ABSTRAK
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi angka kematian bayi,
balita, ibu hamil serta dapat menurunkan produktivitas kerja. Angka kesakitan Malaria di kabupaten Sumbawa
masih tinggi yang dilihat dari annual Parasit incident tahun 2008 s/d tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Sistem Surveilans Malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa
Besar, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif. Subyek penelitian
adalah petugas surveilans malaria Dinas Kesehatan, Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), dan Rumah
Sakit. Objek penelitian adalah dokumen laporan surveilans epidemiologi malaria tahun 2013. Teknik analisis
data didapatkan dari wawancara dan observasi yang di analisis secara deskriptif. Hasil menunjukkan pada
tahap input jenis data belum lengkap, kuantitas tenaga sudah lengkap tetapi kualitas tenaga belum memadai,
sarana dan dana sudah cukup tersedia. Pada tahap proses pengumpulan data menggunakan format laporan
mingguan W2 dan format laporan bulanan, format laporan dan alur pelaporan sederhana, kelengkapan laporan
mingguan dan bulanan 100%, ketepatan waktu laporan mingguan W2 >80% dan laporan bulanan > 90%,
Analisis dan interpretasi data sudah dilakukan namun analisis hubungan masih 20% dilakukan oleh
puskesmas. Output yang dihasilkan berupa gambaran endemisitas wilayah, annual parasite incident dan slide
positivity rate yang disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan peta. Penyebarluasan informasi dilakukan dalam
bentuk laporan, loka karya dan profil. Umpan balik dilakukan setiap bulan melalui rapat koordinasi, pertemuan
rutin dan supervisi secara berkala. Evaluasi sistem surveilans berdasarkan atribut surveilans sudah sederhana,
akseptabel, sensitivitas belum dapat di nilai, nilai prediktif positif rendah 1,75%, ketepatan waktu laporan
>80%.
ABSTRACT
Malaria is one of the public health problems that can affect infant, toddler, or mother mortality rates and can
reduce work productivity. The malaria morbidity rate in the Sumbawa district is still high, as seen from the
annual parasitic incident from 2008 to 2011. The purpose of this study is to find out the description of the
implementation of the Malaria Surveillance System at the Sumbawa Besar District Health Office in West Nusa
Tenggara Province. This research uses descriptive survey method. Research subjects were malaria
surveillance officers from the Health Office, Public health center (PHC), and Hospitals. The object of the
research was the malaria epidemiological surveillance report document in 2013. Data analysis techniques
were obtained from interviews and observations that were analyzed descriptively. The results show that at the
input stage the type of data is incomplete, the quantity of labor is complete but the quality of labor is not
sufficient, facilities and funds are sufficiently available. At the stage of the data collection process using the
W2 weekly report and monthly report format, report format and simple reporting flow, completeness of W2
weekly report and monthly report 100%, timeliness of weekly outbreak reports > 80% and monthly reports >
90%, data analysis and interpretation have already done but the relationship analysis is still 20% done by the
health center. The output produced in the form of a picture of endemicity of the region, annual parasite
incident, and slide positivity rate is presented in tables, graphs, and maps. Dissemination of information is
done in the form of reports, workshops, and profiles. Feedback is carried out every month through
coordination meetings, regular meetings, and periodic supervision. Evaluation of surveillance systems based
Zainuddin, dkk. Evaluasi Pelaksanaan Sistem Surveilans… 343
on surveillance attributes is simple, acceptable, sensitivity cannot be assessed, the positive predictive value is
low 1.75%, report timeliness is > 80%.
orang (80%), tingkat pendidikan paling sedikit berpendidikan S.1. Kemudian lama bertugas
petugas surveilans malaria dipuskesmas adalah sebagai petugas surveilans malaria di Puskesmas
pendidikan S.1 sebanyak 2 orang (8%). Rumah lama bertugas paling banyak adalah 2–5 tahun
Sakit petugas surveilans malaria berpendidikan D.3. (40,0%), lama
Di Dinas Kesehatan petugas surveilans malaria
Tabel 3. Distribusi Ketenagaan Petugas Surveilans Malaria Menurut Unit Kerja di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2013
Unit Kerja
bertugas paling sedikit adalah < 1 tahun sebanyak 1 Sarana Penunjang orang (4,0%).
Tabel 4 dapat dilihat bahwa Puskesmas yang
Rumah Sakit lama bertugas petugas surveilans menggunakan buku pedoman dalam melaksanakan
malaria adalah 2–5 tahun. Dinas Kesehatan lama kegiatan surveilans malaria sebanyak 25 Puskesmas
bertugas petugas surveilans malaria > 5 tahun. atau 100%, Puskesmas yang menggunakan format
Distribusi petugas surveilans malaria Puskesmas laporan malaria dalam melaksanakan kegiatan
yang mendapat bimbingan dan pelatihan paling surveilans sebanyak 25 Puskesmas atau 100%,
banyak adalah 1–2 kali sebanyak 10 orang (40,0%),
Puskesmas yang mempunyai tenaga surveilans
paling sedikit adalah tidak pernah mendapat malaria sebagai tenaga pelaksana surveilans malaria
bimbingan dan pelatihan sebanyak 2 orang (8%), adalah sebanyak 25 Puskesmas, Puskesmas yang
Rumah Sakit petugas surveilans malaria tidak pernah mempunyai anggaran dalam pelaksanaan kegiatan
mendapat bimbingan dan pelatihan. Dinas Kesehatan surveilans malaria adalah sebanyak 25 Puskesmas
petugas surveilans malaria mendapat bimbingan dan atau 100%, Puskesmas yang mempunyai peralatan
pelatihan > 2 kali. Terakhir adalah berdasarkan berupa kendaraan roda dua, kendaraan roda empat,
beban kerja petugas surveilans malaria di Puskesmas peralatan komputer atau peralatan elektronik lainnya
yang beban kerja paling banyak adalah > 1 program sebanyak 25 Puskesmas (100%), puskesmas yang
sebanyak 16 orang (64%), beban kerja paling mempunyai sarana telekomunikasi sebanyak
sedikit adalah 1 program sebanyak 9 orang (36%).
22 Puskesmas (88,0%), Dinas Kesehatan mempunyai
Petugas surveilans malaria Rumah Sakit mempunyai semua (100%) sarana penunjang kegiatan surveilans
beban kerja > 1 program, Petugas surveilan Dinas malaria berupa buku pedoman, format laporan,
Kesehatan beban kerja > 1 program. Di Puskesmas ketenagaan, pembiayaan, peralatan.
Zainuddin, dkk. Evaluasi Pelaksanaan Sistem Surveilans… 347
Tabel 5. Hasil Dari Pengumpulan Data Kegiatan Surveilans Malaria Berdasarkan Unit Kerja di Kabupaten
Sumbawa Tahun 2013
Puskesmas Rumah Sakit Dinas Kesehatan
Jenis Pengumpulan Data
n % n % n %
Kelengkapan Laporan:
Laporan Mingguan (W2) 1300 100 52 100 52 100
Laporan Bulanan 300 100 12 100 12 100
Ketepatan Waktu Laporan:
Laporan Mingguan (W2) 1070 82,3 42 80,7 0 0
Laporan Bulanan 272 90,7 10 83,3 0 0
Kompilasi Data:
Orang 25 100 1 100 1 100
Waktu 25 100 1 100 1 100
Tempat 25 100 0 0 1 100
Analisis Data:
Jenis Analisis Data:
Perbandingan 25 100 0 0 1 100
Kecenderungan 25 100 0 0 1 100
Cakupan 22 88,0 0 0 1 100
Hubungan 5 20,0 0 0 1 100
Cara Penyajian Data:
Bentuk Tabel 25 100 1 100 1 100
Bentuk Grafi k 25 100 1 100 1 100
Bentuk Peta 9 36,0 0 0 1 100
Interpretasi Data:
Dinas Kesehatan sebanyak 12 laporan (100%), kan dari 7,230/00 pada tahun 2011 menjadi 00/00 pada
laporan mingguan W2 Dinas Kesehatan sebanyak tahun 2013.Pemaknaan dari analisis yang paling
52 laporan (100%). Kemudian ketepatan waktu sedikit dilaksanakan oleh puskesmas adalah
pengiriman laporan bulanan dari puskesmas ke pemaknaan dari analisis hubungan sebanyak 5
Dina Kesehatan sebanyak 272 laporan (90,7%), puskesmas atau 20,0%, Sedangkan Rumah Sakit
Ketepatan waktu pengiriman laporan mingguan W2 tidak melakukan pemaknaan dari hasil analisis baik
dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan sebanyak 1070 dalam bentuk pemaknaan dari analisis
laporan (82,3%), Ketepatan waktu pengiriman perbandingan, pemaknaan dari analisis
laporan bulanan dari Rumah Sakit ke Dinas kecenderungan, pemaknaan dari analisis cakupan
Kesehatan sebanyak 10 laporan (83,3%), Laporan maupun pemaknaan dari analisis hubungan.
W2 dari Rumah Sakit 42 laporan (80,7). Laporan Pemaknaan dari analisis perbandingan untuk
bulanan malaria di laksanakan setiap bulan dari mengetahui distribusi kasus menurut variabel
tanggal 1 sampai tanggal 5 pada bulan selanjutnya, waktu, pemaknaan dari analisis kecenderungan
laporan mingguan dilaksanakan setiap hari Senin. untuk mengetahui peningkatan atau trend kasus,
Berikutnya menurut kompilasi data dapat dilihat pemaknaan dari analisis cakupan untuk mengetahui
bahwa puskesmas yang melaksanakan kompilasi kesenjangan antara cakupan program dengan target
data menurut variabel waktu, tempat dan orang program atau kinerja program, pemaknaan dari
adalah sebanyak 25 puskesmas atau 100%. Rumah analisis hubungan untuk mengetahui hubungan
Sakit kompilasi data surveilans malaria hanya di kejadian kasus dengan kondisi lingkungan dan
kelompokkan menurut variabel orang, waktu. Dinas kondisi geografi s.
Kesehatan kompilasi data surveilans malaria
dikelompokkan menurut variabel orang, waktu dan Output
tempat. Output terdapat beberapa cakupan data yang
Analisis data malaria yang paling banyak diambil yaitu berdasarkan informasi epidemiologi,
dilakukan oleh Puskesmas adalah dalam bentuk penyebarluasan informasi, dan umpan balik.
analisis perbandingan dan analisis kecenderungan Berikut keterangan dari output pada tabel 6 di
sebanyak 25 Puskesmas (100%), bentuk analisis bawah.
yang paling sedikit dilakukan oleh Puskesmas Tabel 6 dapat dilihat bahwa output menurut
adalah analisis hubungan sebanyak 5 Puskesmas informasi epidemiologi yang menyajikan bentuk
(20,0%). Dinas Kesehatan melakukan analisis data data malaria sebagai informasi epidemiologi dalam
dalam bentuk analisis perbandingan, analisis bentuk Annual Parasite Incidence (API) adalah
kecenderungan, analisis cakupan dan analisis sebanyak 25 puskesmas atau 100%, Puskesmas
hubungan. Rumah Sakit tidak melakukan analisis yang menyajikan data dalam bentuk endemisitas
data dalam bentuk analisis perbandingan, analisis dan Slide Positive Rate (SPR) sebanyak 15
kecenderungan, analisis cakupan dan analisis Puskesmas (60,0%) sedangkan Rumah sakit tidak
hubungan. Dalam hal penyajian data puskesmas menyajikan data dalam bentuk API, Endemisitas
yang melakukan penyajian data paling banyak dan SPR, Dinas Kesehatan menyajikan data dalam
adalah dalam bentuk tabel dan dalam bentuk grafi k bentuk Annual Parasite insidence (API),
sebanyak 25 Puskesmas (100%), penyajian data Endemisitas, Slide Positive Rate (SPR). Kemudian
dalam bentuk peta oleh 9 Puskesmas (36%). Rumah bentuk penyebarluasan.
Sakit melakukan penyajian data dalam bentuk tabel Informasi yang paling banyak dilakukan oleh
dan grafi k. puskesmas adalah bentuk laporan, bentuk loka
Interpretasi data dapat dilihat Puskesmas yang karya yaitu sebanyak 25 Puskesmas atau 100%,
melakukan pemaknaan dari analisis paling banyak dalam bentuk profil Puskesmas sebanyak 14
adalah pemaknaan dari analisis perbandingan dan Puskesmas (56,0%), Penyebarluasan informasi
pemaknaan dari analisis cakupan yaitu sebanyak 25 dalam bentuk bulletin, seminar, media massa
Puskesmas atau 100%, dari hasil pemaknaan Puskesmas tidak melaksanakan, Rumah Sakit
analisis perbandingan puskesmas yang masih penyebarluasan informasi hanya melalui laporan
tertinggi kasus malaria pada 3 tahun terakhir dari yang disampaikan ke Dinas Kesehatan, Dinas
tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 berdasarkan Kesehatan penyebarluasan informasi dilakukan
API adalah Puskesmas Alas sebanyak 10/00, dalam bentuk laporan, bulletin, loka karya setiap
Puskesmas Unit 1 Sumbawa sebanyak 2,28 0/00, sebulan sekali dan melalui profi l Dinas Kesehatan
Puskesmas Terano, Puskesmas Lantung Kabupaten Sumbawa. Serta bentuk umpan balik
menunjukkan penurunan kasus yang sangat signifi yang paling banyak dilakukan oleh puskesmas
350 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 342–354
adalah bentuk laporan, pertemuan rutin, rapat surveilans malaria. Umpan balik merupakan suatu
koordinasi yaitu sebanyak 25 Puskesmas atau tindakan yang penting sama pentingnya dengan
100%. Bentuk pertemuan rutin yang dilakukan oleh tindakantindakan follow up lainnya (Depkes RI,
puskesmas adalah mini loka karya puskesmas yang 1994).
dilaksanakan setiap bulan sekali, Rapat koordinasi Jenis Data pada tabel 2 Kabupaten Sumbawa
yang dilakukan oleh Puskesmas dengan lintas jenis data surveilans malaria tersedia kurang
sektoral kecamatan dilaksanakan setiap tiga bulan lengkap karena data tersebut hanya terdiri dari data
sekali. Bentuk umpan balik yang dilaksanakan oleh rutin saja seperti data jenis parasit, data penderita,
Rumah Sakit adalah dalam bentuk laporan, Bentuk data status penularan, data pengobatan. Sedangkan
umpan balik yang dilaksanakan oleh Dinas data tidak rutin tidak ada seperti data vektor, data
Kesehatan adalah bentuk laporan, supervisi, curah hujan, dan data lingkungan. Data tidak rutin
pertemuan rutin dan rapat koordinasi yang ini sangat berpengaruh terhadap kejadian kasus
dilaksanakan setiap bulan. malaria, di Kabupaten Sumbawa belum pernah
dilakukan survei vektor malaria yang dilakukan
sendiri oleh Dinas Kesehatan yang disebabkan
PEMBAHASAN Diskripsi Pelaksanaan Sistem
karena tenaga ahli entomologinya tidak tersedia
Surveilans Malaria Di Kabupaten Sumbawa
sehingga tidak bisa ditentukan vektor penyebab
Input malaria dan juga di Kabupaten Sumbawa tidak ada
Pelaksanaan sistem surveilans Malaria pada data tentang jenis nyamuk anopheles. Hal ini akan
tahap input melihat dua hal yaitu data dan sarana berdampak pada perencanaan, penanggulangan dan
penunjang. Berikut adalah penjelasannya: pemberantasan penyakit malaria. Dengan data yang
lengkap kegiatan analisis dan interpretasi data akan
Data dapat dilakukan, sehingga dapat digunakan sebagai
perencanaan penanggulangan dan pemberantasan
Sumber Data didapat dalam pelaksanaan
(Depkes RI, 1999). Tenaga ahli entomologi di
surveilans epidemiologi terdapat beberapa jenis
Kabupaten Sumbawa sangat diperlukan untuk
data yang perlu dikumpulkan, agar dapat
mendukung kegiatan penanggulangan dan
memberikan informasi epidemiologi suatu penyakit
pemberantasan penyakit malaria, diharapkan
dengan lengkap. Jenis data ini dapat bersumber dari
melalui program tugas belajar pada tahun-tahun
sarana kesehatan (Puskemas, Rumah Sakit),
yang akan datang tenaga tersebut dapat terpenuhi
Laboratorium, dan masyarakat serta hasil survei
sehingga program perencanaan penanggulangan dan
atau studi kasus dari pusat penelitian kesehatan
pemberantasan penyakit malaria dapat terlaksana
masyarakat (Depkes RI, 1994). Sumber data
dengan baik dan memperoleh hasil yang
malaria di Kabupaten Sumbawa didapatkan dari
memuaskan.
Puskesmas dan Rumah Sakit. Puskesmas data
malaria didapatkan dari laboratorium Puskesmas, Sarana Penunjang
Puskesmas yang tidak mempunyai sarana
laboratorium dan tenaga laboratorium memakai Sarana penunjang terdiri dari: Buku Pedoman,
Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk mendiagnosa Format Laporan dan Peralatan berupa ketersediaan
penyakit malaria selanjutnya sediaan darah dikirim sarana surveilans epidemiologi di Kabupaten
ke Puskesmas rujukan untuk mendapatkan Sumbawa sudah tersedia dengan cukup sesuai
kepastian diagnosa malaria secara mikroskopis. dengan indikator sarana dalam Kepmenkes RI No.
Rumah Sakit data malaria didapatkan dari 1116/Menkes/SK/VIII/2003, seperti misalnya buku
laboratorium Rumah Sakit. Dari absensi laporan pedoman pelaksanaan sistem surveilans malaria
Dinas Kesehatan kabupaten terlihat jelas pada tabel sudah tersedia di semua Puskesmas, format laporan
2 kelengkapan laporan mingguan dan laporan W2 dan laporan bulanan sudah tersedia di
bulanan baik dari Puskesmas maupun Rumah Sakit Puskesmas dan Rumah Sakit, peralatan penunjang
sudah lengkap hal ini disebabkan karena Dinas seperti kendaraan roda dua, kendaraan roda empat,
Kesehatan Kabupaten Sumbawa selalu memberikan peralatan elektronik dan peralatan telekomunikasi
umpan balik ke sumber data baik umpan balik yang walaupun penggunaannya masih secara
berupa rapat koordinasi di tingkat Dinas Kesehatan bersamasama dengan program lain tetapi sudah
maupun umpan balik dalam bentuk supervisi tersedia di semua Puskesmas dan Rumah Sakit.
sehingga sumber data merasa sangat diperhatikan Kemudian yang tidak kalah penting adalah
dan sangat dihargai yang pada akhirnya sumber ketenagaan: Di Kabupaten Sumbawa secara
data termotivasi untuk melaporkan kegiatan kuantitas tenaga surveilans malaria sudah tersedia
Zainuddin, dkk. Evaluasi Pelaksanaan Sistem Surveilans… 351
di semua unit pelayanan kesehatan baik di ditetapkan berdasarkan pada komposisi yang
Puskesmas, Rumah Sakit maupun Dinas Kesehatan, ditetapkan Pemerintah Daerah Kabupaten dalam
bila ditinjau dari standar Kepmenkes RI No. penyusunan anggaran tahunan adalah 70% yang
1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang pedoman merupakan anggaran langsung, artinya biaya yang
penyelenggaraan sistem surveilans kesehatan dan secara langsung dirasakan oleh masyarakat yang
modul 6 tentang manajemen malaria (Depkes RI, termasuk dalam komponen ini adalah pengadaan
1999). Dari tabel 5.8 maka ketersediaan tenaga kelambu, pengadaan reagen, pengadaan insektisida
surveilans malaria di Kabupaten Sumbawa secara dan penyuluhan kesehatan. Sedangkan 30%
kualitas belum tersedia sesuai standar, beberapa anggaran digunakan untuk kegiatan tidak langsung
kualitas petugas pendukung pelaksanaan kegiatan yang merupakan pendukung pelaksanaan program
surveilans belum tersedia seperti tenaga seperti pelatihan petugas, perjalanan petugas.
epidemiologi ahli (S2), tenaga epidemiologi
terampil (S1), asisten entomologi, petugas Proses
mikroskopis untuk Dinas Kesehatan kabupaten. Tahap proses terdapat 4 tahap yaitu
Demikian juga tenaga surveilans yang ada di Pengumpulan Data. Indikator yang digunakan untuk
tingkat Puskesmas dan Rumah Sakit harus menilai akurasi data dalam proses pengumpulan
memenuhi standar kualifi kasi seperti tenaga data adalah kelengkapan laporan dan ketepatan
epidemiologi terampil (S1), tenaga koasisten waktu laporan (Depkes RI, 1994). Dari tabel 5
entomologi dan tenaga mikroskopis harus tersedia dapat dilihat bahwa kelengkapan laporan bulanan
di semua Puskesmas. Berdasarkan kondisi sumber Puskesmas dan Rumah Sakit sebesar 100%,
daya manusia yang ada di Kabupaten Sumbawa kelengkapan Laporan mingguan W2 Puskesmas
pada saat sekarang maka sangat perlu diupayakan: 100%. Hasil ini jika dibandingkan dengan indikator
a) Peningkatan pendidikan dan keterampilan proses kegiatan surveilans yang tertuang dalam
petugas. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepmenkes RI No.1116/Menkes/SK/VIII/2003,
Sumbawa melalui Dinas Kesehatan harus maka tingkat kelengkapan laporan sudah mencapai
memberikan kemudahan perizinan untuk tugas > 80%, artinya semua data penemuan penderita
belajar ataupun izin belajar kepada jenjang malaria dalam tahun 2013 sudah terekam di Dinas
pendidikan yang lebih tinggi baik jenjang Kesehatan Kabupaten Sumbawa. Sedangkan tingkat
pendidikan D3, S1 maupun S2. ketepatan waktu pelaporan dari Puskesmas ke Dinas
b) Dalam program rekrutmen pegawai agar Kesehatan Kabupaten Sumbawa sudah >80%
dapat memasukkan alokasi ketenagaan artinya tidak ada indikasi penanganan kasus
entomologi ahli (S2), entomologi terampil (S1) terlambat. Dalam program pencegahan dan
serta menambah alokasi tenaga D3 analis pemberantasan penyakit menular, pelaporan harus
kesehatan/analis medis untuk tenaga dijalankan secara cepat, sistematis dan terencana
mikroskopis di tingkat Puskesmas maupun serta dibutuhkan informasi yang tepat, akurat dan
Rumah Sakit. c) Dilakukan pelatihan surveilans lengkap yang didukung dengan pengumpulan data
malaria bagi petugas surveilans untuk yang teratur (Depkes RI, 1994). Ketepatan waktu
meningkatkan kemampuan dan keterampilan laporan akan sangat mempengaruhi dalam
petugas. d) Pemberlakuan jabatan fungsional kecepatan penanggulangan kejadian malaria, oleh
bagi tenaga entomologi dan epidemiologi. karena itu perlu adanya alur pelaporan yang
Sarana penunjang lainnya adalah: Sarana mempercepat tindakan penanggulangan.
Laboratorium. Puskesmas yang mempunyai sarana Tahap selanjutnya adalah Kompilasi
laboratorium adalah sebanyak 15 Puskesmas (60%), Data, Analisis data dan Interpretasi Data. Dari tabel
Puskesmas yang tidak mempunyai sarana 5 terlihat bahwa Puskesmas yang sudah
laboratorium di bekali dengan Rapid Diagnostic mengelompokkan data menurut data epidemiologi
Test (RDT) untuk pemeriksaan dan mendiagnosa yaitu sebanyak 25 Puskesmas atau (100%).
malaria selanjutnya diambil sediaan darah untuk Melakukan analisis data epidemiologi merupakan
dikirim ke laboratorium terdekat untuk dilakukan langkah penting dalam surveilans dan analisis
pemeriksaan mikroskop. Alokasi anggaran program dilakukan terutama terhadap variabel epidemiologi
pemberantasan penyakit malaria di Kabupaten orang, waktu, tempat. Untuk membantu melakukan
Sumbawa sudah cukup. Kecukupan alokasi dana analisis, maka dalam pengolahan dan interpretasi
untuk kegiatan surveilans malaria dapat di ukur dari data surveilans harus di buat tabulasi, gerafi k, dan
persentase realisasi anggaran dengan rencana peta yang standar agar mudah dipahami bersama
anggaran yang diusulkan yaitu 90% asumsi ini (Depkes RI, 1994). Pada tabel 5 analisis dan
352 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 342–354
interpretasi data sudah dilakukan dengan indikator kajian epidemiologi ditargetkan sebanyak empat
yang digunakan adalah jumlah kasus positif atau kali dalam setahun. Pada tahun 2013 di Kabupaten
API, SPR serta endemisitas wilayah setiap Sumbawa ada 1 kali penerbitan bulletin yang
kecamatan. Jenis analisis dan interpretasi data diterbitkan oleh Sub Din P2PL disebabkan oleh
dalam bentuk analisis hubungan yang paling sedikit karena beberapa kendala antara lain banyaknya
dilakukan oleh Puskesmas yaitu sekitar 20% petugas surveilans malaria merangkap dengan tugas
dikarenakan petugas tidak mengetahui cara lain, keterbatasan nya Sumber Daya Manusia yang
melakukan analisis dan interpretasi data tersebut. tersedia sehingga pembuatan bulletin tidak dapat
Analisis dan interpretasi data sangat penting untuk terlaksana dengan baik. Mengingat kabupaten
dilakukan mulai dari tingkat puskesmas karena Sumbawa merupakan kabupaten dengan
puskesmas merupakan ujung tombak dari endemisitas malaria sedang, maka penerbitan
keberhasilan program pelayanan kesehatan. bulletin epidemiologi malaria ini sangat penting
Analisis harus sudah dilakukan di tingkat sekali sebagai media layanan informasi kepada
puskesmas mulai dari analisis sederhana secara masyarakat sehingga diharapkan dapat
diskriptif terhadap data kuantitatif yang ada, sampai meningkatkan peran serta masyarakat,
analisis tingkat lanjut yang disertai interpretasi meningkatkan peran serta unit pelayanan kesehatan
secara detail sesuai dengan kemampuan sumber swasta, meningkatkan peran serta lembaga sosial
daya yang ada (Depkes RI, 1994). Untuk memenuhi masyarakat untuk ikut membantu dalam
kebutuhan puskesmas dalam hal analisis dan pelaksanaan sistem surveilans malaria sehingga
interpretasi data yang bagus harus di tunjang dapat menurunkan angka kesakitan malaria
dengan pemberian pelatihan/bimbingan bagi tenaga sehingga eliminasi malaria pada tahun 2030 dapat
surveians malaria di tingkat puskesmas secara rutin. tercapai.
Pada tabel 5 Puskesmas yang melakukan penyajian Tahap output selain dari informasi
data dalam bentuk peta masih sedikit (36%) dan epidemiologi yaitu umpan balik harus dilakukan
pada tabel 6 Puskesmas yang melakukan informasi secara rutin dan teratur (Depkes RI, 1994). Umpan
epidemiologi dalam bentuk endemisitas masih balik yang dilaksanakan oleh Dinas kesehatan
sedikit (60%) sehingga akan sulit untuk melakukan Kabupaten Sumbawa berupa rapat koordinasi
pemantauan wilayah kerja mana yang berpotensi dengan Puskesmas setiap bulan, profi l Dinas
akan menimbulkan peningkatan kejadian kasus. kesehatan 2013, cukup memberikan informasi
Kelemahan pada pemantauan wilayah setempat secara teratur dalam rangka antisipasi deteksi dini
akan berdampak pada kebijakan yang diambil kejadian Luar Biasa mengingat penyakit malaria
dalam perencanaan dan pemberantasan penyakit sering menimbulkan kejadian Luar Biasa dan juga
malaria pada tingkat Puskesmas, oleh karena itu umpan balik ini berperan sebagai motivator bagi
penyajian data dalam bentuk peta stratifikasi petugas surveilans malaria dalam melaksanakan
berdasarkan endemisitas wilayah sangat penting kegiatan surveilans epidemiologi malaria di institusi
untuk dilakukan. Peta stratifikasi dapat digunakan kerjanya masing-masing.
sebagai bahan monitoring dan penetapan kebijakan
pemberantasan penyakit malaria (Depkes RI, 1999). Atribut Sistem Surveilans
Kesederhanaan erat kaitannya dengan
Output
ketepatan waktu dan akan mempengaruhi jumlah
Tahap output pada penelitian ini yaitu sumber daya atau sumber dana yang dibutuhkan
Informasi Epidemiologi dari hasil analisis data di untuk melaksanakan sistem tersebut (Depkes RI,
peroleh informasi epidemiologi, informasi 1994). hasil wawancara dengan semua responden
epidemiologi ini akan semakin bermanfaat bila diketahui bahwa alur pelaporan sederhana.
dapat dikomunikasikan atau disebarluaskan baik Pernyataan tersebut sangat sesuai dengan absensi
secara tulisan maupun lisan kepada masyarakat atau laporan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa
pada pimpinan untuk pengambilan keputusan. ditinjau dari ketepatan waktu laporan, laporan
Penyajian data dalam bentuk tabel, grafi k, peta atau bulanan Puskesmas tepat waktu (90,7%), laporan
spot map (Depkes, 1995). Di Kabupaten Sumbawa W2 Puskesmas tepat waktu (82,3%), laporan W2
informasi epidemiologi yang dihasilkan berupa Rumah Sakit tepat waktu (80,7%), laporan bulanan
Annual Parasite Insidence (API), Endemisitas, Rumah Sakit tepat waktu (83,3%). Ketepatan waktu
Slade Positive Rate (SPR). Dalam indikator proses laporan Puskesmas disebabkan beberapa Puskesmas
yang tertuang dalam Kepmenkes No letaknya berjauhan dengan Dinas kesehatan
1116/Menkes/SK/ VIII/2003, penerbitan bulletin Kabupaten Sumbawa dan sulit dijangkau dengan
Zainuddin, dkk. Evaluasi Pelaksanaan Sistem Surveilans… 353
sarana transportasi maupun dengan sarana panjang apalagi di Kabupaten Sumbawa tidak
telekomunikasi. semua Puskesmas ada sarana dan petugas
Akseptabilitas sistem surveilans di Kabupaten laboratoriumnya sehingga Sediaan Darah (SD)
Sumbawa sudah akseptabel. Akseptabel merupakan harus dikirim ke Puskesmas yang mempunyai
suatu atribut sistem surveilans yang sangat sarana dan tenaga laboratorium. Berbagai upaya
subyektif yang mencakup kemauan pribadi dari harus segera dilakukan untuk meningkatkan nilai
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap prediktif positif dari penemuan kasus malaria antara
pelaksanaan sistem surveilans untuk menyediakan lain:
data yang akurat, konsisten, lengkap dan tepat a) Meningkatkan kemampuan, keterampilan
waktu (Depkes RI, 1994). Oleh karena itu peran petugas dokter dan paramedis dalam hal
aktif orang-orang di dalam sistem surveilans sangat mendiagnosa malaria melalui pelatihan rutin baik di
diperlukan. Penggunaan data surveilans oleh tingkat puskesmas maupun Rumah sakit terutama
beberapa program di Dinas Kesehatan Kabupaten bagi tenaga dokter dan paramedis yang baru mulai
Sumbawa antara lain seksi promkes, seksi kesling, bekerja. b) Menempatkan dan mendisiplinkan
seksi Kesehatan Ibu dan Anak, seksi perencanaan. dokter agar hanya dokter yang melakukan
Sensitivitas grafik pola minimal maksimal pemeriksaan dan diagnosa penyakit di poli
dapat dipergunakan sebagai alat untuk mendeteksi pemeriksaan di Puskesmas.
adanya peningkatan kasus atau KLB (Depkes RI, c) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan
1994). Kabupaten Sumbawa grafi k pola minimal petugas mikroskopis dalam hal mendiagnosa
maksimal tidak di buatkan sehingga untuk malaria melalui pelatihan yang rutin diutamakan
memantau KLB dipergunakan grafik kejadian kasus bagi petugas laboratorium yang baru bekerja baik di
setiap bulan dan dilakukan perbandingan dengan tingkat Puskesmas maupun Rumah Sakit.
tahuntahun sebelumnya. Hal ini kurang efektif Ketepatan waktu laporan sangat menentukan
dalam pemantauan KLB karena pada grafi k validitas suatu data (Depkes 1999). Berdasarkan
bulanan kasus hanya memberikan informasi jumlah indikator proses sistem surveilans kesehatan dalam
kasus setiap bulan dan sering kali grafi k bulanan Kepmenkes No.1116/Menkes/SK/VIII/2003 bahwa
kasus tahun sebelumnya hilang atau rusak. Oleh ketepatan waktu minimal 80%, maka dari tabel 5 di
karena itu sistem surveilns di Kabupaten Sumbawa Kabupaten Sumbawa ketepatan waktu laporan
belum sensitif terhadap deteksi dini kejadian KLB sebesar > 80%. Ketepatan waktu laporan sangat
yang walaupun dalam 3 tahun terakhir di dipengaruhi oleh kemampuan petugas dalam
Kabupaten Sumbawa tidak terjadi KLB malaria. mengelola data surveilans sampai menjadi sebuah
Nilai Prekdiktif Positif (NPP), perhitungan laporan yang walaupun di Puskesmas dan Rumah
NPP pada tingkat penemuan kasus dapat dilakukan, Sakit sudah tersedia sarana berupa komputer namun
apabila ada catatan mengenai jumlah pelacakan kemampuan petugas untuk mengoperasikan
kasus yang telah dilakukan dan proporsi dari orang- komputer juga masih rendah sehingga pengolahan
orang yang benar-benar mengalami suatu peristiwa data sering dilakukan secara manual. Ketepatan
kesehatan/menderita penyakit yang diamati oleh waktu laporan juga dipengaruhi oleh umpan balik
sistem (Noor NN, 2000) dari hasil kegiatan Passive yang diberikan sehingga menimbulkan motivasi
Case Detection (PCD) didapatkan data klinis bagi petugas untuk mengerjakan laporan karena
malaria tahun 2013 sebanyak 10291 kasus dan petugas berasumsi bahwa laporan yang di kirim
malaria positif hasil pemeriksaan mikroskop dan akan dipergunakan untuk sarana informasi yang
Rapid diagnostic Test (RDT) sebanyak 181 kasus, penting. Untuk mempertahankan ketepatan waktu
bila dibandingkan kasus klinis malaria dengan laporan yang sudah baik tersebut perlu di lakukan
kasus positif malaria maka didapatkan sebanyak umpan balik yang rutin setiap bulan di samping
1,75%, artinya perhitungan NPP tingkat penemuan meningkatkan pengetahuan petugas surveilans akan
kasus di Kabupaten Sumbawa masih rendah. Nilai pentingnya ketepatan waktu pelaporan.
prediktif positif yang rendah akan berdampak pada: KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
a) pemakaian anggaran belanja Dinas Kesehatan
Sumber data malaria di Kabupaten Sumbawa
Kabupaten Sumbawa menjadi lebih besar baik itu
sebagian besar didapatkan dari unit pelayanan
anggaran langsung maupun anggaran tidak
kesehatan pemerintah seperti Puskesmas dan
langsung. b) Unit cost atau belanja pasien untuk
Rumah Sakit, sumber data malaria yang berasal dari
mendapatkan diagnosa malaria akan menjadi lebih
masyarakat seperti kader kesehatan malaria atau
besar. c) Waktu tunggu yang diperlukan oleh pasien
juru malaria desa serta unit pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan diagnosa malaria semakin
swasta seperti dokter praktek swasta, bidan praktek
354 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 342–354
swasta belum terekam dengan baik di Dinas yang di anggarkan melalui Anggaran Pendapatan
Kesehatan Kabupaten Sumbawa. Jenis data malaria dan Belanja Pemerintah Kabupaten Sumbawa
di Kabupaten Sumbawa belum tersedia dengan terealisasi dengan baik yaitu 90% dari anggaran
lengkap hanya memuat jenis data rutin saja yang diusulkan, tetapi bila ditinjau dari besarnya
sedangkan data tidak rutin tidak tersedia dengan anggaran masih sangat rendah mengingat
lengkap baik di Puskesmas, Rumah Sakit maupun Kabupaten Sumbawa dengan kondisi Topografi s
di Dinas Kesehatan Kabupaten. Sarana penunjang yang sangat potensial sebagai tempat perindukan
sistem surveilans malaria di Kabupaten Sumbawa dan perkembangbiakan dari nyamik anopheles yang
tersedia dengan lengkap baik di Puskesmas maupun merupakan vektor penyebab penyakit malaria.
Dinas Kesehatan kecuali sarana telekomunikasi di Alur pencatatan, format laporan, alur
beberapa Puskesmas belum tersedia karena instalasi pelaporan, kompilasi data sampai umpan balik
telekomunikasi belum tersedia. Sarana laboratorium sistem surveilans pengoperasiannya sederhana.
belum tersedia dengan lengkap di semua Puskesmas Data surveilans malaria sudah akseptabel yaitu
yang disebabkan tenaga pelaksana laboratorium sudah di manfaatkan oleh program lain untuk
seperti analis kesehatan belum tersedia di semua intervensi penanggulangan dan pencegahan
Puskesmas sehingga untuk mendiagnosa malaria di kejadian malaria. Sensitivitas dari sistem surveilans
Puskesmas yang belum tersedia sarana laboratorium malaria tidak dapat dihitung karena selama kurun
menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT). waktu 5 tahun terakhir tidak ada kejadian luar biasa
Tenaga pelaksana sistem surveilans malaria di dari kasus malaria.
Kabupaten Sumbawa secara kuantitas sudah Nilai Prediktif Positif dari sistem surveilans
tersedia di semua unit pelayanan kesehatan namun malaria masih rendah sekali yaitu sebesar 1,75%.
secara kualitas tenaga pelaksana sistem surveilans Ketepatan waktu laporan sudah baik yaitu > 80%.
malaria belum memadai. Pengumpulan data malaria
di Kabupaten Sumbawa menggunakan format Saran
laporan bulanan dan mingguan W2 baik di Perlu adanya tenaga epidemiologi ahli (S2) dan
Puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan tenaga epidemiologi terampil (S1) di Dinas
kelengkapan laporan sudah mencapai 100% dan Kesehatan untuk menunjang kegiatan survei vektor
ketepatan waktu laporan tepat waktu > 80%. secara rutin di semua wilayah kerja Dinas
Kompilasi data surveilans malaria di Kabupaten Kesehatan kabupaten Sumbawa. Perlu adanya
Sumbawa sudah dilakukan dengan rutin, pelatihan bagi petugas surveilans malaria di
pengelompokan data menurut variabel waktu, Puskesmas dan Rumah Sakit secara rutin untuk
tempat dan orang. Analisis dan interpretasi data di meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
Kabupaten Sumbawa sudah dilakukan dengan rutin petugas pelaksana sistem surveilans malaria. Perlu
di tingkat Puskesmas tetapi analisis yang paling adanya tenaga pemeriksaan laboratorium D3 Analis
sedikit dilaksanakan oleh Puskesmas adalah analisis Kesehatan di semua Puskesmas untuk menegakkan
hubungan yaitu sebesar 20%, di rumah Sakit tidak diagnosa malaria yang tepat dan akurat sehingga
melakukan analisis dan interpretasi data dalam kegiatan pelaksanaan sistem surveilans malaria
bentuk apa pun, penyajian data dalam bentuk tabel, dapat berjalan dengan baik. Survei vektor sangat
grafi k baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit perlu dilakukan di semua wilayah kecamatan dalam
tetapi penyajian data dalam bentuk peta hanya 36% wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
di Puskesmas, Rumah Sakit tidak menyajikan data Sumbawa sehingga data tidak rutin dapat terpenuhi
dalam bentuk peta. untuk menunjang kegiatan perencanaan,
Penyebarluasan informasi malaria di Dinas penanggulangan dan pemberantasan penyakit
Kesehatan Kabupaten Sumbawa sudah dilakukan malaria. Perlu adanya koordinasi yang baik dengan
dengan rutin melalui laporan, pertemuan rutin, rapat unit pelayanan kesehatan swasta agar data malaria
koordinasi dan profi l baik di Puskesmas maupun di dapat terekam di Dinas Kesehatan Kabupaten
Dinas Kesehatan, tetapi penyusuan profi l oleh Sumbawa. Rekapitulasi data penemuan kasus agar
Puskesmas hanya sebesar 56%, Rumah Sakit dibuatkan grafi k pola minimal maksimal untuk
penyebarluasan informasi dalam bentuk laporan memudahkan pemantauan wilayah setempat dalam
saja. Umpan balik pelaksanaan kegiatan surveilans memprediksi kejadian luar biasa dari kasus malaria.
malaria di Dinas Kesehatan Sumbawa dilakukan Peran serta dari lembaga swadaya masyarakat,
dengan supervisi dan rapat koordinasi baik di lembaga sosial lainnya, pihak swasta, lintas sektoral
tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten. perlu ditingkatkan untuk menunjang kegiatan
Anggaran pelaksanaan sistem surveilans malaria program pemberantasan dan penanggulangan
Zainuddin, dkk. Evaluasi Pelaksanaan Sistem Surveilans… 355
REFERENSI
Depkes, RI. 1994. Pedoman Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta;
Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit
Menular dan penyehatan Lingkungan
Pemukiman.
Depkes. R.I., 1995, Pedoman Penyajian Data
Surveilan Epidemiologi, Jakarta; Ditjen PPM
dan PPL, Direktorat Epidemiologi dan
Imunisasi
Depkes. R.I., 1997, Pedoman untuk menilai sistem
surveilans, Jakarta; Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan.
Depkes, RI. 1999. Modul Parasitologi Malaria.
Jakarta; Direktorat Jenderal Pencegahan
Penyakit Menular dan penyehatan Lingkungan
Pemukiman.
Depkes. R.I., 1999, Modul Epidemiologi Malaria,
Jakarta; Direktorat Jenderal Pencegahan
Penyakit Menular dan penyehatan Lingkungan
Pemukiman
Depkes, RI. 2000. Malaria. Jakarta; Direktorat
Jenderal pencegahan Penyakit Menular dan
Penyehatan lingkungan Pemukiman:
Depkes, RI. 2003. Surveilans Epidemiologi
Penyakit,
Jakarta; Direktorat Jenderal Pencegahan
Penyakit Menular dan Penyehatan lingkungan
pemukiman
Dinkes NTB, 2013, Laporan bulanan Penyakit
Malaria, Mataram. Pencegahan penyakit. Dinkes
Sumbawa, 2013. Laporan Bulanan Penyakit
Malaria, Sumbawa. Pencegahan penyakit.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2003.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1116/
MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman