SKRIPSI
Memenuhi Persyaratan
untuk Mencapai Derajat Sarjana S-1
Program Studi Manajemen
Diajukan Oleh :
i
PENGARUH UKURAN DEWAN DIREKSI, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN DAN
KOMITE AUDITTERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2017 – 2019
ii
MOTO
“Jangan pergi mengikuti jalan akan berujung. Buat jalanmu sendiri dan
tinggalkanlah jejak”.
( Ralph Waldo Emerson )
“Yakinlah” Sesuatu yang kamu harapkan , jangan pernah berhenti untuk kamu
doakan, yakinlah bahwa Allah pasti mengabulkannya.
( Pinterest )
iii
PERSEMBAHAN
Kedua orang tua saya Bapak Teguh Resetiawan dan Ibu Retno Pramudhani yang
telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir skripsi.
iv
Judul:Pengaruh Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Institusional, Proporsi
Komisaris Independen Dan Komite Audit Terhadap Financial Distress
(studi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI )
Title: The Influence of Board of Directors Size, Institutional Ownership,
Proportion of Independent Commissioners and Audit Committees
Nama : Ega Resetiana Pratiwi
NPM : 171003622010639
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan YME, karena atas segala rahmat dan
karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Institusional, Proporsi Komisaris
Independen Dan Komite Audit Terhadap Finansial Distress Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah guna memenuhi persyaratan untuk
mencapai derajad sarjana S-1 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
Mulai perencanaan sampai dengan penyelesaian skripsi ini tidak lepas atas
bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Dra. Nurchayati, S.E, M.M. Akt. CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
2. Ibu Khamisah S.E., M.M selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar
memberikan petunjuk serta bimbingan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini.
3. Bapak dan ibu dosen yang telah mengasuh serta memberikan bekal ilmu,
selama penulis menempuh studi di Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan. Semoga skripsi ini
bermanfaat, secara teoretis dan praktis.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii
HALAMAN MOTTO................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. iv
ABSTRAK................................................................................................. v
KATA PENGANTAR................................................................................ vi
DAFTAR ISI.............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... I-1
1.1. Latar Belakang Penelitian..................................................... I-1
1.2. Perumusan Masalah............................................................... I-3
1.3. Pertanyaan Penelitian............................................................ I-3
1.4. Tujuan Penelitian................................................................... I-3
1.5. Manfaat Penelitian................................................................. I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ II-1
2.1. Telaah Teori.......................................................................... II-1
2.2. Penelitian Terdahulu.............................................................. II-14
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Rumusan Hipotesis.......... II-19
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. III-1
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian............................................ III-1
3.2. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel....................... III-2
3.3. Metode Pengumpulan Data................................................... III-4
3.4. Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian................................ III-5
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................... IV-1
4.1. Deskripsi Deskriptif Variabel................................................ IV-1
4.2. Statistik Deskriptif Variabel.................................................. IV-2
vii
4.3. Analisis Hasil Penelitian....................................................... IV-3
4.4. Pembahasan........................................................................... IV-12
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.......................................................... V-1
5.1. Simpulan................................................................................ V-1
5.2. Saran...................................................................................... V-2
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
1. Penelitian Terdahulu................................................................................ II-16
2.Seleksi Sampel Perusahaan Perbankan Di BEI periode
2017-2019.................................................................................................... IV-1
3.Descriptive Statistics................................................................................. IV-2
4. Hasil Pengujian Regresi........................................................................... IV-3
5. Hasil Pengujian Normalitas..................................................................... IV-5
6. Durbin-Watson......................................................................................... IV-6
7. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas........................................................ IV-7
8. Pengujian Multikolinearitas..................................................................... IV-8
9. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi................................................... IV-9
10. Hasil Pengujian Model........................................................................... IV-10
11. Hasil Pengujian Hipotesis Dengan Uji Parsial (Uji t)............................ IV-10
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Halaman
I. Tabulasi Data ukuran Dewan Direksi pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di BEI Tahun 2017-2019....................................................... V - 7
II. Deskripsi Frekuensi Variabel................................................................. V - 17
III. Uji Normalitas...................................................................................... V - 18
IV. Uji Heteroskedastisitas......................................................................... V - 19
V. Uji Regresi............................................................................................. V - 21
xi
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
signifikan terhadap financial distress. Berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan Hanafi dan Breliastiti (2016), Debora (2018), Yosua dan
Pamungkas (2019) serta Syofyan dan Herawaty (2019) yang menghasilkan
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap financial distress.
Perbedaan hasil penelitian tersebut di atas akan menjadi research gap dalam
penelitian ini mengenai pengaruh kepemilikan institusional terhadap financial
distress.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi financial distress adalah
komisaris independen. Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh proporsi
komisaris independen terhadap financial distress dilakukan oleh Radifan dan
Yutetta (2015) serta Hanafi dan Breliastiti (2016) yang menghasilkan
proporsi komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
financial distress. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Helena
dan Saifi (2018),Yosua dan Pamungkas (2019) serta Syofyan dan Herawaty
(2019) yang menghasilkan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap financial distress. Perbedaan hasil penelitian tersebut di atas akan
menjadi research gap dalam penelitian ini mengenai pengaruh proporsi
komisaris independen terhadap financial distress.
Faktor lain yang mempengaruhi financial distress pada penerapan
good corporate governance adalah komite audit. Penelitian sebelumnya
mengenai pengaruh komite audit terhadap financial distress dilakukan oleh
Haziro, dkk (2017) serta Masak dan Noviyanti (2019) yang menghasilkan
komite audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Radifan dan Yuyetta (2015),
Helena dan Saifi (2018) serta Syofyan dan Herawaty (2019) yang
menghasilkan komite audit tidak berpengaruh terhadap financial distress.
Perbedaan hasil penelitian tersebut di atas akan menjadi research gap dalam
penelitian ini mengenai pengaruh komite audit terhadap financial distress.
I-2
Berdasarkan uraian latar belakang di atas fenomena dan penelitian
terdahulu yang hasilnya berbeda, maka peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Institusional,
Proporsi Komisaris Independen Dan Komite Audit Terhadap Financial
Distress (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2017 – 2019)”
I-3
3. Untuk mengetahui pengaruh proporsi komisaris independen terhadap
financial distress.
4. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap financial distress.
I-4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II - 1
memaksimumkan keuntungan jangka panjang. Partisipan-
partisipan yang berkontribusi pada modal disebut sebagai pemilik.
Partisipan-partisipan yang berkontribusi dalam keahlian dan tenaga kerja
disebut pengelola perusahaan (agen). Adanya dua partisipan tersebut
(principal dan agen) menyebabkan timbulnya permasalahan tentang
mekanisme yang harus di bentuk untuk menyelaraskan kepentingan yang
berbeda diantara keduannya.
Darwin (2011) menjelaskan adanya konflik kepentingan dalam
hubungan keagenan. Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan
agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan
prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Teori agensi
mampu menjelaskan potensi konflik kepentingan diantara berbagai pihak
yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut. Konflik kepentingan ini
terjadi dikarenakan perbedaan tujuan dari masing-masing pihak
berdasarkan posisi dan kepentingannya terhadap perusahaan (Darwin,
2011). Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun demikian
manajer juga menginginkan untuk selalu memperoleh kompensasi sesuai
kontrak.
II - 2
Agency Theory ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan
yang dapat terjadi dalam hubungan Agency (Untari, 2010) yaitu sebagai
berikut :
1. Masalah Agency yang timbul pada saat tujuan dari prinsipal dan agen
berlawananan merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal
untuk melakukan verifikasi tentang apa yang telah benar-benar
dilakukan oleh agen.
2. Masalah pembagian risiko yang timbul pada saat prinsipal dan agen
memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko.
Untari (2010) memperkenalkan ide bahwa perusahaan
merupakan nexus of contract yang mengandung arti bahwa di dalam
perusahaan terdapat sekumpulan kontrak timbal balik yang
memfasilitasi antara pemilik perusahaan, karyawan, pemasok dan
berbagai partisipan lainnya yang terkait dengan perusahaan. Kontrak
yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang mampu
menjelaskan spesifikasi-spesifikasi apa saja yang harus dilakukan
manajer dalam mengelola dana para investor, dan spesifikasi tentang
pembagian return antara manajer dengan investor. Secara ideal,
investor dan manajer menandatangani kontrak yang lengkap dan
komplit, yang menspesifikasi secara tepat apa saja yang dilakukan oleh
manajer di segala kemungkinan yang terjadi, dan bagaimana laba
perusahaan akan dialokasikan
II - 3
keuangan lainnya. Pemberian sinyal dapat melalui berbagai cara,
salah satunya melalui pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan
(Indrayani, 2014).
Informasi bersifat sukarela mengenai lingkungan hidup dan nilai
tambah dapat digunakan sebagai media penyampaian sinyal-sinyal positif
yang ditujukan kepada pengguna informasi mengenai kondisi perusahaan
yang beroperasi dengan baik. Pengungkapan laporan keuangan oleh
perusahaan merupakan jalan untuk memberikan sinyal kepada publik,
dimana sinyal tersebut merupakan media untuk menunjukkan bagaimana
gambaran kondisi perusahaan. Oleh karena itu, penyampaian sinyal oleh
perusahaan dapat dilakukan melalui pengungkapan pada laporan tahunan
(annual report) dengan memberikan segala informasi mencakup keuangan
dan non keuangan yang transparan (Indrayani, 2014).
II - 4
kebangkrutan. Menurut Helena dan Saifi (2018), Financial
Distrеss terjadi sebelum kebangkrutan dan dimulai dari ketidakmampuan
dalam memenuhi kеwajiban-kеwajibannya, terutama kеwajiban yang
bеrsifat jangka pеndеk tеrmasuk kеwajiban likuiditas, dan juga tеrmasuk
kеwajiban dalam kategori solvabilitas.
Menurut Syofyan dan Herawaty (2019) financial distress
merupakan suatu keadaan dimana perusahaan yang sedang berada di
dalamnya mengalami penurunan keuntungan. Perusahaan yang mengalami
penurunan laba atau arus kas yang bernilai kecil dapat diklasifikasikan
masuk kedalam kondisi financial distress. Financial distress merupakan
tahap paling awal saat perusahaan dalam nmasa kesulitan keuangan
sebelum terjadinya kebangkrutan.
Menurut Sjahrial (2014) Financial distress merupakan suatu
kondisi yang dimana keuangan sedang mengalami berbagai masalah salah
satunya tidak membayar atau melunasi utang jangka pendek dalam jangka
waktu yang ditentukan sehingga membuat perusahaan tidak memenuhi
kewajibannya pada masa yang akan datang. Lebih lanjut Sjahrial (2014)
menyatakan bahwa suatu perusahaan yang tidak mampu menghasilkan
aliran kas yang cukup untuk melakukan suatu pembayaran yang telah jatuh
tempo. Seperti pembayaran bunga, maka perusahaan tersebut dikatakan
akan mengalami financial distress dan pengertian financial distress
menurut Debora (2018) menyebutkan bahwa financial distress dapat
menyebabkan kebangkrutan likuidasi atau perubahan signifikan dalam
kontrol manejemen.
II - 5
Berdasarkan uraian di atas mengenai financial distress dapat
disimpulkan financial distress merupakan suatu keadaan dimana
perusahaan yang sedang berada di dalamnya mengalami penurunan
keuntungan. Perusahaan yang mengalami penurunan laba atau arus kas
yang bernilai kecil dapat diklasifikasikan masuk kedalam kondisi financial
distress. Financial distress merupakan tahap paling awal saat perusahaan
dalam masa kesulitan keuangan sebelum terjadinya kebangkrutan
II - 6
3. Technical insolvency.
Sebuah perusahaan dapat dinilai bangkrut apabila tidak memenuhi
kewajibannya yang jatuh tempo. Technical insolvency ini mungkin
menunjukkan kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara dimana
pada suatu waktu perusahaan dapat mengumpulkan uang untuk
memenuhi kewajibannya dan tetap hidup. Dilain pihak apabila
technical insolvency ini merupakan gejala awal dari economic failure,
maka hal ini merupakan tanda ke arah bencana keuangan (financial
disaster).
4. Insolvency in bankrupcy.
Sebuah perusahaan dikatakan insolvency bankrupcy bilamana nilai
buku dari total kewajiban melebihi nilai pasar dari aset perusahaan.
Hal ini merupakan suatu keadaan yang lebih serius bila dibandingkan
dengan technical insolvency, sebab pada umumnya hal ini merupakan
pertanda dari economic failure yang mengarah ke likuidasi suatu
usaha. Perlu dicatat bahwa perusahaan yang mengalami insolvency in
bankrupcy tidak perlu melalui proses legal bankrupcy.
5. Legal Bankrupcy.
Istilah kebangkrutan digunakan untuk setiap perusahaan yang
gagal. Sebuah perusahaan tidak dapat dikatakan sebagai bangkrut
secara hukum, kecuali diajukan tuntutan secara resmi dengan undang-
undang.
II - 7
2.1.3.3. Tahapan Kesulitan Keuangan (Financial Distress)
Dalam beberapa kasus, alasannya kesulitan keuangan (financial
distress) bisa dikenali setelah analisis laporan keuangan. Tapi ada
beberapa kasus dimana perusahaan sedang mengalami penurunan, namun
beberapa item dalam laporan keuangan masih menunjukkan kinerja
jangka pendek yang baik (Hartianah, 2017). Ada beberapa perusahaan
yang mengalami tahapan kesulitan keuangan (financial distress) yang
menjurus kebangkrutan. Namun ada juga yang tidak mengalami tahapan-
tahapan tersebut. Tahapan-tahapan dari kesulitan keuangan (financial
distress) yang menjurus kebangkrutan tersebut sebagai berikut
(Hartianah, 2017) :
1. Latency.
Pada tahap Latency , Return on Asset (ROA) akan mengalami
penurunan
2. Shortage of Cash.
Dalam tahapan kekurangan kas, perusahaan tidak memiliki cukup
sumber daya kas untuk memenuhi kewajiban saat ini, meskipun masih
mungkin memiliki tingkat profitabilitas yang kuat.
3. Financial Distress.
Kesulitan keuangan dapat dianggap sebagai keadaan darurat keuangan,
diamana kondisi ini mendekati kebangkrutan.
4. Bankruptcy.
Jika perusahaan tidak dapat menyembuhkan gejala kesulitan keuangan
(financial distress), maka perusahaan akan bangkrut.
II - 8
2.1.3.4. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Kesulitan Keuangan (Financial
Distress)
Menurut Hartianah (2017) Finаnciаl Distrеss dipеngаruhi olеh
bеrbаgаi fаktor bаik yаng bеrаsаl dаri intеrnаl аtаupun еkstеrnаl
pеrusаhааn.
1. Fаktor intеrnаl yаng mеmpеngаruhi Finаnciаl Distrеss аdаlаh
kеsulitаn аrus kаs, bеsаrnyа jumlаh hutаng pеrusаhааn, tata kеlola
pеrusahaan yang buruk dаn kеrugiаn yаng diаlаmi pеrusаhааn dаlаm
kеgiаtаn opеrаsionаl sеlаmа bеbеrаpа tаhun.
2. Faktor еkstеrnаl yаng mеmpеngаruhi finаnciаl distrеss lеbih bеrsifаt
mаkroеkonomi dаn mеmbеrikаn pеngаruh sеcаrа lаngsung mаupun
tidаk lаngsung, seperti kеnаikаn indеks harga saham gabungan,
inflasi, suku bunga dаn nilai tukar.
II - 9
2.1.4. Ukuran Dewan Direksi
Mekanisme corporate governance yang lain bertugas untuk
menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut
secara jangka pendek maupun jangka panjang adalah Dewan Direksi.
Dewan Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar
dapat menghasilkan keuntungan (profitability) dan memastikan
kesinambungan usaha perusahaan. Fungsi pengelolaan perusahaan oleh
Direksi mencakup lima tugas utama yaitu kepengurusan, manajemen risiko,
pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab social (Kordestani
et al. 2011).
Menurut Sutedi (2012)Dewan direksi merupakan sekelompok
seseorang yang bertindak sebagai penentu kebijakan dan dapat mengambil
strategi perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dewan
direksi merupakan pelaksana, pengambil keputusan, dan pengelola suatu
perusahaan. Ukuran Dewan Direksi yang semakin besar menurut teori
agensi akan membawa keunggulan dalam penentuan keputusan. Dengan
membuat keputusan yang tepat maka kemungkinan kondisi Financial
Distress dapat dihindarkan. Dengan Ukuran Dewan Direksi yang semakin
besar maka kemungkinan terjadinya Financial Distress akan semakin kecil.
Dewan direksi dalam penelitian ini diukur dengan menghitung jumlah
anggota dewan direksi yang ada dalam perusahaan (Syofyan dan
Herawaty, 2019).
II - 10
2.1.5. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah bagian dari struktur kepemilikan
dalam perusahaan. Kepemilikan institusional merupakan proporsi saham
biasa yang dimiliki oleh para pihak institusional. Tingginya kepemilikan
oleh investor institusional akan mendorong aktivitas monitoring karena
besarnya kekuatan voting mereka yang akan mempengaruhi kebijakan
manajemen (Kordestani et al. 2011). Dengan adanya kepemilikan saham
oleh investor institusional yang tinggi ini maka pemegang saham
institusional ini dapat menggantikan atau memperkuat fungsi monitoring
dari dalam perusahaan sehingga dapat mencegah terjadinya kesulitan
keuangan atau financial distress.
Menurut Darwis (2012) kepemilikan institusional adalah persentase
kepemilikan saham oleh institusi/perusahaan lain dari seluruh lembar
saham perusahaan yang beredar. Sedangkan menurut Santoso (2017)
kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh
investor institusional. Investor institusional mencakup bank, dana pensiun,
perusahaan asuransi, perseroan terbatas dan lembaga keuangan lainnya.
Kepemilikan institusional dinyatakan dalam persentase (%) yang diukur
dengan membandingkan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor
institusional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar.
II - 11
2.1.6. Proporsi Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang
tidak memiliki hubungan yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen (Kordestani et al. 2011). Komisaris Independen
mempunyai fungsi untuk mengawasi kinerja direksi dalam menjalankan
perusahaan selain dewan komisaris dalam perusahaan sekaligus penerapan
good corporate governance. Dewan komisaris independen melakukan
monitoring terhadap kinerja dari dewan direksi yang dipimpin oleh
direktur dan bertindak secara independen tanpa adanya pengaruh dari
pihak-pihak yang ada dalam perusahaan (Radifan dan Yuyetta, 2015).
Adanya fungsi komisaris independen dalam mengawasi kinerja dewan
direksi dalam hal mengontrol mengenai masalah keuangan agar tidak
terjadi suatu tindakan yang dapat merugikan perusahaan, dapat membuat
komisaris independen berperan penting supaya perusahaan dapat terhindar
kesulitan keuangan. Sehingga, tingkat proporsi komisaris independen yang
semakin tinggi akan sangat berpengaruh pada semakin rendahnya
kemungkinan suatu perusahaan mengalami financial distress.
Dalam penelitian ini Proporsi Komisaris Independen dihitung
dengan membandingkan antara jumlah komisaris independen dengan total
jumlah komisaris dalam sebuah perusahaan (Kordestani et al. 2011).
Jumlah Komisaris Independen didasarkan pada laporan tahunan
perusahaan yang bersangkutan. Apabila dalam laporan tahunan tersebut
tidak tercantum Komisaris Independen, maka jumalah Komisaris
Independen dianggap sama dengan 0.
II - 12
2.1.7 Komite Audit
Berdasarkan Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor
Kep-315/BEJ/06/2000 dinyatakan bahwa keanggotaan Komite Audit
sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang anggota, seorang diantaranya
merupakan komisaris independen perusahaan tercatat yang sekaligus
merangkap sebagai ketua Komite Audit, sedangkan anggota lainnya
merupakan pihak ekstern yang independen dimana sekurang-kurangnya
satu diantaranya memiliki kemampuan dibidang akuntansi dan atau
keuangan. Hubungan positif antara ukuran komite audit dengan kinerja
keuangan perusahaan didukung teori ketergantungan sumber daya
(Radifan dan Yutetta (2015). Berdasarkan teori ketergantungan sumber
daya, dengan semakin meningkatnya jumlah anggota membuat komite
audit memiliki lebih banyak sumber daya khususnya untuk menghadapi
masalah yang sedang dialami perusahaan.
Dalam teori keagenan disebutkan bahwa kualitas pengawasan yang
dilakukan dengan baik mampu menurunkan perilaku oportunistik yang
bisa dilakukan oleh manajer sebagai agen. Peraturan Bapepam-LK
No.IX.1.5 menyatakan bahwa perusahaan publik diwajibkan untuk
memiliki komite audit. Komite audit harus memiliki minimal 3 (tiga)
orang anggota dimana satu orang yang menjadi komisaris independen dan
bertugas sebagai ketua komite audit serta dua orang anggota independen
dari luar perusahaan yang telah menguasai dan mempunyai latar belakang
di bidang akuntansi dan keuangan. Adanya komite audit dengan jumlah
atau ukuran yang tepat memungkinkan anggotanya untuk menerapkan
keahlian dan pengalamannya untuk kepentingan yang terbaik bagi
II - 13
pemegang saham (Rahmat & Iskandar, 2009). Komite audit dengan
jumlah anggota yang lebih banyak akan memiliki kemampuan dan kinerja
yang lebih baik dalam menangani masalah perusahaan (Rahmawati &
Marsono, 2014). Semakin banyak jumlah komite audit akan meningkatkan
kinerja perusahaan menjadi lebih baik dan mencegah kemungkinan
terjadinya financial distress (Haziroh & Nugroho, 2017).
II - 14
financial distress dan Komite audit berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap financial distress.
Penelitian lain oleh Radifan dan Yuyetta (2015) dengan judul
“Analisis Pengaruh MekanismeGood Corporate Governance Terhadap
Kemungkinan Financial Distress”. Hasil penelitian antara Dewan direksi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress. Kepemilikan
institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress.
Komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial
distress. Komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap financial
distress.
Penelitian lain oleh Hanafi dan Breliastiti, (2016) dengan judul
“Peran Mekanisme Good Corporate Governance dalamMencegah
Perusahaan Mengalami Financial Distress”. Hasil penelitian antara lain
Dewan direksi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial
distress. Kepemilikan institusional berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap financial distressdan Komisaris independen berpengaruh positif
dan signifikan terhadap financial distress.
Penelitian lain oleh Debora(2018) dengan judul “Pengaruh Pengaruh
Good Corporate Governance & Rasio Keuangan Perusahaan Terhadap
Financial Distress”. Hasil penelitian antara lain Dewan direksi
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap financial
distressdanKepemilikan institusional berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap financial distress
II - 15
Penelitian yang lainnya Yosua dan Pamungkas, (2019) dengan judul
“Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Financial
Distress”. Hasil penelitian antara lain Dewan direksi berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap financial distressdan Kepemilikan
institusionalberpengaruh positif tidak signifikan terhadap financial distres
serta Komisaris independen berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
financial distress.
Penelitian berikutnya oleh Masak dan Noviyanti (2019) dengan judul
“Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Financial Distress”. Hasil
penelitiannya Komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
financial distress.
Penelitian terakhir oleh Haziro, dkk (2017)dengan judul “Pengaruh
Karakteristik Komite Audit terhadapFinancial Distress Perbankan
Indonesia”. Hasil pemelitiannya Komite audit berpengaruh positif dan
signifikan terhadap financial distress.
Berikut ini adalah hasil-hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan
sebelumnya kedalam bentuk tabel yang digunakan sebagai dasar acuan
untuk penelitian ini
Tabel 1.
Penelitian Terdahulu
No Peneliti, Tahun dan Variabel Alat Hasil Penelitian
Judul Penelitian Analisis
1 Radifan dan Independent : Regresi 1. Dewan direksi
Yuyetta(2015) 1. Kepemilikan Linier berpengaruh negatif dan
Analisis Pengaruh Manajerial Berganda signifikan terhadap
Mekanisme 2. Kepemilikan financial distress
Good Corporate Institusional 2. Kepemilikan institusional
Governance Terhadap 3. Komisaris berpengaruh negatif dan
Kemungkinan Independen signifikan terhadap
Financial Distress 4. Dewan financial distress
Direksi 3. Komisaris independen
5. Komite berpengaruh negatif dan
Audit signifikan terhadap
Dependent : financial distress
Financial 4. Komite audit berpengaruh
Distress negatif signifikan terhadap
financial distress
II - 16
2 Hanafi dan Breliastiti, Independent : Analisis 1. Dewan direksi
(2016) 1. Kepemilikan Regresi berpengaruh negatif dan
Peran Mekanisme Good Institusional Logistik signifikan terhadap
Corporate Governance 2. Komisaris financial distress
dalam Independen 2. Kepemilikan institusional
Mencegah Perusahaan 3. Dewan berpengaruh positif tidak
Mengalami Financial Direksi signifikan terhadap
Distress 4. Kepemilikan financial distress
Manajerial 3. Komisaris independen
berpengaruh positif dan
Dependent : signifikan terhadap
Financial financial distress
Distress
3 Haziro, dkk (2017) Independent : Analisis Komite audit berpengaruh
Pengaruh Karakteristik Komite audit Regresi positif dan signifikan
Komite Audit terhadap Logistik terhadap financial distress
Financial Distress Dependent :
Perbankan Indonesia Financial
Distress
4 Helena dan Saifi (2018) Independent : Analisis 1. Dewan direksi
Pengaruh Corporate 1. Dewan Regresi berpengaruh positif dan
Governance Terhadap Direksi Logistik signifikan terhadap
Financial Distress 2. Kepemilikan financial distress
(Studi Pada Perusahaan Institusional 2. Kepemilikan institusional
Transportasi Yang 3. Komisaris berpengaruh negatif dan
Terdaftar di Bursa Efek Independen signifikan terhadap
Indonesia Periode 4. Komite financial distress
2013-2016) Audit 3. Komisaris independen
berpengaruh negatif tidak
Dependent : signifikan terhadap
Financial financial distress
Distress 4. Komite audit berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap financial distress
5 Debora(2018) Independent : Regresi 1. Dewan direksi
Pengaruh Pengaruh 1. Dewan Linier berpengaruh negatif tidak
Good Corporate direksi Berganda signifikan terhadap
Governance & Rasio 2. Komisaris financial distress
Keuangan Perusahaan 3. Kepemilikan 2. Kepemilikan institusional
Terhadap Financial manajerial berpengaruh positif tidak
Distress 4. Kepemilikan signifikan terhadap
insitusional financial distress
5. Ukuran
perusahaan
6. Rasio
likuiditas
Dependent :
Financial
Distress
II - 17
II - 17
6 Syofyan dan Herawaty Independent : Analisis 1. Dewan direksi
(2019) 1. Dewan Regresi berpengaruh negatif dan
Pengaruh Good Direksi Logistik signifikan terhadap
Corporate Governance 2. Kepemilikan financial distress
Terhadap Financial Institusional 2. Kepemilikan
Distress Dengan 3. Komisaris institusionalberpengaruh
Kualitas Audit Sebagai Independen negatif tidak signifikan
Pemoderasinya terhadap financial distress
Dependent : 3. Komisaris independen
Financial berpengaruh positif tidak
Distress signifikan terhadap
financial distress
Moderasi : 4. Komite audit berpengaruh
Kualitas Audit negatif tidak signifikan
terhadap financial distress
7 Yosua dan Pamungkas, Independent : Analisis 1. Dewan direksi
(2019) 1. Kepemilikan Regresi berpengaruh negatif dan
Pengaruh Mekanisme Institusional Logistik signifikan terhadap
Corporate Governance 2. Kepemilikan financial distress
Terhadap Financial Manajerial 2. Kepemilikan
Distress 3. Komisaris institusionalberpengaruh
Independen positif tidak signifikan
4. Ukuran terhadap financial distress
Dewan 3. Komisaris independen
Direksi berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap
Dependent : financial distress
Financial
Distress
8 Masak dan Noviyanti Independent : Analisis Komite audit berpengaruh
(2019) Komite audit Regresi positif dan signifikan
Pengaruh Karakteristik Dependent : terhadap financial distress
Komite Audit terhadap Financial
Financial Distress Distress
Sumber : Disarikan dari berbagai penelitian
II - 18
2.3.
II - 18
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Rumusan Hipotesis
2.4.1. Pengaruh ukuran dewan direksi terhadap financial distress
Mekanisme corporate governance yang lain bertugas untuk
menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut
secara jangka pendek maupun jangka panjang adalah Dewan Direksi.
Dewan Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar
dapat menghasilkan keuntungan (profitability) dan memastikan
kesinambungan usaha perusahaan. Fungsi pengelolaan perusahaan oleh
Direksi mencakup lima tugas utama yaitu kepengurusan, manajemen
risiko, pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab social
(KNKG, 2006).
Jika diimplikasikan dalam sebuah perusahaan, Direksi merupakan
agen, yang posisinya sebagai pengelola perusahaan dengan mengacu pada
perintah yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Terkadang pemilik
perusahaan membentuk dewan direksi dengan jumlah lebih dari seorang
direksi. Jumlah yang besar ini diharapkan dapat memberikan keuntungan
dan kinerja yang lebih efektif bagi kedua belah pihak. Semakin besar
kebutuhan akan hubungan internal yang semakin efektif, maka kebutuhan
akan dewan dalam jumlah yang besar akan semakin banyak. Direksi
merupakan salah satu mekanisme yang sangat penting, semakin besar
ukuran direksi akan memperkuat pengawasan dan pelaksanaan internal
perusahaan sehingga meningkatkan kinerja perusahaan yang dapat
mencegah terjadinya kesulitan keuangan atau financial distress.
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh dewan direksiterhadap
financial distress dilakukan oleh Radifan dan Yutetta (2015), Hanafi dan
Breliastiti (2016), Syofyan dan Herawaty (2019) serta Yosua dan
Pamungkas (2019)yang menghasilkandewan direksi berpengaruh negatif
dan signifikan
II - 19
terhadap financial distress.Berdasarkan uraian tersebut dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 : Ukuran dewan direksi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
financial distress
II - 20
independen. Komisaris Independen mempunyai fungsi untuk
mengawasi kinerja direksi dalam menjalankan perusahaan selain dewan
komisaris dalam perusahaan sekaligus penerapan good corporate
governance. Dewan komisaris independen melakukan monitoring terhadap
kinerja dari dewan direksi yang dipimpin oleh direktur dan bertindak
secara independen tanpa adanya pengaruh dari pihak-pihak yang ada
dalam perusahaan (Radifan dan Yuyetta, 2015). Adanya fungsi komisaris
independen dalam mengawasi kinerja dewan direksi dalam hal mengontrol
mengenai masalah keuangan agar tidak terjadi suatu tindakan yang dapat
merugikan perusahaan, dapat membuat komisaris independen berperan
penting supaya perusahaan dapat terhindar kesulitan keuangan. Sehingga,
tingkat proporsi komisaris independen yang semakin tinggi akan sangat
berpengaruh pada semakin rendahnya kemungkinan suatu perusahaan
mengalami financial distress.
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh proporsi komisaris
independen terhadap financial distress dilakukan oleh Radifan dan Yutetta
(2015) yang menghasilkanproporsi komisaris independen berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap financial distress. Berdasarkan uraian
tersebut dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H3 : Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap financial distress
II - 21
komisaris independen perusahaan tercatat yang sekaligus
distress
sebagai berikut :
II - 22
Gambar 1
Model Pengaruh Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Institusional,
Proporsi Komisaris Independen Dan Komite AuditTerhadap Financial Distress
Ukuran Dewan
Direksi (X1) H1-
Kepemilikan H2-
Institusional (X2)
Financial Distress
H3 - (Y)
Proporsi Komisaris
Independen
(X3)
II - 23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.2 Sampel
Sampel menurut (Sugiyono, 2010) adalah sebagian dari populasi
yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili
keseluruhan populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan
perbankan yang tercatat (Go Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2017-2019.
Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah metode judgment sampling, yaitu salah satu
bentuk purposive sampling dengan mengambil sampel yang telah
ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian.
Adapun ketentuan sampel yang diambil adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun2017 – 2019
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan dan laporan
keuangannya pada periode 2017-2019
3. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan yang menyediakan semua
data yang dibutuhkan mengenai variabel-variabel penelitian
III - 1
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas, maka dalam penelitian
ini menggunakan sampel sebesar 29 perusahaan perbankan
III - 2
yang digunakan. Definisi operasional dari masing-masing variabel
yang digunakan penelitian ini adalah :
3.2.2.1. Financial Distress
Menurut Kordestani et al. (2011), kondisi financial distress
diwakili dengan perusahaan yang mengalami laba bersih negatif selama 2
tahun berturut-turut. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kondisi financial distress perusahaan perbankan, dimana 0
untuk perusahaan yang sehat dan 1 untuk perusahaan yang mengalami
financial distress
3.2.2.1. Dewan Direksi
Menurut Sutedi (2012)Dewan direksi merupakan sekelompok
seseorang yang bertindak sebagai penentu kebijakan dan dapat
mengambil strategi perusahaan baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Dewan direksi dalam penelitian ini diukur dengan menghitung
jumlah anggota dewan direksi yang ada dalam perusahaan (Syofyan dan
Herawaty, 2019).
3.2.2.2. Kepemilikan Institusional
Menurut Darwis (2012) kepemilikan institusional adalah
persentase kepemilikan saham oleh institusi/perusahaan lain dari seluruh
lembar saham perusahaan yang beredar. Adapun rumus sebagai berikut :
Lembar saham investor institusional
Kepemilikan institusional = x
100%
jumlah lembar saham yang beredar.
3.2.2.3. Proporsi Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang
tidak memiliki hubungan yang dapat mempengaruhi kemampuannya
untuk bertindak independen (Wardhani, 2007). Dalam penelitian ini
Proporsi Komisaris Independen dihitung dengan membandingkan antara
jumlah komisaris independen
III - 3
dengan total jumlah komisaris dalam sebuah perusahaan (Siagian,
2010). Jumlah Komisaris Independen didasarkan pada laporan tahunan
perusahaan yang bersangkutan. Apabila dalam laporan tahunan tersebut
tidak tercantum Komisaris Independen, maka jumalah Komisaris
Independen dianggap sama dengan 0
III - 4
Sumber data penelitian ini merupakan data sekunder berupa
laporan tahunan yang didapat melalui Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) tahun 2017-2019 dan laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019.
III - 5
Y : Financial Distress
X1 : Ukuran Dewan Direksi
X2 : Kepemilikan Institusional
X3 : Proporsi Komisaris Independen
X4 : Komite Audit
α : Konstanta
β1 …… β4 : Koefisien regresi
e : Error
3.4.2.2.Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas data dapat dilakukan
dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov satu arah. Pengambilan
kesimpulan untuk menentukan apakah suatu data mengikuti distribusi
normal atau tidak adalah dengan menilai nilai signifikannya. Jika
signifikan > 0,05 maka variabel berdistribusi normal dan sebaliknya jika
signifikan < 0,05 maka variabel tidak berdistribusi normal (Ghozali,
2013).
3.4.2.3.Asumsi Klasik
1. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui dalam model regresi
linier terdapat antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (sebelumnya). (Ghozali, 2013) pengujian
autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson, yaitu dengan
menghitung nilai di statistik. Nilai di statistik ini dibandingkan dengan
nilai di tabel dengan tingkat signifikan 5%. Dasar pengambilannya
adalah sebagai berikut :
III - 6
a)Jika 0 < dw < dl, maka terjadi autokorelasi positif
b) Jika dl < dw < du, maka ragu-ragu terjadi autokorelasi
c) Jika 4 – du < dw < du, maka tidak terjadi autokorelasi
d) Jika 4 – du < dw <4 – dl, maka ragu-ragu terjadi autokorelasi
e) Jika dw > 4 – dl, maka terjadi autokorelasi
Keterangan :
dl = batas bawah dw
du = batas atas dw
2. Uji Heterokedasitas
Uji heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana
varians dan kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua
variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Glejser yaitu dengan menguji tingkat
signifikansinya. Pengujian ini dilakukan untuk merespon variabel x
sebagai variabel independen dengan nilai absolut unstandardized
residual regresi sebagai variabel dependent. Apabila hasil uji di
atas level signifikan (r>0,05) berarti tidak terjadi
heterokedastisitas dan sebalikya apabila level dibawah signifikan
(r< 0,05) berarti terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2013).
3. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti ada hubungan linier yang sempurna
atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang independen dari
model yang ada. Akibat adanya multikolinearitas ini koefisien regeresi
tidak tertentu dan kesalahan standarnya tidak terhingga. Hal ini akan
menimbulkan bias dalam spesifikasi. Uji
III - 7
multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan kolerasi antar variabel bebas. Pada model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara veriabel bebas
(Ghozali, 2013).
Metode untuk menguji adanya multikolinearitas ini dapat
dilihat dari tolerance value atau variance inflantion factor (VIF).
Batas dari tolerancevalue> 0,1 atau nilai VIF lebih kecil dari 10 maka
tidak terjadi multikolinearitas.
III - 8
Ujistatistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
jika tarafsignifikan (a) < 0,05 dan hipótesis ditolak jika tarafsignifikan
III - 9
BAB IV
IV - 1
4.2. Statistik Deskriptif Variabel
Sampel yang digunakan untuk menguji pengaruh ukuran dewan
direksi, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen dan komite
audit terhadap financial distress perusahaan perbankanuntuk periode
pengamatan tahun 2017-2019. Gambaran umum sampel data penelitian dapat
dilihat pada deskripsi statistik penelitian pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Ukuran Dewan Direksi 87 3 12 7,48 2,458
Kepemilikan Institusional 87 40,11 98,40 73,4510 17,57320
Komisaris Independen 87 0 5 3,10 1,131
Komite Audit 87 2 7 3,76 1,141
Financial Distress 87 0 1 ,14 ,347
Valid N (listwise) 87
Sumber : Data sekuder yang diolah, 2022, Lampiran 2
IV - 2
4.3 Analisis Hasil Penelitian
4.3.1 Analisis Regresi Berganda
Hasil persamaan regresi sebagai berikut :
Tabel 4
Hasil Pengujian Regresi
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Beta
Error
1 (Constant) ,063 ,245 ,259 ,796
Ukuran Dewan
-,056 ,017 -,396 -3,207 ,002
Direksi
Kepemilikan
-,004 ,002 -,200 -1,845 ,039
Institusional
Komisaris
-,060 ,042 -,195 -1,434 ,045
Independen
Komite Audit ,005 ,038 ,015 ,119 ,905
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2022, Lampiran 5
Y = 0,063 – 0,056 X1 – 0,004X2 – 0,060X3 + 0,005X4 + e
Hasil persamaan regresi berganda tersebut di atas memberikan
pengertian sebagai berikut :
1. Nilai konstanta sebesar 0,063 berarti apabila ukuran dewan direksi,
kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen dan komite
audit, maka financial distress perusahaan perbankan akan naik.
2. Nilai koefisien regresi ukuran dewan direksi (b1) sebesar – 0,056 dan
bertanda negatif (-) hal ini menunjukkan bahwa apabila ukuran dewan
direksi perusahaan naik, maka financial distress perusahaan
perbankan akan menurun.
3. Nilai koefisien regresi kepemilikan institusional (b2) sebesar – 0,004
dan bertanda negatif (-) hal ini menunjukkan bahwa apabila
kepemilikan
IV - 3
4. institusional naik, maka financial distress perusahaan perbankan
akan menurun.
5. Nilai koefisien regresi proporsi komisaris independen (b3) sebesar –
0,060 dan bertanda negatif (-) hal ini menunjukkan bahwa apabila
proporsi komisaris independen naik, maka financial distress
perusahaan perbankan akan menurun
6. Nilai koefisien regresi komite audit (b4) sebesar 0,005 dan bertanda
positif (+) hal ini menunjukkan bahwa apabila 0,005 naik, maka
financial distress perusahaan perbankan akan naik.
IV - 4
Tabel 5
Hasil Pengujian Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 87
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std.
,31979170
Deviation
Most Extreme Absolute ,201
Differences Positive ,201
Negative -,137
Test Statistic ,201
Asymp. Sig. (2-tailed) ,119c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Data sekuder yang diolah, 2022, Lampiran 3
IV - 5
4.3.3. Uji Asumsi Klasik
1. Autokorelasi
Hasil pengujian sebagai berikut :
Tabel 6
Durbin-Watson
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate Durbin-Watson
1 ,387a ,150 ,108 ,327 2,178
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan Institusional,
Ukuran Dewan Direksi, Komisaris Independen
b. Dependent Variable: Financial Distress
Sumber : Data sekunder yang diolah , 2022, Lampiran 5 dan 6
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa nilai DW 2,178
dibandingkan dengan batas atas (du) dan (4-du). Di mana du sebesar
1,749 sehingga hasil DW diantara 1,749 dan 2,251 maka disimpulkan
tidak ada autokorelasi.
IV - 6
2. Heteroskedastisitas
Tabel 7
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,094 ,047 2,030 ,056
Ukuran Dewan
-,004 ,003 -,159 -1,205 ,232
Direksi
Kepemilikan
,000 ,000 -,039 -,336 ,738
Institusional
Komisaris
,004 ,008 ,071 ,490 ,626
Independen
Komite Audit -,006 ,007 -,105 -,788 ,433
a. Dependent Variable: ABS
Sumber : Data sekunder yang diolah , 2022, Lampiran 4
IV - 7
3. Multikolinieritas
Hasil pengujian :
Tabel 8
Pengujian Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Ukuran Dewan
,681 1,468
Direksi
Kepemilikan
,886 1,129
Institusional
Komisaris
,559 1,788
Independen
Komite Audit ,668 1,498
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2022, Lampiran 5
IV - 8
4.3.4. Uji Fit Model
1. Koefisien Determinasi
Hasil pengujian sebagai berikut :
Tabel 9
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate Durbin-Watson
1 ,387a ,150 ,108 ,327 2,178
IV - 9
2. Uji Model (uji F)
Uji F digunakan untuk menunjukkan kelayakan model persamaan
regresi.
Tabel 10
Hasil Pengujian Model
ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
1 Regression 1,550 4 ,387 3,613 ,009b
Residual 8,795 82 ,107
Total 10,345 86
a. Dependent Variable: Financial Distress
b. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan
Institusional, Ukuran Dewan Direksi, Komisaris Independen
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2022, Lampiran 5
Berdasarkan tabel 10 di atas dapat diketahui hasil F hitung 3,613
dan tingkat probabilitas 0,009< 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa
regresi layak digunakan dalam penelitian.
4.3.5. Uji Hipotesis
Menggunakan uji t untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen atau variabel penjelas secara individual dalam
menerangkan variabel dependen.
Tabel 11
Hasil Pengujian Hipotesis Dengan Uji Parsial (Uji t)
No Keterangan B Sig. Keterangan
IV - 10
Berdasarkan tabel 10 di atas untuk mengetahui hasil pengujian
hipotesis dengan uji parsial adalah :
1. Hipotesis pertama (H1): Ukuran dewan direksi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap financial distress pada perusahaan perbankan
umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode tahun 2017 - 2019. Dari hasil pengujian analisis regresi
diperoleh koefisien regresi ukuran dewan direksi sebesar -0,056 dan
tingkat signifikan sebesar 0,002<0,05, maka variabel ukuran dewan
direksiberpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress
pada perusahaan perbankan umum konvensional yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2017 - 2019, berarti hipotesis
pertama (H1), diterima.
2. Hipotesis kedua (H2) : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap financial distress pada perusahaan perbankan umum
konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2017 - 2019. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh koefisien
regresi kepemilikan institusional sebesar -0,004 dan tingkat signifikan
sebesar 0,039< 0,05, maka variabel kepemilikan institusional
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress pada
perusahaan perbankan umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode tahun 2017 - 2019, berarti hipotesis kedua
(H2), diterima
3. Hipotesis ketiga (H3) : Proporsi komisaris independen berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap financial distress pada perusahaan
perbankan umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode tahun 2017 – 2019. Dari hasil pengujian analisis regresi
diperoleh koefisien regresi Proporsi komisaris independen sebesar -0,060
dantingkat signifikan sebesar
IV - 11
4. 0,045< 0,05, maka variabel Proporsi komisaris independen berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap financial distress pada perusahaan
perbankan umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode tahun 2017 - 2019, berarti hipotesis ketiga (H3), diterima
5. Hipotesis empat (H4) : Komite audit berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap financial distress pada perusahaan perbankan umum
konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2017 – 2019. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh koefisien
regresi komite audit sebesar 0,005 dan tingkat signifikan sebesar 0,905>
0,05, maka variabel komite audit berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap financial distress pada perusahaan perbankan umum
konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2017 - 2019, berarti hipotesis keempat (H4), ditolak
4.4. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh ukuran dewan
direksi, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen dan komite
audit terhadap financial distress perusahaan perbankanuntuk periode
pengamatan tahun 2017-2019 dihasilkan sebagai berikut :
4.4.1. Pengaruh ukuran dewan direksi terhadap financial distress
Hipotesis pertama (H1) : Ukuran dewan direksi berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap financial distress pada perusahaan perbankan
umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
tahun 2017 - 2019. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh
koefisien regresi ukuran dewan direksi sebesar -0,056 dan tingkat
signifikan sebesar 0,002<0,05, maka
IV - 12
variabel ukuran dewan direksiberpengaruh negatif dan signifikan
terhadap financial distress pada perusahaan perbankan umum
konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2017 - 2019, berarti hipotesis pertama (H1), diterima. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Radifan dan Yutetta (2015),
Hanafi dan Breliastiti (2016), Syofyan dan Herawaty (2019) serta Yosua
dan Pamungkas (2019)yang menghasilkandewan direksi berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap financial distress.
Mekanisme corporate governance yang lain bertugas untuk
menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut
secara jangka pendek maupun jangka panjang adalah Dewan Direksi
(Wardhani, 2007). Dewan Direksi bertanggung jawab terhadap
pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan keuntungan
(profitability) dan memastikan kesinambungan usaha perusahaan. Fungsi
pengelolaan perusahaan oleh Direksi mencakup lima tugas utama yaitu
kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian internal, komunikasi, dan
tanggung jawab social (KNKG, 2006).
Jika diimplikasikan dalam sebuah perusahaan, Direksi merupakan
agen, yang posisinya sebagai pengelola perusahaan dengan mengacu pada
perintah yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Terkadang pemilik
perusahaan membentuk dewan direksi dengan jumlah lebih dari seorang
direksi. Jumlah yang besar ini diharapkan dapat memberikan keuntungan
dan kinerja yang lebih efektif bagi kedua belah pihak. Wardhani (2007)
menguraikan bahwa semakin besar kebutuhan akan hubungan internal
yang semakin efektif, maka kebutuhan akan dewan dalam jumlah yang
besar akan semakin banyak. Direksi merupakan salah satu mekanisme
yang sangat penting, semakin besar ukuran direksi akan
IV - 13
memperkuat pengawasan dan pelaksanaan internal perusahaan
sehingga meningkatkan kinerja perusahaan yang dapat mencegah
terjadinya kesulitan keuangan atau financial distress.
IV - 14
fungsi monitoring dari dalam perusahaan sehingga dapat mencegah
terjadinya kesulitan keuangan atau financial distress
IV - 15
direksi dalam hal mengontrol mengenai masalah keuangan agar
tidak terjadi suatu tindakan yang dapat merugikan perusahaan, dapat
membuat komisaris independen berperan penting supaya perusahaan dapat
terhindar kesulitan keuangan. Sehingga, tingkat proporsi komisaris
independen yang semakin tinggi akan sangat berpengaruh pada semakin
rendahnya kemungkinan suatu perusahaan mengalami financial distress.
IV - 16
Hasil penelitian berlawanan dengan teori yang menyatakan
Hubungan positif antara ukuran komite audit dengan kinerja keuangan
perusahaan didukung teori ketergantungan sumber daya (Radifan dan
Yutetta (2015). Berdasarkan teori ketergantungan sumber daya, dengan
semakin meningkatnya jumlah anggota membuat komite audit memiliki
lebih banyak sumber daya khususnya untuk menghadapi masalah yang
sedang dialami perusahaan yang berhubungan dengan financial distress.
IV - 17
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
financial distress .
financial distress
distress
V-1
5.2. Saran
variabel lain yang dapat mempengaruhi financial distress. Hal ini dalam
V-2
DAFTAR PUSTAKA
Altman, Edward I dan Hotchkiss, Edith. 2005. Corporate Financial Distress and
Bankcruptcy. 3nd edition, New York: John Wiley & Sons.
Bambang Supomo dan Nur Indriantoro, 2009, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama BPFE, Yogyakarta.
Hamdani. 2016. Good Corporate Governance : Tinjauan Etika dalam Praktik Bisnis.
Jakarta : Mitra Wacana Media
V-3
Haziroh, A. L., & Nugroho, N. (2017). Pengaruh Karakteristik Komite Audit
terhadap Financial Distress Perbankan Indonesia . Jurnal Sains dan Seni
ITS Vol 6. No.1, 2337-3520.
Platt, H.D., & Platt, M.B. 2002. Predicting corporate financial distress :
reflecions on choice-based sample bias. Journal of Economics and
Finance, 26,184-99.
V-4
Radifan dan Yuyetta, 2015, Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance Terhadap Kemungkinan Financial Distress, Diponegoro
Journal Of AccountingVolume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 1-11
Rahmawati, M., & Marsono. 2014. Analisis Pengaruh Karakteristik Komite Audit
Terhadap Financial Distress . Diponegoro Journal Of Accounting Volume
3, Nomor 3 , 1-8.
V-5
Wardhani,R. 2007. Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang
Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distressed Firms).
Simposioum Nasional Akuntansi 9. Padang
V-6
LAMPIRAN I
V-7
26 Bank Mega Tbk. MEGA 8 8 8
V-7
27 Bank OCBC NISP Tbk. NISP 10 10 10
28 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN 11 11 11
29 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. SDRA 6 6 6
V-8
TABULASI DATA KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2017 - 2019
KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL (%)
15 BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. BJBR 51,98 51,98 51,98
V-9
21 Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Tbk. BTPN 60,5 60,5 60,5
V - 10
TABULASI DATA PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2017 - 2019
KOMISARIS INDEPENDEN
N
o Nama Perusahaan Kode 2017 2018 2019
1 Bank MNC Internasional Tbk. BABP 2 2 2
2 Bank JTrust Indonesia Tbk. BCIC 2 2 2
3 BPD Banten Tbk. BEKS 4 4 4
4 Bank QNB Indonesia Tbk. BKSW 3 3 3
5 Bank Permata Tbk. BNLI 4 4 4
6 Bank of India Indonesia Tbk. BSWD 2 2 2
7 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. AGRO 3 3 3
8 Bank Capital Indonesia Tbk. BACA 2 2 2
9 Bank Central Asia Tbk. BBCA 3 3 3
10 Bank Bukopin Tbk. BBKP 4 4 4
11 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 5 5 5
12 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI 5 5 5
13 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 5 5 5
14 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN 4 4 4
15 BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. BJBR 4 4 4
16 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 3 3 3
17 Bank Bumi Arta Tbk. BNBA 0 0 0
18 Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA 4 4 4
19 Bank Maybank Indonesia Tbk. BNII 4 4 4
20 Bank Sinarmas Tbk. BSIM 2 2 2
21 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN 3 3 3
22 Bank Victoria International Tbk. BVIC 2 2 2
23 Bank Artha Graha Internasional Tbk. INPC 4 4 4
24 Bank Mayapada Internasional Tbk. MAYA 3 3 3
Bank China Construction Bank Indonesia
25 Tbk. MCOR 3 3 3
26 Bank Mega Tbk. MEGA 2 2 2
V - 11
V - 11
27 Bank OCBC NISP Tbk. NISP 3 3 3
28 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN 2 2 2
29 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. SDRA 3 3 3
V - 12
TABULASI DATA KOMITE AUDIT
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2017 - 2019
KOMITE AUDIT
N
o Nama Perusahaan Kode 2017 2018 2019
1 Bank MNC Internasional Tbk. BABP 3 3 3
2 Bank JTrust Indonesia Tbk. BCIC 4 4 4
3 BPD Banten Tbk. BEKS 4 4 4
4 Bank QNB Indonesia Tbk. BKSW 3 3 3
5 Bank Permata Tbk. BNLI 4 4 4
6 Bank of India Indonesia Tbk. BSWD 3 3 3
7 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. AGRO 3 3 3
8 Bank Capital Indonesia Tbk. BACA 3 3 3
9 Bank Central Asia Tbk. BBCA 3 3 3
10 Bank Bukopin Tbk. BBKP 6 6 6
11 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 4 4 4
12 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI 6 6 6
13 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 7 7 7
14 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN 3 3 3
15 BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. BJBR 4 4 4
16 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 6 6 6
17 Bank Bumi Arta Tbk. BNBA 3 3 3
18 Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA 4 4 4
19 Bank Maybank Indonesia Tbk. BNII 2 2 2
20 Bank Sinarmas Tbk. BSIM 3 3 3
21 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN 4 4 4
22 Bank Victoria International Tbk. BVIC 3 3 3
23 Bank Artha Graha Internasional Tbk. INPC 4 4 4
24 Bank Mayapada Internasional Tbk. MAYA 3 3 3
25 Bank China Construction Bank Indonesia Tbk. MCOR 4 4 4
26 Bank Mega Tbk. MEGA 3 3 3
27 Bank OCBC NISP Tbk. NISP 3 3 3
V - 13
V - 13
28 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN 3 3 3
29 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. SDRA 4 4 4
V - 14
TABULASI DATA FINANCIAL DISTRESS
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2015 – 2019
V - 15
19 Bank Maybank Indonesia Tbk. BNII 1.967.276 0 1.942.929 0 1.545.265 0
V - 16
LAMPIRAN II
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
Ukuran Dewan Direksi 87 3 12 7,48 2,458
Kepemilikan
87 40,11 98,40 73,4510 17,57320
Institusional
Komisaris Independen 87 0 5 3,10 1,131
Komite Audit 87 2 7 3,76 1,141
Financial Distress 87 0 1 ,14 ,347
Valid N (listwise) 87
V - 17
LAMPIRAN III
UJI NORMALITAS
NPar Tests
V - 18
LAMPIRAN IV
UJI HETEROSKEDASTISITAS
Regression
Variables Entered/Removeda
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Komite Audit, Kepemilikan Institusional,
Ukuran Dewan Direksi, Komisaris . Enter
Independenb
a. Dependent Variable: ABS
b. All requested variables entered.
Model Summary
ANOVAa
Sum of
Model df Mean Square F Sig.
Squares
1 Regression ,010 4 ,003 ,660 ,622b
Residual ,317 82 ,004
Total ,327 86
a. Dependent Variable: ABS
b. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Ukuran
Dewan Direksi, Komisaris Independen
V - 19
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,094 ,047 2,030 ,056
Ukuran Dewan
-,004 ,003 -,159 -1,205 ,232
Direksi
Kepemilikan
,000 ,000 -,039 -,336 ,738
Institusional
Komisaris
,004 ,008 ,071 ,490 ,626
Independen
Komite Audit -,006 ,007 -,105 -,788 ,433
a. Dependent Variable: ABS
V - 20
LAMPIRAN V
UJI REGRESI
Regression
Variables Entered/Removeda
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Komite Audit, Kepemilikan Institusional,
Ukuran Dewan Direksi, Komisaris . Enter
Independenb
a. Dependent Variable: Financial Distress
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
ANOVAa
Sum of
Model df Mean Square F Sig.
Squares
1 Regression 1,550 4 ,387 3,613 ,009b
Residual 8,795 82 ,107
Total 10,345 86
a. Dependent Variable: Financial Distress
b. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Ukuran
Dewan Direksi, Komisaris Independen
V - 21
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model t Sig.
Std. Toleranc
B Beta VIF
Error e
1 (Constant) ,063 ,245 ,259 ,796
Ukuran Dewan -
-,056 ,017 -,396 ,002 ,681 1,468
Direksi 3,207
Kepemilikan -
-,004 ,002 -,200 ,039 ,886 1,129
Institusional 1,845
Komisaris -
-,060 ,042 -,195 ,045 ,559 1,788
Independen 1,434
Komite Audit ,005 ,038 ,015 ,119 ,905 ,668 1,498
a. Dependent Variable: Financial Distress
V - 22