Anda di halaman 1dari 92

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN


SUB SEKTOR KONSTRUKSI & BANGUNAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-
2018

Skripsi

Diajukan oleh:

Regita Cahyani
022116185

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
JUNI 2020
ii

ABSTRAK
Regita Cahyani.022116185. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Sub Sektor Konstruksi &
Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2018. Dibawah
bimbingan : Buntoro Heri Prasetya dan Siti Maimunah.
Perusahaan property, real estate dan konstuksi bangunan memegang
peranan penting dalam pertumbuhan perkembangan perekonomian suati negara di
dunia, terutama negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Banyak sekali
perusahaan yang bergerak dalam bidang ini. Ini menandakan bahwa semakin
berkembang perekonomian di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1)
Untuk menguji pengaruh GCG yang diproksikan dengan kepemilikan institusional
terhadap ROA pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2018. (2) Untuk menguji pengaruh
GCG yang diproksikan dengan dewan direksi terhadap ROA pada perusahaan sub
sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
periode 2013-2018. (3) Untuk menguji pengaruh GCG yang diproksikan dengan
komite audit terhadap ROA pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2018. (4) Untuk
menguji pengaruh GCG yang diproksikan dengan kepemilikan institusional,
dewan direksi, dan komite audit secara simultan terhadap ROA pada perusahaan
sub sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
periode 2013-2018.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur sub sektor konstruksi
& bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018. Sampel yang digunakan
pada penelitian ini sebanyak 7 perusahaan. Sampel dipilih menggunakan metode
purposive sampling. Kemudian dilakukan outlier data dan menghasilkan sebanyak
4 perusahaan. Metode analisis digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif bersifat verifikatif yang berfungsi sebagai penganalisis data yang telah
di kumpulkan. Data diuji dengan menggunakan Eviews 10.0 dengan
menggunakan uji chow, uji lagrange multiplier, uji asumsi klasik, uji regresi data
panel, dan uji hipotesis.
Pengujian secara parsial uji t mendapatkan hasil GCG yang di proksikan
dengan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan, GCG yang diproksikan dengan dewan direksi berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan dan GCG yang diproksikan dengan komite audit
tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian secara
simultan uji F mendapatkan hasil GCG yang diproksikan dengan kepemilikn
institusional, dewan direksi dan komite audit secara bersama-sama berpengaruh

ii
iii

terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan sub sektor konstruksi &
bangunan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2013-2018.
Kata kunci: Kepemilikan Institusional, Dewan Direksi, Komite Audit dan ROA.

iii
iv

LEMBAR PERSETUJUAN
UJIAN SIDANG SKRIPSI DAN KOMPREHENSIF
Kami selaku Ketua Komisi dan Anggota Komisi telah melakukan bimbingan
skripsi mulai tanggal: / / dan berakhir tanggal: / /
Dengan ini menyatakan bahwa,
Nama : Regita Cahyani L/P*)
NPM : 022116185
Program Studi : Akuntansi
Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan
Ketua Komisi : Buntoro Heri Prasetya, S.E., M.M.
Anggota Komisi : Siti Maimunah, S.E., M.Si.
Judul Skripsi :Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Sub Sektor Konstruksi & Bangunan Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2013-2018
Menyetujui bahwa nama tersebut di atas dapat disertakan mengikuti ujian sidang
skripsi dan komprehensif yang dilaksanakan oleh pimpinan Fakultas Ekonomi
Universitas Pakuan.
Menyetujui,

Ketua komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Buntoro Heri Prasetya, S.E., M.M.,) (Siti Maimunah, S.E., M.Si.,)


Mengetahui
Ketua Program Studi

(Dr. Arief Tri Hardiyanto, Ak., MBA., CMA., CCSA., CA., CSEP., QIA.)

iv
v

v
vi

© Hak Cipta Milik Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, tahun 2020 Hak
Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan krtik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan.
Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa seizin Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan.

vi
ix

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada Perusahaan Sub Sektor
Konstruksi & Bangunan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-
2018.
Proposal penelitian ini di buat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
persyaratan mendapatkan gelar sarjana S1 pada Fakultas Ekonomi Universitas
Pakuan Bogor.
Dalam rangka menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian ini,
penulis banyak mendapatkan dukungan secara moril maupun material dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Mamaku tercinta Indriastuti dan Alm Ayahku Ruslan Abdul Gani dan
keluarga yang telah memberikan kasih sayang, didikan, motivasi, perhatian,
doa, serta dukungan moril maupun materil kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini.
2. Bapak Dr. Hendro Sasongko, Ak., M.M., CA., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.
3. Bapak Dr. Arief Tri Hardiyanto, Ak., MBA., CMA., CCSA., CA., QIA.,
selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Pakuan, Bogor.
4. Ibu Retno Martanti Endah Lestari ., SE., M.Si., selaku Sekretaris Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.
5. Bapak Buntoro Heri Prasetya., SE., MM., selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan serta bimbingan
selama penulisan proposal penelitian ini.
6. Ibu Siti Maimunah., S.E., M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan memberikan arahan serta bimbingan selama
penulisan proposal penelitian ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan yang selalu
memberikan pengajaran, bimbingan, dan pengalaman selama saya kuliah.
8. Kakak-kakakku Rachmayanti Abdul Gani, Ruswandi Abdul Gani, Rifki
Rinaldi dan adik-adikku M. Farhansyah dan M. Ferdiansyah serta kakak-
kakak iparku Nuraeni dan Arvah Indriani yang selalu memberikan semangat,
perhatian, doa serta dukungan moril maupun materil kepada penulis selama
ini.

ix
x

9. Thanks for the special person " Firhan Asnam" that had been given a very
valuable spirit and motivation until i could be like this now.
10. Sahabat-sahabatku Jiehan, Adriani, Zahra, Meli, Wilda dan Monica atas
kebersamaan, keceriaan, semangat, dukungan serta menjadi rumah untuk
penulis mengeluarkan keluh kesah selama perjalanan kuliah.
11. Teman-teman dalam satu bimbingan yang telah berjuang bersama yang
memberikan semangat dan dukungannya.
12. Teman-teman mahasiswa akuntansi angkatan 2016 khususnya kelas F
Akuntansi atas kebersamaan, keceriaan, bantuan dan kerjasamanya selama
ini.
13. Serta seluruh pihak yang telah membantu saya selama ini yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu, terima kasih banyak.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan proposal penelitian ini maish banyak keterbatasan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala
kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan referensi bagi penulis
guna memperbaiki di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap agar proposal penelitian ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan seluruh pihak yang membacanya. Amin.

Bogor, Maret 2020

Penulis

x
xi

DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................... i
ABSTRAK ……...………………………………………………….…………… ii
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG ………….……………………………. iv
HAK CIPTA ………………………….……...………………………….….... viii
KATA PENGANTAR …………………..……………………………………... ix
DAFTAR ISI . ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah . .................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ................................................6
1.2.1 Identifikasi Masalah . ...........................................................................6
1.2.2 Perumusan Masalah . ............................................................................6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian . .......................................................................7
1.3.1 Maksud Penelitian ...............................................................................7
1.3.2 Tujuan Penelitian .................................................................................7
1.4 Kegunaan Penelitian .......................................................................................8
1.4.1 Kegunaan Praktik . ...............................................................................8
1.4.2 Kegunaan Akademik . ..........................................................................8
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1 Good Corporate Governance ..........................................................................9
2.1.1 Teori Keagenan . .................................................................................9
2.1.2 Pengertian Good Corporate Governance ...........................................9
2.1.2.1 Prinsip Good Corporate Governance ....................................10
2.1.2.2 Mekanisme Good Corporate Governance ............................11
2.2 Kinerja Keuangan ..........................................................................................13
2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan . ..........................................................13
2.2.2 Ukuran Kinerja Keuangan . ...............................................................14
2.2.3 Return On Assets (ROA) ...................................................................17
2.3 Penelitian Sebelumnya dan Kerangka Pemikiran . ........................................19
2.3.1 Penelitian Sebelumnya .....................................................................19
2.3.2 Kerangka Pemikiran . ........................................................................26

xi
xii

2.3.2.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerj Keuangan


. ...............................................................................................26
2.3.2.2 Pengaruh Dewan direksi terhadap Kinerja Keuangan . ..........26
2.3.2.3 Pengaruh Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan ............27
2.4 Hipotesis Penelitian .......................................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian . ..............................................................................................29
3.2 Objek, Unit Analisis Penelitian . .....................................................................29
3.2.1 Ojek Penelitain . .................................................................................29
3.2.2 Unit Analisis ......................................................................................29
3.2.3 Lokasi Penelitian ...............................................................................29
3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian . .................................................................29
3.4 Operasional Variabel ......................................................................................30
3.5 Metode Penarikan Sampel ..............................................................................31
3.6 Metode Pengumpulan Data . ...........................................................................33
3.7 Metode Pengolahan/Analisis Data .................................................................33
3.7.1 Pemilihan Metode Estimasi Data Panel ............................................33
3.7.2 Uji Asumsi Klasik Data Panel . ..........................................................35
3.7.3 Analisis Regresi Data Panel ..............................................................37
3.7.4 Uji Hipotesis ......................................................................................37
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Pengumpulan Data ………………………………………….………. 38
4.2 Good Corporate Governance ( Kepemilikan Institusional, Dewan Direksi dan
Komite Audit) ……………………………………………………………... 39
4.2.1 Kepemilikan Institusional Pada Perusahaan Sub Sektor Konstruksi &
Bangunan yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2018 ...................... 39
4.2.2 Dewan Direksi Pada Perusahaan Sub Sektor Konstruksi & Bangunan
yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2018 ……………..….……….. 42
4.2.3 Komite Audit Pada Perusahaan Sub Sektor Konstruksi & Bangunan
yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2018 ……………..…….…….. 44
4.2.4 Return On Assets (ROA) Pada Perusahaan Sub Sektor Konstruksi &
Bangunan yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2018………………. 46
4.3 Analisis Data ………………………………………………………………. 49
4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif ……………………..………............... 49
4.3.2 Penentua Model Data ………………………………………………. 50
4.3.3 Uji Asumsi Klasik …………………………….................….…….. 53
4.3.4 Analisis Regresi Data Panel ………………………………….…….. 56

xii
xiii

4.3.5 Pengujian Hipotesis …………………………………………..……. 57


4.4 Pembahasan ……………………………………………………………….. 60
4.4.1 Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
………………………………………………………………………. 60
4.4.2 Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan …............. 62
4.4.3 Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan …………… 63
4.4.4 Kepemilikan Institusional, Dewan Direksi, dan Komite Audit
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan …………………………... 64
BAB V SIMPULAN
5.1 Simpulan ....………...………………………………………………. 67
5.2 Saran ………………….……………………………………………. 67
Jadwal Penelitian …………………………………………………………...… 68
Daftar Pustaka ……………………….……………………………………….. 69
Daftar Riwayat Hidup ………….…………………………………………….. 72
Lampiran …………………..………………………………………………….. 73

xiii
xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Rata-Rata Organ GCG & ROA pada 7 (tujuh) Perusahaan Sub
Sektor Konstuksi & Bangunan
Tabel 2 Ringkasan Peneliti Sebelumnya
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Tabel 3.2 Daftar Hasil Sampel Perusahaan Sub Sektor Konstruksi & Bangunan
Periode 2013-2018
Tabel 3.3 Tabel untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji DW
Tabel 4.1 Hasil Pengambilan Sampel Setelah Outlier
Tabel 4.2 Hasil perhitungan Kepemilikan Institusional Perusahaan Sub Sektor
Konstruksi & Bangunan periode 2013-2018
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Dewan Direksi Perusahaan Sub Sektor Konstruksi &
Bangunan Periode 2013-2018
Tabel 4.4 Hasil perhitungan Komite Audit Perusahaan Sub Sektor Konstruksi &
Bangunan periode 2013-2018
Tabel 4.5 Hasil perhitungan ROA Perusahaan Sub Sektor Konstruksi &
Bangunan periode 2013-2018
Tabel 4.6 Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 4.7 Uji Chow
Tabel 4.8 Hasil Uji Langrange Multiplier
Tabel 4.9 Hasil Uji Model Data Panel
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel 4.11 Hasil Uji Heterokedastisitas
Tabel 4.12 Uji Autokorelasi
Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Data Panel
Tabel 4.14 Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Tabel 4.15 Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji f)
Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

xiv
xv

Tabel 4.17 Hasil Hipotesis Penelitian

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Rata-Rata Organ GCG & ROA pada 7 (tujuh) Perusahaan
Sub Sektor Konstuksi & Bangunan
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Hipotesis Penelitian
Gambar 4.1 Rata-rata Kepemilikan Institusional pada empat perusahaan sub
sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-
2018
Gambar 4.2 Rata-rata Dewan Direksi pada empat perusahaan sub sektor
konstruksi & bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018
Gambar 4.3 Rata-rata Komite Audit pada empat perusahaan sub sektor konstruksi
& bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018
Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas pada perusahaan Sub Sektor Konstruksi &
Bangunan yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2018

xv
xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Kepemilikan Institusional

Lampiran 2 Perhitungan Return On Assets

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perusahaan property, real estate dan konstuksi bangunan memegang
peranan penting dalam pertumbuhan perkembangan perekonomian suati
negara di dunia, terutama negara-negara berkembang seperti di Indonesia.
Banyak sekali perusahaan yang bergerak dalam bidang ini. Ini menandakan
bahwa semakin berkembang perekonomian di Indonesia. Investasi dibidang
ini pada umumnya bersifat jangka panjang dan akan bertumbuh sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi serta diyakini merupakan salah satu investasi
yang paling menjanjikan dan memiliki keuntungan yang sangat besar karena
pada sektor bisnis ini dipercaya akan terus berkembang setiap tahunnya.
Perkembangan pada sektor bisnis property dan real estate tentu saja
sangat menarik minat investor untuk berinvestasi karena kenaikan harga tanah
dan bangunan terus naik setiap tahunnya. Penawaran tanah yang bersifat tetap
sedangka permintaan akan semakin banyak seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk serta bertambahnya kebutuhan manusia akan tempat tinggal,
perkantoran, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Sedangkan untuk bisnis
konstruksi bangunan dalam membangun sarana dan prasarana di Indonesia.
Selain semakin berkembang juga akan menarik minat investor untuk
berinvestasi karena banyaknya sekali pembangunan seperti jalan raya, jalan
tol, sarana transportasi, pembangunan jembatan, pembangunan bandara,
pembangunan pelabuhan dan lain-lain.
Bisnis ini memang memberikan peluang dan kesempatan yang cukup
terbuka untuk berkembang. Terbukanya peluang tersebut ini, tentunya menjadi
suatu kesempatan untuk mengundang para investor asing maupun domestik
untuk dapat berinvestasi di dalam negeri, sehingga dana akan mengalir ke
Indonesia melalui penanaman modal asing dapat dapat memberikan
keuntungan untuk membantu pertumbuhan bisnis property, real estate dan
konstruksi bangunan di Indonesia.
Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan, kesejahteraan pemiliknya atau kesejahteraan
pemegang saham, atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Brigham
dan Houston, 2001) dalam (Nurzaimah, 2010) melalui peningkatan
perusahaan. Salah satu cara untuk peningkatan perusahaan adalah dengan
melihat kinerja perusahaan.

1
2

Peningkatan perusahaan tersebut dapat dicapai jika perusahaan mampu


beroperasi dengan mencapai laba yang ditargetkan. Melalui laba yang
diperoleh tersebut perusahaan akan mampu memberikan deviden kepada para
pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Corporate governance
timbul karena kepentingan perusahaan untuk memastikan kepada pihak
penyandang dana (principal/investor) bahwa dana yang ditanamkan digunakan
secara tepat dan efisien. Selain itu dengan corporate governance, perusahaan
memberikan kepastian bahwa manajemen (agent) bertindak yang terbaik demi
kepentingan perusahaan. Manfaat GCG yang berdampak pada kualitas
pekerjaan pada karyawan, maka hal ini akan berdampak langsung pada kinerja
keseluruhan dari perusahaan tersebut. Good corporate governance dapat
mempengaruhi kualitas pekerjaan dari karyawan, dan juga akan berpengaruh
pada meningkatnya kinerja keseluruhan dari perusahaan itu sendiri. Jadi
hubungan antara good corporate governance dengan kinerja perusahaan dan
nilai perusahaan yaitu apabila good corporate governance di perusahaan
tersebut baik maka akan berdampak baik juga terhadap kinerja perusahaan.
Good Corporate Governance (GCG) bukanlah istilah baru, melainkan
konsep lama yang kembali popular karena adanya perkembangan sosial dan
kemajuan bisnis. Istilah tata kelola perusahaan yang baik atau lebih dikenal
dengan “Good Corporate Governance” kembali lagi menjadi perbincangan
semenjak terbongkarnya skandal kecurangan yang melibatkan perusahaan-
perusahaan besar, baik yang ada di Indonesia maupun di Amerika Serikat.
Skandal kecurangan di Amerika Serikat melibatkan perusahaan besar seperti,
Enron, Worldcom, Tyco dan perusahaan besar lainnya (Cornettu el al.,2006)
dalam Murhadi (2009).
Banyaknya kecurangan (fraud) di Indonesia, membuat pemerintah
melakukan upaya untuk memperbaiki Good Corporate Governance di
Indonesia. Upaya yang dilakukan adalah dengan membentuknya Komisi
Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) pada tahun 1999.
KNKCG berfungsi untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat
terutama tentang dunia bisnis mengenai pelaksanaan Good Corporate
Governance. KNKCG menerbitkan pedoman GCG di Indonesia. Kemudian
tahun 2004 dibentuk Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
sebagai pengganti KNKCG melalui Surat Keputusan Menko Bidang
Perekonomian Nomor : KEP/49/M.EKON/11/2004. Pada tahun 2000
komitmen GCG juga doberlakukan pada sektor swasta non-BUMN, Bursa
Efek Indonesia memberlakukan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta
Nomor Kep-315/BEJ/062000 Nomor I-A yang mengatur tentang kewajiban
3

mempunyai Komisaris Independen, Komite Audit, memberikan peran aktif


Sekretaris Perusahaan dalam memenuhi kewajiban keterbukaan informasi
serta mewajibkan perusahaan tercatat untuk menyampaikan informasi yang
material dan relevan.
Menurut Wahyudi Prakarsa (2007:120) dalam (RM Ihsan, 2016)
GCG adalah mekanisme administratif yang mengatur hubungan-hubungan
antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham dan
kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan-
hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk berbagai aturan permainan dan
sistem intensif sebagai kerangka kerja yang diperlukan untuk menentukan
tujuan-tujuan perusahaan dan cara-cara pencapaian tujuan- tujuan serta
pemantauan kinerja yang dihasilkan.
Tujuan dari Good Corporate Governance itu sendiri yaitu agar
tercapainya kesinambungan usaha Perusahaan melalui pengelolaan yang
didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi
serta kewajaran dan kesetaraan; Pemberdayaan fungsi dan kemandirian
masing-masing organ Perusahaan, yaitu Rapat Umum Pemegang Saham,
Dewan Komisaris dan Direksi; Menjadikan Rapat Umum Pemegang Saham,
Dewan Komisaris dan Direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan; Terciptanya kesadaran dan tanggung jawab
sosial Perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan;
Optimalisasi nilai Perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya; Peningkatan daya saing
Perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga menimbulkan
kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan
ekonomi nasional yang berkesinambungan.
Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan
iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu, diterapkannya GCG oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. GCG
merupakan pengaturan dan hubungan institusional yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan. Dalam rangka pengaturan dan mengendalikan
antar berbagai pihak yang berkepentingan maka diperlukan GCG. Konsep ini
diajukan demi meningkatkan kinerja perusahaan melalui monitoring kinerja
manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder
dengan berdasarkan pada kerangka peraturan.
4

Tabel 1
Data Rata-Rata Organ GCG & ROA pada 7 (tujuh) Perusahaan Sub Sektor
Konstuksi & Bangunan

TAHUN
RATA-
URAIAN
RATA
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Kepemilikan
3,72 3,95 3,72 3,67 3,65 3,69 3,73
Institusional (%)

Dewan Direksi 6 6,5 6,8 6,8 6,7 6,7 6,5

Komite Audit 3,8 4 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8

ROA (%) 9,1 8,2 5,8 4,1 6,6 3,7 6,2

Sumber: www.idx.co.id
Grafik 1
Grafik Rata-Rata Organ GCG & ROA pada 7 (tujuh) Perusahaan Sub Sektor
Konstuksi & Bangunan

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun RATA-
2013 2014 2015 2016 2017 2018 RATA
Kepemilikan Institusional 3,72 3,95 3,72 3,68 3,65 3,69 3,73
Dewan Direksi 6 6,5 6,8 6,8 6,7 6,7 6,5
Komite Audit 3,8 4 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8
ROA 9,1 8,2 5,8 4,1 6,6 3,7 6,2

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bila GCG yang diproksikan dari
kepemilikan institusional, dewan direksi dan komite audit dalam keadaan naik
5

maka ROA seharusnya naik, dan bila kepemilikan institusional, dewan direksi
dan komite audit turun maka saldo ROA seharusnya menurun, akan tetapi pada
tahun 2013 dan 2017 Kepemilikan Institusional mengalami penurunan tetapi
ROA mengalami kenaikan. Sedangkan dewan direksi pada tahun 2013
mengalami penurunan tetapi ROA mengalami kenaikan. Pada tahun 2014
dewan direksi mengalami kestabilan tetapi ROA naik. Dan pada tahun 2015
dan tahun 2018 dewan direksi mengalami kestabilan tetapi ROA mengalami
penurunan. Sedangkan komite audit pada tahun 2013 dan tahun 2017
mengalami kestabilan tetapi ROA mengalami kenaikan. Pada tahun 2015, 2016
dan 2018 komite audit mengalami kestabilan tetapi ROA mengalami
penurunan. Hal ini yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian.
Penelitian mengenai pengaruh good corporate governance terhadap
kinerja perusahaan dilakukan oleh (Azis & Hartono, 2017) Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara parsial variabel ukuran dewan, komisaris
independen, dewan audit, rasio ekuitas hutang jangka panjang, dan rasio
hutang terhadap ekuitas tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Variabel rasio utang terhadap aset berpengaruh negatif signifikan
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Secara bersamaan, ukuran dewan,
komisaris independen, komite audit, rasio ekuitas hutang jangka panjang, rasio
hutang terhadap aset, dan rasio hutang terhadap ekuitas berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Rekomendasi utama yang diberikan
penelitian ini tentang pengaruh rasio aset utang terhadap kinerja keuangan
perusahaan, jika perusahaan menggunakan rasio utang terhadap aset untuk
pendanaan eksternal maka akan berdampak pada penurunan kinerja keuangan
perusahaan. Investor dapat menggunakan rasio utang terhadap aset untuk
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh (Dewi, Susbiyani, &
Syahfrudin, 2019) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Good Corporate
Governance dan Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan, sedangkan Total Asset Turn Over tidak berpengaruh
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Laksana, 2015) hasil análisis diketahui
bahwa jumlah dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-
2012, sedangkan proporsi dewan komisaris independen dan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.
6

Penelitian yang dilakukan oleh (Widhianningrum & Amah, 2010) Hasil


penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel komisionaris
independen berefek negatif pada kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian
ini meneunjukkan bukti empiris bahwa proporsi komisionaris independent
perusahaan hanyalah suatu formalitas yang digunakan untuk memenuhi
aturan. Sehingga fungsi kontrol yang seharusnya menjadi tanggung jawab
komisionaris menjadi tidak efektif. Hal ini akan mengakibatkan kinerja
perusahaan menurun.
Dan penelitian yang dilakukan oleh (Roza Mulyadi, 2016) Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kehadiran dewan komisaris independen
berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan, (2) komite audit
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, (3) keberadaan dewan
komisaris independen dan audit komite memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan,
1.2 Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah yang dilakukan oleh penulis dalam
penelitian ini adalah masih banyaknya berbagai kecurangan dan pelanggaran
yang bertentangan dengan ketetapan Good Corporate Governance (GCG) pada
perusahaan di Indonesia yang terjadi. Tingginya intensitas kecurangan yang
terjadi sudah sangat mengkhawatirkan, dimana sebagian yang melakukan
kecurangan adalah pihak internal perusahaan yang berada pada midle
management atau level yang lebih tinggi. Kecurangan tersebut terjadi karena
kurangnya pengawasan internal dalam perusahaan sehingga terjadinya
manipulasi laporan keuangan. Kondisi tersebut membuktikan betapa
pentingnya transparansi laporan keuangan serta pengendalian yang dilakukan
oleh organ khusus perusahaan dalam penerapan GCG. Oleh karena itu, organ
dalam penerapan GCG mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan GCG
secara efektif. Dimana organ perusahaan tersebut menjalankan fungsinya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disini penulis meneliti keadaan dan
kondisi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di sub sektor perusahaan
konstruksi & bangunan dalam penerapan sistem Good Corporate Governance
dan Kinerja Keuangan. Dalam hal ini penulis membatasi untuk struktur organ
yang digunakan adalah Kepemilikan Institusional, Jumlah Dewan Direksi , dan
Jumlah Komite Audit.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan adalah
sebagai berikut:
7

1. Bagaimana pengaruh GCG yang diproksikan dengan kepemilikan


institusional terhadap ROA pada perusahaan sub sektor konstruksi &
bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-
2018 ?
2. Bagaimana pengaruh GCG yang diproksikan dengan dewan direksi
terhadap ROA pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2018 ?
3. Bagaimana pengaruh GCG yang diproksikan dengan komite audit
terhadap ROA pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2018 ?
4. Bagaimana pengaruh GCG yang diproksikan dengan kepemilikan
institusional dewan direksi, dan komite audit secara simultan terhadap
ROA pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2018 ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi
yang digunakan dalam laporan keuangan dalam penyusunan skripsi untuk
menganalisis dan membuat kesimpulan mengenai “Pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Sub Sektor
Konstruksi & Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
2013-2018” dan penelitian ini juga dilakukan sebagai upaya untuk
mengaplikasikan dan pengembangan ilmu yang diperoleh selama menuntut
ilmu di bangku kuliah.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menguji pengaruh GCG yang diproksikan dengan kepemilikan
institusional terhadap ROA pada perusahaan sub sektor konstruksi &
bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-
2018.
2. Untuk menguji pengaruh GCG yang diproksikan dengan dewan direksi
terhadap ROA pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2018.
8

3. Untuk menguji pengaruh GCG yang diproksikan dengan komite audit


terhadap ROA pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2018.
4. Untuk menguji pengaruh GCG yang diproksikan dengan kepemilikan
institusional, dewan direksi, dan komite audit secara simultan terhadap
ROA pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2018.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan penelitian,
diantaranya sebagai berikut:
1.4.1 Kegunaan Praktis
Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap semoga hasil penelitian
ini dapat memberikan informasi serta dapat digunakan sebagai bahan masukan
dan saran yang positif sebagai kontribusi pemikiran mengenai peran dan
praktik Good Corporate Governance.
1.4.2 Kegunaan Akademis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan ilmu akuntansi. Umumnya dalam hal akuntansi
keuangan dan khususnya dalam hal Good Corporate Governance pada
perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2013-2018, dan diharapkan dapat menjadi bahan
referensi dan dapat bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Good Corporate Governance


2.1.1 Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) merupakan dasar yang digunakan untuk
menjelaskan tentang corporate governance. Teori ini berisi tentang penjelasan
mengenai hubungan antara agent (manajer) dan principal (pemilik) (Wijayanti
dan Mutmainah, 2012). Dalam pelaksanaannya, pemilik akanmemberikan
wewenang kepada manajer dengan harapan agar manajer tersebut akan
memberikan yang terbaik untuk mencapai tujuan dari pemilik, yaitu
memaksimalkan nilai perusahaan. Namun timbul masalah dari adanya
pemisahan kepemilikan dan pengelolaan yang disebut sebagai masalah agensi.
Masalah agensi timbul akibat adanya konflik kepentingan (conflict of interest)
antara pemilik (pemegang saham) dan agen (manajemen). Untuk mengurangi
masalah atau konflik yang terjadi antara pemilik dan manajemen, maka
diperlukan suatu mekanisme pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan.
Mekanisme yang dapat dipakai adalag GCG (Good Corporate Governance).
GCG diharapkan dapat menjadi sistem yang memberikan petunjuk dan prinsip
untuk menyelaraskan perbedaan kepentingan manajer dan pemegang saham
(El-Chaarani, 2014) dalam (Wiendy Indriati, 2018).
2.1.2 Pengertian Good Corporate Governance
Menurut Forum for Corporate Governancein Indonesia dalam Hery
(2010) dalam (Wiendy Indriati, 2018). Good Corporate Governanceadalah
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengelola perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan dan juga pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban mereka atau dengan kata lain adalah sebuah sistem yang
mengendalikan perusahaan.
Untuk mendukung peningkatan kinerja keuangan maka diperlukan tata
kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) (Indarti, 2013).
Menurut Sukandar (2014) penerapan dan pengelolaan corporate governance
yang baik merupakan sebuah konsep yang menekannya pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat
waktu dalam (Wiendy Indriati, 2018).

9
10

2.1.2.1 Prinsip Good Corporate Governance


Menurut (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006), Setiap
perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek
bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan
diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan
dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).
1. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan
harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang
mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus
mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang
disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting
untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku
kepentingan lainnya.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur
dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
11

2.1.2.2 Mekanisme Good Corporate Governance


Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem untuk
memenuhi persyaratan tertentu. Mekanisme corporate governance merupakan
suatu prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil
keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol atau pengawasan terhadap
keputusan. Mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi
menjadi dua kelompok yaitu internal dan eksternal (Nugrahanti dan Novia,
2012) dalam (Wiendy Indriati, 2018). Internal mechanisms adalah cara untuk
mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal
seperti rapat umum pemegang saham (RUPS), komposisi dewan direksi,
komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board of director.
Sedangkan external mechanisms adalah cara mempengaruhi perusahaan selain
dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian oleh
perusahaan dan pengendalian pasar. Mekanisme corporate governance dalam
penelitian ini meliputi kepemilikan institusional , dewan direksi, dan komite
audit.
a) Kepemilikan Institusional
Menurut Yoandhika Nabela (2012:2) definisi kepemilikan institusional
adalah : “Merupakan proporsi saham yang dimiliki institusi pada akhir tahun
yang diukur dengan presentase”
Menurut Elva Nuraina (2012:116) Kepemilikan Institusional adalah :
“Presentase saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga
(perusahaan asuransi, dana pensiunan, atau perusahaan lain”.
Jadi dengan kata lain kepemilikan institusional merupakan proporsi
saham yang dimiliki pihak institusi seperti perusahaan asuransi, dana
pensiunan atau perusahaan lain yang diukur dengan presentase yang dihitung
pada akhir tahun. Kepemilikan institusional menggantikan kepemilikan
manajerial dalam mengontrol agency cost. Semakin besar kepemilikan oleh
institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dari dorongan
institusi keuangan untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan
memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai
perusahaan sehingga kinerja keuangan perusahaan juga meningkat. Semakin
besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva
perusahaan yang diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap
pemborosan yang dilakukan oleh manajemen perusahan tersebut.
Adanya kepemilkan oleh institusional seperti asuransi, bank dan
perusahaan-perusahaan investasi dan kepemilkan oleh institusi-institusi lain
akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme
monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang
12

saham. Signifikasi Institusional ownership sebagai agen pengawas ditekankan


melalui investasi mereka cukup besar dalam pasar modal. Apabila institusional
merasa tidak puas atas kinerja manajerial, maka mereka akan menjual
sahamnya ke pasar. Dalam (Priyani Esturi Putri, 2018).
Rumus yang digunakan dalam kepemilikan institusional adalah sebagai
berikut:
Saham Institusional
KI = x 100%
Saham Beredar
b) Dewan Direksi
Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009 dalam
(Eksandy, 2018) dewan direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan
bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan, baik di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Jumlah anggota dewan direksi paling
kurang 3 (tiga) orang dan kriteria untuk menjadi seorang direksi tunduk pada
peraturan Bank Indonesia. Pengangkatan dan penggantian direksi dalam
RUPS haruslah memperhatikan rekomendasi dari komite remunerasi dan
nominasi. Rumus yang digunakan dalam dewan direksi adalah sebagai
berikut:
Dewan direksi = ∑ Anggota dewan direksi

c) Komite Audit
Menurut (Wiendy Indriati, 2018) Komite audit adalah komite yang
dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam
membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Komite audit
mempunyai peran yang penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas
proses penyusunan laporan keuangan, menjaga terciptanya sistem pengawasan
perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance.
Komite audit diketuai oleh Komisaris Independen dan memiliki anggota
paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari Komisaris
Independen dan pihak dari luar perusahaan publik. Masa tugas anggota Komite
Audit tidak boleh lebih lama dari dari masa jabatan Dewan Komisaris
Independen, sebagaimana diatur dalam Anggaran dasar dan dapat dipilih
13

kembali hanya untuk 1 (satu) periode berikutnya. Rumus yang digunakan


dalam menghitung komite audit adalah sebagai berikut:
Komite Audit = ∑ Anggota Komite Audit
2.2 Kinerja Keuangan
2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2011) dalam (Wiendy Indriati, 2018) , kinerja keuangan
merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu
perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan adalah suatu gambaran
mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dianalisis 15dengan alat-alat
analisis keuangan, sehingga dapat diketahui kinerja perusahaan dalam periode
tertentu.Kinerja keuangan perusahaan sangat erat kaitannya dengan pengukuran
dan penilaian kinerja. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk
melakukan perbaikan atas kegiatan operasional perusahaan agar dapat bersaing
dengan perusahaan lain. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat
analisis.
Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi
(Jumingan, 2011):
a. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis
dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih
dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun
dalam persentase (relatif).
b. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah mengalami kenaikan atau
penurunan.
c. Analisis Persentase per-Komponen (common size), merupakan teknik
analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing
aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.
d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik
analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja
melalui dua periode waktu yang dibandingkan.
e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada
suatu periode waktu tertentu.
f. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk
mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun
laporan laba rugu baik secaraindividu maupun secara simultan.
14

g. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk


mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
h. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui
tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.Berdasarkan penjelasan teknik analisis keuangan yang sudah
dijelaskan sebelumnya, penelitian ini memilih untuk menggunakan analis
rasio keuangan.
Menurut Harahap (2011) analisis rasio keuangan memiliki beberapa
kelebihan, yaitu:
a. Hasilnya berupa angka-angka yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
b. Menjadi pengganti yang lebih sederhanadari informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Menjadi alat pembanding antar perusahaan dengan melihat
perkembangan perusahaan secara periodik.
d. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang.
Pengukuran kinerja perusahaan dilakukan untuk melakukan perbaikan
dan pengendalian atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain. Selain itu, pengukuran kinerja juga dibutuhkan untuk
menetapkan strategi yang tepat dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan merupakan pondasi tempat
berdirinya pengendalian yang efektif.
2.2.2 Ukuran Kinerja Keuangan
Menurut (hamdani, 2016) Beberapa ukuran kinerja yang umum dipakai
dalam analisis kinerja keuangan sebagai berikut:
a) Profit Margin
Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Rumusan yang biasa
digunakan adalah sebagai berikut:
Laba Kotor
Gross Profit Margin = × 100%
Penjualan
15

Laba Operasi Bersih


Profit Margin = × 100%
Penjualan

Laba Bersih
Net Profit Margin = × 100%
Penjualan
b) Return on Asset (ROA)
Return on Asset disebut sebagai rentabilitas ekonomis yang merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba
sebelum bunga dan pajak ata EBIT. Rumusan yang biasa digunakan adalah
sebagai berikut :
Laba Bersih
ROA = × 100%
Total Aktiva
c) Return on Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut
pandang pemegang saham. Rasio ROE biasa dihutung sebagai berikut:
Laba Bersih
ROE = × 100%
Total Ekuitas
Tujuan utama implementasi GCG adalah menciptakan kesejehteraan bagi
para pemegang melalui pencapain kinerja keuangan. Ukuran kinerja keuangan
salah satunya adalah ROE. GCG terbukti berpengaruh terhadap kinerja
keuangan. ROE yang tinggi menunjukkan kinerja keuangan perusahaan juga
baik, yang mengakibatkan investor tertarik menanamkan modal. Sebaliknya, jika
ROE yang rendah menunjukkan kondisi kinerja keuangan perusahaan yang tidak
baik, sehingga investor kurang tertarik untuk menanamkan modal pada
perusahaan yang bersangkutan.
16

d) ROI (Return On Investment)


Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang
dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih
setelah pajak atau EAT. Formula yang digunakan untuk menghitung ROI adalah
sebagai berikut:
Laba Bersih Setelah Pajak
ROI =
Total Aktiva
Corporate Governance berpengaruh secara signifikan terhadap ROI,
artinya penerapan GCG yang baik maka akan mengakibatkan kinerja keuangan
juga menjadi baik. Hal ini menggambarkan bahwa manajemen perusahaan
menyadari manfaat jangka panjang dari penerapan GCG yaitu adanya dampak
keuangan secara langsung seperti peningkatan laba bersih perusahaan, sehingga
perusahaan tersebut menjadi sehat.
e) EPS (Earning Per Share)
Earning per share atau laba per lembar saham merupuakn ukuran
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham
pemilik. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba rugi pemilik atau
EAT. Besarnya hasil perhitungan laba perlembar saham menunjukkan laba yang
dapat dibukukan oleh perusahaan setiap unit saham yang digunakannya. Secara
matematis EPS dapat diformulakan sebagai berikut:
Laba yang Tersedia bagi Saham Biasa
EPS =
Jumlah Saham Biasa yang Beredar
GCG menjadi faktor penentu keberhasilan kinerja keuangan EPS. Secara
teoritis praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan peningkatan EPS ,
mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan-
keputusan yang meguntungkan diri sendiri, dan umumnya corporate governance
dapat meningkatkan kepercayaan investor.
f) Tobin Q
Tobin’s Q pernah dipakai oleh Klapper dan Love (2002), Black et,
al.,(2003), sebagai salah satu ukuran nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang
tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham, E.F.
17

& Gapenski, 1996) Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai
perusahaan.
Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan,
sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham
juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh
harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi,
pendanaan, dan manajemen assets . nilai perusahaan yang diukur dengan
Tobin’s Q. Adapun rumus Tobin’s Q sebagai berikut:
((CP × Jumlah Saham Beredar) + (TL + I)) - CA
Tobin’s Q =
TA
Keterangan :
Q = Nilai Perusahaan
CP = Clossing Price
TL = Total Liabilities
I = inventory
CA = Current Assets
TA = Total Assets
g) Price To Book Value (PBV)
Rasio PBV merupakan perbandingan antara harga pasar saham dan nilai
buku saham. Nilai buku per saham diperoleh dari perbandingan total ekuitas
pemegang saham dan jumlah saham beredar. PBV dapat dihitung sebagai
berikut:
Harga Saham t
PBV =
Nilai Buku Per Saham t
Keterangan :
Harga Saham akhir tahun t
Nilai buku per saham = total ekuitas pemegang saham / saham beredar akhir
tahun
2.2.3 Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam
analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering dilihat, karena dapat
menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. ROA
mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa
18

lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau
aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari
modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi
aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2001:90), “Rasio laba bersih terhadap total
aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan
pajak”. Dan Menurut Sawir (2005:18), “Return On Assets (ROA) merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan asset”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ROA dalam penelitian ini
adalah mengukur perbandingan antara laba bersih setelah dikurangi beban bunga
dan pajak (Earning After Taxes / EAT) yang dihasilkan dari kegiatan pokok
perusahaan dengan total aktiva (assets) yang dimiliki perusahaan untuk
melakukan aktivitas perusahaan secara keseluruhan dan dinyatakan dalam
persentase.
Menurut Sawir (2005:18), Secara matematis ROA dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Net income
Return On Assets = x 100%
Total assets
Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan
tersebut dari segi penggunaan asset.
19

2.3 Penelitian Sebelumnya dan Kerangka Pemikiran


2.3.1 Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Ringkasan Peneliti Sebelumnya

Nama Publikasi
No. Penulis Judul Variabel Indikator Hasil

(Ayu, Asri, & Pengaruh Good Corporate ISSN: 2302-


1. Variabel Variabel
Putri, 2013) Good Governance 8556 E-Jurnal
Independen : Independen
Corporate berpengaruh positif Akuntansi
Good diukur
Governance dan signifikan Universitas
Corporate menggunakan
Terhadap terhadap kinerja Udayana 5.3
Governance prinsip-prinsip
Kinerja keuangan LPD di (2013):586-
Good
Keuangan Variabel Kecamatan 598
Corporate
Lembaga Dependen : Mengwi
Governance
Perkreditan Kinerja Kabupaten Badung
Variabel
Desa Di Keuangan
Dependen
Kecamatan
menggunakan
Mengwi
ROA
Kabupaten
Badung
(Tjondro & Variabel Volume 1, No.
2. Pengaruh Variabel GCG memiliki
Wilopo, 2011) Independen : 1, May 2011,
Good Independen pengaruh yang
Good pages 1 – 14
Corporate diukur dengan positif
Corporate ISSN 2088-
Governance
Governance menggunakan signifikan terhadap 7841
(GCG)
Variabel Nilai profitabilitas
Terhadap
Dependen : Komposit Self perusahaan
Profitabilitas Profitabilitas Assessment perbankan.
Dan Kinerja dan Kinerja GCG
Saham Saham Terhadap kinerja
Variabel
Perusahaan Perusahaan saham, ternyata
Dependen
Perbankan GCG
Profitabilitas
Yang Tercatat diukur tidak memiliki
Di Bursa menggunakan pengaruh yang
Efek ROA, ROE, signifikan
Indonesia NIM. terhadap return
Kinerja saham.
Saham diukur
menggunakan GCG memiliki
Return saham pengaruh
dan PER. yang signifikan
terhadap kinerja
saham
20

yang diukur
dengan PER dan
pengaruhnya
adalah positif.
(Eksandy, 2018) Pengaruh Variabel Variabel Hasil penelitian Jurnal
3.
Good Independen : independen menunjukkan Akuntansi, Vol
Corporate Good dalam bahwa dewan 5 No. 1,
Governance Corprorate penelitian ini direksi Januari 2018 p-
Terhadap Governance adalah Good berpengaruh ISSN 2339-
Kinerja Variabel Corporate terhadap kinerja 2436 e-ISSN
Keuangan Dependen : Governance keuangan, 2549-5968
Pada Kinerja (GCG) yang sedangkan
Perbankan Keuangan diukur dengan komisaris
Syari’ah dewan direksi, independen, dewan
Indonesia dewan pengawas syariah
komisaris dan komite audit
independen, tidak berpengaruh
dewan terhadap kinerja
pengawas keuangan. Secara
syariah dan bersama-sama
komite audit dewan direksi,
Variabel komisaris
dependen independen, dewan
dalam pengawas syari’ah
penelitian ini dan komite audit
adalah kinerja berpengaruh
keuangan terhadap ROA.
yang diukur
dengan Return
On Asset
(ROA).
(Meythi & Pengaruh Variabel Variabel
4. Variabel penerapan Jurnal Hukum
Devita, 2012) Penerapan Independen : Independen
GCG (X) tidak Bisnis dan
Good Good diukur
berpengaruh Investasi,
Corporate Corporate menggunakan
terhadap variabel Volume 3,
Governanance Governance skor GCG
ROE (Y) karena Nomor 1,
Terhadap Variabel yang
November
Kinerja Dependen : dipublikasikan nilai signifikansi
2011, hal. 71-
Keuangan Kinerja oleh IICG. sebesar 0,996 lebih
89
Perusahaan. Keuangan Variabel besar dari taraf
Studi Empiris Perusahaan Dependen signifikan sebesar ISSN: 2085-
Pada diukur 0,05. 9945
Perusahaan menggunakan Variabel penerapan
Go Public ROE. GCG tidak
Yang berpengaruh
Termasuk terhadap kinerja
Kelompok 10 keuangan
Besar
21

Corporate perusahaan.
Governance
Perception
Index (CGPI)
di Bursa Efek
Indonesia
(Widhianningru Pengaruh Variabel Variabel Hasil penelitian ini
5. Jurnal
m & Amah, Mekanisme Independen: Independen meneunjukkan Dinamika
2010) Good Mekanisme diukur bukti empiris Akuntansi
Corporate Good menggunakan bahwa proporsi
Vol. 4, No. 2,
Governance Corporate Kepemilikan komisionaris
September
Terhadap Governance Institusional, independent 2012, pp. 94-
Kinerja Variabel Komisaris perusahaan 102
Keuangan Dependen: Independen hanyalah suatu
ISSN 2085-
Selama Krisis Kinerja dan formalitas yang
4277
Keuangan Keuangan Kepemilikan digunakan untuk
Tahun 2007- Manajerial. memenuhi aturan.
2009 Variabel Sehingga fungsi
Dependen kontrol yang
diukur seharusnya
menggunakan menjadi tanggung
Return On jawab komisionaris
Investment menjadi tidak
(ROI) efektif. Hal ini
akan
mengakibatkan
kinerja perusahaan
menurun.
(Roza Mulyadi, Pengaruh Variabel Jurnal
6. Dalam Ukuran komisaris
2016) Corporate Independen: Akuntansi.
penelitian ini independen
Governance Corporate Vol. 3. No.1
corporate memiliki pengaruh
Terhadap Governance Januari 2016
governance yang signifikan
Kinerja Variabel ISSN 2339-
diproksikan terhadap kinerja
Keuangan Dependen : 2436
dengan
Kinerja keuangan sebesar -
ukuran
Keuangan 35%
komisaris
Komite audit tidak
independen memiliki pengaruh
dan yang signifikan
keberadaan terhadap kinerja
komite audit. keuangan.
variabel
dependen
dalam
penelitian ini
yang diukur
dengan
22

menggunakan
Market Value
Added
(MVA).
(Laksana, 2015) Variabel mekanisme hasil análisis ISSN : 2302-
7. Corporate
Governance Independen : corporate diketahui bahwa 8556 E-jurnal
dan Kinerja Corporate governance jumlah dewan Akuntansi
Keuangan Governance. diproksikan direksi Universitas
Variabel dengan berpengaruh positif Udayana 11.1
(Studi Kasus
Dependen : jumlah dewan terhadap kinerja (2015): 269-
Pada
Kinerja direksi, keuangan 288
Perusahaan
Keuangan proporsi perusahaan dan
Perbankan
dewan kepemilikan
Periode 2008-
2012) komisaris manajerial
independen, berpengaruh
kepemilikan negatif terhadap
manajerial kinerja keuangan
sebagai perusahaan
mekanisme perbankan di Bursa
internal serta Efek Indonesia
kepemilikan (BEI) periode
institusional 2008-2012,
sebagai sedangkan proporsi
mekanisme dewan komisaris
eksternal. independen dan
Sedangkan kepemilikan
pengukuran institusional tidak
kinerja berpengaruh
keuangan signifikan terhadap
diukur dengan kinerja keuangan
Return on perusahaan
Assets (ROA). perbankan di Bursa
Efek Indonesia
(BEI) periode
2008-2012.
(Revita, 2018) Pengaruh Variabel Mekanisme Hasil penelitian ini
8. Jurnal
GCG, CAR, Independen : Good membuktikan Ecodemica,
LDR GCG, CAR, Corporate bahwa Vol. 2 No. 2
Terhadap LDR. Governance, :kepemilikan September
Kinerja Variabel yang meliputi institusional, 2018
Keuangan Dependen : : Kepemilikan proporsi dewan ISSN: 2355-
Serta Harga Kinerja Institusional, komisaris 0295, e-ISSN:
Saham Keuangan Proporsi independen tidak 2528-2255
Perbankan serta Harga Dewan berpengaruh
Saham Komisaris signifikan positif
Perbankan Independen, terhadap ROA dan
Jumlah ROE, jumlah
Komite Audit, komite audit, CAR
23

Jumlah berpengaruh
Direksi. dan signifikan positif
Permodalan terhadap ROA dan
(CAR dan ROE Jumlah
LDR) dewan direksi
terhadap berpengaruh
Kinerja signifikan positif
Keuangan terhadap ROA dan
(ROA dan tidak berpengaruh
ROE) serta signifikan positif
implikasinya terhadap ROE.
terhadap LDR berpengaruh
Harga Saham signifikan negatif
di Industri terhadap ROA dan
Perbankan. ROE.
SedangkanROA,
ROE berpengaruh
signifikan positif
terhadap harga
saham.
(Dewi et al., Pengaruh Variabel Good Hasil penelitian International
9.
2019) Penerapan Independen : Corporate menunjukkan Journal of
Good Good Governance bahwa Good Social Science
Corporate Corporate diukur Corporate and Business.
Governance, Governance, menggunakan Governance dan Volume 3,
Total Asset Total Asset skor Kepemilikan Number 4,
Turn Over dan Turn Over, Corporate Institusional Tahun 2019,
Kepemilikan dan Governance berpengaruh pp. 473-480. P-
Institusional Kepemilikan Perception terhadap Kinerja ISSN : 2614-
Terhadap Institusional. Index (CGPI) Keuangan 6533 E-ISSN :
Kinerja Variabel Rasio Perusahaan, 2549-6409
Keuangan Dependen : aktivitas sedangkan Total
Perusahaan Kinerja dihitung Asset Turn Over
Keuangan dengan tidak berpengaruh
Perusahaan menggunakan terhadap Kinerja
TATO (Total Keuangan
Asset Turn Perusahaan.
Offer).
Kepemilikan
institusional
diukur dengan
melihat
proporsi
saham yang
dimiliki
institusi
seperti
institusi asing,
24

pemerintah,
dan
perusahaan
swasta.
Kinerja
Keuangan
menggunakan
ROA
(Azis & Variabel Jurnal lmu
10. Pengaruh indikator Board size tidak
Hartono, 2017) Independen : Manajemen
Good perhitungan berpengaruh
Good Volume 5
Corporate dalam terhadap kinerja
Corporate Nomor 3 –
Governance, keuangan
Governance, penerapan Jurusan
Struktur perusahaan.
Struktur good Manajemen
Modal, dan Komisarise
Modal dan corporate Fakultas
Leverage independene tidak
Leverage governance Ekonomi
terhadap berpengaruhe
Variabel diantaranya Universitas
Kinerja terhadap
Dependen : adalah Negeri
Keuangan kinerjahkeuangan
Kinerja board size, Surabaya 2017
Perusahaan perusahaan.
Kauengan komisaris
Pada Sektor
Perusahaan Komite audi tidak
Pertambangan independen,
berpengaruh
Yang dan komite
terhadap kinerja
Terdaftar Di audit.
keuangan
Bursa Efek menggunakan perusahaan.
Indonesia proksi long
Tahun 2011- Long term debt to
term debt
2015 equity ratio
equity
(LTDER) tidak
ratio berpengaruh
(LTDER) terhadap kinerja
dalam keuangan
perhitungan perusahaan.
struktur
Debt to asset ratio
modal.
(DAR)
Variabel berpengaruh
laverage terhadap kinerja
menggunakan
keuangan
debt to asset
perusahaan.
ratio (DAR)
dan debt to Debtsto
equitysratio
equity ratio
(DER)etidak
(DER).
berpengaruheterha
dap
Kinerjae
keuanganeperusaha
an.
25

(Nilayanti &
11. Pengaruh Kinerja Hasil pengujian ISSN: 2302-
Suaryana, 2019)
Kepemilikan keuangan menunjukkan 8556E-Jurnal
Manajerial perusahaan kepemilikan Akuntansi
dan diukur dengan manajerial tidak Universitas
Kepemilikan ROA, berpengaruh Udayana
Institusional kepemilikan terhadap kinerja Vol.26.2.Febru
Terhadap manajerial keuangan ari(2019): 906-
Kinerja dihitung perusahaan, 936
Keuangan dengan kepemilikan
Perusahaan perbandingan institusional
Dengan jumlah saham berpengaruh positif
Kebijakan direksi, terhadap kinerja
Deviden komisaris, dan keuangan
Sebagai manajer perusahaan,
Pemoderasi dengan kebijakan deviden
jumlah saham mampu
beredar, memperkuat
kepemilikan pengaruh
institusional kepemilikan
dihitung institusional
dengan terhadap kinerja
perbandingan keuangan
jumlah saham perusahaan dan
yang dimiliki tidak mampu
institusi memoderasi
dengan pengaruh
jumlah saham kepemilikan
beredar, dan manajerial
kebijakan terhadap kinerja
deviden keuangan
diukur dengan perusahaan.
DPR. Teknik
analisis data
yangdigunaka
n adalah uji
statistik
deskriptif, uji
asumsi klasik,
dan MRA.
Nurul Alfian Mekanisme Hasil dari JIAFE (Jurnal
12. Variabel Good
Good penelitian ini Ilmiah
Corporate Independen: Corporate menyajikan bahwa Akuntansi
Governance Good Governance ada Fakultas
Terhadap Corporate diukur dengan pengaruh yang Ekonomi) Vol.
Kinerja Governance kepemilikan signifikan dari 5 No. 2, Des.
Keuangan Variabel manajerial, kepemilikan 2019, Hal.
Perusahan Dependen: kepemilikan manajerial, 209-218
Pada kepemilikan
Kinerja institusional https://journal.
26

Perusahaan keuangan dan komite institusional, dan unpak.ac.id/ind


Perbankan perusahaan audit. komite audit ex.php/jiafe P-
Yang Sedangkan perusahaan ISSN: 2502-
Terdaftar Di terhadap kinerja
Kinerja 3020, E-ISSN:
BEI
keuangan keuangan. 2502-4159
perusahaan
diukur dengan
ketepatan
waktu
pelaporan
keuangan
Maimunah, dkk Analisis Variabel Hasil penelitian Fakultas
13. Variabel
Dampak Independen: menunjukan bahwa Ekonomi
Keputusan Independen: kinerja keuangan Universitas
keputusan
Akuisisi Keputusan perusahaan setelah Pakuan, 2018
akuisisi
Terhadap akuisisi akuisisi tidak
Kinerja Kinerja terdapat perubahan
Variabel
Keuangan keuangan yang signifikan
Dependen:
Perusahaan perusahaan pada rasio
Kinerja
(Studi Kasus diukur dengan likuiditas, rasio
PT Astra keuangan solvabilitas, rasio
rasio
Otoparts Tbk) perusahaan aktivitas, rasio
likuiditas
profitabilitas, dan
yang di
rasio nilai pasar.
fokuskan pada Dengan kata lain
current ratio keputusan akuisisi
(CR), rasio ini tidak
solvabilitas berpengaruh
yang terhadap tingkat
difokuskan likuiditas
perusahaan, tingkat
pada debt
hutang perusahaan
ratio (DR), dan efisiensi
Rasio perusahaan dalam
Aktivitas yang aktivitas
difokuskan operasionalnya.
pada total Serta perubahan
juga tidak terjadi
assets
pada rasio
turnover profitabilitas dan
(TATO), dan rasio nilai pasar
rasio perusahaan.
profitabilitas
yang
difokuskan
pada return on
equity (ROE),
serta rasio
nilai paasar
earning per
share (EPS).
27

2.3.2 Kerangka Pemikiran

Kepemilikan

Institusional

Kinerja
Anggota Dewan
Keuangan
Direksi

Anggota Komite

Audit

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.3.2.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2017) dalam (Nilayanti &
Suaryana, 2019) menyatakan bahwa variabel kepemilikan institusional
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian oleh Hermiyetti dan Katlanis (2017) diperoleh hasil bahwa kepemilikan
manajerial dan kepemilikan istitusional memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian oleh Affes (2013) menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Abbasi et al. (2012)
menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan.
H1: Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan
2.3.2.2 Pengaruh Dewan direksi terhadap Kinerja Keuangan
Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009, dewan
direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh
atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud
dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam dan di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Jumlah anggota
28

dewan direksi paling kurang 3 (tiga) orang dan kriteria untuk menjadi seorang
direksi tunduk pada peraturan Bank Indonesia. Pengangkatan dan penggantian
direksi dalam RUPS haruslah memperhatikan rekomendasi dari komite
remunerasi dan nominasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Eksandy, 2018) hasil dari
analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut : Dari semua variabel independen (dewan direksi,
komisaris independen, dewan pengawas syariah dan komite audit dalam good
corporate governance) yang diduga berpengaruh terhadap kinerja keuangan,
hanya variabel dewan direksi yang berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah.
H2: Dewan Direksi berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
2.3.2.3 Pengaruh Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Widyati, 2013) Komite audit
dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah komite audit. Semakin
banyak jumlah komite audit yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan
memberikan perlindungan dan kontrol yang lebih baik terhadap proses akuntansi
dan keuangan dan pada akhirnya akan memberikan pengaruh positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan (Anderson et al., 2004). Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Hapsoro (2008) serta Gil dan Obradovich (2012) yang menyatakan
terdapat hubungan positif antara jumlah komite audit dengan kinerja keuangan.
Romano et al. 2012) menemukan bahwa terdapat hubungan negatif
antara jumlah komite audit dengan kinerja keuangan perusahaan. Menurut
Romano et al. (2012) dengan jumlah komite audit yang lebih sedikit,
pengendalian internal akan menjadi lebih baik, meningkatkan kewaspadaan atas
kegiatan dan keputusan dewan yang pada akhirnya akan meningkatkan
profitabilitas perusahaan.
H3 : Komite Audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
29

2.4 Hipotesis Penelitian

Kepemilikan

Institusional H1

H2 Kinerja
Anggota Dewan
Keuangan
Direksi
H3 H4
Anggota Komite

Audit

Gambar 2.2
Hipotesis Penelitian
H1 : Kepemilikan Institusional berpengaruh secara positif terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan
H2 : Anggota Dewan Direksi berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
H3 : Anggota Komite Audit berpengaruh secara positif terhadap Kinerja
Keuangan
H4 : Kepemilikan Institusional, anggota dewan direksi dan anggota komite
audit berpengaruh positif secara simultan terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Verifikatif dengan metode explanatory Survey. Jenis dan metode penelitian
ini adalah metode yang bertujuan untuk menguji hipotesis, yang umumnya
merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan
antar variabel.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memberikan bukti empiris
mengenai pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan
perusahaan pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2018.
3.2 Objek, Unit Analisis Penelitian
3.2.1 Objek Penelitian
Objek penelitian pada penelitian ini adalah variabel-variabel meliputi
Good Corporate Governance yang diungkapkan dalam laporan keuangan
perusahaan yang diproksikan dengan Kepemilikan Institusional, Dewan
Direksi, dan Komite Audit serta pengaruhnya terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA) yang
diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan.
3.2.2 Unit Analisis Perusahaan
Unit analisis dalam penelitian ini adalah organization. Dalam penelitian
yang menggunakan unit analisis organization, yang diteliti adalah suatu
organisasi, sehingga data adalah mengenai suatu organisasi tertentu yaitu
perusahaan konstruksi bangunan dan konstruksi non bangunan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
3.2.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat variabel-variabel penelitian dianalisis
seperti organisasi/perusahaan/instansi/ daerah tertentu. Pada penelitian ini,
lokasi penelitian adalah 7 perusahaan dari 16 perusahaan sub sektor
konstruksi & bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
kuantitatif yaitu data mengenai jumlah, tingkatan, perbandingan, dan volume

30
31

yang berupa angka-angka. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder, peneliti mendapatkan data secara tidak langsung,
melainkan diperoleh melalui media perantara yaitu melalui website Bursa
Efek Indonesia dan website resmi perusahaan-perusahaan yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini.
3.4 Operasionalisasi Variabel
Untuk memudahkan proses analisis, maka penulis akan mengklasifikasi
terlebih dahulu variabel penelitian kedalam dua kelompok, yaitu:
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Yaitu variabel yang menjadi sebab atau berubah/mempengaruhi suatu
variabel lain Syofian (2012, 110). Pada skripsi ini yang menjadi variabel
independen adalah pengaruh Good Corporate Governance yang diproksikan
Kepemilikan Institusional, Dewan Direksi dan Komite Audit.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Yaitu variabel yang dapat dipengaruhi atau menjadi akibat karena
adanya variabel lain (variabel independen) Syofian (2012,110) . Pada skripsi
ini yang menjadi variabel dependen adalah Kinerja Keuangan Perusahaan
yang diproksikan dengan ROA.
Skala pengukuran yang diambil dalam peneltian ini adalah skala rasio.
Skala rasio adalah suatu rasio yang memiliki sifat-sifat skala nominal, angka
pada skala menunjukkan ukuran angka sebenarnya dari objek/kategori yang
diukur. Syofian (2012 137).
Indikator variabel skala pengukuran dan instrumen yang digunakan
baik untuk variabel bebas maupun variabel terikat dalam penelitian ini dapat
terlihat pada tabel berikut:
32

Tabel 3.1
Operasional Variabel
Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Pada
Perusahaan Sub Sektor Konstruksi & Bangunan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2013-2018

Variabel Indikator Ukuran Skala


Penerapan Good Corporate Presentase jumlah Rasio
Governance : Kepemilikan saham yang dimiliki Saham Institusional
Institusional (X1) institusional dan × 100%
seluruh modal Saham Beredar
saham yang beredar
Penerapan Good Corporate Jumlah anggota Rasio
Governance : dewan direksi yang
∑ anggota dewan direksi
Dewan Direksi (X2) berada pada
perusahaan tersebut
Penerapan Good Corporate Jumlah anggota Rasio
Governance : Komite Audit komite audit yang
∑ anggota komite audit
(X3) berada pada
perusahaan tersebut
Kinerja Keuangan : ROA Total laba bersih Rasio
(Y) setelah pajak dan Laba bersih setelah pajak
total asset yang × 100%
dimiliki oleh Total Asset
perusahaan tersebut

3.5 Metode Penarikan Sampel


Penelitian ini menggunakan sampel data yang diperoleh dari lokasi
penelitian menggunakan metode penarikan sampel yaitu purposive sampling
yaitu dengan dasar pertimbangan yaitu untuk melihat atau mengetahui kondisi
perkembangan terakhir dari objek penelitian, yaitu laporan keuangan
perusahaan Sub Sektor Konstruksi & Bangunan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2018. Pengambilan sampel didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan tertentu pada objek penelitian tersebut. Adapun
yang menjadi kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2018.
2. Perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang menyediakan laporan
keuangan tahunan secara lengkap selama periode 2013-2018.
3. Perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang tidak mengalami
kerugian selama periode 2013-2018.
33

Tabel 3.2
Daftar Hasil Sampel Perusahaan Sub Sektor Konstruksi & Bangunan Periode
2013-2018

Kriteria
No. Kode Nama Emiten TOTAL
Saham 1 2 3

1. ACST Acset Indonusa Tbk √ √ √ 1

2. ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk √ √ √ 1

3. CSIS Cahayasakti Investindo Sukses Tbk - - - -

4. DGIK Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk d.h Duta


√ - - -
Graha Indah Tbk

5. IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk - - √ -

6. MTRA Mitra Pemuda Tbk - - √ -

7. NRCA Nusa Raya Cipta Tbk √ √ √ 1

8. PBSA Paramita Bangun Saran Tbk - - √ -

9. PSSI Pelita Samudera Shipping Tbk - - √ -

10. PTPP Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk √ √ - -

11. SSIA Surya Semesta Internusa Tbk √ √ √ 1

12. TOPS Totalindo Eka Persada Tbk - - √ -

13. TOTL Total Bangun Persada Tbk √ √ √ 1

14. WEGE Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk - - √ -

15. WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk √ √ √ 1

16. WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk √ √ √ 1

TOTAL 7 Perusahaan

3.6 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan data dan informasi secara tidak langsumg karena melalui
34

perantara (data sekunder). Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara


mengunduh data laporan keuangan dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2018 melalui internet dengan website www.idx.co.id , melalui IDN Financial
dan website resmi dari masing-masing perusahaan.
3.7 Metode Pengolahan / Analisis Data
Dalam peneltian ini data yang sudah didapatkan kemudian dianalisis
untuk memberikan kesimpulan mengenai pengaruh dan hubungan antar
variabel independen dan dependen. Adapun analisis data yang digunakan
adalah analisis kuantitatif berupa pengujian terhadap hipotesis dengan
menggunakan uji statistik.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independen GCG
yang diproksikan dengan Kepemilikan Institusional, Dewan Direksi dan
Komite Audit terhadap variabel dependen yang diproksikan dengan ROA
melalui analisis regresi data panel dengan menggunakan bantuan program
Eviews versi 10. Menurut Basuki dan Prawoto (2017:275) data panel adalah
gabungan antara dua runtut waktu (time series) dan data silang (cross
section).
3.7.1 Pemilihan Metode Estimasi Data Panel
Menurut Basuki dan Prawoto (2017:276) dalam model regersi dengan
menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara
lain:
1. Common Effect Model
Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena
hanya mengombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini
tidak diperlukan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan
bahwa perilaku data perusahaan sama dengan berbagai kurun waktu. Metode
ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik
kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.
2. Fixed Effect Model
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat
diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel
model fixed effect model menggunakan teknik variable dummy untuk
menangkap perbedaan budaya kerja, manajerial dan insentif. Namun
demikian, slopnya sama antr perusahaan. Model estimasi ini sering juga
disebut dengan teknik Least Square Dummy Variable (LSDV).
3. Random Effect Model
35

Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan


mungkin saling berhubungan antar waktu dam antar individu. Pada model
randm effect model perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing-
masing perusahaan. Keuntungan menggunakan model ini yakni mengilangkan
heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error Component Model
(ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS).
Menurut Basuki dan Prawoto (2017:276) untuk memilih model yang
paling tepat digunakan dalam mengelola data panel, terdapat beberapa
pengujian yang dapat dilakukan dahulu, yaitu:
1. Uji Chow
Menurut Basuki dan Prawoto (2017:227) Chow Test yaknik pengujian
yang dilakukan untuk menentukan apakan common effect model atau fixed
effect model yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel.
Hipotesis dalam uji chow adalah:
H0: common effect model
H1: fixed effect model
Dalam uji chow, H0 dapat diterima apabila probabilitas > 0,05.
Sebaliknya, H0 dapat ditolak apabila perobabilitas < 0,05. Apabila H0 ditolak,
maka model yang lebih baik adalah fixed effect model.
2. Uji Hausman
Menurut Basuki dan Prawoto (2017:277) hausman test adalah
pengujian statistik untuk memilih apakah model fixed effect model atau
Random Effect yang paling tepat digunakan.
Hipotesis dalam uji hausman adalah:
H0: Random Effect model
H1: fixed effect model
Apabila probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan model yang dipilih
adalah Random Effect, namun apabila nilai probabilitas < 0,05 maka model
yang dipilih adalah fixed effect atau H0 ditolak.
3. Uji Lagrange Multiplier
Menurut Basuki dan Prawoto (2017:363) uji lagrange multiplier yakni
untuk memilih apakah model Random Effect lebih baik daripada metode
Common Effect (OLS).
36

Uji LM ini didasrkan pada distribusi chi-square dengan degree of


freedom sebesar jumlah variabel independen.
 Jika nilai LMhitung > chi square, maka H0 ditolak, artinya model yang
dapat dipilih yaitu random effect model
 Jika nilai LMhitung < chi square , maka H0 diterima,artinya model yang
dipilih adalah common effect model.
Terdapat alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai dasar pengujian
hipotesis dalam uji lagrange multiplier, yaitu:
H0: common effect model
H1: random effect model
Jika nilai p-value < 0,05 maka H1 diterima dan model yang dipilih
adalah random effect model. Sedangkan jika nilai p-value > 0,05 maka H0
diterima dan model yang dipilih adalah common effect model.
3.7.2 Uji Asumsi Klasik Data Panel
Menurut Sarwono (2016:161) uji asumsi klasik dalam eviews dilakukan
jika menggunakan prosedur regresi linier dengan menggunakan data silang
(cross section), dan runtut waktu (time series), atau data panel yang merupakan
gabungan data silang dan data tuntut waktu.
Adapun berbagai masalah yang sering dijumpai dalam analisis regresi
da korelasi adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Menurut Winarno (2015:5.41) untuk menguji dengan lebih akurat,
diperlukan alat analisis dan Eviews menggunakan dua cara yaitu dengan
histogram dan uji Jarque-Bera. Jarque-Bera adalah uji statistik untuk
mengetahui apakah data berdistribusi normal. Sebenarnya normalitas data
dapat dilihat dari gambar hisogram, namun seringkali polanya tidak mengikuti
bentuk kurva normal, sehingga sulit disimpulkan. Lebih mudah bila melihat
koefisien Jaque-Bera dan profitabilitasnya. Kedua angka ini bersifat saling
mendukung.
 Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari dua), maka data
berdistribusi normal.
 Bila probabilitasnya lebih besar dari 5% (bila anda menggunakan
tingkat signifikan tersebut), maka data berdistribusi normal (hipotesis
nolnya adalah data berdistribusi normal).
b. Uji Autokorelasi
37

Menurut Winarno (2015:531) autokorelasi adalah hubungan antara


residual satu observasi dengan residual lainnya. Cara untuk memeriksa ada
tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini adalah dengan uji Durbin-Watson.
Uji D-W merupakan salah satu uji yang banyak dipakai untuk
mengetahui ada tidaknya autokorelasi. Hampir semua program statistik sudah
menyediakan fasilitas untuk menghitung nilai d (yang menggambarkan nilai
koefisien DW). Nilai d akan berada dikisaran 0 hingga 4.
Tabel 3.3
Tabel untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji DW

Tolak H0 Tidak dapat Tidak menerima Tidak Tolak H0


berarti ada diputuskan H0 berarti tidak dapat berarti ada
autokorelasi ada autoorelasi diputuskan autokorelasi
positif negatif

0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4
c. Uji Multikolonearitas
Menurut Basuki dan Prawoto (2017:220) multikolinearitas adalah
adanya hubungan linear amtara variabel independen didalam model regresi.
Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas pada model, peneliti
menggnakan parsial antar variabel independen. Rule of thunb dari metode ini
adalah jika koefisien korelasi cikup tinggi diatas 0,85 maka ada
multikolinearitas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi relatif
rendah maka model tidak mengandung unsur multikolinearitas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Basuki dan Prawoto (2017:221) heteroskedastisitas adalah
masalah regresi yang faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama atau
variannya tidak konstan.
Pada penelitian ini dilakukan uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan uji glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel
independen dengan nilai absolut residunya. Jika nilai profitabilitas pada
seluruh variabel independen lebih dari 5% maka model tersebut tidak terdapat
gejala heteroskedastisitas.
Menurut GLS (Generlaized Least Square) digunakan ketika asumsi-
asumsi yang disyaratkan oleh metode Ordinary Least Square
(homokedastisitas dan nonautokorelasi) tidak terpenuhi (Yusna et al,2012).
3.7.3 Analisis Regresi Data Panel
38

Menurut Ghozali dan Ratmono (2013) analisis regresi data panel adalah
regresi yang menggabungkan data time series dan data cross section . adapun
model regresi data panel sebagai berikut:

Yit = α + b1X1it + b2X2it + b3X3it + e

Keterangan :
Y : ROA
α : Konstanta regresi
b1 : koefisien regresi untuk kepemilikan institusional
X1 : Kepemilikan institusional
b2 : koefisien regresi untuk Dewan direksi
X2 : Dewan direksi
B3 : koefisien regresi untuk komite audit
X3 : Komite audit
e : Error term
t : Waktu
i : Perusahan
3.7.4 Uji Hipotesis
Langkah selanjutnya dalah teknik pengujian hipotesis yang digunakan
untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
bebas terhadap ROA dengan analisis determinasi, Uji t dan Uji F.
1. Analisis Determinasi
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti
kemampuan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen ( Ghozali, 2016).
b. Adjusted R square
39

Adjusted R square merupakan nilai R2 yang disesuaikan dengan


mempertimbangkan jumlah variabel bebas yang dimaksudkan dalam
persamaan regresi dan ukuran sampel. Nilai ini umumnya lebih kecil dari nilai
R squarenya meski kadang juga dapat sama. (Srwono, 2016)
2. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Menurut Sarwono (2016:33) nilai t digunakan sebagai pengujian
hipotesis secara parsial atau sendiri-sendiri saat menggunakan prosedur regresi
linier berganda dimana kita menggunakan variabel bebas lebih dari satu.
Pengambilan keputusan pada uji t dapat dilakukan dengan melihat
signifikansinya pada taraf kepercayaan 0,05.
 Jika nilai signifikansinya 0,05 maka tidak ada pengaruh variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen.
 Jika nilai signifikansinya < 0,05 maka ada pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
3. Uji Koefisien Regresi secara Bersama-sama (Uji F)
Menurut Sarwono (2016:32) nilai F ini merupakan nilai yang
digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis secara simultan. Menurut
Priyatno (2014) uji statistik F (Uji F) untuk menguji signifikan pengaruh
beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun
pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi) yaitu:
 Jika nilai sig. Uji F > 0,05 ; maka H0 diterima
 Jika nilai sig. Uji F < 0,05 ; maka H0 ditolak.
Uji F atau uji koefisien regresi secara bersama-sama digunakan untuk
mengetahui apakah secara bersama-sama variabel independe berpengaruh
signifikan trhadap variabel dependen. Dalam hal ini, untuk mengetahui apakah
variabel pengaruh GCG berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap
kinerja keuangan perusahaan dengan tingkat signifikansi 0,05.
40

BAB IV

HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Pengumpulan Data
Berdasarkan uraian metode penelitian yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, berikut ini hasil dari pengumpulan data yang telah dilakukan oleh
peneliti. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan
variabel dependen, objek penelitian dalam penelitian ini yaitu Good Corporate
Governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional, dewan direksi,
komite audit dan kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Assets
(ROA) . Unit yang akan dianalisis yaitu organisasi dengan lokasi penelitian pada
perusahaan sub sektor Konstruksi & Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jumlah populasi sebanyak 16 perusahaan, perusahaan sub sektor
Konstruksi & Bangunan yang akan di jadikan sampel dalam penelitian ini
berjumlah 7 perusahaan selama 6 (enam) tahun periode 2013-2018. Hasil tersebut
didapatkan dari pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive
sampling. Sumber data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini
merupakan data sekunder. Penulis mendapatkan data dan informasi melalui
penyedia data yaitu situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id,
dan website perusahaan yang menjadi sampel.
Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristi unik yang
terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam
bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau kombinasi (Ghozali,
2011 : 41) dalam Doni Indrawan (2017) . Menurut (Ghozali. 2011 : 41) Ada
empat penyebab timbulnya data outlier (1) kesalahan dalam meng-entri data, (2)
gagal menspesifikasi adanya missing value dalam program komputer, (3) outlier
bukan merupakan anggota populasi yang kita ambil sebagai sampel, tetapi(4)
outlier berasal dari populasi yang kita ambil sebagai sampel, tetapi distribusi dari
variabel dalam populasi tersebut memiliki nilai ekstrim dan tidak berdistribusi
secara normal. Deteksi terhadap outlierdapatdilakukan dengan menetukan nilai
batas yang akan dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara
mengkonversi nilai data ke dalam skor standardized atau yang biasa disebut z-
score (Ghozali, 2011 : 41). Menurut Hair (1998) dalam (Ghozali, 2011 : 41) untuk
kasus sampel kecil (kurang dari 80) maka standar skor dengan nilai ≥2,5
dinyatakan outlier.
Setelah dilakukan pengujian data ternyata data dari ke-7 perusahaan
tersebut terdapat 3 perusahaan yang memiliki data ekstrim. Selanjutnya peneliti
melakukan outlier data dengan menghasilkan 4 perusahaan.
41

Berdasarkan pada hasil outlier data yang telah dilakukan oleh peneliti ,
maka berikut ini disajikan tabel hasil pengambilan sampel setelah outlier
perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan :
Tabel 4.1
Hasil Pengambilan Sampel Setelah Outlier

No Nama Perusahaan KODE

1 Acset Indonusa Tbk ACST

2 Adhi Karya (Persero) Tbk ADHI

3 Surya Semesta Internusa Tbk SSIA

4 Waskita Karya (Persero) Tbk WSKT

Jumlah sampel yang sudah di outlier 4 perusahaan

Jumlah sampel penelitian (4×6) 24

(Sumber: www.sahamok.com , 2020)


4.2 Good Corporate Governance ( Kepemilikan Institusional, Dewan
Direksi dan Komite Audit)
4.2.1 Kepemilikan Institusional Pada Perusahaan Sub Sektor Konstruksi &
Bangunan yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2018
Kepemilikan institusional di penelitian ini dihutung dengan cara saham
institusional dibagi dengan saham beredar di kali dengan 100% . Berikut hasil
pengumpulan data dan telah dilakukan perhitungan kepemilikan institusional
pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan periode 2013-2018.
42

Tabel 4.2
Hasil perhitungan Kepemilikan Institusional Perusahaan Sub Sektor
Konstruksi & Bangunan periode 2013-2018

Tahun
Kode Rata-rata
No
perusahaan perusahaan
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 ACST 0,682 0,682 0,682 0,682 0,743 0,743 0,702

2 ADHI 0,510 0,510 0,510 0,510 0,510 0,510 0,510

3 SSIA 0,366 0,410 0,427 0,388 0,291 0,300 0,364

4 WSKT 0,680 0,799 0,660 0,660 0,660 0,660 0,686

Rata-rata
0,559 0,600 0,569 0,56 0,551 0,553 0,565
pertahun

Maksimum
0,682 0,799 0,682 0,682 0,743 0,743
pertahun

Minimum
0,366 0,410 0,427 0,388 0,291 0,300
pertahun

Dari data diatas dapat digambarkan kondisi kepemilikan institusional pada


perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-
2018 yang disajikan dalam gambar 4.1 dibawah ini :

0,9
Kepemilikan Institusional (%)

0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018
ACST 0,682 0,682 0,682 0,682 0,743 0,743
ADHI 0,51 0,51 0,51 0,51 0,51 0,51
SSIA 0,366 0,41 0,427 0,388 0,291 0,3
WSKT 0,68 0,799 0,66 0,66 0,66 0,66
rata-rata pertahun 0,599 0,6 0,569 0,56 0,551 0,553
43

(Sumber: data diolah oleh penulis, 2020)


Gambar 4.1 Rata-rata Kepemilikan Institusional pada empat perusahaan sub
sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018
Berdasarkan data yang telah diolah pada tabel 4.2 diatas, terlihat bahwa
nilai rata-rata perusahaan pada ke-empat perusahaan pada perusahaan sub sektor
konstruksi & bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018 adalah sebesar
0,565. Terdapat dua perusahaan dari empat perusahaan yang memiliki nilai rata-
rata kepemilikan institusional diatas nilai rata-rata penelitian, yaitu PT perusahaan
Acset Indonusa Tbk sebesar 0,702 dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk sebesar
0,686 . dan terdapat 2 perusahaan yang memiliki nilai rata-rata kepemilikan
institusional di bawah rata-rata penelitian yaitu perusahaan PT Adhi Karya
(Persero) Tbk sebesar 0,510 dan PT Surya Semesta Internusa Tbk sebesar 0,364.
Pada tahun 2013, perusahaan PT Acset Indonusa Tbk memiliki nilai
kepemilikan institusional tertinggi yaitu sebesar 0,682 dan perusahaan PT Surya
Semesta Internusa Tbk memiliki nilai rata-rata kepemilikan institusional terendah
yaitu sebesar 0,366. Pada tahun 2014 PT Waskita Karya (Persero) Tbk mengalami
kenaikan menjadi 0,799 yang menjadikannya perusahaan dengan rata-rata
kepemilikan institusional tertinggi pada tahun 2014 dan PT Surya Semesta
Internusa Tbk mengalami kenaikan sebesar 0,41 tetapi masih menempati urutan
terendah nilai rata-rata penelitian.
Pada tahun 2015 perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk mengalami
penurunan menjadi 0,66. Di tahun 2015 yang menempati urutan tertinggi nilai
rata-rata kepemilikan institusional adalah perusahaan PT Acset Indonusa Tbk
sebesar 0,682 dan PT Surya Semesta Internusa mengalami kenaikan dari 2014
sebesar 0,427 tetapi tetap masih menmpati urutan terendah nilai rata-rata
kepemilikan institusional. Pada tahun 2016 perusahaan Pt Acset Indonusa Tbk
tetap menempati urutan tertinggi dengan nilai yang sama dengan nilai pada tahun
2015 sebesar 0,682 dan PT Surya Semesta Internusa Tbk mengalami penurunan
kembali menjadi 0,388 yang mana menempati nilai kepemilikan institusional
terendah.
Pada tahun 2017 PT Acset Indonusa Tbk mengalami kenaikan sebesar
0,743 yang menempati urutan tertinggi nilai kepemilikan institusional dan PT
Surya Semesta Internusa kembali mengalami penurunan sebesar 0,291 yang mana
menempati urutan terendah nilai rata-rata kepemilikan institusional. Pada tahun
2018 PT Acset Indonusa tetap menempati urutan tertinggi dengan nilai rata-rata
kepemilikan institusional yang sama dengan tahun 2017 yaitu sebesar 0,743. PT
Surya Semesta mengalami kenaikan sedikit sebesar 0,300 tetapi tetap menempati
urutan terendah nilai rata-rata kepemilikan institusional.
44

Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai kepemilikan institusional


tertinggi pada 4 perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan dengan periode 6
tahun adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk pada tahun 2014 yaitu sebesar
0,799 dan perusahaan yang memiliki nilai kepemilikan institusional terendah
adalah PT Surya Semesta Internusa Tbk pada tahun 2017 yaitu sebesar 0,291.
4.2.2 Dewan Direksi Pada Perusahaan Sub Sektor Konstruksi & Bangunan
yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2018
Dewan direksi di penelitian ini dihutung dengan cara mengambil seluruh
jumlah anggota dewan direksi di perusahaan tersebut. Berikut hasil pengumpulan
data dan telah dilakukan perhitungan dewan direksi pada perusahaan sub sektor
konstruksi & bangunan periode 2013-2018.
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Dewan Direksi Perusahaan Sub Sektor Konstruksi & Bangunan
Periode 2013-2018

Tahun
Kode Rata-rata
No
perusahaan perusahaan
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 ACST 4 4 6 6 6 6 5,3

2 ADHI 5 6 6 6 6 6 5,8

3 SSIA 4 4 4 4 4 4 4

4 WSKT 6 6 6 6 6 7 6,2

Rata-rata pertahun 4,75 5 5,5 5.5 5.5 5,7 5,32

Maksimum
6 6 6 6 6 7
pertahun

Minimum pertahun 4 4 4 4 4 4

Dari data diatas dapat digambarkan kondisi komite audit pada perusahaan
sub sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018 yang
disajikan dalam gambar 4.2 dibawah ini :
45

8
7
Dewan Direksi (Orang)

6
5
4
3
2
1
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018
ACST 4 4 6 6 6 6
ADHI 5 6 6 6 6 6
SSIA 4 4 4 4 4 4
WSKT 6 6 6 6 6 7
Rata-rata pertahun 3,2 5 5,5 5,5 5,5 5,7

(Sumber: data diolah oleh penulis, 2020)


Gambar 4.2
Rata-rata Dewan Direksi pada empat perusahaan sub sektor konstruksi &
bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018
Berdasarkan data yang telah diolah pada tabel 4.3 diatas, terlihat bahwa
nilai rata-rata dewan direksi perusahaan pada ke-empat perusahaan pada
perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-
2018 adalah sebesar 6,2 atau dibulatkan menjadi 6 orang.
Pada tahun 2013, nilai rata-rata pertahun yaitu sebesar 3,2 atau 3 orang.
Nilai rata-rata seluruh perusahaan pada tahun 2013 ada diatas nilai rata-rata
komite audit pertahun. Tetapi perusahaan yang memiliki nilai rata-rata komite
audit tertinggi adalah perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk yaitu sebesar 6
orang. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata komite audit terendah adalah PT
Acset Indonusa Tbk dan PT Surya Semesta Internusa Tbk yaitu sebesar 4 orang.
Pada tahun 2014 perusahaan yang memiliki nilai rata-rata dewan direksi
tertinggi adalah perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk dan PT Waskita Karya
(Persero) Tbk. PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengalami kenaikan menjadi 6
orang. Dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk sebesar 6 orang. Perusahaan yang
memiliki nilai rata-rata dewan direksi terendah adalah perusahaan PT Surya
Semesta Internusa Tbk yaitu sebanyak 4 orang.
Pada tahun 2015, 2016 dan 2017 perusahaan yang memiliki nilai rata-rata
dewan direksi tertinggi adalah PT Acset Indonusa Tbk, PT Adhi Karya (Persero)
Tbk dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. PT Acset Indonusa Tbk mengalami
46

kenaikan dari tahun 2013 ke 2014 menjadi 6 orang. PT Adhi Karya (Persero) Tbk
dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 6
orang. Dan Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata dewan direksi terendah
adalah perusahaan PT Surya Semesta Internusa Tbk yaitu sebanyak 4 orang.
Pada tahun 2018 perusahaan yang memiliki nilai rata-rata dewan direksi
tertinggi adalah PT Acset Indonusa Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk dan PT
Waskita Karya (Persero) Tbk. PT Acset Indonusa Tbk dan PT Adhi Karya
(Persero) Tbk tidak mengalami kenaikan yaitu sebesar 6 orang dan PT Waskita
Karya (Persero) Tbk mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi 7
orang. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata dewan direksi terendah adalah
perusahaan PT Surya Semesta Internusa Tbk yaitu sebanyak 4 orang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai dewan direksi tertinggi pada 4
perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan dengan periode 6 tahun adalah
perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk pada tahun 2018 yaitu sebanyak 7
orang. Perusahaan yang memiliki rata-rata nilai dewan direksi terendah dengan
periode 6 tahun adalah PT Surya Semesta Internusa Tbk yaitu sebanyak 4 orang
pada tahun 2014-2018
4.2.3 Komite Audit Pada Perusahaan Sub Sektor Konstruksi & Bangunan
yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2018
Komite audit di penelitian ini dihutung dengan cara mengambil seluruh
jumlah anggota komite audit di perusahaan tersebut. Berikut hasil pengumpulan
data dan telah dilakukan perhitungan dewan direksi pada perusahaan sub sektor
konstruksi & bangunan periode 2013-2018.
47

Tabel 4.4
Hasil perhitungan Komite Audit Perusahaan Sub Sektor Konstruksi &
Bangunan periode 2013-2018

Tahun
Kode Rata-rata
No
perusahaan perusahaan
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 ACST 3 3 3 3 3 3 3

2 ADHI 3 2 3 3 2 3 2.67

3 SSIA 3 3 2 2 3 3 2.67

4 WSKT 4 4 4 4 4 4 4

Rata-rata
3,08
pertahun 3.25 3 3 3 3 3.25

Maksimum
4 4 4 4 4 4
pertahun

Minimum
3 2 2 2 2 3
pertahun

Dari data diatas dapat digambarkan kondisi komite audit pada perusahaan
sub sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018 yang
disajikan dalam gambar 4.3 dibawah ini :
48

4,5
4
Komite Audit (orang)

3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018
ACST 3 3 3 3 3 3
ADHI 3 2 3 3 2 3
SSIA 3 3 2 2 3 3
WSKT 4 4 4 4 4 4
Rata-rata pertahun 3,25 3 3 3 3 3,25

(Sumber: data diolah oleh penulis, 2020)


Gambar 4.3 Rata-rata Komite Audit pada empat perusahaan sub sektor konstruksi
& bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018
Berdasarkan data yang telah diolah pada tabel 4.4 diatas, terlihat bahwa
nilai rata-rata komite audit perusahaan pada ke-empat perusahaan pada
perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-
2018 adalah sebesar 3,08 atau dibulatkan menjadi 3 orang. Terdapat 1 perusahaan
dari 4 perusahaan yang memiliki nilai komite audit tertinggi yaitu perusahaan PT
Waskita Karya (Persero) Tbk adalah sebesar 4 orang.
Pada tahun 2013, perusahaan yang memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu
perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk yaitu sebesar 4orang. Sedangkan
nilai rata-rata komite audit PT Acset Indonusa Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk
dan PT Surya Semesta Internusa Tbk memiliki nilai rata-rata komite audit
perusahaan sebesar 3 orang. Pada tahun 2014 perusahaan yang memiliki nilai rata-
rata komite audit tetap yaitu PT Waskita Karya (Persero) Tbk yaitu sebesar 4
orang. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata komite audit terendah
adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk yaitu sebesar 2 orang.
Pada tahun 2015 dan 2016 perusahaan yang memiliki nilai rata-rata komite
audit tertinggi adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk yaitu sebesar 4 orang.
Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata komite audit terendah yaitu PT Surya
Semesta Internusa Tbk yaitu sebesar 2 orang. Pada tahun 2017 perusahaan yang
memiliki nilai rata-rata komite audit tertinggi yaitu PT Waskita Karya (Persero)
Tbk sebesar 4 orang. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata komite audit
49

terendah adalah perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk yaitu sebesar 2 orang.
Pada tahun 2018 perusahaan yang memiliki nilai rata-rata tertinggi komite audit
adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk yaitu sebanyak 4 orang. Sedangkan
perusahaan PT Acset Indonusa Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk dan PT Surya
Semesta Internusa Tbk memiliki nilai rata-rata komite audit yang sama yaitu
sebesar 3 orang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai komite audit tertinggi pada 4
perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan dengan periode 6 tahun adalah
perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk selama tahun 2013-2018 yaitu
sebanyak 4 orang dan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata komite audit
terendah adalah perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk pada tahun 2014 dan
2017 sebanyak 2 orang dan PT Surya Semesta Internusa Tbk pada tahun 2015 dan
2016 sebanyak 2 orang.
4.2.4 Return On Assets (ROA) Pada Perusahaan Sub Sektor Konstruksi &
Bangunan yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2018
ROA di penelitian ini dihutung dengan cara laba tahun berjalan dibagi
total asset dikali 100%. Berikut hasil pengumpulan data dan telah dilakukan
perhitungan ROA pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan periode
2013-2018.
Tabel 4.5
Hasil perhitungan ROA Perusahaan Sub Sektor Konstruksi & Bangunan periode
2013-2018

Tahun
Kode Rata-rata
No
perusahaan perusahaan
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 ACST 0,076 0,070 0,021 0,026 0,028 0,002 0,037

2 ADHI 0,043 0,031 0,027 0,015 0,018 0,021 0,026

3 SSIA 0,128 0,085 0,059 0,014 0,140 0,012 0,073

4 WSKT 0,042 0,039 0,034 0,029 0,043 0,037 0,037

Rata-rata
0,043
pertahun 0,072 0,056 0,021 0,021 0,057 0,018

Maksimum
0,128 0,085 0,059 0,029 0,140 0,037
pertahun
50

Minimum
0,042 0,031 0,021 0,014 0,018 0,002
pertahun

Dari data diatas dapat digambarkan kondisi ROA pada perusahaan sub
sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018 yang
disajikan dalam gambar 4.4 dibawah ini :

0,14
0,12
Return On Assets (%)

0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018
ACST 0,076 0,07 0,021 0,026 0,028 0,002
ADHI 0,043 0,031 0,027 0,015 0,018 0,021
SSIA 0,128 0,085 0,059 0,014 0,014 0,012
WSKT 0,042 0,039 0,034 0,029 0,043 0,037
Rata-rata pertahun 0,072 0,056 0,021 0,021 0,057 0,018

(Sumber: data diolah oleh penulis, 2020)


Gambar 4.4 Rata-rata ROA pada empat perusahaan sub sektor konstruksi &
bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018
Berdasarkan data yang telah diolah pada tabel 4.4 diatas, terlihat bahwa
nilai rata-rata ROA perusahaan pada ke-empat perusahaan pada perusahaan sub
sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018 adalah
sebesar 0,043. Pada tahun 2013 perusahaan yang memiliki nilai rata-rata ROA
tertinggi adalah perusahaan PT Surya Semesta Internusa Tbk sebesar 0,128.
Perusahaan yang memiliki rata-rata nilai ROA terendah adalah perusahaan PT
Waskita Karya (Persero) Tbk yaitu sebesar 0,042. Pada tahun 2014 perusahaan PT
Surya Semesta Internusa mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi
0,085 tetapi masih menjadi urutan tertinggi nilai rata-rata ROA. Perusahaan yang
memiliki nilai rata-rata ROA terendah yaitu PT Adhi Karya (Persero) Tbk yang
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,031.
Pada tahun 2015 keempat perusahaan mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya. Perusahaan PT Acset Indonusa Tbk yang pada tahun sebelumnya
memiliki nilai rata-rata ROA sebesar 0,07 turun menjadi 0,021. PT Adhi Karya
51

(Persero) Tbk yang pada tahun sebelumnya memiliki nilai rata-rata ROA sebesar
0,031 turun menjadi 0,027. PT Surya Semesta Internusa Tbk yang pada tahun
sebelumnya memiliki nilai rata-rata ROA sebesar 0,085 turun menjadi 0,059. Dan
PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang pada tahun sebelumnya memiliki nilai rata-
rata ROA 0,039 turun menjadi 0,034. Di tahun 2015 ini perusahaan yang memiliki
nilai rata-rata ROA tertinggi adalah perusahaan PT Surya Semesta Internusa
sebesar 0,059. Dan perusahaan yang memiliki rata-rata nilai ROA terendah adalah
perusahaan PT Acset Indonusa Tbk sebesar 0,021.
Pada tahun 2016 dan 2017 perusahaan yang memiliki nilai rata-rata ROA
tertinggi adalah perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk, pada tahun 2016
yaitu sebesar 0,029 dan pada tahun 2017 sebesar 0,043. Dan perusahaan yang
memiliki nilai rata-rata ROA terendah adalah perusahaan PT Surya Semesta
Internusa Tbk pada tahun 2016 dan 2017 yaitu sebesar 0,014. Pada tahun 2018
perusahaan yang memiliki nilai rata-rata ROA tertinggi adalah perusahaan PT
Waskita Karya (Persero) Tbk yaitu sebesar 0,037. Dan perusahaan yang memiliki
nilai rata-rata ROA terendah adalah PT Acset Indonusa Tbk sebesar 0,002.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata ROA tertinggi pada 4
perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan dengan periode 6 tahun adalah
perusahaan PT Surya Semesta Internusa Tbk pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,128
dan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata ROA terendah adalah perusahaan PT
Acset Indonusa Tbk pada tahun 2013 sebesar 0,002.
4.3 Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif
dengan menggunakan uji statistik dan uji hipotesis. Data yang digunakan adalah
data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan periode 2013-2018. Teknik
analisis data yang digunakan adalah statistik inferensial mengenai uji hipotesis.
Analisis digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara dua variabel
atau lebih atau sub variabel positif negatif dan bagaimana signifikansi atau
seberapa erat hubungan antara dua variabel. Metode analisis data dalam penelitian
ini menggunakan Microsoft Office Excel 2010 dan menggunakan bantuan dari
program software yaitu program aplikasi Econometric Views (Eviews) versi 10
yang merupakan sebuah program untuk pengolahan data dan pengujian hipotesis.
4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang lebih
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (sugiyono, 2015). Model ini memberikan
informasi berupa data statistik yang akan digunakan untuk pengujian dalam
52

penelitian ini dengan menggunakan nilai minimum, maksimum, mean dan standar
deviasi dari sampel. Berikut merupakan hasil analisis statistik deskriptif untuk
penelitian ini dengan Good Corproate Governance yang diproksikan dengan
kepemilikan institusional, dewan direksi dan komite audit sebagai variabel
independen dan kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA sebagain
variabel dependen.
Tabel 4.6
Hasil Analisis Statistik Deskriptif

ROA KI DD KA

Mean 0.038083 0.565625 5.333333 3.083333


Median 0.030000 0.585000 6.000000 3.000000
Maximum 0.128000 0.799000 7.000000 4.000000
Minimum 0.002000 0.291000 4.000000 2.000000
Std. Dev. 0.028215 0.147390 1.007220 0.653863
Skewness 1.582659 -0.352939 -0.444310 -0.075024
Kurtosis 5.509972 1.964173 1.577143 2.419132

Jarque-Bera 16.31920 1.571200 2.814167 0.359922


Probability 0.000286 0.455846 0.244856 0.835303

Sum 0.914000 13.57500 128.0000 74.00000


Sum Sq. Dev. 0.018310 0.499646 23.33333 9.833333

Observations 24 24 24 24

(Sumber: data diolah oleh menggunakan E views 10, 2020)


Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 4 sampel dengan periode penelitian 6 tahun maka
memperoleh n = 24. Diketahui bahwa nilai ROA ( Y ) memiliki nilai maximum
sebesar 0.128000, nilai minimum sebesar 0.002000 dan nilai rata-rata sebesar
0.038083. Pada variabel kepemilikan institusional (X1) memiliki nilai maksimum
sebesar 0.799000 dan memiliki nilai minimum sebesar 0.291000, pada variabel
kepemilikan institusional memiliki nilai rata-rata sebesar 0.565625. Pada variabel
dewan direksi (X2) memiliki nilai maximum sebesar 7.000000 dan memiliki nilai
minimum sebesar 0.291000 , sedangkan pada variabel dewan direksi memiliki
nilai rata-rata sebesar 5.333333. Pada variabel komite audit (X3) memiliki nilai
maksimum sebesar 4.000000, nilai minimum sebesar 2.000000 dan nlai rata-rata
sebesar 3.083333.
4.3.2 Pemilihan Model Data
Untuk menentukan model yang terbaik untuk penelitian ini, maka
dilakukan teknik estimasi dan panel. Teknih estimasi data panel yang digunakan
53

dalam penelitian ini adalah memilih model antara common effect, fixed effect, atau
random effect. Untuk memilih model yang paling tepat dalam mengelola data
panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, yaitu uji Chow, uji
Hausman, dan uji Lagrange Multiplier.
1. Uji Chow
Uji ini digunakan untuk menentukan model yang tepat antara model
common effect dengan model fixed effect. Dengan hipotesis dalam uji chow yaitu:
H0 : Common Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Jika nilai probabilitas untuk cross section F > 0.05 maka terima H0 yaitu
model common effect, tetapi jika nilai probabilitas cross section F < 0.05 maka
terima H1 dan tolak H0, sehingga model yang digunakan adalah Fixed Effect.
Berikut hasil uji chow pada penelitian ini:

Tabel 4.7
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 0.557602 (3,17) 0.6501


Cross-section Chi-square 2.252517 3 0.5217

Sumber: Data diolah menggunakan Eviews 10, 2020


Berdasarkan tabel 4.7 menyatakan bahwa nilai probabilitas Cross-section
F sebesar 0,6501 yang artinya > dari 0,05, sehingga untuk uji chow yang terpilih
adalah Common Effect Model. selanjutnya untuk menunjukan apakah Common
Effect atau Random Effect model yang paling tepat digunakan, maka harus
dilakukan uji lagrange multiplier (LM).
2. Uji Lagrange Multiplier (LM)
Uji ini digunakan untuk menentukan model yang tepat antara model
common effect dengan menggunakan model random effect. Dengan hipotesis
dalam uji chow yaitu:
H₀ : Common Effect Model
H₁ : Random Effect Model
Jika nilai Breunch-Pagan pada both section >0.05 maka terima H₀ yaitu
model Common Effect, tetapi jika nilai Breunch-Pagan pada both section <0.05
54

maka tolak H₀ dan terima H₁, sehingga model yang digunakan adalah Random
Effect. Berikut hasil Uji Lagrange Multiplier:
Tabel 4.8
Hasil Uji Langrange Multiplier

Null (no rand. effect) Cross-section Period Both


Alternative One-sided One-sided

Breusch-Pagan 1.771219 0.175260 1.946479


(0.1832) (0.6755) (0.1630)

Sumber: Data diolah menggunakan Eviews 10, 2020


Berdasarkan Tabel 4.8, jika nilai uji Breusch-Pagan menunjukan angka >
0.05 maka model yang dipilih adalah Common Effect. Karena pada hasil uji ini
nilai Breusch-Pagan pada kolom both menunjukan angka 0.1832 yang
menunjukan angka lebih besar dari angka > 0.05. Maka model yang terpilih dalam
uji ini yaitu Common Effect Model.
Untuk menentukan model mana yang tepat untuk penelitian ini, berikut tabel
kesimpulan atas hasil uji model data panel:
Tabel 4.9
Hasil Uji Model Data Panel

No Metode Pengujian Hasil

1 Uji Chow H0: Common Effect Model Common Effect Model


H1: Fixed Effect Model

2 Uji Lagrange Multiplier H0: Common Effect Model Common Effect Model
H1: Random Effect Model

Kesimpulan Common Effect Model

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa model data panel yang
digunakan adalah Common Effect Model. Model ini tidak memperhatikan dimensi
waktu dan juga dimensi individu atau cross section, sehingga bias diasumsikan
bahwa perilaku dari individu tidak berbeda di dalam berbagai kurun waktu.
4.3.3 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
55

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi panel


variabel-variabelnya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Data dikatakan
normal jika nilai probabilitas > 0.05 maka data berdistribusi normal. Adapun hasil
pengolahan uji normalitas sebagai berikut:
7
Series: Standardized Residuals
6 Sample 2013 2018
Observations 24
5

Mean -0.000850
4
Median -0.001045
Maximum 0.041640
3
Minimum -0.048344
2
Std. Dev. 0.021858
Skewness 0.084131
1 Kurtosis 2.773793

0 Jarque-Bera 0.079482
-0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 Probability 0.961039

Sumber: Data diolah dengan menggunakan eviews 10, 2020


Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas pada perusahaan Sub Sektor Konstruksi &
Bangunan yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2018
Berdasarkan Gambar 4.5, dalam uji normalitas yang telah disajikan di atas,
terlihat bahwa nilai probability yaitu 0.961039, di mana 0.961039> 0.05, maka
dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika angka
koefisien korelasi dibawah 0,8 artinya tidak terjadi gejala multikolinearitas
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinearitas
KI DD KA

KI 1.000000 0.617378 0.520060


DD 0.617378 1.000000 0.418113
KA 0.520060 0.418113 1.000000

Sumber: Data diolah dengan menggunakan eviews 10, 2020


56

Berdasarkan tabel 4.11, dari hasil uji multikolinearitas di atas, tidak ada
nilai korelasi antar variabel independen yang melebihi atau lebih besar dari 0.8,
oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa variabel independen di dalam penelitian
ini bebas dari masalah multikolinearitas.
3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain sama maka
disebut homokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan uji Glejser yakni meregresikan nilai mutlaknya. Jika nilai
probabilitas pada seluruh variabel independen lebih besar dari 5% atau 0,05 maka
model tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Berikut hasil pengolahan
uji heteroskedastisitas:
Tabel 4.11
Hasil Uji Heterokedastisitas

Dependent Variable: RESABS


Method: Panel Least Squares
Date: 05/10/20 Time: 12:30
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 24

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.029371 0.063289 -0.464080 0.6485


KI 0.013594 0.077004 0.176538 0.8620
DD 0.002765 0.005357 0.516071 0.6125
KA 0.007148 0.008990 0.795127 0.4375

Sumber: Data diolah dengan menggunakan eviews 10, 2020


Berdasarkan tabel 4.12 dari hasil Uji Glejser di atas dapat disimpulkan
bahwa nilai probablitias dari ketiga variabel independen > 0,05 yaitu variabel KI
sebesar 0,8620 > 0,05 , variabel DD sebesar 0,6125 > 0,05 dan variabel KA
sebesar 0,4375 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut terbebas dari
pelanggaran asumsi heteroskedastisitas.
4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena residual yang tidak bebas antara satu
observasi ke observasi lainnya. Hal ini disebabkan karena error pada individu
57

cenderung mempengaruhi individu yang sama pada periode berikutnya. Masalah


autokorelasi sering terjadi pada data time series (runtut waktu).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Deteksi
autokorelasi pada data panel dapat melalui uji Durbin-Watson. Nilai uji Durbin-
Watson dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson untuk mengetahui
keberadaan korelasi positif atau negatif. Adapun hasil pengolahan uji autokorelasi
sebagai berikut:
Tabel 4.12
Uji Autokorelasi
R-squared 0.538784 Mean dependent var 0.063098
Adjusted R-squared 0.469602 S.D. dependent var 0.038150
S.E. of regression 0.023459 Sum squared resid 0.011006
F-statistic 7.787879 Durbin-Watson stat 1.136602
Prob(F-statistic) 0.001227

Sumber: Data diolah dengan menggunakan eviews 10, 2020


Berdasarkan Tabel 4.13, dapat diketahui nilai DW (Durbin-Watson)
yang dihasilkan dari model regresi adalah 1,136602. sedangkan dari tabel DW
dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) sebesar 24, dan k adalah 3 (k adalah
jumlah variabel independen) diperoleh nilai dL sebesar 1,1010 dan dU sebesar
1,6565. Jadi dL= 1,1010 dan dU= 1,6565. Maka, dL<d<dU =
1,1010<1,136602<1,6565. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak terjadi
autokorelasi.
4.3.4 Analisis Regresi Data Panel
Model regresi data panel merupakan model analisis yang menggunakan
data gabungan antara data time series dan data cross section. Data cross section
adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap banyak individu,
sedangkan time series data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu
individu. Model regresi ini dipilih oleh beberapa penulis untuk mendukung
penelitian yang datanya terbatas. Selain itu model ini memiliki keunggulan karena
memiliki parameter yang lebih banyak. Dalam penelitian ini digunakan model
analisis regresi linier berganda dengan data panel. Analisis regresi data panel
adalah alat analisis regresi dimana data dikumpulkan secara individu (cross
section) dan diikuti pada waktu tertentu (time series).
Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas yang akan dimasukan
kedalam persamaan model regresi yaitu Good Corporate Governance yang
diproksikan dengan Kepemilikan Institusional, Dewan Direksi dan Komite Audit
dan Kinerja Keuangan Perusahaan yang diproksikan dengan ROA. Berikut adalah
hasil uji regresi data panel menggunakan metode Common effect :
58

Tabel 4.13
Hasil Uji Regresi Data Panel
Dependent Variable: ROA
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 03/26/20 Time: 13:51
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 24
Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.095977 0.024162 3.972223 0.0008


KI 0.010262 0.030477 0.336698 0.7399
DD -0.017044 0.003753 -4.541041 0.0002
KA 0.009275 0.004650 1.994893 0.0599

R-squared 0.538784 Mean dependent var 0.063098


Adjusted R-squared 0.469602 S.D. dependent var 0.038150
S.E. of regression 0.023459 Sum squared resid 0.011006
F-statistic 7.787879 Durbin-Watson stat 1.136602
Prob(F-statistic) 0.001227

Sumber: Data diolah dengan menggunakan eviews 10, 2020


Adapun hasil pengolahan data panel dengan menggunakan metode
model Common effect diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
ROA = 0,095977 + 0,010262 KI - 0,017044 DD + 0,009275 KA + error
Berikut penjelasan hasil persamaan regresi data panel :
a. Nilai konstanta adalah sebesar 0,095977 artinya apabila variabel KI, DD, dan
KA bernilai 0, maka ROA memiliki nilai sebesar sebesar 0,095977.
b. Nila koefisien regresi variable KI yaitu sebesar 0,010262, artinya setiap arah
peningkatan sebesar satu satuan, maka ROA akan mengalami arah
peningkatan sebesar 0,010262 dengan asumsi variabel independen lainnya
bernilai tetap.
c. Nilai koefisien regresi variable DD yaitu sebesar -0,017044, artinya setiap
arah peningkatan DD sebesar satu satuan, maka ROA akan mengalami arah
penurunan sebesar -0,017044 dengan asumsi variabel independen lainnya
bernilai tetap.
d. Nilai koefisien regresi variable KA yaitu sebesar 0,009275, artinya setiap arah
peningkatan KA sebesar satu satuan, maka ROA akan mengalami peningkatan
sebesar 0,009275 dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.
59

4.3.5 Uji Hipotesis


1. Uji t (Uji Signifikansi Secara Parsial)
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independent yaitu perubahan arus kas operasi, current ratio
dan ukuran perusahaan secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Jika nilai probabilitas signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima
(koefisien regresi signifikan), yang berarti secara parsial variabel independen
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.14
Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Dependent Variable: ROA
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 03/26/20 Time: 13:51
Sample: 2013 2018
Periods included: 6
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 24
Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.095977 0.024162 3.972223 0.0008


KI 0.010262 0.030477 0.336698 0.7399
DD -0.017044 0.003753 -4.541041 0.0002
KA 0.009275 0.004650 1.994893 0.0599

Sumber: Data diolah dengan menggunakan eviews 10, 2020


Berdasarkan hasil uji koefisien regresi parsial (uji t) diatas, dapat
disimpulkan bahwa:
a) Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap ROA
Berdasarkan table 4.15 bahwa hasil nilai probabilitas dari maisng-masing
variable yaitu variable KI sebesar 0,7399, artinya > dari 0,05. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Kepemilikan Institusional tidak memiliki pengaruh terhdap
ROA pada perusahaan sub sector konstruksi & bangunan tahun 2013-2018.
b) Pengaruh Dewan Direksi terhadap ROA
Berdasarkan table 4.15 bahwa hasil nilai probabilitas dari masing-masing
variable yaitu DD sebesar 0,0002, artinya < dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan
berarti Dewan Direksi memiliki pengaruh terhadap ROA pada perusahaan sub
sector konstruksi & bangunan thaun 2013-2018.
c) Pengaruh Komite Audit terhadap ROA
60

Berdasarkan table 4.15 bahwa hasil nilai probabilitas dari masing-masing


variable yaitu KA sebesar 0,0599, artinya > dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Komite Audit tidak memiliki pengaruh terhadap ROA pada perusahaan sub
sector konstruksi & bangunan pada tahun 2013-2018.
2. Uji F (Uji Signifikansi Secara Simultan)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama atau simultan terhadap variabel independen. Jika nilai probabilitas signifikan
< 0,05, maka hipotesis diterima, yang berarti secara simultan semua variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4.15
Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji f)

Weighted Statistics

R-squared 0.538784 Mean dependent var 0.063098


Adjusted R-squared 0.469602 S.D. dependent var 0.038150
S.E. of regression 0.023459 Sum squared resid 0.011006
F-statistic 7.787879 Durbin-Watson stat 1.136602
Prob(F-statistic) 0.001227

Sumber: Data diolah dengan menggunakan eviews 10, 2020


Berdasarkan table 4.16 bahwa hasil nilai probabilitas (F-statistic) sebesar
0,001227 artinya nilai probabilitas (F-statistic) < dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa variable Good Corporate Governance yang diproksikan
dengan kepemilikan institusional, dewan direksi dan komite audit secara simultan
(secara bersama-sama) mempengaruhi kinerja keuangan yang diproksikan dengan
Return On Assets (ROA).
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan suatu model dalam menerangkan variansi dari variabel independen.
Nilai dari koefisien determinasi adalah antara 0 sampai 1. Nilai R 2 yang kecil
berarti berarti menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen terbatas. Sebaliknya, jika nilai R2 semakin
mendekati 1 berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen semakin baik.
61

Tabel 4.16
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

R-squared 0.538784 Mean dependent var 0.063098


Adjusted R-squared 0.469602 S.D. dependent var 0.038150
S.E. of regression 0.023459 Sum squared resid 0.011006
F-statistic 7.787879 Durbin-Watson stat 1.136602
Prob(F-statistic) 0.001227

Sumber: Data diolah dengan menggunakan eviews 10, 2020


Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan Tabel 4.16, dapat diketahui
bahwa nilai koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted R-Square yaitu
sebesar 0,469602 atau sebesar 46,9602%. Hal ini menunjukkan bahwa 46,9602%
perubahan kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh kepemilikan
institusional, dewan direksi dan komite audit. Sedangkan sisanya yaitu sebesar
0,530398 atau sebesar 53,0398% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel ini.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan ditemukan bahwa, Good
Corporate Governance yang diproksikan dengan Kepemilikan Institusional (X1)
tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan
dengan ROA (Y), Dewan Direksi (X2) bepengaruh terhadap ROA (Y) dan
Komite Audit (X3) tidak berpengaruh terhadap ROA (Y). Berikut hasil hipotesis
penelitian:
Tabel 4.17
Hasil Hipotesis Penelitian

Kode Hipotesis Hasil

H1 Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Kinerja Ditolak


Keuangan Perusahaan

H2 Dewan Direksi berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Diterima

H3 Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Ditolak


Perusahaan

H4 Kepemilikan Institusional, Dewan Direksi dan Komite Audit secara Diterima


bersama-sama atau secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan
62

4.4.1 Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan


Berdasarkan gambar 4.1 rata-rata kepemilikan instituisonal pada tahun
2013 mengalami kenaikan. Tetapi pada gambar 4.4 rata-rata ROA pada tahun
2013 mengalami penurunan. Pada tahun 2016 kepemilikan institusional
mengalami penurunan tetapi pada gambar 4.4 rata-rata ROA pada tahun 2016
mengalami kenaikan. Hal ini tidak mendukung secara teori menurut Intan
Candradewi (2016) bahwa Proporsi kepemilikan istitusional yang besar dapat
meningkatkan usaha pengawasan oleh pihak institusi sehingga dapat menghalangi
perilaku oportunistik manajer dan dapat membantu pengambilan keputusan
perusahaan, sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang
diukur dengan ROA. Artinya, apabila kepemilikan institusional mengalami
kenaikan maka seharusnya kinerja keuangan perusahaan mengalami kenaikan
atau sebaliknya apabila kepemilikan institusional mengalami penurunan maka
kinerja keuangan perusahaan mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan oleh peneliti,
kepemilikan institusional tidak memberikan pengaruh secara positif dan tidak
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ROA
dengan koefisien regresi sebesar 0.010262. Hal ini semakin dikuatkan dengan
hasil uji secara parsial (uji t) dimana hasil nilai probabilitas dari maisng-masing
variabel yaitu KI sebesar 0,7399, artinya > dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Kepemilikan Institusional tidak memiliki pengaruh terhadap ROA pada
perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan tahun 2013-2018.
Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan, hal ini dikarenakan berdasarkan hasil analisis deskriftif penelitian
menunjukkan bahwa nilai mean yaitu sebesar 0,565625 atau 56,5625% yang
berarti kepemilikan saham di perusahaan tersebut didominasi oleh investor
institusional yang dimana apabila kepemilikan saham di dominasi oleh investor
institusional terhadap manajemen justru mendapatkan respon negatif oleh pasar
karena manajemen diduga menjalankan kebijakan yang kurang tepat atau
cenderung mengambil keputusan yang hanya akan menguntungkan pihak investor
institusional saja, sehingga mengabaikan kepentingan investor lainnya. Selain itu
investor institusional adalah pemilik sementara yang terfokus pada laba sekarang,
jadi jika laba sekarang dirasa tidak memberikan keuntungan kepada pihak
institsuional maka pihak institusi akan menarik sahamnya dan tentu berakibat
pada nilai/kinerja perusahaan. Oleh karena itu kepemilikan institusional belum
63

mampu menjadi mekanisme yang meningkatkan nilai/kinerja keuangan


perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian ini ada 2 perusahaan yang memiliki nilai rata-
rata kepemilikan institusional lebih dari rata-rata kepemilikan institusional per
tahun yaitu PT Acset Indonusa Tbk dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
Tingginya nilai kepemilikan institusional di suatu perusahaan di karenakan
perusahaan tersebut cukup baik dalam pengembangan kinerja perusahaannya yang
mengakibatkan para investor menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Semakin tinggi nilai kepemilikan institusional maka semakin tinggi pula tingkat
pengawasan dan pengendaliannya terhadap perusahaan tersebut. Dan ada 2
perusahaan yang memiliki nilai rata-rata kepemilikan institusional dibawah nilai
rata-rata kepemilikan institusional pertahun yaitu PT Adhi Karya (Persero) Tbk
dan PT Surya Semesta Internusa Tbk. Rendahnya nilai kepemilikan institusional
di suatu perusahaan dikarenakan para investor tidak mau menenamkan modalnya
di suatu perusahaan apabila perusahaan tersebut tidak menunjukkan kinerja
keuangan perusahaan yang baik, karena para investor percaya apabila investor
tersebut menanamkan modalnya di perusahaan yang kinerja keuangan
perusahaannya kurang baik maka investor itu tidak mendapatkan deviden yang
diharapkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wehdawati (2015) yang menyatakan bahwa Kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA dan ROE.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Larasanti (2003), dalam Murwaningsari
(2008) menemukan bahwa kepemilikan institusional belum berpengaruh secara
signifi kan terhadap nilai perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan. Tri
Wulandari (2013) Menyatakan bahwa Kepemilikan saham institusional tidak
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
4.4.2 Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan oleh peneliti,
dewan direksi memberikan pengaruh secara positif dan secara signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan dengan koefisien regresi sebesar -0.017044. Hal ini
semakin dikuatkan dengan hasil uji secara parsial (uji t) dimana dewan direksi
berpengaruh secara positif dan secara signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan dimana hasil nilai
probabilitas dari DD sebesar 0,0002, artinya < dari 0,05. Hal tersebut
menunjukkan berarti dewan direksi memiliki pengaruh terhadap ROA pada
perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan tahun 2013-2018. Menurut
Goodstein, et al. (1994) dalam Mardiyati (2016) mengemukakan bahwa ketika
dewan direktur itu besar, kinerja keuangan dapat ditingkatkan karena sumber-
64

sumber daya penting dapat dijamin (secured) lebih mudah, seperti kontrak-
kontrak keuangan dan bisnis. Jiraporn, et al (2009) mengungkapkan bahwa
keberadaaan dewan yang besar dapat membantu menciptakan sub-komite dewan
yang efektif yang mana dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyaknya jumlah anggota dewan direksi di suatu
perusahaan maka akan mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dewan direksi berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Peran dewan direksi adalah menyusun
kebijakan terhadap operasional perusahaan. Dengan jumlah yang relatif lebih
besar, maka keputusan yang diambil oleh direksi tidaklah terfokus pada satu pihak
saja. Jumlah direksi yang banyak umumnya direalisasikan pada penempatan setiap
direksi pada bidang-bidang tertentu yang dikuasasi oleh setiap manajer sehingga
setiap direksi memiliki tugas dan wewenang yang lebih terfokus sehingga kinerja
perusahaan akan dapat meningkat. Dewan direksi memiliki peranan yang sangat
vital dalam suatu perusahaan. Dengan adanya pemisahan peran dengan dewan
komisaris, dewan direksi memiliki kuasa yang besar dalam mengelola segala
sumber daya yang ada dalam perusahaan. Dewan direksi memiliki tugas untuk
menentukan arah kebijakan dan strategi sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Ukuran dewan
direksi merupakan salah satu mekanisme Corporate Governance yang sangat
penting dalam menentukan kinerja perusahaan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Panky (2014),
Sukandar (2014) dan Arry Eksandy (2018) yang menyatakan bahwa jumlah
dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Velnampy dan
Nimalthasan (2013), Rimardhani dan Dwiatmanto (2016), dan Puspitasari dan
Ernawati (2010) menyatakan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan.
4.4.3 Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Berdasarkan hasil analisis koefisien regresi yang telah dilakukan oleh
peneliti, bahwa komite audit tidak memberikan pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan nilai koefisien regresi
sebesar 0.009275. Hal ini semakin dikuatkan dengan hasil uji secara parsial (uji t)
dimana hasil nilai probabilitas dari KA sebesar 0,0599, artinya > dari 0,05. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Komite Audit tidak memiliki pengaruh terhadap
ROA pada perusahaan sub sector konstruksi & bangunan pada tahun 2013-2018.
Peraturan Bapepam LK No. IX.1.5 mewajibkan perusahaan go public memiliki
minimal 3 orang komite audit, sehingga dimungkinkan pengangkatan komite audit
dalam perusahaan perbankan didasarkan pada regulasi saja tetapi tidak didasarkan
65

pada kebutuhan perusahaan. Dilihat dari gambar 4.3 dan gambar 4.4, PT Surya
Semesta Internusa Tbk pada tahun 2013 memiliki nilai ROA sebesar 0,128
dengan jumlah komite audit sebanyak 3 orang. Sedangkan PT Waskita Karya
(Persero) Tbk pada tahun 2013 memiliki nilai ROA sebesar 0,042 dengan jumlah
komite audit sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan komite
audit belum dapat memengaruhi peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Maria Fransisca (2013) Komite audit bertugas membantu dan
memperkuat fungsi dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan.
Jumlah komite audit yang semakin banyak akan memberikan kontrol yang lebih
baik terhadap proses akuntansi dan keuangan perusahaan yang pada akhirnya akan
memberikan pengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Namun pada
penelitian ini menyatakan bahwa komite audit tidak memberikan pengaruh
terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah komite audit tidak menjamin keefektifan kinerja komite audit dalam
melakukan pengawasan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan ,
hal ini dikarenakan komite audit dalam keempat perusahaan sub sektor konstruksi
& bangunan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak
dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam
perusahaan. Padahal Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan
strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan
seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai
serta dilaksanakannya good corporate governance diperusahaan tersebut. Dengan
berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka kontrol terhadap perusahaan
akan lebih baik, sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan
manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi.
Akan tetapi fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawab anggota
komite audit sebagai wakil dari dewan komisaris menjadi tidak efektif karena
pembentukan komite audit hanya untuk memenuhi regulasi. Dengan alasan
tersebut maka diduga sebagai masalah yang menyebabkan tidak memberikan
pengaruhsignifikan terhadap kinerja perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh maria
(2013), Yuni dan Nur (2015) dalam (Wiendy, ) dan abdul aziz (2017) yang
menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Dan hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hapsoro (2008) serta Gil dan Obradovich (2012) yang menyatakan
terdapat hubungan positif antara jumlah komite audit dengan kinerja keuangan.
4.4.4 Kepemilikan Institusional, Dewan Direksi, dan Komite Audit
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (ROA)
66

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, bahwa hasil
nilai probabilitas (F-statistic) sebesar 0,001227 artinya nilai probabilitas (F-
statistic) < dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variable Good Corporate
Governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional, dewan direksi
dan komite audit secara simultan (secara bersama-sama) mempengaruhi kinerja
keuangan yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA). Hal ini dapat
menjadi perhatian kepada perusahaan untuk lebih memerhatikan ketiga unsur ini.
Kepemilikan institusional, dewan direksi dan komite audit dapat meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan.
Kepemilikan institusional, dewan direksi dan komite audit secara bersama-
sama berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan,
tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat
menghalangi perilaku manajer yang mementingkan kepentingannya sendiri yang
pada akhirnya akan merugikan pemilik perusahaan. Semakin besar kepemilikan
oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan
untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan. Dewan direksi dalam suatu
perusahaan yang mempunyai tanggung jawab dalam pengelolaan suatu
perusahaan. Berdasarkan agency theory semakin banyak jumlah dewan direksi
maka tingkat pengawasannya akan lebih optimal dan dalam proses pengambilan
keputusan akan lebih akurat yang kemudian akan berdampak pada peningkatan
kinerja keuangan perusahaan. Proporsi dewan direksi yang lebih tinggi akan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan informasi yang didapat
perusahaan juga lebih banyak. Maka dari itu, perusahaan harus mempunyai
anggota dewan direksi sekurang-kurangnya sebanyak 3 orang. Komite audit
bertugas untuk membantu dewan komisaris dalam melaksanakan fungsi
pengawasan atas kinerja perusahaan. Perusahaan dengan jumlah komite audit
yang lebih banyak diharapkan memberikan sumber daya yang lebih dalam
mengawasi proses akuntansi dan pelaporan keuangan sehingga dapat mengurangi
perilaku manajer yang dapat merugikan perusahaan. Maka dapat disimpulkan
bahwa seharusnya organ GCG yang diproksikan dengan kepemilikan
institusional, dewan direksi dan komite audit secara bersama-sama dapat
memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan karena menurut
teori apabila GCG diperusahaan tersebut baik maka dapat meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan menjadi lebih baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria
Fransiska (2013) yang menyatakan bahwa hasil penelitian yang diperoleh, dapat
diambil kesimpulan bahwa dewan direksi, komisaris independen, komite audit,
kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional berpengaruh secara
simultan terhadap kinerja keuangan. Hapsoro (2008) menyatakan bahwa ukuran
67

komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran dewan direksi


berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaa

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Setelah melakukan analisis dan pengujian hipotesis mengenai pengaruh
Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan pada
perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2018, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh aecara signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan sub sektor konstruksi &
bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018. Hal ini dibuktiin dengan
hasil uji t dimana nilai probabilitas dari variabel KI sebesar 0,7399, artinya >
dari 0,05.
2. Dewan direksi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang
terdaftar di BEI periode 2013-2018. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t
dimana hasil nilai probabilitas dari masing-masing variable yaitu DD
sebesar 0,0002, artinya < dari 0,05.
3. Komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan yang
terdaftar di BEI periode 2013-2018. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t
dimana hasil nilai probabilitas dari masing-masing variable yaitu KA
sebesar 0,0599, artinya > dari 0,05.
4. Kepemiliakan institusuional, dewan direksi dan komite audit secara simultan
atau secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan pada perusahaan sub sektor konstruksi & bangunan
yang terdaftar di BEI periode 2013-2018. Hal ini dibuktikan dengan bahwa
hasil nilai probabilitas (F-statistic) sebesar 0,001227 artinya nilai
probabilitas (F-statistic) < dari 0,05.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Bagi praktisi, diharapkan hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk
dapat memecahkan masalah terkait dengan peningkatan kinerja keuangan
68

perusahaan. Serta diharapkan kepada perusahaan untuk dapat mengelola


lebih baik lagi terkait Good Corpoate Governance karena mampu
meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan,
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder, mempermudah
diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena
faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate
value, mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya
di Indonesia, Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholder Value dan deviden
2. Bagi akademis, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu bagi peneliti yang tertarik untuk melakukan
penelitian dengan materi yang sama disarankan untuk meneliti lebih lanjut
mengenai hal-hal lain yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Diharapkan juga dapat menambahkan variabel-variabel lain di
luar variabel yang telah digunakan seperti kepemilikan manajerial, dewan
komisaris, dewan komisaris independen dll, dikarenakan pada penelitian ini
memberikan nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 46,9602%, sehingga
penulis menduga ada faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kinerja
keuangan perusahaan namun belum dimasukan kedalam penelitian ini. Dan
dapat memperluas sampel perusahaan tidak hanya perusahaan konstruksi &
bangunan saja tetapi juga bisa sektor lainnya sebagai objek penelitian dan
memperluas periode penelitian, agar penelitiannya pun akan semakin akurat.
69

JADWAL PENELITIAN

Bulan
No. Kegiatan
Juli Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr mei

1 Pengajuan *
Judul

2 Studi Pustaka * **

3 Pembuatan ***
Makalah
Seminar

4 Seminar **** **** **** * *

5 Pengesahan **

6 Pengumpulan ****
Data *)

7 Pengolahan * *
Data

8 Penulisan
Laporan Dan
Bimbingan

9 Siding Skripsi

10 Penyempurnaan
Skripsi

11 pengesahan

Keterangan :
* = menunjukkan satuan unit dalam waktu minggu dan bulan
70

DAFTAR PUSTAKA

Doni Indrawan 2017 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan


Islamic Social Reporting ((Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI yang Tergabung pada Jakarta Islamic Index (JII) Periode
2012-2015)
Eksandy, A. (2018). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Perbankan Syari’Ah Indonesia. Jurnal Akuntansi : Kajian
Ilmiah Akuntansi (JAK), 5(1), 1. https://doi.org/10.30656/jak.v5i1.498
Galih Pratama 2020 PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE
TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK PADA PERUSAHAAN SUB
SEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) PERIODE 2014-2018
Goodstein, J. Gautam, K. dan Boeker, W. (1994) “The Effects of Board Size and
Diversity on Strategic Change”, Strategic Management Journal, 15 (3): 241-
250.
Hapsoro, Dody. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Kinerja Perusahaan: Studi Empiris di Pasar Modal Indonesia. Jurnal
Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19, No. 3, Desember 2008.
Intan Candradewi1 2016 PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL,
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN DEWAN KOMISARIS
INDEPENDEN TERHADAP RETURN ON ASSET
Iqbal Bukhori 2012 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi
Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI 2010)
Jiraporn, P. Singh, M. dan Lee, C. (2009) “Ineffective Corporate Governance:
Director Business and Board Committee Memberships”, Journal of Banking
and Finance, 33, (5): 819-828.
Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia.
Kyereboah, Anthony 2007, ‘Corporate Governance and Firm Performance in
Africa: a Dynamic Panel Data Analysis’, International Conference on
Corporate Governance in Emerging Markets, 15-17 November, sabanci
University, Istanbul, Turkey.
71

Lestari, Yuni Tri., dan Nur Fadjrih. 2015. “Pengaruh Corporate Governance
terhadap Kinerja Keuangan: Corporate Social Responsibility sebagai
Variabel Intervening”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 4(7).
MARIA FRANSISCA WIDYATI (2013) PENGARUH DEWAN DIREKSI,
KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, KEPEMILIKAN
MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP
KINERJA KEUANGAN
Mohammad Makhrus (2010) PENGARUH KOMITE AUDIT TERHADAP
KINERJA PERUSAHAAN MELALUI MANAJEMEN LABA SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING (STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN GO
PUBLIK DI BEI YANG MENGELUARKAN SAHAM SYARIAH)
Murwaningsari, E. (2008). Hubungan Corporate Governance, Corporate Social
Responsibilities dan Corporate Financial Performance dalam Satu
Continuum. The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and
Accounting Workshop. Depok, 4-5 November 2008
Panky Pradana (2014) PENGARUH UKURAN DEWAN DIREKSI DAN
DEWAN KOMISARIS SERTA UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
Puspitasari, F., & Ernawati, E. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan Badan Usaha. Jurnal Manajemen Teori dan
Terapan, Tahun 3, No. 2.
Rimardhani, H., Hidayat, R. R., & Dwiatmanto. 2016. Pengaruh Mekanisme
Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Pada
Perusahaan Bumn Yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 31 No. 1.
Rofina, Maria., dan Maswar Patuh Priyadi. 2013. “Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan DI BEI”.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 2(1).
Surya Andhika Putra (2013) ANALISIS PENGARUH UKURAN
PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN
KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
SERTA DAMPAKNYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
Tri Wulandari (2013) ANALISIS PENGARUH POLITICAL CONNECTION
DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN
72

Umi Mardiyati danYunika Murdayanti 2016 PENGARUH UKURAN DEWAN,


KEPEMILIKAN SAHAM OLEH DIREKTUR, DAN JENDER TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERBANKAN
Velnampy, P., & Nimalthasan, M. 2013. Corporate Governance Practices, Capital
Structure And Their Impact on Firm Performance: A Study on Sri Lankan
Listed Manufacturing Companies. Research Journal of Finance and
Accounting, Vol.4, No.18.
Wehdawati 2015 PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE
GOVERNANCE DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2012
Widyati, M. F. (2013). PENGARUH DEWAN DIREKSI, KOMISARIS
INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN. 1.
https://www.kajianpustaka.com/2019/12/struktur-kepemilikan-institusional-
manajerial-dan-publik.html
www.idx.co.id
www.sahamok.com
73

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Regita Cahyani
Alamat : Jl. Abesin gg. Andong blk No.36 Rt 03 Rw 04
Kelurahan Pabaton Kecamatan Bogor Tengah
Tempat dan tanggal lahir : Bogor, 27 Oktober 1997
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Pendidikan :
• • SD : SDN Dewi Sartika 2 Bogor
• • SMP : SMP Siliwangi Bogor
• • SMA : SMAN 8 Kota Bogor
• • Perguruan Tinggi : Universitas Pakuan

Bogor, Juni 2020


Peneliti

(Regita Cahyani)
74

LAMPIRAN
75

Lampiran I
Lampiran I Perhitungan Kepemilikan Saham Institusional

Saham Institusional
Kepemilikan Saham Institusional = ×100 %
Saham Beredar
Kepemilikan saham
No. Perusahaan Tahun Saham Institusional Saham beredar
institusional

1 ACSET 2013 341,000,000 500,000,000 0.682

2014 341,000,000 500,000,000 0.682

2015 477,400,000 700,000,000 0.682

2016 477,400,000 700,000,000 0.682

2017 520,657,700 700,000,000 0.743796714

2018 520,657,700 700,000,000 0.743796714

2 ADHI 2013 918,680,000 1,801,320,000 0.510003775

2014 918,680,000 1,801,320,000 0.510003775

2015 1,816,046,624 3,560,849,376 0.510003775

2016 1,816,046,623 3,560,849,376 0.510003775

2017 1,816,046,623 3,560,849,376 0.510003775

2018 1,816,046,623 3,560,849,376 0.510003775

3 NRCA 2013 1,820,208,000 2,480,000,000 0.733954839

2014 2,005,208,000 2,480,000,146 0.808551565

2015 1,739,873,000 2,496,257,846 0.696992501

2016 1,745,208,000 2,496,258,344 0.699129561

2017 1,745,208,000 2,496,258,344 0.699129561

2018 1,824,783,300 2,496,258,344 0.731007391

4 SSIA 2013 1,725,733,652 4,705,249,440 0.366767729


76

2014 1,933,577,340 4,705,249,440 0.410940454

2015 2,010,168,740 4,705,249,440 0.427218316

2016 1,828,043,440 4,705,249,440 0.388511483

2017 1,369,569,376 4,705,249,440 0.29107264

2018 1,413,569,376 4,705,249,440 0.300423898

5 TTOL 2013 1,926,650,000 3,410,000,000 0.565

2014 1,926,650,000 3,410,000,000 0.565

2015 1,926,650,000 3,410,000,000 0.565

2016 1,926,650,000 3,410,000,000 0.565

2017 1,926,650,000 3,410,000,000 0.565

2018 1,926,650,000 3,410,000,000 0.565

6 WIKA 2013 3,999,999,999 6,139,968,000 0.651469193

2014 3,999,999,999 6,149,225,000 0.650488476

2015 3,999,999,999 6,149,225,000 0.650488476

2016 5,834,850,000 8,969,951,372 0.650488476

2017 5,834,850,000 8,969,951,372 0.650488476

2018 5,834,850,000 8,969,951,372 0.650488476

7 WSKT 2013 6,549,921,000 9,632,236,001 0.680000054

2014 7,775,295,801 9,727,504,205 0.799310454

2015 8,963,679,886 13,573,654,550 0.660373362

2016 8,963,679,886 13,573,654,550 0.660373362

2017 8,963,679,886 13,573,902,000 0.660361323

2018 8,963,679,886 13,573,902,600 0.660361294


77

Lampiran II
Lampiran II Perhitungan Return On Assets (ROA)

Laba Tahun Berjalan


ROA = ×100 %
Total Aset
Laba Tahun
No. Perusahaan Tahun Total Aset ROA
Berjalan

1 ACSET 2013 99,215,342,391 1,298,358,202,545 0.076416002

2014 103,800,138,860 1,473,649,276,860 0.070437478

2015 42,222,000,000 1,929,498,000,000 0.021882376

2016 67,555,000,000 2,503,171,000,000 0.026987769

2017 153,791,000,000 5,306,479,000,000 0.028981741

2018 21,419,000,000 8,936,391,000,000 0.002396829

2 ADHI 2013 408,437,913,454 9,720,961,764,422 0.042016204

2014 326,656,650,598 10,458,881,684,274 0.031232464

2015 465,025,548,006 16,761,063,514,879 0.027744394

2016 315,107,783,135 20,095,435,959,279 0.015680565

2017 517,059,848,207 28,332,948,012,950 0.018249419

2018 645,029,449,105 30,118,614,769,882 0.021416305

3 NRCA 2013 187,799,467,374 1,625,318,983,017 0.115546222

2014 277,871,812,217 1,844,708,044,787 0.150631864

2015 198,307,255,707 1,995,091,384,706 0.09939758

2016 101,091,266,970 2,134,213,795,106 0.047366982

2017 153,443,549,305 2,432,166,843,820 0.063089237

2018 117,967,950,221 2,254,711,765,640 0.052320635

4 SSIA 2013 746,615,828,230 5,814,435,113,331 0.128407285


78

2014 513,630,886,653 5,993,078,090,189 0.08570402

2015 383,182,228,263 6,463,923,464,990 0.059280131

2016 100,854,847,637 7,195,448,327,618 0.014016479

2017 1,241,357,001,429 8,851,436,967,401 0.140243557

2018 89,833,255,584 7,404,167,100,524 0.012132797

5 TTOL 2013 213,168,653,000 2,226,418,477,000 0.095745097

2014 163,750,936,000 2,483,746,395,000 0.065929008

2015 191,292,911,000 2,846,152,620,000 0.067211052

2016 221,287,384,000 2,950,559,912,000 0.074998438

2017 231,269,085,000 3,243,093,474,000 0.071311261

2018 204,418,079,000 3,228,718,157,000 0.063312457

6 WIKA 2013 624,371,679,000 12,594,692,700,000 0.049574189

2014 750,795,820,000 15,909,219,757,000 0.047192498

2015 703,005,054,000 19,602,406,034,000 0.035863202

2016 1,147,144,922,000 31,355,204,690,000 0.036585471

2017 1,356,115,489,000 45,683,774,302,000 0.029684839

2018 2,073,299,864,000 59,230,001,239,000 0.035004218

7 WSKT 2013 367,970,229,296 8,788,303,237,620 0.041870452

2014 501,212,792,063 12,542,041,344,848 0.039962617

2015 1,047,590,672,774 30,309,111,177,468 0.034563556

2016 1,813,068,616,784 61,425,181,720,030 0.029516699

2017 4,201,572,490,754 97,895,760,838,624 0.04291884

2018 4,619,567,705,553 124,391,581,623,636 0.037137302

Anda mungkin juga menyukai