Anda di halaman 1dari 143

PENGARUH PAJAK, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN

KEPEMILIKAN ASING TERHADAP PENETAPAN TRANSFER PRICING (STUDI


EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2018-2020)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh :
ELSA THERESIA VALERY SIMANGUNSONG
NIM : 7183520008

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pajak,

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Kepemilikan Asing terhadap

Penetapan Transfer Pricing (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2018-2020)”.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Akuntansi Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Medan. Dalam penulisan ini, penulis menyadari tidak terlepas dari berbagai

kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikannya. Namun berkat bantuan Yang Maha

Kuasa dan bantuan dari semua pihak serta dengan usaha yang maksimal sesuai

kemampuan penulis, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Secara

khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Bapak J.

Simangunsong dan Ibu N.H Br. Samosir selaku orang tua penulis yang telah memberi

ketulusan doa, dukungan, motivasi, serta kasih sayang dan pengorbanan kepada

penulis selama masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

pihak yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Syamsul Gultom SKM.,M.Kes., selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

iv
2. Bapak Prof. Indra Maipita, M.Si., Ph.D, selaku Dekan Fakultass Ekonomi

Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Dr. Azizul Kholis, S.E., M.Si., CMA selaku wakil Dekan II Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Medan.

5. Bapak Drs. Tauda Silalahi, M.Pd selaku Wakil dekan III Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Medan.

6. Ibu Yulita Triadiarti, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Universitas Negeri Medan.

7. Bapak Ramdhansyah, S.E., M.Acc., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

Universitas Negeri Medan.

8. Bapak Taufik Hidayat, SE., M.Si., selaku Ketua Prodi Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Medan.

9. Ibu Lili Wardani Harahap. S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing Akademik

Penulis.

10. Ibu Akmal Huda Nasution, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi

Penulis yang telah memberikan kritik, saran, arahan dan perbaikan yang

membangun guna penyempurnaan isi dalam skripsi ini.

11. Bapak Drs. La Ane, M.Si., selaku Dosen Penguji Penulis yang telah memberikan

kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

v
12. Bapak Drs. Jihen Ginting, M.Si., AK., CA., selaku Dosen Penguji Penulis yang

telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

13. Ibu Erny Luxy Purba. S.E., M.Si., selaku Dosen Penguji Penulis yang telah

memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

14. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan selama penulis menempuh perkuliahan.

15. Seluruh Staf Fakultas Ekonomi, khususnya Jurusan Akuntansi Universitas

Negeri Medan yang telah banyak membantu.

16. Keluarga Penulis, yang selalu memberi dukungan selama perkuliahan sampai

penyusunan skripsi ini.

17. Teman – Teman Seperjuangan (Jepara Squad) dan Keluarga besar Akt C-2018

18. Dedikasi tertinggi untuk Elsa Theresia Valery Simangunsong.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran dari para pembaca untuk

penyempurnaan skripsi ini, serta penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

yang membacanya.

Medan, Juni 2022

Elsa Theresia Simangunsong

vi
ABSTRAK

Elsa Theresia Valery Simangunsong, NIM 7183520008, Pengaruh Pajak,


Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Kepemilikan Asing terhadap
Penetapan Transfer pricing (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2018-2020). Skripsi, Jurusan Akuntansi
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan.
Permasalah dalam penelitian ini adalah transfer pricing, yaitu kebijakan harga
untuk penyerahan barang ataupun jasa antar departemen yang dirancang untuk
mengukur kemampuan setiap divisi ataupun dapartemen dalam menyesuaikan harga
internal pada suatu barang, jasa, serta aset tidak berwujud yang diperjualbelikan agar
tidak menyebabkan harga menjadi terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Namun dalam
prakteknya, dengan pesatnya perkembangan ICT dan arus globalisasi, transfer
pricing merupakan upaya perancangan pajak perusahaan yang bertujuan
meminimalisir tanggungan pajak yang harus dibayarkan dengan cara direkayasanya
harga transfer antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa istimewa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pajak,
ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing terhadap penetapan
transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang terdafar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2018-2020.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia tahun 2018-2020. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah
dengan metode purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 16 perusahan.
Periode yang terdapat pada penelitian ini yaitu sebanyak 3 tahun yaitu 2018- 2020
sehingga data penelitian berjumlah 48. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan mengunduh laporan keuangan dari situs www.idx.co.id atau situs
website resmi perusahaan yang diteliti. Teknik analisis data penelitian ini terdiri dari
analisis statistik deskriptif, analisis regresi logistik dan uji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pajak dan ukuran perusahaan,
serta tingginya tingkat profitabilitas dan leverage tidak mempengaruhi perusahaan
untuk mempertimbangkan apakah perusahaan akan memilih untuk menetapkan atau
tidak menetapkan transfer pricing. Kepemilikan asing memiliki pengaruh negatif
terhadap transfer pricing dimana semakun tinggi kepemilikan asing suatu perusahaan
maka semakin menurun keputusan perusahaan untuk menetapkan transfer pricing.
Kesimpulan penelitian ini adalah kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap
penetapan transfer pricing sedangkan pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap penetapan transfer pricing.
Kata Kunci: Pajak, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Kepemilikan
Asing, Transfer pricing

vii
ABSTRACT

Elsa Theresia Valery Simangunsong, NIM 7183520008, The Effect of Taxes,


Firm Size, Profitability, Leverage and Foreign Ownership on Transfer pricing in
Manufacturing Companies on the Indonesia Stock Exchange (IDX) 2018-2020.
Thesis, Department of Accounting, Accounting Study Program, Faculty of
Economics, State University of Medan.
The problem in this study is transfer pricing, which is a price policy for the
delivery of goods or services between departments which is designed to measure the
ability of each division or department to adjust internal prices for goods, services,
and intangible assets traded so as not to cause prices to be too low or too high.
However, in practice, with the rapid development of ICT and the flow of
globalization, transfer pricing is an effort to design corporate taxes that aim to
minimize the tax burden that must be paid by engineering transfer prices between
companies that have special relationships. The purpose of this study was to determine
and analyze the effect of tax, firm size, profitability, leverage and foreign ownership
on transfer pricing determination in manufacturing companies listed on the Indonesia
Stock Exchange (IDX) in 2018-2020.
The population in this study are all manufacturing companies on the Indonesia
Stock Exchange in 2018-2020. The data collection technique used is purposive
sampling method, with a total sample of 16 companies. The period contained in this
study is 3 years, namely 2018-2020 so that the research data is 48. The data
collection technique used is to download financial reports from the www.idx.co.id site
or the official website of the company under study. The data analysis technique of this
research consisted of descriptive statistical analysis, logistic regression analysis and
hypothesis testing.
The results showed that the amount of tax and the size of the company, as well
as the level of profitability and leverage do not affect the company to consider
whether the company will choose to set or not set transfer pricing. Foreign ownership
has a negative influence on transfer pricing where the higher the foreign ownership
of the company, the lower the company's decision to set transfer pricing. The
conclusion of this study is that foreign ownership has a significant effect on transfer
pricing, while taxes, firm size, profitability, leverage have no significant effect on
transfer pricing.
Keywords: Tax, Firm Size, Profitability, Leverage, Foreign Ownership, Transfer
pricing

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN................................................ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.........................................................iii

KATA PENGANTAR................................................................................................iv

ABSTRAK.................................................................................................................vii

DAFTAR ISI..............................................................................................................ix

DAFTAR TABEL.....................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah..........................................................................................11

1.3 Pembatasan Masalah.........................................................................................12

1.4 Rumusan Masalah.............................................................................................12

1.5 Tujuan Penelitian...............................................................................................13

1.6 Manfaat Penelitian.............................................................................................15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................16

2.1 Kerangka Teori..................................................................................................16

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)...............................................................16

2.1.2 Transfer Pricing.........................................................................................19

ix
2.1.3 Pajak...........................................................................................................35

2.1.4 Ukuran Perusahaan.....................................................................................38

2.1.5 Profitabilitas...............................................................................................41

2.1.7 Leverage.....................................................................................................46

2.1.8 Kepemilikan Asing.....................................................................................49

2.2 Penelitian Terdahulu..........................................................................................51

2.3 Kerangka Berpikir.............................................................................................54

2.4 Hipotesis............................................................................................................60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................61

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitan..............................................................................61

3.2 Populasi dan Sampel..........................................................................................61

3.3 Jenis dan Sumber Data......................................................................................62

3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional...................................................62

3.4.1 Variabel Penelitian.....................................................................................62

3.4.2 Defenisi Operasional..................................................................................63

3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................................66

3.6 Teknik Analisis Data.........................................................................................67

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif........................................................................67

3.6.2 Analisis Regresi Logistik...........................................................................67

3.6.3 Pengujian Hipotesis....................................................................................70

3.6.4 Model Regresi Logistik yang Terbentuk....................................................71

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................72

4.1 Hasil Penelitian..................................................................................................72

x
4.1.1 Gambaran Umum Penelitian......................................................................72

4.1.2 Analisis Data..............................................................................................73

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian.............................................................................86

4.2.1 Pengaruh Pajak Terhadap Penetapan Transfer Pricing..............................86

4.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Penetapan Transfer Pricing.......88

4.2.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Penetapan Transfer Pricing..................90

4.2.4 Pengaruh Leverage Terhadap Penetapan Transfer Pricing........................92

4.2.5 Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Penetapan Transfer Pricing.......94


4.2.6 Pengaruh Pajak, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan
Kepemilikan Asing Terhadap Penetapan Transfer Pricing.......................97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................98

5.1 Kesimpulan........................................................................................................98

5.2 Saran..................................................................................................................99

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................100

LAMPIRAN.............................................................................................................104

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Perhitungan Pajak dari Transaksi Afiliasi..................................................31

2.2 Perhitungan Pajak dari Manipulasi Transfer Pricing.................................32

2.3 Penelitian Terdahulu...................................................................................51

3.1 Variabel Peneltian dan Pengukuran Variabel.............................................66

4.1 Penentuan Jumlah Sampel..........................................................................72

4.2 Perusahaan Sampel.....................................................................................73

4.3 Statistik Frekuensi......................................................................................74

4.4 Statistik Frekuensi Variabel Transfer Pricing ...........................................74

4.5 Statistik Deskriptif .....................................................................................75

4.6 Likelihood Block 0.....................................................................................77

4.7 Likelihood Block 1.....................................................................................78

4.8 Hosmer and Lemeshow Test......................................................................79

4.9 Negelkerke R Square..................................................................................80

4.10 Classification Table....................................................................................81

4.11 Uji SIgnifikan Model Secara Simultan......................................................82

4.12 Uji Signifikan Secara Parsial..................................................................... 83

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Transaksi Afiliasi........................................................................................31

2.2 Manipulasi Transfer Pricing.......................................................................32

2.3 Kerangka Berpikir.......................................................................................59

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal
A. Hasil Tabulasi Data.......................................................................................104
A.1 Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel.....................................................105
A.2 Perhitungan Transfer Pricing........................................................................105
A.3 Perhitungan Pajak..........................................................................................106
A.4 Perhitungan Ukuran Perusahaan....................................................................108
A.5 Perhitungan Profitabilitas..............................................................................110
A.6 Perhitungan Leverage....................................................................................112
A.7 Perhitungan Kepemilikan Asing ...................................................................114

B. Hasil Pengujian Data.....................................................................................116


B.1 Tabel Statistik Frekuensi ..............................................................................117
B.2 Hasil Pengujian Data Statistik Deskriptif......................................................117
B.3 Hasil Pengujian Regresi Logistik..................................................................118

C. Berkas Administratif .....................................................................................121


C.1 Permohonan Judul Skripsi ............................................................................122
C.2 Nota Tugas ....................................................................................................123
C.3 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian.................................124
C.4 Surat Keterangan Bebas Pustaka....................................................................125
C.5 Surat Keterangan Bebas Plagiat Skripsi.........................................................126
C.6 Daftar Riwayat Hidup...................................................................................127

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Globalisasi ekonomi telah memasuki dimensi ekonomi dunia yang baru

dan kian lama memberikan pengaruh yang besar terhadap transaksi internasional.

Saat ini, untuk menjalankan praktik bisnis baik praktik dalam negeri ataupun

praktik luar negeri, perusahaan tidak lepas dari transaksi jual beli dengan pihak

terkait. Nilai perdagangan dunia lebih dari 60 persen berasal dari transaksi intra-

grup dimana perhitungan harga, keuntungan (laba), ketentuan perdagangan,

pendanaan, serta pelaksanaan dari usaha ditetapkan dari transfer pricing.

Transfer pricing merupakan salah satu aturan internasional karena

keterlibatannya dalam transaksi intra-grup yang terus mendominasi perdagangan

internasional saat ini (Guvemli et al., 2017; Beebeejaun, 2018).

Umumnya transfer pricing yaitu sebuah kebijakan perusahaan untuk

menetapkan biaya transfer dalam suatu transaksi baik itu berupa barang, jasa,

aset yang tak berwujud, maupun transaksi keuangan antara anggota divisi pada

sebuah perusahaan ataupun antara anggota divisi antar dua buah perusahaan baik

yang berada di dalam negeri ataupun yang berada di luar negeri. Dalam akuntansi

manajerial, penentuan transfer pricing dikenal dengan kebijakan harga untuk

penyerahan barang ataupun jasa antar departemen yang dirancang untuk

mengukur kemampuan setiap divisi ataupun dapartemen dalam menyesuaikan

1
2

harga internal pada suatu barang, jasa, serta aset tidak berwujud yang

diperjualbelikan agar tidak menyebabkan harga menjadi terlalu rendah ataupun

terlalu tinggi. Namun dalam prakteknya, dengan pesatnya perkembangan ICT

dan arus globalisasi, transfer pricing merupakan upaya perancangan pajak

perusahaan yang bertujuan meminimalisir tanggungan pajak yang harus

dibayarkan dengan cara direkayasanya harga transfer antar perusahaan yang

mempunyai hubungan istimewa istimewa.

Awal dari praktik transfer pricing adalah transaksi intra-perusahaan yang

melibatkan penjualan atau penyerahan barang berwujud dan tidak berwujud

antara perusahaan di dua atau lebih negara. Produksi yang terus menerus di

seluruh negara seiring dengan perkembangan zaman semakin mempercepat

pertumbuhan perdagangan intra-perusahaan yang mengarah ke penetapan harga

transfer atas barang berwujud sebagai alat perusahaan multinasional guna

memindahkan pendapatan ke negara yang berpajak minim sehingga perbedaan

tarif pajak menghasilkan manipulasi harga transfer. Namun, karena kurangnya

alat, ahli dan peraturan, wajib pajak sering memenangkan pemeriksaan transfer

pricing di pengadilan pajak menyebabkan perushaan multinasional kian

terdorong dalam menerapkan transfer pricing (Jalika, 2014). Pada perusahaan

multinasional, transfer pricing sering digunakan dalam penghindaran pajak

dengan melambungkan harga beli kemudian menurunkan kembali harga jual

yang menyimpang dari harga pasar. Metode lain yang dilakukan oleh perusahaan
3

ialah dengan melakukan manipulasi laba dari suatu perusahaan pusat pada anak

perusahaan yang memiliki tarif pajak rendah sehingga besarnya pajak yang

harusnya ditanggung perusahaan akan mempengaruhi tingginya dorongan

perusahaan dalam menetapkan transfer pricing guna menekan jumlah

tanggungan pajak tersebut.

Transfer pricing dapat menyebabkan peluang penyalahgunaan bagi

perusahaan yang ingin memperoleh laba tinggi. Praktek transfer pricing yang

semula bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan telah berubah

menjadi praktek yang buruk dimana perusahaan salah menetapkan praktik

transfer pricing melalui manipulasi penghasilan untuk menghindari pajak.

Transfer pricing merupakan isu yang menjadi perhatian utama otoritas pajak di

berbagai belahan dunia saat ini. Dalam laporan yang diterbitkan Organization for

Economic Co-operation and Development pada 2020, tren sengketa pajak terkait

transfer pricing semakin meningkat. Pada 2019 jumlah kasus baru sengketa

transfer pricing meningkat sebesar 11%. Jumlah kasus tetap tinggi di tahun 2020

meskipun ada pandemi Covid-19. Maka dari itu, pada saat menjalani skema

menghindar dari pajak, pemerintah pada negara tertentu mempublikasikan

ketentuan khusus dan umum untuk mencegah penghindaran pajak sehingga dapat

menduga transaksi yang ditujukan guna menghindari pajak.

Peraturan Perpajakan di Indonesia yang mengatur mengenai transfer

pricing tertuang pada Permenkeu Nomor 213/PMK.03/2016 yang isinya hal-hal


4

terkait jenis dokumen serta keterangan tambahan yang harus disimpan oleh pihak

wajib pajak yang melaksanakan transaksi bersama pihak yang memiliki

hubungan istimewa serta cara mengelolanya. Selain itu, transfer pricing di

Indonesia juga diatur pada Pasal 18 UU No. 36 Tahun 2008 mengenai pajak

penghasilan yang mencakup akan penjelasan dari hubungan istimewa, wewenang

menetapkan perbandingan antara utang dengan modal, serta wewenang dalam

melaksanakan perbaikan pada transaksi yang tak arm’s leght (wajar). Peraturan

yang membahas secara lebih mendetail perihal transfer pricing terdapat pada

Peraturan Dirjen Pajak No. 32 Tahun 2011 mengenai penerapan prinsip

kewajaran serta kelaziman (arm’s lenght principle) pada transaksi yang

dilaksanakan oleh wajib pajak bersama pihak yang memiliki hubungan istimewa.

Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi penetapan transfer

pricing antara lain pajak, ukuran dari suatu perusahaan, profitabilitas, leverage

dan kepemilikan asing. Pajak merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam

pembangunan negara maupun penyelenggaraan negara. Membayar pajak

merupakan tanggung jawab masyarakat kepada negara. Kontribusi pajak dari

wajib pajak, orang pribadi, dan badan/perusahaan merupakan sumber pemasukan

keuangan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, properti publik, dan

layanan publik lainnya guna mendotong pertumbuhan ekonomi. Transfer pricing

dapat mengakibatkan turunnya atau menghilangnya potensi penerimaan pajak

dalam sebuah negara dimana perusahaan berupaya untuk meminimalkan


5

keuntungan perusahaan yang merupakan pajak utama yang dikenakan

pemerintah (Daniel et al, 2016). Kian besarnya pajak yang harus perusahaan

tanggung, menyebabkan kian tinggi pula dorongan perusahaan guna

mengaplikasikan transfer pricing untuk upaya mengendalikan jumlah

tanggungan pajak tersebut (Yuniasih et al., 2012). Maka dari itu pajak

berpengaruh terhadap praktik transfer pricing bagi perusahaan.

Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti terdahulu akan

tetapi masih didapati sejumlah dismilaritas terhadap hasilnya. Hasil akhir

penelitian yang dilakukan oleh Refgia (2017), Khotimah (2018) serta Anisyah

(2018) menyatakan bahwa beban pajak memiliki pengaruh terhadap keputusan

penetapan transfer pricing. Sebaliknya penelitian yang dilaksanakan oleh

Melmusi (2016), Rosa et al. (2017 ), Fauziah serta Saebani (2018) menyatakan

pajak memiliki pengaruh negatif pada penetapan transfer pricing. Sedangkan

penelitian dari Mispiyanti (2015) mengatakan kalau pajak tidak memiliki

pengaruh terhadap penetapan transfer pricing.

Selain pajak, praktik transfer pricing juga dapat dipengaruhi oleh ukuran

dari suatu perusahaan. Lazimnya, ukuran merupakan sebuah perrbandingan besar

ataupun kecilnya sebuah objek, artinya ukuran dari suatu perusahaan bisa

dimaksudkan sebagai sebuah perbandingan baik itu besar ataupun kecilnya suatu

usaha dari sebuah perusahaan yang bisa diilustrasikan dengan total dari aktiva,

total dari penjualan, rata-rata dari penjualan aset serta rata-rata dari total aktiva
6

sebuah perusahaan. Perusahaan dengan skala yang besar secara optimal akan

memengaruhi keuntungan suatu perusahaan apabila dilakukan perbandingan

dengan perusahaan dengan skala yang kecil, maka dari itu perusahaan dengan

skala besar akan condong melakukan manajemen laba sebab perusahaan tersebut

dianggap mempunyai sistem manajemen yang rumit serta keuntungannya

tergolong lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan pajak terutang pada suatu

perusahaan pun akan terus meninggi. Karena hal tersebut, manajer di suatu

perusahaan condong akan memakai suatu cara guna meminimalisir pajak dengan

praktek transfer pricing.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Richardson, et al (2013) menyatakan

bahwa ukuran dari suatu perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap

keputusan melaksanakan transfer pricing. Perihal sejalan diungkapkan pula

dalam penelitian yang dilaksanakan oleh Marisa (2017) dan Ananta (2018)

dimana ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif pada transfer pricing.

Sedangkan penelitian yang dilaksanakan Suprianto serta Pratiwi (2017)

menunjukan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh positif terhadap

penetapan transfer pricing, perusahaan yang tergolong lebih besar pun kurang

mempunyai dorongan melaksanakan perataan laba jika dilakukan perbandingan

dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil lainnya.

Terdapat faktor lainnya yang memengaruhi suatu perusahaan pada saat

menerapkan transfer pricing adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan salah


7

satu penunjuk sebuah kinerja yang diterapkan manajemen pada saat melakukan

pengelolaan kekayaan pada perusahaan yang dibuktikan dengan cara realisasi

keuntungan. Adapun pendapat Kasmir (2013) daya laba atau yang kerap disebut

profitabilitas yaitu rasio penilaian kompetensi sebuah perusahaan dalam mencari

laba. Maka pada saat mengukur efesiensi laba suatu perusahaan dapat

menggunakan rasio profitabilitas. Tingkat profitabilitas yang semakin tinggi

dalam suatu perusahaan menyebabkan semakin tinggi pula terjadinya pergeseran

laba sehingga dugaan perusahaan melaksanakan praktek transfer pricing juga

semakin tinggi. Laba yang diprediksi tinggi akan mengakibatkan pembayaran

pajak yang dibayarkan menjadi tinggi sehingga membuat para pelaku ekonomi

memperlakukan profitabilitas agar dapat menekan beban pajak yang dibayarkan

seiring penghasilan meningkat. Dalam hal ini, para pelaku ekonomi diduga

mampu menetapkan kebijakan transfer pricing dengan anak perusahaan di

sejumlah negara yang mempunyai pajak yang rendah untuk mengurangi beban

daripada pajak.

Cahyadi serta Noviari (2018) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan positif antara profitabilitas dan transfer pricing. Hal tersebut searah

dengan penelitian yang dilaksanakan oleh (Pradipta dengan Supriyadi, 2015)

serta (Richardson, Taylor, serta Lanis, 2013) dimana kian besarnya pendapatan

yang dihasilkan perusahaan tersebut memiliki pengaruh positif terhadap jumlah


8

pajak penghasilan yang wajib dilunasi sehinnga dapat meningkatkan peluang

dilakukannya transfer pricing.

Leverage juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi transfer

pricing. Leverage adalah rasio untuk melakukan pengukuran kemampuan suatu

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Leverage

memperlihatkan jumlah hutang yang dipakai guna mendanai aset dari perusahaan

tersebut. Perusahaan multinasional lazimnya mendanai anggota dari

kelompoknya dengan cara mentransfer sejumlah utang dan/atau modal.

Perusahaan yang melaksanakan pendanaan menggunakan utang mengakibatkan

timbulnya bunga yang wajib dilunasi, kian besarnya utang mengakibatkan kian

besar pula biaya dari bunga yang harus ditanggung oleh perusahaan tersebut.

Dari besarnya biaya bunga tersebut bisa menjadi dampak berkurangnya beban

akan pajak (Surya, 2016). Terdapat kemungkinan kalau leverage bisa bertindak

selaku pengganti dari transfer pricing untuk meraih peringanan kewajiban dari

pajak perusahaan multinasional. Tingkat leverage suatu perusahaan yang

semakin tinggi, mengakibatkan tinggi pula kemungkinan suatu perusahaan

melaksanakan transfer pricing yaitu dengan cara mengakuisisi hutang anggota

dari kelompoknya yang ada di lokasi dengan pajak yang tergolong rendah

(Cahyadi & Noviari, 2018).

Hasil penelitian Cahyadi dan Noviari (2018), Pratiwi (2018) membuktikan

kalau leverage memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap transfer


9

pricing, artinya kian besarnya leverage dari sebuah perusahaan mengakibatkan

kian besar juga keinginan perusahaan tersebut menerapkan transfer pricing.

Disisi lain penelitian yang dilaksanakan Putri (2016), Nisa (2018) membuktikan

kalau leverage tidak memiliki pengaruh pada sebuah keputusan perusahaan

dalam melaksanakan transfer pricing.

Perusahaan multinasional merupakan suatu perusahaan yang kedudukannya

berada di negara asalnya tapi mempunyai cabang ataupun anak dari perusahaan

di sejumlah negara bagian yang ada di dunia, sehingga mennjadi akar mulanya

penanaman modal asing secara langsung yang tentu saja investasinya sangat

didominasi oleh kepemilikan asing. Kepemilikan asing adalah kepemilikan

saham oleh individual ataupun lembaga asing (Refgia, 2017). Semakin tinggi

kepemilikan asing sebuah perusahaan, maka semakin besar kekuatan dari

pemegang saham pengendali asing yang memengaruhi dalam mengambil suatu

putusan oleh perusahaan guna membuat untung dirinya sendiri serta strategi

penetuan harga serta besarnya transfer pricing pada transaksi (Sari, 2013).

Sebagaimana PSAK No.15 (revisi 2013) pemegang saham pengendali yaitu

entitas yang mempunyai 20% atau lebih saham baik secara langsung maupun

tidak langsung sehingga kepemilikan asing memiliki potensi dalam memengaruhi

dilakukannya transfer pricing.

Pada penelitian yang terdahulu oleh (Akbar, 2015) serta (sustomo, 2017)

sudah membuktikan kalau kepemilikan asing secara positif memengaruhi


10

transfer pricing. Demikian pula dengan penelitian dari (Yulia et al., 2019) yang

membuktikan kepemlikan asing memengaruhi diterapkannya transfer pricing

pada perusahaan manufaktur yang tercatat pada BEI periode 2013 hingga 2017.

Sedangkan Penelitian Tiwa et al. (2017) membuktikan kalau kepemilikan asing

tidak berdampak secara positif pada transfer pricing sebab presentasi

kepemilikan asing pada sebuah perusahaan bukanlah menjadi standar pada

keinginan perusahaan mengimplementasikan transfer pricing. Penelitian oleh

Putri (2016 juga menunjukan kalau kepemilikan ssing tidak memiliki pengaruh

secara positif pada penerapan transfer pricing.

Perbedaan peneltian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya dapat

dilihat dari variabel-variabel bebas yang dimiliki oleh penelitian ini. Dalam

penelitian menggunakan 5 variabel bebas yaitu pajak, ukuran suatu perusahaan,

profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing. Selain itu, objek peneltian ini

yaitu perusahaan bidang manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) dengan menggunakan rentang data 3 tahun yaitu tahun 2018–2020. Dalam

memilih perusahaan bidang manufaktur selaku objek penelitian ini didasarkan

peninjauan yang menunjukkan perusahaan-perusahaan itu mempunyai dampak

yang lumayan besar terhadap dinamika perniagaan di BEI sehingga dapat

memberikan gambaran mengenai keadaan perusahaan-perusahaan publik yang

berada di Indonesia. Perusahaan manufaktur kini sudah mempunyai anak

perusahaan, serta hubungan istimewa dengan perusahaan yang berada di luar


11

negeri, dengan demikian dapat menunjukkan adanya hubungan istimewa dimana

transfer pricing terjadi pada perusahaan yang memiliki hubungan istimewa.

Sebagaimana latar belakang yang telah dijabarkan diatas, membuat peneliti

merasa tertarik untuk melaksanakan suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh

Pajak, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Kepemilikan Asing

Terhadap Penetapan Transfer pricing (Studi Empiris Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2020)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ada, sehingga masalah penelitian

dapat identifikasi sebagai berikut :

1. Adanya penerapan praktek transfer pricing yang salah pada perusahaan-

perusahaan multinasional melalui manipulasi penghasilan untuk

menghindari pajak.

2. Jumlah kasus sengketa pajak terkait transfer pricing semakin meningkat tiap

tahunnya.

3. Besar kecilnya beban pajak berpengaruh secara signifikan terhadap

keputusan perusahaan dalam penetapan transfer pricing.

4. Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan

perusahaan dalam penetapan transfer pricing.

5. Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan

dalam penetapan transfer pricing.


12

6. Leverage berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan

dalam penetapan transfer pricing.

7. Kepemilikan asing berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan

perusahaan dalam penetapan transfer pricing.

8. Pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing

berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam

penetapan transfer pricing.

1.3 Pembatasan Masalah

Sebagaimana latar belakang serta identifikasi masalah yang sudah

dijabarkan, sehingga pembatasan masalah pada penelitian ini yaitu pengaruh

variabel pajak, ukuran perusahaan, profitabiitas, leverage dan kepemilikan asing

terhadap penetapan transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2018-2020.

1.4 Rumusan Masalah

Sebagaimana uraian yang sudah dikemukan diatas, sehingga rumusan

masalah yang akan dikaji pada penelitian kali ini adalah seperti dibawah ini:

1. Apakah pajak berpengaruh signifikan terhadap penetapan transfer pricing

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2018-2020 ?
13

2. Apakah ukuran perusahaan signifikan berpengaruh terhadap penetapan

transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2018-2020 ?

3. Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap penetapan transfer

pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) tahun 2018-2020 ?

4. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap penetapan transfer pricing

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2018-2020 ?

5. Apakah kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap penetapan

transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2018-2020 ?

6. Apakah pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan kepemilikan

asing berpengaruh signifikan terhadap penetapan transfer pricing pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

2018-2020?

1.5 Tujuan Penelitian

Sebagaimana rumusan masalah yang sudah dirumuskan sebelumnya, tujuan

dilaksanakan penelitian ini yaitu :


14

1. Untuk memperoleh bukti empiris apakah pajak berpengaruh signifikan

terhadap penetapan transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020.

2. Untuk memperoleh bukti empiris apakah ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap penetapan transfer pricing pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020.

3. Untuk memperoleh bukti empiris apakah profitabilitas berpengaruh

signifikan terhadap penetapan transfer pricing pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020.

4. Untuk memperoleh bukti empiris apakah leverage berpengaruh signifikan

terhadap penetapan transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020.

5. Untuk memperoleh bukti empiris apakah kepemilikan asing berpengaruh

signifikan terhadap penetapan transfer pricing pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020.

6. Untuk memperoleh bukti empiris apakah pajak, ukuran perusahaan,

profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing berpengaruh signifikan

terhadap penetapan transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020.


15

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

Merepresentasikan kepada pemerintah, analisis laporan keuangan,

manajemen suatu perusahaan serta investor ataupun kreditor mengenai

bagaimana pengaruh pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan

kepemilikan asing terhadap penetapan transfer pricing.

2. Manfaat Teoritis dan Akademis

Meningkatkan ilmu pengetahuan maupun wawasan perihal dampak pajak,

ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage serta kepemilikan asing pada

transfer pricing dan juga memperluas pengetahuan yang dapat digunakan

sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam melakukan

penelitian dengan kajian yang serupa di masa depan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Penafsiran konsep transfer pricing dalam penelitian kali ini mengadopsi

pendekatan teori keagenan, yaitu teori mengenai hubungan ataupun kontrak

antara anggota suatu perusahaan, khususnya pemilik (principal) bersama

manajemennya (agent). Teori keagenan (agency theory) menafsirkan hubungan

yang kontraktual antara satu individu ataupun lebih (principal) dengan agent

dalam pelaksanaan suatu jasa serta melibatkan pendelegasian wewenang

pengambiil keputusan kepada seorang agent tesebut: “agency relationship as a

contract under which one or more person (the principals) engage another

person (the agent) to perform some service on their behalf which involves

delegating some decision making authority to the agent” (Jensen dengan

Meckling, 1976). Dalam hal ini, principal memberikan kewewenangan kepada

seorang agent dalam menentukan suatu putusan secara tepat untuk prinsipal

dimana pihak dari agen tersebut yaitu manajer perusahaan (direksi) yang

mengambil tindakan selaku pengambil putusan serta pihak dari prinsipal, ialah

pemilik ataupun pemegang saham perusahaan yang melakukan evaluasi akan

informasi ataupun melakukan pengelolaan operasional dari perusahaan tersebut.

16
17

Jadi, seorang agen memiliki kewajiban moral untuk melakukan pertanggung-

jawaban mandat yang dilimpahkan oleh prinsipal kepadanya.

Dengan berkembangnya perusahaan menjadi semakin besar

mengakibatkan terjadinya permasalahan antara pemilik atau pemegang saham

(principal) dengan manajemen (agent) karena terdapat perbedaan tujuan yang

dimiliki manajemen dengan pemegang saham yang dimana manajer cenderung

mengutamakan laba untuk perusahaannya sendiri daripada memaksimalkan

kesejahteraan pemegang saham. Hubungan prinsipal dengan agen bisa

menyebabkan situasi tidak seimbangannya informasi (asymmetrical

information) sebab agen selaku manajemen mempunyai banyak informasi

mengenai perusahaan daripada prinsipal, maka agent akan terdorong

merahasiakan sejumlah informasi yang tak diketahui prinsipal yang bisa

memengaruhi angka-angka akuntansi yang tersajikan pada laporan finansial

dengan metode dikelolanya pendapatan.

Ahmad dengan Sepriani (2008) pada penelitiannya menjelaskan bahwa

terdapat sejumlah penyebab dari permasalahan keagena, ialah penggunaan arus

kas bebas (free cash flow) dalam kegiatan yang tak profitabel, meningkatkan

kekuasan dari manajer pada saat melaksanakan investasi berlebihan, serta

consumption of excessive perquisites ataupun karena perbedaan dari putusan

investasi antara investor dan manajer (Bhatala et al., 1994). Menurut pendapat

Colgan (2011) sejumlah faktor yang mengakibatkan timbulnya permasalahan


18

keagenan, ialah risiko moral (moral hazard), penahanan pendapatan (earnings

retention), horison waktu serta menghindari manajerial waktu.

Dalam memecahkan konflik keagenan, ada cara-cara langsung yang dapat

digunakan pemegang saham (shareholders) yaitu :

1. Pemegang saham memiliki hak guna memengaruhi jalannya perusahaan

dengan cara pemungutan suara pada rapat umum pemegang saham, dimana

hak pemungutan suara pemegang saham yaitu elemente penting dari asset

finansial.

2. Pemegang saham melakukan putusan dengan memberikan tekanan kepada

manajer (mewakili perusahaan) perihal sejumlah desas-desus yang tak

memuaskan bagi mereka.

3. Pemegang saham memiliki opsi divestasi (melakukan penjualan saham

mereka), divestasi mendeskripsikan sebuah ketidakberhasilan sebuah

perusahaan guna melindungi investornya, yang dimana divestasi tersebut

disebabkan oleh adanya sifat tidak puas terhadap kegiatan manajer

(Warsono, 2009).

Hubungan antara teori keagenan dan transfer pricing didasarkan pada

asumsi bahwa setiap manusia akan condong berfokus kepada kepentingannya

sendiri, karena itu sejumlah permasalahan keagenan timbul sebab adanya pihak-

pihak dengan kepentingan yang berbeda tetapi bekerjasama dalam pembagian

tugas yang berbeda. Permasalahan keagenan bisa menimbulkan kerugian bagi


19

prinsipal yang tak terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan, membuat

prinsipal hanya mempunyai akses informasi yang sangat terbatas. Kewenangan

untuk melakukan pengelolaan aktiva perusahaan yang dilimpahkan oleh

prinsipal kepada agen menyebabkan agen mengabaikan kepentingan pemegang

saham sehingga mendorongnya untuk melakukan transfer pricing yang

bertujuan mengurangi beban pajak yang seharusnya dilunasi. Maka dari itu,

dengan adanya teori keagenan ini, permasalahan mengenai kepentingan yang

berbeda antara prinsipal dengan agen diharapkan mampu diminimalisir serta

diperlukannya pengendalian secara tepat agar dapat menyesuaikan perbedaan

kepentingan tersebut.

2.1.2 Transfer Pricing

2.1.2.1 Pengertian Transfer Pricing

Transfer pricing adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

suatu kebijakan harga antar perusahaan yang terikat dengan transaksi antar

entitas bisnis terkait, yang mencakup transfer kekayaan intelektual, barang

yang berwujud, jasa, serta kredit ataupun transaksi pembiayaan yang lain

(Holtzman & Nagel, 2014).

OECD (Organization for Economic Co-operation dan Development),

transfer pricing adalah: “Price at which a company undertakes any

transactionswith associated enterprise. When a company transfer goods,


20

intangible property or services to a related company, the prices charged is

defined as a transfer price.”

Transfer pricing juga dikenal sebagai intracompany pricing,

intercorporate pricing, interdivisional ataupun internal pricing yaitu harga

yang diperhitungkan guna mengendalikan manajemen akan transfer barang

serta jasa antar anggota (grup perusahaan) (Desriana, 2012). Sedangkan

menurut pendapat Plasschaet, transfer pricing yaitu manipulasi harga secara

sistemik yang bertujuan untuk mengurangi keuntungan yang artificial dan

membuat suatu perusahaan tampak sedang rugi, sehingga menghindari pajak

ataupun bea yang sebagaimana mestinya dipungut oleh suatu negara.

Manipulasi tersebut dapat mengambil keuntungan dari tarif pajak suatu

negara dengan cara menggeserkan keuntungan ke tarif pajak terendah

(Gunadi, 1994: 9 dalam Yuniasih dkk, 2011).

Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak PER-43/PJ./2010 yang diubah

terakhir dengan PER32/PJ/2011, transfer pricing yaitu penentuan harga

dalam trasaksi antara satu pihak dengan pihak lainnya yang memiliki

hubungan istimewa. Adapun berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia No. 213/PMK.03/2016, transfer pricing yaitu penetapan

harga pada transaksi pihak berelasi, dan pihak berelasi artinya pihak yang

memiliki hubungan istimewa dengan wajib pajak.


21

Kesimpulan dari sejumlah definisi transfer pricing yang telah

disebutkan yaitu transfer pricing tercakup atas sejumlah poin antara lain

harga, perusahaan yang memiliki hubungan istimewa, serta trasaksi antara

anak perusahaan ataupun induk perusahaan. Maka bisa ditarik kesimpulan

kalau transfer pricing yaitu penetapan suatu harga akan barang, jasa,

maupun harta tidak berwujud yang lain antar satu perusahaan dengan

perusahaan lainnya yang terkait pada hubungan istimewa guna

mengoptimalkan keuntungan dengan prinsip kewajaran.

Penafsiran transfer pricing selaku harga yang timbul yang diakibatkan

diserahkannya barang, jasa serta harta tidak terlihat, layaknya yang sudah

dijabarkan diatas merupkan penafsiran yang netral. Namun, defenisi

transfer pricing kerap dimaknai dengan suatu hal yang tak baik (bersifat

peyoratif-negatif) yaitu upaya menghemat beban pajak melalui cara

mengalihkan PKP (taxation income) kepada negara yang tingkatan tarif

pajaknya minim dengan tujuan untuk mengurangi pembayaran pajak

sehingga laba yang didapatkan perusahaan kian membesar.

2.1.2.2 Motivasi atau Tujuan Transfer Pricing

Henry Simamora, 1999 pada Mangoting, 2000 mengungkapkan bahwa

pada umumnya tujuan dari penetapan transfer pricing yaitu guna

mentransmisikan data finansial di antara departemen-departemen ataupun

divisi-divisi perusahaan ketika mereka saling menggunakan barang serta


22

jasa. Di samping itu, ada kalanya transfer pricing digunakan untuk

melakukan evaluasi kinerja atau hasil operasi tiap divisi dan memotivasi

manajer dalam hal menyusun orientasi produksi serta laba di seluruh unit

menuju suatu putusan yang sesuai dengan tujuan dari perusahaan tersebut

secara menyeluruh serta sebagai pengendalian harga dan pasar untuk

mengamankan posisi kompetitif perusahaan. Pada ruang lingkup perusahaan

multinasional, transfer pricing dipakai memaksimalkan penghasilan global

dengan meminimalisir pajak serta bea yang dikeluarkan. “Transfer pricing

can effect overall corporate income taxes. This is particulary true for

multinational corporations” (Hansen dan Mowen, 1996: 496 dalam

Desriana, 2012).

Sekitar tahun 1985 sudah diadakannya penelitian mengenai transfer

pricing di Indonesia yang dilaksanakan oleh tim UNTC dari PBB yang

dikepalai oleh Dr. Silvain Plasschaert (Belgia). Pada penelitian itu bisa

ditarik kesimpulan bahwa terdapat sejumlah motivasi transfer pricing di

Indonesia misalnya:

1) Mengurangi objek pajak (utamanya PPh);

2) Melonggari dampak pembatasan ownership luar negeri;

3) Menurunkan dampak depresiasi nilai rupiah;

4) Melakukan penguatan akan tuntutan naiknya harga ataupun

perlindungan pada pesaing impor;


23

5) Mempertahankan sikap low profile ataupun konservatisme dengan tidak

memerdulikan tingkatan laba usaha;

6) Mengamankan perusahaan dari segala tuntunan atas imbalan prestasi

para pemimpin ataupun kesentosaan pekerja serta peduli akan

lingkungan (ekologi dan penduduk)

7) Mengamankan perusahaan dari segala tuntutan atas imbalan prestasi

para pemimpin ataupun kesentosaan pekerja serta peduli akan

lingkungan (ekologi serta penduduk)

8) Meminimalisir sebab dari pembatasan, serta ketidakjelasan akan

dampak dari aktivitas usaha perusahaan di luar negeri.

Sebagaimana penjabaran diatas terlihat bahwa praktek transfer pricing

dapat dipicu karena alasan pajak (tax motive) ataupun alasan bukan pajak

(non – tax motive). Motivasi pajak pada praktek transfer pricing dilakukan

dengan sebisa mungkin memindahkan penghasilan negara dengan beban

pajak yang tinggi ke negara yang pajaknya rendah.

2.1.2.3 Metode Penentuan Transfer Pricing

Harga total yang dihitung untuk transfer barang serta jasa antar pada

suatu perusahaan dalam satu kelompok biasanya ditentukan oleh peraturan

harga yang ditentukan pimpinannya. Horogren, Datar, serta Foster (2008)

menjelaskan bahwa terdapat enam metode yang kerap dipakai sebuah

perusahaan dalam penentuan harga transfer, yaitu:


24

1. Berdasarkan Biaya (Cost Based Transfer Pricing)

Merupakan metode di mana harga didasarkan pada biaya produksi.

Metode ini digunakan untuk transfer antar perusahaan dengan konsep

pusat pertanggungjawaban biaya, sehingga penentuan harga transfer

berbasis biaya dengan konsep ini sederhana dan hemat sumber daya

karena informasi tersedia di semua tingkat aktivitas perusahaan.

Penggunaan metode berdasarkan biaya ini menyebabkan pengambilan

keputusan yang buruk dimana unit bisnis yang melakukan transfer

cenderung menaikkan harga transfer dari harga pokok produksi produk

dan lain-lain. Oleh karena itu, metode ini dianggap tidak memuaskan bagi

perencanaan unit bisnis usaha, motivasi dan evaluasi kerja.

2. Berdasarkan Harga Pasar (Market Based Transfer Pricig)

Merupakan penetapan harga transfer yang lebih wajar karena

berdasarkan pada kekuatan interaksi perusahaan dengan pihak luar dan

tidak dipengaruhi kekurangan efisiensi operasional salah satu anggota

perusahaan. Selain itu, penetapan harga transfer berdasarkan harga pasar

juga merupakan ukuran yang paling tepat karena sifatnya yang

independen dimana barang atau jasa yang ditransfer diberi harga sesuai

dengan harga pasar yang berlaku. Namun, terkadang informasi pasar yang

terbatas dapat menjadi hambatan untuk menggunakan metode ini.

3. Berdasarkan Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)


25

Jika ketersediaan harga tidak ada, maka perusahaan

memperbolehkan unit bisnis dalam perusahaan yang bersangkutan untuk

melakukan negosiasi terhadap harga transfer yang diinginkan. Metode ini

mengamsumsikan bahwa kedua unit usaha memiliki posisi negoisasi yang

sama, namun tidak mudah untuk menentukan harga transfer berdasarkan

negoisisasi ini karena jika berada pada situasi sulit yang dapat

menimbulkan konflik kepentingan antara pihak-pihak yang terlibat.

Selain itu, metode penentuan harga transfer ini juga membutuhkan

banyak waktu untuk bernegosiasi, mengkaji ulang pemeriksaan dan

merevisi harga transfer

4. Berdasakan Biaya Total (Full Cost Based Transfer Prices)

Harga transfer berbasis biaya terkadang dihitung sebagai full cost

plus suatu margin memperkirakan harga mendekati harga pasarnya.

Terkadang penentuan transfer pricing dengan metode ini dapat

mengarahkan kepada keputusan unit usaha.

5. Berdasarkan Arbitrase

Penetuan harga transfer dengan pendekatan ini didasarkan pada

interaksi antar dua divisi yang berada pada tingkat terbaik untuk

kepentingan perusahaan, tanpa ada paksaan dari divisi manapun mengenai

keputusan akhir penentuan harga.

6. Harga Transfer Ganda (Double Transfer Prices)


26

Untuk mencapai mufakat dalam negoisasi dan arbitrase tidaklah

mudah dan cepat, terkadang butuh waktu yang lama. Untuk mengurangi

pengorbanan dan pemborosan sumber daya serta memuaskan kedua belah

pihak, maka penentuan transfer pricing ganda untuk berbagai

kepentingan ditentukan berdasarkan biaya dan harga pasar. Untuk suatu

transfer barang, harga transfer dihitung berdasarkan biaya dari perspektif

unit pengirim, sementara harga transfer berdasarkan harga pasar dihitung

untuk kepentingan unit penerima.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD),

menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan

menggunakan standar harga pasar wajar(arm’s-length standard). Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 Tentang Penerapan Prinsip

Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak

Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa, terdapat beberapa

jenis metode penentuan harga transfer (transfer pricing) yang dapat

dilakukan, yaitu:

1. Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable

uncontrolled price/CUP).

Merupakan metode penentuan transfer pricing yang

membandingkan harga transfer pada transaksi yang terjadi antar pihak-

pihak dengan hubungan istimewa dengan harga transfer pada transaksi


27

yang terjadi antar pihak-pihak tanpa hubungan istimewa dalam suatu

kondisi yang sebanding.

2. Metode harga penjualan kembali (resale price method/RPM)

Merupakan metode penentukan transfer pricing dengan dilakukannya

perbandingan harga transaksi pada sebuah produk antara pihak-pihak

berelasi idengan harga jual kembali suatu produk sesudah dikurangi

dengan laba kotor wajar, yang menggambarkan fungsi, aset serta resiko

atas terjualnya kembali produk kepada pada pihak lainnya yang tak

memilik hubungan istimewa ataupun terjualnya kembali produk pada

kondisi wajar.

3. Metode biaya-plus (cost plus method)

Merupakan metode penentukan harga transfer yang menambah

tingkatan laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan yang sama ataupun

perusahaan lain dari suatu transaksi dengan pihak yang tidak memiliki

hubugan istimewa pada harga pokok penjualan yang telah disesuaikan

dengan menggunakan prinsip kewajaran serta kelaziman usaha.

4. Metode pembagian laba (profit split method/PSM)

Merupakan metode penentukan harga transfer berdasarkan laba

transaksional (transactional profit method based). Hal ini dilakukan

dengan menentukan keuntungan gabungan atas transaksi pihak berelasi

yang kemudian akan dibagi oleh pihak-pihak berelasi tersebut, dengan

dasar yang dapat diterima secara ekonomi memberikan estimasi


28

pembagian laba yang sebagaimana mestinya akan terjadi, serta akan

terlihat dari kesepakatan antara pihak-pihak yang tidak memiliki

hubungan istimewa, dengan menggunakan metode kontribusi

(contribution profit split method) atau metode sisa pembagian laba

(residual profit split method).

5. Metode laba bersih transaksional (transactional net margin

method/TNMM)

Merupakan metode pementukan harga transfer dengan melakukan

perbandingan presentase laba bersih operasi terhadap biaya, penjualan,

aktiva, ataupun terhadap dasar lainnya atas transaksi yang terjadi antara

pihak-pihak dengan hubungan istimewa, dengan presentase laba bersih

operasi atas transaksi sebanding dengan pihak lainnya yang tak memiliki

hubungan istimewa.

Sejumlah metode yang digunakan untuk menentukan harga pada pasar

wajar (arm’s length price) bertujuan untuk memastikan transaksi yang ada

antara perusahaan-perusahaan dengan hubungan istimewa sudah memenuhi

harga pasar wajar secara konsisten.

2.1.2.4 Hubungan Istimewa

Praktik transfer pricing dapat terjadi apabila perusahaan melakukan

transaksi dengan perusahaan yang memiliki hubungan istimewa.

Sebagaimana Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7


29

(Revisi 2012), pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah jika

satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain, atau

mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil

keputusan. Transaksi antara pihak- pihak yang mempunyai hubungan

istimewa adalah suatu pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak-

pihak yang mempunyai hubungan istimewa tanpa menghiraukan'apakah

suatu harga diperhitungkan.

Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2008, hubungan istimewa dianggap

ada sebab adanya faktor penyertaan modal, penguasaan maupun hubungan

keluarga. Hubungan istimewa dianggap ada jika wajib pajak mempunyai

penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% pada

wajib pajak lainnya, atau hubungan antara wajib pajak dengan penyertaan

paling rendah 25% pada dua wajib pajak atau lebih, demikian pula hubungan

antara dua wajib pajak atau lebih yang disebut terakhir.

Pada model P3B menyatakan bahwa hubungan istimewa timbul dalam

hal berikut:

a. Suatu perusahaan dan suatu negara pihak pada persetujuan, baik secara

langsung maupun tidak langsung turut serta dalam manajemen,

pengawasan atau modal suatu perusahaan dari negara pihak pada

persetujuan lainnya.
30

b. Orang dan badan yang sama, baik secara langsung ataupun tidak langsung

turut serta dalam manajemen, pengawasan atau modal suatu perusahaan

di negara pihak pada persetujuan dan suatu perusahaan serta negara pihak

lainnya pada persetujuan modal P3B tidak menyebut secara jelas besarnya

penyertaan modal. Dengan demikian penyertaan modal yang dianggap

menimbulkan hubungan istimewa tunduk pada undang-undang domestic

masing-masing negara.

2.1.2.5 Skema Manipulasi Transfer Pricing

Manipulasi transfer pricing merupakan suatu upaya dalam menetapkan

harga atas transaksi dengan pihak afiliasi yang berada di yurisdiksi pajak

yang berbeda, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah beban pajak yang

diterima oleh perusahaan. Jika negara lain tempat pihak afiliasi beroperasi

memiliki tarif PPh Badan yang lebih rendah dari tarif PPh Badan dalam

negeri, setidaknya ada beberapa skema manipulasi transfer pricing yang

dapat diterapkan, seperti dengan menaikkan harga pembelian impor

(overcharging) atau mengurangi penjualan ekspor untuk harga transaksi

barang berwujud (insufficient invoice). Oleh karena itu, manipulasi transfer

pricing secara alami menjadi fokus perhatian pemerintah. Hal ini terutama

disebabkan oleh potensi hilangnya penerimaan pajak dari transaksi yang

dilakukan oleh perusahaan multinasional.


31

Berikut adalah contoh bagaimana manipulasi transfer pricing dapat

terjadi pada suatu transaksi afiliasi. Perusahaan A merupakan

manufaktur/produsen pakaian di Negara A, sedangkan perusahaan B

merupakan distributor pakaian tersebut untuk pasar internasional. Berikut

adalah gambaran transaksi serta laporan laba-rugi perusahaan A dan B :

Gambar 2.1
Transaksi Afiliasi

Harga 1.100 Harga 1.750


A B Konsumen
Akhir

Tabel 2.1
Perhitungan Pajak dari Transaksi Pihak Afiliasi
Uraian A B Grup
Penjualan 1.100 1.750 1.750
Harga Pokok Penjualan 600 1.100 600
Laba Kotor 500 650 1.150
Biaya Operasional 150 75 225
Laba Operasional 350 575 925
Biaya non-operasional 50 25 75
Laba bersih 300 550 850
Tarif Pajak 40% 10% 20,6% (efektif)
Total Pajak 120 55 175

Sebagaimana dapat dilihat di atas, pajak efektif grup AB adalah

sebesar 20,6%. Melihat beban pajak yang besar di Negara A, manajemen

grup selanjutnya memutuskan untuk melakukan upaya optimalisasi pajak

dengan manipulasi transfer pricing sebagai berikut:


32

Gambar 2.2
Manipulasi Transfer Pricing

Harga 1.000 Harga 1.750


A B Konsumen
Akhir

Tabel 2.2
Perhitungan Pajak dari Manipulasi Transfer Pricing
Uraian A B Grup
Penjualan 1.000 1.750 1.750
Harga Pokok Penjualan 600 1.000 600
Laba Kotor 400 750 1.150
Biaya Operasional 150 75 225
Laba Operasional 250 675 925
Biaya non-operasional 50 25 75
Laba bersih 200 650 850
Tarif Pajak 40% 10% 17% (efektif)
Total Pajak 80 65 145

Perlu dicatat bahwa laba bersih konsolidasi grup AB tidak berubah di

1.750. Namun, dengan dilakukaknnya manipulasi harga jual A ke B dari

1.100 menjadi 1.000, grup AB mengurangi pajaknya dari 20,6% menjadi

17% atau menurun sebesar 3,6%. Disisi lain, negara A kehilangan sebesar

40 (120-80) penerimaan pajak, dan kemungkinan otoritas pajak negara A

akan mempertanyakan harga jual pakaian dari A ke B. Seperti pada contoh

di atas, regulasi transfer pricing dapat mencegah pengikisan penerimaan

pajak. Namun, masalah transfer pricing sebenarnya terkait dengan distribusi


33

pendapatan pajak yang adil dari perusahaan multinasional di antara negara-

negara yang terlibat.

2.1.2.6 Pengaturan Praktik Transfer Pricing

Pada Hukum Positif yang berlaku di Indonesia peraturan transfer

pricing umumnya diatur pada Pasal 18, UU No. 36 Tahun 2008 mengenai

Pajak Penghasilan (UU PPH). Dirjen Pajak memiliki wewenang untuk

menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta

menentukan hutang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan

Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan

Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang

tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode

perbandingan harga antara pihak yang independen, metode harga penjualan

kembali, metode biaya‐ plus, atau metode lainnya.

Transfer pricing diselenggarakan oleh Wajib Pajak sebagai dasar

penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (Arm’s Length

Principle). Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha berpedoman pada

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 tentang

Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Antara Wajib Pajak

Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa. Dalam Peraturan

tersebut, dikatakan bahwa Harga Wajar atau laba Wajar adalah harga atau

laba yang terjadi dalam transaksi yang dilakukan pihak-pihak yang tidak
34

mempunyai Hubungan Istimewa dalam kondisi sebanding, atau harga atau

laba yang ditentukan sebagai harga atau laba yang memenuhi Prinsip

Kewajaran dan Kelaziman Usaha. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun

2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban

Perpajakan menyebutkan dalam hal Wajib Pajak melakukan transaksi

dengan para pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib

Pajak, kewajiban menyimpan dokumen lain sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi dokumen dan/atau informasi tambahan untuk mendukung

bahwa transaksi yang dilakukan dengan pihak yang mempunyai hubungan

istimewa telah sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha.

Untuk menyikapi isu-isu mengenai transfer pricing, pada awalnya

pemerintah menerapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER32/PJ/2011 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman

Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang

Mempunyai Hubungan Istimewa. Namun sejalan dengan berkembangnya

transaksi multinasional kebijakan tersebut mengalami perubahan, dimana

perubahan itu tercantum pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-32/PJ/2011 mengenai: “Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal

Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 tentang penerapan prinsip kewajaran dan

kelaziman usaha dalam transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang

mempunyai hubungan istimewa”.


35

2.1.3 Pajak

Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap

setiap penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari

Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau

untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan. Selain

perseorangan, Pajak Penghasilan (PPh) juga diberlakukan kepada perusahaan

atas pengelolaan barang dan jasa. Pengertian pajak menurut UU Nomor 28

Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang tanpa mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara dengan jumlah

yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Adapun menurut S. I.

Djajadiningrat, pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari

kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan

perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai

hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat

dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk

memelihara kesejahteraan secara umum.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak

merupakan kewajiban yang dibebankan kepada orang atau badan yang telah

memenuhi persyaratan kepada suatu negara dengan tujuan untuk memenuhi


36

kepentingan maupun kesejahteraan masyarakat luas. Membayar pajak

merupakan bentuk perwujudan sebagai warga negara yang memenuhi

kewajiban untuk pengeluaran negara dan pembangunan nasional. Hal ini terjadi

karena hakikatnya pajak sebagai pemasukan negara digunakan untuk

mendukung segala pembiayaan termasuk biaya atas pembangunan yang terjadi.

Meskipun pemerintah telah banyak menerapkan peraturan mengenai pajak dan

mengatur sedemikian rupa tetapi pada kenyataannya masih banyak perusahaan

yang berusaha untuk menghindari pajak dengan memanfaatkan celah aturan.

Salah satu cara untuk mengukur seberapa baik sebuah perusahaan mengelola

pajaknya adalah dengan melihat tarif pajak efektifnya (Liansheng et al., 2007).

Menurut (Ayu et al., 2017) perusahaan dengan laba tinggi dan berada di

negara dengan tarif pajak yang tinggi akan melakukan pergeseran laba ke

negara yang termasuk low tax countries. Hal tersebut cenderung dipengaruhi

oleh transaksi afiliasi yang dilakukan perusahaan multinasional, sehingga

perusahaan memanfaatkan celah dari perbedaan aturan perpajakan antarnegara

untuk melakukan praktek transfer pricing dengan tujuan menurunkan jumlah

beban pajak yang ditanggung. Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang PPh

memberikan kewenangan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk menentukan

kembali besarnya penghasilan dan pengurangan untuk menghitung besarnya

penghasilan kena pajak pada transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang

mempunyai hubungan istimewa. Namun demikian, kewenangan Direktur


37

Jenderal Pajak tersebut tidak dilakukan apabila wajib pajak telah memenuhi

prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi yang dilakukan dengan

pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa. Penghitungan kembali

besarnya penghasilan dan pengurangan tersebut dilakukan dengan

mempertimbangkan metode dan dokumen penentuan harga wajar atau laba

wajar yang diterapkan oleh wajib pajak. Penting kiranya wajib pajak

menerapkan metode transfer pricing yang tepat dan membuat dokumentasi

transfer pricing yang memadai (Kurniawan, 2015:144).

Selain itu, Direktur Jenderal Pajak juga berwenang melakukan

penyesuaian (correlative adjustment) terhadap penghitungan penghasilan kena

pajak wajib Setelah melakukan penyesuaian, maka Direktur Jenderal pajak

berwenang melakukan penyidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 44 Undang-

Undang KUP atas transaksi transfer pricing yang terindikasi memiliki tindak

pidana di bidang perpajakan. Penyidikan dilakukan apabila dalam pemeriksaan

pajak ditemukan bukti permulaan tentang adanya dugaan tindak pidana di

bidang perpajakan. Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang

dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah

terjadi tindak pidana dibidang perpajakan (Tampubulon dan Zulham, 2018:81).

Pada tahun 2013 Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-22/PJ/213 Tentang Pedoman

Pemeriksaan Terhadap Wajib Pajak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa.


38

Peraturan ini mengembangkan jenis dan bentuk surat atau dokumen yang

diperlukan dalam pemeriksaan transfer pricing. Praktik-praktik dan

pelaksanaan pemeriksaan khusus transfer pricing akan terus mengalami

perkembangan seiring semakin berkembangnya teknologi informasi serta

bertambahnya variasi transaksi yang melibatkan yuridiksi pemajakan yang

berbeda. Dalam penelitian ini pajak yang diproksikan dengan Effective Tax

Rate (ETR) dimana ETR adalah sebuah persentase besaran tarif pajak yang

ditanggung oleh perusahaan. Menurut Wulandari dan Dovi (2010), salah satu

cara untuk mengukur seberapa baik suatu perusahaan dapat mengelola pajaknya

adalah dengan melihat tarif pajak efektifnya. Tarif Pajak Efesien (Effective Tax

Rate – ETR) biasanya dihitung dengan menggunakan rumus :

Beban Pajak
Effective Tax Rate =
Laba Sebelum Pajak

2.1.4 Ukuran Perusahaan

Secara umum ukuran dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar

kecilnya suatu objek. Putu Ayu dan Gerianta (2018), mengemukakan bahwa

ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar

kecilnya perusahaan diukur dengan total aktiva, jumlah penjualan, nilai saham

dan sebagainya.

Ketentuan untuk ukuran perusahaan diatur dalam UU RI No. 20 Tahun

2008 yang menjelaskan 4 jenis ukuran perusahaan yang dapat dinilai dari
39

jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Keempat

jenis ukuran tersebut antara lain :

a. Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan bersih

Rp.50.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki jumlah

penjualan Rp.300.000.000,-.

b. Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan bersih

Rp.50.000.000,- sampai Rp.500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan

bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp.300.000.000,- sampai

dengan Rp.2.500.000.000,-.

c. Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki kekayaan

bersih Rp.500.000.000,- sampai Rp.10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah

dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp.2.500.000.000,- sampai

dengan Rp.50.000.000.000,-.

d. Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan bersih

Rp.10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki

jumlah penjualan Rp.50.000.000.000,-

Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) yang dikutip oleh

Belkoui (2006:65) terdapat beberapa perbedaan antara perusahaan kecil dan

besar, perbedaannya adalah sebagai berikut:


40

1. Perusahaan kecil adalah suatu perusahaan yang operasinya relatif kecil,

biasanya dengan total pendapatan kurang dari $ 5 juta. Biasanya perusahaan

ini;

(a) dikelola oleh pemilik,

(b) dan jika ada yang memiliki hanya sedikit pemilik yang lain,

(c) seluruh pemiliknya ikut terlibat secara aktif dalam pelaksanaan urusan-

urusan perusahaan, kecuali mungkin bagi beberapa anggota keluarga

tertentu,

(d) memiliki struktur modal yang sederhana didalam perusahaan kecil

(e) jarang terjadi perpindahan kepemilikan.

2. Perusahaan besar diidentifikasikan dengan perusahaan publik yaitu suatu

perusahaan yang;

(a) sahamnya diperdagangkan di pasar publik atau bursa saham atau pasar

over the counter atau perusahaan,

(b) diwajibkan untuk memberikan laporan keuangannya kepada Securities

and Exchange Commission.Suatu perusahaan juga dapat dianggap

perusahaan publik jika laporan keuangannya diterbitkan sebagai

persiapan dilakukannya penjualan securitas (surat berharga) jenis

apapun disebuah bursa umum.

Dalam penelitian ini indikator Ukuran Perusahaan diukur dengan

menggunakan Logaritma natural (Ln) dari total aktiva. Logaritma natural (Ln)
41

digunakan untuk mengurangi perbedaan yang signifikan antara ukuran

perusahaan yang terlalu besar dengan ukuran perusahaan yang terlalu kecil,

maka dari jumlah aktiva dibentuk logaritma natural yang bertujuan untuk

membuat data jumlah aktiva terdistribusi secara normal (Mita Tegar Pribadi,

2018). Nilai total aktiva biasanya bernilai lebih besar dibandingkan dengan

variabel keuangan lainnya, maka variabel total aktiva diperhalus menjadi Log

Aktiva atau Ln Total Aktiva. Dengan menggunakan Logaritma natural (Ln)

dari total aktiva dengan nilai ratusan milyar bahkan trilyun akan disederhanakan

tanpa mengubah proporsi dari total aktiva yang sesungguhnya. Indikator untuk

menghitung Ukuran Perusahaan menurut (Putu Ayu dan Gerianta, 2018), yaitu :

Size = Ln (Total Aktiva)

2.1.5 Profitabilitas

Profitabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu perusahaan, untuk

menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi

dalam menggunakan harta yang dimilikinya (Chen, 2004). Menurut Sutrisno

(2009) “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan dengan semua modal yang bekerja didalamnya. Adapun

profitabilitas menurut Munawir (2010) merupakan kemampuan perusahaan

dalam memperoleh keuntungan (profit) yang berhubungan dengan total aktiva

(total assets), penjualan (sales), dan modal sendiri. Dari beberapa definisi diatas
42

dapat disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan

dalam mennghasulkan laba dengan memggunakan aktiva yang dimiliki

maupun dalam pencapaian tujuan atau tingkat kegiatan perusahaan dalam suatu

periode tertentu.

Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas

manajemen perusahaan secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya

laba yang diperoleh perusahaan. Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam

mengukur besarnya laba menjadi sangat penting untuk mengetahui apakah

perusahaan atau lembaga telah menjalankan usahanya secara efisien. Efisiensi

sebuah usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh

dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rasio profitabilitas

ini yang biasanya dijadikan bahan pertimbangan seorang investor dalam

menanamkan sahamnya di suatu perusahaan. Bila suatu perusahaan memiliki

tingkat profitabilitas yang tinggi terhadap pengembalian saham, maka seorang

investor akan memilih perusahaan tersebut untuk menanamkan sahamnya.

Profitabilitas juga menjadikan acuan oleh pemangku kepentingan untuk

menentukan kinerja perusahaan dan efisiensi dalam menjalankan kinerja

perusahaan.

Perusahaan dengan laba sebelum pajak yang tinggi lebih cenderung

menghindari pajak penghasilan yang harus dibayarkan untuk meningkatkan

profitabilitasnya (Kusuma dan Wijaya, 2017). Bagi perusahaan yang memiliki


43

laba yang tinggi itu berarti bahwa perusahaan tersebut berkewajiban membayar

pajak yang tinggi pula. Adapun laba itu sendiri merupakan ukuran dari seberapa

besar pajak yang akan dibayar oleh perusahaan dan bagi perusahaan yang

mengalami kerugian tidak akan membayar kewajiban pajak. Profitabilitas

dalam hal ini juga memiliki andil dalam peengambilan keputusan dalam praktik

transfer pricing, di mana profitabilitas merupakan ukuran perusahaan dalam

memperoleh laba selama perusahaan beroperasi. Dalam melakukan transfer

pricing, tentunya perusahaan akan memperhatikan laba yang diperoleh selama

melalukan operasionalnya, apabila laba yang diperoleh tinggi maka pajak yang

harus di bayar perusahaan juga akan tinggi, hal ini dapat memperkuat

perusahaan dalam melakukan praktik transfer pricing, untuk menghemat atau

meminimalisir jumlah pajak yang seharusnya di bayarkan kepada pemerintah

yang bersangkutan.

Jenis-jenis pengukuran yang digunakan untuk mengukur rasio

profitabilitas perusahaan terhadap keputusan transfer pricing yaitu Gross Profit

Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Assets (ROA),

Return on Equity (ROE).

1. Gross Profit Margin

Gross Profit Margin atau margin atas laba penjuualan merupakan rasio

profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor terhadap pendapatan yang

dihasilkan dari penjualan. Laba kotor yang dipengaruhi oleh laporan arus
44

kas memaparkan besaran laba yang didapatkan oleh perusahaan dengan

pertimbangan biaya yang ter pakai untuk memproduksi produk atau jasa.

Semakin besar nilai rasio GPM, maka semakin baik keadaan operasi

perusahaan. sebaliknya semakin rendah GPM, semakin kurang baik operasi

perusahaan (Gitman, 2006). Adapun rumus perhitungan Gross Profit

Margin (Rahardjo, 2007) yaitu :

Laba Bersih
Gross Profit Margin = x 100%
Penjualan

2. Operating Profit Margin

Operating Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih. Operating

profit margin menggambarkan “pure profit” yang diterima atas setiap

rupiah dari penjualan yang dilakukan. Sama halnya dengan Gross Profit

Margin apabila semakin tinggi rasio operating profit margin, maka

semakin baik pula operasi suatu perusahaan. Rumus yang digunakan untuk

menghitung rasio ini adalah :

Laba Operasi
Operating Profit Margin =
Penjualan Bersih

3. Net Profit Margin

Net Profit Margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari

penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan.

Menurut Kasmir (2017) Net Profit Margin merupakan keuntungan yang


45

membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan

penjualan. Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian laba

bersih terhadap penjualan bersihnya. Hal ini mengindikasikan seberapa

baik perusahaan dalam menggunakan biaya operasional karena

menghubungkan laba bersih dengan penjualan bersih. Net profit margin

sering digunakan untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam

mengendalikan beban – beban yang berkaitan dengan penjualan. Semakin

tinggi net profit margin, maka semakin baik aktivitasi suatu perusahaan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut

(Kasmir, 2017) :

Laba Bersih Setelah Pajak


Net Profit Margin =
Penjualan Bersih

4. Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang memperlihatkan

kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk

mendapatkan laba. Semakin tinggi rasionya maka keadaan keuangan

perusahaan semakin baik, dan sebaliknya (Kasmir, 2017). Artinya, rasio ini

digunakan untuk mengukur efektivitas operasi perusahaan secara

keseluruhan. Adapun rumusnya sebagai berikut (Rahardjo, 2007) :

Laba Bersih
ROA = x 100 %
Total Aktiva

5. Return on Equity (ROE)


46

Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini

menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. ROE dapat dihitung dari

penghasilan perusahaan terhadap modal yang diinvestasikan oleh para

pemilik perusahaan untuk mengukur seberapa berhasil perusahaan

mengelola modalnya, sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi

pemilik modal atau pemegang saham perusahaan. Adapun rumusnya

sebagai berikut (Munawir, 2004) :

Laba Bersih Setelah Pajak


ROE =
Total Ekuitas

Proksi yang digunakan untuk mengukur profitabilitas pada penelitian ini

adalah menggunakan Return on Assets (ROA) yaitu membandingkan laba

bersih dibagi dengan total aktiva. Alasan ROA dipilih sebagai proksi pada

penelitian ini dikarenakan ROA bersifat menyeluruh dan dapat digunakan untuk

mengetahui sejauh mana penanaman modal dapat memberikan pengembalian

keuntungan berdasarkan aset yang dimiliki. Selain itu, rasio ini dapat digunakan

untuk membandingkan hasil usaha yang diperoleh dari operasi perusahaan

dengan total aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.

2.1.7 Leverage

Untuk menjalankan operasinya setiap perusahaan memiliki kebutuhan,

terutama yang berkaitan dengan dana agar perusahaan beroperasi dengan baik.
47

Dana selalu dibutuhkan untuk menutupi biaya yang diperlukan, baik jangka

pendek maupun jangka panjang, dana juga dibutuhkan untuk melakukan

ekspansi atau perluasan usaha atau investasi baru. Artinya didalam perusahaan

harus selalu tersedia dana dalam jumlah tertentu sehingga tersedia pada saat

dibutuhkan. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh

kewajiabannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan

dibubarkan, maka diperlukan perhitungan rasio leverage.

Menurut Khasmir (2012:151) leverage diartikan sebagai rasio yang

digunakan untukmengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai utang.

Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan

dengan aktivanya. Adapun menurut Fahmi (2016:72), leverage adalah

mengukur seberapa perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang

terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena akan masuk extreme

leverage, yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit

untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan

menyeimbangkan berapa utang yang layak diambil dan dari mana sumber yang

dapat dipakai untuk membayar utang. Pengertian leverage ini juga didukung

oleh pendapat Brigham dan Houston dalam bukunya yang menyatakan rasio

leverage merupakan rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan

menggunakan pendanaan melalui utang (financial leverage) sehingga kita

mampu melihat kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan hutang.


48

Dari definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa leverage ini

adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai

oleh utang. Rasio ini dapat melihat sejauh mana perusahaan dibiayi oleh utang

atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal

perusahaan yang baik semestinya mempunyai modal lebih besar daripada utang.

Tingkat rasio leverage yang tinggi berarti perusahaan menggunakan utang yang

tinggi pula dan ini berarti profitabilitas perusahaan akan meningkat, namun

disisi lain utang yang tinggi akan meningkatkan risiko kebangkrutan.

Menurut Kasmir (2012:156-162) menyatakan bahwa biasanya

penggunaan leverage disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Terdapat 5 jenis

pengukuran rasio leverage yang sering digunakan yaitu Debt to asset ratio

(debt ratio), Debt to equity ratio, Long term debt to equity ratio dan Times

interst earned. Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Debt to equity

ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dan equitas. Rasio

ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang

lancer dengan seluruh equitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana

yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata

lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang

dijadikan untuk jaminan utang. Long term debt to equity ratio mengukur

beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang
49

jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang

dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Times interest earned

mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan

merasa malu karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Apabila

perusahaan tidak mampu membayar bunga, dalam jangka panjang

menghilangkan kepercayaan dari para kreditor.

Dalam penelitian ini variabel leverage diporsikan dengan menggunakan

metode Debt Equity Ratio karena jika pemilihan penggunaan utang lebih

banyak dibandingkan modal dalam praktiknya dapat dijadikan strategi untuk

menghemat pajak. Hal ini dimungkinkan karena dapat terdapat perlakuan

dividen sebagai imbalan modal dibandingkan atas utang dalam kaitannya

dengan perhitungan penghasilan kena pajak. Dividen bukanlah merupakan

biaya sehingga tidak dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak, beda

halnya dengan biaya pinjaman atau bunga. Adapun rumus untuk menghitung

Debt Equity Ratio sebagai berikut :

Total Hutang
DER = Ekuitas

2.1.8 Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi

keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan

institusi lainnya (Sanjaya, 2017). Struktur kepemilikan didalam perusahaan

timbul dari adanya perbandingan pemilik saham oleh individu, masyarakat luas,
50

pemerintah, pihak asing, maupun orang dalam perusahaan tersebut (Tiwa,

Saerang, & Tirayoh, 2017). Isu Penanaman Modal Asing (PMA) dewasa ini

semakin ramai dibicarakan. Hal ini mengingat, bahwa untuk kelangsungan

pembangunan nasional dibutuhkan banyak dana. Dana yang dibutuhkan untuk

investasi tidak mungkin dicukupi dari pemerintah dan swasta nasional. Keadaan

ini makin mendorong untuk mengupayakan semaksimal mungkin untuk

menarik penanaman modal asing ke Indonesia

Menurut Undang – Undang No. 25 Tahun 2007 yang membahas

penanaman modal, menjelaskan bahwa penanaman modal asing merupakan

kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik

Indonesia yang dilakukan pihak asing, baik modal asing sepenuhnya maupun

berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri. Dengan adanya

penanaman modal asing tersebut maka akan timbul kepemilikan asing.

Kepemilikan Asing dapat diukur sesuai dengan proporsi saham biasa yang

dimiliki oleh pihak asing.

Entitas Asing yang memiliki saham sebesar 20% atau lebih sehingga

dianggap memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengendalikan perusahaan

bisa disebut sebagai pemegang saham pengendali asing Karena transfer pricing

merupakan transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dengan pihak asing, maka

pemegang saham asing yang memiliki kendali dalam perusahaan memiliki


51

pengaruh pada keputusan per usahaan dalam melakukan transfer pricing

(Kiswanto & Purwaningsih, 2014).

2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa hasil-hasil penelitian sebelumnya dari penelitian-

penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini,

sebagai beikut :

Tabel 2.3
Ringkasan Penelitian Terdahulu

Judul
No Penelitian Variabel Hasil
Penelitian
1. Zalviana & Pengaruh - Variabel Hasil Penelitian ini
Munawaroh Profitabilitas, Dependen : menunjuukkan bahwa :
(2021) Pajak Transfer - Profitabilitas memiliki
Penghasilan pricing pengaruh positif namun
dan Ukuran - Variabel tidak signifikan
Perusahaan Independen : terhadap keputusan
Terhadap Profitabilitas, Transfer pricing.
Keputusan Pajak - Pajak Penghasilan
Transfer Penghasilan memiliki pengaruh
pricing dan Ukuran negatif dan tidak
Perusahaan signifikan terhadap
keputusan Transfer
pricing
- Ukuran Perusahaan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
keputusan Transfer
pricing
2. Cledy dan Pengaruh - Variabel Hasil penelitian
Amin (2020) Pajak, Dependen : menunjukkan bahwa:
Ukuran Transfer - Pajak berpengaruh
Perusahaan, pricing positif dan signifikan
Profitabilitas - Variabel terhadap keputusan
52

dan Leverage Independen : perusahaan untuk


Terhadap Pajak, melakukan transfer
Keputusan Ukuran pricing.
Perusahaan Perusahaan, - Ukuran Perusahaan
untuk Profitabilitas mempunyai pengaruh
melakukan dan Leverage negatif tapi tidak
transfer signifikan terhadap
pricing keputusan perusahaan
untuk melakukan
transfer pricing.
- Profitabilitas
mempunyai pengaruh
positif dan signifikan
terhadap keputusan
perusahaan untuk
melakukan transfer
pricing.
- Leverage mempunyai
pengaruh negatif tapi
tidak signifikan
terhadap keputusan
perusahaan untuk
melakukan transfer
pricing

3. Rahayu dkk Pengaruh - Variabel Hasil penelitian


(2020) Beban Pajak, Dependen : menunjukkan bahwa:
Exchange Transfer Pajak dan profitabilitas
Rate, pricing berpengaruh terhadap
Tunneling - Variabel keputusan perusahaan
Incentive, Independen : untuk melakukan transfer
Profitabilitas Beban Pajak, pricing sedangkan
dan Leverage Exchange exchange rate, tunneling
Terhadap Rate, incentive dan leverage
Keputusan Tunneling tidak berpengaruh
Transfer Incentive, terhadap keputusan
pricing Profitabilitas perusahaan untuk
dan Leverage melakukan transfer
pricing.

4. Diah Fitri, The Effect of - Variabel Hasil penelitian ini


Nur Hidayat Tax Dependen : menunjukkan manajemen
53

T. Arsono Management Transfer pajak, mekanisme bonus


(2019) , Bonus pricing dan kepemilikan asing
Mechanism - Variabel berpengaruh terhadap
and Foreign Independen : transfer pricing.
Ownership Manajemen
on Transfer Pajak,
pricing Mekanisme
Decision Bonus,
Kepemilikan
Asing

5. Aida Yulia, The - Variabel Hasil penelitian


Nurul Influence of Dependen : menunjukkan bahwa pajak
Hayati, dan Tax, Foreign Transfer berpengaruh terhadap
Rulfah Ownership pricing transfer pricing,
M.Daud. and - Variabel sedangkan kepemilikan
(2019) Company Independen : asing dam ukuran
Size on the Pajak, perusahaan tidak
Application Kepemilikan berpengaruh terhadap
of Transfer Asing dam transfer pricing.
pricing in Ukuran
Manufacturi Perusahaan
ng
Companies
Listed on
IDX during
2013-2017

6. Evan Pengaruh - Variabel Hasil penelitian ini


Maxentia Pajak dan Dependen : menunjukkan pajak
Tiwa, David Kepemilikan Transfer berpengaruh terhadap
P.E. Saerang, Asing pricing penerapan transfer pricing,
Victorina Z. Terhadap - Variabel sedangkan variabel
Tirayoh Penerapan Independen : kepemilikan asing tidak
(2018) Transfer Pajak dan berpengaruh terhadap
pricing Kepemilikan penerapan transfer
Asing pricing..

7. Cahyadi dan Pengaruh - Variabel Hasil penelitian ini


Noviari Pajak, Dependen : menunjukan bahwa
(2018) Exchange Transfer variabel pajak,
Rate, pricing profitabilitas, dan leverage
Profitabilitas berpengaruh positif pada
54

dan Leverage - Variabel keputusan perusahaan


Pada Independen : dalam melakukan transfer
Keputusan Pajak, pricing. Sedangkan
Melakukan Exchange variabel exchange rate
Transfer Rate, tidak berpengaruh pada
pricing Profitabilitas keputusan perusahaan
dan Leverage dalam melakukan transfer
pricing.

2.3 Kerangka Berpikir

2.3.1 Pengaruh Pajak Terhadap Penetapan Transfer Pricing

Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan kepada orang atau badan

yang telah memenuhi persyaratan kepada suatu negara dengan tujuan untuk

memenuhi kepentingan maupun kesejahteraan masyarakat luas yang dipungut

pemerintah berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Membayar pajak

merupakan bentuk perwujudan sebagai warga negara yang memenuhi

kewajiban untuk pengeluaran negara dan pembangunan nasional. Hal ini terjadi

karena hakikatnya pajak sebagai pemasukan negara digunakan untuk

mendukung segala pembiayaan termasuk biaya atas pembangunan yang terjadi.

Meskipun pemerintah telah banyak menerapkan peraturan mengenai pajak dan

mengatur sedemikian rupa tetapi pada kenyataannya masih banyak perusahaan

yang berusaha untuk menghindari pajak dengan memanfaatkan celah aturan.

Perusahaan multinasional melakukan transfer pricing untuk

meminimalkan kewajiban pajak perusahaan. Motivasi pajak dalam transfer

pricing pada perusahaan multinasional dilakukan dengan memindahkan


55

penghasilan ke negara dengan beban pajak terrendah atau minimal dimana

negara tersebut memiliki grup perusahaan atau divisi perusahaan yang

beroperasi. Menurut (Ayu et al., 2017) perusahaan dengan laba tinggi dan

berada di negara dengan tarif pajak yang tinggi akan melakukan pergeseran

laba ke negara yang termasuk low tax countries. Hal tersebut cenderung

dipengaruhi oleh transaksi afiliasi yang dilakukan perusahaan multinasional,

sehingga perusahaan memanfaatkan celah dari perbedaan aturan perpajakan

antar negara untuk melakukan praktek transfer pricing dengan tujuan

menurunkan jumlah beban pajak yang ditanggung.

Semakin tinggi tarif pajak dalam suatu negara maka akan semakin besar

kemungkinan perusahaan memanipulasi transfer pricing untuk penghindaran

pajak. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Refgia (2017),

Khotimah (2018) dan Anisyah (2018) yang menunjukkan bahwa beban pajak

berpengaruh terhadap transfer pricing. Maka berdasarkan uraian tersebut

rumusan hipotesis yang diajukan :

H1 : Pajak berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing.

2.3.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Penetapan Transfer Pricing

Secara umum, ukuran merupakan suatu perrbandingan besar atau kecilnya

suatu objek, yang artinya ukuran dari perusahaan bisa dimaksudkan sebagai

suatu perbandingan besar atau kecilnya usaha dari suatu perusahaan yang dapat

digambarkan melalui total aktiva, total penjualan, rata-rata penjualan aset dan
56

rata-rata total aktiva perusahaan. Rego dalam Septiyani et al. (2018)

menyatakan bahwa perusahaan dengan skala besar secara optimal akan

mempengaruhi laba perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan dengan

skala kecil, sehingga lebih cenderung melakukan manajemen laba karena

perusahaan dianggap memiliki sistem manajemen yang lebih kompleks dan

laba yang lebih tinggi. Akibatnya pajak terutang perusahaan juga semakin

tinggi. Oleh sebab itu, manajer perusahaan cenderung meminimalkan pajak

melalui praktik transfer pricing. Maka hipotesis yang diajukan :

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing

2.3.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Penetapan Transfer Pricing

Profitabilitas adalah rasio yang digu nakan untuk mengukur efektivitas

manajemen perusahaan secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya

laba yang diperoleh perusahaan. Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam

mengukur besarnya laba menjadi sangat penting untuk mengetahui apakah

perusahaan atau lembaga telah menjalankan usahanya secara efisien. Efisiensi

sebuah usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh

dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.

Perusahaan dengan laba sebelum pajak yang tinggi lebih cenderung

menghindari pajak penghasilan yang harus dibayarkan untuk meningkatkan

profitabilitasnya (Kusuma dan Wijaya, 2017). Bagi perusahaan yang memiliki

laba yang tinggi itu berarti bahwa perusahaan tersebut berkewajiban membayar
57

pajak yang tinggi pula. Profitabilitas dalam hal ini juga memiliki andil dalam

pengambilan keputusan dalam praktik transfer pricing, apabila laba yang

diperoleh tinggi maka pajak yang harus di bayar perusahaan juga akan tinggi,

hal ini dapat memperkuat perusahaan dalam melakukan praktik transfer

pricing, untuk menghemat atau meminimalisir jumlah pajak yang seharusnya di

bayarkan kepada pemerintah yang bersangkutan. Maka berdasarkan uraian

tersebut rumusan hipotesis yang diajukan :

H3 : Profitabilitas berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing

2.3.4 Pengaruh Leverage Terhadap Penetapan Transfer Pricing

Menurut Khasmir (2012:151) leverage diartikan sebagai rasio yang

digunakan untukmengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai utang.

Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan

dengan aktivanya. Adapun menurut Fahmi (2016:72), leverage adalah

mengukur seberapa perusahaan dibiayai dengan utang. Perusahaan

multinasional biasanya membiayai anggota kelompok dengan transfer utang

dan/atau modal. Perusahaan yang melakukan pembiayaan dengan utang maka

akan adanya bunga yang harus dibayarkan, semakin besar utang maka semakin

besar juga biaya bunga yang ditanggung perusahaan. Biaya bunga yang besar

akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak (Surya, 2016). Ada

kemungkinan bahwa leverage dapat bertindak sebagai pengganti untuk transfer


58

pricing dalam mencapai pengurangan kewajiban pajak perusahaan

multinasional.

Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, maka semakin tinggi potensi

perusahaan melakukan transfer pricing yang dilakukan dengan mengakuisisi

hutang dari anggota kelompoknya yang berada di daerah dengan pajak rendah

(Cahyadi & Noviari, 2018). Maka hipotesis yang diajukan :

H4 : Leverage berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing

2.3.5 Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Penetapan Transfer Pricing

Kepemilikan asing adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi

keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan

institusi lainnya (Sanjaya, 2017). Semakin tinggi kepemilikan asing sebuah

perusahaan, maka semakin besar kekuatan dari pemegang saham pengendali

asing yang mempengaruhi keputusan yang diambil oleh perusahaan untuk

menguntungkan diri sendiri termasuk strategi penetuan harga dan jumlah

transfer pricing untuk transaksi (Sari, 2013). Menurut PSAK No.15 (revisi

2013) pemgang saham pengendali adalah entitas yang memiliki 20% atau lebih

saham baik secara langsung maupun tidak langsung. Entitas Asing yang

memiliki saham sebesar 20% atau lebih sehingga dianggap memiliki pengaruh

yang signifikan dalam mengendalikan perusahaan bisa disebut sebagai

pemegang saham pengendali asing. Karena transfer pricing merupakan

transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dengan pihak asing, maka pemegang
59

saham asing yang memiliki kendali dalam perusahaan memiliki pengaruh pada

keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing (Kiswanto &

Purwaningsih, 2014). Maka hipotesis yang diajukan :

H5 : Kepemilikan asing berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing

2.3.6 Pengaruh Pajak, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan

Kepemilikan Asing Terhadap Penetapan Transfer Pricing

Berdasarkan penjelasan masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen, selanjutnya peneliti akan meguji untuk mengetahui apakah

pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing

berpengaruh secara simultan terhadap penerapan transfer pricing.

H6 : Pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing

berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing

Gambar 2.3
Kerangka Berpikir

Pajak (X1)

( H 1)
Ukuran Perusahaan (X2)
(H 2 )
( H 3) Transfer Pricing
Profitabilitas (X3)
(Y)
(H 4)
Leverage (X4)
( H 5)

Kepemilikan Asing (X5)

( H 6)
60

2.4 Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H1: Pajak berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing

H2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing

H3: Profitabilitas berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing

H4 : Leverage berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing

H5 : Kepemilikan Asing berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing

H6 : Pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing

berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitan

Penelitian ini dilakukan di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2020 melalui situs www.idx.co.id. Adapun

waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2022 sampai dengan selesai.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah dan

waktu dengan kualitas tertentu yang akan diamati/diteliti. Wilayah ini

merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek dengan

kualitas dan karekteristik tertentu. Populasi penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2020.

Sampel dipilih berdasarkan purposive sampling, yaitu sampel yang

didasari oleh kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel

yang telah ditentukan. Adapun kriteria yang ditetapkan dalam penentuan

sampel dalam penelitian ini, yaitu :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

secara berturut-turut selama periode 2018-2020.

2. Perusahaan manufaktur yang rutin mempublikasikan laporan keuangan dan

laporan tahunan selama periode 2018 – 2020.

61
62

3. Perusahaan manufaktur yang memiliki persentasi kepemilikan asing 20%

atau lebih selama periode 2018 – 2020.

4. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kerugian selama periode

pengamatan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data

sekunder. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan dan diolah oleh

lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.

Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

dipublikasikan melalui www.idx.co.id dan website resmi perusahaan

manufaktur terkait.

3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut, nilai/ sifat dari objek,

individu/kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara satu dan

lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari

informasinya serta ditarik kesimpulannya (Ridha, 2017). Penelitian ini

menggunakan variabel dependen (Y) dan variabelin dependen (X). Variabel

dependen (Y) yaitu transfer pricing dan variabel independen (X) yaitu pajak,

ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing.


63

3.4.2 Defenisi Operasional

3.4.1.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penerapan transfer

pricing. Transfer pricing yaitu penetapan suatu harga akan barang, jasa,

maupun harta tidak berwujud yang lain antar satu perusahaan dengan

perusahaan lainnya yang terkait pada hubungan istimewa guna

mengoptimalkan keuntungan dengan prinsip kewajaran.

Transfer pricing dihitung dengan pendekatan dikotomi yaitu dengan

melihat keberadaan penjualan terhadap pihak yang mempunyai hubungan

istimewa. Menggunakan variabel dummy, perusahaan yang melakukan

penjualan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa diberi nilai 1

(satu) sedangkan yang tidak diberi nilai 0 (nol).

3.4.1.2 Variabel Independen

1. Pajak

Pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan

kepada masyarakat yang penghasilan atau atas penghasilan

perorangan atau badan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Pajak dalam

penelitian ini diproksikan dengan effective tax rate yang merupakan

perbandingan beban pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.


64

Beban Pajak
Effective Tax Rate =
Laba Sebelum Pajak

2. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat

diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan diukur dengan total aktiva,

jumlah penjualan, nilai saham dan sebagainya. Dalam penelitian ini

indikator ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan Logaritma

natural (Ln) dari total aktiva. Dengan menggunakan Logaritma natural

(Ln) dari total aktiva dengan nilai ratusan milyar bahkan trilyun akan

disederhanakan tanpa mengubah proporsi dari total aktiva yang

sesungguhnya.
Size = Ln (Total Aktiva)

3. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

mennghasulkan laba dengan memggunakan aktiva yang dimiliki

maupun dalam pencapaian tujuan atau tingkat kegiatan perusahaan

dalam suatu periode tertentu. Terdapat beberapa macam ukuran

profitabilitas, tetapi proksi yang digunakan untuk mengukur

profitabilitas pada penelitian ini adalah menggunakan Return on Assets :

Laba Bersih
ROA =
Total Aktiva

4. Leverage
65

Leverage ini adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh

mana perusahaan dibiayai oleh utang. Rasio ini dapat melihat sejauh

mana perusahaan dibiayi oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan

perusahaan yang digambarkan oleh modal perusahaan yang baik

semestinya mempunyai modal lebih besar daripada utang. Tingkat rasio

leverage yang tinggi berarti perusahaan menggunakan utang yang tinggi

pula dan ini berarti profitabilitas perusahaan akan meningkat, namun

disisi lain utang yang tinggi akan meningkatkan risiko kebangkrutan.

Dalam penelitian ini variabel Leverage diporsikan dengan

menggunakan metode Debt Equity Ratio Adapun rumus untuk

menghitung Debt Equity Ratio sebagai berikut :

Total Hutang
DER =
Ekuitas

5. Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing adalah kepemilikan saham oleh pemerintah,

institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana

perwalian dan institusi lainnya (Sanjaya, 2017). Kepemilikan asing

diukur dengan persentase kepemilikan asing sebesar 20% atau lebih.

Kepemilikan asing dapat diukur dengan :

Jumlah Kepemilikan Saham Asing


Kepemilikan Asing =
Total Saham Beredar
66

Tabel 3.1
Variabel Peneltian dan Pengukuran Variabel

Jenis Skala
No Variabel Indikator
Variabel Pengukuran
1 = ada transaksi kepada pihak
Transfer yang memiliki hubungan
pricing istimewa
1 Dependen Dummy
(Y) 0 = tidak ada transaksi kepada
pihak yang memiliki hubungan
istimewa
Beban Pajak
2 Pajak (X1) Independen ETR = Rasio
Laba Sebelum Pajak
Ukuran
3 Independen Size = Ln (Total Aktiva) Rasio
Perusahaan (X2)
Profitabilitas Laba Bersih
4 Independen ROA = Rasio
(X3) Total Aktiva
Total Hutang
5 Leverage (X4) Independen DER = Rasio
Ekuitas
Kepemilikan Jumlah Kepemilikan Saham Asing
6 Independen Rasio
Asing (X5) Total Saham Beredar

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan teknik dokumentasi.

Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan, mencatat dan

mengkaji data sekunder yang diperoleh dari situs www.idx.co.id dan situs

perusahaan manufaktur terkait lainnya. Selain itu, data pendukung lainnya

diperoleh dengan metode studi pustaka yang diperoleh dari jurnal-jurnal ilmiah,

literatur yang memuat pembahasan berkaitan dengan penelitian ini.


67

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis kuantitatif. Penelitian ini menggunakan alat analisis model regresi

logistik dengan bantuan program IBM Statistical Package for Social Sciences

(SPSS) versi 26. Variabel dependen dalam penelitian ini bersifat dikotomi atau

dummy, maka dapat dianalisis dengan regresi logistik karena tidak perlu uji

asumsi normalitas data dalam variabel bebasnya (Ghozali, 2016).

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai

minimum, maksimum, mean dan deviasi standar berdasarkan persepsi

responden. Analisis data dengan menggunakan pendekatan statistik deskriptif

bertujuan untuk memberikan keseluruhan dari sampel serta memudahkan

pengertian dari variabel-variabel yang dianalisa dalam penelitian.

3.6.2 Analisis Regresi Logistik

Regresi logistik sama seperti regresi berganda, akan tetapi pada regresi

logistik variabel dependennya berbentuk kategorial (Latan dan Selva, 2013).

Analisis regresi logistik merupakan alat analisis yang digunakan untuk

mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dalam bentuk variabel dummy (diantara 0 dan 1). Teknik analisis ini

tidak memerlukan uji normalitas dan uji asusmsi klasik data pada variabel

bebasnya. Dalam regresi logistik selain mengabaikan uji normalitas juga tidak
68

mensyaratkan uji heterokedastisitas, artinya variabel dependen tidak

memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independennya.

Analisis regresi logistik menghasilkan suatu analisis model fit yang

menggambarkan apakah data dari penelitian ini baik untuk digunakan dalam

penelitian (Ghozali, 2016).

Adapun langkah-langkah pengujian dengan regresi logistik yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test)

Overall Model Fit Test digunakan untuk menilai apakah model yang

telah dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Pengujian keseluruhan

model dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-

2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL)

pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal

(initial -2LL) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir)

menunjukan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali,

2009).

2. Menilai Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow Test)

Hosmer and Lemeshow Test adalah uji Goodness fit test yaitu menguji

bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model. Jika nilai statistic

Hosmer and Lemeshow’s fit test sama dengan atau kurang dari 0.05 maka

berarti ada perbedaan yang signifikan antara model dengan nilai

observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak
69

dapt memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and

Lemeshow Goodness – of Fit lebih dari 0,05, maka model mampu

memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima

karena cocok dengan data observasinya.

3. Uji Koefesien Determinasi R2 (Nagelkerke’s R Square)

Nagelkerke R2 digunakan untuk mengukur kemampuan model regresi

logistik dalam mencocokkan atau menyesuaikan data. Dengan kata lain, nilai

statistic dari Nagelkerke R2 dapat diinterpretasikan sebagai suatu nilai yang

mengukur kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan atau

menerangkan variabel tak bebas (Gio, 2015). Nilai Nagelkerke R Square

bervariasi antara 1 (satu) dan 0 (nol). Semakin mendekati nilai 1 maka model

dianggap semakin goodness of fit semenatara semakin mendekati 0 maka

model semakin tidak goodness of fit (Ghozali, 2011).

4. Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi dapat memberikan informasi mengenai kekuatan

prediksi model regresi untuk memprediksikan kemungkinan terjadinya

variabel terikat (Cledy & Amin, 2020), Adapun dalam penelitian ini berarti

untuk memprediksi kemungkinan perusahaan dalam membuat keputusan

penerapan transfer pricing


70

3.6.3 Pengujian Hipotesis

3.6.3.1 Uji Signifikan Model Secara Simultan (Uji Omnibus)

Uji signifikansi simultan (uji f) dilihat dari uji omnibus test yang

dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-

sama terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui hasil uji simultan

adalah dengan melihat hasil regresi logistik yang dilakukan dengan program

SPSS yaitu membandingkan tingkat signifikansi masing- masing variabel

independen dengan α = 0,05 sehingga kriteria pengambilan keputusan

sebagai berikut :

1) Jika fhitung > ftabel dan (P-Value) < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima,

artinya variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel

dependen.

2) Jika fhitung < ftabel dan (P-Value) > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak,

artinya variabel independen secara simultan tidak mempengaruhi variabel

dependen.

3.6.3.2 Uji Signifikan Model Secara Parsial (Uji Wald)

Uji wald (t) pada regresi logistik menunjukkan seberapa jauh pengaruh

variabel independen secara parsial dalam menerangkan variabel dependen.

Untuk mengetahui nilai uji wald (uji t), tingkat signifikansi sebesar 5%.

1) Jika thitung < ttabel dan p-value > 0.05 maka H0 diterima, artinya salah satu

variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.


71

2) Jika thitung > ttabel dan p-value < 0.05 maka H0 ditolak, artinya salah satu

variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

3.6.4 Model Regresi Logistik yang Terbentuk

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

logistik dengan melihat pengaruh pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas,

leverage dan kepemilikan asing terhadap penerapan transfer pricing pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-

2020. Adapun model regresi logistik ditunjukan dalam persamaan berikut:

ln ( 1−Y
Y
)=TP=α + β 1 X 1+ β 2 X 2+ β 3 X 3+ β 4 X 4+ β 5 X 4+ ε
Keterangan :

TP = Transfer pricing

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

X1 = Pajak

X2 = Ukuran Perusahaan

X3 = Profitabilitas

X4 = Leverage

X5 = Kepemilkan Asing
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut dari tahun 2018 sampai

dengan 2020. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu

purposive sampling yaitu dengan menggunakan kriteria tertentu untuk teknik

pengambilan sampelnya sehingga diperoleh sebanyak 48 sampel. Secara rinci,

proses pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1
Penentuan Jumlah Sampel

No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) secara berturut-turut selama periode 165
2018-2020.
2 Perusahaan manufaktur yang tidak rutin
mempublikasikan laporan keuangan dan laporan (8)
tahunan selama periode 2018 – 2020.
3 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki
persentasi kepemilikan asing 20% atau lebih selama (114)
periode 2018 – 2020.
4 Perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian
(27)
selama periode pengamatan.
Jumlah sampel 16
Jumlah sampel penelittian (16x3 tahun) 48
Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2022

Berikut daftar perusahaan yang termasuk sampel dalam penelitian ini,

antara lain :

72
73

Tabel 4.2
Tabel Perusahaan Sampel
No Nama Perusahaan Kode
1 Akasha Wira International Tbk PT ADES
2 Astra International Tbk PT ASII
3 Delta Djakarta Tbk PT DLTA
4 Darya-Varia Laboratoria Tbk PT DVLA
5 Indofood Sukses Makmur Tbk PT INDF
6 Indo-Rama Synthetics Tbk PT INDR
7 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP
8 Indopoly Swakarsa Industry Tbk PT IPOL
9 Kirana Megatara Tbk PT KMTR
10 Mark Dynamics Indonesia Tbk PT MARK
11 Merck Tbk MERK
12 Multi Bintang Indonesia Tbk PT MLBI
13 Tembaga Mulia Semanan Tbk TBMS
14 Chandra Asri Petrochemical Tbk PT TPIA
15 Unilever Indonesia Tbk UNVR
16 Voksel Electric Tbk VOKS

4.1.2 Analisis Data

4.1.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memiliki tujuan yaitu untuk menyajikan informasi

mengenai sampel yang digambarkan melalui nilai minimum, maksimum,

rata-rata (mean) serta standar deviasi. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari variabel independen (Y) yaitu transfer pricing dan

variabel dependen (X) yaitu pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas,

leverage dan kepemilikan asing. Penelitian ini menggunakan statistik

frekuensi untuk varibel yang diukur dengan skala nominal dan untuk

variabel yang diukur dengan skala rasio menggunakan statistik deskriptif.


74

Tabel 4.3
Tabel Statistik Frekuensi

Statistics
Transfer pricing
Valid 48
N
Missing 0

Tabel 4.4
Tabel Statistik Frekuensi Variabel Transfer pricing

Transfer pricing
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Tidak 6 12.5 12.5 12.5
Melakukan TP
Melakukan TP 42 87.5 87.5 100.0
Total 48 100.0 100.0
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 26

Dapat dilihat dari tabel 4.4 bahwa transfer pricing sebagai variabel

dependen adalah variabel skala nominal yang menggunakan variabel

dummy dimana keberadaan variabel dependen atau transfer pricing dapat

diketahui melalui ada atau tidaknya data transaksi dengan pihak yang

memiliki hubungan istimewa. Jika terdapat transaksi kepada pihak yang

mempunyai hubungan istimewa diberi nilai ‘’1’’ dan sebaliknya diberi nilai

“0” apabila tidak terdapat transaksi kepada pihak yang mempunyai

hubungan istimewa, dan semua data telah diolah sehingga data tersebut

valid. Dengan demikian, terdapat 42 sampel yang melakukan transaksi

transfer pricing atau sebesar 87,5% dan 6 sampel yang tidak melakukan

transaksi transfer pricing atau sebesar 12.5%.


75

Tabel 4.5
Tabel Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
48 -.7872 .9596 .258556 .2106972
Ukuran 48 12.7314 29.2657 19.285024 5.0413310
Perusahaan
Profitabiltas 48 .0004 .9210 .126863 .1654208
Leverage 48 .1750 3.4516 1.052964 .7618475
Kepemilikan 48 .1576 .9246 .571941 .2283923
Asing
Valid N (listwise) 48
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 26
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dijelaskan beberapa hal sebagai

berikut:

a. Total pengamatan dalam penelitian ini adalah 48 pengamatan dalam

kurun waktu 2018-2020.

b. Variabel beban pajak, menunjukkan bahwa nilai minimum sebesar -

0,7872 yaitu pada perusahaan Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA)

tahun 2020. Sedangkan untuk nilai maksimum sebesar 0,9596 pada

perusahaan Kirana Megatara Tbk. (KMTR) tahun 2018. Sementara itu,

untuk nilai rata-rata yang dihasilkan dari 48 data observasi adalah

0,258556 dan standar deviasi sebesar 0,2106972.

c. Variabel ukuran perusahaan, menunjukkan bahwa nilai minimum

sebesar 12,7314 yaitu pada perusahaan Astra International Tbk. (ASII)

tahun 2020. Sedangkan untuk nilai maksimum sebesar 29,2657 pada


76

perusahaan Kirana Megatara Tbk. (KMTR) tahun 2020. Sementara itu,

untuk nilai rata-rata yang dihasilkan dari 48 data observasi adalah

19,285024 dan standar deviasi sebesar 5,0413310.

d. Variabel profitabilitas, menunjukkan bahwa nilai minimum sebesar

0,0004 yaitu pada perusahaan Kirana Megatara Tbk. (KMTR) tahun

2018. Sedangkan untuk nilai maksimum sebesar 0,9210 pada

perusahaan Merck Tbk. (MERK) tahun 2018. Sementara itu, untuk nilai

rata-rata yang dihasilkan dari 48 data observasi adalah 0,126863 dan

standar deviasi sebesar 0,1654208.

e. Variabel leverage, menunjukkan bahwa nilai minimum sebesar 0,1750

yaitu pada perusahaan Delta Djakarta Tbk. (DLTA) tahun 2019.

Sedangkan untuk nilai maksimum sebesar 3,4516 pada perusahaan

Tembaga Mulia Semanan Tbk. (TBMS) tahun 2018. Sementara itu,

untuk nilai rata-rata yang dihasilkan dari 48 data observasi adalah

1,052964 dan standar deviasi sebesar 0,7618475.

f. Variabel kepemilikan asing, menunjukkan bahwa nilai minimum

sebesar 0,1576 yaitu pada perusahaan Mark Dynamics Indonesia Tbk.

(MARK) tahun 2018. Sedangkan untuk nilai maksimum sebesar 0,9246

pada perusahaan Darya-Varia Laboratoria Tbk. (DVLA) tahun 2018.

Sementara itu, untuk nilai rata-rata yang dihasilkan dari 48 data

observasi adalah 0,571941 dan standar deviasi sebesar 0,2283923.


77

4.1.2.2 Analisis Regresi Logistik

1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test)

Uji kelayakan kesuluruhan model digunakan untuk menilai sesuai

atau tidaknya model yang dihipotesiskan dengan data baik sebelum

maupun sesudah variabel independen dimasukkan kedalam model

berdarkan fungsi likelihood. Pengujian dilakukan dengan

membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal

(Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir

(Block Number = 1). Penurunan nilai antara -2 Log Likelihood awal dan

pada -2 Log Likelihood akhir menunjukkan bahwa model yang

dihipotesiskan cocok dengan data.

Tabel 4.6
Tabel Likelihood Block 0
Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration -2 Log likelihood
Constant
Step 0 1 37.336 1.500
2 36.190 1.885
3 36.170 1.945
4 36.170 1.946
5 36.170 1.946
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 36.170
c. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 26
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa nilai -2 Log Likelihood yang

hanya terdiri dari konstanta adalah sebesar 36.170. Nilai ini kemudian
78

nilai dibandingkan dengan nilai -2 Log Likelihood yang meliputi

konstanta dan variabel independen. Hasil dari -2 Log Likelihood dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7
Tabel Likelihood Block 1

Iteration Historya,b,c,d
Coefficients
-2 Log
Iteration Ukuran Profitabil Kepemilikan
likelihood Constant Pajak Leverage
Perusahaan itas Asing
Step 1 29.149 3.510 -1.523 -.027 2.724 .019 -2.558
1 2 20.898 5.901 -4.556 -.007 6.634 -.058 -5.310
3 17.478 8.111 -7.334 .027 11.729 -.215 -8.307
4 16.364 10.086 -8.929 .037 17.634 -.383 -10.830
5 16.073 11.061 -9.178 .032 23.896 -.411 -12.412
6 16.013 10.914 -8.857 .030 28.900 -.285 -12.936
7 16.009 10.789 -8.750 .031 30.519 -.231 -13.052
8 16.009 10.784 -8.746 .031 30.603 -.229 -13.059
9 16.009 10.784 -8.746 .031 30.603 -.229 -13.059
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 36.170
d. Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimates changed
by less than .001.
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 26
Berdasarkan tabel 4.7, hasil -2 Log Likelihood yang diperoleh

setelah dimasukan konstanta dan variabel independennya menunjukkan

nilai sebesar 16,009. Hal ini menunjukkan adanya penurunan setelah

masuknya beberapa variabel independen dalam penelitian sehingga

penurunan tersebut menunjukkan bahwa model regresi baik atau dengan

kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.


79

2. Menilai Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow Test)

Alat yang menilai kecocokan model regresi logistik adalah uji

Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian ini dilakukan

dengan melihat Chi-square dengan nilai signifikansi sebesar 0,05. Jika

nilai pengujian statistik lebih besar atau sama dengan 0,05 dikatakan

model regresi mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat

dikatakan model diterima dan cocok dengan data observasinya.

Tabel 4.8
Tabel Hosmer and Lemeshow Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 1.449 8 .994
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 26

Berdasarkan informasi pada Tabel 4.8 diatas, uji Hosmer dan

Lemeshow (Goodness of Fit Test) menghasilkan nilai statistik chi

square sebesar 1,449 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,944.

Berdasarkan hasil tersebut, dikarenakan nilai signifikansi lebih besar

dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut mampu

memprediksi model observasinya atau dengan kata lain model sesuai

dengan data sehingga model itersebut dapat digunakan untuk analisis

lebih lanjut.
80

3. Uji Koefesien Determinasi R2 (Nagelkerke’s R Square)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sebesar apa

variasi variabel-variabel independen dalam model dapat menjelaskan

variasi dari variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi

logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square sebagai berikut :

Tabel 4.9
Tabel Negelkerke R Square
Model Summary
Step -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke
likelihood Square R Square
a
1 16.009 .343 .648
a. Estimation terminated at iteration number 9 because
parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 26

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh nilai Negelkerke R Square

sebesar 0.648, artinya pengaruh pajak, ukuran perusahaan,

profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing terhadap penetapan

transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia adalah sebesar 64,8% dan sisanya sebesar 35,2%

dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian.

4. Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model

regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan membuat

keputusan transfer pricing. Berikut ini nilai matriks klasifikasi yang

dapat dilihat pada classification table :


81

Tabel 4.10
Classification Table
Classification Tablea
Predicted
Transfer pricing
Observed Tidak Melakukan Percentage
Melakukan TP Correct
TP
Step 1 Transfer Tidak 3 3 50.0
pricing Melakukan
TP
Melakukan 1 41 97.6
TP
Overall Percentage 91.7
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 26
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui informasi bahwa

kemampuan memprediksi model regresi untuk kemungkinan keputusan

perusahaan melakukan transfer pricing adalah sebesar 97,6%,

sedangkan kemampuan memprediksi model regresi untuk kemungkinan

perusahaan tidak melakukan keputusan transfer pricing adalah sebesar

50%. Secara keseluruhan model dengan variabel independen pajak,

ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing secara

statistik dapat diprediksi sebesar 91,7%.

4.1.2.3 Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikan Model Secara Simultan (Uji Omnibus)

Pengujian hipotesis secara simultan dalam penelitian ini

menggunakan Omnibus Simultan Test of Model Coefficient yang

bertujuan untuk melihat pengaruh antara variabel independen terhadap


82

variabel dependennya secara bersama-sama atau simultan. Apabila nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis diterima, yang

menandakan bahwa variabel independen berpengaruh secara simultan

terhadap variabel dependen. Sebaliknya apabila nilai signifikansi lebih

besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak, yang menandakan bahwa

variabel independen tidak berpengaruh secara simultan terhadap

terjadinya variabel dependen.

Tabel 4.11
Tabel Uji Signifikan Model Secara Simultan
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 20.161 5 .001
Block 20.161 5 .001
Model 20.161 5 .001
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 26

Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai signifikansi

sebesar 0.001 < 0.05., sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis

pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen

diterima atau terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara pajak,

ukuran perusahaan, proofitabilitas, leverage dan kepemilikan asing

terhadap penetapan transfer pricing.

2. Uji Signifikan Model Secara Parsial (Uji Wald)

Pengujian hipotesis secara parsial pada penelitian ini

menggunakan uji Wald. Dalam uji Wald, statistik yang diuji adalah
83

statistik Wald (Wald Statistic) yang berdistribusi chi-kuadrat. Apabila

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis diterima, yang

menandakan bahwa variabel independen berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Sebaliknya apabila nilai signifikansi lebih

besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak, yang menandakan bahwa

variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

Tabel 4.12
Tabel Uji Signifikan Secara Parsial
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
a
Step 1 Pajak -8.746 7.820 1.251 1 .263 .000
Ukuran .031 .161 .037 1 .847 1.031
Perusahaan
30.603 29.440 1.081 1 .299 1953107690
Profitabilitas
0932.754
Leverage -.229 1.678 .019 1 .892 .796
Kepemilikan -13.059 5.724 5.206 1 .023 .000
Asing
Constant 10.784 6.598 2.671 1 .102 48260.643
a. Variable(s) entered on step 1: Pajak, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Leverage, Kepemilikan Asing.
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 26
Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat dijelaskan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Pajak memiliki koefisien regresi negatif sebesar -8,746 dengan

tingkat signifikansi 0,263 > 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa


84

hipotesis pertama ditolak sehingga dapat diartikan bahwa pajak

tidak berpengaruh signifikan terhadap penetapan transfer pricing.

2. Ukuran Perusahaan memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,031

dengan tingkat signifikansi 0.847 > 0.05. Hasil ini menunjukkan

bahwa hipotesis kedua ditolak sehingga dapat diartikan bahwa

ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penetapan

transfer pricing.

3. Profitabilitas memiliki koefisien regresi positif sebesar 30,603

dengan tingkat signifikansi 0,299 > 0.05. Hasil ini menunjukkan

bahwa hipotesis ketiga ditolak sehingga dapat diartikan bahwa

profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap penetapan

transfer pricing.

4. Leverage memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,299 dengan

tingkat signifikansi 0,892 > 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa

hipotesis keempat ditolak sehingga dapat diartikan bahwa leverage

tidak berpengaruh signifikan terhadap penetapan transfer pricing.

5. Kepemilikan asing memiliki koefisien regresi negatif sebesar -

13,059 dengan tingkat signifikansi 0,023 < 0.05. Hasil ini

menunjukkan bahwa hipotesis keempat diterima sehingga dapat

diartikan bahwa kepemilikan asing berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap keputusan transfer pricing.


85

4.1.2.4 Model Regresi Yang Terbentuk

Teknik analisis regresi logistik digunakan untuk melihat pengaruh

pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing

terhadap penerapan transfer pricing. Adapun model persamaan regresi ini

adalah :

ln ( 1−Y
Y
)=TP=α + β 1 X 1+ β 2 X 2+ β 3 X 3+ β 4 X 4+ β 5 X 4+ ε
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diperoleh hasil pengujian terhadap

koefisien regresi logistik sehingga menghasilkan model persamaan berikut:

TP = 10,784 -8,746 X1+ 0,031X2+ 30.603 X3- 0,229X4 -13.059 X 5+ε

Dimana :

1. Nilai konstanta sebesar 10,784 menyatakan bahwa apabila pajak, ukuran

perusahaan, profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing dianggap

konstan, maka transfer pricing adalah sebesar 10,784.

2. Pajak memiliki koefisien regresi negatif sebesar -8,746. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap penurunan pajak satu satuan maka

penetapan transfer pricing turun -8,746 dengan asumsi bahwa variabel

bebas lainnya dari model regresi adalah tetap.

3. Ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,031. Hal

ini menunjukkan bahwa kenaikan ukuran perusahaan satu satuan maka

penetapan transfer pricing naik 0,031 dengan asumsi bahwa variabel

bebas lainnya dari model regresi adalah tetap.


86

4. Profitabilitas memiliki koefisien regresi positif sebesar 30,603. Hal ini

menunjukkan bahwa kenaikan profitabilitas satu satuan maka penetapan

transfer pricing naik 30,603 dengan asumsi bahwa variabel bebas

lainnya dari model regresi adalah tetap.

5. Leverage memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,299. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap penurunan leverage satu satuan maka

penetapan transfer pricing turun -0,299 dengan asumsi bahwa variabel

bebas lainnya dari model regresi adalah tetap.

6. Kepemilikan asing memiliki koefisien regresi negatif sebesar -13,059.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap penurunan kepemilikan asing satu

satuan maka penetapan transfer pricing turun -13,059 dengan asumsi

bahwa variabel bebas lainnya dari model regresi adalah tetap.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Pengaruh Pajak Terhadap Penetapan Transfer Pricing

Berdasarkan hasil koefisien regresi, nilai koefisien regresi yang

dihasilkan variabel pajak yaitu sebesar -8,746 dan nilai signifikansi 0,263,

dimana 0,263 > 0,05. Maka dari itu, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa

beban pajak berpengaruh signifikan terhadap penetapan transfer pricing ditolak

sehingga menandakan bahwa pajak tidak berpengaruh terhadap penetapan

transfer pricing.
87

Nilai koefesien regresi sebesar -8,746 menunjukkan bahwa terdapat

hubungan negatif antara pajak dengan penetapan transfer pricing., artinya

semakin kecil beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan, maka berdampak

pada meningkatnya transfer pricing. Dan sebaliknya, semakin besar beban

pajak ditanggung justru berdampak pada menurunnya transfer pricing. Hal ini

dikarenakan adanya pengawasan terhadap perusahaan yang makin ketat oleh

petugas pajak, sehingga perusahaan akan lebih hati-hati dalam membuat

keputusan melakukan transfer pricing (Khotimah, 2018).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa besarnya pajak tidak mempengaruhi

perusahaan untuk mempertimbangkan apakah perusahaan akan memilih untuk

menetapkan transfer pricing atau tidak menetapkan transfer pricing. Untuk

meminimalkan beban pajaknya, upaya yang dapat dilakukan suatu perusahaan

tidak harus dengan melakukan transfer pricing namun dapat dilakukan melalui

manajemen pajak. Dengan manajemen pajak yang dilakukan, diharapkan dapat

meminimalkan beban pajak yang ditanggung dan sesuai dengan peaturan

perpajakan yang berlaku.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nugroho, dkk. (2020) yang menyatakan bahwa pajak tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap transfer pricing karena perusahaan meneapkan manajemen

pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga

tidak mendorong perusahaan untuk melakukan upaya meminimalisir beban


88

pajak melalui transfer pricing. Penelitian lain yang juga mendukung hasil

penelitian ini antara lain Fauziah dan Saebadi (2018), Khotimah (2018) serta

Zalviana dan Munawaroh (2021) yang menyatakan bahwa beban pajak

tidak mempengaruhi keputusan perusahaan untuk menetapkan transfer

pricing karena semakin besar pajak yang dikenakan oleh perusahaan saat

melakukan transfer pricing dengan pihak terkait dapat mengurangi keputusan

transfer pricing atau sebaliknya. Hal tersebut disebabkan semakin ketatnya

pengawasan petugas pajak terhadap perusahaan maka perusahaan akan lebih

berhati-hati dalam menetapkan transfer pricing.

Namun hasil penelitian ini tidak didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Cahyadi dan Noviari (2018), Rahayu dkk. (2020) serta Cledy

dan Amin (2020) yang menyatakan bahwa pajak berpengaruh signifikan

terhadap transfer pricing dimana jumlah pajak yang semakin besar mendorong

perusahaan untuk melakukan transfer pricing sehingga dapat meminimalkan

beban pajak yang harus dibayarkan yang bertujuan mengoptimalkan

peningkatan laba perusahaan.

4.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Penetapan Transfer Pricing

Dari hasil koefisien regresi, nilai koefisien regresi variabel ukuran

perusahaan yaitu sebesar 0,031 dengan nilai signifikansi sebesar 0,847,

dimana 0,847 > 0,05. Oleh karena itu hipotesis kedua yang menyatakan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penetapan transfer


89

pricing ditolak sehingga menandakan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing.

Nilai koefesien sebesar 0,031 menunjukkan adanya hubungan positif

antara ukuran perusahaan dengan penetapan transfer pricing. DImana

semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin besar juga keputusan

perusahaan untuk menetapkan transfer pricing. Perusahaan – perusahaan

besar memiliki keuntungan besar cenderung terlibat dalam transaksi

penghindaran pajak dikarenakan di beberapa kasus perusahaan besar

cenderung memiliki masalah pembayaran pajak yang tinggi sehingga

melakukan berbagai cara agar pembayaran pajak menjadi rendah, yaitu dapat

dilakukan dengan transfer pricing.

Hasil pengujian tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana semakin

besarnya ukuran suatu perusahaan maka semakin mendorong perusahaan

untuk menetapkan transfer pricing. Sebaliknya, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa perusahaan besar justru kurang memiliki dorongan unutk

melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil, karena

perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pihak investor. Pada perusahaan

yang berukuran relative lebih besar akan lebih dilihat kinerjanya oleh

masyarakat sehingga para direksi atau manajer perusahaan tersebut akan lebih

hati-hati dan transparan dalam melaporkan kondisi keuangannya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Khotimah (2018) yang

menyatakan bahwa besar kecilnya skala suatu perusahaan tidak


90

mempengaruhi penetapan transfer pricing dimana tidak hanya perusahaan

dengan aset besar yang dapat melakukan transfer pricing, tetapi perusahaan

dengan aset kecil juga memiliki kemungkinan untuk melakukan praktik

tersebut untuk meminimalkan beban pajaknya. Hal ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Refgia (2017) yang menyatakan bahwa kinerja

perusahaan yang relatif besar menjadi sorotan publik termasuk pihak investor

sehingga perusahaan dituntut untuk lebih berhati-hati dan transparan dalam

melaporkan kondisi keuangnnya. Oleh karena itu, manajer yang memimpin

perusahaan besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan transfer

pricing untuk mengelola laba perusahaan.

Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ilmi dan Pratiwi (2020) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan

skala besar memiliki laba yang tinggi daripada perusahaan dengan skala yang

lebih kecil, maka dari itu perusahaan dengan skala atau ukuran yang lebih

besar akan cenderung memanfaatkan regulasi atau abiterase perpajakan yang

terdapat pada setiap negara untuk melakukan perencanaan laba perusahaan

yaitu dapat dilakukan dengan cara transfer pricing.

4.2.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Penetapan Transfer Pricing

Dari hasil koefisien regresi, nilai koefisien regresi variabel profitabilitas

yaitu sebesar 10,603 dengan nilai signifikansi sebesar 0,299, dimana 0,299 >

0,05. Oleh karena itu hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa profitabilitas
91

berpengaruh signifikan terhadap penetapan transfer pricing ditolak sehingga

menandakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penetapan

transfer pricing. Nilai koefesien yang dihasilkan variabel ukuran perusahaan

sebesar 10,603 menunjukkan adanya hubungan positif antara ukuran

perusahaan dengan penetapan transfer pricing. DImana semakin besar

profitabilitas suatu perusahaan, maka keputusan perusahaan untuk menetapkan

transfer pricing juga semakin besar.

Hasil peneltian ini didukung oleh Deant (2017), Ramadhan dan Kustianti

(2017) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak mempengaruhi keputusan

perusahaan dalam menetapkan transfer pricing karena perusahaan yang

melakukan transfer pricing dan perusahaan yang tidak melakukan transfer

pricing mengabaikan informasi mengenai profitabilitas perusahaan saat

mengambil keputusan untuk menetapkan transfer pricing. Hal ini juga

didukung oleh penelitian yang dilakukan Ilmi dan Pratiwi (2020) yang

menyatakan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan yang lebih tinggi justru

mengurangi insentif perusahaan untuk menetapkan transfer pricing karena

dengan laporan laba sebelum pajak yang tinggi menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut telah mampu dalam melakukan manajemen labanya dan

beban pajaknya sesuai dengan peraturan yang telah ada.

Namun tidak sejalan dengan penelitian Cahyadi dan Noviari (2018),

Roslita (2020) serta Hariaji dan Akbar (2021) yang menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh terhadap penetapan transfer pricing. Hal ini


92

dikarenakan profitabiltas sangat berkaitan dengan praktik transfer pricing

dimana rasio profitabilitas merupakan tolak ukur seberapa besar perusahaan

akan menghasilkan laba. Ketika laba yang diprediksi atau yang terjadi

membesar, maka beban pajak yang akan dibayarpun akan mengalami

peningkatan. Keputusan pihak manajemen dalam memperlakukan pajak

sering mengarah terhadap penekanan beban pajak salah satunya dengan

praktik transfer pricing.

4.2.4 Pengaruh Leverage Terhadap Penetapan Transfer Pricing

Dari hasil koefisien regresi, nilai koefisien regresi variabel leverage yaitu

sebesar -0,299 dengan nilai signifikansi sebesar 0,892, dimana 0,892 > 0,05.

Oleh karena itu hipotesis keempat yang menyatakan bahwa leverage

berpengaruh signifikan terhadap penetapan transfer pricing ditolak sehingga

menandakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap penetapan transfer

pricing. Adapun nilai koefesien regresi yang dihasilkan sebesar -0,299

menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh negatif terhadap transfer

pricing dimana semakun tinggi tingkat leverage suatu perusahaan maka

semakin menurun keputusan perusahaan untuk menetapkan transfer pricing.

Leverage merupakan rasio keuangan yang menggambarkan hubungan

antara hutang perusahaan terhadap modal ataupun aset perusahaan. Rasio ini

melihat sejauh mana suatu perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak

eksternal. Semakin tinggi leverage, semakin besar pembiayaan perusahaan dari


93

kreditor. Tentunya hal ini semakin memperkuat pengawasan bank terhadap

operasional perusahaan untuk memastikan bahwa pemegang saham tidak akan

melakukan eksproporiasi terhadap aset perusahaan. Jika bank menganggap

transaksi pihak berelasi sebagai transaksi yang dapat menurunkan nilai aset

tersedia, maka bank sebagai kreditur akan melakukan pengawasan yang ketat

terhadap terjadinya transaksi pihak berelasi di perusahaan sehingga perusahaan

lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan untuk menetapkan transfer

pricing.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dinca

dan Fitriana (2019) serta Ramdhan dan Kustiani (2017) yang menyatakan

bahwa leverage tidak memiliki pengaruh terhadap penetapan transfer pricing.

Hal ini disebbkan oelh dua alasan. Pertama, perusahaan yang mempunyai

leverage tinggi untuk bermain praktik transfer pricing sangat beresiko

memperburuk citr a perusahaan kepada investor sehingga manajemen akan

lebih konservatif dan lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Kedua,

praktik transfer pricing dengan mengandalkan memperbanyak hutang jangka

panjang telah dibatasi oleh PMK-169/PMK.010/2015 yaitu mengenai tentang

perbandingan antara utang dan modal untuk keperluan penghitungan pajak

penghasilan.

Berbeda dengan hasil penelitian Roslita (2020) yang menyatakan bahwa

leverage berpengaruh signifikan terhadap transfer pricing. Perusahaan dengan

tingkat leverage yang tinggi menandakan bahwa sebagian besar asetnya


94

dibiayai oleh hutang. Jumlah hutang yang semakin besar akan meningkatkan

beban bunga, sehingga perusahaan cenderung untuk berusaha menekan

beban pajaknya agar terdapat sejumlah dana yang cukup untuk dibagikan

kepada shareholder ataupun bonus. Meskipun sebenarnya beban bunga atas

utang merupakan taxable income, namun ternyata perusahaan juga memilih

untuk menerapkan nilai transfer pricing yang rendah atas penjualan barangnya

kepada pihak berafiliasi sehingga nilai TP menjadi kecil. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi dan Novriani (2018) serta Nugroho,

dkk (2020) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap transfer

pricing. Ketika perusahaan memiliki rasio hutang yang tinggi perusahaan

cenderung lebih memilih untuk melakukan transfer pricing untuk

meningkatkan laba yang dimilikinya sehingga rasio hutang yang dimiliki dapat

diminimalisasi.

4.2.5 Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Penetapan Transfer Pricing

Dari hasil koefisien regresi, nilai koefisien regresi variabel variabel

kepemilikan asing adalah sebesar -13,059 dengan nilai signifikansi sebesar

0,023, dimana 0,023 < 0,05. Oleh karena itu hipotesis kelima yang menyatakan

bahwa kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap penetapan transfer pricing

diterima sehingga menandakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh terhadap

penetapan transfer pricing.


95

Adapun nilai koefesien regresi yang dihasilkan sebesar -13,509

menunjukkan bahwa kepemilikan asing memiliki pengaruh negatif terhadap

transfer pricing dimana semakun tinggi kepemilikan asing suatu perusahaan

maka semakin menurun keputusan perusahaan untuk menetapkan transfer

pricing. Menurut Hadi dan Mangoting (2014) perusahaan yang terdapat struktur

kepemilikan asing di dalamnya memiliki keperdulian yang lebih tinggi terhadap

reputasi perusahaan. Sehingga perusahaan akan meminimalkan tindakan pajak

agresif, karena salah satu kerugian dari tindakan tersebut yakni martabat

perusahaan yang akan menjadi kurang baik apabila ditemukan oleh pemeriksa

pajak suatu perbuatan yang dianggap bertentangan dengan prinsip tujuan dan

latar belakang dari ketentuan perpajakan.

Hasil peneltian ini mendukung teori keagenan (agency theory) yaitu

adanya kontrak antara pemegang saham (prinsipal) dengan manajemen (agen)

untuk bekerjasama demi kepentingan prinsipal. Dimana pihak manajemen

diberikan wewenang oleh pemilik perusahaan untuk membuat keputusan yang

dapat memberi keuntungan kepada pemegang saham pengendali dengan

membuat wewenang transfer pricing Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Azwar, dkk. (2019) yang menyatakan bahwa

jika pihak asing telah berinvestasi pada perusahaan publik di Indonesia, maka

akan berdampak signifikan terhadap keputusan perusahaan, termasuk keputusan

untuk menetapkan transfer pricing yang melibatkan pihak asing. Semakin besar

tingkat kepemilikan asing pada suatu perusahaan, maka pengaruh pihak asing
96

dalam penetapan tarnsfer pricing juga akan semakin besar dimana kebijakan

tersebut dapat memberi keuntungan kepada pemegang saham asing. Hasil

penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Akhadya dan

Arieftiara (2019) yang menyatakan kepemilikan asing memiliki pengaruh

negatif yang signifikan terhadap keputusan melakukan transfer pricing.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faizal,

dkk. (2022) yang menyatakan bahwa banyaknya kepemilikan saham asing yang

cukup besar tidak serta-merta memberikan kekuasan kepada pemegang saham

untuk mengendalikan perusahaan termasuk menerapkan kebijakan transfer

pricing. Hasil penelitian juga sejalan dengan Tiwa (2017) yang menyatakan

bahwa perusahaan asing yang mengendalikan anak perusahaan atau cabang

tanpa hubungan istimewa dalam bentuk keluarga sedarah, maka semua

keputusan dalam perusahaan dibuat dalam skala organisasional yang

memerlukan persetujuan direksi perusahaan untuk memaksimalkan

kesejahteraan pribadi menjadi tidak relevan. Hal tersebut dapat saja terjadi,

akan tetapi akan mengakibatkan turunnya kinerja anak perusahaan yang

dikendalikan karena merasa tidak memperoleh keuntungna yang seharusnya

diperoleh karena terpaksa menjual produknya di bawah harga pasar kepada

perusahaan induk.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya

hubungan negatif antara profitabilitas dengan transfer pricing menunjukkan


97

bahwa semakin besar tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan maka

transfer pricing perusahaan akan semakin menurun

4.2.6 Pengaruh Pajak, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan

Kepemilikan Asing Terhadap Penetapan Transfer Pricing

Berdasarkan tabel Omnibus Simultan Test of Model Coefficient untuk

pengujian hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa nilai signifikansi yaitu

sebesar 0.001, dimana 0,001 < 0.05. Maka dari itu, hipotesis pengaruh secara

simultan antara pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan

kepemilikan asing terhadap penetapan transfer pricing diterima yang

menunjukkan adanya pengaruh signifikan secara simultan antara kelima

variabel tersebut terhadap penetapan transfer pricing.

Koefesien determinan digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model (variabel-variabel independen) dalam menerangkan variabel

dependen. Berdasarkan hasil pada R-Square (R 2) sebesar 0,648, artinya

kontribusi variabel indeoenden (pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas,

leverage dan kepemilikan asing) terhadap variabel dependen (transfer pricing)

adalah sebesar 64,8%. Nilai R-Square berkisar 0 sampai 1, jika nilai R-Square

semakin mendekati angka 1 maka pengaruh tersebut akan semakin kuat. Angka

R-Square yang diperoleh sebesar 0,648 artinya korelasi antar variabel pajak,

ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing terhadap

transfer pricing sangat erat atau kuat karena nilai mendekati angka satu.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai pengaruh pajak, ukuran perusahaan,

profitabilitas, leverage dan kepemilikan asing terhadap penetapan transfer

pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) tahun 2018-2020 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pajak tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penetapan transfer

pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2018-2020.

2. Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penetapan

transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2018-2020.

3. Profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penetapan

transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2018-2020.

4. Leverage tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penetapan transfer

pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2018-2020.

5. Kepemilikan asing memiliki pengaruh signifikan terhadap penetapan

transfer pricing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2018-2020.

98
99

6. Pajak, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan asing

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penetapan transfer pricing

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2018-2020.

5.2 Saran

Berdasarkan keterbatasan masalah yang dimiliki dalam penelitian ini,

maka saran untuk penelitian selanjutnya adalah:

3. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan atau menambah

variabel lainnya yang dapat mendorong terjadinya praktik transfer pricing..

4. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperbaharui waktu penelitian

sehingga temuan yang diperoleh up-to-date.

5. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan alat analisis lain

agar memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat.

6. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengambil sampel selain dari

perusahaan manufaktur untuk mengetahui seberapa besar transaksi transfer

pricing yang dapat terjadi di perusahaan lain


100

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, Melarosa Cintia Ayu. 2018. Analisis Pengaruh Pajak, Multinasionalitas,


Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Praktik Transfer pricing.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Islam Indonesia.
Agustina, Nurul Afifah. ( April, 2019). Pengaruh Pajak, Multinasionalitas, Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, dan Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan
Perusahaan Melakukan Transfer pricing. 53-66.
Akhadya, D.P., & Arieftiara, D. (2019). Pengaruh Pajak, Exchange Rate, dan
Kepemilikan Asing Terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer
pricing. 6 : 3 : 1-20
Arifin. 2015. ‘Tinjauan Perspektif Teori Keagenan (Agency theory)’, Pidato
Pengusulan Jabatan Guru Besar. Universitas Diponegoro, Semarang.
Atwal Arifin, Africo Al-Dua Saputra, Heppy Purbasari. (September, 2020). Company
Size, Profitability, Tax, And Good Corporate Governance On The Company’s
Decision To Transfer pricing. 5 : 2 : 141-150
Aulia, Fanny Putri, dkk. (Desember, 2020). Pengaruh Pajak Terhadap Praktik
Transfer pricing. 5 : 3 : 24-31.
Azzura, C. S dan Aditya Pratama. ( Mei, 2019). Influence of Taxes, Exchange Rate,
Profitability and Tunneling Incentive on Compaby Decisions Of Transferring
Pricing. 2 :1 : 123-133
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Edisi Kedua).
Jakarta:Kencana.
Cahyadi, A. S., dan Novriani, N. (Agustus, 2018). Pengaruh Pajak, Exchange Rate,
Profitabilitas, Dan Leverage Pada Keputusan Melakukan Transfer pricing.
24 : 2 : 1441-1473.
Chandrarin, Grahita. 2017. Metode Riset Akuntansi, Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Cledy, H dan Amin, M, N. (September, 2020). Pengaruh Pajak, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Dan Leverage Terhadap KeputusanPerusahaan Untuk
Melakukan Transfer pricing. 7 : 2 : 247-264.
Darussalam , Danny Septriadi & B. Bawono Kristiaji. 2013. Transfer Pricing: Ide,
Strategi, dan Panduan Praktis dalam Perspektif Pajak Internasional. Jakarta:
Danny Darussalam Tax Center
Dinca, M.H., & Fitriani, V.E. (November, 2019). Do R&D Expenditure,
Multinationality And Corporate Governance Influence Transfer pricing
Aggressiveness?. 5 : 2 : 102-114.
101

Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Keuangan Perusahaan dan Pasar Modal, Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Fauziah, N. F., & Saebani A. (Oktober, 2018). Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive,
Dan. Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Perusahaan
Melakukan Transfer. Pricing. 18 : 1A : 115-127.
Fitri, Diah, dkk. (Maret, 2019). The Effect of Tax Management, Bonus Mechanism
and Foreign Ownership on Transfer pricing Decision. 1 : 1 : 035-048.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halil, Azwar, dkk. (Oktober 2019). Pengaruh Pajak, Kepemilikan Asing, Spesialisasi
Keahlian Auditor Pajak, Ukuran Perusahaan, Gross Profit Margin Terhadap
Keputusan Untuk Melakukan Transfer pricing. 14 : 3 : 2331-2348
Hariaji, N.W. & Akbar, F.S. (Mei, 2021). Pengaruh Multinasionalitas, Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Transfer pricing. 1 : 1 : 36-48.
Hidayat, Wastam Wahyu, Widi Winarso, dan Devi Hendrawan, Pengaruh Pajak Dan
Tunneling Incentive Terhadap Keputusan Transfer pricing Pada Perusahaan
Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) Periode 2012-
2017, Vol. 15 No. 1, 2019.
Ilmi, Fahmimatul dan Dewi Prastiwi. (2020). Pengaruh Profitabilitas, Inovasi
Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Transfer pricing
Aggressiveness. 8 : 2 : 1-8.
Humairo, L.J., dan Ayu. F.P. (2020). Pengaruh Pajak Terhadap Keputusan Transfer
pricing. 9 : 1 : 1-11.
Khotimah, S.K. (Desember, 2017). Pengaruh Beban Pajak, Tunneling Incentive, dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Keputusan Perusahaan Dalam Melakukan
Transfer pricing. 1 : 12 : 125-138.
Maulida, Lina dan Agus Wahyudin. (September, 2020). Determinan Praktik Transfer
pricing dengan Firm Size Sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 18 : 2 : 216-235.
Melmusi, Zerni. (November, 2016). Pengaruh Pajak, Mekanisme Bonus,
Kepemilikan Asing dan Ukuran Perusahaan Terhadap Transfer pricing pada
Perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index dan Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016. 5 : 2 : 1-12.
102

Miraza, Faizal, dkk. (Maret, 2022). Pengaruh Mekanisme Bonus, Pajak dan
Kepemilikan Asing Terhadap Transfer pricing Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di BEI Tahun 2017-2019. 4 : 1 : 253-272.
Munawaroh dan Zalviana, Nadia. (Agustus, 2021). Pengaruh Profitabilitas, Pajak
Penghasilan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Keputusan Transfer pricing.
8 : 2 : 216-226.
Nugroho, F. W., Samrotun, Y. C., dan Wijayanti, A. (2020). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Transfer pricing.
Nurwati , Prastio dan Nawang Kalbuana. (September 2021). Influence of Firm Size,
Exchange Rate, Profitability and Tax Burden on Transfer pricing. 5: 3 : 967-
980.
Organisation for Economic Co-operation and Development, Transfer pricing
Guidelines for Multinational Enterprises and Tax Administration, Paris
France: OECD, 2010.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER32/PJ/2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 tentang Penerapan
Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib
Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.03/2016 tentang Jenis Dokumen
dan/atau Informasi Tambahan Yang Wajib Disimpan Oleh Wajib Pajak Yang
Melakukan Transaksi Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 7 Tahun (Revisi 2012)
tentang Pengungkapan Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 15 Tahun (Revisi 2013)
tentang Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama.
Prabaningrun, Dyah Detari, dkk. (Februari, 20210. Pengaruh Pajak, Kepemilkan
Asing, Bonus Plan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perusahaan Melakukan
Transfer pricing. 5 : 1 : 41-61
Rahayu, T. R., dkk. (Februari, 2020). ’Pengaruh beban pajak, exchange rate,
tunneling incentive, profitabilitas dan leverage terhadap keputusan transfer
pricing. 5 : 1 : 78-90.
103

Refgia, T. (Februari, 2017). Pengaruh Pajak, Mekanisme Bonus, Ukuran Perusahaan,


Kepemilikan Asing dan Tunnerling Incentive terhadap Tranfer Pricing. 4 : 1 :
543-555.
Roslita, Evy. (Januari, 2021). Pengaruh Pajak, Profitabilitas, Leverage, dan Kualitas
Audit Terhadap Penetapan Transfer pricing. 23 : 3 : 268-274.
Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakara: Erlangga.
Septiani, D.H, dkk. (Juli, 2021). Transfer pricing, A Tax Avoidance Tool (A Review of
Literature). 395-403.
Tiwa, E. M, dkk. (Juni, 2017). Pengaruh Pajak Dan Kepemilikan Asing Terhadap
Penerapan Transfer pricing Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bei Tahun 2013-2015. 5 : 2 : 2666-2675.
Transfer pricing : Pembuktian Fakta Jadi Kunci Penyelesaian Sengketa Transfer
pricing (On-line), tersedia di : www.ddtc.co.id, (14 Februari 2022).
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 18 ayat (3).
Yulia, Aida, dkk. (April, 2019). The Influence of Tax, Foreign Ownership and
Company Size on the Application of Transfer pricing in Manufacturing
Companies Listed on IDX during 2013-2017. 9 : 3 : 175 -181.
Yuniasih, Ni Wayan., Rasmini, Ni Ketut., dan Wirakusuma, Made Gede. (2012). Pengaruh
Pajak Dan Tunneling Incentive Pada Keputusan Transfer pricing Perusahaan
Manufaktur Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia.

Wijaya, Felicia Vanessa dan Luky Patricia Widianingsih. (April, 2020). The Impact of Tax,
Exchange Rate, Tunneling Incentive and Firm Size on Transfer pricing. 1 : 2 : 149-
166.

www.idx.co.id
LAMPIRAN

LAMPIRAN A

TABULASI DATA

Lampiran A.1 Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel

Lampiran A.2 Perhitungan Transfer pricing

Lampiran A.3 Perhitungan Pajak

Lampiran A.4 Perhitungan Ukuran Perusahaan

Lampiran A.5 Perhitungan Profitabilitas

Lampiran A.6 Perhitungan Leverage

Lampiran A.7 Perhitunagn Kepemilikan Asing

104
105

Lampiran A.1 Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel

No Nama Perusahaan Kode


1 Akasha Wira International Tbk PT ADES
2 Astra International Tbk PT ASII
3 Delta Djakarta Tbk PT DLTA
4 Darya-Varia Laboratoria Tbk PT DVLA
5 Indofood Sukses Makmur Tbk PT INDF
6 Indo-Rama Synthetics Tbk PT INDR
7 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP
8 Indopoly Swakarsa Industry Tbk PT IPOL
9 Kirana Megatara Tbk PT KMTR
10 Mark Dynamics Indonesia Tbk PT MARK
11 Merck Tbk MERK
12 Multi Bintang Indonesia Tbk PT MLBI
13 Tembaga Mulia Semanan Tbk TBMS
14 Chandra Asri Petrochemical Tbk PT TPIA
15 Unilever Indonesia Tbk UNVR
16 Voksel Electric Tbk VOKS

Lampiran A.2 Perhitungan Transfer pricing

Transfer pricing
No Nama Perusahaan Kode 2018 2019 2020
1 Akasha Wira International Tbk PT ADES 0 0 0
2 Astra International Tbk PT ASII 1 1 1
3 Delta Djakarta Tbk PT DLTA 1 1 1
4 Darya-Varia Laboratoria Tbk PT DVLA 1 1 1
5 Indofood Sukses Makmur Tbk PT INDF 1 1 1
6 Indo-Rama Synthetics Tbk PT INDR 1 1 1
7 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP 1 1 1
8 Indopoly Swakarsa Industry Tbk PT IPOL 1 1 1
9 Kirana Megatara Tbk PT KMTR 0 0 0
10 Mark Dynamics Indonesia Tbk PT MARK 1 1 1
11 Merck Tbk MERK 1 1 1
12 Multi Bintang Indonesia Tbk PT MLBI 1 1 1
13 Tembaga Mulia Semanan Tbk TBMS 1 1 1
14 Chandra Asri Petrochemical Tbk PT TPIA 1 1 1
106

15 Unilever Indonesia Tbk UNVR 1 1 1


16 Voksel Electric Tbk VOKS 1 1 1

Lampiran A.3 Perhitungan Pajak

Pajak
ETR = Beban Pajak /Laba Sebelum Pajak
N Perusahaa Tahu
n Beban Pajak Laba Sebelum Pajak ETR
1 ADES 2018 17,102,000,000 70,060,000,000 0.244105053
2019 26,294,000,000 110,179,000,000 0.238648018
2020 32,130,000,000 167,919,000,000 0.191342254

ASII 7,623,000,000,00
2 2018 0 34,995,000,000,000 0.217831119
7,433,000,000,00
2019 0 34,054,000,000,000 0.218270981
3,170,000,000,00
2020 0 21,741,000,000,000 0.145807461

3 DLTA 2018 103,118,133 441,248,118 0.233696482


2019 94,622,038 412,437,215 0.229421678
2020 41,238,718 164,704,480 0.250380063

4 DVLA 2018 72,191,936 272,843,904 0.264590614


2019 79,466,786 301,250,035 0.26379013
2020 51,996,183 214,069,167 0.242894312

5 INDF 2018 2,485,115 7,446,966 0.333708385


2019 2,846,668 8,749,397 0.325355907
2020 3,674,268 12,426,334 0.295683989

6 INDR 2018 8,975,800 71,343,143 0.125811671


2019 1,007,391 42,633,660 0.023629006
2020 593,443 6,825,435 0.086945814

7 INTP 2018 254,291 1,400,228 0.181606853


2019 439,122 2,274,427 0.193069287
107

2020 341,991 2,148,328 0.159189379

8 IPOL 2018 2,564,781 7,638,710 0.335761012


2019 2,089,479 6,599,506 0.316611425
2020 3,929,905 12,449,338 0.315671805

9 KMTR 2018 37,632,984,672 39,218,133,343 0.959581231


2019 26,960,925,156 41,632,442,032 0.647594132
2020 103,008,115,804 300,506,465,573 0.342781696

10 MARK 2018 29,304,854,457 111,210,294,119 0.26350847


2019 30,684,849,485 118,687,394,018 0.258535034
2020 42,496,995,435 126,691,686,387 0.335436339

11 MERK 2018 12,830,660 50,208,396 0.255548096


2019 47,642,385 125,899,182 0.378416954
2020 34,097,597 105,999,860 0.321675868

12 MLBI 2018 447,105 1,671,912 0.267421371


2019 420,553 1,626,612 0.258545369
2020 110,853 396,470 0.27959997

13 TBMS 2018 2,126,016 8,503,457 0.250017846


2019 2,026,023 7,957,075 0.254619065
2020 1,285,382 5,789,667 0.222013114

14 TPIA 2018 71,781 254,097 0.28249448


2019 15,128 38,775 0.390148291
-
0.7
872
325
2020 -22,703 28,839 67

15 UNVR 2018 3,066,900 12,148,087 0.252459502


2019 2,508,935 9,901,772 0.253382425
2020 2,043,333 9,206,869 0.221935709
108

16 VOKS 2018 36,521,210,266 141,989,954,853 0.257209817


2019 50,697,996,282 258,947,121,683 0.195785132
2020 4,374,599,744 7,158,362,929 0.611117344

Lampiran A.4 Perhitungan Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan
Size = Ln (Total Aktiva)
No Perusahaan Tahun Total Aktiva Ln (Total Aktiva)
1 ADES 2018 881,275 13.689125
2019 822,375 13.61995177
2020 958,791 13.77342839

2 ASII 2018 344,711 12.75046166


2019 351,958 12.77126713
2020 338,203 12.73140159

3 DLTA 2018 1,523,517 14.23653204


2019 1,425,984 14.17037266
2020 1,225,581 14.01892558

4 DVLA 2018 1,682,821,739 21.24373783


2019 1,829,960,714 21.32756034
2020 1,986,711,872 21.40974678

5 INDF 2018 96,537,796 18.38544516


2019 96,198,559 18.38192494
2020 163,136,516 18.91009793

6 INDR 2018 809,964,565 20.51250106


2019 753,558,270 20.44031691
2020 763,855,590 20.45388931

7 INTP 2018 27,788,562 17.14013506


2019 27,707,749 17.13722268
2020 27,344,672 17.12403226

8 IPOL 2018 292,126,972 19.4926991


109

2019 277,540,954 19.44147906


2020 280,515,335 19.45213895

9 KMTR 2018 3,548,239,174,625 28.89747259


2019 4,084,828,309,213 29.03830081
2020 5,127,760,608,990 29.26569015

10 MARK 2018 318,080,326,465 26.48556979


2019 441,254,067,741 26.81288666
2020 719,726,855,599 27.30213761

11 MERK 2018 1,263,113,689 20.95684569


2019 901,060,986 20.6190835
2020 929,901,046 20.65058874

12 MLBI 2018 2,889,501 14.87659438


2019 2,896,950 14.87916902
2020 2,907,425 14.88277837

13 TBMS 2018 190,954,156 19.06754394


2019 153,990,491 18.85240141
2020 156,833,246 18.87069367

14 TPIA 2018 3,173,486 14.97034123


2019 3,451,211 15.05423574
2020 3,593,747 15.09470595

15 UNVR 2018 20,326,869 16.82745416


2019 20,649,371 16.84319542
2020 20,534,632 16.83762338

16 VOKS 2018 2,485,382,578,010 28.54144772


2019 3,027,942,155,357 28.73890435
2020 2,915,635,059,892 28.70110877
110

Lampiran A.5 Perhitungan Profitabilitas

Profitabilitas
ROA= Laba Bersih/Total Aktiva
No Perusahaan Tahun Laba Bersih Total Aktiva ROA
1 ADES 2018 52,958 881,275 0.06009248
2019 83,885 822,375 0.102003344
2020 135,789 958,791 0.141625234

2 ASII 2018 27,372 344,711 0.079405647


2019 26,621 351,958 0.075636866
2020 18,571 338,203 0.054910808

3 DLTA 2018 338,130 1,523,517 0.221940418


2019 317,815 1,425,984 0.22287417
2020 123,466 1,225,581 0.100740792

4 DVLA 2018 200,651,968 1,682,821,739 0.119235427


2019 221,783,249 1,829,960,714 0.121195634
2020 162,072,984 1,986,711,872 0.081578505

5 INDF 2018 4,961,851 96,537,796 0.051398014


2019 5,902,729 96,198,559 0.061359848
2020 8,752,066 163,136,516 0.053648724

6 INDR 2018 62,367,343 809,964,565 0.077000088


2019 38,111,238 753,558,270 0.050575038
2020 6,231,992 763,855,590 0.0081586

7 INTP 2018 1,145,937 27,788,562 0.041237722


2019 1,835,305 27,707,749 0.066237968
2020 1,806,337 27,344,672 0.066058097

8 IPOL 2018 5,073,929 292,126,972 0.017368917


2019 4,510,027 277,540,954 0.016249951
111

2020 8,519,433 280,515,335 0.03037065

9 KMTR 2018 1,585,148,671 3,548,239,174,625 0.000446742


2019 14,671,516,876 4,084,828,309,213 0.00359171
2020 197,498,349,769 5,127,760,608,990 0.038515517

10 MARK 2018 81,905,439,662 318,080,326,465 0.257499232


2019 88,002,544,535 441,254,067,741 0.199437356
2020 144,194,690,952 719,726,855,599 0.200346409

11 MLBI 2018 1,224,807 2,889,501 0.42388184


2019 1,206,059 2,896,950 0.416320268
2020 285,617 2,907,425 0.0982371

12 MERK 2018 1,163,324,165 1,263,113,689 0.920997195


2019 78,256,797 901,060,986 0.086849612
2020 71,902,263 929,901,046 0.077322489

13 TBMS 2018 6,377,441 190,954,156 0.03339776


2019 5,931,052 153,990,491 0.038515703
2020 4,504,285 156,833,246 0.028720218

14 TPIA 2018 182,316 3,173,486 0.057449757


2019 23,647 3,451,211 0.006851798
2020 51,542 3,593,747 0.014342134

15 UNVR 2018 9,081,187 20,326,869 0.446757786


2019 7,392,837 20,649,371 0.35801754
2020 7,163,536 20,534,632 0.348851443

16 VOKS 2018 105,468,744,587 2,485,382,578,010 0.042435618


2019 208,249,125,401 3,027,942,155,357 0.068775794
2020 2,783,763,185 2,915,635,059,892 0.000954771
112

Lampiran A.6 Perhitungan Leverage

Leverage
DER= Total Hutang/Ekuitas
Perusahaa
No n Tahun Total Hutang Ekuitas DER
1 ADES 2018 399,361 481,914 0.828697651
2019 254,438 567,937 0.448003916
2020 258,283 700,508 0.368708138

2 ASII 2018 170,348 174,363 0.976973326


2019 165,195 186,763 0.88451674
2020 142,749 195,454 0.730345759

3 DLTA 2018 239,353,356 1,284,163,814 0.186388491


2019 212,420,390 1,213,563,332 0.17503857
2020 205,681,950 1,019,898,963 0.201668947

4 DVLA 2018 482,559,876 1,200,261,863 0.402045496


2019 523,881,726 1,306,078,988 0.401110293
2020 660,424,729 1,326,287,143 0.497950035

5 INDF 2018 46,620,996 49,916,800 0.933974053


2019 41,996,071 54,202,488 0.774799692
2020 83,998,472 79,138,044 1.061417085

6 INDR 2018 460,511,386 349,453,179 1.317805685


2019 385,644,286 367,913,984 1.048191433
2020 387,378,220 376,477,370 1.028954861

7 INTP 2018 4,566,973 23,221,589 0.196669272


2019 4,627,488 23,080,261 0.20049548
2020 5,168,424 22,176,248 0.233061246

8 IPOL 2018 130,444,172 161,682,800 0.806790654


2019 114,135,764 163,405,190 0.698483102
113

2020 104,622,976 175,892,359 0.594812513

9 KMTR 2018 2,090,416,230,423 1,457,822,944,202 1.433930121


2,261,699,150,71 1,823,129,158,50
2019 3 0 1.240558926
3,056,731,466,84 2,071,029,142,14
2020 2 8 1.475948071

10 MARK 2018 80,342,456,509 237,737,869,956 0.337945555


2019 142,230,988,429 299,023,079,312 0.47565221
2020 310,254,413,728 409,472,441,871 0.757693026

11 MERK 2018 744,833,288 518,280,401 1.437124164


2019 307,049,328 594,011,658 0.516907916
2020 317,218,021 612,683,025 0.51775226

12 MLBI 2018 1,721,965 1,167,536 1.47487101


2019 1,750,943 1,146,007 1.52786414
2020 1,474,019 1,433,406 1.028333215

13 TBMS 2018 148,058,972 42,895,184 3.451645574


2019 106,119,339 47,871,152 2.216770112
2020 105,412,893 51,420,353 2.050022741

14 TPIA 2018 1,403,409 1,770,077 0.792851949


2019 1,690,219 1,760,992 0.95981072
2020 1,782,319 1,811,428 0.983930358

15 UNVR 2018 12,943,202 7,383,667 1.752950397


2019 15,367,509 5,281,862 2.909487033
2020 15,597,264 4,937,368 3.159023998

VOKS 1,562,752,955,23
16 2018 4 922,629,622,776 1.693803143
1,918,323,973,42 1,109,618,181,93
2019 0 7 1.728814474
1,803,514,017,63 1,112,121,042,26
2020 2 0 1.621688601
114

Lampiran A.7 Perhitungan Kepemilikan Asing

Kepemilikan Asing
Jumlah Kepemilkikan Saham Asing/Total Saham Beredar
Kepemilikan Saham Total Saham
No Perusahaan Tahun Hasil
Asing Beredar
1 ADES 2018 539,896,713 589,896,800 0.915239264
2019 539,896,713 589,896,800 0.915239264
2020 539,896,713 589,896,800 0.915239264

2 ASII 2018 20,288,255,040 40,483,553,140 0.501148083


2019 20,288,255,040 40,483,553,140 0.501148083
2020 20,288,255,040 40,483,553,140 0.501148083

3 DLTA 2018 467,061,150 800,659,050 0.58334587


2019 467,061,150 800,659,050 0.58334587
2020 467,061,150 800,659,050 0.58334587

4 DVLA 2018 1,031,800,912 1,115,946,100 0.924597444


2019 1,031,800,912 1,118,755,400 0.922275693
2020 1,031,800,912 1,120,000,000 0.921250814

5 INDF 2018 4,396,103,450 8,780,426,500 0.500670833


2019 4,396,103,450 8,780,426,500 0.500670833
2020 4,396,103,450 8,780,426,500 0.500670833

6 INDR 2018 174,789,400 654,351,707 0.267118429


2019 222,664,314 654,351,707 0.340282315
2020 254,664,314 654,351,707 0.38918568

7 INTP 2018 1,877,480,863 3,681,231,699 0.510014315


2019 1,877,480,863 3,681,231,699 0.510014315
2020 1,877,480,863 3,681,231,699 0.510014315
115

8 IPOL 2018 1,903,153,710 6,443,379,509 0.295365764


2019 1,903,153,710 6,443,379,509 0.295365764
2020 1,903,153,710 6,443,379,509 0.295365764

9 KMTR 2018 3,626,356,200 7,682,950,000 0.472000495


2019 5,134,603,987 8,215,366,379 0.625
2020 5,134,603,987 8,215,366,379 0.625

10 MARK 2018 599,047,711 3,800,000,310 0.157644122


2019 2,995,238,555 3,800,000,310 0.788220608
2020 2,995,238,555 3,800,000,310 0.788220608

11 MERK 2018 331,483,000 448,000,000 0.739917411


2019 331,483,000 448,000,000 0.739917411
2020 331,483,000 448,000,000 0.739917411

12 MLBI 2018 1,723,151,000 2,107,000,000 0.817822022


2019 1,723,151,000 2,107,000,000 0.817822022
2020 1,723,151,000 2,107,000,000 0.817822022

13 TBMS 2018 155,820,000 367,340,000 0.424184679


2019 155,820,000 367,340,000 0.424184679
2020 155,820,000 367,340,000 0.424184679

14 TPIA 2018 5,451,715,305 17,833,520,260 0.305700458


2019 5,451,715,305 17,833,520,260 0.305700458
2020 5,451,715,305 17,833,520,260 0.305700458

15 UNVR 2018 6,484,877,500 7,630,000,000 0.849918414


2019 6,484,877,500 7,630,000,000 0.849918414
2020 6,484,877,500 7,630,000,000 0.849918414

16 VOKS 2018 1,250,000,000 4,155,602,595 0.300798734


0.30079873
2019 1,250,000,000 4,155,602,595 4
0.30079873
2020 1,250,000,000 4,155,602,595 4
116

LAMPIRAN B

HASIL OLAH DATA SPSS REGRESI LOGISTIK

Lampiran B.1 Tabel Frekuensi

Lampiran B.2 Hasil Pengujian Data Statistik Deskriptif

Lampiran B.3 Hasil Pengujian Regresi Logistik


117

Lampiran B.1 Tabel Frekuensi

Tabel Statistik Frekuensi

Statistics
Transfer pricing
N Valid 48
Missing 0

Tabel Statistik Frekuensi Variabel Transfer pricing

Transfer pricing
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Tidak Melakukan 6 12.5 12.5 12.5
Transfer pricing
Melakukan Transfer 42 87.5 87.5 100.0
pricing
Total 48 100.0 100.0

Lampiran B.2 Hasil Pengujian Data Statistik Deskriptif

Tabel Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Pajak 48 -.7872 .9596 .258556 .2106972
Ukuran 48 12.7314 29.2657 19.285024 5.0413310
Perusahaan
Profitabilitas 48 .0004 .9210 .126863 .1654208
118

Leverage 48 .1750 3.4516 1.052964 .7618475


Kepemilikan 48 .1576 .9246 .571941 .2283923
Asing
Valid N (listwise) 48

Lampiran B.3 Hasil Pengujian Regresi Logistik

Tabel Likelihood Block 0

Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration -2 Log likelihood Constant
Step 0 1 37.336 1.500
2 36.190 1.885
3 36.170 1.945
4 36.170 1.946
5 36.170 1.946
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 36.170
c. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.

Tabel Likelihood Block 1

Iteration Historya,b,c,d
Coefficients
-2 Log Ukuran Profitabil Kepemilikan
Iteration likelihood Constant Pajak Perusahaan itas Leverage Asing
Step 1 29.149 3.510 -1.523 -.027 2.724 .019 -2.558
1 2 20.898 5.901 -4.556 -.007 6.634 -.058 -5.310
3 17.478 8.111 -7.334 .027 11.729 -.215 -8.307
4 16.364 10.086 -8.929 .037 17.634 -.383 -10.830
5 16.073 11.061 -9.178 .032 23.896 -.411 -12.412
6 16.013 10.914 -8.857 .030 28.900 -.285 -12.936
119

7 16.009 10.789 -8.750 .031 30.519 -.231 -13.052


8 16.009 10.784 -8.746 .031 30.603 -.229 -13.059
9 16.009 10.784 -8.746 .031 30.603 -.229 -13.059
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 36.170
d. Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimates changed by less
than .001.

Tabel Hosmer and Lemeshow Test

Hosmer and Lemeshow Test


Chi-square df Sig.
1 1.449 8 .994

Tabel Nagelkerke R Square

Model Summary
-2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R
Step likelihood Square Square
1 16.009a .343 .648

a. Estimation terminated at iteration number 9


because parameter estimates changed by less
than .001.

Tabel Classification Table

Classification Tablea

Predicted

Transfer pricing

Melakukan
Tidak Melakukan Transfer Percentage
Observed Transfer pricing pricing Correct
120

Step 1 Transfer Tidak Melakukan 3 3 50.0


pricing Transfer pricing

Melakukan 1 41 97.6
Transfer pricing

Overall Percentage 91.7

Tabel Uji Signifikansi Model secara Simultan

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 20.161 5 .001

Block 20.161 5 .001

Model 20.161 5 .001

Tabel Variables in the Equation

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 Pajak -8.746 7.820 1.251 1 .263 .000
Ukuran Perusahaan .031 .161 .037 1 .847 1.031
Profitabilitas 30.603 29.440 1.081 1 .299
195310769009
32.754
Leverage -.229 1.678 .019 1 .892 .796
Kepemilikan Asing -13.059 5.724 5.206 1 .023 .000
Constant 10.784 6.598 2.671 1 .102 48260.643
a. Variable(s) entered on step 1: Pajak, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Kepemilikan
Asing.
121

LAMPIRAN C

BERKAS ADMINISTRATIF

Lampiran C.1 Permohonan Judul Skripsi

Lampiran C.2 Nota Tugas

Lampiran C.3 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran C.4 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran C.5 Surat Keterangan Bebas Plagiat Skripsi

Lampiran C.6 Daftar Riwayat Hidup


122

Lsmpiran C.1 Permohonan Judul Skripsi


123
124

Lampiran C.2 Nota Tugas

Lampiran C.3 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian


125

Lampiran C.4 Surat Keteranggan Bebas Pustaka


126

Lampiran C.5 Surat Keterangan Bebas Plagiat Skripsi


127

Lampiran C.6 Daftar Riwayat Hidup


128

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Data Pribadi
Nama : Elsa Theresia Valery Simangunsong
Tempat/Taggal Lahir : Tanjungbalai, 04 April 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jln. Selamat Keraten No. 128 Medan
Telepon : 082235848584
Data Orang Tua
Nama Ayah : Japingkir Simangunsong
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Nurmega Hotmaida Br. Samosir
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Indah, Lk.1 Tanjungbalai

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN


2018-2022 : Universitas Negeri Medan
2015-2018 : SMA Negeri 1 Tanjungbalai
2012-2015 : SMP Negeri 1 Tanjungbalai
2006-2012 : SD Swasta Khatolik Tanjungbalai

Medan, Juni 2022


Yang Menyatakan ,

Elsa Theresia Simangunsong


NIM. 7183520008

Anda mungkin juga menyukai