Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 364 - 373


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

BEBERAPA FAKTOR PETUGAS YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI MALARIA TINGKAT
PUSKESMAS DI KABUPATEN PURWOREJO

Nur Khayati*), Sri Yuliawati**), M.Arie Wuryanto**)


* Alumnus FKM UNDIP, **)Dosen Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM
)

UNDIP

ABSTRAK

Kabupaten Purworejo merupakan salah satu dari 35 Kabupaten di Purworejo


yang dinyatakan sebagai daerah endemis malaria. Pada bulan Oktober 2011,
Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo telah menetapkan kasus KLB di wilayah
kerja Puskesmas Dadirejo Bagelen dan Kaligesing. Berdasarkan data Dinas
kesehatan Purworejo, pada periode Januari-Desember 2011 terdapat 252 kasus
malaria di wilayah kerja puskesmas Dadirejo Bagelen dan Kaligesing. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan,
tingkat pengetahuan, lama kerja, sikap petugas surveilans, dukungan pimpinan
dan kelengkapan sarana dengan hasil pelaksanaan kegiatan surveilans malaria
tingkat puskesmas di Kabupaten Purworejo. Penelitian ini merupakan
explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh petugas surveilans epidemiologi penyakit Malaria di
Puskesmas Kabupaten Purworejo. Sampel yang diambil sebanyak 27
responden. Pengukuran variabel menggunakan kuesioner dengan teknik
wawancara. Analisis statistik dilakukan dengan uji Chi Square. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan antara lama kerja (p=0,018) dan tingkat
pendidikan (p=0,025) dengan hasil pelaksanaan kegiatan surveilans malaria
tingkat puskesmas di Kabupaten Purworejo. Sedangkan tingkat pengetahuan
(p=0,569), sikap petugas (p=0,274), dukungan pimpinan (p=1,000) dan
kelengkapan sarana (p=0,596) tidak berhubungan dengan hasil pelaksanaan
kegiatan surveilans malaria tingkat puskesmas di Kabupaten Purworejo.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara lama kerja dan tingkat pendidikan petugas
surveilans malaria dengan hasil pelaksanaan kegiatan surveilans malaria tingkat
puskesmas di Kabupaten Purworejo.

Kata Kunci : malaria, surveilans epidemiologi, puskesmas

PENDAHULUAN karena penyakit yang disebarluaskan


Malaria merupakan penyakit nyamuk Anopheles.[1]
menular yang sangat dominan di Penyakit malaria masih
daerah tropis dan sub-tropis dan ditemukan diseluruh provinsi di
dapat mematikan. Setidaknya 270 Indonesia. Pada tahun 2009 terjadi
juta penduduk dunia menderita Kejadian Luar Biasa (KLB) di Pulau
malaria dan lebih dari 2 miliar atau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur dan
42% penduduk bumi memiliki risiko Banten), Kalimatan (Kalimantan
terkena malaria. WHO mencatat Selatan), Sulawesi (Sulawesi Barat),
setiap tahunnya tidak kurang dari 1 NAD dan Sumatera (Sumatera Barat
hingga 2 juta penduduk meninggal dan Lampung) dengan total jumlah

Nur Khayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 364 - 373
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

penderita adalah 1.869 orang dan menempati urutan ke 3 dari 35


meninggal sebanyak 11 orang [2]. Kabupaten yang terdapat kasus
Berdasarkan data yang diperoleh dari malaria.[4] Pada tahun 2010 API
Riskesdas tahun 2010 bahwa mencapai angka 0,48 per 1000
Kejadian malaria ditemukan pada penduduk dan angka ini mengalami
semua kelompok umur dan terendah peningkatan pula pada tahun 2011
pada bayi dengan angka Kasus Baru yaitu 1,32 per 1000 penduduk.[4, 5]
malaria 11,6 permil, sedangkan Berdasarkan laporan
kelompok umur lain hampir sama penemuan penderita malaria
yaitu sekitar 21,4-23.9 permil.[1] Kabupaten Purworejo tahun 2011
Berdasarkan angka kesakitan malaria bahwa masih ada 2 kecamatan yang
(API) pada tahun 2009 adalah 1,85 dinyatakan sebagai daerah HCI (High
per 1.000 penduduk, sehingga harus Case Incidence) yaitu Kecamatan
masih dilakukan upaya yang efektif Bagelen dan Kaligesing yaitu dengan
untuk menurunkan angka kesakitan angka MOPI 0,53% dan 7,11%. Satu
0,85 per 1.000 penduduk dalam kecamatan menjadi wilayah MCI
waktu 4 tahun, agar target Rencana (Midle Case Incidence) dengan
Strategis Kementerian Kesehatan angka MOPI 2,73% dan 5 kecamatan
tercapai.[2] merupakan wilayah LCI (Low Case
Penyakit malaria masih Incidence) dengan angka MOPI
menjadi permasalahan kesehatan 0,04% hingga 0,77%.[6]
masyarakat di provinsi Jawa tengah. Terjadinya peningkatan kasus
Saat ini masih ditemukan desa High malaria yang disertai dengan KLB di
Case Incidence (HCI) sebanyak 16 beberapa daerah, disamping karena
desa yang tersebar di 5 kabupaten umumnya malaria terjadi di derah
yaitu Purworejo, Kebumen, terpencil yang jauh dari pusat
Banyumas, Purbalingga dan Jepara. pelayanan kesehatan masyarakat
Berdasarkan data angka kesakitan juga karena pemantauan dan analisa
malaria (API) pada tahun 2009 data malaria yang masih lemah
adalah 0,044% dengan jumlah kasus disemua jenjang, sehingga tindakan
1.529 orang dan sebanyak 3 orang yang dilaksanakan sering tidak
meninggal.[3] memberikan hasil yang optimal.[7]
Kabupaten Purworejo Upaya yang dilakukan
merupakan salah satu dari 35 pemerintah untuk menekan angka
Kabupaten di Jawa Tengah yang kesakitan dan kematian malaria
masih terdapat kasus malaria. adalah melalui program
Kabupaten ini masih dinyatakan pemberantasan malaria. Program
sebagai daerah yang endemis tersebut yang telah dilakukan antara
malaria. Berdasarkan data malaria lain meliputi diagnosis dini,
Jawa Tengah, dalam periode 2006 pengobatan cepat dan tepat,
hingga 2008 API (Annual Parasit surveilans dan pengendalian vektor
Insidence) di Kabupaten Purworejo yang kesemuanya ditujukan untuk
mengalami peningkatan dari 0,54% memutus rantai penularan malaria.[8]
menjadi 0,6%. Akan tetapi dari Salah satu kegiatan utama
periode 2008 hingga 2009 terjadi yang dilakukan untuk mendukung
penurunan API (Annual Parasit keberhasilan program eliminasi
Insidence) dari 0,6% menjadi 0,43%. malaria adalah melalui surveilans
Walaupun angka API (Annual Parasit epidemiologi malaria yang
Insidence) mengalami penurunan dilaksanakan pada semua tingkat
Kabupaten Purworejo masih administratif. Kabupaten Purworejo

Nur Khayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 364 - 373
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

merupakan salah satu Kabupaten


yang dijadikan sebagai prototipe Pelaksanaan Surveilans
Program Pre Eliminasi Malaria maka Epidemiologi Malaria di Kabupaten
dibutuhkan upaya peningkatan Purworejo
kegiatan surveilans epidemiologi Kegiatan pengamatan
malaria. penyakit atau yang dikenal dengan
Berdasarkan uraian latar surveilans epidemiologi penyakit
belakang di atas, penulis melakukan malaria di tingkat Kabupaten
penelitian tentang malaria kaitannya Purworejo merupakan tugas dari
dengan surveilans epidemiologi bidang P2PL pada seksi program
malaria. Dengan judul penelitian malaria di Dinas Kesehatan
“Beberapa faktor petugas yang Kabupaten, sedang di tingkat
berhubungan dengan pelaksanaan puskesmas dilaksanakan oleh
surveilans epidemiologi malaria petugas yang telah ditunjuk oleh
tingkat Puskesmas di Kabupaten Kepala Puskesmas setempat.
Purworejo”. Pelaksanaan kegiatan surveilans
epidemiologi penyakit malaria yang
MATERI DAN METODE dinilai dari kelengkapan laporan,
ketepatan laporan, penyajian data
Jenis penelitian yang dan pemberian umpan balik kepada
digunakan adalah studi explanatory sektor terkait, setelah dilakukan
research, menggunakan metode analisa terhadap indikator surveilans
survai dengan pendekatan cross tersebut diperoleh hasil bahwa 88,9%
sectional. Populasi dalam penelitian puskesmas dikategorikan kurang baik
ini adalah seluruh petugas surveilans dan 11,1% dikategorikan baik.
epidemiologi penyakit Malaria di Apabila dirinci masing-masing
Puskesmas se-Kabupaten Purworejo. indikator maka untuk kelengkapan
Jumlah seluruh petugas surveilans laporan W2 di Kabupaten Purworejo
epidemiologi malaria di Puskesmas sudah berjalan dengan yaitu 100%
se-Kabupaten Purworejo adalah 27 laporan W2 sudah terlaporkan ke
orang. Besarnya sampel dalam Dinas kesehatan Kabupaten
penelitian ini adalah sama dengan Purworejo pada periode Januari
total populasi yang ada yaitu seluruh sampai dengan Desember 2011
petugas Puskesmas pelaksana dengan jumlah laporan ada 52
Surveilans Epidemiologi penyakit laporan. Untuk ketepatan laporan ada
Malaria di Puskesmas se-Kabupaten 85,2% yang tepat waktu dikumpulkan
Purworejo berjumlah 27 orang. ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Variabel terikat adalah hasil Purworejo. Kekurangan kegiatan
pelaksanaan surveilans epidemiologi surveilans di Puskesmas wilayah
malaria tingkat puskesmas di Kabupaten Purworejo nampak pada
Kabuaten Purworejo. Variabel kegiatan penyajian data yaitu
bebasnya terdiri dari tingkat puskesmas yang sudah menyajikan
pendidikan, tingkat pengetahuan, data dengan lengkap (membuat
lama kerja, sikap petugas surveilans, tabel, grafik dan peta stratifikasi)
dukungan pimpinan puskesmas hanya 14,8% dan umpan balik
terhadap kegiatan surveilans dan masalah penyakit malaria kepada
kelengkapan sarana kegiatan sektor terkait ada 92,6% melakukan
surveilans epidemiologi malaria. dengan baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nur Khayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 364 - 373
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 1 Analisis Hubungan antara analisis dan penyajian data yang


tingkat pendidikan petugas lengkap tekait hasil kegiatan
dengan hasil pelaksanaan surveilans malaria. Namun, untuk
surveilans epidemiologi penyakit kelengkapan laporan dan ketepatan
malaria tingkat puskesmas laporan sudah mencapai hasil yang
Berdasarkan hasil penelitian baik karena sudah lebih dari 80%
menggunakan uji Fisher Exact puskesmas melakukan dengan baik.
diperoleh nilai p = 0,025 (p < 0,05) Dalam hal ini tentunya tingkat
sehingga secara statistik pendidikan sangat berpengaruh
menunjukkan bahwa ada hubungan dalam hasil pelaksanaan kegiatan
yang bermakna antara tingkat surveilans malaria. Walaupun tidak
pendidikan petugas dengan hasil semua indikator kegaiatan surveilans
kegiatan surveilans malaria. dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
Sebagian besar petugas surveilans di petugas surveilans.
puskesmas wilayah Kabupaten
Purworejo (63%) memiliki tingkat Tabel 2 Analisis Hubungan antara
pendidikan D3. Hal ini berarti tingkat pengetahuan petugas
mendukung hasil penelitian Surjana dengan hasil pelaksanaan
di Kodia Semarang, dimana tingkat surveilans epidemiologi penyakit
pendidikan tidak berhubungan malaria tingkat puskesmas
dengan hasil evaluasi dari Depkes RI Berdasarkan hasil analisis
yang menyatakan bahwa lemahnya statistik dengan uji Fisher Exact pada
kinerja surveilans disebabkan karena variabel pengetahuan diperoleh nilai
rendahnya tingkat pendidikan. p value = 0,569 (p > 0,05), sehingga
Hasil penelitian ini secara statistik menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa sebagian besar tidak ada hubungan antara
responden memiliki tingkat pengetahuan dengan hasil kegiatan
pendidikan yang cukup tinggi yaitu surveilans malaria.
D3 hal ini berhubungan dengan Hasil penelitian ini
Kep.Men.Kes No.1239 tahun 2001 bertentangan dengan pendapat Ilyas
tentang tenaga perawat dan tenaga yang menyatakan pengetahuan
kesehatan pada sarana kesehatan merupakan faktor dominan yang
minimal D3, selain itu persaingan sangat penting untuk terbentuknya
tenaga kerja semakin kompetitif tindakan sesorang. Jika pengetahuan
sehingga petugas yang masih baik, maka akan menghasilkan
tamatan SMA sebagian besar tingkat kinerja yang baik, namun hasil
meneruskan pendidikannya ke penelitian ini sesuai dengan
jenjang yang lebih tinggi baik dengan penelitian Rye Awusi yang
biaya sendiri maupun dari instansi. menyatakan tidak ada hubungan
Berdasarkan hasil penelitian yang bermakna secara statistik
diperoleh bahwa sebagian besar antara pengetahuan petugas.[9, 11]
petugas survelans malaria memiliki Berdasarkan hasil uji statistik
jenjang pendidikan sebagai lulusan menunjukkan bahwa sebagian besar
akademi atau sarjana keperawatan. responden memiliki pengetahuan
Dan hanya satu orang petugas yang yang kurang baik dan hasil kegiatan
memiliki jenjang pendidikan sebagai surveilannya kurang baik. Hal ini
sarjana kesehatan masyarakat. dimungkinkan karena sebagian besar
berdasarkan hasil analisis data petugas melakukan kegiatan
diperoleh bahwa sebagian besar surveilans hanya berdasarkan
puskesmas tidak memiliki hasil pengalaman kerja mereka dan

Nur Khayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 364 - 373
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

disesuaikan dengan SOP yang telah melaksanakan suatu pekerjaan


diberikan oleh DKK Purworejo. terlalu lama mengerjakan pekerjaan
yang sama, pasif dan kurang inisiatif
Tabel 3 Analisis Hubungan lama dalam bekerja, kurang kreatif sehinga
kerja petugas dengan hasil memberikan iklim kerja yang kurang
pelaksanaan surveilans kondusif. Dalam penelitian ini
epidemiologi penyakit malaria sebagian besar petugas surveilans
tingkat puskesmas malaria tingkat puskesmas di Wilayah
Lama kerja merupakan Kabupaten Purworejo sudah bekerja
waktu yang telah dilewati petugas lebih dari 5 tahun, maka dari itu
sejak pertama menjadi petugas petugas sudah memiliki pengalaman
surveilans malaria. Berdasarkan hasil yang cukup lama dalam
analisis bivariat dengan uji karl melaksanakan kegiatan surveilans
pearson diperoleh p-value = 0,018, malaria. Karena pengalaman kerja
yang berarti p < 0,05 sehingga yang cukup lama ini maka
secara statistik menunjukkan bahwa dimungkinkan timbul kebosanan atau
ada hubungan antara lama kerja kejenuhan kerja pada petugas
petugas surveilans dengan hasil surveilans malaria sehingga kurang
kegiatan surveilans malaria. Rata- ada inisiatif dalam bekerja dan
rata lama kerja petugas surveilans di petugas hanya mengerjakan kegiatan
puskesmas wilayah Kabupaten surveilans berdasarkan SOP yang
Purworejo selama 10 tahun. ada.
Hasil penelitian lama kerja ini
sesuai dengan pendapat Handoko Tabel 4 Analisis Hubungan sikap
yang menyatakan bahwa semakin petugas dengan hasil pelaksanaan
lama kerja petugas, maka cenderung surveilans epidemiologi penyakit
akan semakin terpuaskan dengan malaria tingkat puskesmas
pekerjaan karena alasan yang Berdasarkan hasil analisis statistik
menjadi dasar adalah penyesuaian dengan uji Fisher Exact pada
diri dan pengalaman.[10] Menurut variabel pengetahuan diperoleh nilai
Notoatmojo, lama kerja berkaitan p = 0,274 (p > 0,05), sehingga secara
dengan pengalaman dan ikut statistik menunjukkan bahwa tidak
menentukan kinerja seseorang, ada hubungan antara sikap petugas
karena semakin lama masa kerja surveilans dengan hasil kegiatan
seseorang, maka kecakapan mereka surveilans malaria.
akan lebih baik karena sudah Menurut Mahmudi dalam
menyesuaikan diri dengan pekerjaan. Asrofi, Muhamad Yusro, 2007, faktor
Pengalaman masa lalu atau apa konstektual (situasional) yang
yang telah dipelajari akan mempengaruhi kinerja seseorang
menyebabkan terjadinya perbedaan meliputi tekanan dan perubahan
interprestasi.[9] lingkungan. Namun, tidak semua
Tenggang waktu seseorang bentuk sikap ditentukan oleh situasi
melakukan suatu pekerjaan tertentu lingkungan dan pengalaman pribadi
akan memiliki implikasi, antara lain seseorang, kadang-kadang suatu
orang yang melaksanakan pekerjaan bentuk sikap merupakan pernyataan
belum lama mempunyai implikasi yang didasari oleh emosi yang
belum mengenal dan menghayati berfungsi sebagai semacam
pekerjaan yang diembannya. Belum penyaluran frustasi atau pengalihan
dapat menyelesaikan program kerja bentuk mekanisme pertahanan
secara bulat. Sedangkan jika ego.[12] Sikap responden dalam

Nur Khayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 364 - 373
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

pelaksanaan kegiatan surveilans dikarenakan sebagian besar petugas


malaria yang tidak memiliki hubungan sudah lama bekerja menjadi petugas
dengan hasil pelaksanaan surveilans surveilans malaria. Oleh karena itu
epidemiologi malaria dimungkinkan petugas sudah memahami
karena adanya beberapa hal pelaksanaan kegiatan surveilans
tersebut. malaria sehingga tidak perlu
Dalam penelitian ini diingatkan atau dinasihati oleh
menyatakan tidak ada hubungan pimpinan puskesmas. Berdasarkan
antara sikap petugas surveilans hasil wawancara didapatkan bahwa
dengan hasil kegiatan surveilans sebagian besar responden sudah
malaria. Berdasarkan hasil memahami tugas sebagai seorang
wawancara bahwa sebagian besar petugas surveilans sehingga
petugas surveilans malaria sebagian besar petugas merasa tidak
merangkap juga sebagai petugas perlu lagi diingatkan, dibimbing,
perawat dan petugas surveilans dinasihati atau ditegur oleh Kepala
penyakit lainnya. Sehingga Puskesmas.
dimungkinkan beban kerja petugas
surveilans malaria cukup tinggi yang Tabel 6 Analisis Hubungan
mengakibatkan sikap petugas kelengkapan sarana kegiatan
surveilans malaria sebagian besar surveilans epidmeiologi malaria
kurang positif dan hasil kegiatan dengan hasil pelaksanaan
surveilans malaia juga menjadi surveilans epidemiologi penyakit
kurang baik. malaria tingkat puskesmas
Berdasarkan hasil analisis
Tabel 5 Analisis Hubungan statistik dengan uji Fisher Exact
dukungan pimpinan dengan hasil pada variabel dukungan pimpinan
pelaksanaan surveilans diperoleh nilai p = 0,596 (p > 0,05),
epidemiologi penyakit malaria sehingga secara statistik
tingkat puskesmas menunjukkan bahwa tidak ada
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara kelengkapan
statistik dengan uji Fisher Exact sarana dengan hasil kegiatan
pada variabel dukungan pimpinan surveilans malaria.
diperoleh nilai p value = 1,000 (p > Hasil penelitian ini tidak
0,05), sehingga secara statistik sesuai dengan teori yang
menunjukkan bahwa tidak ada dikembangkan L. Green yang
hubungan antara dukungan pimpinan menyatakan bahwa ketersediaan
puskesmas dengan hasil kegiatan fasilitas merupakan salah satu faktor
surveilans malaria. yang memungkinkan untuk terjadinya
Hal tersebut tidak perilaku tertentu. Untuk mewujudkan
sependapat dengan sutarto yang sikap menjadi suatu perbuatan nyata
menyatakan bahwa kepemimpinan diperlukan faktor pendukung, atau
yang baik dilakukan dengan cara suatu kondisi yang memungkinkan,
memberikan kesempatan, bimbingan, antara lain adalah fasilitas. Faktor ini
memotivasi, mendidik akan terwujud dalam lingkungan fisik,
mendukung kinerja suatu tersedia atau tidak tersedianya
orgainsasi.[13] Dukungan pimpian fasilitas-fasilitas atau sarana yang
puskesmas dalam pelaksanaan merupakan sumber daya untuk
kegiatan surveilans malaria yang menunjang perilaku.[28] Menurut
tidak memiliki hubungan dengan hasil Wijono (1999), fasilitas merupakan
pelaksanaan surveilans epidemiologi sarana atau peralatan yang

Nur Khayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 364 - 373
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

dipergunakan dalam melaksanakan surveilans malaria ditingkat


pelayanan maupun pekerjaan. Untuk puskesmas
meningkatkan kepatuhan terhadap 5. Tidak ada hubungan antara
standar sehingga pelayanan yang dukungan pimpinan petugas
bermutu dapat tercapai, maka failitas surveilans malaria dengan hasil
harus sesuai baik dari segi kualitas pelaksanaan surveilans malaria
maupun kuantitasnya, karena ditingkat puskesmas
keberhasilan suatu pekerjaan juga 6. Tidak ada hubungan antara
didukung oleh fasilitas yang kelengkapan sarana petugas
[14]
memadai. surveilans malaria dengan hasil
Berdasarkan hasil pelaksanaan surveilans malaria
wawancara didapatkan bahwa ditingkat puskesmas
sebagian besar responden tidak
memiliki sarana kegiatan surveilans SARAN
lengkap. Sebagian besar responden 1. Puskesmas di Kabupaten
ada yang tidak memiliki Purworejo
komputer/laptop, alat komunikasi, a. Pimpinan Puskesmas lebih
kendaraan dinas yang disediakan menekankan kembali
oleh Puskesmas atau DKK pemahaman petugas
Purworejo. Akan tetapi petugas surveilans malaria terkait
surveilans berusaha untuk pentingnya analisis dan
melengkapinya dengan membeli penyajian data hasil kegiatan
sendiri yang memakai dana pribadi. surveilans malaria pada tiap
Namun, ada beberapa petugas yang jenjang administratif.
menggunakan komputer atau laptop b. Pihak pusekesmas lebih
yang berada di puskesmas dan meningkatkan kembali dan
menggunakannnya secara memperketat kembali terkait
bergantian dengan petugas yang pelaksanaan kegiatan
lainnya. surveilans malaria. Terutama
dalam hal analis dan penyajian
SIMPULAN data hasil kegiatan surveilans
1. Ada hubungan antara tingkat malaria. Sehingga diharapkan
pendidikan petugas surveilans setiap puskesmas dapat
malaria dengan hasil pelaksanaan memiliki hasil analisis dan
surveilans malaria ditingkat penyajian data yang lebih rinci.
puskesmas Karena dengan analisis dan
2. Tidak ada hubungan antara tingkat penyajian data yang baik inilah
pengetahuan petugas surveilans maka upaya tindakan
malaria dengan hasil pelaksanaan pencegahan angka kejadian
surveilans malaria ditingkat malaria yang tinggi dapat
puskesmas segera dilakukan secara dini.
3. Ada hubungan antara lama kerja 2. Dinas Kesehatan Kabupaten
petugas surveilans malaria Purworejo
dengan hasil pelaksanaan Perlu dilakukan supervisi yang
surveilans malaria ditingkat terjadwal untuk setiap puskesmas
puskesmas guna memantau perkembangan
4. Tidak ada hubungan antara sikap program malaria dimasing-masing
petugas surveilans malaria wilayah kerja puseksmas melalui
dengan hasil pelaksanaan pelaksanaan kegiatan surveilans
malaria. Terutama supervisi dalam

Nur Khayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 364 - 373
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

hal analisis dan penyajian data 6. Purworejo, Dinas Kesehatan


hasil kegiatan surveilans malaria Kabupaten., Laporan Penemuan
di jenjang administratif tingkat Penderita Malaria Kabupaten
Puskesmas. Sehingga pembuatan Purworejo Tahun 2008-2011.
analisis dan penyajian data 2011, Dinas Kesehatan
analisis dan penyajian data hasil Kabupaten Purworejo: Purworejo.
kegiatan surveilans malaria tidak 7. Indonesia, Kementrian Kesehatan
hanya dilakukan oleh pihak Dinas Republik., Keputusan Menteri
Kesehatan Kabupaten Purworejo Kesehatan Republik Indonesia
akan tetai juga dilakukan oleh Nomor 275/MENKES/SK/III/2007
setia Puskesmas. tentang Pedoman Surveilans
3. Peneliti lain Malaria. 2007, Kementrian
Penelitian dapat dilanjutkan Kesehatan Republik Indonesia:
dengan mengendalikan faktor- Jakarta.
faktor pengganggu secara lebih 8. Lingkungan, Direktorat Jenderal
ketat, mencari besarnya pengaruh Pengendalian Penyakit dan
yang mungkin ditimbulkan dari Penyehatan., Pedoman
variabel yang telah ada hubungan Penatalaksanaan Kasus Malaria
atau mengulang kembali beberapa di Indonesia. 2008, Departemen
faktor yang ditemukan tidak ada Kesehatan Republik Indonesia:
hubungan. Jakarta.
9. Notoatmojo, S., Promosi
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
1. Kesehatan, Balai Penelitian dan 2007, Jakarta: Rineka Cipta.
Pengembangan., Riset 10. Handoko, T.H., Manajemen
Kesehatan Dasar (Riskesdas Personalia dan Sumber Daya
2010). 2010, Kementrian Manusia. 2 ed. 2000, Yogyakarta:
Kesehatan Republik Indonesia: BPE.
Jakarta. 11. Rye A, S.Y., Hadiwijoyo Y,
2. Indonesia, Kementrian Kesehatan Faktor-Faktor Yang
Republik., Epidemiologi Malaria di Mempengaruhi Penemuan
Indonesia. 2011: Jakarta. Penderita Tb Paru Di Kota Palu
3. Tengah, Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah. Jurnal
Provinsi Jawa., Profil Kesehatan kedokteran Masyarakat. 2009.
Provinsi Jawa Tengah Tahun 25(2): p. 59-68.
2009. 2009, Dinas Kesehatan 12. Asrofi, M.Y., Kepemimpinan Islam
Provinsi Jawa Tengah: KH Ahmad Dahlan. 2007,
Semarang. Makalah.
4. Tengah., Dinas Kesehatan 13. Sutarto, Dasar-Dasar
Provinsi Jawa., Data Malaria Kepemimpinan Adminstrasi.
Jawa Tengah Tahun 2000-2011. 1991, Yogyakarta: Gadjah Mada
2011, Dinas Kesehatan Provinsi University Press.
Jawa Tengah: Semarang. 14. Djoko, W., Manajemen Mutu
5. Purworejo, Dinas Kesehatan Pelayanan Kesehatan. 1999,
Kabupaten., Profil Kesehatan Surabaya: Airlangga University
Kabupaten Purworejo Tahun Press.
2010. 2010, Dinas Kesehatan
Kabupaten Purworejo: Purworejo.

Nur Khayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 364 - 373
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

15. Wulandari, AR. Hubungan Sosi


disajikan dalam Lokakarya S
(Online),

1. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Hasil Pelaksanaan


Kegiatan Surveilans Epidemiologi Penyakit Malaria
Tabel 1 Tabel Silang Antara Tingkat Pendidikan dengan Hasil
Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Malaria di Puskesmas
Wilayah Kabupaten Purworejo
Hasil Kegiatan Surveilans
Kurang Baik Baik Jumlah
Tingkat Pendidikan
F % F % F %
Rendah 3 3,70 0 7,40 3 11,10
Tinggi 21 85,20 3 3,70 24 88,90
24 88,90 3 11,10 27 100,00
Nilai p = 0,025

2. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan hasil pelaksanaan


kegiatan surveilans epidemiologi Penyakit Malaria
Tabel 2 Tabel Silang Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Hasil
Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Malaria di Puskesmas
Wilayah Kabupaten Purworejo
Hasil Kegiatan Surveilans
Kurang Baik Baik Jumlah
Tingkat Pengetahuan
F % F % F %
Kurang Baik 13 51,90 2 3,70 12 55,60
Baik 11 37,00 1 7,40 15 44,40
24 88,90 3 11,10 27 100,00
Nilai p = 0,569

3. Hubungan antara lama kerja petugas dengan hasil pelaksanaan kegiatan


surveilans epidemiologi Penyakit Malaria
Tabel 3 Correlations

skor total
Lama kerja hasil
petugas kegiatan
surveilans surveilans

Nur Khayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 364 - 373
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Lama kerja petugas Pearson


1 ,450(*)
surveilans Correlation
Sig. (2-tailed) . ,018
N 27 27
skor total hasil Pearson
,450(*) 1
kegiatan surveilans Correlation
Sig. (2-tailed) ,018 .
N 27 27
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

4. Hubungan antara sikap petugas dengan hasil pelaksanaan kegiatan


surveilans epidemiologi Penyakit Malaria
Tabel 4 Tabel Silang Antara Sikap Petugas Dengan Hasil Pelaksanaan
Surveilans Epidemiologi Malaria di Puskesmas Wilayah
Kabupaten Purworejo
Hasil Kegiatan Surveilans
Kurang Baik Baik Jumlah
Sikap Petugas
F % F % F %
Kurang Positif 15 51,90 2 11,10 17 63,00
Positif 9 37,00 1 0,00 10 37,00
24 88,90 3 11,1 27 100,00
Nilai p = 0,274

5. Hubungan antara dukungan pimpinan dengan hasil pelaksanaan kegiatan


surveilans epidemiologi Penyakit Malaria
Tabel 5 Tabel Silang Antara Dukungan Pimpinan Dengan Hasil
Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Malaria di Puskesmas
Wilayah Kabupaten Purworejo
Hasil Kegiatan Surveilans
Kurang Baik Baik Jumlah
Dukungan Pimpinan
F % F % F %
Kurang Baik 10 37,00 1 3,70 16 40,70
Baik 14 51,90 2 7,40 11 59,30
24 88,90 3 11,10 27 100,00
Nilai p = 1,000

6. Hubungan antara kelengkapan sarana dengan hasil pelaksanaan


kegiatan surveilans epidemiologi Penyakit Malaria
Tabel 4.20 Tabel Silang Antara Kelengkapan Sarana Dengan Hasil
Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Malaria di Puskesmas
Wilayah Kabupaten Purworejo
Hasil Kegiatan Surveilans
Kurang Baik Baik Jumlah
Kelengkapan sarana
F % F % F %
Tidak Lengkap 12 48,10 2 3,70 14 51,90
Lengkap 12 40,70 1 7,40 13 48,10
24 88,90 3 11,10 27 100,00
Nilai p = 0,596

Nur Khayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012

Anda mungkin juga menyukai