Anda di halaman 1dari 181

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN

UKURAN PERUSAHAAN TERHADP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN


(PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFAR DI BURSA
EFEK INDONESIA TAHUN 2017-2019)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh
GURU LAKSUS SAPUTRA LUMBAN TOBING
NIM : 7173220012

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Struktur

Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadp Integritas Laporan

Keuangan (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdafar Di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2017-2019)”

Penulis menyadari setiap keterbatasan dalam penulisan skripsi ini dan peneliti

juga menyadari tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan dan dorongan baik materil

maupun moril dari berbagai pihak, dengan rasa hormat peneliti menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang peneliti kasihi yakni

Bapak R. Lumban Tobing dan Ibu E.br Pasaribu, serta kakak dan adik penulis yang

penulis sayangi Yohana Lumban Tobing, Feby Lumban Tobing dan Yofela Lumban

Tobing. Terima kasih atas semua dorongan, motivasi dan doa serta dukungan materil

dan moril yang senantiasa diberikan kepada peneliti.

Dalam kesempatan ini ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada

pihak yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini

adalah sebagai berikut :

1. Bapak Dr. Syamsul Gultom, S.KM., M.Kes. sebagai Rektor Universitas Negeri

Medan.

i
2. Bapak Prof. Indra Maipita, M.Si., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si, sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Dr. Azizul Kholis, S.E., M.Si., CMA sebagai Wakil Dekan II Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Medan, dan sekaligus sebagai Dosen Penguji peneliti

yang telah memberikan saran dan nasihat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Johnson, M.Si. sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Medan.

6. Ibu Yulita Triadiarti, S.E., M.Si., Ak., CA sebagai Ketua Jurusan Akuntansi

Universitas Negeri Medan.

7. Bapak Ramdhansyah, S.E., M.Acc sebagai Sekretaris Jurusan Akuntansi

Universitas Negeri Medan

8. Bapak Taufik Hidayat, S.E., M.Si., sebagai Ketua Program Studi Akuntansi

Universitas Negeri Medan.

9. Bapak Drs. Surbakti Karo Karo, M.Si., Ak., CA., sebagai Dosen Pembimbing

Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

10. Bapak Dr. Jufri Darma, SE., M.Si., Ak., CA., Bapak Dedy Husrizal Syah, SE.,

M.Si., dan Ibu Akmal Huda Nasution, SE., M.Si., selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

ii
11. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan selama peneliti menempuh perkuliahan

12. Pak Andi yang telah banyak membantu dalam pengurusan administrasi di Jurusan

Akuntansi.

13. Seluruh keluarga yang telah memberikan perhatian serta dorongan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Sahabat-sahabat peneliti yakni Anggi Putra Satria Sitohang, Adriel Yakobus

Silaban, Bennidict Cristanto, Yunisia Yogi Pranata Sembiring, Kamson Siagian,

dan Kalam Andilau Simbolon yang selalu setia menemani penulis sejak masa

perkuliahan hingga menjadi tempat yang nyaman untuk berbagi suka dan duka

selama perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini dan juga terima kasih kepada

teman-teman Akuntansi A 2017 dan junior serta senior Akuntansi UNIMED.

15. Angelina Sitohang yang telah memberikan dorongan semangat kepada penulis

dalam proses penysusunan skripsi ini.

16. Untuk teman-teman kelompok tumbuh bersama (KTB) yang telah banyak

memberi dukungan doa dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini yakni Anggi

Sitohang, Kamson Siagian, Arneta Tarigan, Citha Tarigan, Ezra Purba, Aggreani

Sinaga, Dwiana Pandiangan (Siblings SG) dan PKK terkasih Kak Icha F.

Christianti Purba S.E dan Kak Sulastri Sijabat S.Pd

17. Teman-teman KKN Laut Dendang, teman-teman IFRS, dan juga seluruh teman

naposobulung HKBP Paluh Gelombang yang juga turut memberi doa, perhatian

dan semangat kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini

iii
18. Dan semua pihak yang memberikan dukungan dan doa kepada peneliti yang tidak

dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk semuanya

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan

keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu,

peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca untuk

menyempurnakan skripsi ini, serta peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

yang membacanya.

Medan, 19 Mei 2021

Peneliti

Guru Laksus Saputra L.Tobing

iv
ABSTRAK
Guru Laksus Saputra Lumban Tobing. NIM 7173220012. Pengaruh Struktur
Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadp Integritas Laporan
Keuangan (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdafar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2017-2019). Skripsi, Program Studi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Medan 2021.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, Komisaris Independen Dan Ukuran
Perusahaan Berpengaruh Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menguji pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial,
Komite Audit, Komisaris Independen Dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas
Laporan Keuangan pada perusahaan manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia periode 2017-2019.
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019. Pemilihan sampel dilakukan
menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan,
diperoleh sampel akhir sebanyak 31 perusahaan, sehingga data observasi berjumlah 93
data. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, uji asumsi
klasik (uji normalitas, uji multikolineritas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi),
analisis regresi linear berganda, uji hipotesis (uji statistic t, uji statistic f), dan koefisien
determinasi (R2).
Hasil pengujian penelitian secara simultan menunjukkan nilai signifikansi
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen
dan ukuran perusahaan sebesar 0,000. Sementara secara parsial menunjukkan nilai
signifikansi kepemilikan institusional sebesar 0,51, kepemilikan manajerial sebesar
0,517, komite audit sebesar 0,006, komisaris independen sebesar 0,001, dan ukuran
perusahaan sebesar 0,021.
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen dan ukuran
perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Sementara secara parsial kepemilikan institusional berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap integritas laporan keuangan, kepemilikan manajerial berpengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan, komite audit
berpengaruh positif dan signifikan terhadap integritas laporan keuangan, komisaris
independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap integritas laporan keuangan,
dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap integritas laporan
keuangan.
Kata Kunci : kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,
komisaris independen, ukuran perusahaan, integritas laporan keuangan.

v
ABSTRACT
Guru Laksus Saputra Lumban Tobing. NIM 7173220012. The Effect of
Corporate Governance Structure and Company Size on the Integrity of Financial
Statements (in Manufacturing Companies Listed on the Indonesia Stock
Exchange Period 2017-2019). Thesis, Accounting Study Program, Faculty of
Economics, Medan State University 2021.
The problem in this research is whether Institutional Ownership, Managerial
Ownership, Audit Committee, Independent Commissioner and Company Size have an
influence on the integrity of financial statements. The purpose of this study was to
examine the effect of Institutional Ownership, Managerial Ownership, Audit
Committee, Independent Commissioners and Company Size on the Integrity of
Financial Statements in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock
Exchange for the period 2017-2019.
The population in this study are all manufacturing companies listed on the
Indonesia Stock Exchange for the 2017-2019 period. The sample selection was carried
out using purposive sampling method. Based on predetermined criteria, the final
sample was obtained as many as 31 companies, so that the observation data amounted
to 93 data. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis, classic
assumption test (normality test, multicolinearity test, heterocedasticity test,
autocorrelation test), multiple linear regression analysis, hypothesis testing (statistical
test t, statistical test f), and the coefficient of determination (R2). .
The results of simultaneous research testing show that the significance value of
institutional ownership, managerial ownership, audit committee, independent
commissioners and company size is 0,000. Meanwhile, partially, it shows the
significance value of institutional ownership of 0.51, managerial ownership of 0.517,
the audit committee of 0.006, the independent commissioner of 0.001, and company
size of 0.021.
The conclusion of this study shows that simultaneously institutional ownership,
managerial ownership, audit committee, independent commissioners and company size
have a significant positive effect on the integrity of financial statements. While partially
institutional ownership has a positive but insignificant effect on the integrity of
financial statements, managerial ownership has a positive but insignificant effect on
the integrity of financial statements, the audit committee has a positive and significant
effect on the integrity of financial statements, independent commissioners have a
positive and significant effect on the integrity of financial statements, and company
size has a positive and significant effect on the integrity of financial statements.
Keywords: institutional ownership, managerial ownership, audit committee,
independent commissioners, company size, integrity of financial statements.

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 22

1.3 Pembatasan Masalah ......................................................................................... 23

1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................. 24

1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 24

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 25

BAB II ......................................................................................................................... 27

KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................... 27

2.1 Kerangka Teoritis .............................................................................................. 27

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) ................................................................... 27

2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory) ................................................................. 30

vii
2.1.3 Integritas Laporan Keuangan ...................................................................... 31

2.1.4 Konservatisme Akuntansi ........................................................................... 34

2.1.5 Struktur Corporate Governance .................................................................. 38

2.1.5.1 Kepemilikan Institusional .................................................................... 43

2.1.5.2 Kepemilikan Manajerial ....................................................................... 44

2.1.5.3 Komite Audit........................................................................................ 46

2.1.5.4 Komisaris Independen .......................................................................... 48

2.1.5.5 Ukuran Perusahaan............................................................................... 50

2.2 Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 53

2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 58

2.3.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Integritas Laporan Keuangan

............................................................................................................................. 59

2.3.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Integritas Laporan Keuangan

............................................................................................................................. 60

2.3.3 Pengaruh Komite Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan .............. 61

2.3.4 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Integritas Laporan Keuangan 62

2.3.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan ..... 64

2.4 Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 67

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 68

viii
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 68

3.2 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 68

3.2.1 Populasi....................................................................................................... 68

3.2.2 Sampel ........................................................................................................ 68

3.3 Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 69

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................................... 70

3.4.1 Variabel Penelitian ...................................................................................... 70

3.4.1.1 Variabel Dependen (Y) ........................................................................ 71

3.4.1.2 Variabel Independen (X) ...................................................................... 71

3.4.2 Definisi Operasional ................................................................................... 71

3.4.2.1 Integritas Laporan Keuangan ............................................................... 72

3.4.2.2 Struktur Corporate Governance ........................................................... 73

3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 76

3.6 Teknik Analisis Data ......................................................................................... 77

3.6.1 Statistik Deskriptif ...................................................................................... 77

3.6.2 Uji Asumsi Klasik....................................................................................... 78

3.6.2.1 Uji Normalitas ...................................................................................... 78

3.6.2.2 Uji Multikolineritas .............................................................................. 79

ix
3.6.2.3 Uji Heterokedastisitas .......................................................................... 80

3.6.2.4 Uji Autokorelasi ................................................................................... 81

3.6.3 Analisis Regresi Liner Berganda ................................................................ 81

3.6.4 Uji Hipotesis ............................................................................................... 82

3.6.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji Statistik t) .................................................. 82

3.6.4.2 Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) ............................................. 83

3.6.5 Uji Koefisien Determinasi (R2 ) .................................................................. 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 85

4.1 Hasil Penelitian.................................................................................................. 85

4.1.1 Gambaran Umum Penelitian ....................................................................... 85

4.1.2 Hasil Analisis Data ..................................................................................... 87

4.1.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ................................................................. 87

4.1.2.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 89

4.1.2.2.1 Uji Normalitas ............................................................................... 90

4.1.2.2.2 Uji Multikolinearitas ..................................................................... 94

4.1.2.2.3 Uji Heterokedastisitas.................................................................... 96

4.1.2.2.4 Uji Autokorelasi ............................................................................ 99

4.1.2.3 Analisis Regresi Liniear Berganda..................................................... 100

x
4.1.2.4 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 103

4.1.2.4.1 Hasil Uji Parsial (Uji t) ................................................................ 103

4.1.2.4.2 Hasil Uji Simultan (Uji F) .......................................................... 108

4.1.2.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................ 110

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian........................................................................... 111

4.2.1 Kepemilikan Institusional Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan Keuangan. ............................................................................ 111

4.2.2 Kepemilikan Manajerial Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan Keuangan ............................................................................. 113

4.2.3 Komite Audit Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap Integritas

Laporan Keuangan. ............................................................................................ 115

4.2.4 Komisaris Independen Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan Keuangan ............................................................................. 117

4.2.5 Ukuran Perusahaan Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan Keuangan. ............................................................................ 119

4.2.6 Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Amanjerial, Komite Audit,

Komisaris Independen dan Ukuran Perusahaan Secara Signifikan Berpengaruh

Positif Terhadap Integritas Laporan Keuangan. ................................................ 121

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 123

xi
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 123

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 126

LAMPIRAN .............................................................................................................. 133

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Market to Book Value beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI .............................................................................................................. 10

Tabel 2.1 Kriteria Ukuran Perusahaan ....................................................................... 52

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu................................................................................... 53

Tabel 4.1 Penentuan Sampel ...................................................................................... 85

Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel.................................................. 86

Tabel 4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif .............................................................. 88

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Sebelum Trimming .................................................. 91

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Setelah Trimming..................................................... 92

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ......................................................................... 95

Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas : Uji Rank Spearman ................................... 98

Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi : Run Test ............................................................ 100

Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda .......................................................... 101

Tabel 4.10 Hasil Uji Parsial : Uji Statistik t ............................................................. 104

Tabel 4.11 Hasil Uji Simultan : Uji Statistik F ........................................................ 108

Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................ 111

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................ 66

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas : Grafik Histogram.............................................. 93

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas : Grafik Normal P-P Plot .................................... 94

Gambar 4.3 Perhitungan T tabel dengan rumus TINV dalam Microsoft Excel ...... 103

Gambar 4.4 Perhitungan F tabel dengan Rumus FINV dalam Microsoft Excel ..... 110

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A TABULASI DATA

Lampiran A.1 Daftar Perusahaan Yang Memenuhi Kriteria

Lampiran A.2 Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian Setelah Outlier

Lampiran A.3 Daftar Kepemilikan Institusional

Lampiran A.4 Daftar Kepemilikan Manajerial

Lampiran A.5 Daftar Komite Audit

Lampiran A.6 Daftar Komisaris Independen

Lampiran A.7 Daftar Integritas Laporan Keuangan

LAMPIRAN B HASIL PENGUJIAN DATA

Lampiran B.1 Hasil Statistik Deskriptif

Lampiran B.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

Lampiran B.3 Hasil Regresi Linear Berganda

Lampiran B.4 Uji Hipotesis

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu akibat dari adanya perkembangan dunia usaha sekarang ini yaitu

terdapatnya peningkatan akan kebutuhan sebuah informasi yang memuat kondisi suatu

usaha yang dimuat didalam laporan keuangan. Dalam hakekatnya perusahaan memiliki

tanggung jawab terhadap stakeholders atau orang-orang yang berkepentingan terhadap

perusahaan tersebut, dimana sebuah perusahaan harus menyampaikan informasi terkait

perusahaan yang dimuat di dalam laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

IAI (SAK, 2012) yang menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan

posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam

pengambilan keputusan ekonomi.

Adanya perkembangan usaha yang terjadi saat ini tentu memberikan dampak

terhadap pertumbuhan-pertumbuhan usaha yang ada di Indonesia tidak terkecuali

terhadap sektor manufaktur. Sektor manufaktur merupakan sektor usaha yang besar

yang ada di Indonesia baik dari jumlah usaha yang tergabung kedalam sektor ini,

maupun kontribusi yang diberikan usaha ini terhadap perekonomian negara. Sektor

manufaaktur ini di bagi kedalam 3 (tiga) sub sektor usaha, yaitu industri sektor dasar

kimia, sektor industri makanan, dan sektor aneka industri.

1
2

Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat pertumbuhan industri manufaktur besar

dan sedang pada tahun 2019 naik sebesar 4,01 persen dari tahun sebelumnya. Adapun

terjadinya kenaikan ini di sebabkan oleh pencetakan dan reproduksi media rekaman,

naik 19,58 persen. Namun disisi lain terdapat industri yag mengalami penurunan yaitu

industri yang bergerak dibidang barang logam, bukan mesin dan peralatannya, turun

hingga 18,49 persen. Dalam peranannya terhadap produk domestrik bruto (PDB)

industri manufaktur masih memberikan kontribusi terbesar terhadap stuktur produk

domestik bruto yang mencapai 19,89 persen, dan capaian positif ini akan terus di genjot

agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar lagi di tahun-tahun berikutnya.

(kemenperin.go.id)

Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam Statement of

Financial Accounting Concept No. 1 (SFAC No. 1), dalam menaksir

pertanggungjawaban dan kinerja manajemen yang menjadi perhatian utamanya yaitu

informasi laba. Oleh karena itu tentu ini menjadi motivasi dan doronngan kepada

manajemen untuk berusaha secara maksimal dalam menjalankan aktivitas oprasional

perusahaan agar hasil yang dilaporkan pada akhir periode tahun buku dapat

memberikan gambaran bahwa perusahaan dalam kondisi baik. Namun disisi lain hal

ini menjadi faktor penyebab dan menjadi dorongan bagi pihak manajemen untuk

melakukan fraud melalui manipulasi laporan keuangan dan manajemen laba.

Menyadari pentingnya informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan, maka

laporan keuangan harus disajikan secara wajar dan mengungkapkan fakta yang
3

sebenarnya. Dalam hal ini informasi yang memiliki integritas yang tinggi akan sangat

di perlukan karena akan di gunakan sebagai bahan utama dalam mengambi keputusan.

Menurut Suci Atiningsih (2018) “Integritas laporan keuangan adalah sejauh

mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur”.

Kemudian laporan keuangan juga dapat dikatakan berintegritas apabila laporan

keuangan tersebut disajikan secara wajar, benar, serta jujur mengungkapkan informasi

yang sebenarnya. Amrulloh, et al, (2016). Pengertian lainnya juga menyatakan bahwa

integritas laporan keuangan itu merupakan keadaan dimana laporan keuangan disusun

dan disajikan dengan tanpa adanya yang ditutup-tutupi atau di rekayasa. Irawati dan

Fakhurddin dalam Muhammad Rizqi, 2018).

Dari beberapa pernyataan diatas mengenai pengertian integritas laporan

keuangan, dapat diambil kesimpulan bahwa integritas laporan keuangan yaitu sebuah

keadaaan dimana dalam proses pencatatan dan penyajian laporan keuangan, disajikan

secara wajar, dan jujur mengungkapkan fakta/keadaan yang sebenarnya tanpa adanya

yang ditutup-tutupi atau di rekayasa, serta laporan keuangan juga harus andal, yang

berarti bahwa laporan keuangan tersebut disajikan secara tepat dan bebas dari

kesalahan sehingga para pengguna laporan keuangan dapat berpegangan pada

informasi dalam laporan keuangan tersebut. Dari pengertian yang diambil dapat

disimpulkan bahwa laporan keuangan yang berintegritas merupakan laporan keuangan

yang memenuhi beberapa indikator seperti, 1. Laporaan keuangan yang disajikan

secara jujur yang mengungkapkan fakta sebenarnya, 2. Laporan keuangan harus


4

disajikan secara tepat tanpa adanya kesalahan-kesalahan material, 3. Laporan keuangan

harus dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan.

Namun dilihat dari kenyataannya bahwa pernah terdapat beberapa kasus-kasus

hukum yang mengaitkan manipulasi akuntansi. Banyak industri yang menyajikan data

dalam laporan keuangan dengan tidak memikirkan aspek integritas, yang mana data

yang di informasikan tidak tidak benar serta tidak adil untuk sebagian pihak pengguna

laporan keuangan. Sebab dalam tindakan manipulasi ini laporan keuangan yang

disajikan sudah benar-benar tidak memiliki indikator integritas, yang dimana laporan

keuangan tidak disajikan dengan jujur yang mengungkapkan fakta-fakta yang

sebenarnya. Skandal manipulasi akuntansi ini mengaitkan beberapa perusahan besar

dalam bermacam bidang di bermacam dunia semacam Enron (Energi), Bernard

Madoff (Pialang saham), Lehman Brothers (Layanan keuangan), Fannie Mae (Jasa

keuangan non bank), Tyco International (Keamanan), dan WorldCom

(Telekomunikasi), (Wikipedia.org).

Di Indonesia sendiri juga terdapat beberapa kasus manipulasi akuntansi

tepatnya manipulasi terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh berbagai jenis

perusahaan seperti kasus manipulasi laporan keuangan yang terjadi ada PT. Jiwasraya

(Asuransi), PT. Hanson International (Properti), PT. Garuda Indonesia (Jasa

Transportasi) dan lain-lain. Kasus kecurangan laporan keuangan sendiri juga terjadi

pada perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur seperti yang terjadi pada

perusahaan PT. Kimia Farma, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), dan PT

Akasha Wira International Tbk (ADES).


5

Kasus yang terjadi pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) yaitu

terdapatnya perbedaaan informasi antara data internal dengan data laporal hasil audit

laporan keuangan untuk tahun buku 2017, yang jelas dalam kasus ini PT. Tiga Pilar

Sejahtera Food Tbk telah mengabaikan indikator pertama dan ketiga dalam penyajian

laporan keuangan yang mana PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk menyajikan laporan

keuangan yang tidak mengungkapkan fakta yang sesungguhnya, laporan keuangan

yang disajikan tidak andal yang menjadikannya tidak dapat digunakan sabagai

pedoman dalam mengambil keputusan. Terdapat beberapa point yang ditemukan, yang

pertama terdapat dugaan over statement Rp 4 triliun pada akun piutang usaha,

persediaan, dan aset tetap Grup TPSF serta over statement Rp 663 miliar pada akun

penjualan dan sebesar Rp329 miliar pada EBITDA Entitas Food. Yang kedua terdapat

dugaan aliran dana sebesar Rp 1,78 triliun dengan berbagai skema dari Grup AISA

kepada pihak-pihak yang diduga terafiliasi dengan manajemen lama antara lain dengan

menggunakan pencairan pinjaman AISA dari beberapa bank, pencairan deposito

berjangka, transfer dana di rekening Bank, dan pembiayaan beban Pihak Terafiliasi

oleh Grup AISA. Kemudian Yang ketiga terkait hubungan dan transaksi dengan Pihak

Terafiliasi, tidak ditemukan adanya pengungkapan (disclosure) secara memadai

kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) yang relevan. Hal ini tentu

berpotensi melanggar Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan No. KEP-412/BL/2009 mengenai Transaksi Afiliasi dan Benturan

Kepentingan Transaksi Tertentu. (Kontan.co.id).


6

Adanya kasus manipulasi laporan keuangan yang terjadi pada PT. Tiga Pilar

Sejahtera Food Tbk (AISA) karena adanya kecurangan pada pihak manajemen lama

dan pihak KAP yang melakukan audit atas laporan keuangan yang disajikan. Hal ini

tentu menandakan gagalnya peran komisaris independen dan komite audit dalam

menjalankan tugas dan fungsinya, dimana komite audit memiliki tugas dan fungsi

untuk membantu komisaris independen untuk melakukan pengawasan internal

perusahaan atas proses pelaporan keuangan, manajemen resiko, pelaksanaan audit yang

dimana daapat dikatakan bahwa komite audit memiliki peran terhadap keintegritasan

laporan keuangan yang disajikan. Dewan komisaris memiliki tanggungjawab yang

penting dalam implementasi good corporate governance. Dalam hal informasi

keuangan, mereka bertanggung jawab atas transparansi dan kredibilitas laporan

keuangan. (Gregorius, 2015) Namun dengan terungkapnya kasus manipulasi ini

menandakan gagalnya komisaris independen dan komite audit dalam menjalankan

tugas, fungsi dan wewenangnya.

Sedikit melihat kebelakang ada kasus manipulasi atas laporan keuangan yang

dilakukan oleh perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia dan salah satu terbesar

hingga saat ini yaitu PT. Kimia Farma Tbk. Dalam kasus manipulasi ini PT. Kimia

Farma melaporkan informasi yang telah dimanipulasi, yang dimana informasi ini tidak

mengungkapkan fakta yang sebenarnya dan terdapat kesalahan-kesalahan informasi

yang disajikan, berawal atas pelaporan laba bersih sebesar Rp. 132 miliar oleh

manajemen PT. Kimia Farma Tbk pada tahun 2001, yang di audit oleh Hans

Tuanakotta & Mustofa (HTM). Namun hasil tersebut di ragukan oleh kementrian
7

BUMN dan BAPEPAM (sekarang OJK) sehingga dilakukan audit ulang pada 03

oktober 2002. Dengan dilakukannya audit ulang terhadap laporan keuangan yang telah

disajikan dan ditemukan kesalahan mendasar. Pada laporan keuangan yang baru,

keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar

Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada

unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7

miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9

miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1

miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan penyajian ini

berkaitan dengan persediaan dan penjualan, yang dimana kesalahan pada persediaan

harga persediaan digelembungkan dan pada penjualan, pihak manajemen melakukan

pencatatan ganda pada penjualan Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit

yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga membuat tidak terdeteksinya oleh

akuntan. Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh Bapepam (OJK), disebutkan

bahwa ternyata KAP yang melakukan audit atas laporan keuangan PT Kimia Farma

telah melakukan sesuai standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi

kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu

manajemen melakukan kecurangan tersebut. Namun dalam kenyataannya laporan

keuangan yang telah disajikan telah terbukti disajikan dengan tidak wajar dan dapat

dikatakan tidak andal. (wordpress.com).

Sesuai dengan kasus yang terjadi pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

(AISA) bahwa kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk, juga didasarkan oleh
8

pihak manajemen perusahaan, yang dimana pihak manajemen melakukan tindakan-

tindakan opotunistik seperti melakukan rekayasa pada pencatatan persediaan dan

pencatatan penjualan, yang dapat mengurangi integritas laporan keuangan untuk

kepentingan perolehan investasi dan terbuktinya kejadian ini juga menandakan

lemahnya penerapan good corporate governance pada perusahaan Kimia Farma Tbk,

hal ini dikarenakan gagalnya komisaris independen dan komite audit dalam mendeteksi

kecurangan yang dilakukan oleh pihak direksi dalam melakukan rekaya laporan

keuangan tersebut.

Banyaknya kasus manipulasi laporan keuangan yang telah terjadi baik di

Indonesia maupun di luar Indonesia telah menandakan bahwa peran dari corporate

governance begitu besar dalam mencegah terjadinya manipulasi atau tindak rekayasa

atas laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak direksi. Berbagai perusahaan

meyakini bahwa penerapan corporate governance merupakan bentuk lain penegakan

etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen perusahaan, dan

implementasi corporate governance berhubungan dengan peningkatan citra

perusahaan. Perusahaan yang menerapkan corporate governance, akan mengalami

perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan.(Lutviana, 2014).

Terungkapnya kasus-kasus manipulasi laporan keuangan semacam ini

menyebabkan para pengguna laporan keuangan mulai meragukan integritas laporan

keuangan yang terbuat serta dinilai oleh manajemen serta auditor, terutama pada sektor

industri manufaktur. Keraguan ini diperkuat sehabis ditemuinya kenyataan kalau dari

sebanyak 959 permasalahan fraud yang diteliti oleh Association Of Certified Fraud
9

Examiner, 53% antara lain dicoba oleh perusahaan- perusahaan yang bergerak dibidang

manufaktur (Akuntansipedia, 2017).

Secara intuitif prinsip konservatisme dapat digunakan dalam mengukur

integritas laporan keuangan seuatu perusahaan, pihak pengelola perusaahaan

memberikan informasi melalui laporan keuangan yang disajikan mereka menerapkan

akuntansi konservatisme yang dimana akan menghasilkan perhitungan laba yang lebih

berkualitas sebab prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-

besarkan laba. Interpretasi umum dari konservatisme dalam akuntansi didefinisikan

dalam IASB (1989) paragraph 37, yaitu sebagai tingkat kehati-hatian dalam

pelaksanaan penilaian yang diperlukan dalam situasi ketidakpastian, sehingga aset atau

pendapatan tidak overstated dan kewajiban tidak understated. (Paramita,2014). Prinsip

konservatisme sekarang ini lebih di kenal dengan sebutan prinsip prudence (FASB

dalam SFAC 8, 2010). Dengan adanya indeks konservatisme, dapat menjadi acuan

faktor informasi laporan yang disajikan lebih berkualitas dan berintegritas, serta

laporan yang disajikan akan lebih baik dan tidak menyesatkan bagi para pengguna

laporan keuangan tersebut. (Amrulloh, et.al, 2016). Adapun alasan penggunaan prinsip

konservatisme sebagai proksi integritas laporan keuangan yaitu, dari prespektif

perilaku oportunistik teori akuntansi positif, bahwa perusahaan yang mengalami

kegagalan pihak manajemen akan menutupi masalah kinerja perusahaan ini dengan

cara meningkatkan pendapatan serta aktiva perusahaan, maka untuk mencegah

tindakan manipulasi seperti itu prinsip akuntansi konservatisme ini dibutuhkan dan

dianggap menjadi hal yang tepat dalam menghindari manipulasi, dan di rasa tepat
10

sebagai dasar ukuran integritas laporan keuangan. (Paramita,2014). Pengukuran indeks

konservatisme ini dapat diukur dengan menggunakan model Beaver dan Ryan tingkat

konservatisme dalam laporan keuangan di mana nilai aset understatement dan

kewajiban overstatement dapat diketahui dengan menggunakan rumus Market to Book

Ratio. Market to Book Ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai buku

perusahaan. Dalam hal ini rasio yang bernilai lebih dari 1 mengindikasikan penerapan

akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah

dari nilai pasarnya

Tabel 1. 1
Market to Book Value beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

No Nama Perusahaan Tahun


MBV 2017 2018 2019
1 CEKA (PT. Cahaya Kalbar 0.85 0.83 0.87
Tbk)
2 CINT (PT Chitose 0.87 0.73 0.77
International Tbk)

3 KINO (PT Kino Indonesia 1.47 1.82 1.81


Tbk)

4 LMPI (PT Langgeng 0.44 0.43 031


Makmur Industri Tbk)

5 TRST (PT Trias Sentosa 0.53 0.50 0.49


Tbk)

Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

Berdasarkan perhitungan integritas laporan keuangan pada beberapa sampel

yang diambil dapat dilihat bahwa sebagian besar dari sampel yang diambil memiliki
11

rasio MBV dibawah 1. Pada hal ini semakin tinggi rasio MBV (Market to Book Value)

maka akan semakin baik atau tinggi pula penilaian investor terhadap perusahaan, dan

hal ini menandakan bahwa laporan keuangan yang disajikan bersifat konservatif dan

lebih berintegritas. Jika dilihat dari fenomena diatas, yang dimana bahwa PT. Cahaya

Kalbar Tbk, PT Chitose International Tbk, PT Langgeng Makmur Industri Tbk, dan

PT Trias Sentosa Tbk memiliki rasio MBV yang di bawah 1. Sesuai dengan

pengukuran tingkat integritas laporan keuangan yang berdasarkan prinsip

konservatisme model Beaver dan Ryan hal ini tentu mengidentifikasikan bahwa

laporan keuangan yang disajikan tidak konservatif dan menimbulkan ketidakpercayaan

dari pengguna laporan keuangan serta hal ini akan menimbulkan pertanyaan integritas

laporan keuangan yang disajikan. Dalam perhitungan tersebut dapat kita lihat bahwa

hanya PT. Kino Indonesia Tbk yang memiliki rasio MBV yang diatas 1, yang dimana

hasil tersebut mengidentifikasikan bahwa laporan keuangan PT. Kino Indonesia Tbk

cenderung lebih konservatif dan lebih berintegritas.

Cadbury Report (UK) dan Treadway Report (US) menyatakan bahwa jatuh atau

runtuhnya perusahaan-perusahaan publik disebabkan oleh gagalnya strategi dalam

mencegah praktik curang dari pihak manajemen puncak yang terjadi tanpa terdeteksi

dalam kurun waktu yang cukup lama hal ini dikarenakan lemahnya pengawasan yang

independen oleh dewan perusahaan. Dengan itu sangat diharapkan agar setiap

perusahaan tidak melakukan tindakan manajamen laba hal ini agar masyarakat, negara

dan pihak-pihak lainnya dapat menerima informasi yang benar dan sesuai serta dapat

menilai kinerja perusahaan dengan baik dari pelaporan keuangan yang bebas dari
12

manipulasi. Dengan adanya beberapa contoh kasus seperti yang dijelaskan, sangat

relevan jika diambil suatu pertanyaan tentang efektivitas penerapan corporate

governance. (Lutviana, 2014)

Tentu, fenomena-fenomena seperti ini jelas menunjukan bahwa terjadinya

manipulasi informasi akuntansi merupakan bentuk kegagalan dari integritas laporan

keuangan dalam memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan keuangan

tersebut. Dimana yang seperti kita tahu bahwa laporan keuangan ini mengungkapkan

laba/kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan dalam periode tersebut, yang dimana

lewat laporan tersebut akan mendukung keputusan ekonomi perusahaan, akan tetapi

karna terjadi manipulasi laporan keuangan maka informasi akan laporan tersebut

diragukan kualitasnya.

Agar sebuah laporan keuangan dapat menghasilkan integritas laporan keuangan

yang baik dan sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance maka dengan itu

perusahaan harus mempunyai struktur atau susunan yang tertata dengan baik, dalam

salah satu bagian struktur corporate governance yang mempunyai peranan dan posisi

terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring adalah peranan komisaris independen,

komite audit, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial. Hal ini

dikarenakan komisaris independen merupakan sebuah bidang kerja yang sangat

Aspek awal yang pengaruhi integritas laporan keuangan merupakan struktur

corporate governance. Sruktur Corporate governance ialah konsep yang diajukan demi

kenaikan kinerja industri lewat supervisi ataupun monitoring kinerja manajemen serta

menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada


13

kerangka peraturan (Nasution dan Setiawan, 2007) dalam (Khalil 2016). Sesuai dengan

Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Struktur Corporate

Governance juga dapat dikatakan sebagai organ-organ perusahaan yang memiliki

peran penting dalam penerapan good corporate governance, struktur GCG meliputi

organ utama yaitu Pemegang saham/RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi serta organ

pendukung GCG antara lain Komite-komite, Sekretaris Perusahaan, dan Satuan

Pengawas Internal (SPI). Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

struktur Corporate Governance adalah sebuah tatanan yang dibentuk pada organ-organ

utama dalam kepengurusan perusahaan dengan tujuan untuk menciptakan sebuah

manajemen yang lebih baik. Maka dari itu corporate governance merupakan sebuah

pembagian tugas serta kewajiban yang berkepentingan kepada perusahaan seperti

pemegang saham, para manajer, komisaris, serta stakeholders.

Pada dasarnya, akibat dari belum terdapatnya tata kelola industri yang baik

ialah pemicu utama yang sudah merangsang banyaknya penyalahgunaan otoritas oleh

direktur maupun petinggi- petinggi lain dalam industry (Singdevh dan Desai, 2016).

Industri yang belum mempunyai tata kelola yang baik bisa merangsang manajemen

buat menyajikan laporan keuangan yang cuma berakibat positif untuk ekonomi industri

demi menjauhi turunnya kredibilitas industri dihadapan publik. Penerapan Corporate

Governance yang baik pada sebuah perushaan akan berdampak baik terhadap integritas

suatu laporan keuangan perusahaan sehinggan akan menjadikan pihak manajemen akan

sulit dalam melakukan tindakan kecurangan atau manipulasi terhadap laporan

keuangan.
14

Dalam Struktur Corporate Governance terdapat beberapa proksi pada

penelitian kali ini terdiri atas kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite

audit, serta komisaris independen. Sruktur Corporate Governance sendiri dapat

dikatakan sebagai suatu konsep yang diajukan demi meningkatkan kinerja industri

lewat supervisi ataupun monitoring kinerja manajemen serta menjamin akuntabilitas

manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan

(Nasution serta Setiawan, 2007: 73).

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham suatu perusahaan oleh

institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan

kepemilikan institusi lainnya (Bernandhi, 2013). Kepemilikan institusional memiliki

peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi

antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap

mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang

diambil oleh manajer. Kepemilikan institusional ialah keadaan dimana institusi

mempunyai saham dalam sesuatu industri. Kepemilikan institusional mempunyai

keahlian buat mengatur pihak manajemen lewat proses monitoring secara efisien

sehingga bisa tingkatkan kinerja industri. Kepemilikan institusional mempunyai

keahlian buat kurangi insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri lewat

tingkatan pengawasan yang insentif. Sehingga kepemilikan institusional diharapkan

bisa memencet kecenderungan pihak manajemen dalam melaksanakan manipulasi

laporan keuangan.
15

Beberapa penelitian terkait pengaruh kepemilikan institusional terhadap

integritas laporan keuangan telah dilakukan oleh Eva, et al (2019), Dewi dan Putra

(2016), Savitri (2016), dan Amrulloh, et.al (2016), yang menyatakan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Badewin (2019), Nurdiniah & Pradika

(2017) dan Irawati dan Fakhruddin (2016), menyatakan bahwa kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

Kepemilikan manajerial berarti kepemilikan saham berada di tangan manajer

(Julius, et al (2020). Dengan memberikan kesempatan kepada supervisor untuk terlibat

dalam kepemilikan saham dengan tujuan menyeimbangkan kepentingan dengan

investor. Dengan kontribusi kepemilikan saham, supervisor akan bertindak hati-hati

dengan alasan bahwa mereka berbagi konsekuensi atas pilihan yang mereka buat.

Begitu pula dengan kontribusi perseorangan penawaran, pengurus akan terpacu untuk

memperbaiki pamerannya dalam menangani organisasi.

Beberapa penelitian terkait variabel kepemilikan manajerial terhadap integritas

laporan keuangan telah dilakukan oleh Arista et al, (2019), Musllih, et al (2017) serta

Dewi dan Putra (2016), yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh

positif pada integritas laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Sedangkan penelitian dari Widya Kusuma & Yuli Chomsatu (2020),

Eva, Dede & Dani (2019) dan Savitri (2016) menyatakan bahwa variabel kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.


16

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 55/POJK.04/2015

menyatakan bahwa komite audit merupakan sebuah komite yang dibuat oleh dewan

komisaris serta juga memiliki tanggung jawab kepada dewan komisaris dalam

membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Komite audit berperan

untuk melakukan pengawasan internal perusahaan atas proses pelaporan keuangan,

manajemen resiko, pelaksanaan audit, dan implementasi pelaksanaan corporate

governance di perusahaan-perusahaan. Dalam hal ini, kegunaan serta tanggung jawab

komite audit yaitu untuk me-monitor serta untuk mengawasi audit laporan keuangan,

dan juga untuk memastikan agar standar dan ketentuan keuangan yang berlaku

terpenuhi, mengoreksi ulang pada laporan keuangan untuk memastikan bahwa sesuai

dengan standar, serta untuk menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang

diajukan auditor eksternal (Indrasari dkk, 2016).

Semakin banyak jumlah individu dari dewan peninjau wali amanat dalam

organisasi, semakin banyak individu yang memiliki tugas untuk mengaudit prinsip dan

strategi yang diterapkan oleh eksekutif dalam pengumuman keuangan, misalnya

diidentifikasi dengan pengakuan pendapatan. Dewan peninjau dapat membantu

kelompok pejabat terkemuka dalam melaksanakan pendekatan pengendalian bahaya,

misalnya dengan merekomendasikan pengaturan untuk catatan tak tertagih karena

bahaya piutang tak tertagih dari kesepakatan dengan tujuan agar manfaat yang

dirasakan akan lebih rendah. Penggunaan pengakuan manfaat yang lebih rendah

daripada pendapatan kerja menunjukkan penggunaan standar serta prinsip konservatif.

Dalam hal ini peran komite audit dianggap berperang terhadap ke integritasan laporan
17

keuangan, dalam penelitian (Venny, 2017) Semakin konservatif kebijakan akuntansi

yang diterapkan maka semakin tinggi intergitas laporan keuangan perusahaan.

Hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh komite audit terhadap

integritas laporan keuangan dilakukakan oleh Agnes Dwi, et al (2019), Inosensius

Istiantoro, e al (2017), Fitria Monica1, et al (2017) yang menunjukan hasil bahwa

komite audit memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap integritas laporan

keuangan. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Eva, et al (2019), Gora

M.O Sagala & Jumiadi A.W (2019) dan Dewi dan Putra (2016), menyatakan komite

audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 55/POJK.04/2015

Dijelaskan bahhwa komisaris independen memiliki kapasitas sebagai stabilisator

secara dinamis, sehingga pilihan dianggap mengambil kepentingan dan keistimewaan

investor minoritas dan pertemuan terkait lainnya sehingga tidak muncul bentrok

organisasi antara pihak dominan dan investor minoritas. Selain itu Komisaris

independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip

tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Hal itu dilakukan

dengan cara mendorong anggota dewan komisaris yang lain agar dapat melakukan

tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada para direktur secara efektif dan dapat

memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Dalam menjalankan tugasnya, Komisaris Independen mengetuai komite audit

dan komite nominasi. Komite audit adalah komite yang bertugas melakukan audit

terhadap organisasi. Sementara komite nominasi bertugas membuat sistem penilaian


18

dan memberikan rekomendasi tentang berapa jumlah komisaris independen.

Berdasarkan pertimbangan yang rasional dan kehati-hatian, seorang komisaris

independen berhak menyampaikan pendapat yang berbeda dengan anggota dewan

komisaris lain dan pendapatnya dicatat di dalam Berita Acara Rapat Dewan Komisaris

dan apabila pendapatnya berbeda secara material maka hal itu wajib dimasukkan ke

dalam Laporan Tahunan. Pada penelitian Venny, 2017 dinyatakan bahwa Semakin

tinggi tingkat komisaris independen dalam suatu organisasi, semakin penting dampak

dari hakim bebas dalam menentukan pilihan sehubungan dengan pendekatan

pengendalian bahaya yang akan diambil oleh badan pimpinan yang terkemuka,

sehingga komisaris independen dapat secara tidak langsung mengendalikannya.

pembuatan strategi melalui komissaris independen dengan menetapkan strategi

pengakuan manfaat rendah dan beban tinggi.

Hasil penelitian ini yang mengenai pengaruh komisaris independen terhadap

integritas laporan keuangan telah dilakukan oleh Dharma Cahyani, et al Eva, et al

(2019), Silvia Arista (2018), Anita Indrasari, et al (2016) yang menunjukan hasil bahwa

komisaris independen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Integritas

Laporan Keuangan. Sedangkan pada penelitian Agnes Dwi & Mayar Afriyenti (2019),

Muhammad Fajar &Annisa Nurbaiti (2020), Rahmatul Maulida, et al (2019)

menyatakan bahwa komisaris independen memiliki pengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap Integritas Laporan Keuangan.

Faktor berikutnya yang mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan salah

satunya yaitu Ukuran Perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dikomunikasikan sejauh


19

sumber daya lengkap, kesepakatan dan kapitalisasi pasar. Semakin menonjol sumber

daya habis-habisan, kesepakatan, dan kapitalisasi pasar, semakin penting ukuran

perusahaan. Ariantoni (2015). Semakin besar ukuran sebuah perusahaan, maka akan

semakin banyak kontribusi modal, semakin banyak kesepakatan, semakin banyak uang

tunai dan semakin menonjol kapitalisasi pasar, semakin besar organisasi tersebut

diketahui oleh orang-orang pada umumnya. Ukuran perusahaan sebenarnya ditumpuk

untuk menentukan ukuran organisasi pelanggan yang sebanding dengan dana

organisasi. Di mana ada harapan bahwa perusahaan yang besar diterima memiliki

pilihan untuk menyelesaikan tantangan moneter yang dilihat oleh organisasi, sementara

perusahaan yang lebih kecil dipandang tidak siap untuk mengatasi masalah moneter

atau masalah yang terjadi dalam organisasi.

Ukuran perusahaan merupakan sebuah perbandingan nilai yang menunjukkan

besar kecilnya perusahaan yang dilihat berdasarkan beberapa hal penilainnya, seperti

total aset,dll (Taures, 2011). Seperti yang kita ketahui bahwa organisasi yang sangat

besar memiliki basis mitra yang lebih luas, sehingga pendekatan yang berbeda dari

organisasi besar akan lebih memengaruhi kepentingan publik daripada organisasi kecil.

Untuk pendukung keuangan, strategi organisasi akan mempengaruhi pendapatan di

masa depan. Kemudian, otoritas publik (pengendali) akan mempengaruhi ukuran

pendapatan pengeluaran yang akan didapat, dan pekerjaan penjaminan bagi populasi

secara keseluruhan. Dalam penelitian Muhammad Fajar, & Annisa Nurbaiti (2020),

dan Pradika & Hoesada (2018), menyatakan bahwa Ukuran perusahaan berpengaruh

positif terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan menurut penelitian Widya


20

Kusuma & Yuli Chomsatu (2020) Siahaan (2016) dan Monica & Wenny (2016)

variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap integritas

laporan keuangan.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Inosensius Istiantoro et,al

(2017) Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak

pada periode tahun pengamatan penelitian, variabel serta pada sampel penelitian. Pada

penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan variabel kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, komite audit, dan komisaris independen. Sedangkan dalam

penelitian ini peneliti menambah variabel ukuran perusahaan sebagai variabel

independen. Alasan peneliti menambah variabel ukuran perusahaan adalah bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh positif teradap integritas laporan keuangan.

Pernyataan tersebut dilandaskan karena banyaknya sorotan dari masyarakat kepada

perusahaan-perusahaan besar yang terbukti mampu mendorong perusahaan untuk

mengungkapkan informasi secara jujur hal ini didasrkan juga pada komponen dan

struktur corporate governance yang lebih baik sehingga mencerminkan laporan yang

berintegritas seperti pada penelitian Fajaryanai (2015). Serta fokus pada pelitian ini

yaitu pada perusahaan manufaktur dalam periode 2017-2019 hal ini berbeda dengan

penelitian yang sebelumnya yang berfokus pada perusahaan LQ45 dan melakukan

penelitian pada periode 2009-2014. Adapun alasan mengapa penulis memilih variabel-

variabel tersebut sebagai bahan yang di gunakan dalam menilai integritas laporan

keuangan pada sebuah perusahaan dikarenakan beberapa variabel tersebut merupakan

variabel yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap integritas laporan
21

keuangan sebuah perusahaan serta juga masih banyak perbedaan presepsi ataupun

perbedaan hasil penelitian yang didapat antara penelitian-penelitian sebelumnya

terhadap variabel yang telah dikemukakan diatas.

Objek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan beberapa alasan pertimbangan yang

dilakukan bahwa perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki proses

aktivitas yang lengkap, yang dimana aktivitas ini dimulai dari pengadaan bahan baku

hingga proses pengelolaannya menjadi barang jadi hingga sampai barang tersebut

tersedia dan siap untuk di jual. Sehingga pada perusahaan manufaktur tersebut

membutuhkan banyak sumber dana untuk membiayai dan sumber daya untuk

melakukan dan mengatur proses semua kegiatan ekonomi teersebut. Hal ini juga

menjadi alasan lain peneliti untuk meneliti kembali tentang varibel-veriabel tersebut

pada perusahaan menufaktur sebagai objek, serta peneliti ingin mengetahui apakah

perusahaan manufaktur saat ini telah mampu memberikan integritas laporan keuangan

yang tinggi kepada publik setelah banyaknya kasus yang pernah terjadi mengenai

manipulasi laporan keuangan pada perusahaan-perusahaan besar baik yang ada di

dunia hingga di Indonesia termaksud perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Struktur Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap

Integritas Laporan Keuangan (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdafar di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2017-2019)”.


22

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

penulis dapat mengindentifikasi masalah masalah berikut.

1. Dalam menilai pertanggungjawaban dan kinerja manajemen dinilai

berdasarkan kinerja perusahaan berdasarkan informasi laba yang disajikan

dalam laporan keuangan.

2. Kurang efektifnya peran dari dewan komisaris independen, dan komite audit

menyebabkan corporate governance tidak berjalan secara optimal sehingga

memperbesar tindakan manipulasi laporan keuangan yang terjadi pada

perusahaan.

3. Lemahnya penerapan corporate governance memiliki kemungkinan terjadinya

manipulasi laporan keuangan yang menandakan rendahnya tingakat integritas

laporan keuangan yang disajikan.

4. Dilakukannya manipulasi atau kecurangan terhadap laporan keuangan akan

merugikan berbagai pihak yang telah menggunakan laporan keuangan tersebut

sebagai alat dalam mengambil keputusan.

5. Terungkapnya beberapa kasus dan skandal manipulasi pelaporan keuangan di

Indonesia membuktikan bahwa tugas dan keberadaan komite audit di

perusahaan masih belum efektif dalam mencegah tindakan kecurangan tersebut.

6. Bagaimana Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?


23

7. Bagaimana Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?

8. Bagaimana Komite Audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?

9. Bagaimana Komisaris Independen berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?

10. Bagaimana Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang

lingkup dan arah yang jelas dan guna menghindari adanya penyimpangan hasil karena

permasalahan yang melebar, maka peneliti membatasi masalah bahwa penelitian ini

hanya melihat pengaruh Struktur corporate governance yang diproyeksikan pada

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, dan komisaris

independen serta ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2017-2019.


24

1.4 Rumusan Masalah

1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan?

2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan?

3. Apakah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

4. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan?

5. Apakah ukuran perusahaan berpengarh terhadap integritas laporan keuangan?

6. Apakah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,

komisaris independen, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap integritas

laporan keuangan?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh dari kepemilikan institusional terhadap Integritas

Laporan Keuangan yang terdaftar di BEI.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari kepemilikan manajerial terhadap Integritas

Laporan Keuangan yang terdaftar di BEI.

3. Untuk mengetahui pengaruh dari komite audit terhadap Integritas Laporan

Keuangan yang terdaftar di BEI.


25

4. Untuk mengetahui pengaruh dari komisaris independen terhadap Integritas

Laporan Keuangan yang terdaftar di BEI.

5. Untuk mengetahui pengaruh dari ukuran perusahaan terhadap Integritas

Laporan Keuangan yang terdaftar di BEI.

6. Untuk mengetahui pengaruh dari kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, komite audit, ukuran perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap

Integritas Laporan Keuangan yang terdaftar di BEI.

1.6 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai

pengaruh Struktur Corporate Governance yang di proyeksikan terhadap

Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, Dan

Komisaris Independen serta pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Integritas

Laporan Keuangan. Serta dapat digunakan sebagai bahan pendukung penelitian

yang berkaitan dengan kualitas audit.

2. Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan sebagai referensi bagi penelitian berikutnya.


26

3. Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran serta informasi

kepada pihak pengelola perusahaan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap Integritas Laporan Keuangan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi (agency theory) merupakan teori yang dikembangkan oleh

Michael C. Jensen dan William H.Meckling. Teori keagenan (agency theory)

menjelaskan hubungan antara dua pihak yaitu, pemilik (principal) dan manajemen

(agent). Principal sebagai pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain yang

disebut agent. Agent (manajer) mempunyai kewenangan untuk mengelola perusahaan

dan mengambil keputusan atas nama investor.

Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi

sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self

interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang

(bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse).

Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan

bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.

Teori ini mempunyai sebuah pandangan dimana setiap individu seolah-olah

termotivasi oleh kepentingannya sendiri yang dimana hal ini akan menimbulkan

terjadinya konflik kepentingan antara principal dan agent. Masalah keagenan yaitu

adanya konflik kepentingan antara harapan para investor dalam memperoleh atau

27
28

mendapatkan return yang maksimal dengan harapan manajer. Dalam hal ini seharusnya

manajer mengelola organisasi bisnis dengan baik serta sesuai dengan harapan para

investor, namun dalam faktanya sering terjadi bahwa manajer lebih mengedepankan

kepentingan sendiri yang disebut dengan tindakan Moral Hazard (Haryani et al., 2011).

Adanya perkembangan perusahaan yang semakin besar maka hal ini

menyebabkan seringnya terjadi konflik antara principal, dalam hal ini adalah para

pemegang saham (investor) dan pihak agent yang diwakili oleh manajemen (direksi).

Agen dikontrak melalui tugas tertentu dari prinsipal serta mempunyai tanggung jawab

atas tugas yang diberikan oleh prinsipal. Prinsipal mempunyai kewajiban untuk

memberi imbalan kepada agen atas jasa yang telah diberikan oleh agen. Adanya

perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal inilah yang dapat menyebabkan

terjadinya konflik keagenan. Prinsipal dan agen sama-sama menginginkan keuntungan

yang sebesar-besarnya serta Prinsipal dan agen juga sama-sama menghindari adanya

risiko. Didalam teori keagenan (agency theory), Hubungan antara principal dan agent

dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical

information) karena agent berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih

banyak tentang perusahaan, dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa

setiap individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri, maka

dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk

menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal.


29

Dalam hal ini para agen berkepentingan untuk mendapatkan imbalan yang

sesuai untuk kinerjanya dalam mengoperasionalkan perusahaan. Sementara di sisi lain

pihak principal sebagai pemilik modal dan pihak yang memberikan mandat terhadap

manajer, memberikan kewajiban kepada agent untuk memberikan laporan mengenai

kondisi perusahaan. Laporan yang diberikan dapat berupa pengungkapan informasi

akuntansi seperti laporan keuangan. Hal tersebut berguna sebagai sarana pengawasan

terhadap agent oleh para principal, untuk memastikan modal yang mereka tanamkan

berkembang dengan baik. Dengan demikian di dalam satu perusahaan terdapat dua

kepentingan yang berbeda. Kepentingan untuk mengoptimalkan keuntungan bagi

perusahaan milik principal dan kepentingan pribadi agen yang memegang tanggung

jawab besar untuk mendapatkan imbalan yang besar pula., dengan kata lain

kepentingan pribadi agen sendiri.

Akibat dari asimetri ini memunculkan anggapan bahwa agent mempunyai

potensi untuk bertindak tidak sesuai dengan keinginan principal (Agrianti, 2009:16).

Adanya asimetri informasi ini dapat menimbulkan dua masalah potensial yaitu:

adverse selection dan moral hazard. Kedua masalah ini terjadi karena teori keagenan

mengasumsikan bahwa manajer selalu bertindak oportunis, yaitu manajer akan

memilih opsi terbaik untuk kepentingan manajemen dibandingkan yang terbaik untuk

kepentingan investor. Adverse selection terjadi karena manajemen memiliki informasi

lebih baik atau lebih lengkap tentang perusahaan dibandingkan investor, sedangkan
30

moral hazard terjadi karena perilaku manajemen yang tidak dapat diamati (Rozania et

al., 2013).

Hubungan antara principal dan agent ini, merupakan hal mendasar bagi praktek

penerapan Corporate Governance secara luas. Perspektif hubungan keagenan

merupakan dasar yang digunakan untuk memahami Corporate Governance. Corporate

Governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan

bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa

mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Selain

menggunakan mekanisme corporate governance dalam meminimalkan konflik,

perusahaan juga membutuhkan pihak lain yang bersifat independen sebagai mediator

antara principal dan agent. Pihak ketiga ini berguna untuk mengawasi perilaku agent

apakah telah bertindak sesuai dengan keinginan principal dan juga memberikan

informasi yang andal dan bermanfaat bagi principal yang berkaitan dengan

kelangsungan perusahaan. Auditor dianggap sebagai pihak yang mampu menjembatani

kepentingan principal dengan agent dalam mengelola perusahaan (Setiawan, 2006).

2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Menurut Siahaan dalam Aprilia (2018)..Teori sinyal>>menjelaskan adanya

suatu asimetri.,informasi antara pihak.,manajemen perusahaan><dengan pihakpihak

yang><berkepentingan.,dengan adanya infomasi.,tersebut. Signaling><theory

menjelaskan><tentang bagaimana.,seharusnya sebuah perusahaan.,memberikan sinyal

kepada pemakai.,laporan keuangan. Sinyal..ini berupa informasi.,tentangapa yang


31

sudah dilakukan oleh.,manajemen untuk merealisasikan keinginan.,pemilik.

Sinyal.,juga..dapat berupa promosi atau.,informasi lain.,yang menyatakan.,bahwa

perusahaan tersebut lebih baik dari.,pada perusahaan lain.

Teori.,sinyal juga menyatakan.,bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh

manajer untuk mengurangi adanya asimetri informasi. Manajer memberikan informasi

dengan melalui laporan keuangan.,bahwa mereka menerapkan.,kebijakan akuntansi

konservatisme.,yang menghasilkan.,laba yang lebih.,berkualitas.. karena prinsip

ini>dapat.,melakukan>tindakan..yang..mencegah.perusahaan..melakukan.,tindakan.m

embesar-besarkan.,laba>>dan.,membantu pengguna.,/laporan keuangan>dengan

menyajikan laba dan aktiva..yang tidak overstate.

2.1.3 Integritas Laporan Keuangan

Laporan keuangan dapat diartikan sebagai hasil dari sebuah proses akuntansi

yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara manajemen dengan

pihak luar perusahaan mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan atau aktivitas

perusahaan selama periode tertentu (Khalil, 2016). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI,

2012) menyatakan bahwa laporan keuangan memiliki tujuan yaitu untuk memberikan

atau menyampaikan sebuah informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas

perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka

membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban

manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.


32

Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang memiliki

integritas dalam penyajiannya. Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila

laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas dengan salah satu karakteristik yang

disyaratkan oleh IFRS, yaitu faithfull representation dan juga harus terbebas dari

kesalahan material (free from error) yang dapat menyesatkan para pengguna untuk

memenuhi kualitas faithfull representation Kieso (2011:44). Laporan keuangan yang

memiliki integritas akan melindungi hak-hak stakeholder, hal ini dikarenakan pihak

stakeholders dapat mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya berkat laporan

keuangan yang disajikan dengan integritas yang tinggi, bukan laporan keuangan yang

telah dimanipulasi dan menyesatkan (Muhammad Rizqi, 2018).

Jama’an (2008) dalam Khalil (2016) menyatakan bahwa sebuah laporan

keuangan seharusnya memberikan informasi yang baik, benar serta memiliki manfaat

bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Integritas informasi sebuah laporan keuangan

menyangkut keandalan informasi akuntansi yang dihasilkan yaitu kejujuran dalam

penyajian, dapat dipercaya, dan netralitas yang antara lain:

1) Kejujuran (Faithfulness) berarti bahwa terdapat kesesuain antara


ukuran keuangan atau penjelasan dan fenomena aktivitas ekonomi
yang diukur atau dijelaskan. Dalam akuntansi, sumber-sumber
ekonomi, kewajiban dan kejadian-kejadian yang membawa perubahan
sumber-sumber dan kewajiban dinyatakan dalam laporan keuangan.
2) Dapat dipercaya (Reliability) bahwa seorang pengguna dapat
menggantungkan atau memiliki keyakinan pada informasi yang
dilaporkan. Informasi akuntansi dipertimbangkan dapat dipercaya jika
informasi secara menyatakan apa yang dimaksud, apa yang
diungkapkan, dan dapat diuji kebenarannya.
33

3) Netral (neutrality) berarti bahwa informasi akuntansi harus netral, atau


tidak memihak yang memberikan dampak pada perilaku pengguna
informasi. Oleh karana informasi akuntansi memberi pengaruh
terhadap lingkungannya, maka dipandang penting bahwa informasi
akuntansi harus bersifat netral atau tidak bias.
Meskipun sebuah ukuran integritas laporan keuangan selama ini tidak ada

namun demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan

konservatisme dan manajemen laba (Tia Astria, 2011). Konservatisme merupakan

prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan aset

cenderung rendah, serta angka-angka biaya dan utang cenderung tinggi.

Kecenderungan seperti itu terjadi karena konservatisme menganut prinsip

memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya.

Akibatnya, laba yang dilaporkan cenderung terlalu rendah (understatement). Penerapan

akuntansi konservatif pada sebuah proses pencatatan akan memberikan beberapa

manfaat untuk perusahaan. Melalui penerapan akuntansi konservatif, informasi

keuangan yang akan dihasilkan sebuah perusahaan akan menjadi lebih berkualitas serta

lebih berintegritas hal ini dikarenakan tidak dibayangi oleh manipulasi keuangan yang

menghasilkan overstatement (Annisa Oktaviana dan Ni Nyoman). Sebuah laporan

keuangan yang berintegritas dapat dibuktikan melalui penggunaan prinsip

konservatisme dan penggunaan earning management. Hal ini dikarenakan bahwa

Informasi pada sebuah laporan keuangan akan lebih reliable apabila laporan keuangan

tersebut konservatif dan laporan keuangan tersebut tidak overstate sehingga

menjadikan tidak adanya pihak yang dirugikan akibat penyajian informasi dalam

laporan keuangan tersebut. (Mayang sari 2003, dalam Andry 2017)


34

2.1.4 Konservatisme Akuntansi

Menurut FASB (1980:2) Konservatisme Adalah

“Reaksi hati-hati menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan

untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko intern dalam

lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan”.

Sedangkan Menurut Suwardjono (2014:245) Konservatisme Yaitu :

Sikap atau aliran (mazhab) dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil


tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang terjelek dari
ketidakpastian tersebut. Sikap konservatif juga mengandung makna sikap
berhati-hati dalam menghadapi resiko dengan cara bersedia mengorbankan
sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan resiko.

Kemudian, Sana’a (2016) menyatakan bahwa :

Konservatisme akuntansi merupakan prinsip kehati-hatian terhadap suatu


keadaan yang tidak pasti yang bertujuan untuk menghindari optimisme yang
berlebihan dari manajemen dan para pemilik perusahaan serta melindungi pihak
kreditorterhadap ketidaksesuaian dalam pembagian aktiva perusahaan sebagai
dividen.

Dari beberapa pernyataan diatas dapat di simpulkan bahwa Konservatisme

merupakan sikap dalam mengambil tindakan secara hati-hati dengan tujuan

ketidakpastian dan risiko harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai

prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan

memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan.


35

Konservatisme juga biasanya didefinisikan sebagai reaksi kehati-hatian (prudent)

terhadap ketidakpastian, hal ini ditujukan untuk menjaga hak-hak serta kepentingan

pemegang saham (shareholders) dan pemberi pinjaman (debtholders) (Tia Astria,

2011).

Zhou dan Yang (Dalam Silvia Arista et al, 2018) menyatakan bahwa pengukuan

integritas laporan keuangan dapat dilakukan dengan dua acara, yaitu di ukur secara

konservatisme atau dengan manajemen laba. Dalam proses penerapannya pihak auditor

lebih tertarik pada pelaporan keuangan yang bersifat konservatif, hal ini dikarenkan

bahwa karakteristik informasi dalam prinsip konservatif dapat digunakan sebagai alat

untuk memprediksi keadaan yang akan datang yang sesuai dengan tujuan laporan

keuangan, sehingga prinsip ini dapat digunakan menjadi salah satu faktor dalam

mengurangi manipulasi serta meningkatkan integritas laporan keuangan.

Namun pada kenyataannya Di Indonesia, melalui Dewan Standar Akuntansi

Keuangan yang dibentuk Ikatan Akuntan Indonesia menetapkan arah pengembangan

konvergensi IFRS terhadap PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). Yang

dimana salah satu dampak dari Korvegensi IFRS ini yaitu masalah penerapan

Konservatisme. Sehubungan dengan itu, prinsip Konservatisme tidak berlaku dalam

IFRS. Laporan keuangan menurut IFRS seharus understandable, relevan, reliable, dan

comparable, serta tanpa diikuti oleh bias konservatif. Akhirnya IFRS membuat standar

baru dengan prinsip Fair value agar kekayaan yang dilaporkan perusahaan saat ini

sesuai dengan kenyataan yang ada pada perusahaan. Tetapi, karena adanya tingkat
36

ketidakpastian dalam situasi perusahaan maka secara penuh prinsip konservatisme ini

tidak bisa dihapuskan, Riri Zelmiyanti (2014). Pernyataan penggunaan prinsip

konservatisme ini juga dijelaskan pada penelitian, Ahmad Juanda (2012) yang

menyatakan bahwa meskipun Standar-standar IASB (IFRS) tidak merujuk secara

eksplisit prinsip penerapan konservatisme, namun konservatisme tidak hilang hanya

karena tidak “ditekankan” dalam standar. Dengan adanya ketidakpastian maka akan

tetap ada penerapan konservatisme dalam penyajian laporan keuangan.

Prinsip akuntansi konservatif ini masih di terapkan oleh beberapa perussahaan

besar di Indonesia, meskipun prinsip ini sudah tidak lagi diatur dalam IFRS, Sari dalam

(Paramita, 2014). Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor, pertama perusahaan akan

tetap memiliki ketidakpastian ketika menyiapkan saldo yang menggunakan nilai wajar

atau fair value. Kedua yaitu untuk mengatasi tindakan atau prilaku oportunistik

manajer. Faktor ketiga karena adanya pilihan metode akuntansi yang terdapat dalam

SAK, yang dimana ini berpengaruh terhadap isi yang akan di sajikan, maka prinsip

kehati-hatian ini masih diperlukan (Paramita, 2014). Kemudian dari pada itu laporan

keuangan yang bersifat konservatif dipercaya tidak akan menyesatkan para pengguna

laporan keuangan, hal ini dikarenakan prinsip ini tidak memuat informasi laba yang

lebih tinggi yang terkadang hal ini menjadi tolok ukur orang-orang dalam menilai

sebuah kinerja perusahaan, sehingga dengan penerapan prinsip konservatif ini akan

memuat laporan keuangan yang cenderung lebih berintegritas. (Silvia Arista, et al,

2018).
37

Dalam Khalil Noverri Setiawan 2016. Dijelaskan bahwa Para peneliti biasanya
menggunakan tiga bentuk pengukuran untuk menyatakan konservatisme, yaitu:
1. Net Asset Measure
Ukuran ini digunakan untuk menilai nilai aset yang understated dan
kewajiban yang overstated. Salah satu model pengukurannya adalah proksi
pengukuran yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) yaitu dengan
menggunakan Market To Book Ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif
terhadap nilai perusahaan. rasio yang berlebih dari 1, mengindikasikan
penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai
perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya.
2. Earning/Stock Return Relation
Pengukuran konservatisme bisa dikaitkan dengan estimasi/negatif
return disaham. Kaitannya dengan konservatisme adalah acuan untuk
memverifikasi apakah gain/loss dapat diakui. Jika laba diakui maka akan
meningkatkan net aset perusahaan, sebaliknya jika rugi diakui maka akan
menurunkan net aset perusahaan. Jadi, return yang positif menandakan
adanya kenaikan net aset sedangkan return yang negatif menandakan
penurunan net aset. Jika rugi itu menjadi subjek yang menandakan adanya
verifikasi lebih sedikit tingkatnya, maka laba akan merespon rugi ini lebih
cepat daripada laba (Seswanto, 2012)
3. Earning/Accrual Measures
a) Model Givoly dan Hayn (2000)
Dwiputro (2009) menjelaskan bahwa Givoly dan Hayn
memfokuskan konservatisme pada laporan laba rugi selama beberapa
tahun. Mereka berpendapat konservatisme menghasilkan akrula
negatif terus menerus. Akrual disiniadalah perbedaan antara laba
bersih sebelum depresiasi/amortisasi dan arus kas kegiatan operasi.
Landasannya bahwa konservatisme menunda pengakuan pendapatan
dan mempercepat penggunaan biaya. Despresiasi dikeluarkan dari net
income dalam perhitungan konservatisme akuntansi karena depresiasi
merupakan alokasi biaya dari aktiva yang dimiliki perusahaan.
b) Model Zhang (2007)
Zhang ini menggunakan konservatisme akrual sebagai salah
satu pengukuran konservatisme. Konservatisme akrual didapatkan
dengan membagi akrual non operasi dengan total aset. Akrual non
operasi memperlihatkan pencatatan kejadian buruk dalam perusahaan
contohnya biaya restrukturisasi dan penghapusan aset. Dalam
penelitiannya konservatisme akrual dikalikan dengan -1 dengan
tujuan mempermudah analisa. Dimana, semakin tinggi konservatisme
akrual maka penerapan konservatisme juga semakin tinggi.
c) Discretionary Accrual
38

Terdapat beberapa model untuk menghitung Discretionary


Accrual. Discretionary Accrual yang paling sering digunakan adalah
Discretionary Accrual Model Kasznik (1999). Discretionary Accrual
adalah suatu ukuran untuk mengetahui besarnya manipulasi laba yang
dilakukan manajemen.

2.1.5 Struktur Corporate Governance

Corporate governance merupakan sebuah tata kelola perusahaan yang

menyatakan mengenai hubungan antara berbagai partisipan pada sebuah perusahaan

yang akan menentukan arah dan sistem kinerja perusahaan. Corporate governance

diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para

investor bahwa mereka akan mendapatkan return atas dana yang telah mereka

investasikan, penerapan corporate governance jiga kiranya dapat memberikan

kepercayaan terhadap kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan pemilik

(pemegang saham) sehingga dapat meminimalkan konflik kepentingan dan biaya

keagenan.

Signifikansi peranan Corporate Governance dalam menciptakan kesetabilan

dan kesejahteraan masyarakat terlihat dari pengertian yang di berikan oleh Cadbury

pada buku Lukviarman (2016:17) yaitu:

Corporate Governance is concerned with holding the balance between


economic and social goals and between individual and communal goals. The
governance framework is there to encourage the efficient use of resources and
equally to require accountability for the stewardship of those resources. The
aim is to align as nearly as possible the interest of individuals, corporations
and society.
39

Atau jika di artikan yaitu Corporate Governance berkaitan dengan menjaga

keseimbangan antara tujuan ekonomi dan sosial dan antara tujuan individu dan

komunal. Kerangka tata kelola ada untuk mendorong penggunaan sumber daya yang

efisien dan sama-sama menuntut akuntabilitas untuk pengelolaan sumber daya

tersebut. Tujuannya adalah untuk sedapat mungkin menyelaraskan keperluan dan

kepentingan individu, korporasi serta masyarakat luas.

Sedangkan menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)

dalam Hery (2010;22) mendefinisikan Corporate Governance yaitu:

Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,


pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta
para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
Menurut Permen Negara BUMN Nomor : PER – 01/MBU/2011 Tentang Tata

Kelola Perusahaan yang Baik/ GCG “Corporate Governance adalah Prinsip-prinsip

yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan

peraturan perundang-undangan dan etika berusaha”.

Pasal 1 Surat KEPMEN BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tgl 31 Juli 2002

tentang penerapan GCG pada BUMN, mnyatakan:

Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan
peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
40

Jadi dari beberapa pengertian mengenai Corporate Governance diatas, dapat di

simpulkan bahwa Corporate Governance adalah sebuah cara yang dibuat guna

mengatur setiap hubungan dan kegiatan dalam perusahaan, agar perusahaan dapat

berjalan dengan baik sebagaimana mestinya, adapun tujuan dari Corporate

Governance yaitu untuk menciptakan keadilan dan menjaga hubungan dari semua

pihak yang berkempentingan (stakeholders).

Dalam prinsipnya tujuan corporate governance yaitu untuk menciptakan sebuah

nilai bagi pihak yang berkepentingan. Dimana pihak tersebut merupakan pihak internal

yang terdiri atas dewan komisaris, direksi, karyawan, serta pihak-pihak eksternal yang

berkepentingan. (Tia Astria, 2011). Corporate governance dapat dikatakan sebagai

salah satu elemen kunci untuk meningkatkan efisiensi ekonomis, yang dimana hal ini

meliputi serangkaian hubungan antara pihak manajemen perusahaan, dewan komisaris,

pemegang saham, serta stakeholders yang juga memberikan suatu struktur yang akan

memfasilitasi penentuan sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk

menentukan teknik monitoring kinerja. (Hardiningsih, 2010)

Dari beberapa pengertian corporate governance yang telah dibahas, maka dari

itu dapat disimpulkan bahwa Corporate Goverance merupakan sebuah cara atau

tindakan yang dilakukan semua pihak yang memiliki kepentingan pada perusahaan

dengan harapan dapat menjalankan usaha tersebut secara baik dan sesuai dengan hak

serta kewajiban masing-masing dengan memiliki satu tujuan dalam mencapai kinerja

maksimal dan dapat memberikan kepuasan terhadap segala pihak. Perusahaan yang
41

telah menerapkan Corporate Governance dengan baik seharusnya sudah memenuhi

prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Menurut buku panduan Good Corporate Governance pada PTSB (2013;2), pada

tata kelola perusahaan yang baik seluruh aktivitas pengelolaan perusahaan akan selalu

dilandasi prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Straightforwardness (transparansi): penerimaan dalam mengaktualisasikan


siklus dinamis dan transparansi dalam memperkenalkan materi dan data
yang berlaku tentang organisasi. Organisasi akan memberikan data yang
memadai, tepat, dan ideal kepada semua mitra, sehingga pertemuan yang
diidentifikasikan dengan organisasi, seperti investor, Bapepam,
Perdagangan Saham, perwakilan, klien, penyedia dan mitra yang berbeda,
mengetahui tentang bahaya yang mungkin terjadi dan manfaat itu. dapat
diperoleh dalam mengelola pertukaran dengan organisasi, seperti
mengambil bagian dalam sistem administrasi tugas-tugas organisasi.
2. Tanggung jawab: khususnya kejelasan kapasitas, penggunaan dan
tanggung jawab organ organisasi sehingga penyelenggaraan organisasi
dapat terlaksana dengan baik. Tanggung jawab membuat pengawasan yang
layak yang bergantung pada keseimbangan hak dan kewajiban antara
investor, badan pejabat terkemuka dan staf manajerial puncak. Tanggung
jawab mencerminkan pemanfaatan tata kelola yang seimbang dari dalam
yang mencakup praktik-praktik yang baik. Direktorat bertanggung jawab
untuk tugas sehari-hari dan pimpinan pimpinan menangani investor dalam
pelaksanaan manajemen atas jalannya organisasi.
3. Tugas (kewajiban): menjadi kesesuaian khusus dalam administrasi
organisasi dengan undang-undang dan pedoman terkait dan standar
organisasi yang solid. Organisasi setuju dan mengikuti undang-undang dan
pedoman terkait, termasuk kepuasan hak mitra, kesejahteraan dan
kesejahteraan terkait kata, dan penghindaran pendekatan strategis yang
tidak menguntungkan. Organisasi tidak hanya bertanggung jawab atas
individu yang melakukan tawar-menawar secara langsung atau tidak
langsung dengan organisasi.
4. Kemandirian: khususnya suatu kondisi di mana organisasi diawasi dengan
ahli tanpa keadaan yang tidak dapat didamaikan dan perantaraan dari
pertemuan apa pun yang tidak sesuai dengan undang-undang dan pedoman
terkait dan standar organisasi yang sehat. Direktorat dalam menyelesaikan
kewajiban administrasi organisasi dan pimpinan pimpinan dalam
42

melaksanakan bagian administrasi dalam penyelenggaraan organisasi yang


bebas dari mediasi luar.
5. Kesopanan: secara khusus kewajaran dan keseragaman dalam memenuhi
hak istimewa mitra yang muncul bergantung pada pengaturan dan hukum
yang berkuasa. Mitra ini diberi asuransi, kesempatan, dan perlakuan yang
wajar untuk menuntut jika terjadi pelanggaran hak istimewa mereka.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah perusahaan yang

akan menerapkan Good Corporate Governance harus memiliki prinsip-prinsip dari

Good Corporate Governance terlebih dahulu, perusahaan harus menerapkan sistem

yang transparan, memiliki budaya bertanggung jawab, menerapkan sistem yang adil

serta memiliki tingkat kemandirian yang baik.

Peraturan Bapepam No. I-A Mengenai Ketentuan Umum Pencatatan Efek

bersifat ekuitas di bursa huruf C-1Nomor: Kep-339/BEJ/07-2001 Tanggal 20 Juli 2001,

dimana dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan yang baik (Good Corporate

Governance). Perusahaan tercatat wajib memiliki:

1. Komisaris independen dimana jumlahnya harus sebanding secara


proporsional dengan jumlah saham yang dimiliki dan bukan Pemegang
Saham Pengendali dengan memiliki sebuah ketentuan banyanya jumlah
Komisaris Independen minimalnya sebesar 30% (tiga puluh persen) dari
jumlah seluruh komisaris.
2. Komite Audit.
3. Sekretaris perusahaan.
Pada penelitian ini, bagian-bagian Struktur Corporate Governance yang

terdapat serta sering digunakan pada berbagai penelitian mengenai Good Corporate

Governance yang memiliki tujuan untuk mengurangi konflik keagenan dan

menciptakan integritas laporan keuangan antara lain Kepemilikan Institusional,

Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, Komisaris Independen.


43

2.1.5.1 Kepemilikan Institusional

I Wayan et,al (2016:177) menyatakan bahwa “Kepemilikan Institusional adalah

besarnya jumlah kepemilikan saham oleh institusi (pemerintah, perusahaan asing,

lembaga keuangan seperti asuransi, bank, dan dana pensiun) yang terdapat pada

perusahaan”. Kepemilikan institusional juga dapat di katakan sebagai tingkat

kepemilikan saham oleh institusi dalam perusahaan, diukur oleh proposi saham yang

dimiliki oleh institusional pada akhir tahun yang dinyatakan dalam persentase Yuniati,

et al, (2016). Sedangkan menurut Bernandhi (2013), “Kepemilikan Institusional adalah

tanggung jawab organisasi oleh lembaga atau yayasan, misalnya, lembaga asuransi,

bank, organisasi ventura, dan kepemilikan institusional lainnya ". Dari sebagian

definisi di atas, cenderung beralasan bahwa Kepemilikan Institusional adalah tanggung

jawab untuk saham oleh organisasi seperti pemerintah bank, dan lembaga lain baik di

dalam maupun di luar negeri. Pada umumnya, para pendukung keuangan yang berasal

dari yayasan ini telah memberikan hak suara pada pertemuan investor yang

komprehensif (GMS) dengan tujuan agar para pimpinan pada umumnya berhati-hati

dalam menyelesaikan tentang pilihan dan strategi aktualisasi.

Kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam

meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham.

Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring

yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Investor institusional

dapat dikatakan sebagai substansi atau yayasan bisnis yang berpengalaman dengan
44

tujuan agar mereka dapat menjalankan kapasitas administrasinya secara lebih memadai

dan tidak mudah tertipu oleh kegiatan supervisor, misalnya mengontrol pengenalan

laporan anggaran.

Kepemilikan institusional diperlukan untuk meningkatkan unsur administrasi

dan pengawasan direksi. Langkah-langkah administratif oleh pendukung keuangan

institusional dapat mendorong para pemimpin untuk berkonsentrasi pada pelaksanaan

organisasi dan karenanya mengurangi perilaku berpikiran sempit. (Muhammad Rizqi,

2018). Kehadiran investor institusi memiliki arti penting dalam pengawasan

administrasi, misalnya lembaga asuransi, bank, dan organisasi ventura lainnya.

Kepemilikan ini akan memberdayakan peningkatan dalam pengawasan yang lebih

ideal. Sistem pemeriksaan ini akan menjamin perluasan pertumbuhan investor. (Khalil,

2016).

2.1.5.2 Kepemilikan Manajerial

Pada penelitian Jensen dan Meckling (1976) dalam Nicolin dan Sabeni (2013)

menyatakan bahwa “Kepemilikan Manajerial mampu menjadi mekanisme dalam

mengatasi konflik keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan manajer

dan pemegang saham”. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan dengan

instensitas tinggi akan menyebabkan administrator langsung merasakan keuntungan

dari pilihan moneter yang telah diambil dan menanggung bahaya penyelesaian pilihan

yang salah. (Khalil, 2016)


45

“Kepemilikan manajerial merupakan pemisahan kepemilikan antara pihak

outsider dengan pihak insider” Bodie (2016:7). Jika dalam suatu perusahaan memiliki

banyak pemilik saham, maka kelompok besar individu tersebut sudah jelas tidak dapat

berpartisipasi dengan aktif dalam manajemen perusahaan sehari-hari. Karenanya,

mereka memilih dewan komisaris, yang memilih dan mengawasi manajemen

perusahaan, struktur ini berarti bahwa pemilik berbeda dengan manajer perusahaan hal

ini memberikan stabilitas bagi perusahaan yang tidak dimiliki oleh perusahaan dengan

pemilik merangkap manajemen.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa “Kepemilikan Saham

manajerial dapat membantu menyatukan kepentingan antara manajer dan pemegang

saham, yang berarti semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka

semakin baik kinerja perusahaan tersebut”. Kepemilikan manajerial dapat diperkirakan

meningkatkan rasa tanggung jawab pihak manajemen yang lebih besar dalam

menjalankan kewajiban untuk memenuhi tanggungjawab dari pihak pemegang saham

yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Widya dan Yuli (2020) . Kepemilikan manajerial

memberikan kesempatan manajer terlibat dalam kepemilikan saham sehingga dengan

keterlibatan ini kedudukan manajer sejajar dengan pemegang saham. Manajer

diperlakukan bukan semata sebagai pihak ekternal yang digaji untuk kepentingan

perusahaan tetapi diperlakukan sebagai pemegang saham. Sehingga diharapkan adanya

keterlibatan manajer pada kepemilikan saham dapat efektif untuk meningkatan kinerja

manajer.
46

Meningkatkan proporsi kepemilikan ssaham manajerial digunakan sebagai

salah satu pendekatan untuk menangani masalah dalam organisasi. Dengan

bertambahnya kepemilikan administratif, direksi akan didorong untuk memperbaiki

penyajiannya sehingga situasi ini akan berdampak baik bagi organisasi dan memuaskan

keinginan investor. Semakin menonjol kepemilikan manajerial dalam organisasi,

semakin dinamis manajerial untuk meningkatkan penyajiannya karena eksekutif

memiliki tugas untuk memuaskan keinginan investor yang sebenarnya adalah diri

mereka sendiri.

2.1.5.3 Komite Audit

Mengenai tanggung jawab atas proses pelaporan keuangan, komite audit

berfungsi untuk mengawasi audit atas laporan keuangan dengan tujuan memastikan

pelaporan sudah sesuai dengan standard dan kebijakan keuangan yang berlaku dan

menilai apakah laporan yang disajikan sudah konsisten dengan informasi lain yang

diketahui oleh anggota komite audit. Kemudian setelah itu, komite audit juga memiliki

tugas untuk menilai kualitas pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan oleh auditor

eksternal.

Monica dan Weni (2018) menyatakan bahwa:

“Keberadaan komite audit berperan untuk melakukan pengawasan internal

perusahaan atas proses pelaporan keuangan, manajemen resiko, pelaksanaan

audit, dan implementasi pelaksanaan corporate governance di perusahaan-

perusahaan.”
47

Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001 (Dalam Tia Atria, 2011).

Keanggotaan komite audit terdiri dari setidaknya tiga individu termasuk administrator

dari kelompok penasehat tinjauan. Hanya ada satu individu dari pengurus dari

pengurus, bagian kelompok penasihat ini adalah ketua bebas seperti halnya eksekutif

panel. Individu berbeda yang bukan pejabat bebas harus berasal dari pertemuan otonom

di luar.

Tia Astria (2011) terdapat berbagai ketentuan dan peraturan mengenai komite

audit telah dibuat diantaranya:

1. Pedoman..Good Corporate Governance (Maret 2001) yang menganjurkan


semua perusahaan di Indonesia memiliki Komite Audit
2. Surat Edaran BAPEPAM No. SE-03/PM/2000 yang merekomendasikan
perusahaan-perusahaan publik memiliki Komite Audit
3. KEP-339/BEJ/07-2001, yang mengharuskan semua perusahaan yang
listed di Bursa Efek Jakarta memiliki Komite Audit
4. KEP-117/M-MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai
komite audit; dan
5. KEP-103/MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai
komite audit
Dalam menunjang pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik maka Sebuah

perusahaan akan membentuk Komite Audit yang bertugas membantu Dewan

Komisaris. Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris No. 035/SK-Dekom/KF-

LD/V/2020 tentang Penunjukan Pejabat Komite Audit.

KALBE, (6 Maret 2021) menyatakan bahwa tugas dan tanggung jawab Komite

Audit adalah sebagai berikut:


48

1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan


Perseroan kepada publik dan/atau pihak otoritas antara lain laporan
keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan
Perseroan.
2. Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan kegiatan Perseroan.
3. Memberikan pendapat independen jika terjadi perbedaan pendapat antara
Perseroan dan auditor eksternal.
4. Memberikan rekomendasi untuk menjadi pertimbangan Dewan Komisaris
mengenai penunjukan Akuntan Publik. Dalam memberikan rekomendasi,
Komite Audit mempertimbangkan antara lain independensi, ruang lingkup
penugasan, dan imbalan jasa, serta melakukan evaluasi atas pelaksanaan
jasa audit laporan keuangan historis. Hasil evaluasi dan rekomendasi
Komite Audit disampaikan setiap tahun kepada OJK sesuai ketentuan yang
berlaku.
5. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh Unit Audit
Internal serta mengawasi tindak lanjut atas temuan-temuan dari Unit Audit
Internal.
6. Mendukung pengawasan Dewan Komisaris atas pelaksanaan manajemen
risiko.
7. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Dewan Komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan
keuangan Perseroan.
8. Melakukan penelaahan dan memberikan saran atas potensi benturan
kepentingan kepada Dewan Komisaris.
9. Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Perseroan.

2.1.5.4 Komisaris Independen

Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi

dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham

pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat

mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-


49

mata demi kepentingan perusahaan Komite Nasional Kebijakan Governance (2006).

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.03/2016 menjelaskan

bahwa komisaris independen adalah Anggota dewan komisaris yang yang tidak

memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham,atau hubungan

keluarga dengan dewan komisaris lain dan atau pemegang saham pengendali, atau

hubungan dengan bank yang dapat mempengaruhi kemampuan yang bersangkutan

untuk bertindak independen.

Komisaris Independen dapat dikatakan sebagai individu dari kelompok pejabat

terkemuka yang bukan merupakan anak perusahaan dari para eksekutif atau tidak

terafiliasi dengan pihak manajemen atau pengelola, individu yang berbeda dari badan

pimpinan terkemuka, dan investor pengendali, dan dibebaskan dari bisnis atau koneksi

berbeda yang dapat memengaruhi kapasitas mereka untuk bertindak bebas Komite

Nasional Kebijakan Governance (Dalam Lutviana Pratiwi, 2014) . Dari beberapa

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Komisaris Independen adalah dewan

komisaris luar yang bukan merupakan pegawai atau orang yang berurusan langsung

dengan organisasi tersebut, dan tidak mewakili pemegang saham.

Abi Jam'an, (22 Maret 2019 ): Pasal 6 POJK 55/2015 menyatakan bahwa

Komisaris Independen harus memenuhi persyaratan seperti yang telah diatur diatur

dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan

Dewan Komisaris Emiten Atau Perusahaan Publik (“POJK 33/2014”), di antaranya

adalah:
50

a. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri dari 2 (dua) orang anggota Dewan

Komisaris, 1 (satu) di antaranya adalah Komisaris Independen.

b. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) orang anggota Dewan

Komisaris, jumlah Komisaris Independen wajib paling kurang 30% (tiga puluh

persen) dari jumlah seluruh anggota Dewan Komisaris.

Komisaris independen memiliki tujuan serta tanggung jawab untuk

menyeimbangkan sebuah proses keraguan pengambilan keputusan khususnya dalam

rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang

terkait. Kehadiran komisaris independen pada sebuah perusahaan atau organisasi

mempunyai potennsi untuk mengarahkan dan mengamankan pertemuan di luar

administrasi organisasi, mengintervensi pertanyaan antara supervisor internal dan

mengatur strategi eksekutif dan memberikan nasihat kepada dewan sehingga hakim

otonom adalah situasi terbaik untuk melakukan pengecekan kapasitas.

2.1.5.5 Ukuran Perusahaan

Menurut Saksakotama (2014) Ukuran Perusahaan merupakan “Nilai yang

menunjukkan besar kecilnya perusahaan”. Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah

pengelompokan perusahaan kedalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan

besar, sedang dan kecil. Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk

mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset

perusahaan (Suwito dan Herawaty, 2005). Ukuran Perusahaan juga di jelaskan sebagai

skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva perusahaan pada akhir tahun Sidharta
51

(2000). Dalam menentukan ukuran perusahaan ada beberapa instrument yang dapat

digunakan salah satunya Total penjualan, hal ini di karenakan biaya-biaya yang

mengikuti penjualan cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan

yang tinggi cenderung memilih kebijakan akuntansi yang mengurangi laba.

Klasifikasi ukuran perusahaan menurut UU No.20 Tahun 2008 dibagi kedalam

4 (empat) kategori yaitu :

1. Usaha mikro yaitu usaha produktif milik orang perorangan atau badan

usaha perorangan yang memenuhi syarat atau kreteria usaha mikro

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam undang-undang No. 20 Tahun

2008..

2. Usaha kecil merupakan sebuah ussaha produktif yang berdiri sendiri,

yang dijalankan atau di kembangkan oleh orang perorangan atau badan

usaha usaha ini bukan merupakan anak perusahaan ataupun cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasi, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kritera usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-

undang ini.

3. Usaha menengah yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, ataumenjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung


52

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini.

4. Usaha besar merupakan sebuah usaha ekonomi produktif yang

dijalankan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi

usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha

asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Kriteria ukuran perusahaan sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008

adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 1
Kriteria Ukuran Perusahaan

Kriteria
Ukuran Perusahaan Aktiva Penjualan Tahunan
(tidak termasuk tanah &
bangunan
tempat usaha)
Usaha Mikro Maksimal 50 Juta Maksimal 300 Juta
Usaha Kecil > 50 juta – 500 juta > 300 juta – 2.5 Miliar
Usaha Menengah > 500 juta - 10 Miliar > 2.5 Miliar – 50 Miliar
Usaha Besar > 10 Miliar > 50 Miliar
Sumber: UU No. 20 Tahun 2008
53

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2. 2
Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Sinta Pengaruh Komisaris Variabel Dependen: Hasil penelitian ini menunjukkan


Novianti Independen, bahwa Secara parsial variabel
Integritas Laporan
dan Leverage, dan leverage berpengaruh signifikan
Keuangan
Deannes Kepemilikan positif terhadap integritas laporan
Isynuwardh Institusional Variabel Independen: keuangan, sedangkan variabel
ana (2021) Terhadap Integritas komisaris independen dan
Komisaris Independen,
Laporan Keuangan kepemilikan institusional tidak
Leverage, Kepemilikan
berpengaruh signifikan terhadap
Institusonal.
integritas laporan keuangan.

2 Gine Das The Influence Of Variabel Dependen: Dalam penelitian ini menyatakan
Prena, Audit Tenure, bahwa Secara parsial 1) Masa kerja
Integrity of Financial
Kadek Independent audit tidak berpengaruh signifikan
Statement
Devi Commissioner, Audit terhadap integritas laporan keuangan.
Utami, Committee, And Variabel Independen : 2) Komite audit tidak berpengaruh
Dharma Audit Quality On Audit Tenure, Independent signifikan terhadap integritas laporan
Cahyani Integrity Of Financial keuangan, 3) komite audit tidak
Commissioner, Audit
Statements. berpengaruh signifikan terhadap
(2020)
Committee, And Audit integritas laporan keuangan, 4)

Quality kualitas audit berpengaruh signifikan


terhadap integritas laporan keuangan,
sekaligus masa jabatan audit,
54

komisaris independen, komite audit


dan kualitas audit berpengaruh
signifikan terhadap integritas laporan
keuangan.

3 GORA Pengaruh Komite Variabel Dependen: Hasil penelitian ini menunjukkan


M.O Audit, Reputasi KAP, bahwa variabel Komite Audit,
Integritas Laporan
SAGALA, dan Leverage Reputasi KAP dan Leverage
Keuangan
Jumiadi Terhadap Integritas berpengaruh secara simultan
A.W Laporan Keuangan Variabel Independen terhadap integritas laporan keuangan.
Pada Perusahaan Komite Audit, Reputasi Sementara secara parsial Reputasi
(2020)
Manufaktur Yang KAP, dan Leverage KAP dan Leverage berpengaruh
Terdaftar Di Bursa secara signifikan terhadap integritas
Efek Indonesia Laporan Keuangan dan Komite
Audit tidak berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan.

4 Julius Pengaruh Variabel Dependen: Hasil dari penelitian ini adalah:


Yoga, Kepemilikan
Integritas Laporan 1) Kepemilikan institusional tidak
Satria Institusional,
Keuangan memiliki pengaruh signifikan
Yudhia Kepemilikan
terhadap integritas laporan keuangan.
Wijaya, Manajerial Dan Variabel Independen :
2) kepemilikan manajerial
Ekawati Ukuran Kantor Kepemilikan Institusional,
berpengaruh signifikan negatif
Jati Akuntan Publik Kepemilikan Manajerial
terhadap integritas laporan keuangan.
Terhadap Integritas Dan Ukuran Kantor 3) ukuran KAP berpengaruh
(2020)
Laporan Keuangan Akuntan Publik signifikan positif terhadap integritas
laporan.
55

5 Muhamma Pengaruh Corporate Variabel Dependen: Berdasarkan hasil penelitian, seluruh


d Fajar, Governance Dan variabel independen berpengaruh
Integritas Laporan
Annisa Ukuran Perusahaan secara simultan terhadap integritas
Keuangan
Nurbaiti Terhadap Integritas laporan keuangan. Secara parsial
Laporan Keuangan Variabel Independen kepemilikan institusional,
(2020)
Kepemilikan Manajerial, kepemilikan manajerial, komisaris
Kepemilikan Institusional, independen tidak berpengaruh

Komite Audit, Komisaris terhadap integritas laporan keuangan.


Independen, Ukuran Sedangkan komite audit dan ukuran
Perusahaan perusahaan berpengaruh secara
positif terhadap integritas laporan
keuangan.

6 Widya Pengaruh Variabel Dependen: Berdasarkan bukti empiris diperoleh


Kusuma Kepemilikan hasil bahwa kepemilikan
Integritas Laporan
Wardhani , Institusional, institusional berpengaruh terhadap
Keuangan
Yuli Kepemilikan integritas laporan keuangan.
Chomsatu Manajerial, Ukuran Variabel Independen Sedangkan kepemilikan manajerial,
Samrotun Perusahaan dan Kepemilikan Institusional, ukuran perusahaan dan leverage
Leverage terhadap Kepemilikan Manajerial, tidak berpengaruh terhadap integritas
(2020)
Integritas Laporan Ukuran Perusahaan dan laporan keuangan.
Keuangan Leverage

7 Agnes Dwi Analisis Pengaruh Variabel Dependen: Kepemilikan manajerial berpengaruh

Santia , Mekanisme positif namun tidak signifikan


Integritas Laporan
Mayar Corporate terhadap integritas laporan keuangan,
Keuangan
Afriyenti Governance dan Komite audit memiliki pengaruh
Variabel Independen :
56

(2019) Audit Tenure Kepemilikan Manajerial, positi dan signifikan terhadap

Terhadap Integritas Komisaris independen, integritas laporan keuangan,

Laporan Keuangan Komite Audit, Komisaris independen memiliki

AuditTenure. pengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap integritas laporan keuangan,

Audit tenure memiliki pengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap

integritas laporan keuangan.

8 Muammar Effect of Corporate Variabel Dependen: Hasil dari Penelitian ini menatakan
Khaddafi1, Governance bahwa komisaris independen, komite
Integrity of Financial
Wahyuddi, Mechanism, audit tidak berpengaruh signifikan
Statement
Mohd Independence and terhadap integritas laporan keuangan.
Heikal, Management of Variabel Independen : Adapun kepemilikan manajerial,
Falahuddi, Earnings Integrity of independent kepemilikan institusional,
Rahmatul Financial Statements commissioner, Managerial independensi dan manajemen laba
Maulida. Ownership, Institutional signifikan mempengaruhi integritas

(2019) Ownership, and the audit laporan keuangan.


committee, independence,
earnings management.

9 Qurrota The Effect of the Size Variabel Dependen: Hasil dari penelitian ini
A’yunin, I of Public Accounting menunjukkan bahwa leverage
Integrity of Financial
Gusti Ketut Firm, Leverage, and memiliki pengaruh signifikan negatif
Statement
Agung Corporate terhadap integritas laporan keuangan.
Ulupui, and Governance on the Variabel Independen : Namun, Ukuran KAP dan tata kelola
57

Marsellisa Integrity of Financial KAP Size, Leverage, perusahaan tidak berpengaruh


Nindito Statement: A Study Corporate Governance. signifikan terhadap integritas laporan
on Companies Listed keuangan.
(2019)
on Indonesian Stock
Exchange

10 Silvia Pengaruh struktur Variabel Dependen: Hasil dari penelitian ini


Arista, corporate governance menunjukkan bahwa komisaris
Integritas Laporan
Tertiarto dan audit tenure independen, kepemilikan manajerial,
Keuangan
Wahyudi terhadap integritas dan komite audit berpengaruh positif
dan laporan keuangan Variabel Independen : signifikan terhadap integritas laporan
Yusnani Komisaris Independen, keuangan. Sedangkan kepemilikan
(2018) Kepemilikan Manajerial, institusional dan audit tenure
Kepemilikan Institusional, berpengaruh negative signifikan
Komite Audit, Audit terhadap integritas laporan keuangan.
Tenure

11 Fitria Pengaruh Struktur Variabel Dependen: Hasil penelitian yang didapatkan dari
Monica1 , Corporate penelitian ini bahwa kepemilikan
Integritas Laporan
Cherrya Governance, Ukuran institusional, komite audit dan
Keuangan
Dhia Kap Dan Ukuran komisaris independen berpengaruh
Wenny Perusahaan Terhadap Variabel Independen terhadap integritas laporan keuangan.
Integritas Laporan Kepemilikan Institusional, Sedangkan kepemilikan manajerial,
(2017)
Keuangan Pada Kepemilikan Manajerial, ukuran KAP dan ukuran perusahaan
Perusahaan Customer Komite Audit, Komisaris tidak berpengaruh terhadap integritas
Goods Yang Independen, Ukuran KAP, laporan keuangan.
Terdaftar Di BEI Ukuran perusahaan
58

12 Inosensius Pengaruh Struktur Variabel Dependen: Hasil dari penelitian ini


Istiantoro, Corporate menunjukkan bahwa kepemilikan
Integritas Laporan
Ardi Governance terhadap institusional berpengaruh negatif
Keuangan
Paminto, Integritas Laporan dan signifikan terhadap integritas
Herry Keuangan Perusahaan Variabel Independen: laporan keuangan, kepemilikan
Ramadhani pada Perusahaan Kepemilikan Institusional, manajerial berpengaruh positif dan
LQ45 yang Terdaftar Kepemilikan Manajerial, tidak signifikan terhadap integritas
(2017)
di BEI Komite Audit, dan laporan keuangan, komite audit
Komisaris Independen. berpengaruh positif dan signifikan
terhadap integritas laporan
keuangan, komisaris independen
berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap integritas
laporan keuangan.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah suatu alat yang digunakan untuk menganalisa suatu

konsep penelitian. Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang sudah

diuraikan, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah adanya indikator

Corporate Governance dalam sebuah perusahaan yang mempengaruhi integritas

laporan keuangan seperti, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite

audit, dan komisaris independen serta ukuran perusahaan.


59

2.3.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Integritas Laporan

Keuangan

Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham sebuah perusahaan yang

dimiliki oleh institusi dan lembaga-lembaga keuangan seperti, pemerintah, perusahaan

investasi, perusahaan asuransi, perusahaan dana pensiun, dan lainnya. Para investor

yang berasal dari institusi serta lembaga ini memiliki hak suara dalam rapat umum

pemegang saham (RUPS) sehingga manajer tidak dapat berkuasa penuh dalam

menerapkan kebijakan dan mengambil keputusan. Kehadiran investor institusonal

institusional dapat menunjukkan administrasi perusahaan atau yang disebut tata kelola

perusahaan (Corporate Governance) yang solid, yang dapat digunakan untuk

menyaring organisasi sebagai aturan dan eksekutif secara khusus. Hal ini dikarenakan

peran kepemilikan institusional yang dapat sebagai pemantau serta memonitoring

kegiatan pegelolaan perusahaan yang dilakukan oleh para pengelola. Dengan adanya

kegiatan memantau yang diselesaikan oleh suatu organisasi dan investor institusional

lainnya dapat membatasi perilaku para pengelola atau manajer yang bertanggung

jawab dan dinamis untuk mengurangi pendapatan kegiatan eksekutif serta menjamin

berkembangnya investor. Oktadella (Dalam Khalil, 2016).

Kepemilikan Institusional dapat mengidentifikasikan kemampuannya untuk

menjadi pengawas yang efektif kepada pihak manajemen dalam menyajikan dan

melaporkan laporan keuangan. Informasi pelaporan keuangan haruslah disajikan

dengan laporan keuangan yang bebas dari salah saji material yang dapat menyesatkan
60

pengguna. Sehingga tercapainya laporan keuangan yang berintegritas tinggi. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Jama’an (2008) dalam Muhammad Rizqi (2018)

menemukan bahwa kehadiran kepemilikan institusional yang tinggi membatasi

manajer untuk melakukan pengelolaan laba dan dapat meningkatkan integritas laporan

keuangan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva, et, al (2019),

Dewi dan Putra (2016), Savitri (2016), dan Amrulloh, et.al (2016) yang menunjukkan

bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap integritas

laporan keuangan.

2.3.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Integritas Laporan

Keuangan

Soesetio (2016:21), mengemukakan bahwa “Kepemilikan Manajerial adalah

Perbandingan antara kepemilikan saham manajerial dengan jumlah saham yang

beredar. Pemegang saham dan manajer masing-masing berkepentingan

memaksimalkan tujuannya”. Kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajerial

didalam sebuah perusahaan akan menjadikan atau membuat pihak manajemen juga

mempunyai tanggung jawab yang lebih besar untuk mengelola perusahaan serta

menyajikan informasi yang benar dan jujur untuk kepentingan pemegang saham dan

dirinya sendiri. Jumlah kepemilikan manajerial yang besar dapat menjadikan

berkurangnya konflik kepentingan serta juga mengurasi masalah-masalah agensi,

(Khalil, 2016).
61

Dengan kewajiban pihak manajemen yang lebih tinggi dalam mengawasi

perusahaan, maka pihak manajemen akan menampilkan data laporan anggaran dengan

benar. Sekaligus menggambarkan realitas finansial yang terjadi. Sehingga semakin

menonjol kepemilikan saham secara administrasi, ketajaman penjelasan moneter akan

semakin meningkat. Hal ini dapat di mengerti dengan pertanyaan tentang yang

dilakukan oleh Arista et al, (2019), Musllih, et al (2017) serta Dewi dan Putra (2016)

yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas

laporan keuangan.

2.3.3 Pengaruh Komite Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Kehadiran komite audit juga melengkapi keberadaan dewan komisaris dalam

melakukan pengawasan pada laporang keunagan dan pengendalian manajemen sebuah

perusahaan. Komite audit merupakan komite yang di bentuk oleh dewan komisaris

untuk membantu dewan komisaris yang diberi wewenang untuk mensurvei

pelaksanaan latihan dan hasil review yang dilakukan oleh audit internal dan eksternel

luar. (Susiana dan Herawaty, 2007). Tujuan komite audit untuk menjaga indenpendensi

auditor internal dalam menangkap semua kecurangan administrasi dan penggunaannya.

Dengan keberhasilan komite audit maka kontrol perusahaan akan lebih unggul,

sehingga bentrok kantor yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk memajukan

kesejahteraan yang dimilikinya dapat diminimalisir.

Beberapa peneliti terdahulu menyatakan bahwa semakin besarnya ukuran

komite audit dalam sebuah perusahaan menjadikan anggota komite audit akan bertugas
62

lebih terampil sehingga dapat meningkatkan pelaporan keuangan perusahaan. Kajola

(Dalam Lutviana Pratiwi, 2014). Klein (2002) juga memberikan bukti secara empiris

bahwa perusahaan yang membentuk komite audit independen akan melaporkan laba

dengan kandungan akrual diskresioner yang lebih kecil jika dibandingkan dengan

perusahaan-perusahaan yang tidak mengadakan komite audit independen. Jika di

perhatikan lebih mendalam kandungan discretionary accruals tersebut memiliki

keterkaitan dengan kualitas laba perusahaan. Adanya pengaruh dari komite audit pada

kualitas pelaporan keuangan juga dapat meningkatkan integritas dan kredibilitas

pelaporan keuangan melalui dewan komisaris (Lutviana, 2014). Dari kutipan tersebut

dapat dilihat bahwa komite audit dalam sebuah perusahaan dapat menjadi salah satu

cara untuk menurunkan tingkat kecurangan dalam penyajian informasi akuntansi,

sehingga integritas laporan keuangan dapat meningkat (Lutviana, 2014). Seperti hasil

penelitian dari Agnes Dwi, et al (2019), Inosensius Istiantoro, e al (2017), dan Fitria

Monica1, et al (2017) yang menunjukan hasil bahwa komite audit memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

2.3.4 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Pembentukan dewan komisaris merupakan salah satu mekanisme yang banyak

digunakan untuk mengawasi manajer. Komisaris independen di bentuk dengan tujuan

menyeimbangkan sebuah keputusan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam

rangka perlindungan terhadap pemegang saham yang kecil atau minoritas dan pihak-

pihak lain yang terkait. Keberadaan sebuah komisaris independen yang ada di dalam
63

perusahaan memiliki manfaat untuk mengawasi dan menjaga pihak-pihak diluar

manajemen perusahaan, serta dapat menjadi penengah apabila terjadinya perselisihan

diantara para manajer internal dan menjadi pengawas dalam kebijakan manajemen

serta memberikan masukan kesetiap manajemen sehingga dapat dikatakan bahwa

posisi komisaris independen merupakan posisi yang terbaik dalam melaksanakan

fungsi pengawasan agar terciptanya perusahaan yang good corporate governance serta

dapat menghasilkan sebuah laporan keuangan yang berintegritas tinggi (Tia Astria,

2011). Dengan adanya hal tersebut yang dimana seorang komisaris independen

merupakan sebuah posisi yang terbaik dalam melakukan tugas monitoring terhadap

setiap kinerja manajer, sehingga hal ini diharapkan dapat mengurangi resiko serta

kecurangan yang mungkin dapat dilakukan seorang manajemen terhadap laporan

keuangan, sehingga akan meningkatkan integritas laporan keuangan (Muhammad

Rizqi, 2018).

Maka dari itu dapat dikatakan bahwa Komisaris independen merupakan solusi

terbaik untuk menurunkan tingkat resiko manipulasi yang mungkin dapat dilakukan

oleh manajemen terhadap integritas laporan keuangan (Aprila Ganang, 2018).

Terdapatnya komisaris independen pada suatu perusahaan akan dapat

menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan terkhusus pada rangka perlindungan

terhadap pemegang saham minoritas serta juga pihak-pihak lain yang terkait

(Muhammad Rizqi, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan komisaris bebas

dalam suatu perusahaan dapat mempengaruhi penilaian laporan anggaran yang


64

disampaikan oleh administrasi. Dalam hal perusahaan memiliki komisaris otonom,

artikulasi moneter yang ditampilkan oleh administrasi cenderung lebih tajam, karena

di dalam perusahaan terdapat badan yang mengatur dan mengamankan hak pihak-pihak

di luar administrasi perusahaan. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Eva, et al (2019), Silvia Arista (2018), dan Anita Indrasari, et al

(2016) yang menunjukan hasil bahwa komisaris independen memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

2.3.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya

perusahaan. Nasution dan Setiawan (Dalam Aprila Ganang, 2018) menyatakan bahwa

“ukuran perusahaan memiliki peranan penting dalam penyajian laporan keuangan

dengan integritas yang lemah”. Ukuran sebuah perusahaan yang kecil akan dianggap

akan lebih banyak melakukan praktik manajemen laba atau kecurangan terhadap proses

pembuatan laporan keuangan dari pada perusahaan yang lebih besar. anggapan ini

dikarenakan semakin besar ukuran sebuah perusahaan, maka informasi yang ada di

sajikan untuk investor dan seluruh pihak yang berkepentingan dalam mengambil

keputusan semakin banyak serta sebuah perusahaan yang lebih besar lebih dipandang

bagus oleh masyarakat hal ini dikarenakan naba besar perusahaan tersebut serta

kelengkapan pengelola yang dianggap lebih handal seperti adanya sebuah dewan

komisaris dan komite audit yang lebih baik, sehingga menjadikan berbagai pihak akan

lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan demi menjaga nama baik dan
65

nama besar dari perusahaan tersebut. Maka dari itu, semakin besar Ukuran Perusahaan,

maka integritas laporan keuangan akan semakin meningkat (Aprila Ganang, 2018).

Beberapa penelitian telah dilakukan terkait pengaruh ukuran perusahaan

terhadap integritas laporan keuangan yaitu diantaranya oleh penelitian yang dilakukan

Muhammad Fajar, & Annisa Nurbaiti (2020), dan Pradika & Hoesada (2018)

menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap integritas laporan

keuangan karena anggapan bahwa semakin besar ukuran sebuah perusahaan maka

semakin besar nama perusahaan tersebut sehingga perusahaan akan semakin

berusahaan untuk menjaga nama baik perusahaan yang sudah ada dengan cara berusaha

mengelola perusahaan dan berusahaan melaporkan informasi dengan integritas yang

baik hal ini dilakukan tujuan menjaga nama baik perusahaan dan jika ukuran

perusahaan menurun maka integritas laporan keuangan juga menurun.

Berdasarkan uraian kerangka berpikir diatas, maka peneliti membuat kerangka

berpikir yang dapat digambarkan sebagai berikut :


66

Gambar 2. 1
Kerangka Berpikir

Kepemilikan
Institusional
(X1)

Kepemilikan
Manajerial
(X2)

Integritas Laporan
Komite Audit
Keuangan
(X3)
(Y)

Komisaris
Independen
(X4)

Ukuran
Perusahaan
(X5)
67

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2016:63), “Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Dikatakan sementara, karena jawaban

yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-

fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1 : Kepemilikan Institusional Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan Keuangan.

H2 : Kepemilikan Manajerial Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan Keuangan.

H3 : Komite Audit Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap Integritas

Laporan Keuangan.

H4 : Komisaris Independen Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan Keuangan.

H5 : Ukuran Perusahaan Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan Keuangan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2017–2019. Penelitian ini direncanakan akan dimulai

dari bulan Maret 2021 sampai dengan selesai.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2017:80).

Berdasarkan pengertian diatas yang menjadi sasaran populasi yang digunakan

dalampenelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2017-2019.

3.2.2 Sampel

Pengukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menenetukan besarnya

sampel yang diambil dalam melaksanakan suatu penelitian. Sampel harus dapat

menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono 2017:81). Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel yang

dipilih dari populasi dianggap mewakili keberadaan populasi. Populasi yang dijadikan

68
69

sampel penelitian merupakan populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu

berdasarkan kepentingan dan tujuan penelitian.

Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu

Purppsive sampling , yaitu populasi yang akan dijadikan sampel adalah yang

memenuhi kriteria tertentu kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan tententu yang

disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Sampel yang digunakan adalah sampel yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual

report) di BEI selama peiode 2017-2019

2. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan tidak didelisting selama

periode penelitian 2017-2019.

3. Perusahaan manufaktur yang mempunyai laporan keuangan dengan satuan

mata uang rupiah.

4. Perusahaan manufaktur yang mencantumkan data yang dibutuhkan peneliti,

yaitu data mengenai variabel Corporate Governace (Kepemilikan Institusional,

Kepemilikan Manajerial, Komite Audit dan Komisaris independen)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan sumbernya, data yang digunanakan dalam penelitian ini yaitu

merupakan data sekunder dimana data yang diperoleh dari pihak lain atau di peroleh

secara tidak langsung, berupa saham khususnya harga saham dan saham yang beredar,
70

serta laporan keuangan khususnya neraca dan laporan laba rugi, catatan atas laporan

keuangan, dan refensi buku sesuai judul yang akan diteliti.

Data sekunder adalah data yang bersumber dari catatan yang ada pada

perusahaan dan sumber lainnya yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dengan

mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan objek penelitian (Sunyoto,

2013).

Sementara data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website

www.idx.co.id berupa laporan keuangan tahunan (annual report) yang diterbitkan

perusahaan, harga saham, jurnal-jurnal, dan literature-literatur lainnya yang

berhubungan dengan objek penelitian.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Menurut sugiyono (2015:38), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel

penelitian merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian

untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang objek tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel penelitian, yang

terdiri dari satu variabel dependen dan lima variabel independen.


71

3.4.1.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang menjadi

perhatian utama peneliti. Tujuan peneliti adalah untuk memahami dan

mendeskripsikan variabel terikat, atau menjelaskan variabilitasnya, atau

memprediksinya, (Sekaran & Bougie 2017:77) Variabel Dependen dalam penelitian

ini adalah : 1. Integritas Laporan Keuangan (Y)

3.4.1.2 Variabel Independen (X)

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel terikat, baik secara positif atau negatif. Yaitu, jika terdapat variabel bebas,

variabel terikat juga hadir dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas,

terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat, (Sekaran & Bougie

2017:79). Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

1. Kepemilikan Intitusional (X1)

2. Kepemilikan Manajerial (X2)

3. Komite Audit (X3)

4. Komisaris Independen (X4)

5. Ukuran Perusahaan (X5)

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional menjelaskan secara singkat mengenai variabel-variabel

yang diteliti sekaligus mengukur dan merumuskannya. Berikut ini adalah definisi

operasional atas variabel-variabel yang diteliti.


72

3.4.2.1 Integritas Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan suatu penyajian yang telah terstruktur dari posisi

keuangan maupun kinerja keuangan suatu entitas (IAI, 2019). Laporan keuangan

mempunyai tujuan untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja,

dan juga perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi para pemakainya dalam

pengambilan keputusan ekonomi (Harahap, 2012:70).

Istiantoro, et al (2017) mendefinisikan bahwa “Integritas Laporan Keuangan

merupakan suatu penyajian serta pengungkapan laporan keuangan dengan di dalamnya

berisikan data-data akuntansi yang mampu menggambarkan realitas sesungguhnya dari

ekonomi perusahaan yang diungkapkan dengan jujur tanpa ada yang ditutupi”.

Sedangkan Pancawati Hardiningsih (2010: 65) mendefinisikan “Integritas Laporan

Keuangan sebagai ukuran sejauh mana laporan keuangan disajikan dengan jujur tanpa

ada yang ditutupi maupun disembunyikan”.

Dalam penelitian ini Integritas Laporan Keuangan diukur menggunakan model

yang sama dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan

menggunakan indeks konservatisme. Indeks konservatisme digunakan dengan alasan

keidentikan konservatisme yang menyajikan laporan keuangan yang understate yang

memiliki risiko lebih kecil dibanding laporan keuangan yang overstate. Indeks

konservatisme sebagai proksi Integritas Laporan Keuangan dihitung dengan Model

Beaver dan Ryan menggunakan Market To Book Ratio, yang mencerminkan nilai pasar

relatif terhadap nilai perusahaan. rasio yang berlebih dari 1, mengindikasikan


73

penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan

lebih rendah dari nilai pasarnya. Dengan rumus sebagai berikut:

𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐏𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦


ILKit = 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐁𝐮𝐤𝐮 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦

Keterangan:

ILKit = Integritas Laporan Keuangan perusahaan i pada tahun t.

Harga Pasar Saham = Harga saham pada 31 Desember

Nilai Buku Saham = Total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar

3.4.2.2 Struktur Corporate Governance

Struktur Corporate Governance didefinisikan sebagai suatu system yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value

added) untuk semua stakeholder-nya (Sulistyanto dan Prapti, 2003). Variabel ini

merupakan variabel yang tidak diukur secara mandiri tetapi diukur dengan

menggunakan empat dimensi variabel, yaitu :

1. Kepemilikan Institusional (KI)

Kepemilikan Institusional yang tinggi akan menghasilkan pengawasan yang

lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunistik manajer. Variabel

ini diberi symbol INST yaitu proporsi saham yang dimiliki oleh institusional atau

suatu institusi pada akhir tahun dibandingkan dengan total jumlah saham yang

beredar. Kepemilikan institusional diukur dengan rasio Institusional Ownwrship.


74

Institusional Ownwrship merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki

oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi

dan kepemilikan institusi lain yang diukur dengan presentase jumlah saham yang

dimiliki oleh pihak institusional (Haruman, 2008).

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐎𝐥𝐞𝐡 𝐏𝐢𝐡𝐚𝐤 𝐈𝐧𝐬𝐭𝐢𝐭𝐮𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥


KI = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

2. Kepemilikan Manajerial (KM)

Kepemilikan Manajerial diberi symbol (KM) dapat diartikan sebagai

persentase saham yang dimilik oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam

pengambilan keputusan perusahaan dibandingkan dengan total jumlah saham yang

beredar. Variabel ini digunakan untuk mengetahui manfaat kepemilikan manajemen

dalam mekanisme pengurangan konfik agensi. Kepemilikan Manajerial diukur

dengan rasio Managerial Ownwrship. Managerial Ownwrship merupakan

kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase

jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Haruman, 2008).

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐎𝐥𝐞𝐡 𝐌𝐚𝐧𝐚𝐣𝐞𝐦𝐞𝐧


KM = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

3. Komite Audit (KA)

Komite Audit Merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting

dalam Corporate Governance. Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih

oleh sekelompok kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu

atau melakukan tugas khusus.


75

Komite audit mempunyai fungsi untuk membantu dewan komisaris dalam

meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan menciptakan iklim disiplin dan

pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya manajemen laba

maupun penyimpangan dalam pengelolan perusahaan yang dapat dilakukan oleh

manajer. Komite audit juga dapat meningkatkan efektivitas fungsi internal audit

maupun eksternal audit dan mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian

dewan komisaris. Komite audit pada penelitian ini diukur dengan menghitung

seluruh jumlah komite audit yang terdapat pada sebuah perusahaan. Komite audit

diukur dengan rumus:

KA = ∑ jumlah anggota komite audit

Pengukuran ini mengacu pada penelitian Icha (2020).

4. Komisaris Independen (K_INDPN)

Menurut Givoly& Hayn (2000) komisaris independen merupakan komisaris

yang tidak mempunyai saham namun ditunjuk untuk menjadi komisaris independen

dikarenakan faktor kapasitas kepemilikan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam

bidang tersebut telah diakui dan mampu memberi masukan kepada pihak dewan

komisaris dalam setiap pengambilan keputusan terutama keputusan-keputusan yang

diusulkan oleh pihak manajemen perusahaan.

Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan

keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham

minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait (Herawati, 2007). Komisaris independen
76

merupakan solusi terbaik agar dalam mengurangi resiko manipulasi yang dilakukan

oleh manajemen terhadap keintegritasan laporan keuangan.

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐬𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐈𝐧𝐝𝐞𝐩𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧


K_INDPN = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐬𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐀𝐝𝐚

5. Ukuran Perusahaan (UP)

Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai sebuah nilai yang

mengklasifikasikan besar kecilnya sebuah perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran

perusahaan diproksikan dengan menggunakan logaritma natural dari total aset (Ln

Asset) baik aset lancar maupun tidak lancar dalam pelaporan keuangan tahunan.

Semakin besar total aset sebuah perusahaan maka hal tersebut menunjukkan

semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Gayatri dan Suputra (Dalam Venny

Ongko, 2017)

UP = Ln (total assets)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi secara tidak langsung, di mana observasi dilakukan dengan mengunduh

objek material yang terkait dengan analisis yang dibutuhkan yaitu laporan keuangan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-

2019 yang bersumber dari website masing-masing perusahaan dan website

www.idx.co.id. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan

keuangan tahunan (Annual Report) yang diterbitkan perusahaan, harga saham,

jurnal-jurnal, serta literature lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.


77

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah seluruh data terkumpul. Kegiatan

dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh

responden atau sumber-sumber yang ada, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,

melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2014:244).

Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik

dan menggunakan software SPSS (Statistical Product and Services Solution).

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel Struktur Tata

Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan.

Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

3.6.1 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan analisis yang memberikan gambaran

ringkas dari sekumpulan data yang didalamnya mencakup nilai tengah (median),

nilai rata-rata (mean), nilai standar deviasi, nilai minimum, serta maksimum dari

setiap variabel yang digunakan dalam model penelitian, sehingga pada akhirnya

data-data tersebut dapat disimpulkan secara mudah dan cepat.

Data-data tersebut harus diringkas secara baik dan teratur sebab digunakan

sebagai dasar pengambilan keputusan. Analisis deskriptif memiliki tujuan untuk

memberikan gambaran atau deskripsi data dari variabel dependen yaitu Integritas

Laporan Keuangan serta variabel independen yaitu Struktur Corporate Governance


78

yang di proyeksikan dengan Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial,

Komposisi Komite Audit, Komisaris Independen, Serta Ukuran Perusahaan.

Analisis Satistik Deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai

maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mendapatkan hasil regresi yang

dapat dipertanggungjawabkan dan mempunyai hasil yang tidak bias atau Best Linier

Unbiased Estimator (BLUE). Terdapat 4 (empat) jenis pengukuran dari pengujian

Asumsi Klasik, yaitu antara lain Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Uji

Multikolinearitas, dan Uji Heteroskedastisitas.

3.6.2.1 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2018:161) Uji normalitas merupakan pengujian yang

bertujuan untuk mengetahui apakah suatu variabel independen atau dependen

berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah regresi dengan

distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2018).

Untuk mendeteksi normalitas data dapat diuji dengan kolmogorov – smirnov,

dengan pedoman pengambilan keputusan:

1. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak

normal.

2. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi adalah normal.
79

Untuk menguji model regresi memiliki distribusi normal atau tidak, dapat

dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik yang

bersangkutan Bila data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normal. Demikian sebaliknya,

jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

3.6.2.2 Uji Multikolineritas

Uji Multikolineritas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel independent. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel

ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel

independen sama dengan nol (Ghozali, 2016).

Gejala Multikoliniearitas merupakan gejala korelasi antar variabel independen.

Untuk mengetahui apakah ada gejala multikolinearitas, maka dapat dilihat dari nilai

Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance.

Indikator dari nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) sebagai

berikut :

a. Apabila tolerance value ≥ 0.10 dan nilai VIF ≤ 10 maka dapat disimpulkan

tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen.


80

b. Apabila tolerance value ≤ 0.10 dan VIF ≥ 10 maka dapat disimpulkan

terjadi multikolinearitas antar variabel independen.

3.6.2.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskesdasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka

disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali,

2018:137). Dalam hal ini model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas

atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2018).

Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat menggunakan metode

grafik. Prinsip ini adalah memeriksa pola residual terhadap taksiran Y. Seperti yang

telah dijabarkan diatas bahwa heterokedastisitas bila variansnya berbeda, sehingga

seakan-akan sekelompok data yang mempunyai error yang berbedabeda. Bila

diplotkan dengan nilai Y akan membentuk suatu pola. Pola yang terbentuk tersebut

menunjukkan adanya heterokedastisitas. Model yang baik adalah tidak terjadi

heterokedastisitas. Heteroskedastisitas pada penelitian ini dideteksi dengan

menggunakan uji rank spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing

variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Dalam uji Rank Spearman

pedoman yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yaitu :

1. Jika nilai signifikan atau Sig (2-tailed) > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa

tidak terdapat masalah heterokedastisitas.


81

2. Jika nilai signifikan atau Sig (2-tailed) < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa

terdapat masalah heterokedastisitas.

3.6.2.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi memiliki tujuan untuk menguji ada atau tidaknya kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya) dalam model regresi linier. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas

dari autokorelasi (Ghozali, 2018:111). Autokorelasi dapat terjadi dalam suatu

pengamatan yang menggunakan suatu rangkaian waktu dimana gangguan data pada

periode sebelumnya akan mempengaruhi data pada periode berikutnya. Model regresi

yang baik harus bebas dari autokorelasi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Run Test. Adapun ketentuan pada uji ini yaitu nilai probabilitas harus lebih besar

dari signifikansi 0,05 untuk dinyatakan tidak terjadinya autokorelasi. Jika antar residual

tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak. Run Test

digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara randon atau tidak (Ghozali,

2018:121)

3.6.3 Analisis Regresi Liner Berganda

Analisis data untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi

berganda. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit,


82

Komisaris Independen, Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan.

Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

ILKit = α + β1KI + β2KM + β3KA + β4K_INDPN + β5UP + e

ILKit : Simbol yang menunjukkan Integritas laporan keuangan

α : Konstanta

β1 ,β2..,β5 : Koefisien Regresi

KI : Kepemilikan Institusional

KM : Kepemilikan Manajerial

KA : Komite Audit

K_INDPN : Komisaris Independen

UP : Ukuran Perusahaan

e : Error

3.6.4 Uji Hipotesis

3.6.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji Statistik t)

Uji signifikansi parsial atau uji t pada dasarnya.,menunjukkan sejauh.,mana

pengaruh suatu variabel independen atau bebas secara individual dalam menjelaskan

variasi-variabel dependen. Uji t memiliki nilai signifikansi α = 5%. Dalam Ghozali


83

(2016) dinyatakan bahwa penolakan atau penerimaan hipotesis didasarkan pada kriteria

sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi <0,05, maka secara parsial variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikansi> 0,05, maka secara parsial variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.6.4.2 Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)

Uji simultan (Uji statistik F) digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari

seluruh variabel independen secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2018). Kriteria yang dipakai untuk 72 membuat keputusan

terhadap hasil uji hipotesis yang diuji adalah berdasarkan tingkat signifikaan sebesar

0.05 yang merupakan probabilitas kesalahan sebesar 5%. Dasar pengambilan

keputusan adalah sebagai berikut :

Jika probabilitas > 0.05 maka Ha ditolak

Jika probabilitas < 0.05 maka Ha diterima.

3.6.5 Uji Koefisien Determinasi (R2 )

Penelitian ini menggunakan analisis koefisien determinasi, dengan tujuan untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen.

Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti
84

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variabel independen, ini berarti semakin tepat garis regresi tersebut

untuk mewakili hasil observasi yang sebenarnya (Ghozali, 2018:97).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan

keuangan tahunan yang diperoleh dari situs Indonesia Stock Exchange

(www.idx.co.id). Metode penentuan sampel dalam penelitian ini, yaitu metode

purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ditentukan. Berikut adalah tabel penentuan sampel menurut kriteria

yang telah ditentukan.

Tabel 4. 1
Penentuan Sampel

No Kriteria Penentuan Sampel Akumulasi


1 Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI selama 169
periode 2017-2019.
2 Perusahaan yang di dilesting (3)
3 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (14)
yang tidak menyediakan laporan keuangan
tahunan selama kurun waktu penelitian 2017-
2019.
4 Perusahaan manufaktur yang menggunakan mata (30)
uang asing
5 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (73)
yang tidak memiliki data lengkap sesuai dengan
informasi yang diperlukan dalam penelitian.
Jumlah Sampel Penelitian 49
Jumlah Tahun Penelitian 3
Jumlah Akhir Sampel Penelitian 147

85
86

Dari tabel 4.1 menjelaskan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 yang

berjumlah 169 perusahaan. Dari kriteria-kriteria yang telah ditentukan terdapat 49

perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Namun setelah dilakukannya pengolahan

data terhadap variabel yang ada, terdapat 18 perusahaa yang teridentifikasi outlier dan

hanya 31 perusahaan saja yang dapat digunakan sampel akhir dalam penelitian ini serta

yang dapat diolah. Berikut adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang menjadi

sampel dalam penelitian ini.

Tabel 4. 2
Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan


1 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
2 ALDO Alkindo Naratama Tbk
3 APLI Asiaplast Industries Tbk
4 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
5 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
6 CINT Chitose International Tbk
7 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
8 HRTA Hartadinata Abadi Tbk
9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
10 INDS Indospring Tbk
11 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
12 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
13 KICI Kedaung Indah Can Tbk
14 KINO Kino Indonesia Tbk
15 LION Lion Metal Works Tbk
16 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk
17 LMSH Lionmesh Prima Tbk
18 MAIN Malindo Feedmill Tbk
19 MBTO Martina Berto Tbk
20 PBID Panca Budi Idaman Tbk
87

21 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk


22 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
23 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
24 SCCO Supreme Cable Manufacturing Corporation Tbk
25 SKBM Sekar Bumi Tbk
26 SRSN Indo Acidatama Tbk
27 TCID Mandom Indonesia Tbk
28 TRIS Trisula International Tbk
29 TRST Trias Sentosa Tbk
30 VOKS Voksel Electric Tbk
31 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk

4.1.2 Hasil Analisis Data

4.1.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan suatu pengujian untuk melihat kualitas data

penelitian yang diinterpretasikan dengan melihat nilai minimum, maksimum, rata-rata,

dan standar deviasi dari sampel. Variabel-variabel independen dalam penelitian ini

adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris

independen dan ukuran perusahaan. Sementara variabel dependennya adalah integritas

laporan keuangan. Hasil dari uji statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan pada

tabel :
88

Tabel 4. 3
Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Integritas Laporan Keuangan 93 .0031 1.9367 .770295 .4457462
Kepemilikan Institusional 93 .0005 .9401 .617560 .2525879
Kepemilikan Manajerial 93 .0000 .8944 .100930 .1689401
Komite Audit 93 2.0000 5.0000 3.000000 .4423259
Komisaris Independen 93 .3330 .6670 .386978 .0836333
Ukuran Perusahaan 93 22.1120 32.2010 27.731280 1.5754149
Valid N (listwise) 93
Sumber: Output SPSS, 2021

Berdasarkan tabel 4.3 hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa

jumlah data (valid N) yang ada dalam penelitian ini adalah 93 sampel dan semua data

tersedia dengan lengkap.

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, hasil dari analaisis statistik deskriptif dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

1. Variabel independen yang pertama yaitu, Kepemilikan Institusional memiliki

nilai terkecil (minimum) 0.0005, nilai terbesar (maksimum) 0.9401, nilai mean

(rata-rata) 0.617560 dan standard deviasi (simpangan baku) sebesar 0.2525879

2. Variabel independen yang kedua yaitu, Kepemilikan Manajerial memiliki nilai

terkecil (minimum) 0.0000, nilai terbesar (maksimum) 0.8944, nilai mean (rata-

rata) 0.100930 dan standard deviasi (simpangan baku) sebesar 0.1689401


89

3. Variabel independen yang ketiga yaitu, Komite Audit memiliki nilai terkecil

(minimum) 2.0000, nilai terbesar (maksimum) 5.0000, nilai mean (rata-rata)

3.000000 dan standard deviasi (simpangan baku) sebesar 0.4423259

4. Variabel independen yang keempat yaitu, Komisaris Independen memiliki nilai

terkecil (minimum) 0.3330, nilai terbesar (maksimum) 0.6670, nilai mean (rata-

rata) 0.386978, dan standard deviasi (simpangan baku) sebesar 0.0836333

5. Variabel independen yang kelima yaitu, Ukuran Perusahaan memiliki nilai

terkecil (minimum) 22.1120, nilai terbesar (maksimum) 32.2010, nilai mean

(rata-rata) 27.731280, dan standard deviasi (simpangan baku) sebesar

1.5754149

6. Variabel dependen yaitu, Integritas Laporan Keuangan memiliki nilai terkecil

(minimum) 0.0031, nilai terbesar (maksimum) 1.9367, nilai mean (rata-rata)

0.770295, dan standard deviasi (simpangan baku) sebesar 0.4457462

4.1.2.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian analisis regresi berganda, terlebih dahulu

dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah

model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representative,

maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi (Ghozali, 2013 : 103). Uji

asumsi klasik pada penelitian ini terdiri atas uji normalitas, uji multikolonieritas, uji

heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.


90

4.1.2.2.1 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2018:160) Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen atau keduanya

terdistribusikan secara normal atau tidak.

Untuk mendeteksi normalitas data dapat diuji dengan kolmogorov – smirnov,

dengan pedoman pengambilan keputusan:

1. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak normal.

2. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi adalah normal.

Untuk menguji model regresi memiliki distribusi normal atau tidak, dapat

dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik yang bersangkutan

Bila data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka model regresi memenuhi asumsi normal. Demikian sebaliknya, jika data (titik)

menyebar jauh dari garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.
91

Adapun hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 4
Hasil Uji Normalitas Sebelum Trimming

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 147
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 80.40504100
Most Extreme Differences Absolute .290
Positive .290
Negative -.184
Test Statistic .290
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Output SPSS, 2021

Berdasarkan hasil test yang disajikan dalam tabel 4.4 hasil One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test, dalam melihat normal tidaknya suatu data, dapat di lihat

dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed). Data yang normal haruslah memiliki nilai Asymp.

Sig. (2-tailed) >0.05. Jadi seperti hasil test yang telah disajikan pada tabel 4.4 dimana

hasil One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pertama data tidaklah normal. Dalam

menormalkan sebuah data ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti melakukan

Trimming yaitu dengan data Outlier dan juga dapat melakukan transformasi data.
92

Tabel 4. 5
Hasil Uji Normalitas Setelah Trimming

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 93
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .38505966
Most Extreme Differences Absolute .039
Positive .033
Negative -.039
Test Statistic .039
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Output SPSS, 2021

Setelah melakukan Trimming atau penghapusan data outlier berdasarkan Tabel

4.5 yaitu hasil One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dapat dilihat bahwa nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200>0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa data terdistribusi

normal. Hasil ini juga didukung oleh hasil analisis grafik histogram dimana hasil

analisis juga menunjukkan gambar grafik yang sempurna membentuk lonceng yang

berbentuk simetris antara sisi kiri dan sisi kanan dan hal ini merupakan gambaran data

yang terdistribusi normal.


93

Gambar 4. 1
Hasil Uji Normalitas : Grafik Histogram

Sumber : Output SPSS,2021

Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov dan grafik histogram didukung

juga oleh normal probability plot. Apabila dalam gambar terdapat titik-titik yang telah

tersebar mengikuti garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa data telah teruji

terdistribusi dengan normal.


94

Gambar 4. 2
Hasil Uji Normalitas : Grafik Normal P-P Plot

Sumber : Output SPSS,2021

Dari hasil analisis grafik, baik histogram maupun probability plot, dapat dilihat

bahwa grafik histogram menunjukkan data terdistribusi normal. Ini ditunjukkan dengan

titik-titik data yang menyebar mengikuti garis diagonal.

4.1.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolineritas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel independent. Model regresi yang baik
95

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel

ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel

independen sama dengan nol (Ghozali, 2016).

Untuk mendeteksi adanya gejala multikolinearitas pada variabel independen

adalah dengan melihat tolerance value dan Variance Inflation Factor (VIF). Regresi

yang terbebas dari masalah multikolonieritas apabila tolerance value ≥ 0,10 dan niali

VIF ≤ 10. Berikut hasil dari uji multikolonieritas :

Tabel 4. 6
Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF


1 Kepemilikan Institusional .623 1.605

Kepemilikan Manajerial .524 1.910

Komite Audit .615 1.625

Komisaris Independen .836 1.196

Ukuran Perusahaan .641 1.559

a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan


Sumber : Output SPSS,2021
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas yang disajikan dalamTabel 4.6

diketahui:

1. Diketahui pada variabel Kepemilikan Institusional memiliki nilai tolerance

0.623>0.1 dan VIF 1.605<10, maka diidentifikasikan tidak terjadi

multikoloniearitas.

2. Diketahui pada variabel Kepemilikan Manajerial 0.524>0.1 memiliki nilai

tolerance dan VIF 1.910<10, maka diidentifikasikan tidak terjadi

multikoloniearitas.

3. Diketahui pada variabel Komite Audit memiliki nilai tolerance 0.615>0.10 dan

VIF 1.625<10, maka diidentifikasikan tidak terjadi multikoloniearitas.

4. Diketahui pada variabel Komisaris Independen memiliki nilai tolerance

0.836>0.10 dan VIF 1.196<10, maka diidentifikasikan tidak terjadi

multikoloniearitas.

5. Diketahui pada variabel Ukuran Perusahaan memiliki nilai tolerance

0.641>0.10 dan VIF 1.559<10, maka diidentifikasikan tidak terjadi

multikoloniearitas.

4.1.2.2.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskesdasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka

disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali,

2018:137).

96
97

Heteroskedastisitas pada penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji rank

spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai

absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas

terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya

terdapat heterokedastisitas (varian dari residual tidak homogen) (Ghozali, 2018:137).

Dalam uji Rank Spearman pedoman yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan yaitu :

1. Jika nilai signifikan atau Sig (2-tailed) > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa

tidak terdapat masalah heterokedastisitas.

2. Jika nilai signifikan atau Sig (2-tailed) < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa

terdapat masalah heterokedastisitas.

Adapun hasil uji heterokedastisitas menggunakan uji rank spearman dapat dilihat

dalam tabel.
98

Tabel 4. 7
Hasil Uji Heteroskedastisitas : Uji Rank Spearman

Dari tabel 4.7 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai signifikan dalam setiap

variabel independen nilainya lebih besar dari 0.05 (>0.05) yang berarti tidak terdapat

heterokedastisitas.
99

4.1.2.2.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi memiliki tujuan untuk menguji ada atau tidaknya kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya) dalam model regresi linier. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas

dari autokorelasi (Ghozali, 2018:111). Dalam penelitian ini uji autokorelasi

dilaksanakan dengan Run Test, yaitu dengan ketentuan probabilitas lebih besar dari

signifikansi 0,05. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan

bahwa residual adalah acak atau random Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut :
100

Tabel 4. 8
Hasil Uji Autokorelasi : Run Test

Run Test

Unstandardized
Residual
Test Valuea -.01353

Cases < Test Value 46

Cases >= Test Value 47

Total Cases 93

Number of Runs 31

Z -3.440

Asymp. Sig. (2-tailed) .301

a. Median
Sumber: Output SPSS,2021

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai tes sebesar 0.01353 dengan probabilitas

signifikan sebesar 0,301. Oleh karena nilai probabilitas 0,301 yang lebih besar dari

nilai ketentuan sebesar 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah

auto korelasi pada model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.

4.1.2.3 Analisis Regresi Liniear Berganda

Analisis Linear berganda bertujuan untuk melihat pengaruh dan hubungan

variabel independen dengan variabel dependennya. Berikut hasil dari analisis regresi

linear berganda dalam output SPSS.


101

Tabel 4. 9
Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -3.350 1.195 -2.804 .006
Kepemilikan Institusional .410 .207 .232 1.980 .051
Kepemilikan Manajerial .220 .338 .083 .650 .517
Komite Audit .338 .119 .335 2.836 .006
Komisaris Independen 1.788 .540 .335 3.312 .001
Ukuran Perusahaan .077 .033 .273 2.359 .021
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
Sumber: output SPSS, 2021

Berdasarkan Tabel 4.9 diatas diperoleh model regresi berganda sebagai berikut:

ILKit = -3.350 + 0.410KI + 0.220KM + 0.338KA + 1.788K_INDPN + 0.077UP + e

Hasil dari tabel regresi berganda diatas dapat dibuat kesimpulan sebagai

berikut:

1. Besarnya nilai konstanta (constant) sebesar -3,350. Yang berarti jika

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,

komisaris independen dan ukuran perusahaan bernilai 0 atau konstan,

maka integritas laporan keuangan adalah sebesar -3,350.

2. Nilai koefisien variable Kepemilikan Institusional yaitu sebesar 0,410.

Yang menyatakan bahwa jika kepemilikan institusional mengalami


102

kenaikan satu satuan, maka integritas laporan keuangan (Y) akan

mengalami peningkatan sebesar 0,410.

3. Nilai koefisien variabel Kepemilikan Manajerial yaitu sebesar 0,220

Yang menyatakan bahwa jika kepemilikan institusional mengalami

kenaikan satu satuan, maka integritas laporan keuangan (Y) akan

mengalami peningkatan sebesar 0,220.

4. Nilai koefisien variable Komite Audit yaitu sebesar 0,338 Yang

menyatakan bahwa jika komite audit mengalami kenaikan satu satuan,

maka integritas laporan keuangan (Y) akan mengalami peningkatan

sebesar 0,338.

5. Nilai koefisien variabel Komisaris Independen yaitu sebesar 1,788

Yang menyatakan bahwa jika komisaris independen mengalami

kenaikan satu satuan, maka integritas laporan keuangan (Y) akan

mengalami peningkatan sebesar 1,788.

6. Nilai koefisien variabel Ukuran Perusahaan yaitu sebesar 0,077 Yang

menyatakan bahwa jika ukura perusahaan mengalami kenaikan satu

satuan, maka integritas laporan keuangan (Y) akan mengalami

peningkatan sebesar 0,077.


103

4.1.2.4 Hasil Uji Hipotesis

4.1.2.4.1 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Uji signifikansi parsial atau uji t pada dasarnya menunjukkan sejauh mana

pengaruh satu variabel penjelas / independen secara individual dalam menjelaskan

variasi variabel dependen. Uji t memiliki nilai signifikansi α = 5%. Kriteria

pengambilan keputusan uji t adalah :

a. Ha diterima, apabila t-hitung > t-tabel pada signifikansi α = 0,05 (5%)

b. Ha ditolak, apabila t-hitung < t-tabel pada signifikansi α = 0,05 (5%)

Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan, nilai t tabel pada α = 0,05 ; Df = 87

((Jumlah Sampel) 93-6 (jumlah variabel)) = 1,987608. Berikut ini adalah gambar

perhitungan t tabel menggunakan rumus TINV pada Microsoft Excel.

Gambar 4. 3
Perhitungan T tabel dengan rumus TINV dalam Microsoft Excel

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2021.


104

Adapun hasil pengolahan data uji statistik parsial (t) sebagai berikut:

Tabel 4. 10
Hasil Uji Parsial : Uji Statistik t

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -3.350 1.195 -2.804 .006
Kepemilikan Institusional .410 .207 .232 1.980 .051
Kepemilikan Manajerial .220 .338 .083 .650 .517
Komite Audit .338 .119 .335 2.836 .006
Komisaris Independen 1.788 .540 .335 3.312 .001
Ukuran Perusahaan .077 .033 .273 2.359 .021
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
Sumber; Output SPSS, 2021

Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel 4.10 dapat disimpulkan sebagai

berikut:

a. H1: Kepemilikan Institusional Secara Signifikan Berpengaruh Positif

Terhadap Integritas Laporan Keuangan.

Pengujian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari Kepemilikan

Institusional secara parsial terhadap Integritas Laporan Keuangan. Dapat dilihat

bahwa nilai koefisien regresi Kepemilikan Institusional berdasarkan tabel 4.10

sebesar 1,980 hal ini menyatakan bahwa nilai t kepemilikan institusional

memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, namun nilai

t.hitung<t.tabel (1,980<1,987608) yang menandakan bahwa.,kepemilikan


105

institusional tidak.,berpengaruh terhadap integritas.,laporan keuangan. Pada

nilai probabilitas signifikansinya kepemilikan institusional juga menunjukkan

nilai sebesar 0,051 yang berarti lebih besar dari 0,05, artinya variabel

Kepemilikan Institusional secara parsial tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap Integritas Laporan Keuangan. Maka dapat disimpulakan

bahwa hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional

secara signifikan berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan

ditolak.

b. H2 : Kepemilikan Manajerial Secara Signifikan Berpengaruh Positif

Terhadap Integritas.,Laporan Keuangan

Pengujian ini memiliki tujuan untuk melihat pengaruh dari Kepemilikan

Manajerial secara parsial,.terhadap Integritas Laporan Keuangan. Dapat dilihat

bahwa nilai koefisien regresi Kepemilikan Manajerial berdasarkan tabel 4,10

sebesar 0,650 hal ini menyatakan bahwa nilai t Kepemilikan Manajerial

memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, namun nilai

t.hitung<t.tabel (0,650<1,987608) yang menandakan bahwa kepemilikan

manajerila tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Pada nilai

probabilitas signifikansinya Kepemilikan Manajerial juga menunjukkan nilai

sebesar 0,517 yang berarti lebih besar dari 0,05, artinya variabel Kepemilikan

Manajerial secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Integritas Laporan Keuangan. Maka dapat disimpulakan bahwa hipotesis kedua


106

yang menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial Secara Signifikan

Berpengaruh Positif Terhadap Integritas Laporan Keuangan ditolak.

c. H3 : Komite Audit Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan.,Keuangan.

Pengujian ini memiliki tujuan untuk melihat pengaruh dari Komite

Audit secara.,parsial terhadap Integritas Laporan Keuangan. Dapat dilihat

bahwa nilai koefisien regresi Komite Audit berdasarkan tabel 4.10 sebesar

2,836 hal ini menyatakan bahwa nilai t hitung Komite Audit memiliki pengaruh

positif terhadap integritas laporan keuangan, nilai thitung>t.tabel

(2,836>1,987608). Pada nilai probabilitas signifikansinya Kepemilikan Komite

Audit juga menunjukkan nilai sebesar 0,006 yang berarti lebih kecil dari 0,05,

artinya variabel Kepemilikan Institusional secara parsial memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap Integritas Laporan Keuangan. Maka dapat

disimpulakan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa Komite Audit

Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap Integritas Laporan Keuangan

diterima.

d. H4 : Komisaris Independen Secara Signifikan Berpengaruh Positif

Terhadap.,Integritas Laporan.,Keuangan.

Pengujian ini.,bertujuan untuk melihat pengaruh dari Komisaris

Independen secara parsial terhadap integritas laporan keuangan. Dapat dilihat

bahwa nilai koefisien regresi Komisaris Independen berdasarkan tabel 4,10

sebesar 3,312. Hal ini menyatakan bahwa nilai t hitung Komisaris Independen
107

memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, nilai

t.hitung>t.tabel (3,312>1,987608). Pada nilai probabilitas signifikansinya

Komisaris independen juga menunjukkan nilai sebesar 0,001 yang berarti lebih

kecil dari 0,05, artinya variabel Komisaris Independen secara parsial memiliki

pengaruh positif yang signifikan terhadap Integritas Laporan Keuangan. Maka

dapat disimpulakan bahwa hipotesis keempat yang menyatakan bahwa

Komisaris Independen Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan Keuangan diterima.

e. H5 : Ukuran Perusahaan Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan Keuangan.

Pengujian ini.,bertujuan untuk melihat pengaruh dari ukuran

perusahaan secara parsial teerhadap integritas laporan keuangan. Dapat dilihat

bahwa nilai koefisien regresi Ukuran Perusahaan berdasarkan tabel 4.10

sebesar 2,359. Hal ini menyatakan bahwa t hitung Ukuran Perusahaan memiliki

pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, t.hitung.t.tabel

(2,359>1,987608). Pada nilai probabilitas signifikansinya Ukuran Perusahaan

juga menunjukkan nilai sebesar 0,021 yang berarti lebih kecil dari 0,05, artinya

variabel Ukuran Perusahaan secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Integritas Laporan Keuangan. Maka dapat disimpulkan bahwa

hipotesis kelima yang menyatakan bahwa Kepemilikan Institusional Secara

Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap Integritas Laporan Keuangan

diterima.
108

4.1.2.4.2 Hasil Uji Simultan (Uji F)

Pada dasarnya Uji statistik F (Simultan) merupakan pengujian yang dilakukan

untuk menunjukkan apakah semua variable independen yang dimaksudkan dalam

model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel

dependen. Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji hipotesis

yang diuji adalah berdasarkan tingkat signifikaan sebesar 0.05 yang merupakan

probabilitas kesalahan sebesar 5%. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai

berikut :

1. Jika probabilitas > 0.05 maka Ha ditolak

2. Jika probabilitas < 0.05 maka Ha diterima.

Hasil dari uji signifikansi simultan (Uji Statistik F) disajikan dalam tabel

dibawah ini:

Tabel 4. 11
Hasil Uji Simultan : Uji Statistik F

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.639 5 .928 5.917 .000b
Residual 13.641 87 .157
Total 18.279 92
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
b. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen,
Komite Audit, Kepemilikan Manajerial
Sumber: Output SPSS, 2021
109

Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis secara

simultan:

H6 : Kepemilikan,.Institusional, kepemilikan manajerial, Komite..Audit,

Komisaris,.Independen dan Ukuran.,Perusahaan Secara Signifikan Berpengaruh

Positif Terhadap Integritas Laporan Keuangan.

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,917 yang nilai ini lebih

besar dari nilai Ftabel 2.319276572 (5.917>2.319276572) dengan nilai probabilitas

(signifikansi) 0,000<0,05 dari hasil ini dapat diketahui bahwa kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen dan Ukuran

Perusahaan secara bersama-sama (simultan).,berpengaruh terhadap Integritas Laporan

Keuangan. Sehingga Hipotesis keenam yang menyatakan Kepemilikan Institusional,

Kepemilikan Amanjerial, Komite Audit, Komisaris Independen dan Ukuran

Perusahaan Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap Integritas Laporan

Keuangan diterima.

Untuk mencari besarnya nilai Ftabel maka penulis menggunakan rumus

Microsoft Excel. Df1=k-1 = 5, Df2=n-k = 87


110

Gambar 4. 4
Perhitungan F tabel dengan Rumus FINV dalam Microsoft Excel

Sumber : diolah peneliti, 2021

4.1.2.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi umumnya bertujuan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai yang mendekati

1 (satu) (0-1) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel independen, hal ini

mengartikan bahwa semakin tepat garis.,regresi tersebut untuk,.mewakili hasil

observasi.,yang sebenarnya (Ghozali, 2018:97).

Hasil uji koefisien determinasi pada penelitian ini disajikan dalam tabel berikut

ini:
111

Tabel 4. 12
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .504a .254 .211 .39597
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, Komite
Audit, Kepemilikan Manajerial
b. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
Sumber : Output SPSS, 2021

Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi

(Adjusted R Square) adalah sebesar 0,211. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen

dan ukuran perusahaan dapat menjelaskan serta menerangkan variasi (variation)

integritas laporan keuangan sebesar 21,1% sisanya 78,9% dijelaskan oleh variabel atau

faktor lainnya.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Kepemilikan Institusional Secara Signifikan Berpengaruh Positif

Terhadap Integritas Laporan Keuangan.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh bukti empiris

bahwa (H1) ditolak. Hal ini berkaitan dengan nilai t hitung Kepemilikan Institusional

sebesar 1,980 yang dimana lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 1,987 (1,980<1,987)

dengan nilai signifikan 0,051 yang lebih besar dari 0,05 (0,051>0,05). Hasil ini
112

menjelaskan bahwa Kepemilikan Institusional berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan terhadap integritas laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari nilai

signifikansinya yang dimana bernilai 0,051 yang lebih besar dari nilai ketentuan

probabilitasnya sebesar 0,05.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Kepemilikan Institusional tidak

berpengaruh atau tidak menjamin tinggi rendahnya integritas laporan keuangan. Hal

ini dapat terjadi karena dalam kepemilikan saham institusional pada sebuah

perusahaan tidak berasal dari dalam negeri saja namun ada yang berasal dari luar

negeri, perbedaan penerapan kebijakan akuntansi dan karakteristik setiap negara yang

berbeda menjadikan investor institusional diluar negeri sulit untuk melakukan

pengawasan yang efektif, dan pada kenyataannya juga dalam sebuah perusahaan tidak

hanya terdapat satu institusi yang memiliki saham namun terdapat beberapa institusi

yang memiliki saham institusional pada perusahaan tersebut, sehingga walaupun

terdapat kepemilikan saham istitusi yang lumayan besar dalam sebuah perusahaan

namun pada kenyataannya persentase saham itu masih dibagi kebeberapa institusi yang

memiliki saham sehingga menjadikan persentase saham institusional ditiap institusi

terhitung kecil. dan pada kenyataan juga disetiap perusahaan telah ada pihak-pihak

yang bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan internal perusahaan sehingga

para investor hanya berfokus terhadap return dari investasi yang telah dilakukannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pandangan atau konsep yang mengatakan bahwa

institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada current earnings (Saputra
113

et al, 2014). Hal ini juga sejalan dengan pendapat Silvia et al (2018) pada umumnya

investor dari luar tidak terlalu aware terhadap integritas laporan keuangan yang

disajikan, dan lebih berfokus terhadap pengembalian yang maksimal atas investasinya.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Eva et al,

(2019) yang menyatakan bahwa bahwa kepemilikan institusional yang tinggi akan

membatasi manajer dalam melakukan manajemen laba dan dapat meningkatkan

integritas laporan keuangan. Namun hasil penelitian ini sejalan dan konsisten dengan

hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Sinta Novianti dan Deannes

Isynuwardhana (2021), Julius et al (2020), Muhammad Fajar dan Annisa (2020),

badawin (2019), Silvia Arista et al (2018) Nurdiniah dan Pradika (2017) yang

menyatakan bahwa Kepemilikan institusional tidak berpengaruh pada tingkat

signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

4.2.2 Kepemilikan Manajerial Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan Keuangan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh bukti empiris

bahwa (H2) ditolak. Hal ini berkaitan dengan nilai t hitung Kepemilikan Manajerial

sebesar 0,650 yang dimana lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 1,987 (0,650<1,987)

dengan nilai signifikan 0,517 yang lebih besar dari 0,05 (0,517>0,05). Hasil ini

menjelaskan bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan

terhadap integritas laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya
114

yang dimana bernilai 0,517 yang lebih besar dari nilai ketentuan probabilitasnya

sebesar 0,05.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kepemilikan manajerial tidak mampu

mengurangi konflik agensi yang timbul akibat masalah keagenan. Kepemilikan saham

manajerial yang ada tidak mampu mensejajarkan kepentingan manajemen dan

pemegang saham, hal ini dikarenakan bahwa para manajer memiliki kepentingan yang

cenderung dipenuhinya yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya sehingga

menimbulkan permasalahan keagenan (konflik agensi) diantara kedua belah pihak. Hal

ini sesuai dengan teori agensi yang menyatakan bahwa manusia memiliki beberapa

sifat, yang salah satunya manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self

interest), Eisenhardt (1989). Kepemilikan saham yang meningkat oleh manajer dapat

memudahkan jalan bagi manajer untuk mencapai kepentingan pribadi dengan status

ganda manajer sebagai pengelola sekaligus pemilik perusahaan. Status ganda ini

menyebabkan manajer seolah-olah mengawasi dirinya sendiri, sehingga memudahkan

manajer untuk mencapai kepentingan pribadinya.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Silvia

Arista et al, (2018) yang menjelaskan bahwa peningkatan kepemilikan manajerial

mampu mengurangi konflik keagenan yang mungkin timbul karena perbedaan

kepentingan. Hal ini disebabkan karena manajemen melakukan tanggung jawabnya

secara baik, dengan tidak memanipulasi laporan keuangan yang dihasilkan agar dapat

memberikan nilai positif terhadap para pemegang saham, yang mana diantaranya ialah
115

dirinya sendiri. sehingga kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan

terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Monica et al (2017), M.Fajar dan Annisa (2020), Widya Kusuma dan

Yuli Chomsatu (2020), Agnes Dwi et al (2019), Istiantoro et al (2017), yang

menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap integritas laporan keuangan.

4.2.3 Komite Audit Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap Integritas

Laporan Keuangan.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh bukti empiris

bahwa (H3) diterima. Hal ini berkaitan dengan nilai t hitung Komite Audit sebesar

2,838 yang dimana lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1,987 (2,838>1,987) dengan

nilai signifikan 0,006 yang lebih kecil dari nilai probabilitas sebesar 0,05 (0,006<0,05).

Hasil ini menjelaskan bahwa Komite Audit berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap integritas laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya

yang dimana bernilai 0,006 yang lebih kecil dari nilai ketentuan probabilitasnya

sebesar 0,05.

Alasan variabel ini berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan yaitu

karena Keberadaan Komite Audit didalam sebuah perusahaan bertugas untuk

membantu tugas dan juga fungsi dewan komisaris di sebuah perusahaan yang salah

satunya adalah melakukan penelaahan atas informasi laporan keuangan yang nantinya

akan dikeluarkan oleh perusahaan serta mengawasi proses audit laporan keuangan dan
116

pemenuhan standar kebijakan yang di terapkan perusahaan. Maka dengan adanya atau

semakin banyaknya jumlah komite audit maka semakin banyak jumlah orang yang

melakukan penelaahan atas informasi laporan keuangan perusahaan dan komite audit

dapat membantu melaksanakan tugas dewan komisaris dalam menetapkan kebijakan

dengan menyarankan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan integritas laporan

keuangan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori agensi (agency theory) yang

memprediksi hubungan positif antara adanya pihak ketiga diantara principal dan agent.

Dimana pihak ketiga ini bersifat independen sebagai mediator dan berguna untuk

mengawasi perilaku agent apakah sesuai dengan ketentuan principal dan apakah juga

memberikan informasi yang andal dan bermanfaat bagi principal yang berkaitan

dengan kelangsungan perusahaan. Monica dan Weni (2017) menyatakan bahwa

keberadaan komite audit bermanfaat untuk menjamin transparansi, keterbukaan

laporan keuangan, keadilan untuk semua stakeholder dan pengungkapan semua

informasi yang dilakukan oleh manajemen meski ada konflik kepentingan. Dengan

demikian, komite audit dalam perusahaan dapat menjadi salah satu upaya untuk

mengurangi manipulasi dalam penyajian informasi akuntansi, sehingga integritas

laporan keuangan dapat meningkat.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Eman

sukanto dan Widaryanti (2018) yang menyatakan bahwa komite audit tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan dikarenakan komite


117

audit belum memaksimalkan fungsinya didalam perusahaan untuk memantau perilaku

manajemen yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan M.Fajar dan Annisa Nurbaiti

(2020), Agnes Dwi et al (2019), Monica et al (2017), Istiantoro (2017) yang

menyatakan bahwa Komite Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Integritas Laporan Keuangan.

4.2.4 Komisaris Independen Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan Keuangan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh bukti empiris

bahwa (H4) diterima. Hal ini berkaitan dengan nilai t hitung komisaris independen

sebesar 3,312 yang dimana lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1,987 (3,312>1,987)

dengan nilai signifikan 0,001 yang lebih kecil dari 0,05 (0,001<0,05). Hasil ini

menjelaskan bahwa Komisaris Independen berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap integritas laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya

yang dimana bernilai 0,001 yang lebih kecil dari nilai ketentuan probabilitasnya

sebesar 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi jumlah

Komisaris Independen maka akan semakin tinggi integritas laporan keuangan, hal ini

sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33/POJK.04/2014 tentang

Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik yang menyatakan bahwa

tugas komisaris independen adalah melakukan pengawasan dan bertanggung jawab


118

atas pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya,

baik mengenai Emiten atau Perusahaan Publik maupun usaha Emiten atau Perusahaan

Publik, dan memberi nasihat kepada Direksi. Sehingga, dengan adanya komisaris

independen dalam suatu perusahaan maka integritas laporan keuangannya akan

meningkat, karena adanya badan pengawas yang independen yang mengawasi

pembuatan laporan keuangan tersebut yang dilakukan oleh pihak manajemen agar tidak

merugikan atau menyesatkan para pengguna laporan keuangan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori agensi (agency theory) yang

memprediksi bahwa dalam meminimalkan masalah yang akan terjadi akibat perbedaan

kepentingan antara principal dengan agen dibutuhkan pihak ketiga yang independen

sebagai pihak penengah yang dapat menjadi mediator dan dapat bertindak sebagai

pengawas terhadap kinerja dan perilaku agent guna memastikan bahwa informasi yang

dihasilkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umun. Hasil penelitian ini juga sesuai

dengan pernyataan (Silvia Arista et al, 2018) yang menyatakan bahwa Komisaris

independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar

tercipta perusahaan yang good corporate governance dan mengurangi risiko

kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oriza

Tandra (2017) yang menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh

terhadap integritas laporan keuangan hal ini dikarenakan dewan komisaris independen

diduga tidak menjalankan tugasnya dengan baik terkait dengan kompetensi dan hal-hal
119

lain yang tidak dapat dapat dikendalikan oleh dewan komisaris independen sehingga

membuat keberadaannya menjadi bias. Namun hasil penelitian ini mendukung

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eva, et al (2019), Muammar Khaddafi

(2018) Silvia Arista (2018), Monica et al (2017), Daniel Oscar Savero (2017), yang

menyatakan bahwa komisaris independen secara signifikan berpengaruh secara positif

terhadap integritas laporan keuangan.

4.2.5 Ukuran Perusahaan Secara Signifikan Berpengaruh Positif Terhadap

Integritas Laporan Keuangan.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh bukti empiris

bahwa (H5) diterima. Hal ini berkaitan dengan nilai t hitung Ukuran Perusahaan

sebesar 2,359 yang dimana lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1,987 (2,359>1,987)

dengan nilai signifikan 0,021 yang lebih kecil dari 0,05 (0,021<0,05). Hasil ini

menjelaskan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan

berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari nilai

signifikansinya yang dimana bernilai 0,021 yang lebih kecil dari nilai ketentuan

probabilitasnya sebesar 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa semakin besar ukuran

sebuah perusahaan maka integritas laporan keuangan perusahaan tersebut semakin

baik. Menurut Verya, dkk (2017), perusahaan yang berukuran besar cenderung lebih

banyak mengungkapkan butir-butir dalam laporan keuangannya karena memiliki lebih

banyak informasi untuk diungkapkan. Perusahaan berukuran besar juga dinilai


120

mempunyai sumber daya yang baik dan lengkap serta profesionalisme yang telah teruji

dalam memahami integritas laporan keuangan (Bani dan Aisyah, 2019). Ukuran

Perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat didalamnya

dan seberapa besar sorotan masyarakat terhadap perusahaan tersebut, serta

mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, hal

tersebut akan mendorong pihak manajemen untuk menerapkan prinsip kehati-hatian

dalam proses penyusunan laporan keuangan, hal tersebut berpengaruh positif terhadap

integritas laporan keuangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori sinyal (signalling theory) menjelaskan

bahwa teori sinyal adalah isyarat yang diberikan pihak perusahaan bagi pihak pemakai

laporan keuangan dengan memandang prospek perusahaan. Besarnya ukuran

perusahaan yang dibuktikan dengan besarnya total asset yang dimiliki menandakan

bahwa perusahaan tersebut dalam posisi yang baik, dan sesuai pernyataan Bani dan

Aisyah, (2019) bahwa perusahaan besar memiliki sumber daya yang lebih baik dalam

mengelolah perusahaan termaksuk dalam memahai laporan keuangan, hal ini akan

memberikan sinyal bahwa semakin besar sebuah perusahaan makan akan

meningkatkan integritas laporan keuangan.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Fitria Monica dan Cherrya (2018) yang menyatakan ukuran perusahaan tidak

menjamin keintegritasan laporan keuangan, yang dimana menyatakan bahwa semakin

besar perusahaan , maka akan semakin besar pula kesadaran atau keinginan masyarakat
121

untuk mengakses laporan keuangan tersebut. Hal ini mendorong manajemen

perusahaan agar ikut campur dalam pembuatan laporan keuangan dengan tujuan agar

perusahaan tersebut dinilai memiliki laporan keuangan yang baik. Namun pada

kenyataan nya, laporan keuangan tersebut memiliki integritas yang rendah dan tidak

dapat di pertanggung jawabkan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh M.Fajar dan Annisa Nurbaiti (2020), Pradika & Hoesada (2018)

yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh positif secara signifikan

terhadap integritas laporan keuangan perusahaan.

4.2.6 Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Amanjerial, Komite Audit,

Komisaris Independen dan Ukuran Perusahaan Secara Signifikan Berpengaruh

Positif Terhadap Integritas Laporan Keuangan.

Berdasarkan hasil pengujian ini diperoleh bukti empiris bahwa H6

diterima. Nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (5.917>2.319276572) dan dengan nilai

signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari nilai probabilitas yang ditentukan 0,05

(0,000<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H6 terdukung sehingga dapat dikatakan

bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris

independen dan ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap

integritas laporan keuangan.

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi yang dilakukan dapat dilihat bahwa

nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,211. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen


122

dan ukuran perusahaan dapat menjelaskan atau menerangkan variasi (variation)

integritas laporan keuangan sebesar 21,1% sisanya 78,9% dijelaskan oleh variabel atau

faktor lainnya.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menguji pengaruh Struktur Corporate Governance dan Ukuran

Perusahan terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019. Analisis dilakukan dengan

program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 24. Data sampel

perusahaan sebanyak 93 data pengamatan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia selama periode 2017-2019. Berdasarkan hasil analisa dan

pembahasan yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan melakukan analisa

regresi berganda, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel kepemilikan institusional secara parsial berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap integritas,.laporan keuangan. Hal.,,ini dapat dibuktikan

dengan nilai signifikansi kepemilikan institusional lebih besar dari nilai

probabilitas yang telah ditentukan (0,051>0,05) hasil ini berarti menandakan

bahwa (H1) ditolak.

2. Variabel Kepemilikan Manajerial secara parsial berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hal.,,ini dapat dibuktikan

dengan nilai signifikansi kepemilikan manajerial yang lebih besar dari nilai

probabilitas yang telah ditentukan (0,0517>0,05) haasil ini berarti menandakan

bahwa (H2) ditolak.

123
124

3. Variabel Komite Audit secara parsial berpengaruh positif secara signifikan

terhadap integritas laporan keuangan. Hal.,,ini dapat dibuktikan dengan nilai

signifikansi komite audit yang lebih kecil dari nilai probabilitas yang telah

ditentukan (0,006<0,05) hasil ini berarti menandakan bahwa (H3) diterima.

4. Variabel Komisaris Independen secara parsial berpengaruh positif secara

signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hal.,,ini dapat dibuktikan

dengan nilai signifikansi komisaris independen yang lebih kecil dari nilai

probabilitas yang telah ditentukan (0,001<0,05) hasil ini berarti menandakan

bahwa (H4) diterima.

5. Variabel Ukuran Perusahaan secara parsial berpengaruh positif secara

signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hal.,,ini dapat dibuktikan

dengan nilai signifikansi ukuran perusahaan yang lebih kecil dari nilai

probabilitas yang telah ditentukan (0,021<0,05) hasil ini berarti menandakan

bahwa (H5) diterima.

6. Variabel Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit,

Komisaris Independen, dan Ukuran Perusahaan secara simultan berpengaruh

positif secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hal.,,ini dapat

dibuktikan dengan nilai signifikansi secara keseluruhan yang lebih kecil dari

nilai probabilitas yang telah ditentukan (0,000<0,05) hasil ini berarti

menandakan bahwa (H6) diterima.


125

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang dirasakan oleh peneliti selama

penelitian ini, maka peneliti memberikan saran untuk perkembangan penelitian

selanjutnya khususnya terkait dengan topik nilai perusahaan, sehingga diharapkan

penelitian selanjutnya mampu memberikan hasil penelitian yang lebih maksimal

dengan mempertimbangkan saran dibawah ini:

1. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah periode tahun

penelitian dan juga melakukan peneilitian dengan periode tahun terbaru.

2. Pada penelitian ini membahas pengaruh struktur corporate governance dan

ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan yang dimana nilai

Adjusted R Square dari hasil uji Koefisien Determinasinya sebesar 21,1% yang

berarti masih ada sebesar 78,9% dipengaruhi oleh faktor atau variabel-variabel

lain. Sehingga penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya untuk

menambah variabel lainnya yang memiliki pengaruh terhadap integritas

laporan keuangan seperti leverage, kualitas audit, audit tenure dan sebagainya

untuk diteliti.

3. Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga kiranya pada penelitian selanjutnya

agar dapat menggunakan data perusahaan lainnya seperti perusahaan

perbankkan, property dan real estate atau lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Aljufri. (2014). Dampak Audit Quality dan Corporate Governance terhadap


Integritas Laporan Keuangan. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, Vol.
11 No. 2, ISSN: 1829-9822, (hlm. 267-280).

Anthony, Robert N. dan Vijay Govindrajan. (2005). Sistem Pengendalian


Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Ariantoni, Z. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kesulitan


Keuangan/Financial Distess, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial
dan Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Integritas
Laporan Keuangan Pada Perusahaan Jasa Keuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun . JOM Fekon, 4(1), 2720–2734.

Arista, S. 2018. Pengaruh Struktur Tata Kelola Perusahaan dan Audit Tenure
terhadap Integritas Laporan Keuangan. Akuntabilitas: Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Akuntansi, Vol. 12 No.2, 81.

Arista, Silvia. 2018. Pengaruh Struktur Corporate Governance Dan Audit


Tenure Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Akuntabilitas : Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan. Vol. 12 No. 2 Juli 2018.

Astria, Tia. 2011. Analisis Pengaruh Audit Tenure, Struktur Tata Kelola
Perusahaan dan Ukuran KAP terhadap Integritas Laporan Keuangan. E
jurnal. Semarang: Universitas Diponegoro.

Atik Fajaryani. 2015. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Integritas


Laporan Keuangan (Studi Empiris Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013). Jurnal Nominal
Volume IV Nomor 1.

Atiningsih Suci, Yohana Kus Suparwati. 2018. Pengaruh Corporate


Governance dan Leverage Terhadap Integritas Laporanb Keuangan.
Jurnal ilmu manajemen dan akuntansi terapan. Vol. 9 No. 2

Badawin. 2019. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komite Audit Dan


Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan –
Vol. 8, N0. 1, Januari – Juni 2019.

126
127

David, 2009. Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.
(https://davidparsaoran.wordpress.com/2009/11/04/skandalmanipulasi-
laporan-keuangan-pt-kimia-farma-tbk/, diakses pada, 06 Maret 2021)

Dwi, Agnes. 2019. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan


Audit Tenure Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Jurnal Eksplorasi
Akuntansi Vol. 1, No 3, Seri D, Agustus 2019, Hal 1244-1258.

Dwidinda, J., Khairunnisa, & Triyanto, D. (2017). Pengaruh Komisaris


Independen, Komite Audit, Kepemilikan Institusional Dan
Kepemilikan Manajerial Terhadap Integritas Laporan Keuangan. E-
Proceding of Management, 4(3), 2821–2829.

Fajar, Muhammad. 2020. Pengaruh Corporate Governance Dan Ukuran


Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan. JMM Online Vol.
4 No. 6 Juni (2020) 843-855.

Financial Accounting Standard Board (FASB). 1980. Qualitative


Caracteristics of Accounting Information. Statement of Financial
Accounting Concept No. 7. FASB. No 2. FASB. Norwalk.
https://www.fasb.org/pdf/aop_CON2.pdf

Financial Accounting Standards Board (FASB). 1978. “Statement of Financial


Accounting Concepts No.1: Objectives of Financial Reporting by
Business Enterprises”. Stamford. Connecticut.

Financial Accounting Standards Board. 2008. No. 2. Qualitative


Characteristics of Accounting Stamford: Connecticut.

Forum For Corporate governance in Indonesia (FCGI) , 2001. Seri Tata Kelola
Perusahaan (Corporate Governance): Corporate Governance (Tata
Kelola Perusahaan). Jilid 1, Edisi 3, Jakarta.
(https://muhariefeffendi.files.wordpress.com/2009/12/fcgiselfassessme
ntchecklist.pdf, diakses pada 27 Januari 2021)

Gayatri, Ida Ayu Sri dan I Dewa Gede Dharma Suputra. 2013. "Pengaruh
Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap
Integritas Laporan Keuangan". E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi


VIII. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
128

Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Edisi Sembilan. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gora, Sagala. 2020. Pengaruh Komite Audit, Reputasi Kap, Dan Leverage
Terhadap Integritas Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015- 2017. Jurnal
Akuntansi dan Perpajakan Indonesia UNIMED. Vol : 8, No : 2, 2020.

Hadayanti, hafikah. 2013. SEJARAH KASUS ENRON.


(https://hafikahadiyanti.wordpress.com/2013/09/10/sejarah-kasus-
enron/, diakses pada 23 januari 2021)

Hardiningsih, P. (2010). Pengaruh Independensi, Corporate Governance dan


Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Studi Akuntansi
ISSN: 1979 4886, Vol. 2 No. 1, (hlm. 61-76).

Hartomo, giri 2019. Kronologi Kasus Laporan Keuangan Garuda Indonesia


hingga Kena Sanksi.
(https://economy.okezone.com/read/2019/06/28/320/2072245/kronolo
gi-kasus-laporan-keuangan-garuda-indonesia-hingga-kena-sanksi,
diakses pada, 22 januari 2021)

Haruman, Tedi. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Keputusan


Keuangan dan Nilai Perusahaan. Simposium Akuntansi Nasional XI,
Pontianak.

Hendriksen, E., & M. Van Brenda. 1992. Teori Akuntansi. (Edisi ke-5).
Homewood, IL: Irwin

Herawaty, Arleen dan Susiana. 2007. Pengaruh Independensi, Mekanisme


Coporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X X Makassar Unhas

Hidayat 2020. Kasus-Kasus Melilit KAP Besar di Indonesia


(https://akuntansi.or.id/baca-tulisan/44_kasus-kasus-melilit-kap-
besar-di-indonesia.html,diakses pada, 22 januari 2021)

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2015. Penyajian laporan keuangan.


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1. DSAK-IAI. Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:


Salemba empat.
129

Ikhsan, Arfan, et al. 2018. Auditing Pemeriksaan Akuntansi. Edisi Kedua.


Medan : Madenatera.

Inosensius, Ardi, & Herry. 2017. Pengaruh Struktur Corporate Governance


terhadap Integritas Laporan Keuangan Perusahaan pada Perusahaan
LQ45 yang Terdaftar di BEI. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Mulawarman, Samarinda.

Jam’an, Abi. 2019. Aturan Seputar Komisaris Independen & Piercing the
Corporate Veil.
(https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4bf2cc7d1817b/
aturan-seputar-komisaris-independen-ipiercing-the-corporate-veil-i/,
diakses pada 01 Maret 2021)

Jama’an. 2008. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas


Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Laporan Keuangan”.
Simposium Nasional Akuntansi.

Jensen, Michael C., dan William H. Meckling. 1976. ”Theory of the Firm:
Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure”.
Journal of Financial Economics. 3(4). Pp. 305-360.

Julius, Satria. 2020. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan


Manajerial Dan Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas
Laporan Keuangan. Jurnal Syntax Transformation Vol. 1 No. 8,
Oktober 2020 p-ISSN : 2721-3854 e-ISSN : 2721-2769.

Kalsum, Umi. 2015. Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi.


(http://mangkok-garpu.blogspot.com/2015/09/kasus-pelanggaran-
etika-profesi_97.html. Diakses pada 22 januari 2021)
Kemenperin. 2019. Manufacturing Contribution Still Highest. (Kemenperin:
Kontribusi Manufaktur Masih Tertinggi, diakses pada 3 Maret 2021)

Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tgl 31 Juli 2002


tentang penerapan GCG pada BUMN

List of biggest accounting scandals 2015.


(https://en.wikipedia.org/wiki/Accounting_scandals, diakses pada, 25
januari 2021)

Lukviarman,Niki. 2016. Corporate Governance. Solo: PT Era Adicitra


Intemedia
130

Mayangsari, S. 2003. “Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta


Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan
Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya, 16 – 17
Oktober 2003, pp. 1255–1273.

Monica, F. 2017. Pengaruh Struktur Corporate Governance, Ukuran Kap Dan


Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan Pada,
Jurusan Akuntansi STIE Multi Data Palembang.

Muliyanto dan Eddy Budiono. 2015. “Pengaruh Corporate Governance,


Kualitas Audit, dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan
Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode
2010-2013”. Universitas Telkom Bandung.

Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

N.N. 2017. Online. Akuntansipedia.com. Berbagai Jenis Fraud. Akuntansi


(https://akuntansipedia.com/berbagai-jenis-fraud/, diakses 22 januari
2021)

Nicolin, Ocktavia dan Arifin Sabeni. 2013. “Pengaruh Struktur Corporate


Governance, Audit Tenure, dan Spesialisasi Industri Auditor terhadap
Integritas Laporan Keuangan”. Jurnal Akuntansi Universitas
Diponegoro.

Novianti, Sinta. 2021. Pengaruh Komisaris Independen, Leverage, Dan


Kepemilikan Institusional Terhadap Integritas Laporan Keuangan.
JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN Vol. 9,
No. 1, [Januari-Juni], 2021 : 64-73.

Oktavia, ishani. 2019. Kasus Lehman Brothers.


(https://www.kompasiana.com/ihsani54599/5ce22e353ba7f746e73f6b
92/kasus-lehman-brothers-dan-kap-ernst-young?page=2, diakses pada
27 januari 2021)

Pedoman & Struktur GCG. (https://www.len.co.id/tata-kelola-


perusahaan/pedoman-struktur-gcg/, diakses pada, 25 januari 2021)

Peraturan Bapepam No. I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek


bersifat ekuitas di bursa huruf C-1Nomor: Kep-339/BEJ/07-2001
tentang penyelenggaraan pengelolaan yang baik (Good Corporate
Governance).
131

Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER – 01/MBU/2011 tentang Tata


Kelola Perusahaan yang Baik/ GCG

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 55/POJK.04/2015. Tentang


Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33 / POJK.04 / 2014. 2014. Direksi dan
Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik. Jakarta: Ketua
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 55 / POJK.04 / 2015. 2015.


Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Jakarta:
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.

PT.Semen BatuRaja. (2013), Pedoman Good Corporate Governance (GCG),


Palembang. Direksi PT. Semen BatuRaja (PERSERO)

Sakmiah, jamiatus. Kebangkrutan Besar Yang Penuh Skandal.


(https://www.kompasiana.com/jamiatussakdiyah/5ce36d2f6b07c529d1
34c102/worldcom, diakses pada, 22 januari 2021)

Sana'a, N. M. (2016). The Effect of Accounting Conservatism on Financial


Performance Indicators in the Jordanian Insurance Companies.Journal
of Internet Banking and Commerce,21(1), 1.

Savitri, D. E. (2016). Konservatisme Akuntansi “Metode Pengukuran,


Tinjauan Empiris dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (M. S.
Musfialdi, Ed.) (Edisi ke-1). Yogyakarta: Pustaka Sahila Yogyakarta.

Singhvi, S.S.and Desai, H.B. ( 1971). An empirical analysis of the quality of


corporate financial disclosure. The Accounting Review, 46 (1), 129-
138.

Solikhah, Nur. 2017. Pengaruh indenpendensi, mekanisme corporate


governance dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan.

Statement of Financial Accounting Concepts 1980 No. 2.


(https://www.fasb.org/pdf/aop_CON2.pdf, diakses pada, 25 januari
2021)

Subrata, agus. 2020. Peran Komisaris Independen Di Perusahaan Asuransi.


(https://icopi.or.id/peran-komisaris-independen-di-perusahaan-
asuransi/, diakses pada 28 januari 2021)
132

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukanto, Widaryanti. 2018. Analisis Pengaruh Ukuran Kap Dan Tata Kelola
Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Jbe Vol. 3 , No.1,
Januari 2018, Pp: 31 – 42.

Suwarjono 2014. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.


Cetakan ke delapan. Yogyakarta. BP-FE Yogyakarta.

Verya, Endi. 2017. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, dan


Good Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Jurnal Online Mahasiswa, 4 (1): 982-993.

Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2015. Financial
Accounting IFRS Edition. United States of America: Wiley.

Widya, Yuli. 2020. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan


Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Integritas
Laporan Keuangan. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2),
Juli 2020, 475-481.

Winarto, yudho. 2019. BEI panggil manajemen Tiga Pilar (AISA) soal laporan
EY pada Jumat ini. (https://investasi.kontan.co.id/news/bei-panggil-
manajemen-tiga-pilar-aisa-soal-laporan-ey-pada-jumat-ini, diakses
pada 22 januari 2021)

Winarto, Yudho. 2019. Investor AISA: Kasus AISA adalah skandal dalam
pasar modal Indonesia. (https://investasi.kontan.co.id/news/investor-
aisa-kasus-aisa-adalah-skandal-dalam-pasar-modal-indonesia, diakses
pada, 06 Maret 2021)

www.idx.co.id
LAMPIRAN

Lampiran A. Tabulasi Data

Lampiran A.1 Daftar Perusahaan Yang Memenuhi Kriteria

Lampiran A.2 Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian

Setelah Outlier

Lampiran A.3 Daftar Kepemilikan Institusional

Lampiran A.4 Daftar Kepemilikan Manajerial

Lampiran A.5 Daftar Komite Audit

Lampiran A.6 Daftar Komisaris Independen

Lampiran A.7 Daftar Integritas Laporan Keuangan

133
134

Lampiran A. 1 Daftar Perusahaan Yang Memenuhi Kriteria


No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
2 ALDO Alkindo Naratama Tbk
3 ALKA Alakasa Industrindo Tbk
4 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
5 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
6 APLI Asiaplast Industries Tbk
7 ARNA Arwana Citramulia Tbk
8 ASII Astra International Tbk
9 BRNA Berlina Tbk
10 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
11 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
12 CINT Chitose Internasional Tbk
13 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
14 GGRM Gudang Garam Tbk
15 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk
16 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk
17 HRTA Hartadinata Abadi Tbk
18 IMPC Impack Pratama Industri Tbk
19 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
20 INDS Indospring Tbk
21 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
22 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
23 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
24 KICI Kedaung Indah Can Tbk
25 KINO Kino Indonesia Tbk
26 LION Lion Metal Works Tbk
27 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk
28 LMSH Lionmesh Prima Tbk
29 MAIN Malindo Feedmill Tbk
30 MARK Mark Dynamics Indonesia Tbk
31 MBTO Martina Berto Tbk
32 MLIA Mulia Industrindo Tbk
33 PBID Panca Budi Idaman Tbk
34 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
35 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
36 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
135

37 SCCO Supreme Cable Manufacturing &


Commerce
38 SKBM Sekar Bumi Tbk
39 SKLT Sekar Laut Tbk
40 SMSM Selamat Sempurna Tbk
41 SRSN Indo Acidatama Tbk
42 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk
43 TCID Mandom Indonesia Tbk
44 TRIS Trisula International Tbk
45 TRST Trias Sentosa Tbk
46 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Trading
Company Tbk
47 VOKS Voksel Electric Tbk
48 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
49 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk

Lampiran A. 2 Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian


Setelah Outlier
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
2 ALDO Alkindo Naratama Tbk
3 APLI Asiaplast Industries Tbk
4 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
5 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
6 CINT Chitose Internasional Tbk
7 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
8 HRTA Hartadinata Abadi Tbk
9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
10 INDS Indospring Tbk
11 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
12 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
13 KICI Kedaung Indah Can Tbk
14 KINO Kino Indonesia Tbk
15 LION Lion Metal Works Tbk
16 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk
17 LMSH Lionmesh Prima Tbk
18 MAIN Malindo Feedmill Tbk
19 MBTO Martina Berto Tbk
136

20 PBID Panca Budi Idaman Tbk


21 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
22 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
23 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
24 SCCO Supreme Cable Manufacturing &
Commerce
25 SKBM Sekar Bumi Tbk
26 SRSN Indo Acidatama Tbk
27 TCID Mandom Indonesia Tbk
28 TRIS Trisula International Tbk
29 TRST Trias Sentosa Tbk
30 VOKS Voksel Electric Tbk
31 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk

Lampiran A. 3 Daftar Kepemilikan Institusional


NO KODE Tahun Kep. Institusional
∑ Saham ∑ Saham HASIL HASIL
Institusi Beredar (Rasio) (%)
1 AKPI 2017 476,175,852 680,000,000 0.7003 70.03%
2018 476,175,852 680,000,000 0.7003 70.03%
2019 476,175,852 680,000,000 0.7003 70.03%
2 ALDO 2017 321,230,769 550,000,000 0.5841 58.41%
2018 321,230,769 550,000,000 0.5841 58.41%
2019 855,877,869 1,100,000,000 0.7781 77.81%
3 APLI 2017 801,304,000 1,362,671,400 0.5880 58.80%
2018 801,304,000 1,362,671,400 0.5880 58.80%
2019 801,304,000 1,362,671,400 0.5880 58.80%
4 BTON 2017 14,318,000 720,000,000 0.0199 1.99%
2018 9,404,100 720,000,000 0.0131 1.99%
2019 353,000 720,000,000 0.0005 0.05%
5 CEKA 2017 547,471,000 595,000,000 0.9201 92.01%
2018 547,471,000 595,000,000 0.9201 92.01%
2019 547,471,000 595,000,000 0.9201 92.01%
6 CINT 2017 678,400,000 1,000,000,000 0.6784 67.84%
2018 718,990,500 1,000,000,000 0.7190 71.90%
2019 787,864,800 1,000,000,000 0.7879 78.79%
137

7 GDST 2017 881,310,300 8,200,000,000 0.1075 10.75%


2018 983,903,421 9,242,500,000 0.1065 10.65%
2019 186,607,060 9,242,500,000 0.0202 2.02%
8 HRTA 2017 3,362,530,000 4,605,262,400 0.7301 73.01%
2018 3,362,530,000 4,605,262,400 0.7301 73.01%
2019 3,504,671,200 4,605,262,400 0.7610 76.10%
9 INDF 2017 4,396,103,450 8,780,426,500 0.5007 50.07%
2018 4,396,103,450 8,780,426,500 0.5007 50.07%
2019 4,396,103,450 8,780,426,500 0.5007 50.07%
10 INDS 2017 578,210,207 656,249,710 0.8811 88.11%
2018 578,210,207 656,249,710 0.8811 88.11%
2019 578,210,207 656,249,710 0.8811 88.11%
11 ISSP 2017 7,186,031,335 11,410,522,910 0.6298 62.98%
2018 7,514,780,366 11,726,575,201 0.6408 64.08%
2019 6,148,115,716 11,726,575,201 0.5243 52.43%
12 KDSI 2017 322,000,500 405,000,000 0.7951 79.51%
2018 321,885,500 405,000,000 0.7948 79.48%
2019 323,710,900 405,000,000 0.7993 79.93%
13 KICI 2017 230,059,680 276,000,000 0.8335 83.35%
2018 243,105,780 276,000,000 0.8808 88.08%
2019 246,598,080 276,000,000 0.8935 89.35%
14 KINO 2017 1,145,913,500 1,428,571,500 0.8021 80.21%
2018 1,146,480,100 1,428,571,500 0.8025 80.25%
2019 1,146,112,800 1,428,571,500 0.8023 80.23%
15 LION 2017 300,120,000 520,160,000 0.5770 0.5770
2018 300,120,000 520,160,000 0.5770 0.5770
2019 300,120,000 520,160,000 0.5770 0.5770
16 LMPI 2017 237,214,293 1,008,517,669 0.2352 23.52%
2018 237,214,293 1,008,517,669 0.2352 23.52%
2019 237,214,221 1,008,517,669 0.2352 23.52%
17 LMSH 2017 30,927,000 96,000,000 0.3222 32.22%
2018 30,927,000 96,000,000 0.3222 32.22%
2019 30,927,000 96,000,000 0.3222 32.22%
18 MAIN 2017 1,902,021,508 2,238,750,000 0.8496 84.96%
2018 1,874,141,183 2,238,750,000 0.8371 83.71%
2019 1,841,456,267 2,238,750,000 0.8225 82.25%
138

19 MBTO 2017 724,928,500 1,070,000,000 0.6775 67.75%


2018 724,928,500 1,070,000,000 0.6775 67.75%
2019 724,928,500 1,070,000,000 0.6775 67.75%
20 PBID 2017 1,400,000,000 1,875,000,000 0.7467 74.67%
2018 1,400,000,000 1,875,000,000 0.7467 74.67%
2019 1,400,000,000 1,875,000,000 0.7467 74.67%
21 PICO 2017 534,338,000 568,375,000 0.9401 94.01%
2018 534,338,000 568,375,000 0.9401 94.01%
2019 433,997,791 568,375,000 0.7636 76.36%
22 PRAS 2017 379,043,478 701,043,478 0.5407 54.07%
2018 379,043,478 701,043,478 0.5407 54.07%
2019 379,043,478 701,043,478 0.5407 54.07%
23 PSDN 2017 1,008,335,692 1,440,000,000 0.7002 70.02%
2018 1,007,888,692 1,440,000,000 0.6999 69.99%
2019 1,008,185,692 1,440,000,000 0.7001 70.01%
24 SCCO 2017 146,275,640 205,583,400 0.7115 71.15%
2018 146,275,640 205,583,400 0.7115 71.15%
2019 146,275,640 205,583,400 0.7115 71.15%
25 SKBM 2017 1,429,025,322 1,726,003,217 0.8279 82.79%
2018 1,429,025,322 1,726,003,217 0.8279 82.79%
2019 1,429,025,322 1,726,003,217 0.8279 82.79%
26 SRSN 2017 1,974,198,800 6,020,000,000 0.3279 32.79%
2018 1,974,198,800 6,020,000,000 0.3279 32.79%
2019 1,974,198,800 6,020,000,000 0.3279 32.79%
27 TCID 2017 173,487,213 201,066,667 0.8628 86.28%
2018 173,479,646 201,066,667 0.8628 86.28%
2019 170,832,424 201,066,667 0.8496 84.96%
28 TRIS 2017 700,000,000 1,047,587,802 0.6682 66.82%
2018 788,136,400 1,047,587,802 0.7523 75.23%
2019 2,795,483,048 3,141,443,806 0.8899 88.99%
29 TRST 2017 1,622,167,825 2,808,000,000 0.5777 57.77%
2018 1,622,167,825 2,808,000,000 0.5777 57.77%
2019 1,625,167,825 2,808,000,000 0.5788 57.88%
30 VOKS 2017 2,649,910,210 4,155,602,595 0.6377 63.77%
2018 2,366,971,010 4,155,602,595 0.5696 56.96%
2019 2,246,160,663 4,155,602,595 0.5405 54.05%
139

31 WIIM 2017 108,000,000 2,099,873,760 0.0514 5.14%


2018 116,000,000 2,099,873,760 0.0552 5.52%
2019 107,041,400 2,099,873,760 0.0510 5.10%

Lampirkan A. 4 Daftar Kepemilikan Manajerial


NO KODE Tahun Kep. Manajerial
SAHAM ∑ Saham ∑ Saham HASIL HASIL(%)
Manajemen Beredar (Rasio)
1 AKPI 2017 31,072,621 680,000,000 0.0457 4.57%
2018 31,072,621 680,000,000 0.0457 4.57%
2019 31,072,621 680,000,000 0.0457 4.57%
2 ALDO 2017 80,159,231 550,000,000 0.1457 14.57%
2018 107,159,231 550,000,000 0.1948 19.48%
2019 107,159,231 1,100,000,000 0.0974 9.74%
3 APLI 2017 364,209,148 1,362,671,400 0.2673 26.73%
2018 364,209,148 1,362,671,400 0.2673 26.73%
2019 388,333,748 1,362,671,400 0.2850 28.50%
4 BTON 2017 69,000,000 720,000,000 0.0958 9.58%
2018 69,000,000 720,000,000 0.0958 9.58%
2019 644,000,000 720,000,000 0.8944 89.44%
5 CEKA 2017 4,500,000 595,000,000 0.0076 0.76%
2018 4,500,000 595,000,000 0.0076 0.76%
2019 4,500,000 595,000,000 0.0076 0.76%
6 CINT 2017 2,701,000 1,000,000,000 0.0027 0.27%
2018 2,706,900 1,000,000,000 0.0027 0.27%
2019 2,706,900 1,000,000,000 0.0027 0.27%
7 GDST 2017 1,115,500 8,200,000,000 0.0001 0.01%
2018 1,207,600 9,242,500,000 0.0001 0.01%
2019 1,207,600 9,242,500,000 0.0001 0.01%
8 HRTA 2017 137,470,000 4,605,262,400 0.0299 2.99%
2018 137,470,000 4,605,262,400 0.0299 2.99%
2019 137,470,000 4,605,262,400 0.0299 2.99%
9 INDF 2017 1,380,020 8,780,426,500 0.0002 0.02%
2018 1,461,020 8,780,426,500 0.0002 0.02%
2019 1,380,020 8,780,426,500 0.0002 0.02%
10 INDS 2017 2,856,434 656,249,710 0.0044 0.44%
140

2018 2,856,434 656,249,710 0.0044 0.44%


2019 2,683,334 656,249,710 0.0041 0.41%
11 ISSP 2017 500,000 7,185,992,035 0.0001 0.01%
2018 200,000 7,185,992,035 0.0000 0.00%
2019 200,000 7,185,992,035 0.0000 0.00%
12 KDSI 2017 19,516,900 405,000,000 0.0482 4.82%
2018 17,857,700 405,000,000 0.0441 4.41%
2019 17,857,700 405,000,000 0.0441 4.41%
13 KICI 2017 626,160 276,000,000 0.0023 0.23%
2018 626,160 276,000,000 0.0023 0.23%
2019 626,160 276,000,000 0.0023 0.23%
14 KINO 2017 151,356,800 1,428,571,500 0.1059 10.59%
2018 153,623,000 1,428,571,500 0.1075 10.75%
2019 142,541,000 1,428,571,500 0.0998 9.98%
15 LION 2017 1,295,000 520,160,000 0.0025 0.25%
2018 1,335,000 520,160,000 0.0026 0.26%
2019 1,335,000 520,160,000 0.0026 0.26%
16 LMPI 2017 688,570,411 1,008,517,669 0.6828 68.28%
2018 688,574,515 1,008,517,669 0.6828 68.28%
2019 688,574,515 1,008,517,669 0.6828 68.28%
17 LMSH 2017 19,823,000 96,000,000 0.2065 20.65%
2018 19,823,000 96,000,000 0.2065 20.65%
2019 19,823,000 96,000,000 0.2065 20.65%
18 MAIN 2017 3,748,700 2,238,750,000 0.0017 0.17%
2018 6,951,400 2,238,750,000 0.0031 0.31%
2019 6,940,125 2,238,750,000 0.0031 0.31%
19 MBTO 2017 884,500 1,070,000,000 0.0008 0.08%
2018 884,500 1,070,000,000 0.0008 0.08%
2019 884,500 1,070,000,000 0.0008 0.08%
20 PBID 2017 216,468,800 1,875,000,000 0.1155 11.55%
2018 214,993,800 1,875,000,000 0.1147 11.47%
2019 156,759,400 1,875,000,000 0.0836 8.36%
21 PICO 2017 222,500 568,375,000 0.0004 0.04%
2018 222,500 568,375,000 0.0004 0.04%
2019 222,500 568,375,000 0.0004 0.04%
22 PRAS 2017 34,745,900 701,043,478 0.0496 4.96%
141

2018 34,745,900 701,043,478 0.0496 4.96%


2019 34,745,900 701,043,478 0.0496 4.96%
23 PSDN 2017 65,984,333 1,440,000,000 0.0458 4.58%
2018 65,984,333 1,440,000,000 0.0458 4.58%
2019 65,984,333 1,440,000,000 0.0458 4.58%
24 SCCO 2017 9,838,500 205,583,400 0.0479 4.79%
2018 9,838,500 205,583,400 0.0479 4.79%
2019 9,838,500 205,583,400 0.0479 4.79%
25 SKBM 2017 38,087,991 1,726,003,217 0.0221 2.21%
2018 38,304,991 1,726,003,217 0.0222 2.22%
2019 38,304,991 1,726,003,217 0.0222 2.22%
26 SRSN 2017 2,077,709,373 6,020,000,000 0.3451 34.51%
2018 1,747,640,373 6,020,000,000 0.2903 29.03%
2019 1,681,282,865 6,020,000,000 0.2793 27.93%
27 TCID 2017 286,004 201,066,667 0.0014 0.14%
2018 253,004 201,066,667 0.0013 0.13%
2019 253,004 201,066,667 0.0013 0.13%
28 TRIS 2017 7,325,000 1,047,587,802 0.0070 0.70%
2018 7,325,000 1,047,587,802 0.0070 0.70%
2019 7,538,400 3,141,443,806 0.0024 0.24%
29 TRST 2017 176,023,159 2,808,000,000 0.0627 6.27%
2018 176,023,159 2,808,000,000 0.0627 6.27%
2019 176,023,159 2,808,000,000 0.0627 6.27%
30 VOKS 2017 849,050,985 4,155,602,595 0.2043 20.43%
2018 858,971,445 4,155,602,595 0.2067 20.67%
2019 593,857,220 4,155,602,595 0.1429 14.29%
31 WIIM 2017 798,148,726 2,099,873,760 0.3801 38.01%
2018 798,148,726 2,099,873,760 0.3801 38.01%
2019 798,516,226 2,099,873,760 0.3803 38.03%
142

LAMPIRAN A. 5 Daftar Komite Audit


Komite Audit
NO KODE SAHAM Tahun
∑ Anggota KA
1 AKPI 2017 3
2018 3
2019 3
2 ALDO 2017 3
2018 3
2019 3
3 APLI 2017 3
2018 3
2019 3
4 BTON 2017 3
2018 3
2019 3
5 CEKA 2017 3
2018 3
2019 3
6 CINT 2017 3
2018 3
2019 3
7 GDST 2017 3
2018 3
2019 3
8 HRTA 2017 3
2018 3
2019 3
9 INDF 2017 3
2018 3
2019 3
10 INDS 2017 3
2018 3
2019 3
11 ISSP 2017 3
2018 3
2019 3
143

12 KDSI 2017 3
2018 3
2019 3
13 KICI 2017 3
2018 3
2019 3
14 KINO 2017 3
2018 3
2019 3
15 LION 2017 3
2018 3
2019 3
16 LMPI 2017 2
2018 2
2019 2
17 LMSH 2017 3
2018 3
2019 3
18 MAIN 2017 5
2018 5
2019 5
19 MBTO 2017 2
2018 2
2019 2
20 PBID 2017 3
2018 3
2019 3
21 PICO 2017 3
2018 3
2019 3
22 PRAS 2017 3
2018 3
2019 3
23 PSDN 2017 3
2018 3
2019 3
144

24 SCCO 2017 3
2018 3
2019 3
25 SKBM 2017 3
2018 3
2019 3
26 SRSN 2017 3
2018 3
2019 3
27 TCID 2017 3
2018 3
2019 3
28 TRIS 2017 3
2018 3
2019 3
29 TRST 2017 3
2018 3
2019 3
30 VOKS 2017 3
2018 3
2019 3
31 WIIM 2017 3
2018 3
2019 3
145

LAMPIRAN A. 6 Daftar Komisaris Independen


Komisaris Independen
NO KODE SAHAM Tahun ∑ Dewan
∑ KI HASIL
Komisaris
1 AKPI 2017 2 6 0.333
2018 2 6 0.333
2019 2 6 0.333
2 ALDO 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
3 APLI 2017 1 3 0.333
2018 1 2 0.500
2019 1 2 0.500
4 BTON 2017 1 2 0.500
2018 1 2 0.500
2019 1 2 0.500
5 CEKA 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
6 CINT 2017 1 2 0.500
2018 1 2 0.500
2019 1 2 0.500
7 GDST 2017 1 2 0.500
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
8 HRTA 2017 1 3 0.333
2018 1 2 0.500
2019 1 3 0.333
9 INDF 2017 3 8 0.375
2018 3 8 0.375
2019 3 8 0.375
10 INDS 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
11 ISSP 2017 2 5 0.400
2018 2 5 0.400
146

2019 2 5 0.400
12 KDSI 2017 2 4 0.500
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
13 KICI 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
14 KINO 2017 2 4 0.500
2018 2 4 0.500
2019 2 4 0.500
15 LION 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
16 LMPI 2017 1 2 0.500
2018 1 2 0.500
2019 1 2 0.500
17 LMSH 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
18 MAIN 2017 3 5 0.600
2018 3 5 0.600
2019 3 5 0.600
19 MBTO 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 2 3 0.667
20 PBID 2017 1 2 0.500
2018 1 2 0.500
2019 1 3 0.333
21 PICO 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
22 PRAS 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
23 PSDN 2017 2 6 0.333
2018 2 6 0.333
147

2019 2 6 0.333
24 SCCO 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
25 SKBM 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
26 SRSN 2017 3 8 0.375
2018 3 8 0.375
2019 2 6 0.333
27 TCID 2017 3 6 0.500
2018 2 5 0.400
2019 2 5 0.400
28 TRIS 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
29 TRST 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
30 VOKS 2017 2 6 0.333
2018 2 6 0.333
2019 2 6 0.333
31 WIIM 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
148

LAMPIRAN A. 6 Daftar Ukuran Perusahaan


Ukuran Perusahaan
NO KODE SAHAM Tahun
Total Asset SIZE
1 AKPI 2017 2,745,325,833,000 28.641
2018 3,070,410,492,000 28.753
2019 2,776,775,756,000 28.652
2 ALDO 2017 883,662,000,000 27.507
2018 887,749,000,000 27.512
2019 925,144,000,000 27.553
3 APLI 2017 398,293,779,619 26.710
2018 503,177,499,114 26.944
2019 419,264,529,448 26.762
4 BTON 2017 183,501,650,442 25.935
2018 217,362,960,011 26.105
2019 230,561,123,774 26.164
5 CEKA 2017 1,392,636,444,501 27.962
2018 1,168,956,042,706 27.787
2019 1,393,079,542,074 27.963
6 CINT 2017 476,577,841,605 26.890
2018 491,382,035,136 26.920
2019 521,493,784,876 26.980
7 GDST 2017 1,374,987,178,565 27.949
2018 1,351,861,756,994 27.933
2019 1,758,578,169,995 28.196
8 HRTA 2017 1,418,447,342,330 27.981
2018 1,537,031,552,479 28.061
2019 2,311,190,054,987 28.469
9 INDF 2017 87,939,488,000,000 32.108
2018 96,537,796,000,000 32.201
2019 96,198,559,000,000 32.197
10 INDS 2017 2,434,617,337,849 28.521
2018 2,482,337,567,967 28.540
2019 2,834,422,741,208 28.673
11 ISSP 2017 6,269,365,000,000 29.467
2018 6,494,070,000,000 29.502
2019 6,424,507,000,000 29.491
149

12 KDSI 2017 1,328,291,727,616 27.915


2018 1,391,416,464,512 27.961
2019 1,253,650,408,375 27.857
13 KICI 2017 149,420,009,884 25.730
2018 154,088,747,766 25.761
2019 152,818,996,760 25.753
14 KINO 2017 3,237,595,219,274 28.806
2018 3,592,164,205,408 28.910
2019 4,695,764,958,883 29.178
15 LION 2017 681,937,947,736 27.248
2018 696,192,628,101 27.269
2019 688,017,892,312 27.257
16 LMPI 2017 834,548,374,286 27.450
2018 786,704,752,983 27.391
2019 737,642,257,697 27.327
17 LMSH 2017 161,163,426,840 25.806
2018 160,027,280,153 25.799
2019 147,090,641,453 25.714
18 MAIN 2017 4,008,635,719 22.112
2018 4,335,844,455 22.190
2019 4,648,577,041 22.260
19 MBTO 2017 780,669,761,787 27.383
2018 648,016,880,325 27.197
2019 591,063,928,037 27.105
20 PBID 2017 1,818,904,603,000 28.229
2018 2,295,734,967,000 28.462
2019 2,338,919,728,000 28.481
21 PICO 2017 723,062,823,329 27.307
2018 852,932,442,585 27.472
2019 1,127,616,056,633 27.751
22 PRAS 2017 1,542,243,721,302 28.064
2018 1,635,543,021,515 28.123
2019 1,657,127,269,798 28.136
23 PSDN 2017 691,014,455,523 27.261
2018 697,657,400,651 27.271
2019 763,492,320,252 27.361
150

24 SCCO 2017 4,014,244,589,706 29.021


2018 4,165,196,478,857 29.058
2019 4,400,655,628,146 29.113
25 SKBM 2017 1,623,027,475,045 28.115
2018 1,771,365,972,009 28.203
2019 1,820,383,352,811 28.230
26 SRSN 2017 652,726,454,000 27.204
2018 686,777,211,000 27.255
2019 779,246,858,000 27.382
27 TCID 2017 2,361,807,189,430 28.490
2018 2,445,143,511,801 28.525
2019 2,551,192,620,939 28.568
28 TRIS 2017 1,020,953,000,000 27.652
2018 1,157,884,000,000 27.778
2019 1,147,246,000,000 27.768
29 TRST 2017 3,332,905,936,010 28.835
2018 4,284,901,587,126 29.086
2019 4,349,022,887,699 29.101
30 VOKS 2017 2,110,166,496,595 28.378
2018 2,485,382,578,010 28.541
2019 3,027,942,155,357 28.739
31 WIIM 2017 607,857,500,863 27.133
2018 690,131,228,146 27.260
2019 681,743,639,765 27.248
151

LAMPIRAN A. 7 Daftar Integritas Laporan Keuangan

Nilai Buku Harga


KODE Jumlah Saham
NO Tahun Total Ekuitas Perlembar Perlembar ILK
SAHAM Beredar
Saham Saham
1 AKPI 2017
725
1,126,612,491,000 680,000,000 1,656.78 0.4376
2018
700
1,233,833,753,000 680,000,000 1,814.46 0.3858
2019
470
1,244,955,791,000 680,000,000 1,830.82 0.2567
2 ALDO 2017
50
415,505,899,000 550,000,000 755.47 0.0662
2018
63
477,788,016,000 550,000,000 868.71 0.0725
2019
68
514,600,563,000 1,100,000,000 467.82 0.1454
3 APLI 2017
72
227,183,997,248 1,500,000,000 151.46 0.4754
2018
84
204,184,876,657 1,362,671,400 149.84 0.5606
2019
179
212,741,070,436 1,362,671,400 156.12 1.1465
4 BTON 2017
113
154,638,932,325 720,000,000 214.78 0.5261
2018
230
183,155,228,930 720,000,000 254.38 0.9042
2019
210
184,234,096,343 720,000,000 255.88 0.8207
5 CEKA 2017
1290
903,044,187,067 595,000,000 1,517.72 0.8500
2018
1375
976,647,575,842 595,000,000 1,641.42 0.8377
2019
1670
1,131,294,696,834 595,000,000 1,901.34 0.8783
6 CINT 2017
334
382,273,759,946 1,000,000,000 382.27 0.8737
2018
284
388,678,577,828 1,000,000,000 388.68 0.7307
2019
302
389,671,404,669 1,000,000,000 389.67 0.7750
7 GDST 2017
113
1,017,057,818,709 8,200,000,000 124.03 0.9111
2018
94
895,976,402,398 9,242,500,000 96.94 0.9697
152

2019
62
917,390,621,410 9,242,500,000 99.26 0.6246
8 HRTA 2017
298
996,515,466,805 4,605,262,400 216.39 1.3772
2018
306
1,092,723,219,024 4,605,262,400 237.28 1.2896
2019
200
1,211,246,898,396 4,605,262,400 263.01 0.7604
9 INDF 2017
7625
46,756,724,000,000 8,780,426,500 5,325.11 1.4319
2018
745
49,916,800,000,000 8,780,426,500 5,685.01 0.1310
2019
7925
54,202,488,000,000 8,780,426,500 6,173.10 1.2838
10 INDS 2017
1260
2,144,819,000,000 656,249,710 3,268.30 0.3855
2018
2220
2,194,231,835,853 656,249,710 3,343.59 0.6640
2019
2300
2,834,422,741,208 656,249,710 4,319.12 0.5325
11 ISSP 2017
115
2,840,941,000,000 7,185,992,035 395.34 0.2909
2018
84
2,915,416,000,000 7,185,992,035 405.71 0.2070
2019
184
3,098,666,000,000 7,185,992,035 431.21 0.4267
12 KDSI 2017
550
485,539,501,101 405,000,000 1,198.86 0.4588
2018
1000
555,171,029,401 405,000,000 1,370.79 0.7295
2019
1220
608,205,409,017 405,000,000 1,501.74 0.8124
13 KICI 2017
171
91,498,438,996 276,000,000 331.52 0.5158
2018
284
94,649,601,902 276,000,000 342.93 0.8281
2019
202
87,355,039,686 276,000,000 316.50 0.6382
14 KINO 2017
2120
2,055,170,880,109 1,428,571,500 1,438.62 1.4736
2018
2800
2,186,900,126,396 1,428,571,500 1,530.83 1.8291
2019
3430
2,702,862,179,552 1,428,571,500 1,892.00 1.8129
15 LION 2017
765
452,307,088,017 520,160,000 869.55 0.8798
153

2018
680
475,170,562,075 520,160,000 913.51 0.7444
2019
468
468,699,629,730 520,160,000 901.07 0.5194
16 LMPI 2017
167
376,256,327,751 1,008,517,669 373.08 0.4476
2018
144
330,490,664,696 1,008,517,669 327.70 0.4394
2019
89
289,321,381,716 1,008,517,669 286.88 0.3102
17 LMSH 2017
640
129,622,003,077 96,000,000 1,350.23 0.4740
2018
580
132,692,208,290 96,000,000 1,382.21 0.4196
2019
476
113,635,463,887 96,000,000 1,183.70 0.4021
18 MAIN 2017
905
1,637,543,000,000 2,238,750,000 731.45 1.2373
2018
1395
1,896,646,000,000 2,238,750,000 847.19 1.6466
2019
1005
2,028,641,000,000 2,238,750,000 906.15 1.1091
19 MBTO 2017
135
412,742,622,543 1,070,000,000 385.74 0.3500
2018
126
300,499,759,873 1,070,000,000 280.84 0.4487
2019
94
235,171,201,739 1,070,000,000 219.79 0.4277
20 PBID 2017
875
1,319,914,424,000 1,875,000,000 703.95 1.2430
2018
1150
1,544,137,386,000 1,875,000,000 823.54 1.3964
2019
980
1,668,225,498,000 1,875,000,000 889.72 1.1015
21 PICO 2017
226
283,048,886,047 568,375,000 498.00 0.4538
2018
244
299,561,177,628 568,375,000 527.05 0.4630
2019
1.65
301,639,460,401 568,375,000 530.71 0.0031
22 PRAS 2017
220
676,405,303,408 701,043,478 964.85 0.2280
2018
177
688,129,187,985 701,043,478 981.58 0.1803
2019
139
645,724,973,344 701,043,478 921.09 0.1509
154

23 PSDN 2017
256
299,519,909,843 1,440,000,000 208.00 1.2308
2018
192
242,897,129,653 1,440,000,000 168.68 1.1383
2019
153
175,963,488,806 1,440,000,000 122.20 1.2521
24 SCCO 2017
9000
2,728,227,483,994 205,583,400 13,270.66 0.6782
2018
8700
2,910,749,138,067 205,583,400 14,158.48 0.6145
2019
9175
3,141,020,945,591 205,583,400 15,278.57 0.6005
25 SKBM 2017
715
1,023,237,460,399 1,726,003,217 592.84 1.2061
2018
695
1,040,576,552,571 1,726,003,217 602.88 1.1528
2019
410
1,035,820,381,000 1,726,003,217 600.13 0.6832
26 SRSN 2017
50
415,505,899,000 6,020,000,000 69.02 0.7244
2018
63
477,788,016,000 6,020,000,000 79.37 0.7938
2019
68
514,600,563,000 6,020,000,000 85.48 0.7955
27 TCID 2017
17900
1,858,326,336,424 201,066,667 9,242.34 1.9367
2018
15000
1,972,463,165,139 201,066,667 9,810.00 1.5291
2019
11000
2,019,143,817,162 201,066,667 10,042.16 1.0954
28 TRIS 2017
308
356,231,586,783 1,047,587,802 340.05 0.9058
2018
220
356,224,843,978 1,047,587,802 340.04 0.6470
2019
266
660,613,650,580 3,141,443,806 210.29 1.2649
29 TRST 2017
374
1,975,569,497,486 2,808,000,000 703.55 0.5316
2018
400
2,237,384,616,122 2,808,000,000 796.79 0.5020
2019
380
2,174,460,936,275 2,808,000,000 774.38 0.4907
30 VOKS 2017
312
814,122,306,393 4,155,602,595 195.91 1.5926
2018
300
922,629,622,776 4,155,602,595 222.02 1.3512
155

2019
402
1,109,618,181,937 4,155,602,595 267.02 1.5055
31 WIIM 2017
268
978,091,361,111 2,099,873,760 465.79 0.5754
2018
141
1,005,236,802,665 2,099,873,760 478.71 0.2945
2019
168
1,033,170,577,477 2,099,873,760 492.02 0.3415
156

Lampiran B Hasil Pengujian Data

Lampiran B.1 : Hasil Statistik Deskriptif


Lampiran B.2 : Hasil Uji Asumsi Klasik
Lampiran B.3 : Hasil Regresi Linear Berganda
Lampiran B.4 : Uji Hipotesis
157

Lampiran B.1 Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Integritas Laporan Keuangan 93 .0031 1.9367 .770295 .4457462
Kepemilikan Institusional 93 .0005 .9401 .617560 .2525879
Kepemilikan Manajerial 93 .0000 .8944 .100930 .1689401
Komite Audit 93 2.0000 5.0000 3.000000 .4423259
Komisaris Independen 93 .3330 .6670 .386978 .0836333
Ukuran Perusahaan 93 22.1120 32.2010 27.731280 1.5754149
Valid N (listwise) 93

Lampiran B.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

Lampiran B.2.1 Hasil Uji Normalitas : Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sebelum di outlier

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 147
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 80.40504100
Most Extreme Differences Absolute .290
Positive .290
Negative -.184
Test Statistic .290
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Lampiran B.2.2 Hasil Uji Normalitas : Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Setelah di outlier
158

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 93
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .38505966
Most Extreme Differences Absolute .039
Positive .033
Negative -.039
Test Statistic .039
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Lampiran B.2.3 Hasil Uji Normalitas : Grafik Histogram


159

Lampiran B.2.4 Hasil Uji Normalitas : Grafik Normal P-P Plot

Lampiran B.2.5 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Kepemilikan Institusional .623 1.605
Kepemilikan Manajerial .524 1.910
Komite Audit .615 1.625
Komisaris Independen .836 1.196
Ukuran Perusahaan .641 1.559
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
160

Lampiran B.2.6 Hasil Uji Heterokedastisitas : Uji Rank Spearman


161

Lampiran B.2.7 Hasil Uji Autokorelasi : Run Test

Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi : Run Test

Unstandardized Residual
Test Valuea -.01353

Cases < Test Value 46

Cases >= Test Value 47

Total Cases 93

Number of Runs 31

Z -3.440

Asymp. Sig. (2-tailed) .301

a. Median
Sumber: Output SPSS,2021

Lampiran B.3 Hasil Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -3.350 1.195 -2.804 .006
Kepemilikan Institusional .410 .207 .232 1.980 .051
Kepemilikan Manajerial .220 .338 .083 .650 .517
Komite Audit .338 .119 .335 2.836 .006
Komisaris Independen 1.788 .540 .335 3.312 .001
Ukuran Perusahaan .077 .033 .273 2.359 .021
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
162

Lampiran B.4 Uji Hipotesis

Lampiran B.4.1 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -3.350 1.195 -2.804 .006
Kepemilikan Institusional .410 .207 .232 1.980 .051
Kepemilikan Manajerial .220 .338 .083 .650 .517
Komite Audit .338 .119 .335 2.836 .006
Komisaris Independen 1.788 .540 .335 3.312 .001
Ukuran Perusahaan .077 .033 .273 2.359 .021
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
Sumber; Output SPSS, 2021

Lampiran B.4.2 Perhitungan T tabel dengan rumus TINV dalam Microsoft

Excel

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2021


163

Lampiran B.4.3 Hasil Uji Simultan (Uji F)

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.639 5 .928 5.917 .000b
Residual 13.641 87 .157
Total 18.279 92
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
b. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen,
Komite Audit, Kepemilikan Manajerial
Sumber: Output SPSS, 2021

Lampiran B.4.4 Perhitungan F tabel dengan Rumus FINV dalam Microsoft

Excel

Sumber : diolah peneliti, 2021


164

Lampiran B.4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .504a .254 .211 .39597
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, Komite
Audit, Kepemilikan Manajerial
b. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
Sumber : Output SPSS, 2021
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Guru Laksus Saputra Lumban Tobing
Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Selamat, 25 November 1999
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen
Alamat : Tanjung Selamat Dusun VII Kecamatan Percut Sei Tuan
DATA ORANG TUA
Nama Ayah : Rimhot Lumban Tobing
Pekerjaan : Petani
Nama Ibu : Ermawan Pasaribu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Tanjung Selamat Dusun VII Kecamatan Percut Sei Tuan
RIWAYAT PENDIDIKAN
2017-2021 : Universitas Negeri Medan
2014-2017 : SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan
2011-2014 : SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan
2005-2011 : SD Negeri 108076 Tanjung Selamat
RIWAYAT ORGANISASI
2020-2021 : Generasi Baru Indonesia (GENBI)
2019-2021 : Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMA)
2019-2021 : Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen Protestan (UKMKP)
2018-2021 : Impacting For Our Generation (IFRS)
2016-2017 : Paduan Suara SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan
2015-2016 : OSIS SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Medan, 19 Mei 2021

Guru L.Saputra Lumban Tobing


7173220012

165

Anda mungkin juga menyukai