat.

Enniyatul, M. (2018). Pengaruh Pengukuruan ROA, ROE, EPS, dan EVA


Terhadap MVA. Vol. 3, No.1, 1-19.

Febriyanti, R. (2015). Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Earning Per


Share (EPS), Dividen Per Share (DPS) dan Economic Value Added (EVA)
Terhadap Market Value Added (MVA) Pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji, 1-13.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS.


Semarang: Universitas Diponegoro.

82
83

Gujarati, D. (2003). Basic Econometric. MC-Grawhill: New Work.

Harahap, S. S. (2011). Analisisi Kritis Atas Laporan Keuangan . Jakarta: Rajawali


Pres.

Harianto, & Sudomo. (1998). Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar
Modal Indonesia. Jakarta: PT BEJ.

Hartono. (2010). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.

Harwaningrum, M. (2016). Perbandingan Penilaian Saham Dengan Metode


Analisis Fundamental Dan Analisis Tehknical, Penggorengan Saham,
Serta Keputusan Penilaian Saham Jika Hasil Berlawanan Arah Untuk
Kedua Metode Analisis Pada Saham Bakrie Group Untuk Periode 2005-
2009. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, 1-12.

Husnan , S., & Pudjiastusi, E. (2015). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Husnan, S., & Pudjiastuti, E. (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Ikatan , A. I. (2009). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas


Publik (SAK ETAP). Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia.

Kasmir. (2008). Manajemen Perbankan Edisi Revisi Delapan. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan . Jakarta: Kencana Prenada


Media.

May, E. (2011). Smart Traders Not Gamblers. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Munawir, S. (2004). Analisis Laporan Keuangan Edisi Empat. Yogyakarta:


Liberty.

Norhidayah. (2018). Pengaruh Market Value, Variance Return, Dividend Payout


Ratio, dan Earning Per Share Terhadap Holding Period Saham Perusahaan
84

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017.


Skripsi.

Perangin-Angin, N. S., & Syarief, F. (2013). Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread,


Market Value dan Variance Return Saham Terhadap Holding Period
Saham Sektor Pertambangan. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 1, No.3,
154-167. Https://scholar.google.co.id (diakses tanggal 2 januari 2019).

Rachdian, R., & Achadiyah, B. N. (2019). Pengaruh Basic Earnings Power(BEP),


Market Value(MVA), Dan Return On Investment (ROI) Terhadap Return
Saham. Vol. 3, No.2, 1-16.

Rudianto. (2013). Akunatansi Manajemen Informasi Untuk Pengambilan


Keputusan Strategis. Jakarta: Erlangga.

Santoso, S. (2010). Statistik Parametik dan Konsep Aplikasi Dengan SPSS .


Jakarta: PT. Alex Media Komputinda.

Sari, T. P. (2016). Pengaruh Economic Value Added Momentum, Current Ratio,


Net Profit Margin dan Debt To Equity Ratio Terhadap Market Value
Added Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index. Skripsi.

Situros, M., & Pangestu, I. D. (2016). Analisis Pengaruh ROE, ROA, EPS, DPS,
DOL, dan DFL Terhadap Market Value Added Pada Industri Manufaktur
Di BEI Tahun 2011-2014. Diponegoro Journal Of Management Vol.5,
No.3, 1-13.

Sudana, I. M. (2016). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktik.


Surabaya: Airlangga.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung:


Alfabeta.

Sujarweni, V. W. (2015). Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

Sujarweni, V. W. (2018). Manajemen Keuangan Teori Aplikasi dan Hasil


Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
85

Sujarweni, V. W., & Utami, L. R. (2019). The Master Book Of SPSS. Yogyakarta:
Start Up.

Sukarmiasih, N. M., Sinarwati, N. K., & Atmadja, A. T. (2015). Analisis


Pengaruh Economic Value Added (EVA) Momentum, Net Profit Margin
(NPM), Basic Earning Power (BEP), Return On Assets (ROA), Return On
Equity (ROE) Terhadap Return Saham dan Market Value Added (MVA).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi
Program S1 (Volume III No.1), 1-11.

Sutrisno. (2009). Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:


Ekoisia.

Tandelilin, E. (2010). Pasar Modal Manajemen Portofolio & Investasi .


Yogyakarta: Kanisius.

Wisayang, V. W. (2010). Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA)


Momentum, Net Profit Margin (NPM), Basic Earning Power (BEP),
Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) Terhadap Return
Saham dan Market Value Added (MVA). Tesis Magister Manajemen
Universitas Diponegoro.

https://youtube.com/c/WidiyantFang

www.ksei.co.id Diakses pada tanggal 12 Februari 2020

www.mandom.co.id/Diakses pada tanggal 23 Agustus 2020

www.mayoraindah.co.id/ Diakses pada tanggal 23 Agustus 2020

www.merckgroup.com/Diakses pada tanggal 23 Agustus 2020

www.multibintang.co.id/ Diakses pada tanggal 23 Agustus 2020

www.ojk.go.id Diakses pada tanggal 14 Februari 2020

www.sampoerna.com/ Diakses pada tanggal 23 Agustus 2020

www.sariroti.com/ Diakses pada tanggal 23 Agustus 2020

www.sekarlaut.com/ Diakses pada tanggal 23 Agustus 2020


86

www.sidomuncul.co.id/ Diakses pada tanggal 23 Agustus 2020

www.temposcangroup.com/ Diakses pada tanggal 23 Agustus 2020

www.unilever.co.id/ Diakses pada tanggal 23 Agustus 2020


87

Lampiran 1 : Sampel Penelitian

No. Kode Nama Perusahaan Sektor

1. UNVR Unilever Indonesia Tbk Barang Konsumsi

2. HMSP HM Sampoerna Tbk Barang Konsumsi

3. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Barang Konsumsi

4. GGRM Gudang Garam Tbk Barang Konsumsi

5. KLBF Kalbe Farma Barang Konsumsi

6. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk Barang Konsumsi

7. MYOR Mayora Indah Tbk Barang Konsumsi

8. MLBI Multi Bintang Indonesia Barang Konsumsi

PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido


9. SIDO Barang Konsumsi
Muncul Tbk

10. ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk Barang Konsumsi

11. KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk Barang Konsumsi

12. TSPC Tempo Scan Pasific Tbk Barang Konsumsi

13. DLTA Delta Djakarta Tbk Barang Konsumsi

14. DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk Barang Konsumsi

15. TCID Mandom Indonesia Barang Konsumsi

16. MERK Merck Tbk Barang Konsumsi

17. CINT PT Chitose Internasional Tbk Barang Konsumsi

18. SKLT Sekar Laut Tbk Barang Konsumsi


88

Lampiran 2 : Eps, Dps, Npm Dan Bep

NO
N EMITE MVA (Y)
SAMPE TAHUN EPS (X1) DPS (X2) NPM (X3) BEP (X4)
O N (Rp)
L
1 UNVR 1 2015 766.95 767.94 0.16 0.50 53,575,877
2 2016 837.57 832.55 0.16 0.51 61,703,659
3 2017 918.03 910.32 0.17 0.50 66,042,221
4 2018 1,193.90 1,183.87 0.22 0.62 62,937,056
2 HMSP 5 2015 2,227.23 2,227.23 0.12 0.37 -19,373,460
6 2016 109.72 107.52 0.13 0.40 421,515,213
7 2017 108.93 107.23 0.13 0.39 419,541,102
8 2018 116.39 117.57 0.13 0.39 420,135,545
3 ICBP 9 2015 501.31 250.66 0.09 0.15 21,378,272
10 2016 311.38 155.19 0.11 0.17 76,426,611
11 2017 303.82 151.93 0.10 0.16 75,407,978
12 2018 399.48 199.74 0.12 0.19 77,488,047
4 GGRM 13 2015 3,353.86 2,616.01 0.09 0.14 54,700,233
14 2016 3,468.13 2,601.10 0.09 0.14 84,631,971
15 2017 4,030.85 2,620.05 0.09 0.16 92,647,512
16 2018 4,050.45 2,600.39 0.08 0.11 96,962,000
5 KLBF 17 2015 43.90 19.40 0.12 0.20 65,638,213
18 2016 50.15 22.52 0.12 0.20 58,809,903
19 2017 52.34 25.66 0.12 0.20 60,892,347
20 2018 53.27 26.64 0.12 0.18 51,686,836
6 INDF 21 2015 422.49 211.25 0.06 0.05 -11,480,228
22 2016 599.88 299.94 0.08 0.09 3,421,726
23 2017 586.00 293.00 0.07 0.09 5,474,775
24 2018 565.13 282.57 0.07 0.08 -5,427,754
7 MYOR 25 2015 1,398.47 305.15 0.08 0.14 -7,240,005
26 2016 62.11 21.38 0.08 0.14 23,337,461
27 2017 72.94 27.74 0.08 0.15 34,767,676
28 2018 78.73 29.92 0.07 0.14 48,503,541
8 MLBI 29 2015 235.84 343.76 0.18 0.32 17,084,977
30 2016 466.13 466.13 0.30 0.58 21,417,028
31 2017 627.46 627.46 0.39 0.71 25,597,183
32 2018 581.30 583.28 0.34 0.58 32,616,332
9 SIDO 33 2015 29.17 25.14 0.20 0.20 5,577,949
34 2016 32.04 26.03 0.19 0.21 5,133,072
35 2017 35.59 28.67 0.21 0.22 4,880,309
36 2018 44.26 36.21 0.24 0.26 8,805,752
10 ROTI 37 2015 53.45 10.70 0.12 0.14 3,834,864
38 2016 55.27 13.80 0.11 0.13 4,953,365
89

39 2017 26.74 6.48 0.05 0.04 3,448,101


40 2018 20.56 7.18 0.05 0.04 3,053,746
11 KAEF 41 2015 45.55 9.07 0.05 0.10 3,622,813
42 2016 48.90 9.81 0.05 0.08 6,936,442
43 2017 59.72 17.88 0.05 0.07 10,441,612
44 2018 72.34 14.45 0.05 0.06 7,676,801
12 TSPC 45 2015 117.60 50.69 0.06 0.11 4,389,258
46 2016 121.22 50.94 0.06 0.11 3,986,606
47 2017 123.85 40.95 0.06 0.10 3,185,221
48 2018 120.08 42.14 0.05 0.09 986,600
13 DLTA 49 2015 239.76 120.89 0.27 0.24 26,946,459
50 2016 317.74 180.41 0.33 0.27 3,292,679
51 2017 349.28 260.21 0.36 0.28 2,499,462
52 2018 422.13 478.04 0.38 0.29 2,994,183
14 DVLA 53 2015 96.33 65.23 0.08 0.10 657,140
54 2016 135.79 64.89 0.10 0.14 539,862
55 2017 144.87 104.90 0.10 0.14 937,697
56 2018 179.15 107.10 0.12 0.16 917,715
15 TCID 57 2015 2,708.83 410.11 0.24 0.28 1,817,124
58 2016 806.27 410.15 0.06 0.10 987,477
59 2017 891.17 410.12 0.07 0.10 1423942
60 2018 860.94 419.97 0.07 0.10 1774561
16 MERK 61 2015 318.18 3,401.93 0.14 0.30 2620517
62 2016 343.40 275.30 0.15 0.29 3204399
63 2017 322.94 259.97 0.13 0.25 3344816
64 2018 2,596.71 2,564.77 1.01 0.04 2218547
17 CINT 65 2015 29.48 8.42 0.09 0.11 24059
66 2016 20.62 5.43 0.06 0.07 -9632
67 2017 29.65 8.47 0.08 0.08 -96563
68 2018 13.55 3.44 0.04 0.04 -106306
18 SKLT 69 2015 29.04 5.81 0.03 0.07 23872
70 2016 29.88 4.98 0.02 0.04 -157778
71 2017 33.24 7.05 0.03 0.04 244788
72 2018 46.24 9.05 0.03 0.05 437518
90

Lampiran 3 : Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 72
Mean ,0000000
Normal Parameters a,b
78775977,789300
Std. Deviation
14
Absolute ,283
Most Extreme Differences Positive ,283
Negative -,176
Kolmogorov-Smirnov Z 2,398
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Lampiran 4 : Uji Normalitas II (Setelah Outlier Dibuang)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 53
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b 17505749,014996
Std. Deviation
54
Absolute ,118
Most Extreme Differences Positive ,118
Negative -,110
Kolmogorov-Smirnov Z ,857
Asymp. Sig. (2-tailed) ,455

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
91

Lampiran 5 : Uji Mulkolonieritas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) -17344541,380 7074011,972 -2,452 ,018

EPS 150327,216 39475,807 1,618 3,808 ,000 ,055 18,214

1 DPS -305512,403 71863,722 -2,544 -4,251 ,000 ,028 36,137

NPM -370489296,601 94049888,055 -,814 -3,939 ,000 ,232 4,315

BEP 523697438,049 89554412,095 2,268 5,848 ,000 ,066 15,182

a. Dependent Variable: MVA

Lampiran 6 : Uji Multikolonieritas (Setelah Dibuang Satu Variabel)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 5373289,058 7656867,074 ,702 ,486

EPS -33843,479 30826,092 -,364 -1,098 ,278 ,151 6,621


1
DPS 71295,223 41211,143 ,594 1,730 ,090 ,141 7,084

NPM 94743546,694 64967240,563 ,208 1,458 ,151 ,815 1,227

a. Dependent Variable: MVA


92

Lampiran 7 : Uji Heterokedastisitas

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the


Estimate

,459a ,210 ,145 476682106274446,7000


1
0
a. Predictors : (Contant), BEP, EPS, NPM, DPS
b. Dependent Variabel: MVA
93

Lampiran 8 : Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson


Estimate

1 ,724a ,525 ,485 18220561,260 ,830


a. Predictors : (Contant), BEP, EPS, NPM, DPS
b. Dependent Variabel: MVA
94

Lampiran 9 : Regresi Linier Berganda (Uji t, Koefisien Determinasi)

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -17344541,380 7074011,972 -2,452 ,018

Eps 150327,216 39475,807 1,618 3,808 ,000

1 Dps -305512,403 71863,722 -2,544 -4,251 ,000

Npm -370489296,601 94049888,055 -,814 -3,939 ,000

Bep 523697438,049 89554412,095 2,268 5,848 ,000

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson


Estimate

1 ,724
a
,525 ,485 18220561,260 ,830
a. Predictors : (Contant), BEP, EPS, NPM, DPS
b. Dependent Variabel: MVA

Anda mungkin juga menyukai