i
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
ii
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
A. Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan .................. 98
B. Aspek – Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan ... 102
C. Prinsip- Prinsip Perkembangan .................................. 104
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 107
BAB 7 PERIODISASI DALAM PERKEMBANGAN ............... 108
A. Pendahuluan ................................................................. 108
B. Periode Prenatal ............................................................ 108
C. Periode Bayi dan Kanak-Kanak ................................... 111
C. Periode Remaja.............................................................. 115
D. Periode Dewasa............................................................. 118
E. Periode Lansia ............................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 122
BAB 8 TUGAS - TUGAS PERKEMBANGAN INDIVIDU ..... 124
A. Pendahuluan ................................................................. 124
B. Tahap – Tahap Perkembangan .................................... 125
C. Tugas-Tugas Perkembangan yang Harus Diatasi Oleh
Individu Pada Setiap Tahap Perkembangan .............. 126
D. Tugas Perkembangan Dari Setiap Fase
(Havighurst) .................................................................. 126
E. Rincian Tentang Tugas Perkembangan Masa Remaja
Untuk Usia Tingkat SLTP Dan SMTA ........................ 128
F. Tahapan Perkembangan Individu ............................... 129
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 133
BAB 9 PERKEMBANGAN PRANATAL DAN PASCA
NATAL................................................................................ 134
A. Pendahuluan ................................................................. 134
B. Perkembangan Prenatal ............................................... 135
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Masa Prenatal ................................................................ 137
D. Pentingnya Fase Prenatal Bagi Perkembangan .......... 143
E. Perkembangan Pasca Natal .......................................... 145
F. Tahap-Tahap Kelahiran ................................................ 146
G. Pengaruh Kelahiran Terhadap Perkembangan Pasca
Lahir ............................................................................... 147
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 152
BAB 10 PERKEMBANGAN PADA MASA BAYI....................... 155
v
A. Pendahuluan .................................................................. 155
B. Perkembangan Kognitif ................................................ 156
C. Perkembangan Motorik ................................................ 160
D. Perkembangan Sosio-Emosional .................................. 163
DAFTAR PUSTAKA........................................................... 165
BAB 11 PERKEMBANGAN PADA ANAK PRA SEKOLAH .... 166
A. Pendahuluan .................................................................. 166
B. Definisi Anak Pra Sekolah ............................................ 167
C. Perkembangan Anak Pra Sekolah ................................ 168
DAFTAR PUSTAKA........................................................... 189
BAB 12 PERKEMBANGAN MASA USIA SEKOLAH ............... 190
A. Pengertian Anak Usia Sekolah ..................................... 190
B. Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah .................. 191
C. Hubungan Antara Aspek Perkembangan Anak Sekolah
Dengan Pembelajaran ................................................... 198
DAFTAR PUSTAKA........................................................... 202
BAB 13 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MASA REMAJA ..... 203
A. Pendahuluan .................................................................. 203
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pada Masa
Remaja ............................................................................ 205
C. Aspek Perkembangan Masa Remaja............................ 207
D. Kesimpulan .................................................................... 210
DAFTAR PUSTAKA........................................................... 211
BAB 14 PERKEMBANGAN PADA MASA DEWASA ............... 213
A. Pendahuluan .................................................................. 213
B. Pembagian Masa Dewasa ............................................. 214
C. Perkembangan Setiap Tahapan Masa Dewasa ........... 214
D. Perkembangan Psikologis Setiap Tahapan Dewasa ... 219
E. Perkembangan Sosioemosional .................................... 223
DAFTAR PUSTAKA........................................................... 225
BAB 15 PERKEMBANGAN MASA LANJUT USIA
(LANSIA) ............................................................................ 226
A. Pendahuluan .................................................................. 226
B. Tipe Lanjut Usia ............................................................ 227
C. Mitos Serta Stereotip Lansia ......................................... 228
D. Teori Perkembangan Lanjut Usia................................. 230
E. Perubahan Fisik Lansia ................................................. 234
vi
F. Aspek Kognitif Usia Lanjut .......................................... 237
G. Usia Lanjut dan Perawatannya .................................... 238
H. Terapi Modalitas pada Lansia...................................... 239
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 241
TENTANG PENULIS ..................................................................... 242
vii
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
viii
BAB
PSIKOLOGI DAN
1
PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN
1
2. Latar Belakang Historis Psikologis
a. Psikologi Pada Masa Pemikiran Filsafat
Ciri umum dari filsafat pada perkembangan
psikologi di era tersebut adalah pengembangan konsep-
konsep dasar tentang pikiran, persepsi, emosi, dan
kehendak bebas. Namun, kelemahan utama dari
pendekatan ini adalah kurangnya ketelitian dalam
pengujian hipotesis dan kesimpulan yang bersifat
spekulatif.pemikiran (Zan Pieter, and Lumongga Lubis
Namora, 2018)
2
dikenal sebagai zaman akal. Kemampuan manusia untuk
berpikir dinilai sangat tinggi dan digunakan untuk
mengembangkan pengetahuan. Pada masa Renaisans,
perhatian beralih dari pemahaman yang berpusat pada
Tuhan menjadi berpusat pada manusia, yang dikenal
sebagai sekularisasi atau kemanusiaan.dari kajian ini
dapat membantu kita untuk memahami perspektif
manusia dalam memahami kebenaran dan konteks
sejarah yang membentuknya. Oleh karena itu, penting
untuk terus melakukan kajian dan refleksi terhadap
pemikiran-pemikiran filsafat yang telah ada untuk
memperdalam pemahaman kita tentang kebenaran
manusia. Akhirnya, diterima bahwa kebenaran memiliki
sudut pandang yang berbeda. Saat ini, ilmu psikologi
mengalami kemajuan pesat dan dikenal sebagai zaman
kebangkitan psikologi. Bukti dari kontribusi zaman
Renaisans adalah munculnya kerangka berpikir
(metodologi berpikir) dan berbagai aliran psikologi.
Analisis terhadap pola pemikiran terkait dengan sistem
mekanistik dari interaksi manusia dengan alam semesta
akan mendorong manusia untuk berpikir secara rasional.
Banyaknya penelitian tentang pengetahuan telah
memunculkan metode ilmiah dalam berpikir. Cara
berpikir manusia semakin menekankan pada fakta-fakta
daripada pemikiran abstrak semata. Bidang psikologi
mulai menekankan pada pengalaman daripada asumsi
semata (Zan Pieter, and Lumongga Lubis Namora, 2018)
3
diri (kesadaran manusia) yang memberikan kekuatan
batiniah sebagai satu-satunya kekuatan yang dapat
diandalkan daripada kekuatan luar. Konsep tentang
aspek spiritual dan dimensi waktu dan ruang berasal dari
kekuatan batiniah. Kemudian, John Locke (1632-1704)
menekankan hal yang sama.Yang sangat tersohor pakai
teori "tabula rasa" mengemukakan bahwa waktu pribadi
dilahirkan dia mempunyai spirit yang zero ibaratkan
kertas putih zero, sah dan belum tersebut. Seiring pakai
perkembangannya bagian dalam lingkungan, kisah
jiwanya menjabat berkembang, tersebut, dan menyimpan
dinamika. Lingkungan yang menerimakan kontribusi
spirit seseorang, serupa liku-liku kehidupan. Segala
produk yang tersebut bagian dalam spirit menjabat ekses
liku-liku kehidupan, menginjak berusul yang paling
sederhana pegari yang paling rumit. Pengalaman
berwarna pengetahuan, tanggapan, dan perasaan.
Susunan liku-liku kehidupan berusul berusul sensation
dan reflection adalah kesadarn akan liku-liku kehidupan
yang diterima, tamsil waktu muncul kebakaran figur biru
yang Diasosiasikan bagian dalam semangat yang damai .
Kemudian oleh David Hume (1711-1776) filsafat John
Locke mengenai gelora pribadi diperkuatnya tambah
memperbesar sejumlah komponen gelora yang lain,
sehingga gelora pribadi diperkuatnya pakai memperbesar
sejumlah komponen gelora yang lain, sehingga gelora
pribadi terbentuk berpunca komponen sensation
reflection, impression (doktrin) dan ideas (ingatan).
Keempat komponen gelora ini saling berpegangan bagian
dalam perkembangan jiwa gelora pribadi. Impression of
sensation adalah respon suka duka kehidupan seseorang
yang mulai sejak berpunca inspeksi aparat penginderaan.
Impression of reflection ialah respon liku-liku kehidupan
yang mulai sejak daripada kesadaran. Hasil inspeksi bisa
memunculkan semangat perasaan. Ideas of sensation
adalah perlawanan liku-liku kehidupan yang
4
membangun dan menghinakan ingatan, parabel ibarat
kurun kita memperingati semangat sulit bagian dalam
suatu gaung yang racun kita ekspresikan serupa rupa
doktrin taku (Zan Pieter, and Lumongga Lubis Namora,
2018)
5
depresi Abraham berfokus pada konsep ganda fiksasi
libidinal dan perasaan ambivalensi dalam cinta pada
objek. Dalam sebuah artikel yang ditulis pada tahun 1911
dan diterbitkan pada tahun 1912, ia menjelaskan bahwa
depresi atau melankolik adalah reaksi hilangnya cinta
terhadap objek, seperti halnya depresi terhadap
kesedihan sekaligus ketakutan akan kecemasan
(Naisaban, 2004)
b. Aristoteles
Aristoteles lahir di Stagira di sebelah utara Yunani
pada tahun 384 ayah nya adalah dokter pribadi Aryntas II
raja Macedonia, pada umur 18 tahun ia mendaftarkan diri
pada akademi Plato pada tahun 437S M, ia adalah murid
Plato yang mengambil semua pengetahuan obyektif bagi
bidang kajiannya dan mengupayakan rancangan dan
eksposisi yang sistematis dalam ilmu, ia menulis tentang
logika, fisika, sejarah alam, psikologik, politik, etika, dan
seni. Aristoteles dipandang sebagai bapak pelopor
empirisme, yaitu satu pandangan bahwa semua
pengetahuan semua pengetahuan berasal dari kesanyang
diperoleh dari pengalaman sensori motorik. Pandangan
Aristoteles tentang psikologi sangat berpengaruh dan
mewarnai sebagian besar pemikiran para ahli tentang
perilaku manusia selama berabad abad. Menurut
Aristoteles pikiran pada waktu lahir tidak mempunyai ide
bawaan dan menyerupai tabula rasa (kertas putih bersih),
ia mengatakan bahwa ide atau gagasan diperoleh melalui
hubungan yang dekat (contiguity), dan kenyataan
menunjukkan bahwa beberapa ide berkaitan dengan ide
lainnya karena sesuai dengan keadaan ruang dan waktu.
Dalam bukunya De Anima ia mengemukakan bahwa
setiap benda di dunia memiliki dorongan untuk
bertumbuh dan menjadi sesuatu yang telah terkandung
dalam dirinya sendiri, ia mengatakan bahwa semua
Objek-objek yang ada di alam semesta berusaha untuk
menjadi sesuatu, oleh karena itu, sebelum objek itu
6
menjadi material, ini adalah satu-satunya
kemungkinan.Gagasan-gagasan di ataslah yang membuat
Aristoteles terkenal sebagai bapakpsikologi (Naisaban,
2004)
c. Plato (429-347 M)
Menurut Plato, konsep dunia ide adalah ajaran
utama Plato. Menurut Plato, jiwa merupakan bentuk
immaterial karena sudah ada dalam imajinasi sebelum
masuk ke dalam tubuh. Menurut Plato, jiwa hidup di dua
dunia: dunia perasaan (sensasi) dan dunia ide (pikiran,
yang merupakan kebenarannya). Plato membagi jiwa
menjadi dua dunia, yang pertama adalah dunia ide yang
diyakini jiwa ada selamanya. Dibebaskan dari keinginan
duniawi, selalu bebas. Dua indera dunia, atau tubuh-jiwa,
jiwa-tubuh, dapat melihat perubahan melalui indera.
Plato juga membagi jiwa menjadi tiga bagian, yaitu Plato
Tikotomo, di dalam tubuh: akal, kebijaksanaan dan
pemikiran di kepala, akan di hati (thumeticon), dan
keberanian dan pengalaman sakit perut (abdominal pain).
Intinya adalah orang yang bekerja dengan nalar memiliki
banyak keterampilan untuk dikembangkan, dan orang
yang bekerja dengan keinginan dan kebutuhan belajar
dan mengalami proses pengendalian diri dan menjadi
berani (Mauludi, 2016)
7
masalah yang berbeda dalam kehidupan nyata, sehingga
setiap orang dapat menghadapi masalah apapun yang
mereka hadapi, tetapi ternyata tidak mampu memahami
bahwa sebenarnya setiap orang memiliki kemampuan
untuk memecahkan segala macam masalah. Menurutnya,
pemahaman diri sangat penting bagi manusia karena
setiap orang memiliki kewajiban untuk mengenal dirinya
sendiri sebelum mencoba memahami sesuatu, misalnya
hal-hal lain di luar dirinya. (Daulay, 2015)
8
f. Allport (Floyd H. Allport)
Floyd Allport diakui sebagai pendiri
psikologisosial sebagai disiplin dalam dirinya sendiri,
teori paus, dan Mcdougall (1908) dan Ross (1908)
menunjukkan perlunya disiplin itu, tetapi ini tidak terjadi
sampai psikologi sosial Allport muncul. Sebuah buku dari
tahun 1924 yang secara konsisten berfokus pada
eksperimen dan konsep fungsional terkait hubungan
interpersonal. Allport terkenal tidak hanya karena buku
yang disebutkan, yang menjadikan cabang ilmu ini
sebagai disiplin, tetapi juga karena kontribusinya yang
berkelanjutan pada teori dan penelitian di bidang
psikologi sosial ini. Karya awal Allport tentang
metodologi ini sangat dalam dan ekstensif, dan masih
digunakan dalam kelompok eksperimen, dan penelitian,
untuk mengukur sikap, dan memantau perilaku. Bakat
terbesarnya setidaknya ada di bidang teori dan penelitian,
dua tokoh yang sangat mempengaruhi perkembangan
intelektual Floyd Allport semasa kuliah di Harvard
University adalah Edwin Bisell Holt dan Hugo
Munsterberg. Dari Holt ia menerima kebijaksanaan
epistemologi, pemahamannya tentang sains dan perilaku
sosial. Dari Munsterberg dia belajar keterampilan
eksperimental yang tepat untuk menggunakan konsep
dalam penyelidikan penelitian (Naisaban, 2004)
4. Aliran Psikologis
a. Psikoanalisis
Sigmund Freud mengembangkan kursus
psikoanalisis tentang struktur pikiran manusia untuk
memperbaiki masalah kesehatan mental manusia. Ajaran
utama psikoanalisa adalah:
Id, Ego, Superego. Yaitu kepribadian dengan
prinsip kesenangan yaitu mementingkan diri sendiri,
tidak bermoral dan tidak mau mengetahui kenyataan,
kepribadian ini dipengaruhi oleh naluri yaitu eros
(pemeliharaan hidup) dan thanatos (pemusnahan
9
pembunuhan, peperangan).Realitas atau realitas, ego ini
menjadi perantara antara keinginan hewani dan realitas
sehingga ego membuat manusia menjadi lebih rasional.
Super Ego adalah penjara moral atau hati nurani, merasa
ingin mengetahui kenyataan untuk menekan keinginan,
yang tidak berbeda dengan alam bawah sadar (Wardani
et al., 2022).
b. Behaviorisme
Behaviorisme dikembangkan oleh John B. Watson.
Aliran behaviorisme hanya mengkaji perilaku yang
tampak dan terukur, aliran ini disebut juga teori belajar,
karena perilaku manusia dibentuk oleh hasil belajar.
Ajaran utama aliran ini berkaitan dengan perilaku tanpa
mengangkat konsep kesadaran. Ada dua jenis perilaku
manusia, yaitu perilaku terbuka dan perilaku tertutup.
Perilaku terbuka dapat diukur secara objektif, seperti.
Kebiasaan dan hasil belajar. Perilaku yang tepat dipelajari
melalui gerakan tubuh, proses berpikir dan emosi.
Behaviorisme menegaskan bahwa rangsangan dan
tanggapan mempengaruhi kehidupan manusia dan tidak
melibatkan proses berpikir dan pengalaman manusia
(Wardani et al., 2022).
c. Gestalt
Aliran gestalt ini dikembangkan oleh Max
Werthimer yang menaruh perhatian pada tingkah laku
dan pengalaman secara keseluruhan, biasanya aliran ini
berkembang pada bidang observasi dan pembelajaran
(Wardani et al., 2022) .
d. Psikologi Humanistik
Aliran ini dikembangkan oleh Abraham Maslow,
yang berpendapat bahwa manusia adalah makhluk
kreatif yang dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu. Aliran
ini berkaitan dengan kebahagiaan, kebaikan, kasih sayang
dan berbagi, yang dikenal sebagai teori aktualisasi diri
humanistik dan hierarki kebutuhan manusia, seperti,
10
kebutuhan fisiologis: Gaji, makan, minum, pakaian,
rumah dan lain-lain. Kebutuhan keamanan seperti:
Lingkungan yang terorganisir dan legal. Kebutuhan
untuk dicintai dan dihargai seperti itu Perasaan saling
menghargai, menghargai dan menyayangi dalam
lingkungan keluarga atau rumah. kebutuhan aktualisasi
diri seperti. Anda memiliki kesempatan dan kebebasan
untuk mencapai tujuan anda (Wardani et al., 2022).
e. Psikologi Kognitif
Aliran ini dikembangkan oleh Kurt Lewin seiring
dengan perkembangan psikologi sosial, dimana manusia
bukanlah makhluk yang pasif yang dibimbing oleh
lingkungan, melainkan makhluk yang memikirkan
lingkungan. Aliran ini memandang manusia sebagai
makhluk aktif yang rasional dan mengembalikan unsur
jiwa pada manusia itu sendiri (Wardani et al., 2022)
b. Psikologi Khusus
Psikologi khusus adalah cabang ilmu psikologi
yang mempelajari kekhasan fungsi mental manusia, hal-
hal khusus yang berbeda dengan hal-hal umum. Menurut
Atkinson dan Hilgrad (1983), psikologi profesional dapat
dibagi lagi menjadi :
1) Psikologi eksperimen ; Psikolog menggunakan metode
eksperimental untuk mempelajari bagaimana orang
bereaksi terhadap rangsangan sensorik, belajar,
mengingat, bereaksi secara emosional dan termotivasi
untuk bertindak.
11
2) Psikologi Perkembangan Manusia
Psikologi yang menekankan perkembangan manusia
dan berbagai faktor yang membentuk perilaku sejak
lahir hingga remaja. Psikologi perkembangan
mengkaji proses perkembangan. Orang dan transisi
pada masa bayi, masa kanak-kanak, remaja dan
dewasa. Studi tentang perkembangan manusia
menggunakan metode ilmiah untuk mendeskripsikan
dan menjelaskan bagaimana manusia tumbuh dan
berkembang dari waktu ke waktu sejak lahir hingga
dewasa (Rahmat, 2021)
12
B. Konsep Dasar Psikologi Perkembangan
1. Pengertian Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan adalah cabang psikologi
yang mempelajari tahapan pertumbuhan dan perkembangan
manusia. Psikologi berasal dari kata Psyche yang berarti jiwa,
dan Logos yang berarti ilmu pengetahuan, sehingga
psikologi dapat digambarkan sebagai ilmu yang mempelajari
jiwa manusia terutama perkembangan fisik dan psikisnya.
Perkembangan merupakan konsep psikologis yang sangat
kompleks karena mencakup banyak dimensi, perkembangan
dapat digambarkan sebagai pertumbuhan, kedewasaan,
perubahan. Istilah perkembangan mengacu pada
serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat
dari proses pematangan dan pengalaman, artinya
perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa inci
tinggi badan seseorang, tetapi banyak struktur dan fungsi
yang kompleks. Pada hakikatnya, dalam perjalanan hidup,
dua proses perkembangan yang berlawanan terjadi dalam
waktu yang bersamaan, yaitu pertumbuhan atau
perkembangan dan kemunduran atau involusi Muyassaroh
et al., 2022)
13
tidak. Banyak anak dapat mengucapkan 10 kata pada
saat mereka berusia satu setengah tahun sementara
yang lain tidak bisa.
3) Pelajari perilaku anak-anak di lingkungan tertentu
yang menimbulkan respons berbeda. Misalnya,
seorang anak yang mudah frustasi dengan lingkungan
sosialnya saat jauh dari rumah, atau sebaliknya.
4) Psikologi perkembangan, seperti ilmu atau disiplin
ilmu psikologi lainnya, pertama-tama berupaya
mempelajari anomali dalam perilaku yang dialami
seseorang, seperti B. Kejahatan, kriminalitas, anomali
fungsi intelektual, dan lain-lain (Muri’ah and Wardan,
2020)
14
menghadapi kehidupan sosial baru remaja dan lebih
mudah beradaptasi dengan lawan jenis di masa
dewasa (Muri’ah and Wardan, 2020).
15
atau kurang penting dari periode lainnya (Daud et al.,
2021)
b. Development is Multidimensional
Perkembangan terjadi dalam banyak dimensi
(multidimensional). Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan manusia dapat berlangsung dalam
dimensi biologis, psikologis dan sosial. Misalnya,
kematangan emosi seorang anak berusia 5 tahun yang
tampak sangat cerdas mungkin tidak seimbang dengan
kecerdasannya, karena setiap dimensi dapat berkembang
secara berbeda (Daud et al., 2021)
c. Development is Multidirectional
Perkembangan terjadi lebih dari satu arah
(multidimensi), ketika kapasitas meningkat di satu
bidang, seseorang dapat secara bersamaan mengalami
penurunan di bidang lain, sebagian besar anak tumbuh
dalam satu arah, yaitu. H. to growth, baik dari segi ukuran
maupun kemampuan, adalah orang dewasa yang
kemampuannya untuk tumbuh dan mengambil
keputusan menurun. Misalnya, seorang anak memiliki
hobi sepak bola dan dapat berlatih dalam waktu yang
cukup lama, melainkan seorang atlet tua yang tidak dapat
berlari cepat dapat memilih pelatih atau bandar olahraga
(Daud et al., 2021)
16
agar orang tua merawat mereka agar bayi tersebut dapat
melanjutkan hidupnya(Daud et al., 2021)
17
g. Development is Influenced by the Historical and Cultural
Context
Tidak hanya orang yang memiliki pengaruh, tetapi
juga konteks sejarah dan budaya. Misalnya seorang anak
yang terbiasa hidup bebas dapat memberontak di
lingkungan yang layak, contoh lainnya adalah anak yang
diasuh di negara-negara konflik lebih banyak
mengembangkan anak-anak yang penuh inisiatif dan
mandiri untuk menjaga perlindungannya, dibandingkan
dengan anak-anak di negara bebas konflik (Daud et al.,
2021)
18
DAFTAR PUSTAKA
Daud, M.D., Novita Siswanti, D., Maulidya Jalal, N., 2021. Buku Ajar
Psikologi Perkembangan Anak. Prenada Media.
19
BAB
TEORI-TEORI DALAM
2
PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN
A. Pendahuluan
Teori perkembangan merupakan asumsi dasar yang
digunakan untuk melihat dan menggambarkan perilaku
manusia, yang menjelaskan terkait analisa ilmiah dari
perubahan tingkah laku seseorang selama hidupnya. Tujuan
utama dari psikologi perkembangan adalah untuk
mengumpulkan informasi penting terkait perkembangan
manusia dari sebuah pengamatan. Hal tersebut akan mencakup
mengenai kemajuan serta perilaku manusia.
Psikologi perkembangan merupakan salah satu bidang
ilmu yang memfokuskan kajian dan pembahasannya mengenai
perubahan tingkah laku proses perkembangan dari masa
konsepsi (pra-natal) sampai mati. Para ahli psikologi
perkembangan melakukan studi tentang perubahan tingkah
laku dalam semua siklus kehidupan individu.
Dalam psikologi perkembangan terdapat beberapa grand
teori yang menjelaskan tentang perilaku manusia. Masing-
masing teori tersebut melihat perkembangan dari perspektif
yang berbeda-beda, perbedaan perspektif tersebut membuat
kajian dan alat untuk mempelajari proses perubahan perilaku
individu.
20
Konsep dasar dalam psikologi perkembangan adalah
bahwa setiap perubahan yang dialami individu menuju pada
tingkat kedewasaannya atau kematangannya berlangsung
secara sistematis, progresif, serta berkesinambungan baik secara
fisik maupun psikisnya.
Yang dimaksud dengan sistematis, progresif dan
berkesinambungan adalah
1. Sistematis, perubahan dalam perkembangan itu bersifat
saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara
bagian-bagian organisme (fisik dan psikis) dan merupakan
satu kesatuan yang harmonis.
2. Progresif, perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat
dan mendalam (meluas) Baik secara kuantitatif (fisik)
maupun secara kualitatif (psikis)
3. Berkesinambungan, perubahan pada bagian atau fungsi
organisme berlangsung secara berurutan atau berurutan,
tidak terjadi secara kebetulan dan loncat-loncat.
21
1. Periode Pra Berdirinya Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Yunani kuno yang
memiliki arti jiwa dan kata sehingga diartikan keilmuan yang
mempelajari tentang jiwa atau mental. Psikologi bersifat
abstrak. Akan tetapi, sifat ini memiliki batasan pada
manifestasi dan ekspresi dari jiwa. Sifat itu berupa tingkah
laku atau proses melakukan suatu kegiatan. Sehingga
psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang perilaku dan proses kejiwaan manusia.
Psikologi memiliki kisah perjalanan yang panjang,
bahkan sebelum Wundt mendeklarasikan tentang
laboratoriumnya pada tahun 1879 yang dipandang sebagai
kelahiran psikologi sebagai ilmu. Psikologi dapat dikatakan
sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa.
Berdasarkan pandangan tersebut, sejarah psikologi dibagi
menjadi beberapa periode dengan para tokoh ahli
didalamnya.
Pra psikologi juga merupakan periode dimana
psikologi belum dijadikan sebagai keilmuan, atau juga masih
menjadi dasar pemikiran- pemikiran yang menjadi dasar
terbentuknya psikologi. Hasil pemikiran- pemikiran kritis
terhadap hubungan manusia dengan lingkungannya yang
memunculkan suatu pola tingkah laku khusus inilah yang
menjadi daya tarik Wundt untuk mendalami lebih lanjut
hubungan ketiganya sehingga muncul istilah psikologi.
Psikologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang
kejiwaan manusia dan tingkah lakunya sebagai respon kaitan
dengan lingkungan tempat tinggalnya.
2. Psikologi Sebagai Ilmu yang Otonom
Pada akhir abad ke 19, merupakan babak baru dalam
sejarah psikologi. Tahun 1879 Wilhem Wundt mendirikan
sebuah laboratorium psikologi pertama sebagai titik awal
perkembangan sejarah psikologi. Laboratorium Wundt
didirikan di Leipzig. Wundt juga memperkenalkan metode
introspeksi yang digunakan dalam penelitian- penelitiannya.
Dia juga dikenal sebagai tokoh penganut strukturalisme
22
karena mengungkapkan teori yang menguraikan struktur
dari jiwa. Wundt percaya bahwa jiwa terbentuk dari elemen-
elemen. Kemudian, memiliki mekanisme penting yang
menghubungkan antar elemen kejiwaan sehingga
membentuk struktur jiwa yang utuh dan disebut asosiasi.
Oleh karena itu Wundt juga disebut sebagai tokoh sosialisme.
Kemudian, Edward bradford Titchener mencoba
menyebarluaskan ajaran dari Wundt ke Amerika. Namun
orang Amerika kurang menyukai teori Wundt dan
menganggapnya terlalu abstrak dan sulit diterapkan secara
langsung. Mereka akhirnya membentuk aliran sendiri yang
disebut fungsionalisme dengan tokoh tokoh seperti William
james, dan James Mc Keen Cattel. Aliran ini lebih berfokus
pada fungsi jiwa dari pada strukturnya. Cattel menemukan
teknik evaluasi psikologi berupa psikotes yang merupakan
bukti bahwa orang Amerika cukup pragmatis. Meskipun
sudah pragmatis, namun aliran fungsionalisme masih
dianggap terlalu abstrak. Sarjana Amerika menghendaki agar
psikologi mempelajari hal hal yang objektif dan dapat dilihat.
John Broades Watson merupakan pelopor dalam hal ini yang
kemudian dikembangkan oleh Edward Chase Tolman dan
B.F Skinner.
Selain di Amerika, di Jerman sendiri Wundt mulai
mendapatkan kritikan dan koreksi. Oswald Kulpe
merupakan salah satu murid Wundt yang kurang puas
terhadap ajarannya dan kemudian menciptakan aliran
sendiri. Dia menolak anggapan Wundt bahwa berpikir itu
selalu dalam pikiran atau bayangan. Kulpe berpendapat
bahwa bila tingkat berpikir yang semakin tinggi, tidak akan
menyerupai bayangan, melainkan pemikiran yang tidak
terbayangkan.
Di Eropa muncul aliran gestalt. Aliran Gestalt menolak
ajaran Wundt yang berfokus pada elemen elemen dan
berpendapat bahwa gejala kejiwaan perlu dilihat sebagai
suatu hal yang bersifat keseluruhan dan tidak dapat dipecah-
pecah menjadi bagian. Krueger pada tahun 1924
23
mengenalkan istilah Ganzheit yang disebut hampir sama
dengan aliran gestalt, meskipun Krueger menyebutkan
bahwa Ganzheit merupakan bentuk pengembangan dari
Gestalt. Krueger berpendapat bahwa teori Gestalt terlalu
berfokus pada persepsi objek. Hal ini menjadi keraguan
karena penghayatan yang menyeluruh adalah hal utama
terhadap ruang dan waktu. Sehingga tidak dilihat
berdasarkan persepsi saja.
Perkembangan teori psikologi menurut Gestalt
berkembang dari field teori atau teori lapangan oleh Kurt
lewin. Mulanya Lewin tertarik dengan faham yang dianut
oleh gestalt, namun kemudian dia memberikan kritik karena
dianggap tidak adekuat. Lewin kemudian mengembangkan
psikologi kognitif di Amerika Serikat sebagai langkah
lanjutan. Psikologi kognitif merupakan gabungan dari aliran
behaviorisme dan aliran Gestalt yang dibawa pada tahun
1940- an. Aliran psikologi kognitif berfokus pada proses-
proses pusat seperti sikap, harapan, dan ide dalam
membentuk tingkah laku.
Kognitif diartikan sebagai sesuatu yang terjadi di alam
sadar/ kognisi. Salah satu tokoh psikologi kognitif antara lain
adalah L. Fertinger. Psikoanalisa kemudian lahir membawa
pengaruh yang besar dalam perkembangan psikologi hingga
saat ini. Psikoanalisa menjelaskan hal hal yang juga tidak
tampak dari luar dan secara khusus berusaha menjelaskan
apa yang ada di dalam kesadaran manusia.
3. Perkembangan Psikologi Modern
Sejarah perkembangan psikologi berisi mengenai
pendapat- pendapat para tokoh- tokoh sejarah ilmu jiwa yang
menjelaskan mengenai kejiwaan. Terbentuknya psikologi
modern tidak terlepas dari pengaruh para tokoh- tokoh
psikologi di masa lalu. Aliran modern yang muncul pada
perkembangan psikologi adalah strukturalisme.
Strukturalisme ini adalah awal munculnya pernyataan
psikologi sebagai disiplin ilmu yang bersifat otonom dan
dibangun menggunakan laboratorium penelitian. Namun
24
karena banyaknya pendapat dan pertentangan maka
munculnya banyak aliran-aliran psikologi lainnya, yaitu:
fungsionalisme, behaviorisme, gestalt psychology,
psikoanalisis, humanistic psychology.
Berikut ini diuraikan mengenai aliran- aliran tersebut:
a. Strukturalisme
Psikologi pertama kali dikembangkan di
laboratorium Wundt sebagai bapak pendirinya. Dengan
meneliti filosofi- filosofi yang terkait dengan kejiwaan dan
mencapai tujuan untuk memajukan ilmu pengetahuan.
Metode introspeksi digunakan secara eksperimental
untuk melakukan penelitian secara analisis. Tujuannya
untuk menentukan pengalaman kesadaran dengan
mengobservasi dan menganalisis unsur- unsur tertentu.
Strukturalisme ini mempelajari psikologi unsur- unsur
yang sudah disusun.
b. Fungsionalisme
Pelopor aliran Fungsionalisme adalah William
James. James beranggapan bahwa pendapat Wundt keliru
apabila percobaannya lebih berpusat pada penemuan
struktur dan bukan kesadaran atau respon manusianya.
Aliran ini beranggapan bahwa kelangsungan hidup
seseorang merupakan jiwa hubungannya dengan
lingkungan. Secara dinamis, aliran ini juga merupakan
proses mental terjadinya aktivitas psikologi tujuan dan
fungsi.
c. Behaviorisme
Behaviorisme masuk sebagai gerakan atau aliran
psikologi yang kuat dan cukup berpengaruh. Pendiri
aliran behaviorisme ini adalah John B. Waston. Aliran ini
fokus pada gejala- gejala kesadaran atau di bawah alam
sadar. Akan tetapi, masih sesuai dengan tugas psikologi
yang berusaha mengamati bentuk tingkah laku dan
bagaimana tingkah laku seseorang dikendalikan. B. F.
Skinner menyatakan bahwa lingkungan merupakan kunci
25
penyebab terbentuknya suatu tingkah laku atau respon
manusia. Untuk dapat lebih dalam memahami manusia,
maka kita perlu melihat lingkungan manusia itu hidup.
d. Gestalt Psychology
Aliran ini merupakan suatu bentuk pandangan
yang terstruktur atau strukturalisme. Pemikiran Gestalt
membentuk suatu pola, atau dasar sebagai unit kesatuan
sedangkan alat yang mendasarinya adalah persepsi dari
hasil pengamatan.
e. Psikoanalisa
Aliran ini muncul pada tahun 1900- an. Psikologi
dikembangkan awalnya dari dasar- dasar tinjauan klinis-
psikiater dari aliran psikoanalisa. Psikoanalisa diawali
oleh Sigmund Freud seorang psikiater dari Australia.
Pengobatan dilakukan untuk pasien dengan gangguan
kejiwaan dan teori kepribadian itu muncul sebagai
pendekatan psikoterapi dari berbagai pasien dengan
gangguan mental yang berbeda.
f. Humanistic Psychology
Aliran humanistik merupakan bantahan dari
kekurangan kekurangan yang ada di aliran behaviorisme
dan psikoanalisis. Aliran humanistik ini didasarkan pada
pengalaman masa lalu yang memiliki pengaruh pada
pembentukan kepribadian manusia yang berbeda- beda.
Namun tetap perlu diakui bahwa keinginan
manusia untuk bebas dalam membuat keputusan bagi
dirinya juga merupakan penentu pembentukan
kepribadian dirinya sendiri. Humanisme lebih
menitikberatkan pada perkembangan manusia dengan
faktor subjektif seperti gambaran diri seseorang, penilaian
akan tingkah laku, pengamatan terhadap respon, cita- cita
ideal, dan lainnya.
Keenam aliran besar ini diuraikan menjadi konsep
keilmuan psikologi yang menunjukkan perkembangan
dalam mempelajari kejiwaan manusia. Para psikolog yang
26
tidak menganut aliran ini akan mengembangkan
atau menggunakan teori psikologi lainnya. Teori
psikologi terpilih memiliki sifat yang lebih objektif guna
melengkapi dan menyempurnakan pemahaman dari
masing- masing teori psikologi.
C. Teori Perkembangan
1. Teori Perkembangan Locke Dan Rousseau
a. Teori Awal : Preformasionisme
Dua pelopor besar dalam psikologi anak adalah
Locke dan Rousseau. Locke adalah bapak
environmentalisme dan teori belajar, para penerus mereka
adalah ilmuan-ilmuan besar seperti Pavlov dan B.V
Skinner. Sementara Rousseau adalah bapak bagi tradisi
developmentalisme di dalam psikolog, pengikutnya
adalah Gessel. Montessori, Werner dan Piaget. Baik Locke
dan Rousseau membuat pemisahan radikal dari
pandangan awal yang disebut preformasionisme.
(william C, 2007).
27
1) Preformasionisme
Selama berabad-abad yang lalu, manusia
melihat anak-anak sebagai makhluk yang sudah
berbentuk utuh, sebuah miniatur orang dewasa. Aries
(1960) melukiskan pandangan ini mendominasi
seluruh abad pertengahan. Lukisan-lukisan abad
pertengahan contohnya, selalu menggambarkan anak-
anak-bahkan yang baru lahir-dengan proporsi tubuh
dan ciri-ciri wajah manusia dewasa. Anak-anak
berbeda hanya dalam ukuran seakan mereka sudah
dibentuk sebelumnya (pre-formed) dalam cetakan
orang dewasa.
Secara sosial, anak-anak abad pertengahan juga
diperlakukan layaknya orang dewasa. Pada usia enam
atau tujuh tahun mereka sudah boleh memasuki
kumpulan orang dewasa, seperti bekerja, bergaul dan
bermain dengan orang-orang dewasa. Di dalam sains,
preformasionisme sangat mencolok di teori-teori awal
embriologi. Selama berabad-abad, banyak ilmuwan
percaya bahwa sosok manusia kecil yang sudah
terbentuk sempurna, disebut homunculus,
dicangkokkan di dalam sperma atau sel telur saat
bersatu.
Mereka percaya bahwa manusia ‘sudah
dibentuk’ dalam penciptaan instan dan baru bisa
tumbuh dengan ukuran dan proporsi yang besar
sampai dilahirkan.
Preformasionisme di dalam embriologi berasal
dari abad kelima sampai dengan mendominasi
pemikiran ilmiah secara berabad-abad, bahkan di abad
delapan belas, banyak ilmuwan masih memegang
pandangan preformasionisme. Para ilmuwan
mengakui bahwa kalau tidak ada bukti bagi
keberadaan homunculus yang sudah berbentuk, namun
mereka berkilah kalau ini disebabkan ukuran terlalu
28
transparan dan kecil untuk bisa dilihat. (William, C,
2007).
Di dalam embriologi, preformasionisme mulai
ditinggalkan di paruh terakhir abad delapan belas, saat
penelitian mikroskopis memperlihatkan kalau embrio
berkembang lewat serangkaian tahapan. Di dalam
pemikiran sosial eropa, preformasionisme sudah surut
lebih awal, sekitar abad enam belas, ketika para
pemuka agama dan kaum moralis mulai menekankan
kualitas-kualitas istimewa anak-anak. Menurut
beberapa dari mereka, anak-anak masuk ke dunia
dengan kemurnian dan kesucian yang diberikan
Tuhan namun terkorupsi. Sementara yang lain
menganggap bahwa anak-anak sudah mengusung
dosa asal manusia pertama. Anak-anak, menurut
mereka, adalah makhluk yang tidak tahu apa-apa,
yang hanya memiliki kesusilaan dan moralitas. (aries,
1960).
2) Environmentalisme Locke
a) Pengantar Biografis
Pada abad enam belas, preformasionisme
mulai membuka jalan menuju posisi yang lebih
environmentalistik, minimal di ranah pemikiran
sosial.
Anak-anak menurut pandangan baru ini,
tidak dilahirkan seperti orang dewasa, melainkan
menjadi dewasa lantaran pengasuhan dan
pendidikan yang mereka terima. Teori Locke
sangat cocok dengan pemikiran liberal dan
demokratis pencerahan. Jika anak-anak pada
dasarnya hanyalah organisme kosong, maka itu
berarti mereka lahir dalam kondisi yang setara.
Locke lahir di sebuah desa kecil Somerset,
Inggris, dari seorang ibu yang sangat baik, dan
penyayang, dan seorang ayah yang keras. Ayah
Locke, yang memihak parlemen di dalam perang
29
sipil melawan Raja Charles I, adalah orang pertama
yang membisikkan keyakinan akan demokrasi
dalam dirinya. Locke menjalani pendidikan di
Oxford, yang kemudian dipercaya mengajar filsafat
Yunani dan filsafat moral.
30
akan menjadi kebiasaan yang alamiah, dan kita
akan langsung merasa tidak nyaman jika suatu saat
gagal melakukannya.
c) Belajar lewat proses imitasi kita cenderung
melakukan apa yang kita lihat dilakukan orang
lain, sehingga model yang ada mempengaruhi
karakter kita. Jika kita sering kali melihat orang-
orang yang suka bertengkar, maka kita akan
menjadi orang yang suka bertengkar juga; apabila
kita lebih akrab dengan pikiran-pikiran terhormat,
kita pun akan terhormat nantinya.
31
Teori Rousseau mengenai perkembangan
manusia. Masa kanak-kanak memiliki tempat yang
sangat istimewa di dalam rangkaian hidup manusia.
Kendatipun demikian kita tidak banyak tahu akan hal
itu, menurut Rousseau tahap utama dalam
perkembangan manusia terjadi empat bagian :
a) Masa Bayi (usia Nol sampai 2 Tahun). Bayi
mengalami dunia langsung lewat indranya. Mereka
tidak mengetahui ide atau pemikiran apapun;
mereka hanya sekedar mengalami rasa enak dan
rasa sakit. Meskipun demikian, bayi sangat aktif,
penuh ingin tahu dan cepat sekali belajar. Secara
konstan mereka berusaha menyentuh segala
sesuatu yang bisa diraih, dan dengan
melakukannya mereka belajar tentang rasa panas,
dingin, keras, lembut serta sifat-sifat objektif
lainnya.
b) Masa kanak-kanak (usia 2 sampai 12 tahun). Tahap
ini dimulai ketika anak-anak mendapatkan sebuah
independensi baru; mereka sekarang bisa berjalan,
berbicara, makan sendiri, serta berlari kesana
kemari. Yang pasti mereka mengembangkan
kemampuan-kemampuannya dengan cara mereka
sendiri.
Selama tahapan ini, anak-anak mulai
memiliki sejenis rasio tertentu, namun bukan rasio
yang sanggup menghadapi kejadian-kejadian yang
jauh atau abstraksi-abstraksi. Lebih tepatnya jenis
rasio ini terikat langsung pada pada gerakan tubuh
dan indra.
c) Masa kanak-kanak Akhir (usia 12 sampai 15 tahun).
Tahap ketiga adalah masa transisi antara kanak-
kanak dan dewasa, selama periode ini anak-anak
memperoleh sejumlah besar kegiatan fisik; mereka
bisa memotong kayu, mendorong gerobak dan
melakukan pekerjaan orang dewasa. Di awal tahap
32
ketiga, anak-anak pada kodrat masih berwatak
prososial. Artinya kepedulian utama mereka adalah
apa saja yang diperlukan dan berguna bagi diri
sendiri, dan sedikit sj mereka memiliki minat
terhadap hubungan-hubungan sosial.
d) Tahap Dewasa. Anak-anak menjadi makhluk yang
sepenuhnya sosial, dimulai dari masa pubertas.
Rousseau menyatakan bahwa pubertas dimulai
pada usia 15 Tahun, suatu usia yang lebih lambat
dibanding kondisi kita sekarang. Tubuh mengalami
perubahan-perubahan, perubahan temperamen
yang sering kali mengkristal dalam kemarahan dan
sebuah pengendalian terus menerus terhadap
pikiran serta mereka mulai tertarik untuk
membutuhkan orang lain.
33
Gesell menulis tentang cara mengasuh anak
menyarankan sebuah pendekatan yang berpusat kepada
anak. Gesell sangat terkenal sebagai ‘dokter bayi’ di awal
tahun 1940-an. Prinsip perkembangan menurut Gesell,
dipengaruhi dua faktor utama. Pertama adalah produk dari
lingkungannya. Namun yang lebih fundamental lagi,
menurut Gesell perkembangan anak berasal dari dalam,
yaitu antara aksi gen-gen tubuhnya. Dia menyebut sebagai
Proses Kematangan.
Prinsip yang kedua menurut Gesell dalam
perkembangan dikelompokkan menjadi tiga wilayah :
a. Jalinan Timbal-balik. Manusia dibangun di atas dasar
yang bersifat bilateral; kita memiliki dua belahan otak,
dua mata, dua tangan, dua kaki dan seterusnya. Tindakan
kita juga memiliki kualitas yang dualistik, seperti
meluruskan dan melipat kaki. ‘jalinan timbal-balik’
mengacu pada proses perkembangan dimana dua
kecenderungan secara bertahap meraih pengorganisasian
yang efektif.
34
3. Teori Etologis Darwin
Charles darwin (1809-1882) lahir di dalam keluarga
Inggris terpandang. Kakeknya, erasmus Darwin, adalah
seorang dokter, penyair dan seorang filsuf terkenal,
sementara ayahnya juga seorang seorang dokter yang cakap.
Darwin muda, kontrasnya, tidak memiliki cita-cita luhur
generasi pendahulunya.
Darwin belajar kedokteran sebentar, kemudian teologi
di Cambridge, namun kemampuannya biasa-biasa saja.
Meskipun begitu, dia memiliki sifat yang tidak mau kalah
dan berhasil membuat beberapa profesornya di cambridge
terkesan, khususnya mereka yang juga mempunyai hobi
berburu dan dunia hewan liar.
Salah satu profesornya, John Henslow,
merekomendasikan darwin sebagai naturalis di kapal HMS
Beagle yang berpetualangan ke belahan-belahan dunia yang
belum dikenal. Petualangan ini yang memampukan darwin
melakukan beberapa observasi, dan pada akhirnya
membimbing dia menemukan teori evolusinya. Ketika
Darwin mengenai fosil-fosil dan variasi-variasi di antara
spesies yang ada, Darwin menyimpulkan bahwa beragam
spesies baru telah mati atau berubah untuk memenuhi
persyaratan lingkungan mereka yang berubah.
Teori Darwin lebih terkenal yang menyatakan bahwa
terdapat variasi luar biasa di setiap spesies makhluk hidup,
dan hanya spesies berubah hanya karena beberapa anggota
mampu bertahan hidup lebih lama.
Evolusi dan embriologi menurut Darwin bahwa
penemuan-penemuan embriologi sangat bersesuaian dengan
teori evolusi, secara khusus dia mencatat bahwa embrio
sangat mirip dalam bentuk awal mereka, yang kemungkinan
besar menyiratkan asal-usul dari nenek moyang yang sama.
Darwin meyakini bahwa seleksi alam di aplikasikan bukan
hanya kepada sifat-sifat fisik (seperti warna kulit) namun
juga beragam jenis tingkah laku. Karena itu, layak kalau
Darwin disebut ekologi pertama-sebutan yang diberikan
35
para biolog bagi mereka yang mempelajari tingkah laku
hewan dari perspektif evolusi.
36
anak-anak yang lebih besar atau orang dewasa, hanya
berpikir dengan cara yang seluruhnya berbeda dari mereka.
Teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh
Piaget menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan
menginterpretasikan objek serta kejadian-kejadian yang ada
di sekitarnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan
lingkungannya untuk berkembang, namun mereka lah – jadi
bukannya lingkungan eksternal – yang membengun struktur
kognitif baru dalam dirinya.
Anak-anak akan membangun aktivitas mereka sendiri,
membangun struktur-struktur kognitif yang semakin
berbeda dan komprehensif. Jean Piaget membagi beberapa
tahapan perkembangan anak dalam dua periode sebagai
berikut :
Periode I : kepandaian Sensori – Motorik (lahir-2
Tahun), periode ini terdiri dari enam tahapan.
a. Tahap 1 (lahir-1 bulan): Menggunakan refleks-refleks
Ketika Piaget membicarakan struktur tindakan bayi
ini menggunakan istilah skema. Sebuah skema bisa
menjadi pola tindakan apapun untuk menghadapi
lingkungan, seperti menatap, menggenggam, memukul
dan menendang.
Meskipun bayi mengkonstruksi skema-skema
mereka dan kemudian menstrukturkannya lewat
aktivitas-aktivitas mereka sendiri, skema-skema pertama
mereka utama terdiri atas refleks-refleks bawaan. Refleks
yang paling jelas adalah refleks menghisap; bayi otomatis
menghisap kapanpun mereka disentuh. Mereka tidak
hanya pasif
Lebih jauh lagi, ketika bayi-bayi lapar, mereka tidak
hanya pasif menunggu ibunya menyodorkan ASI ke
mulutnya, bayi tidak membatasi diri hanya pada
menghisap puting susu. Anak-anak piaget juga
menghisap pakaian, bantal, selimut dan jari mereka
sendiri – apapun yang mereka temui.
37
b. Tahap 2 (1-4 bulan) : Reaksi-reaksi Sirkuler Primer
Reaksi sirkuler terjadi ketika bayi menghadapi
sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulangi.
Contoh yang paling mencolok adalah menghisap jempol.
Secara kebetulan, tangan si bayi bersentuhan dengan
mulutnya, dan ketika tangan itu jatuh, si bayi akan
membawanya kembali. Kebanyakan reaksi sirkular
primer melibatkan pengorganisasian dua tindakan atau
gerakan tubuh yang sebelumnya terpisah, reaksi sirkular
menyediakan ilustrasi yang baik tentang yang
dimaksudkan piaget dengan perkembangan intelektual
sebagai ‘proses konstruksi’. Bayi secara aktif melakukan
bersama-sama gerakan dan skema tindakan yang
berbeda-beda. Sangat penting untuk menekankan jumlah
kerja yang mereka lakukan. Bayi-bayi berusaha
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang terpisah
hanya setelah mengulang banyak kegagalan.
38
d. Tahap 4 (10 – 12 Bulan) : Koordinasi Skema-skema
Sekunder.
Pada tahap 3 di atas, bayi menunjukkan satu
tindakan tunggal untuk mencapai sebuah hasil – sebagai
contoh, menendang untuk membuat boneka-boneka yang
bergantungan di atasnya bergerak-gerak. Pada tahap 4,
tindakan bayi menjadi lebih terbedakan; dia belajar
mengkoordinasikan dua skema terpisah demi
mendapatkan suatu hasil. Pencapaian baru ini paling
tampak ketika bayi berhadapan dengan rintangan-
rintangan. Sebagai contoh, suatu hari laurent, putra
bungsu Piaget, ingin memeluk sebuah kotak mainan,
namun piaget menaruh tangannya di tengah jalan,
awalnya Laurent berusaha mengabaikan tangan ayahnya
itu; dia berusaha menerobos atau berputar
mengelilinginya, tidak berusaha menggesernya. Ketika
Piaget menaruh tangannya untuk merintangi anaknya,
Laurent terpaksa “memukul kotak mainan itu sambil
melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri
dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi yang lain.
Observasi seperti ini sangat penting bagi pemahaman kita
tentang bagaimana anak-anak mengembangkan kategori-
kategori dasar tentang pengalaman, waktu dan ruang.
39
f. Tahap 6 (18 bulan- 2 tahun) : Permulaan Berfikir
Pada tahap ini Piaget melakukan pengamatan pada
Lucienne, Piaget meletakkan rantai di kotak mainan yang
membuat Lucienne ingin mengambilnya. Dia memiliki
dua skema untuk mengambil rantai itu : membalikkan
kotak itu dan menyelipkan jarinya ke celah yang
menganga, namun tak satupun upayanya berhasil. Dia
pun melakukan sesuatu yang sangat menarik. Lucienne
menghentikan tindakannya dan menatap celah kota
dengan penuh perhatian. Kemudian setelah beberapa kali
membuka dan menutup mulutnya yang semakin melebar.
Lucienne mengumpulkan tenaga untuk membuka kotak
dan akhirnya mendapatkan rantai.
Kemajuan anak-anak pada tahap ini bisa dilihat
sebagai upaya untuk berimitasi. Piaget mengamati bahwa
untuk beberapa saat, anak-anak tidak bisa mengimitasi
model-model baru sama sekali; mereka hanya bisa
memproduksi tindakan-tindakan yang sudah ada dalam
daftar tingkah laku mereka.
Periode II dan III. Pikiran pra operasional (2-7
Tahun) dan operasi-operasi berfikir konkrit (7-11 Tahun).
Di Akhir periode sensor motorik, anak telah
mengembangkan tindakan-tindakan yang efisien dan
terorganisasikan dengan baik untuk menghadapi
lingkungan dihadapannya. Anak terus menggunakan
kemampuan-kemampuan sensori motorik diseluruh
hidupnya, meskipun di periode berikutnya – yaitu
periode pemikiran pra-operasional – terjadi perubahan
yang cukup besar.
Pikiran anak berkembang pesat sebuah tataran
baru, yakni simbol-simbol (termasuk citraan dan kata-
kata). Akibatnya, anak harus mengorganisasikan seluruh
pemikirannya sekali lagi. Namun hal tersebut tidak bisa
dilakukan sekaligus. Untuk beberapa saat, selama seluruh
periode pra – operasional, pikiran anak pada dasarnya
tidak sistematis dan tidak logis. Baru pada usia tujuh
40
tahun atau lebih, yaitu permulaan operasi-operasi
berpikir konkret, pemikiran jadi terorganisasikan di atas
sebuah landasan mental.
41
mestinya hidup menurut harapan keluarga dan
komunitas, dan bertindak dengan cara-cara yang baik.
Tingkah laku yang baik berarti memiliki motif dan
perasaan antar pribadi yang baik seperti empati, kasih,
rasa percaya dan kepedulian pada orang lain.
42
sistem pencernaan. Hanya beberapa saat sebelum
tahun itu, ketika Pavlov menginjak usia 50 tahun, dia
memulai karyanya yang terkenal tentang refleks-refleks yang
terkondisikan (conditional refleks).
Teori Pavlov terkenal dengan, paradigma
pengkondisian Klasik. Di dalam sebuah eksperimen yang
khas Behavioris, seekor anjing di taruh beberapa saat di
sebuah kurungan di ruang gelap kemudian sebuah lampu
kecil dinyalakan di atasnya, setelah 30 detik, sejumlah
makanan diletakkan di mulut si anjing, membangkitkan
refleks air liur. Prosedur ini diulang beberapa kali – setiap
kali makanannya diberikan bersama-sama dengan cahaya
lampu. Setelah beberapa saat, cahaya lampu yang awalnya
tidak berkaitan dengan air liur, dapat membuat air liur anjing
keluar saat melihat lampu dinyalakan.
43
Pengamatan juga akan mengajarkan kita sejumlah
konsekuensi yang memungkinkan dari sebuah tingkah laku
baru – kita memperhatikan apa yang akan terjadi apa yang
akan terjadi saat orang lain mencobanya. Bandura menyebut
proses ini Vicarius reinforcement (penguatan lewat
pengamatan yang empatik, merasa seolah-olah kita yang
melakukannya). Penguatan seperti ini termasuk di dalam
proses kognitif – kita merumuskan ekspektasi terhadap hasil
dari tingkah laku tanpa bertindak langsung dari kita sendiri.
Empat komponen pembelajaran Operasional
a. Proses perhatian. kita tidak bisa mengimitasi sebuah
model kecuali kita memberikan perhatian yang cukup
kepada model tersebut. Model-model seringkali menarik
perhatian kita karena mereka berbeda, atau karena
mereka memiliki pemikat berupa keberhasilan, prestise,
kekuasaan atau kualitas kemenangan lainnya.
b. Proses retensi. Karena kita sering mengimitasi model-
model setelah beberapa saat mengamatinya, maka kita
harus sanggup mengingat tindakan-tindakan mereka
dalam bentuk simbolik. Melihat proses simbolik dari
hubungan stimulus yang serempak (stimulus contiguity),
yaitu asosiasi stimulus yang muncul secara bersamaan.
c. Proses reproduksi motorik. Untuk memproduksi tingkah
laku secara akurat, kita harus memiliki kemampuan
motorik yang dibutuhkan. Sebagai contoh, seorang anak
laki-laki mungkin mengamati ayahnya menggunakan
gergaji tapi menemukan kalau dia tidak bisa
mengatasinya dengan baik karena kekuatan dan
ketangkasan fisiknya masih kurang.
d. Proses penguatan dan motivasi. Bandura membedakan
antara pemerolehan (acquisition) dan pelaksanaan
(performance) respon-respon baru. Kita bisa mengamati
sebuah model, kemudian memperoleh pengetahuan baru,
namun belum sanggup mempraktikkan respon-respon
tersebut. Seorang anak mungkin mendengar temannya
menggunakan sejumlah kata kotor, dan kemudian belajar
44
kata-kata baru itu, namun si anak belum bisa
memproduksi kata-kata tersebut.
45
sadar ini. Hal yang seperti inilah yang dianalisa oleh Freud
untuk mengungkap kepribadian seseorang dan menjadikan
analisa ini sebagai metode penyembuhan.
a. Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
Freud membagi struktur ini menjadi tiga aspek
yaitu : id, ego dan superego. Berikut penjelasannya :
1) Id
Id berasal dari kata latin “Is” yang artinya es.
Kepribadian ini disebut Freud sebagai kepribadian
bawaan lahir. Didalamnya terdapat dorongan yang
didasari pemenuhan biologis guna kepuasan bagi
dirinya sendiri. Karakter khas pada aspek ini adalah
tidak adanya pertimbangan logis dan etika sebagai
prinsip pengambilan keputusan. Lebih sederhana, id
berwujud pada gambaran nafsu, hasrat seksual dan
perasaan superior (ingin berkuasa).
2) Ego
Aspek kepribadian ini terjadi akibat pengaruh
yang didapatkan dari apa yang terjadi di
dunia/lingkungannya. Ciri khas dari aspek ini, ego
mengatur id dan juga superego untuk pemenuhan
kebutuhan sesuai dengan kepentingan kepribadian
yang terlibat. Artinya, berbeda dengan id yang hanya
mementingkan diri sendiri, ego merupakan aspek
yang mementingkan keperluan lebih luas (tidak hanya
dirinya).
3) Superego
Aspek kepribadian yang satu ini akan lekat
kaitannya moral atau nilai kehidupan. Ranah superego
berisi tentang batasan untuk membedakan mana yang
baik dan yang buruk. Dengan kata lain, superego
memiliki peran penting untuk menjadi penengah
antara ide dan ego. Ia menjadi penyekat dari sinyal
yang dikirimkan aspek id serta memotivasi ego untuk
melakukan hal yang menjunjung moralitas.
46
b. Fase Dalam Perkembangan Kepribadian
Menurut Freud, kepribadian seseorang mengalami
perkembangan dalam tiga tahapan fase :
1) Fase Infatile
Tahapan ini berlangsung sejak anak lahir hingga
berusia 5 tahun. Naluri seks menjadi hal yang utama
dalam pembentukan kepribadian anak tersebut. Pada
range usia ini, Freud mengklasifikasikan fase infantil
menjadi tiga fase lagi, yaitu :
Fase Oral (0-1 tahun)
Seseorang akan mendapatkan kesenangan
melalui segala sesuatu yang masuk melalui mulutnya.
Contohnya adalah, aktivitas makan, minum dan
menghisap jari. Freud mengemukakan bahwa
personaliti anak yang berlebihan mendapatkan
kepuasan oral pada fase ini, akan tumbuh menjadi
seseorang yang gemar menimbun harta/ilmu dan juga
terlalu gampang percaya orang lain. Tapi sebaliknya,
jika anak tidak puas terhadap kebutuhan oral ini,
mereka akan menjadi pribadi yang rakus namun tidak
pernah puas. Mereka juga terkenal sebagai pendebat
dan bersikap sarkas.
47
jenisnya. Anak yang selama ini memandang ibu
sebagai sumber cintanya, dan beranggapan bahwa
ayah adalah saingannya, akan memunculkan perasaan
cemas karena khawatir cinta ibunya tersebut.
48
yang diceritakan oleh pasien adalah hal yang berada pada
alam sadar. Dianggap kurang tepat karena permasalahan
sesungguhnya terjadi pada alam ketidaksadaran.
b. Teknik Katarsis
Freud berusaha memasuki alam bawah sadar
pasien dengan metode ini. Ia menggabungkan momen
setengah sadar, untuk bisa mengevaluasi persoalan
pasien. Istilah yang biasa kita dengar berkaitan dengan
teknik ini adalah metode hipnosis. Meski Freud pernah
berhasil menangani pasien penderita gangguan saraf.
Namun kemudian ia menyatakan kurang puas dengan
metode ini, dan mulai mengembangkan teknik terapinya.
49
DAFTAR PUSTAKA
50
BAB FAKTOR-FAKTOR YANG
3
MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN
A. Pendahuluan
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu yang
menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Hak ini
sesuai dengan pernyataan Rohmah (2014) yaitu terjadi
perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan
maju dalam perkembangan manusia tidak dapat diulangi
(Ajhuri, 2019).
Sementara itu Santrock (2011) mengartikan development
is the pattern of change that begins at conception and continues
through the life span (perkembangan adalah pola perubahan
yang dimulai sejak masa konsepsi dan berlanjut sepanjang
kehidupan). Perkembangan berkaitan dengan mental, hal hal
yang bersifat fungsional dan berlangsung seumur hidup
sedangkan pertumbuhan lebih berkaitan dengan peningkatan
ukuran dan struktur, bersifat biologis, dan mengalami batas
waktu tertentu (Masganti, 2015).
Hasil kerjasama dan pengaruh timbal balik antara potensi
hereditas dan lingkunganlah yang menentukan setiap fenomena
atau gejala perkembangan seorang anak yang merupakan hasil
dari pertumbuhan fungsi-fungsi psikis dan usaha belajar anak
dalam menggunakan segenap potensi rohani dan jasmaninya.
Oleh karena setiap orang tua memiliki harapan anak-anaknya
dapat melewati setiap tahap perkembangan dengan optimal,
51
sehingga perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan individu.
b. Keluarga
Ukuran fisik orang tua akan mempengaruhi ukuran fisik
anaknya seperti tinggi, gemuk, pendek, kurus dan
sebagainya.
c. Umur
Umur anak akan berpengaruh terhadap kecepatan
pertumbuhan anak. Anak usia balita akan tumbuh lebih
cepat dari dewasa. Periode 1000 hari pertama sering
disebut window of opportunities atau sering juga disebut
periode emas (golden period) didasarkan pada kenyataan
bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun
terjadi proses tumbuh kembang yang sangat cepat dan
tidak terjadi pada kelompok usia lain (Rahayu et al., 2018).
d. Jenis Kelamin
Fungsi reproduksi anak perempuan berkembang
lebih cepat daripada anak laki-laki. Tetapi setelah
melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan
lebih cepat.
Begitu juga dengan kemampuan perkembangan
antara laki-laki dan perempuan. Penelitian Pamuji dan
Sodikin (2020) menyatakan ada hubungan antara jenis
kelamin dengan kemampuan mengkombinasikan warna
pada anak usia prasekolah. Didukung penelitian Lee
52
(2005) menyatakan bahwa ada hubungan antara berpikir
kreatif dengan kepribadian kreatif pada anak usia dini.
Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada
perbedaan dalam kemampuan kreatif antara anak laki-
laki dan perempuan. Anak perempuan lebih kreatif
daripada anak laki-laki di tahun-tahun prasekolah. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian Foong (2020) menyatakan
bahwa ada perbedaan kemampuan intelektual antara
anak laki-laki dan perempuan prasekolah dimana anak
perempuan usia prasekolah memperoleh kemampuan
intelektual yang lebih tinggi dari anak laki-laki
prasekolah. Oleh karena itu dalam interpretasi tes IQ
perlu dipertimbangkan jenis kelamin seseorang, karena
laki-laki dan perempuan menunjukkan pola skor yang
berbeda (Pamuji & Sodikin, 2020).
Menurut Raden (1999), secara umum perempuan
cenderung menunjukkan skor yang lebih tinggi daripada
laki-laki dalam hal: pengucapan kata atau fonologis,
informasi semantik dalam ingatan jangka panjang,
komprehensi, gerakan motorik halus, dan kecepatan
persepsi. Laki-laki cenderung menunjukkan skor lebih
tinggi dari pada perempuan dalam hal: transformasi
visual, gerakan motorik yang terarah pada sasaran
tertentu, spasial dan fluid reasoning (Pamuji & Sodikin,
2020).
e. Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan
anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya.
Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak. Ada beberapa kelainan genetik
yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti
kerdil.
Menurut Ahmadi (2005) anak yang lahir ke dunia
ini membawa berbagai ragam turunan/warisan yang
berasal dari kedua ibu-bapak atau nenek-kakek, antara
lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi,
53
bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakitnya (Ajhuri,
2019).
Faktor keturunan merupakan pembawaan sejak
lahir, seperti konstruksi dan struktur fisik, kecakapan
potensial (bakat dan kecerdasan). Faktor keturunan pada
umumnya cenderung bersifat kodrati yang sulit untuk
dimodifikasi, antara lain:
1) Bentuk Tubuh dan Warna Kulit
2) Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang
3) Intelegensi, yaitu kemampuan umum yang dimiliki
seseorang untuk penyesuaian terhadap situasi atau
masalah.
Menurut Sternberg & Preiss (2010) menyatakan
seorang anak akan memiliki kecerdasan yang
diturunkan oleh orang tua kepadanya sekalipun ia
diasuh oleh orang lain dalam kehidupannya. J.J
Rousseau menyatakan seorang anak yang cerdas
dihasilkan dari orang tua yang cerdas. Terdapat
literatur substansial yang menghubungkan kognisi
dengan ukuran dan struktur otak. Misalnya, korelasi
rata-rata antara ukuran otak dan kecerdasan telah
dilaporkan menjadi sekitar 0,33 yang menyatakan
bahwa korelasi tersebut terkait dengan faktor genetik
(Nerizka et al., 2021).
4) Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di
antara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki
seseorang. Bakat ini biasanya berbentuk keterampilan
atau suatu bidang ilmu, misalnya kemampuan khusus
dalam bidang seni musik, seni suara, olahraga
matematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan,
sosial, agama, dan sebagainya.
Faktor hereditas merupakan karakteristik
bawaan yang diturunkan dari orang tua biologis atau
orangtua kandung kepada anaknya sejak masa
konsepsi (pembuahan). Hereditas merupakan faktor
pertama yang mempengaruhi perkembangan
54
individu. Gen yang diterima anak dari orang tuanya
pada saat pembuahan akan mempengaruhi semua
karakteristik dan penampilan anak kelak. Orang tua
menurunkan kepada anaknya berupa sifat
strukturnya, bukan tingkah laku yang diperoleh
sebagai hasil belajar atau pengalaman seperti bakat,
sifat-sifat keturunan, inteligensi dan juga
kepribadiannya. Faktor hereditas memberikan
pengaruh lebih besar terhadap perkembangan anak
dibanding dua faktor lainnya yaitu faktor lingkungan
dan faktor umum. Anak yang cerdas dihasilkan dari
orangtua yang cerdas.
Faktor genetik sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak usia dini. Hal ini dapat dilihat
melalui faktor genetik dan hereditas yang saling
berkaitan dengan lingkungan anak. Hereditas
merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak. Orang tua sangat berperan
penting untuk mengembangkan serta memberikan
lingkungan yang baik sejak anak berusia dini karena
akan memberikan dampak yang baik untuk masa
depan anak kelak (Jannah & Putro, 2021).
Menurut Kirana (2019), pengaruh faktor
keturunan lebih kuat pada masa bayi karena belum
terjalin hubungan sosial dan perkembangan
pengalaman. Sebaliknya lingkungan lebih besar
pengaruhnya apabila anak mulai menginjak dewasa
karena hubungan dengan lingkungan alam dan
manusia serta ruang geraknya sudah semakin luas
(Jannah & Putro, 2021).
f. Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindroma down’s dan sindroma
turner’s
55
2. Faktor Eksternal (Luar)
a. Faktor Perinatal
1) Gizi
Pertumbuhan janin sangat dipengaruhi oleh nutrisi ibu
saat hamil terutama dalam tiga bulan akhir kehamilan.
Terdapat hubungan yang signifikan antara
pertambahan berat badan ibu selama trimester III
dengan berat lahir bayi. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Kusparlina (2016) dan Shiddiq & Lipoeto
(2011) yang menyatakan bahwa pertambahan berat
badan yang paling signifikan terjadi terutama pada
trimester II dan III yang dapat mempengaruhi berat
lahir bayi. Namun tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara riwayat status gizi ibu masa
kehamilan (ukuran LILA dan pertambahan berat
badan trimester III) dengan pertumbuhan anak balita.
Hal ini dikarenakan pertumbuhan anak balita
dipengaruhi oleh berbagai faktor, tidak hanya nutrisi
ibu saat hamil (Zaif et al., 2017).
2) Mekanis. Posisi fetus yang tidak normal bisa
menyebabkan kelainan bawaan.
3) Toksin/zat kimia. Beberapa obat-obatan seperti
Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan
kelainan bawaan seperti palatoskisis.
4) Endokrin. Kencing manis dapat menyebabkan
makrosomia, pembesaran jantung, hyperplasia adrenal.
5) Radiasi. Paparan radium dan sinar rontgen dapat
mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali,
spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota
gerak, kelainan bawaan mata, kelainan jantung.
6) Infeksi. Infeksi pada tiga bulan pertama dan kedua
oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus,
Herpes Simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada
janin; katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental
dan kelainan jantung bawaan.
56
7) Kelainan imunologi. Erioblastosis fetalis timbul atas
dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu
sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam
peredaran darah janin dan akan menyebabkan
hemolisis, selanjutnya mengakibatkan hiperbili
rubinemia dan kernik terus yang akan menyebabkan
kerusakan jaringan otak.
8) Anoksia embrio. Anoksia embrio yang disebabkan oleh
gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan
terganggu.
9) Psikologi ibu. Psikologi ibu hamil yang tidak baik
akibat dari kehamilan yang tidak diinginkan,
perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan
lain-lain dapat berpengaruh terhadap tumbuh
kembang janin.
b. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala,
asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak
c. Faktor Pascasalin
1) Gizi.
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat
makanan yang adekuat. Ada hubungan antara status
gizi dengan perkembangan balita usia 1-3 tahun.
Adapun koefisien korelasi sebesar 0,536 menunjukkan
korelasi yang cukup kuat antara status gizi balita
dengan perkembangan balita usia 1-3 tahun.
(Khulafa’ur Rosidah & Harsiwi, 2017).
John dkk (2017) menjelaskan bahwa seribu hari
pertama kehidupan merupakan masa kritis bagi
perkembangan saraf anak. Kekurangan nutrisi
merupakan kontributor utama gangguan
perkembangan saraf anak, terutama di rangkaian
sumber daya yang rendah. Anak-anak dengan nutrisi
yang seimbang memiliki peluang yang lebih baik
untuk berkembang. Sebaliknya, anak-anak yang
57
dibesarkan dalam kondisi buruk, kekurangan gizi dan
kelebihan gizi berisiko terhadap kesehatan dan hasil
sosial yang negatif sepanjang perjalanan hidup mereka
(Papotot et al., 2021).
Endris dan Asefa (2017) menyatakan jika terjadi
kekurangan nutrisi pada tahap awal kehidupan dapat
meningkatkan risiko infeksi, mortalitas, dan
morbiditas bersamaan dengan penurunan
perkembangan mental dan kognitif. Kekurangan
nutrisi pada anak bisa bertahan lama dan melampaui
masa kanak-kanak. Kekurangan nutrisi pada usia dini
menurunkan prestasi pendidikan dan produktivitas
tenaga kerja dan meningkatkan risiko penyakit kronis
di usia lanjut (Papotot et al., 2021).
Kurangnya gizi di usia dini dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan fisik, fungsi kognitif otak,
motorik, fungsi fisiologis dan perubahan respon imun.
Anak-anak yang kekurangan nutrisi mengalami
insiden penyakit yang tinggi karena tubuh tidak
mampu melawan infeksi sehingga perkembangan otak
menjadi lambat (Papotot et al., 2021).
Kurang gizi akan berdampak pada
perkembangan otak dimana hubungan tersebut juga
berkaitan dengan kemampuan berpikir. Anak yang
mengalami status gizi kurang, secara langsung akan
berpengaruh pada perkembangan motorik. Penelitian
Wauran dkk (2016) mengatakan bahwa status gizi
mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak.
Kekurangan nutrisi akan mengakibatkan anak
mengalami keterlambatan pada pertumbuhan dan
perkembangan, dimana akan terjadi
ketidakseimbangan antara jumlah asupan gizi dengan
kebutuhan penggunaan zat gizi oleh tubuh khususnya
oleh otak. Hal ini akan mengakibatkan gangguan pada
pertumbuhan dan perkembangan anak, karena
kemampuan motorik kasar memerlukan kinerja otak
58
dan otot sehingga tubuh sangat memerlukan asupan
nutrisi yang seimbang (Papotot et al., 2021).
2) Penyakit kronis/kelainan bawaan.Tuberkulosis,
anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
3) Lingkungan fisik dan kimia. Lingkungan sering
disebut milieu adalah tempat anak tersebut hidup yang
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
(provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik,
kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif,
zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll) mempunyai
dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
4) Psikologis. Hubungan anak dengan orang sekitarnya.
Hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan
dapat dialami oleh anak yang tidak dikehendaki oleh
orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan.
5) Endokrin. Gangguan hormon, misalnya pada penyakit
hipotiroid akan menghambat pertumbuhan anak.
6) Sosio-ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan
kekurangan makanan, lingkungan yang jelek dan
ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
7) Lingkungan pengasuhan.
Tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi
oleh interaksi ibu-anak yang dapat dilihat dari pola
pengasuhannya. Peran keluarga dalam pembentukan
karakter anak sangatlah besar karena sebagian besar
waktu anak dihabiskan dengan keluarga sehingga
segala tingkah laku dan emosi anak yang beragam
harus disikapi dengan bijaksana oleh orang tua karena
orang tua sebagai pendidik dan pengasuh anak.
Hal ini didukung oleh penelitian Putri (2020)
yang menyatakan pola asuh memiliki hubungan yang
signifikan terhadap kemandirian (Putri, 2020). Pola
asuh authoritative memiliki kontribusi lebih dalam
menumbuhkan kemandirian anak daripada pola asuh
authoritarian (Lestari, 2019). Penelitian ini didukung
59
Sunarty (2016) yang menyatakan pola asuh positif dan
demokratis dapat meningkatkan kemandirian anak
(Sunarty, 2016).
Menurut Komsi, Hambali, & Ramli (2018), pola
asuh authoritarian adalah pola asuh yang lebih
mengutamakan tuntutan orang tua kepada anaknya
melalui berbagai aturan yang harus dituruti.
Sedangkan Helmawati (2014) mengatakan bahwa
dalam pola asuh authoritarian orang tua memaksakan
pendapat atau keinginannya pada anak dan bertindak
semena-mena tanpa dapat dikritik oleh anak. Anak
harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap
semua yang diperintahkan atau dikehendaki oleh
orang tua. Anak juga tidak diberikan kesempatan
menyampaikan pendapatnya (Lestari, 2019).
Sementara itu, pola asuh authoritative adalah
pola asuh yang menyeimbangkan antara tuntutan
dengan hak yang didapat anak. Orang tua tidak ragu
untuk memberikan hadiah baik berupa materi
maupun verbal jika anak melakukan hal yang positif.
Menurut Helmawati (2014) pola asuh authoritative
memberikan kebebasan kepada anak namun masih
dalam tanggung jawab orang tua. Orang tua selalu
memberi penjelasan alasan yang rasional untuk
mendasari setiap permintaan atau disiplin yang
ditujukan kepada anak tetapi terkadang juga
menggunakan kuasa jika perlu (Lestari, 2019).
Menurut Gordon (2000) dan James (2002), pola
asuh orangtua positif/sehat adalah perlakuan
orangtua kepada anak-anaknya yang dapat dikenali
melalui ucapan dan tindakan orangtua yang
berdampak baik bagi perkembangan
kepribadian/kemandirian anak, yang tampak pada
pola asuh orang tua: reasonable, encouraging, consistent,
peace making, caring, relaxed, dan responsible.
Dampaknya: Reasonable parents, memberikan alasan
60
logis, menimbulkan rasa percaya diri tinggi;
Encouraging parents, mendorong dan melakukannya
sendiri, menimbulkan harga diri yang tinggi.;
Consistent parents, menjaga/ memelihara ucapan dan
tindakan yang sama pada situasi dan kondisi yang
sama, membuat anak menjadi tegas, tangguh, percaya
kepada kemampuan diri; Peace making parents:
memberikan teladan yang baik, membuat anak
berperilaku baik dan meniru dengan sukarela, tanpa
tekanan; Caring parents: memperhatikan dan
mendengar ungkapan perasaan anak dapat
membangkitkan kepercayaan dan harga diri yang
tinggi; Relaxed parents: memberikan kebebasan kepada
anak dalam bertindak, sehingga anak merasa dihargai;
Responsible parents: memberi kepercayaan dan
kebebasan, sesuai dengan kebutuhan anak,
membelajarkan anak berani menanggung resiko dari
suatu perbuatan yang dilakukannya (Sunarty, 2016).
Menurut Helda (2016) orang tua memiliki
peranan yang sangat penting dalam upaya
mendukung perkembangan anak. Dalam proses
perkembangan, anak sangat memerlukan contoh
khususnya melalui orang terdekat dalam Islam
percontohan yang diperlukan itu disebut dengan
uswatun hasanah atau keteladanan. Keteladan ini
pertama kali diperoleh dari lingkungan keluarga.
Biasanya seorang anak akan mencontoh perbuatan
orang terdekat, orang yang dicintai, orang yang
dikagumi, atau orang yang memiliki kewibawaan
(Jannah & Putro, 2021).
8) Stimulasi. Perkembangan memerlukan
rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga,
misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap
kegiatan anak.
61
Soetjiningsih (2005) mengemukakan bahwa
dalam perkembangan anak terdapat masa kritis,
dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang
berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu
mendapat perhatian. Anak yang banyak mendapat
stimulasi akan lebih cepat berkembang daripada anak
yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan
stimulasi. Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat
(reinforcement) bagi anak. Didukung penelitian
Wardani (2016) yang menyatakan terdapat pengaruh
yang bermakna antara pemberian stimulasi terhadap
peningkatan status perkembangan anak (Wardani,
2016). Hal ini sejalan dengan penelitian Adefani (2018)
yang menyatakan ada hubungan yang bermakna
antara stimulasi orang tua dan pendidikan ibu
terhadap perkembangan anak di kelompok ASI
eksklusif (Adefani, 2018).
Irmawati dkk (2012) menyatakan stimulasi juga
berperan bagi kemajuan perkembangan otak anak.
Perkembangan otak anak sangat pesat terjadi sejak
trimester ketiga kehamilan hingga lima tahun pertama
kehidupan. Pada saat ini kecepatan pembentukan
hubungan antar sel-sel otak (sinapsis) meningkat
sangat pesat sebagai respon dari stimulasi dan
pengalaman sensori yang diterima oleh bayi, tetapi
hubungan ini tidak permanen. Mustard (2010)
menjelaskan bahwa paparan berbagai macam
stimulasi baik stimulasi suara, stimulasi penglihatan,
maupun stimulasi dari indera yang lain, serta keadaan
lingkungan yang baik, dibutuhkan untuk membentuk
hubungan sel-sel di otak ini. Stimulasi yang berulang-
ulang sangat penting untuk tetap
mempertahankannya. Berk (2012) menyatakan
stimulasi akan menentukan sel otak (neuron) mana
yang akan terus membentuk sinapsis baru dan yang
62
akan mengalami pemangkasan sinaptik (synaptic
pruning) (Wardani, 2016).
9) Obat-obatan. Pemakaian kortikosteroid jangka lama
akan menghambat pertumbuhan. Demikian halnya
dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan
saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan
2. Seks
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks
tidak tampak jelas. Yang nyata kelihatan adalah kecepatan
dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada waktu lahir anak laki-
laki lebih besar dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih
cepat perkembangannya dan lebih cepat pula dalam
mencapai kedewasaannya daripada anak laki-laki. Anak
perempuan pada umumnya lebih cepat mencapai
kematangan seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal
dan fisiknya juga tampak lebih cepat besar daripada anak laki
laki. Hal ini jelas pada anak umur 9 sampai 12 tahun.
3. Kelenjar-kelenjar
Hasil penelitian di lapangan endokrinologi (kelenjar
buntu) menunjukkan adanya peranan penting dari
63
sementara kelenjar-kelenjar buntu ini dalam pertumbuhan
jasmani dan rohani dan jelas pengaruhnya terhadap
perkembangan anak sebelum dan sesudah dilahirkan.
4. Kebangsaan (Ras)
Anak-anak dari ras Mediterania (Lautan tengah)
tumbuh lebih cepat dari anak-anak Eropa sebelah timur.
Amak-anak negro dan Indian pertumbuhannya tidak terlalu
cepat dibandingkan dengan anak-anak kulit putih dan
kuning.
6. Makanan
Pada tiap-tiap usia terutama pada usia yang sangat
muda, makanan merupakan faktor yang penting peranannya
dalam pertumbuhan dan perkembangan. Bukan saja
makanannya, tetapi isinya yang cukup banyak mengandung
gizi yang terdiri dari pelbagai vitamin. Kekurangan
gizi/vitamin dapat menyebabkan gigi runtuh, penyakit kulit
dan lain-lain penyakit.
64
9. Kultur (Budaya)
Penyelidikan Dennis di kalangan orang-orang
Amerika dan Indian menunjukan bahwa sifat pertumbuhan
anak-anak bayi dari kedua macam kultur adalah sama. Ini
menguatkan pendapat bahwa sifat-sifat anak bayi itu adalah
universal dan bahwa budayalah yang kemudian merubah
sejumlah dasar-dasar tingkah laku anak dalam proses
perkembangannya. Yang termasuk faktor budaya, selain
budaya masyarakat juga di dalamnya termasuk pendidikan,
agama, dan sebagainya.
65
menjadi laki-laki atau perempuan, pendek atau tinggi, cerdas
atau bodoh, dan seterusnya. Semua gambaran tersebut
ditentukan dalam sel tersebut yang tidak dapat diubah
(Jannah & Putro, 2021).
Menurut Amini dan Na’imah (2020), hereditas sebagai
transmisi genetik dari orang tua pada keturunannya
merupakan penyederhanaan yang berlebih karena
sesungguhnya yang diwariskan oleh anak dari orangtuanya
adalah satu set alel dari masing-masing orang tua serta
mitokondria yang terletak di luar nukleus (inti sel). Kode
genetik inilah yang memproduksi protein kemudian
berinteraksi dengan lingkungan untuk membentuk karakter
fenotip. Istilah hereditas akan mengenalkan terminologi Gen
dan Alel sebagai ekspresi alternatif yang terkait sifat. Setiap
individu memiliki sepasang alel yang khas dan terkait
dengan tetuanya. Pasangan alel ini dinamakan genotif
apabila individu memiliki pasangan alel yang sama maka
individu tersebut bergenotipe homozigot dan jika berbeda
maka disebut heterozigot. Jadi karakter atau sifat merupakan
fenotif dan manusia merupakan karakter yang komplek dari
interaksi genotipe yang unik dan lingkungan yang khas
(Jannah & Putro, 2021)
66
merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat
pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap
perkembangan rohani anak, terutama kepribadian dan
kemajuan pendidikannya.
b. Sekolah, Sekolah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
terutama untuk kecerdasannya. Anak yang tidak pernah
sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah
sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak
karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam
ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan
jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta
kepribadian anak.
c. Masyarakat, Masyarakat turut mempengaruhi
perkembangan jiwa seseorang. Mereka juga termasuk
juga teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-
orang di desa atau kota tempat tinggal ia juga turut
mempengaruhi perkembangan jiwanya. Contoh : dalam
sebuah keluarga saling menghormati dan menyayangi,
maka anggota keluarganya akan bersifat seperti itu.
d. Keadaan alam sekitar. Keadaan alam yang berbeda akan
berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau
kejiwaan dan tingkah laku seseorang. Contoh: seseorang
yang hidup di desa akan berbeda perilakunya dengan
orang yang di kota.
67
DAFTAR PUSTAKA
68
Anak. Jurnal Biomedik:JBM, 13(3), 266.
https://doi.org/10.35790/jbm.13.3.2021.31830
69
BAB METODE-METODE
4
PENELITIAN DALAM
PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN
A. Pendahuluan
Psikologi perkembangan adalah cabang ilmu psikologi
yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan hidup
manusia dari sejak dalam kandungan sampai usia lanjut.
Pertumbuhan mengacu pada bertambahnya tinggi badan dan
berat badan manusia yang bisa diukur, sehingga disebut
pertumbuhan adalah perkembangan secara kuantitatif.
Sedangkan perkembangan adalah perubahan manusia secara
kualitatif, seperti perkembangan dalam aspek kognitif, sosial
emosional, bahasa, motorik dan aspek perkembangan lainnya.
Dalam psikologi perkembangan, dikenal istilah tugas
perkembangan, yaitu serangkaian tugas yang harus dipenuhi
oleh setiap individu dalam setiap rentang usianya. Havighurst
(dalam Jannah, 2015) mengatakan bahwa tugas-tugas
perkembangan adalah serangkaian tugas yang harus dipenuhi
individu dalam rentang kehidupan tertentu, yang apabila tugas
itu dapat berhasil diselesaikan akan membawa kebahagiaan dan
kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara
apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada
diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan
masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-
tugas berikutnya.
70
Perkembangan manusia merupakan proses kehidupan
yang tidak pernah berhenti berubah secara terus menerus yang
dipengaruhi oleh proses biologis, kematangan dan belajar.
Semua aspek perkembangan dalam diri manusia saling
mempengaruhi satu sama lain dan berkembang mengikuti pola
tertentu secara teratur sesuai dengan usianya dan memiliki
karakteristik perkembangan tertentu.
Setiap individu berkembang dalam setiap tahapan
perkembangan dengan tempo, kecepatan dan kualitas
perkembangan yang berbeda-beda. Hal inilah yang
menyebabkan manusia unik dan berbeda satu sama lain dengan
karakteristiknya masing-masing. Jadi bisa dikatakan, manusia
yang berada dalam tahapan usia yang sama memiliki
karakteristik perkembangan yang kurang lebih sama, namun
disisi lain juga memiliki karakteristik perkembangan yang
berbeda-beda sesuai dengan keunikan individualitasnya
masing-masing.
Contohnya sekelompok anak usia 3-4 tahun. Pada usia ini,
aspek perkembangan kognitif (berpikir logis) anak diantaranya
adalah dapat mengenal konsep banyak dan sedikit (Peraturan
Menteri Republik Indonesia, 2014). Menurut konsep
perkembangan, anak usia 3-4 tahun seharusnya sudah dapat
mengenal konsep banyak dan sedikit, namun dikarenakan setiap
anak berkembang dengan tempo dan kecepatannya yang
berbeda-beda, ada anak yang sudah paham mengenai konsep
tersebut. Disisi lain, ada yang dikarenakan stimulasi yang baik
dari orang tua dan level kecerdasannya yang tinggi, tidak hanya
mengenal konsep banyak dan sedikit jumlah suatu benda
(misalnya jumlah kelereng dalam sebuah kantong plastik)
namun dapat mengelompokkan lebih rinci mengenai benda
tersebut, yaitu mana kantong plastik yang jumlah kelerengnya
sangat banyak, banyak, sedikit dan sangat sedikit. Perbedaan
tersebut menunjukkan keunikan dan individualitas setiap anak.
71
B. Jenis-jenis Metode Penelitian dalam Psikologi Perkembangan
Luasnya rentang perkembangan hidup manusia dan
semakin dinamis dan kompleksnya perkembangan kehidupan
manusia, menyebabkan perlunya penelitian-penelitian terbaru
tentang kehidupan manusia agar kualitas kehidupan manusia
dapat lebih baik lagi.
Terdapat banyak metode-metode penelitian yang dapat
digunakan dalam penelitian di bidang psikologi perkembangan.
Pemilihan dalam metode digunakan berdasarkan tujuan
penelitian tersebut dilakukan. Sejumlah metode-metode tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Metode Cross-Sectional
Metode cross-sectional adalah metode penelitian yang
digunakan untuk tingkatan atau kelompok umur yang
berbeda-beda. Menurut Notoatmodjo, S (dalam Widia, 2017)
metode cross-sectional yaitu suatu metode penelitian
untuk mempelajari hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen dengan pengukuran sekali dan
dalam waktu yang bersamaan. Metode ini juga biasa dikenal
sebagai metode transversal. Waktu yang digunakan dalam
penelitian ini relatif singkat.
Metode ini bermanfaat terutama dalam meneliti subjek
pada rentang umur tertentu sehingga hasil yang didapatkan
juga akan lebih spesifik. Contohnya: seorang peneliti akan
mengumpulkan sekelompok subjek dengan kriteria umur
yang tertentu. Nantinya, tugas perkembangan akan diteliti
sehingga akan terlihat apakah sudah sesuai atau belum.
a. Ciri-ciri penelitian cross-sectional:
1) Meneliti variabel yang sama selama periode tertentu
2) Memungkinkan peneliti untuk melihat satu variabel
independen sebagai fokus studi cross-sectional dan
satu atau lebih variabel dependen.
72
cross-sectional, peneliti mengobservasi fenomena yang
akan diteliti sehingga dapat menjelaskan hubungan satu
variabel dengan variabel lain pada populasi yang diteliti.
73
masyarakat dengan cara mengumpulkan data berupa
kata-kata dan gambar.
b. Penelitian Analitik
Yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi terjadinya
suatu efek (Riza Berdian et al., 2013). Ratna (dalam Yanita,
2016) menegaskan bahwa penelitian analitik dilakukan
dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian
disusul dengan analisis. Dapat disimpulkan bahwa
penelitian analitik adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh faktor resiko mempengaruhi
terjadinya suatu efek dengan cara mendeskripsikan fakta-
fakta yang ada kemudian dianalisis.
Kelebihan penelitian cross-sectional:
1) Relatif cepat untuk dilakukan
2) Peneliti dapat mengumpulkan semua variabel
sekaligus
3) Beberapa hasil dapat diteliti sekaligus
4) Prevalensi untuk semua faktor dapat diukur
5) Cocok untuk analisis deskriptif
2. Metode Longitudinal
Metode longitudinal adalah pendekatan dalam
penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki subyek
penelitian dalam jangka waktu yang lama.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk meneliti
beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang yang
sama dalam waktu beberapa tahun. Dengan begitu akan
memperoleh gambaran aspek perkembangan secara
menyeluruh.
a. Ciri-ciri penelitian longitudinal (Ruspini, 1999):
1) Membutuhkan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran
relatif besar
2) Melibatkan populasi di wilayah tertentu yang dapat
dibandingkan dari satu periode ke periode berikutnya
3) Fokus pada perubahan variabel dari waktu ke waktu
74
4) Pengumpulan data setiap variabel dalam dua atau
lebih periode
5) Subjek yang dianalisis bisa dibandingkan satu periode
dengan periode lainnya
6) Analisis yang dilakukan menggunakan perbandingan
data yang sama dalam satu periode.
7) Proses yang dilakukan lebih kompleks dari desain
penelitian cross-sectional.
8) Informasi lebih komprehensif karena data diambil
secara berulang.
9) Tak bisa diaplikasikan ke semua jenis penelitian,
biasanya hanya yang terkait dengan perkembangan.
75
1) Panel Representatif
Sampel ditetapkan secara random untuk individu
yang sama, pada interval yang tetap (misal tiap 2-3
bulan atau tiap tahun). Pengamatan dilakukan pada
kebiasaan waktu tertentu. Tujuan utama panel
representative adalah untuk mendeteksi dan
memastikan perubahan yang dialami individual.
2) Panel Cohort (atau biasa disebut rancangan
cohort)
Cohort didefinisikan sebagai sekelompok orang dalam
populasi dan geografis tertentu, yang di delineasi
mengalami peristiwa hidup yang sama dalam periode
waktu tertentu. Tujuan panel cohort adalah untuk
meneliti perubahan dalam jangka panjang dan proses
perkembangan individu. Sampel biasanya di interview
ulang setiap lima tahunan.
3) Panel Terhubung (linked panel)
Dalam rancangan ini data yang semula terkumpul
(misal data sensus) bukan untuk maksud studi panel,
dicoba dihubungkan dengan menggunakan
pengidentifikasi personal yang khusus.
b. Rancangan Prospektif
Rancangan ini menuntut peneliti untuk mengikuti
perjalanan orang yang sama (sama persis responden dan
kriterianya) dalam beberapa waktu.
c. Rancangan Retrospektif (Rancangan Observasi
Berorientasi Pada Peristiwa)
Penelitian dilakukan dengan data yang sudah ada atau
data sudah dikumpulkan dalam penelitian sebelumnya.
Artinya, penelitian menggunakan database administrasi,
atau dalam dunia media menggunakan rekam medis yang
sudah ada, dan hal lain sebagainya.
76
Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Longitudinal
Ada banyak kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh
desain penelitian longitudinal.
Kelebihan
a. Validitas tinggi karena pengambilan data dilakukan
berulang kali dalam jangka waktu yang lama.
b. Data yang didapatkan unik, karena adanya perubahan
seiring berjalannya waktu, tak hanya dalam satu waktu
saja.
c. Dapat mengidentifikasi tren yang sedang terjadi dan
dapat memprediksi trend yang akan terjadi pada masa
mendatang.
d. Fleksibel, penelitian ini bisa dimulai dan diakhiri sesuai
keinginan peneliti tak seperti desain penelitian lainnya.
e. Bisa saja tak perlu banyak variabel atau partisipan untuk
penelitian longitudinal kualitatif atau untuk penelitian
awal tentang sesuatu.
Kekurangan
a. Waktu yang dibutuhkan mungkin lama, karena jika
sebentar mungkin perubahan belum akan terlihat.
b. Biaya juga lebih besar karena waktu yang dibutuhkan
lebih lama, dengan tenaga dan pikiran juga dibutuhkan
lebih besar dan lama.
c. Ada kemungkinan tak terduga dari variabel yang
mungkin meninggal dunia, pindah, undur diri, dan
menjadikan data bisa jadi kurang lengkap.
d. Jika ada variabel atau subjek yang hilang dari sampel
penelitian, ini bisa membuat bias terhadap sisa sampel
yang ada dan hasil penelitian.
e. Ada efek latihan. Variabel yang melakukan hal sama
berulang kali terus menerus, bisa jadi performanya
meningkat karena terbiasa atau sudah terlatih
melakukannya.
77
3. Metode Sekuensial
Metode sekuensial ini merupakan kombinasi dari
metode kros-seksional/transversal dan metode longitudinal.
Dalam banyak hal, pendekatan ini mulai dengan studi
kros-seksional yang mencakup individu dari usia yang
berbeda. Berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah
pengukuran awal, individu yang sama diuji lagi (ini
merupakan aspek longitudinal dari rancangan). Pada waktu
selanjutnya, sekelompok subjek baru diukur pada masing-
masing tingkat usia. Kelompok baru pada masing-masing
tingkat ditambahkan pada waktu berikutnya untuk
mengontrol perubahan yang (gugur) dari studi, pengujian
ulang mungkin telah meningkatkan kinerja mereka.
78
DAFTAR PUSTAKA
79
hubungan-faktor-lingkungan-dan-perilaku-dengan-
kejadian-demam-berdarah-dengue-db.pdf
Utami, D. P., Melliani, D., Fermin Niman Maolana, F. M., & Hidayat,
A. (2021). Iklim Organisasi Kelurahan Dalam Perspektif
Ekologi. Jurnal Inovasi Pendidikan, 1(12).
80
BAB ASPEK-ASPEK YANG
5
MENGALAMI
PERKEMBANGAN PADA
INDIVIDU
A. Pendahuluan
Perkembangan anak meliputi segala aspek kehidupan
fisik dan non fisik. Perkembangan berarti serangkaian
perubahan bertahap yang merupakan hasil dari proses
pematangan dan pengalaman. Selain itu juga setiap fenomena
dan gejala perkembangan anak merupakan hasil interaksi dan
pengaruh timbal balik antara potensi keturunan dan faktor
lingkungan.
Aspek perkembangan manusia merupakan cara pandang
yang berbeda yang dapat digunakan untuk mengkaji,
mempelajari, atau sekedar memperhatikan perkembangan yang
terjadi pada individu. Manusia adalah makhluk yang kompleks
dan tidak mungkin menggeneralisasi dari satu aspek. Dengan
demikian penting untuk memperhatikan berbagai aspek
perkembangan ini.
Memantau perkembangan anak sangat penting dan juga
mengasyikkan, terutama bagi orang tua baru. Hal ini
dikarenakan dalam setiap fase dan perkembangannya, anak
menunjukkan perilaku dan kebiasaan baru. Selama tahun-tahun
ini, otak anak berperan sebagai spons yang dapat dengan cepat
menyerap banyak informasi baru. Mereka belajar dan bereaksi
terhadap hal-hal baru dengan cara yang berbeda dengan setiap
81
informasi yang mereka terima. Anak-anak belajar dengan
kecepatan yang berbeda.
Oleh karena itu, perspektif perkembangan sangat penting
dan penting untuk dipahami secara menyeluruh dan mendalam
agar dapat bekerja di bidang psikologi, pedagogi, ilmu
kesehatan dan manajemen sumber daya manusia untuk
memahami salah satu sudut pandang prediktor kemungkinan-
kemungkinan pembentukan prilaku pada manusia. Ada
beberapa aspek dalam perkembangan pada individu. Secara
umum banyak ahli sepakat bahwa pembangunan manusia
terdiri dari delapan aspek, antara lain: perkembangan fisik,
kecerdasan, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, bahkan
kesadaran beragama (Ajhuri, 2019). Berikut adalah beberapa
aspek dalam perkembangan, yaitu :
B. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik, disebut juga dengan pertumbuhan
biologis (biological growth). Fisik atau tubuh manusia adalah
sistem organ kompleks dan terbentuk pada periode prenatal.
Elemen ini merupakan bagian penting dari perkembangan
individu, yang meliputi perubahan pada tubuh (misalnya:
pertumbuhan otak, hormon, dll.) dan perubahan cara individu
menggunakan tubuhnya (seperti mengembangkan keterampilan
motorik dan perkembangan seksual), yang bertepatan dengan
perubahan kemampuan fisik (seperti fungsi jantung, penurunan
penglihatan, dll.).
Hal ini sejalan dengan pendapat Kuhlen dan Thompson
(dalam Hurlock, 1956) bahwa perkembangan fisik individu
mencakup empat aspek, yaitu: Sistem saraf, yang sangat
mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; otot
mempengaruhi pengembangan dan keterampilan motorik;
kelenjar sistem endokrin yang menyebabkan perilaku baru,
seperti rasa senang di masa muda yang mendorong aktif dalam
kegiatan yang dilakukan oleh anggotanya yang terdiri dari
lawan jenis; struktur fisik atau tubuh meliputi tinggi badan,
berat badan dan proporsi. Pada masa kanak-kanak hingga
82
remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal
dapat secara langsung mempengaruhi proporsi tubuh yang
terus meningkat, termasuk tinggi dan berat badan; keterampilan
gerak; kesehatan organ dan sebagainya. Dalam perkembangan,
perkembangan fisik-motorik memegang peranan yang sangat
penting, karena proses tumbuh kembang anak mempengaruhi
kehidupannya kelak. Selain itu, hal itu mempengaruhi aspek
perkembangan lainnya, seperti perkembangan kognitif, sosial
dan emosional. Bukankah kita semua tahu pepatah "Tubuh yang
sehat memiliki pikiran yang sehat".
Keterampilan motorik dibagi menjadi dua jenis: (1)
Keterampilan motorik halus adalah keterampilan berbeda yang
dilatih pada fisik anak dengan kontrol dan presisi yang baik
menggunakan otot-otot kecil tangan dan pergelangan tangan.
Berbagai aktivitas yang merangsang keterampilan motorik halus
seringkali membutuhkan koordinasi gerakan tangan, jari, dan
mata. Keterampilan motorik halus memiliki berbagai komponen
seperti: untuk memegang dan menyentuh benda; untuk
melakukan sesuatu dengan kedua tangan; menjumput benda
dengan ukuran kecil dan lainnya. (2) Keterampilan motorik
kasar dapat diartikan sebagai suatu seni atau keterampilan yang
melibatkan gerak seluruh tubuh. Aktivitas yang membutuhkan
otot inti, seperti kaki dan lengan. Perilaku yang dicontohkan
seperti duduk, berdiri, berlari, dan berjalan secara mandiri
membutuhkan keterampilan motorik kasar. Kemampuan ini
juga harus didukung dengan kemampuan mengkoordinasikan
tangan dan mata untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal.
Ciri-ciri perkembangan fisik siswa berdasarkan distribusi
umur adalah sebagai berikut:
1. Ciri-Ciri Perkembangan Fisik Pada Masa Kanak-Kanak 0-5
Tahun
Perkembangan keterampilan fisik anak usia dini
ditandai dengan dipelajarinya berbagai gerakan dasar yang
meningkat, seperti latihan. Pertumbuhan otot yang lebih
besar. Selain itu, perkembangan juga ditandai dengan
83
bertambahnya panjang kaki dan lengan secara proporsional.
Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak juga ditandai
dengan koordinasi dan keseimbangan gerakan yang
berkembang dengan baik.
84
6. Ciri-Ciri Perkembangan Fisik di Masa Dewasa
Kemampuan fisik setiap individu pada masa dewasa
sangat bervariasi sesuai dengan pertumbuhan fisiknya. Laki-
laki cenderung memiliki kemampuan fisik yang lebih baik
dan gerakan yang lebih lincah. Peningkatan tinggi yang
proporsional memberikan kemampuan fisik yang kuat.
Puncak pertumbuhan pada masa dewasa. Pada titik ini
pertumbuhan fisik mulai stagnan, sehingga hasil
pertumbuhan tersebut menentukan kemampuan fisik.
C. Perkembangan Kognitif
Istilah kognitif (kognitif) berasal dari kata kognisi, yang
padanannya adalah pengetahuan, yang secara luas berarti
bahwa kognisi adalah perolehan, pengorganisasian, dan
penggunaan informasi. Dalam kamus lengkap psikologi,
cognition adalah pengenalan, kesadaran, pengertian (Chaplin,
2006). Dari sini dapat disimpulkan bahwa perkembangan
kognitif adalah tahapan perubahan yang terjadi selama hidup
ketika seseorang untuk memahami, mengolah informasi,
memecahkan masalah dan mengetahui sesuatu.
Sederhananya, kognitif adalah semua aktivitas mental
yang memungkinkan seseorang untuk menghubungkan sebab
akibat, memahami, dan mengevaluasi suatu peristiwa. Dengan
cara ini, individu mengolah informasi nanti. Secara umum,
percakapan kognitif berbicara tentang ide, gagasan, dan
pemecahan masalah yang berakar pada keterampilan kognitif.
Tanpa kecerdasan kognitif tidak mungkin manusia untuk
memahami sains bahkan kemampuan hidup dasar.
Keterampilan kognitif juga merupakan salah satu elemen
penting dalam dunia belajar mengajar. Kognitif selalu berkaitan
erat dengan tingkat kecerdasan seseorang. Seseorang dapat
menunjukkan contoh pelaksanaan proses kognitif ketika belajar.
Selain itu juga terkait memecahkan masalah untuk
mengembangkan ide.
85
Perkembangan kognitif dapat dipahami sebagai suatu
proses yang terjadi secara internal di dalam sistem saraf pusat
ketika seseorang berpikir. Sebagian besar psikolog, terutama
ahli kognitif, percaya bahwa perkembangan kognitif seseorang
terjadi sejak lahir. Memanfaatkan kapasitas domain kognitif
manusia dimulai setelah penggunaan sensor dan motor. Proses
stimulasi kognitif yang optimal dapat diberikan saat janin dalam
kandungan dengan mendengarkan musik instrumental, ayat
suci Al Quran, dll. Anak juga membutuhkan stimulasi setelah
lahir hingga tumbuh dewasa.
Dalam teori perkembangan kognitif yang dipelopori oleh
Piaget. Perkembangan kognitif anak tidak hanya sebatas
memperoleh pengetahuan, anak juga perlu mengembangkan
atau membangun cara berpikirnya (Jarvis, 2000). Piaget
mengemukakan bahwa sejak usia dini seseorang memiliki
beberapa kemampuan untuk berinteraksi benda-benda di
sekitarnya. Keterampilan ini masih sangat sederhana yaitu
berupa keterampilan sensori motorik. Untuk secara aktif
memahami dunia mereka, anak-anak menggunakan skema,
asimilasi, adaptasi, organisasi, dan keseimbangan (Santrock,
2008). Dengan kemampuan ini, anak kecil mengeksplorasi
lingkungannya dan menggunakannya sebagai dasar
pengetahuan mereka tentang dunia, yang kemudian mereka
peroleh dan kembangkan menjadi keterampilan yang semakin
canggih dan kompleks. Piaget menyebut skema
kemampuan. Piaget menjelaskan rencana atau bagaimana
seseorang memberi dan menjelaskan pengamatan terhadap
lingkungannya dalam beberapa tahap perkembangan.
Menurut Piaget (dalam Wilis, R., 2011) ada 4 tahap
perkembangan anak yaitu:
1. Tahap Sensorimotor (18-24 bulan)
Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat
tahap teori perkembangan kognitif Piaget. Teori ini meluas
dari lahir sampai sekitar 2 tahun, masa pertumbuhan kognitif
yang cepat. Selama masa ini, bayi mengembangkan
pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan
86
pengalaman indrawi (melihat, mendengar) dengan tindakan
motorik (menyentuh, disentuh).
Tahap perkembangan sentral dari tahap sensorimotor
adalah pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa di dunia
yang muncul secara alami dari tindakan seseorang. Misalnya,
jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut, anak
mengetahui bahwa mainan yang dulu (dia lihat). Pada
kondisi sekarang tidak terlihat (hilang), dan anak aktif
mencarinya. Di awal fase ini, anak bersikap seolah-olah
mainannya hilang begitu saja.
87
objek fisik. Secara sederhana terkait objek yang dapat dilihat
dengan mata, dan bukan yang abstrak.
D. Perkembangan Emosi
Setiap orang yang lahir berkembang secara fisik, kognitif,
sosial, dan juga emosional hingga tumbuh dewasa dan menjadi
kepribadian yang kuat dalam kehidupannya. Pembentukan
karakter ini tidak terlepas dari perkembangan emosi yang
tergantung pada pengalaman yang terus berlanjut dalam setiap
prosesnya. Sementara itu, Chaplin (2006) mendefinisikan emosi
dalam Kamus Psikologi sebagai keadaan gelisah suatu
organisme, yang melibatkan perubahan kesadaran yang
mendalam melalui perubahan perilaku. Chaplin membedakan
emosi dengan emosi, emosi adalah respon terhadap stimulus
yang menyebabkan perubahan fisiologis yang melibatkan emosi
yang kuat dan kebiasaan yang mencakup kemungkinan
pelepasannya.
Perkembangan emosi mengacu pada respons anak
terhadap berbagai emosi yang mereka alami setiap hari, yang
berdampak signifikan pada prospek masa depan mereka untuk
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berperilaku, dan
menikmati hidup sebagai orang dewasa. Perkembangan emosi
ini mengacu pada pengalaman anak mengenali emosi dan
perasaan yang dialaminya. Sejak kecil manusia sudah mampu
mengenali emosi seperti kebahagiaan, kesedihan, ketakutan,
dan kemarahan. Berbagai perasaan ini kemudian berkembang
menjadi rasa malu, terkejut, bersalah, bangga dan empati.
88
Perasaan ini berkembang dengan pengalaman dan setiap anak
menghadapinya secara berbeda.
Selain itu memahami bagaimana dan mengapa sesuatu
terjadi. Anak juga mengenali dan mengembangkan emosi
lainnya. Semakin tua usia anak, semakin rumit perkembangan
emosi anak. Hal ini sejalan dengan akumulasi pengalaman
hidup. Oleh karena itu, perkembangan emosi sangat penting
untuk menjamin kesehatan mental anak yang lebih baik.
Sebelum anak menghadapi sesuatu yang rumit dan besar dalam
hidup.
Penting bagi orang tua untuk membantu anak-anak
mendefinisikan emosi yang dirasakan, kemudian menerima apa
yang dirasakan, dan mengelolanya. Kompetensi dari sisi
emosional berfokus pada kemampuan anak untuk mengenali,
mengekspresikan, dan mengelola emosi yang berbeda. Anak
yang mengendalikan emosinya dengan adaptif nantinya dapat
mengembangkan citra diri yang positif dan menjadi pribadi
yang percaya diri.
Pada dasarnya perkembangan emosi anak usia dini
berkembang dengan sendirinya. Namun seorang anak tetap
membutuhkan dukungan penuh dari lingkungan terutama dari
orang tua untuk mengembangkan kecerdasan emosional ini
dengan baik. Jika kecerdasan emosional ini berkembang secara
positif, kecerdasan intelektual juga berkembang secara optimal,
seperti kemampuan untuk memahami apa yang terjadi dan
menghadapi emosi sesuai dengan keadaan.
Perkembangan emosi pada anak usia dini biasanya
dianggap sebagai respons fisik. Hal ini sejalan dengan pendapat
Ali (2004) bahwa Perasaan atau (feeling) adalah pengalaman
disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal
maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmani. Hal ini yang
kemudian berkembang untuk mengenali emosi yang berbeda
seiring bertambahnya usia.
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan anak
dalam mengenali dan mengekspresikan emosinya, seperti faktor
kematangan yang dipengaruhi oleh kelenjar endokrin.
89
Kurangnya produksi kelenjar endokrin mempengaruhi respons
fisiologis anak terhadap stres. Namun tentunya faktor belajar
alami juga memiliki pengaruh penting dalam mendukung
perkembangan emosi pada anak usia dini.
E. Perkembangan Psikososial
Pendapat Mone (2019) bahwa satu perkembangan yang
sangat penting anak adalah perkembangan psikososial yang
menjalani hidup seperti itu Erikson mengatakan itu
perkembangan psikososial proses seumur hidup di mana setiap
tahun pertama kehidupan membentuk perkembangan masa
yang akan datang. Ada 8 tahap perkembangan psikososial atau
oleh Erikson disebut “ages of man”. Empat tahap perkembangan
pertama mengarah pada perkembangan dari Freud yaitu oral,
anal, phalik, dan latency, Namun terdapat perbedaan secara
prinsipil dengan pandangan tahap perkembangan psikoseksual
dari Freud. Erikson lebih fokus pada psikososial daripada
biologis. Ericson mengintegrasikan teori Freud dengan
lingkungan sosial. Proses perkembangan melalui tahap-tahap
yang diatur oleh Epigenetic Principle of Maturation, setiap
tahap ditentukan oleh faktor genetik/keturunan. Erikson juga
menekankan faktor peranan lingkungan/sosial. Jadi
perkembangan ditentukan oleh dua faktor yaitu dari dalam
(innate) dan faktor yang dipelajari. Erickson menekankan bahwa
tuntutan masyarakat pada setiap tahap perkembangan tidak
hanya mendorong terbentuknya kepribadian yang unik. Selain
itu juga dapat memfasilitasi individu menguasai keterampilan
dan sikap yang membantu mereka sebagai bagian dari
masyarakat tertentu untuk bisa aktif dan berkontribusi pada
masyarakatnya.
Perkembangan manusia juga memiliki tantangan untuk
melewati sejumlah konflik. Pada pembentukan kepribadian,
penting untuk mampu mengatasi konflik pada setiap tahapnya.
Setiap tahap perkembangan melibatkan dua pilihan yaitu
maladaptif dan adaptif. Hal tersebut pada dasarnya untuk
membentuk ego identity. Pada contohnya di pada tahap pertama
90
melalui dua tahap perkembangan yaitu trust dan mistrust. Trust
lebih adaptif sedangkan mistrust mengacu pada sisi maladaptif.
Walaupun kepercayaan itu menjadi pondasi utama, dan
penting. Namun Individu juga harus mengembangkan mistrust
sebagai bentuk perlindungan. Di setiap tahap, ego harus
mengembangkan sikap adaptif maupun maladaptif. Namun
dalam kadar yang cukup dalam artian sisi adaptifnya lebuh kuat
dan sisi maladaptifnya tidak boleh terlalu dominan. Hal tersebut
penting bagi anak agar mencapai tugas perkembangan yang
optimum.
Menurut teori tersebut, keberhasilan menyelesaikan
setiap tahap menghasilkan kepribadian yang sehat dan
perolehan kebajikan dasar. Kebajikan dasar adalah kekuatan
karakteristik yang dapat digunakan ego untuk menyelesaikan
krisis berikutnya. Kegagalan untuk berhasil menyelesaikan satu
tahap dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk
menyelesaikan tahap selanjutnya dan oleh karena itu
menyebabkan kepribadian dan rasa diri yang lebih tidak sehat.
Ada 8 tahap perkembangan psikososial di mana setiap
tahap terdapat tugas perkembangan yang unik. Tugas tersebut
berupa krisis yang harus diselesaikan individu. Krisis
merupakan titik balik di mana kerentanan dan peluang
pengembangan potensi sama sama mengalami peningkatan.
Mengacu pada teori psikososial Erik Erikson, delapan tahap
perkembangan ini adalah (Suharto dkk, 2018)
1. Tahap Percaya dan Tidak Percaya
Pada tahap 0-1 tahun ini. Di mana langkah ini bisa
membangun kepercayaan anak terhadap lingkungan dan
figur orang dewasa yang dekat dengan anak. Tetapi jika tidak
tuntas dengan baik maka akan memberikan
ketidakpercayaan lingkungan dan orang lain sekitar.
91
Selain itu mencoba untuk mulai belajar mengelola diri dan
memenuhi kebutuhan sendiri. Hal ini dapat dicontohkan
dengan memakai baju sendiri, mandi sendiri, dan
sebagainya. Jika tahap ini anak mengembangkan kegagalan
atau setelahnya mengerjakan hasil salah dan
mempermalukan orang lain, maka akan menimbulkan
keraguan di diri anak.
92
6. Fase Keintiman vs Terisolir
Sebagai seorang dewasa muda, 18 sampai 40 tahun.
Pada saat ini mereka mencoba menjalin hubungan yang lebih
intim baik dengan sahabat dan lawan jenis. Jika ia belum
mampu menjalin hubungan yang lebih dekat. Namun jika ia
gagal maka ia akan mengalami perasaan terisolir, sedih, tidak
berharga, dan sebagainya.
F. Perkembangan Moral
Moral berasal dari kata latin “mores” dari kata jamak
“mos” yang berarti tata krama, tingkah laku, sifat, budi pekerti,
akhlak, yang selanjutnya berarti mengembangkan kebiasaan
berperilaku baik. Hal ini mengacu pada pandangan Hurlock
(1980) bahwa moral berasal dari kata latin mores yang berarti
mores, mores, cara dan kebiasaan rakyat. Dalam bahasa
Indonesia moralitas diartikan sebagai moralitas. Moralitas pada
dasarnya adalah seperangkat nilai tentang berbagai perilaku
93
yang harus diikuti. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1990) bahwa akhlak adalah hal baik dan buruk yang diterima
oleh masyarakat menurut perbuatan, sikap, kewajiban,
kesusilaan dan adat istiadat.
Konsep moralitas mengacu pada peraturan perilaku yang
telah menjadi kebiasaan anggota kelompok atau anggota suatu
budaya. Hal ini sejalan dengan pendapat Santrock (2003) bahwa
nilai moralitas lebih kuat mengacu padahal perilaku yang dapat
diterima dan tidak dapat diterima, etis atau tidak etis. Moralitas
juga terkait dengan peraturan yang ada di masyarakat untuk
mengatur tatanan hidup untuk menentukan pola perilaku yang
diharapkan dari seluruh anggota kelompok
Inti dari pembahasan moral mengacu pada bidang
kehidupan manusia, yang dinilai menurut baik atau buruknya
perbuatan manusia. Standar moral berfungsi sebagai standar
untuk menentukan benar atau salahnya sikap dan tindakan
orang. Makna sikap dan perilakunya. Jika dikaitkan dengan
perilaku dan moral maka terdapat dua acuan perilaku amoral
dan perilaku tidak sesuai harapan sosial. Perilaku amoral atau
non moral adalah perilaku yang tidak sesuai dengan harapan
sosial yang disebabkan oleh ketidakacuhan terhadap harapan
social (pelanggaran secara tidak sengaja terhadap standar
kelompok). Sedangkan perilaku tak bermoral yaitu perilaku
yang tidak sesuai dengan harapan social, karena tidak setuju
dengan standar sosial atau kurang memiliki rasa wajib
menyesuaikan diri dengan harapan social.
Pertanyaan menarik adalah mengenai perkembangan
moral, apakah moralitas itu terinstal atau dipelajari? Bayi yang
baru lahir tidak membawa aspek moral. Aspek moral
merupakan sesuatu yang berkembang dan dikembangkan dan
dipelajari yang menunjukkan tahap perkembangan yang
sistematis. Dengan demikian maka perkembangan moral
membutuhkan peran dan pendampingan dari orang tua dan
orang dewasa disekitar anak. Kohlberg (1963; 1974)
menunjukkan perkembangannya moralitas anak-anak terjadi
dalam enam tahap yang terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu
94
1. Tahap Pertama disebut Tingkat Pra-Konvensional.
Tingkat adalah prakonvensional perkembangan moral
anak antara empat dan sembilan tahun (sebelum usia sekolah
dasar sampai kelas tiga sekolah dasar). Pada level ini
dianggap baik lakukan adalah fisiknya bisa merasakan itu
sesuatu baik untuknya. Pendidikan moral menyangkut
pengembangan sikap moral dan karakter yang baik.
Perkembangan moral sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
maka pada masa kanak-kanak ini orang tua dan lingkungan
sangat mempengaruhi perkembangan moral anak, moral
positif berjalan dengan baik di masa depan, begitu pula
sebaliknya, jika seorang anak hanya menerima moral negatif
sejak dini. kemudian berkembang. anak secara negatif,
seperti yang diharapkan orang tua. Pada level ini memiliki
dua level, yaitu:
a. Pertama, tahap yang disebut dengan orientasi
konsekuensi dan kepatuhan. Hal yang baik dan buruk
pada saat ini perilaku ditentukan oleh apa fisik baik dan
buruk.
b. Kedua, tahap yang disebut dengan orientasi relativis-
instrumental. Pada tingkat ini, baik dan buruk perilaku
ditentukan olehnya hubungan timbal balik. Jika seorang
anak memukul dan dia memukul kembali. Ketika seorang
anak dicintai, mereka akan memberikan rasa cinta.
95
teman atau figur otorita akan dilakukan. Jika temannya
setuju akan perilakunya, maka akan terjadi pengulangan
perilaku seperti itu. Ketika temannya tidak setuju dengan
perilakunya, maka dia akan menghentikan perilakunya.
b. Tahap keempat disebut dengan orientasi konsekuensi dan
ketertiban. Pada titik ini yang baik apa yang dilakukan
berdasarkan peraturan resmi atau berorientasi pada
ketaatan terhadap aturan yang berlaku.
96
DAFTAR PUSTAKA
97
BAB HAKIKAT PERTUMBUHAN,
6
PERKEMBANGAN DAN
KEMATANGAN BESERTA
PRINSIP-PRINSIPNYA
98
Pertumbuhan merupakan perubahan-perubahan
biologis, anatomis dan fisiologis manusia, misalnya
perubahan dari bentuk tubuh bayi menjadi kanak-kanak, dari
kanak-kanak berubah menjadi remaja, remaja menjadi orang
dewasa. Sedangkan perkembangan merupakan perubahan-
perubahan psikis dan motoriknya, misalnya belajar berjalan,
belajar berbahasa, bermain, berpikir konkret, berpikir
abstrak, dan sebagainya (Fudyartanta, 2012)
Berdasarkan penelitian (Amat, 2021.) disimpulkan
bahwa Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu
yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai
proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau
keadaan jasmani ) yang herediter dalam bentuk proses aktif
secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut
peningkatan ukuran dan struktur biologis.
2. Perkembangan
Perkembangan tentu memiliki perbedaan dengan
pertumbuhan. Ketika pertumbuhan identik dengan
perubahan secara kuantitatif, maka perkembangan sendiri
identik dengan perubahan secara kualitatif. Berdasarkan
KBBI, perkembangan memiliki arti perihal berkembang.
Kemudian arti bekembang sendiri berdasarkan KBBI ialah
pertambah, memekar atau membentang (Muhibbin
Syah2004).
Perkembangan (development) adalah perubahan yang
bersifat kuantitatif dan kualitatif. perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil proses pematangan. disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
99
kognitif, bahasa, motorik, emosional dan perkembangan
merupakan perubahan yang bersifat progresif, terarah, dan
terpadu (Soetjiningsih, 2013).
Perkembangan dapat diartikan sebagai akibat dari
perubahan kematangan dan kesiapan fisik yang memiliki
potensi untuk melakukan suatu aktivitas, sehingga individu
telah mempunyai suatu pengalaman. Dengan pengalaman
ini, ia akan dapat melakukan suatu aktivitas yang sama
dalam waktu mendatang. Tolok ukur untuk melihat adanya
perkembangan seorang individu adalah pada aspek
kemampuan yang dimiliki sesuai dengan tahap
perkembangannya. Dengan membandingkan keadaan satu
fase dengan fase berikutnya maka apabila terjadi
peningkatan pada fase sesudahnya dari pada fase
sebelumnya, maka individu telah mengalami fase
perkembangan (Hidayati, 2016).
Karakteristik dari perkembangan ialah meliputi
perubahan fungsi-fungsi organ fisik, fungsi psikologis atau
kepribadian, menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar,
perkembangan bahasa, perkembangan pemikiran dan
perkembangan sosioemosi. Perkembangan memiliki 2 faktor
yang mempengaruhi, yakni faktor internal yang terdiri dari
usia dan bakat atau kemampuan yang dimiliki seseorang,
sementara faktor eksternal yang terdiri dari hal yang
berkaitan tentang proses pematangan (khususnya
pematangan kognitif), proses belajar seseorang dalam
kehidupan (pengalaman), serta lingkungan sekitar
(Muhibbin Syah, 2004).
Perkembangan menghasilkan kemampuan baru yang
berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap
yang lebih tinggi. Perkembangan bergerak secara berangsur-
angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke bentuk/
tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai
dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian
(Deswita. 2015.)
100
Tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua
peristiwa yang sifatnya berbeda, namun kedua hal ini saling
berkaitan. Menurut (Soetjiningsih, 2013) Pertumbuhan
terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda
dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ
yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem
neuromuskuler, kemampuan bicara emosi dan sosialisasi.
Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan
manusia yang utuh, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan mempunyai dampak fisik, sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ
atau individual.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang
berkaitan satu sama lain, dimana salah satu persamaan yang
dimiliki adalah objeknya (manusia), keduanya sama-sama
berakibat perubahan pada manusia, serta keduanya sama-
sama berpengaruh dalam setiap jenjang kehidupan seseorang
kedepannya . Keduanya sama-sama dipengaruhi faktor
internal dan eksternal, tetapi jika dilihat secara eksplisit
faktor internal dan eksternalnya berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya (Soemanto, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan antara lain: pertumbuhan fisik, kecerdasan,
temperamen (emosi), sosial, bahasa, bakat khusus, sikap nilai
dan moral, interaksi keturunan dan lingkungan dalam
perkembangan. Fase-fase pertumbuhan dan perkembangan
yang dialami manusia antara lain: fase prenatal, fase bayi,
fase kanak-kanak awal, fase kanak-kanak tengah dan akhir,
fase remaja, fase awal dewasa, fase pertengahan dewasa, fase
akhir dewasa (Amat, 2021.).
Dari beberapa hal yang telah dipaparkan sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa istilah pertumbuhan dalam
konteks perkembangan merujuk kepada perubahan-
perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan dalam
ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan,
101
pertumbuhan kaki, kepala, jantung, paru-paru, dan
sebagainya. Dengan demikian, istilah “pertumbuhan” lebih
cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan
tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan
kemudian menurun menuju pada keruntuhannya.
Sedangkan istilah “perkembangan” lebih menunjuk pada
kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju
terus sampai akhir hayat (Deswita, 2015.)
3. Emosi
Emosi adalah suatu keadaan yang kompleks dapat berupa
perasaan/pikiran yang ditandai oleh perubahan biologis
yang muncul dari perilaku seseorang (sunarto dan hartono.
2008). Ada 4 (empat) emosi dasar (basic emotions) pada
manusia, yaitu:
a. Senang (gembira) 2). Marah 3). Takut 4). Sedih. Fungsi
emosi pada perkembangan anak adalah merupakan
bentuk komunikasi.
b. Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan
penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya.
c. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
102
d. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang
dapat menjadi satu kebiasaan.
e. Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat
aktivitas motorik dan mental anak.
4. Sosial
Setiap manusia memerlukan lingkungan dan senantiasa akan
memerlukan manusia lainnya. Akhirnya manusia mengenal
kehidupan bersama, kemudian bermasyarakat atau
berkehidupan sosial.
103
kepribadian tanpa dipengaruhi oleh ketidaksadaran atau
pengalaman kanak kanak
Menurut (Ajhuri, 2019) kematangan itu sebenarnya
merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir,
timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut
mengatur pola perkembangan tingkah laku individu.
Meskipun demikian, kematangan tidak dapat dikategorikan
sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena
kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum
dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu.
Dari beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa,
kematangan diri (self maturity) merupakan kemampuan
individu dalam mengaktualisasikan dirinya yang ditandai
dengan pribadi yang selalu berjuang demi menggapai masa
depan dan cita-cita. Dengan keinginan itulah, individu yang
matang menjadi lebih berani, tekun, mandiri dan
berkomitmen terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Individu yang melalui alur pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal akhirnya menjadi manusia yang mengalami
kematangan dengan ciri dapat menghadapi hidupnya sesuai
dengan tuntutan kondisi kehidupan lingkungannya (Amat.
2021).
104
sosial yang sangat tinggi dan memiliki perkembangannya
sangat cepat dalam segi itu, namun untuk kemampuan
lainnya kurang dan perkembangannya lambat
3. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola
tertentu. Perkembangan suatu segi, dapat didahului atau
mendahului segi yang lainnya.
4. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur, sedikit
demi sedikit. Secara normal perkembangan itu berlangsung
sedikit demi sedikit, tetapi dalam situasi - situasi tertentu
dapat juga terjadi lompatan atau bahkan kemacetan.
5. Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat
umum menuju ke arah yang lebih khusus, mengikuti proses
diferensiasi dan integrasi. Perkembangan dimulai dengan
dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum.
6. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh
fase, tetapi karena faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati
dengan cepat atau sangat lambat.
7. Sampai pada batas-batas tertentu, perkembangan suatu
aspek dapat dipercepat atau diperlambat.
8. Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau
berkorelasi dengan aspek lainnya.
9. Pada saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu,
perkembangan pria dan wanita berbeda.
105
yang teratur, terbangun secara berangsur-angsur, dan ada
polanya
106
DAFTAR PUSTAKA
107
BAB
PERIODISASI DALAM
7 PERKEMBANGAN
A. Pendahuluan
Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak
masa pembuahan dan terus berlangsung selama masa hidup
manusia, dimana mencakup pertumbuhan dan terdapat fase
kemunduran yang disebabkan proses penuaan dan kematian
(Santrock, 2012). Pada masa perkembangan manusia, terdapat
periodisasi yaitu berupa pengelompokkan untuk memudahkan
dalam memahami hakikat perkembangan manusia. Menurut
King (2010) periode perkembangan manusia dapat dibagi
menjadi periode prenatal, kanak-kanak, remaja, dewasa dan
penuaan atau lansia. Adapun penjelasan masing-masing periode
adalah sebagai berikut:
B. Periode Prenatal
Periode prenatal merupakan periode dimana manusia
atau individu mengalami perkembangan untuk pertama
kalinya. Manusia pada periode ini sering disebut sebagai janin
dan periode ini juga sering disebut dengan masa kehamilan.
Seorang wanita dan janinnya, umumnya akan mengalami
periode ini selama sembilan bulan sepuluh hari. Jika kurang dari
usia tersebut, dalam ilmu kedokteran disebut sebagai janin
prematur (Jannah & Mirta, 2018).
108
Perkembangan pada periode ini sangat penting untuk
diperhatikan, karena perkembangan pada periode ini akan
mempengaruhi perkembangan individu di periode-periode
selanjutnya. Setidaknya ada tiga domain perkembangan yang
penting untuk diberikan stimulasi awal pada periode ini. Ketiga
domain tersebut adalah
1. Perkembangan Fisik
Menurut Pemilu (2006), perkembangan fisik dibagi
menjadi tiga fase yakni germinal, embrio dan janin.
Penjelasan masing-masing fase adalah sebagai berikut:
a. Fase Germinal
Fase ini dimulai sejak sel telur dibuahi oleh sel sperma
hingga usia 10 - 14 hari. Fase ini meliputi terjadinya zigot,
pembelahan sel dan implantation. Fase ini juga sering
disebut dengan fase pembuahan. Bagian-bagian penting
dari calon janin akan berkembang menuju fase embrio.
b. Fase Embrio
Fase ini dimulai dimulai sejak kehamilan berusia antara
akhir minggu kedua sampai dengan akhir minggu
kedelapan. Fase ini ditandai perkembangan yang cukup
signifikan pada orang tubuh, sistem pernafasan,
pencernaan dan sistem saraf. Fase embrionis ini sangat
rentan terjadinya keguguran spontan.
c. Fase Janin
Fase ini adalah fase perkembangan sebelum kelahiran
yang dimulai dua bulan setelah proses perubahan dan
umumnya berlangsung selama tujuh bulan.
Perkembangan otak adalah ciri khas yang paling terlihat
dari periode ini. Otak berkembang dengan sangat
menakjubkan melalui 100 milyar sel neuron dan saraf
yang juga berkembang.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif individu selama masa prenatal
dapat terlihat dari perkembangan otak di fase perkembangan
fisik yang dijelaskan sebelumnya. Otak janin mulai
menunjukan perkembangan neuron dan sel saraf hingga
109
mencapai milyaran. Janin mulai belajar dan mengingat
melalui aktivitas menghisap jari di dalam kandungan. Janin
juga mulai mengingat dan merekam apa yang didengarnya,
bahkan ketika masih di dalam kandungan. Membacakan
cerita dengan suara yang keras diyakini mampu lebih
mengaktifkan rekaman ingatan anak dibandingkan tidak
sama sekali (Pieter & Lubis, 2016).
Proses bercerita ibu dengan suara yang keras lebih
dikenal dengan istilah pemberian rangsang atau stimulasi.
Pemberian rangsang sejak dini merupakan suatu hal yang
perlu diberikan untuk meningkatkan peluang anak memiliki
kemampuan intelektual dan kreativitas yang tinggi
(Maziyatul, Fahmi & Febri, 2020). Semakin dini dan semakin
lama stimulasi diberikan, maka akan semakin besar manfaat
yang dirasakan dalam tumbuh kembang anak (Suri, 2019).
Lebih lanjut, Suri (2019) menjelaskan bahwa anak yang
mendapatkan stimulus pendengaran ketika masih bayi,
menunjukan kemampuan kosakata yang lebih baik
dibandingkan dengan anak yang lain. Soenarwo (2012) juga
menambahkan bahwa anak-anak yang telah diberi
pendidikan berupa rangsangan atau stimulasi sejak dalam
kandungan, cenderung mengalami peningkatan kecerdasan
otak serta kemampuan komunikasi dan beradaptasi yang
ikut meningkat.
3. Perkembangan Emosi
Rangsangan dan stimulasi sejak anak dalam
kandungan ternyata tidak hanya berpengaruh pada
perkembangan kognitifnya saja. Pemberian rangsang atau
stimulasi juga berpengaruh terhadap berkembangnya anak
memahami emosi. Tanpa disadari, ketika proses pemberian
rangsang ini dilakukan, terjadi peningkatan hubungan
emosional antara ibu dan anak. Sejak usia enam bulan, bayi
diyakini sudah merasakan emosi ibunya. Hormon-hormon
ibu yang muncul akibat emosi senang, sedih, haru, takut, stre,
cemas dan lainnya akan ikut disalurkan kepada bayi. Emosi
negatif perlu dihindari karena akan membuat pasokan udara
110
untuk bayi berkurang (Desmita, 2005). Emosi-emosi yang
dirasakan ibu selama hamil juga akan dirasakan janin lewat
hormon-hormon yang disalukan kepadanya. Oleh karena itu,
penting untuk memastikan bahwa selama hamil, ibu berada
dalam situasi yang nyaman dan tidak tertekan.
Janin merasakan stimulasi lewat pikiran dan perasaan
yang saling berkaitan dengan ibunya. Perluasan jaringan otak
seperti yang disebutkan sebelumnya, akan tampak nyata
dalam perbedaan temperamen bayi ketika dewasa nanti.
Temperamen ini tergambar dari ekspresi, emosi dan
kemampuan individu dalam meregulasi dan beraktivitas
(Goldsmith, Buss, Plomin, et al, 1987). Artinya penting untuk
memberikan stimulasi sejak masa kandungan agar
temperamen anak terjaga. Diketahui ibu yang tidak
memberikan stimulasi pada janin selama masa kehamilan,
maka resiko memiliki anak yang memiliki temperamen tidak
mudah akan semakin tinggi (Setyaningsih, 2017).
111
anak yang menginjak di akhir masa kanak-kanak mereka akan
menunjukan aktivitas fisik yang lebih besar intensitas dan
frekuensinya.
Masa tumbuh kembang bayi dan anak-anak
merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis
perkembangan seseorang . Dikatakan masa keemasan karena
masa bayi berlangsung singkat dan tidak dapat diulang kembali,
sedangkan dikatakan masa kritis karena pada masa ini, bayi
dan anak sangat peka terhadap lingkungan dan
membutuhkan asupan gizi serta stimulasi yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangannya tersebut (Depkes, 2009).
Tumbuh kembang pada bayi tidak lepas dari konsep
pertumbuhan dan perkembangan. Tumbuh kembang bayi
sangat dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan utamanya.
Kebutuhan utama itu dikenal dengan istilah triple A, menurut
Jayatmi dan Herliana (2018) triple A tersebut terdiri dari
kebutuhan gizi (asuh), kebutuhan emosi dan kasih sayang
(asih), dan kebutuhan stimulasi dini (asah). Stimulasi tumbuh
kembang yang baik dapat diberikan oleh orang tua kepada
anaknya mulai dari bayi. Stimulasi atau rangsangan yang baik
dapat mengembangkan potensi anak secara maksimal, bahkan
menetap hingga anak beranjak dewasa (Adriana, 2013). Bayi
berusia 3 bulan keatas sudah mulai memperlihatkan
kemampuan motorik dan bahasanya, yang seharusnya di waktu
itulah banyak diberikan perlakuan stimulasi, agar lebih
meningkatkan kemampuannya tersebut (Sutawijaya, 2010).
Pada anak, perkembangan kognitif dapat dilihat dari teori
yang disampaikan Piaget (2002) dimana perkembangan kognitif
tersebut akan memenuhi 4 tahap. keempat tahap tersebut
adalah
1. Tahap sensori motorik; tahap ini berlangsung sejak usia 2
tahun, pada tahap ini, anak atau bayi membangun
pemahaman dengan menyelaraskan pengalaman sensori
seperti melihat dan mendengar dengan tindakan motorik.
Objek permanen adalah salah satu istilah penting dalam
tahap ini adalah objek permanen, yang memiliki arti bahwa
112
anak pada tahap ini belajar memahami bahwa sebuah benda
dan peristiwa tetap ada walaupun tidak terlihat, terdengar
atau dirasakan secara langsung. Tahap ini akan melibatkan
kemampuan menata dan mengkordinasika sensasi dengan
gerakan fisik serta mengikutsertakan kesadaran akan objek
permanen.
113
hipotesis-deduktif harus sudah mulai terbentuk dan terus
berkembang. Istilah ini memiliki arti bahwa kemampuan
anak untuk membentuk hipotesis mengenai cara
memecahkan masalah.
114
8. Inteligensi hasil penemuan; Untuk menentukan konsultasi
kemana dan penanganan selanjutnya.
C. Periode Remaja
Remaja diartikan sebagai salah satu periode transisi dalam
kehidupan manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak
dan dewasa (Santrock, 2003). Sedangkan Badan Kesehatan
Dunia atau World Health Organization (WHO) memberikan
batasan mengenai siapa remaja secara konseptual. WHO
mengemukakan ada tiga kriteria yang digunakan, yakni
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi (Wirawan, 2002). Pada
masa remaja, individu mengalami banyak tuntutan yang harus
dipenuhinya. Salah satu tuntutannya adalah untuk mengetahui
jati diri atau identitasnya.
Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa
remaja akhir atau awal usia dua puluhan, dan masa tersebut
membawa perubahan besar saling bertautan dalam semua ranah
perkembangan (Papalia, Diane, Olds, Wendkos, Fieldman, dan
Duskin, 2008). Sedangkan menurut Wirawan (2002), batasan
usia untuk remaja, harus dibuat berdasarkan pertimbangan
nilai-nilai budaya setempat, sehingga untuk di Indonesia
dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun serta belum
menikah. Lebih lanut, Wirawan (2002) menjelaskan, jika hal ini
sesuai dengan keadaan budaya di Indonesia, dimana:
1. Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-
tanda sekunder mulai nampak.
2. Pada masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap
akil baligh, baik menurut adat maupun agama, sehingga
masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-
anak.
3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan
perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas ego
(menurut Erikson), tercapainya fase genital dari
perkembangan psikoseksual (menurut Freud), dan
tercapainya puncak perkembangan kognitif (menurut
Piaget), maupun moral (menurut Kohlberg).
115
4. Batas usia 24 tahun adalah merupakan batas maksimal, yaitu
untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia
tersebut masih menggantungkan diri pada orangtua,
belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orangtua.
5. Dalam definisi tersebut, status perkawinan sangat
menentukan apakah individu masih digolongkan sebagai
remaja ataukah tidak.
116
2. Masa remaja madya (pertengahan). Biasanya duduk di
bangku Sekolah Menengah Atas dengan ciri-ciri: sangat
membutuhkan teman, cenderung bersifat
narsistik/kecintaan pada diri sendiri, berada dalam kondisi
kesusahan dan kebingungan, karena pertentangan yang
terjadi dalam diri, berkeinginan besar mencoba segala hal
yang belum diketahuinya, dan keinginan menjelajah ke alam
sekitar yang lebih luas.
3. Masa remaja akhir. Ditandai dengan ciri-ciri: aspek-aspek
psikis dan fisiknya mulai stabil, meningkatnya berfikir
realistis, memiliki sikap pandang yang sudah baik, lebih
matang dalam cara menghadapi masalah, ketenangan
emosional bertambah, lebih mampu menguasai perasaan,
sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah
lagi, dan lebih banyak perhatian terhadap lamabang-
lambang kematangan.
117
D. Periode Dewasa
Transisi dari periode remaja ke periode dewasa dikenal
dengan istilah tumbuh dewasa atau emerging adulthood (Arnett
dalam King, 2010). Menurut Hurlock (2002) periode dewasa ini
dibagi kembali menjadi tiga kelompok. Kelompok ini dibagi
berdasarkan usianya, yakni usia dewasa awal atau dini yaitu
dimulai pada usia 18 tahun hingga kira kira memasuki usia 40
tahun, masa dewasa madya dimulai pada usia 40 – 60 tahun, dan
dewasa lanjut masuk pada 60 tahun keatas. Masing-masing
kelompok tersebut akan menunjukan perubahan fisik dan
psikologis yang berbeda. Tentu saja, tugas perkembangannya
juga akan berbeda.
Arnett dalam King (2010) menyimpulkan bahwa seorang
yang tumbuh dewasa akan ditandai dengan:
1. Pencarian identitas, terutama dalam asmara dan pekerjaan.
Tumbuh dewasa adalah waktu kunci perubahan identitas
terjadi bagi kebanyakan individu
2. Ketidakstabilan; masa dewasa awal merupakan puncak masa
seseorang berpindah tempat tinggal, suatu masa dimana juga
terjadi ketidakstabilan dalam asmara, pekerjaan, dan
pendidikan.
3. Fokus diri; menurut Armett, seseorang yang berada dalam
masa tumbuh dewasa :fokus pada diri mereka sendiri
sehingga hanya sedikit mempetimbnagkan kewajiban sosial
dan sedikut mempertimbangkan tugas dan komitmen
kepada orang lain, sehingga mereka akan memiliki lebih
banyak kemandirian dalam menjalankan hidup mereka”
4. Merasa berada “ditengah-tengah”; mereka yang berada
dalam masa tumbuh dewasa merasa diri mereka sudah
bukan remaja lagi, namun belum menjadi orang dewasa
sepenuhnya.
5. Usia dengan segala kemungkinan, masa dimana individu
memiliki kesempatan untuk mengubah hidup mereka;
Arnett dalam KIng (2010) menguraikan dua jalur yang
menyebabkan tumbuh dewasa disebut sebagai usia dengan
segala kemungkinan: (1) banyak orang yang berada dalam
118
masa tumbuh dewasa optimis dengan masa depan mereka,
dan (2) bagi mereka yang selama ini tumbuh dengan
menghadapi kesulitan-kesulitan hidup, masa tumbuh
dewasa memberikan kesempatan untuk mengarahkan hidup
mereka ke arah yang lebih positif (Schulenberg & Zarret
dalam King, 2010).
E. Periode Lansia
Manusia yang telah mengalami proses tumbuh kembang
selanjutnya akan mengalami proses penuaan. Proses penuaan ini
umumnya terlihat ketika manusia berada di periode lansia.
Lansia merupakan salah periode yang dapat dikelompokan
menjadi dua, yakni berdasarkan usia kronologis dan usia
fungsional. Secara usia kronologis, lansia dapat dikelompokan
menjadi tiga, yakni lansia muda, lansia tua dan lansia tertua.
Lansia muda merujuk pada individu yang memiliki rentang usia
dari 65 sampai 74 tahun, lansia tua berusia sekitar 75 sampai 84
tahun dan lansia tertua dengan rentan usia 85 tahun ke atas
(Papalia & Ruth, 2015). Sedangkan secara fungsional, seorang
lansia akan dikategorikan berdasarkan seberapa baik dirinya
berfungsi, baik secara fisik maupun sosial. Seorang yang berusia
lebih dari 85 tahun namun masih memiliki kesehatan fisik yang
baik serta fungsi sosial yang baik pula, maka dikatakan lansia
muda dibandingkan dengan seorang yang berusia 60 tahun,
namun kesehatannya menurun serta tidak mampu lagi
berfungsi secara sosial tanpa bantuan orang lain. Neugarten &
Tobin (1981) kemudian menggunakan istilah lansia muda untuk
para lansia yang sehat dan aktif serta lansia tua untuk yang
119
sudah rentan dan mengalami gangguan minor, terlepas dari usia
kronologis mereka.
Saat memasuki usia tua, para lansia mengalami
perubahan struktur otak yang menyebabkan kemunduran
kualitas hidup, dan berakibat pada kemandirian yang juga ikut
menurun dalam aktivitas kesehariannya (Nugroho, 2000).
Seiring berjalannya waktu, kemampuan fisik juga akan ikut
menurun. Hal ini menyebabkan seorang lansia akan
menunjukan penurunan performa dalam kinerja serta
ketergantungan (Setiarsih & Syariyanit, 2020). Kemunduran
fisik, psikis, dan sosial menjadi beberapa penyebab
ketergantungan pada proses menua lansia tersebut (Yuzefo,
2015).
Menurut Hernawati (2006), perubahan pada lansia paling
besar terjadi pada 3 domain, yakni biologis, psikologis dan
sosiologis.
1. Perubahan Biologis
Perubahan ini meliputi massa otot yang berkurang dan
massa lemak yang bertambah sehingga menyebabkan kulit
menjadi keriput dan garis-garis wajah yang menetap,
penurunan indra penglihatan, penurunan indera perasa,
penurunan indera pendengaran, gigi yang mulai tanggal,
penurunan motilitas usus sehingga terjadi gangguan
pencernaan seperti perut nyeri atau tidak nafsu makan,
kemampuan motorik menurun, mudah merasa lelah, sering
dehidrasi, penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan
air dalam jumlah besar, penurunan fungsi sel otak yang
menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek
melambatkan proses informasi, kesulitan berbahasa dan
kesulitan mengenal benda-benda .
2. Kemunduran Psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidakmampuan
untuk mengadakan penyesuaian–penyesuaian terhadap
situasi yang dihadapinya . Perubahan besar terjadi ketika
individu memasuki periode lansia. Adaptasi yang kurang
baik akan memicu munculnya gangguan psikologis seperti
120
cemas, depresi, kekhawatiran berlebih dan lainnya. Contoh
lainnya sindrom lepas jabatan dan sedih yang
berkepanjangan.
3. Kemunduran Sosiologi
Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan pemahaman usia lanjut itu atas dirinya
sendiri. Status sosial seseorang sangat penting bagi seorang
lansia. Perubahan status sosial usia lanjut akan membawa
akibat bagi yang bersangkutan, seperti menurunnya fungsi
sosial kemasyarakatannya karena kemunduran-kemunduran
biologis dan psikologis yang terlebih dahulu terjadi.
121
DAFTAR PUSTAKA
122
Pieter, H. Z., & Lubis, N. L. (2016). Pengantar psikologi untuk
kebidanan. Jakarta: Pernadamedia Group.
123
BAB
TUGAS - TUGAS
8
PERKEMBANGAN
INDIVIDU
A. Pendahuluan
Perkembangan individu merupakan suatu proses yang
kompleks dan dinamis yang melibatkan berbagai aspek, seperti
perkembangan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan
moral. Setiap tahap perkembangan memiliki tugas-tugas yang
harus diatasi oleh individu agar dapat mencapai perkembangan
yang optimal
Dalam psikologi perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu merujuk pada tugas-tugas atau
tantangan yang harus diatasi oleh individu pada setiap tahap
perkembangan, mulai dari masa bayi hingga usia dewasa.
Tugas-tugas perkembangan tersebut meliputi berbagai aspek,
seperti pembentukan ikatan emosional pada masa bayi,
pengembangan identitas pada masa remaja, dan mencapai
kemandirian pada masa dewasa
Tugas-tugas perkembangan individu sangat penting
dalam membentuk pola pikir dan perilaku individu serta
mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai tahapan
perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, pemahaman yang
baik tentang tugas-tugas perkembangan individu dapat
membantu orang tua, guru, dan profesional lainnya dalam
mendukung perkembangan individu secara optimal.
124
B. Tahap – Tahap Perkembangan
1. Perkembangan Bayi
Tahap perkembangan bayi merupakan tahap yang paling
cepat dan banyak perubahan yang terjadi pada
perkembangan fisik, sosial-emosional, dan kognitif. Pada
tahap ini, bayi menghadapi tugas-tugas perkembangan
seperti membentuk ikatan emosional dengan orang tua,
belajar berinteraksi dengan lingkungan, serta
mengembangkan keterampilan motorik dasar
125
C. Tugas-Tugas Perkembangan yang Harus Diatasi Oleh
Individu Pada Setiap Tahap Perkembangan
1. Tahap Perkembangan Bayi (0-2 tahun)
a. Membentuk ikatan emosional dengan orang tua (Erikson,
1950)
b. Belajar berinteraksi dengan lingkungan (Piaget, 1952)
c. Mengembangkan keterampilan motorik dasar (Gesell,
1928)
2. Tahap Perkembangan Anak-Anak (2-12 tahun)
a. Belajar bermain sosial dengan teman sebaya (erikson,
1950)
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa (chomsky,1957)
c. Meningkatkan keterampilan kognitif seperti memecahkan
masalah (piaget, 1952)
3. Tahap Perkembangan Remaja (12-18 tahun)
a. Mencari identitas diri (Erikson, 1959)
b. Membangun hubungan sosial yang lebih intim dan
mendukung (Sullivan, 1953)
c. Mempersiapkan diri untuk masa depan (Super, 1963)
4. Tahap Perkembangan Dewasa (18 tahun ke atas)
a. Mencapai kemandirian (Erikson, 1950)
b. Mempertahankan hubungan yang sehat dan
berkomitmen (Sternberg, 1988)
c. Mencapai tujuan hidup (Maslow, 1954)
126
h. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang
tua, saudara, dan orang lain.
i. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk dan
pengembangan kata hati.
127
j. Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai
petunjuk/pembimbing dalam berperilaku.
128
h. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai sebagai pedoman
hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan minat
manusia.
129
kehidupan individu , Freud menyebutnya sebagai masa
oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber
kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan
eksplorasi dan belajar. Pada tahun kedua anak belajar
berjalan sehingga anak belajar menguasai ruang, mulai
dari yang paling dekat sampai dengan ruang yang jauh.
Pada tahun kedua umumnya terjadi pembiasaan terhadap
kebersihan. Melalui latihan kebersihan, anak belajar
mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongan
yang datang dari dalam dirinya.
b. Masa Estetik : dianggap sebagai masa perkembangan rasa
keindahan. Anak bereksplorasi dan belajar melalui panca
inderanya. Pada masa ini panca indera masih sangat
peka.melalui panca inderanya. Pada masa ini panca
indera masih sangat peka.
130
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13
tahun) :
a. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
konkret
b. Amat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal
atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya
bakat-bakat khusus
d. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau
orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan
memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya
anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan
berusaha untuk menyelesaikannya
e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor)
sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.
f. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain
bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi
dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada),
mereka membuat peraturan sendiri.
131
dewasa awal atau dewasa madya, yang intinya pada masa
ini merupakan pemantapan pendirian hidup.
132
DAFTAR PUSTAKA
133
BAB
PERKEMBANGAN
9
PRANATAL DAN
PASCA NATAL
A. Pendahuluan
Seorang manusia yang menginginkan generasinya lebih
baik daripada generasi sebelumnya maka perlu memahami dan
mempelajari berbagai tahapan dalam perkembangan manusia
untuk dapat menerapkan teori perubahan yang akan dapat
merubah atau memperbaiki kondisi manusia yang lebih baik
dari generasi sebelumnya. Pertumbuhan dan perkembangan
manusia terjadi sepanjang sejarah kehidupannya yang dimulai
semenjak konsepsi hingga menjelang ajal. Periode prenatal atau
disebut masa sebelum kelahiran adalah masa yang berlangsung
selama selama 9 bulan atau 280 hari. Masa kehidupan ini
merupakan masa yang paling singkat dibandingkan masa
seluruh kehidupan manusia, namun masa ini merupakan masa
yang sangat menentukan untuk pondasi kehidupan manusia
setelah kelahiran, dan masa ini juga diketahui merupakan masa
terjadinya perkembangan yang sangat cepat dari seluruh
perkembangan kehidupan manusia. Karena masa
perkembangan yang sangat singkat dan cepat ini hendaknya kita
selaku orang tua yang menginginkan generasi kita yang tangguh
di masa depan haruslah kita persiapkan segala sesuatunya sejak
dimulainya kehidupan di dalam kandungan. Menurut (Aprilia,
2020) perkembangan calon seorang anak sudah dapat diamati
pada tahap awal ovulasi. Pada saat terjadinya pembuahan, calon
134
bayi sudah dapat dipelajari. Dalam bab ini akan dibahas
perkembangan kehidupan manusia pada masa prenatal dan
pascanatal.
B. Perkembangan Prenatal
Masa prenatal merupakan masa terjadinya proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia pertama kalinya dan
sangat komplek yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir
setelah kelahiran, yaitu masa masa mulai terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh manusia
yang menyatu dan terjadinya pembentukan sistem yang saling
terkait dan kompleks. Perkembangan prenatal adalah
perkembangan manusia yang terjadi semenjak konsepsi hingga
proses kelahiran. Periode prenatal adalah periode paling singkat
dari seluruh periode perkembangan, yang dimulai pada saat
pembuahan dan berakhir saat proses kelahiran.
Proses perkembangan prenatal umumnya dibagi menjadi
3 (tiga) fase (Santrock, John, W. 2022):
1. Fase Germinal
Fase germinal adalah fase pertama perkembangan calon anak
manusia yang berlangsung hingga 2 minggu setelah
pembuahan. Proses pertemuan antara sel telur dengan ovum
disebut dengan dengan konsepsi. Proses terjadinya konsepsi
yaitu pada saat salah satu sel sperma dari laki-laki atau
seorang ayah bergabung dengan salah satu sel telur atau
ovum dari seorang ibu. Pertemuan satu sel sperma dengan
satu sel telur yang biasanya terjadi di dalam saluran indung
telur (tuba fallopi). Sebuah sel hasil pertemuan ini disebut
dengan zigot. Kemudian zigot ini berpindah menuju rahim
yang merupakan tempat terjadinya nidasi (penanaman ke
dalam dinding rahim). Selanjutnya zigot yang merupakan sel
tunggal akan mengalami pembelahan yang dinamakan
blastosis yang terdiri dari 100 hingga 150 sel.
2. Fase Embrionis
Tahap kedua dari kehidupan dan perkembangan prenatal
adalah fase embrionis. Fase embrionik (embryonic period)
135
adalah fase perkembangan yang terjadi pada masa 2 hingga
8 minggu setelah terjadinya pembuahan. Pada fase ini terjadi
pembelahan sel yang secara fisiologis meningkat tajam, serta
terbentuknya dukungan bagi sel dan organ-organ mulai
kelihatan (Santrock, 1995). Pada waktu zigot mendekati
dinding Rahim, sel-selnya terjadi perkembangan dan
membentuk 2 lapisan, yaitu lapisan luar dan lapisan dalam
sel.
a. Lapisan dalam yaitu endoderm adalah lapisan sel
bahagian dalam, yang akan berkembang menjadi sistem
pencernaan dan sistem pernafasan.
b. Lapisan luar sel. Lapisan ini pecah lagi menjadi 2 yaitu
ektoderm dan lapisan mesoderm
1) Lapisan ektoderm, lapisan ini adalah lapisan sel paling
luar, yang utama dari lapisan ini akan menghasilkan
bahagian-bahagian permukaan. Selanjutnya bahagian
ini akan berkembang menjadi sistem persarafan seperti
panca indra (mata, telinga, hidung), bagian kulit
seperti rambut dan kuku
2) Lapisan mesoderm, lapisan ini adalah lapisan yang
berada di bahagian tengah yang akan berkembang
menjadi bahagian – bahagian yang mengelilingi
wilayah dalam tubuh seperti sistem peredaran darah,
tulang, otot, sistem pembuangan kotoran dan sistem
reproduksi
136
vena terbentuk untuk menghubungkan antara bayi
dengan ari-ari. Tali pusat ini juga berfungsi sebagai
media perpindahan bahan molekul-molekul yang
sangat kecil dari ibu ke embrio dan juga dari bayi ke
ibu seperti udara, air, garam, zat-zat makanan, CO2,
kotoran pencernaan dari darah embrio. Namun
beberapa molekul-molekul besar tidak dapat
berpindah melalui dinding ari-ari seperti sel darah
merah dan zat-zat berbahaya seperti bakteri, kotoran
ibu, dan hormone.
3. Fase fetal
Fase fetal (fetalperiod) adalah fase perkembangan janin
yang terjadi setelah minggu ke 8 hingga menjelang kelahiran
biasanya berlangsung selama 7 bulan. 3 bulan setelah
pembuahan. Perkembangan sekitar 8 minggu kehamilan
embrio menjadi nama baru yang disebut dengan janin (fetus).
Selama fase ini janin tumbuh dengan sangat pesat bahkan 20
kali lebih besar dari besar dari ukuran panjangnya,
perkembangan semua organ tubuh menjadi lebih kompleks.
Dalam fase ini ciri-ciri fisik orang dewasa sudah mulai
terlihat meskipun ukurannya masih kecil.
Ukuran janin pada bulan ketiga setelah pembuahan
kira-kira 3 inchi dan berat kira- kira 1 ons. Perkembangan
janin pada usia ini semakin aktif menggerakkan tangan dan
kakinya, membuka mulut dan menggerakkan kepalanya.
Pada akhir bulan keempat panjang janin sudah bertambah
menjadi 5,5 inci dan beratnya sekitar 4 ons.
137
untuk berkembangnya sifat bawaan seorang anak.
Sedangkan kondisi kesehatan yang kurang baik seperti
adanya penyakit kronis akan mengganggu perkembangan
janin bahkan akan berpengaruh terhadap perkembangan
pada fase kehidupan selanjutnya. Menurut (Nurahmawati et
al., 2022) kesehatan ibu yang baik pada waktu hamil memiliki
peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
bayi masa prenatal dan postnatal. Bahkan kondisi psikologis
seorang ibu hamil akan berpengaruh langsung terhadap
perkembangan janin. Menurut (Lung et al., 2021) distress
yang dialami ibu selama kehamilan akan berpengaruh
langsung terhadap perkembangan janin.
2. Gizi Ibu
Status gizi ibu selama hamil akan berpengaruh kepada
janin, disebabkan semua nutrisi untuk tumbuh dan
berkembang selama masa prenatal diperoleh dari ibu
(Nurahmawati et al., 2022). Jika ibu mengalami kekurangan
pemasukan nutrisi maka janin yang dikandungnya juga tidak
mendapatkan gizi yang cukup untuk kebutuhan
pertumbuhannya. Menurut (Danefi, 2020) anemia dan
Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan salah satu
penyebab terjadinya stunting pada bayi baru lahir.
PrenatalHiperhomosisteinemia (PHHC) merupakan salah satu
penyebab terjadinya perubahan struktur dan fungsi sel,
sistem organ, dan jalur homeostasis pada organisme yang
sedang berkembang dan meningkatkan resiko patologi.
Plasenta memiliki peranan yang sangat besar dalam
transportasi ibu ke janin (Arutjunyan et al., 2020). Ketidak
seimbangan kadar homosistein pada masa prenatal dapat
menimbulkan gangguan fungsi otak janin (Yusuf & Helmi,
2022). Menurut (Navarro‐tapia et al., 2021) Nutrisi memiliki
peran yang besar dalam Prenatal hyperhomocysteinemia
(PHHC). Anemia pada masa prenatal menyumbang angka
komplikasi yang tinggi pada fungsi plasenta dan
perkembangan otak janin. Anemia prenatal juga beresiko
terhadap kelahiran prematur. Bayi yang lahir prematur
138
memiliki resiko keterlambatan perkembangan saraf yang
lebih tinggi dari pada bayi yang sesuai usia kehamilan.
Bahkan menurut (Ekayanthi D.W.N & Suryani P, 2019)
kekurangan gizi selama masa kehamilan akan menyebabkan
janin mengalami intrauterine growthretardation (IUGR)
sehingga bayi tersebut akan lahir dengan kondisi kurang gizi
serta mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
139
dalam darah ibu hamil setelah janin berusia satu bulan dapat
memengaruhi perkembangan otak dan tulang belakangnya.
140
No Nama zat Efek terhadap janin
dapat memicu kelainan organ
Hormon reproduksi pada janin perempuan
7 androgen dan sehingga memiliki fitur yang lebih
progestin maskulin seperti pembesaran klitoris
dan rongga genital yang menutup.
Dalam bentuk diethylstilbestrol (DES)
diketahui dapat memicu
Hormon
8 perkembangan abnormal pada uterus,
estrogen
serviks dan vagina pada janin
perempuan
Dikenal sebagai penyebab utama fetal
alcohol syndrome, set kelainan kongenital
yang menyebabkan kerusakan otak dan
masalah pertumbuhan pada janin.
9 Alkohol Perwujudan cacat lahir terutama
muncul pada bagian wajah, lengan dan
kaki. FAS juga menyebabkan gangguan
saraf pusat, cacat jantung, dan
keterbelakangan mental.
Meningkatkan risiko Berat Badan Lahir
Rendah. Bayi cacat lahir dengan
kelainan jantung dan otak. mengalami
masalah motorik ketika lahir, seperti
10 Rokok refleks kaget yang lambat dan
mengalami tremor. Semakin lama Anda
merokok dan semakin banyak puntung
rokok yang Anda isap semakin
meningkatkan risiko bayi lahir cacat
Obat yang bekerja sebagai penghilang
rasa sakit seperti morfin dan diketahui
11 Obat opioid
dapat meningkatkan risiko berat lahir
rendah dan kelahiran prematur.
Menyebabkan perubahan kerja otak.
Ganja &
12 meningkatkan risiko bayi Berat Badan
Amfetamin
Lahir Rendah, gangguan gula darah,
141
No Nama zat Efek terhadap janin
defisiensi kalsium, serta pendarahan
otak saat dilahirkan.
Dapat mengganggu perkembangan
saraf pusat, meningkatkan risiko
13 Kokain
mengalami gangguan perilaku ketika ia
lahir.
Merupakan salah satu bahan kimia
yang dapat menyebabkan cacat bawaan
14 Merkuri seperti keterbelakangan mental dan
cerebral palsy. Merkuri dapat berasal
dari konsumsi seafood.
sinar-X saat rontgen dapat mengganggu
perkembangan organ saraf pusat dan
organ anggota gerak seperti tangan dan
kaki pada saat perkembangan janin.
Hingga saat ini tidak diketahui batas
15 Sinar-X
aman paparan sinar-X ketika rontgen
saat hamil, namun penggunaan sinar-X
untuk membersihkan gigi dianggap
aman untuk dilakukan meski sedang
hamil.
Radiasi dan Sangat berisiko mengganggu
16
kemoterapi perkembangan bayi dalam kandungan.
142
ketakutan, kecemasan, stress dan emosi yang mendalam,
akan terjadi perubahan psikologis yang dapat meningkat
143
a. Faktor keturunan akan mendapatkan sejauh mana
individunya dapat berkembang. Kondisi kondisi yang
menguntungkan baik terjadi pada saat prenatal atau
pascanatal, jika seseorang mempunyai dorongan yang
sangat kuat maka ia dapat mengembangkan sifat-sifat
fisik dan mental sampai batas maksimum tetapi tidak
dapat berkembang lebih jauh dari sifat dasar yang
diterimanya. (desmita hal 76)
b. Sifat bawaan sepenuhnya merupakan masalah yang
belum diketahui dengan pasti sehingga dianggap ini
adalah kebetulan. Belum diketahui dengan pasti
bagaimana cara mengendalikan jumlah kromosom yang
diwariskan dari orang tua.
144
melahirkan anak dengan kembar non identic yang jumlahnya
sesuai dengan jumlah ovum yang dibuahi oleh sperma.
145
kebiasaan, dan pola perilaku. Lebih lanjut Ericson menyatakan
bahwa kehidupan di tahun-tahun pertama kehidupan
merupakan masa individu belajar sikap percaya dan tidak
percaya (trust vs mistrust).
Perbedaan lingkungan dalam kandungan (rahim) dengan
di luar kandungan yang sangat berbeda, mengharuskan bayi
untuk berusaha melakukan penyesuaian diri secara cepat.
Menurut (Hasnidar, dkk, 2021) masa awal bayi adalah masa
yang terjadi perubahan yang luar biasa dalam mempengaruhi
kesehatan, kemampuan fisik, pikiran, interaksi sosial dan
kemampuan berkomunikasi.
F. Tahap-Tahap Kelahiran
(Santrock, 1995), proses kelahiran dibagi ke dalam tiga
tahapan. Tahapan pertama adalah tahapan kontraksi. Jika
seorang ibu melahirkan anak pertama maka akan berlangsung
selama kira-kira 12 sampai 24 jam. Pada tahapan ini terjadi
kontraksi pada awalnya yaitu 15 hingga 20 menit dan berakhir
hingga 1 menit. Kontraksi ini menyebabkan pembukaan pintu
leher rahim. Ketika tahapan kontraksi ini semakin sering bahkan
setiap 2 hingga 5 menit sekali, intensitasnya juga meningkat.
Pada akhir tahapan pertama kelahiran, pembukaan pintu leher
Rahim hingga 4 inchi dan menyebabkan bayi dapat bergerak
dari rahim ke mulut rahim.
Tahapan kedua dimulai ketika kepala bayi mulai bergerak
melalui leher Rahim ke jalan lahir. Tahapan ini terjadi kira-kira
1,5 jam. Pada saat terjadinya kontraksi si ibu mengalami
kesakitan sehingga ibu berusaha untuk mendorong bayinya agar
keluar dari rahimnya. Pada saat kepala bayi keluar dari tubuh
ibu, kontraksi terjadi semakin sering bahkan hampir setiap
menit. Tahapan ini berakhir ketika bayi sudah berada diluar
tubuh ibunya.
Tahapan ketiga adalah setelah bayi lahir. Pada tahapan ini
adalah waktu untuk melepaskan ari-ari, tali pusat dan selaput
lainnya. Tahapan ini berlangsung hanya beberapa menit saja.
146
G. Pengaruh Kelahiran Terhadap Perkembangan Pasca Lahir
Beberapa kondisi yang mempengaruhi pasca lahir adalah
(Desmita, 2007):
1. Jenis Kelahiran
Jenis kelahiran merupakan langkah pertama yang
dapat mempengaruhi perkembangan pasca lahir. penyulit
yang didapatkan selama proses persalinan akan memberikan
efek negatif terhadap perkembangan pasca lahir. Untuk
menghindari penyulit maka para ibu atau keluarga perlu
memahami dan merencanakan kelahiran bagi anaknya.
Menurut (Setiaputri, 2022) beberapa jenis persalinan yang
harus dipahami ibu-ibu menjelang melahirkan:
a. Melahirkan normal
Melahirkan normal merupakan metode melahirkan yang
sangat minim komplikasi jika dipersiapkan dengan
matang.
b. Operasi Caesar
Operasi Caesar adalah metode melahirkandengan
menyayat dinding perut ibu sebagai jalan keluar untuk
bayi. Metode ini dipilih jika sudah dipertimbangkan akan
beresiko jika melahirkan melalui jalan lahir
c. Melahirkan di rumah (homebirth)
Metode melahirkan di rumah dilakukan ibu hamil normal
dan sudah melakukan pemeriksaan ke dokter, sehingga
diperkirakan tidak mengalami resiko, namun juga tetap
didampingi oleh tenaga bidan atau dokter dalam proses
persalinan.
d. Water Birth
Water Birth adalah proses melahirkan yang dilakukan di
dalam air. Cara ini dipercaya dapat menghilangkan
trauma bayi yang dibawa keluar dari ruang nyaman
rahim ibu dan dipercaya dapat memberikan kenyamanan
serta meminimalisir rasa sakit ibu saat proses persalinan
berlangsung. Proses persalinan seperti ini memungkinkan
proses persalinan akan terhambat dan memungkinkan
147
bayi akan terinfeksi dengan media air yang digunakan
saat melahirkan
e. Hypnobirthing
Metode ini persalinan hypnobirthing yaitu melatih calon
ibu untuk meraih tahap relaksasi total selama proses
persalinan berlangsung. Metode ini akan aman jika
dilakukan oleh tenaga yang profesional
f. Gentle Birth
Gentle Birth adalah metode melahirkan yang diyakini
kalau bayi bisa mencari jalan keluarnya sendiri. Proses ini
mirip seperti dorongan BAB. Peran ibu hanya membantu
bayi menemukan jalan keluarnya. Namun proses
persalinan ini tetap juga harus didampingi oleh tenaga
bidan atau dokter.
g. Lotus birth adalah metode melahirkan dengan
membiarkan tali pusat bayi tetap terhubung dengan
plasenta sampai plasenta terlepas sendiri. Metode ini juga
memiliki efek negatif, menurut pakar kelahiran dan
dokter kandungan dari New York University Langone
Medical Center berpendapat bayi yang tetap terhubung
dengan jaringan mati (plasenta) berkemungkinan tertular
infeksi.
2. Pengobatan Ibu
Pengobatan ibu yang akan mempengaruhi
penyesuaian pasca lahir adalah jenis obat-obatan yang
digunakan sebelum dan selama proses persalinan. Menurut
(Kemal Al Fajar ·, 2022) beberapa jenis obat yang digunakan
oleh ibu selama hamil dapat mengganggu perkembangan
pasca lahir, misalnya Aminopterin, dapat menghambat
pertumbuhan sel dan DNA janin, serta gangguan
perkembangan sel saraf. Alkohol dikenal sebagai penyebab
utama fetalalcoholsyndrome, kelainan otak.
3. Lingkungan Pralahir
Lingkungan pralahir yang baik dan nyaman akan
mempengaruhi penyesuaian pralahir dengan baik.
Sebaliknya jika lingkungan terasa tidak nyaman maka akan
148
berpengaruh terhadap penyesuaian bayi baru lahir. Misalnya
lingkungan yang tidak sibuk atau bising akan memudahkan
si bayi untuk istirahat, suasana suhu udara yang
menyenangkan maka akan terasa nyaman juga bagi bayi, dan
tidak stress dengan suasana yang berbeda dengan suasana di
dalam rahim.
149
terhadap perkembangan bayi di masa pasca lahir dan masa
selanjutnya.
Menurut (Desmita, 2007), bayi yang mendapatkan
perhatian dan perawatan dengan baik cenderung lebih
waspada, lebih aktif dan lebih tanggap terhadap rangsangan
luar dibandingkan dengan bayi yang kurang mendapatkan
perawatan.
150
Menurut (Rahman, I.K., et al, 2023) dukungan asupan
makanan, stimulasi gerak janin, kendali emosi, komunikasi
verbal dan non verbal kepada janin dan aktivitas ibu hamil
semua berimplikasi langsung terhadap tumbuh kembang
janin.
151
DAFTAR PUSTAKA
Ekayanthi D.W.N, & Suryani P. (2019). Edukasi Gizi pada Ibu Hamil
Mencegah Stunting pada Kelas Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan,
10(3), 312–319.
152
ingan+tentang+dunia+di+luar+keluarga&pg=PA111&prints
ec=frontcover
Kelly, P. (2008). You and Your Baby Panduan Perawatan bayi usia
Emas (Cetakan I). Golden Books.
153
Preeya Desaib, Akram Alshawabkehg, Renee Wurthg,
Carolyn Salafiah, Raina Fichorovai, Julia Varshavskya, Amii
Kressj, Tracey J. Woodruffa, R. M.-F. (2020). Maternal
prenatal exposures to environmental chemicals and
psychosocial stressors in the ECHO Program - implications
for research on perinatal outcomes. 40, 10–24.
154
BAB
PERKEMBANGAN
A. Pendahuluan
Masa bayi merupakan salah satu masa yang terpenting
dalamfase perkembangan anak. Pada masa ini, otak anak sedang
berkembang dengan sangat pesat. Oleh karena itu, sangat
diperlukan bagi orang tua untuk memahami perkembangan
pada masa bayi agar orang tua tahu cara stimulasi yang tepat
untuk anak pada fase ini. Selain untuk stimulasi, pemahaman
yang dimiliki oleh orang tua mengenai hal ini juga akan
membantu orang tua agar dapat menilai tumbuh kembang buah
hati secara lebih objektif.
Pada bagian ini kita akan membahas perkembangan pada
masa bayi untuk aspek kognitif, bahasa, motorik dan
sosioemosional. Sebelum kita bahas lebih jauh perlu rasanya kita
ingat kembalimengenai perkembangan. Perkembangan manusia
merupakan proses pematangan yang pasti dialami oleh setiap
individu yang ditandai dengan adanya pertambahan
kemampuan (skill), pematangan fungsi tubuh secara fungsional
dan kompleks, pematangan proses berpikir atau kognitif, serta
kematangan secara sosial yang bersifat teratur dan dapat
diprediksi. Adapun menurut (Berk, 2022) perkembangan berarti
proses perubahan manusia menuju kematangan yang bersifat
progresif, sistematis, dan berkesinambungan dalam aspek fisik
(jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).
155
B. Perkembangan Kognitif
Salah satu tokoh yang terkenal pada perkembangan
kognitif adalah jean piaget. Jean piaget merupakan salah satu
tokoh pelopor epistemologi genetik yang mengawali
penelitiannya pada anak-anak mengenai aspek intelegensi
perkembangan intelektual dan pengetahuan. Piaget terkenal
sebagai seorang tokoh psikologi kognitif yang memiliki
pengaruh yang besar terhadap perkembangan pemikiran. Piaget
mencari proses-proses kognitif dan struktur-struktur dari kajian
psikologi mengenai pengetahuan manusia.
Menurut piaget, perkembangan kognitif merupakan
proses genetis yang didasarkan ke atas mekanisme biologis dari
perkembangan sistem saraf manusia (Amelia, 2022). Semakin
bertambahnya usia, susunan sel saraf di otak menjadi semakin
kompleks sehingga meningkat juga kemampuan kognitifnya.
Menurut piaget, tingkatan dari perkembangan kognitif
terbagi menjadi 4 yang mana pada pembahasan ini hanya
dipaparkan 2 periode saja dikarenakan fokus pada
perkembangan pada masa bayi. Adapun 2 periode tersebut
adalah :
1. Periode Sensorimotor (Usia 0-2 Tahun)
Pada periode ini, pengetahuan yang dimiliki anak
diperoleh melalui interaksi fisik dengan orang atau objek
yang ada di sekitarnya. Skema-skema yang terbentuk baru
berupa refleks-refleks sederhana, seperti menghisap atau
menggenggam.
156
Tahap perkembangan kognitif pertama manusia terjadi
antara usia 0 sampai 2 tahun yaitu tahap sensorimotor. Menurut
teorinya, piaget menjelaskan terdapat tiga proses utama berpikir
pada tahap ini yaitu penyusunan (organization), adaptasi
(adaptation), dan keseimbangan (equilibration) (papalia &
feldman, 2014). Organization merupakan kemampuan anak
dalam mengelompokkan objek - objek fisik yang ada di
lingkungannya ke dalam kategori - kategori tertentu. Adaptation
merupakan kemampuan anak untuk mengelola informasi baru
dan menyesuaikan informasi tersebut terhadap lingkungannya
melalui proses asimilasi dan akomodasi. Equilibration sendiri
didefinisikan sebagai kemampuan anak dalam
menyeimbangkan proses asimilasi dan akomodasi dalam proses
adaptasinya. Kunci pada tahap ini adanya proses
“desentralisasi" yang berarti anak belum mampu memisahkan
diri dari lingkungan, cenderung "berpusat" pada dirinya sendiri
atau egosentris, bersifat animisme dan lebih mengikuti daya
intuitif.
Proses berpikir anak pada tahapan ini masih sangat
sederhana, tidak logis, tidak teratur, serta belum mampu
membentuk pikiran yang konkrit. Kemudian, anak mengalami
transisi dari tindakan reflek primitif yang dimiliki saat lahir
menuju ke tindakan simbolis. Anak mampu membangun
pemahaman tentang dunia dengan menggabungkan
pengalaman sensorik dengan tindakan fisik. Pada tahap ini anak
juga akan mulai melibatkan penglihatan, pendengaran,
pergeseran dan persentuhan secara berkala yang nantinya akan
dikonstruksikan ke dalam kognitif atau pikiran bayi (Papalia et
al., 2014)
Menurut piaget pada usia 0-2 tahun anak berada pada fase
sensorik-motorik, yaitu bayi membentuk konstruk tentang
dunia dan memahami dunia melalui pengalaman yang
melibatkan koordinasi sensorik dan motorik. Hal ini pun
didukung oleh kondisi bayi yang sejak lahir sudah memiliki
reflek bawaan. Piaget membagi 6 tahapan dalam fase
sensorimotor ini yaitu sebagai berikut (Santrock, 2019) :
157
No Sub Stage Usia Deskripsi Contoh
1 Refleks sederhana 0-1 bulan Koordinasi sensasi dan tindakan Rooting, sucking, grasping
melalui perilaku refleks reflex
2 First habit and 1-4 bulan Koordinasi dari sensasi dan dua Mengulang pengalaman
Primary Circular tipe skema : Reaksi pertama dan sensasi tubuh pertama kali
Reaction reflek yang sudah menjadi ketika ada kesempatan
kebiasaan
3 Secondary circular 4-8 bulan Bayi menjadi berorientasi pada Suara bayi membuat seseorang
reaction benda, dan sesuatu yang bergerak, selalu berada di dekatnya, jika
seseorang itu pergi lagi maka
bayi akan kembali
mengeluarkan suara.
4 Coordination of 8-12 bulan Koordinasi dari mata, sentuhan, Bayi memanipulasi tongkat
secondary circular dan tangan, koordinasi skema dalam usaha untuk menarik
reactions yang berkelanjutan . mainan dalam jangkauannya
158
No Sub Stage Usia Deskripsi Contoh
5 Tertiary circular 12-18 bulan Bayi menjadi tertarik dengan Susunan balok yang
reactions, novelty, berbagi objek dan benda , mereka dijatuhkan, menabrak objek
and curiosity bereksperimen dengan suatu lainnya,
objek dan perilaku yang baru
6 Internalization of 18-24 bulan bayi membangun kemampuan Bayi yang tidak pernah temper
schemes untuk menggunakan symbol tantrum sebelum melihat
primitive dan mulai membentuk teman bermainnya juga
representasi mental tantrum, bayi yang mengingat
suatu kejadian, kemudian
melakukannya pada keesokan
harinya
159
C. Perkembangan Motorik
Bayi terlahir dengan membawa beberapa reflek bawaan.
Reflex ini yang akan membantu dirinya dalam mengenali dunia
disekitarnya. Reflex dibangun melalui reaksi terhadap stimulus.
Mereka lah yang membantu bayi pergerakan pada bayi, baik
secara otomatis atau yang dikontrol sendiri oleh bayi tersebut.
Reflex ini memungkinkan bayi untuk merespon lingkungan
secara adaptif sebelum mereka memiliki kesempatan untuk bisa
mempelajarinya. Berikut reflek yang ada pada bayi (Santrock,
2019) :
1. Rooting Reflex
Reflek ini terjadi ketika pipi bayi dielus atau daerah disekitar
mulut. Sebagai tanggapan bayi akan menoleh ke samping
dan menemukan sesuatu untuk disedot
2. Sucking Reflex
Reflek ini terjadi ketika bayi baru lahir secara otomatis
menghisap benda yang ada di mulutnya
3. Moro Reflex
Reflek ini terjadi sebagai respon tiba tiba, kebisingan atau
gerakan yang intens. Saat terkejut bayi akan melengkungkan
punggungnya, menundukan kepalanya dan mengacungkan
kaki dan tangannya
4. Grasping refleks
Reflek ini terjadi ketika menyentuh telapang tangan bayi,
maka bayi akan menggenggamnya. Reflex ini akan
berkurang pada akhir bulan ketiga, bayi akan menunjukan
genggaman yang lebih sukarela.
160
membutuhkan pergerakan dan control tubuh yang baik supaya
bisa berjalan. Bayi harus mampu mengangkat kakinya satu saat
akan melangkah dengan kondisi postur tubuhnya tetap stabil.
Rata-rata bayi membutuhkan waktu sekitar 1 tahun untuk bisa
melakukan koordinasi ini untuk bisa berjalan dengan baik dan
benar. Pada tahun kedua dengan pencapaiannya dalam berjalan
membuat bayi menjadi lebih independent, memungkinkan bayi
untuk mengeksplorasi lingkungannya. Pergerakan ini mampu
memahirkan kemampuan mereka dalam menggunakan motorik
kasar, sehingga bayi dapat melakukan berbagai aktivitas yang
melibat motoric kasar. Melalui informasi ini diharapkan dapat
menjadi dasar untuk melakukan intervensi lanjutan berupa
psikoedukasi terhadap orang tua yang memiliki tingkat
pengetahuan yang masih rendah.
Motorik kasar pada masa bayi dapat berupa keterampilan
gerakan besar, seperti melompat, berlari dan kemampuan
menjaga keseimbangan tubuh. Sedangkan motorik halus
meliputi keterampilan gerakan kecil atau sederhana dan
spesifik, seperti menulis, menggunting, melipat dan sebagainya
(Ramadhani et al., 2022).
Usia Perkembangan
0-2 Bulan - Menunjukkan refleks rooting
- Bereaksi terhadap suara keras
- Mengangkat kepala
- Membuat gerakan lengan yang cepat dan
menyentak
- Mengangkat tangan ke muka
- Menggerakkan kepala dari sisi ke sisi sambil
tengkurap
- Berfokus pada objek delapan hingga dua
belas inci jauhnya
2-3 Bulan - Memutar kepala dengan mudah ke kedua sisi
dalam posisi terlentang (berbaring telentang).
161
Usia Perkembangan
- Mengangkat kepala dari permukaan dari
posisi tengkurap (menghadap ke bawah)
selama satu hingga dua detik
- Mengikuti benda bergerak dengan mata
- Menanggapi suara keras
- Menggenggam dan memegang benda secara
singkat
3-4 Bulan - Bawa tangan ke garis tengah saat di belakang
- Memutar atau memutar kepala dari sisi ke
sisi tanpa kepala terayun-ayun
- Mendorong kaki ke bawah saat kaki
diletakkan di permukaan yang keras
- Menunjukkan refleks rooting lebih jarang
atau tidak sama sekali
4-6 Bulan - Mengangkat kepala saat dalam posisi
terlentang
- Mengangkat dada dalam posisi tengkurap
dengan beban di lengan bawah T
- Berguling dari perut ke samping
- Berguling dari perut ke belakang
- Berguling dari belakang ke perut
- Berdiri dengan dukungan
- Membawa kaki ke mulut dengan mudah saat
dalam posisi terlentang
6-9 Bulan - Memindahkan objek dari satu tangan ke
tangan lainnya
- Menggunakan jari kaki dan tangan untuk
mendorong ke depan atau membentuk
lingkaran T
- Perayapan
- Mencengkeram barang-barang kecil
- Duduk tanpa dukungan
9-12 Bulan - Dapat berdiri sesaat tanpa penyangga
- Berjalan dengan bantuan
162
Usia Perkembangan
12-18 - Senang bertepuk tangan
Bulan - Berjalan dengan bantuan
- Mulai menggunakan sendok
- Berjalan tanpa bantuan
- Merangkak naik turun tangga
- Menumpuk dua objek
- Melepas kaus kaki dan sepatu
- Suka mendorong, menarik, membawa, dan
membuang barang
- Mencoret-coret tanpa kendali
18-24 - Berjalan naik turun tangga dengan bantuan
Bulan - Berjalan di permukaan yang tidak rata
dengan bantuan
- Berdiri dengan satu kaki dengan bantuan
- Berjalan cukup baik
- Menggulung mainan beroda seperti kereta
api, mobil, dan truk dengan mudah
- Melempar bola
- Bisa makan sendiri
- Mulai berpakaian sendiri
- Dapat memulai pelatihan toilet
D. Perkembangan Sosio-Emosional
Ekspresi emosi adalah bentuk interaksi sosial pertama
bayi terhadap lingkungannya, terutama terhadap orang tuanya.
Ini juga salah satu bentuk komunikasi bayi terhadap orang tua
dan caregivernya yang nantinya akan membangun bonding
diantara mereka (Thompson dalam Santrock, 2019) Menangis
dan tersenyum adalah dua ekspresi emosi yang ditampilkan
bayi pertama kali dengan orang tuanya mereka sekaligus
sebagai cara mereka berkomunikasi. Setidaknya bayi memiliki 3
tipe tangisan bayi yang menjelaskan cara mereka berkomunikasi
yaitu (1) Basic cry (2) anger cry dan (3) pain cry. Masing-
masingnya menunjukan pola yang berbeda yang memberikan
isyarat tentang keinginan atau kebutuhan bayi.
163
Senyuman juga menjadi point penting dalam
perkembangan sosial bayi. Bayi juga menunjukan dua tipe
senyum yang berbeda yaitu (1) reflexive smile, senyuman yang
tidak terjadi saat merespon stimulus eksternal dan muncul sejak
lahir hingga bulan pertama, biasanya saat tidur, (2) Social smile,
senyuman yang terjadi ketika merespon stimulus eksternal yang
biasanya terjadi di usia 2 bulan. Mulai dari usia 2-6 bulan,
senyuman itu akan meningkat, dan di usia 6 hingga 12 bulan
senyuman menyenangkan akan hadir sebagai bentuk interaksi
dengan caregiver dan orang tua saat melakukan kontak mata
dan permainan bersama. Ini berlanjut hingga tahun kedua
dengan semakin banyaknya interaksi di lingkungan (Santrock,
2019).
Interaksi antara caregiver dan bayi sejak usia 0-2 tahun,
merupakan interaksi yang mendasar dalam membentuk
attachment diantara caregiver dengan bayi. Erik Erikson
menjelaskan bahwa ada usia ini bayi berada pada tahap trust vs
mistrust. Caregiver atau orang tua yang mampu memberikan
kehangatan kepada anak, menyediakan kenyamanan, cepat
dalam menanggapi kebutuhan dan keinginan anak, menanggapi
dengan cinta dan kasih sayang maka akan membuat anak lebih
aman dalam memahami dunia. Tahapan ini penting untuk bisa
dilalui anak supaya mereka bisa menjalankan tugas
perkembangan di tahapan berikutnya.
164
DAFTAR PUSTAKA
165
BAB
PERKEMBANGAN
11
PADA ANAK PRA
SEKOLAH
Merry Pongdatu.,S.Kep.,Ns.,M.Kep
A. Pendahuluan
Usia pra sekolah merupakan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak yang sangat penting. Pemantauan
tumbuh kembang anak usia prasekolah penting untuk
dilakukan, karena dapat menentukan kualitas kesehatan,
kesejahteraan, pembelajaran dan perilaku di masa mendatang
Anak usia dini (early childhood) memiliki karakteristik berbeda
dengan usia sebelum dan sesudahnya, baik dalam fisik-biologis,
motorik, kognitif, moral, dan psikososialnya (Nurwijayanti &
Iqomh, 2018).
Dalam Psikologi Anak, anak usia 3.0 – 5.0 tahun dikenal
dengan masa “Kanak-kanak” (early childhood), karena itu
sekolah untuk mereka sering disebut “Taman Kanak-kanak
(TK)”, yang dalam bahasa Arab disebut dengan Raudhatul
Athfal (RA) atau Bustanul Athfal, atau dalam bahasa Belanda
disebut Kindergarten. Disebut “Taman” karena sekolah mereka
harus merupakan Taman yang “menyenangkan” untuk belajar,
sebagai persiapan bersekolah, karena itu disebut “prasekolah”
(Nurhayati, 2018).
Lembaga prasekolah berperan untuk mempersiapkan
anak-anak kelak dapat bersekolah “yang sebenarnya”,
mencakup: persiapan fisik, kognitif, dan psikososialnya. Bagi
orang tua/calon orangtua, pendidik/calon pendidik, maupun
166
pihak yang terkait dan concern di bidang pendidikan
prasekolah, merupakan keniscayaan untuk memahami tumbuh
kembang anak usia dini yang bertujuan untuk membantu
menumbuhkembangkan anak-anak secara optimal sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Keniscayaan itu disebabkan
anak usia dini sedang berada pada masa emas (golden age)
dalam rentang kehidupan.
Usia tiga hingga lima tahun disebut The Wonder Years
yaitu masa dimana seorang anak memiliki rasa keingintahuan
yang tinggi terhadap sesuatu, sangat dinamis dari kegembiraan
ke rengekan, dari amukan ke pelukan. Anak usia prasekolah
adalah penjelajah, ilmuwan, seniman, dan peneliti. Mereka suka
belajar dan terus mencari tahu, bagaimana menjadi teman,
bagaimana terlibat dengan dunia, dan bagaimana
mengendalikan tubuh, emosi, dan pikiran mereka. Dengan
sedikit bantuan dari Anda, periode ini akan membangun fondasi
yang aman dan tidak terbatas untuk seluruh masa kecil putra
atau putri Anda (Markham, 2019)
Usia tiga hingga lima tahun disebut The Wonder Years
yaitu masa dimana seorang anak memiliki rasa keingintahuan
yang tinggi terhadap sesuatu, sangat dinamis dari kegembiraan
ke rengekan, dari amukan ke pelukan. Anak usia prasekolah
adalah penjelajah, ilmuwan, seniman, dan peneliti. Mereka suka
belajar dan terus mencari tahu, bagaimana menjadi teman,
bagaimana terlibat dengan dunia, dan bagaimana
mengendalikan tubuh, emosi, dan pikiran mereka. Dengan
sedikit bantuan dari Anda, periode ini akan membangun fondasi
yang aman dan tidak terbatas untuk seluruh masa kecil putra
atau putri Anda (Markham, 2019)
167
perkembangan kognitif anak telah tercapai pada usia
prasekolah.
Anak usia pra sekolah memiliki potensi yang besar untuk
segera berkembang, potensi tersebut akan berkembang apabila
diberikan layanan berupa kesempatan melakukan kegiatan
motorik yang dilatih atau digunakan sesuai dengan
perkembangan anak tersebut. Besar kecilnya naluri bergerak
bagi anak tidak selalu sama. Anak usia pra sekolah sebaiknya
diberikan stimulus supaya perkembangan anak tidak terganggu
(Nurwijayanti & Iqomh, 2018).
168
oleh kombinasi keduanya. Tinggi badan adalah fungsi dari
anugerah genetik anak (biologis), kebiasaan makan
(psikologis), dan akses ke makanan bergizi (sosial) (Shonkoff
et al., 2012).
Perkembangan mengacu pada Perubahan Perilaku
terkait kemampuan fungsional seseorang dan keterampilan,
yang bersifat kualitatif yang sulit diukur. Perkembangan
merupakan sebuah proses yang dinamis dan
berkesinambungan seiring berjalannya kehidupan, ditandai
dengan serangkaian tahap kenaikan, konstan dan juga tahap
penurunan. Proses pertumbuhan dan perkembangan
manusia berasal dari berbagai efek yang saling terkait dari
faktor keturunan dan lingkungan. Manusia secara bersamaan
tumbuh dan berkembang secara fisik, kognitif, psikososial,
dimensi moral, dan spiritual, dengan masing-masing dimensi
menjadi bagian penting dari keseluruhan pribadi
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur, termasuk aspek sosial atau emosional akibat
pengaruh lingkungan (Klye, 2012).
Perubahan perkembangan terjadi pada individu baik
secara kognitif, keterampilan bahasa, dan sosial. Teori
membantu menjelaskan banyak faktor yang membentuk
kepribadian kita dan proses yang mempengaruhi
pertumbuhan kita. Alat penilaian perkembangan
berkemampuan kognitif, dan penilaian psikologis dapat
diukur seiring berubah seiring waktu di area ini (Bowden
& Greenberg, 2010).
Perkembangan keterampilan dan fungsi anak
berlangsung dari yang sederhana hingga yang kompleks dan
dari yang umum untuk spesifik. Seorang anak kecil,
misalnya, tidak langsung dari belajar bicara ke belajar
menulis. Sebagai gantinya, beberapa pencapaian
perkembangan lainnya harus terjadi, setiap bangunan
berdasarkan pencapaian pada tahap perkembangan
sebelumnya, untuk mencapai tahap yang lebih spesifik dan
169
keterampilan yang lebih tinggi. Perkembangan berlangsung
secara kepala ke kaki atau cephalocaudal, mode dan secara
proximodistal, atau garis tengah ke pinggiran. Misalnya, bayi
yang belajar mengangkat kepalanya dan kemudian duduk,
merangkak, berjalan, dan berlari berkembang dengan cara
sefalokaudal (Bowden & Greenberg, 2010).
2. Perkembangan Otak Anak
Otak bayi terdiri dari 100 miliar neuron saat lahir, dan
masing-masing neuron atau sel saraf berkembang rata-rata
15.000 sinapsis pada usia 3 tahun. Jumlah sinaps tetap
konstan selama dekade pertama kehidupan karena jumlah
neuron menurun. Sinapsis pada jalur yang sering digunakan
12 dipertahankan, sedangkan atrofi lebih jarang ditemukan.
Dengan demikian, pengalaman (nurture) memiliki efek
langsung pada sifat fisik otak (alam). Anak-anak dengan
bakat dan temperamen yang berbeda (alam) juga mendapat
rangsangan yang berbeda dari lingkungan mereka
(pengasuhan). Pengalaman awal dalam kehidupan anak
sangat penting karena pembelajaran berlangsung lebih
efisien di sepanjang jalur sinaptik yang sudah mapan
(Woodland Hills Private School, 2018).
Pengalaman traumatis juga dapat memicu perubahan
yang bertahan lama dalam sistem neurotransmitter dan
endokrin yang memediasi respons stres, dengan efek yang
dicatat di kemudian hari. Tetapi pengalaman, positif atau
negatif, jarang menentukan hasil total. Sebaliknya, mereka
mengubah probabilitas dengan satu atau cara lainnya,
dengan mempengaruhi kemampuan anak untuk merespons
secara adaptif terhadap rangsangan di masa depan.
Plastisitas otak berlanjut hingga remaja, dengan
perkembangan lebih lanjut dari korteks prefrontal, yang
penting dalam pengambilan keputusan, perencanaan masa
depan, dan kontrol emosional.
Penelitian Neuroscience menunjukkan bahwa
perkembangan otak selama 5 tahun pertama lebih cepat,
intensif dan sensitif terhadap pengaruh eksternal atau
170
lingkungan. Tahun-tahun pembentukan ini adalah ketika
anak-anak membangun fondasi mereka untuk belajar dan
kesuksesan masa depan. Dengan mengikuti pendidikan usia
prasekolah, Anda dapat memanfaatkan tahap pembelajaran
terbaik perkembangan otak anak Anda dan memiliki
fasilitator yang terlatih dan berkualitas (Pendidik Pendidikan
Dini dalam banyak kasus), yang dapat memaksimalkan hasil
pembelajaran. Kualitas pengasuh utama (Ibu atau bapak)
dapat memiliki dampak penting bagi pembelajaran anak.
Pendidikan prasekolah membantu anak-anak kecil
mengembangkan keterampilan fungsi kognitif, motorik, dan
fungsi eksekutif yang merupakan dasar membangun
kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang baik.
Lingkungan prasekolah memungkinkan anak-anak untuk
mengeksplorasi baik di dalam maupun di luar ruangan, dan
yang paling penting adalah dapat memberikan anak-anak
kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya dan
menstimulasi pertumbuhan / perkembangan sosial dan
emosional.
Anak usia prasekolah seringkali dapat membantu
mengetahui apakah seorang anak memiliki kebutuhan dan
memberikan kesempatan untuk intervensi dini. Intervensi
awal membantu untuk merawat kebutuhan anak-anak di
tahun-tahun formatif mereka, yang biasanya menghasilkan
hasil yang jauh lebih baik daripada jika ditemukan dan
diobati di kemudian hari (Woodland Hills Private School, 2018).
3. Perkembangan Psikososial
Menurut Erik Erikson, tugas perkembangan
psikososial pada usia prasekolah adalah membangun rasa
inisiatif versus rasa bersalah, anak usia prasekolah adalah
siswa yang ingin tahu, mereka sangat antusias mempelajari
hal-hal baru. Anak usia prasekolah merasakan suatu
perasaan prestasi ketika berhasil dalam melakukan suatu
kegiatan, dan merasa bangga dengan seseorang yang
membantu anak untuk menggunakan inisiatifnya. Anak usia
prasekolah ingin mengembangkan dirinya melebihi
171
kemampuannya, kondisi ini dapat menyebabkan dirinya
merasa bersalah. Tahap pengembangan hati nurani selesai
selama periode prasekolah, dan tahap ini merupakan dasar
untuk tahap perkembangan moral yaitu anak dapat
memahami benar dan salah.
Selama tahap perkembangan sebelumnya,
kepercayaan versus ketidakpercayaan, anak-anak hampir
sepenuhnya bergantung pada orang lain untuk perawatan
dan keamanan mereka. Selama tahap inilah anak-anak
membangun dasar kepercayaan pada lingkungan sekitarnya.
Namun, ketika mereka maju ke tahap kedua, penting bagi
anak-anak kecil untuk mulai mengembangkan rasa
kemandirian dan kontrol pribadi. Ketika mereka belajar
melakukan hal-hal baru untuk diri mereka sendiri, mereka
membangun rasa kontrol atas diri mereka sendiri dan juga
kepercayaan dasar pada kemampuan mereka sendiri.
Mendapatkan rasa kendali pribadi terhadap dunia
merupakan sesuatu yang sangat penting pada tahap
perkembangan ini. Anak-anak pada usia ini menjadi semakin
mandiri dan ingin mendapatkan kontrol lebih besar atas apa
yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya
(Klye, 2012).
Pelatihan toilet (Toilet Training) memainkan peran
utama; belajar mengendalikan fungsi tubuh seseorang
mengarah pada perasaan kontrol dan rasa kemandirian.
Peristiwa penting lainnya termasuk mendapatkan kontrol
lebih besar atas pemilihan makanan, mainan, dan pakaian.
Anak-anak dalam tahap perkembangan ini sering merasa
perlu untuk melakukan hal-hal secara mandiri, seperti
memilih apa yang akan mereka kenakan setiap hari,
mengenakan pakaian mereka sendiri, dan memutuskan apa
yang akan mereka makan.
Anak-anak yang berhasil menyelesaikan tahap ini
merasa aman dan percaya diri, sedangkan mereka yang tidak
berhasil dibiarkan dengan rasa tidak mampu dan keraguan
diri. Anak-anak yang memiliki kepercayaan pada
172
keterampilan mereka lebih mungkin untuk berhasil dalam
tugas-tugas berikutnya seperti menguasai keterampilan
sosial, akademik, dan lainnya (Arif Rohman Mansur, 2019).
Berikut ini merupakan cara melatih anak Buang Air
Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB)
mandiri :”Mengajarkan anak balita untuk BAK (Buang Air
Kecil) atau BAB (Buang Air Besar) secara mandiri atau bahasa
yang lebih trendnya yaitu toilet training itu sebenarnya
gampang-gampang susah, tergantung kesabaran dari
orangtua atau si pengasuh anak. Dengan toilet training, balita
tidak perlu memakai diapers atau popok lagi, dan rumah
bersih dari BAK dan BAP anak.
Ketika anak-anak memasuki usia prasekolah, mereka
memulai tahap ketiga perkembangan psikososial yang
berpusat pada inisiatif versus rasa bersalah. Jika mereka telah
berhasil menyelesaikan dua tahap sebelumnya, anak-anak
sekarang memiliki perasaan bahwa dunia dapat dipercaya
dan bahwa mereka dapat bertindak secara mandiri.
Permainan dan imajinasi berperan penting pada tahap
ini. Anak-anak memiliki rasa inisiatif yang diperkuat dengan
diberi kebebasan dan dorongan untuk bermain. Ketika upaya
untuk terlibat dalam permainan fisik dan imajinatif dihambat
oleh pengasuh, anak-anak mulai merasa bahwa upaya yang
diprakarsai sendiri adalah sumber rasa malu. Anak-anak
yang terlalu diarahkan oleh orang dewasa akan berusaha
untuk mengembangkan rasa inisiatif dan kepercayaan pada
kemampuan mereka sendiri.
Sukses dan Gagal pada tahap selanjutnya, sangat
ditentukan sukses di tahap ini. Sedangkan apabila gagal akan
menghasilkan rasa bersalah. Apa yang dimaksud Erikson
dengan rasa bersalah? Pada dasarnya, anak-anak yang gagal
mengembangkan rasa inisiatif pada tahap ini dapat muncul
dengan rasa takut mencoba hal hal baru. Ketika mereka
berupaya langsung melakukan sesuatu yang dituju, mereka
mungkin merasa bahwa mereka melakukan sesuatu yang
salah (Arif Rohman Mansur, 2019).
173
Tugas orang tua pada tahap perkembangan ini adalah :
a. Orang tua harus mengetahui bahwa anak usia prasekolah
belajar mengendalikan diri melalui interaksi dengan
orang lain.
b. Orang tua mulai memberikan informasi pendidikan seks
sesuai dengan tingkat pemahaman anak.
c. Orang tua harus membiasakan membacakan buku cerita
untuk anak.
4. Perkembangan Kognitif
Menurut teori Jean Piaget anak usia prasekolah berada
di tahap praoperasi. Pemikiran pra operasi mendominasi
selama tahap ini dan didasarkan pada pemahaman dunia
yang mementingkan diri sendiri. Pada fase prakonseptual
pra operasi berpikir, anak tetap egosentris dan mampu
mendekati masalah hanya dari satu sudut pandang. Anak
usia prasekolah muda memahami konsep penghitungan dan
mulai terlibat dalam permainan fantasi atau khayalan.
Mereka percaya bahwa pikirannya sangat kuat, fantasi yang
dialami melalui pemikiran magis memungkinkan anak-anak
prasekolah untuk membuat ruang di dunianya yang nyata.
Tempat pendidikan anak usia dini memainkan peran
penting dalam mendukung perkembangan kognitif anak-
anak. Mereka menyiapkan bahan dan lingkungan secara hati-
hati, merencanakan pengalaman pembelajaran, menyediakan
perancah sesuai kebutuhan, dan memanfaatkan momen yang
dapat digunakan untuk belajar. Orang dewasa dapat
membantu anak-anak mengembangkan keterampilan untuk
memahami dunia di sekitar mereka dan bersemangat
melakukan proses belajar.
174
Sangat penting bagi pendidik anak usia dini untuk
memilih kegiatan yang tepat sehingga balita
mengembangkan potensi mereka sepenuhnya. Fakta
menunjukkan bahwa periode usia prasekolah sangat penting
guna membangun dasar untuk belajar pada periode usia
sekolah. Selama masa prasekolah membangun fondasi, anak
akan mulai terlibat dalam permainan yang memiliki tujuan.
Anak-anak prasekolah mulai membentuk pemahaman baru,
saat mereka memperluas pengalaman mereka dengan dunia
di sekitarnya.
Anak usia prasekolah sangat ingin belajar, dan cara
terbaik bagi mereka untuk belajar pada usia ini adalah
melalui permainan. Jika Anda bertanya pada diri sendiri
bagaimana siswa dapat meningkatkan keterampilan kognitif
mereka, berikut ini adalah contoh beberapa kegiatan utama
yang dapat dimasukkan ke dalam rutinitas harian Anda
untuk mempromosikan pengembangan kognitif anak usia
prasekolah: Apakah Anda Ingin mengetahui apa saja
kegiatan yang dapat membangun keterampilan kognitif di
kelas? Berikut adalah beberapa contoh untuk membantu
siswa meningkatkan keterampilan kognitif mereka.
a. Permainan Pencocokan Memori Permainan pencocokan
memori atau permainan kartu sederhana memungkinkan
anak usia prasekolah bekerja secara intelektual melalui
masalah untuk menemukan jawaban atau solusi. Ada
ratusan aktivitas pencocokan memori untuk dipilih, tetapi
tidak peduli yang mana yang Anda pilih, semuanya
melibatkan pengembangan keterampilan yang sama:
1) Identifikasi item atau beberapa item.
2) Ingat barangnya.
3) Cari item yang cocok.
4) Identifikasi kapan kecocokan ditemukan.
5) Menemukan pasangan bisa sangat memuaskan dan
membuat anak sangat bangga dengan penemuan
mereka, itulah sebabnya mengapa banyak anak usia
prasekolah menyukai ini.
175
b. Teka-Teki
Teka-teki memberi anak-anak peluang untuk
mengasah keterampilan memecahkan masalah, saat
mereka memikirkan bagian mana yang cocok atau tidak.
Permainan ini melatih anak usia prasekolah untuk
menyelesaikan masalah dan berpikir dengan cara yang
lebih logis. Karena hanya ada satu cara untuk
memecahkan teka-teki (sepotong cocok atau tidak),
permainan ini juga mengajarkan anak bagaimana menjadi
pribadi yang lebih sabar. Sebagai seorang pendidik atau
pengasuh, berikanlah perhatian ekstra dan dorong anak-
anak untuk terus mencari bagian yang tepat jika mereka
mulai tidak sabar
d. Pengurutan
Anak usia prasekolah biasanya menggunakan
rutinitas mereka sendiri untuk memahami peristiwa dan
mengingat urutan. Mereka 25 memahami waktu secara
umum (misalnya, “kemarin” bisa berarti sesuatu yang
terjadi kapan saja di masa lalu), tetapi dapat bekerja pada
keterampilan urutan mereka untuk mengembangkan rasa
waktu yang lebih baik. Misalnya, Anda bisa meminta
anak usia prasekolah untuk menggambar urutan rutinitas
pagi Anda dengan urutan yang benar. Sebagai seorang
pendidik, ingatlah untuk menekankan urutan kata-kata
seperti, pertama, mulai, selesai, berikutnya, terakhir, lalu,
176
sebelum, setelah, dll. Sehingga mereka menjadi bagian
dari kosakata anak prasekolah. Anak-anak prasekolah
biasanya menggunakan rutinitas mereka sendiri untuk
memahami peristiwa dan mengingat urutan. Mereka
memahami waktu secara umum (misalnya, “kemarin”
bisa berarti sesuatu yang terjadi kapan saja di masa lalu),
tetapi dapat bekerja pada keterampilan urutan mereka
untuk mengembangkan rasa waktu yang lebih baik.
Misalnya, Anda bisa meminta anak prasekolah untuk
menggambar urutan rutinitas pagi Anda dengan urutan
yang benar. Sebagai seorang pendidik, ingatlah untuk
menekankan urutan katakata seperti, pertama, mulai,
selesai, berikutnya, terakhir, lalu, sebelum, setelah, dll.
Sehingga mereka menjadi bagian dari kosakata anak
prasekolah. Orang tua perlu mengetahui bahwa anak-
anak pada usia prasekolah, mereka belajar sesuatu
melalui penggunaan kata ‘’Mengapa.’’
177
Imajinasi anak usia prasekolah memungkinkan segala
sesuatu menjadi mungkin, jadi dia tidak memiliki pandangan
logis tentang hal itu (seperti yang dilakukan orang dewasa).
Anak usia prasekolah memiliki pengalaman hidup yang
terbatas, sehingga mereka dapat memproyeksikan perasaan
kepada orang atau situasi baru. Mereka dapat menggunakan
proyeksi ini untuk membantu memahami apa yang terjadi di
sekitar mereka. Anak usia prasekolah dapat
memproyeksikan orang tua mereka atau perasaan atau
karakteristik pengasuh terhadap “Tuhan”: jika ibu marah,
maka Tuhan mungkin juga marah. Keyakinan agama
keluarga dapat mempengaruhi pola makan anak, cara
mendisiplinkan yang digunakan orang tua, dan bahkan
bagaimana pandangan orang tua terhadap anak mereka.
Perawat perlu mengetahui tentang praktik doa atau ibadah
keluarga, hal ini dapat digunakan untuk memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan ibadah selama anak sakit atau dirawat
di rumah sakit.
Anak akan mengembangkan rasa moralitas, prinsip-
prinsip yang mempengaruhi cara ia memperlakukan orang
lain dan bagaimana ia memandang keadilan. Keyakinan inti,
temperamen, dan pengalaman hidupnya hanyalah beberapa
hal yang akan memengaruhi moralitasnya. Setiap hari, anak
usia prasekolah dikelilingi oleh teman-teman dan situasi
yang akan memandu perkembangan moralnya, diantaranya
adalah teman bermain di sekolahnya atau alur cerita di acara
TV favorit akan membentuk pandangan anak. Sebagai orang
tua, Anda mungkin ingin memiliki pengaruh pada
bagaimana ia mengembangkan rasa benar versus rasa
bersalah dan menanamkan nilai-nilai yang Anda anggap
penting. Namun, tidak selalu mudah untuk mengetahui pada
usia berapa yang tepat untuk membimbing anak Anda secara
moral atau bahkan (Klye, 2012).
Apa yang Orang Tua Harus Ketahui Tentang
Perkembangan Moral anak pada usia 2 tahun, anak-anak
mulai merasakan emosi dan memahami setidaknya ada
178
perbedaan antara apa yang benar dan apa yang salah.
Toddler dan anak usia prasekolah termotivasi oleh
konsekuensi dari ancaman, oleh karena itu sejak awal
perkembangan moral mereka, dapat diamati bahwa mereka
sangat memperhatikan tentang hukuman daripada perasaan
orang lain. Anak Anda mungkin mulai menunjukkan tanda-
tanda empati, jika ia melihat anak lain yang sedang kesal.
Akan tetapi empati seringkali tidak berkembang sampai anak
mendekati usia 4 atau 5 tahun. Jangan khawatir jika anak
Anda sepertinya tidak peduli jika dia menyakiti orang lain,
dengan bimbingan dari Anda, empati anak akan datang pada
waktunya.
Bagaimana cara mengenali pilihan-pilihan moral yang
dibuat oleh anak usia prasekolah. Berikut adalah beberapa
keputusan moral yang mungkin dihadapi oleh anak usia
prasekolah:
a. Apakah saya membagikan mainan saya dengan teman
walaupun saya tidak mau?
b. Apakah saya akan memukul teman yang tidak mau
bermain dengan saya?
c. Haruskah saya merebut mainan kakak saya, karena saya
ingin bermain dengannya?
d. Apakah saya tidak mau antri karena saya tidak ingin
menunggu giliran saya?
e. Apakah saya mengambil kue ketika ayah saya tidak
melihat?
179
hal itu dan pekerjaan kami adalah bersikap baik kepada
orang lain, tidak mengambil hak milik mereka.
Ketika pemahaman moral anak Anda meningkat,
mulailah memintanya untuk mengidentifikasi pelajaran
hidup dalam sebuah cerita. Baca buku dan saksikan cerita
dengan berbagai pelajaran moral dan periksa pemahaman
anak Anda tentang bagaimana dia bisa menggeneralisasikan
pelajaran itu ke dalam hidupnya sendiri.
Selain itu, pantau dengan cermat apa yang anak yang
dilihat oleh anak Anda. Misalnya apa yang dilihat dari acara
televisi, buku, youtube, facebook, instagram atau video game
yang melanggar kode moral, dapat memiliki pengaruh
negatif pada anak usia prasekolah apabila orang tua tidak
mengajarkan pada anak hal yang benar sesuai nilai moral
yang baik.
Ketika anak usia prasekolah melanggar kode moral
dengan menyakiti orang lain, ia harus memiliki reaksi
emosional terhadapnya, dan sementara rasa bersalah adalah
tanda hati nurani yang sehat. Rasa bersalah berasal dari
pemikiran, “Saya melakukan hal yang buruk.” Sebagai orang
tua, Anda ingin membimbing agar anak merasa bersalah
daripada malu. Seorang anak yang merasa bersalah mungkin
menyadari dia masih orang baik yang mampu membuat
pilihan yang lebih baik di masa depan.
Rasa bersalah adalah reaksi normal dan sehat. Hal ini
berarti anak Anda menyesali apa yang telah ia lakukan dan
hal itu dapat memotivasi dia untuk menebus kesalahannya.
Perasaan bersalah juga dapat mencegahnya melakukan
kesalahan yang sama di masa depan. Malu, di sisi lain, dapat
menyebabkan anak Anda percaya bahwa ia tidak mampu
melakukan hal yang benar, dan hal itu mungkin memakan
banyak keputusan yang dia buat dalam hidup.
180
6. Perkembangan Keterampilan Motorik Kasar
Keterampilan motorik kasar (fisik) adalah
keterampilan yang membutuhkan gerakan seluruh tubuh
dan yang melibatkan otot otot besar untuk melakukan fungsi
sehari-hari, seperti berdiri dan berjalan, berlari dan
melompat, dan duduk tegak di meja. Keterampilan
koordinasi mata-tangan seperti keterampilan bola
(melempar, 30 menangkap, menendang) serta mengendarai
sepeda atau skuter dan berenang (child development, 2019).
Ketika sistem muskuloskeletal anak prasekolah terus matang,
keterampilan motorik yang ada menjadi lebih baik dan yang
baru berkembang.
Anak usia prasekolah memiliki kontrol yang lebih
besar atas gerakannya dan kurang grogi dari pada anak
balita. Perbaikan yang signifikan pada aspek keterampilan
motorik terjadi selama periode usia prasekolah.
Keterampilan Motorik Kasar Anak prasekolah gesit sambil
berdiri, berjalan, berlari, dan melompat. Dia bisa naik, turun
tangga dan berjalan maju dan mundur dengan mudah.
Berdiri berjinjit atau dengan satu kaki masih membutuhkan
konsentrasi ekstra. Anak usia prasekolah tampaknya berada
pada gerakan konstan. Ia juga menggunakan tubuh untuk
memahami konsep-konsep baru (seperti menggunakan
lengan dalam gerakan “menenggak”(Schroeder, 2019).
Kemampuan motorik kasar juga memiliki pengaruh
pada fungsi sehari-hari lainnya. Sebagai contoh, kemampuan
anak untuk mempertahankan postur berdiri tegak. Apabila
tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi kemampuan
mereka untuk berpartisipasi dalam keterampilan motorik
halus (misalnya menulis, menggambar dan memotong) dan
duduk tegak untuk menghadiri pelajaran di kelas, yang
kemudian berdampak pada proses pembelajaran akademik
mereka. Keterampilan motorik kasar berdampak pada daya
tahan Anda untuk menghadapi satu hari penuh sekolah
(duduk tegak di meja, bergerak di antara ruang kelas,
membawa tas sekolah yang berat) (Schroeder, 2019).
181
7. Keterampilan Motorik Halus
Keterampilan motorik halus berbeda dari
keterampilan motorik kasar, Keterampilan motorik halus
diperlukan untuk banyak aspek perawatan diri seperti anak-
anak, misalnya: mengenakan sepatu, makan sendiri,
membersihkan gigi sendiri. Perkembangan motorik halus
merupakan komponen penting dari kesejahteraan anak-anak.
Sejak lahir hingga usia anak delapan tahun, anak-anak secara
terus menerus mendapatkan, memperbaiki, dan
menggabungkan fungsi dan keterampilan motorik mereka
dan mengintegrasikan keterampilan mereka.
Perkembangan motorik halus memiliki implikasi
penting bagi keterlibatan anak-anak dalam seni rupa,
menggambar, dan pengalaman menulis yang muncul.
Menulis adalah proses kompleks yang membutuhkan
pengembangan bahasa, informasi visual, pengetahuan huruf
alfabet, pengetahuan kata dan konsep cetak, untuk beberapa
nama. Kontrol motorik untuk menghasilkan teks melalui
menggambar, membuat tanda dan representasi simbol dari
huruf sangat penting dalam mengkomunikasi pesan.
Pengembangan motorik halus sangat penting dalam
mengembangkan kemampuan membuat tanda dan menulis
secara efektif, sehingga pesan dapat dikomunikasikan
(Victoria, 2018).
Selama usia 4 hingga 5 tahun, anak-anak terus
mengasah keterampilan motorik halus dan membangun
keterampilan sebelumnya. Misalnya, mereka sekarang dapat
mengencangkan dan membuka kancing pakaian mereka
sendiri. Keahlian artistik mereka meningkat, dan mereka
dapat menggambar figur tongkat sederhana dan menyalin
bentuk seperti lingkaran, kotak, dan huruf besar.
Ada banyak aktivitas menyenangkan yang bisa
melatih motorik halus anak, supaya otot-otot jari menjadi
kuat, otot tangan berfungsi dengan baik, serta lentur
menggerakkan jemari mereka. Ada banyak aktivitas
menyenangkan yang bisa dilakukan oleh anak-anak berusia
182
3-5 tahun agar mereka memiliki kemampuan motorik halus
yang baik (Kak Zepe, 2016).
8. Perkembangan Sensorik
Pendengaran yang jelas saat lahir dan harus tetap
demikian sepanjang usia prasekolah. Indera penciuman dan
sentuhan terus berkembang sepanjang tahun-tahun
prasekolah. Anak usia prasekolah yang masih muda
mungkin memiliki indera perasa yang tidak terlalu membeda
bedakan daripada anak yang lebih besar, mereka berisiko
lebih tinggi untuk menelan benda asing secara tidak sengaja.
Ketajaman visual terus mengalami kemajuan dan harus sama
secara bilateral. Pada usia 5 tahun memiliki ketajaman visual
20/40 atau 20/30. Penglihatan warna masih utuh pada usia
ini.
Permainan sensorik bisa menciptakan kesenangan dan
pengalaman belajar yang kreatif untuk buah hati. Anak-anak
akan belajar keterampilan penting seperti memecahkan
masalah dan berpikir kreatif. Caranya, dengan
memanfaatkan benda-benda yang ada di rumah. Justru
dengan memanfaatkan barang yang selalu digunakannya
anak akan lebih mengerti. Permainan ini punya efek dahsyat
bagi kemampuan kognitif, linguistik dan sosial anak. Berikut
ini adalah contoh permainan sensorik menurut (Nugraheni,
2017).
Merangsang kemampuan linguistik Ketika anak-anak
diberikan barang-barang untuk bermain, mereka belajar
mengetahui makna dari sebuah kata baru. Contohnya
“ keras” . Anak akan tahu artinya dan mungkin akan
mengambil benda yang teksturnya keras tanpa berpikir
banyak. Mungkin kata tersebut sulit untuk diartikan oleh
anak-anak, tapi anak dapat mengetahui maksudnya.
Mendorong bersosialisasi permainan sensorik
mendorong anak untuk bekerja sama. Mereka bisa
membangun koneksi, mengembangkan kemampuan
berbicaranya, belajar bergiliran, mengekspresikan diri, dan
berkolaborasi dengan yang lain. Saat di rumah, coba buat
183
antrian mengambil minum atau makan. Libatkan ayah,
sepupu atau kakek dan nenek. Mintalah mereka membuat
antrian saat mengambil cemilan atau makanan. Untuk
kesehatan fisik Semua anak berkembang dengan caranya
sendiri. Ada yang bergerak cepat, ada juga yang bergerak
lambat. Permainan sensorik adalah cara yang tepat untuk
mengembangkan kemampuan motoriknya. Lompat kodok,
main bola, atau berjalan mengikuti garis akan sangat seru dan
melatih fisiknya. Jangan lupa untuk sering-sering
mengajaknya main di luar rumah dan bertemu dengan
banyak teman sebayanya. Hal ini akan sangat berdampak
positif pada perkembangan kognitif dan sosialnya
184
“r” sampai usia 6 atau lebih. Komunikasi pada anak usia
prasekolah bersifat konkret, karena mereka belum mampu
berpikir abstrak. Meskipun konkret dalam, komunikasi anak
usia prasekolah bisa sangat rumit dan terlibat; dia mungkin
berbicara tentang mimpi dan fantasi.
Selain memperoleh kosa kata dan mempelajari
penggunaan tata bahasa yang benar, keterampilan bahasa
reseptif anak usia prasekolah juga menjadi halus. Anak usia
prasekolah sangat selaras dengan suasana hati orang tua dan
mudah menangkap emosi negatif dalam percakapan. Jika
anak usia prasekolah mendengar orang tua membahas hal-
hal yang menakutkan bagi anak, imajinasi anak prasekolah
dapat memicu perkembangan ketakutan dan mengarah pada
salah tafsir atas apa yang telah didengar anak itu.
Pada anak usia prasekolah, kemampuan berbahasa
merupakan suatu hal yang sangat penting karena dengan
bahasa yang digunakan, seorang anak prasekolah dapat
berkomunikasi dengan teman temannya atau orang orang
dewasa di sekitarnya. Bahasa juga membantu anak
prasekolah untuk meminta dan meraih apa yang diinginkan,
mampu menjaga diri, serta melatih kontrol diri (Arif Rohman
Mansur, 2019).
185
mereka memiliki keluarga, komunitas, atau budaya tertentu
(Klye, 2012).
Anak usia prasekolah mampu membantu orang lain
dan terlibat dalam rutinitas, orang tua dapat memberikan
dukungan dan membantu anak dengan mengembangkan
keterampilan sosial dan emosional yang akan dibutuhkan
ketika itu anak masuk sekolah. Anak usia prasekolah
berkembang dengan komunikasi satu lawan satu dengan
orang tua. Selama komunikasi interaktif, anak-anak belajar
untuk mengekspresikan perasaan dan ide-ide mereka.
Orang tua dapat menggunakan komunikasi individu
sebagai waktu untuk mengeksplorasi yang benar dan yang
salah, dengan demikian lebih lanjut berkontribusi pada
perkembangan moral. Mereka akan merasa dihargai ketika
perkataan dan pikiran didengarkan oleh orang tuanya.
Menetapkan beberapa aturan sederhana dan
menegakkannya secara konsisten memberi anak usia
prasekolah struktur dan keamanan yang mereka butuhkan
untuk mempromosikan perkembangan moral.
Anak usia prasekolah ingin mengetahui mengapa
tubuh anak laki-laki dan perempuan berbeda, bagaimana
fungsi organ reproduksi, dan dari mana bayi berasal. Orang
tua harus menjawab anak dengan jujur dan langsung,
menggunakan istilah anatomi yang benar. Penjelasan
panjang tidak perlu, hanya sederhana jawaban.
Keingintahuan ini adalah fungsi normal pada usia
prasekolah, dan keingintahuan mungkin juga melibatkan
bermain dengan alat kelamin. Anak-anak usia prasekolah
belajar untuk berbicara tentang perasaan mereka dan
perasaan orang lain.
Perkembangan sosial-emosional, bagaimanapun,
melibatkan lebih dari sekedar mengekspresikan emosi. Ini
memerlukan giliran, menjadi mandiri dalam mengikuti
rutinitas, berinteraksi lebih banyak dengan teman sebaya,
terlibat dalam hubungan yang bermakna dengan orang lain,
mengendalikan emosi, dan mengembangkan citra diri yang
186
positif. Keterampilan ini sangat penting untuk partisipasi
anak-anak yang sukses dalam pengalaman sekolah dan
rumah dan untuk pertumbuhan mereka secara keseluruhan.
Anak-anak usia prasekolah menampilkan berbagai emosi
dengan cara yang berbeda. Misalnya, mereka mungkin
berkata, “Aku kesal,” mereka mungkin mencocokkan
ekspresi wajah dengan bahagia, marah atau sedih, atau
mereka mungkin tertawa ketika bersemangat. Pada saat yang
sama, mereka juga meningkatkan kemampuan mereka untuk
mengelola emosi mereka agar sesuai dengan situasi dan
lingkungan dan untuk mengendalikan emosi mereka (mis.,
Terpisah dengan mudah dari anggota keluarga).
Anak usia prasekolah dengan kemandirian yang sehat
akan mengikuti rutinitas dan kegiatan harian yang dapat
diprediksi baik di sekolah maupun di rumah, mereka mulai
mengidentifikasi teman dekat dan meminta teman itu untuk
bermain, bermain secara mandiri dengan mainan dan bahan-
bahan di rumah, sekolah, atau taman bermain di pekarangan,
dan menyelesaikan banyak tugas perawatan diri, seperti
berpakaian, pergi ke kamar mandi, makan makanan ringan,
makan sendiri, atau bersiap-siap untuk tidur. Anak usia
prasekolah juga belajar dari cara orang lain merespons emosi
mereka.
Keterampilan sosial-emosional terkait erat dengan
keluarga anak, latar belakang budaya, dan pengalaman awal.
Gunakan bahasa yang sesuai dengan perkembangan dan
berikan contoh percakapan dan isyarat untuk diikuti anak-
anak jika mereka membutuhkan bantuan memecahkan suatu
masalah (Klye, 2012).
Cara Membantu Anak Usia Prasekolah Anda
Mengembangkan Keterampilan Sosial
a. Memberikan kesempatan pada anak Anda untuk bermain
dengan anak-anak lain atau teman-teman bermain dapat
membantunya mengembangkan persahabatan.
b. Anda dapat mulai dengan berbicara pada anak Anda
tentang siapa yang bermain dengannya. Kemudian Anda
187
dapat berbicara dengan orang tua lain tentang teman
bermain, baik di rumah Anda, di taman setempat atau di
tempat lain yang memberi anak banyak ruang dan
kesempatan bermain.
c. Anda juga dapat membantu anak Anda belajar tentang
menjadi teman yang baik sebagai bagian dari kehidupan
keluarga sehari hari. Berbicara dan mendengarkan juga
keterampilan penting untuk persahabatan, misalnya
dengan menunjukkan minat pada apa yang orang lain
katakan dan ajukan pertanyaan. Waktu makan keluarga
bisa menjadi waktu yang tepat untuk menjadi
mengembangkan keterampilan ini dan memberi anak
Anda kesempatan untuk mempraktekkannya
(Victoria, 2018).
188
DAFTAR PUSTAKA
189
BAB
PERKEMBANGAN
12
MASA USIA
SEKOLAH
190
Tidak seperti bayi dan anak usia pra-sekolah, anak-anak
dalam usia sekolah dinilai sudah mampu untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai sosial. Anak usia sekolah menurut Erikson
Wong (2009) berada dalam fase industri. Anak mulai
mengarahkan energi untuk meningkatkan pengetahuan dari
kemampuan yang ada (Santrock, 2008). Anak belajar
berkompetisi dan bekerja sama dari aturan yang diberikan. Anak
mulai ingin bekerja untuk menghasilkan sesuatu dengan
mengembangkan kreativitas, keterampilan, dan keterlibatan
dalam pekerjaan yang berguna secara sosial (Santrock, 2008;
Wong, 2009). Dalam fase ini, perkembangan anak membutuhkan
peningkatan pemisahan dari orang tua dan kemampuan
menemukan penerimaan dalam kelompok yang sebaya serta
berperan dalam merundingkan masalah dan tantangan yang
berasal dari dunia luar (Nursalam, 2005).
191
dengan kebutuhan atau minatnya. Fase atau usia sekolah
dasar (7-12) tahun ditandai dengan gerak atau aktivitas
motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan
masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan
dengan motorik, baik halus maupun kasar.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah
satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam
bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu,
perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan
belajar peserta didik. Sesuai dengan perkembangan fisik atau
motorik anak yang sudah siap untuk menerima pelajaran
keterampilan, maka sekolah perlu memfasilitasi
perkembangan motorik anak itu secara fungsional. Upaya-
upaya sekolah untuk memfasilitasi perkembangan fisik-
motorik secara fungsional tersebut, diantaranya sebagai
berikut:
a) Sekolah merancang pelajaran keterampilan yang
bermanfaat bagi perkembangan atau kehidupan anak
seperti mengetik, menjahit, rupa, atau kerajinan tangan
lainnya.
b) Sekolah memberikan pelajaran senam atau olahraga
kepada para siswa, yang sejenisnya disesuaikan dengan
usia siswa
c) Sekolah perlu merekrut (mengangkat) guru-guru yang
memiliki keahlian dalam bidang-bidang tersebut diatas.
d) Sekolah menyediakan sarana untuk keberlangsungan
penyelenggaraan pelajaran tersebut
192
Percakapan mengenai topik-topik tertentu dalam
pergaulan membantu siswa melihat berbagai hal dari
berbagai sudut pandang yang selanjutnya mengembangkan
cara berpikirnya. Sedangkan pada aspek moral dan emosi,
masa remaja adalah masa-masa yang sensitif dan reaktif
bahkan ada yang cenderung tempera mental. Kondisi ini
diakibatkan oleh lingkungan yang tidak baik.
2. Perkembangan Intelektual
Dalam pandangan Piaget, perkembangan kognitif
pada hakekatnya adalah perkembangan kemampuan
penalaran logis. Baginya, berpikir dalam proses kognitif
tersebut lebih penting daripada sekedar mengerti. Pada masa
remaja, peserta didik mulai mengembangkan cara
berpikirnya. Peserta didik mulai berpikir secara hipotesis
dalam menyelesaikan masalah yaitu mencari sumber
permasalahan, mengkaji dan mencari alternatif
pemecahannya. Sistem persekolahan dan keadaan sosial
ekonomi mempengaruhi terjadinya perbedaan pada
perkembangan kognitif anak didik, demikian pula dengan
budaya, sistem nilai, dan harapan dalam masyarakat
Adapun karakteristik perkembangan intelektual pada usia
sekolah, yaitu:
a. Anak SD sudah mereaksi rangsangan intelektual/
melaksanakan tugas belajar yang menuntut kemampuan
kognitif (CALISTUNG).
b. Anak SD sudah mulai berpikir konkret dan rasional
(AUD: berpikirnya masih imajinatif/angan-angan
saja/khayal).
c. Tanda-tanda anak SD berpikir konkret: mengelompokkan
benda berdasar ciri yg sama, menyusun/mengasosiasikan
angka-angka bilangan, dan memecahkan masalah
sederhana.
d. Untuk mengembangkan daya kreativitasnya, maka perlu
diberi peluang bertanya/berpendapat.
e. Upaya sekolah untuk memfasilitasinya adalah
menyelenggarakan kegiatan kompetisi bagi siswa terkait
193
perkembangan kognitif, misal: cerdas-cermat,
mengarang, menggambar, menulis puisi, dll.
f. Pengembangan intelektual siswa.
g. Mengasah ketajaman panca indera untuk menerima
masukan dari luar (information gathering).
h. Mengarahkan persepsi dan perhatian untuk menjaring
informasi.
i. Mengevaluasi, melakukan penilaian (evaluation).
j. Mengabstraksi, restrukturisasi, membuat ringkasan
(integrating).
k. Menyimpulkan, menduga, elaborasi (generating).
l. Identifikasi ciri penting (analyzing).
m. Mengurutkan, membedakan, mengelompokkan
(organizing).
n. Mengingat dengan berbagai cara (remembering).
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan salah satu alat vital dalam
perkembangan kognitif. Konsep-konsep permasalahan yang
dikaji akan lebih mudah dimengerti dengan bantuan bahasa.
Bahasa termasuk dapat berbentuk lisan atau tulisan dengan
mempergunakan tanda (coding), huruf (alphabet), bilangan
(numerik atau digital), sinar atau cahaya yang dapat
merupakan kata-kata (word) atau kalimat (sentences).
Mungkin pula berbentuk gambar atau lukisan (drawing,
picture), gerak-gerik (gestures) dan mimic serta bentuk-
bentuk simbol ekspresif lainnya.
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang
lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk
berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan
dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, atau gerak dengan
menggunakan kata-kata, simbol, lambang, gambar, atau
lukisan. Melalui bahasa setiap manusia dapat mengenal
dirinya, sesamanya, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai moral atau agama.
Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang
pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai
194
perbendaharaan kata. Pada awal masa ini, anak sudah
menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir anak telah
dapat menguasai sekitar 5000 kata. Dengan dikuasainya
keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang
lain, anak sudah gemar membaca atau mendengar cerita
yang bersifat kritis. Pada masa ini tingkat berpikir anak
sudah lebih maju, dia banyak menanyakan waktu dan soal-
akibat.
Di sekolah, perkembangan bahasa anak ini diperkuat
dengan diberikannya mata pelajaran bahasa indonesia
(bahkan di sekolah-sekolah tertentu diberikan bahasa
inggris). Dengan diberikannya pelajaran bahasa disekolah,
para siswa diharapkan dapat menguasai dan
menggunakannya sebagai alat untuk :
a. Berkomunikasi secara baik dengan orang lain
b. Mengekspresikan pikiran, perasaan, sikap atau
pendapatnya
c. Memahami isi dari setiap bahan bacaan yang dibacanya.
4. Perkembangan Emosi
Pada usia sekolah (khususnya di kelas-kelas tinggi,
kelas 4, 5, 6) anak mulai menyadari bahwa pengungkapan
emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi
oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk
mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya.
Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui
peniruan dan latihan
195
Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua atau
guru dalam mengendalikan emosinya sangatlah
berpengaruh. Apalagi anak dikem- bangkan dilingkungan
keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka
perkembangan emosi anak cenderung stabil atau sehat. Akan
tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan
emosinya kurang stabil atau kurang kontrol maka
perkembangan emosi anak cenderung kurang stabil atau
tidak sehat.
a. Karakteristik emosi yang stabil/sehat
1) Menunjukkan wajah ceria
2) Mau bergaul dengan teman secara baik
3) Bergairah dalam belajar
4) Dapat berkonsentrasi dalam belajar
5) Bersikap menghargai orang lain & diri sendiri
5. Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian
kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat
196
juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral
agama. Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh
keluarga, teman sebaya dan guru.
a. Perkembangan sosial pada anak usia SD ditandai adanya
perluasan hubungan (teman/ group).
b. Anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri
kepada teman/lingkungannya.
c. Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan
diri dengan teman/lingkungan
d. Sekolah harus bisa memfasilitasi perkembangan sosial
dengan cara memberikan tugas-tugas kelompok (baik
tugas fisik maupun nonfisik).
e. Melalui tugas kelompok tanamkan sikap bekerja sama,
saling menghormati pendapat teman, tenggang rasa, dan
bertanggung jawab.
197
h. Kualitas keagamaan anak dipengaruhi oleh proses
pembentukan & pendidikan yg diterimanya.
i. Pendidikan agama di SD menjadi perhatian semua
kalangan. Semua guru wajib memberikan teladan.
j. Pendidikan agama di SD merupakan dasar bagi
pembinaan sikap positif terhadap agama dan
pembentukan kepribadian dan akhlak anak.
198
Pada masa usia dasar, kematangan perkembangan
motorik ini pada umumnya telah dicapai, oleh karena itu
mereka sudah siap menerima pelajaran keterampilan. Untuk
memfasilitasi perkembangan motorik atau keterampilan ini,
maka sekolah perlu menyiapkan guru khusus di bidang
keterampilan.
199
3. Hubungan Perkembangan Bahasa dengan Pembelajaran
Pembelajaran bahasa disekolah sengaja untuk menambah
pengetahuan kata-katanya, mengejar dan menyusun struktur
kalimat, peribahasa, kesusastraan, dan keterampilan
mengarang. Dengan dibekali pelajaran bahasa ini,
diharapkan peserta didik dapat menguasai dan
mempergunakannya untuk:
a. Berkomunikasi dengan orang lain
b. Menyatakan isi hatinya (perasaannya)
c. Memahami keterangan (informasi yang diterima)
d. Berpikir (menyatakan pendapat atau gagasannya)
e. Mengembangkan kepribadiannya, seperti menyatakan
sikap dan keyakinan.
200
6. Hubungan Perkembangan Keagamaan denganPembelajaran
Di Samping pemberian materi agama kepada anak,
guru juga harus membiasakan latihan keagamaan yang
menyangkut ibadah dan akhlak. Di Samping pemberian
materi ibadah, perlu juga dibiasakan melaksanakan ibadah
sosial, yaitu menyangkut akhlak terhadap sesama manusia.
Yang ketiga perlu pula diajarkan tentang hukum-hukum
agama , contohnya: halal- haramnya sesuatu dan wajib-
sunnah yang menyangkut ibadah.
201
DAFTAR PUSTAKA
202
BAB PSIKOLOGI
13
PERKEMBANGAN
MASA REMAJA
A. Pendahuluan
Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa,
dan merupakan salah satu fase perkembangan yang paling
penting dalam kehidupan manusia. Pada masa remaja, individu
mengalami banyak perubahan dan perkembangan yang
signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti fisik,
kognitif, sosial, dan emosional. Psikologi perkembangan pada
masa remaja merupakan cabang ilmu yang mempelajari
perubahan-perubahan yang terjadi pada individu selama masa
remaja. Dalam bab ini, akan dibahas mengenai psikologi
perkembangan pada masa remaja, termasuk faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan pada masa remaja, dan peran
orangtua dalam mendukung perkembangan anak pada masa
remaja. Adapun beberapa perkembangan pada masa remaja
antara lain :
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik pada masa remaja melibatkan
perubahan-perubahan dalam tubuh dan organ-organ tubuh.
Pada masa remaja, individu mengalami pertumbuhan dan
perubahan tubuh yang signifikan, termasuk peningkatan
berat badan, tinggi badan, dan pertumbuhan organ-organ
tubuh. Selain itu, pada masa remaja, individu juga
203
mengalami perubahan pada sistem reproduksi, yang
memungkinkan individu untuk bereproduksi.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif pada masa remaja melibatkan
perubahan-perubahan pada proses berpikir dan
pengambilan keputusan. Pada masa remaja, individu mulai
mempertanyakan otoritas dan nilai-nilai yang diberikan oleh
orang dewasa, dan mulai mengembangkan pemikiran kritis.
Selain itu, pada masa remaja, individu juga mulai
mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan kognitif
yang lebih kompleks.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial pada masa remaja melibatkan
perubahan-perubahan dalam interaksi sosial dan hubungan
dengan orang lain. Pada masa remaja, individu mulai
mengembangkan identitas sosial dan membentuk kelompok
sosial dengan teman sebaya. Selain itu, pada masa remaja,
individu juga mengalami perubahan dalam hubungan
dengan orangtua dan keluarga, dan mulai memperluas
lingkaran sosialnya dengan bergaul dengan orang-orang di
luar keluarga.
4. Perkembangan Emosional
Perkembangan emosional pada masa remaja
melibatkan perubahan-perubahan pada pengalaman emosi
dan cara individu mengatasi emosi. Pada masa remaja,
individu mulai mengalami perubahan-perubahan dalam
pengalaman emosi, seperti rasa cemas, marah, dan kesepian.
Selain itu, pada masa remaja, individu juga mulai
mengembangkan kemampuan untuk mengatasi emosi dan
membangun hubungan emosional yang sehat dengan orang
lain.
204
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pada Masa
Remaja
Perkembangan pada masa remaja dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti faktor biologis, psikologis, dan
lingkungan. Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan
berhubungan serta mempengaruhi perkembangan individu
pada masa remaja secara kompleks.
1. Faktor Biologis
Faktor biologis mempengaruhi perkembangan fisik
pada masa remaja. Hormon-hormon seks yang diproduksi
oleh tubuh pada masa remaja mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan organ-organ reproduksi. Selain itu, faktor
genetik juga berpengaruh pada perkembangan fisik pada
masa remaja, seperti tinggi badan, berat badan, dan bentuk
tubuh.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis juga mempengaruhi perkembangan
pada masa remaja. Identitas dan kepribadian individu mulai
terbentuk pada masa remaja dan dipengaruhi oleh faktor-
faktor psikologis, seperti kepercayaan diri, harga diri, dan
konsep diri. Selain itu, pengalaman masa kecil juga
mempengaruhi perkembangan psikologis pada masa remaja.
Misalnya, individu yang mengalami trauma pada masa kecil
dapat mengalami kesulitan dalam mengembangkan
hubungan emosional yang sehat pada masa remaja.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan juga mempengaruhi perkembangan pada
masa remaja, keluarga, teman sebaya, sekolah, dan media
sosial mempengaruhi perkembangan sosial, emosional, dan
kognitif pada masa remaja. Keluarga memainkan peran
penting dalam membentuk nilai dan sikap individu pada
masa remaja, sedangkan teman sebaya mempengaruhi cara
individu berinteraksi dengan orang lain dan membentuk
identitas sosial. Selain itu, lingkungan sekolah dan media
sosial juga mempengaruhi perkembangan kognitif dan
emosional pada masa remaja.
205
Peran Orangtua dalam Mendukung Perkembangan
Anak pada Masa Remaja, orangtua memainkan peran
penting dalam mendukung perkembangan anak pada masa
remaja. Berikut ini beberapa tips yang dapat dilakukan oleh
orangtua untuk mendukung perkembangan anak pada masa
remaja :
a. Menjalin Komunikasi yang Terbuka
Orangtua dapat menjalin komunikasi yang terbuka
dengan anak pada masa remaja untuk memahami
kebutuhan dan masalah yang dihadapi anak. Komunikasi
yang terbuka dan efektif dapat membantu anak mengatasi
masalah dan membangun hubungan yang sehat dengan
orangtua.
206
kemampuan anak, serta memberikan umpan balik yang
positif untuk memperkuat perilaku positif.
207
olahraga, kelompok seni, atau kelompok agama.
Bergabung dengan grup sosial dapat membantu individu
merasa terhubung dan termotivasi.
208
a. Pemikiran Abstrak
Pada masa remaja, individu mulai dapat berpikir secara
abstrak dan mengembangkan konsep yang lebih
kompleks tentang dunia. Kemampuan untuk berpikir
secara abstrak dapat membantu individu
mengembangkan keterampilan analisis dan pemecahan
masalah.
b. Berpikir Kritis
Pada masa remaja, individu mulai dapat berpikir secara
kritis dan mempertanyakan informasi yang diterimanya.
Kemampuan untuk berpikir secara kritis dapat membantu
individu mengembangkan keterampilan evaluasi dan
pengambilan keputusan.
c. Memori Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Pada masa remaja, memori jangka pendek dan jangka
panjang mulai berkembang dengan cepat. Kemampuan
untuk mempertahankan informasi dalam memori jangka
panjang dapat membantu individu belajar dan
mengembangkan keterampilan baru.
d. Perencanaan dan Pengambilan Keputusan
Pada masa remaja, individu mulai mengembangkan
kemampuan untuk merencanakan dan mengambil
keputusan yang lebih kompleks. Kemampuan untuk
merencanakan dan mengambil keputusan dapat
membantu individu mencapai tujuan yang
diinginkannya.
4. Perkembangan Moral pada Masa Remaja
Pada masa remaja, individu mulai mengembangkan
pemahaman mereka tentang nilai dan etika. Berikut ini
beberapa aspek perkembangan moral pada masa remaja :
a. Kesadaran Moral
Pada masa remaja, individu mulai mengembangkan
kesadaran moral yang lebih kompleks dan lebih
mendalam. Kesadaran moral dapat membantu individu
mengidentifikasi tindakan yang benar dan salah, serta
memandu perilaku mereka.
209
b. Empati
Pada masa remaja, individu mulai mengembangkan
kemampuan untuk merasakan empati terhadap orang
lain. Kemampuan untuk merasakan empati dapat
membantu individu memahami perasaan orang lain dan
membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
c. Tanggung Jawab Sosial
Pada masa remaja, individu mulai mengembangkan
tanggung jawab sosial yang lebih besar dan menjadi lebih
sadar akan dampak perilaku mereka pada orang lain dan
masyarakat. Tanggung jawab sosial dapat membantu
individu menjadi warga negara yang bertanggung jawab
dan berkontribusi secara positif pada masyarakat.
D. Kesimpulan
Pada masa remaja, individu mengalami perubahan yang
signifikan dalam banyak aspek kehidupan mereka.
Perkembangan fisik, psikologis, sosial, emosional.
210
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, D., & Bee, H. (2012). Lifespan Development (6th ed.). Boston:
Pearson.
211
Steinberg, L. (2014). Adolescence (10th ed.). New York: McGraw-
Hill.
212
BAB
PERKEMBANGAN
14
PADA MASA
DEWASA
A. Pendahuluan
Perkembangan masa dewasa berarti perubahan kualitatif
dan sistematis dalam kemampuan dan perilaku, yang
merupakan hasil interaksi antara lingkungan internal dan
eksternal pada manusia. Perubahan Interaksi dan kualitatif
dipengaruhi oleh genetika, pengaruh endogen, pengaruh
eksogen, kekuatan adaptif dan kepentingan pribadi.
kemampuan yang dimiliki manusia dewasa bersifat
multidimensi. Misalnya, kecerdasan orang dewasa terdiri dari
banyak kemampuan dan secara intrinsik dipengaruhi oleh
kepribadian, motivasi, kemampuan adaptif, dan kesehatan fisik
dan mental.(B.Merriam and Carolyn, 2006)
Masa dewasa merupakan masa seorang manusia sudah
dapat memilih dan menilai apa yang telah dianggap baik untuk
dirinya dan orang lain, pada masa inilah manusia telah memiliki
kematangan dalam dirinya Kematangan dalam pertumbuhan
disebut dewasa.(Asriati, 2023)
Kedewasaan biasanya dianggap dimulai pada usia 20 atau
21 tahun. Masa dewasa, merupakan periode dalam umur
manusia di mana kematangan fisik dan intelektual penuh telah
tercapai. (Britannica, 2018), namun Menurut Arnett (2007) masa
dewasa terjadi kira-kira dari usia 18 hingga 25 tahun Pada
umumnya, menjadi dewasa melewati proses masa transisi yang
213
panjang, peralihan dari masa remaja ke masa dewasa disebut
sebagai masa dewasa awal. Ciri orang dewasa awal ialah
Eksperimen dan eksplorasi dalam kehidupannya. Pada titik
perkembangan ini, banyak individu mengeksplorasi jalur karir
mana yang ingin diikuti, seperti apa identitas mereka, dan gaya
hidup apa yang ingin diterapkan. (Santrock, 2011)
Elizabeth B. Hurlock (2017) membagi masa dewasa atas
beberapa tahapan. Pembagian terhadap masa dewasa tersebut
hanyalah untuk menunjukkan rentang umur rata-rata pria dan
wanita, ketika mulai menampakkan perubahan perubahan
dalam penampilan, minat, sikap, dan perilaku tertentu yang
karena tuntutan lingkungannya, dapat menimbulkan masalah-
masalah penyesuaian diri yang mau tak mau harus dihadapi di
usia dewasanya.
214
b. Ketidakstabilan, sering terjadi ketidakstabilan dalam
cinta, pekerjaan, dan pendidikan.
c. Fokus pada diri sendiri, membuat memiliki banyak
otonomi dalam menjalankan kehidupannya sendiri
d. Merasa di antara dua tahap. Banyak orang dewasa baru
tidak menganggap diri mereka remaja atau orang dewasa
penuh
e. Usia pengharapan, pada masa dewasa awal tumbuh sikap
optimis tentang masa depan dan memberikan
kesempatan untuk mengarahkan hidupnya ke arah yang
lebih positif. (Santrock, 2011)
215
Ada bukti jelas bahwa dengan bertambahnya usia,
orang dewasa menunjukkan kecenderungan yang lambat
dan sangat bertahap menuju penurunan kecepatan respons
dalam pelaksanaan tugas intelektual dan fisik. Perlambatan
tingkat aktivitas listrik di otak orang dewasa yang lebih tua
telah dikaitkan dengan perlambatan perilaku itu sendiri.
Penurunan kecepatan pemrosesan sistem saraf pusat ini tidak
berarti terjadi perubahan serupa dalam pembelajaran,
memori, atau fungsi intelektual lainnya. (Britannica, 2018)
Kapasitas belajar orang dewasa muda lebih unggul
daripada orang dewasa yang lebih tua, seperti kemampuan
mereka untuk mengatur informasi baru dalam hal isi atau
maknanya. Orang dewasa yang lebih tua, di sisi lain, sama
atau lebih unggul dari orang dewasa muda dalam kapasitas
mereka untuk menyimpan informasi umum dan dalam
akumulasi pengetahuan budaya (Santrock, 2011)
Jean Piaget, seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog
perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil
penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan
kognitifnya menyimpulkan bahwa seorang remaja dan orang
dewasa berpikir secara kualitatif dengan cara yang sama.
artinya, piaget berpendapat bahwa sekitar usia 11 sampai 15
tahun, remaja memasuki tahap operasional formal yang
ditandai dengan berpikir lebih logis, abstrak, dan idealis
daripada berpikir operasional konkret. Namun piaget
menekankan bahwa dewasa muda lebih maju secara
kuantitatif dalam pemikiran, artinya bahwa dewasa muda
memiliki pengetahuan lebih dari remaja, walaupun
pemikiran operasional formal adalah tahap akhir dalam
perkembangan kognitif, namun banyak individu
mengkonsolidasikan pemikiran operasional formal pada
masa dewasa muda. artinya, pada masa ini intelektual lebih
berkembang dan sistematis dibandingkan pada masa remaja.
(B.Merriam and Carolyn, 2006)
216
2. Masa Dewasa Madya (Paruh Baya)
Masa dewasa madya berlangsung dari usia 40-an
hingga 60-an. Masa dewasa madya merupakan periode
perkembangan yang dimulai sekitar usia 40 hingga 45 tahun
dan meluas hingga usia sekitar 60 hingga 65 tahun
Masa dewasa madya atau paruh baya adalah masa
menurunnya keterampilan fisik dan berkembangnya
tanggung jawab atau suatu masa di mana orang menjadi
lebih sadar akan polaritas tua-muda dan menyusutnya
jumlah waktu yang tersisa dalam hidup, atau titik ketika
individu berusaha untuk mengirimkan sesuatu yang
bermakna ke generasi berikutnya; dan waktu ketika orang
mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karir.
Di usia paruh baya, seperti periode usia lainnya,
individu membuat pilihan, memilih apa yang harus
dilakukan, bagaimana menginvestasikan waktu dan sumber
daya, dan mengevaluasi aspek kehidupan apa yang perlu
diubah. (Lazzara, 2020)
Penurunan fisik terjadi secara bertahap. Kulit
kehilangan elastisitasnya, dan kerutan adalah salah satu
tanda penuaan pertama. Ketajaman visual menurun selama
waktu ini. Wanita mengalami penurunan kesuburan secara
bertahap saat mendekati awal menopause, akhir siklus
menstruasi, sekitar usia 50 tahun. Baik pria maupun wanita
cenderung mengalami kenaikan berat badan: di area perut
untuk pria dan di pinggul serta paha untuk wanita. Rambut
mulai menipis dan beruban.(Santrock, 2011)
Perubahan fisik pada usia dewasa madya/paruh baya
biasanya lebih bertahap. Meskipun setiap orang mengalami
beberapa perubahan fisik akibat penuaan pada usia dewasa
madya/paruh baya, tingkat penuaan ini sangat bervariasi
dari satu individu ke individu lainnya. Susunan genetik dan
faktor gaya hidup memainkan peran penting dalam
terjadinya penyakit kronis dan waktu akan terjadinya. Usia
paruh baya adalah jendela di mana kita dapat melihat sekilas
kehidupan selanjutnya sementara masih ada waktu untuk
217
melakukan pencegahan dan mempengaruhi beberapa
perjalanan penuaan.(Santrock, 2011)
Bantalan untuk pergerakan tulang (seperti tendon dan
ligamen) menjadi kurang efisien di tahun-tahun masa
dewasa madya/paruh baya, saat banyak orang mengalami
kekakuan sendi dan lebih sulit bergerak. Kepadatan tulang
maksimum terjadi pada pertengahan hingga akhir tiga
puluhan, dari mana terjadi pengeroposan tulang secara
progresif. Tingkat pengeroposan tulang ini dimulai secara
perlahan tetapi semakin cepat pada usia lima
puluhan .Wanita mengalami sekitar dua kali tingkat
pengeroposan tulang dibandingkan pria. Menjelang akhir
usia paruh baya, tulang lebih mudah patah dan lebih lama
sembuh (Santrock, 2011)
Arthritis adalah gangguan kronis terkemuka di masa
dewasa madya/paruh baya, diikuti oleh hipertensi. Pria
memiliki gangguan kronis yang lebih fatal, wanita lebih
banyak yang tidak fatal. Fungsi sistem kekebalan tubuh
menurun seiring bertambahnya usia. Stres emosional
kemungkinan merupakan faktor penting yang berkontribusi
terhadap penyakit kardiovaskular. Orang yang hidup dalam
kondisi stres kronis cenderung merokok, makan berlebihan,
dan tidak berolahraga. Semua perilaku yang berhubungan
dengan stres ini terkait dengan penyakit kardiovaskular.
Budaya memainkan peran penting dalam penyakit
koroner.(Santrock, 2011)
Pada masa dewasa madya/paruh baya, penyakit
kronis merupakan penyebab utama kematian. Sampai saat
ini, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama
kematian pada usia paruh baya, namun sekarang kanker
menjadi penyebab utama kematian pada kelompok usia
ini.(Santrock, 2011)
Klimakterik adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan transisi masa dewasa madya/paruh baya di
mana kesuburan menurun. Menopause adalah waktu di usia
paruh baya, biasanya di akhir empat puluhan atau awal lima
218
puluhan, ketika periode menstruasi seorang wanita benar-
benar berhenti. Usia rata-rata wanita mengalami menstruasi
terakhir adalah 51 tahun. Namun, ada variasi besar dalam
usia terjadinya menopause—dari usia 39 hingga 59 tahun.
Hampir semua wanita pasca menopause pada usia 60 tahun
(Santrock, 2011)
3. Masa Dewasa Akhir
Pada masa dewasa akhir, perubahan penampilan fisik
yang mulai terjadi pada usia paruh baya menjadi lebih jelas.
Kerutan dan bintik-bintik usia adalah perubahan yang paling
terlihat. baik pria maupun wanita menjadi lebih pendek di
masa dewasa akhir karena keropos tulang di tulang belakang,
Berat badan biasanya turun setelah mencapai usia 60 tahun.
Hal ini terjadi karena kehilangan otot, yang juga membuat
tubuh terlihat "kendur (Santrock, 2011)
219
menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi
sangat memegang peranan penting.(nurhazlina mohd.
Ariffin, miftahul jannah, 2021)
Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang
huru-hara, ke masa yang menuntut tanggung jawab. Tidak
bisa dipungkiri bahwa banyak orang dewasa awal
mengalami masalah- masalah dalam perkembangannya.
Masalah-masalah itu antara lain masalah dalam dirinya
(personal hazard), fisiknya (physical hazard), dan masalah
dengan masyarakat (social hazard) (nurhazlina mohd.
Ariffin, miftahul jannah, 2021)
Menurut Piaget remaja dan orang dewasa berpikir
secara kualitatif dengan cara yang sama (ibda, 2015).. Piaget
menekankan bahwa orang dewasa muda lebih maju secara
kuantitatif dalam pemikiran dan memiliki lebih banyak
pengetahuan daripada remaja (Santrock, 2011)
Ketika seseorang berumur 20-an (sebelum 30-an),
kondisi emosionalnya tidak terkendali. Ia cenderung labil,
resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi
seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Ia juga
khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi
dan posisinya yang baru sebagai orang tua. Namun, ketika ia
telah berumur 30-an, maka seseorang akan cenderung stabil
dan tenang dalam emosi.(Maulidya, Adelina and Alif
Hidayat, 2018). Pada dewasa muda tugas-tugas
perkembangan yang harus Diselesaikan individu adalah :
a. Memilih pasangan hidup.
b. Belajar hidup bersama pasangan hidup.
c. Memulai hidup berkeluarga.
d. Memelihara dan mendidik anak.
e. Mengelola rumah tangga.
f. Memulai kegiatan pekerjaan.
g. Bertanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warga
negara
h. Menemukan persahabatan dalam kelompok sosial.
(Maulidya, Adelina and Alif Hidayat, 2018)
220
2. Masa dewasa Madya (Paruh Baya)
Masa dewasa menengah adalah masa menurunnya
keterampilan fisik dan berkembangnya tanggung jawab;
periode dimana orang menjadi lebih sadar akan polaritas tua-
muda dan menyusutnya jumlah waktu yang tersisa dalam
hidup; titik ketika individu berusaha untuk mengirimkan
sesuatu yang berarti kepada generasi berikutnya; dan waktu
ketika orang mencapai dan mempertahankan kepuasan
dalam karir mereka. masa dewasa madya/paruh baya
melibatkan “keseimbangan hubungan pekerjaan dan
tanggung jawab, di tengah perubahan fisik dan psikologis
yang terkait dengan penuaan(Santrock, 2011) Salthouse
berpendapat bahwa penurunan sejumlah fungsi kognitif
dimulai pada masa dewasa awal dan terus berlanjut hingga
usia lima puluhan. Penurunan beberapa aspek fungsi
neurobiologis yang mungkin terkait dengan fungsi kognitif
terkait usia ditemukan.(Santrock, 2011)
Tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa madya
adalah :
a. Memiliki tanggung jawab sosial dan kenegaraan sebagai
orang dewasa.
b. Mengembangkan dan memelihara standar kehidupan
ekonomi.
c. Membimbing anak dan remaja agar menjadi orang
dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia
d. Mengembangkan kegiatan-kegiatan waktu tenggang
sebagai orang dewasa, hubungan dengan pasangan-
pasangan keluarga lain sebagai pribadi
e. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan fisik sebagai orang setengah baya
f. Menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai orang tua
yang bertambah tua (maulidya, adelina and alif hidayat,
2018)
221
3. Masa Dewasa Lanjut
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa
kepercayaan dan harapan orang dewasa yang lebih tua
tentang ingatan berperan dalam ingatan mereka yang
sebenarnya (Lineweaver, Berger, & Hertzog, 2009;
McDougall, 2009). Apa yang orang katakan pada diri mereka
sendiri tentang kemampuan mereka untuk mengingat itu
penting. Keyakinan atau harapan positif atau negatif orang
dewasa yang lebih tua tentang keterampilan ingatan mereka
terkait dengan kinerja ingatan mereka yang sebenarnya (Hess
& Hinson, 2006). Seseorang menggambarkan penurunan
ingatan yang menjadi ciri penuaan; yang lain menekankan
penelitian tentang pelestarian keterampilan ingatan pada
orang dewasa yang lebih tua. Orang dewasa yang lebih tua
yang membaca catatan pesimis tentang ingatan dan penuaan
mengingat 20 hingga 30 persen lebih sedikit kata daripada
orang yang membaca tentang kemampuan mempertahankan
ingatan di usia tua.(Santrock, 2011)
Beberapa perubahan perhatian terjadi di masa dewasa.
Dalam perhatian selektif, orang dewasa yang lebih tua lebih
buruk daripada orang dewasa yang lebih muda pada
umumnya; namun, ketika tugas sederhana dan praktik yang
memadai diberikan, perbedaan usia menjadi minimal.
Demikian pula, untuk perhatian yang terbagi, pada tugas-
tugas sederhana perbedaan usia orang dewasa minimal,
tetapi pada tugas-tugas sulit orang dewasa yang lebih tua
melakukannya lebih buruk daripada orang dewasa yang
lebih muda. Orang dewasa yang lebih tua tampil sebaik
orang dewasa yang lebih muda dalam ukuran sederhana dari
perhatian berkelanjutan, kurang baik pada tugas yang lebih
kompleks. Orang dewasa yang lebih muda memiliki memori
episodik yang lebih baik daripada orang dewasa yang lebih
tua. Mengenai memori semantik, orang dewasa yang lebih
tua memiliki lebih banyak kesulitan dalam mengambil
informasi semantik, tetapi mereka biasanya pada akhirnya
dapat mengambilnya kembali. Para peneliti telah
222
menemukan penurunan memori kerja dan kecepatan
persepsi pada orang dewasa yang lebih tua. Orang dewasa
yang lebih tua lebih cenderung menunjukkan penurunan
dalam memori eksplisit daripada implisit. Memori prospektif
melibatkan mengingat apa yang harus dilakukan di masa
depan, dan hubungan memori prospektif dengan penuaan
adalah kompleks. Semakin banyak penelitian yang
menemukan bahwa keyakinan orang tentang ingatan
memainkan peran penting dalam kinerja ingatan mereka.
Faktor non kognitif seperti kesehatan, pendidikan, dan status
sosial ekonomi terkait dengan ingatan pada orang dewasa
yang lebih tua(Santrock, 2011)
E. Perkembangan Sosioemosional
Perkembangan sosioemosional adalah perkembangan
yang terjadi dengan cara mengintegrasikan diri secara adaptif
yang melibatkan pengalaman emosional sehingga menjadi
hubungan yang menyenangkan dengan orang lain setiap saat.
McAdams & Olson, tahun 2010 mengemukakan bahwa
kehidupan sosio emosional orang dewasa dapat diprediksi pada
20 tahun pertama kehidupan, hal ini menunjukkan tahun-tahun
dewasa awal penting dalam menentukan seperti apa individu itu
di kemudian hari pada masa dewasa. Salah satu bentuk
sosioemosional adalah temperamen yaitu perilaku individu
yang merupakan gaya dan respons emosional yang khas.
beberapa dimensi temperamen masa kanak-kanak dan
kepribadian orang dewasa. Misalnya, di suatu studi
longitudinal, anak-anak yang sangat aktif pada usia 4 tahun
cenderung sangat ramah pada usia 23 tahun. Pada masa dewasa
awal, sebagian besar individu menunjukkan lebih sedikit
perubahan suasana hati emosional daripada yang di lakukan di
masa remaja, menunjukkan sikap menjadi lebih bertanggung
jawab. (Santrock, 2011).
223
Menurut Levinson, transisi ke masa dewasa menengah
berlangsung sekitar lima tahun (usia 40 hingga 45) dan
mengharuskan laki-laki dewasa untuk mengatasi empat konflik
utama yang telah ada dalam hidupnya sejak masa remaja:
1. Menjadi muda versus menjadi tua,
2. Bersikap destruktif versus konstruktif,
3. Maskulin versus feminin,
4. Terikat pada orang lain versus terpisah dari mereka.
224
DAFTAR PUSTAKA
225
BAB PERKEMBANGAN
15
MASA LANJUT USIA
(LANSIA)
A. Pendahuluan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan
pada daur kehidupan insan, sedangkan menurut pasal 1 ayat
(dua), (3), (4) uu no. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seorang yg sudah mencapai usia lebih
awal 60 tahun. Menurut bruner serta suddart (2001) pengertian
lansia majemuk tergantung kerangka pandang individu. Orang
Yang berusia 35 tahun dapat diklaim tua bagi anaknya yang
tidak muda lagi. Orang sehat aktif berusia 65 tahun mungkin
menduga usia 75 tahun menjadi permulaan lanjut usia.
Reimer, dkk (1999); stanley & beare (2007) mendefinisikan
lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang
menganggap bahwa orang sudah tua bila menandakan ciri fisik
mirip rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Pada
kiprah masyarakat tidak mampu lagi melaksanakan fungsi
peran orang dewasa, seperti laki-laki yg tidak lagi terikat pada
aktivitas ekonomi produktif, dan untuk wanita tak bisa
memenuhi tugas tempat tinggal tangga.
Kriteria simbolik seorang tua waktu cucupertamanya
lahir. Pada rakyat kepulauan pasifik, seseorang dianggap tua
saat ia berfungsi menjadi kepala berasal garis keturunan
keluarganya. Strata umur serta saat, sedangkan usia lanjut (old
age) artinya kata buat tahap akhir asal proses penuaan tadi biren
226
serta schroots (1984) (dalam monks, f.j, 2004) membedakan 3
proses sentral, yaitu penuaan menjadi proses biologis
(senescing), menjadi senior pada rakyat (elderling) atau penuaan
sosial (elderling) dan penuaan psikologis subjektif (geronting).
Ada banyak sekali macam sudut pandang yg dapat
mendefinisikan secara spesifik mengenai arti lanjut usia.
Glascock dan feinmant (1981); stanley serta beare (2007),
menganalisis kriteria lanjut usia asal 57 negara di dunia dan
menemukan bahwa kriteria lanjut usia yg paling awam ialah
adonan antara usia kronologis, dengan perubahan kiprah dalam
kiprah sosial, serta diikuti status fungsional seseorang. Dari
depkes ri (2009), umur lansia dibagi menjadi masa lansia awal
46-55 tahun, masa lansia akhir 56-65 tahun, dan masa manula
atas lebih dari 65 tahun.
Menurut uu no. 4 tahun 1965 pasal 1 seseorang bisa
dinyatakan menjadi seorang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak memiliki atau
tidak berdaya mencari nafkah sendiri buat keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Uu no. 13
tahun 1998 wacana kesejahteraan lansia bahwa lansia artinya
seorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
227
tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status, sahabat yang
disayangi, pemarah, tidak tabah, praktis tersinggung,
menuntut, sulit dilayani, serta pengkritik.
4. Tipe pasrah
Mendapatkan dan menunggu nasib baik, memiliki konsep
habis gelap terbitlah jelas, mengikuti aktivitas beribadah,
ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
5. Tipe gundah
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, mental, sosial serta ekonominya.
Tipe ini diantaranya:
a. Tipe optimis
b. Tipe konstruktif
c. Tipe ketergantungan
d. Tipe defensive
e. Tipe militant serta serius
f. Tipe murka atau putus harapan (the angry man)
g. Tipe putus asa (benci di diri sendiri) atau self heating man.
228
3. Mitos berpenyakitan
Adanya asumsi bahwa masa tua dicermati menjadi masa
degenerasi biologis yg disertai beberapa penyakit dan sakit-
sakitan. Kenyataannya tidak seluruh lansia berpenyakitan.
saat ini sudah poly jenis pengobatan serta lansia yg rajin
melakukan pemeriksaan bersiklus sebagai akibatnya lansia
tetap sehat serta bugar.
4. Mitos senilitas
Adanya anggapan bahwa lansia sudah pikun. Kenyataannya,
banyak yang masih tetap cerdas serta bermanfaat bagi rakyat,
karena poly cara buat mengikuti keadaan terhadap
penurunan daya ingat.
5. Mitos tak jatuh cinta
Adanya anggapan bahwa para lansia telah tidak lagi jatuh
cinta serta bergairah pada lawan jenis. Kenyataannya,
perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa
serta perasaan cinta tak berhenti hanya karena sebagai tua.
6. Mitos aseksualitas
Adanya anggapan bahwa pada lansia hubungan seks
menurun, minat, dorongan, gairah, kebutuhan serta daya
seks berkurang. Kenyataannya kehidupan seks para lansia
normal-normal saja dan permanen bergairah hal itu
dibuktikan dengan lansia yg ditinggal mangkat dengan
pasangannya, tetapi masih ada planning ingin menikah lagi.
7. Mitos ketidakproduktifan
Adanya asumsi bahwa para lansia tidak produktif lagi.
Kenyataannya banyak para lansia yg mencapai kematangan,
kemantapan dan produktivitas mental maupun material.
229
D. Teori Perkembangan Lanjut Usia
Proses menua atau menjadi tua merupakan suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
buat memperbaiki diri/mengubah serta mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak bisa bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring
menggunakan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami
aneka macam problem kesehatan yang biasa dianggap menjadi
penyakit degeneratif. Sesuai pernyataan ini, lanjut usia diklaim
menjadi penyakit. Hal ini tak benar, sebab Gerontology beropini
bahwa usia lanjut bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu
masa atau tahapan hayati insan, yaitu; bayi, kanak-kanak,
dewasa, tua, serta lanjut usia
1. Teori Proses Menua
Pada hakikatnya sebagai tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang sudah melalui 3 termin
kehidupannya yaitu anak, masa dewasa serta masa tua.
Menurut Potter & Perry (2005) proses menua dibagi menjadi
beberapa teori menjadi berikut:
Teori Biologis
a. Teori Radikal Bebas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan
akumulasi kerusakan ireversibel dampak senyawa
pengoksidasi. Radikal bebas adalah produk metabolisme
seluler yang merupakan bagian molekul yang sangat
reaktif. Molekul ini mempunyai muatan ekstraseluler
kuat yang kuat yang bisa membangun reaksi dengan
protein, membarui bentuk bentuk serta sifatnya; molekul
ini juga bisa bereaksi dengan lipid yang berada dalam
membrane sel, mempengaruhi permeabilitasnya, atau
dapat berikatan dengan organel sel lainnya. Proses
metabolisme oksigen diperkirakan menjadi sumber
radikal bebas terbesar. Secara khusus, oksidasi lemak,
protein serta karbohidrat dalam tubuh menyebabkan
kumpulan radikal bebas. Polutan lingkungan adalah
sumber eksternal radikal bebas
230
b. Teori Cross Link
Teori cross link dan jaringan ikat menyatakan
bahwa molekul kolagen dan elastin, komponen jaringan
ikat, membuat senyawa yg lama menaikkan rigiditas sel,
cross-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang
menimbulkan senyawa antara molekul-molekul yang
normalnya terpisah. Kulit yg menua adalah contoh cross-
linkage elastin. cross-linkage jaringan ikat terkait usia
mencakup penurunan kekuatan rentang dinding arteri,
tanggalnya gigi.
c. Teori Imunologis
Teori ini menggambarkan suatu kemunduran
dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan.
waktu orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap
organisme asing yg mengalami penurunan, sehingga
mereka lebih rentan buat menderita berbagai penyakit
seperti kanker serta infeksi.
Seiring menggunakan berkurangnya fungsi sistem
imun, terjadilah peningkatan dalam respon autoimun
tubuh. ketika orang mengalami penuaan mereka mungkin
mengalami penyakit autoimun yaitu penyakit dimana
sistem kekebalan tubuh keliru mengidentifikasi benda
asing yaitu jaringan atau organ tubuh insan justru
dianggap menjadi benda asing yang dirusak oleh
antibodi, mirip Artritis Rematoid
d. Teori Wear and Tear
Teori ini mengatakan bahwa manusia diibaratkan
mirip mesin, sebagai akibatnya perlu adanya perawatan,
serta penuaan artinya yang akan terjadi asal penggunaan
e. Teori Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini faktor-faktor di dalam
lingkungan misalnya karsinogen dari industri, cahaya
matahari, trauma serta infeksi dapat membawa
perubahan dalam proses penuaan, akibat berasal
lingkungan lebih merupakan akibat sekunder dan bukan
adalah faktor primer pada penuaan
231
2. Teori Sosial
a. Teori pembebasan
Menurut Potter & Perry (2005) galat satu teori sosial
yang berkenaan menggunakan proses penuaan adalah
teori pembebasan (Disengagement Theory). Teori tadi
membuktikan bahwa dengan berubahnya usia seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau mendeskripsikan proses
penarikan diri. Keadaan ini mengakibatkan hubungan
sosial lansia menurun, baik secara kualitatif juga
kuantitasnya sebagai akibatnya seringkali terjadi
kehilangan ganda yaitu:
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontrol sosial
3) Berkurangnya komitmen
b. Teori Aktivitas
Versus pribadi asal teori pembebasan
(Disengagement Theory) adalah teori aktivitas penuaan,
yang beropini bahwa jalan menuju penuan yg sukses
adalah dengan cara tetap aktif serta ikut banyak pada
kegiatan sosial. Havighurst yg pertama kali menulis
tentang pentingnya tetap aktif secara sosial menjadi
indera buat penyesuaian diri yang sehat buat lansia pada
tahun 1952. semenjak saat itu, aneka macam penelitian
sudah memfasilitasi hubungan positif antara
mempertahankan interaksi yang penuh arti
menggunakan orang lain dan kesejahteraan fisik dan
mental orang tersebut.
Kesempatan buat turut berperan dengan cara yang
penuh arti bagi kehidupan seorang yang penting bagi
dirinya sendiri adalah suatu komponen kesejahteraan
yang penting bagi lansia. Penelitian pertanda bahwa
hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif
mensugesti kepuasan hayati. Selain itu, penelitian
teranyar menggambarkan pentingnya aktivitas mental
232
dan fisik yang berkesinambungan buat mencegah
kehilangan atau pemeliharaan kesehatan sepanjang masa
kehidupan insan
c. Teori transedental
Sementara itu Potter & Perry (2005) menyebutkan
bahwa teori ini mengemukakan adanya kesinambungan
dalam siklus kehidupan lansia. dengan demikian
pengalaman hidup seseorang pada suatu ketika artinya
gambarannya kelak pada saat ini sebagai lansia. Pokok-
utama berasal teori transendental merupakan:
1) Lansia tidak disarankan buat melepaskan peran atau
harus aktif pada proses penuaan, tapi didasarkan pada
pengalamannya di masa kemudian, dipilih peran apa
yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
2) Kiprah lansia yg hilang tidak perlu diganti.
3) Lansia dimungkinkan buat memilih berbagai cara
adaptasi.
3. Teori Psikologis
a. Hirarki Maslow
Motivasi manusia dapat dipandang asal hirarki
kebutuhan di titik kritis pertumbuhan serta
perkembangan pada semua manusia. Individu dapat
dicermati di partisipasi aktif dalam hidup hingga
aktualisasi diri
233
d. Erikson’s Eight Stage of Life
Setiap orang mengalami termin perkembangan
selama hidupnya. di beberapa termin akan krisis tujuan
yang mengintegrasikan kematangan fisik dengan
keinginan psikologinya.
Pada beberapa termin orang berhasil mengatasi
krisis tadi. Keberhasilan tadi akan membantu
perkembangan di tahap selanjutnya. Individu ingin selalu
memperoleh peluang buat bekerja kembali sesuai
perasaan buat mencapai kesuksesannya Dari, individu
yang bisa dikatakan telah memasuki usia lanjut
berdasarkan fungsi sosial artinya individu yang telah
mengalami perubahan kiprah, namun tidak
menghentikan aktivitas sosialnya, seperti sebagai
kakek/nenek, purna tugas, dan koordinator RW.
234
b. Sistem Kardiovaskular
Di sistem kardiovaskular lansia mengalami perubahan
pada katup jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun, hal ini mengakibatkan
menurunnya kontraksi dan volumenya, elastisitas
pembuluh darah menurun , tekanan darah meningkat
dampak meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
c. Sistem Persarafan
Perubahan pada sistem persyarafan lansia meliputi saraf
panca indra mengecil sebagai akibatnya manfaatnya
menurun dan lambat pada merespon, berkurangnya atau
hilangnya lapisan myelin akson, sehingga menyebabkan
berkurangnya respon motorik serta reflek
d. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi perubahan pada cairan tulang menurun sehingga
praktis ringkih (osteoporosis), bungkuk (kifosis),
persendian membesar serta kaku (atrofi otot) tendon
mengerut, kram, tremor, tendon mengerut, serta
mengalami sclerosis.
235
Idealnya, lanjut usia dalam kelangsungan hidupnya
tinggal menggunakan mengikut kepada anak-anaknya juga
keluarga anaknya. Hal itu dilakukan sebab lanjut usia merasa
diperhatikan dan tidak segan apabila memerlukan donasi,
karena berada dalam lingkungan sendiri. Tetapi, saat
terdapat anak, terutama keluarga anak dari lanjut usia yang
mengikuti lanjut usia, hal itu bisa menjadi beban tersendiri
bagi lanjut usia. Beban tadi bisa berupa ketergantungan
keuangan pada para lanjut usia. Keadaan tersebut akan
memberatkan para lanjut usia, baik secara pribadi juga tidak
langsung dan dimungkinkan akan membawa dampak bagi
pencapaian successful aging-nya.
236
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan,
h. Rangkaian kehilangan yaitu kehilangan korelasi
menggunakan teman serta keluarga.
2. Fungsi Kognitif
Secara awam, di usia lanjut mengalami penurunan
fungsi kognitif seperti lemahnya pemrosesan isu, penurunan
memori, kecerdasan, dan perhatian. Hal ini sejalan dengan
kemunduran-kemunduran kognitif di usia lanjut
berdasarkan Departemen Kesehatan RI tahun 1998 yaitu:
a. Praktis lupa
b. Fungsi ingatan cenderung lebih baik pada hal-hal yang
berkaitan menggunakan masa muda, dibanding pada hal
yang baru terjadi
c. Orientasi awam dan persepsi terhadap waktu, ruang atau
kawasan
d. Inteligensi
237
e. Cenderung tidak simpel menerima hal-hal baru, ide, juga
info baru
b. Upaya preventif.
Upaya pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya penyakit – penyakit yg ditimbulkan sang
proses penuaan serta komplikasinya.
1) Investigasi terpola.
2) Penjaringan kesehatan.
3) Pemeliharaan kesehatan yg dilakukan oleh diri sendiri.
4) Olahraga teratur.
5) Mengelola diet dan makanan.
6) Meningkatkan ketaqwaan kepada ilahi.
7) Berbagi hobby untuk mengisi ketika luang dan
permanen produktif.
8) Orientasi empiris.
c. Upaya kuratif.
Upaya pengobatan bagi lansia sang petugas
kesehatan atau petugas terlatih sinkron menggunakan
kebutuhan.
1) Pengobatan jalan.
238
2) Perawatan kesehatan jiwa.
3) Perawatan kesehatan gigi dan ekspresi.
4) Perawatan kesehatan mata.
5) Perawatan kesehatan melalui aktivitas puskesmas.
6) Rujukan ke tempat tinggal sakit, dokter seorang ahli,
atau pakar kesehatan yang diperlukan.
d. Upaya rehabilitasi.
Upaya buat mempertahankan fungsi organ
seoptimal mungkin. aktivitas ini dapat berupa rehabilitasi
mental, vokasional (keterampilan), serta aktivitas fisik.
kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas
panti melalui pengawasan dokter, atau ahlinya (perawat)
Kebutuhan utama di lansia merupakan:
1) Kuliner relatif serta sehat.
2) pakaian dan kelengkapannya.
3) Perumahan/ tempat tinggal / tempat berteduh.
4) Perawatan dan pengawasan kesehatan.
239
Contohnya diantaranya, psikodrama, terapi aktivitas
grup, terapi musik, terapi berkebun, terapi menggunakan
binatang, terapi okupasi, terapi kognitif, life review, rekreasi,
serta terapi keagamaan.
240
DAFTAR PUSTAKA
241
TENTANG PENULIS
242
kendari tahun 2018. Aktif menjadi
Asesor pada Badan Akreditasi Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini (BANPAUD
dan PNF). Memiliki minat kajian utama
di bidang pendidikan dan
perkembangan (keluarga, anak dan
remaja). Penulis dapat di hubungi
melalui laman media sosial Instagram
@fajriahlinda.
243
Desni Yuniarni, S.Psi. M.Psi. Psikolog,
lahir di Pontianak, pada 28 Desember
1979. Ia tercatat sebagai lulusan di
Magister Profesi Psikologi Universitas
Padjadjaran, Bandung. Wanita yang
kerap disapa Desni ini adalah istri dari
H.M. Anton Gunawan, S.T. M.T., dan
Bunda dari Azkia Ceyda dan Azfar
Ulwana. Desni Yuniarni berprofesi
sebagai dosen tetap di Universitas
Negeri Tanjungpura (Pontianak,
Kalimantan Barat) sejak 2008 sampai
sekarang. Dosen yang berprofesi sebagai
psikolog ini juga pemilik Biro Konsultasi
Psikologi INDIGROW. Saat ini, Ia
sedang menempuh pendidikan Doktoral
Psikologi di Universitas Airlangga,
Surabaya.
244
dengan mengisi berbagai forum seminar
dan training pada remaja, mahasiswa,
para ibu, dsb. Kerap aktif juga dalam
berbagai organisasi profesi, maupun
sosial kemasyarakatan. Misalnya anggota
Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI),
anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia
(IPK-Indonesia), Ketua Komunitas
Solidaritas Emak-Emak Shalihat
Indonesia (SEHATI), dan sebagainya.
245
La Ode Muhammad Ady Ardyawan
S.kep N.s M.kes, lahir di Wangi –
Wangi Wakatobi, pada 4 Mei 1993. Ia
bukanlah orang baru di dunia
pendidikan Dan Kesehatan, Ia tercatat
sebagai Dosen Tetap di 8 Kampus
Swasta, 7 di Sulawesi Tenggara Dan 1
Di Yogyakarta, La Ode Muhammad
Ady Ardyawan Juga Bekerja Di Klinik
PKU Muhammadiyah Sultra Dan
Rumah Sakit Jantung Oputa Yi Koo
Sulawesi Tenggara, Selain Itu ia
merupakan direktur PT Agro Media
Utama Dan Direksi Yayasan Merdeka
Belajar Dan Cv Support Indonesia
System, ia juga tercatat sebagai
mahasiswa program Double Doktor di
ST Paul University Philipina Dan IKA
Strada Kediri Indonesia .Pria yang
kerap disapa Ady ini adalah anak dari
pasangan La Ode La Uana (ayah) dan
Wa Ode Samsiati (ibu).
246
Pemkab Aceh Utara sudah bergabung
menjadi Prodi D.III Keperawatan Aceh
Utara Poltekkes Kemenkes Aceh
Merry Pongdatu.,S.Kep.,Ns.,M.Kep,
lahir di Pelambua, pada 16 Mei 1985, Ia
tercatat sebagai lulusan Magister
Keperawatan Universitas Brawijaya
Tahun 2020. Merry adalah anak dari
pasangan Alm Pither Pongdatu (ayah)
dan Maria Datu (ibu). Pendidikan
perawat Merry dimulai dari D3
Keperawatan, S1 dan Ners hingga S2
Keperawatan
247
Sri Hartati, Ns., M.Kep. Lahir di
Bandung, pada 24 Mei 1982. Penulis
menyelesaikan pendidikan S1
Keperawatan di UNPAD pada tahun
2006, sedangkan profesi Ners
diselesaikan pada tahun 2007 dan lulus
S2 Keperawatan di STIKes Achmad
Yani Cimahi pada tahun 2018. Pada
tahun 2007 sampai 2009 penulis
bekerja di OHUD Hospital Madina-
KSA. Pada tahun 2009-2011 penulis
bekerja di STIKes Dharma Husada.
Pada tahun 2011-2020 penulis bekerja
di Akper Pemkab Cianjur dan saat ini
penulis bekerja di STIKes Permata
Nusantara semenjak tahun 2020.
248
Dr dr Asriati, M Kes
lahir di Ujung Pandang, pada
1 Mei 1970. Ia tercatat sebagai
lulusan Ilmu kedokteran
Universitas Hasanuddin,
Makassar. Wanita yang
merupakan ibu dari 3 orang
putri, khumaira, khadija dan
khalisa ini merupakan seorang
dosen Tetap di Fak Kedokteran
UHO dan saat ini juga
merupakan tenaga pengajar di
S2 kesehatan Masyarakat
UHO.
249
250