Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE

DINAS KESEHATAN
Alamat : jl. Inolobunggadue II No. 323
Kompleks Perkantoran Pemda Kab. Konawe Telp. 0408-21024 Fax. 2421745

UNAAHA

LAPORAN HASIL KEGIATAN MASS BLOODS SURVEY (MBS)


DI KELURAHAN WAWORAHA KECAMATAN LATOMA
KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2021

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia sampai saat ini penyakit Malaria masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi,
terutama di daerah Indonesia bagian timur, termasuk Sulawesi Tenggara. Di
daerah transmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari
daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria
masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria. Oleh karena
kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih tinggi
di daerah tersebut.
Penyakit malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok
resiko tinggi, yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Selain itu malaria secara
langsung menyebabkan anemia, menurunkan produktifitas kerja, menurunkan
prestasi belajar dan juga kerugian ekonomi.
Malaria adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Penyakit yang berdampak pada penurunan kualitas
sumber daya manusia ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap munculnya
berbagai masalah sosial dan ekonomi. Berdasarkan data World Malaria Report
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) tahun 2016
terdapat sekitar 212 juta kasus baru malaria dan menyebabkan kematian sekitar
429 ribu orang di seluruh dunia. Upaya penanggulangan malaria terus dilakukan
sejauh ini telah memperlihatkan hasil yang cukup signifikan. Sasaran Millennium
Development Goals (MDGs) untuk malaria yaitu menekan insiden malaria di

Laporan Hasil Kegiatan MBS Kel. Waworaha Kec, Latoma Kab. Konawe Tahun 2021 Page 1
seluruh dunia tahun 2015 telah tercapai dengan penurunan insiden malaria
sebesar 37 % di seluruh dunia sejak tahun 2000. Sementara itu, tingkat kematian
akibat amalaria di seluruh dunia antara tahun 2000 – 2015 berhasil ditekan
sampai 60 % dan sekitar 6,2 juta jiwa diselamatkan berkat upaya scale- up
intervensi malaria yang dilakukan oleh seluruh negara di dunia.
Program malaria telah mencapai indikator Millennium Development Goals
(MDGs) selanjutnya malaria masuk dalam indikator Sustainable Development
Goals (SDGs) dalam target 3.3 mengakhiri epidemic AIDS, tuberculosis, malaria
dan penyakit tropis yang terabaikan serta memerangi hepatitis, penyakit
bersumber air dan penyakit menular lainnya.
Pada tahun 2018 sejumlah 198,7 juta penduduk Indonesia ( 75%) telah
hidup di daerah bebas penularan malaria atau di 285 kabupaten/kota, sejumlah
57,8 juta penduduk (22 %) hidup di daerah risiko rendah penularan malaria
atau di 168 kabupaten/kota, sejumlah 5,1 juta penduduk (2 %) hidup di daerah
endemis sedang atau di 33 kabupaten/kota dan 3,5 juta penduduk ( 1 %) hidup
di daerah endemis tinggi atau 28 kabupaten/kota.
Berdasarkan peta endemisitas terlihat adanya disparitas endemisitas
malaria antara wilayah timur Indonesia dengan wilayah lainnya, tahun 2018
terdapat 28 kabupaten/kota endemis tinggi yang berasal dari 4 Provinsi yaitu
Papua, Papua Barat, NTT dan Kalimantan Timur. Hanya 1 kabupaten endemis
tinggi diluar wilayah timur yaitu Kabupaten Penajam Paser Utara di Provinsi
Kalimantan Timur.
. Dibanding dengan tahun sebelumnya terjadi peningkatan persentase,
seiring dengan jumlah daerah kabupaten/kota yang telah mencapai eliminasi.
Pengendalian penyakit malaria telah menunjukkan pencapaian program yang
cukup baik. Annual Parasite Incidence (API) yang menjadi indikator keberhasilan
upaya penanggulangan malaria cenderung menurun dari tahun ke tahun. Secara
nasional kasus malaria selama tahun 2011 – 2018 cenderung menurun dimana
angka API pada tahun 2011 sebesar 1,75‰ penduduk ( 422.447 kasus) menjadi
0,84‰ penduduk ( 222.085 kasus) pada tahun 2018.
Penyakit malaria di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, termasuk Sulawesi Tenggara. Penyakit malaria dapat menyebabkan
kematian terutama pada kelompok resiko tinggi, yaitu bayi, anak balita, dan ibu

Laporan Hasil Kegiatan MBS Kel. Waworaha Kec, Latoma Kab. Konawe Tahun 2021 Page 2
hamil. Selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia, menurunkan
produktifitas kerja, menurunkan prestasi belajar dan juga kerugian ekonomi.
Sesuai data yang dilaporkan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
Januari sampai Desember tahun 2019 jumlah penemuan kasus malaria
berjumlah 18.339 kasus. Terkonfirmasi secara laboratorium (Mikroskop & RDT)
sebanyak 18.339 kasus (100 %), dinyatakan positif malaria sebanyak 811 kasus
dan dilakukan pengobatan dengan Artemisinin Combination based Therapy (ACT)
sebanyak 747 kasus (92,11%). Jumlah ini mungkin lebih besar dari keadaan
yang sebenarnya karena lokasi endemis malaria adalah desa-desa yang terpencil
dengan sarana transportasi serta akses pelayanan kesehatan yang sulit.
Capaian program malaria di Sulawesi Tenggara pada 2019 API 0,34
‰ PR 4,45 %, pengobatan dengan ACT 92,11 %, ABER 0,78 %, konfirmasi
dengan mikroskop atau RDT 100 %.
Memasuki tahun 2019 wilayah endemisitas malaria di Sulawesi
Tenggara mengalami perubahan yang sangat signifikan,dimana angka
kesakitan malaria (API) sudah masuk dalam Low Case Incidence (LCI) yaitu
API < 1‰ (16 Kabupaten/Kota). Sedangkan Kabupaten Konawe pada tahun
2021 jumlah kasus positif malaria sebanyak 13 kasus yaitu API < 1‰ (0,07%)
Bila melihat dari capaian API per kabupaten/kota, angka API seluruh
kabupaten/kota sudah < 1‰, dan kabupaten Konawe sudah < 1‰ .Bila
ditinjau dari segi pencapaian program, tujuan program telah tercapai, namun
bila dilihat dari nilai ABER yang dimana seluruh kabupaten/kota masih
dibawah standar 10 % dari jumlah penduduk.. Sedangkan capaian ABER
diharapkan 10% dari jumlah penduduk, disadari bahwa pencapaian tersebut
belum benar-benar sesuai dengan kenyataan dilapangan. Hal yang mendasar
adalah angka kesakitan malaria tersebut belum menggambarkan keadaan
yang sebenarnya dilapangan, mengingat masih banyaknya daerah-daerah atau
desa-desa yang menjadi kantong-kantong sumber penularan penyakit malaria
yang belum dapat dilayani dengan pelayanan kesehatan yang baik karena
letak dan kondisi geografisnya yang jauh dan sulit terjangkau. Disamping itu
kualitas SDM terlatih malaria terutama tenaga mikroskopis malaria belum
menujukkan performance yang sesuai dengan standar pemeriksaan
laboratorium.

Laporan Hasil Kegiatan MBS Kel. Waworaha Kec, Latoma Kab. Konawe Tahun 2021 Page 3
Kabupaten Konawe merupakan wilayah pembebasan, menurut data tahun
2019 jumlah kasus positif sebanyak 42 kasus. Capaian menurut indikator adalah
angka Annual Parasite Incidence (API) 0,51 ‰, Slide Positif Rate (SPR) 4,41 %,
pengobatan dengan ACT 95,24 %, Annual Blood Examination Rate (ABER) 1,27 %
dan suspek yang dikonfirmasi dengan laboratorium ( RDT dan Mikroskop )
sebanyak 449 ( 100 %).
Capaian menurut indicator sampai dengan Oktober tahun 2020 adalah
Annual Parasite Incidence (API) 0,24 ‰, Slide Positif Rate (SPR) 2,35 %,
pengobatan dengan ACT 90,91 %, Annual Blood Examination Rate (ABER) 1,04 %
dan suspek yang dikonfirmasi dengan laboratorium ( RDT dan Mikroskop )
sebanyak 936 ( 100 %).
Kel. Waworaha merupakan salahsatu desa yang masuk dalam wilayah
kerja Puskesmas Wamolo dan masuk dalam wilayah administratif Kecamatan
Lakudo

ABER yang rendah menunjukkan bahwa program malaria puskesmas


kurang aktif dalam menemukan penderita, penemuan penderita hanya dilakukan
secara pasif yaitu hanya penderita yang datang ke fasilitas kesehatan yang
diperiksa, sedangkan penemuan penderita secara aktif tidak dilakukan seperti
melakukan kunjungan rumah dan atau memeriksa penduduk yang baru datang
dari daerah endemis malaria seperti Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara
dan Nusa Tenggara Timur. Pekerjaan penduduk Kecamatan Lakudo sebagian
besar adalah bertani dan nelayan, ada juga penduduknya yang mencari
pekerjaan di Papua (Timika ), Maluku dan Kalimantan.
Dalam upaya penemuan dan pengobatan terhadap penderita malaria
terus dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan/kematian, memutuskan
mata rantai penularan serta untuk meningkatkan capaian ABER. Oleh Karena itu
perlu dilakukan suatu kegiatan penemuan dan pengobatan penderita malaria
melalui Mass Blood Survey.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menurunkan tingkat penularan malaria di daerah endemis tinggi, endemis
sedang dan daerah terpencil (transportasi sulit) dengan cara penemuan
penderita positif yang sudah tidak menunjukkan adanya gejala klinis yang

Laporan Hasil Kegiatan MBS Kel. Waworaha Kec, Latoma Kab. Konawe Tahun 2021 Page 4
spesifik pada masyarakat dan pengobatan yang tepat serta yang mempunyai
riwayat bepergian ke wilayah endemis malaria.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan cakupan penemuan penderita kasus positif malaria dan
pengobatan radikal terhadap semua penderita positif malaria dengan
Artemycinin-based Combination Therapy (ACT).
2. Menemukan dan mengobati penderita malaria di daerah yang belum di
jangkau dengan pelayanan kesehatan ( terpencil )
C. Metode
Adapun metode yang dilakukan dalam MBS tersebut meliputi:
1. Penentuan Lokasi
Lokasi ditentukan berdasarkan dengan endemisitas malaria tinggi (Desa
Merah), daerah yang sulit dijangkau dan mobilisasi masyarakatnya cukup
tinggi ke luar wilayah dengan endemisitas tinggi malaria,misalnya di Papua,
Maluku atau NTT dan kegiatan survey migrasi belum dilakukan serta
terjadinya peningkatan kasus pada wilayah tertentu.
2. Pengambilan sediaan darah dan pengobatan
Pengambilan sediaan darah dengan menggunakan RDT (Rapid Diagnostic Test)
dan mikroskop. Kasus yang dinyatakan positif malaria diobati dengan ACT.
3. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara Active
Case Detection (ACD) dan Passive Case Detection (PCD). Kegiatan ACD
dilakukan dengan cara mengujungi masyarakat dari rumah ke rumah,
sedangkan PCD dilakukan dengan menunggu masyarakat di Balai Desa dan
Rumah Kepala Desa.
Sasaranya adalah seluruh penduduk di wilayah Kel. Waworaha Kec. Latoma
atau minimal 80% dari jumlah penduduk.
4. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan MBS tersebut adalah:
a. 1 unit RDT e. Tissue i. Kantong Plastik
b. Alkohol f. Formulir MBS j. Air Mineral
c. Spidol, pulpen & pensil g. Masker k. LabKit
d. Handscoen h. Obat Anti Malaria

Laporan Hasil Kegiatan MBS Kel. Waworaha Kec, Latoma Kab. Konawe Tahun 2021 Page 5
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tempat pelaksanaan
Kegiatan MBS dilakukan di Kel. Waworaha Kec. Latoma Kabupaten
Kabupaten Konawe dengan Jumlah penduduk sebanyak 158 jiwa . Mata
pencaharian penduduk sebagian besar adalah berkebun dan bekerja diluar
wilayah Kel. Waworaha misalnya ke Papua, Maluku, Bengkulu dan NTT.

PETA KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULTRA

PETA KEL. WAWORAHA KEC. LATOMA KAB. KONAWE

B. Petugas Pelaksana
Tenaga yang bertugas dalam pelaksanaan MBS di Kel. Waworaha terdiri dari:

Laporan Hasil Kegiatan MBS Kel. Waworaha Kec, Latoma Kab. Konawe Tahun 2021 Page 6
a. Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
b. Puskesmas Latoma
C. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan MBS di Kel. Waworaha dilaksanakan selama 5 (lima) hari
dari tanggal 15 sd 19 November 2021, efektif pelaksanaan selama empat hari,
yaitu tanggal 16 sd 19 November 2021
III. HASIL PELAKSANAAN
A. Hasil Pemeriksaan Sedian Darah
Selama pelaksanaan kegiatan MBS jumlah sediaan darah yang diperiksa dengan
menggunakan Mikroskopis sebanyak 100 orang (terlampir form MBS 01, MBS 02,
dan MBS 03)
B. Jumlah Sediaan Darah yang diperiksa berdasarkan golongan umur & Jenis
Kelamin sebagai berikut:

Tabel 1.Jumlah Sediaan Darah yang diperiksa


berdasarkan golongan umur & Jenis Kelamin

Gol. Umur Laki-laki Perempuan Total


1 1 2
< 1 Th
3 7 10
1 - 4 Th
7 5 12
5 - 9 Th
11 6 17
10 - 14 Th
26 23 49
15 - 44 Th
4 6 10
> = 45 th
100
Jumlah 52 48

Grafik 1. Jumlah pemeriksaan Sesdiaan Darah Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin

Laporan Hasil Kegiatan MBS Kel. Waworaha Kec, Latoma Kab. Konawe Tahun 2021 Page 7
Jumlah Pemeriksaan SD
Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
30
26
25 23

20

15
11
10
7 7 6 6
5 4
5 3
1 1
0
< 1 Th 1 - 4 Th 5 - 9 Th 10 - 14 Th 15 - 44 Th > = 45 th

Laki-laki Perempuan

Grafik 2. Persentase Pemeriksaan Sediaan Darah Menurut Jenis Kelamin

Persentase SD diperiksa Menurut Jenis Kelamin

Perempuan
61.51 Laki-laki
% 38.49
%

Grafik 3. Persentase Pemeriksaan Sediaan Darah Menurut Golongan Umur

Laporan Hasil Kegiatan MBS Kel. Waworaha Kec, Latoma Kab. Konawe Tahun 2021 Page 8
Persentase SD Yang Diperiksa Menurut Golongan Umur
< 1 Th
1%

> = 45 th
15% 1 - 4 Th
21%

15 - 44 Th
28%

5 - 9 Th
25%

10 - 14 Th
10%

Dari tabel dan grafik diatas diketahui bahwa golongan umur yang banyak
diperiksa sediaan darahnya adalah golongan 15 - 44 tahun yaitu sebanyak 49
jiwa ( 49 %), golongan umur 10 - 14 tahun sebanyak 17 jiwa ( 17, %), golongan
umur 5 – 9 tahun sebanyak 12 jiwa ( 12, %), golongan umur ≥45 tahun sebanyak
10 jiwa (10 %), golongan umur 1 - 4 tahun sebanyak 10 jiwa (10 %) dan
golongan umur < 1 tahun 2 jiwa ( 2. % ). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin,
Laki laki lebih banyak diperiksa sediaan darahnya dibandingkan dengan
Perempuan yaitu sebanyak 52 jiwa (52. %) untuk laki- laki dan 48 jiwa ( 40 %)
untuk Perempuan

Grafik 4. Jumlah SD Yang Diperiksa Pada Kegiatan MBS di Kel. Waworaha

Jumlah Sediaan Darah Yang diperiksa Pada Kegiatan MBS


180
158
160
140
120
100
100
80
60
40
20
0
Sasaran SD Diperiksa

Laporan Hasil Kegiatan MBS Kel. Waworaha Kec, Latoma Kab. Konawe Tahun 2021 Page 9
Grafik 5. Jumlah SD Yang Diperiksa Menurut Jenis Pemeriksaandi Kel. Waworaha

Jumlah SD Yang Diperiksa Menurut Jenis Pemeriksaan


120
100
100
80
60
40
20
0
0
Mikroskop RDT

Selama pelaksanaan kegiatan MBS jumlah sediaan darah yang diperiksa


sebanyak 100 sediaan darah (63,29 % dari jumlah penduduk). Dari total
keseluruhan pemeriksaan, tidak ditemukan kasus positif. Waktu kegiatan MBS
yang relatif singkat yakni efektif hanya tiga hari dan sebagian besar
masyarakatnya adalah berkebun dan sangat sulit dijangkau serta banyak
penduduknya yang bekerja keluar wilayah seperti Morosi, Sulawesi Tengah dan
ada yang sementara menempuh pendidikan di luar daerah yang menjadi
penyebab jumlah sediaan darah yang diperiksa tidak mencapai 80 persen dari
total jumlah penduduk.

IV. HAMBATAN DAN MASALAH


Adapun hambatan/masalah yang didapat yaitu :

1. Penduduk Kel. Waworaha sebagian besar adalah petani, berkebun. Sebagian


juga penduduknya adalah bekerja sebagai karyawan lokal di Kabupaten
Konawe dan Provinsi Selawesi Tengah,. Berdasarkan karakteristik masyarakat
tersebut maka ada potensi-potensi yang dapat menjadikan daerah dan
masyarakat tersebut menjadi tempat dan sumber penularan baik didalam
bahkan sampai keluar negeri.

2. Tempat tinggal penduduk di Kel. Waworaha merupakan daerah


Lembah/pegungungan sehingga banyak penduduknya yang bekerja sebagai
petani kebun di daerah lembah dan terkadang masyarakat tinggal selama 3
s/d 10 hari di wilayah tersebut Sehingga hal inilah yg menjadi salah satu
penyebab jumlah sediaan darah yang diperiksa tidak mencapai 80 persen dari
total jumlah penduduk.

V. PENDANAAN

Laporan Hasil Kegiatan MBS Kel. Waworaha Kec, Latoma Kab. Konawe Tahun 2021 Page 10
Biaya untuk kegiatan Mass Blood Survey (MBS) berasal dari dana
bantuan Global Fund (GF-ATM) Komponen Malaria Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2021.

Mengetahui Unaaha , November 2021


Kepala Bidang P2P Petugas survey,

Pince Sonaru, SKM Syamsul Bahril, SKM

Laporan Hasil Kegiatan MBS Kel. Waworaha Kec, Latoma Kab. Konawe Tahun 2021 Page 11

Anda mungkin juga menyukai