Anda di halaman 1dari 84

MODUL PRAKTIK KLINIK

KEPERAWATAN JIWA

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2018
Modul Praktik Klinik Keperawatan Jiwa ini merupakan Modul Praktikum
Keperawatan yang memuat naskah konsep di bidang Ilmu Keperawatan, yang
disusun oleh dosen Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Pelindung : Ketua STIKes


Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,M.Kep

Penanggung Jawab : Ketua Lembaga Penjamin Mutu


Tresia Umarianti, SST.,M.Kes

Pemimpin Umum : Meri Oktariani, S.Kep.,Ns,M.Kep

Pemimpin Redaksi : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, M.Kep

Sekretaris Redaksi : Mellia Silvy Irdianty, S.Kep.,Ns, MPH

Sidang Redaksi : Maula Mar’atus, S.Kep.,Ns, M.Kep


Nur Rahmawati, S.Kep.,Ns, M.Kep
Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns, M.Kep
Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns, M.Kep
Febriana Sartika Sari, S.Kep.,Ns, M.Kep
Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns, M.Kep
Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, M.Kep

Penyusun : Febriana Sartika Sari, S.Kep.,Ns, M.Kep

Penerbit : Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Alamat Redaksi : Jl. Jaya Wijaya No. 11 Kadipiro, Bnajarsari, Surakarta, Telp.
0271-857724
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena kami telah menyelesaikan penyusunan
modul praktikum keperawatan jiwa. Buku ini disusun sebagai pedoman bagi mahasiswa
dalam menjalankan proses pembelajaran praktik klinik keperawatan jiwa yang
menginformasikan mengenai kompetensi yang harus dimiliki dan dicapai mahasiswa pada
praktek klinik keperawatan jiwa.
Buku ini tersusun berkat kerjasama tim pengajar keperawatan jiwa, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut membantu penyelesaian buku ini.
Semoga modul praktikum keperawatan jiwa ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik untuk
perbaikan buku ini kami harapkan.

Terima kasih.

TIM Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
A. HALAMAN JUDUL .......................................................................... ..... i

B. KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

C. DAFTAR ISI ……………........................................................................ iii

D. MENARIK DIRI STRATEGI PELAKSANAAN 1................................. 1

E. MENARIK DIRI STRATEGI PELAKSANAAN 2……......................... 5

F. MENARIK DIRI STRATEGI PELAKSANAAN 3................................. 9

G. DEFISIT PERAWATAN DIRI SP 1 ... .................................................... 13

H. DEFISIT PERAWATAN DIRI SP 2 ........................................................ 17

I. DEFISIT PERAWATAN DIRI SP 3 ……………................................... 21

J. DEFISIT PERAWATAN DIRI SP 4 …………....................................... 25

K. WAHAM STRATEGI PELAKSANAAN 1............................................. 29

L. WAHAM STRATEGI PELAKSANAAN 2………................................. 33

M. WAHAM STRATEGI PELAKSANAAN 3............................................. 36

N. HALLUSINASI STRATEGI PELAKSANAAN 1…………… .............. 15

O. HALLUSINASI STRATEGI PELAKSANAAN 2……………. ............. 16

P. HALLUSINASI STRATEGI PELAKSANAAN 3 ............................... 48

Q. RESIKO PERILAKU KEKERASAN SP 1 ............................................. 52

R. RESIKO PERILAKU KEKERASAN SP 2 ............................................. 56

S. RESIKO PERILAKU KEKERASAN SP 3 ............................................. 60

T. RESIKO PERILAKU KEKERASAN SP 4 ............................................. 64

U. RESIKO PERILAKU KEKERASAN SP 5 ............................................. 68

V. HARGA DIRI RENDAH SP 1 ................................................................ 72

W. HARGA DIRI RENDAH SP 2 ................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA
MENARIK DIRI

STRATEGI PELAKSANAAN (1) PASIEN


DENGAN MENARIK DIRI
Masalah Utama : MENARIK DIRI
Tanggal :
Pertemuan : ke ... . (Sp 1p)

A. Kondisi pasien
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain (menyendiri),
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat, Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, Berdiam diri di
kamar/klien kurang mobilitas., Menolak berhubungan dengan orang lain, klien
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, Tidak melakukan
kegiatan sehari-hari.

B. Diagnosa keperawatan
Gangguan Isolasi Sosial : Menarik diri

C. Tujuan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat mengenal penyebab isolasi sosial
3. Klien dapat pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat berkenalan dengan orang lain

D. Intervensi keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. membantu pasien mengenal
3. penyebab isolasi sosial
4. membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
5. mengajarkan pasien berkenalan
E. Strategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Pak/Ibu, kenalkan nama saya ... . biasa dipanggil... . Saya
mahasiswa dari Ilmu Keperawatan ... ., selama 1 minggu akan praktik di sini.”
“Bapak/Ibu namanya siapa? Kalau boleh saya tahu Bapak/Ibu senang dipanggil
siapa? Asalnya darimana?”

b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum Pak/Bu? Tadi
malam apakah tidurnya nyenyak? “
c. Kontrak
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang keluarga dan teman-teman ?
“Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana? Berapa lama? Bagaimana kalau 7
menit?”
2. Fase kerja
a) (Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan bapak/ ibu?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak/ ibu? Apa yang membuat bapak/
ibu jarang bercakap-cakap dengannya?”
b) (Jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang bapak/ ibu rasakan selama bapak/ ibu dirawat disini? O.. bapak/ ibu
merasa sendirian? Siapa saja yang bapak/ ibu kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa bapak/ ibu lakukan dengan teman yang bapak/ ibu
kenal?”
“Apa yang menghambat bapak/ ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien yang lain?”
”Menurut bapak/ ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ?
Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
bapak/ ibu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu inginkah bapak/ ibu belajar bergaul dengan orang lain ?
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho bapak/ ibu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu
nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama
Saya S, senang dipanggil Si. Asal saya dari ... ., hobi memasak”
“Selanjutnya bapak/ ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari
mana/ Hobinya apa?”
“Ayo bapak/ ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak/ ibu. Coba
berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan bapak/ ibu bicarakan. Misalnya tentang
cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan berkenalan?”
b. Evaluasi obyektif
”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya
tidak ada. Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain.
c. Rencana tindak lanjut
“Bapak/ ibu mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari
kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
d. Kontrak
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak bapak/ ibu
berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, bapak/ ibu mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”
FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN I PASIEN
MENARIK DIRI
Nama : Tanggal:
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Memperkenalkan diri dan menanyakan nama 2
pasien.
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien 10
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan 10
berinteraksi dengan orang lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak 5
berinteraksi dengan orang lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu 10
orang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan 5
latihan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian

C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikap terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

MENARIK DIRI
STRATEGI PELAKSANAAN (2) PASIEN
DENGAN MENARIK DIRI
Masalah Utama : MENARIK DIRI
Tanggal :
Pertemuan : ke ... . (Sp 2p)

A. Kondisi pasien
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, Menghindar dari orang lain (menyendiri),
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat, Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, Berdiam diri di
kamar/klien kurang mobilitas., Menolak berhubungan dengan orang lain, klien
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, Tidak melakukan
kegiatan sehari-hari, Posisi janin saat tidur.

B. Diagnosa keperawatan
Gangguan Isolasi Sosial : Menarik diri

C. Tujuan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama -
seorang perawat-)

D. Intervensi keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang
pertama -seorang perawat-)

E. Strategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Pak/Ibu, kenalkan nama saya ... . biasa dipanggil ... . Saya
mahasiswa dari Ilmu Keperawatan ... ., selama 1 minggu akan praktik di
sini.”
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum Pak/Bu?
Tadi malam apakah tidurnya nyenyak? Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita
tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan Suster !
c. Kontrak
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang keluarga dan
teman-teman ?
“Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana? Berapa lama? Bagaimana
kalau 7 menit?”
2. Fase kerja
( Bersama-sama bapak/ ibu saudara mendekati perawat N)
« Selamat pagi perawat N, ini ingin berkenalan dengan N »
« Baiklah bapak/ ibu, bapak/ ibu bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang
kita praktekkan kemarin «
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
« Ada lagi yang bapak/ ibu ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan
tentang keluarga perawat N »
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak/ ibu bisa sudahi perkenalan
ini. Lalu bapak/ ibu bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam
1 siang nanti »
« Baiklah perawat N, karena bapak/ ibu sudah selesai berkenalan, saya dan
bapak/ ibu akan kembali ke ruangan bapak/ ibu. Selamat pagi »
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat N untuk melakukan
terminasi dengan bapak/ ibu di tempat lain)
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan berkenalan?”
b. Evaluasi obyektif
” bapak/ ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan perawat N
baik sekali”
”Selanjutnya bapak/ ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi
selama saya tidak ada. Sehingga bapak/ ibu lebih siap untuk berkenalan
dengan orang lain.
c. Rencana tindak lanjut
”Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan
perawat lain. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari?
Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti S coba sendiri.
d. Kontrak
”Besok kita latihan lagi. mau jam berapa? Jam 10? Bagaimana, bapak/ ibu
mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”

FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN II PASIEN


MENARIK DIRI

NAMA : ………………………………… TANGGAL : ………………………………

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Mengkaji kemampuan pasien membina hubungan 15
dengan orang lain (Pasien- Perawat )
2. Mendorong dan membantu pasien untuk 15
berhubungan dengan orang lain (Pasien – Perawat)
3. Memberikan reinforcement positif. 10
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikpa terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

MENARIK DIRI
STRATEGI PELAKSANAAN (3) PASIEN
DENGAN MENARIK DIRI

Masalah Utama : MENARIK DIRI


Tanggal :
Pertemuan : ke ... . (Sp 3p)
A. Kondisi pasien
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, Menghindar dari orang lain (menyendiri),
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat, Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, Berdiam diri di
kamar/klien kurang mobilitas., Menolak berhubungan dengan orang lain, klien
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, Tidak melakukan
kegiatan sehari-hari, Posisi janin saat tidur.

B. Diagnosa keperawatan
Gangguan Isolasi Sosial : Menarik diri

C. Tujuan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang kedua-
seorang pasien)

D. Intervensi keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang
kedua-seorang pasien)

E. Strategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Pak/Ibu, kenalkan nama saya ... . biasa dipanggil ... . Saya
mahasiswa dari Ilmu Keperawatan ... ., selama 1 minggu akan praktik di
sini.”
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum
Pak/Bu? Tadi malam apakah tidurnya nyenyak? ”Apakah Pak/Ibu
bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya
orang lain
”Bagaimana perasaan Pak/Ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat N
kemarin siang. Bagus sekali Pak/Ibu menjadi senang karena punya teman
lagi. Kalau begitu Pak/Ibu ingin punya banyak teman lagi?”
c. Kontrak
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu
pasien O, seperti biasa kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia di ruang
makan”

2. Fase kerja
( Bersama-sama pak/ ibu saudara mendekati pasien )
Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. Baiklah S, S sekarang
bisa berkenalan dengannya seperti yang telah pak/ ibu lakukan sebelumnya. »
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan
nama, nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama).
Ada lagi yang pak/ ibu ingin tanyakan kepada O. Kalau tidak ada lagi yang
ingin dibicarakan, pak/ ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat janji
bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti.
(pak/ ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)
Baiklah O, karena pak/ ibu sudah selesai berkenalan, saya dan pak/ ibu akan
kembali ke ruangan pak/ ibu . Selamat pagi
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan
terminasi dengan pak/ ibu di tempat lain.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan berkenalan dengan
O?”
b. Evaluasi obyektif
”Dibandingkan kemarin pagi, N tampak lebih baik saat berkenalan
dengan O” ”pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa
untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore nanti”c. Rencana tindak
lanjut
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap
dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari S
dapat berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10
pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, S bisa bertemu dengan N, dan tambah
dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan dengan
orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana S, setuju kan?”
c. Kontrak
”Besok kita latihan lagi. mau jam berapa? Jam 10, jam 1 dan jam 8?
Bagaimana, bapak/ ibu mau kan? Baiklah, sampai jumpa.”

FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN III PASIEN


MENARIK DIRI

Nama : ...................................................... Tanggal: .......................................

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Mengkaji kemampuan pasien membina hubungan 15
dengan orang lain (Pasien- Perawat -Perawat lain/
pasien lain)
2. Mendorong dan membantu pasien untuk 15
berhubungan dengan orang lain (Pasien – Perawat -
Perawat lain/ pasien lain)
3. Memberikan reinforcement positif. 10
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikpa terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

DEFISIT PERAWATAN DIRI


STRATEGI PELAKSANAAN (1) PASIEN
DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Masalah Utama : Defisit Perawatan Diri


Tanggal :
Pertemuan : ke ... . (Sp 1p)

A. Kondisi pasien
Klien tampak kotor, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan
kotor.
B. Diagnosa keperawatan
Defisit Perawatan Diri

C. Tujuan
1. Klien dapat menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2. Klien dapat menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
3. Klien dapat menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4. Klien dapat mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

D. Intervensi keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Bantu klien mengetahui pentingnya menjaga kebersihan diri.
3. Bantu klien menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
4. Bantu klien menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
5. Melatih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

E. Strategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
1) “Selamat pagi Pak/Ibu, kenalkan nama saya ... . biasa dipanggil ... .
Saya mahasiswa dari Ilmu Keperawatan ... ., selama 1 minggu akan
praktik di sini.”
2) “Bapak/Ibu namanya siapa? Kalau boleh saya tahu Bapak/Ibu senang
dipanggil siapa? Asalnya darimana?”
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum Pak/Bu?
c. Kontrak
1) Topik : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
kebersihan diri?.”
2) Tempat : “Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana?
3) Waktu : “Berapa lama? Bagaimana kalau 7 menit?”
2. Fase kerja
a. “Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini?
Menurut T apa kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa
merawat diri? Menurut T apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan
diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik
seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak
teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa muncul
?” Betul ada kudis, kutu...dsb.
b. “Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa
yang perlu kita persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian
ganti, handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir”.
c. ”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing
T melakukannya. Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu
ambil shampoo gosokkan pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai
bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh
secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi
pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh
gigi T mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai
bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh T sampai bersih lalu keringkan
dengan handuk. T bagus sekali melakukannya. Selanjutnya T pakai baju
dan sisir rambutnya dengan baik.”
d. “Bagus”

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian?”
b. Evaluasi obyektif
“Coba T sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah T
lakukan tadi ? Bagaimana perasaan T setelah kita mendiskusikan tentang
pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba T ulangi lagi tanda-tanda
bersih dan rapi”
c. Rencana tindak lanjut
”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan
sore, Mari...kita masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nach... lakukan
ya T..., dan beri tanda kalau sudah dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau
dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan dan
T ( tidak ) tidak melakukani?
d. Kontrak
1) Topik : “Besok pagi kita latihan lagi kemampuan berdandan ya?”
2) Waktu :. “Mau latihan jam berapa? Oya jam 06.00 setelah mandi?
3) Tempat : Tempatnya mau dimana? Oya di ruang tidur ya. Sampai
bertemu besok ya”.

FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN I PASIEN


DEFISIT PERAWATAN DIRI

Nama : ...................................................... Tanggal: .......................................

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Memperkenalkan diri dan menanyakan nama 2
pasien.
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri 10
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri 10
3. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga 10
kebersihan diri
4. Memberikan reinforcement 10

C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikap terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

STRATEGI PELAKSANAAN (2) PASIEN


DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Masalah Utama : Defisit Perawatan Diri


Tanggal :
Pertemuan :

A. Kondisi pasien
rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien
laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.

B. Diagnosa keperawatan
Defisit Perawatan Diri

C. Tujuan
5. Klien mampu berpakaian dengan baik
6. Klien mampu menyisir rambut dengan baik
7. Klien mampu bercukur dengan baik

D. Intervensi keperawatan
1. Bantu klien berpakaian dengan baik
2. Bantu klien menyisir rambut dengan baik
3. Bantu klien bercukur dengan baik

E. Strategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Pak/Ibu, masih ingat dengan saya?.”
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum Pak/Bu?
c. Kontrak
1) Topik : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kebersihan
diri?.”
2) Tempat : “Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana?
3) Waktu : “Berapa lama? Bagaimana kalau 7 menit?”
2. Fase kerja
a. “Apa yang T lakukan setelah selesai mandi ?”apa T sudah ganti baju?
b. “Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti
pakaian yang bersih 2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus
seperti itu”.
c. “Apakah T menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita
praktekkan, lihat ke cermin, bagus…sekali!
1) .Pasien laki-laki
a) “Apakah T suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?” betul 2
kali perminggu
b) “Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak
dirapikan ! Ya, Bagus !” (catatan: janggut dirapihkan bila pasien
tidak memelihara janggut)
2) Pasien Perempuan
a) “ Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….!
Nach…sekarang disisir rambutnya yang rapi, bagus…! Apakah T
biasa pakai bedak?” coba dibedakin mukanya T, yang rata dan tipis.
Bagus sekali.” “ T, punya lipstik mari dioles tipis. Nach…coba
lihat dikaca!
b) “Bagus”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan T setelah berdandan?”
b. Evaluasi obyektif
“Coba T sebutkan lagi apa saja caraberdandan tadi?”

c. Rencana tindak lanjut


“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju
seperti tadi ya! Mari kita masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam
berapa, lalu sore jam berap ?
d. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau nanti siang kita latihan makan yang baik Waktu :.
“Siang jam berapa? Oya jam saat makan siang ya?
Tempat : Tempatnya mau dimana? Oya di ruang makan ya. Sampai bertemu
nanti ya”.
FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN II PASIEN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

Nama : ...................................................... Tanggal: .......................................

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Menjelaskan cara makan yang baik 15
2. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang 15
baik
3. Memberikan reinforcement positif. 10

C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikpa terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

STRATEGI PELAKSANAAN (3) PASIEN


DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Masalah Utama : Defisit Perawatan Diri


Tanggal :
Pertemuan :

A. Kondisi pasien
Tidak mampu mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.

B. Diagnosa keperawatan
Defisit Perawatan Diri

C. Tujuan
1. Klien mampu menjelaskan cara mempersiapkan makan
2. Klien mampu makan dengan tertib
3. Klien mampu merapikan peralatan makan setelah makan
4. Klien mampu mempraktikkan makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

D. Intervensi keperawatan
1. Bantu klien cara mempersiapkan makan
2. Bantu klien cara makan dengan tertib
3. Bantu klien cara merapikan peralatan makan setelah makan
4. Bantu klien mempraktikkan makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

E. Strategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Pak/Ibu, masih ingat dengan saya?.”

b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum Pak/Bu?
Sudah latihan berdandan ya? Sudah makan belum?”
c. Kontrak
1) Topik : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara
makan yang baik?.”
2) Tempat : “Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana? Di tuang
makan ya?”
3) Waktu : “Berapa lama? Bagaimana kalau 7 menit?”

2. Fase kerja
a. “Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana T
makan?”
b. “Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita
praktekkan! “Bagus! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum
disantap kita berdoa dulu. Silakan T yang pimpin!. Bagus..
c. “Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu
dengan pelan-pelan. Ya, Ayo...sayurnya dimakan ya.”“Setelah makan kita
bereskan piring,dan gelas yang kotor. Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci
tangan. Ya bagus!”

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan T setelah belajar makan yang baik?”
b. Evaluasi obyektif
“Coba T sebutkan lagi apa saja cara makan yang baik? ( cuci tangan, duduk
yang baik, ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas,
lalu cuci tangan.”
c. Rencana tindak lanjut
“Selanjutnya bapak setiap hari bisa makan seperti tadi ya! Mari kita
masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam
berapa ?
d. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau besok siang kita latihan makan yang baik Waktu
:. “Siang jam berapa? Oya jam setelah makan siang ya?
Tempat : Tempatnya mau dimana? Oya di ruang tamu ya. Sampai bertemu
nanti ya”.
FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN III PASIEN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

Nama : ...................................................... Tanggal: .......................................

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Menjelaskan cara eliminasi yang baik 15
2. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi 15
yang baik
3. Memberikan reinforcement positif. 10

C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikpa terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

STRATEGI PELAKSANAAN (4) PASIEN


DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Masalah Utama : Defisit Perawatan Diri


Tanggal :
Pertemuan :

A. Kondisi pasien
Pasien tampak BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAK

B. Diagnosa keperawatan
Defisit Perawatan Diri

C. Tujuan
1. Klien mampu menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
2. Klien mampu menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
3. Klien mampu menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
4. Klien mampu mempraktikkan cara BAB/ BAK dengan baik dan benar

D. Intervensi keperawatan
1. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
2. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
3. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
4. Mempraktikkan cara BAB/ BAK dengan baik dan benar
E. Strategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Pak/Ibu, masih ingat dengan saya?.”

b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum Pak/Bu?
Sudah latihan berdandan y? Sudah makan belum? Sudah dipraktikkan cara
makan yang baik?”
c. Kontrak
1) Topik : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara BAB/
BAK dengan benar?.”
2) Tempat : “Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana? Di ruang makan
ya?”
3) Waktu : “Berapa lama? Bagaimana kalau 7 menit?”

2. Fase kerja
a. Untuk pasien pria:
1) “Dimana biasanya T berak dan kencing?” “Benar T, berak atau
kencing yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang
tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak
berak/kencing di sembarang tempat ya.....”
2) “Sekarang, coba T jelaskan kepada saya bagaimana cara T cebok?”
3) “Sudah bagus ya T, yang perlu diingat saat T cebok adalah T
membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan
tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh T”. “Setelah T
selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air
secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika
T membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti T ikut mencegah
menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air
kencing”
4) “Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, T perlu merapihkan
kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan
resleting celana telah tertutup rapi , lalu cuci tangan dengan
menggunakan sabun.”

b. Untuk pasien wanita:


1) “Cara cebok yang bersih setelah T berak yaitu dengan menyiramkan
air dari arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara seperti
ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran/tinja yang ada di anus
ke bagian kemaluan kita”
2) “Setelah T selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di
kakus/WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan
air secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC.
Jika T membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti T ikut
mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/
air kencing”
3) “Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari
WC/kakus, lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
4) “Bagus”

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan T setelah belajar BAB/ BAK yang baik?”
b. Evaluasi obyektif
“Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!
c. Rencana tindak lanjut
“Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan
tadi, bisa dimasukkan ke dalam jadwal”.
d. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau besok siang kita ketemu lagi untuk melihat
sudah sejauhmana T bisa melakukan jadual kegiatannya.”
Waktu :. “Siang jam berapa? Oya jam setelah makan siang ya?
Tempat : Tempatnya mau dimana? Oya di ruang tamu ya. Sampai bertemu
nanti ya”.

FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN IV PASIEN


DEFISIT PERAWATAN DIRI

Nama : ...................................................... Tanggal: .......................................

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Menjelaskan cara berdandan 15
2. Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan 15
3. Memberikan reinforcement positif. 10

C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikpa terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100
STRATEGI PELAKSANAAN (1) PASIEN DENGAN WAHAM

Masalah Utama : Waham


Tanggal :
Pertemuan : Ke 1 (SP Ip)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tampak tenang, sedang duduk dikursi bersama dengan pasien yang lain, tidak
merasa dirinya sakit.
2. Diagnosa Keperawatan :
Perubahan proses pikir : waham
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Klien dapat mengontrol wahamnya
b. Tujuan Khusus :
1). Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2). Klien dapat mengungkapkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara
memenuhi kebutuhan
3). Klien dapat mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
4. Intervensi Keperawatan:
a. Bina hubungan saling percaya :
b. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi
kebutuhan
c. Bantu klien mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Selamat pagi Mas. Perkenalkan nama saya ..., saya perawat ...., saya merawat
Mas selama dirawat di sini. Nama mas siapa, senangnya dipanggil apa?””
b. Evaluasi / Validasi
“ Bagaimana keadaannya hari ini? Apa yang anda rasakan saat ini?”
c. Kontrak :
a) Waktu :” Hari ini kita akan berbincang-bincang kira-kira membutuhkan
waktu ... menit. Bagaimana, Mas bisa?
b) Topik :”Bagaimana jika hari ini kita berbincang-bincang tentang perasaan
dan pikiran Mas saat ini ?”
c) Tempat :“Mas ingin kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana
kalau disini saja?”
2. Fase Kerja
 “Mas S, saya ingin tahu pengalaman Mas S dengan orang-orang yang dekat
dengan Mas S. Kita mulai dari orang tua, bagus…..Bagaimana dengan
lingkungan kerja dan sekolahan Mas S ??”
 “Sebelum berada di sini, apakah Mas.S pernah mengalami kejadian-kejadian
yang menimbulkan rasa takut, cemas, dan traumatik. Kejadian apa saja itu
Mas??”
 “Sampai sekarang, apakah ada kebutuhan dan harapan yang belum
terpenuhi?Bagaimana anda mengatasi kebutuhan tak terpenuhi tersebut dengan
kejadian traumatic yang terjadi??”
 “Saat sebelum di sini dan sesudah di sini, apakah anda pernah mendengar
suara-suara yang memerintah anda?.....Bagus”
 “Apa yang Mas S rasakan saat Mas S menjadi sangat sakti?? Badan sakti Mas S
dalam 1 hari bisa datang kapan saja? Saat apa saja? Dan berapa lama waktu
sekali datang?”
 “Saya mengerti Mas S merasa bahwa Mas S adalah seorang yang kuat yang bisa
merobohkan bangunan, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya. Oleh sebab
itu coba sekarang Mas S praktekkan robohkan pohon besar yang ada di depan
ruang ....”
 “Pengalaman tidak menyenangkan apa yang terjadi saat kekuatan anda
muncul??”
 “Saat kekuatan anda datang, banyak orang yang akan terluka karena anda, apa
ini tidak merugikan??Kalau merugikan Mas S harus segera mencari pertolongan
untuk menolong Mas S.”
 “Hobby Mas S apa?saat akan marah, Mas S juga bila melakukan hobby Mas S
agar kemarahan Mas S hilang.”
 “Hobby yang bisa di lakukan di sini kira-kira apa?”
 Bagaimana kalau Mas S memasukkan hobby Mas S ke dalam jadwal kegiatan
harian Mas S???......Bagus!”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif :“Bagaimana perasaan anda sekarang setelah kita
berbincang-bincang? Saya sangat senang karena Mas
sudah bisa mengungkapkan perasaan dengan baik dan
mau berteman dengan saya.”
b. Evaluasi Objektif : ”Sekarang coba sebutkan pada saya, pengalaman yang
menyenangkan Mas S, pengalaman tidak menyenangkan,
dan hobby Mas S?
c. Rencana Tindak Lanjut : ” Mas S, setelah kita berbincang-bincang ini nanti coba
dilakukan ya jadwal kegiatan yang sudah kita buat
bersama tadi, bagaimana?
d. Kontrak yang akan datang :
1). Topik : ”Sekian dulu ya Mas S, seperti janji kita diawal tadi kita hanya akan
berbincang-bincang selama ... menit. Bagaimana jika besuk pagi
kita berbincang-bincang lagi?”
2). Waktu : ”Kira-kira jam berapa ya? Mas S ingin berapa lama?”
3). Tempat: ”Mas S ingin berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini
saja? Sampai bertemu besok Mas S.”
FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN I PASIEN
WAHAM

Nama : Tanggal :

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Memperkenalkan diri dan menanyakan nama 2
pasien.
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
6. Membantu orientasi realita 10
7. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi 10
8. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya 10
9. Memberikan reinforcement 10
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikap terbuka dan 3
rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100
STRATEGI PELAKSANAAN (2) PASIEN DENGAN WAHAM

Masalah Utama : Waham


Tanggal :
Pertemuan : Ke 2 (SP 2p)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tampak tenang, sedang duduk dikursi bersama dengan pasien yang lain, tidak
merasa dirinya sakit.
2. Diagnosa Keperawatan :
Perubahan proses pikir : waham
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Klien dapat mengontrol wahamnya
b. Tujuan Khusus :
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan positif
2) Klien dapat mempraktekkan kemampuan positif yang dimiiki
4. Intervensi Keperawatan:
1). Bantu klien mengidentifikasi kemampuan positif
2). Bantu klien mempraktekkan kemampuan positif yang dimiiki

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Selamat pagi Mas S, masih iingat dengan saya? Ya benar, saya perawat ... .
b. Evaluasi / Validasi
“ Bagaimana keadaannya hari ini? Apa yang anda rasakan saat ini? Apakah Mas
S sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran?””
c. Kontrak :
1).Waktu: ” Hari ini kita akan berbincang-bincang kira-kira membutuhkan waktu
... menit. Bagaimana, Mas bisa?
2).Topik : ”Bagaimana jika hari ini kita berbincang-bincang tentang hobi Mas S
saat ini ?”
3).Tempat : “Mas ingin kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini
saja?”
2. Fase Kerja
- “Apa saja hobby Mas? Saya catat ya, terus apa lagi?”
- “Wah.., rupanya Mas S pandai bermain catur, tidak semua orang bisa bermain
catur seperti itu lho ”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).
- “Bisa Mas S ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main catur, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada Mas S, dimana?”
- “Bisa Mas S peragakan kepada saya bagaimana bermain catur yang baik itu?”
- “Wah..baik sekali permainannya”
- “Coba kita buat jadual untuk kemampuan Mas S ini ya, berapa kali
sehari/seminggu Mas S mau bermain catur?”
- “Apa yang Mas S harapkan dari kemampuan bermain catur ini?”
- “Ada tidak hobi atau kemampuan Mas S yang lain selain bermain catur?”
- ”Bagaimana kalau Mas S memasukkan hobby Mas S ke dalam jadwal kegiatan
harian Mas S???......Bagus!”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif : “Bagaimana perasaan anda sekarang setelah kita
berbincang-bincang tentang hobi dan kemampuan?
b. Evaluasi Objektif : ”Sekarang coba sebutkan cara bermain catur tadi?”
c. Rencana Tindak Lanjut : “Setelah ini coba Mas S lakukan latihan catur sesuai
dengan jadual yang telah kita buat ya?”
d. Kontrak yang akan datang :
1). Topik : ” Bagaimana jika besuk pagi kita berbincang-bincang lagi tentang
obat yang harus minum?”
2). Waktu : ”Kira-kira jam berapa ya? Mas S ingin berapa lama?”
3). Tempat : ” Mas S ingin berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini
saja? Sampai bertemu besok Mas S.”
FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN II PASIEN
WAHAM

Nama : Tanggal :

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki 15
2. Melatih kemampuan yang dimiliki 15
3. Memberikan reinforcement positif. 10
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikpa terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100
STRATEGI PELAKSANAAN (3) PASIEN DENGAN WAHAM

Masalah Utama : Waham


Tanggal :
Pertemuan : Ke 3 (SP 3p)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tampak tenang, sedang duduk dikursi bersama dengan pasien yang lain, tidak
merasa dirinya sakit.
2. Diagnosa Keperawatan :
Perubahan proses pikir : waham
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Klien dapat mengontrol wahamnya
b. Tujuan Khusus :
Klien dapat minum obat dengan benar
4. Intervensi Keperawatan:
Bantu klien cara minum obat dengan benar

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Selamat pagi Mas S, masih ingat dengan saya? Ya benar, saya perawat ... .
b. Evaluasi / Validasi
“ Bagaimana keadaannya hari ini? Apa yang anda rasakan saat ini? Apakah
Mas S sudah melatih hobi atau kegemaran?””
c. Kontrak :
1) Waktu: ” Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang
kira-kira membutuhkan waktu ... menit. Bagaimana, Mas bisa?
2) Topik : ”Bagaimana jika hari ini kita berbincang-bincang tentang cara
minum obat yang benar ?”
3) Tempat : “Mas ingin kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau
disini saja?”
2. Fase Kerja
- “Mas S berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”
- “ Mas S perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang”
- “Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini
diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
- “Bila nanti setelah minum obat mulut Mas S terasa kering, untuk membantu
mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”.
- “Sebelum minum obat ini Mas S dan saya mengecek dulu label di kotak obat
apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar”
- “Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya Mas Stidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter”.
- Bagus!”
3. Fase Terminasi
a.Evaluasi Subjektif :“Bagaimana perasaan anda sekarang setelah kita
berbincang-bincang tentang cara minum obat yang benar?
b.Evaluasi Objektif : ”Sekarang coba sebutkan cara minum obat yang benar?”
c. Rencana Tindak Lanjut : “Setelah ini coba Mas S masukkan kegiatan ini ke
jadual yang telah kita buat ya? Jangan lupa minum
obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya
pada suster”
d. Kontrak yang akan datang :
1) Topik : ” Bagaimana jika besuk pagi kita berbincang-bincang lagi untuk
melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.”
2) Waktu : ”Kira-kira jam berapa ya? Mas S ingin berapa lama?”
3) Tempat : ” Mas S ingin berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau
disini saja? Sampai bertemu besok Mas S.”

FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN III PASIEN


WAHAM
Nama : Tanggal :

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Memberikan pendidikan tentang penggunaan obat 15
secara teratur
2. Meminta pasien menjelaskan kembali tentang 15
penggunaan obat secara teratur
3. Memberikan reinforcement positif. 10
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikpa terbuka dan 3
rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

STRATEGI PELAKSANAAN (1) PADA PASIEN HALUSINASI

Masalah Utama : Perubahan sensori persepsi : halusinasi


Pertemuan :
Tanggal :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, bersikap mendengar atau melihat sesuatu, berhenti bicara ditengah
kalimat untuk mendengarkan sesuatu, klien jarang minum obat dan kontrol.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi akustik
3. Tujuan Khusus
a. Membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
1) isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat)
2) waktu terjadi halusinasi
3) frekuensi terjadinya halusinasi
4) situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
5) respon pasien saat halusinasi muncul
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu, frekuensii
terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
c. Bantu melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik

B. Strategi Tindakan Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : “ Selamat pagi Bapak/ ibu?”
b. Evaluasi/ Validasi : “ Bagaimana keadaannya Bapak/ ibu hari ini ? apakah
yang Bapak/ ibu rasakan hari ini?”
c. Kontrak :
1) Waktu : ”Perkenalkan, nama saya ... ., nama Bapak/ ibu siapa ya? Bapak/
ibu biasa dipanggil siapa? Usianya Bapak/ ibu berapa? Rumahnya
dimana? Dirumah tinggal dengan siapa? anak Bapak/ ibu berapa?
Bapak/ ibu bekerja atau tidak? Bapak/ ibu datang ke rumah sakit
yang mengantar siapa?”
“ Wah senang ya bisa berkenalan dengan Bapak/ ibu. Hari ini kita
akan berbincang-bincang kira-kira membutuhkan waktu 7 menit
setelah Bapak/ ibu, Bapak/ ibu bisa kan?
2) Tempat : ”Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang tamu atau
didalam kamar sini aja?”
3) Topik : ”Kita akan bincang-bincang tentang bisikan-bisikan yang sering
Bapak/ ibu dengar”
2. Fase Kerja
- “Apakah selama disini Bapak/ ibu masih sering mendengar bisikan-bisikan itu?
biasanya berapa kali anda mendengarnya? Biasanya jam berapa? Berapa lama
kalau Bapak/ ibu mendengarnya? Bisikan itu terdengar seperti apa? Saat
seperti apa Bapak/ ibu mendengar bisikan itu?”
- “Saya percaya Bapak/ ibu mendengar bisikan itu tapi saya tidak
mendengarnya.”
- “Bagaimana perasaan Bapak/ ibu saat mendengar bisikan itu?”
- “Selama ini apa yang Bapak/ ibu lakukan jika mendengar bisikan tersebut?
Menanggapi... menganggap tidak ada.... atau.... marah-marah?”
- “Kemudian apa yang sudah Bapak/ ibu rasakan ketika sudah mengatasi dengan
cara seperti itu?”
- “Apa yang akan terjadi apabila Bapak/ ibu tidak menanggapi suara tersebut?”
- “Sekarang mari kita belajar cara mengontrolnya? Saat Bapak/ ibu mendengar
suara bisikan tersebut, coba Bapak/ ibu menghardiknya dengan cara seperti
tutup telinga tutup mata dan bilang pergi pergi, kamu suara palsu, kamu bukan
suara sungguhan, aku tidak mau mendengar kamu.
- “Sekarang mari kita coba!”
- “Bagus sekali pak….”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan Bapak/ ibu setelah kita berbincang-
bincang dan mencoba latihan seperti tadi?
Evaluasi Obyektif : “Coba sebutkan tadi bagaimana cara anda mengontrol
halusinasi?”
b. Rencana Tindak Lanjut :
“Nanti kalau bisikan-bisiskan itu datang lagi, dicoba ya Bapak/ ibu cara
mengontrolnya seperti yang kita pelajari tadi”
c. Kontrak:
1) Waktu :”Besok kita bisa berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang lain ya Bapak/ ibu. Bagaimana kalau
seperti tadi, kira-kira pagi jam 9."
2) Tempat : ”Tempatnya sama seperti sekarang ini ja ya Bapak/ ibu.”
3) Topic :”Besok kita bisa berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang lain ya Bapak/ ibu"
4) Baiklah sampai jumpa.

FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN I PASIEN


HALUSINASI

Nama : Tanggal :
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama Perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Membantu pasien mengenal jenis halusinasi:
a. Menanyakan apakah ada suara-suara yang didengar, 5
melihat
sesuatu, merasakan, mencium
b. Mengatakan kepada pasien bahwa orang lain tidak 5
mengalami
c. Mengatakan bahwa perawat akan membantu 5
2. Mendiskusikan dengan pasien tentang:
b. Waktu terjadinya halusinasi 5
c. Frekwensi halusinasi. 5
a. Situasi yang dapat menimbulkan dan tidak
menimbulkan
Halusinasi
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang respon pasien saat 5
datang halusinasi.
4. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
5. Memberi contoh cara menghardik
6. Meminta pasien malkukan cara menghardik
7. Memberikan reinforcement positif. 5
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindakan lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikap terbuka dan 3
rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100
STRATEGI PELAKSANAAN (2) PADA PASIEN HALUSINASI

Masalah Utama : Perubahan sensori persepsi : halusinasi


Pertemuan :
Tanggal :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, bersikap mendengar atau melihat sesuatu, berhenti bicara ditengah
kalimat untuk mendengarkan sesuatu, klien jarang minum obat dan kontrol.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi akustik
3. Tujuan Khusus
a) Evaluasi kegiatan harian klien
b) Klien dapat mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain
c) Klien dapat memasukkan bercakap-cakap ke dalam jadwal harian
4. Tindakan Keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya
b) Melatih mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
Bantu melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
c) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Tindakan Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : “ Selamat pagi Bapak/ ibu?”
b. Evaluasi/ Validasi :
“ Bagaimana keadaannya Bapak/ ibu hari ini ? apakah yang Bapak/ ibu rasakan
hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara
yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus !”

c. Kontrak :
1) . Waktu : “Hari ini kita akan berbincang-bincang kira-kira membutuhkan
waktu 7 menit setelah Bapak/ ibu, Bapak/ ibu bisa kan?
2) Tempat :”Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang tamu atau
didalam kamar sini aja?”
3) Topik : “Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain”
4)
2. Fase Kerja
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak/ ibu mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan bapak/ ibu. Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya suadara bapak/ ibu
katakan: ayo ngobrol dengan saya. Saya sedang mendengar suara-suara. Begitu pak/
ibu. Coba bapak/ ibu lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba
sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya !”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan D setelah latihan ini?
Evaluasi Obyektif: “Coba sebutkan tadi bagaimana cara anda mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap?”
b. Rencana Tindak Lanjut:
“Nanti kalau bisikan-bisiskan itu datang lagi, dicoba ya Bapak/ ibu cara
mengontrolnya seperti yang kita pelajari tadi. Bagaimana kalau kita masukkan
dalam jadwal kegiatan harian bapak/ ibu”
c. Kontrak:
1) Waktu : ”Besok kita bisa berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang lain ya Bapak/ ibu. Bagaimana kalau
seperti tadi, kira-kira pagi jam 9."
2) Tempat: ”Tempatnya sama seperti sekarang ini ja ya Bapak/ ibu.”
3) Topic : ”Besok kita bisa berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas
terjadwal ya Bapak/ ibu"
4) Baiklah sampai jumpa.

FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN II PASIEN


HALUSINASI

Nama : Tanggal :
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama Perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Membantu pasien memilih dan melatih cara 15
mengontrol halusinasi: menemui orang lain.
2. Memberikan kesempatan untuk mempraktekkan cara 15
yang telah dilatih ( menemui orang lain ) untuk diskusi
tentang halusinasi yang dialaminya.
3. Memberikan reinforcement positif. 10
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindakan lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikap terbuka dan 3
rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

STRATEGI PELAKSANAAN (3) PADA PASIEN HALUSINASI

Masalah Utama : Perubahan sensori persepsi : halusinasi


Pertemuan :
Tanggal :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, bersikap mendengar atau melihat sesuatu, berhenti bicara ditengah
kalimat untuk mendengarkan sesuatu,
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi akustik
3. Tujuan Khusus
a. Evaluasi kegiatan harian klien
b. Klien dapat mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain
c. Klien dapat memasukkan bercakap-cakap ke dalam jadwal harian
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Melatih mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
Bantu melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Tindakan Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : “ Selamat pagi Bapak/ ibu?”
b. Evaluasi/ Validasi :
“ Bagaimana keadaannya Bapak/ ibu hari ini ? apakah yang Bapak/ ibu
rasakan hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai
cara yang telah kita latih? Berkurangkan suara-suaranya Bagus !”

c. Kontrak :
1) Waktu : “Hari ini kita akan berbincang-bincang kira-kira membutuhkan
waktu 7 menit setelah Bapak/ ibu, Bapak/ ibu bisa kan?
2) Tempat : ”Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang tamu atau
didalam kamar sini aja?”
3) Topik : “Sesuai janji kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal.”
2. Fase Kerja
“Apa saja yang biasa bapak/ ibu lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam).
Pkl 5.00 bangun pagi
Pkl 05.15 berdoa
Pkl 05.30 merapikan tempat tidur
Pkl 06.00 senam pagi
Pkl 06.30 mandi
Pkl 07.00 sarapan dan minum obat
Pkl 07.00 membantu mencuci piring
Pkl 12.00 makan siang dan minum obat
Pkl 12.30 ibadah
Pkl 13.00 tidur siang
Pkl 16.00 menyapu
Pkl 17.00 mandi
Pkl 18.00 ibadah
Pkl 18.30 makan malam dan minum obat
Pkl 19.00 ibadah
Pkl 20.00 tidur
Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut, misal : merapikan tempat tidur).
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang
sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil
bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah
letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” O sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ” Bagus sekali pak/ bu bisa lakukan.
Kegiatan ini dapat bapak/ ibu lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul.
Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak/ ibu setelah latihan ini?
Evaluasi Obyektif : “Coba sebutkan 3 cara anda mengontrol halusinasi?”
b. Rencana Tindak Lanjut:
“Nanti kalau bisikan-bisiskan itu datang lagi, dicoba ya Bapak/ ibu cara
mengontrolnya seperti yang kita pelajari tadi. Bagaimana kalau kita masukkan
dalam jadwal kegiatan harian bapak/ ibu”
c. Kontrak:
1) Waktu :”Nanti kita bisa berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang lain ya Bapak/ ibu. Bagaimana kalau
nanti jam 12."
2) Tempat : ”Tempatnya di ruang makan sama seperti sekarang ini ya Bapak/
ibu.”
3) Topic :”Besok kita bisa berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara minum obat yang baik serta guna obat ya
Bapak/ ibu"
4) Baiklah sampai jumpa.
FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN III PASIEN
HALUSINASI

Nama : Tanggal :

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama Perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Membantu pasien memilih dan melatih cara 15
mengontrol halusinasi: melakukan kegiatan
2. Memberikan kesempatan untuk mempraktekkan cara 15
yang telah dilatih (melakukan kegiatan) untuk diskusi
tentang halusinasi yang dialaminya.
3. Memberikan reinforcement positif. 10
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindakan lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikap terbuka dan 3
rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

STRATEGI PELAKSANAAN (1) PASIEN


DENGAN RESIKO PERILAKU KEPERAWATAN

Masalah Utama : Resiko Perilaku Kekerasan


Tanggal :
Pertemuan : ke ... . (Sp 1p)

A. Kondisi pasien
Muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat,
mengepalkan tangan, jalan mondar-mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau
berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul
benda/orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai kemampuan
mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.

B. Diagnosa keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

C. Tujuan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat identifikasi penyebab perasaan marah
3. Klien dapat mengungkapkan tanda dan gejala yang dirasakan
4. Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan
5. Klien dapat menungkapakan akibat perilaku kekerasan
6. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol secara fisik I

D. Intervensi keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Identifikasi penyebab perasaan marah
3. Bantu klien mengungkapkan tanda dan gejala yang dirasakan
4. Bantu klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan
5. Bantu klien menungkapakan akibat perilaku kekerasan
6. Latih cara mengontrol secara fisik I (nafas dalam)

E. Strategi pelaksanaan
a. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
 “Selamat pagi Pak/Ibu, kenalkan nama saya ... . biasa dipanggil ... .
Saya mahasiswa dari Ilmu Keperawatan ... ., selama 1 minggu akan
praktik di sini.”
 “Bapak/Ibu namanya siapa? Kalau boleh saya tahu Bapak/Ibu senang
dipanggil siapa? Asalnya darimana?”
2. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? ?, Masih ada perasaan kesal
atau marah?”
3. Kontrak
Topik : “Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan
marah bapak”
Tempat : “Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana?
Waktu : Berapa lama? Bagaimana kalau 7 menit?”

b. Fase kerja
 ““Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak
pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?. O..iya, jadi ada 2 penyebab marah bapak”
 “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan
istri belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien),
apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)
 “Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
 “Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri
bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan
terhidang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan?
Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut bapak
adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
 ”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa
marah.”
 ”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
 ”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka
bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
 “Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa
melakukannya”

c. Fase terminasi
1. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak?”
2. Evaluasi obyektif
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak
rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)
3. Rencana tindak lanjut
‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau
latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
4. Kontrak
Topik : “Besok pagi kita latihan lagi cara mengontrol marah ya.
Waktu : “Mau latihan jam berapa? Oya jam 5.30 setelah bangun tidur?
Tempat : “ Tempatnya mau dimana? Oya di ruang tidur ya. Sampai bertemu
besok ya”
FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN I PASIEN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama : ................................. Tanggal: ............................


NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Memperkenalkan diri dan menanyakan nama 2
pasien.
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Menyebutkan penyebab PK 5
2. Menyebutkan tanda dan gejala PK 5
3. Menyebutkan PK yang biasa dilakukan 5
4. Menyebutkan akibat PK 5
5. Menyebutkan cara mengontrol PK 5
6. Mempraktekkan cara mengontrol fisik I 10
7. Memberikan reinforcement positif 5

C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikap terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

STRATEGI PELAKSANAAN (2) PASIEN


DENGAN RESIKO PERILAKU KEPERAWATAN

Masalah Utama : Resiko Perilaku Kekerasan


Tanggal :
Pertemuan :

A. Kondisi pasien
Muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan
kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar-mandir, bicara kasar, suara tinggi,
menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau
memukul benda/orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai
kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.

B. Diagnosa keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

C. Tujuan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
latihan fisik II (pukul bantal)

D. Intervensi keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Latih cara mengontrol secara fisik II (pukul bantal)

E. Strategi pelaksanaan
a. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
 “Selamat pagi Pak/Ibu, masih ingat saya?”
2. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? ?, Masih ada perasaan kesal
atau marah? Sudah mencoba mempraktekkan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan nafas dalam?”
3. Kontrak
Topik : “Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan secara fisik II (pukul bantal)”
Tempat : “Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana?
Waktu : Berapa lama? Bagaimana kalau 7 menit?”

b. Fase kerja
 “Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan
kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat
melakukan pukul kasur dan bantal”.
 “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar
bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke
kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur
dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus
sekali bapak melakukannya”.
 “Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
 “Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah.
Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya

c. Fase terminasi
1. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”
2. Evaluasi obyektif
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan
lagi?Bagus!”
3. Rencana tindak lanjut
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul
kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur?
Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada
keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak.
Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak
latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
4. Kontrak
Topik : “Besok pagi kita latihan lagi cara mengontrol marah ya dengan
belajar bicara yang baik”.
Waktu : “Mau latihan jam berapa? Oya jam 5.30 setelah bangun tidur?
Tempat : “ Tempatnya mau dimana? Oya di ruang tidur ya. Sampai
bertemu besok ya”

FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN II PASIEN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama : ................................. Tanggal: ............................

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Mengajarkan latihan fisik II (pukul bantal) 15
2. Meminta pasien melakukan latihan cara fisik II 15
(pukul bantal)
3. Memberikan reinforcement positif. 10
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikpa terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

STRATEGI PELAKSANAAN (3) PASIEN


DENGAN RESIKO PERILAKU KEPERAWATAN

Masalah Utama : Resiko Perilaku Kekerasan


Tanggal :
Pertemuan :

A. Kondisi pasien
Muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat,
mengepalkan tangan, jalan mondar-mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau
berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul
benda/orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai kemampuan
mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.
B. Diagnosa keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
C. Tujuan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
D. Intervensi keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Latih cara mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
E. Strategi pelaksanaan
a. Fase orientasi
1.Salam terapeutik
 “Selamat pagi Pak/Ibu, masih ingat saya?”
2.Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? ?, Masih ada perasaan kesal
atau marah? Sudah mencoba mempraktekkan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan pukul bantal?”
3.Kontrak
Topik : “Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan mengungkapkan rasa marah secara
verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik.”
Tempat : “Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana?
Waktu : Berapa lama? Bagaimana kalau 7 menit?”

b. Fase kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal,
dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita
marah. Ada tiga caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab
marahnya larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta
uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa
dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak
praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”

c. Fase terminasi
1.Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
2.Evaluasi obyektif
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
3.Rencana tindak lanjut
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali
sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat,
uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”
4.Kontrak
Topik : “Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa
marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju?
Waktu : “Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
Tempat : Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”
FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN III PASIEN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama : ................................. Tanggal: ............................

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Mengajarkan latihan cara verbal 15
2. Meminta pasien melakukan latihan cara verbal 15
3. Memberikan reinforcement positif. 10
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikpa terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

STRATEGI PELAKSANAAN (4) PASIEN


DENGAN RESIKO PERILAKU KEPERAWATAN

Masalah Utama : Resiko Perilaku Kekerasan


Tanggal :
Pertemuan :

A. Kondisi pasien
Muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan
kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar-mandir, bicara kasar, suara tinggi,
menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau
memukul benda/orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai
kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.
B. Diagnosa keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
C. Tujuan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
Latihan sholat/berdoa
D. Intervensi keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Latih sholat/berdoa
E. Strategi pelaksanaan
a. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
 “Selamat pagi Pak/Ibu, masih ingat saya?”
2. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? ?, Masih ada perasaan kesal
atau marah? Sudah mencoba mempraktekkan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan pukul bantal, cara verbal?”
3. Kontrak
Topik : “Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan beribadah”
Tempat : “Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana?
Waktu : Berapa lama? Bagaimana kalau 7 menit?”

b. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan!
Bagus. Baik, yang mana mau dicoba?

“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk


dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya
rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air
wudhu kemudian sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan


kemarahan.”

“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang


mana?Coba sebutkan caranya (untuk yang muslim).”

c. Fase terminasi
1. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan beribadah?”
2. Evaluasi obyektif
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? “Coba
bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak
merasa marah”
Bagus”.
3. Rencana tindak lanjut
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau
berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........
(sesuai kesepakatan pasien)
4. Kontrak
Topik : “Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara
keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat?”
Waktu : Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
Tempat : Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”
FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN IV PASIEN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama : ................................. Tanggal: ............................

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Mengajarkan latihan cara spiritual 15
2. Meminta pasien melakukan latihan cara spiritual 15
3. Memberikan reinforcement positif. 10
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikpa terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

STRATEGI PELAKSANAAN (5) PASIEN


DENGAN RESIKO PERILAKU KEPERAWATAN

Masalah Utama : Resiko Perilaku Kekerasan


Tanggal :
Pertemuan :

A. Kondisi pasien
Muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat,
mengepalkan tangan, jalan mondar-mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau
berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul
benda/orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai kemampuan
mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.
B. Diagnosa keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
C. Tujuan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
minum obat teratur
D. Intervensi keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Latih pasien minum obat secara teratur
E. Strategi pelaksanaan
a. Fase orientasi
1.Salam terapeutik
 “Selamat pagi Pak/Ibu, masih ingat saya?”
2.Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? ?, Masih ada perasaan kesal
atau marah? Sudah mencoba mempraktekkan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan pukul bantal, cara verbal, beribadah?”
3.Kontrak
Topik : “Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat dengan benar”
Tempat : “Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana?
Waktu : Berapa lama? Bagaimana kalau 7 menit?”

b. Fase kerja
 “Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
 Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam
berapa Bapak minum? Bagus!
 Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan
tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan
rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam
7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.
 “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.
 “Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya
 istirahat dan jangan beraktivitas dulu”
 “Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak
obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah
benar obatnya!”
 “Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
 “Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

c. Fase terminasi
1. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan minum obat secara teratur?”
2. Evaluasi obyektif
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara
minum obat yang benar?”
3. Rencana tindak lanjut
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?.
Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan
lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
4. Kontrak
Topik : “Besok kita ketemu lagi ya pak, untuk melihat sejauh mana bapak
melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah?”
Waktu : Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
Tempat : Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”
FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN V PASIEN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama : ................................. Tanggal: ............................

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Mengajarkan cara minum obat 15
2. Meminta pasien menjelaskan tentang cara minum 15
obat
3. Memberikan reinforcement positif. 10
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikpa terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

STRATEGI PELAKSANAAN (1) PASIEN


DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Masalah Utama : Harga Diri Rendah


Tanggal :
Pertemuan : ke ... . (Sp 1p)

A. Kondisi pasien
Klien terlihat menyendiri, suka melamun, jarang bergaul dengan lingkungan sekitar,
selalu menyatakan merasa tidak berguna dan sedih dengan kondisi yang dialaminya.

B. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

C. Tujuan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
4. Klien dapat memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
5. Klien dapat melatih kemampuan yang sudah dipilih
6. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki.

D. Intervensi keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
b. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
c. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan selama dirawat.
d. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
e. Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
f. Rencanakan bersama klien jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian.

E. Strategi pelaksanaan
a. Fase orientasi
1.Salam terapeutik
 “Selamat pagi Pak/Ibu, kenalkan nama saya ... . biasa dipanggil ... .
Saya mahasiswa dari Ilmu Keperawatan ... ., selama 1 minggu akan
praktik di sini.”
 “Bapak/Ibu namanya siapa? Kalau boleh saya tahu Bapak/Ibu senang
dipanggil siapa? Asalnya darimana?”
2.Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum Pak/Bu?
Tadi malam apakah tidurnya nyenyak? “
3.Kontrak
 “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah Bapak/Ibu lakukan? Setelah itu kita akan nilai
kegiatan mana yang masih dapat Bapak/Ibu lakukan di sini. Setelah kita
nilai, kita akan pilih salah satu kegiatan untuk kita latih.”
 “Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana? Berapa lama? Bagaimana
kalau 7 menit?”

b. Fase kerja
 “Sebelum Bapak/Ibu di bawa ke sini biasanya kegiatan apa yang Bapak/Ibu
kerjakan di rumah? merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring?
Menyiram tanaman, memberi makan ternak? Ya bagus, apalagi? Saya
buat daftarnya ya? Wah bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan
yang Bapak/Ibu miliki. Apakah Bapak/Ibu senang melakukannya?”
 “Dari kebiasaan di rumah tersebut, kira-kira yang mana saja yang masih
dapat dilakukan Bapak/Ibu di rumah sakit ini? Coba kita lihat yang
pertama bisakah? Yang kedua juga bisa atau tidak? Yang ketiga bisakah?
Yang keempat bisakah? Yang kelima bisakah? Wah bagus sekali ada tiga
kegiatan yang masih bisa dikerjakan di sini.”
 ”Sekarang coba Bapak/Ibu pilih satu kegiatan yang masih dapat dikerjakan
disini. O yang nomor satu, merapikan tempat tidur. Kalau begitu
bagaimana kalau kita mulai latihan merapikan tempat tidur. Kita mulai
dari kamar Bapak/Ibu. Mari kita lihat kamar Bapak/Ibu, coba lihat sudah
bersih apa belum lantai di kamar ini?”
 “Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan
kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai
dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan
di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah
bawah/kaki. Bagus !”
 ” O sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
 ”Coba Bapak/Ibu lakukan dan jangan lupa beri tanda M (mandiri) kalau
Bapak/Ibu lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa
melakukan, tulis T (Tidak) jika tidak melakukan.”

c. Fase terminasi
1.Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berbincang-bincang dan
merapikan tempat tidur?”
2.Evaluasi obyektif
“Ya, ternyata Bapak/Ibu banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan
di rumah sakit ini. Salah satunya merapikan tempat tidur, yang sudah
Bapak/Ibu praktekkan tadi dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat
Bapak/Ibu dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
3.Rencana tindak lanjut
“Sekarang mari kita masukkan latihan merapikan tempat tidur tadi pada
jadwal harian. Bapak/Ibu mau berapa mau berapa kali sehari merapikan
tempat tidur? Bagus, pagi hari ya, mau jam berapa? Setelah bangun tidur.”
4.Kontrak
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan merapikan tempat tidur ya. Mau
latihan jam berapa? Oya jam 5.30 setelah bangun tidur? Tempatnya mau
dimana? Oya di ruang tidur ya. Sampai bertemu besok ya”
FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN I PASIEN
HARGA DIRI RENDAH

Nama : ................................. Tanggal: ............................

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama Perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang 10
dimiliki pasien ( buat daftar )
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang 5
masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan 5
dilatih sesuai kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang 5
dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap 10
keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal 5
kegiatan harian
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikap terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100
STRATEGI PELAKSANAAN (2)PADA PASIEN
DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Masalah Utama : Harga Diri Rendah


Tanggal :
Pertemuan : SP 2 P

A. Kondisi pasien
Klien terlihat menyendiri, suka melamun, jarang bergaul dengan lingkungan
sekitar, sudah mau berlatih dua kemampuan yang dimiliki.

B. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

C. Tujuan
Klien mampu melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien.

D. Intervensi keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan lain yang akan
dilatih dan mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan
yang dipilih
c. Rencanakan bersama klien jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian.

E. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, bagaimana perasaan bapak pagi ini? Wah, tampak
cerah”

b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana pak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore
kemarin/tadi pak? Bagus !”(kalau sudah dilakukan, kalau belum
bantu lagi)
c. Kontrak
“ Sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa
kegiatan itu pak? Ya benar, kita akan latihan menyapu lantai.
Waktunya sekitar 7 menit. Mari kita ke ruang makan!”

2. Fase Kerja
a. ”Sekarang coba pilih kegiatan selanjutnya. Kalau begitu bagaimana
kalau kita mulai latihan menyapu. Kita mulai dari kamar
Bapak/Ibu. Mari kita lihat kamar Bapak/Ibu, coba lihat sudah
bersih apa belum lantai di kamar ini?”
b. ”Nah sekarang ayo kita mulai menyapu dari ujung pojok kamar
Bapak/ Ibu di sebelah sana. Lalu kotorannya kita kumpulkan jadi
satu di dekat pintu yuk. Bagus! Sekarang kita ambil ikraknya terus
kotorannya kita masukkan ke dalam ikrak. Bagus! Sekarang kita
buang kotorannya ini ke tempat sampah. Wah bagus sekali
Bapak/Ibu sudah bisa menyapu kamar dengan baik sekali. Coba
perhatikan beda nggak dengan sebelum disapu tadi? Bagus!”
c. ”Coba Bapak/Ibu lakukan dan jangan lupa beri tanda M (mandiri)
kalau Bapak/Ibu lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika
diingatkan bisa melakukan, tulis T (Tidak) jika tidak melakukan.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan menyapu?”
b. Evaluasi obyektif
“Ya, ternyata Bapak/Ibu memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini.
c. Rencana tindak lanjut

“Bagaimana jika menyapu dimasukkan menjadi kegiatan sehari-


hari?”
“Pak, mau berapa kali bapak menyapu? Bagus sekali bapak
menyapu tiga kali setelah makan”
d. Kontrak
“Besok kita akan mengevalusi kemampuan yang Bapak lakukan
disini. Mau jam berapa? Dimana? Sama dengan sekarang? Baiklah.
Sampai jumpa.”
FORMAT PENILAIAN STRATEGI PELAKSANAAN II PASIEN
HARGA DIRI RENDAH

Nama : ................................. Tanggal: ............................

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. 2
b. Mengingatkan nama Perawat dan pasien. 2
c. Memanggil nama panggilan yang disukai. 2
d. Menyampaikan tujuan interaksi. 2
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 2
b. Memvalidasi /evaluasi masalah pasien. 5
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu. 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA
1. Mendiskusikan kemampuan kedua yang dimiliki 10
pasien
2. Membantu pasien memilih kegiatan kedua yang 10
akan dilatih sesuai kemampuan pasien
3. Melatih pasien kemampuan kedua yang dipilih 10
4. Memberikan reinforcement positif 5
5. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal 5
kegiatan harian
C. FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 3
b. Data Obyektif. 3
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 3
b. Tempat. 3
c. Topik. 3
D. SIKAP TERAPEUTIK
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikap terbuka 3
dan rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 5
E. TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 3
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100

DAFTAR PUSTAKA

Fontaine and Cook. (2003). Essential of Mental Health Nursing, California,


Addson-Wessley Publising Company

Huber, D. (2000). Leadership and Nursing Care Management, Philadelphia, W. B.


Sounder company

Nurjanah, I. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa II: Manajemen,


Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta,
Moco Media.

Stuart, G. W and Laraia. (2001). Principle and Practice and Practice of Psikiatri
Nursing. St. Louis: The Mosby Year Book.

Anda mungkin juga menyukai