MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi salah satu Syarat Mengikuti Ujian Praktek pada Program Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA)
oleh
Tedy Rizky Alam Syah
NIS …..
XI IPS-1
PROGRAM ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA BANDUNG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
PENGOLAHAN LIMBAH DI PG.MADUKISMO
oleh,
Tedy Rizky Alam Syah
NIS ……….
XI IPS-1
Makalah ini Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji pada Pelaksanaan Ujian Presentasi
Makalah
1. D
ra. Farida Dahliana (Pembimbing)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pemurah, berkat kemurahanNYA penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Perkembanagn Pg Madu Kismo”
”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian
praktek pada program IPA. Penulis menyadari bahwa tidak sedikit masalah dan tentangan dalam
proses penulisan makalah ini, namun syukur alhamdulillah makalah ini dapat terselesaikan tepat
waktu berkat bantuan beberapa pihak.
Demikian, maka selayaknya penulis haturkan terimakasih kepada:
1. A
llah Swt yang senantiasa memberikan kelancaran selama masa bimbingan hingga saat ini;
2. B
apak Drs. Usman, M. Si., selaku kepala sekolah SMA YAS BANDUNG;
3. Ibu Dra. Farida Dahliana, selaku pembimbing yang senantiasa memberi arahan dan masukan
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI...........................
BAB I PENDAHULUAN.................................
1.1 Latar Belakang.................
1.2 Rumusan Masalah.....................
1.3 Tujuan Penelitian...............
1.4 Metode Penelitian.................
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian...............
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Daftar istilah
Foto – foto
Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
2. B
agaimana PG.Madukismo memanfaatkan limbah yang dihasilkan dari proses produksi gula?
3. A
pa saja produk hasil pemanfaatan limbah tersebut?
2. U
ntuk mengetahui cara pemanfaatan limbah di PG.Madukismo
3. U
ntuk mengetahui produk hasil pemanfaatan limbah di PG.Madukismo
4. U
ntuk mengetahui manfaat pengolahan limbah
Penyusun mempelajari bahan penelitian dari berbagai sumber yang keudian memadukannya
hingga menjadi kesatuan sumber yang terpercaya.
2. Teknik Observasi / Pengamatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setelah turun dari kereta, Anda dapat langsung menuju lokasi Pabrik Gula Madukismo.
Pada bulan bulan tertentu, Pengunjung dapat langsung melihat produksi gula melewati tahap
pemerahan nira untuk mendapatkan sari gula, pemurnian nira dengan sulfitasi, penguapan
nira, kristalisasi, puteran gula, dan pengemasan. Sambil mencermati proses produksinya,
Pengunjung juga bisa melihat mesin-mesin tua yang menjadi alat produksi di pabrik ini.
Keluar dari lokasi produksi gula dapat ditemui Pabrik Spiritus Madukismo yang terletak di
sebelah barat pabrik gula. Di pabrik yang berdiri di pada tahun yang sama dengan pabrik
gula ini, pengunjung juga bisa melihat seluruh proses produksi spiritus yang meliputi tahap
pengenceran bahan baku, peragian atau fermentasi dan penyulingan. Spiritus dan produk
alkohol lainnya yang dihasilkan oleh pabrik ini diolah dari tetes tebu, hasil samping produksi
gula.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan
dihasilkan.
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia
maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Istilah Lingkungan untuk
Manajemen, Ecolink, 1996)
Berdasarkan karakteristiknya:
1) L
imbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn.
2001). Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem
prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses
pengolahannya air harus dibuang.
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang
berbahaya bagi lingkungan. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang
ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk
memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.
2) L
imbah padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari
sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat /
sampah yang dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam. Untuk menanggulangi
pencemaran tanah akibat penumpukan sampah itu dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti
melalui program 3 R yaitu Reduce, Reuse, Recycle.
Kedua limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis, bagi limbah padat yang tidak punya
nilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat,
diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar.
3) L
imbah gas
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang
mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap
kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik
keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2,
NO2, CO2, H2 dan lain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami
akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.
4) L
imbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun
yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau
mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Yang termasuk limbah
B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena
rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan
dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih
karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui
termasuk limbah B3.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat
PG Madukismo adalah salah satu pabrik gula dan pabrik alkohol atau spirtus di Daerah Istimewa
Yogyakarta yang mengemban tugas untuk mengsukseskan program pengadaan pangan Nasional,
khususnya gula pasir. Sebagai Perusahaan padat karya banyak menampung tenaga kerja dari
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dibangun : Tahun 1955
Atas Prakarsa : Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Diresmikan : Tanggal 29 Mei 1958
Oleh Presiden RI Pertama Ir.Soekarno
Mulai Produksi : Pabrik Gula : Tahun 1958
PG Madukismo berlokasi diatas Bangunan Pabrik Gula Padokan (satu diantara 17 Pabrik
Gula di DIY yang di bangun pada pemerintahan Belanda tetapi dibumihanguskan pada masa
pemerintahan Jepang) yang terletak di desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Krontaktor utama yang digunakan untuk proses pembuatan gula adalah Machine Fabriek
Sangerhausen yang berasal dari Jerman Timur.
Perusahaan ini didirikan dengan mempunyai visi dan misi sebagai berikut :
Visi :
Mendirikan PT. Madubaru (PG/PS Madukismo) perusahaan Argo Industri yang unggul di
Indonesia dengan menjadikan petani sebagai mitra sejati.
Misi :
Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat
industri di Indonesia.
Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan, dikelola
secara professional dan inovatif, memberikan pelayanan prima kepada pelanggan serta
mengutamakan kemitraan dengan petani
Mengembangkan produk atau baru yang mendukung bisnis inti
Menempatkan karyawan dan stake hoders lainnya sebagai bagian terpenting dalam proses
penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaiaan share holders values.
PG Madukismo adalah pabrik gula terbesar yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
terletak di desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selanjutnya, kami diajak melihat proses pembuatan gula Madukismo secara langsung ke
pabriknya. Yang asyiknya perjalanan dari aula pertemuan ke pabrik gula Madukismo kami
diantar oleh kereta wisata yang memang biasanya digunakan untuk mengantar para pengunjung
yang ingin mengetahui cara membuat gula secara langung.
Kami pikir pabrik gula Madukismo tersebut rapi, bersih, dan steril (melihat dari aula pertemuan
tadi dan penjelasan lewat media visual) namun ketika kami mengunjunginya ternyata berbanding
terbalik dari yang kami fikirkan. Pabrik gula Madukismo terlihat kotor mulai dari jalan yang
berserakan batang-batang tebu yang berjatuhan, mesin-mesin yang terlihat sangat kotor dan tidak
steril, bau yang tercium ketika memasuki pabrik yang sangat menyengat.
Tidak hanya diajak ke pabrik proses pembuatan gula, kamipun diajak ke tempat packing gula
dan gudang penyimpanan gula. Gula-gula yang sudah diolah di packing ditempat ini dengan
mesin-mesin modern kemudian disimpan di gudang. Penyimpanan gula tidak menyentuh tanah
yang artinya penyimpanan gula disimpan dengan dialaskan kayu-kayu yang di jajar-jajarkan.
Setelah tebu dipanen dan diangkat ke pabrik selanjutnya dilakukan pengolahan gula putih.
Pengolahan tebu menjadi gula putih dilakukan di pabrik dengan menggunakan peralatan yang
sebagain besar bekerja secara otomatis.
2. Pemurnian Nira
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu cara defekasi, sulfitasi
dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi
menghemat biaya produksi, bahkan pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan adalah
gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Sumber).
Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan Rotary Vacuum Filter
dan bahan pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit dari hasil pembakaran.
Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator,
kemudian diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi, dipanaskan dan diendapkan dalam alat
pengendap. Nira kotor yang diendapkan kemudian disaring menggunakan Rotery Vaccum
Filter. Dari proses ini dihasilkan nira jernih dan endapan padat berupa blotong. Nira jernih yang
dihasilkan kemudian dikirim kestasiun penguapan.
Dipabrik gula penguapan dilakukan dengan menggunakan beberapa evaporator dengan sistem
multiple effect yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan bergantian.
Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang bekerja dari satu bejana sebagai uap pemanas
bejana berikutnya. Total luas bidang pemanas 5990m2 vo.
Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan menggunakan bahan pemanas uap bekas secara
tidak langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan nira yang diuapkan terdapat
dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap bekas yang mengembun dikeluarkan dengan
kondespot. dalam bejana nomor 2, nira dari bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap
nira dari bejana penguapan nomor 1. Kemudian uap nira yang mengembun dikeluarkan dengan
Michaelispot. Di dalam bejana nomor 3, nira yang berasal dari bejana nomor 2 diuapkan dengan
menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian seterusnya, sampai pada bejana terakhir
merupakan nira kental yang berwarna gelap dengan kepekatan sekitar 60 brik. Nira kental ini
diberi gas SO2 sebagai belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang
ke kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.
4. Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan vakum, yaitu tempat
dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat
jenuh, sehingga timbul kristal gula.
Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan gula D dipakai
sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak kembali. Pemanasan
menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga
suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa) tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil
masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran
gula, lebih dulu didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).
Dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada tingkat B. Pada tingkat
ini terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya menggunakan gaya sentrifugal. Dengan
adanya sistem ini, tetes dan gula terpisah selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse
(kristal gula) dan melasse (tetes gula).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
………………….
4.2 Saran
……………………………..
DAFTAR PUSTAKA