Anda di halaman 1dari 121

PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, PROFITABILITAS

TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN KEBIJAKAN


DEVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun


2013 - 2017)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Disusun oleh :
SITI NUR HASANAH
NIM. B.131.15.0152

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2019
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh likuiditas,


solvabilitas, profitabilitas terhadap return saham dengan kebijakan deviden sebagai
variabel intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia untuk periode tahun 2013-2017.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: (1) perusahaan yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2017. (2) perusahaan yang membagikan
dividen secara berturut-turut selama tahun 2013-2017. Data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini diambil dari www.idx.co.id dan Capital Market Directory (ICMD).
Terdapat 19 perusahaan yang memenuhi kriteria sampling. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis regresi berganda, uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa CR, DER, ROA, DPR
tidak berpengaruh terhadap return saham. CR dan ROA berpengaruh terhadap
kebijakan deviden. DER tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden. Kebijakan
deviden gagal menjadi intervening.

Kata kunci: likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, return saham, kebijakan deviden.

vii
ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of liquidity, solvency,
profitability on stock returns with dividend policy as an intervening variable in
manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period
2013-2017.
The sampling technique used in this study was purposive sampling with the
following criteria: (1) companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2013-
2017. (2) companies that distribute dividends in a row during 2013-2017. The data
needed in this study was taken from www.idx.co.id and Capital Market Directory
(ICMD). There are 19 companies that meet the sampling criteria. The analytical tool
used is multiple regression analysis, classic assumption test which consists of
normality test data, multicollinearity test, heteroscedasticity test, and autocorrelation
test.
Based on the results of this study, it shows that CR, DER, ROA, DPR do not
affect stock returns. CR and ROA affect dividend policy. DER does not affect
dividend policy. Dividend policy failed to be intervening.

Keywords: liquidity, solvency, profitability, stock return, dividend policy.

viii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh

likuiditas, solvabilitas, profitabilitas terhadap return saham dengan kebijakan

deviden sebagai variabel intervening.. (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2017)” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada

Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.

Dalam penulisan ini, penulis mendapat bimbingan, dorongan dan pengarahan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan ketulusan hati

penulis hendak menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Andi Kridasusila, SE, ME., selaku Rektor Universitas Semarang.

2. Bapak Yohanes Suhardjo, SE, Msi, Ak, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Semarang.

3. Bapak Teguh Ariefiantoro, SE, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen

Universitas Semarang.

4. Bapak Edy Suryawardana, SE, MM, selaku Dosen Wali.

5. Ibu Eviatiwi Kusumaningtyas S, SE, MM selaku Dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan dengan penuh kesabaran memberikan

bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi dapat

diselesaikan dengan baik.

ix
6. Segenap staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini.

7. Keluargaku tercinta, Bapak Abdul Nasir dan Ibu Zum Zaroh yang ada di

Surga. Kakak – kakak ku Mbak Nur, Mas Joko, Mas Udin, Mbak Menik

Mbak Candra, Mas Tri, Mbak Rida, Mas Wito dan Adik ku Rara.

8. Untuk Teman hidupku Mochamad Fahreza yang selalu mendukung dan

menyemangati.

9. Keluarga PT Lucky Textile Semarang terutama untuk teman saya mbak

Novita, mbak Ayu, teman-teman PPIC, Purchasing, Payment yang selalu

memberikan doa dan supportnya dalam penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman Manajemen angkatan 2015, Hanny, Mas Wahyu, Yuyun,

Angga dan yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu terima kasih atas

dukungan, semangat dan kebersamaan kita selama ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan berbagai pihak

lain yang memerlukan skripsi ini.

Semarang, 22 Januari 2019

Penulis

(Siti Nur Hasanah)

x
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“don’t be afraid to try. Do your best, because the results will not betray the process”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk :

 Allah SWT yang selalu memberikan jalan kemudahan.

 Orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan doa dan

dukungan.

 Ibu Eviatiwi Kusumaningtyas S, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan petunjuk, dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

 Untuk teman hidup saya.

 Sahabat-sahabat yang setia memberikan semangat dan motivasi.

 Pimpinan dan seluruh keluarga besar PT Lucky Textile Semarang yang

memberikan semangat dan motivasi.

 Almamater tercinta, Universitas Semarang.

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum masyarakat pemodal (investor) yang akan melakukan investasi,

terlebih dahulu melakukan pengamatan dan penilaian terhadap perusahaan yang

akan dipilih dengan terus memantau laporan keuangan perusahaan-perusahaan

tersebut terutama perusahaan yang sudah go public. Berdasarkan laporan

keuangan tersebut dapat diketahui kinerja perusahaan dalam menjalankan

kegiatan usaha dan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aktivitas

usahanya secara efisien dan efektif serta faktor di luar perusahaan ekonomi,

politik, finansial dan lain-lain (Desy, 2012).

Menurut (Tjiptono, 2006) Pengertian pasar modal adalah pasar untuk berbagai

instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam

bentuk hutang, ekuitas (saham) instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya.

Pasar modal merupaan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun istitusi lain

(misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi.

Pasar modal dapat juga berfungsi sebagai lembaga perantara. Fungsi ini

menunjukan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena

pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak

1
2

yang mempunyai kelebihan dana. Disamping itu, pasar modal dapat mendorong

terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka

pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang

memberikan return yang paling optimal. Asumsinya, investasi yang memberikan

return relatif besar adalah sektor-sektor yang paling produktif yang ada di pasar.

Dengan demikian, dana yang berasal dari investor dapat digunakan secara

produktif oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

Sebelum melakukan tindakan investasi, investor akan melakukan research

untuk memastikan apakah modal yang ditanamkan mampu memberikan

pengembalian (return) berupa capital gain dan dividen yield (Mathis, 2001). Hal

tersebut dapat dilakukan dengan cara melihat kinerja perusahaan, apabila

perusahaan memiliki kinerja yang baik maka kecenderungan akan memberikan

tingkat pengembalian yang lebih baik dibandingkan pada perusahaan yang

memiliki kinerja tidak baik. Salah satu alat untuk menganalisis harga saham

perusahaan adalah dengan analisis rasio.

Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan diperlukan rasio-rasio keuangan,

karena rasio keuangan ini dapat digunakan untuk menginterpretasikan tingkat

keuangan dalam bisnis, mengukur efektifitas manajemen, untuk mengukur kinerja

perusahaan dan sebagai suatu alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan

yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan bermanfaat untuk melakukan

pengklasifikasian atau prediksi terhadap return saham di pasar modal. Rasio

keuangan tersebut adalah rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan

rasio aktivitas. Alat ukur rasio keuangan meliputi Current Ratio, Quick Ratio,
3

Debt Equity Ratio, Debt Ratio, Net Profit Margin, Total Asset Turnover, Return

on Equity, Return on Asset, Earnings Per Share (Angga, 2017 ).

Untuk memperjelas dan menganalisis adanya permasalahan return saham

dan melihat hubungannya dengan rasio-rasio dalam perusahaan yang termasuk

dalam perusahaan manufaktur, maka berikut adalah data empiris yang dapat

disajikan:

Grafik 1.1

Rata-rata Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Periode

Tahun 2008-2017

Rata-rata Return Saham Perusahaan


Manufaktur Yang Terdaftar di BEI periode
tahun 2008-2017
2

1.5

0.5

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
-0.5

Sumber: data sekunder yang diolah

Dari grafik 1.1 dapat diketahui bahwa return saham perusahaan manufktur

selama tahun 2008-2017 cenderung mengalami fluktuasi yang signifikan, dan

cenderung mengalami penurunan dari tahun 2013 sampai tahun 2016.


4

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi return saham. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya return saham dapat

dipengaruhi oleh likuiditas (Aida, 2017), solvabilitas (Farda dan Aniek, 2016) dan

profitabilitas (Riawan, 2016)

Terdapat cukup banyak penelitian yang mengkaji pengaruh berbagai indikator

kinerja keuangan terhadap return saham. Namun beberapa penelitian tersebut

menunjukan hasil yang berbeda-beda. Aida (2017) melakukan penelitian tentang

keterkaitan kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan- perusahaan

go public di BEI periode tahun 2011-2015. Penelitian ini menggunakan Current

Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Earnings per

Share (EPS) sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perusahaan. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa perubahan CR, DER, ROA, EPS berpengaruh

positif dan signifikan terhadap perubahan return saham.

Farda dan Aniek (2016) melakukan penelitian tentang keterkaitan kinerja

keuangan terhadap return saham pada perusahaan- perusahaan go public di BEI

periode tahun 2009-2014. Penelitian ini menggunakan Return on Assets (ROA),

Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), Total Aset Turn Over (TATO),

dan Price Earning Ratio (PER) sebagai indikator pengukur kinerja keuangan

perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perubahan CR, DER,

berpengaruh terhadap perubahan return saham. Sedangkan ROA, TATO, dan PER

tidak berpengaruh terhadap return saham.

Erdianza dan Suwandi (2017) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio

keuangan dan volume perdagangan terhadap return saham pada perusahaan


5

property and real estate di BEI periode tahun 2011-2014. Penelitian ini

menggunakan Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), Cash Ratio

(CR), Total Aset Turn Over (TATO), dan volume perdagangan sebagai indikator

pengukur kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

perubahan NPM, DER, CR tidak berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan

TATO dan volme perdagangan berpengaruh terhadap return saham.

Farkhan dan Ika (2013) melakukan penelitian tentang keterkaitan kinerja

keuangan terhadap return saham pada perusahaan- perusahaan go public di BEI

periode tahun 2005-2009. Penelitian ini menggunakan Current Ratio (CR), Debt

to Equity Ratio (DER), Total Aset Turn Over (TATO), Return on Assets (ROA),

dan Price Earning Ratio (PER) sebagai indikator pengukur kinerja keuangan

perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perubahan CR dan DER

memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perubahan return saham.

ROA dan PER memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

Sedangkan TATO memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return

saham.

Angga (2017) melakukan penelitian tentang pengaruh kinerja keuangan

terhadap return saham dengan menjadikan kebijakan deviden sebagai variabel

moderate pada perusahaan yang terdaftar di JII periode tahun 2007-2011.

Penelitian ini menggunakan Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER),

Total Aset Turn Over (TATO), Return on Assets (ROA), sebagai indikator

pengukur kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa


6

perubahan CR, DER, dan ROA tidak mempengaruhi return saham. Sedangkan

TATO mampu mempengaruhi return saham.

Dari berbagai pengujian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu

masih banyak terdapat hasil perbedaan penelitian (research gap) mengenai kinerja

keuangan terhadap return saham, hal tersebut terjadi karena tidak semua kinerja

keuangan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

Berikut adalah ringkasan perbedaan penelitian terdahulu (research gap) yang

dirangkum dalam bentuk tabel, sebagai berikut:

Tabel 1.1 research gap dari penelitian terdahulu

Peneliti CR RS DER RS ROA RS

Signifikan Siginifikan Signifikan


Aida (2017)
positif positif positif

Tidak
Signifikan Signifikan
Farda dan Aniek (2016) signifikan
positif positif
negatif
Tidak Tidak
Erdianza dan Suwardi (2017) signifikan signifikan
negatif positif
Tidak Tidak
Signifikan
Farkhan dan Ika (2013) signifikan signifikan
positif
positif positif
Tidak Tidak Tidak
Angga (2017) signifikan signifikan signifikan
positif negatif negatif

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya. Namun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian


7

sebelumnya adalah rasio yang digunakan hanya CR, DER, dan ROA serta

menambahkan kebijakan dividen sebagai variabel intervening (Susanti,2016)

untuk menginteraksi hubungan antara CR, DER, ROA terhadap return saham dan

objek yang diteliti merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Hasil yang berbeda dari penelitian terdahulu menandakan adanya

inkonsistensi penelitian. Inkonsistensi penelitian disebabkan adanya variabel

kondisional yang menginteraksi pengaruh antar variabel penelitian (Amalia 2007).

Penelitian ini menggunakan kebijakan deviden sebagai Intervening. Winda (2013)

CR dan DER berpengaruh terhadap kebijakan deviden. Riawan (2016) ROA

berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden. Kebijakan deviden dijadikan

sebagai dasar pertimbangan investor untuk berinvestasi. Melalui besarnya deviden

yang akan dibagikan akan berkaitan dengan besarnya return saham yang akan

diterima oleh pemegang saham (Angga 2017)

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul, “Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas

terhadap return saham dengan kebijakan deviden sebagai variabel

intervening (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur terdaftar di BEI

2013-2017).
8

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah, penulis mengambil rumusan masalah. Bagaimana

cara/upaya untuk meningkatkan return saham pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI.

Selanjutnya untuk menjawab masalah penelitian tersebut, akan digunakan

pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana pengaruh current ratio terhadap return saham ?

2. Bagaimana pengaruh debt to equity ratio terhadap return saham ?

3. Bagaimana pengaruh return on assets terhadap return saham ?

4. Bagaimana pengaruh current ratio terhadap kebijakan deviden ?

5. Bagaimana pengaruh debt to equity ratio terhadap kebijakan deviden ?

6. Bagaimana pengaruh return on assets terhadap kebijakan deviden ?

7. Bagaimana pengaruh kebijakan deviden terhadap return saham?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

- Tujuan

1. Untuk menganalisis pengaruh current ratio terhadap return saham.

2. Untuk menganalisis pengaruh debt to equity ratio terhadap return saham.

3. Untuk menganalisis pengaruh return on assets terhadap return saham.

4. Untuk menganalisis pengaruh current ratio terhadap kebijakan deviden

5. Untuk menganalisis pengaruh debt to equity ratio terhadap kebijakan

deviden
9

6. Untuk menganalisis pengaruh return on assets terhadap kebijakan

deviden

7. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan deviden terhadap return saham.

- Manfaat

1. Bagi Emiten

Khususnya perusahaan-perusahaan yang masuk dalam perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia, dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam rangka pengambilan kebijakan yang berkaitan

dengan kinerja keuangan perusahaan.

2.Bagi Investor

Dapat digunakan sebagai bahan pengambil keputusan dalam

menginvestasi dananya pada sekuritas yang menghasilkan return saham

yang optimal. Dengan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi

return saham diharapkan investor mampu memprediksi return saham dan

menilai kinerja saham suatu perusahaan.

3. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan

penganalisisan tentang pasar modal, khususnya mengenai return saham.


10

4. Bagi Pembaca dan Peneliti lain

Dapat digunakan sebagai referensi khusunya yang tertarik meneliti

mengenai return saham, pada sektor Manufaktur di BEI.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Signalling Theory

Teori signal merupakan pemberian signal dilakukan oleh manajemen

untuk mengurangi informasi asimetris (Astiti et al, 2014). Informasi merupakan

unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya

menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat

ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu

perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya (Bisara, 2015). Menurut Zainudin dan

Hartono (1999) menyatakan bahwa informasi yang diberikan perusahaan melalui

laporan keuangan dapat dijadikan sinyal bagi investor untuk pengambilan

keputusan dalam berinvestasi. Jika laporan tersebut memberikan nilai yang

positif, maka diharapkan pasar dapat memberikan reaksi. Reaksi pasar ditunjukan

dengan adanya perubahan volume perdagangan saham yang dikarenakan investor

menggunakan informasi yang ada untuk dianalisis sehingga terjadi perubahan

volume dalam perdagangan saham (Sunardi, 2010).

Signalling Theory berakar dari teori akuntansi pragmatik yang

memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan

perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal

adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini nantinya

11
12

dapat mempengaruhi naik turunya harga sekuritas perusahaan emiten yang

melakukan pengumuman (Suwardjono, 2005 dalam Sukirni, 2012).

Komponen return meliputi (Halim, 2005 dalam Antara, 2012): (1). Capital

gain / loss, yaitu selisih antara harga beli dengan harga jual saham yang dibeli

oleh investor pada suatu sekuritas. (2). Yield, yaitu hasil investasi yang didapatkan

investor secara rutin (periodik), misalnya berupa dividen (saham).

Pengaruh rasio keuangan dan volume perdagangan terhadap return saham

dapat dijelaskan dengan signalling theory. Dalam penelitian ini rasio keuangan

yang digunakan berupa NPM, DER, CRA, DPR, dan TAT. Dengan menggunakan

signalling theory dapat mengurangi asimetri informasi dengan menjelaskan alasan

mengapa perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan secara sukarela

informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal.

2.1.2 Teori Random Walk

Menurut Maurice Kendall (1953) dalbeam Samsul (2006) menyatakan bahwa

pola harga saham tidak dapat diprediksi (unpredictable) karena bergerak secara

acak (random walk) (Samsul,2002). Harga saham bergerak secara acak berarti

bahwa fluktuasi harga saham tergantung pada informasi baru (new information)

yang akan diterima, tetapi informasi tersebut tidak diketahui kapan akan

diterimanya sehingga informasi baru dan harga saham itu disebut unpredictable.

Apakah informasi bersifat buruk (bad news) ataukah kabar baik (good news).

Harga saham yang bergerak secara random merupakan kosekuensi yang dari

reaksi para investor yang saling berkompetensi untuk mendapatkan informasi baru
13

sebelum investor lain menemukan informasi tersebut untuk mengambil keputusan

dalam membeli atau menjual saham dipasar modal (Prasetyaningrum,2014).

Dengan kata lain teori ini menyatakan bahwa harga saham bergerak ke arah yang

acak dan tidak dapat diperkirakan. Akan tetapi tidak ada satupun pihak yang dapat

terus menerus menebak dengan benar harga saham pada esok hari, karena

informasi esok hari tidak dapat diketahui pada hari ini. Perkiraan harga saham

esok dapat dilakukan hari ini, namun tidak menjamin kebenarannya

(Samsul,2002).

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai teori random walk, dapat

disimpulkan bahwa random walk theory merupakan teori yang menjelaskan

bahwa harga saham bergerak secara acak (random) atau fluktuatif, tidak dapat

diprediksi tergantung pada informasi baru yang diterima. Menurut samsul (2002),

harga saham yang tidak dapat diprediksi (unpredictable) berarti bahwa fluktuasi

harga saham tergantung pada informasi baru (new information) yang akan

diterima, tetapi informasi tersebut tidak dapat diketahui kapan akan diterimanya.

Informasi yang diterima bisa berupa informasi baru (good news) dan informasi

buruk (bad news). Good news bisa berupa penjulan yang meningkat tajam,

penurunan suku bunga kredit, dan perluasan usaha (ekspansi). Penjualan yang

meningkat tajam yang berati kenaikan laba yang besar berpengaruh pula terhadap

kenaikan harga saham, sedangkan perluasan usaha (ekspansi) menjadikan

perusahaan tumbuh menjadi perusahaan yang besar sehingga akan mempengaruhi

kenaikan harga saham. Kenaikan harga saham hal inilah yang menjadi minat

investor untuk membeli saham perusahaan, jika permintaan saham tersebut


14

meningkat maka harga saham akan meningkat hal ini akan berpengaruh pada

return yang meningkat pula.

Bad news berarti bahwa informasi akan berdampak negatif terhadap harga

saham, yaitu bisa berupa kenaikan drastis tingkat suku bunga bank, kenaikan

drastis harga bahan bakar, kenaikan inflasi yang tajam, dan pabrik emiten yang

terbakar habis, selain itu harga saham juga dipengaruhi oleh analisis fundamental.

2.1.3 Analisis Fundamental

Informasi yang bersifat fundamental diperoleh dari kondisi intern perusahaan

dan informasi yang bersifat teknikal diperoleh dari dari luar perusahaan, seperti

ekonomi, politik, financial, dan faktor lainnya. Informasi yang diperoleh dari

kondisi intern perusahaan yang lazim digunakan adalah informasi laporan

keuangan perusahaan (Jogiyanto, 1997 dalam Subalno 2009).

Informasi fundamental adalah informasi yang berhubungan dengan kondisi

perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang merupakan

salah satu ukuran kinerja perusahaan. informasi fundamental sering digunakan

untuk memprediksi harga saham (Faried, 2008). Analisis fundamental mencoba

memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan cara mengestimasi

nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang

akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga

diperoleh taksiran harga saham (Juwandono,2014). Analisis fundamental

mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan

mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di


15

masa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut

sehingga diperoleh taksiran harga saham (Suad Husnan, 2005). Dari laporan

keuangan dapat diketahui faktor-faktor fundamental antara lain: rasio-rasio

keuangan, arus kas, serta ukuran-ukuran kinerja lainnya yang dihubungkan

dengan return saham.

Pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh hutang, jika perusahaan dapat

mengelola hutangnya dengan baik, maka dapat digunakan untuk meningkatkan

laba perusahaan, sehingga menambah asset perusahaan, dengan meningkatkan

asset akan mendorong perusahaan menjadi lebih besar. Semakin besar suatu

perusahaan akan menarik investor untuk membeli saham pada perusahaan tersebut

maka harga saham akan meningkat dan return yang dihasilkan akan semakin

besar.

2.1.4 Return Saham

Return saham merupakan pendapatan yang berhak diperoleh investor

karena menginvestasikan dananya. Return memungkinkan investor untuk

membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang

disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan.

Seorang investor yang rasional akan sangat memperhatikan hasil pengembalian

saham karena return saham merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

keberhasilan suatu investasi (Yocelyn dan Christiawan, 2012).

Suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan atas investasi yang

dilakukan beberapa kelompok saham melalui suatu portofolio yang disebut return
16

saham. Menurut Hartono (2010) dalam Carlo (2014) menyatakan ada dua jenis

return saham, yaitu return realisasi yang merupakan return yang telah terealisasi,

yang dianalisis dengan dasar data historis, dan return ekspektasi merupakan yang

diharapkan terjadi di masa depan.

Return Realisasi merupakan return yang telah terjadi dan telah dihitung

berdasarkan data historis. Return realisasi sangat penting karena merupakan salah

satu alat pengukuran perusahaan. Return realisasi ini juga dapat digunakan dalam

penentuan return ekspketasi dan resiko di masa yang akan datang. Return

ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diterima oleh investor di masa

yang akan datang (Alexander dan Destriana, 2013). Sedangkan expected return

adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan

datang, jadi sifatnya belum terjadi. Perhitungan return ekspektasi dengan model

pasar dilakukan dengan dua tahap, yaitu: (1) Dengan membentuk model

ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2)

Menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di

periode jendela (Rosa dan Mulyani, 2013).

Return saham juga dapat diartikan sebagai dokumen surat bukti

kepemilikan suatu perusahaan. Setiap pemegang saham berhak atas bagian laba

yang dibagikan atau dividen sesuai dengan proporsi kepemilikannya, jika

perusahaan memperoleh keuntungan. Return saham dapat dibagi menjadi 2, yaitu

berupa dividen yang merupakan bagian laba perusahaan yang diterima investor

baik berupa uang tunai, saham, ataupun properti dan capital gain yang merupakan
17

selisih antara harga pembelian dengan harga jual (Rosa, 2002 dalam Phardono dan

Christiawan, 2004). Return saham dapat di tulis rumus rumus sebagai berikut :

Keterangan :

: Harga saham periode sekarang

: Harga saham periode sebelumnya

Untuk mengetahui pengaruh rasio keungan terhadap return saham dengan

kebijakan deviden sebagai variabel Intervening, penulis menggunakan jenis rasio

keuangan sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas

Terdapat beberapa pengertian Rasio Likuiditas menurut para ahli

menurut Munawir rasio likuiditas (2004:37) adalah “untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka pendek

rasio likuiditas dapat dihitung berdasarkan informasi modal kerja pos-pos aktiva

lancar dan hutang lancar.” Menurut Bambang Riyanto (2008:25) menyatakan

bahwa “Rasio likuiditas yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus

dipenuhi.” Menurut Fred Weston dalam Kasmir (2012:129) adalah “Rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka


18

pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu memenuhi

utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.”

Dari pengertian yang telah diuraikan diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa rasio likuiditas merupakan gambaran kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban financialnya (utang) jangka pendek pada saat sudah jatuh

tempo, sehingga likuiditas sering disebut dengan short term liquidity. Analisis

rasio likuiditas merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk

mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat

besarnya aktiva lancar relatif terhadap hutang lancarnya. Dengan

dipergunakannya current ratio. Sebagai alat analisis dalam melihat dan

mengukur likuiditas yaitu Current Ratio.

Terdapat beberapa pengertian current ratio menurut para ahli, menurut

Kasmir (2012:134) “untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar

kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih

secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang

tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.

Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat

keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.” Menurut Arthur J. Keown yang

diterjemahkan oleh Charlie Sariputra (2011:75) “Current ratio menunjukkan

likuiditas perusahaan yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar

terhadap hutang lancar (hutang lancar atau hutang jangka pendek).”

Berdasarkan pengertian-pengertian yang di ungkapkan oleh para ahli

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa current ratio merupakan rasio yang
19

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka

pendeknya (jatuh tempo kurang dari satu tahun) dengan menggunakan aktiva

lancar. Current ratio dapat dihitung dengan rumus tersebut:

Semakin tinggi current ratio ini berarti semakin besar kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Aktiva lancar

yang dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga, dan persediaan. Dari

aktiva lancar tersebut, persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang likuid

dibanding dengan yang lain. Akan tetapi bila current ratio terlalu tinggi ini akan

berpengaruh negatif terhadap kemampuan laba karena sebagian modal kerjanya

tidak berputar.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Menurut Darsono dan

Ashari (2005 : 54) “rasio sovabilitas adalah rasio untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya jika perusahaan

tersebut dilikuidasi”. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang

membandingkan utang perusahaan dengan total ekuitas.

DER merupakan financial Solvabilitas yang dipertimbangkan sebagai

variabel keuangan karena secara teoritis menunjukkan resiko suatu perusahaan


20

sehingga berdampak pada ketidakpastian harga saham Rasio ini dicari dengan

cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan

seluruh ekuitas. Dalam penelitian ini Debt to Equity Ratio digunakan sebagai

alat analisis dalam melihat dan mengukur solvabilitas. Rumus untuk mencari

debt to equity ratio dapat digunakan perbandingan antara total hutang dengan

total ekuitas sebagai berikut :

DER yang semakin besar menunjukkan bahwa struktur modal yang

berasal dari utang semakin besar digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada.

Semakin besar DER akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin

besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di

perusahaan.

3. Rasio Profitabilitas

Terdapat beberapa pengertian rasio profitabilitas menurut para ahli

menurut Kasmir (2012:197) “Rasio ini memberikan ukuran tingkat efektivitas

manajemen suatu perusahaan, karena menunjukkan laba yang dihasilkan dari

penjualan dan pendapatan investasi. Penggunaan rasio profitabilitas dapat

dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang

ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba

rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi agar terlihat

perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu. Menurut Agus


21

Sartono (2008:122), rasio profitabilitas adalah “kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun

modal sendiri.”

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka disimpulkan bahwa

rasio profitabilitas merupakan rasio yang memberikan tingkat kemampuan

perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) dalam hubungannya

dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Sebagai alat analisis

profitabilitas yang digunakan yaitu: Return On Assets (ROA) .

Terdapat beberapa pengertian Return On Assets (ROA) menurut para

ahli menurut Mamduh Hanafi return on assets (2004 : 83) adalah “Rasio yang

mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan

total aset ( kekayaan ) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan

biaya–biaya untuk menandai asset tersebut.” Menurut Arthur J. Keown yang

diterjemahkan oleh Charlie Sariputra (2011:80) mengatakan bahwa “Return On

Assets (ROA) menunjukkan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba

operasional atas aktiva-aktiva perusahaan, yang diukur dengan

membandingkan laba operasional terhadap total aktiva.” Menurut Lukman

Syamsudin (2004 : 63) “Return On Assets adalah pengukuran kemampuan

perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan

jumlah keseluruhan kekayaan yang tersedia di perusahaan.”

Pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Return On Assets

(ROA) menunjukan seberapa banyak laba yang bisa dihasilkan dari seluruh

pemanfaatan kekayaan yang dimilki perusahaan, sehingga dipergunakan angka


22

laba dan kekayaan perusahaan. Analisis rasio ROA merupakan teknik analisis

yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dari keseluruhan

operasi perusahaan. ROA dapat dihitung dengan rumus :

ROA yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang

dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi

perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan total aktiva yang

dipergunakan tidak memberikan keuntungan atau rugi.

2.1.5 Kebijakan Deviden

Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan

keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah

keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi

kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk

menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

Menurut Zaki Baridwan (1993) deviden yang akan dibagikan oleh

perusahaan dapat terbagi dalam beberapa jenis, yaitu: Dividen tunai (cash

dividen), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk

uang tunai dan dikenai pajak pada tahun pengeluarannya. Dividen ini yang paling

umum dan banyak digunakan dalam pembagian saham.

Dividen saham (stock dividen), yaitu dividen yang dibagikan perusahaan

kepada para pemegang saham dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah
23

saham perusahaan menjadi bertambah. Jadi, pemberian stock dividen ini

dilakukan dengan cara mengubah sebagian laba ditahan (retained earnings)

menjadi modal saham yang pada dasarnya tidak mengubah jumlah modal sendiri.

Namun demikian cash flow perusahaan tidak terganggu karena perusahaan tidak

perlu mengeluarkan uang tunai. Peristiwa ini dilakukan jika posisi kas perusahaan

atau likuiditas diperlukan oleh perusahaan. Investor dalam hal ini akan memiliki

lebih banyak saham tetapi laba per lembar saham lebih rendah. Proporsi pemilikan

investor tidak mengalami perubahan. Kebijakan deviden dapat dihitung dengan

rumus :

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Sampel
Peneliti Variabel dan metode
NO dan HASIL PENELITIAN
dan Tahun Analisis
Periode
24

Penelitian

6
perusahaan
food and
beverage CR, DER, ROA, EPS CR,DER,ROA,EPS
Aida
1 yang menggunakan regresi linier berpengaruh positif
(2017)
terdaftar di berganda. terhadap return saham.
BEI,
periode
2011-1015.
7
perusahaan
manufaktur
DER dan CR berpengaruh
sektor food
terhadap return saham,
Farda dan and ROA, DER, CR, TATO,
sedangkan ROA,
2 Aniek beverage PER menggunakan regresi
TATO,PER tidak
(2016) yang linier berganda.
berpengaruh pada return
terdaftar di
saham.
BEI,
periode
2009-2014.
45
perusahaan
NPM, DER, CR tidak
Erdianza sektor
NPM, DER, CR, TATO berpengaruh terhadap
dan property
3 menggunakan regresi linier return saham, sedangkan
Suwardi dan real
berganda. TATO berpengaruh
(2017) estate,
terhadap return saham.
periode
2011-2014.
8
perusahaan
sektor food
and CR, DER, TATO tdak
beverage CR, DER, TATO, berpengaruh terhadap
FARKHAN
4 yang ROA,PER menggunakan return saham sedangkan
(2013)
terdaftar di regresi linier berganda. ROA dan PER berpengaruh
BEI, terhadap return saham.
periode
tahun 2005
-2009.
25

7
perusahaan CR, ROA, ROE, DER
manufaktur CR,ROA,ROE,DER,TATO tidak berpengaruh pada
Angga
5 yang menggunakan uji regresi return saham. Sedangkan
(2017)
terdaftar linier berganda. TATO berpengaruh
JII, periode terhadap return saham.
2007-2011
20
perusahaan CR tidak berpengaruh
manufaktur ROA, ROA, kebijakan terhadap return saham,
Riawan
6 yang deviden menggunakan uji ROA dan kebijakan
(2016)
terdaftar regresi linier berganda. deviden berpengaruh
JII, periode terhadap return saham.
2010-2013
48
perusahaan
manufaktur Likuiditas, leverage dan
Likuiditas, leverage dan
Winda yang profitabilitas berpengaruh
7 profitabilitas menggunakan
(2013) terdaftar terhadap kebijakan
uji regresi linier berganda.
BEI, deviden.
periode
2010-2012
31
CR dan ROE berpengaruh
perusahaan
terhadap kebijakan
manufaktur CR, ROE, return saham,
deviden, CR tidak
Susanti yang kebijakan deviden
8 berpengaruh terhadap
(2016) terdaftar di menggunakan uji regresi
return saham, ROE
bei periode linier berganda.
berpengaruh terhadap
tahun
return saham.
2010-2014
Sumber : rangkuman dari berbagai jurnal

2.3 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Current ratio terhadap Return Saham

Likuiditas menurut Sandy & Asyik (2013) adalah usaha perusahaan

melunasi hutang jangka pendek. Jika likuiditas yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan semakin tinggi, berarti perusahaan tersebut sanggup melunasi

kewajiban yang sudah jatuh tempo, maka akan berpengaruh terhadap harga
26

saham. Parwati & Sudiartha (2016), rasio likuiditas diukur menggunakan current

ratio. Current ratio menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan

aktiva yang diharapkan akan konversi menjadi kas dalam jangka pendek. Semakin

tinggi current ratio, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan mempunyai

kemampuan yang lebih besar dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan

jangka pendeknya.

Hal ini berbeda dengan penelitian Thrisye dan Simu (2013), bahwa current

ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam

likuiditas dan dapat diartikan sebagai indikator awal mengenai ketidakmampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pada sisi lain, suatu

perusahaan yang memiliki current ratio terlalu tinggi bukan berarti memiliki

kinerja yang bagus. Current ratio yang tinggi, yang berarti likuiditas yang tinggi

juga menunjukkan bahwa perusahaan kurang mampu mengelola money to create

money, yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan.

semakin besar likuiditas perusahaan tersebut maka kemampuan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi, hal ini mampu meningkatkan

kredibilitas perusahaan dimata investor sehingga akan mampu meningkatkan

return saham perusahaan.

Menurut Sawir (2000) menyatakan bahwa CR yang rendah biasanya dianggap

menunjukkan terjadi masalah dalam likuiditas perusahaan. CR yang rendah

berakibat terjadi penurunan harga pasar dari saham perusahaan yang

bersangkutan. Sebaliknya jika CR terlalu tinggi belum tentu baik, karena pada

kondisi tertentu hal tersebut menunjukkan banyak dana perusahaan yang tidak
27

berputar (aktivitas sedikit-produktivitas menurun), yang pada akhirnya dapat

mengurangi kemampulabaan sebuah perusahaan. CR yang tinggi dapat

disebabkan oleh adanya piutang yang tak tertagih dan persediaan yang belum

terjual, yang tentunya tidak dapat digunakan secara cepat untuk membayar hutang

lancarnya. Perusahaan dengan posisi tersebut seringkali tidak terganggu

likuiditasnya, sehingga investor lebih menyukai untuk menginvestasikan

modalnya melalui pembelian saham perusahaan dengan nilai aktiva lancar yang

tinggi, sehingga hal ini akan meningkatkan return saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Aida (2017) menunjukkan bahwa Current

Ratio berpengaruh positif terhadap return saham. Dari berbagai uraian di atas

maka dapat di simpulkan bahwa.

H1: Current Ratio berpengaruh terhadap return saham.

2.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham

Debt Equity Ratio (DER) adalah solvabilitas rasio yang dipandang

sebagai seberapa besar tanggung jawab yang dimiliki perusahaan terhadap

kreditur sebagai pihak yang telah memberikan modal pinjaman kepada

perusahaan, apabila nilai DER meningkat, maka tanggungan perusahaan semakin

besar (Yuliantari dan Sujana, 2014). Informasi DER akan mempengaruhi kinerja

saham dan menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham.

Rasio ini merupakan rasio Solvabiltas yang mengukur kemampuan kinerja

perusahaan dalam mengembalikan huttang jangka panjangnya dengan melihat

perbandingan antara debt dengan total equity (Thrisye dan Simu, 2013). Dari
28

pandangan investor, semakin tinggi DER menunjukkan semakin besar

ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar sehingga tingkat risiko perusahaan

semakin besar dalam memenuhi kewajiban hutangnya, yaitu membayar pokok

hutang ditambah dengan bunganya. Hal ini membawa dampak pada menurunya

harga saham, return saham akan menurun sehingga investor tidak responsif

terhadap informasi ini dalam pengambilan keputusan investasi pada saham yang

mungkin dikarenakan adanya krisis keuangan global (Thrisye dan Simu, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Farda dan Aniek (2016) Debt to Equity Ratio

berpengaruh negatif terhadap return saham. Penjelasan diatas berkaitan dengan

Balancing Theory, dimana keseimbangan antara manfaat dan pengorbanaan yang

ada akibat penggunaan hutang. Dari berbagai uraian di atas maka dapat di

simpulkan bahwa.

H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap return saham.

2.3.3 Pengaruh Return on Assets terhadap Return Saham

Rasio Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun

modal sendiri. Disini rasio profitabilitas diproksikan dengan return on assets.

merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

dengan menggunkan modal sendiri, sehingga ROA ini sering disebut sebagai

rentabilitas modal sendiri. (Aida, 2017) Return on assets mempengaruhi return

saham. Hal ini berarti salah satu faktor penting lain yang harus diketahui oleh para

calon investor, yaitu return on assets (ROA), dimana rasio ini menggambarkan

tingkat laba yang diperoleh perusahaan dengan tingkat investasi yang ditanamkan.
29

Rasio ini diperoleh dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan total modal

sendiri. Tingkat ROA yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bagi pemegang saham. Jika perusahaan dapat menghasilkan

laba yang tinggi, maka permintaan akan saham meningkat dan selanjutnya akan

berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan. Ketika harga saham

semakin meningkat maka return saham juga akan meningkat. Di sisi lain tingat

ROA yang tinggi akan berdampak pada rendahnya tingkat penggunaan dana

eksternal. Hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi

akan mempunyai dana internal yang besar, sehingga ROA berpengaruh positif

terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Farkhan (2013) ROA

berpengaruh terhadap return saham. Dari berbagai uraian di atas maka dapat di

simpulkan bahwa.

H3 : Return on Assets berpengaruh terhadap return saham.

2.3.4 Pengaruh Current Ratio terhadap kebijakan deviden

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala

kewajiban jangka pendek perusahaan. Likuiditas perusahaan merupakan faktor

yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk

menetapkan besarnya dividen yang akan dibagikan karena dividen merupakan

outflow, maka semakin kuat posisi likuiditas berarti semakin besar kemampuan

perusahaan membayar dividen (Riyanto, 2008). Perusahaan yang mempunyai

tingkat likuiditas yang tinggi, perusahaan tersebut mempunyai kesempatan dalam

memenuhi segala kewajiban jangka pendek termasuk dengan membayar dividen

ke pemilik modal. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin likuid suatu


30

perusahaan kemungkinan membayar membayar dividen semakin besar juga.

sehingga hubungan antara likuiditas dengan kebijakan dividen adalah positif.

Winda (2013), menemukan bahwa likuiditas mempunyai hubungan positif dengan

kebijakan dividen. Kebijakan deviden sebagai pertimbangan investor untuk

berinvestasi, sehingga semakin tinggi CR maka kebijakan deviden akan semakin

meningkat.

H4 : Current Ratio berpengaruh terhadap kebijakan deviden.

2.3.5 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap kebijakan deviden

Solvabilitas merupakan ukuran rasio hutang perusahaan. Menurut Howton

et. al. (1998) dalam Suharli dan Oktorina (2005) perusahaan mempunyai peluang

investasi tidak menguntungkan serta arus kas bebas yang tinggi. Rozef (1982)

dikutip oleh Suharli dan Oktorina (2005), menyatakan bahwa perusahan yang

solvabilitas tinggi akan memberikan dividen yang rendah, dengan maksud

mengurangi ketergantungan akan pendanaan secara eksternal. Rasio Solvabilitas

yang sering digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER digunakan

sebagai faktor penentu dalam penelitian Suharli dan Oktorina (2005). Rasio ini

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya

yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk

membayar hutang. Semakin besar rasio DER menunjukkan semakin besar

kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban. Peningkatan hutang akan

mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham

yang artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan akan semakin menurunkan


31

kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Berarti semakin tinggi tinggi

tingkat solvabilitas suatu perusahaan maka semakin rendah dividen yang

diberikan. Winda (2013) menemukan bahwa solvabilitas perusahaan berpengaruh

negatif terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kebijakan deviden sebagai

pertimbangan investor untuk berinvestasi, Semakin kecil nilai DER maka akan

semakin baik karena nilai DER yang kecil menandakan bahwa perusahaan tidak

terlalu bergantung pada hutang dan akan memberikan deviden kepada pemegang

saham sehingga return saham akan semakin meningkat. Dari berbagai uraian di

atas maka dapat di simpulkan bahwa.

H5 : Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap kebijakan deviden.

2.3.6 Pengaruh Return On Asset terhadap kebijakan deviden

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

profit atau laba. Perusahaan yang dapat membukukan profit tinggi maka

perusahaan tersebut dinilai berhasil dalam menjalankan usaha. Perusahaan yang

dapat menciptakan profit atau laba besar berarti perusahaan dapat menciptakan

pendanaan internal bagi perusahaan sendiri. Setelah ada dana tersebut, maka

perusahaan akan menggunakan untuk ditahan menjadi laba ditahan dan dibagikan

kepada para pemilik sebagai dividen. Menurut Suharli (2007) menyatakan bahwa

pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai

keberhasilan perusahaan dalam membukukan profit. Sinyal tersebut

menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen adalah

fungsi dari keuntungan. Dengan demikian profitabilitas mutlak diperlukan untuk

perusahaan apabila hendak membayar dividen. Dividen adalah bagian dari laba
32

bersih yang dihasilkan perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan jika

perusahaan memperoleh laba. Hubungan antara profitabilitas dengan kebijakan

dividen dapat dianalogikan sebagai berikut. Sebuah perusahaan yang dapat

membukukan laba maka perusahaan tersebut dapat memilih untuk menahan laba

atau membagikan sebagai dividen. Jika perusahaan membagikan dividen maka

pendanaan internal perusahaan akan berkurang. Pembayaran dividen sangat

bergantung pada pendapatan/laba yang diperoleh perusahaan. Menurut Brigham

dan Houston (2001), teori “bird in the hand” dapat dijelaskan dengan

menggunakan pemahaman bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai

pendapatan yang diharapkan dari dividen dibandingkan dengan pendapatan yang

diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen risikonya lebih

kecil dari komponen keuntungan modal (capital gain). Berdasarkan uraian di atas,

maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi profitabilitas maka

semakin tinggi juga dividen yang dibagikan. Riawan (2016) menemukan bahwa

profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan kebijakan dividen. Kebijakan

deviden sebagai pertimbangan investor untuk berinvestasi, sehingga semakin

tinggi ROA dengan kebijakan deviden yang tinggi pula maka return saham akan

semakin meningkat. Dari berbagai uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa.

H6 : Return on Assets berpengaruh terhadap return saham.

2.3.7 Pengaruh kebijakan deviden terhadap return saham

Kebijakan dividen dijadikan sebagai dasar pertimbangan investor untuk

berinvestasi. Menurut (Susanti, 2016) pemegang saham menginginkan agar

dividen dibayarkan sebesar-besarnya sedangkan pihak manajemen perusahaan


33

menginginkan laba perusahaan ditahan guna melakukan investasi kembali.

Pembagian dividen yang meningkat tiap periodenya akan sulit dicapai oleh

perusahaan dikarenakan keuntungan yang didapatkan perusahaan tidak selalu

mengalami peningkatan melainkan adanya fluktuasi. Melalui besarnya dividen

yang akan dibagikan akan berkaitan dengan besarnya return saham yang akan

diterima oleh pemegang saham. Manajemen akan mengambil kebijakan dividen

berdasarkan besar atau rendahnya laba yang diperoleh perusahaan. Riawan (2016)

menemukan bahwa kebijakan deviden mempunyai hubungan positif dengan

return saham . Kebijakan deviden sebagai pertimbangan investor untuk

berinvestasi, sehingga semakin tinggi kebijakan deviden maka return saham akan

semakin meningkat. Dari berbagai uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa.

H7 : Kebijakan deviden berpengaruh terhadap return saham

2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, rumusan masalah tujuan

penelitian dan landasan teori yang dikemukakan di atas maka hubungan antara

variabel dalam penelitan ini dapat dijelaskan dalam sebuah kerangka pemikiran

mengenai pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Eqity Ratio (DER) dan Return

On Asset (ROA) terhadap Return Saham dengan Kebijakan Deviden sebagai

variabel intervening yang akan dijelakan pada gambar 2.1. pada gambar tersebut

terlihat adanya keterkaitan pengaruh variabel Independen, Dependen dan

Intervening.
34

Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

H1

CR
(X1)
H4

DER H5 Kebijakan H7 Return Saham


(X2) Deviden (Y)

H2
H6
ROA
(X3)

H3
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.1.1 Variebel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas Sugiyono (2014). Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham. Cara mengukur return

saham adalah selisih antara harga saham saat ini (closing price pada periode t)

dengan harga saham periode sebelumnya (closing price pada periode t-1) dibagi

dengan harga saham periode sebelumnya (closing price pada periode t-1)

(Jogiyanto,1997) dalam (Nugraha dan Mertha,2016).

………………………………..………………… (1)

Keterangan:

Pt = Harga penutupan saham periode sekarang

Pt-1 = Harga penutupan saham periode sebelumnya

3.1.2 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau

variabel terikat Sugiyono (2014).

35
36

Variabel independen dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Likuiditas, adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya (Horne dan Wachowicz, 2009). Rasio likuiditas diproksikan dengan

current ratio, yaitu perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar. Semakin

tinggi current ratio, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan mempunyai

kemampuan yang lebih besar dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan

jangka pendeknya Parwati & Sudiartha (2016).

...................................................................................................................(2)

2. Solvabilitas, adalah kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban

jangka panjangnya. Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 54) Rasio sovabilitas

adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi”. Debt to Equity Ratio (DER)

merupakan rasio yang membandingkan utang perusahaan dengan total ekuitas.

Meningkatnya nilai DER dalam kurun waktu tertentu menandakan bahwa

perusahaan beroperasi dengan ditopang hutang dari kreditor.

........................................................................................(3)
37

3.Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio

profitabilitas diproksikan dengan return of assets yang merupakan perbandingan

laba bersih dengan total assets. Jika return on assets semakin meningkat, maka

kinerja perusahaan perusahaan juga semakin membaik, karena tingkat

pengembalian semakin meningkat (Hardiningsih, et al,2002) dalam (Nugraha dan

Mertha 2016).

…………………………...…….......…………(4)

3.1.3 Variabel Intervening

Variabel Interveing adalah suatu variabel independen lainnya yang

dimasukkan ke dalam model karena mempunyai efek kontingensi dari hubungan

variabel dependen dan variabel independen lainnya. Variabel Intervening dalam

penelitian ini adalah:

1.Kebijakan Deviden, adalah pembagian laba kepada pemegang saham

berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi

laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tetapi distribusi keuntungan

kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis.

…………..................……………..………….......……..(5)
38

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

NO NAMA DEFINISI INDIKATOR SUMBER


VARIABEL OPERASIONAL
1. Likuiditas adalah Kasmir
(CR) kemampuan (2008)
perusahaan
untuk memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya.
2. Solvabilitas adalah . Kasmir
(DER) kemampuan (2008)
perusahaan
untuk memenuhi
kewajiban
investasi dan
utang jangka
panjang.
3. Profitabilitas adalah Samsudin
(ROA) kemampuan (2004)
perusahan dalam
memperoleh
laba.
4. Kebijakan adalah Michell
Deviden pembagian laba dan
kepada Megawati
pemegang saham (2005)
berdasarkan
banyaknya
saham yang
dimiliki.
5. Return Return Saham Rosa dan
Saham merupakan Mulyani
keuntungan yang (2013)
diperoleh atas
kepemilikan
saham
39

3.2 Obyek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penentuan Sampel

3.2.1. Obyek Penelitian dan Unit Sampel

Obyek penelitian yang dipilih adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan manufaktur dijadikan penelitian karena

pada tahun 2013-2015 return saham di perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI mengalami penurunan.

3.2.2. Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono,2014). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah seluruh perusahaan yang tergolong perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013 sampai 2017 yang berjumlah 161

perusahaan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu (Sugiyono,2014).

Berikut adalah perusahaan-perusahaan yang telah memenuhi kriteria-kriteria

sampel.
40

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

tahun 2013-2017.

2. Perusahaan manufaktur yang konsisten membagikan dividen tunai selama

tahun 2013-2017.

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI di tahun 2017 ada 161

perusahaan, yang konsisten membagikan laporan keuangan dari tahun 2013-

2017 adalah 123 perusahaan, yang konsisten membagikan deviden dari tahun

2013 - 2017 adalah 19 perusahaan. Sehingga dari kriteria tersebut peneliti

memperoleh sampel sebanyak 19 perusahaan, yaitu:

1. INTP (Indocement Tunggal Prakasa Tbk)

2. TOTO (Surya Toto Indonesia Tbk)

3. EKAD (Ekadharma International Tbk)

4. CPIN (Charoen Pokphand Indonesia Tbk)

5. INKP (Indah Kiat Pulp & Paper Tbk)

6. TKIM (Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk)

7. ASII (Astra International Tbk)

8. AUTO (Astra Otoparts Tbk)

9. IMAS (Indomobil Sukses Internasional Tbk)

10. SMSM (Selamat Sempurna Tbk)

11. TRIS (Trisula International Tbk)

12. BATA (Sepatu Bata Tbk)

13. ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur Tbk)

14. INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk)


41

15. MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk)

16. GGRM (Gudang Garam Tbk)

17. HMSP (H.M. Sampoerna Tbk)

18. KLBF (Kalbe Farma Tbk)

19. UNVR (Unilever Indonesia Tbk)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

berupa data laporan keuangan perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek

Indonesia periode tahun 2013-2017 dan perusahaan yang menerbitkan annual

report dan laporan keuangan 2013-2017 di website www.idx.co.id.

3.4 Metode Analisis Penelitian

Data yang didapat dari hasil penelitian ini adalah data kuantitatif, yang

selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan jenisnya. Data kuantitatif adalah data

penelitoian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik

(Sugiyono,2014). Analisis data kuatitatif yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis regresi liner berganda.

3.4.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul


42

sebagaimana adanya tanpa bermaksut membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi (Sugiyono,2014). Analisis deskriptif memberikan

gambaran tentang variabel-variabel dalam penelitian ini yang dilihat dari rata-rata

(mean), nilai maksimum dan minimum, jumlah data, dan standar deviasi.

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa sampel yang diteliti

terbebas dari gangguan normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan

autokorelasi.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel bebas

dan variabel terikat memiliki distribusi normal. Metode regresi yang baik adalah

memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali,2016). Dalam

penelitian ini pengujian normalitas dilakukan denga uji statistik non parametik

One Kolmogorov Smirnov. Pengambilan keputusan ini didasarkan pada:

1. Apabila nilai probabilitas > 0,05 atau 5 persen, maka distribusi normal.

2. Apabila nilai probabilitas < 0,05 atau 5 persen, maka distribusi data tidak

normal.

3.4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel bebas

dan variabel terikat memiliki distribusi normal. Metode regresi yang baik adalah

memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali,2016). Dalam

penelitian ini pengujian normalitas dilakukan denga uji statistik non parametik

One Kolmogorov Smirnov. Pengambilan keputusan ini didasarkan pada:


43

1. Apabila nilai probabilitas > 0,05 atau 5 persen, maka distribusi normal.

2. Apabila nilai probabilitas < 0,05 atau 5 persen, maka distribusi data tidak

normal.

3.4.2.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya) (Imam

Ghozali, 2016).

Menurut Ghozali (2016) untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi

dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

a. Uji Durbin-Waston (DW test)

Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order

autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intecept (konstanta) dalam model

regresi dan tidak variabel lagi diantara variabel independen. Pengambilan

keputusan ada tidaknya autokorelasi:

Hipotesis nol Keputusan Jika


Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4-d1 < d < 4
Tidak ada autokorelasi negative No decision 4-du ≤ d ≤ 4-d1
Tidak ada autokorelasi positif atau Terima Du < d < 4-du
negative
44

3.4.2.3 Uji Multikolinearitas

Tujuan uji multikolinieritas adalah untuk mengetahui keberadaan korelasi

antar variabel bebas (independen) dalam sebuah model regresi. Model regresi

yang baik seharusnya memiliki variabel independen yang tidak saling berkorelasi.

Multikolinieritas terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode

berkorelasi satu sama lain, ketika korelasi antar variabel independen sangat tingg

maka sulit untuk memisahkan masing-masing pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen. Pengujian terhadap multikolinearitas dapat dideteksi

dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Jika

nilai tolerance value > 0.10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas

(Ghozali, 2012).

3.4.2.4 Uji Heterokedastistas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain (Ghozali, 2016). Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdastisitas dan jika berbada

disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokesdatisitas

atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2016). Salah satu metode yang

dilakukan untuk mengetahui hheterokedastisitas dengan melakukan uji glejser.

Dalam uji glejser nilai absolut residual diregres terhadap variabel bebas (Ghozali,

2016). Kriteria tidak terjadi heterokedastisitas apabila tidak ada indikasi terjadi

heterokedastisitas dimana indikasi heterokedastisitas adalah jika variabel


45

independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen. Adapun

kriteria pengujian uji glejser sebagai berikut:

a. Jika signifikansi/ probabilitas < 0,05 maka telah terjadi

heteroskedasititas.

b. Jika signifikansi/ probabilitas > 0,05 maka tidak terjadi

heteroskedasititas.

3.4.3 Analisis Regresi Berganda

Penelitian ini menggunakan analisis linier berganda yang digunakan untuk

menganalisis uji hipotesis penelitian. Analisis dan pengujian dilakukan untuk

mengetahui pengaruh likuiditas, solvabilitas, profitabilitas terhadap return saham

dengan kebijakan deviden sebagai variable intervening. Persamaan regresi yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Y1 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e....................................................................(6)

Y2 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4Y1 + e........................................................(7)

Dimana:

(Y1) : Kebijakan deviden

(Y2) : Return Saham

(a) : konstanta

(b1 - b) : koefisien regresi


46

X1 : Likuiditas (CR)

X2 : Solvabilitas (DER)

X3 : Profitabilitas (ROA)

e : error

3.4.4 Pengujian Hipotesis

Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji

statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditilak). Sebaliknya

disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho

diterima (Ghozali, 2016). Metode pengujian hipotesis yang diajukan adalah uji

signifikan parameter individual.

3.4.4.1 Uji Signifikan Parameter Individual

Uji statistik t pada dasrnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen (Ghozali, 2016). Kriteria hipotesis :

Ho : bi = 0, berarti tidak ada pengaruh individu (parsial) yang signifikan antara

variabel independen secara individu terhadap variabel dependen.

Ha : bi ≠ 0, berarti ada pengaruh individu (parsial) yang signifikan antara variabel

independen secara individu terhadap variabel dependen.

Adapun Kriteria pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan pengujian

berikut ini:
47

 Jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05, maka tidak terdapat

pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel

terikat (Y) secara individual. Dengan demikian hipotesis ditolak.

 Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05, maka terdapat pengaruh

yang signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat

(Y) secara individual. Dengan demikian hipotesis diterima.

3.4.5 Uji Kelayakan Model

3.4.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variabel-variabel dependen (Ghozali,2016). Nilai

koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai (R2) yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,2016).

3.4.5.2 Uji F-Statistik

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengukur

goodness of fit, yaitu ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual.

Jika nilai signifikansi F < 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk

memprediksi variabel independen. Uji statistik F juga menunjukkan apakah semua


48

variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model memepunyai

pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Uji statistik F mempunyai

signifikansi 0,05 (Ghozali, 2016). Kriteria pengujian hipotesis dengan

menggunakan statistik F adalah jika nilai signifikansi F < 0,05, maka hipotesis

alternatif diterima, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara

simultan dan signifikan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali,2016).

3.4.6 Analisis Jalur

Menurut Ghozali (2016) menyatakan bahwa model path analysis (analisis

jalur) digunakan untuk menganilisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan

yntuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat

variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis jalur dimulai dengan menyusun

model hubungan antar variabel yang dalam hal ini disebut diagram jalur

menunjukan besarnya pengaruh masing – masig variabel independen terhadap

variabel dependen disebut koefisien jalur.

3.4.7 Uji Sobel

Sobel test merupakan uji untuk mengetahui apakah hubungan yang

melalui sebuah variabel mediasi secara signifikan mampu sebagai mediator dalam

hubungan tersebut. Uji sobel menggunakan rumus :


49

Sp2p3 = √

t=
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Manufaktur adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan barang

mentah menjadi barang siap pakai. Perusahaan manufaktur saat ini berkembang

sangat pesat setiap tahunnya baik dari segi laporan keuangan maupun saham yang

telah go publik. Prospek bisnis di bidang manufaktur juga terbukti sangat

menguntungkan setiap tahunnya yang nantinya akan menarik para investor untuk

menanamkan modalnya kepada perusahaan tersebut. Saham perusahaan

manufaktur setiap tahun juga mengalami kenaikkan karena banyak investor yang

tertarik menanamkan modalnya disektor perusahaan ini untuk keperluan investasi

guna memenuhi kebutuhan dimasa yang akan datang.

Penelitian ini mengenai pengaruh likuiditas, solvabilitas, profitabilitas

terhadap return saham dengan kebijakan deviden sebagai variabel intervening.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 5 variabel. Diantaranya, 3

variabel independen, 1 variabel intervening, dan 1 variabel dependen yang

disimbolkan dengan x1 (likuiditas), x2 (solvabilitas), x3 (profitabilitas), y1

(kebijakan deviden), dan y2 (return saham).

Pada bab ini akan dibahas tahap-tahap pengolahan data yag kemudian

akan dianalisis dengan faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Penelitian

50
51

ini menggunakan sampel perusahaan dengan merujuk kepada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017 yang

ditentukan berdasarkan metode purposive sampling yang telah dijelaskan

sebelumnya. Maka dari 161 perusahaan manufakturhanya terdapat 19 perusahaan

yang bisa dijadikan sampel.Adapun jumlah sampel akhir yang digunakan dalam

penelitin ini adalah:

Tabel 4.1

Spesifikasi Sampel

Perusahaan manufaktur 161

Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI tahun 2013-2017 123

Perusahaan manufakturyang tidak membagi dividen secara konsisten (104)

Jumlah sampel yang digunakan 19

Tahun pengamatan 2013-2017 5

Jumlah sampel gabungan 5 Tahun (2013-2017) 95

Sumber : BEI, data diolah

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Berdasarkan data sampel yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan

yang dipublikasikan dalam website tahun 2013 sampai tahun 2017 diperoleh

deskripsi mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Gambaran atau deskripsi dari suatu data ini dilihat dari jumlah sampel, nilai

minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, standar deviasi.


52

Tabel 4.2
STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KEBIJAKAN DEVIDEN (Y1) 95 5.00 55576.00 921.4452 5704.27277


RETURN SAHAM (Y2) 95 -82.00 465.00 13.5895 63.22326
LIKUIDITAS (X1) 95 51.39 656.74 220.3960 128.50073
SOLVABILITAS (X2) 95 .15 3.03 .9567 .73213
PROFITABILITAS (X3) 95 -1.22 71.51 14.1844 13.93824
Valid N (listwise) 95
Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Setelah melakukan uji normalitas terdapat outlier. Agar data menjadi

normal perlu dihilangkan beberapa outlier. Outlier dilakukan sebayak 2 kali yang

pertama menghilangkan data nomor 1, 3, 5, 12, 15, 17, 19, 20, 28, 34, 36, 47, 55,

57, 58, 60, 66, 74, 75, 76, 77, 79, 81, 82, 91, 92, 93, 94, 95 dan yang kedua

menghilangkan data pada nomor 3, 6, 11, 16, 17, 21, 25, 27, 32, 33, 41, 42, 47,

55, 56, 61. Berikut pada tabel 4.3 adalah perubahan statistik deskriptif setelah

outlier dihilangkan.

Tabel 4.3
STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KEBIJAKAN DEVIDEN (Y1) 50 5.00 256.00 94.8948 83.86928


RETURN SAHAM (Y2) 50 -62.00 75.00 5.7000 25.33550
LIKUIDITAS (X1) 50 122.86 379.23 214.4836 66.18198
SOLVABILITAS (X2) 50 .25 1.44 .6586 .25473
PROFITABILITAS (X3) 50 2.25 24.09 10.1312 5.53621
Valid N (listwise) 50

Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21


53

1. Kebijakan Deviden (DPR)

Dari 50 sampel data DPR, nilai minimum sebesar 5 yang dimiliki oleh

Trisula International Tbk dengan nilai maksimum 256 yang dimiliki oleh

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Kemampuan perusahaan yang go public

dalam menerangkan DPR, rata-rata sebesar 94,8948 dan standart deviasi

83,86928. Standart deviasi yang lebih kecil dari mean menunjukan data yang

kurang bervariasi.

2. Return Saham

Dari 50 sampel data return saham, nilai minimum sebesar -62 yang

dimiliki oleh Astra Otoparts Tbk dengan nilai maksimum 75 yang dimiliki oleh

Surya Toto Indonesia Tbk. Kemampuan perusahaan yang go public dalam

menerangkan return saham, rata-rata sebesar 5,7 dan standart deviasi 25,3355.

Standart deviasi yang lebih besar dari mean menunjukan data yang bervariasi.

3. Likuiditas (CR)

Dari 50 sampel data CR, nilai minimum sebesar 122,86 yang dimiliki oleh

Astra International Tbk dengan nilai maksimum 379,23 yang dimiliki oleh

Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Kemampuan perusahaan yang go public dalam

menerangkan CR, rata-rata sebesar 214,4836 dan standart deviasi 66,18198.

Standart deviasi yang lebih kecil dari mean menunjukan data yang kurang

bervariasi.
54

4. Solvabilitas (DER)

Dari 50 sampel data DER, nilai minimum sebesar 0,25 yang dimiliki oleh

Kalbe Farma Tbk dengan nilai maksimum 1,44 yang dimiliki oleh Indah Kiat

Pulp & Paper Tbk. Kemampuan perusahaan yang go public dalam menerangkan

DER, rata-rata sebesar 0,6586 dan standart deviasi 0,25473. Standart deviasi yang

lebih kecil dari mean menunjukan data yang kurang bervariasi.

5. Profitabilitas (ROA)

Dari 50 sampel data (ROA), nilai minimum sebesar 2,25 yang dimiliki

oleh Astra Otoparts Tbk dengan nilai maksimum 24,09 yang dimiliki oleh

Selamat Sempurna Tbk. Kemampuan perusahaan yang go public dalam

menerangkan ROA, rata-rata sebesar 10,1312 dan standart deviasi 5,53621.

Standart deviasi yang lebih kecil dari mean menunjukan data yang kurang

bervariasi.

4.2.2. Pengujian Asumsi Klasik

4.2.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Penelitian ini

mengunakan analisis statistik Kolmogorov-Smirnov pada residual persamaan

dengan kriteria pengujian adalah jika probability value > 0,05 maka data

terdistribusi normal dan jika probability value< 0,05 maka data terdistribusi tidak

normal. Berikut disajikan hasil uji normalitas data penelitian model penelitian

yang pertama dengan variabel dependen DPR terlihat dalam tabel berikut :
55

Tabel 4.4
Hasil Uji Normailitas Model I

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual

N 50
Mean .0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 68.77465037
Absolute .085
Most Extreme Differences Positive .085
Negative -.065
Kolmogorov-Smirnov Z .600
Asymp. Sig. (2-tailed) .865

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Berdasarkan Tabel 4.4 maka dapat dilihat nilai Asymp. Sig (2-tailed)

sebesar 0,865 karena lebih besar dari dari 0,05 maka data terdistribusi normal

sehingga model regresi I dapat dikatakan baik.

Model penelitian yang kedua dengan variabel dependen return saham

terlihat dalam tabel 4.5. berikut :


56

Tabel 4.5
Hasil Uji Normailitas Model II

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual

N 50
Mean .0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 24.14493097
Absolute .056
Most Extreme Differences Positive .056
Negative -.047
Kolmogorov-Smirnov Z .396
Asymp. Sig. (2-tailed) .998

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Berdasarkan Tabel 4.5 maka dapat dilihat nilai Asymp. Sig (2-tailed)

sebesar 0,998 karena lebih besar dari dari 0,05 maka data terdistribusi normal

sehingga model regresi II dapat dikatakan baik.

4.2.2.2. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan

padaperiode t – 1 (sebelumnya) (Ghozali, 2012). Pengujian Autokorelasi di dalam

penelitian ini menggunakan uji durbin watson. Pada model persamaan ini

terdapat 3 variabel independen. Sampel yang diuji dalam penelitian ini sebayak 50
57

sampel. Hasil uji autokorelasi model I dengan variabel dependen kebijakan

deviden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi Model I

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
a
1 .572 .328 .284 70.98188 1.832

a. Predictors: (Constant), PROFITABILITAS (X3), SOLVABILITAS (X2), LIKUIDITAS (X1)


b. Dependent Variable: KEBIJAKAN DEVIDEN (Y1)
Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Berdasarkan hasil uji autokorelasi dalam Tabel 4.6 untuk regresi

persamaan ini diperoleh nilai Durbin watson sebesar 1.832. Dimana nilai 1,6739 <

1.832 < 4-1,6739 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam

regresi ini.

Model penelitian yang kedua dengan variabel dependen return saham

terlihat dalam tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi Model II

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate

1 .303a .092 .033 24.91983 1.399

a. Predictors: (Constant), PROFITABILITAS (X3), SOLVABILITAS (X2), LIKUIDITAS (X1)


b. Dependent Variable: RETURN SAHAM (Y2)
Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21
58

Berdasarkan hasil uji autokorelasi dalam Tabel 4.7 untuk regresi

persamaan ini diperoleh nilai Durbin watson sebesar 1.399. Dimana nilai 0< 1.399

< 1.4206 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi autokorelasi dalam regresi ini.

Maka peneliti melakukan pengobatan dengan uji Run Test dengan hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi Model II

Runs Test
Unstandardized
Residual

Test Valuea -1.75512


Cases < Test Value 25
Cases >= Test Value 25
Total Cases 50
Number of Runs 20
Z -1.715
Asymp. Sig. (2-tailed) .086

a. Median
Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Berdasarkan hasil uji autokorelasi dalam Tabel 4.8 untuk regresi

persamaan ini diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,086 dimana nilai

tersebut lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

autokorelasi dalam regresi ini.

4.2.2.3 Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas adalah untuk menguji model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Multikolinieritas dapat juga


59

dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF).

Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang

dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap

variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregresi terhadap

variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh varibel independen lainnya.

Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =

1/Tolerace). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya

multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF >10

(Ghozali, 2012). Hasil uji multikolonieritas model pertama dengan kebijakan

deviden sebagai variabel dependen dapat dilihat dari tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolonieritas Model I

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 71.181 65.357 1.089 .282

LIKUIDITAS (X1) -.597 .220 -.471 -2.715 .009 .485 2.064

SOLVABILITAS 109.279 49.078 .332 2.227 .031 .658 1.520


1
(X2)

PROFITABILITAS 7.886 2.372 .521 3.325 .002 .596 1.677


(X3)

a. Dependent Variable: KEBIJAKAN DEVIDEN (Y1)


Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Berdasarkan hasil pada Tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa dalam model

persamaan pertama menunjukkan nilai VIF (variane inflation factor) dibawah 10


60

dan nilai tolerance di atas 0,10. Hasil perhitungan nilai Tolerance variabel

likuiditas, solvabilitas, profitabilitas menunjukan hasil lebih dari 0,10 yaitu 0,485;

0,685; 0,596 dan hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) sebesar

2,064; 1,520; 1,167 tidak ditemukannya variabel independen yang memiliki VIF

lebih dari 10 , sehingga dapat dijelaskan menurut pengujian model pertama

terbebas dari masalah multikolinieritas menunjukkan tidak terdapat

multikolonieritas.

Model penelitian yang kedua dengan variabel dependen return saham

terlihat dalam tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolonieritas Model II

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics

B Std. Error Beta Toleranc VIF


e
(Constant) 14.246 22.945 .621 .538

LIKUIDITAS (X1) -.107 .077 -.280 -1.388 .172 .485 2.064

SOLVABILITAS -4.915 17.230 -.049 -.285 .777 .658 1.520


1
(X2)

PROFITABILITAS 1.747 .833 .382 2.098 .041 .596 1.677


(X3)

a. Dependent Variable: RETURN SAHAM (Y2)


Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Berdasarkan hasil pada Tabel 4.10 dapat dijelaskan bahwa dalam model

persamaan pertama menunjukkan nilai VIF (variane inflation factor) dibawah 10

dan nilai tolerance di atas 0,10. Hasil perhitungan nilai Tolerance variabel
61

likuiditas, solvabilitas, profitabilitas menunjukan hasil lebih dari 0,10 yaitu 0,485;

0,658; 0,596 dan hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) sebesar

2,064; 1,520; 1,677 tidak ditemukannya variabel independen yang memiliki VIF

lebih dari 10 , sehingga dapat dijelaskan menurut pengujian model kedua terbebas

dari masalah multikolinieritas menunjukkan tidak terdapat multikolonieritas.

4.2.2.4 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Padapenelitian ini menguji ada tidaknya heteroskedastistas adalah

dengan menggunakan Uji Glesjer. Analisis yang dilakukan yaitu dengan melihat

signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen. Jika variabel

independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada

indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas

signifikansinya jika diatas 0,05, maka dapat disimpulkan model regresi tidak

mengandung adanya Heteroskedastisitas (Ghozali, 2012). Hasil uji

heterokedastisitas model I dengan variabel dependen kebijakan deviden dapat

dilihat pada tabel berikut :


62

Tabel 4.11
Hasil Uji Heterokedastisitas Model I

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 11.658 33.667 .346 .731

LIKUIDITAS (X1) -.002 .113 -.003 -.015 .988


1 SOLVABILITAS (X2) 59.806 25.281 .399 2.366 .022

PROFITABILITAS .588 1.222 .085 .481 .633


(X3)

a. Dependent Variable: Abs_Res


Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dijelaskan bahwa data variabel yang

digunakan terindikasi terjadinya heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari

probability value (Sig) untuk variabel independen X2 menunjukan nilai lebih kecil

dari 0,05. Likuiditas (0,988), Solvabilitas (0,022), Profitabilitas (0,633). Maka

peneliti melakukan transformasi data dengan cara LN pada variabel dependen dan

independen dengan hasil sebagai berikut :


63

Tabel 4.12
Hasil Uji Heterokedastisitas Model I

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -.683 .836 -.818 .418

LG_X1 .568 .410 .293 1.388 .172


1
LG_X2 .326 .256 .224 1.274 .209

LG_X3 -.216 .183 -.216 -1.183 .243

a. Dependent Variable: Abs_Res_2


Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa data variabel yang

digunakan tidak terindikasi terjadinya heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat

dari probability value (Sig) untuk semua variabel independen menunjukan nilai

lebih besar dari 0,05. Likuiditas (0,172), Solvabilitas (0,209), Profitabilitas

(0,243).

Model penelitian yang kedua dengan variabel dependen return saham

terlihat dalam tabel 4.13. berikut :


64

Tabel 4.13
Hasil Uji Heterokedastisitas Model II

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) .723 1.149 .629 .535

LG_X1 -.229 .569 -.115 -.402 .691


1
LG_X2 .456 .337 .304 1.355 .188

LG_X3 .210 .237 .225 .885 .385

a. Dependent Variable: ABS_RES_3


Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dijelaskan bahwa data variabel yang

digunakan tidak terindikasi terjadinya heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat

dari probability value (Sig) untuk semua variabel independen menunjukan nilai

lebih besar dari 0,05. Likuiditas (0,691), Solvabilitas (0,188), Profitabilitas

(0,385).

4.2.3 Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat pengaruh variabel


independen terhadap DPR dan variabel independen terhadap kebijakan deviden.
Dari analisis menggunakan SPSS v.21. hasil dari olahan data di dapatkan sebagai
berikut :
65

Tabel 4.14
Analisis Regresi Model I

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 5.638 1.511 3.732 .001

LG_X1 -2.192 .740 -.513 -2.961 .005


1
LG_X2 .823 .463 .257 1.779 .082

LG_X3 1.401 .330 .635 4.242 .000

a. Dependent Variable: LG_Y1


Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Dari tabel model I dapat diketahui bahwa tidak semua variabel independen

yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dari ketiga

variabel yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap DPR yaitu solvabilitas

0.082.

Dengan demikian dapat dibuat persamaan sebagai berikut :

DPR = 5,638 – 2,192 CR + 0,823 DER + 1,401 ROA + e

Persamaan regresi linier diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. nilai koefisien regresi CR sebesar 2,192 bernilai negatif, artinya apabila

CR menurun sebesar satu satuan, maka DPR akan meningkat sebesar

2,192 satuan.

b. nilai koefisien regresi DER sebesar 0,823 bernilai positif, artinya apabila

DER meningkat sebesar satu satuan, maka DPR akan meningkat sebesar

0,823 satuan.
66

c. nilai koefisien regresi ROA sebesar 1,401 bernilai positif, artinya apabila

ROA meningkat sebesar satu satuan, maka DPR akan meningkat sebesar

1,401 satuan.

Tabel 4.15
Analisis Regresi Model II

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 2.264 2.194 1.032 .313

LG_X1 -.678 1.058 -.193 -.641 .528

1 LG_X2 -.999 .648 -.377 -1.542 .137

LG_X3 .344 .506 .209 .680 .503

LG_Y1 -.018 .179 -.025 -.102 .920

a. Dependent Variable: LG_Y2


Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Dari tabel model II dapat diketahui bahwa semua variabel independen

yang diteliti tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Dengan demikian dapat dibuat persamaan sebagai berikut :

Return Saham = 2,264 – 0,678 CR – 0,999 DER + 0,344 ROA – 0,018 DPR + e

Persamaan regresi linier diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. nilai koefisien regresi CR sebesar 0,678 bernilai negatif, artinya apabila

CR menurun sebesar satu satuan, maka return saham akan meningkat

sebesar 0,678 satuan.

b. nilai koefisien regresi DER sebesar 0,999 bernilai negatif, artinya apabila

DER menurun sebesar satu satuan, maka return saham akan meningkat

sebesar 0,999 satuan.


67

c. nilai koefisien regresi ROA sebesar 0,344 bernilai positif, artinya apabila

ROA meningkat sebesar satu satuan, maka return saham akan meningkat

sebesar 0,344 satuan.

d. nilai koefisien regresi DPR sebesar 0,018 bernilai negatif, artinya apabila

DPR menurun sebesar satu satuan, maka return saham akan meningkat

sebesar 0,018 satuan.

4.2.4. Uji Hipotesis

Penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 21 untuk menguji hipotesis satu

sampai dengan hipotesis tiga yang menggunakan metode analisis linier berganda.

Pengujian ini dimaksudkan ada atau tidaknya pengaruh dari likuiditas, solvabilitas

dan profitabilitas terhadap return saham dengan kebijakan deviden sebagai

variabel intervening. Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat

diukur Goodness of fit yang secara statistik dapat diukur dari nilai statistik F, nilai

statistik t dan nilai koefisien determinasi.

4.2.4.1 Uji Signifikan Parameter Individual

Uji signifikan digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh anatara

variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian parsial tersebut

dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut :


68

Tabel 4.16
Uji Signifikan Model I

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 5.638 1.511 3.732 .001

LG_X1 -2.192 .740 -.513 -2.961 .005


1
LG_X2 .823 .463 .257 1.779 .082

LG_X3 1.401 .330 .635 4.242 .000

a. Dependent Variable: LG_Y1


Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Tabel 4.16 menunjukan nilai t hitung untuk masing – masing variabel :

a. Hipotesis 4 menyatakan bahwa current ratio (CR) berpengaruh terhadap

kebijakan deviden (DPR). Berdasarkan uji statistik t hitung menunjukan

signifikansi CR 0,005 < 0,05 sehingga dapat dibuktikan H4 diterima dan

dapat disimpulkan bahwa CR berpengaruh terhadap DPR.

b. Hipotesis 5 menyatakan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh

terhadap kebijakan deviden (DPR). Berdasarkan uji statistik t hitung

menunjukan signifikansi CR 0,082 > 0,05 sehingga dapat dibuktikan H5

ditolak dan dapat disimpulkan bahwa DER tidak berpengaruh terhadap

DPR.

c. Hipotesis 6 menyatakan bahwa return on assets (ROA) berpengaruh

terhadap kebijakan deviden (DPR). Berdasarkan uji statistik t hitung

menunjukan signifikansi ROA 0,000 < 0,05 sehingga dapat dibuktikan H6

diterima dan dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh terhadap DPR.

Hasil pengujian parsial model II dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut :
69

Tabel 4.17
Uji Signifikan Model II

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 2.264 2.194 1.032 .313

LG_X1 -.678 1.058 -.193 -.641 .528

1 LG_X2 -.999 .648 -.377 -1.542 .137

LG_X3 .344 .506 .209 .680 .503

LG_Y1 -.018 .179 -.025 -.102 .920


a. Dependent Variable: LG_Y2
Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

a. Hipotesis 1 menyatakan bahwa current ratio (CR) berpengaruh terhadap

return saham. Berdasarkan uji statistik t hitung menunjukan signifikansi

CR 0,528 > 0,05 sehingga dapat dibuktikan H1 ditolak dan dapat

disimpulkan bahwa CR tidak berpengaruh terhadap return saham.

b. Hipotesis 2 menyatakan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh

terhadap return saham. Berdasarkan uji statistik t hitung menunjukan

signifikansi CR 0,137 > 0,05 sehingga dapat dibuktikan H2 ditolak dan

dapat disimpulkan bahwa DER tidak berpengaruh terhadap return saham.

c. Hipotesis 3 menyatakan bahwa return on asset (ROA) berpengaruh

terhadap return saham. Berdasarkan uji statistik t hitung menunjukan

signifikansi CR 0,503 > 0,05 sehingga dapat dibuktikan H3 ditolak dan

dapat disimpulkan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap return saham.

d. Hipotesis 7 menyatakan bahwa kebijakan deviden (DPR) berpengaruh

terhadap return saham. Berdasarkan uji statistik t hitung menunjukan


70

signifikansi CR 0,920 > 0,05 sehingga dapat dibuktikan H7 ditolak dan

dapat disimpulkan bahwa DPR tidak berpengaruh terhadap return saham.

4.2.5 Uji Kelayakan Model

4.2.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan dalam

menjelaskan variasi dependen yang sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen, koefisien determinasi dari

penelitian ini ditunjukan pada tabel berikut

Tabel 4.18
Uji Determinasi (R²) Model I

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
a
1 .608 .369 .328 .45463

a. Predictors: (Constant), LG_X3, LG_X2, LG_X1


Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Tabel model I memperlihatkan bahwa nilai Adjusted R square yang

diperoleh adalah 0.328. Keadaan ini menunjukan bahwa variabel independen CR,

DER, ROA memberi kontribusi pengaruh sebesar 32,8 persen terhadap tingkat

variabel DPR. Sedangkan sisanya 68,2 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang

tidak disebutkan dalam penelitian ini.


71

Tabel 4.19
Uji Determinasi (R²) Model II

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
a
1 .373 .139 -.011 .41556

a. Predictors: (Constant), LG_Y1, LG_X1, LG_X2, LG_X3


Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

Tabel model II memperlihatkan bahwa nilai adjusted R square yang

diperoleh adalah -0.011. Menurut Gujarati (2003) jika dalam uji empiris didapat

adjusted R square negatif, maka nilai adjusted R square dianggap bernilai nol.

Keadaan ini menunjukan bahwa variabel independen CR, DER, ROA dan DPR

tidak memberi kontribusi pengaruh sama sekali terhadap return saham.

4.2.5.2 Uji F

Uji statistic F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan

terhadap variabel dependen (Ghozali,2016).

Tabel 4.20
Uji F Model I

ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 5.565 3 1.855 8.975 .000b

1 Residual 9.508 46 .207

Total 15.073 49

a. Dependent Variable: LG_Y1


b. Predictors: (Constant), LG_X3, LG_X2, LG_X1
Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21
72

F tabel = F ( k ; n-k)

= F ( 3 ; 50-3)

= F ( 3 ; 47)

= 2,80

Tabel uji F model I diatas menunjukan hasil statistik dengan signifikan

sebesar 0.000, F hitung sebesar 8,975 dan F tabel sebesar 2,80. Dengan ketentuan

bahwa nilai signifikan kurang dari 0.05 dan nilai F hitung lebih besar dari pada

nilai F tabel atinya bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara

simultan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain CR, DER, ROA secara

simultan mempengaruhi DPR.

Tabel 4.21
Uji F Model II

ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression .642 4 .160 .929 .464b

1 Residual 3.972 23 .173

Total 4.614 27

a. Dependent Variable: LG_Y2


b. Predictors: (Constant), LG_Y1, LG_X1, LG_X2, LG_X3
Sumber : Data Sekunder yang diolah SPSS 21

F tabel = F ( k ; n-k)

= F ( 4 ; 50-4)

= F ( 3 ; 46)

= 2,57

Tabel uji F model II diatas menunjukan hasil statistik dengan signifikan

sebesar 0,464, F hitung sebesar 0,929 dan F tabel sebesar 2,57. Dengan ketentuan
73

bahwa nilai signifikan lebih dari 0.05 dan nilai F hitung lebih kecil dari pada nilai

F tabel atinya bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas

secara simultan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain CR, DER, ROA,

dan DPR secara simultan tidak mempengaruhi return saham.

4.2.6 Analisis Jalur

Gambar 4.1

Analisis Jalur

-0,678

CR 0,794 0,927
(X1)
-2,192

DER 0,823 Kebijakan -0,018 Return Saham


(X2) Deviden (Y)

-0,999
1,401
ROA
(X3)

0,344

Gambar 4.1 menunjukan besaran nilai koefisien jalur untuk masing – masing

variabel. Besarnya pengaruh variabel lain terhadap variabel DPR diperoleh dari

√1- 0,369 = 0,794, sedangkan nilai besarnya pengaruh variabel lain terhadap

variabel return saham diperoleh dari √1 – 0,139 = 0,927. Dari persamaan model I
74

dan model II, analisis standardized coefficients digunakan untuk mengetahui

pengaruh langsung masing – masing model dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pada model I, nilai untuk variabel CR negatif 2,192, DER positif 0,823,

ROA positif 1,401. DER dan ROA menunjukan adanya hubungan yang

searah, artinya jika DER dan ROA meningkat maka DPR akan meningkat

dengan asumsi variabel lain konstan. CR bernilai negatif maka apabila

DPR meningkat CR akan menurun.

b. Pada model II, nilai untuk variabel CR negatif 0,678, DER negatif 0,999,

ROA positif 0,344. ROA menunjukan adanya hubungan yang searah,

artinya jika ROA meningkat maka return saham akan meningkat dengan

asumsi variabel lain konstan. CR dan DER bernilai negatif maka apabila

return saham meningkat CR dan DER akan menurun.

c. Pada model II, nilai untuk variabel DPR negatif 0,018. DPR bernilai

negatif maka apabila return saham meningkat DPR akan menurun.

Untuk mengetahui pengaruh antara independen  Intervening 

dependen maka perlu dilakukan perhitungan yaitu :

1. CR  DPR  Return Saham

Pengaruh tidak langsung : -2,192 x -0,018 = 0,0394, pengaruh langsung -

0,678. Maka pengaruh total yang diberikan CR terhadap return saham : -

0,678 + 0,0394 = -0,6386. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa nilai

pengaruh langsung -0,678 lebih kecil dari pengaruh tidak langsung sebesar

0,0394 hasil ini menunjukan bahwa hubungan sebenarnya adalah pengaruh

tidak langsung antara CR terhadap return saham.


75

2. DER  DPR  Return Saham

Pengaruh tidak langsung : 0,823 x -0,018 = -0,0148 , pengaruh langsung -

0,999. Maka pengaruh total yang diberikan DER terhadap return saham : -

0,999 + (-0,0148) = -1,0138. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa

nilai pengaruh langsung -0,999 lebih kecil dari pengaruh tidak langsung

sebesar -0,0148 hasil ini menunjukan bahwa hubungan sebenarnya adalah

pengaruh tidak langsung antara DER terhadap return saham.

3. ROA  DPR  Return Saham

Pengaruh tidak langsung : 1,401 x -0,018 = -0,0252 , pengaruh langsung

0,344. Maka pengaruh total yang diberikan ROA terhadap return saham :

0,344 + (-0,0252) = 0,3188. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa

nilai pengaruh langsung 0,344 lebih besar dari pengaruh tidak langsung

sebesar -0,0252 hasil ini menunjukan bahwa hubungan sebenarnya adalah

pengaruh langsung antara ROA terhadap return saham.

4.2.7 Uji Sobel

Pengujian hipotesis mediasi atau intervening dilakukan dengan prosedur

yang dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan uji Sobel

(Ghozali, 2016). Uji sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan

pengaruh tidak langsung X ke Y. Berikut adalah perhitungan menggunakan

uji sobel :
76

a.Current Ratio

Sp2p3 = √

= √

=√

=√

= 0,8756

t=

= 0,4499

b. Debt to Equity Ratio

Sp2p3 = √

= √

=√

=√

= 2,5578

t=

=
77

= -0,0057

b. Return On Asset

Sp2p3 = √

= √

=√

=√

= 1,8323

t=

= -0,0137

Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.22 berikut :

Tabel 4.22

Sobel Test

Sobel Test
Variabel Hasil
statistik
Tidak signifikan sebagai
CR 0,4499 < 2,01
mediasi (Intervening)
Tidak signifikan sebagai
DER -0,0057 < 2,01
mediasi (Intervening)
Tidak signifikan sebagai
ROA -0,0137 < 2,01
mediasi (Intervening)
78

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Current Ratio terhadap Return Saham

Hasil pengujian menunjukkan CR berpengaruh negatif tidak signifikan

terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode

2013 -2017.

Hal ini menunjukan bahwa CR belum mampu menjelaskan pengaruhnya

terhadap return saham. Besarnya CR yang tercermin dalam perbandingan aktiva

lancar dengan hutang lancar belum mampu membrikan signal positif kepada para

investor untuk berinvestasi dengan melakukan pembelian saham. Kurangnya

minat investor dalam berinvestasi karen investor lebih memperhatikan rasio –rasio

yang lain yang dapat konsisten berpengaruh terhadap return saham

mengakibatkan harga saham yang turun dan return saham yang rendah. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Angga (2017) dan Farkhan dan Ika

(2013).

Pada penelitian ini CR berpengaruh negatif terhadap return saham hal ini

menunjukan bahwa CR yang tinggi belum tentu kondisi perusahaan sedang baik.

Hal ini dapat terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Hasil penelitian

ini dapat memberikan informasi bahwa CR tidak berpengaruh terhadap return

saham perusahaan.

4.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham

Hasil pengujian menunjukkan DER berpengaruh negatif tidak signifikan

terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode

2013 -2017.
79

Hal ini dimungkinkan sebagian investor menganggap bahwa perusahaan

yang memiliki prospek keberanian yang baik untuk menggunakan hutang yang

tinggi dalam struktur modalnya, maka proporsi hutang yang semakin tinggi akan

menyebabkan fixed payment yang tinggi dan akan menimbulkan risiko

kebangkrutan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erdianza

(2017) dan Angga (2017).

Pada penelitian ini DER berpengaruh negatif terhadap return saham hal ini

menunjukan bahwa semakin tinggi DER maka investor akan semakin rendah

berkeinginan untuk menginvestasikan saham di perusahaan tersebut, hal tersebut

menyebabkan return saham rendah. Hasil penelitian ini dapat memberikan

informasi bahwa DER tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan.

4.3.3 Pengaruh Return On Asset terhadap Return Saham

Hasil pengujian menunjukkan ROA berpengaruh positif tidak signifikan

terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode

2013 -2017.

Hal ini menunjukan bahwa ROA belum mampu menjelaskan pengaruhnya

terhadap return saham. Besarnya ROA yang tercermin dalam perbandingan laba

bersih dengan total asset belum mampu membrikan signal positif kepada para

investor untuk berinvestasi dengan melakukan pembelian saham. Kurangnya

minat investor dalam berinvestasi mengakibatkan harga saham yang turun dan

return saham yang rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Farda dan Aniek (2016) dan Angga (2017).


80

4.3.4 Pengaruh Current Ratio terhadap Kebijakan deviden

Hasil pengujian menunjukkan CR berpengaruh negatif signifikan terhadap

kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode

2013 -2017.

Menurut Susanti (2016) salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya

CR adalah besar kecilnya jumlah kas. CR mengukur kemampuan perusahaan

menentukan pembayaran deviden,

Pada penelitian ini CR berpengaruh negatif terhadap kebijakan deviden.

hal ini menunjukan bahwa CR yang tinggi belum tentu kondisi perusahaan sedang

baik. Hal ini dapat terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Riawan (2016).

4.3.5 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Kebijakan deviden

Hasil pengujian menunjukkan DER berpengaruh positif tidak signifikan

terhadap kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

periode 2013 -2017.

Hal ini menunjukan bahwa DER belum mampu menjelaskan pengaruhnya

terhadap kebijakan deviden.Perusahaan yang mempunyai DER tinggi semakin

besar kewajiban yang dimiliki perusahaan, sehingga berdampak pada pembagian

deviden lebih kecil dikarenakan laba yang diperoleh digunakan untuk menutup

kewajiban dimasa lalu. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Winda

(2013) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh terhadap kebijakan deviden.


81

4.3.6 Pengaruh Return On Asset terhadap Kebijakan deviden

Hasil pengujian menunjukkan ROA berpengaruh positif signifikan

terhadap kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

periode 2013 -2017.

Perusahaan yang memiliki aliran kas atau profitabilitas tinggi diharapkan

dapat membayar deviden atau meningkatkan deviden. Dengan tingginya laba yang

diperoleh perusahaan tersebut akan semakin tinggi pula ketersediaan kas dalam

perusahaan sehingga perusahaan diharapkan membayar deviden yang tinggi

kepada pemegang saham. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Riawan (2016).

4.3.7 Pengaruh kebijakan deviden terhadap Return saham

Hasil pengujian menunjukkan DPR berpengaruh negatif tidak signifikan

terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode

2013 -2017.

Semakin besar jumlah deviden yang dibagikan perusahaan maka dapat

menurunkan return saham yang diterima investor. Pembayaran deviden yang

semakin besar akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk investasi sehingga

akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan yang selanjutnya akan

menurunkan harga saham. Penurunan harga saham akan mengakibatkan return

saham menurun . Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratna

(2015).
82

4.3.8 Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset berpengaruh

terhadap return saham dengan kebijakan deviden sebagai variabel

intervening.

Hasil penelitian untuk mengetahui apakah kebijakan deviden dapat

memediasi antara CR,DER,ROA terhadap return saham dilakukan melalui uji

analisis jalur dan sobel test. Melalui uji tersebut menunjukan bahwa DPR tidak

signifikan sebagai mediasi pada CR, DER, ROA.

Hal ini dikarenakan kebijakan deviden belum tentu dapat meningkatkan

return saham perusahaan pada saat CR, DER, ROA rendah. Dalam penelitian ini

kebijakan deviden tidak dapat dijadikan dasar pertimbangan investor untuk

berinvestasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Susanti (2016).
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian yang dibahas pada bab sebelumnya adalah

sebagai berikut:

1. Likuiditas (CR) tidak berpengaruh terhadap return saham.

2. Solvabilitas (DER) tidak berpengaruh terhadap return saham.

3. Profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh terhadap return saham.

4. Likuiditas (CR) berpengaruh terhadap kebijakan deviden.

5. Solvabilitas (DER) tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden.

6. Profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap kebijakan deviden.

7. Kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap return saham.

8. Kebijakan deviden sebagai variabel intervening tidak dapat memediasi

pengaruh likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas terhadap return saham.

83
84

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya menambah/menguji variabel lain

yang diduga berpengaruh terhadap return saham.

2. Bagi perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan pengelolaan kinerja

keuangannya agar memperoleh keuntungan yang lebih tinggi sehingga

kinerja keuangan menjadi lebih baik di mata investor dalam memperoleh

return sebagai hasil investasinya.

3. Bagi investor dan calon investor dalam berinvestasi di pasar modal

hendaknya mempertimbangkan profitabilitas yang secara tepat sangat

berpengaruh nyata terhadap return saham. Investor akan membeli saham

yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi karena memiliki tingkat

return yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki

keuntungan yang rendah.

5.3 Keterbatasann Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat keterbatasan

yaitu nilai R² pada dependen return saham masih sangat rendah yaitu sebesar

13,9% berarti masih ada 86,1% variabel independen yang tidak diteliti dalam

penelitian ini. Sehingga untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah

faktor-faktor lain yang diduga mempengarui return saham.


85

5.4 Agenda Penelitian Yang Akan Datang

Dengan adanya keterbatasan penelitian maka penelitian selanjutnya perlu

dilakukan perbaikan agar hasilnya menjadi lebih baik maka untuk penelitian

selanjutnya perlu:

1. Menambah rentang waktu penelitian dengan mengambil periode waktu yang

lebih panjang sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.

2. Menambah variabel lain yang berpengaruh terhadap variabel dependen (return

saham seperti kurs, inflasi, dan lain-lain.

3. Menambah jumlah sampel penelitian yang tidak hanya pada sektor

manufaktur saja tetapi menggunakan kelompok perusahaan lainnya yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, seperti sektor perbankan, sektor property

dan sektor lainnya.


86
Daftar pustaka

Aida Noviyanti (2017). Analisis pengaruh likuiditas solvabilitas profitabilitas


terhadap return saham perusahaan manufaktur.

Angga Kurniawan (2017). Pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham


dengan kebijakan deviden sebagai variabel moderate.

Brigham Eugene F. dan Joel F. Houston, 2014. Dasar-dasar Manajemen


Keuangan. Edisi-11-Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Brigham, Eugene, F., dan Houston, J.F. 2014. Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
Edisi 11-Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Erdianza (2017). Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Nilai Kapitalisasi


Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Di BEI Periode
2002-2006. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Semarang.

Farda (2016). Pengaruh ratio keuangan terhadap return saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.

Farkan dan Ika (2012). Pengaruh ratio keuangan terhadap return saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sektor Food and
beverage

Ghozali Imam (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM


SPSS 23. Semarang. Undip.

Gujarati, Damodar (2003). Ekonometri dasar. Terjemahan: Sumarno Zain,


Jakarta: Erlangga.

Hendrawati, L & Christiawan, J, W (2014). Pengaruh Debt To Equity Ratio, Arus


Kas Operasi, Dan Earnings Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2012.

Horne, C, James & Jr, Wachowicz. 2013. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan,


Edisi 13- Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi “. BPFE Yogyakarta,


Edisi Ketiga, Yogyakarta.
Johanes, & Arisandi, M., (2013). Pengaruh ROA, DER, CR, INFLASI, Dan Kurs
Terhadap Return Saham (Studi Kasus Industri Makanan Dan
Minuman Yang Terdaftar Di BEI Periode 2008-2012).

Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 7. Jakarta: Raja Grafindo


Prasada.

Parwati, D & Sudiartha (2016). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Dan


Penilaian Pasar Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur.

Raningsih & Putra Dwiana (2015). Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Dan Ukuran
Perusahaan Pada Return Saham. E-Jurnal Akuntansi.

Riawan (2016). Peran profitabilitas dan likuiditas serta deviden payout ratio
terhadap return saham.

Samsul, Mohamad. 2014. Pasar Modal & Manajemen Portofolio, Edisi .. .


Surabaya: Erlangga.

Sudarsono & Sudiyatno (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return


Saham Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar
Pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2014.

Sugiyono (2014). Metode Penelitian Bisnis(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D). Bandung. Alfabeta.

Susanti (2016). Penagruh CR dan ROE terhadap return saham dengan kebijakan
deviden sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KEBIJAKAN DEVIDEN (Y1) 95 5.00 55576.00 921.4452 5704.27277


RETURN SAHAM (Y2) 95 -82.00 465.00 13.5895 63.22326
LIKUIDITAS (X1) 95 51.39 656.74 220.3960 128.50073
SOLVABILITAS (X2) 95 .15 3.03 .9567 .73213
PROFITABILITAS (X3) 95 -1.22 71.51 14.1844 13.93824
Valid N (listwise) 95

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KEBIJAKAN DEVIDEN (Y1) 50 5.00 256.00 94.8948 83.86928


RETURN SAHAM (Y2) 50 -62.00 75.00 5.7000 25.33550
LIKUIDITAS (X1) 50 122.86 379.23 214.4836 66.18198
SOLVABILITAS (X2) 50 .25 1.44 .6586 .25473
PROFITABILITAS (X3) 50 2.25 24.09 10.1312 5.53621
Valid N (listwise) 50

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual

N 50
Mean .0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 68.77465037
Absolute .085
Most Extreme Differences Positive .085
Negative -.065
Kolmogorov-Smirnov Z .600
Asymp. Sig. (2-tailed) .865

a. Test distribution is Normal.

50
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual

N 50
Mean .0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 24.14493097
Absolute .056
Most Extreme Differences Positive .056
Negative -.047
Kolmogorov-Smirnov Z .396
Asymp. Sig. (2-tailed) .998

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate

1 .572a .328 .284 70.98188 1.832

a. Predictors: (Constant), PROFITABILITAS (X3), SOLVABILITAS (X2), LIKUIDITAS (X1)


b. Dependent Variable: KEBIJAKAN DEVIDEN (Y1)

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
a
1 .303 .092 .033 24.91983 1.399

a. Predictors: (Constant), PROFITABILITAS (X3), SOLVABILITAS (X2), LIKUIDITAS (X1)


b. Dependent Variable: RETURN SAHAM (Y2)
Runs Test
Unstandardized
Residual
a
Test Value -1.75512
Cases < Test Value 25
Cases >= Test Value 25
Total Cases 50
Number of Runs 20
Z -1.715
Asymp. Sig. (2-tailed) .086

a. Median

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 71.181 65.357 1.089 .282

LIKUIDITAS (X1) -.597 .220 -.471 -2.715 .009 .485 2.064

SOLVABILITAS 109.279 49.078 .332 2.227 .031 .658 1.520


1
(X2)

PROFITABILITAS 7.886 2.372 .521 3.325 .002 .596 1.677


(X3)

a. Dependent Variable: KEBIJAKAN DEVIDEN (Y1)

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics

B Std. Error Beta Toleranc VIF


e

(Constant) 14.246 22.945 .621 .538

LIKUIDITAS (X1) -.107 .077 -.280 -1.388 .172 .485 2.064

SOLVABILITAS -4.915 17.230 -.049 -.285 .777 .658 1.520


1
(X2)

PROFITABILITAS 1.747 .833 .382 2.098 .041 .596 1.677


(X3)
a. Dependent Variable: RETURN SAHAM (Y2)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 11.658 33.667 .346 .731

LIKUIDITAS (X1) -.002 .113 -.003 -.015 .988


1 SOLVABILITAS (X2) 59.806 25.281 .399 2.366 .022

PROFITABILITAS .588 1.222 .085 .481 .633


(X3)

a. Dependent Variable: Abs_Res

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -.683 .836 -.818 .418

LG_X1 .568 .410 .293 1.388 .172


1
LG_X2 .326 .256 .224 1.274 .209

LG_X3 -.216 .183 -.216 -1.183 .243

a. Dependent Variable: Abs_Res_2

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) .723 1.149 .629 .535

LG_X1 -.229 .569 -.115 -.402 .691


1
LG_X2 .456 .337 .304 1.355 .188

LG_X3 .210 .237 .225 .885 .385

a. Dependent Variable: ABS_RES_3


Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 5.638 1.511 3.732 .001

LG_X1 -2.192 .740 -.513 -2.961 .005


1
LG_X2 .823 .463 .257 1.779 .082

LG_X3 1.401 .330 .635 4.242 .000

a. Dependent Variable: LG_Y1

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 2.264 2.194 1.032 .313

LG_X1 -.678 1.058 -.193 -.641 .528

1 LG_X2 -.999 .648 -.377 -1.542 .137

LG_X3 .344 .506 .209 .680 .503

LG_Y1 -.018 .179 -.025 -.102 .920

a. Dependent Variable: LG_Y2

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 5.638 1.511 3.732 .001

LG_X1 -2.192 .740 -.513 -2.961 .005


1
LG_X2 .823 .463 .257 1.779 .082

LG_X3 1.401 .330 .635 4.242 .000

a. Dependent Variable: LG_Y1


Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 2.264 2.194 1.032 .313

LG_X1 -.678 1.058 -.193 -.641 .528

1 LG_X2 -.999 .648 -.377 -1.542 .137

LG_X3 .344 .506 .209 .680 .503

LG_Y1 -.018 .179 -.025 -.102 .920

a. Dependent Variable: LG_Y2

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
a
1 .608 .369 .328 .45463

a. Predictors: (Constant), LG_X3, LG_X2, LG_X1

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .373a .139 -.011 .41556

a. Predictors: (Constant), LG_Y1, LG_X1, LG_X2, LG_X3

ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 5.565 3 1.855 8.975 .000b

1 Residual 9.508 46 .207

Total 15.073 49

a. Dependent Variable: LG_Y1


b. Predictors: (Constant), LG_X3, LG_X2, LG_X1
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression .642 4 .160 .929 .464b

1 Residual 3.972 23 .173

Total 4.614 27

a. Dependent Variable: LG_Y2


b. Predictors: (Constant), LG_Y1, LG_X1, LG_X2, LG_X3
TAHUN Kode Nama Perusahaan DPR RS CR DER ROA
2013 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 9.00 -0.11 6.15 0.00 0.19
2013 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 2.00 0.16 2.20 0.01 0.14
2013 EKAD Ekadharma International Tbk 0.09 0.11 2.33 0.00 0.34
2013 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0.46 -0.08 3.79 0.01 0.16
2013 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk 0.25 1.06 1.46 0.02 0.03
2013 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.10 -0.09 2.33 0.02 0.01
2013 ASII Astra International Tbk 2.16 -0.11 1.24 0.01 0.10
2013 AUTO Astra Otoparts Tbk 1.06 -0.01 1.89 0.00 0.08
2013 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk 0.19 -0.08 1.09 0.02 0.03
2013 SMSM Selamat Sempurna Tbk 1.40 0.37 2.10 0.01 0.20
2013 TRIS Trisula International Tbk 0.10 0.18 2.30 0.01 0.11
2013 BATA Sepatu Bata Tbk 0.29 -0.82 1.69 0.01 0.07
2013 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 1.90 0.31 2.41 0.01 0.11
2013 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 1.42 0.13 1.67 0.01 0.04
2013 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 555.76 0.62 0.98 0.01 0.66
2013 GGRM Gudang Garam Tbk 8.00 -0.25 1.72 0.01 0.09
2013 HMSP H.M. Sampoerna Tbk 33.99 0.04 1.75 0.01 0.39
2013 KLBF Kalbe Farma Tbk 0.17 0.18 2.84 0.00 0.17
2013 UNVR Unilever Indonesia Tbk 7.01 0.25 0.70 0.02 0.72
TAHUN Kode Nama Perusahaan DPR RS CR DER ROA
2014 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 13.50 0.25 4.93 0.00 0.18
2014 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 1.70 0.03 2.11 0.01 0.14
2014 EKAD Ekadharma International Tbk 0.09 0.32 2.33 0.01 0.10
2014 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0.18 0.12 2.24 0.01 0.08
2014 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk 0.35 -0.25 1.38 0.02 0.02
2014 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.10 -0.53 1.90 0.02 0.01
2014 ASII Astra International Tbk 2.16 0.09 1.32 0.01 0.09
2014 AUTO Astra Otoparts Tbk 0.95 0.15 1.33 0.00 0.07
2014 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk 0.10 -0.18 1.03 0.02 0.00
2014 SMSM Selamat Sempurna Tbk 1.25 0.38 2.11 0.01 0.24
2014 TRIS Trisula International Tbk 0.10 -0.11 2.00 0.01 0.07
2014 BATA Sepatu Bata Tbk 0.22 0.04 1.55 0.01 0.09
2014 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 2.22 0.28 2.18 0.01 0.10
2014 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 2.20 0.02 1.81 0.01 0.06
2014 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 2.57 0.00 0.51 0.03 0.36
2014 GGRM Gudang Garam Tbk 8.00 0.45 1.62 0.01 0.09
2014 HMSP H.M. Sampoerna Tbk 20.08 0.10 1.53 0.01 0.36
2014 KLBF Kalbe Farma Tbk 0.19 0.46 3.40 0.00 0.17
2014 UNVR Unilever Indonesia Tbk 3.36 0.24 0.71 0.02 0.40
TAHUN Kode Nama Perusahaan DPR RS CR DER ROA
2015 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 4.15 -0.11 4.89 0.00 0.16
2015 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 1.20 0.75 2.41 0.01 0.12
2015 EKAD Ekadharma International Tbk 0.10 -0.22 3.57 0.00 0.12
2015 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0.29 -0.31 2.11 0.01 0.07
2015 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk 0.25 -0.09 1.40 0.02 0.03
2015 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.05 -0.42 1.43 0.02 0.00
2015 ASII Astra International Tbk 1.77 -0.19 1.38 0.01 0.06
2015 AUTO Astra Otoparts Tbk 0.27 -0.62 1.32 0.00 0.02
2015 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk 0.10 -0.41 0.94 0.03 0.00
2015 SMSM Selamat Sempurna Tbk 1.85 0.00 2.39 0.01 0.21
2015 TRIS Trisula International Tbk 0.08 -0.16 1.89 0.01 0.07
2015 BATA Sepatu Bata Tbk 0.06 -0.19 2.47 0.00 0.16
2015 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 2.56 0.03 2.33 0.01 0.11
2015 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 1.68 -0.23 1.71 0.01 0.04
2015 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 3.44 -0.31 0.58 0.02 0.24
2015 GGRM Gudang Garam Tbk 26.00 -0.09 1.77 0.01 0.10
2015 HMSP H.M. Sampoerna Tbk 22.25 0.37 6.57 0.00 0.27
2015 KLBF Kalbe Farma Tbk 0.19 -0.28 3.70 0.00 0.15
2015 UNVR Unilever Indonesia Tbk 7.66 0.15 0.65 0.02 0.37
TAHUN Kode Nama Perusahaan DPR RS CR DER ROA
2016 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 9.29 -0.31 4.53 0.00 0.13
2016 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 0.13 -0.28 2.19 0.01 0.07
2016 EKAD Ekadharma International Tbk 0.32 0.48 4.89 0.00 0.13
2016 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0.56 0.19 2.17 0.01 0.09
2016 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk 0.30 0.00 1.60 0.01 0.03
2016 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.05 0.47 1.39 0.02 0.00
2016 ASII Astra International Tbk 1.68 0.38 1.24 0.01 0.07
2016 AUTO Astra Otoparts Tbk 0.09 0.28 1.51 0.00 0.03
-
2016 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk 0.05 -0.45 0.92 0.03 0.01
2016 SMSM Selamat Sempurna Tbk 0.65 -0.18 2.86 0.00 0.22
2016 TRIS Trisula International Tbk 0.05 0.12 1.64 0.01 0.04
2016 BATA Sepatu Bata Tbk 0.24 -0.12 2.57 0.00 0.05
2016 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 1.54 0.27 2.41 0.01 0.13
2016 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 2.35 0.53 1.51 0.01 0.06
2016 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 4.66 0.43 0.68 0.02 0.43
2016 GGRM Gudang Garam Tbk 26.00 0.16 1.94 0.01 0.11
2016 HMSP H.M. Sampoerna Tbk 1.08 0.02 5.23 0.00 0.30
2016 KLBF Kalbe Farma Tbk 0.22 0.15 4.13 0.00 0.15
2016 UNVR Unilever Indonesia Tbk 8.35 0.05 0.61 0.03 0.38
TAHUN Kode Nama Perusahaan DPR RS CR DER ROA
2017 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 7.00 0.43 3.70 0.00 0.06
2017 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 0.13 -0.18 2.30 0.01 0.10
2017 EKAD Ekadharma International Tbk 0.18 0.18 4.52 0.00 0.10
2017 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0.56 -0.03 2.32 0.01 0.10
2017 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk 1.00 4.65 2.09 0.01 0.05
2017 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.30 3.00 1.44 0.02 0.01
2017 ASII Astra International Tbk 1.85 0.00 1.23 0.01 0.08
2017 AUTO Astra Otoparts Tbk 0.33 0.29 1.56 0.00 0.04
2017 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk 0.05 -0.36 0.84 0.02 0.00
2017 SMSM Selamat Sempurna Tbk 0.77 0.28 3.74 0.00 0.23
2017 TRIS Trisula International Tbk 0.05 0.08 1.92 0.01 0.03
2017 BATA Sepatu Bata Tbk 0.21 -0.27 2.46 0.00 0.06
2017 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 1.62 0.04 2.43 0.01 0.11
2017 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 2.37 -0.04 1.50 0.01 0.06
2017 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 6.27 0.16 0.83 0.01 0.53
2017 GGRM Gudang Garam Tbk 26.00 0.31 1.94 0.01 0.12
2017 HMSP H.M. Sampoerna Tbk 1.07 0.23 5.27 0.00 0.29
2017 KLBF Kalbe Farma Tbk 0.25 0.12 4.51 0.00 0.15
2017 UNVR Unilever Indonesia Tbk 9.15 0.44 0.63 0.03 0.37

Anda mungkin juga menyukai