SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh
GURU LAKSUS SAPUTRA LUMBAN TOBING
NIM : 7173220012
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-
Penulis menyadari setiap keterbatasan dalam penulisan skripsi ini dan peneliti
juga menyadari tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan dan dorongan baik materil
maupun moril dari berbagai pihak, dengan rasa hormat peneliti menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang peneliti kasihi yakni
Bapak R. Lumban Tobing dan Ibu E.br Pasaribu, serta kakak dan adik penulis yang
penulis sayangi Yohana Lumban Tobing, Feby Lumban Tobing dan Yofela Lumban
Tobing. Terima kasih atas semua dorongan, motivasi dan doa serta dukungan materil
Dalam kesempatan ini ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada
pihak yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini
1. Bapak Dr. Syamsul Gultom, S.KM., M.Kes. sebagai Rektor Universitas Negeri
Medan.
i
2. Bapak Prof. Indra Maipita, M.Si., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
3. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si, sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
4. Bapak Dr. Azizul Kholis, S.E., M.Si., CMA sebagai Wakil Dekan II Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Medan, dan sekaligus sebagai Dosen Penguji peneliti
yang telah memberikan saran dan nasihat dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Johnson, M.Si. sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Medan.
6. Ibu Yulita Triadiarti, S.E., M.Si., Ak., CA sebagai Ketua Jurusan Akuntansi
8. Bapak Taufik Hidayat, S.E., M.Si., sebagai Ketua Program Studi Akuntansi
9. Bapak Drs. Surbakti Karo Karo, M.Si., Ak., CA., sebagai Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
10. Bapak Dr. Jufri Darma, SE., M.Si., Ak., CA., Bapak Dedy Husrizal Syah, SE.,
M.Si., dan Ibu Akmal Huda Nasution, SE., M.Si., selaku dosen penguji yang telah
ii
11. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan bekal ilmu
12. Pak Andi yang telah banyak membantu dalam pengurusan administrasi di Jurusan
Akuntansi.
13. Seluruh keluarga yang telah memberikan perhatian serta dorongan kepada penulis
14. Sahabat-sahabat peneliti yakni Anggi Putra Satria Sitohang, Adriel Yakobus
dan Kalam Andilau Simbolon yang selalu setia menemani penulis sejak masa
perkuliahan hingga menjadi tempat yang nyaman untuk berbagi suka dan duka
selama perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini dan juga terima kasih kepada
15. Angelina Sitohang yang telah memberikan dorongan semangat kepada penulis
16. Untuk teman-teman kelompok tumbuh bersama (KTB) yang telah banyak
memberi dukungan doa dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini yakni Anggi
Sitohang, Kamson Siagian, Arneta Tarigan, Citha Tarigan, Ezra Purba, Aggreani
Sinaga, Dwiana Pandiangan (Siblings SG) dan PKK terkasih Kak Icha F.
17. Teman-teman KKN Laut Dendang, teman-teman IFRS, dan juga seluruh teman
naposobulung HKBP Paluh Gelombang yang juga turut memberi doa, perhatian
iii
18. Dan semua pihak yang memberikan dukungan dan doa kepada peneliti yang tidak
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu,
peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca untuk
menyempurnakan skripsi ini, serta peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
yang membacanya.
Peneliti
iv
ABSTRAK
Guru Laksus Saputra Lumban Tobing. NIM 7173220012. Pengaruh Struktur
Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadp Integritas Laporan
Keuangan (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdafar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2017-2019). Skripsi, Program Studi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Medan 2021.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, Komisaris Independen Dan Ukuran
Perusahaan Berpengaruh Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menguji pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial,
Komite Audit, Komisaris Independen Dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas
Laporan Keuangan pada perusahaan manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia periode 2017-2019.
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019. Pemilihan sampel dilakukan
menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan,
diperoleh sampel akhir sebanyak 31 perusahaan, sehingga data observasi berjumlah 93
data. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, uji asumsi
klasik (uji normalitas, uji multikolineritas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi),
analisis regresi linear berganda, uji hipotesis (uji statistic t, uji statistic f), dan koefisien
determinasi (R2).
Hasil pengujian penelitian secara simultan menunjukkan nilai signifikansi
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen
dan ukuran perusahaan sebesar 0,000. Sementara secara parsial menunjukkan nilai
signifikansi kepemilikan institusional sebesar 0,51, kepemilikan manajerial sebesar
0,517, komite audit sebesar 0,006, komisaris independen sebesar 0,001, dan ukuran
perusahaan sebesar 0,021.
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen dan ukuran
perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Sementara secara parsial kepemilikan institusional berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap integritas laporan keuangan, kepemilikan manajerial berpengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan, komite audit
berpengaruh positif dan signifikan terhadap integritas laporan keuangan, komisaris
independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap integritas laporan keuangan,
dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap integritas laporan
keuangan.
Kata Kunci : kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,
komisaris independen, ukuran perusahaan, integritas laporan keuangan.
v
ABSTRACT
Guru Laksus Saputra Lumban Tobing. NIM 7173220012. The Effect of
Corporate Governance Structure and Company Size on the Integrity of Financial
Statements (in Manufacturing Companies Listed on the Indonesia Stock
Exchange Period 2017-2019). Thesis, Accounting Study Program, Faculty of
Economics, Medan State University 2021.
The problem in this research is whether Institutional Ownership, Managerial
Ownership, Audit Committee, Independent Commissioner and Company Size have an
influence on the integrity of financial statements. The purpose of this study was to
examine the effect of Institutional Ownership, Managerial Ownership, Audit
Committee, Independent Commissioners and Company Size on the Integrity of
Financial Statements in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock
Exchange for the period 2017-2019.
The population in this study are all manufacturing companies listed on the
Indonesia Stock Exchange for the 2017-2019 period. The sample selection was carried
out using purposive sampling method. Based on predetermined criteria, the final
sample was obtained as many as 31 companies, so that the observation data amounted
to 93 data. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis, classic
assumption test (normality test, multicolinearity test, heterocedasticity test,
autocorrelation test), multiple linear regression analysis, hypothesis testing (statistical
test t, statistical test f), and the coefficient of determination (R2). .
The results of simultaneous research testing show that the significance value of
institutional ownership, managerial ownership, audit committee, independent
commissioners and company size is 0,000. Meanwhile, partially, it shows the
significance value of institutional ownership of 0.51, managerial ownership of 0.517,
the audit committee of 0.006, the independent commissioner of 0.001, and company
size of 0.021.
The conclusion of this study shows that simultaneously institutional ownership,
managerial ownership, audit committee, independent commissioners and company size
have a significant positive effect on the integrity of financial statements. While partially
institutional ownership has a positive but insignificant effect on the integrity of
financial statements, managerial ownership has a positive but insignificant effect on
the integrity of financial statements, the audit committee has a positive and significant
effect on the integrity of financial statements, independent commissioners have a
positive and significant effect on the integrity of financial statements, and company
size has a positive and significant effect on the integrity of financial statements.
Keywords: institutional ownership, managerial ownership, audit committee,
independent commissioners, company size, integrity of financial statements.
vi
DAFTAR ISI
BAB II ......................................................................................................................... 27
vii
2.1.3 Integritas Laporan Keuangan ...................................................................... 31
............................................................................................................................. 59
............................................................................................................................. 60
viii
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 68
3.2.1 Populasi....................................................................................................... 68
ix
3.6.2.3 Uji Heterokedastisitas .......................................................................... 80
x
4.1.2.4 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 103
xi
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 123
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Market to Book Value beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI .............................................................................................................. 10
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas : Grafik Normal P-P Plot .................................... 94
Gambar 4.3 Perhitungan T tabel dengan rumus TINV dalam Microsoft Excel ...... 103
Gambar 4.4 Perhitungan F tabel dengan Rumus FINV dalam Microsoft Excel ..... 110
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.2 Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian Setelah Outlier
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu akibat dari adanya perkembangan dunia usaha sekarang ini yaitu
terdapatnya peningkatan akan kebutuhan sebuah informasi yang memuat kondisi suatu
usaha yang dimuat didalam laporan keuangan. Dalam hakekatnya perusahaan memiliki
perusahaan yang dimuat di dalam laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
IAI (SAK, 2012) yang menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah
posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
Adanya perkembangan usaha yang terjadi saat ini tentu memberikan dampak
terhadap sektor manufaktur. Sektor manufaktur merupakan sektor usaha yang besar
yang ada di Indonesia baik dari jumlah usaha yang tergabung kedalam sektor ini,
maupun kontribusi yang diberikan usaha ini terhadap perekonomian negara. Sektor
manufaaktur ini di bagi kedalam 3 (tiga) sub sektor usaha, yaitu industri sektor dasar
1
2
dan sedang pada tahun 2019 naik sebesar 4,01 persen dari tahun sebelumnya. Adapun
terjadinya kenaikan ini di sebabkan oleh pencetakan dan reproduksi media rekaman,
naik 19,58 persen. Namun disisi lain terdapat industri yag mengalami penurunan yaitu
industri yang bergerak dibidang barang logam, bukan mesin dan peralatannya, turun
hingga 18,49 persen. Dalam peranannya terhadap produk domestrik bruto (PDB)
domestik bruto yang mencapai 19,89 persen, dan capaian positif ini akan terus di genjot
agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar lagi di tahun-tahun berikutnya.
(kemenperin.go.id)
informasi laba. Oleh karena itu tentu ini menjadi motivasi dan doronngan kepada
perusahaan agar hasil yang dilaporkan pada akhir periode tahun buku dapat
memberikan gambaran bahwa perusahaan dalam kondisi baik. Namun disisi lain hal
ini menjadi faktor penyebab dan menjadi dorongan bagi pihak manajemen untuk
laporan keuangan harus disajikan secara wajar dan mengungkapkan fakta yang
3
sebenarnya. Dalam hal ini informasi yang memiliki integritas yang tinggi akan sangat
di perlukan karena akan di gunakan sebagai bahan utama dalam mengambi keputusan.
mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur”.
keuangan tersebut disajikan secara wajar, benar, serta jujur mengungkapkan informasi
yang sebenarnya. Amrulloh, et al, (2016). Pengertian lainnya juga menyatakan bahwa
integritas laporan keuangan itu merupakan keadaan dimana laporan keuangan disusun
dan disajikan dengan tanpa adanya yang ditutup-tutupi atau di rekayasa. Irawati dan
keuangan, dapat diambil kesimpulan bahwa integritas laporan keuangan yaitu sebuah
keadaaan dimana dalam proses pencatatan dan penyajian laporan keuangan, disajikan
secara wajar, dan jujur mengungkapkan fakta/keadaan yang sebenarnya tanpa adanya
yang ditutup-tutupi atau di rekayasa, serta laporan keuangan juga harus andal, yang
berarti bahwa laporan keuangan tersebut disajikan secara tepat dan bebas dari
informasi dalam laporan keuangan tersebut. Dari pengertian yang diambil dapat
hukum yang mengaitkan manipulasi akuntansi. Banyak industri yang menyajikan data
dalam laporan keuangan dengan tidak memikirkan aspek integritas, yang mana data
yang di informasikan tidak tidak benar serta tidak adil untuk sebagian pihak pengguna
laporan keuangan. Sebab dalam tindakan manipulasi ini laporan keuangan yang
disajikan sudah benar-benar tidak memiliki indikator integritas, yang dimana laporan
Madoff (Pialang saham), Lehman Brothers (Layanan keuangan), Fannie Mae (Jasa
(Telekomunikasi), (Wikipedia.org).
tepatnya manipulasi terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh berbagai jenis
perusahaan seperti kasus manipulasi laporan keuangan yang terjadi ada PT. Jiwasraya
Transportasi) dan lain-lain. Kasus kecurangan laporan keuangan sendiri juga terjadi
pada perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur seperti yang terjadi pada
perusahaan PT. Kimia Farma, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), dan PT
Kasus yang terjadi pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) yaitu
terdapatnya perbedaaan informasi antara data internal dengan data laporal hasil audit
laporan keuangan untuk tahun buku 2017, yang jelas dalam kasus ini PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk telah mengabaikan indikator pertama dan ketiga dalam penyajian
laporan keuangan yang mana PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk menyajikan laporan
yang disajikan tidak andal yang menjadikannya tidak dapat digunakan sabagai
pedoman dalam mengambil keputusan. Terdapat beberapa point yang ditemukan, yang
pertama terdapat dugaan over statement Rp 4 triliun pada akun piutang usaha,
persediaan, dan aset tetap Grup TPSF serta over statement Rp 663 miliar pada akun
penjualan dan sebesar Rp329 miliar pada EBITDA Entitas Food. Yang kedua terdapat
dugaan aliran dana sebesar Rp 1,78 triliun dengan berbagai skema dari Grup AISA
kepada pihak-pihak yang diduga terafiliasi dengan manajemen lama antara lain dengan
berjangka, transfer dana di rekening Bank, dan pembiayaan beban Pihak Terafiliasi
oleh Grup AISA. Kemudian Yang ketiga terkait hubungan dan transaksi dengan Pihak
kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) yang relevan. Hal ini tentu
berpotensi melanggar Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Adanya kasus manipulasi laporan keuangan yang terjadi pada PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk (AISA) karena adanya kecurangan pada pihak manajemen lama
dan pihak KAP yang melakukan audit atas laporan keuangan yang disajikan. Hal ini
tentu menandakan gagalnya peran komisaris independen dan komite audit dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, dimana komite audit memiliki tugas dan fungsi
perusahaan atas proses pelaporan keuangan, manajemen resiko, pelaksanaan audit yang
dimana daapat dikatakan bahwa komite audit memiliki peran terhadap keintegritasan
Sedikit melihat kebelakang ada kasus manipulasi atas laporan keuangan yang
dilakukan oleh perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia dan salah satu terbesar
hingga saat ini yaitu PT. Kimia Farma Tbk. Dalam kasus manipulasi ini PT. Kimia
Farma melaporkan informasi yang telah dimanipulasi, yang dimana informasi ini tidak
yang disajikan, berawal atas pelaporan laba bersih sebesar Rp. 132 miliar oleh
manajemen PT. Kimia Farma Tbk pada tahun 2001, yang di audit oleh Hans
Tuanakotta & Mustofa (HTM). Namun hasil tersebut di ragukan oleh kementrian
7
BUMN dan BAPEPAM (sekarang OJK) sehingga dilakukan audit ulang pada 03
oktober 2002. Dengan dilakukannya audit ulang terhadap laporan keuangan yang telah
disajikan dan ditemukan kesalahan mendasar. Pada laporan keuangan yang baru,
keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar
Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada
unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7
miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9
miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1
miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan penyajian ini
berkaitan dengan persediaan dan penjualan, yang dimana kesalahan pada persediaan
pencatatan ganda pada penjualan Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit
yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga membuat tidak terdeteksinya oleh
bahwa ternyata KAP yang melakukan audit atas laporan keuangan PT Kimia Farma
telah melakukan sesuai standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi
kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu
keuangan yang telah disajikan telah terbukti disajikan dengan tidak wajar dan dapat
Sesuai dengan kasus yang terjadi pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
(AISA) bahwa kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk, juga didasarkan oleh
8
lemahnya penerapan good corporate governance pada perusahaan Kimia Farma Tbk,
hal ini dikarenakan gagalnya komisaris independen dan komite audit dalam mendeteksi
kecurangan yang dilakukan oleh pihak direksi dalam melakukan rekaya laporan
keuangan tersebut.
Indonesia maupun di luar Indonesia telah menandakan bahwa peran dari corporate
governance begitu besar dalam mencegah terjadinya manipulasi atau tindak rekayasa
atas laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak direksi. Berbagai perusahaan
etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen perusahaan, dan
keuangan yang terbuat serta dinilai oleh manajemen serta auditor, terutama pada sektor
industri manufaktur. Keraguan ini diperkuat sehabis ditemuinya kenyataan kalau dari
sebanyak 959 permasalahan fraud yang diteliti oleh Association Of Certified Fraud
9
Examiner, 53% antara lain dicoba oleh perusahaan- perusahaan yang bergerak dibidang
akuntansi konservatisme yang dimana akan menghasilkan perhitungan laba yang lebih
dalam IASB (1989) paragraph 37, yaitu sebagai tingkat kehati-hatian dalam
pelaksanaan penilaian yang diperlukan dalam situasi ketidakpastian, sehingga aset atau
konservatisme sekarang ini lebih di kenal dengan sebutan prinsip prudence (FASB
dalam SFAC 8, 2010). Dengan adanya indeks konservatisme, dapat menjadi acuan
faktor informasi laporan yang disajikan lebih berkualitas dan berintegritas, serta
laporan yang disajikan akan lebih baik dan tidak menyesatkan bagi para pengguna
laporan keuangan tersebut. (Amrulloh, et.al, 2016). Adapun alasan penggunaan prinsip
kegagalan pihak manajemen akan menutupi masalah kinerja perusahaan ini dengan
tindakan manipulasi seperti itu prinsip akuntansi konservatisme ini dibutuhkan dan
dianggap menjadi hal yang tepat dalam menghindari manipulasi, dan di rasa tepat
10
konservatisme ini dapat diukur dengan menggunakan model Beaver dan Ryan tingkat
Ratio. Market to Book Ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai buku
perusahaan. Dalam hal ini rasio yang bernilai lebih dari 1 mengindikasikan penerapan
akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah
Tabel 1. 1
Market to Book Value beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
yang diambil dapat dilihat bahwa sebagian besar dari sampel yang diambil memiliki
11
rasio MBV dibawah 1. Pada hal ini semakin tinggi rasio MBV (Market to Book Value)
maka akan semakin baik atau tinggi pula penilaian investor terhadap perusahaan, dan
hal ini menandakan bahwa laporan keuangan yang disajikan bersifat konservatif dan
lebih berintegritas. Jika dilihat dari fenomena diatas, yang dimana bahwa PT. Cahaya
Kalbar Tbk, PT Chitose International Tbk, PT Langgeng Makmur Industri Tbk, dan
PT Trias Sentosa Tbk memiliki rasio MBV yang di bawah 1. Sesuai dengan
konservatisme model Beaver dan Ryan hal ini tentu mengidentifikasikan bahwa
dari pengguna laporan keuangan serta hal ini akan menimbulkan pertanyaan integritas
laporan keuangan yang disajikan. Dalam perhitungan tersebut dapat kita lihat bahwa
hanya PT. Kino Indonesia Tbk yang memiliki rasio MBV yang diatas 1, yang dimana
hasil tersebut mengidentifikasikan bahwa laporan keuangan PT. Kino Indonesia Tbk
Cadbury Report (UK) dan Treadway Report (US) menyatakan bahwa jatuh atau
mencegah praktik curang dari pihak manajemen puncak yang terjadi tanpa terdeteksi
dalam kurun waktu yang cukup lama hal ini dikarenakan lemahnya pengawasan yang
independen oleh dewan perusahaan. Dengan itu sangat diharapkan agar setiap
perusahaan tidak melakukan tindakan manajamen laba hal ini agar masyarakat, negara
dan pihak-pihak lainnya dapat menerima informasi yang benar dan sesuai serta dapat
menilai kinerja perusahaan dengan baik dari pelaporan keuangan yang bebas dari
12
manipulasi. Dengan adanya beberapa contoh kasus seperti yang dijelaskan, sangat
tersebut. Dimana yang seperti kita tahu bahwa laporan keuangan ini mengungkapkan
laba/kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan dalam periode tersebut, yang dimana
lewat laporan tersebut akan mendukung keputusan ekonomi perusahaan, akan tetapi
karna terjadi manipulasi laporan keuangan maka informasi akan laporan tersebut
diragukan kualitasnya.
yang baik dan sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance maka dengan itu
perusahaan harus mempunyai struktur atau susunan yang tertata dengan baik, dalam
salah satu bagian struktur corporate governance yang mempunyai peranan dan posisi
corporate governance. Sruktur Corporate governance ialah konsep yang diajukan demi
kenaikan kinerja industri lewat supervisi ataupun monitoring kinerja manajemen serta
kerangka peraturan (Nasution dan Setiawan, 2007) dalam (Khalil 2016). Sesuai dengan
peran penting dalam penerapan good corporate governance, struktur GCG meliputi
organ utama yaitu Pemegang saham/RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi serta organ
struktur Corporate Governance adalah sebuah tatanan yang dibentuk pada organ-organ
manajemen yang lebih baik. Maka dari itu corporate governance merupakan sebuah
Pada dasarnya, akibat dari belum terdapatnya tata kelola industri yang baik
ialah pemicu utama yang sudah merangsang banyaknya penyalahgunaan otoritas oleh
direktur maupun petinggi- petinggi lain dalam industry (Singdevh dan Desai, 2016).
Industri yang belum mempunyai tata kelola yang baik bisa merangsang manajemen
buat menyajikan laporan keuangan yang cuma berakibat positif untuk ekonomi industri
Governance yang baik pada sebuah perushaan akan berdampak baik terhadap integritas
suatu laporan keuangan perusahaan sehinggan akan menjadikan pihak manajemen akan
keuangan.
14
penelitian kali ini terdiri atas kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite
dikatakan sebagai suatu konsep yang diajukan demi meningkatkan kinerja industri
institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan
peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi
mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang
keahlian buat mengatur pihak manajemen lewat proses monitoring secara efisien
keahlian buat kurangi insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri lewat
laporan keuangan.
15
integritas laporan keuangan telah dilakukan oleh Eva, et al (2019), Dewi dan Putra
(2016), Savitri (2016), dan Amrulloh, et.al (2016), yang menyatakan bahwa
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Badewin (2019), Nurdiniah & Pradika
dengan alasan bahwa mereka berbagi konsekuensi atas pilihan yang mereka buat.
Begitu pula dengan kontribusi perseorangan penawaran, pengurus akan terpacu untuk
laporan keuangan telah dilakukan oleh Arista et al, (2019), Musllih, et al (2017) serta
Dewi dan Putra (2016), yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
positif pada integritas laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Sedangkan penelitian dari Widya Kusuma & Yuli Chomsatu (2020),
Eva, Dede & Dani (2019) dan Savitri (2016) menyatakan bahwa variabel kepemilikan
menyatakan bahwa komite audit merupakan sebuah komite yang dibuat oleh dewan
komisaris serta juga memiliki tanggung jawab kepada dewan komisaris dalam
membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Komite audit berperan
komite audit yaitu untuk me-monitor serta untuk mengawasi audit laporan keuangan,
dan juga untuk memastikan agar standar dan ketentuan keuangan yang berlaku
terpenuhi, mengoreksi ulang pada laporan keuangan untuk memastikan bahwa sesuai
dengan standar, serta untuk menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang
Semakin banyak jumlah individu dari dewan peninjau wali amanat dalam
organisasi, semakin banyak individu yang memiliki tugas untuk mengaudit prinsip dan
bahaya piutang tak tertagih dari kesepakatan dengan tujuan agar manfaat yang
dirasakan akan lebih rendah. Penggunaan pengakuan manfaat yang lebih rendah
Dalam hal ini peran komite audit dianggap berperang terhadap ke integritasan laporan
17
komite audit memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap integritas laporan
keuangan. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Eva, et al (2019), Gora
M.O Sagala & Jumiadi A.W (2019) dan Dewi dan Putra (2016), menyatakan komite
investor minoritas dan pertemuan terkait lainnya sehingga tidak muncul bentrok
organisasi antara pihak dominan dan investor minoritas. Selain itu Komisaris
tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Hal itu dilakukan
dengan cara mendorong anggota dewan komisaris yang lain agar dapat melakukan
tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada para direktur secara efektif dan dapat
dan komite nominasi. Komite audit adalah komite yang bertugas melakukan audit
komisaris lain dan pendapatnya dicatat di dalam Berita Acara Rapat Dewan Komisaris
dan apabila pendapatnya berbeda secara material maka hal itu wajib dimasukkan ke
dalam Laporan Tahunan. Pada penelitian Venny, 2017 dinyatakan bahwa Semakin
tinggi tingkat komisaris independen dalam suatu organisasi, semakin penting dampak
pengendalian bahaya yang akan diambil oleh badan pimpinan yang terkemuka,
(2019), Silvia Arista (2018), Anita Indrasari, et al (2016) yang menunjukan hasil bahwa
Laporan Keuangan. Sedangkan pada penelitian Agnes Dwi & Mayar Afriyenti (2019),
sumber daya lengkap, kesepakatan dan kapitalisasi pasar. Semakin menonjol sumber
perusahaan. Ariantoni (2015). Semakin besar ukuran sebuah perusahaan, maka akan
semakin banyak kontribusi modal, semakin banyak kesepakatan, semakin banyak uang
tunai dan semakin menonjol kapitalisasi pasar, semakin besar organisasi tersebut
organisasi. Di mana ada harapan bahwa perusahaan yang besar diterima memiliki
pilihan untuk menyelesaikan tantangan moneter yang dilihat oleh organisasi, sementara
perusahaan yang lebih kecil dipandang tidak siap untuk mengatasi masalah moneter
besar kecilnya perusahaan yang dilihat berdasarkan beberapa hal penilainnya, seperti
total aset,dll (Taures, 2011). Seperti yang kita ketahui bahwa organisasi yang sangat
besar memiliki basis mitra yang lebih luas, sehingga pendekatan yang berbeda dari
organisasi besar akan lebih memengaruhi kepentingan publik daripada organisasi kecil.
pendapatan pengeluaran yang akan didapat, dan pekerjaan penjaminan bagi populasi
secara keseluruhan. Dalam penelitian Muhammad Fajar, & Annisa Nurbaiti (2020),
dan Pradika & Hoesada (2018), menyatakan bahwa Ukuran perusahaan berpengaruh
Kusuma & Yuli Chomsatu (2020) Siahaan (2016) dan Monica & Wenny (2016)
variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap integritas
laporan keuangan.
(2017) Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak
pada periode tahun pengamatan penelitian, variabel serta pada sampel penelitian. Pada
mengungkapkan informasi secara jujur hal ini didasrkan juga pada komponen dan
struktur corporate governance yang lebih baik sehingga mencerminkan laporan yang
berintegritas seperti pada penelitian Fajaryanai (2015). Serta fokus pada pelitian ini
yaitu pada perusahaan manufaktur dalam periode 2017-2019 hal ini berbeda dengan
penelitian yang sebelumnya yang berfokus pada perusahaan LQ45 dan melakukan
penelitian pada periode 2009-2014. Adapun alasan mengapa penulis memilih variabel-
variabel tersebut sebagai bahan yang di gunakan dalam menilai integritas laporan
variabel yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap integritas laporan
21
keuangan sebuah perusahaan serta juga masih banyak perbedaan presepsi ataupun
Objek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang
aktivitas yang lengkap, yang dimana aktivitas ini dimulai dari pengadaan bahan baku
hingga proses pengelolaannya menjadi barang jadi hingga sampai barang tersebut
tersedia dan siap untuk di jual. Sehingga pada perusahaan manufaktur tersebut
membutuhkan banyak sumber dana untuk membiayai dan sumber daya untuk
melakukan dan mengatur proses semua kegiatan ekonomi teersebut. Hal ini juga
menjadi alasan lain peneliti untuk meneliti kembali tentang varibel-veriabel tersebut
pada perusahaan menufaktur sebagai objek, serta peneliti ingin mengetahui apakah
perusahaan manufaktur saat ini telah mampu memberikan integritas laporan keuangan
yang tinggi kepada publik setelah banyaknya kasus yang pernah terjadi mengenai
2. Kurang efektifnya peran dari dewan komisaris independen, dan komite audit
perusahaan.
lingkup dan arah yang jelas dan guna menghindari adanya penyimpangan hasil karena
permasalahan yang melebar, maka peneliti membatasi masalah bahwa penelitian ini
keuangan?
keuangan?
keuangan?
laporan keuangan?
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian
ini adalah:
sebagai berikut:
1. Peneliti
2. Akademisi
3. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran serta informasi
KAJIAN PUSTAKA
menjelaskan hubungan antara dua pihak yaitu, pemilik (principal) dan manajemen
(agent). Principal sebagai pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain yang
sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self
interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan
termotivasi oleh kepentingannya sendiri yang dimana hal ini akan menimbulkan
terjadinya konflik kepentingan antara principal dan agent. Masalah keagenan yaitu
adanya konflik kepentingan antara harapan para investor dalam memperoleh atau
27
28
mendapatkan return yang maksimal dengan harapan manajer. Dalam hal ini seharusnya
manajer mengelola organisasi bisnis dengan baik serta sesuai dengan harapan para
investor, namun dalam faktanya sering terjadi bahwa manajer lebih mengedepankan
kepentingan sendiri yang disebut dengan tindakan Moral Hazard (Haryani et al., 2011).
menyebabkan seringnya terjadi konflik antara principal, dalam hal ini adalah para
pemegang saham (investor) dan pihak agent yang diwakili oleh manajemen (direksi).
Agen dikontrak melalui tugas tertentu dari prinsipal serta mempunyai tanggung jawab
atas tugas yang diberikan oleh prinsipal. Prinsipal mempunyai kewajiban untuk
memberi imbalan kepada agen atas jasa yang telah diberikan oleh agen. Adanya
perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal inilah yang dapat menyebabkan
yang sebesar-besarnya serta Prinsipal dan agen juga sama-sama menghindari adanya
risiko. Didalam teori keagenan (agency theory), Hubungan antara principal dan agent
information) karena agent berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih
Dalam hal ini para agen berkepentingan untuk mendapatkan imbalan yang
pihak principal sebagai pemilik modal dan pihak yang memberikan mandat terhadap
akuntansi seperti laporan keuangan. Hal tersebut berguna sebagai sarana pengawasan
terhadap agent oleh para principal, untuk memastikan modal yang mereka tanamkan
berkembang dengan baik. Dengan demikian di dalam satu perusahaan terdapat dua
perusahaan milik principal dan kepentingan pribadi agen yang memegang tanggung
jawab besar untuk mendapatkan imbalan yang besar pula., dengan kata lain
potensi untuk bertindak tidak sesuai dengan keinginan principal (Agrianti, 2009:16).
Adanya asimetri informasi ini dapat menimbulkan dua masalah potensial yaitu:
adverse selection dan moral hazard. Kedua masalah ini terjadi karena teori keagenan
memilih opsi terbaik untuk kepentingan manajemen dibandingkan yang terbaik untuk
lebih baik atau lebih lengkap tentang perusahaan dibandingkan investor, sedangkan
30
moral hazard terjadi karena perilaku manajemen yang tidak dapat diamati (Rozania et
al., 2013).
Hubungan antara principal dan agent ini, merupakan hal mendasar bagi praktek
Governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan
bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa
mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Selain
perusahaan juga membutuhkan pihak lain yang bersifat independen sebagai mediator
antara principal dan agent. Pihak ketiga ini berguna untuk mengawasi perilaku agent
apakah telah bertindak sesuai dengan keinginan principal dan juga memberikan
informasi yang andal dan bermanfaat bagi principal yang berkaitan dengan
ini>dapat.,melakukan>tindakan..yang..mencegah.perusahaan..melakukan.,tindakan.m
Laporan keuangan dapat diartikan sebagai hasil dari sebuah proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara manajemen dengan
pihak luar perusahaan mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan atau aktivitas
perusahaan selama periode tertentu (Khalil, 2016). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI,
2012) menyatakan bahwa laporan keuangan memiliki tujuan yaitu untuk memberikan
atau menyampaikan sebuah informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas
perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka
laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas dengan salah satu karakteristik yang
disyaratkan oleh IFRS, yaitu faithfull representation dan juga harus terbebas dari
kesalahan material (free from error) yang dapat menyesatkan para pengguna untuk
memiliki integritas akan melindungi hak-hak stakeholder, hal ini dikarenakan pihak
keuangan yang disajikan dengan integritas yang tinggi, bukan laporan keuangan yang
keuangan seharusnya memberikan informasi yang baik, benar serta memiliki manfaat
namun demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan
prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan aset
keuangan yang akan dihasilkan sebuah perusahaan akan menjadi lebih berkualitas serta
lebih berintegritas hal ini dikarenakan tidak dibayangi oleh manipulasi keuangan yang
Informasi pada sebuah laporan keuangan akan lebih reliable apabila laporan keuangan
menjadikan tidak adanya pihak yang dirugikan akibat penyajian informasi dalam
ketidakpastian dan risiko harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai
prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan
terhadap ketidakpastian, hal ini ditujukan untuk menjaga hak-hak serta kepentingan
2011).
Zhou dan Yang (Dalam Silvia Arista et al, 2018) menyatakan bahwa pengukuan
integritas laporan keuangan dapat dilakukan dengan dua acara, yaitu di ukur secara
konservatisme atau dengan manajemen laba. Dalam proses penerapannya pihak auditor
lebih tertarik pada pelaporan keuangan yang bersifat konservatif, hal ini dikarenkan
bahwa karakteristik informasi dalam prinsip konservatif dapat digunakan sebagai alat
untuk memprediksi keadaan yang akan datang yang sesuai dengan tujuan laporan
keuangan, sehingga prinsip ini dapat digunakan menjadi salah satu faktor dalam
dimana salah satu dampak dari Korvegensi IFRS ini yaitu masalah penerapan
IFRS. Laporan keuangan menurut IFRS seharus understandable, relevan, reliable, dan
comparable, serta tanpa diikuti oleh bias konservatif. Akhirnya IFRS membuat standar
baru dengan prinsip Fair value agar kekayaan yang dilaporkan perusahaan saat ini
sesuai dengan kenyataan yang ada pada perusahaan. Tetapi, karena adanya tingkat
36
ketidakpastian dalam situasi perusahaan maka secara penuh prinsip konservatisme ini
konservatisme ini juga dijelaskan pada penelitian, Ahmad Juanda (2012) yang
karena tidak “ditekankan” dalam standar. Dengan adanya ketidakpastian maka akan
besar di Indonesia, meskipun prinsip ini sudah tidak lagi diatur dalam IFRS, Sari dalam
(Paramita, 2014). Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor, pertama perusahaan akan
tetap memiliki ketidakpastian ketika menyiapkan saldo yang menggunakan nilai wajar
atau fair value. Kedua yaitu untuk mengatasi tindakan atau prilaku oportunistik
manajer. Faktor ketiga karena adanya pilihan metode akuntansi yang terdapat dalam
SAK, yang dimana ini berpengaruh terhadap isi yang akan di sajikan, maka prinsip
kehati-hatian ini masih diperlukan (Paramita, 2014). Kemudian dari pada itu laporan
keuangan yang bersifat konservatif dipercaya tidak akan menyesatkan para pengguna
laporan keuangan, hal ini dikarenakan prinsip ini tidak memuat informasi laba yang
lebih tinggi yang terkadang hal ini menjadi tolok ukur orang-orang dalam menilai
sebuah kinerja perusahaan, sehingga dengan penerapan prinsip konservatif ini akan
memuat laporan keuangan yang cenderung lebih berintegritas. (Silvia Arista, et al,
2018).
37
Dalam Khalil Noverri Setiawan 2016. Dijelaskan bahwa Para peneliti biasanya
menggunakan tiga bentuk pengukuran untuk menyatakan konservatisme, yaitu:
1. Net Asset Measure
Ukuran ini digunakan untuk menilai nilai aset yang understated dan
kewajiban yang overstated. Salah satu model pengukurannya adalah proksi
pengukuran yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) yaitu dengan
menggunakan Market To Book Ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif
terhadap nilai perusahaan. rasio yang berlebih dari 1, mengindikasikan
penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai
perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya.
2. Earning/Stock Return Relation
Pengukuran konservatisme bisa dikaitkan dengan estimasi/negatif
return disaham. Kaitannya dengan konservatisme adalah acuan untuk
memverifikasi apakah gain/loss dapat diakui. Jika laba diakui maka akan
meningkatkan net aset perusahaan, sebaliknya jika rugi diakui maka akan
menurunkan net aset perusahaan. Jadi, return yang positif menandakan
adanya kenaikan net aset sedangkan return yang negatif menandakan
penurunan net aset. Jika rugi itu menjadi subjek yang menandakan adanya
verifikasi lebih sedikit tingkatnya, maka laba akan merespon rugi ini lebih
cepat daripada laba (Seswanto, 2012)
3. Earning/Accrual Measures
a) Model Givoly dan Hayn (2000)
Dwiputro (2009) menjelaskan bahwa Givoly dan Hayn
memfokuskan konservatisme pada laporan laba rugi selama beberapa
tahun. Mereka berpendapat konservatisme menghasilkan akrula
negatif terus menerus. Akrual disiniadalah perbedaan antara laba
bersih sebelum depresiasi/amortisasi dan arus kas kegiatan operasi.
Landasannya bahwa konservatisme menunda pengakuan pendapatan
dan mempercepat penggunaan biaya. Despresiasi dikeluarkan dari net
income dalam perhitungan konservatisme akuntansi karena depresiasi
merupakan alokasi biaya dari aktiva yang dimiliki perusahaan.
b) Model Zhang (2007)
Zhang ini menggunakan konservatisme akrual sebagai salah
satu pengukuran konservatisme. Konservatisme akrual didapatkan
dengan membagi akrual non operasi dengan total aset. Akrual non
operasi memperlihatkan pencatatan kejadian buruk dalam perusahaan
contohnya biaya restrukturisasi dan penghapusan aset. Dalam
penelitiannya konservatisme akrual dikalikan dengan -1 dengan
tujuan mempermudah analisa. Dimana, semakin tinggi konservatisme
akrual maka penerapan konservatisme juga semakin tinggi.
c) Discretionary Accrual
38
yang akan menentukan arah dan sistem kinerja perusahaan. Corporate governance
diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para
investor bahwa mereka akan mendapatkan return atas dana yang telah mereka
keagenan.
dan kesejahteraan masyarakat terlihat dari pengertian yang di berikan oleh Cadbury
keseimbangan antara tujuan ekonomi dan sosial dan antara tujuan individu dan
komunal. Kerangka tata kelola ada untuk mendorong penggunaan sumber daya yang
Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan
peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
40
simpulkan bahwa Corporate Governance adalah sebuah cara yang dibuat guna
mengatur setiap hubungan dan kegiatan dalam perusahaan, agar perusahaan dapat
Governance yaitu untuk menciptakan keadilan dan menjaga hubungan dari semua
nilai bagi pihak yang berkepentingan. Dimana pihak tersebut merupakan pihak internal
yang terdiri atas dewan komisaris, direksi, karyawan, serta pihak-pihak eksternal yang
salah satu elemen kunci untuk meningkatkan efisiensi ekonomis, yang dimana hal ini
pemegang saham, serta stakeholders yang juga memberikan suatu struktur yang akan
memfasilitasi penentuan sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk
Dari beberapa pengertian corporate governance yang telah dibahas, maka dari
itu dapat disimpulkan bahwa Corporate Goverance merupakan sebuah cara atau
tindakan yang dilakukan semua pihak yang memiliki kepentingan pada perusahaan
dengan harapan dapat menjalankan usaha tersebut secara baik dan sesuai dengan hak
serta kewajiban masing-masing dengan memiliki satu tujuan dalam mencapai kinerja
maksimal dan dapat memberikan kepuasan terhadap segala pihak. Perusahaan yang
41
Menurut buku panduan Good Corporate Governance pada PTSB (2013;2), pada
tata kelola perusahaan yang baik seluruh aktivitas pengelolaan perusahaan akan selalu
yang transparan, memiliki budaya bertanggung jawab, menerapkan sistem yang adil
terdapat serta sering digunakan pada berbagai penelitian mengenai Good Corporate
lembaga keuangan seperti asuransi, bank, dan dana pensiun) yang terdapat pada
kepemilikan saham oleh institusi dalam perusahaan, diukur oleh proposi saham yang
dimiliki oleh institusional pada akhir tahun yang dinyatakan dalam persentase Yuniati,
tanggung jawab organisasi oleh lembaga atau yayasan, misalnya, lembaga asuransi,
bank, organisasi ventura, dan kepemilikan institusional lainnya ". Dari sebagian
jawab untuk saham oleh organisasi seperti pemerintah bank, dan lembaga lain baik di
dalam maupun di luar negeri. Pada umumnya, para pendukung keuangan yang berasal
dari yayasan ini telah memberikan hak suara pada pertemuan investor yang
komprehensif (GMS) dengan tujuan agar para pimpinan pada umumnya berhati-hati
meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham.
yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Investor institusional
dapat dikatakan sebagai substansi atau yayasan bisnis yang berpengalaman dengan
44
tujuan agar mereka dapat menjalankan kapasitas administrasinya secara lebih memadai
dan tidak mudah tertipu oleh kegiatan supervisor, misalnya mengontrol pengenalan
laporan anggaran.
ideal. Sistem pemeriksaan ini akan menjamin perluasan pertumbuhan investor. (Khalil,
2016).
Pada penelitian Jensen dan Meckling (1976) dalam Nicolin dan Sabeni (2013)
dan pemegang saham”. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan dengan
dari pilihan moneter yang telah diambil dan menanggung bahaya penyelesaian pilihan
outsider dengan pihak insider” Bodie (2016:7). Jika dalam suatu perusahaan memiliki
banyak pemilik saham, maka kelompok besar individu tersebut sudah jelas tidak dapat
perusahaan, struktur ini berarti bahwa pemilik berbeda dengan manajer perusahaan hal
ini memberikan stabilitas bagi perusahaan yang tidak dimiliki oleh perusahaan dengan
saham, yang berarti semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka
meningkatkan rasa tanggung jawab pihak manajemen yang lebih besar dalam
yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Widya dan Yuli (2020) . Kepemilikan manajerial
diperlakukan bukan semata sebagai pihak ekternal yang digaji untuk kepentingan
keterlibatan manajer pada kepemilikan saham dapat efektif untuk meningkatan kinerja
manajer.
46
penyajiannya sehingga situasi ini akan berdampak baik bagi organisasi dan memuaskan
memiliki tugas untuk memuaskan keinginan investor yang sebenarnya adalah diri
mereka sendiri.
berfungsi untuk mengawasi audit atas laporan keuangan dengan tujuan memastikan
pelaporan sudah sesuai dengan standard dan kebijakan keuangan yang berlaku dan
menilai apakah laporan yang disajikan sudah konsisten dengan informasi lain yang
diketahui oleh anggota komite audit. Kemudian setelah itu, komite audit juga memiliki
tugas untuk menilai kualitas pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan oleh auditor
eksternal.
perusahaan.”
47
Keanggotaan komite audit terdiri dari setidaknya tiga individu termasuk administrator
dari kelompok penasehat tinjauan. Hanya ada satu individu dari pengurus dari
pengurus, bagian kelompok penasihat ini adalah ketua bebas seperti halnya eksekutif
panel. Individu berbeda yang bukan pejabat bebas harus berasal dari pertemuan otonom
di luar.
Tia Astria (2011) terdapat berbagai ketentuan dan peraturan mengenai komite
KALBE, (6 Maret 2021) menyatakan bahwa tugas dan tanggung jawab Komite
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
bahwa komisaris independen adalah Anggota dewan komisaris yang yang tidak
keluarga dengan dewan komisaris lain dan atau pemegang saham pengendali, atau
terkemuka yang bukan merupakan anak perusahaan dari para eksekutif atau tidak
terafiliasi dengan pihak manajemen atau pengelola, individu yang berbeda dari badan
pimpinan terkemuka, dan investor pengendali, dan dibebaskan dari bisnis atau koneksi
berbeda yang dapat memengaruhi kapasitas mereka untuk bertindak bebas Komite
komisaris luar yang bukan merupakan pegawai atau orang yang berurusan langsung
Abi Jam'an, (22 Maret 2019 ): Pasal 6 POJK 55/2015 menyatakan bahwa
Komisaris Independen harus memenuhi persyaratan seperti yang telah diatur diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan
adalah:
50
a. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri dari 2 (dua) orang anggota Dewan
b. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) orang anggota Dewan
Komisaris, jumlah Komisaris Independen wajib paling kurang 30% (tiga puluh
rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang
mengatur strategi eksekutif dan memberikan nasihat kepada dewan sehingga hakim
besar, sedang dan kecil. Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk
perusahaan (Suwito dan Herawaty, 2005). Ukuran Perusahaan juga di jelaskan sebagai
skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva perusahaan pada akhir tahun Sidharta
51
(2000). Dalam menentukan ukuran perusahaan ada beberapa instrument yang dapat
digunakan salah satunya Total penjualan, hal ini di karenakan biaya-biaya yang
mengikuti penjualan cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan
1. Usaha mikro yaitu usaha produktif milik orang perorangan atau badan
2008..
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
undang ini.
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
ini.
dijalankan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha
Tabel 2. 1
Kriteria Ukuran Perusahaan
Kriteria
Ukuran Perusahaan Aktiva Penjualan Tahunan
(tidak termasuk tanah &
bangunan
tempat usaha)
Usaha Mikro Maksimal 50 Juta Maksimal 300 Juta
Usaha Kecil > 50 juta – 500 juta > 300 juta – 2.5 Miliar
Usaha Menengah > 500 juta - 10 Miliar > 2.5 Miliar – 50 Miliar
Usaha Besar > 10 Miliar > 50 Miliar
Sumber: UU No. 20 Tahun 2008
53
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2. 2
Penelitian Terdahulu
2 Gine Das The Influence Of Variabel Dependen: Dalam penelitian ini menyatakan
Prena, Audit Tenure, bahwa Secara parsial 1) Masa kerja
Integrity of Financial
Kadek Independent audit tidak berpengaruh signifikan
Statement
Devi Commissioner, Audit terhadap integritas laporan keuangan.
Utami, Committee, And Variabel Independen : 2) Komite audit tidak berpengaruh
Dharma Audit Quality On Audit Tenure, Independent signifikan terhadap integritas laporan
Cahyani Integrity Of Financial keuangan, 3) komite audit tidak
Commissioner, Audit
Statements. berpengaruh signifikan terhadap
(2020)
Committee, And Audit integritas laporan keuangan, 4)
8 Muammar Effect of Corporate Variabel Dependen: Hasil dari Penelitian ini menatakan
Khaddafi1, Governance bahwa komisaris independen, komite
Integrity of Financial
Wahyuddi, Mechanism, audit tidak berpengaruh signifikan
Statement
Mohd Independence and terhadap integritas laporan keuangan.
Heikal, Management of Variabel Independen : Adapun kepemilikan manajerial,
Falahuddi, Earnings Integrity of independent kepemilikan institusional,
Rahmatul Financial Statements commissioner, Managerial independensi dan manajemen laba
Maulida. Ownership, Institutional signifikan mempengaruhi integritas
9 Qurrota The Effect of the Size Variabel Dependen: Hasil dari penelitian ini
A’yunin, I of Public Accounting menunjukkan bahwa leverage
Integrity of Financial
Gusti Ketut Firm, Leverage, and memiliki pengaruh signifikan negatif
Statement
Agung Corporate terhadap integritas laporan keuangan.
Ulupui, and Governance on the Variabel Independen : Namun, Ukuran KAP dan tata kelola
57
11 Fitria Pengaruh Struktur Variabel Dependen: Hasil penelitian yang didapatkan dari
Monica1 , Corporate penelitian ini bahwa kepemilikan
Integritas Laporan
Cherrya Governance, Ukuran institusional, komite audit dan
Keuangan
Dhia Kap Dan Ukuran komisaris independen berpengaruh
Wenny Perusahaan Terhadap Variabel Independen terhadap integritas laporan keuangan.
Integritas Laporan Kepemilikan Institusional, Sedangkan kepemilikan manajerial,
(2017)
Keuangan Pada Kepemilikan Manajerial, ukuran KAP dan ukuran perusahaan
Perusahaan Customer Komite Audit, Komisaris tidak berpengaruh terhadap integritas
Goods Yang Independen, Ukuran KAP, laporan keuangan.
Terdaftar Di BEI Ukuran perusahaan
58
Kerangka berpikir adalah suatu alat yang digunakan untuk menganalisa suatu
konsep penelitian. Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang sudah
diuraikan, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah adanya indikator
Keuangan
investasi, perusahaan asuransi, perusahaan dana pensiun, dan lainnya. Para investor
yang berasal dari institusi serta lembaga ini memiliki hak suara dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS) sehingga manajer tidak dapat berkuasa penuh dalam
institusional dapat menunjukkan administrasi perusahaan atau yang disebut tata kelola
menyaring organisasi sebagai aturan dan eksekutif secara khusus. Hal ini dikarenakan
kegiatan pegelolaan perusahaan yang dilakukan oleh para pengelola. Dengan adanya
kegiatan memantau yang diselesaikan oleh suatu organisasi dan investor institusional
lainnya dapat membatasi perilaku para pengelola atau manajer yang bertanggung
jawab dan dinamis untuk mengurangi pendapatan kegiatan eksekutif serta menjamin
menjadi pengawas yang efektif kepada pihak manajemen dalam menyajikan dan
dengan laporan keuangan yang bebas dari salah saji material yang dapat menyesatkan
60
penelitian yang dilakukan oleh Jama’an (2008) dalam Muhammad Rizqi (2018)
manajer untuk melakukan pengelolaan laba dan dapat meningkatkan integritas laporan
keuangan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva, et, al (2019),
Dewi dan Putra (2016), Savitri (2016), dan Amrulloh, et.al (2016) yang menunjukkan
laporan keuangan.
Keuangan
didalam sebuah perusahaan akan menjadikan atau membuat pihak manajemen juga
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar untuk mengelola perusahaan serta
menyajikan informasi yang benar dan jujur untuk kepentingan pemegang saham dan
(Khalil, 2016).
61
perusahaan, maka pihak manajemen akan menampilkan data laporan anggaran dengan
semakin meningkat. Hal ini dapat di mengerti dengan pertanyaan tentang yang
dilakukan oleh Arista et al, (2019), Musllih, et al (2017) serta Dewi dan Putra (2016)
laporan keuangan.
perusahaan. Komite audit merupakan komite yang di bentuk oleh dewan komisaris
pelaksanaan latihan dan hasil review yang dilakukan oleh audit internal dan eksternel
luar. (Susiana dan Herawaty, 2007). Tujuan komite audit untuk menjaga indenpendensi
Dengan keberhasilan komite audit maka kontrol perusahaan akan lebih unggul,
sehingga bentrok kantor yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk memajukan
komite audit dalam sebuah perusahaan menjadikan anggota komite audit akan bertugas
62
(Dalam Lutviana Pratiwi, 2014). Klein (2002) juga memberikan bukti secara empiris
bahwa perusahaan yang membentuk komite audit independen akan melaporkan laba
dengan kandungan akrual diskresioner yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
keterkaitan dengan kualitas laba perusahaan. Adanya pengaruh dari komite audit pada
pelaporan keuangan melalui dewan komisaris (Lutviana, 2014). Dari kutipan tersebut
dapat dilihat bahwa komite audit dalam sebuah perusahaan dapat menjadi salah satu
sehingga integritas laporan keuangan dapat meningkat (Lutviana, 2014). Seperti hasil
penelitian dari Agnes Dwi, et al (2019), Inosensius Istiantoro, e al (2017), dan Fitria
Monica1, et al (2017) yang menunjukan hasil bahwa komite audit memiliki pengaruh
rangka perlindungan terhadap pemegang saham yang kecil atau minoritas dan pihak-
pihak lain yang terkait. Keberadaan sebuah komisaris independen yang ada di dalam
63
diantara para manajer internal dan menjadi pengawas dalam kebijakan manajemen
fungsi pengawasan agar terciptanya perusahaan yang good corporate governance serta
dapat menghasilkan sebuah laporan keuangan yang berintegritas tinggi (Tia Astria,
2011). Dengan adanya hal tersebut yang dimana seorang komisaris independen
merupakan sebuah posisi yang terbaik dalam melakukan tugas monitoring terhadap
setiap kinerja manajer, sehingga hal ini diharapkan dapat mengurangi resiko serta
Rizqi, 2018).
Maka dari itu dapat dikatakan bahwa Komisaris independen merupakan solusi
terbaik untuk menurunkan tingkat resiko manipulasi yang mungkin dapat dilakukan
terhadap pemegang saham minoritas serta juga pihak-pihak lain yang terkait
(Muhammad Rizqi, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan komisaris bebas
artikulasi moneter yang ditampilkan oleh administrasi cenderung lebih tajam, karena
di dalam perusahaan terdapat badan yang mengatur dan mengamankan hak pihak-pihak
yang dilakukan oleh Eva, et al (2019), Silvia Arista (2018), dan Anita Indrasari, et al
(2016) yang menunjukan hasil bahwa komisaris independen memiliki pengaruh positif
perusahaan. Nasution dan Setiawan (Dalam Aprila Ganang, 2018) menyatakan bahwa
dengan integritas yang lemah”. Ukuran sebuah perusahaan yang kecil akan dianggap
akan lebih banyak melakukan praktik manajemen laba atau kecurangan terhadap proses
pembuatan laporan keuangan dari pada perusahaan yang lebih besar. anggapan ini
dikarenakan semakin besar ukuran sebuah perusahaan, maka informasi yang ada di
sajikan untuk investor dan seluruh pihak yang berkepentingan dalam mengambil
keputusan semakin banyak serta sebuah perusahaan yang lebih besar lebih dipandang
bagus oleh masyarakat hal ini dikarenakan naba besar perusahaan tersebut serta
kelengkapan pengelola yang dianggap lebih handal seperti adanya sebuah dewan
komisaris dan komite audit yang lebih baik, sehingga menjadikan berbagai pihak akan
lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan demi menjaga nama baik dan
65
nama besar dari perusahaan tersebut. Maka dari itu, semakin besar Ukuran Perusahaan,
maka integritas laporan keuangan akan semakin meningkat (Aprila Ganang, 2018).
terhadap integritas laporan keuangan yaitu diantaranya oleh penelitian yang dilakukan
Muhammad Fajar, & Annisa Nurbaiti (2020), dan Pradika & Hoesada (2018)
keuangan karena anggapan bahwa semakin besar ukuran sebuah perusahaan maka
berusahaan untuk menjaga nama baik perusahaan yang sudah ada dengan cara berusaha
baik hal ini dilakukan tujuan menjaga nama baik perusahaan dan jika ukuran
Gambar 2. 1
Kerangka Berpikir
Kepemilikan
Institusional
(X1)
Kepemilikan
Manajerial
(X2)
Integritas Laporan
Komite Audit
Keuangan
(X3)
(Y)
Komisaris
Independen
(X4)
Ukuran
Perusahaan
(X5)
67
yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-
Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
Laporan Keuangan.
METODE PENELITIAN
Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2017–2019. Penelitian ini direncanakan akan dimulai
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
3.2.2 Sampel
sampel yang diambil dalam melaksanakan suatu penelitian. Sampel harus dapat
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono 2017:81). Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel yang
dipilih dari populasi dianggap mewakili keberadaan populasi. Populasi yang dijadikan
68
69
Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu
Purppsive sampling , yaitu populasi yang akan dijadikan sampel adalah yang
Sampel yang digunakan adalah sampel yang memiliki kriteria sebagai berikut:
merupakan data sekunder dimana data yang diperoleh dari pihak lain atau di peroleh
secara tidak langsung, berupa saham khususnya harga saham dan saham yang beredar,
70
serta laporan keuangan khususnya neraca dan laporan laba rugi, catatan atas laporan
Data sekunder adalah data yang bersumber dari catatan yang ada pada
perusahaan dan sumber lainnya yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dengan
2013).
Sementara data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website
Menurut sugiyono (2015:38), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel
penelitian merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian
ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel penelitian, yang
variabel terikat, baik secara positif atau negatif. Yaitu, jika terdapat variabel bebas,
variabel terikat juga hadir dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas,
terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat, (Sekaran & Bougie
yang diteliti sekaligus mengukur dan merumuskannya. Berikut ini adalah definisi
Laporan keuangan merupakan suatu penyajian yang telah terstruktur dari posisi
keuangan maupun kinerja keuangan suatu entitas (IAI, 2019). Laporan keuangan
dan juga perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi para pemakainya dalam
ekonomi perusahaan yang diungkapkan dengan jujur tanpa ada yang ditutupi”.
Keuangan sebagai ukuran sejauh mana laporan keuangan disajikan dengan jujur tanpa
yang sama dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan
memiliki risiko lebih kecil dibanding laporan keuangan yang overstate. Indeks
Beaver dan Ryan menggunakan Market To Book Ratio, yang mencerminkan nilai pasar
Keterangan:
Nilai Buku Saham = Total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar
added) untuk semua stakeholder-nya (Sulistyanto dan Prapti, 2003). Variabel ini
merupakan variabel yang tidak diukur secara mandiri tetapi diukur dengan
ini diberi symbol INST yaitu proporsi saham yang dimiliki oleh institusional atau
suatu institusi pada akhir tahun dibandingkan dengan total jumlah saham yang
oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi
dan kepemilikan institusi lain yang diukur dengan presentase jumlah saham yang
persentase saham yang dimilik oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam
Komite Audit Merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting
dalam Corporate Governance. Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih
oleh sekelompok kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu
manajer. Komite audit juga dapat meningkatkan efektivitas fungsi internal audit
dewan komisaris. Komite audit pada penelitian ini diukur dengan menghitung
seluruh jumlah komite audit yang terdapat pada sebuah perusahaan. Komite audit
yang tidak mempunyai saham namun ditunjuk untuk menjadi komisaris independen
bidang tersebut telah diakui dan mampu memberi masukan kepada pihak dewan
minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait (Herawati, 2007). Komisaris independen
76
merupakan solusi terbaik agar dalam mengurangi resiko manipulasi yang dilakukan
perusahaan diproksikan dengan menggunakan logaritma natural dari total aset (Ln
Asset) baik aset lancar maupun tidak lancar dalam pelaporan keuangan tahunan.
Semakin besar total aset sebuah perusahaan maka hal tersebut menunjukkan
semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Gayatri dan Suputra (Dalam Venny
Ongko, 2017)
UP = Ln (total assets)
objek material yang terkait dengan analisis yang dibutuhkan yaitu laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-
www.idx.co.id. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan
dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh
responden atau sumber-sumber yang ada, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel Struktur Tata
ringkas dari sekumpulan data yang didalamnya mencakup nilai tengah (median),
nilai rata-rata (mean), nilai standar deviasi, nilai minimum, serta maksimum dari
setiap variabel yang digunakan dalam model penelitian, sehingga pada akhirnya
Data-data tersebut harus diringkas secara baik dan teratur sebab digunakan
memberikan gambaran atau deskripsi data dari variabel dependen yaitu Integritas
Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mendapatkan hasil regresi yang
dapat dipertanggungjawabkan dan mempunyai hasil yang tidak bias atau Best Linier
Asumsi Klasik, yaitu antara lain Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Uji
berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah regresi dengan
1. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak
normal.
2. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi adalah normal.
79
Untuk menguji model regresi memiliki distribusi normal atau tidak, dapat
dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik yang
bersangkutan Bila data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normal. Demikian sebaliknya,
jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal, maka model regresi tidak
ditemukan adanya korelasi antara variabel independent. Model regresi yang baik
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
Untuk mengetahui apakah ada gejala multikolinearitas, maka dapat dilihat dari nilai
Indikator dari nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) sebagai
berikut :
a. Apabila tolerance value ≥ 0.10 dan nilai VIF ≤ 10 maka dapat disimpulkan
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka
2018:137). Dalam hal ini model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas
grafik. Prinsip ini adalah memeriksa pola residual terhadap taksiran Y. Seperti yang
diplotkan dengan nilai Y akan membentuk suatu pola. Pola yang terbentuk tersebut
variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Dalam uji Rank Spearman
1. Jika nilai signifikan atau Sig (2-tailed) > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
2. Jika nilai signifikan atau Sig (2-tailed) < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
Uji Autokorelasi memiliki tujuan untuk menguji ada atau tidaknya kesalahan
(sebelumnya) dalam model regresi linier. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
pengamatan yang menggunakan suatu rangkaian waktu dimana gangguan data pada
periode sebelumnya akan mempengaruhi data pada periode berikutnya. Model regresi
yang baik harus bebas dari autokorelasi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Run Test. Adapun ketentuan pada uji ini yaitu nilai probabilitas harus lebih besar
dari signifikansi 0,05 untuk dinyatakan tidak terjadinya autokorelasi. Jika antar residual
tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak. Run Test
digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara randon atau tidak (Ghozali,
2018:121)
berganda. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
α : Konstanta
KI : Kepemilikan Institusional
KM : Kepemilikan Manajerial
KA : Komite Audit
UP : Ukuran Perusahaan
e : Error
pengaruh suatu variabel independen atau bebas secara individual dalam menjelaskan
(2016) dinyatakan bahwa penolakan atau penerimaan hipotesis didasarkan pada kriteria
sebagai berikut:
2. Jika nilai signifikansi> 0,05, maka secara parsial variabel independen tidak
Uji simultan (Uji statistik F) digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari
terhadap hasil uji hipotesis yang diuji adalah berdasarkan tingkat signifikaan sebesar
menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti
84
untuk memprediksi variabel independen, ini berarti semakin tepat garis regresi tersebut
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan
kriteria yang telah ditentukan. Berikut adalah tabel penentuan sampel menurut kriteria
Tabel 4. 1
Penentuan Sampel
85
86
Dari tabel 4.1 menjelaskan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 yang
data terhadap variabel yang ada, terdapat 18 perusahaa yang teridentifikasi outlier dan
hanya 31 perusahaan saja yang dapat digunakan sampel akhir dalam penelitian ini serta
Tabel 4. 2
Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel
dan standar deviasi dari sampel. Variabel-variabel independen dalam penelitian ini
laporan keuangan. Hasil dari uji statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan pada
tabel :
88
Tabel 4. 3
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Integritas Laporan Keuangan 93 .0031 1.9367 .770295 .4457462
Kepemilikan Institusional 93 .0005 .9401 .617560 .2525879
Kepemilikan Manajerial 93 .0000 .8944 .100930 .1689401
Komite Audit 93 2.0000 5.0000 3.000000 .4423259
Komisaris Independen 93 .3330 .6670 .386978 .0836333
Ukuran Perusahaan 93 22.1120 32.2010 27.731280 1.5754149
Valid N (listwise) 93
Sumber: Output SPSS, 2021
jumlah data (valid N) yang ada dalam penelitian ini adalah 93 sampel dan semua data
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, hasil dari analaisis statistik deskriptif dapat
nilai terkecil (minimum) 0.0005, nilai terbesar (maksimum) 0.9401, nilai mean
terkecil (minimum) 0.0000, nilai terbesar (maksimum) 0.8944, nilai mean (rata-
3. Variabel independen yang ketiga yaitu, Komite Audit memiliki nilai terkecil
terkecil (minimum) 0.3330, nilai terbesar (maksimum) 0.6670, nilai mean (rata-
1.5754149
dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah
maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi (Ghozali, 2013 : 103). Uji
asumsi klasik pada penelitian ini terdiri atas uji normalitas, uji multikolonieritas, uji
apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen atau keduanya
1. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak normal.
2. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi adalah normal.
Untuk menguji model regresi memiliki distribusi normal atau tidak, dapat
dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik yang bersangkutan
Bila data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normal. Demikian sebaliknya, jika data (titik)
menyebar jauh dari garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
91
Adapun hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 4
Hasil Uji Normalitas Sebelum Trimming
Berdasarkan hasil test yang disajikan dalam tabel 4.4 hasil One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test, dalam melihat normal tidaknya suatu data, dapat di lihat
dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed). Data yang normal haruslah memiliki nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) >0.05. Jadi seperti hasil test yang telah disajikan pada tabel 4.4 dimana
menormalkan sebuah data ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti melakukan
Trimming yaitu dengan data Outlier dan juga dapat melakukan transformasi data.
92
Tabel 4. 5
Hasil Uji Normalitas Setelah Trimming
4.5 yaitu hasil One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dapat dilihat bahwa nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200>0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa data terdistribusi
normal. Hasil ini juga didukung oleh hasil analisis grafik histogram dimana hasil
analisis juga menunjukkan gambar grafik yang sempurna membentuk lonceng yang
berbentuk simetris antara sisi kiri dan sisi kanan dan hal ini merupakan gambaran data
Gambar 4. 1
Hasil Uji Normalitas : Grafik Histogram
juga oleh normal probability plot. Apabila dalam gambar terdapat titik-titik yang telah
tersebar mengikuti garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa data telah teruji
Gambar 4. 2
Hasil Uji Normalitas : Grafik Normal P-P Plot
Dari hasil analisis grafik, baik histogram maupun probability plot, dapat dilihat
bahwa grafik histogram menunjukkan data terdistribusi normal. Ini ditunjukkan dengan
ditemukan adanya korelasi antara variabel independent. Model regresi yang baik
95
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
adalah dengan melihat tolerance value dan Variance Inflation Factor (VIF). Regresi
yang terbebas dari masalah multikolonieritas apabila tolerance value ≥ 0,10 dan niali
Tabel 4. 6
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
diketahui:
multikoloniearitas.
multikoloniearitas.
3. Diketahui pada variabel Komite Audit memiliki nilai tolerance 0.615>0.10 dan
multikoloniearitas.
multikoloniearitas.
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka
2018:137).
96
97
absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas
terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya
Dalam uji Rank Spearman pedoman yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan yaitu :
1. Jika nilai signifikan atau Sig (2-tailed) > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
2. Jika nilai signifikan atau Sig (2-tailed) < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
Adapun hasil uji heterokedastisitas menggunakan uji rank spearman dapat dilihat
dalam tabel.
98
Tabel 4. 7
Hasil Uji Heteroskedastisitas : Uji Rank Spearman
Dari tabel 4.7 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai signifikan dalam setiap
variabel independen nilainya lebih besar dari 0.05 (>0.05) yang berarti tidak terdapat
heterokedastisitas.
99
Uji Autokorelasi memiliki tujuan untuk menguji ada atau tidaknya kesalahan
(sebelumnya) dalam model regresi linier. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dilaksanakan dengan Run Test, yaitu dengan ketentuan probabilitas lebih besar dari
signifikansi 0,05. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan
bahwa residual adalah acak atau random Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut :
100
Tabel 4. 8
Hasil Uji Autokorelasi : Run Test
Run Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -.01353
Total Cases 93
Number of Runs 31
Z -3.440
a. Median
Sumber: Output SPSS,2021
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai tes sebesar 0.01353 dengan probabilitas
signifikan sebesar 0,301. Oleh karena nilai probabilitas 0,301 yang lebih besar dari
nilai ketentuan sebesar 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah
auto korelasi pada model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
variabel independen dengan variabel dependennya. Berikut hasil dari analisis regresi
Tabel 4. 9
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -3.350 1.195 -2.804 .006
Kepemilikan Institusional .410 .207 .232 1.980 .051
Kepemilikan Manajerial .220 .338 .083 .650 .517
Komite Audit .338 .119 .335 2.836 .006
Komisaris Independen 1.788 .540 .335 3.312 .001
Ukuran Perusahaan .077 .033 .273 2.359 .021
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
Sumber: output SPSS, 2021
Berdasarkan Tabel 4.9 diatas diperoleh model regresi berganda sebagai berikut:
Hasil dari tabel regresi berganda diatas dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut:
sebesar 0,338.
Uji signifikansi parsial atau uji t pada dasarnya menunjukkan sejauh mana
((Jumlah Sampel) 93-6 (jumlah variabel)) = 1,987608. Berikut ini adalah gambar
Gambar 4. 3
Perhitungan T tabel dengan rumus TINV dalam Microsoft Excel
Adapun hasil pengolahan data uji statistik parsial (t) sebagai berikut:
Tabel 4. 10
Hasil Uji Parsial : Uji Statistik t
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -3.350 1.195 -2.804 .006
Kepemilikan Institusional .410 .207 .232 1.980 .051
Kepemilikan Manajerial .220 .338 .083 .650 .517
Komite Audit .338 .119 .335 2.836 .006
Komisaris Independen 1.788 .540 .335 3.312 .001
Ukuran Perusahaan .077 .033 .273 2.359 .021
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
Sumber; Output SPSS, 2021
Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel 4.10 dapat disimpulkan sebagai
berikut:
nilai sebesar 0,051 yang berarti lebih besar dari 0,05, artinya variabel
ditolak.
sebesar 0,517 yang berarti lebih besar dari 0,05, artinya variabel Kepemilikan
Integritas Laporan.,Keuangan.
bahwa nilai koefisien regresi Komite Audit berdasarkan tabel 4.10 sebesar
2,836 hal ini menyatakan bahwa nilai t hitung Komite Audit memiliki pengaruh
Audit juga menunjukkan nilai sebesar 0,006 yang berarti lebih kecil dari 0,05,
diterima.
Terhadap.,Integritas Laporan.,Keuangan.
sebesar 3,312. Hal ini menyatakan bahwa nilai t hitung Komisaris Independen
107
Komisaris independen juga menunjukkan nilai sebesar 0,001 yang berarti lebih
kecil dari 0,05, artinya variabel Komisaris Independen secara parsial memiliki
sebesar 2,359. Hal ini menyatakan bahwa t hitung Ukuran Perusahaan memiliki
juga menunjukkan nilai sebesar 0,021 yang berarti lebih kecil dari 0,05, artinya
diterima.
108
dependen. Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji hipotesis
yang diuji adalah berdasarkan tingkat signifikaan sebesar 0.05 yang merupakan
berikut :
Hasil dari uji signifikansi simultan (Uji Statistik F) disajikan dalam tabel
dibawah ini:
Tabel 4. 11
Hasil Uji Simultan : Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.639 5 .928 5.917 .000b
Residual 13.641 87 .157
Total 18.279 92
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
b. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen,
Komite Audit, Kepemilikan Manajerial
Sumber: Output SPSS, 2021
109
Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis secara
simultan:
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,917 yang nilai ini lebih
Keuangan diterima.
Gambar 4. 4
Perhitungan F tabel dengan Rumus FINV dalam Microsoft Excel
jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai yang mendekati
Hasil uji koefisien determinasi pada penelitian ini disajikan dalam tabel berikut
ini:
111
Tabel 4. 12
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .504a .254 .211 .39597
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, Komite
Audit, Kepemilikan Manajerial
b. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
Sumber : Output SPSS, 2021
Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi
(Adjusted R Square) adalah sebesar 0,211. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
integritas laporan keuangan sebesar 21,1% sisanya 78,9% dijelaskan oleh variabel atau
faktor lainnya.
bahwa (H1) ditolak. Hal ini berkaitan dengan nilai t hitung Kepemilikan Institusional
sebesar 1,980 yang dimana lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 1,987 (1,980<1,987)
dengan nilai signifikan 0,051 yang lebih besar dari 0,05 (0,051>0,05). Hasil ini
112
signifikan terhadap integritas laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari nilai
signifikansinya yang dimana bernilai 0,051 yang lebih besar dari nilai ketentuan
berpengaruh atau tidak menjamin tinggi rendahnya integritas laporan keuangan. Hal
ini dapat terjadi karena dalam kepemilikan saham institusional pada sebuah
perusahaan tidak berasal dari dalam negeri saja namun ada yang berasal dari luar
negeri, perbedaan penerapan kebijakan akuntansi dan karakteristik setiap negara yang
pengawasan yang efektif, dan pada kenyataannya juga dalam sebuah perusahaan tidak
hanya terdapat satu institusi yang memiliki saham namun terdapat beberapa institusi
terdapat kepemilikan saham istitusi yang lumayan besar dalam sebuah perusahaan
namun pada kenyataannya persentase saham itu masih dibagi kebeberapa institusi yang
terhitung kecil. dan pada kenyataan juga disetiap perusahaan telah ada pihak-pihak
para investor hanya berfokus terhadap return dari investasi yang telah dilakukannya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pandangan atau konsep yang mengatakan bahwa
institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada current earnings (Saputra
113
et al, 2014). Hal ini juga sejalan dengan pendapat Silvia et al (2018) pada umumnya
investor dari luar tidak terlalu aware terhadap integritas laporan keuangan yang
disajikan, dan lebih berfokus terhadap pengembalian yang maksimal atas investasinya.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Eva et al,
(2019) yang menyatakan bahwa bahwa kepemilikan institusional yang tinggi akan
integritas laporan keuangan. Namun hasil penelitian ini sejalan dan konsisten dengan
badawin (2019), Silvia Arista et al (2018) Nurdiniah dan Pradika (2017) yang
bahwa (H2) ditolak. Hal ini berkaitan dengan nilai t hitung Kepemilikan Manajerial
sebesar 0,650 yang dimana lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 1,987 (0,650<1,987)
dengan nilai signifikan 0,517 yang lebih besar dari 0,05 (0,517>0,05). Hasil ini
terhadap integritas laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya
114
yang dimana bernilai 0,517 yang lebih besar dari nilai ketentuan probabilitasnya
sebesar 0,05.
mengurangi konflik agensi yang timbul akibat masalah keagenan. Kepemilikan saham
pemegang saham, hal ini dikarenakan bahwa para manajer memiliki kepentingan yang
menimbulkan permasalahan keagenan (konflik agensi) diantara kedua belah pihak. Hal
ini sesuai dengan teori agensi yang menyatakan bahwa manusia memiliki beberapa
sifat, yang salah satunya manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self
interest), Eisenhardt (1989). Kepemilikan saham yang meningkat oleh manajer dapat
memudahkan jalan bagi manajer untuk mencapai kepentingan pribadi dengan status
ganda manajer sebagai pengelola sekaligus pemilik perusahaan. Status ganda ini
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Silvia
secara baik, dengan tidak memanipulasi laporan keuangan yang dihasilkan agar dapat
memberikan nilai positif terhadap para pemegang saham, yang mana diantaranya ialah
115
terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Monica et al (2017), M.Fajar dan Annisa (2020), Widya Kusuma dan
Laporan Keuangan.
bahwa (H3) diterima. Hal ini berkaitan dengan nilai t hitung Komite Audit sebesar
2,838 yang dimana lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1,987 (2,838>1,987) dengan
nilai signifikan 0,006 yang lebih kecil dari nilai probabilitas sebesar 0,05 (0,006<0,05).
Hasil ini menjelaskan bahwa Komite Audit berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap integritas laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya
yang dimana bernilai 0,006 yang lebih kecil dari nilai ketentuan probabilitasnya
sebesar 0,05.
membantu tugas dan juga fungsi dewan komisaris di sebuah perusahaan yang salah
satunya adalah melakukan penelaahan atas informasi laporan keuangan yang nantinya
akan dikeluarkan oleh perusahaan serta mengawasi proses audit laporan keuangan dan
116
pemenuhan standar kebijakan yang di terapkan perusahaan. Maka dengan adanya atau
semakin banyaknya jumlah komite audit maka semakin banyak jumlah orang yang
melakukan penelaahan atas informasi laporan keuangan perusahaan dan komite audit
keuangan.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori agensi (agency theory) yang
memprediksi hubungan positif antara adanya pihak ketiga diantara principal dan agent.
Dimana pihak ketiga ini bersifat independen sebagai mediator dan berguna untuk
mengawasi perilaku agent apakah sesuai dengan ketentuan principal dan apakah juga
memberikan informasi yang andal dan bermanfaat bagi principal yang berkaitan
informasi yang dilakukan oleh manajemen meski ada konflik kepentingan. Dengan
demikian, komite audit dalam perusahaan dapat menjadi salah satu upaya untuk
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Eman
sukanto dan Widaryanti (2018) yang menyatakan bahwa komite audit tidak memiliki
manajemen yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan M.Fajar dan Annisa Nurbaiti
bahwa (H4) diterima. Hal ini berkaitan dengan nilai t hitung komisaris independen
sebesar 3,312 yang dimana lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1,987 (3,312>1,987)
dengan nilai signifikan 0,001 yang lebih kecil dari 0,05 (0,001<0,05). Hasil ini
terhadap integritas laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya
yang dimana bernilai 0,001 yang lebih kecil dari nilai ketentuan probabilitasnya
sebesar 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi jumlah
Komisaris Independen maka akan semakin tinggi integritas laporan keuangan, hal ini
Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik yang menyatakan bahwa
baik mengenai Emiten atau Perusahaan Publik maupun usaha Emiten atau Perusahaan
Publik, dan memberi nasihat kepada Direksi. Sehingga, dengan adanya komisaris
pembuatan laporan keuangan tersebut yang dilakukan oleh pihak manajemen agar tidak
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori agensi (agency theory) yang
memprediksi bahwa dalam meminimalkan masalah yang akan terjadi akibat perbedaan
kepentingan antara principal dengan agen dibutuhkan pihak ketiga yang independen
sebagai pihak penengah yang dapat menjadi mediator dan dapat bertindak sebagai
pengawas terhadap kinerja dan perilaku agent guna memastikan bahwa informasi yang
dihasilkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umun. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan pernyataan (Silvia Arista et al, 2018) yang menyatakan bahwa Komisaris
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oriza
terhadap integritas laporan keuangan hal ini dikarenakan dewan komisaris independen
diduga tidak menjalankan tugasnya dengan baik terkait dengan kompetensi dan hal-hal
119
lain yang tidak dapat dapat dikendalikan oleh dewan komisaris independen sehingga
(2018) Silvia Arista (2018), Monica et al (2017), Daniel Oscar Savero (2017), yang
bahwa (H5) diterima. Hal ini berkaitan dengan nilai t hitung Ukuran Perusahaan
sebesar 2,359 yang dimana lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1,987 (2,359>1,987)
dengan nilai signifikan 0,021 yang lebih kecil dari 0,05 (0,021<0,05). Hasil ini
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari nilai
signifikansinya yang dimana bernilai 0,021 yang lebih kecil dari nilai ketentuan
baik. Menurut Verya, dkk (2017), perusahaan yang berukuran besar cenderung lebih
mempunyai sumber daya yang baik dan lengkap serta profesionalisme yang telah teruji
dalam memahami integritas laporan keuangan (Bani dan Aisyah, 2019). Ukuran
dalam proses penyusunan laporan keuangan, hal tersebut berpengaruh positif terhadap
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori sinyal (signalling theory) menjelaskan
bahwa teori sinyal adalah isyarat yang diberikan pihak perusahaan bagi pihak pemakai
perusahaan yang dibuktikan dengan besarnya total asset yang dimiliki menandakan
bahwa perusahaan tersebut dalam posisi yang baik, dan sesuai pernyataan Bani dan
Aisyah, (2019) bahwa perusahaan besar memiliki sumber daya yang lebih baik dalam
mengelolah perusahaan termaksuk dalam memahai laporan keuangan, hal ini akan
oleh Fitria Monica dan Cherrya (2018) yang menyatakan ukuran perusahaan tidak
besar perusahaan , maka akan semakin besar pula kesadaran atau keinginan masyarakat
121
perusahaan agar ikut campur dalam pembuatan laporan keuangan dengan tujuan agar
perusahaan tersebut dinilai memiliki laporan keuangan yang baik. Namun pada
kenyataan nya, laporan keuangan tersebut memiliki integritas yang rendah dan tidak
yang dilakukan oleh M.Fajar dan Annisa Nurbaiti (2020), Pradika & Hoesada (2018)
diterima. Nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (5.917>2.319276572) dan dengan nilai
signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari nilai probabilitas yang ditentukan 0,05
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi yang dilakukan dapat dilihat bahwa
nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,211. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
integritas laporan keuangan sebesar 21,1% sisanya 78,9% dijelaskan oleh variabel atau
faktor lainnya.
BAB V
5.1 Kesimpulan
program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 24. Data sampel
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2017-2019. Berdasarkan hasil analisa dan
dengan nilai signifikansi kepemilikan manajerial yang lebih besar dari nilai
123
124
signifikansi komite audit yang lebih kecil dari nilai probabilitas yang telah
dengan nilai signifikansi komisaris independen yang lebih kecil dari nilai
dengan nilai signifikansi ukuran perusahaan yang lebih kecil dari nilai
dibuktikan dengan nilai signifikansi secara keseluruhan yang lebih kecil dari
5.2 Saran
Adjusted R Square dari hasil uji Koefisien Determinasinya sebesar 21,1% yang
berarti masih ada sebesar 78,9% dipengaruhi oleh faktor atau variabel-variabel
laporan keuangan seperti leverage, kualitas audit, audit tenure dan sebagainya
untuk diteliti.
3. Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data perusahaan manufaktur yang
Arista, S. 2018. Pengaruh Struktur Tata Kelola Perusahaan dan Audit Tenure
terhadap Integritas Laporan Keuangan. Akuntabilitas: Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Akuntansi, Vol. 12 No.2, 81.
Astria, Tia. 2011. Analisis Pengaruh Audit Tenure, Struktur Tata Kelola
Perusahaan dan Ukuran KAP terhadap Integritas Laporan Keuangan. E
jurnal. Semarang: Universitas Diponegoro.
126
127
David, 2009. Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.
(https://davidparsaoran.wordpress.com/2009/11/04/skandalmanipulasi-
laporan-keuangan-pt-kimia-farma-tbk/, diakses pada, 06 Maret 2021)
Forum For Corporate governance in Indonesia (FCGI) , 2001. Seri Tata Kelola
Perusahaan (Corporate Governance): Corporate Governance (Tata
Kelola Perusahaan). Jilid 1, Edisi 3, Jakarta.
(https://muhariefeffendi.files.wordpress.com/2009/12/fcgiselfassessme
ntchecklist.pdf, diakses pada 27 Januari 2021)
Gayatri, Ida Ayu Sri dan I Dewa Gede Dharma Suputra. 2013. "Pengaruh
Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap
Integritas Laporan Keuangan". E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana.
Gora, Sagala. 2020. Pengaruh Komite Audit, Reputasi Kap, Dan Leverage
Terhadap Integritas Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015- 2017. Jurnal
Akuntansi dan Perpajakan Indonesia UNIMED. Vol : 8, No : 2, 2020.
Hendriksen, E., & M. Van Brenda. 1992. Teori Akuntansi. (Edisi ke-5).
Homewood, IL: Irwin
Jam’an, Abi. 2019. Aturan Seputar Komisaris Independen & Piercing the
Corporate Veil.
(https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4bf2cc7d1817b/
aturan-seputar-komisaris-independen-ipiercing-the-corporate-veil-i/,
diakses pada 01 Maret 2021)
Jensen, Michael C., dan William H. Meckling. 1976. ”Theory of the Firm:
Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure”.
Journal of Financial Economics. 3(4). Pp. 305-360.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33 / POJK.04 / 2014. 2014. Direksi dan
Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik. Jakarta: Ketua
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.
Sukanto, Widaryanti. 2018. Analisis Pengaruh Ukuran Kap Dan Tata Kelola
Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Jbe Vol. 3 , No.1,
Januari 2018, Pp: 31 – 42.
Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2015. Financial
Accounting IFRS Edition. United States of America: Wiley.
Winarto, yudho. 2019. BEI panggil manajemen Tiga Pilar (AISA) soal laporan
EY pada Jumat ini. (https://investasi.kontan.co.id/news/bei-panggil-
manajemen-tiga-pilar-aisa-soal-laporan-ey-pada-jumat-ini, diakses
pada 22 januari 2021)
Winarto, Yudho. 2019. Investor AISA: Kasus AISA adalah skandal dalam
pasar modal Indonesia. (https://investasi.kontan.co.id/news/investor-
aisa-kasus-aisa-adalah-skandal-dalam-pasar-modal-indonesia, diakses
pada, 06 Maret 2021)
www.idx.co.id
LAMPIRAN
Setelah Outlier
133
134
12 KDSI 2017 3
2018 3
2019 3
13 KICI 2017 3
2018 3
2019 3
14 KINO 2017 3
2018 3
2019 3
15 LION 2017 3
2018 3
2019 3
16 LMPI 2017 2
2018 2
2019 2
17 LMSH 2017 3
2018 3
2019 3
18 MAIN 2017 5
2018 5
2019 5
19 MBTO 2017 2
2018 2
2019 2
20 PBID 2017 3
2018 3
2019 3
21 PICO 2017 3
2018 3
2019 3
22 PRAS 2017 3
2018 3
2019 3
23 PSDN 2017 3
2018 3
2019 3
144
24 SCCO 2017 3
2018 3
2019 3
25 SKBM 2017 3
2018 3
2019 3
26 SRSN 2017 3
2018 3
2019 3
27 TCID 2017 3
2018 3
2019 3
28 TRIS 2017 3
2018 3
2019 3
29 TRST 2017 3
2018 3
2019 3
30 VOKS 2017 3
2018 3
2019 3
31 WIIM 2017 3
2018 3
2019 3
145
2019 2 5 0.400
12 KDSI 2017 2 4 0.500
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
13 KICI 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
14 KINO 2017 2 4 0.500
2018 2 4 0.500
2019 2 4 0.500
15 LION 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
16 LMPI 2017 1 2 0.500
2018 1 2 0.500
2019 1 2 0.500
17 LMSH 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
18 MAIN 2017 3 5 0.600
2018 3 5 0.600
2019 3 5 0.600
19 MBTO 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 2 3 0.667
20 PBID 2017 1 2 0.500
2018 1 2 0.500
2019 1 3 0.333
21 PICO 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
22 PRAS 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
23 PSDN 2017 2 6 0.333
2018 2 6 0.333
147
2019 2 6 0.333
24 SCCO 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
25 SKBM 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
26 SRSN 2017 3 8 0.375
2018 3 8 0.375
2019 2 6 0.333
27 TCID 2017 3 6 0.500
2018 2 5 0.400
2019 2 5 0.400
28 TRIS 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
29 TRST 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
30 VOKS 2017 2 6 0.333
2018 2 6 0.333
2019 2 6 0.333
31 WIIM 2017 1 3 0.333
2018 1 3 0.333
2019 1 3 0.333
148
2019
62
917,390,621,410 9,242,500,000 99.26 0.6246
8 HRTA 2017
298
996,515,466,805 4,605,262,400 216.39 1.3772
2018
306
1,092,723,219,024 4,605,262,400 237.28 1.2896
2019
200
1,211,246,898,396 4,605,262,400 263.01 0.7604
9 INDF 2017
7625
46,756,724,000,000 8,780,426,500 5,325.11 1.4319
2018
745
49,916,800,000,000 8,780,426,500 5,685.01 0.1310
2019
7925
54,202,488,000,000 8,780,426,500 6,173.10 1.2838
10 INDS 2017
1260
2,144,819,000,000 656,249,710 3,268.30 0.3855
2018
2220
2,194,231,835,853 656,249,710 3,343.59 0.6640
2019
2300
2,834,422,741,208 656,249,710 4,319.12 0.5325
11 ISSP 2017
115
2,840,941,000,000 7,185,992,035 395.34 0.2909
2018
84
2,915,416,000,000 7,185,992,035 405.71 0.2070
2019
184
3,098,666,000,000 7,185,992,035 431.21 0.4267
12 KDSI 2017
550
485,539,501,101 405,000,000 1,198.86 0.4588
2018
1000
555,171,029,401 405,000,000 1,370.79 0.7295
2019
1220
608,205,409,017 405,000,000 1,501.74 0.8124
13 KICI 2017
171
91,498,438,996 276,000,000 331.52 0.5158
2018
284
94,649,601,902 276,000,000 342.93 0.8281
2019
202
87,355,039,686 276,000,000 316.50 0.6382
14 KINO 2017
2120
2,055,170,880,109 1,428,571,500 1,438.62 1.4736
2018
2800
2,186,900,126,396 1,428,571,500 1,530.83 1.8291
2019
3430
2,702,862,179,552 1,428,571,500 1,892.00 1.8129
15 LION 2017
765
452,307,088,017 520,160,000 869.55 0.8798
153
2018
680
475,170,562,075 520,160,000 913.51 0.7444
2019
468
468,699,629,730 520,160,000 901.07 0.5194
16 LMPI 2017
167
376,256,327,751 1,008,517,669 373.08 0.4476
2018
144
330,490,664,696 1,008,517,669 327.70 0.4394
2019
89
289,321,381,716 1,008,517,669 286.88 0.3102
17 LMSH 2017
640
129,622,003,077 96,000,000 1,350.23 0.4740
2018
580
132,692,208,290 96,000,000 1,382.21 0.4196
2019
476
113,635,463,887 96,000,000 1,183.70 0.4021
18 MAIN 2017
905
1,637,543,000,000 2,238,750,000 731.45 1.2373
2018
1395
1,896,646,000,000 2,238,750,000 847.19 1.6466
2019
1005
2,028,641,000,000 2,238,750,000 906.15 1.1091
19 MBTO 2017
135
412,742,622,543 1,070,000,000 385.74 0.3500
2018
126
300,499,759,873 1,070,000,000 280.84 0.4487
2019
94
235,171,201,739 1,070,000,000 219.79 0.4277
20 PBID 2017
875
1,319,914,424,000 1,875,000,000 703.95 1.2430
2018
1150
1,544,137,386,000 1,875,000,000 823.54 1.3964
2019
980
1,668,225,498,000 1,875,000,000 889.72 1.1015
21 PICO 2017
226
283,048,886,047 568,375,000 498.00 0.4538
2018
244
299,561,177,628 568,375,000 527.05 0.4630
2019
1.65
301,639,460,401 568,375,000 530.71 0.0031
22 PRAS 2017
220
676,405,303,408 701,043,478 964.85 0.2280
2018
177
688,129,187,985 701,043,478 981.58 0.1803
2019
139
645,724,973,344 701,043,478 921.09 0.1509
154
23 PSDN 2017
256
299,519,909,843 1,440,000,000 208.00 1.2308
2018
192
242,897,129,653 1,440,000,000 168.68 1.1383
2019
153
175,963,488,806 1,440,000,000 122.20 1.2521
24 SCCO 2017
9000
2,728,227,483,994 205,583,400 13,270.66 0.6782
2018
8700
2,910,749,138,067 205,583,400 14,158.48 0.6145
2019
9175
3,141,020,945,591 205,583,400 15,278.57 0.6005
25 SKBM 2017
715
1,023,237,460,399 1,726,003,217 592.84 1.2061
2018
695
1,040,576,552,571 1,726,003,217 602.88 1.1528
2019
410
1,035,820,381,000 1,726,003,217 600.13 0.6832
26 SRSN 2017
50
415,505,899,000 6,020,000,000 69.02 0.7244
2018
63
477,788,016,000 6,020,000,000 79.37 0.7938
2019
68
514,600,563,000 6,020,000,000 85.48 0.7955
27 TCID 2017
17900
1,858,326,336,424 201,066,667 9,242.34 1.9367
2018
15000
1,972,463,165,139 201,066,667 9,810.00 1.5291
2019
11000
2,019,143,817,162 201,066,667 10,042.16 1.0954
28 TRIS 2017
308
356,231,586,783 1,047,587,802 340.05 0.9058
2018
220
356,224,843,978 1,047,587,802 340.04 0.6470
2019
266
660,613,650,580 3,141,443,806 210.29 1.2649
29 TRST 2017
374
1,975,569,497,486 2,808,000,000 703.55 0.5316
2018
400
2,237,384,616,122 2,808,000,000 796.79 0.5020
2019
380
2,174,460,936,275 2,808,000,000 774.38 0.4907
30 VOKS 2017
312
814,122,306,393 4,155,602,595 195.91 1.5926
2018
300
922,629,622,776 4,155,602,595 222.02 1.3512
155
2019
402
1,109,618,181,937 4,155,602,595 267.02 1.5055
31 WIIM 2017
268
978,091,361,111 2,099,873,760 465.79 0.5754
2018
141
1,005,236,802,665 2,099,873,760 478.71 0.2945
2019
168
1,033,170,577,477 2,099,873,760 492.02 0.3415
156
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Integritas Laporan Keuangan 93 .0031 1.9367 .770295 .4457462
Kepemilikan Institusional 93 .0005 .9401 .617560 .2525879
Kepemilikan Manajerial 93 .0000 .8944 .100930 .1689401
Komite Audit 93 2.0000 5.0000 3.000000 .4423259
Komisaris Independen 93 .3330 .6670 .386978 .0836333
Ukuran Perusahaan 93 22.1120 32.2010 27.731280 1.5754149
Valid N (listwise) 93
Sebelum di outlier
Setelah di outlier
158
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Kepemilikan Institusional .623 1.605
Kepemilikan Manajerial .524 1.910
Komite Audit .615 1.625
Komisaris Independen .836 1.196
Ukuran Perusahaan .641 1.559
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
160
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi : Run Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -.01353
Total Cases 93
Number of Runs 31
Z -3.440
a. Median
Sumber: Output SPSS,2021
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -3.350 1.195 -2.804 .006
Kepemilikan Institusional .410 .207 .232 1.980 .051
Kepemilikan Manajerial .220 .338 .083 .650 .517
Komite Audit .338 .119 .335 2.836 .006
Komisaris Independen 1.788 .540 .335 3.312 .001
Ukuran Perusahaan .077 .033 .273 2.359 .021
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
162
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -3.350 1.195 -2.804 .006
Kepemilikan Institusional .410 .207 .232 1.980 .051
Kepemilikan Manajerial .220 .338 .083 .650 .517
Komite Audit .338 .119 .335 2.836 .006
Komisaris Independen 1.788 .540 .335 3.312 .001
Ukuran Perusahaan .077 .033 .273 2.359 .021
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
Sumber; Output SPSS, 2021
Excel
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.639 5 .928 5.917 .000b
Residual 13.641 87 .157
Total 18.279 92
a. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
b. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen,
Komite Audit, Kepemilikan Manajerial
Sumber: Output SPSS, 2021
Excel
Model Summaryb
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .504a .254 .211 .39597
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, Komite
Audit, Kepemilikan Manajerial
b. Dependent Variable: Integritas Laporan Keuangan
Sumber : Output SPSS, 2021
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Guru Laksus Saputra Lumban Tobing
Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Selamat, 25 November 1999
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen
Alamat : Tanjung Selamat Dusun VII Kecamatan Percut Sei Tuan
DATA ORANG TUA
Nama Ayah : Rimhot Lumban Tobing
Pekerjaan : Petani
Nama Ibu : Ermawan Pasaribu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Tanjung Selamat Dusun VII Kecamatan Percut Sei Tuan
RIWAYAT PENDIDIKAN
2017-2021 : Universitas Negeri Medan
2014-2017 : SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan
2011-2014 : SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan
2005-2011 : SD Negeri 108076 Tanjung Selamat
RIWAYAT ORGANISASI
2020-2021 : Generasi Baru Indonesia (GENBI)
2019-2021 : Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMA)
2019-2021 : Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen Protestan (UKMKP)
2018-2021 : Impacting For Our Generation (IFRS)
2016-2017 : Paduan Suara SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan
2015-2016 : OSIS SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan
165