Anda di halaman 1dari 143

i

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE,


PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, TIPE INDUSTRI, DAN
KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK TERHADAP CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE PADA INDUSTRI
PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2014

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian

Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak)

Diajukan Oleh:

NAMA : DHITA AMELIA

NIM : 2012-12-075

PROGRAM STUDI S-1 JURUSAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2016
ii
iii
iv

ABSTRAK
DHITA AMELIA. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan,
Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure Pada Industri Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2010-2014 (dibimbing oleh Ibu Sri Handayani, SE, M.Ak,
MM)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage,
pertumbuhan perusahaan, tipe industri, dan kepemilikan saham publik terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) pada industri pertambangan
yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 yang berjumlah 65 perusahaan.
Profitabilitas diukur dari net profit margin, leverage diukur dari debt to equity
ratio, pertumbuhan perusahaan diukur dari pertumbuhan total aset, tipe industri
diukur dari dummy variable, kepemilikan saham publik diukur dari rasio
kepemilikan saham publik, sedangkan CSRD diukur dari indeks CSR yang
diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunan.
Metode yang digunakan adalah purposive sampling. Jenis data adalah data
sekunder yang bersumber dari laporan keuangan dan laporan tahunan. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan bantuan program SPSS versi
20. Item pengungkapan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 78 item
pengungkapan, yang dibagi menjadi indikator lingkungan, energi, kesehatan dan
keselamatan, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan
umum yang berdasarkan pada Sembiring (2005).
Hasil penelitian yang diperoleh, profitabilitas terhadap CSRD berpengaruh
positif signifikan, leverage terhadap CSRD berpengaruh negatif tidak signifikan,
pertumbuhan perusahaan terhadap CSRD berpengaruh positif signifikan, tipe
industri terhadap CSRD berpengaruh negatif tidak signifikan, dan kepemilikan
saham publik terhadap CSRD berpengaruh negatif signifikan.
Keyword: Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri,
Kepemilikan Saham Publik, Corporate Social Responsibility
Disclosure

iv
v

ABSTRACT
DHITA AMELIA. Effect of Profitability, Leverage, Company Growth, Industry
Type, and Stock Ownership by the Public on the Corporate Social Responsibility
Disclosure in the Mining Industry listed on Indonesia Stock Exchange 2010-2014
(Led by Mrs. Sri Handayani, SE, M.Ak, MM).
This study aimed to analyze the effect of profitability, leverage, company
growth, industry type, and stock ownership by the public on the corporate social
responsibility disclosure in the mining industry listed on Indonesia Stock
Exchange 2010-2014 totaling 65 companies. Profitability is measured from net
profit margin, leverage is measured from debt to equity ratio, company growth is
measured from growth of total asset, industry type is measured from dummy
variable, stock ownership by the public is measured from stock ownership by the
public ratio, while CSRD is measured from the company disclosed in its annual
report.
This method used was purposive sampling. This type of data is secondary data
sourced from financial reports and annual reports. Analysis techniques are used
multiple regression with SPSS version 20. Disclosure items used in this study
consisted of 78 items of disclosure, which is an indicator for the environment,
energy, health and safety, other labor, product, community involvement, and
public based on Sembiring (2005).
The result obtained, Profitability on the CSRD influence significant positive,
Leverage on the CSRD influence no significant negative, Company Growth on the
CSRD influence significant positive, Industry Type on the CSRD influence no
significant negative, and Stock Ownership By The Public on the CSRD influence
significant negative.
Keyword: Profitability, Leverage, Company Growth, Industry Type, Stock
Ownership By The Public, Corporate Social Responsibility
Disclosure

v
vi

KATA PENGANTAR

Dengan segenap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat rahmat dan pimpinan-Nya yang selalu menyertai Penulis, sehingga Penulis

dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh

Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, Dan

Kepemilikan Saham Publik Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure

Pada Industri Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

Tahun 2010-2014” yang diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk

menyelesaikan program studi strata satu, jurusan Akuntansi Universitas Esa

Unggul.

Dalam penyusunan skripsi ini Penulis mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan

yang berharga ini izinkanlah Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Arief Kusuma AP. MBA selaku Rektor Universitas Esa

Unggul.

2. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE, M.SI, Akt, CA selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Esa Unggul.

3. Bapak Adrie Putra SE, MM selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Esa Unggul.

vi
vii

4. Ibu Sri Handayani, SE, MAk, MM selaku pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu dan memberikan banyak bimbingan dan

pengarahan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal

skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Esa

Unggul yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat

berguna bagi Penulis selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Esa Unggul.

6. Teristimewa untuk Bapak Sobirin dan Ibu Gunarti, selaku Orang Tua

Penulis yang tiada hentinya memberikan pendidikan, pembinaan,

kepedulian, nasihat, semangat dan doa dengan penuh kasih sayang

sehingga Penulis mampu menempuh pendidikan hingga saat ini.

7. Keluargaku di Magetan khususnya Mbok Ti, Mbak Pur, Mbak Nyar,

Ariel, Elly, dan Dhava yang selalu memberikan motivasi, dukungan

moril serta doa dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku di Jakarta khususnya Ririn Mutaakhirin, Anik

Wahyuni, Lilis Mulandari, Suci Sudarti, dan Ella Saputri yang selalu

memberikan bantuan, semangat, dan kebersamaan dalam

menyelesaikan proposal skripsi ini.

9. Teman-teman sepermainan dan seperjuangan, Pae Lovers, Chili, dan

Rogaju diantaranya Joyo, Via, Lisda, Shinta, Suci, Kiki, Nana, Sadah,

Ipah, dan Aryani. Terima kasih atas doa, semangat, dan

kebersamaannya.

vii
viii

10. Teman-teman bimbingan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per

satu. Terima kasih atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya.

11. Teman-teman Akuntansi 2012 Universitas Esa Unggul. Terima kasih

atas dukungan dan kebersamaanya.

12. For Coldplay who limestone rock and blue romantic. Thanks for

always been my moody.

13. Dan pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan

doa untuk Penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari atas adanya kekurangan dalam skripsi ini. Karena itu

Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak yang telah membaca skripsi ini.

Jakarta, Februari 2016


Penulis

(Dhita Amelia)

viii
ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ......................................... 16
1.3. Perumusan Masalah .................................................................... 18
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................ 19
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................... 20

BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 22


2.1. Tinjauan Teori............................................................................. 22
2.1.1. Teori Stakeholder.............................................................. 22
2.1.2. Teori Legitimasi................................................................ 23
2.1.3. Corporate Social Responsibility (CSR)............................ 26
2.1.3.1. Definisi CSR ......................................................... 26
2.1.3.2. Prinsip-prinsip CSR .............................................. 29
2.1.3.3. Manfaat CSR......................................................... 33
2.1.3.4. Tahap-tahap Melaksanakan Program CSR ........... 35
2.1.3.5. Pengungkapan CSR............................................... 38
2.1.4. Kinerja Keuangan.............................................................. 43
2.1.4.1. Pengertian Kinerja Keuangan ............................... 43
2.1.4.2. Manfaat Penilaian Kinerja..................................... 43

ix
x

2.1.4.3. Rasio-rasio Keuangan ........................................... 44


2.1.5. Pertumbuhan Perusahaan .................................................. 55
2.1.6. Tipe Industri ...................................................................... 57
2.1.7. Saham................................................................................ 58
2.1.7.1. Pengertian Saham.................................................. 58
2.1.7.2. Karakteristik Saham .............................................. 59
2.1.7.3. Jenis-jenis Kepemilikan Saham ............................ 61
2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya ...................................................... 64
2.3. Hubungan Antar Variabel ........................................................... 67
2.3.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap CSRD.......................... 67
2.3.2. Pengaruh Leverage Terhadap CSRD................................ 67
2.3.3. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap CSRD ...... 68
2.3.4. Pengaruh Tipe Industri Terhadap CSRD.......................... 68
2.3.5. Pengaruh Kepemilikan Saham Publik Terhadap CSRD... 68
2.4. Hipotesis ..................................................................................... 69
2.5. Model Penelitian ......................................................................... 70

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 71


3.1. Desain Riset ................................................................................ 71
3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 71
3.2.1. Jenis Data .......................................................................... 71
3.2.2. Sumber Data...................................................................... 72
3.3. Populasi dan Sampel.................................................................... 72
3.3.1. Populasi ............................................................................. 72
3.3.2. Sampel............................................................................... 73
3.4. Unit Analisis ................................................................................ 73
3.5. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 74
3.5.1. Variabel Independen (X)................................................... 74
3.5.1.1. Profitabilitas ........................................................ 74
3.5.1.2. Leverage .............................................................. 74
3.5.1.3. Pertumbuhan Perusahaan..................................... 75
3.5.1.4. Tipe Industri ........................................................ 75
3.5.1.5. Kepemilikan Saham Publik ................................. 75
3.5.2. Variabel Dependen (Y) .................................................... 75
3.5.2.1. Corporate Social Responsibility Disclosure........ 75
3.6. Teknik Analisis Data ................................................................... 77
3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif ............................................ 77
3.6.2. Uji Normalitas Data ........................................................ 78
3.6.3. Uji Asumsi Klasik ............................................................ 78
3.6.3.1. Uji Multikolinearitas ........................................... 78
3.6.3.2. Uji Heteroskedastisitas........................................ 79
3.6.3.3. Uji Autokorelasi .................................................. 80
3.6.4. Analisis Regresi Linier Berganda.................................... 80
3.6.5. Uji Hipotesis .................................................................... 81
3.6.5.1. Uji Statistik F...................................................... 81

x
xi

3.6.5.2. Uji Statistik t....................................................... 81


3.6.5.3. Koefisien Determinasi ........................................ 82

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 83

4.1. Statistik Deskriptif ........................................................................ 83


4.2. Hasil Penelitian ............................................................................. 84
4.2.1. Hasil Statistik Deskriptif ................................................. 84
4.2.2. Uji Normalitas Data......................................................... 87
4.2.3. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 89
4.2.3.1. Uji Multikolinearitas .......................................... 89
4.2.3.2. Uji Autokorelasi ................................................. 90
4.2.3.3. Uji Heterokedastisitas ........................................ 92
4.2.3.4. Analisis Regresi Linier Berganda ...................... 93
4.2.4. Uji Hipotesis .................................................................... 95
4.2.4.1. Uji Simulan (Uji-F) ............................................ 95
4.2.4.2. Uji Parsial (Uji-t)................................................ 97
4.2.4.3. Uji Koefisien Determinasi (R2).......................... 100
4.3. Pembahasan................................................................................... 101
4.4. Temuan Penelitian......................................................................... 105
4.5. Keterbatasan Penelitian................................................................. 106

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 108

5.1. Kesimpulan ................................................................................... 108


5.2. Saran.............................................................................................. 109
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 110
LAMPIRAN.................................................................................................... 114

xi
xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya 64 ...................................................... 64


Tabel 3.1 Operasional Variabel dan Pengukurannya ....................................... 76
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel........................... 83
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif.................................................................. 84
Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov........................................................ 88
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ........................................................................ 89
Tabel 4.5 Uji Autokolerasi............................................................................... 91
Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda..................................... 93
Tabel 4.7 Hasil Uji F........................................................................................ 95
Tabel 4.8 Hasil Uji t ......................................................................................... 97

Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) .............................................. 100

xii
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Net Profit Margin ......................................................................... 8


Gambar 1.2 Debt To Equity Ratio.................................................................... 10
Gambar 1.3 Pertumbuhan Total Aset............................................................... 11
Gambar 1.4 Kepemilikan Saham Publik.......................................................... 14
Gambar 2.1 Model Penelitian .......................................................................... 70
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas..................................................................... 87
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas ......................................................... 92

xiii
xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Industri Pertambangan Periode 2010-2014........................................... 114
Hasil Olahan Data Industri Pertambangan Periode 2010-2014 ....................... 114
Item-item Pengungkapan CSR......................................................................... 117
Hasil input data SPSS Industri Pertambangan Periode 2010-2014.................. 120
Hasil SPSS ....................................................................................................... 122

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan

manajemen dan pemilik modal tetapi juga karyawan, konsumen,

masyarakat, dan lingkungannya (Purnasiwi, 2011). Pencapaian prestasi

perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga

dipengaruhi oleh masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan.

Perusahaan dituntut untuk melakukan suatu tindakan yang lebih peduli

kepada masyarakat dan lingkungan. Corporate Social Responsibility

(CSR) dikenal sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab perusahaan.

Ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan

aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan

faktor keuangan, melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan

lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang (Nor Hadi, 2011).

Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 pasal 1 angka

3 menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah

komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang

bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun

masyarakat pada umumnya. Wiwoho (2008) menjelaskan bahwa pada saat

banyak perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula

kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi,

1
2

karena itu muncul kesadaran untuk mengurangi dampak negatif. Banyak

perusahaan kini mengembangkan CSR.

Kesadaran perusahaan untuk melaksanakan CSR semakin

meningkat, hal ini diungkapkan La Tofi Ketua Umum Forum CSR

Kesejahteraan Sosial, yang menyatakan bahwa banyak perusahaan di

Indonesia telah mengintegrasikan CSR sebagai bagian dari strategi

bisnisnya. Perusahaan yang menginginkan usahanya berkembang, maka

CSR juga harus dikembangkan. Sementara itu pada kesempatan yang sama

Direktur Sustainable Natural Resource Management CSR Indonesia,

Wahyu Aris Darmono, juga menyebutkan bahwa peningkatan pelaksanaan

CSR di tahun 2013 adalah akibat kesadaran para pemimpin perusahaan

terhadap perubahan iklim yang semakin meningkat. Tujuannya adalah

untuk membawa perusahaannya menjadi green company dan akan

meningkatkan prospek bisnis perusahaan (Tristiarini, 2014).

Perusahaan yang melakukan pertanggung jawaban sosial perlu

disampaikan kepada stakeholder. Oleh karena itu, perlu adanya

pengungkapan atas pertanggung jawaban sosial yang dilakukan

perusahaan. Pengungkapan pertanggung jawaban sosial memainkan

peranan penting bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan hidup di

lingkungan masyarakat dan setiap aktivitas atau operasional perusahaan

memiliki dampak sosial dan lingkungan (Ghozali dan Chariri, 2007).


3

Triple bottom lines merupakan salah satu konsep CSR yang

terkenal. Teori ini memberi pandangan bahwa jika sebuah perusahaan

ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut

harus memperhatikan “3P” yaitu profit, people, dan planet (Muttaqin,

2013). Selain memperoleh keuntungan, perusahaan harus memperhatikan

dan terlibat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perusahaan harus

turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (Wibisono,

2007).

Menurut Robbins dan Coulter (2005) dalam Arifian (2011),

tanggung jawab sosial perusahaan dibedakan menjadi dua pandangan,

yaitu pandangan klasik dan pandangan sosial ekonomi. Pandangan klasik

berpendapat bahwa satu-satunya tanggung jawab sosial manajemen adalah

memaksimalkan laba atau memaksimalkan hasil finansial bagi para

pemegang saham. Sementara itu, pandangan sosial ekonomi adalah

pandangan yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial manajemen

bukan sekedar menghasilkan laba tetapi juga mencakup melindungi dan

meningkatkan kesejahteraan sosial.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

(UUPM) dalam pasal 15 (b) yang menyatakan bahwa setiap penanam

modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Keputusan Menteri Negeri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor

KEP-04/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik

Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL) yang
4

menyatakan adanya peran dari BUMN untuk melaksanakan PKBL, praktik

CSR di Indonesia telah diubah dari yang semula bersifat sukarela

(voluntary) menjadi suatu praktik tanggung jawab yang wajib (mandatory)

dilaksanakan oleh perusahaan.

Dalam Pasal 66 ayat 2 UUPT No. 40 tahun 2007 disebutkan bahwa

laporan tahunan perusahaan diantaranya memuat laporan pelaksanaan

tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No.1 Revisi 2009 paragraf 12 perusahaan masih

bersifat sukarela dalam mengungkapkan CSR kepada publik melalui

laporan tahunan perusahaan. Dampak dari belum diwajibkan PSAK untuk

mengungkapkan informasi sosial menimbulkan praktik pengungkapan

informasi yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary

(sukarela), unaudited (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi

oleh peraturan tertentu) (Eka, 2011).

Peristiwa lumpur lapindo di Porong, Sidoarjo Jawa Timur sudah

lewat sembilan tahun. Beberapa wilayah di Porong terus memuntahkan

ratusan ribu kubik lumpur panas setiap hari. Perdebatan mengenai

penyebab bencana tersebut hingga kini terus berlangsung. Menurut studi

sebelumnya yang dipimpin oleh Stephen Miller di Universitas Bonn,

Jerman, lumpur Sidoarjo dipicu oleh gempa bumi pada 6,3 skala Richter

yang melanda Yogyakarta dua hari sebelumnya, yang terletak 250 km

jauhnya dari Sidoarjo. Namun analisis terbaru mengatakan bencana

tersebut muncul karena ada kesalahan eksplorasi gas, bukan gempa. Hal
5

itu disampaikan sebuah tim peneliti dari Amerika Serikat, Inggris, dan

Australia yang menulis penelitiannya dalam jurnal Nature Geosciences

(Sandy, 2015).

Menyemburnya lumpur panas terjadi karena pengeboran yang

dilakukan telah melewati batas yang ditentukan. Semburan lumpur lapindo

memberi dampak ancaman bahaya bagi masyarakat yang khususnya

tinggal di sekitar semburan lumpur lapindo dan memberi ancaman pula

terhadap kerusakan lingkungan. Lumpur menggenangi 16 desa di tiga

kecamatan, sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan

aktivitas produksi, akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan

lumpur telah membuat pipa air milik PDAM Surabaya patah, dan masih

banyak lagi dampak luar biasa dari semburan lumpur (Sahlani, 2015). Jika

dilihat dari sisi etika bisnis, PT. Lapindo Brantas jelas telah melanggar

etika dalam berbisnis karena telah melakukan eksploitasi yang berlebihan

dan melakukan kelalaian sehingga menyebabkan terjadi bencana besar

yang berdampak luar biasa pada lingkungan dan sosial.

Perusahaan tambang batu bara milik Bakrie Group, PT. Kaltim

Prima Coal (KPC) diduga mencemari Sungai Sangatta, Kabupaten Kutai

Timur, Samarinda. Sungai Sangatta merupakan sumber air baku PDAM.

Akibat pencemaran ini, PDAM Kutai Timur mengalami gangguan

produksi air bersih. PT. KPC akan tetap patuh bila permasalahan

ditindaklanjuti. PT KPC berkomitmen umtuk menjalankan praktik

penambangan yang baik (Jalil, 2015).


6

Melalui Forum Multi Stakeholder for Corporate Social

Responsibility (FMSH for CSR), PT. KPC turut memberikan bantuan

berupa pedoman kebijakan, prosedur kerja, serta control program atau

proyek yang maksimal. Forum ini juga bertugas untuk melakukan

pemantauan terhadap perkembangan program, serta memastikan dana

bantuan yang diberikan, dimanfaatkan dengan baik dan benar. Total

realisasi dana CSR PT. KPC tahun 2013 adalah US$ 5,025 juta. Dana ini

dialokasikan untuk 5 bidang, yakni: Pemberdayaan Masyarakat, Hubungan

Komunitas, Pembangunan Infrastruktur, Operasional, dan Pelayanan

Masyarakat.

Kesimpulan pada kasus di atas adalah masalah sosial dan

lingkungan yang tidak diatur dengan baik oleh perusahaan serta

memberikan dampak negatif yang besar. Oleh karena itu, masalah

pengelolaan sosial dan lingkungan menjadi aspek yang penting dalam

mengoperasikan perusahaan. Penerapan CSR wajib dilakukan perusahaan

agar perusahaan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sekitar.

Menurut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi (PDTT) Marwan Jafar meminta perusahaan seperti tambang,

migas, dan sektor kehutanan lebih peduli terhadap desa di sekitar

perusahaannya. Karena banyak keluhan masyarakat yang melaporkan

keluhan dana CSR dari perusahaan tidak sampai ke desa. Keberadaan CSR

harusnya lebih memperhatikan dampak sosial dan lingkungannya untuk


7

jangka pendek maupun jangka panjang, kontribusi nyatanya bertujuan bagi

pembangunan berkelanjutnya wilayah produksi perusahaan (Ahy, 2014).

Gambaran lain fenomena kegagalan CSR antara lain kasus PT.

Newmont Minahasa Raya, kasus PT. Kelian Equatorial Mining pada

komunitas Dayak, kasus pencemaran air raksa yang mengancam

kehidupan 1,8 juta jiwa penduduk Kalimantan Tengah yang merupakan

kasus suku Dayak dengan Minamata, kasus kerusakan lingkungan di

lokasi penambangan timah inkonvensional di pantai Pulau Bangka-

Belitung, dan konflik antara PT. Freeport Indonesia dengan rakyat Papua

(Anatan, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi CSR antara lain, profitabilitas,

leverage, pertumbuhan perusahaan, tipe industri, dan kepemilikan saham

publik. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, dan

ekuitas (Sartono, 2001 dalam ‘Amal, 2011). Biaya CSR seringkali menjadi

kendala karena pada akhirnya akan mengurangi pendapatan. Giannarakis

dan Theotokas (2011) dalam Arifian (2011) menganggap bahwa CSR

sebagai ancaman terhadap kelangsungan perusahaan karena adanya

tambahan biaya sosial. Konsekuensi logisnya, pelaksanaan CSR akan

mengganggu profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan

haruslah dalam tingkat profitabilitas yang tinggi untuk memberikan

keluwesan manajemen dalam mengungkapkan CSR (Nurkhin, 2009).


8

0.25

0.2

0.15 MITI
TINS

0.1 PTRO
ENRG

0.05

0
1 2 3 4

Sumber: data diolah.

Gambar 1.1 Net Profit Margin (NPM)

Berdasarkan gambar grafik di atas bahwa pertumbuhan Net Profit

Margin (NPM) pada empat perusahaan pertambangan yang terdaftar di

BEI tahun 2011-2014 yaitu PT. Mitra Investindo (MITI), PT. Timah

(TINS), PT. Petrosea (PTRO), dan PT. Energi Mega Persada (ENRG)

mengalami penurunan pada tahun 2012 namun mengalami peningkatan

pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa NPM dari tahun ke tahun

mengalami perubahan. NPM yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan

tidak begitu berhasil karena tidak efisien dan tidak efektifnya produksi,

distribusi, keuangan atau manajemen umum, yaitu kondisi umum

perusahaan yang tidak menguntungkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Bowman dan Haire (1976) dan

Preston (1978) dalam Sumedi (2010) menunjukkan bahwa semakin tinggi


9

tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan

tanggung jawab sosial. Ketika perusahaan mencapai keuntungan, maka

perusahaan akan lebih mudah untuk mengalokasikan biaya pengungkapan

CSR lebih besar. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zulfi (2014)

menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan CSR.

Leverage merupakan ukuran kinerja keuangan yang mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi berarti sangat

bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan

perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak

membiayai asetnya dengan modal sendiri (Adawiyah, 2013). Leverage

mencerminkan risiko keuangan perusahaan karena dapat menggambarkan

struktur modal perusahaan dan mengetahui risiko tak tertagihnya suatu

utang (Sari, 2012).


10

450

400

350

300
ARTI
250
RUIS
200
CTTH
150 ANTM
100

50

0
1 2 3 4

Sumber: data diolah.

Gambar 1.2 Debt To Equity Ratio (DER)

Berdasarkan gambar grafik di atas bahwa pertumbuhan Debt To

Equity Ratio (DER) pada empat perusahaan pertambangan yang terdaftar

di BEI tahun 2011-2014 yaitu PT. Aneka Tambang (ANTM), PT. Citatah

(CTTH), PT. Radiant Utama Interinsco (RUIS), dan PT. Ratu Prabu

Energi (ARTI) dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi DER berarti modal yang digunakan

semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya atau kewajibannya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cahya (2010) pembahasan

mengenai pengungkapan CSR juga dipengaruhi oleh leverage. Cahya

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara leverage

dan pengungkapan CSR. Ia menyatakan bahwa tingkat leverage yang

tinggi akan mendorong perusahaan melakukan pengungkapan sosialnya.


11

Namun, Wijaya (2012) menyatakan leverage tidak berpengaruh signifikan

terhadap pengungkapan CSR.

Pertumbuhan perusahaan juga merupakan variabel yang banyak

digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan

perusahaan. Lerner (1991) dalam Siregar (2010) menyatakan bahwa

semakin besar aset sebuah perusahaan, maka semakin besar tanggung

jawab sosialnya, dan hal ini akan dilaporkan dalam laporan tahunan,

sehingga pengungkapannya juga semakin luas.

0.8

0.7

0.6

0.5

0.4 HRUM
PTBA
0.3
ITMG
0.2 PTRO

0.1
1 = 2011
2 = 2012
0
3 = 2013
1 2 3 4
4 = 2014
-0.1

-0.2

Sumber: data diolah

Gambar 1.3 Pertumbuhan Total Aset


12

Berdasarkan gambar grafik di atas menunjukkan bahwa

pertumbuhan total aset pada empat perusahaan pertambangan yang

terdaftar di BEI tahun 2011-2014 yaitu PT. Harum Energy (HRUM), PT.

Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), PT. Indo Tambangraya Mega

(ITMG), dan PT. Petrosea (PTRO) mengalami penurunan aset pada tahun

2012. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil nilai total aset maka

semakin kecil pula pertumbuhan perusahaannya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) menunjukkan

bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan CSR. Hasil penelitian membuktikan bahwa pertanggung

jawaban sosial dipengaruhi oleh pertumbuhan perusahaan dimana

perusahaan besar cenderung mengungkapkan pertanggung jawaban sosial

yang lebih luas.

Industri high profile sebagai industri yang memiliki consumer

visibility, risiko politik yang tinggi, atau kompetisi yang tinggi (Utomo,

2000 dalam Sembiring, 2005). Selain itu, perusahaan yang termasuk

kategori high profile umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh

sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan memiliki

potensi dan kemungkinan berhubungan dengan kepentingan masyarakat

luas. Perusahaan yang berorientasi pada pelanggan akan lebih

memperhatikan pertanggung jawaban sosialnya kepada masyarakat, karena

hal ini akan meningkatkan citra perusahaan dan dapat mempengaruhi

tingkat penjualan (Sulastini, 2007).


13

Perusahaan pertambangan mempunyai karakteristik yaitu terdapat

empat kegiatan usaha pokok yang meliputi eksplorasi, pengembangan dan

konstruksi, produksi, serta pengolahan (Tandiawan, 2013). Pertambangan

merupakan industri yang high profile. Industri high profile pada umumnya

memiliki karakteristik seperti memiliki jumlah tenaga kerja yang besar dan

dalam proses produksinya mengeluarkan residu, seperti limbah dan polusi

(Zuhroh dan Sukmawati, 2003 dalam Purwanto, 2011). Kesimpulan pada

pernyataan diatas bahwa tipe industri high profile mempunyai risiko

politik yang tinggi dan mempunyai tingkat sensitivitas tinggi terhadap

lingkungan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulfi (2014) menemukan

bahwa tipe industri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pengungkapan CSR. Ia menyatakan bahwa perusahaan dengan profil yang

tinggi akan mendapat sorotan dari masyarakat sehingga sangat

membutuhkan pengungkapan CSR yang lebih baik pula. Semakin baik dan

terpandangnya suatu perusahaan akan semakin efektif juga pengungkapan

pertanggung jawaban sosialnya.

Adanya pelaporan CSR merupakan pencerminan dari perlunya

akuntabilitas perseroan atas pelaksanaan kegiatan CSR, sehingga para

stakeholders dapat menilai pelaksanaan kegiatan tersebut (Rio Rita dan

Sartika, 2013). Secara teoritis, tanpa diwajibkan perusahaan akan dengan

sendirinya membuat laporan CSR kepada stakeholders karena perusahaan

tersebut akan terkena sanksi dari stakeholders bila tidak membuat laporan
14

CSR (Diba, 2012). Sebagai contoh, jika perusahaan tidak

mempublikasikan laporan CSR maka para investor akan memberi sanksi.

Bentuk sanksi adalah keengganan mereka untuk memiliki saham

perusahaan tersebut. Keengganan tersebut akan menyebabkan harga saham

perusahaan jatuh, yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan itu

sendiri.

45

40

35

30
ARTI
25
RUIS
20
PTBA
15 ANTM

10

0
1 2 3 4

Sumber: data diolah.

Gambar 1.4 Kepemilikan Saham Publik

Berdasarkan gambar grafik di atas menunjukkan bahwa persentase

kepemilikan saham publik PT. Aneka Tambang (ANTM) dari tahun 2011-

2014 sebesar 35%. Pada tahun 2013 PT. Bukit Asam (PTBA) sebesar

34,31% kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2014 sebesar 34,98%.

Pada tahun 2013 PT. Radiant Utama Interinsco (RUIS) sebesar 39,26%

namun pada tahun 2014 turun menjadi sebesar 32,86%. Pada tahun 2013
15

persentase kepemilikan saham publik PT. Ratu Prabu Energi (ARTI)

sebesar 29,77% namun pada tahun 2014 turun menjadi sebesar 18,65%.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil kepemilikan saham publik

maka semakin rendah kepentingan publik yang menjadi tanggung jawab

perusahaan.

Sebuah penelitian yang berhasil menunjukkan bahwa kepemilikan

saham publik berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR

dilakukan oleh Lamia et al (2014). Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa

semakin besar kepemilikan saham publik maka semakin tinggi

kepentingan publik yang menjadi tanggung jawab perusahaan.

Perusahaan pertambangan adalah perusahaan yang bergerak di

sektor batubara, minyak dan gas bumi, logam dan mineral, dan batu-

batuan. Dipilihnya perusahaan pertambangan karena dikenal sebagai

perusahaan yang mencemari lingkungan dalam proses produksinya seperti

pencemaran limbah perusahaan perlu menerapkan CSR sebagai timbal

balik kepada lingkungan sekitarnya. Sementara pembicara lain, Jalal dari

Lingkar Studi CSR mengatakan bahwa kegiatan pertambangan tidak selalu

membawa dampak negatif berupa kerusakan lingkungan dari usaha

pertambangan. Penerapan CSR di industri tambang umumnya diarahkan

mengurangi dampak negatif agar program CSR dapat berjalan efektif,

maka pelaksanaannya harus bekerjasama dengan pemerintah daerah

(Burhani, 2012).
16

Motivasi dalam penelitian ini adalah terjadi ketidakkonsistenan

hasil dari penelitian sebelumnya. Hal inilah yang akan menjadi research

gap dalam penelitian ini, sehingga sangat menarik dan perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan research gap tersebut. Hal

ini yang mendorong peneliti untuk berusaha mengidentifikasi bahwa

apakah profitabilitas, leverage, pertumbuhan perusahaan, tipe industri, dan

kepemilikan saham publik dapat mempengaruhi Corporate Social

Responsibility Disclosure.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk

merumuskan fokus masalah dalam penulisan ini dengan mengambil judul:

“Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe

Industri, dan Kepemilikan Saham Publik Terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure Pada Industri Pertambangan Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.”

1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang penelitian yang diuraikan di atas dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Net Profit Margin yang mengalami fluktuasi dalam

kurun waktu 2011-2014 di beberapa perusahaan pertambangan.

2. Pertumbuhan Debt To Equity Ratio (DER) dari tahun 2011 sampai

dengan 2014 terus mengalami peningkatan di beberapa perusahaan

pertambangan.
17

3. Pertumbuhan total aset yang mengalami penurunan pada tahun 2012 di

beberapa perusahaan pertambangan.

4. Persentase kepemilikan saham publik mengalami penurunan dalam

kurun waktu 2012-2014 di beberapa perusahaan pertambangan.

5. Tipe industri high profile mempunyai risiko politik yang tinggi dan

mempunyai sensitivitas tinggi terhadap lingkungan.

6. PT. Lapindo Brantas telah melanggar etika dalam berbisnis karena

telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan kelalaian

sehingga menyebabkan terjadi bencana besar yang berdampak luar

biasa pada lingkungan dan sosial.

1.2.2 Pembatasan Masalah

1. Periode penelitian yang dilakukan adalah 2010 – 2014.

2. Penelitian hanya memfokuskan objek penelitian ini pada industri

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Penelitian ini hanya membahas variabel profitabilitas yang diukur

dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM) , leverage yang diukur

dengan menggunakan Total Debt To Total Equity Ratio (DER), ukuran

perusahaan yang diukur dengan menggunakan pertumbuhan total aset,

tipe industri yang diukur dengan menggunakan dummy variable yaitu

diberi skor 1 apabila perusahaan termasuk dalam industri high profile

dan skor 0 apabila perusahaan termasuk dalam industri low profile,

kepemilikan saham publik yang diukur dengan menggunakan rasio


18

kepemilikan saham publik dan CSR disclosure yang diukur dengan

menggunakan CSR Disclosure Index.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang muncul

adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan Profitabilitas, Leverage,

Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham

Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada

industri pertambangan periode 2010-2014?

2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Profitabilitas terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri

pertambangan periode 2010-2014?

3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Leverage terhadap Corporate

Social Responsibility Disclosure pada industri pertambangan periode

2010-2014?

4. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Pertumbuhan Perusahaan

terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri

pertambangan periode 2010-2014?

5. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Tipe Industri terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri

pertambangan periode 2010-2014?


19

6. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Kepemilikan Saham Publik

terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri

pertambangan periode 2010-2014?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan Profitabilitas, Leverage,

Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham

Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada

industri pertambangan periode 2010-2014.

2. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Profitabilitas terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri

pertambangan periode 2010-2014.

3. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Leverage terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri

pertambangan periode 2010-2014.

4. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Pertumbuhan Perusahaan

terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri

pertambangan periode 2010-2014.

5. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Tipe Industri terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri

pertambangan periode 2010-2014.


20

6. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Kepemilikan Saham

Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada

industri pertambangan periode 2010-2014.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Pihak Perusahaan

Untuk memberikan masukan bagi pengembangan penerapan

Corporate Social Responsibility dan meningkatkan kesadaran

perusahaan akan pentingnya melaksanakan tanggung jawab sosial

perusahaan.

2. Bagi Investor

Untuk membantu investor menilai entitas yang lebih transparan dan

akuntable melalui Corporate Social Responsibility Disclosure dalam

laporan tahunan, serta memberi informasi yang bermanfaat untuk

pengambilan keputusan investasi.

3. Bagi Pemerintah

Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengungkapan pertanggung

jawaban sosial yang telah dilakukan perusahaan sehingga pemerintah

dapat mempertimbangkan suatu standar pelaporan Corporate Social

Responsibility yang sesuai dengan kondisi Indonesia.


21

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk mengetahui seberapa besar tanggung jawab suatu perusahaan

dalam memenuhi tanggung jawab sosialnya serta merupakan sebuah

aplikasi dari teori yang telah didapatkan oleh peneliti dalam

perkuliahan.
22

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Teori Stakeholder

Stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti:

pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan

internasional, lembaga di luar perusahaan (LSM dan sejenisnya),

lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan, kaum

minoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat

mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan (Nor Hadi, 2011).

Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan

sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Dengan

demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh

dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut

(Ghozali dan Chariri, 2007 dalam Adawiyah, 2013).

Robert (1992) dalam Nur dan Priantinah (2012) menyatakan

bahwa pengungkapan sosial perusahaan merupakan sarana yang sukses

bagi perusahaan untuk menegoisasikan hubungan dengan stakeholder-

nya. Adanya teori stakeholder ini memberikan landasan bahwa suatu

perusahaan harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Manfaat

tersebut dapat diberikan dengan cara menerapkan program CSR. Adanya

program CSR pada perusahaan diharapkan akan meningkatkan

kesejahteraan bagi karyawan, pelanggan, dan masyarakat sehingga

22
23

diharapkan terjalin hubungan yang baik antara perusahaan dan

lingkungan sekitarnya. Saleh et al (2010) dalam Purwanto (2011)

menyatakan bahwa teori stakeholder berguna dalam menjelaskan CSR.

Hal ini dikarenakan teori stakeholder mampu membedakan antara isu

sosial dengan stakeholder.

Manajemen perusahaan diharapkan untuk dapat melakukan

aktivitas sesuai dengan yang diharapkan stakeholder dan melaporkannya

kepada stakeholder (Guthrie et al, 2004 dalam Purwanto, 2011). Teori

ini menyatakan bahwa para stakeholder memiliki hak untuk mengetahui

semua informasi baik informasi mandatory maupun voluntary serta

informasi keuangan dan non-keuangan. Dampak aktivitas perusahaan

kepada stakeholder dapat diketahui melalui pertanggung jawaban yang

diberikan perusahaan berupa informasi keuangan dan non-keuangan.

2.1.2 Teori Legitimasi

Ghozali dan Chairiri (2007) dalam Zulfi (2014) menjelaskan

bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku

organisasi, karena teori legitimasi adalah hal yang paling penting bagi

organisasi. Batasan-batasan yang ditekankan oleh norma dan nilai sosial

serta reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis

perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Sebagai bagian

dari masyarakat, sebuah perusahaan membutuhkan legitimasi dari

masyarakat di sekitarnya sehingga dapat tetap eksis (Lindblom, 1996

dalam Saripudin 2011). Legitimasi masyarakat merupakan faktor yang


24

sangat strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan

perusahaan ke depan. Hal itu dapat dijadikan sebagai upaya

memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat.

Dowling dan Pfeffer (1975) dalam Purwanto (2011) menyatakan

bahwa: “Karena legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi,

batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai

sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya

analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan”.

Suchman (1995) dalam Rawi dan Muchlish (2010) menyatakan

bahwa legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau

asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah

merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan

sistem norma, nilai, kepercayaan, dan definisi yang dikembangkan

secara sosial.

Pengungkapan CSR merupakan salah satu mekanisme yang

dapat digunakan untuk mengkomunikasikan perusahaan dengan

stakeholders dan disarankan bahwa CSRD merupakan jalan masuk

dimana beberapa organisasi menggunakannya untuk memperoleh

keuntungan atau memperbaiki legitimasi (Gray et al, 1995 dalam

Nurkhin, 2009). Social disclosure dapat dijadikan satu representasi

keberpihakan sosial (tanggung jawab sosial) perusahaan terhadap pihak

eksternal (Saripudin, 2011). Teori legitimasi dapat dijadikan sebagai

salah satu pijakan bagaimana seharusnya perusahaan merumuskan


25

kebijakan agar tetap memperoleh pengakuan dan kepercayaan dari

stakeholders.

Pattern (1992) dalam Nor Hadi (2011) menyatakan bahwa upaya

yang perlu dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengelola

legitimasi perusahaan agar lebih efektif, yaitu dengan cara:

1. Melakukan identifikasi dan komunikasi dengan publik.

2. Melakukan komunikasi dialog tentang masalah nilai sosial

kemasyarakatan dan lingkungan, serta membangun persepsinya

tentang perusahaan.

3. Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan, terutama terkait

dengan masalah tanggung jawab sosial.

Teori legitimasi memberikan landasan bahwa perusahaan harus

menaati norma-norma yang berlaku di masyarakat atau dimanapun

perusahaan berada. Hal ini bertujuan agar operasi perusahaan dapat

berjalan dengan lancar tanpa adanya konflik dari masyarakat sekitar.

Dengan adanya program CSR, perusahaan dapat memberikan kontribusi

positif kepada masyarakat sekitar sehingga mereka dapat menerima

dengan baik keberadaan perusahaan di lingkungannya. Legitimasi

perusahaan akan berada pada posisi terancam ketika terdapat perbedaan

antara nilai-nilai yang dianut perusahaan dengan nilai-nilai masyarakat.

Downling dan Pfeffer, 1975 dalam Purwanto, 2011 menyatakan bahwa

perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai sosial

masyarakat sering dinamakan “legitimacy gap” dan dapat


26

mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kegiatan

usahanya.

2.1.3 Corporate Social Responsibility (CSR)

2.1.3.1 Definisi CSR

Corporate social responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi

suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian

terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya

dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di

bidang hukum (Darwin, 2004 dalam Anggraini 2006).

Sampai sekarang ini belum adanya kesatuan bahasa terhadap

CSR, namun secara empiris CSR ini telah diterapkan oleh perusahaan

dalam berbagai bentuk kegiatan yang didasarkan atas kesukarelaan

(voluntary). CSR tersebut, dilakukan dengan motivasi yang beragam,

tergantung pada sudut pandang dan bagaimana memaknai CSR itu

sendiri (Nor Hadi, 2011).

Johnson and Johnson (2006) dalam Nor Hadi (2011)

mendefinisikan bahwa “Corporate Social Responsibility (CSR) is about

how companies manage the business processes to produce an overall

positive impact on society”. Definisi tersebut pada dasarnya berangkat

dari filosofi bagaimana cara mengelola perusahaan baik sebagian

maupun secara keseluruhan memiliki dampak positif bagi dirinya dan

lingkungan. Untuk itu, perusahaan harus mampu mengelola bisnis


27

operasinya dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif

terhadap masyarakat dan lingkungan.

Ghana (2006) dalam Elvinaro dan Dindin (2011) mendefinisikan

bahwa: “CSR is about capacity building for sustainable likelihoods. It

respects cultural differences and finds the business opportunities in

building the skills of employees, the community and the government”.

Batasan yang diberikan Ghana tersebut memberikan penjelasan secara

lebih dalam, bahwa sesungguhnya tanggung jawab sosial perusahaan

memberikan kapasitas dalam membangun corporate building menuju

terjaminnya going concern perusahaan.

Dalam konteks perumusan perundang-undangan, ternyata belum

mempunyai bahasa yang sama dalam merumuskan pengertian CSR, hal

ini dapat dibuktikan dari:

1. Penjelasan Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal (disingkat UUPM) yang menegaskan

bahwa “tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab

yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk

menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan

lingkungan, nilai, norma, dan.budaya masyarakat setempat”.

2. Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perusahaan Terbatas (disingkat UUPT) juga menegaskan bahwa

“tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perusahaan

untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan


28

guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang

bermanfaat, baik bagi perusahaan sendiri, komunitas setempat,

maupun masyarakat pada umumnya”.

UUPM menekankan CSR sebagai upaya perusahaan untuk

menciptakan harmonisasi dengan lingkungan dimana Ia melakukan

aktivitasnya. UUPT lebih menekankan CSR sebagai wujud komitmen

perusahaan dalam sustainable economic development. UUPT

memisahkan antara tanggung jawab sosial (social responsibility) dengan

tanggung jawab lingkungan (environment responsibility). Pada hal

secara umum dalam lingkup CSR, selain aspek ekonomi dan sosial juga

mencakup aspek lingkungan.

Meskipun ada perbedaan penekanan dari pengertian dan rumusan

CSR antara UUPM dengan UUPT, namun secara substansial kedua

undang-undang ini telah mengubah paradigma CSR dari voluntary

menjadi mandatory. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan pasal 15 UUPM

yang menyatakan sebagai berikut. Setiap penanam modal berkewajiban:

a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

b. Melaksanakan tanggung jawab social perusahaan;

c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan

menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan

usaha penanaman modal; dan

e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.


29

Begitu pula ketentuan Pasal 74 UUPT yang menyatakan sebagai berikut:

1) Perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan;

2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) merupakan kewajiban perusahaan yang dianggarkan

dan diperhitungkan sebagai biaya perusahaan yang pelaksanannya

dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran;

3) Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2.1.3.2 Prinsip-prinsip CSR

Prinsip-prinsip dasar CSR sebagaimana dinyatakan oleh salah

seorang pakar CSR dari University of Bath Inggris yaitu Alyson

Warhurst (dalam Azheri, 2012). Di mana pada tahun 1998 beliau

menjelaskan bahwa ada enam belas prinsip yang harus diperhatikan

dalam penerapan CSR yaitu:

1. Prioritas Perusahaan

Perusahaan harus menjadikan tanggung jawab sosial sebagai

prioritas tertinggi dan penentu utama dalam pembangunan

berkelanjutan. Sehingga perusahaan dapat membuat kebijakan,


30

program, dan praktik dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dengan

cara lebih bertanggung jawab secara sosial.

2. Manajemen Terpadu

Manajer sebagai pengendali dan pengambil keputusan harus mampu

mengintegrasikan setiap kebijakan dan program dalam aktivitas

bisnisnya, sebagai salah satu unsur dalam fungsi manajemen.

3. Proses Perbaikan

Setiap kebijakan, program, dan kinerja sosial harus dilakukan

evaluasi secara berkesinambungan didasarkan atas temuan riset

mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menetapkan kriteria

sosial tersebut secara global.

4. Pendidikan Karyawan

Karyawan sebagai stakeholders primer harus ditingkatkan

kemampuan dan keahliannya, oleh karena itu perusahaan harus

memotivasi mereka melalui program pendidikan dan pelatihan.

5. Pengkajian

Perusahaan sebelum melakukan sekecil apapun suatu kegiatan harus

terlebih dahulu melakukan kajian mengenai dampak sosialnya.

Kegiatan ini tidak saja dilakukan pada saat memulai suatu kegiatan,

tapi juga pada saat sebelum mengakhiri atau menutup suatu kegiatan.

6. Produk dan Jasa

Suatu perusahaan harus senantiasa berusaha mengembangkan suatu

produk dan jasa yang tidak mempunyai dampak negatif secara sosial.
31

7. Informasi Publik

Memberikan informasi dan bila perlu mengadakan pendidikan

terhadap konsumen, distributor, dan masyarakat umum tentang

penggunaan, penyimpanan, dan pembuangan atas suatu produk

barang dan/ atau jasa.

8. Fasilitas dan Operasi

Mengembangkan, merancang, dan mengoperasikan fasilitas serta

menjalankan kegiatan dengan dampak sosial dari suatu kegiatan

perusahaan.

9. Penelitian

Melakukan dan/ atau mendukung suatu riset atas dampak sosial dari

penggunaan bahan baku, produk, proses, emisi, dan limbah yang

dihasilkan sehubungan dengan kegiatan usaha. Penelitian itu sendiri

dilakukan dalam upaya mengurangi dan/ atau meniadakan dampak

negatif kegiatan dimaksud.

10. Prinsip Pencegahan

Memodifikasi manufaktur, pemasaran dan/ atau penggunaan atas

produk barang atau jasa yang sejalan dengan hasil penelitian

mutakhir. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mencegah dampak

sosial yang bersifat negatif.

11. Kontraktor dan Pemasok

Mendorong kontaktor dan pemasok untuk mengimplementasikan

dari prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan, baik yang


32

telah maupun yang akan melakukannya. Bila perlu menjadikan

tanggung jawab sosial sebagai bagian dari suatu persyaratan dalam

kegiatan usahanya.

12. Siaga Menghadapi Darurat

Perusahaan harus menyusun dan merumuskan rencana dalam

menghadapi keadaan darurat. Dan bila terjadi keadaan berbahaya

perusahaan harus bekerja sama dengan layanan gawat darurat

(emergency), instansi berwenang, dan komunitas lokal. Selain itu

perusahaan berusaha mengenali potensi bahaya yang muncul.

13. Transfer Best Practice

Berkontribusi pada pengembangan dan transfer bisnis praktis

sepanjang bertangguung jawab secara sosial pada semua industri dan

sektor publik.

14. Memberikan Sumbangan

Sumbangan ini ditujukan untuk pengembangan usaha bersama,

kebijakan publik, dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas

departemen serta lembaga pendidikan yang akan membantu

meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab sosial.

15. Keterbukaan (disclosure)

Menumbuh kembangkan budaya keterbukaan dan dialogis dalam

lingkungan perusahaan dan dengan unsur publik. Selain itu

perusahaan harus mampu mengantisipasi dan memberikan respons


33

terhadap risiko potensial (potencial hazard) yang mungkin muncul,

dan dampak negatif dari operasi, produk, limbah, dan jasa.

16. Pencapaian dan Pelaporan

Melakukan evaluasi atas hasil kinerja sosial, melaksanakan audit

sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria

perusahaan dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta

menyampaikan informasi tersebut kepada dewan direksi, pemegang

saham, pekerja, dan publik.

Menurut ISO 26000 (dalam Azheri, 2012) tentang petunjuk

pelaksanaan CSR menetapkan tujuh prinsip CSR sebagai perilaku

perusahaan yang didasarkan atas standar dan panduan berperilaku dalam

konteks situasi tertentu. Ketujuh prinsip tersebut adalah:

a. Akuntabilitas; hal ini terlihat dari perilaku organisasi yang berkaitan

dengan masyarakat dan lingkungan.

b. Transparansi; hal ini terlihat dari pengambilan keputusan dan

aktivitas yang berdampak terhadap pihak lain (stakeholders).

c. Perilaku etis; hal ini berkaitan dengan perilaku etis perusahaan

sepanjang waktu.

d. Stakeholders; hal ini berkaitan dengan penghargaan dan

mempertimbangkan kepentingan stakeholders-nya.

e. Aturan hukum; berkaitan dengan penghormatan dan kepatuhan

terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


34

f. Norma internasional; terutama berkaitan dengan penghormatan dan

penghargaan terhadap norma internasional, terutama berkaitan

dengan norma yang lebih mendukung pembangunan berkelanjutan

dan kesejahteraan masyarakat, dan

g. Hak asasi manusia; berkaitan dengan pemahaman mengenai arti

penting hak asasi manusia (HAM) sebagai konsep universal.

2.1.3.3 Manfaat CSR

Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan

diharapkan tidak hanya mengejar laba jangka pendek, tetapi juga ikut

berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan

lingkungan sekitar dalam jangka panjang. CSR dapat dipandang sebagai

aset strategis dan kompetitif bagi perusahaan di tengah iklim bisnis yang

makin sarat kompetisi. Menurut Adam dan Zutshi (2004) dalam Diah

Retno (2005) CSR dapat memberi banyak keuntungan yaitu:

1. Peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang

lebih baik. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang

mengimplementasikan program CSR menunjukan keuntungan yang

nyata terhadap peningkatan nilai saham.

2. Menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar,

karena sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam

rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri disebuah

kawasan, dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder

yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-


35

program pengembangan masyarakat sekitar atau dalam pengertian

kemampuan perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan

lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait.

3. Mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang

sebagai social marketing bagi perusahaan tersebut yang juga

merupakan bagian dari pembangunan citra perusahaan (corporate

image building). Social marketing akan dapat memberikan manfaat

dalam pembentukan brand image suatu perusahaan dalam kaitannya

dengan kemampuan perusahaan terhadap komitmen yang tinggi

terhadap lingkungan selain memiliki produk yang berkualitas tinggi.

Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif terhadap

volume unit produksi yang terserap pasar yang akhirnya akan

mendatangkan keuntungan yang besar terhadap peningkatan laba

perusahaan. Kegiatan CSR yang diarahkan memperbaiki konteks

korporat inilah yang memungkinkan alignment antara manfaat sosial dan

bisnis yang muaranya untuk meraih keuntungan materi dan sosial dalam

jangka panjang.

Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan program CSR

diperlukannya komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari

semua pihak yang peduli terhadap program-program CSR. Program

CSR menjadi begitu penting karena kewajiban manusia untuk

bertanggung jawab atas keutuhan kondisi-kondisi manusia. Perusahaaan

perlu bertanggung jawab bahwa di masa mendatang tetap ada manusia di


36

muka bumi ini, sehingga dunia tetap harus menjadi manusiawi, untuk

menjamin keberlangsungan kehidupan kini dan di hari esok.

2.1.3.4 Tahap-tahap Melaksanakan Program CSR

Terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan ketika perusahaan akan

melakukan program CSR, menurut Wibisono (2008) dalam Adawiyah

(2013), setidaknya terdapat empat tahap, diantaranya:

1. Tahap Perencanaan

Perencanaan terdapat tiga langkah utama, yaitu awareness building,

CSR Assessment, dan CSR manual building.

a) Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun

kesadaran mengenai pentingnya CSR dan komitmen manajemen.

Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar,

lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain.

b) CSR assessment merupakan upaya untuk memetakan kondisi

perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu

mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat

untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi

penerapan CSR secara efektif.

c) Langkah selanjutnya adalah membuat CSR manual. Hasil

assessment merupakan dasar menyusun manual atau pedoman

implementasi CSR. Upaya yang mesti dilakukan antara lain

melalui benchmarking, menggali dari referensi atau

menggunakan tenaga ahli. Manual merupakan inti dari


37

perencanaan, karena menjadi panduan atau petunjuk pelaksanaan

CSR bagi komponen perusahaan. Penyusunan manual CSR

dibuat sebagai acuan, panduan dan pedoman dalam pengelolaan

kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan.

Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan

keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen

perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu,

efektif dan efesien.

2. Tahap Implementasi

Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan

berdampak apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Tahap

implementasi ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi,

pelaksanaan dan internalisasi.

a) Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen

perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan

implementasi CSR khsusnya mengenai pedoman penerapan CSR.

Agar efektif, upaya ini perlu dilakukan dengan suatu tim atau

divisi khusus yang dibentuk untuk mengelola program CSR,

langsung berada dibawah pengawasan salah satu direktur atau

CEO. Tujuan utama sosialisasi adalah agar program CSR yang

akan diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh

komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada

kendala serius yang dapat dialami oleh unit penyelenggara.


38

b) Pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus

sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan roadmap

yang telah disusun.

c) Internalisasi adalah tahap jangka panjang. Internalisasi mencakup

upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh

aspek bisnis perusahaan, misalnya melalui sistem manajemen

kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran dan

proses bisnis lainnya.

3. Tahap Evaluasi

Setelah program diimplementasikan langkah berikutnya adalah

evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan

secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana

efektifitas penerapan CSR. Terkadang ada kesan, evaluasi baru

dilakukan jika ada program yang gagal. Sedangkan jika program

tersebut berhasil, justru tidak dilakukan evaluasi.

Padahal evaluasi harus tetap dilakukan, baik saat kegiatan

tersebut berhasil atau gagal. Bahkan kegagalan atau keberhasilan

baru bisa diketahui setelah program tersebut dievaluasi. Evaluasi

juga bukan tindakan untuk mencari-cari kesalahan. Evaluasi

dilakukan sebagai sarana untuk pengambilan keputusan. Misalnya

keputusan untuk menghentikan, melanjutkan, memperbaiki atau

mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang telah

diimplementasikan.
39

4. Pelaporan

Pelaporan dilakukan dalam rangka membangun sistem informasi

baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun

keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai

perusahaan. Jadi selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga

untuk stakeholder yang memerlukan.

2.1.3.5 Pengungkapan CSR

Hendriksen (1991) dalam Asmiran (2013) mendefinisikan

pengungkapan sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan

untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien.

Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory), yaitu

pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh perusahaan yang

didasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada yang bersifat

sukarela (voluntary) yang merupakan pengungkapan informasi melebihi

persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku.

Perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang

berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh

perusahaan tersebut. Menurut Florence (2004) dalam Kuiksuko (2013)

ada tiga studi, yaitu :


40

1. Decision Usefulness Studies

Anggraini (2006) mengemukakan bahwa perusahaan yang

melakukan aktivitas sosial akan mengungkapkannya dalam laporan

keuangan. Sebagian dari studi-studi yang dilakukan oleh para

peneliti yang mengemukakan pendapat ini menemukan bukti bahwa

informasi sosial dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan.

Para analis, banker dan pihak lain yang dilibatkan dalam penelitian

tersebut diminta untuk memberi peringkat terhadap informasi

akuntansi. Informasi akuntansi tersebut tidak terbatas pada informasi

akuntansi tradisional yang telah dinilai selama ini, namun juga

informasi yang lain yang relatif baru dalam wacana akuntansi.

Analisis menempatkan informasi aktivitas sosial perusahaan pada

posisi yang moderately important.

2. Economic Theory Studies

Studi ini menggunakan agency theory di mana menganalogikan

manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal. Lazimnya, principal

diartikan sebagai pemegang saham atau tradisional users lain.

Namun, pengertian prinsipal tersebut meluas menjadi seluruh

interest group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen,

manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai

dengan keinginan publik.


41

3. Social and Political Theory Studies

Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi

organisasi dan teori ekonomi politik. Teori stakeholder

mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para

stakeholder.

Menurut Murtanto (2006) dalam Cahya (2010), pengungkapan

kinerja perusahaan seringkali dilakukan secara sukarela (voluntary

disclosure) oleh perusahaan. Adapun alasan-alasan perusahaan

mengungkapkan kinerja sosial secara sukarela antara lain:

1. Internal Decision Making

Manajemen membutuhkan informasi untuk menentukan efektivitas

informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan.

Walaupun hal ini sulit diidentifikasi dan diukur, namun analisis

secara sederhana lebih baik daripada tidak sama sekali.

2. Product Differentiation

Manajer perusahaan memiliki insentif untuk membedakan diri dari

pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada

masyarakat. Akuntansi kontemporer tidak memisahkan pencatatan

biaya dan manfaat aktivitas sosial perusahaan dalam laporan

keuangan, sehingga perusahaan yang tidak peduli sosial akan terlihat

lebih sukses dari pada perusahaan yang peduli. Hal ini mendorong

perusahaan yang peduli sosial untuk mengungkapkan informasi


42

tersebut sehingga masyarakat dapat membedakan mereka dari

perusahaan lain.

3. Enlightened Self Interest

Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan

sosialnya dengan para stakeholder karena mereka dapat

mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan.

Di Indonesia praktek pengungkapan tanggung jawab sosial di

atur dalam UU dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT)

Nomor 40 Tahun 2007 Bab V Pasal 74 Tentang Pelaksanaan TJSL

(Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan). Seperti yang dikutip dalam

UU nomor 40 tahun 2007, yakni:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya

dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.


43

UU tersebut menunjukan perhatian pemerintah terhadap CSR. Setiap

perseroan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang dan atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial

Lingkungan (TJSL). Dengan demikian, diharapkan setiap unit atau

pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang saham

dan mengkonsentrasikan diri pada pencapaian laba juga mempunyai

tanggung jawab sosial, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan

tahunan.

Rahman (2009) mengungkapkan ada dua alasan yang mendasari

perusahaan melakukan kegiatan CSR, yakni alasan moral (moral

argument) dan alasan ekonomi (economic argument). Alasan ekonomi

menekankan pada kemampuan perusahaan dalam memperkuat citra dan

kredibilitas produknya melalui aktivitas CSR. Dengan membangun citra

melalui CSR, komunitas akan lebih percaya dan merasakan keuntungan

dengan hadirnya suatu korporat di suatu wilayah tertentu.

Indikator pengungkapan tanggung jawab sosial menurut GRI

(Global Report Initiative) terdiri dari tiga indikator, yaitu indikator

kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Aspek kinerja

ekonomi meliputi aspek kinerja ekonomi, aspek kehadiran pasar dan

aspek dampak tidak langsung. Dalam indikator kinerja lingkungan,

terdapat aspek material, energi, air, biodiversitas, emisi, efluen dan

limbah, aspek produk dan jasa, aspek kepatuhan, aspek transportasi dan

aspek keseluruhan.
44

Indikator sosial berhubungan dengan ketenagakerjaan, hak asasi

manusia, masyarakat dan tanggung jawab produk. Dalam hal

ketenagakerjaan, aspek yang dinilai yaitu pekerjaan, tenaga kerja atau

hubungan manajemen, kesehatan dan keselamatan jabatan, pelatihan dan

pendidikan, keberagaman dan kesempatan setara. Aspek dalam hak asasi

manusia meliputi aspek praktek investasi dan pengadaan, aspek

nondiskriminasi, aspek kebebasan berserikat, berunding dan berkumpul

bersama, aspek pekerja anak, aspek kerja paksa dan kerja wajib, aspek

praktik atau tindakan pengamanan dan aspek hak penduduk asli.

Sedangkan masyarakat terdiri dari aspek komunitas, korupsi, kebijakan

publik, kelakuan tidak bersaing dan aspek kepatuhan. Dalam hal

tanggung jawab produk, aspek yang dinilai yaitu aspek kesehatan dan

keamanan pelanggan, aspek pemasangan label pada produk dan jasa,

aspek komunikasi pemasaran, aspek keleluasaan pribadi pelanggan dan

aspek kepatuhan (Purnasiwi, 2011).

Rumus perhitungan CSR adalah sebagai berikut:

∑ ???
CSRDIj =
??

CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure index

perusahaan j

nj : jumlah item untuk perusahaan j

Xij : dummy variable: 1= jika item 1 diungkapkan, 0 = jika tidak

diungkapkan
45

2.1.4 Kinerja Keuangan

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk

melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan

menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan

benar (Fahmi, 2011). Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran

tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-

alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenal baik

buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan

prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber

daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan

lingkungan.

Kinerja keuangan merupakan salah satu aspek utama dalam

operasi perusahaan dan menjadi tujuan berdirinya sebagian besar

perusahaan (Basyaib, 2007 dalam Afriyeni, 2008). Salah satu cara yang

digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan adalah dengan

melakukan analisis rasio keuangan. Melalui rasio keuangan penilaian

atas kinerja perusahaan dapat diketahui untuk dijadikan dasar dalam

mengambil keputusan-keputusan keuangan.

2.1.4.2 Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja keuangan mempunyai beberapa peranan bagi

perusahaan. Penilaian kinerja sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang

mengalami kesulitan. Penilaian kinerja juga sangat berguna untuk


46

restrukturisasi pengimplementasian program pemulihan usaha, bagi

perusahaan yang go publik penilaian kinerja sangat penting jika

perusahaan akan menjual perusahaannya dibursa harus melakukan

penilaian untuk menentukan nilai wajar saham yang akan ditawarkan

kepada masyarakat (Sriati, 2012).

Penilaian kinerja keuangan dapat mengukur tingkat biaya dari

berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan, untuk

menentukan atau mengukur efisiensi setiap bagian, proses atau produksi

serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh

perusahaan yang bersangkutan, untuk menilai dan mengukur hasil kerja

pada tiap-tiap bagian individu yang telah diberikan wewenang dan

tanggung jawab, serta untuk menentukan perlu tidaknya digunakan

kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih

baik (Wild dan Halsey, 2005 dalam Orniati, 2010).

2.1.4.3 Rasio-rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis dalam bidang

manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-

kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu, ataupun

hasil-hasil usaha dari suatu perusahaan pada satu periode tertentu

dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari

laporan keuangan perusahaan, baik daftar laporan posisi keuangan

maupun rugi-laba (Asnaini et al, 2012).


47

Dengan kata lain rasio-rasio keuangan dihitung berdasarkan pada

angka-angka dari:

1. Laporan Posisi Keuangan

2. Laporan Rugi-Laba

3. Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Rugi-Laba

Ditinjau dari tujuan atau informasi kondisi keuangan, rasio

keuangan terbagi menjadi lima yaitu:

a. Rasio Likuiditas (Liquidity)

Merupakan rasio yang digunakan sebagai alat ukur kemampuan

perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendeknya pada saat

jatuh tempo atau dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Pengukuran rasio likuiditas dengan menggunakan rumus terdiri dari:

1. Current Ratio (CR)

Current ratio merupakan rasio yang membandingkan antara

aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka

pendek. Tujuannya untuk menilai kemampuan suatu perusahaan

dalam melunasi kewajiban lancar (utang lancar) yang telah jatuh

tempo.

Aktiva Lancar
?? = ?100%
Kewajiban Lancar

2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio (QR)

Quick ratio atau acid test ratio yaitu kemampuan suatu

perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi

dengan aktiva lancar yang lebih liquid (Quick assets) atau rasio
48

ini menunjukkan besarnya alat likuiditas yang paling cepat dan

bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar.

Aktiva Lancar − Persediaan


QR = ?100%
Hutang Lancar

3. Cash Ratio atau Cash Position Ratio (CPR)

Cash ratio adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan untuk membayar utangnya yang segera harus

dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek

yang dapat segera diuangkan atau kemampuan suatu perusahaan

untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas

yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera

diuangkan.

Kas + Efek
CPR = ?100%
Hutang Lancar

4. Working Capital to Total Assets Ratio (WCTT) atau Modal Kerja

Netto dengan Total Aktiva

Working capital to total assets ratio adalah rasio yang mengukur

likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto dari

jumlah aktiva atau kemampuan suatu perusahaan dalam

menjamin modal kerjanya terhadap total aktiva.

Aktiva Lancar − Hutang Lancar


WCTT = ?100%
Total Aktiva
49

b. Rasio Leverage (Leverage Ratios)

Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana

perusahaan dibelanjai atau didanai dengan pinjaman. Apabila

perusahaan tidak menggunakan leverage dalam struktur modalnya,

maka perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal

sendiri, sehingga risiko perusahaan menjadi kecil. Semakin besar

tingkat leverage perusahaan, akan semakin besar jumlah pinjaman

yang digunakan, sehingga risiko keuangan yang dihadapi perusahaan

semakin besar.

Brigham dan Houston (2012) dalam Fajaryani (2015) menyatakan

penggunaan pendanaan melalui utang akan memberikan tiga implikasi

penting, yaitu:

1. Memperoleh dana melalui utang akan membuat pemegang saham

dapat mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas

yang terbatas.

2. Kreditur melihat modal yang diberikan pemegang saham sebagai

batas pengaman sehingga jika semakin tinggi proporsi modal yang

diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil risiko yang

dihadapi kreditur.

3. Jika hasil yang diperoleh dari aset perusahaan lebih tinggi dari

tingkat bunga yang dibayarkan, maka penggunaan utang akan

meningkatkan pengembalian atas ekuitas.


50

Ukuran rasio leverage dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

1. Total Debt to Total Asset Ratio

Total debt to total assets ratio adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur persentase besarnya dana atau modal yang berasal dari

pinjaman. Semakin tinggi tingkat rasio ini, semakin tinggi risiko

keuangan perusahaan.

??????????? ???????????????

??????????????
= ?100%
Total Aktiva

2. Total Debt to Total Equity Ratio

Total debt to total equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur perimbangan antara kewajiban yang dimiliki perusahaan

dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri

yang digunakan semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya

atau kewajibannya.

??????????? ??????????? ?????

Total Kewajiban
= ?100%
Total Ekuitas

3. Time Interest Earned Ratio (TIER)

Time interest earned ratio adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi beban

tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya.

??????? ????????????????? ???


TIER = ?1 ??? ?
????????
51

4. Fixed Charge Coverage Ratio (FCCR)

Fixed charge coverage ratio adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kesanggupan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya

berupa bunga beserta angsuran pokok pinjaman, pembayaran dividen

saham preferen, dan sewa dengan laba yang diperolehnya.

Earning Before Interest and Tax + ????


FCCR = ?1 ??? ?
????????+ ????

5. Debt Service Coverage Ratio (DSCR)

Debt service coverage ratio adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kesanggupan suatu perusahaan dalam memenuhi beban

tetapnya termasuk angsuran pokok pinjamannya dengan laba yang

diperolehnya.

??????? ????????????????? ???


DSCR = ???????? ????? ?????? ??
?1 ??? ?
????????+ (?????)

Pada penelitian ini, variabel leverage diukur dengan menggunakan

Total Debt To Total Equity Ratio. Perusahaan yang mempunyai

tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar

untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai

tingkat leverage rendah, berarti perusahaan tersebut lebih banyak

membiayai asetnya dengan modal sendiri (Yoehana, 2013).

c. Rasio Aktivitas (Activity Ratios)

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber

dananya. Rasio aktivitas dinyatakan sebagai perbandingan penjualan


52

dengan berbagai elemen aktiva. Semakin efektif dalam

memanfaatkan dana, semakin cepat perputaran dana tersebut.

1. Total Assets Turnover (TAT)

Total assets turnover adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar efektivitas pemanfaatan aktiva dalam

menghasilkan penjualan suatu perusahaan. Semakin besar

perputaran aktiva semakin efektif perusahaan dalam mengelola

aktivanya.

Penjualan Bersih
TAT = ?1 ??? ?
Total Aktiva

2. Receivable Turnover (RT)

Receivable turnover adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Sehingga

implikasikan jika semakin cepat perputaran piutang, maka

semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya.

Penjualan Kredit
RT = ?1 ??? ?
Piutang Rata − rata

3. Receivable Collection Period (RCP)

Receivable collection period adalah merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur efektivitas rata-rata yang diperlukan

untuk mengumpulkan piutang usaha dalam suatu perusahaan.

Piutang Rata − rata x 360 hari


RCP =
Penjualan Dalam Bentuk Kredit
53

4. Inventory Turnover

Inventory turnover merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur efektivitas kemampuan dana suatu perusahaan yang

tertanam dalam inventory atau persediaan yang berputar dalam

suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan

perkiraan untuk adanya overstock. Semakin cepat persediaan

berputar semakin efektif perusahaan dalam mengelola

persediaan.

????????? ????????

Penjualan Bersih
= ?1 ??? ?
Persediaan Rata − rata

5. Average Day’s Inventory

Average day’s inventory adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur periode rata-rata persediaan barang berada di gudang

sebelum dijual atau masuk ke proses produksi.

?????????????????????

Rata − rata Persediaan x 360 hari


=
Penjualan Bersih

d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan

kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama

periode tertentu untuk melihat kemampuan perusahaan dalam

beroperasi secara efisien. Kemampuan perusahaan dalam


54

menghasilkan laba dapat menarik investor untuk menanamkan

dananya guna ekspansi bisnis, sedangkan tingkat profitabilitas yang

rendah akan menyebabkan investor menarik dananya (Puspa, 2014).

Menurut Riadi (2012), Profitabilitas yang digunakan sebagai

kriteria penilaian hasil operasi perusahaan mempunyai manfaat yang

sangat penting dan dapat dipakai sebgai berikut:

1. Analisis kemampuan menghasilkan laba itunjukan untuk mendeteksi

penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek

informasi dalam periode akuntansi tertentu.

2. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria

yang sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahan dalm

hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen.

3. Profitabilitas merupakan suatu alat untuk membuat proyeksi laba

perusahaan karena menggamberkan korelasi antra laba dan jumlah

modal yang ditanamkan.

4. Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen,

profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun

target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi

perusahaan dan dasar pengambilan keputusan.

Rasio profitabilitas terdiri dari:

1. Gross Profit Margin (GPM)

Gross profit margin yaitu rasio yang mengukur seberapa besar

tingkat keuntungan kotor perusahaan dari setiap penjualannya.


55

Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan

mempunyai margin yang tinggi dari setiap penjualan setelah

memperhitungkan harga pokok penjualan barang.

????????− ?????? ?????????


GPM = ?100%
????????

2. Operating Profit Margin (OPM)

Operating profit margin yaitu rasio yang mengukur seberapa besar

tingkat keuntungan operasional atau usaha perusahaan dari setiap

penjualannya. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa

perusahaan mempunyai margin yang tinggi dari setiap penjualan

setelah memperhitungkan biaya operasi perusahaan

??????? ????????????????? ???


OPM = ?100%
????????

3. Operating Ratio (OR)

Operating Ratio digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah

penjualan, semakin kecil angka rasio menunjukan kinerja yang

semakin baik.

?????? ????????? − ????????? ????


OR = ?100%
????????

4. Net Profit Margin (NPM)

Net profit margin yaitu rasio yang mengukur seberapa besar tingkat

keuntungan bersih perusahaan dari setiap penjualannya. Semakin

tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai margin

yang tinggi dari setiap penjualan terhadap seluruh biaya, bunga dan

pajak perusahaan.
56

??????? ????????
NPM = ?100%
????????

5. Return On Assets (ROA)

Return on assets yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

memperoleh laba bersih dari jumlah dana yang investasikan

perusahaan atau total asset perusahaan.

??????? ????????????????? ???


ROA = ?100%
Total Assets

6. Return On Equity (ROE)

Rasio ini mengukur berapa banyak keuntungan yang dihasilkan oleh

perusahaan dibandingkan dengan modal yang disetor oleh pemegang

saham.

??????? ????????
ROE = ?100%
???????????

7. Return On Investment (ROI)

ROI digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan

keuntungan bersih.

??????? ????????
ROI = ?100%
???????????

8. Earning Per Share (EPS)

Earning per share menilai pendapatan bersih yang diperoleh setiap

lembar saham biasa. Salah satu alasan investor membeli saham

adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil
57

maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan

deviden.

??????? ????????
EPS = ?100%
??????????? ?ℎ???

Pada penelitian ini, variabel profitabilitas diukur dengan

menggunakan Net Profit Margin (NPM). NPM yang positif

menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk

operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan.

Sebaliknya jika NPM negatif menunjukan total aktiva yang

dipergunakan tidak memberikan keuntungan atau rugi.

e. Rasio Penilaian (Valuation Ratios)

Rasio penilaian ini merupakan kombinasi prestasi yang telah dicapai

perusahaan baik secara internal maupun oleh masyarakat yang

tercermin dalam harga pasar saham.

1. Price Earning Ratio (PER)

Price earning ratio yaitu seberapa besar pasar mau menghargai

saham diliat dari kemampuan labanya.

? ??????????
PER = ? 1 ??? ?
??????? ????ℎ???

2. Market to Book Value Ratio

Untuk mengukur seberapa besar harga saham yang ada dipasar

dibandingkan dengan nilai buku sahamnya. Semakin tinggi rasio

ini menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai

perusahaan menjadi lebih tinggi.


58

? ??????????
MBV ????? = ?100%
???? ?????

2.1.5 Pertumbuhan Perusahaan

Perusahaan yang besar, memiliki sumber daya yang besar sehingga

perusahaan perlu dan mampu membiayai informasi untuk kepentingan

internal secara lengkap. Informasi yang lengkap sekaligus menjadi

bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal

sehingga tidak memerlukan biaya lagi untuk pengungkapan informasi

secara lengkap. Sebaliknya, perusahaan kecil tidak memiliki informasi

selengkap perusahaan besar, sehingga biaya yang diperlukan menjadi

lebih besar apabila perusahaan ingin mengungkapkan informasi secara

lengkap. Hal ini dikarenakan pada umumnya perusahaan kecil berada

pada situasi persaingan ketat sehingga dapat mengancam perusahaan

(Rakhmawati, 2011).

Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi

lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar

akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan

kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan

politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial.

Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya

politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001 dalam Purnasiwi, 2011).

Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan


59

keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar

dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat.

Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat banyak

sorotan sehingga diprediksi perusahaan yang mempunyai kesempatan

pertumbuhan yang lebih tinggi cenderung lebih banyak melakukan

pengungkapan tanggung jawab sosial (Ekowati et al, 2014). Variabel

pertumbuhan perusahaan diukur dengan menggunakan pertumbuhan

total aset. Kriteria aset dalam penelitian ini adalah aset tak berwujud

(intangible asset) dalam bentuk goodwill, piranti lunak komputer, dan

lisensi seperti surat ijin pertambangan daerah (SIPD), ijin usaha

pertambangan (IUP), kontrak kerja (KK) dan perjanjian.

Alasan penulis menggunakan pertumbuhan total aset yaitu agar

dapat mengetahui perbandingan pertumbuhan total aset perusahaan

tahun berjalan dengan total aset tahun sebelumnya. Rumus tersebut

adalah:

???????????????????????
Pertumbuhan Total Aset = ????????????

2.1.6 Tipe Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan

mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki

nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Hasil industri tidak hanya

berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Pengertian industri secara

garis besar dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari


60

beberapa perusahaan yang memproduksi barang-barang tertentu dan

menempati areal tertentu dengan output produksi berupa barang dan jasa

(Saripudin, 2011).

Tipe industri adalah karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan

yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan yang

dimiliki, dan lungkungan perusahaan (Adawiyah, 2013). Perusahaan

yang termasuk dalam industri high profile akan memberikan informasi

sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan low profile.

Industri high profile sebagai industri yang memiliki consumer

visibility, risiko politik yang tinggi, atau kompetisi yang tinggi (Utomo,

2000 dalam Sembiring, 2005). Preston (1977) dalam Yintayani (2011)

menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang

memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstratif, lebih mungkin

mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan

industri yang lain.

Kriteria yang termasuk dalam industri high profile adalah

perusahaan berhubungan dengan kualitas produk yang terdiri dari

kandungan produk dan teknologi produk. Rumus untuk menghitung tipe

industri adalah dengan menggunakan dummy variable yaitu :

Diberi skor 1 : apabila perusahaan termasuk dalam industri high profile.

Diberi skor 0 : apabila perusahaan termasuk dalam industri low profile.


61

2.1.7 Saham

2.1.7.1 Pengertian Saham

Saham sebagai salah satu alternatif media investasi memiliki

potensi tingkat keuntungan dan kerugian yang lebih besar dibandingkan

media investasi lainnya dalam jangka panjang. Saham adalah surat

berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan

terhadap suatu perusahaan. Pengertian saham ini artinya adalah surat

berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk

Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham yang

dikeluarkan perusahaan merupakan bukti pembayaran pemegang saham

kedalam perusahaan. Jumlah yang terakumulasi dalam perusahaan

dinamakan dengan nama modal saham. Perwakilan kepemilikan

seseorang didalam suatu perseroan terbatas tercermin dalam sedikit

banyaknya lembar saham yang dimiliki. Semakin banyak lembar saham

yang dimiliki akan semakin besar derajat kepemilikannya (Riadi, 2012).

2.1.7.2 Karakteristik Saham

Saham dapat dibedakan menjadi; saham biasa (common stock) dan

saham preferensi (preffered stock). Saham juga dapat dibedakan

berdasarkan penerbitnya, dimana penerbitnya dapat berupa korporasi

pemerintah (public corporate) dan korporasi swasta (private corporate).

Pada umumnya saham pada korporasi pemerintah kepemilikannya

adalah lembaga-lembaga pemerintah (pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah), yang diperjual belikan di bursa efek atau untuk


62

umum jikapun ada hanya sekitar 5% sampai 15%. Untuk korporasi

swasta diperjual belikan di bursa efek apabila sudah melalui pasar

primer (primary market), selanjutnya telah dilisting di bursa efek.

Saham korporasi yang diperdagangkan di bursa efek umumnya jenis

saham biasa dari korporasi yang telah go public (Tampubolon, 2013).

Menurut Tampubolon (2013), saham dapat dibedakan menjadi

saham biasa dan saham preferensi:

1. Penilaian Saham Biasa

Pemegang saham yang biasa disebut stockholder, dimana jumlah

saham yang dimiliki menggambarkan besarnya kewenangan

stockholder dalam korporasi. Saham biasa memberi stockholder

memiliki hak suara di dalam rapat umum pemegang saham (RUPS)

untuk menentukan masa depan korporasi, dan berbeda dengan

kepemilikan saham preferensi yang tidak memiliki hak suara dalam

RUPS tetapi mendapat prioritas pertama di dalam pembagian

deviden.

2. Penilaian Saham Preferensi

Saham preferensi diterbitkan oleh korporasi apabila biaya untuk

menerbitkan saham biasa sudah semakin tinggi (mahal). Waktu yang

paling tepat bagi korporasi untuk menerbitkan saham preferensi;

apabila leverage keuangan dan kontrol pemilik saham biasa sudah

sangat kuat. Kepemilikan saham preferensi prioritas diberikan

kepada owner’s yang telah banyak berjasa kepada korporasi.


63

Tujuannya saham preferensi dikeluarkan adalah untuk meningkatkan

modal, walaupun sebenarnya biaya penerbitan saham preferensi

sangat mahal disebabkan pembayaran deviden sebelum dikenakan

pajak.

Secara umum ada tiga jenis istilah terkait dengan penerbitan saham

biasa oleh perusahaan yaitu (Jogiyanto, 2003 dalam Lamia et al, 2014):

1. Saham biasa yang terotorisasi (authorized common stock) adalah

jumlah saham biasa yang tercantum di dalam anggaran dasar (AD)

dan anggaran rumah tangga (ART) perusahaan. Saham biasa yang

dapat diterbitkan oleh perusahaan.

2. Saham biasa yang diterbitkan (issued common stock) adalah jumlah

saham biasa yang telah diterbitkan oleh perusahaan ke masyarakat

melalui pasar modal.

3. Saham biasa yang beredar (outstanding common stock) adalah

jumlah saham yang masih beredar di masyarakat. Saham yang

beredar inilah yang mencerminkan kepemilikan terhadap perusahaan.

2.1.7.3 Jenis-jenis Kepemilikan Saham

a. Kepemilikan Saham Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa

manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut

sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Hal ini ditunjukkan

dengan besarnya persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen

perusahaan. Manajer yang memiliki saham perusahaan tentunya akan


64

menselaraskan kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya

sebagai pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajerial dalam

perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam

memaksimalkan nilai perusahaan (Rustiarini, 2011).

Kepemilikan manajerial menyebabkan berkurangnya tindakan

oportunis manajer untuk memaksimalkan kepentingan pribadi. Manajer

perusahaan akan mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan

perusahaan, yaitu dengan cara mengungkapkan informasi sosial yang

seluas-luasnya untuk meningkatkan image perusahaan meskipun ia

harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Anggraini,

2006).

Rumus Kepemilikan Saham Manajerial:

jumlah kepemilikan saham oleh manajemen


x 100%
jumlah saham yang beredar

b. Kepemilikan Saham Institusional

Kepemilikan saham institusional adalah kepemilikan saham suatu

perusahaan oleh institusi baik yang bergerak dalam bidang keuangan

atau nonkeuangan atau badan hukum lain. Kepemilikan institusional

adalah persentase kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh

investor institusional seperti pemerintah, perusahaan investasi, bank,

perusahaan asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional

adalah persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh

modal saham yang beredar (Iswandika et al, 2014).


65

Rumus Kepemilikan Saham Institusional:

jumlah kepemilikan saham oleh institusional


? 100%
jumlah saham yang beredar

c. Kepemilikan Saham Publik

Perusahaan yang telah go public dan telah terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) adalah perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan

oleh publik yang artinya semua keadaan dan aktivitas yang dilakukan

perusahaan wajib dilaporkan dan diketahui oleh publik karena publik

sebagai salah satu pemegang saham (Fima, 2014). Agar publik mau

melakukan investasi pada perusahaan dan percaya terhadap rendahnya

risiko investasi, maka perusahaan harus menampilkan keunggulan dan

eksistensi perusahaan terhadap publik. Salah satu caranya adalah

mengungkapkan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan.

Semakin besar kepemilikan saham publik maka semakin tinggi

kepentingan publik yang menjadi tanggung jawab perusahaan (Lamia et

al, 2014). Publik sendiri adalah individu atau institusi yang memiliki

kepemilikan saham dibawah 5% yang berada di luar manajemen dan

tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan (Putri, 2008

dalam Eka, 2011).

Rumus Kepemilikan Saham Publik:

jumlah kepemilikan saham oleh publik


? 100%
jumlah saham yang beredar
66

d. Kepemilikan Saham Asing

Kepemilikan saham asing merupakan proporsi saham biasa

perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah

serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri. Kepemilikan asing

dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap

pengungkapan pertanggung jawaban sosial perusahaan. (Djakman dan

Machmud, 2008 dalam Erida, 2011).

Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh asing

biasanya lebih sering menghadapi masalah asimetri informasi

dikarenakan hambatan geografis dan bahasa. Oleh sebab itu perusahaan

dengan kepemilikan asing yang besar akan terdorong untuk melaporkan

atau mengungkapkan informasinya secara sukarela dan luas. (Xiao et al,

2004 dalam Asmiran, 2013).

Kepemilikan saham oleh pihak asing adalah kepemilikan saham

yang dimiliki oleh pihak-pihak dari luar negeri baik individu maupun

institusional. Lee (2008) berpendapat bahwa kepemilikan asing dan

kepemilikan institusional lebih mampu mengendalikan kebijakan

manajemen karena memiliki kemampuan dan pengalaman yang baik di

bidang keuangan dan bisnis.

Rumus Kepemilikan Saham Asing:

jumlah kepemilikan saham oleh pihak asing


? 100%
jumlah saham yang beredar
67

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1
Hasil Penelitian Sebelumnya

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian


(Tahun)

1 Purnasiwi Analisis Pengaruh Size, Variabel Hasil penelitian


(2011) Profitabilitas, dan Independen: Ukuran menunjukkan
Leverage Terhadap Perusahaan (Size), bahwa size,
Pengungkapan Corporate Profitabilitas, dan profitabilitas dan
Social Responsibility Pada Leverage leverage memiliki
Perusahaan Yang pengaruh positif
Terdaftar di Bursa Efek Variabel Dependen: terhadap CSR
Indonesia Corporate Social
Responsibility

2 Purwanto Pengaruh Tipe Industri, Variabel Hasil penelitian


(2011) Ukuran Perusahaan, dan Independen: Tipe menunjukkan
Profitabilitas Terhadap Industri, Ukuran bahwa tipe industri
Corporate Social Perusahaan, dan dan ukuran
Responsibility Profitabilitas perusahaan
memiliki pengaruh
Variabel Dependen: positif terhadap
Corporate Social CSR Sementara
Responsibility profitabilitas
memiliki pengaruh
negatif terhadap
CSR.

3 Wijaya Faktor-Faktor Yang Variabel Hasil penelitian


(2012) Mempengaruhi Independen: Ukuran menunjukkan
Pengungkapan Tanggung Dewan Komisaris, bahwa ukuran
Jawab Sosial Pada Leverage, Ukuran perusahaan
Perusahaan Manufaktur Perusahaan, memiliki pengaruh
Yang Terdaftar di Bursa Profitabilitas, dan positif terhadap
Efek Indonesia Kinerja Lingkungan CSR Sementara
ukuran dewan
Variabel Dependen: komisaris, leverage,
Corporate Social profitabilitas,
Responsibility dan kinerja
lingkungan
memiliki pengaruh
negatif terhadap
CSR.
68

4 Ekowati Pengaruh Profitabilitas, Variabel Hasil penelitian


et al Likuiditas, Growth, dan Independen: menunjukkan
(2014) Media Exposure Terhadap Profitabilitas, bahwa profitabilitas
Pengungkapan Tanggung Likuiditas, Growth, dan media exposure
Jawab Sosial Perusahaan dan Media Exposure memiliki pengaruh
positif terhadap
Variabel Dependen: CSR Sementara
Corporate Social likuiditas dan
Responsibility growth memiliki
pengaruh negatif
terhadap CSR.

5 Zulfi Pengaruh Kepemilikan Variabel Hasil penelitian


(2014) Saham Pemerintah, Tipe Independen: menunjukkan
Industri, Ukuran Kepemilikan Saham bahwa tipe industri
Perusahaan, dan Pemerintah, Tipe dan profitabilitas
Profitabilitas Terhadap Industri, Ukuran memiliki pengaruh
Pengungkapan Corporate Perusahaan, dan positif terhadap
Social Responsibility Pada Profitabilitas CSR Sementara
Perusahaan Go Public Di kepemilikan saham
Indonesia Variabel Dependen: pemerintah dan
Corporate Social ukuran perusahaan
Responsibility memiliki negatif
signifikan terhadap
CSR.

6 Nur dan Analisis Faktor-Faktor Variabel Hasil penelitian


Priantina Yang Mempengaruhi Independen: menunjukkan
h Pengungkapan Corporate Profitabilitas, bahwa ukuran
(2012) Social Responsibility Di Ukuran Perusahaan, perusahaan
Indonesia Kepemilikan Saham memiliki pengaruh
Publik, Dewan positif terhadap
Komisaris, CSR Sementara
Leverage, dan profitabilitas,
Pengungkapan kepemilikan saham
Media publik, dewan
Variabel Dependen: komisaris, leverage,
Corporate Social dan pengungkapan
Responsibility media memiliki
pengaruh negatif
terhadap CSR.

7 Mutia et Pengaruh Ukuran Variabel Hasil penelitian


al Perusahaan, Profitabilitas, Independen: Ukuran menunjukkan
(2011) dan Ukuran Dewan Perusahaan, bahwa ukuran
Komisaris Terhadap Profitabilitas, perusahaan dan
69

Pengungkapan Corporate dan Ukuran Dewan ukuran dewan


Social Responsibility Pada Komisaris komisaris memiliki
Perusahaan Manufaktur pengaruh positif
Yang Terdaftar di Bursa Variabel Dependen: terhadap CSR
Efek Indonesia Corporate Social Sementara
Responsibility profitabilitas
memiliki pengaruh
negatif terhadap
CSR.

8 Ale Pengaruh Ukuran Variabel Hasil penelitian


(2014) Perusahaan, Leverage, Independen: Ukuran menunjukkan
Kepemilikan Institusional Perusahaan, bahwa ukuran
dan Ukuran Dewan Leverage, perusahaan,
Komisaris Terhadap Kepemilikan kepemilikan
Pengungkapan Corporate Institusional, dan institusional, dan
Social Responsibility Ukuran Dewan ukuran dewan
Komisaris komisaris memiliki
pengaruh positif
Variabel terhadap CSR
Independen: Sementara leverage
Corporate Social memiliki pengaruh
Responsibility negatif terhadap
CSR.

9 Lamia et Pengaruh Profitabilitas, Variabel Hasil penelitian


al Leverage, Porsi Independen: menunjukkan
(2014) Kepemilikan Saham Profitabilitas, bahwa profitabilitas,
Publik, dan Ukuran Leverage, leverage, dan
Dewan Komisaris Kepemilikan Saham kepemilikan saham
Terhadap Pengungkapan Publik, dan Ukuran publik memiliki
Corporate Social Dewan Komisaris pengaruh positif
Responsibility Dalam Variabel Dependen: terhadap CSR
Laporan Tahunan Corporate Social Sementara ukuran
Perusahaan Food & Responsibility dewan komisaris
Beverages Yang Listing memiliki pengaruh
Di Bursa Efek Indonesia negatif terhadap
CSR.
Sumber: Berbagai Jurnal
70

2.3 Hubungan Antar Variabel

2.3.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap CSR Disclosure

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva,

dan ekuitas (Sartono, 2001 dalam ‘Amal, 2011). Biaya CSR seringkali

menjadi kendala karena pada akhirnya akan mengurangi pendapatan.

Giannarakis dan Theotokas (2011) dalam Arifian (2011) menganggap

bahwa CSR sebagai ancaman terhadap kelangsungan perusahaan karena

adanya tambahan biaya sosial. Konsekuensi logisnya, pelaksanaan CSR

akan mengganggu profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan

haruslah dalam tingkat profitabilitas yang tinggi untuk memberikan

keluwesan manajemen dalam mengungkapkan CSR (Nurkhin, 2009).

2.3.2 Pengaruh Leverage Terhadap CSR Disclosure

Leverage merupakan ukuran kinerja keuangan yang mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

Jensen (1986) dan Zweibel (1996) menyatakan bahwa saat perusahaan

mempunyai utang bunga yang tinggi, kemampuan manajemen untuk

berinvestasi lebih pada program CSR adalah terbatas. Belkaoui dan

Karpik (1989) dalam Rawi dan Muchlish (2010) menyatakan bahwa

semakin tinggi tingkat rasio leverage, semakin besar kemungkinan

perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan

berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Supaya laba yang
71

dilaporkan tinggi, maka manajer harus mengurangi biaya-biaya

termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial. Biaya CSR

yang terbatas, maka pengungkapan informasi sosial menjadi rendah atau

terbatas.

2.3.3 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap CSR

Disclosure

Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat banyak

sorotan sehingga diprediksi perusahaan yang mempunyai kesempatan

pertumbuhan yang lebih tinggi cenderung lebih banyak melakukan

pengungkapan tanggung jawab sosial (Ekowati et al, 2014).

Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya

politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001 dalam Purnasiwi, 2011).

Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan

keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar

dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat.

2.3.4 Pengaruh Tipe Industri Terhadap CSR Disclosure

Industri high profile sebagai industri yang memiliki consumer

visibility, risiko politik yang tinggi, atau kompetisi yang tinggi (Utomo,

2000 dalam Sembiring, 2005). Selain itu, perusahaan yang termasuk

kategori high profile umumnya merupakan perusahaan yang

memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi


72

perusahaan memiliki potensi dan kemungkinan berhubungan dengan

kepentingan masyarakat luas. Perusahaan yang berorientasi pada

pelanggan akan lebih memperhatikan pertanggung jawaban sosialnya

kepada masyarakat, karena hal ini akan meningkatkan citra perusahaan

dan dapat mempengaruhi tingkat penjualan (Sulastini, 2007).

2.3.5 Pengaruh Kepemilikan Saham Publik Terhadap CSR

Disclosure

Perusahaan yang telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia adalah

perusahaan-perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan saham

publik, yang artinya bahwa semua aktivitas dan keadaan perusahaan

harus dilaporkan dan diketahui oleh publik sebagai salah satu bagian

pemegang saham. Akan tetapi tingkat kepemilikan sahamnya berbeda-

beda satu sama lain. Penelitian oleh Hasibuan (2011) dalam Eka (2011)

menjelaskan bahwa semakin tinggi rasio atau tingkat kepemilikan publik

dalam perusahaan diprediksi akan melakukan tingkat pengungkapan

yang lebih luas.


73

2.4 Hipotesis

H1: Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan

Kepemilikan Saham Publik memiliki pengaruh signifikan terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure

H2: Profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure

H3: Leverage memiliki pengaruh negatif terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure

H4: Pertumbuhan Perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure

H5: Tipe Industri memiliki pengaruh positif terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure

H6: Kepemilikan Saham Publik memiliki pengaruh positif terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure


74

2.5 Model Penelitian

Profitabilitas

Leverage

Pertumbuhan Corporate Social Responsibility


Perusahaan Disclosure

Tipe Industri

Kepemilikan Saham Publik

Gambar 2.1
Model Penelitian

Pada gambar di atas, model penelitian menunjukkan pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel

independennya adalah Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan

Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik sedangkan

variabel dependennya adalah Corporate Social Responsibility

Disclosure.
75

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Riset

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausalitas,

menurut Sugiyono (2012) yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Tujuan

utama dari penelitian kausalitas adalah untuk mendapatkan bukti hubungan sebab

akibat, sehingga dapat diketahui mana yang menjadi variabel yang mempengaruhi

dan mana variabel yang dipengaruhi. Variabel X yaitu Profitabilitas, Leverage,

Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri dan Kepemilikan Saham Publik terhadap

Y yaitu Corporate Social Responsibility Disclosure saling berhubungan.

Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data tersebut berupa

laporan keuangan dari tahun 2010 sampai dengan 2014 secara berturut-turut.

Waktu penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan

November 2015.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

Metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu

dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, dan terukur. Hubungan variabelnya

bersifat sebab akibat dimana data penelitiannya berupa angka-angka dan

analisisnya menggunakan statistic (Sugiono, 2008).

75
76

3.2.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder karena data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-

2014 yang diperoleh dari website resmi BEI. Data sekunder merupakan data yang

dikumpulkan oleh orang lain untuk tujuan yang berbeda dengan tujuan penelitian

yang dirumuskan, yang sifatnya membantu untuk merumuskan masalah dan

tujuan penelitian yang lebih baik (Sumarwan et al, 2011).

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014

1. Pada tahun 2010 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) berjumlah 31 perusahaan.

2. Pada tahun 2011 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) berjumlah 34 perusahaan.

3. Pada tahun 2012 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) berjumlah 37 perusahaan.

4. Pada tahun 2013 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) berjumlah 37 perusahaan.

5. Pada tahun 2014 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) berjumlah 38 perusahaan.


77

Jadi, dalam penelitian ini perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) yang diambil penulis untuk dijadikan populasi adalah

177 perusahaan pertambangan.

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dipilih dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Metode purposive sampling adalah

pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti, dimana ada

syarat-syarat yang dibuat dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel

(Sugiyono, 2003).

Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai

berikut:

1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

tahun 2010 sampai 2014.

2. Perusahaan yang menerbitkan annual report dan laporan keuangan tahunan

untuk periode tahun 2010 sampai 2014.

3. Perusahaan tersebut menyediakan informasi mengenai CSR.

Berdasarkan kriteria sampel yang diuraikan di atas, maka perusahaan-perusahaan

yang menjadi sampel penelitian yang memenuhi syarat menjadi subjek penelitian

adalah berjumlah 13 perusahaan.

3.4 Unit Analisis

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan informasi-informasi tambahan

yang digunakan peneliti bersifat teoritis, yaitu metode kepustakaan. Metode ini

merupakan penggunaan media yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,


78

dimana data tersebut diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, internet, jurnal

reverensi dan sumber data lainna yang berhubungan dengan pembahasan proposal

skripsi ini, serta ada baiknya dari media cetak (jurnal, artikel dan buku literatur

lainnya) maupun media elektronik (internet).

3.5 Definisi Operasional Variabel

3.5.1 Variabel Independen (X)

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas, Leverage,

Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik.

3.5.1.1 Profitabilitas

Variabel Independen pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Profitabilitas yang diproksikan dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM).

Adapun rumus NPM adalah:

Laba Bersih
NPM =
Penjualan

3.5.1.2 Leverage

Variabel Independen kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Leverage yang diproksikan dengan menggunakan Total Debt to Total Equity

Ratio (DER). Adapun rumus DER adalah:

??????????? ??????????? ?????

Total Kewajiban
=
Total Ekuitas
79

3.5.1.3 Pertumbuhan Perusahaan

Variabel Independen ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pertumbuhan Perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan pertumbuhan

total aset. Adapun rumus pertumbuhan total aset adalah:

Pertumbuhan Total Aset

?????????? − ????????????
=
????????????

3.5.1.4 Tipe Industri

Variabel Independen keempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Tipe Industri yang diproksikan dengan menggunakan dummy variable, yaitu

pemberian skor 1 dan 0. Skor 1 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri

high profile dan skor 0 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri low

profile.

3.5.1.5 Kepemilikan Saham Publik

Variabel Independen kelima yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kepemilikan Saham Publik yang diproksikan dengan menggunakan rasio jumlah

saham yang dimiliki publik. Adapun rumusnya adalah:

jumlah kepemilikan saham oleh publik


KP =
jumlah saham yang beredar

3.5.2 Variabel Dependen (Y)

3.5.2.1 Corporate Social Responsibility Disclosure

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Corporate Social

Responsibility Disclosure yang diproksikan dengan menggunakan CSR

Disclosure Index. Adapun rumusnya adalah:


80

∑ ???
CSRDIj =
??

CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure index perusahaan j

nj : jumlah item untuk perusahaan j

Xij :dummy variable: 1= jika item 1 diungkapkan, 0 = jika tidak diungkapkan

Tabel 3.1

Operasional Variabel dan Pengukurannya

Variabel Proksi Skala

Variabel

Independen:

Profitabilitas ???? ?????ℎ Rasio


NPM =
Penjualan

Leverage Total Kewajiban Rasio


DER =
Total Ekuitas

Pertumbuhan ?????????? − ???????????? Rasio


Pertumbuhan Aset =
????????????
Perusahaan

Tipe Industri Dummy variable = skor 1 untuk high profile dan 0 untuk Nominal

low profile
81

Kepemilikan jumlah kepemilikan saham oleh publik Rasio


KP =
jumlah saham yang beredar
Saham Publik

Variabel

Dependen:

Corporate ∑ ??? Rasio


CSRDIj =
??
Social

Responsibility

Disclosure

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik analisis kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan

dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan

informasi yang dibutuhkan dalam analisis.

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Variabel-variabel dalam penelitian ini dideskripsikan dengan

menggunakan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2010) statistik deskriptif

adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi.
82

3.6.2 Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang

dibentuk dari variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal

atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat

dilakukan dengan analisa grafik, yaitu dengan melihat histogram dan normal

probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya

dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2006).

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi

regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi.

3.6.3.1 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas untuk menguji apakah adanya multikolinearitas yang

sempurna antara satu variabel bebas dengan variabel bebas lainnya. Jika terjadi

korelasi maka dinamakan multikolinearitas (Ghozali, 2006). Ada tidaknya

multikolinearitas dapat dilihat besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dengan

mengambil keputusan sebagai berikut :

1. Jika nilai VIF > 10 atau jika nilai tolerance < 0,1 maka ada

multikolinearitas dalam model regresi

2. Jika nilai VIF < 10 atau jika nilai tolerance > 0,1 maka tidak ada

multikolinearitas dalam model regresi.


83

3.6.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain (Ghozali: 2006). Uji heteroskedastisitas digunakan untuk

mengetahui apakah terjadi penyimpangan model karena gangguan varian yang

berbeda antar observasi satu ke observasi lain. Pengujian heteroskedastisitas

dilakukan dengan mengamati grafik scatter plot pada output SPSS, dimana

menurut Duwi Priyatno (2009) ketentuannya adalah sebagai berikut:

1. Jika titik-titiknya membentuk pola tertentu yang teratur maka diindikasikan

terdapat masalah heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah

heterokedastisitas.

Ada beberapa cara mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, yaitu

melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan

residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID

dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X

adalah residual yang telah di-studentized.


84

3.6.3.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi digunakan untuk menguji suatu model apakah antara

variabel pengganggu masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi. Untuk

mengetahui apakah pada model regresi mengandung autokorelasi dapat digunakan

pendekatan D-W (Durbin Watson). Kriteria autokorelasi ada 3, yaitu:

1. Nilai D-W di bawah -4 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.

2. Nilai D-W di antara -4 sampai 4 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi.

3. Nilai D-W di atas 4 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.

3.6.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah model regresi linier

berganda. Hal ini disebabkan penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh

dari variabel independen (Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Tipe

Industri, dan Kepemilikan Saham Publik) terhadap variabel dependen (Corporate

Social Responsibility Disclosure).

Model dasarnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e

Keterangan :

y : Corporate Social Responsibility Disclosure

α : konstanta persamaan regresi

β : koefisien regresi

X1 : Profitabilitas

X2 : Leverage
85

X3 : Pertumbuhan Perusahaan

X4 : Tipe Industri

X5 : Kepemilikan Saham Publik

e : Error

3.6.5 Uji Hipotesis

3.6.5.1 Uji Statistik F

Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara simultan

atau bersamaan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji F dapat

dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F yang terdapat pada hasil output

analisis regresi, yaitu:

1. Jika F < α (0,05) maka Ha diterima atau H0 ditolak, hal ini menunjukkan ada

pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. Jika F > α (0,05) maka Ha ditolak atau H0 diterima, hal ini menunjukkan

tidak ada pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.6.5.2 Uji Statistik t

Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara parsial

antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji t dapat dilakukan dengan

melihat nilai signifikansi t yang terdapat pada hasil output analisis regresi, yaitu:

1. Jika t < α (0,05) maka Ha diterima atau H0 ditolak, hal ini menunjukkan

bahwa ada pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat. Ha

diterima H0 ditolak.

2. Jika t > α (0,05) maka Ha ditolak atau H0 diterima, hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat.
86

3.6.5.3 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Pengujian ini

menunjukkan signifikansi hubungan antara variabel independen terhadap variabel

dependen. Besarnya koefisien antara 0 dan 1, semakin mendekati 1 berarti

semakin signifikan.
87

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh industri pertambangan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 yang berjumlah 177

perusahaan. Dalam penelitian ini, sampel penelitian diambil dengan metode

purposive sampling dan memiliki jumlah sampel sejumlah 65 perusahaan pada

industri pertambangan.

Berikut ini adalah daftar perusahaan yang termasuk dalam sampel penelitian ini:

Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel

No Kode Nama
1 ANTM Aneka Tambang Tbk
2 ENRG Energi Mega Persada Tbk
3 HRUM Hrum Energy Tbk
4 ITMG Indo Tambang Raya Megah Tbk
5 PTBA Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk
6 PTRO Petrosea Tbk
7 RUIS Radiant Utama Tbk
8 MEDC Medco Energy Persada Tbk
9 MITI Mitra Investindo Tbk
10 TINS Timah Tbk
11 ADRO Adaro Energy Tbk
12 ELSA Elnusa Tbk
13 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk
Sumber: Data Sekunder Diolah

87
88

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Hasil Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran

atau deskriptif data yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan

untuk menguji Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri,

dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure. Penelitian ini menggunakan tema pengungkapan sosial yang secara

keseluruhan terdiri dari 78 item dari 7 kategori pengungkapan CSR. Deskripsi dari

masing-masing variabel penelitian diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

NPM 65 ,0027 2,2438 ,396665 ,4032273


DER 65 ,0122 13,6990 1,336388 2,4666166
PP 65 -,0363 10,6509 ,513946 1,3080786
TIPE 65 0 1 ,60 ,494
KP 65 ,0145 ,6786 ,339057 ,1366173
CSRD 65 ,2820 ,8974 ,569588 ,1572589
Valid N (listwise) 65
Sumber: Data Sekunder Diolah

Berdasarkan uji statistik deskriptif di atas di mana didapatkan informasi

mengenai nilai minimum, maksimum, rata-rata dan deviasi dari setiap variabel

dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, variabel Corporate Social Responsibility

Disclosure adalah variabel dependen. Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan

Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik adalah variabel

independen.
89

1. Variabel Profitabilitas yang diproksikan dengan rasio net profit margin

dari 65 sampel perusahaan pertambangan memiliki nilai minimum sebesar

0,0027, nilai maksimum sebesar 2,2438, nilai rata-rata sebesar 0,396665,

dan nilai standar deviasi sebesar 0,4032273. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa Profitabilitas memiliki nilai rata-rata sebesar 0,396665 atau 39,66%

yang artinya menunjukkan bahwa tingkat NPM perusahaan rendah.

2. Variabel Leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio dari 65

sampel perusahaan pertambangan memiliki nilai minimum sebesar 0,0122,

nilai maksimum sebesar 13,6990, nilai rata-rata sebesar 1,336388, dan

nilai standar deviasi 2,4666166. Hal ini dapat disimpulkan bahwa leverage

memiliki nilai rata-rata 1,336388 atau 133,64% yang artinya menunjukkan

bahwa tingkat leverage di dalam perusahaan pertambangan tergolong

tinggi.

3. Variabel Pertumbuhan Perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan

total aset dari 65 sampel perusahaan pertambangan memiliki nilai

minimum sebesar -0,0363, nilai maksimum sebesar 10,6509, nilai rata-rata

sebesar 0,513946, dan nilai standar deviasi sebesar 1,3080786. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Perusahaan memiliki nilai rata-

rata 0,513946 atau 51,40% yang artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan

total aset perusahaan pertambangan mengalami pertumbuhan yang cukup

tinggi.

4. Variabel Tipe Industri yang diproksikan dengan dummy variable dari 65

sampel perusahaan pertambangan yang memiliki nilai minimum sebesar 0,


90

nilai maksimum sebesar 1, nilai rata-rata sebesar 0,60, dan nilai standar

deviasi 0,494. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Tipe Industri memiliki

nilai rata-rata sebesar 0,60 atau 60% yang artinya menunjukan bahwa

perusahaan pertambangan berkategori high profile yang umumnya

merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena

aktivitas operasi perusahaan yang lebih banyak memodifikasi lingkungan.

5. Variabel Kepemilikan Saham Publik yang diproksikan dengan jumlah total

saham publik yang beredar dibagi saham yang beredar di perusahaan dari

65 sampel perusahaan pertambangan memiliki nilai minimum sebesar

0,0145, nilai maksimum 0,6786, nilai rata-rata sebesar 0,339057, dan nilai

standar deviasi sebesar 0,1366173. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

Kepemilikan Saham Publik memiliki nilai rata-rata sebesar 0,339057 atau

33,90% yang artinya menunjukan bahwa Kepemilikan Saham Publik

perusahaan pertambangan cenderung kecil.

6. Variabel Corporate Social Responsibility Disclosure yang diproksikan

dengan CSR Index Disclosure dari 65 sampel perusahaan pertambangan

memiliki nilai minimum sebesar 0,2820, nilai maksimum sebesar 0,8974,

nilai rata-rata sebesar 0,569588, dan nilai standar deviasi sebesar

0,1572589. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Corporate Social

Responsibility Disclosure memiliki nilai rata-rata sebesar 0,569588 atau

56,95% yang artinya bahwa tanggung jawab sosial perusahaan

pertambangan tergolong rendah.


91

4.2.2 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,

variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah data distribusi data normal atau

mendekati normal. Untuk menguji normalitas data ini menggunakan metode

analisis grafik dan melihat normal probability plot. Distribusi normal akan

membentuk satu garis diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan

dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang

menggambarkan data yang sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal.

Sumber: Data Sekunder Diolah

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas


92

Dari hasil uji normal probability plot di atas dapat dilihat bahwa titik-titik

berada mendekati garis diagonal pada gambar. Hal ini menunjukan bahwa hasil

uji normalitas p-plot data tersebut berdistribusi normal.

Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan untuk mendeteksi

normalitas dari data yang diteliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil

pengujian dapat dikatakan normal jika nilai asymp.sig.(2-tailed) melebihi 0.05.

Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 61

a,b
Mean 0E-7
Normal Parameters
Std. Deviation ,13871428
Absolute ,087
Most Extreme
Positive ,087
Differences
Negative -,052
Kolmogorov-Smirnov Z ,682
Asymp. Sig. (2-tailed) ,740

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
Sumber: Data Sekunder Diolah

Berdasarkan dari tabel 4.4 uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov

Test diperoleh nilai KSZ sebesar 0,682 dan Asymp.sig sebesar 0,740 lebih besar

dari 0,05 maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal.


93

4.2.3 Uji Asumsi Klasik

4.2.3.1 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas di uji dengan melihat nilai tolerance serta nilai

variance inflation factor (VIF). Dikatakan tidak terdapat multikolinearitas dalam

model regresi jika tolerance > 0,1 dan VIF < 10.

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas

a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) ,601 ,057 10,493 ,000

LNNPM ,037 ,016 ,286 2,304 ,025 ,958 1,044

LNDER -,011 ,014 -,101 -,780 ,439 ,874 1,144


1
LNPP ,041 ,021 ,265 2,015 ,049 ,854 1,171

TIPE -,052 ,038 -,168 -1,360 ,179 ,970 1,031

LNKP -,075 ,034 -,273 -2,193 ,033 ,953 1,049

a. Dependent Variable: CSRD


Sumber: Data Sekunder Diolah

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat diartikan bahwa:

1. Untuk variabel Profitabilitas (NPM) tidak terdapat multikolinieritas karena

besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 atau 1.044 < 10.

2. Untuk variabel Leverage (DER) tidak terdapat multikolinieritas karena

besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 atau 1.144 < 10.

3. Untuk variabel Pertumbuhan Perusahaan (PP) tidak terdapat multikolinieritas

karena besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 atau 1.171

< 10.
94

4. Untuk variabel Tipe Industri (TIPE) tidak terdapat multikolinieritas karena

besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 atau 1.031 < 10.

5. Untuk variabel Kepemilikan Saham Publik (KP) tidak terdapat

multikolinieritas karena besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil

dari 10 atau 1.049 < 10.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen

(bebas) atau tidak terjadi multikolinearitas.

4.2.3.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t (saat ini) dengan

kesalahan t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi atau bebas

dari autokorelasi. Penelitian ini menggunakan Durbin Watson. Pendekatan ini

digunakan untuk melihat apakah data terbebas dari autokorelasi atau tidak.

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi


b
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate
a
1 .435 .189 .115 .1608055 1.780

a. Predictors: (Constant), LNKP, TIPE, LNDER, LNNPM, LNPP


b. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Sekunder Diolah

Hasil pengolahan data menunjukan nilai Durbin Watson sebesar 1.780.

k = Jumlah variabel

N = Jumlah data

dL = Nilai batas bawah


95

du = Nilai batas atas

dL < du < (4 - du) =

1.4378 < 1.7673 < (4 - 1.7673) = 1.4378 < 1.7673 < 2.2327

Hasil pengolahan data menunjukan nilai Durbin Watson sebesar 1.780 dan nilai

tersebut berada diantara Du dan (4 - du) atau 1.780 lebih besar dari 1.7673 dan 1.7

80 lebih kecil dari 2.2327 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi

linear tersebut tidak terdapat autokorelasi atau tidak terjadi korelasi diantara

kesalahan pengganggu.
96

4.2.3.3 Uji Heterokedastisitas

Pengujian ini untuk mengetahui apakah dalam model regresi ada

kesamaan atau ketidaksamaan varian antara satu pengamatan dengan pengamatan

yang lain. Jika titik-titik pada gambar menyebar maka berarti terjadi

heteroskedastisitas.

Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan gambar 4.2 hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat titik-titik

tersebut terjadi secara acak dan tidak membentuk pola tertentu, serta tersebar di

atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi

heterokedastisitas pada model regresi yang digunakan.


97

4.2.3.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis linier berganda dimaksudkan untuk menguji seberapa besar

pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan

Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure

pada industri pertambangan.

Adapun uji persamaan linier dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda

a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) ,601 ,057 10,493 ,000

LNNPM ,037 ,016 ,286 2,304 ,025 ,958 1,044

LNDER -,011 ,014 -,101 -,780 ,439 ,874 1,144


1
LNPP ,041 ,021 ,265 2,015 ,049 ,854 1,171

TIPE -,052 ,038 -,168 -1,360 ,179 ,970 1,031

LNKP -,075 ,034 -,273 -2,193 ,033 ,953 1,049

a. Dependent Variable: CSRD


Sumber: Data Sekunder Diolah

Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji regresi linier berganda hubungan fungsional

ataupun kausal antara variabel independen dengan satu variabel dependen.

Adapun fungsi persamaan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e


98

Y(CSRD) = 0,601 + 0,037(NPM) - 0,011(DER) + 0,041(PP) - 0,052(TIPE) –

0.075(KP) + e

Dimana :

a. Konstanta

Nilai konstanta adalah 0,601, dapat diartikan Profitabilitas, Leverage,

Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri dan Kepemilikan Saham Publik, maka

CSR Disclosure akan menjadi sebesar 0,601 yang mewakili variabel lain yang

tidak diteliti dan dengan konstanta ini memiliki pengaruh positif terhadap

pengungkapan CSR.

b. Koefisien Regresi β1 (NPM)

Nilai koefisien regresi Profitabilitas adalah positif sebesar 0,037, berarti setiap

kenaikan Profitabilitas sebesar 1% atau setiap penambahan 1% maka CSR

Disclosure akan mengalami kenaikan sebesar 0,037 (3,7%).

c. Koefisien regresi β2 (DER)

Nilai koefisien regresi Leverage adalah negatif sebesar -0,011 berarti setiap

kenaikan Leverage sebesar 1% atau penambahan 1% maka CSR Disclosure

mengalami penurunan -0,011 (-1,1%).

d. Koefisien regresi β3 (PP)

Nilai koefisien regresi Pertumbuhan Perusahaan adalah positif sebesar 0,041,

berarti setiap kenaikan Pertumbuhan Perusahaan sebesar 1% atau penambahan 1%

maka CSR Disclosure akan mengalami kenaikan sebesar 0,041 (4,1%)


99

e. Koefisien regresi β4 (TIPE)

Nilai koefisien regresi Tipe Industri adalah negatif sebesar 0,052, berarti setiap

kenaikan Tipe Industri sebesar 1% atau penambahan 1% maka CSR Disclosure

akan mengalami penurunan sebesar -0,052 (-5,2%).

f. Koefisien regresi β5 (KP)

Nilai koefisien regresi Kepemilikan Saham Publik adalah negatif sebesar 0,075,

berarti setiap kenaikan Kepemilikan Saham Publik sebesar 1% atau penambahan

1% maka CSR Disclosure akan mengalami penurunan sebesar -0,075 (7,5%).

4.2.4 Uji Hipotesis

4.2.4.1 Uji Simultan (Uji-F)

Uji model fit digunakan untuk menguji apakah model penelitian yang

digunakan dapat diterima dengan baik.

Dasar pengambilan keputusan :

1. Jika sig < 0,05 maka Ha diterima

2. Jika sig > 0,05 maka Ha ditolak

Tabel 4.7 Hasil Uji F


a
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
Regression ,260 5 ,052 2,564 ,037

1 Residual 1,117 55 ,020

Total 1,377 60

a. Dependent Variable: CSRD


b. Predictors: (Constant), TIPE, LNKP, LNDER, LNNPM, LNPP
Sumber: Data Sekunder Diolah
100

Pengujian Hipotesis 1 : Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan

Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap

Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Ho1 : Tidak terdapat pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan,

Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik secara simultan terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure.

Ha1 : Terdapat pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe

Industri, dan Kepemilikan Saham Publik secara simultan terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure.

Berdasarkan tabel 4.7 diatas didapat nilai F hitung 2.564 dengan nilai sig

sebesar 0.037. Nilai probabilitas signifikan pengujian tersebut > 0.05 dengan

demikian model penelitian Ha1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh secara simultan antara Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan

Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate

Social Responsibility Disclosure.

4.2.4.2 Uji Parsial (Uji-t)

Pengujian ini digunakan untuk membuktikan keofisien regresi tersebut

mempunyai pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel

dependen.

Dasar pengambilan keputusan :

a. Jika sig < 0,05, maka Ha diterima

b. Jika sig > 0,05, maka Ha ditolak


101

Tabel 4.8 Hasil Uji-t


a
Coefficients

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) ,601 ,057 10,493 ,000

LNNPM ,037 ,016 ,286 2,304 ,025 ,958 1,044

LNDER -,011 ,014 -,101 -,780 ,439 ,874 1,144


1
LNPP ,041 ,021 ,265 2,015 ,049 ,854 1,171
TIPE -,052 ,038 -,168 -1,360 ,179 ,970 1,031

LNKP -,075 ,034 -,273 -2,193 ,033 ,953 1,049

a. Dependent Variable: CSRD


Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel 4.8 diatas hasil Uji-t dapat diketahui bahwa:

a. Pengujian Hipotesis 2 : Pengaruh Profitabilitas terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure

Ho2 : Tidak terdapat pengaruh positif signifikan Profitabilitas secara parsial

terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

Ha2 : Terdapat pengaruh positif signifikan Profitabilitas secara parsial terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure.

Hasil uji t pada variabel profitabilitas sebesar 2,304 dengan signifikansi 0,025 <

0,05 maka Ha2 diterima. Hal ini membuktikan bahwa Profitabilitas berpengaruh

positif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Maka

semakin tinggi NPM, semakin tinggi pula peningkatan pengungkapan CSR.

b. Pengujian Hipotesis 3 : Pengaruh Leverage terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure

Ho3 : Tidak terdapat pengaruh negatif signifikan Leverage secara parsial terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure.


102

Ha3 : Terdapat pengaruh negatif signifikan Leverage secara parsial terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure.

Hasil uji t pada variabel Leverage sebesar -0,780 dengan signifikan 0,439 > 0,05

maka Ha3 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa Leverage tidak berpengaruh negatif

signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Maka semakin

tinggi Leverage, semakin kecil pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan.

c. Pengujian Hipotesis 4 : Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure

Ho4 : Tidak terdapat pengaruh positif signifikan Pertumbuhan Perusahaan secara

parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

Ha4 : Terdapat pengaruh positif signifikan Pertumbuhan Perusahaan secara

parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

Hasil uji t pada variabel Pertumbuhan Perusahaan sebesar 2,015 dengan

signifikansi 0.049 > 0,05 maka Ha4 diterima. Hal ini menunjukan bahwa

Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Corporate

Social Responsibility Disclosure. Maka semakin besar pertumbuhan perusahaan,

semakin besar pula pengungkapan tanggung jawab sosialnya.

d. Pengujian Hipotesis 5 : Pengaruh Tipe Industri terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure

Ho5 : Tidak terdapat pengaruh negatif signifikan Tipe Industri secara parsial

terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

Ha5 : Terdapat pengaruh negatif signifikan Tipe Industri secara parsial terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure.


103

Hasil uji t pada variabel Tipe Industri sebesar -1,360 dengan signifikansi 0,179 >

0,05 maka Ha5 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa Tipe Industri tidak

berpengaruh negatif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure. Maka profil perusahaan yang rendah tidak akan mendapat sorotan dari

masyarakat sehingga pengungkapan CSR yang dibutuhkan juga rendah.

e. Pengujian Hipotesis 6 : Pengaruh Kepemilikan Saham Publik terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure

Ho6 : Tidak terdapat pengaruh negatif signifikan Kepemilikan Saham Publik

secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

Ha6 : Terdapat pengaruh negatif signifikan Kepemilikan Saham Publik secara

parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

Hasil uji t pada variabel Kepemilikan Saham Publik sebesar -2,193 dengan

signifikansi 0,033 < 0,05 maka Ha6 diterima. Hal ini menunjukan bahwa

Kepemilikan Saham Publik berpengaruh negatif signifikan terhadap Corporate

Social Responsibility Disclosure. Maka semakin banyak jumlah Kepemilikan

Saham Publik maka akan menurunkan pengungkapan CSR.


104

4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)


b
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate
a
1 .435 .189 .115 .1608055 1.780

a. Predictors: (Constant), LNKP, TIPE, LNDER, LNNPM, LNPP


b. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Sekunder Diolah

Dari tabel 4.9 menunjukan bahwa angka koefisien korelasi (R) adalah

sebesar 0,435 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen adalah lemah karena memiliki R < 0,5.

Adapun nilai adjusted R2 sebesar 0,115 menunjukan bahwa hanya 11,5%

variabel dependen (CSRD) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen

(Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri dan

Kepemilikan Saham Publik) dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya yang 88,5%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian yang

mungkin dapat mempengaruhi pengungkapan CSR.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe

Industri, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan terhadap faktor-faktor

yang mempengaruhi CSR Disclosure pada industri pertambangan yang terdaftar

di BEI periode 2010-2014 menunjukan mean 0,5695 (56,95%) dapat diartikan

pengungkapan yang telah dilakukan oleh industri pertambangan adalah rendah


105

dengan rata-rata 56,95% berarti ada 44 item yang diungkapkan dari total

pengungkapan sebanyak 78 item. Dengan pengungkapan tertingginya sebesar

0,8974 (69 item). Hal ini berarti perusahaan telah mematuhi peraturan-peraturan

tentang pengungkapan CSR, walaupun belum sepenuhnya dilaksanakan. Karena

nilai rata-rata pengungkapannya 44 item.

4.3.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure

Hasil pengujian secara parsial mengenai pengaruh Profitabilitas terhadap

CSR Disclosure perusahaan menunjukan bahwa nilai t sebesar 2,304 dengan nilai

signifikan 0,025 yang berada lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis Ha2 berhasil

diterima, maka hasil penelitian ini menyatakan terdapat pengaruh yang positif

signifikan antara Profitabilitas terhadap CSR Disclosure.

Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar

pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Ketika profit

perusahaan tinggi maka perusahaan akan lebih mudah mengalokasikan biaya

pengungkapan CSR. Pengungkapan CSR akan dilakukan dengan lebih baik lagi.

Hal ini menunjukan bahwa perusahaan tidak hanya berorientasi pada laba semata

namun perusahaan juga melakukan aktivitas CSR sebagai good news untuk

pengguna laporan. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Lucyanda (2012) dan Lamia et al (2014).

4.3.2 Pengaruh Leverage terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure

Hasil pengujian secara parsial mengenai Leverage terhadap CSR

Disclosure menunjukan bahwa nilai t -0,780 dengan signifikan 0,439 yang berada
106

lebih besar dari 0,05. Sehingga hipotesis Ha3 ditolak. Maka hasil penelitian ini

menyatakan terdapat pengaruh negatif tidak signifikan antara Leverage terhadap

CSR Dislocure.

Tinggi rendahnya Leverage perusahaan tidak mempengaruhi manajemen

untuk melakukan pengungkapan CSR. Hasil analisis koefisien regresi dan nilai t

menunjukan bahwa pengaruhnya adalah negatif sesuai dengan hipotesis yang

dibangun dalam penelitian ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

Leverage suatu perusahaan maka kecenderungan pengungkapan CSR perusahaan

akan mengalami penurunan secara tidak signifikan. Hal ini dikarenakan

perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi, kemungkinan besar akan

mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan tanggung jawab

sosialnya agar tidak menjadi sorotan pada debtholders. Hal ini didukung dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006) dan Rizkia (2012).

4.3.3 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure

Hasil pengujian mengenai pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap

CSR Disclosure menunjukan nilai t sebesar 2,015 dan signifikan sebesar 0,049

berada lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis Ha4 diterima. Maka hasil

penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara

Pertumbuhan Perusahaan terhadap CSR Disclosure.

Perusahaan yang besar memiliki sumber daya yang besar sehingga

perusahaan perlu dan mampu membiayai informasi untuk kepentingan internal

secara lengkap. Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat sorotan


107

sehingga perusahaan yang mempunyai kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi

cenderung lebih banyak melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini

didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010) dan Sari (2012).

4.3.4 Pengaruh Tipe Industri terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure

Hasil pengujian mengenai pengaruh Tipe Industri terhadap CSR

Disclosure menunjukan nilai t sebesar -1,360 dan signifikansi sebesar 0,179

berada lebih besar dari 0,05 sehingga hipotesis Ha5 ditolak. Maka hasil penelitian

ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif tidak signifikan antara Tipe

Industri terhadap CSR Disclosure.

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diperlukan sebagai

media oleh perusahaan untuk mempertanggungjawabkan pelaporan kegiatan

sosial yang telah diberikan kepada masyarakat agar masyarakat dapat

melegitimasi kegiatan perusahaan sesuai dengan teori legitimasi

(Sembiring, 2005). Hasil dari penelitian ini tidak dapat mendukung teori

legitimasi tersebut sebab penelitian ini menemukan hubungan yang tidak

signifikan antara tipe industri dan CSR Disclosure. Hal ini karena perusahaan

sebagai suatu entitas yang menjadi bagian dari masyarakat ingin memberikan

manfaat bagi stakeholdernya sesuai dengan teori stakeholder. Manfaat yang dapat

diberikan perusahaan salah satunya melalui program CSR sehingga baik

perusahaan high profile maupun low profile akan berusaha memberikan

pengungkapan sesuai yang dibutuhkan masyarakat. Hasil penelitian ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2011) dan Adawiyah (2013).
108

4.3.5 Pengaruh Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure

Hasil pengujian mengenai pengaruh Kepemilikan Saham Publik terhadap

CSRD menunjukan nilai t sebesar -2,193 dan signifikan sebesar 0,033 berada

lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis Ha5 diterima. Maka hasil penelitian ini

menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan antara Kepemilikan

Saham Publik terhadap CSR Disclosure.

Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepemilikan saham publik maka

pengungkapan CSR nya semakin rendah. Alasan yang dapat digunakan untuk

menjelaskan penelitian ini adalah karena laba yang dihasilkan perusahaan

sangatlah besar sehingga pembagian deviden untuk para investor pun juga besar.

Besarnya pembagian deviden mempengaruhi dana CSR. Besarnya pembagian

deviden mengurangi dana CSR menjadi semakin rendah. Hal ini didukung oleh

hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2009) dan Lamia, et al (2014).

4.4 Temuan Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menemukan beberapa kenyataan yang penulis

anggap perlu untuk dinyatakan agar mampu mendukung hasil penelitian ini dan

membantu penulis untuk dimasa yang akan datang. Temuan-temuan dalam

penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility Disclosure yang telah

dilakukan oleh industri pertambangan adalah rata-rata 56,95%. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial yang diungkapkan industri

pertambangan adalah rendah. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan

terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Hal ini menunjukan bahwa


109

semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar

pengungkapan tanggung jawab sosial. Ketika perusahaan mencapai keuntungan,

maka perusahaan akan lebih mudah untuk mengalokasikan biaya pengungkapan

CSR lebih besar.

Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure. Hal ini menunjukan bahwa

perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat sorotan sehingga

perusahaan yang mempunyai kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi

cenderung lebih banyak melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.

Kepemilikan Saham Publik berpengaruh negatif signifikan terhadap Corporate

Social Responsibility Disclosure. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar

kepemilikan saham publik maka semakin tinggi kepentingan publik yang menjadi

tanggung jawab perusahaan. Hal ini membuat pelaporan CSR menjadi sebuah

keharusan bagi perusahaan yang kepemilikan saham publiknya tinggi.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, terdapat berbagai hal yang membatasi

pelaksanaan penelitian yang mampu mempengaruhi hasil penelitian ini. Adapun

keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tidak adanya indeks yang tepat untuk menggambarkan pelaksanaan CSR

dalam industri pertambangan.

2. Terbatasnya jumlah sampel dalam penelitian yang hanya berjumlah 13

perusahaan di setiap tahunnya dikarenakan kurang lengkapnya annual report

dari sebagian perusahaan sampel yang dipublikasikan di situs internet.


110

3. Terdapat unsur subjektifitas dalam penentuan indeks pengungkapan

Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) dikarenakan tidak

adanya standar dan acuan, sehingga penentuan indeks untuk indikator dalam

kategori yang sama dapat berbeda antar setiap peneliti.

4. Tahun sampel penelitian ini adalah industri pertambangan yang terdaftar di

BEI dari tahun 2010-2014.


111

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi

pengungkapan Corporate Social Responsibility pada industri pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014.

Faktor-faktor yang digunakan untuk dilihat pengaruhnya terhadap

pengungkapan CSR diantaranya: Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan

Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik. Berdasarkan hasil

pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan

Kepemilikan Saham Publik secara simultan memiliki pengaruh signifikan

terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

2. Profitabilitas secara parsial memiliki pengaruh positif signifikan terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure.

3. Leverage secara parsial memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure.

4. Pertumbuhan Perusahaan secara parsial memiliki pengaruh positif signifikan

tehadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

5. Tipe Industri secara parsial memiliki pengaruh negatif tidak signifikan

terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

111
112

6. Kepemilikan Saham Publik secara parsial memiliki pengaruh negatif

signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat diberikan oleh

peneliti adalah sebagai berikut:

1. Untuk perusahaan, agar lebih transparan dalam pengungkapan tanggung jawab

sosialnya dalam laporan tahunan.

2. Untuk investor, agar lebih mendukung perusahaan dalam pengungkapan

informasi yang terkait dengan tanggung jawab sosial tersebut.

3. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat menambah jumlah sampel yang

digunakan agar lebih banyak hasil yang didapatkan oleh penelitian selanjutnya

dan bisa lebih akurat ataupun menambah variabel menjadi lebih banyak.
113

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Ira Robiah. 2013. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan,


Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility: Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar
di Jakarta Islamic Index. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Ale, Lusyana. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Kepemilikan
Institusional dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal, Universitas
Atmajaya. Yogyakarta.
‘Amal, Muhammad Ihlashul. 2011. Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan
Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Anggraini, Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan
Keuangan Tahunan: Studi Empiris Pada Perusahaan-perusahaan yang
Terdaftar di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Asnaini, et al. 2012. Manajemen Keuangan. Cetakan I. Teras. Yogyakarta
Asmiran, Maya Tri Wulandhari. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).
Skripsi. Universitas Pasundan. Bandung.
Arifian, Dhema. 2011. Pengaruh Intensitas R&D Dan Profitabilitas Terhadap
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Afriyeni, Endang. 2008. Penilaian Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan
Analisis Rasio. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Vol 3, No. 2.
Azheri, Busyra. 2012. Corporate Social Responsibility. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Cahya, Bramantya Adhi. 2010. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility).
Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Data Laporan Keuangan Perusahaan. 2010-2014. Diakses pada 13 Oktober 2015:
www.idx.co.id
114

Data Laporan Tahunan Perusahaan. 2010-2014. Diakses pada 13 Oktober 2015:


www.idx.co.id
Diba, Farah. 2012. Pengaruh Karateristik Perusahaan dan Regulasi Pemerintah
Terhadap Pengungkapan Laporan Corporate Social Responsibility (CSR)
Pada Laporan Tahunan di Indonesia. Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan 2. Alfabeta. Bandung.
Ghozali dan Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro: Semarang.
Hadi, Nor. 2011.”Corporate Social Responsibility (CSR)”. Edisi I. Graha Ilmu.
Jakarta.
Iswandika, Ryandi, et al. 2014. Pengaruh Kinerja Keuangan, Corporate
Governance, Dan Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Corporate
Social Responsibility. E-Journal Akuntansi, Vol.1, No.2.
Jalil, Awaluddin. 2015. “Perusahaan Tambang Bakrie Group Diduga Cemari
Sungai Sangatta”. Diakses pada 5 Oktober 2015: www.sindonews.com
Kuiksuko. 2013. Pengaruh Jenis Industri Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Laporan Tahunan
Perusahaan. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Kusuma, Dewi Rachmat. 2014. “Menteri Desa Minta CSR Perusahaan Tambang
dan Migas Sampai ke Pedesaan”. Diakses pada 5 Oktober 2015:
www.finance.detik.com
Nur, Marzully dan Priantinah, Denies. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility Di
Indonesia. Jurnal Nominal, Vol 1, No. 1.
Nurkhin, Ahmad. 2010. Corporate Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya
Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal
Dinamika Akuntansi. Vol. 2, No.1.
Orniati, Yuli. 2009. Laporan Keuangan Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja
Keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun 14, No. 3.
Purwanto, Agus. 2011. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas
Terhadap Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi dan Auditing,
Vol. 8, No. 1.
Purnasiwi, Jayanti. 2011. Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas, Dan Leverage
Terhadap Pengungkapan CSR Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
115

Puspaningrum, Yustisia. 2014. Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan


Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas
Dan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Rakhmawati, Desie. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tipe Industri, Ukuran
Perusahaan, Perusahaan BUMN dan Non BUMN Terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Perusahaan
di BEI Tahun 2009. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Rawi dan Muchlish, Munawar. 2010. Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan
Institusi, Leverage Dan Corporate Social Responsibility. Simposium
Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto.
Rio Rita, Maria dan Sartika. 2013. Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan
Saham Publik Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR). Jurnal. Universitas Kristen Satya Wacana.
Rustiarini, N.W. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada
Pengungkapan Corporate Social Responsibility. AUDI Jurnal Akuntansi
dan Bisnis, 6 (1).
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 25 tahun 2007. Penanaman
Modal.
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 40 tahun 2007. Perseroan
Terbatas.
Sandy. 2015. “Teori Terbaru Penyebab Bencana Lumpur lapindo”. Diakses pada
5 Oktober 2015: www.dream.co.id
Sari, Rizkia Anggita. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal, Vol. 1, No. 1.
Saripudin. 2011. Pengaruh Size Perusahaan, Profitabilitas, Tipe Industri Dan
Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan ysng Tercatat di
Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII. Solo.
Sugiono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Edisi ke 13, IKAPI Bandung.
Sulastini, Sri. 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Social
Disclosure Perusahaan Manufaktur yang Telah Go Public. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.
116

Tampubolon, Manahan. P. 2013. Manajemen Keuangan (Finance Management).


Edisi I. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho
Publishing: Gresik.
Yintayani, Ni Nyoman. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Corporate
Social Responsibility. Tesis. Universitas Udayana. Denpasar.
Zulfi, Nike Meilissa. 2014. Pengaruh Kepemilikan Saham Pemerintah, Tipe
Industri, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Go Public Di Indonesia.
Jurnal. Universitas Negeri Padang.
117

LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Daftar Industri Pertambangan Periode 2010-2014
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel
No Kode Nama
1 ANTM Aneka Tambang Tbk
2 ENRG Energi Mega Persada Tbk
3 HRUM Hrum Energy Tbk
4 ITMG Indo Tambang Raya Megah Tbk
5 PTBA Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk
6 PTRO Petrosea Tbk
7 RUIS Radiant Utama Tbk
8 MEDC Medco Energy Persada Tbk
9 MITI Mitra Investindo Tbk
10 TINS Timah Tbk
11 ADRO Adaro Energy Tbk
12 ELSA Elnusa Tbk
13 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk
Sumber: Data Sekunder Diolah
118

LAMPIRAN 2
Hasil Olahan Data Industri Pertambangan Periode 2010-2014

NO NAMA EMITEN & TAHUN NPM DER PP TIPE KP CSRD


1 ANTM 2010 0.1925 0.2157 0.1087 0 0.3495 0.7820
2 ANTM 2011 0.1863 0.2914 10.6509 1 0.3491 0.7948
3 ANTM 2012 0.2864 0.2914 0.0000 0 0.3494 0.8250
4 ANTM 2013 0.3072 0.4149 0.0293 0 0.3494 0.6025
5 ANTM 2014 0.1091 0.4588 0.2573 0 0.3498 0.7692
6 ENRG 2010 0.5027 0.4227 0.2564 1 0.5898 0.7307
7 ENRG 2011 0.8019 0.9436 0.9446 1 0.6679 0.4917
8 ENRG 2012 0.2033 10.2219 0.8995 1 0.6648 0.5446
9 ENRG 2013 0.2109 0.8237 0.5726 1 0.6600 0.5641
10 ENRG 2014 0.4056 0.5752 0.8828 1 0.5878 0.5897
11 HRUM 2010 1.1825 0.4066 -0.0363 1 0.2018 0.7692
12 HRUM 2011 2.2438 0.4392 0.3085 1 0.2964 0.6320
13 HRUM 2012 0.1553 0.2591 0.6348 1 0.2950 0.6410
14 HRUM 2013 0.5092 0.2201 0.2477 1 0.2927 0.6848
15 HRUM 2014 0.0055 0.2269 0.3046 1 0.2927 0.5897
16 ITMG 2010 0.1285 0.5132 0.2953 1 0.2235 0.5512
17 ITMG 2011 0.2346 0.4656 0.2549 1 0.2234 0.4043
18 ITMG 2012 0.2289 0.4876 0.2004 1 0.2235 0.4615
19 ITMG 2013 0.1431 0.4766 0.2245 0 0.2235 0.4615
20 ITMG 2014 0.1214 0.4548 0.2509 0 0.3492 0.4671
21 PTBA 2010 0.2913 0.3504 0.3286 0 0.0982 0.8974
22 PTBA 2011 0.3535 0.4009 0.4961 0 0.1319 0.4743
23 PTBA 2012 0.3099 0.4907 0.4383 1 0.3441 0.4743
24 PTBA 2013 0.1920 0.5406 0.2237 0 0.2934 0.5446
25 PTBA 2014 0.1766 0.7008 0.6924 0 0.2934 0.5512
26 PTRO 2010 0.2263 0.8434 0.1505 1 0.0145 0.7820
27 PTRO 2011 0.1993 13.6990 0.4791 1 0.3021 0.4671
28 PTRO 2012 0.1273 1.8286 0.5311 0 0.3021 0.6538
29 PTRO 2013 0.4081 1.5774 0.1247 0 0.2228 0.6923
30 PTRO 2014 0.0606 1.4258 0.0578 1 0.1999 0.5446
31 RUIS 2010 0.0122 1.7799 0.5465 1 0.2016 0.3846
32 RUIS 2011 0.0027 3.6394 0.9159 0 0.2016 0.3697
33 RUIS 2012 0.1081 3.9225 0.1891 1 0.1788 0.4489
34 RUIS 2013 0.1064 3.8795 0.1078 0 0.3925 0.5000
35 RUIS 2014 0.3003 3.0703 0.9999 0 0.3287 0.4743
119

36 MEDC 2010 0.0991 0.0122 0.0516 1 0.4912 0.3717


37 MEDC 2011 0.4254 0.0152 0.0937 1 0.4181 0.3717
38 MEDC 2012 0.4011 0.0167 0.1161 0 0.4251 0.3846
39 MEDC 2013 0.1079 0.0125 0.0625 0 0.2841 0.5128
40 MEDC 2014 0.1082 0.0159 0.0874 1 0.2105 0.6666
41 MITI 2010 0.0829 2.2366 0.0864 1 0.3896 0.5000
42 MITI 2011 0.1971 0.8783 0.1459 1 0.3896 0.3176
43 MITI 2012 0.1465 0.5667 0.1621 0 0.6786 0.3176
44 MITI 2013 0.1572 0.4072 0.1675 0 0.6786 0.4489
45 MITI 2014 0.2224 0.3247 0.5299 0 0.3101 0.2820
46 TINS 2010 1.1160 0.4365 -0.0341 0 0.2228 0.8561
47 TINS 2011 1.1069 0.4351 0.1361 1 0.3498 0.3333
48 TINS 2012 0.9870 0.3239 0.2006 1 0.3499 0.4102
49 TINS 2013 0.9920 0.5694 0.3634 1 0.3499 0.5974
50 TINS 2014 0.8065 0.7389 0.5122 0 0.3499 0.8461
51 ADRO 2010 0.8094 1.1998 0.6292 0 0.4017 0.6823
52 ADRO 2011 1.1403 1.2805 0.8811 1 0.4017 0.5892
53 ADRO 2012 1.1249 1.2343 0.1065 1 0.4013 0.6410
54 ADRO 2013 0.6098 1.1096 0.0898 0 0.4094 0.6410
55 ADRO 2014 0.5051 0.9686 -0.0181 1 0.4097 0.4615
56 ELSA 2010 0.1051 0.8898 0.5766 1 0.2062 0.5446
57 ELSA 2011 0.0630 1.3046 0.3739 1 0.2629 0.3333
58 ELSA 2012 0.2083 11.1028 0.3265 1 0.2842 0.4074
59 ELSA 2013 0.5089 0.9127 0.9472 1 0.2905 0.5128
60 ELSA 2014 0.9091 0.6437 0.5555 1 0.3215 0.5446
61 KKGI 2010 0.1701 0.7376 0.7009 1 0.3278 0.7692
62 KKGI 2011 0.2120 0.4917 0.6127 1 0.3332 0.7692
63 KKGI 2012 0.1097 0.4161 0.8022 1 0.3710 0.7179
64 KKGI 2013 0.8091 0.4463 0.2377 0 0.3477 0.7564
65 KKGI 2014 0.5089 0.3791 0.3346 0 0.3273 0.8205
120

LAMPIRAN 3

Item-item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate


Social Responsibility)

No Kategori
Lingkungan
1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk
penguragan polusi.
2. Pernyataan yang menunjukan bahwa polusi operasi perusahaan tidak
mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi.
3. Pernyataan yang menunjukan bahwa polusi operasi telah/akan dikurangi.
4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam,
misalnya reklemasi daratan atau reboisasi.
5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air, dan
kertas.
6. Penggunaan material daur ulang
7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat
perusahaan.
8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.
9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan.
10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan bersejarah.
11. Pengelolaan limbah.
12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan
perusahaan.
13. Perlindungan lingkungan hidup.
Energi
1. Penggunaan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi.
2. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi.
3. Pengungkapan penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang.
4. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi.
5. Pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk.
6. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dalam produk.
7. Pengungkapan kebijakan energi perusahaan.
Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja
1. Menurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja.
2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental.
3. Mengungkapkan statistik kecelakan kerja.
4. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja.
6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja.
7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja.
8. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
121

Lain-lain tentang Tenaga Kerja


1. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat.
2. Pengungkapan presentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat
managerial.
3. Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam
pekerjaan.
4. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat.
5. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja.
6. Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan .
7. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja.
8. Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses
mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan.
9. Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan.
10. Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi.
11. Mengungkapkan presentase gaji untuk pensiun.
12. Mengungkapkan kebijakan penggajian dalan perusahaan.
13. Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan.
14. Mengungkapkan tingkatan managerial yang ada.
15. Mengungkapkan disposisi staff-dimana staff ditempatkan.
16. Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka.
17. Mengungkapkan statistik tenaga kerja, mis. Penjualan per tenaga kerja.
18. Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut.
19. Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja.
20. Mengungkapkan rencana pembangian keuntungan lain.
21. Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam
meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja.
22. Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan
perusahaan.
23. Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah.
24. Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh.
25. Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja.
26. Mengungkapkan infromasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan.
27. Peningkatan kondisi kerja secara umum.
28. Informasi re-organisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja.
29. Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja.
Produk
1. Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk
pengemasannya.
2. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk.
3. Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk.
4. Pengungkapan bahwa produk memenuhi standard keselamatan.
5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen.
6. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan.
7. Pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan
produk.
122

8. Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan.


9. Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan
penghargaan.
10. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (Misalnya
ISO 9000).
Keterlibatan Masyarakat
1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat,
pendidikan dan seni.
2. Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar.
3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat.
4. Membantu riset medis.
5. Sebagai sponsor untu konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni.
6. Membiayai program beasiswa.
7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat.
8. Mensponsori kampanye nasional.
9. Mendukung pengembangan industri lokal.
Umum
1. Pengungkapan tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan
tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat.
2. Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang
disebutkan di atas.
Sembiring (2005)
123

LAMPIRAN 4
Hasil input data SPSS Industri Pertambangan Periode 2010-2014
No NPM DER PP KP TIPE CSRD
1 0.1925 0.2157 0.1087 0.3495 0 0.7820
2 0.1863 0.2914 10.6509 0.3491 1 0.7948
3 0.2864 0.2914 0.0000 0.3494 0 0.8250
4 0.3072 0.4149 0.0293 0.3494 0 0.6025
5 0.1091 0.4588 0.2573 0.3498 0 0.7692
6 0.5027 0.4227 0.2564 0.5898 1 0.7307
7 0.8019 0.9436 0.9446 0.6679 1 0.4917
8 0.2033 10.2219 0.8995 0.6648 1 0.5446
9 0.2109 0.8237 0.5726 0.6600 1 0.5641
10 0.4056 0.5752 0.8828 0.5878 1 0.5897
11 1.1825 0.4066 -0.0363 0.2018 1 0.7692
12 2.2438 0.4392 0.3085 0.2964 1 0.6320
13 0.1553 0.2591 0.6348 0.2950 1 0.6410
14 0.5092 0.2201 0.2477 0.2927 1 0.6848
15 0.0055 0.2269 0.3046 0.2927 1 0.5897
16 0.1285 0.5132 0.2953 0.2235 1 0.5512
17 0.2346 0.4656 0.2549 0.2234 1 0.4043
18 0.2289 0.4876 0.2004 0.2235 1 0.4615
19 0.1431 0.4766 0.2245 0.2235 0 0.4615
20 0.1214 0.4548 0.2509 0.3492 0 0.4671
21 0.2913 0.3504 0.3286 0.0982 0 0.8974
22 0.3535 0.4009 0.4961 0.1319 0 0.4743
23 0.3099 0.4907 0.4383 0.3441 1 0.4743
24 0.1920 0.5406 0.2237 0.2934 0 0.5446
25 0.1766 0.7008 0.6924 0.2934 0 0.5512
26 0.2263 0.8434 0.1505 0.0145 1 0.7820
27 0.1993 13.6990 0.4791 0.3021 1 0.4671
28 0.1273 1.8286 0.5311 0.3021 0 0.6538
29 0.4081 1.5774 0.1247 0.2228 0 0.6923
30 0.0606 1.4258 0.0578 0.1999 1 0.5446
31 0.0122 1.7799 0.5465 0.2016 1 0.3846
32 0.0027 3.6394 0.9159 0.2016 0 0.3697
33 0.1081 3.9225 0.1891 0.1788 1 0.4489
34 0.1064 3.8795 0.1078 0.3925 0 0.5000
35 0.3003 3.0703 0.9999 0.3287 0 0.4743
124

36 0.0991 0.0122 0.0516 0.4912 1 0.3717


37 0.4254 0.0152 0.0937 0.4181 1 0.3717
38 0.4011 0.0167 0.1161 0.4251 0 0.3846
39 0.1079 0.0125 0.0625 0.2841 0 0.5128
40 0.1082 0.0159 0.0874 0.2105 1 0.6666
41 0.0829 2.2366 0.0864 0.3896 1 0.5000
42 0.1971 0.8783 0.1459 0.3896 1 0.3176
43 0.1465 0.5667 0.1621 0.6786 0 0.3176
44 0.1572 0.4072 0.1675 0.6786 0 0.4489
45 0.2224 0.3247 0.5299 0.3101 0 0.2820
46 1.1160 0.4365 -0.0341 0.2228 0 0.8561
47 1.1069 0.4351 0.1361 0.3498 1 0.3333
48 0.9870 0.3239 0.2006 0.3499 1 0.4102
49 0.9920 0.5694 0.3634 0.3499 1 0.5974
50 0.8065 0.7389 0.5122 0.3499 0 0.8461
51 0.8094 1.1998 0.6292 0.4017 0 0.6823
52 1.1403 1.2805 0.8811 0.4017 1 0.5892
53 1.1249 1.2343 0.1065 0.4013 1 0.6410
54 0.6098 1.1096 0.0898 0.4094 0 0.6410
55 0.5051 0.9686 -0.0181 0.4097 1 0.4615
56 0.1051 0.8898 0.5766 0.2062 1 0.5446
57 0.0630 1.3046 0.3739 0.2629 1 0.3333
58 0.2083 11.1028 0.3265 0.2842 1 0.4074
59 0.5089 0.9127 0.9472 0.2905 1 0.5128
60 0.9091 0.6437 0.5555 0.3215 1 0.5446
61 0.1701 0.7376 0.7009 0.3278 1 0.7692
62 0.2120 0.4917 0.6127 0.3332 1 0.7692
63 0.1097 0.4161 0.8022 0.3710 1 0.7179
64 0.8091 0.4463 0.2377 0.3477 0 0.7564
65 0.5089 0.3791 0.3346 0.3273 0 0.8205
125

LAMPIRAN 5
Hasil SPSS
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

NPM 65 ,0027 2,2438 ,396665 ,4032273


DER 65 ,0122 13,6990 1,336388 2,4666166
PP 65 -,0363 10,6509 ,513946 1,3080786
TIPE 65 0 1 ,60 ,494
KP 65 ,0145 ,6786 ,339057 ,1366173
CSRD 65 ,2820 ,8974 ,569588 ,1572589
Valid N (listwise) 65
Sumber: Data Sekunder Diolah

Sumber: Data Sekunder Diolah

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas


126

Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 61

a,b
Mean 0E-7
Normal Parameters
Std. Deviation ,13871428
Absolute ,087
Most Extreme
Positive ,087
Differences
Negative -,052
Kolmogorov-Smirnov Z ,682
Asymp. Sig. (2-tailed) ,740

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
Sumber: Data Sekunder Diolah

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas

a
Coefficients

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) ,601 ,057 10,493 ,000

LNNPM ,037 ,016 ,286 2,304 ,025 ,958 1,044

LNDER -,011 ,014 -,101 -,780 ,439 ,874 1,144


1
LNPP ,041 ,021 ,265 2,015 ,049 ,854 1,171

TIPE -,052 ,038 -,168 -1,360 ,179 ,970 1,031

LNKP -,075 ,034 -,273 -2,193 ,033 ,953 1,049

a. Dependent Variable: CSRD


Sumber: Data Sekunder Diolah
127

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi


b
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate
a
1 .435 .189 .115 .1608055 1.780

a. Predictors: (Constant), LNKP, TIPE, LNDER, LNNPM, LNPP


b. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Sekunder Diolah

Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas


128

Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda

a
Coefficients

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) ,601 ,057 10,493 ,000

LNNPM ,037 ,016 ,286 2,304 ,025 ,958 1,044

LNDER -,011 ,014 -,101 -,780 ,439 ,874 1,144


1
LNPP ,041 ,021 ,265 2,015 ,049 ,854 1,171

TIPE -,052 ,038 -,168 -1,360 ,179 ,970 1,031

LNKP -,075 ,034 -,273 -2,193 ,033 ,953 1,049

a. Dependent Variable: CSRD


Sumber: Data Sekunder Diolah

Tabel 4.7 Hasil Uji F


a
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
Regression ,260 5 ,052 2,564 ,037

1 Residual 1,117 55 ,020

Total 1,377 60

a. Dependent Variable: CSRD


b. Predictors: (Constant), TIPE, LNKP, LNDER, LNNPM, LNPP
Sumber: Data Sekunder Diolah
129

Tabel 4.8 Hasil Uji-t


a
Coefficients

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) ,601 ,057 10,493 ,000

LNNPM ,037 ,016 ,286 2,304 ,025 ,958 1,044

LNDER -,011 ,014 -,101 -,780 ,439 ,874 1,144


1
LNPP ,041 ,021 ,265 2,015 ,049 ,854 1,171
TIPE -,052 ,038 -,168 -1,360 ,179 ,970 1,031

LNKP -,075 ,034 -,273 -2,193 ,033 ,953 1,049

a. Dependent Variable: CSRD


Sumber: Data Diolah

Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)


b
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate
a
1 .435 .189 .115 .1608055 1.780

a. Predictors: (Constant), LNKP, TIPE, LNDER, LNNPM, LNPP


b. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Sekunder Diolah

Anda mungkin juga menyukai