Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE

DINAS KESEHATAN
Alamat : jl. Inolobunggadue II No. 323
Kompleks Perkantoran Pemda Kab. Konawe Telp. 0408-21024 Fax. 2421745

UNAAHA

KERANGKA ACUAN
KEGIATAN MASS BLOOD SURVEY (MBS) PROGRAM MALARIA
PERIODE NOVEMBER 2021
GF – ATM KOMPONEN MALARIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH : Dinas Kesehatan Kab. Konawe


UNIT PROGRAM : Bidang Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit
PROGRAM : Program Pengendalian Penyakit
Malaria
SASARAN PROGRAM : Menurunkan Angka Kesakitan &
Kematian karena Penyakit Malaria
KEGIATAN : Case Management
SUB KEGIATAN : Active Case Detection with Mass
Screening at High Endemic Areas /
Mass Blood Survey (MBS)
I. Pendahuluan
a. Dasar Hukum:

1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Tahun 1984, Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3273);
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1305/MENKES/XI/1999 tentang
Pencegahan Malaria;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 374/Menkes/Per/III/2010 tentang Pengendalian Vektor.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit

Kerangka Acuan Mass Blood Survey Periode November 2021-Konawe Page 1


Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 Tentang
Eliminasi Malaria di Indonesia.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 293/Menkes/SK/IV/2009 tentang
Elimnasi Malaria. Dimana dalam SK tersebut telah ditetapkan sesuai
kebijakan bahwa Indonesia akan Eliminasi Malaria pada tahun 2030, secara
bertahap untuk pulau Kalimantan dan Sulawesi pada tahun 2020.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1051/MENKES/PER/X/2010 tentang
jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya
penanggulangannya.
10. Surat Edaran Mendagri No.443.41/465/SJ Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Program Eliminasi Malaria di Indonesia.
11. Grant Agreement antara Donatur dan Pemerintah tentang bantuan melalui
New Implementing period (NIP) GF-ATM untuk program Malaria.

a. Latar Belakang
Malaria adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Penyakit yang berdampak pada penurunan kualitas
sumber daya manusia ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap munculnya
berbagai masalah social dan ekonomi. Berdasarkan data World Malaria Report
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) tahun 2016
terdapat sekitar 212 juta kasus baru malaria dan menyebabkan kematian sekitar
429 ribu orang di seluruh dunia. Upaya penanggulangan malaria terus dilakukan
sejauh ini telah memperlihatkan hasil yang cukup signifikan. Sasaran Millennium
Development Goals (MDGs) untuk malaria yaitu menekan insiden malaria di
seluruh dunia tahun 2015 telah tercapai dengan penurunan insiden malaria
sebesar 37 % di seluruh dunia sejak tahun 2000. Sementara itu, tingkat
kematian akibat amalaria di seluruh dunia antara tahun 2000 – 2015 berhasil
ditekan sampai 60 % dan sekitar 6,2 juta jiwa diselamatkan berkat upaya scale-
up intervensi malaria yang dilakukan oleh seluruh negara di dunia.

Kerangka Acuan Mass Blood Survey Periode November 2021-Konawe Page 2


Program malaria telah mencapai indikator Millennium Development
Goals (MDGs) selanjutnya malaria masuk dalam indikator Sustainable
Development Goals (SDGs) dalam target 3.3 mengakhiri epidemic AIDS,
tuberculosis, malaria dan penyakit tropis yang terabaikan serta memerangi
hepatitis, penyakit bersumber air dan penyakit menular lainnya.

Pada tahun 2018 sejumlah 198,7 juta penduduk Indonesia ( 75%) telah
hidup di daerah bebas penularan malaria atau di 285 kabupaten/kota, sejumlah
57,8 juta penduduk (22 %) hidup di daerah risiko rendah penularan malaria atau
di 168 kabupaten/kota, sejumlah 5,1 juta penduduk (2 %) hidup di daerah
endemis sedang atau di 33 kabupaten/kota dan 3,5 juta penduduk ( 1 %) hidup
di daerah endemis tinggi atau 28 kabupaten/kota.

Berdasarkan peta endemisitas terlihat adanya disparitas endemisitas


malaria antara wilayah timur Indonesia dengan wilayah lainnya, tahun 2018
terdapat 28 kabupaten/kota endemis tinggi yang berasal dari 4 Provinsi yaitu
Papua, Papua Barat, NTT dan Kalimantan Timur. Hanya 1 kabupaten endemis
tinggi diluar wilayah timur yaitu Kabupaten Penajam Paser Utara di Provinsi
Kalimantan Timur.

. Dibanding dengan tahun sebelumnya terjadi peningkatan persentase,


seiring dengan jumlah daerah kabupaten/kota yang telah mencapai eliminasi.
Pengendalian penyakit malaria telah menunjukkan pencapaian program yang
cukup baik. Annual Parasite Incidence (API) yang menjadi indikator keberhasilan
upaya penanggulangan malaria cenderung menurun dari tahun ke tahun. Secara
nasional kasus malaria selama tahun 2011 – 2018 cenderung menurun dimana
angka API pada tahun 2011 sebesar 1,75‰ penduduk ( 422.447 kasus) menjadi
0,84‰ penduduk ( 222.085 kasus) pada tahun 2018.

Penyakit malaria di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan


masyarakat, termasuk Sulawesi Tenggara. Penyakit malaria dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi, yaitu bayi, anak
balita, dan ibu hamil. Selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia,
menurunkan produktifitas kerja, menurunkan prestasi belajar dan juga kerugian
ekonomi.

Kerangka Acuan Mass Blood Survey Periode November 2021-Konawe Page 3


Sesuai data yang dilaporkan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara Januari sampai Desember tahun 2020 jumlah penemuan kasus
malaria berjumlah 18.339 kasus. Terkonfirmasi secara laboratorium (Mikroskop
& RDT) sebanyak 18.339 kasu (100 %), dinyatakan positif malaria sebanyak 811
kasus dan dilakukan pengobatan dengan Artemisinin Combination based
Therapy (ACT) sebanyak 747 kasus (92,11%). Jumlah ini mungkin lebih besar
dari keadaan yang sebenarnya karena lokasi endemis malaria adalah desa-desa
yang terpencil dengan sarana transportasi serta akses pelayanan kesehatan
yang sulit.

Capaian program malaria di Sulawesi Tenggara pada 2019 API 0,34 ‰,


PR 4,45 %, pengobatan dengan ACT 92,11 %, ABER 0,78 %, konfirmasi
dengan mikroskop atau RDT 100 %.

Memasuki tahun 2019 wilayah endemisitas malaria di Sulawesi Tenggara


mengalami perubahan yang sangat signifikan, dimana angka kesakitan malaria
(API) sudah masuk dalam Low Case Incidence (LCI) yaitu API < 1‰ (16
Kabupaten/Kota). Sedangkan Kabupaten Konawe pada tahun 2021 jumlah
kasus positif malaria sebanyak 13 kasus yaitu API < 1‰ ( 0,07% )

Bila melihat dari capaian API per kabupaten/kota, angka API seluruh
kabupaten/kota sudah < 1‰, dan kabupaten Konawe sudah < 1‰ .Bila ditinjau
dari segi pencapaian program, tujuan program telah tercapai, namun bila dilihat
dari nilai ABER yang dimana seluruh kabupaten/kota masih dibawah standar 10
% dari jumlah penduduk.. Sedangkan capaian ABER diharapkan 10% dari
jumlah penduduk, disadari bahwa pencapaian tersebut belum benar-benar
sesuai dengan kenyataan dilapangan. Hal yang mendasar adalah angka
kesakitan malaria tersebut belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya
dilapangan, mengingat masih banyaknya daerah-daerah atau desa-desa yang
menjadi kantong-kantong sumber penularan penyakit malaria yang belum dapat
dilayani dengan pelayanan kesehatan yang baik karena letak dan kondisi
geografisnya yang jauh dan sulit terjangkau. Disamping itu kualitas SDM terlatih
malaria terutama tenaga mikroskopis malaria belum menujukkan performance
yang sesuai dengan standar pemeriksaan laboratorium.

Kerangka Acuan Mass Blood Survey Periode November 2021-Konawe Page 4


PETA STRATIFIKASI ENDEMISITAS MALARIA TAHUN 2008

PETA STRATIFIKASI ENDEMISITAS


MALARIA 2008
KAB. KONUT
KAB. KOLUT

KAB. KONAWE

KAB. KOLAKA
KOTA KENDARI

KAB. KONSEL

KAB. BOMBANA
KAB. BUTUR

KAB. MUNA KAB. BUTON


KAB. WAKATOBI

KOTA BAU-BAU

SUMBER: LAP. PENEMUAN & PENGOBATAN PENDERITA MALARIA KAB/KOTA

Sumber: Laporan Penemuan dan Pengobatan PenderitaMalaria Kab/Kota

Kerangka Acuan Mass Blood Survey Periode November 2021-Konawe Page 5


Sumber: Laporan Penemuan dan Pengobatan PenderitaMalaria Kab/Kota

Dari gambar diatas dapat dilihat dari tahun 2008- 2014 di Sulawesi
Tenggara terdapat 12 kabupaten/kota. Pada tahun 2008 jumlah daerah endemis
tinggi (merah, API > 5/‰) sebanyak 5 kabupaten/kota, endemis sedang (kuning,
API 1-5/‰) sebanyak 5 kabupaten/kota dan endemis rendah (hijau, < 1‰) 2
kabupaten/kota . Pada tahun 2014 terjadi penurunan signifikan dimana jumlah
daerah endemis tinggi sudah tidak ada dan daerah endemis sedang (kuning,
API 1-5/‰) sebanyak 2 kabupaten/kota, sedang daerah endemis rendah (hijau,
< 1‰) sebanyak 10 kabupaten/kota. Daerah yang telah eliminasi sebanyak 5
kabupaten/kota yaitu Kolaka Utara, Kolaka, Kota Kendari, Konawe Selatan dan
Konawe Utara.
Pada tahun 2015 di Sulawesi Tenggara terjadi pemekaran wilayah
kabupaten/kota dari 12 kabupaten/kota menjadi 17 kabupaten/kota. Daerah
endemis sedang (kuning, API 1-5/‰) sebanyak 3 kabupaten/kota yaitu Muna,
Buton dan Konawe. Bertambahnya daerah endemis sedang pada tahun 2015 ini
disebabkan oleh pemekaran wilayah, dimana kabupaten Konawe merupakan
pemekaran dari kabupaten Buton yang merupakan daerah endemis sedang.
Salah satu kecamatan di Konawe ( Mawasangka) merupakan kantong sumber

Kerangka Acuan Mass Blood Survey Periode November 2021-Konawe Page 6


penularan penyakit malaria. Dan pada tahun 2017 kabupaten/kota yang masuk
dalam Low Case Incidence (LCI) yaitu API < 1‰ sebanyak 16 kabupaten/kota,
sedangkan kabupaten Muna masih berada dalam Moderat Case Incidence
(MCI) yaitu API 1 – 5 ‰ dengan API 1,23 ‰.
Pada tahun 2018 kabupaten/kota yang masuk Low Case Incidence (LCI)
yaitu API < 1‰ sebanyak 16 kabupaten/kota, sedangkan kabupaten Muna
masih berada dalam Moderat Case Incidence (MCI) yaitu API 1 – 5 ‰ dengan
API 1,63 ‰.

Sumber: Laporan Penemuan dan Pengobatan Penderita Malaria Kab/Kota Tahun 2017

Sumber: Laporan Penemuan dan Pengobatan Penderita Malaria Kab/Kota Tahun 2017-2019

Sumber; Data program malaria tahun 2020

Kerangka Acuan Mass Blood Survey Periode November 2021-Konawe Page 7


Pada tahun 2019 kab/kota yang sudah mendapat sertifikat eliminasi
malaria (daerah pemeliharaan) sebanyak 9 kab/kota yaitu Kab. Konawe, Kolaka
Utara, Kolaka, Konawe Selatan , Konawe Utara, Bombana, Buton Utara, Kota
Kendari, Kota Bau-Bau. Kabupaten Wakatobi telah dilakukan assessment oleh
pusat pada tahun 2019 ( pada bulan April 2020 telah menerima sertifikat
eliminasi) sedangkan 6 kabupaten sudah berada pada daerah pembebasan
(API < 1‰ ) yaitu Kabupaten Buton, Buton Selatan, Konawe, Wakatobi, Muna
Barat .
Kabupaten Konawe, penemuan kasus malaria cukup tinggi. Pada tahun
2013 jumlah kasus positif malaria sebanyak 67 kasus (API 0,26‰). Tahun 2014
jumlah kasus malaria positif sebanyak 14 kasus (API 0,05‰). Tahun 2015
jumlah kasus malaria positif sebanyak 18 kasus (API 0,1‰), dan tahun 2016
jumlah kasus malaria positif sebanyak 21 kasus (API 0,1‰). Untuk tahun 2017
dari bulan Januari s/d April, jumlah kasus positif malaria sebanyak 6 kasus.
Kasus positif malaria di Kabupaten Konawe merupakan kasus impor yang
dibawa masuk oleh orang-orang yang bekerja / mencari nafkah diluar daerah
(Papua, Kalimantan, Sumatra). Walaupun menunjukan angka penurunan kasus
dari tahun 2013 s/d 2016, tetapi tidak menutup kemungkinan Kejadian Luar
Biasa (KLB) malaria bisa terjadi jika Sistem Kewaspadaan Dini tidak maksima l.
menurut data tahun 2020 jumlah kasus positif sebanyak 13 kasus. Capaian
menurut indicator adalah angka Annual Parasite Incidence (API) 0,07 ‰
Kecamatan Latoma terdiri dari 1 Puskesmas yaitu Puskesmas Latoma.
Wilayah kerja Puskesmas Latoma terdiri dari 11 desa dan 1 Kelurahan, menurut
karakteristik wilayah kerja termasuk dalam wilayah terpencil ( Data Dasar Kabuoaten
Konawe Sulawesi Tenggara,)

Kerangka Acuan Mass Blood Survey Periode November 2021-Konawe Page 8


Gambar 5: Peta Kab. Konawe Menurut Data Dasar

Sumber: Data Dasar Kec. Latoma

Kerangka Acuan Mass Blood Survey Periode November 2021-Konawe Page 9


b. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menurunkan tingkat penularan malaria di daerah endemis tinggi, endemis
sedang dan daerah terpencil (transportasi sulit) dengan cara penemuan
penderita positif yang sudah tidak menunjukkan adanya gejala klinis yang
spesifik pada masyarakat dan pengobatan yang tepat serta yang mempunyai
riwayat bepergian ke wilayah endemis malaria.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan cakupan penemuan penderita kasus positif malaria dan
pengobatan radikal terhadap semua penderita positif malaria dengan
Artemycinin-based Combination Therapy (ACT).
2. Menemukan dan mengobati penderita malaria di daerah yang belum di
jangkau dengan pelayanan kesehatan ( terpencil/ transportasi sulit ).
c. Metode
Adapun metode yang dilakukan dalam kegiatan MBS tersebut meliputi:
1. Penentuan Lokasi
Lokasi ditentukan berdasarkan dengan endemisitas malaria sedang/tinggi (Desa
Kuning/Merah) ,wilayah yang terjadi peningkatan kasus dan wilayah yang sulit
dijangkau ( terpencil/ transporgtasi sulit ) atau didaerah yang dicurigai terjadi
penularan setempat sehingga dapat diketahui luasnya wilayah penularan
2. Pengambilan sediaan darah dan pengobatan
Pengambilan sediaan dengan menggunakan RDT (Rapid Diagnostic Test)
maupun dengan mikroskop. Kasus yang dinyatakan positif malaria diobati
dengan ACT.
3. Bentuk Kagiatan
Bentuk kegiatan MBS dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
Passive Case Detection (PCD) atau Active Case Detection (ACD).
d. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan Mass Blood Survey (MBS) dilaksanakan dalam bentuk tim survey yang
meluputi dari unsur:
- Dinas kesehatan Provinsi Sultra

Kerangka Acuan Mass Blood Survey Periode November 2021-Konawe Page 10


- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Puskesmas
e. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Mass Blood Survey (MBS) dilaksanakan di beberapa Kabupaten/Kota
terpilih yaitu desa dengan endemisitas sedang/tinggi malaria, wilayah yang
sedang terjadi peningkatan kasus malaria atau wilayah yang sulit
dijangkau/terpencil (tranportasi sulit) atau didaerah yang diduga telah terjadi
penularan setempat.
Waktu pelaksanaan kegiatan Mass Blood Survey (MBS), yaitu periode November
2021, Kegiatan dilaksanakan di Kelurahan Waworaha Kecamatan Latoma
Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara
Waktu pelaksanaan kegiatan Mass Blood Survey (MBS) periode November 2021,
yaitu dari tanggal 15 sd 19 November 2021, kegiatan dilaksanakan selama 5
(lima) hari.
f. Biaya Kegiatan
Biaya kegiatan Mass Blood Survey (MBS) dibebankan melalui dana bantuan Global
Fund (GF-ATM) Komponen Malaria tahun 2021.
g. Penutup.
Demikian Kerangka Acuan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Unaaha , November 2021


Mengetahui
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan
Kabupaten Konawe

Pince Sonaru, SKM

Kerangka Acuan Mass Blood Survey Periode November 2021-Konawe Page 11

Anda mungkin juga menyukai