Anda di halaman 1dari 40

pengantar

Malaria telah menjadi salah satu kesehatan masyarakat

masalah yang menyebabkan kematian, khususnya

pada populasi berisiko tinggi dan juga mengurangi pekerjaan

produktivitas1

. Salah satu daerah endemis malaria adalah

Kabupaten Nias, terletak di Pulau Nias, yaitu

sekitar 85 km dari Sibolga (Sumatera Utara).

Kabupaten Nias adalah daerah dengan 27 pulau kecil. Itu

luas wilayah Kabupaten Nias adalah 3.495,39 km² (4,88%

wilayah Sumatera Utara), sejajar dan terletak

di sebelah barat Sumatera, dan dikelilingi oleh

Samudra Indonesia. Berdasarkan lokasi geografis,

Kabupaten Nias terletak pukul 00

12'-10

32 'NL dan

970

-980

EL, dekat garis katulistiwa, menyebabkan angka tahunan tinggi

curah hujan. Pada tahun 2005, curah hujan adalah 2.805 mm per

tahun, atau rata-rata 234 mm per bulan, dengan

246 hari hujan dalam setahun atau rata-rata 21 hujan

hari per bulan, dan pencahayaan matahari menyala

rata-rata 53% per bulan. Curah hujan tertinggi adalah

pada bulan Oktober (595 mm), dengan 30 hari hujan dan

penerangan matahari sebesar 39%. Musim kemarau dan hujan

bergantian dalam setahun. Curah hujan terendah dan total hujan

hari pada bulan Februari (52 mm dan 14 hari hujan,

dengan penerangan matahari 61%). Curah hujan tahunan yang tinggi


menyebabkan Kabupaten Nias menjadi sangat lembab dan

basah, dengan kelembaban rata-rata antara 89-92%,

dan sering mengalami banjir2

Malaria adalah salah satu penyakit menular yang

diantisipasi akan muncul setelah tsunami.

Setelah gempa tektonik dan tsunami di Indonesia

Pulau Nias, gempa bumi lainnya terjadi. Itu

banyak nyawa hilang dan migrasi

populasi telah menyebabkan perubahan populasi

dan kondisi sosial dan ekonomi, menghasilkan

meningkatnya risiko terinfeksi. Perubahan

dalam lingkungan fisik menyebabkan kondusif

lingkungan untuk pertumbuhan vektor penyakit

juga meningkatkan risiko terinfeksi oleh infeksi

penyakit. Perawatan kesehatan tidak disediakan di

level optimal, karena gempa dan tsunami

telah menyebabkan hilangnya infrastruktur dan manusia

sumber daya3

. Pada tahun 2004 dan 2005, AMI di Kabupaten Nias masing-masing adalah 85,78 ‰ dan 52,03 ‰.

Meski jumlahnya sudah menurun, tetap saja

termasuk dalam High Incidence Area (HIA). Pada tahun 2006

dan 2007, AMI Kabupaten Nias adalah 42,08 ‰

dan 41,13 ‰, masing-masing, yang termasuk dalam

Medium Incidence Area (MIA).

Pada Desember 2005, Dinas Kesehatan Sumatera

Provinsi Utara bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi

Kabupaten Nias melakukan Malariometrik dasar

Survei anak usia 0-9 tahun di 7 desa di Indonesia


3 wilayah Puskesmas. Hasil menunjukkan bahwa

Tingkat Parasit (PR) anak usia 2-9 tahun

adalah 7.84-59.8%. Spesies parasit ditemukan

dalam survei adalah P. falciparum dan P. vivax,

dengan P. falciparum sebagai spesies dominan. PR

Nilai 0,9 berarti bahwa semua desa yang disurvei

dimasukkan dalam HPA (Area Prevalensi Tinggi).

Vektor malaria yang dikonfirmasi di Sumatera Utara

adalah Anopheles kocki, Anopheles sundaicus, dan

Anopheles tesselatus, sementara potensial / diduga

vektor adalah Anopheles maculatus, Anopheles

nigerrimus, dan Anopheles umbrosus (Namru's

dokumen). Anopheles sundaicus dilaporkan

memiliki tempat pengembangbiakan di air tawar, sementara pada umumnya

vektor ini memilih air payau sebagai biakannya

situs3

Malaria termasuk dalam 10 yang paling umum

penyakit pada pasien Rumah Sakit Umum

(RSU) Gunungsitoli pada 2006-2007. Berdasarkan

hasil penelitian tentang perilaku klinis kesehatan

penyedia tentang manajemen malaria di Indonesia

RSU Gunungsitoli, Kabupaten Nias, disimpulkan

bahwa perilaku klinis penyedia layanan kesehatan kurang

mendukung manajemen dan perawatan

malaria di RSU Gunungsitoli4

. Bisa jadi

diamati dalam pembentukan malaria

diagnosa. Beberapa penyedia layanan kesehatan mengatakan itu kapan


riwayat pasien dan gejala klinis

mengarah ke malaria, obat antimalaria bisa diberikan

kepada pasien. Namun, ada beberapa

penyedia layanan kesehatan yang menyarankan laboratorium itu

pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis malaria harus dilakukan, meskipun riwayat pasien

dan gejala klinis telah mendukung

diagnosis malaria. Ada juga perbedaan

dalam respon antara penyedia layanan kesehatan dan

hasil pemeriksaan laboratorium. Hasilnya

dalam pengobatan pasien malaria cenderung

ikuti kecenderungan dari penyedia layanan kesehatan, dan

tidak didasarkan pada perawatan standar yang tersedia.

Perilaku klinis penyedia layanan kesehatan yang tidak

mendukung manajemen dan perawatan

malaria di RSU Gunungsitoli disebabkan oleh

faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari predisposing

Faktornya, petugas kesehatan di RS Gunungsitoli adalah

belum termasuk dalam pelatihan tentang malaria, dan

sulit menemukan peluang untuk bergabung

latihan. Dari aspek faktor pemungkin, itu

menunjukkan bahwa Prosedur Operasi Standar

(SOP) malaria tidak tersedia di RSU

Oleh karena itu Gunungsitoli, dalam mengelola malaria,

penyedia layanan kesehatan hanya berdasarkan buku dan

pengalaman saat menangani kasus malaria. Dari

aspek faktor penguat, diketahui

bahwa ada kurangnya penghargaan dan

hadiah dari RS Gunungsitoli untuk kesehatan mereka


penyedia atas beban kerja mereka. Hasil penelitian

oleh Hulu menyarankan agar prevalensi medis

kesalahan dalam pengelolaan malaria di RSU

Gunungsitoli pada Mei 2007 sangat tinggi, di mana

kesalahan medis terkait dengan manajemen PT

malaria adalah 1,87 kali per pasien, terdiri

kesalahan diagnosis pada 80 pasien (86,96%),

kesalahan pengobatan pada 92 pasien (100%), kesalahan

kelalaian pada 35 pasien (38,04%), dan kesalahan

komisi pada 149 pasien (161,96%) 5. Klinis

perilaku penyedia layanan kesehatan seperti sering

memberikan obat antimalaria kepada pasien tanpa

pemeriksaan laboratorium dapat menyebabkan resistensi.

Laporkan resistensi terhadap antimalaria sebelumnya

obat-obatan (misalnya, klorokuin, sulfadoksin,

pirimetamin, dan kina) dalam dekade terakhir

telah menjadi perhatian, mempengaruhi lebih dari 25%

provinsi di Indonesia6. Upaya menurun

tingkat morbiditas dan mortalitas telah dilakukan

melalui program pemberantasan malaia, yang

kegiatan termasuk diagnosis dini, cepat dan

perawatan yang tepat, pengawasan dan kontrol

vektor, yang bertujuan untuk memotong malaria

tautan transmisi. Diagnosis malaria ditegakkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti

malaria harus ditegakkan dengan darah

pemeriksaan mikroskopis atau tes diagnostik cepat.

Diagnosis dini malaria dilakukan berdasarkan anamnesis


mengambil dan pemeriksaan fisik dengan mengidentifikasi

gejala klinis pada pasien malaria1

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna prototipe malaria

sistem pendukung keputusan diagnostik, mengembangkan a

prototipe pendukung keputusan diagnostik malaria

sistem, dan mengevaluasi penerimaan pengguna

prototipe pendukung keputusan diagnostik malaria

sistem.

Material dan metode

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan

desain penelitian tindakan untuk mengeksplorasi setiap fase

pengembangan prototipe

sistem pendukung keputusan diagnostik malaria.

Total peserta dalam penelitian ini adalah 5 umum

praktisi di RSU Gunungsitoli dan 2 perawat

di Puskesmas Gungungsitoli Nias. Sampel

diambil secara purposive sampling. Umum

praktisi dipilih sebagai subjek karena

mereka melakukan kontak langsung dengan pasien di

menetapkan diagnosis di Puskesmas, sementara perawat

dipilih sebagai subyek karena mereka

menetapkan diagnosis di Puskesmas pada khususnya

kondisi. Oleh karena itu, pada peserta ini,

kebutuhan mereka diidentifikasi dan penerimaan mereka

untuk prototipe keputusan diagnostik malaria

sistem pendukung dievaluasi. untuk dilakukan, meskipun riwayat pasien

dan gejala klinis telah mendukung


diagnosis malaria. Ada juga perbedaan

dalam respon antara penyedia layanan kesehatan dan

hasil pemeriksaan laboratorium. Hasilnya

dalam pengobatan pasien malaria cenderung

ikuti kecenderungan dari penyedia layanan kesehatan, dan

tidak didasarkan pada perawatan standar yang tersedia.

Perilaku klinis penyedia layanan kesehatan yang tidak

mendukung manajemen dan perawatan

malaria di RSU Gunungsitoli disebabkan oleh

faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari predisposing

Faktornya, petugas kesehatan di RS Gunungsitoli adalah

belum termasuk dalam pelatihan tentang malaria, dan

sulit menemukan peluang untuk bergabung

latihan. Dari aspek faktor pemungkin, itu

menunjukkan bahwa Prosedur Operasi Standar

(SOP) malaria tidak tersedia di RSU

Oleh karena itu Gunungsitoli, dalam mengelola malaria,

penyedia layanan kesehatan hanya berdasarkan buku dan

pengalaman saat menangani kasus malaria. Dari

aspek faktor penguat, diketahui

bahwa ada kurangnya penghargaan dan

hadiah dari RS Gunungsitoli untuk kesehatan mereka

penyedia atas beban kerja mereka. Hasil penelitian

oleh Hulu menyarankan agar prevalensi medis

kesalahan dalam pengelolaan malaria di RSU

Gunungsitoli pada Mei 2007 sangat tinggi, di mana

kesalahan medis terkait dengan manajemen PT

malaria adalah 1,87 kali per pasien, terdiri


kesalahan diagnosis pada 80 pasien (86,96%),

kesalahan pengobatan pada 92 pasien (100%), kesalahan

kelalaian pada 35 pasien (38,04%), dan kesalahan

komisi pada 149 pasien (161,96%) 5. Klinis

perilaku penyedia layanan kesehatan seperti sering

memberikan obat antimalaria kepada pasien tanpa

pemeriksaan laboratorium dapat menyebabkan resistensi.

Laporkan resistensi terhadap antimalaria sebelumnya

obat-obatan (misalnya, klorokuin, sulfadoksin,

pirimetamin, dan kina) dalam dekade terakhir

telah menjadi perhatian, mempengaruhi lebih dari 25%

provinsi di Indonesia6. Upaya menurun

tingkat morbiditas dan mortalitas telah dilakukan

melalui program pemberantasan malaia, yang

kegiatan termasuk diagnosis dini, cepat dan

perawatan yang tepat, pengawasan dan kontrol

vektor, yang bertujuan untuk memotong malaria

tautan transmisi. Diagnosis malaria ditegakkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti

malaria harus ditegakkan dengan darah

pemeriksaan mikroskopis atau tes diagnostik cepat.

Diagnosis dini malaria dilakukan berdasarkan anamnesis

mengambil dan pemeriksaan fisik dengan mengidentifikasi

gejala klinis pada pasien malaria1

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna prototipe malaria

sistem pendukung keputusan diagnostik, mengembangkan a


prototipe pendukung keputusan diagnostik malaria

sistem, dan mengevaluasi penerimaan pengguna

prototipe pendukung keputusan diagnostik malaria

sistem.

Material dan metode

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan

desain penelitian tindakan untuk mengeksplorasi setiap fase

pengembangan prototipe

sistem pendukung keputusan diagnostik malaria.

Total peserta dalam penelitian ini adalah 5 umum

praktisi di RSU Gunungsitoli dan 2 perawat

di Puskesmas Gungungsitoli Nias. Sampel

diambil secara purposive sampling. Umum

praktisi dipilih sebagai subjek karena

mereka melakukan kontak langsung dengan pasien di

menetapkan diagnosis di Puskesmas, sementara perawat

dipilih sebagai subyek karena mereka

menetapkan diagnosis di Puskesmas pada khususnya

kondisi. Oleh karena itu, pada peserta ini,

kebutuhan mereka diidentifikasi dan penerimaan mereka

untuk prototipe keputusan diagnostik malaria

sistem pendukung dievaluasi. Variabel dari busa ini adalah: (a) Klinis

malaria, adalah penyakit menular yang diderita oleh a

pasien yang mengalami gejala klinis

malaria, (b) Diagnosis malaria, adalah diagnosis

didirikan berdasarkan gejala klinis malaria

yang dialami oleh seorang pasien, (c) Malaria

pengobatan, adalah perawatan yang diberikan kepada pasien malaria

dengan tujuan untuk memberantas semua parasit


dalam tubuh manusia, (d) Perlu identifikasi, adalah

sebuah tahapan dalam mengidentifikasi masalah yang terkait dengan

kebutuhan pengembangan prototipe,

(e) Desain prototipe, adalah tahap untuk menganalisis

penampilan sistem dan bagaimana sistem menyelesaikannya

masalah, desain untuk menentukan aspek

(segmen) yang termasuk dalam prototipe,

dan aturan yang akan digunakan, proses pengembangan

basis pengetahuan, uji coba, peninjauan, dan

perbaikan berkelanjutan, (f) Implementasi, adalah

tahap ketika prototipe telah diuji dan

saran yang ditingkatkan dan diterima dari

pengguna sejak awal aplikasi hingga penggunaan.

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

peneliti (instrumen manusia), didukung

dengan pedoman wawancara mendalam, rekaman

perangkat (MP4 player), kamera digital, komputer,

dan perangkat lunak dengan sistem operasi Windows /

Linux, bahasa pemrograman PHP, dan MySQL

basis data.

Penelitian dilakukan sesuai dengan

pendekatan prototyping, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah utama yang mendasari

pengembangan prototipe yang terkait dengan

diagnosis malaria, 2. Analisis dan desain

sistem pendukung keputusan diagnostik malaria,

3. Bangun prototipe diagnostik malaria

sistem pendukung keputusan berdasarkan standar

manajemen malaria di Indonesia dan


hasil wawancara mendalam dengan jenderal

praktisi dan perawat, 4. Evaluasi pengguna

penerimaan prototipe diagnosis malaria

sistem pendukung keputusan, dan 5. Lengkapi

prototipe berdasarkan saran dari pengguna /

peserta dalam uji coba prototipe. Penelitian ini telah

menerima persetujuan dari Universitas Gadjah Mada,

Direktur RSU Direktur Gunungsitoli Nias, dan

Kepala Puskesmas Gunungsitoli.

Hasil dan Diskusi

RSU Gunungsitoli adalah tipe C (non-pendidikan)

rumah sakit dan properti pemerintah

Kabupaten Nias, dengan 206 pekerja sipil dan 191

staf tidak tetap. RSU Gunungsitoli miliki

unit rawat jalan (poliklinik spesialis: internal

kedokteran, bedah, kebidanan, kedokteran gigi dan

poliklinik anak), unit rawat inap (internal

unit rawat inap obat, unit rawat inap operasi,

unit rawat inap anak, kebidanan / postnatal

unit, dan ICU) dengan total kapasitas 105 tempat tidur,

terdiri dari 80% kelas III dan 20% kelas II.

Studi juga dilakukan di Puskesmas

Gunungsitoli, salah satu unit teknis

Dinas Kesehatan di Kabupaten Nias, yang

terletak di Kecamatan Gunungsitoli. Puskesmas

Gunungsitoli memiliki 11 Puskesmas pembantu (Pustu)

yang tersebar di beberapa desa. Baru-baru ini

juga memiliki unit rawat inap, dengan 88 staf.

1. Inisialisasi
Fase inisialisasi adalah langkah pertama dalam

pengembangan sistem pakar. Objektif

adalah untuk mengidentifikasi masalah dan bersiap untuk

langkah selanjutnya dalam pengembangan prototipe

sistem pendukung keputusan diagnostik malaria.

Berdasarkan data rekam medis pasien di Indonesia

RSU Gunungsitoli, total kasus malaria pada Januari

dan Februari 2009 adalah 52, terdiri dari 38

kasus pada bulan Januari 2009 dan 14 kasus pada bulan Februari

2009. Total pasien yang didiagnosis sebagai

malaria dan diobati dengan obat-obatan, tetapi tidak pernah

pemeriksaan laboratorium, 16 (30,77%),

sementara mereka yang menjalani pemeriksaan laboratorium

36 (69,23%) pasien. RSU Gunungsitoli Nias dan Puskesmas Gunungsitoli tidak memiliki SOP

mengelola malaria, oleh karena itu, tidak ada yang spesifik

pedoman untuk manajemen malaria.

"... mmmmm, kalau di rumah sakit kita

belum ada protap resmi atau SOP, dokter

Biasanya memberikan terapi berdasarkan

pengalamannya ... "

(Peserta 2)

"... mmmmm, di rumah sakit kami, tidak ada

prototipe resmi atau SOP, biasanya dokter berikan

pengobatan berdasarkan pengalaman mereka ... "

(Peserta 2)

”... gimana ya dek, standar yang ada ya standar

nasional dari Depkes, jika dari puskesmas tidak

ada Puskesmas belum berhasil

khusus. Ini pun punya saya yang dari Depkes.


Jadi, penjabarannya sesuai kondisi di sini belum

ada Itu adalah kondisi di Puskesmas kita ini ”

(Peserta 5)

”... yah, standar yang tersedia adalah dari

Kemenkes, tidak ada standar dari Puskesmas.

Puskesmas tidak mengembangkannya secara khusus. Apa yan

miliki di sini adalah satu dari Depkes. Karena itu, disana

tidak ada penjelasan yang disesuaikan dengan kondisi tersebut

sini. Itulah kondisi Puskesmas ini. ”

(Peserta 5)

Ini tidak konsisten dengan rekomendasi

Departemen Kesehatan, yang salah satu upaya untuk mencapai

kualitas-keselamatan, dengan mencegah kesalahan medis

dengan menggunakan standar layanan rumah sakit, yaitu

dijelaskan dalam SOP dan sesuai dengan

situasi dan kondisi rumah sakit7

Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan pada

peserta untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna, para

langkah-langkah yang diperoleh untuk menegakkan diagnosis malaria

adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

untuk diagnosis pasti, pemeriksaan darah, suka

Deskripsi peserta sebagai berikut:

“Ya ... Kita secara umum .. ya kalau sudah

prosedur yang baku seorang dokter itu pasti

pertama dulu ya menanyakan keluhan-keluhan

pasiennya apa, yang berhubungan dengan gejalagejala malaria. Kemudian setelah dianamnesis,

ditanyakan keluhannya apa, lalu dibahas fisiknya.

Adakah tanda-tanda yang mengarah pada penyakit


malaria. Jika masih kira-kira ada keraguan

dan untuk mendiagnosis pasti, ya kita

Biasanya darah di laboratorium, baru

kita bisa mengambil kesimpulan, mendignosis

malaria atau tidak ”.

(Peserta 2)

“Yah, secara umum .. itu adalah prosedur standar

ketika dokter pertama kali meminta keluhan dari

pasien, terkait dengan gejala malaria.

Setelah mencatat sejarah, mereka meminta pengaduan,

dan kemudian mereka melakukan pemeriksaan fisik, jika ada

apakah ada tanda-tanda mengarah ke malaria. Kapan ada

ragu, dan untuk menegakkan diagnosis pasti, kami

biasanya melakukan pemeriksaan laboratorium, dan sesudahnya

itu, kita bisa membuat kesimpulan, apakah itu

malaria atau tidak ”.

(Peserta 2)

"... Biasanya kan kita anamnesis dulu,

pertanyaan pasien saat berobat terutama

untuk malaria, kemudian diselesaikan keadaan

Fisikny, a dan untuk faktor penunjang dilakukan

pemeriksaan pasien ”.

(Peserta 1)

"... Kami biasanya mengambil riwayat pasien, dan

kemudian kami menanyakan keluhan pasien ketika mereka

datang berkunjung untuk malaria, dan mereka memiliki fisik

pemeriksaan, dan untuk pemeriksaan investigasi,

pasien diperiksa ”.

(Peserta 1) Ini konsisten dengan pedoman untuk


pengelolaan kasus malaria di Indonesia

yang merekomendasikan diagnosis malaria

didirikan seperti penyakit lainnya, berdasarkan

tentang anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan laboratorium.1

Gejala klinis sampai

menetapkan diagnosis malaria berdasarkan pada kedalaman

wawancara dengan semua peserta, sedang demam,

menggigil (terasa dingin, terutama di tangan

dan kaki), berkeringat, sakit kepala, badan (sendi)

sakit, pusing, sakit otot, mual, dan muntah.

”..Secara klinis gejala-gejala malaria itu

Biasanya demam beresiko menggigil, ada

keluhan sakit kepala, keberadaan mual dan pusing.

Secara khusus pengalaman saya jika anakanak yang berobat dengan gejala demam dan

menggigil setelah dicek

malaria besar. Jadi bisa dijelaskan

klinis yang khasnya malaria itu ya demam dan

menggigil. "

(Peserta 3)

”..Clinically, gejala malaria biasanya

demam dan menggigil, sakit kepala, mual, dan pusing.

Menurut pengalaman saya, ketika anak-anak datang berkunjung

dengan gejala demam dan menggigil, setelah mereka

Darah diperiksa, mereka kebanyakan menderita malaria.

Jadi, gejala khas malaria adalah

demam dan menggigil. "

(Peserta 3)

”..Kalau pengalaman saya pasien yang


berobat

seperti demam, menggigil, berkeringat, sakit

kepala, sakit seluruh tubuh, atau sakit di sendisendi tubuh. "

(Peserta 1)

"..Dalam pengalaman saya, gejala

pasien biasanya demam, menggigil, berkeringat,

sakit kepala, sakit seluruh tubuh, atau sakit sendi ”

(Peserta 1)

”... ya ... biasanya anak-anak dengan

menggigil, sakit semua sendi badan, pegal,

muntah, panas dingin atau menggigil yang

paling penting. "

(Peserta 4)

"... Yah ... biasanya anak-anak menggigil,

merasakan sakit di seluruh tubuh mereka, nyeri otot,

muntah, merasa panas dan dingin atau menggigil

gejala yang paling penting. "

(Peserta 4)

Gejala klinis didapat dari medis

catatan pasien di Gunungsitoli adalah demam,

menggigil, berkeringat, kejang-kejang, mual, muntah,

diare, malaise, dan mata cekung. Laboratorium

ujian adalah persyaratan utama untuk ditetapkan

diagnosis pasti malaria. Semua peserta

menyetujui ini. Pasien dengan gejala klinis

malaria diarahkan untuk memeriksa darah mereka

di laboratorium dulu, supaya diagnosa pasti

dapat ditetapkan, apakah pasien memiliki

malaria atau penyakit lainnya. Namun, dalam praktiknya,


tidak semua pasien dengan gejala klinis malaria

menjalani pemeriksaan laboratorium sebelum perawatan.

Ini disebabkan oleh beberapa faktor, karena

terkadang pemeriksaan laboratorium diperlukan

waktu dan biaya lebih banyak, sabar yang tidak tahan

rasa sakit, jarak jauh dari rumah pasien,

permintaan (permintaan) pasien, dan

tidak adanya staf yang sakit.

”... jika di rumah sakit dengan adanya

fasilitas laboratorium, persyaratan standar

sebelum menegakkan diagnosis dan memberikan

terapi yang diambil terlebih dahulu

laboratoriumnya. Bila memungkinkan, begitu

pasien datang dimaksud pemeriksaan lab, karena

itu lebih memastikan diagnosisnya Kadangkadang memeriksa lab di Nias butuh waktu lama, kadang-
kadang pasien juga tidak menunggu,

Jika kondisi seperti itu kita terapi berdasarkan

gejala klinis aja. "

(Peserta 4)

"... ketika Anda berada di rumah sakit dengan

fasilitas laboratorium, standar sebelumnya

menegakkan diagnosis dan memberikan pengobatan

pemeriksaan laboratorium. Jika memungkinkan, kapan

pasien datang, dia diarahkan ke laboratorium,

untuk mengkonfirmasi diagnosis. Kadang-kadang laboratorium

ujian di Nias butuh waktu lama, kadang-kadang

pasien tidak sabar, ketika situasi ini

terjadi, kami memberikan pengobatan berdasarkan klinis

hanya simptom. "


(Peserta 4)

”... ya itu penting sekali memeriksakan darah

pasien di laboratorium untuk menegakkan

diagnosis pastinya. Namun dek, ada pasien yang

tidak sabar menunggu karena pasien di rumah

sakit kita kadang-kadang ada yang datang dari

jauh, desa. Atas permintaan pasien tersebut kita

langsung memberikan terapi tanpa dilakukan

labnya terlebih dahulu. "

(Peserta 3)

"... ya, sangat penting untuk memeriksa

darah pasien di laboratorium untuk membangun

diagnosis pasti. Namun terkadang

pasien tidak bisa menunggu, karena terkadang mereka

berasal dari desa yang jauh. Atas permintaan pasien,

kami memberikan perawatan tanpa sebelumnya

pemeriksaan laboratorium. ”

(Peserta 3)

”... pemeriksaan laboratorium itu penting dan

sudah menjadi persyaratan utama untuk menegakkan

pasti diagnosis malaria. Tapi dek, pengalaman

saya jika disetujui untuk diselesaikan dan sudah

yakin sekali, langsung menerima. Kalau masih ragu

baru bertemu labnya. "

(Peserta 1)

"... pemeriksaan laboratorium itu penting dan

telah menjadi persyaratan utama untuk mendirikan

diagnosis pasti malaria. Namun, di saya

pengalaman, ketika kondisi menuntut kita untuk


memberikan perawatan, dan kami sudah sangat yakin,

kami segera berobat. Saat kita masuk

ragu, kami meminta pasien untuk memiliki laboratorium

pemeriksaan."

(Peserta 1)

“… .Karena banyak pasien yang kondisi

ekonomiinya lemah, masalah biaya, jarak, dan

waktu dek. Kadang juga jika petugasnya sakit,

tidak bisa datang ke puskesmas kita ini. Makanya

kadang pasien tidak pernah mencoba labnya. Tapi

saya langsung kasih terapi… Kalau menurut saya

pemeriksaan lab itu sangat penting. Tapi ya

Pertimbangan-¬pertimbangan itu tadi makanya

kadang kala kami di sini tidak melakukan

pemeriksaan darah pasien. "

(Peserta 5)

“… .Karena ada banyak pasien dengan rendah

status sosial dan ekonomi, itu adalah masalah

biaya, jarak, dan waktu. Terkadang kesehatan

provider sakit, sehingga dia tidak bisa datang

Puskesmas. Karena itu, terkadang pasien tidak

melakukan pemeriksaan laboratorium. Namun, saya memberi

perawatan segera .... Menurut saya,

pemeriksaan laboratorium sangat penting. Tapi

pertimbangan ini menyebabkan kita tidak memintanya

pemeriksaan laboratorium. "

(Peserta 5)

Perawatan untuk penderita malaria di Indonesia

Nias adalah dengan memberikan obat-obatan seperti klorokuin,


sulphadoxine, quinine, dan Fansidar.

"... Jika saya biasanya pakai kloroquin,

Fansidar, sulfadoxin untuk obat malaria. Chloroquin berdasarkan pengalaman saya masih

manjur kok di pulau kita Nias. "

(Peserta 3)

"... Saya biasanya menggunakan chloroquine, Fansidar,

sulphadoxine untuk malaria. Berdasarkan saya

Pengalaman, klorokuin masih peka

Nias. ”

(Peserta 3)

”... ya, obat yang umum aja saya berikan ke

pasien. Chloroquin, Fansidar, sulfadoxin, dan pil

kina. Tapi pil kina sudah jarang dipakai. Biasanya

salah satu dari obat yang dipakai bisa pulih

kok. "

(Peserta 2)

"... yah, saya berikan obat yang biasa ke pasien.

Chloroquine, Fansidar, sulphadoxine, dan

kina. Tetapi kina jarang digunakan. Biasanya satu

obat dapat membawa obat kepada pasien. "

(Peserta 2)

2. Membangun Prototipe

Setelah wawancara mendalam kepada para peserta

untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna yang terkait

dengan pengembangan diagnostik malaria

sistem pendukung keputusan, analisis sistem dan

desain untuk memperkirakan fungsionalitas sistem

dilakukan. Peneliti mencoba memberikan gambaran umum

pada penampilan sistem dan bagaimana


sistem memecahkan masalah.

Sebuah. Desain DFD (Data Flow Diagram)

DFD adalah alat desain sistem yang berorientasi pada

aliran data dengan konsep dekomposisi,

digunakan untuk menggambarkan analisis dan desain

sistem yang mudah dikomunikasikan

oleh para profesional sistem kepada pengguna dan

programmer. DFD level 0 dalam sistem ini

desain ditunjukkan pada Gambar 1.

pil kina sudah jarang dipakai. Salah satu aja dari obat yang dipakai bisa pulih kok. "

(Peserta 2)

"... yah, saya berikan obat yang biasa ke pasien. Chloroquine, Fansidar, sulphadoxine, dan quinine. Tapi

kina jarang digunakan. Biasanya salah satu obat dapat menyembuhkan pasien. "

(Peserta 2)

2. Membangun Prototipe

Setelah wawancara mendalam kepada peserta untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna yang terkait

dengan pengembangan sistem pendukung keputusan diagnostik malaria, analisis dan desain sistem

untuk memperkirakan fungsionalitas sistem telah dilakukan. Peneliti mencoba memberikan gambaran
umum tentang

penampilan sistem dan bagaimana sistem memecahkan masalah.

Sebuah. Desain DFD (Data Flow Diagram)

DFD adalah alat desain sistem yang berorientasi pada aliran data dengan konsep dekomposisi, yang
digunakan untuk

menggambarkan analisis dan desain sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesi sistem b. Desain
Diagram Hubungan Entitas

(ERD)

Diagram hubungan entitas menunjukkan

hubungan antar entitas (suatu item

unit data yang menjelaskan objek), dan

tipe hubungan. Dengan entitas ini


hubungan, semua data akan dimasukkan

dalam satu unit terintegrasi (Gambar 2).

c. Daftar aturan diagnosa

Aturan diagnostik berasal dari

ahli, hasil penelitian sebelumnya, dan

literatur ilmiah. Penelitian sebelumnya

pada pengembangan algoritma untuk

diagnosis malaria didasarkan pada klinis

gejala dengan pemeriksaan darah

pasien dengan dugaan malaria di Indonesia

Kabupaten Nias7

. Penelitian ini bertujuan untuk

cari tahu gejala spesifik yang ditemukan di

pasien yang menderita malaria dan

parasit dominan ditemukan di Kabupaten

Nias, dan mengembangkan algoritma malaria

diagnosis sebagai referensi untuk menentukan

kasus malaria. Subjek penelitian adalah

satu staf laboratorium dari Dinas Kesehatan di Jakarta

Kabupaten Nias, satu staf di Poliklinik di

Puskesmas, salah satu staf yang mendapatkan darah

sampel di Puskesmas, dan 50 pasien

dengan gejala malaria pada bulan Agustus sampai

Oktober 2007 yang mengunjungi Puskesmas

Awa'ai. Hasil penelitian ditampilkan

pada Tabel 28

. Analisis data penelitian adalah Desain penampilan

Desain tampilan sistem pendukung keputusan diagnostik malaria adalah sebagai berikut:

Demam
Sakit kepala menggigil

Mual Tidak diketahui

Menurun

nafsu makan

Tidak diketahui

Tersangka

malaria

Tidak diketahui

Batuk Tidak diketahui

Pilek Tidak diketahui

Rasa sakit

Menelan

Tidak diketahui

Tersangka

malaria

Tidak diketahui

Gambar 3. Pohon keputusan dalam sistem pendukung keputusan diagnostik malaria

dilakukan dengan menguji probabilitas

malaria sebelum analisis gejala,

menghitung sensitivitas dan spesifisitas

gejala untuk menghitung rasio kemungkinan,

dan menghitung probabilitas malaria

setelah analisis gejala8. Itu

Penelitian menyimpulkan bahwa algoritma klinis

malaria adalah demam, menggigil, mual,

dan nafsu makan berkurang.

Berdasarkan hasil wawancara, mereka

menyarankan bahwa berdasarkan pengalaman mereka,

gejala klinis khas malaria


adalah demam dan menggigil (Gambar 3 [11/9 15:09] Jumaizah: d. Desain penampilan

Desain penampilan malaria

sistem pendukung keputusan diagnostik adalah

sebagai berikut:

1). Menu masuk. Para ahli dan pengguna memiliki

untuk login terlebih dahulu sebelum mengisi input

pengetahuan ke dalam sistem atau

melakukan konsultasi. Kapan

ada kesalahan, para ahli atau

pengguna tidak dapat mengakses sistem.

Desain tampilan menu login

ditunjukkan pada Gambar 4.

2). Menu rumah

Menu rumah adalah halaman pertama yang terlihat

oleh pengguna. Halaman ini menyediakan tautan

ke menu lain yang tersedia, terdiri

galeri, profil, logout, login,

buku tamu, konsultasi, perjanjian,

menu ahli, laporan, pengaturan, dan

membantu. Halaman utama web tadi

penampilan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.

[11/9 15:09] Jumaizah: 3). Menu buku tamu

Formulir buku tamu difungsikan untuk

pantau pengunjung dan berikan pengguna

kesempatan untuk memberikan saran

untuk peningkatan penampilan

dan isi diagnostik malaria ini

aplikasi. Data dan saran

dari pengunjung akan disimpan di ini


formulir buku tamu. Penampilan

menu buku tamu ditunjukkan pada Gambar

6.

4). Menu konsultasi

Dalam menu konsultasi, pengguna mungkin

minta konsultasi tentang malaria

dengan memasukkan data pasien dan klinis

gejala. Sistem pakar akan

menganalisis gejala yang dimasukkan, dan

memberi saran medis. Penampilan

menu konsultasi ditampilkan di

Gambar 7.

[11/9 15:09] Jumaizah: 5). Menu diagnosis akhir. Di final ini

menu diagnosis, daftar obat yang digunakan

dapat dimasukkan dan dalam fitur ini,

dokter akan menampilkan secara detail

identitas pasien untuk memfasilitasi

penyedia medis untuk mempertimbangkan

obat-obatan dan dosis yang diberikan kepada pasien.

Tampilan menu perawatan bisa

terlihat pada Gambar 9.

6). Menu ahli. Di menu ahli, ada

adalah fitur seperti data diagnosis,

data gejala, perbarui pengetahuan,

dan data identitas ahli.

Data diagnosis difungsikan sebagai

lokasi untuk memberi nama diagnosis

dan untuk memberikan saran medis setelah

analisis gejala dimasukkan.


Gejala yang terkait dengan malaria

dimasukkan ke dalam data gejala. Untuk

ubah atau perbarui pengetahuan tentang

gejala malaria, Perbarui pengetahuan

menu bisa digunakan. Data identitas

[11/9 15:10] Jumaizah: ahli berisi nama-nama

para ahli (penyedia kesehatan) yang

menjadi peserta wawancara di Jakarta

studi diagnostik malaria ini

sistem pendukung keputusan. Itu

tampilan beberapa fitur dalam

menu ahli ditunjukkan pada Gambar 10.

7). Menu laporan. Menu laporan menunjukkan

data pasien berdasarkan usia dan pasien

data kunjungan harian, sehingga setiap hari

total pasien dan data umum

pasien, atau data pasien tahunan

berdasarkan usia bisa ditampilkan. Itu

tampilan menu laporan bisa

terlihat pada Gambar 11. [11/9 15:10] Jumaizah: 8). Menu bantuan. Menu bantuan berfungsi

untuk memberikan arahan atau pedoman

gunakan untuk pengguna yang mengalami kesulitan

dalam menggunakan prototipe malaria ini

sistem pendukung keputusan diagnostik.

Tampilan menu bantuan bisa

terlihat pada Gambar 12.

3. Implementasi Prototipe malaria

sistem pendukung keputusan diagnostik

Uji coba implementasi pakar berbasis web ini


sistem dilakukan pada 2 perawat dan 1 dokter

di Puskesmas Gunungsitoli. Pendidikan terakhir

tingkat perawat yang diwawancarai adalah Perawatan Kesehatan

Sekolah / Sekolah Perawat Kesehatan (SPK).

[11/9 15:11] Jumaizah: tidak mampu mengoperasikan notebook. Ini

karena dalam pekerjaan sehari-hari, mereka menggunakan komputer

hanya sekali dalam beberapa waktu, oleh karena itu, peneliti

dijelaskan terlebih dahulu bagaimana cara menggunakan notebook. Dulu

berbeda dengan dokter, yang sudah

terbiasa dengan notebook, jadi mereka tidak perlu

penjelasan tentang cara mengoperasikan notebook.

“... jaman sekarang sudah enak ya dek,

banyak laptop, jika jaman kami dulu sekolah

masih mesin tik.he.he.he ... di kantor inilah saya

baru belajar komputer, itu pun cuma dikit-dikit

bisanya. Kalau laptop kayak yang kamu bawa

ini belum pernah saya pake, makanya saya

tadi bingung Tombol¬-tombolnya dikit beda

tempatnya.he.he.he ... ”(Peserta 6)

"... Sekarang nyaman, bukan, ada

laptop di mana-mana, ketika kami di sekolah,

kami masih menggunakan mesin tik ... ha .. ha ... ha ... Saya hanya

belajar tentang komputer di kantor ini, dan saya tahu

sangat sedikit. Saya tidak pernah menggunakan laptop ini, jadi saya baik

bingung karena tombolnya agak

lokasi berbeda ha..ha ... ha ... ”(Peserta 6)

“... ternyata sama aja cara menggunakan

laptop dengan komputer biasa ya dek, maklumlah

di puskesmas kita ini cuma ada komputer biasa ... ”


(Peserta 7)

“… Ternyata penggunaan laptop mirip dengan

penggunaan komputer umum, bukan, Anda harus

mengerti kami hanya memiliki komputer desktop di

Puskesmas ini ... ”(Peserta 7)

Setelah diberikan penjelasan tentang cara menggunakan

aplikasi, mereka akhirnya bisa menggunakannya

dengan lancar. Persidangan ini telah menarik minat

para perawat dan dokter dan mendorong mereka untuk melakukannya

tahu lebih banyak tentang semua menu yang tersedia dalam prototipe

sistem pendukung keputusan diagnostik malaria.

Hasil wawancara mendalam tentang penampilan

menunjukkan bahwa ada beberapa saran, seperti

ditunjukkan di bawah ini:

“..Yaaaaaaaaa, secara umum dekorasi terbuka

menarik, mmmm… tetapi perlu ditambahkan

variasi warnanya, mungkin dengan latar biru

atau hijau, jangan putihlah dek ... ”(Peserta

7)

“... yah, umumnya penampilannya

menarik, mmm ... tetapi perlu lebih banyak variasi

dalam warna, mungkin dengan latar belakang biru atau hijau,

bukan hanya putih ... ”(Peserta 7)

Setelah mencoba menu konsultasi di ini

sistem pakar, ada saran dari

perawat dan dokter, sehingga dalam menu data umum

pasien, berat badan ditambahkan, yang

akan bermanfaat dalam penentuan pasien

dosis, seperti yang disebutkan di bawah ini:


“… Itu lho dek, data berat badan pasiennya

belum ada, karena biasanya saya dalam

menentukan pasien anak-anak, harus

melihat berat badannya ... ”(Peserta 5)

“... kamu tahu, data berat badan pasien adalah

tidak tersedia, saya biasanya menggunakan berat badan untuk

menentukan dosis untuk pasien, khususnya

anak-anak ... ”(Peserta 5)

”... ada satu lagi dek yang perlu kamu

menambahkan pada identitas pasien, biasanya

Kalau saya ngasih obat untuk anak-anak, selain

melihat berumurnya, saya juga melihat berat

badannya, biar tidak kelebihan dosis dikonsumsi .. ”

(Peserta 7)

"... satu hal lagi yang perlu Anda tambahkan

identitas pasien, saya biasanya memberikan pengobatan

untuk anak-anak berdasarkan usia dan tubuh mereka

berat, sehingga tidak akan ada overdosis ... "

[11/9 15:11] Jumaizah: (Peserta 7)

Secara umum, peserta berkomentar

aplikasi itu mudah diadopsi oleh orang-orang

yang tidak mampu menggunakan notebook.

Prototipe yang dikembangkan mudah dipahami

oleh peserta, karena semua menu tersedia di

sistem pakar ini dalam bahasa Indonesia.

Peserta juga setuju bahwa prototipe ini mungkin

membantu mereka mengingatkan gejala yang terkait

dengan malaria, dan membantu mereka dalam mendiagnosis

malaria, dan kemudian mengikuti saran medis


diberikan oleh sistem pakar.

“… Mm, coba dicoba dulu

sulit kali menggunakan aplikasi ini ya. Jika bisa

jangan hanya khusus malaria aja dek, penyakitpenyakit yang lain juga. Tapi itu kan tergantung

kemauan adek. Soalnya, ini bisa mengingatkan

Kembali ke halaman berikutnya SAYA

sendiri kan dah lama tidak baca-baca buku, ya

jika pake aplikasi ini kan bisa sekalian maen

komputer.he..he ... ”(Peserta 6)

“... mm, setelah mencoba, tidak terlalu sulit untuk digunakan

aplikasi ini. Jika memungkinkan, aplikasinya

dibuat tidak hanya untuk malaria, tetapi juga untuk lainnya

penyakit. Tapi tentu saja itu tergantung keinginan Anda.

Ini bisa mengingatkan kita akan gejala penyakit.

Saya belum membaca buku terlalu lama, dan ketika saya menggunakan ini

aplikasi, saya bisa bermain dengan komputer juga, ha ..

ha ... ”(Peserta 6)

"... menghapus aplikasi ini membuat bahasa Indonesia,

jadi tidak susah kali lah mempelajarinya. Kalau

pake bahasa Inggris tadi baru saya tidak mengerti

dek ..: "(Peserta 7) [11/9 15:13] Jumaizah:" ... untungnya aplikasi ini menggunakan

Bahasa Indonesia, jadi tidak sulit

pelajari aplikasi ini. Jika bahasa Inggris digunakan, saya tidak akan

mengerti sama sekali ... “(Peserta 7)

Diagram alir dari tahapan pengembangan

prototipe untuk keputusan diagnostik malaria

sistem pendukung ditunjukkan pada Gambar 13.

Prototipe sistem pendukung keputusan

dikembangkan adalah aplikasi berbasis web dengan


Bahasa pemrograman PHP dan yang terkait

untuk program manajemen basis data MySQL.

Pertimbangan peneliti untuk menggunakan

alat, selain itu adalah open source dan

freeware, mereka juga mendukung ketika suatu hari

aplikasi ini akan diletakkan online, keduanya di

lingkungan intranet di rumah sakit dan

Puskesmas, dan jaringan internet. Tambahan

prinsip pengetahuan yang lebih dalam dapat menciptakan ini

sytem agar lebih praktis9

. Pengetahuan

dasar berisi pengetahuan yang relevan yang dibutuhkan untuk

memahami, merumuskan, dan menyelesaikan masalah10.

Sistem pakar yang baik dirancang untuk menyelesaikannya

masalah tertentu dengan meniru aktivitas

ahli, sehingga dengan sistem pakar ini, bahkan

orang awam bisa menyelesaikan masalah rumit yang mana

biasanya hanya diselesaikan dengan bantuan para ahli. Untuk

ahli, sistem pakar ini juga akan memudahkan

kegiatan mereka sebagai asisten berpengalaman11. Ini

sistem pakar diharapkan dapat digunakan oleh kesehatan

penyedia layanan dalam mendiagnosis malaria secara klinis, dan untuk

menerima saran medis dari sistem pakar ini.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mewakili

pengetahuan, yaitu, jaring semantik, bingkai,

aturan produksi, dan logika predikat. Ini adalah

penting untuk pengambilan keputusan dalam sistem pakar9

Beberapa metode inferensial yang dapat digunakan di


pengembangan sistem pakar adalah pohon dan

grafik, AND-OR pohon dan obyektif, deduktif

logika dan silogisme, prinsip inferensi,

forward chaining dan backward chaining, dan

inferensi kabur. Ini berguna karena memang begitu

teknik umum dalam ahli pemecahan masalah

sistem12.

Sistem pakar ini menggunakan pohon keputusan, yang

kemudian menjadi aturan produksi dalam merepresentasikan

pengetahuan. Mesin inferensial digunakan

rantai mundur, di mana dalam proses internal

selalu memeriksa kesimpulan pertama sebagai inisial

anggapan, dan kemudian memeriksa

gejala dipenuhi oleh pengguna atau tidak,

dan ketika semua gejala terpenuhi, sistem

anggapan itu benar dan diproduksi sebagai output,

dan jika ada gejala yang tidak

terpenuhi, anggapan sistem salah, dan

sistem akan memeriksa kesimpulan selanjutnya. Itu

pengembangan prototipe untuk diagnostik malaria

sistem pendukung keputusan menyediakan fasilitas untuk

ikuti perkembangan pengetahuan baru di

gejala klinis malaria. Karena itu, baru-baru ini

pengetahuan dapat ditambahkan ke ahli yang tersedia

menu dalam aplikasi ini. Dalam pengembangan

sistem pakar ini, diperoleh gejala klinis

wawancara mendalam, studi sebelumnya, dan

literatur ditambahkan ke dalam sistem pakar ini.

Gejala klinis yang diderita oleh pasien tentu saja


diproses oleh aplikasi ini, lalu

aplikasi ini akan memberikan saran medis kepada

penyedia layanan kesehatan. Diharapkan medis itu

saran yang dihasilkan dapat membantu penyedia layanan di

menentukan tindakan selanjutnya. Upaya menurun

angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh

malaria, yang dengan diagnosis dini, cepat dan

perawatan yang tepat, pengawasan, dan vektor

kontrol, ditujukan untuk memotong transmisi

link. Untuk menetapkan diagnosis malaria yang pasti,

harus dilakukan pemeriksaan darah mikroskopis

dilakukan1

Salah satu upaya oleh Innovative Vector Control

Konsorsium / IVCC adalah dengan mengembangkan

perangkat lunak Sistem Pendukung Keputusan Malaria

(MDSS), dan dirilis dalam konferensi

Inisiatif Multilateral (MIM) di Kenya pada tahun 200913.

Perangkat lunak ini mengintegrasikan persyaratan

[11/9 15:13] Jumaizah: melanjutkan pengawasan, pemantauan, dan

evaluasi pengendalian malaria. MDSS disertakan

kasus malaria, pengawasan entomologis,

intervensi perencanaan dan pemantauan, rumah tangga

survei, kontrol stok, dan data dari lainnya

sumber. Output dari perangkat lunak ini dalam bentuk

laporan, grafik, dan peta yang bisa

digunakan sebagai dukungan untuk mengambil keputusan. Di 2009

melakukan studi tentang pengembangan malaria

sistem informasi pengawasan di Dinas Kesehatan


di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur,

yang bertujuan untuk membantu staf dalam meningkatkan

efisiensi dan efektifitas program P2 Malaria

dalam memproses, menganalisis, dan menafsirkan malaria

data14. Perangkat lunak yang dikembangkan dapat digunakan sebagai

alat deteksi dini untuk kemungkinan malaria

wabah, melalui pemantauan penyakit

distribusi berdasarkan variabel epidemiologi.

Dengan software ini, aktivitas pengendalian malaria

akan lebih terarah, efektif, dan efisien,

karena ketersediaan malaria yang akurat

informasi situasi sebagai dasar pengambilan keputusan

membuat untuk menentukan kegiatan program,

sehingga dapat mengurangi pemborosan dalam pendanaan.

Salah satu contoh sistem pendukung keputusan klinis

dikembangkan oleh Shortliffe et al. adalah MYCIN. MYCIN

adalah sistem pakar berbasis aturan yang didiagnosis

penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri di

darah15. Dengan bertanya dan tampil mundur

rantai berdasarkan aturan yang terdiri dari

sekitar 500 aturan, MYCIN bisa mengenali sekitar

100 penyebab infeksi bakteri, sehingga MYCIN

dapat merekomendasikan resep obat yang efektif. Di

uji terkontrol, kinerjanya dipertimbangkan

mirip dengan spesialis manusia.

Pengembangan perangkat lunak oleh IVCC dan Iwandi

sangat berguna dalam membantu staf membuat

keputusan berdasarkan data yang dihasilkan oleh perangkat lunak,

khususnya dalam perencanaan program pengendalian malaria.


Berbeda dari itu, penelitian ini dikembangkan

perangkat lunak yang berguna untuk mendiagnosis malaria

secara klinis. Terkadang penyedia layanan kesehatan membangun

diagnosis malaria hanya berdasarkan gejala klinis,

tanpa pemeriksaan laboratorium. Hasil dari a

di RSU Gunungsitoli Nias menunjukkan hal itu secara umum

responden tahu tentang prosedur perawatan

untuk pasien malaria, mulai dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,

dan pengobatan4

. Namun dalam kenyataannya, ada

responden yang memberikan obat antimalaria kepada

pasien tanpa pemeriksaan laboratorium (lakukan

tidak mengikuti prosedur), atau ketika laboratorium

Hasilnya menunjukkan malaria negatif. Alasan mereka

adalah bahwa jika riwayat dan gejala klinis terjadi

sugestif, obat antimalaria mungkin diberikan

kepada pasien. Faktor lain adalah karena

terkadang pemeriksaan laboratorium diperlukan

memperpanjang waktu, lebih banyak biaya, pasien tidak bisa

menanggung rasa sakit, jarak jauh ke rumah pasien,

diminta (diminta) oleh pasien, dan

Staf tidak tersedia di Puskesmas, karena

penyakit. Kondisi ini terkadang disebabkan

penyedia layanan kesehatan hanya memberikan perawatan berdasarkan

diagnosis klinis malaria. Uji coba implementasi

sistem pendukung keputusan diagnostik malaria

diaplikasikan pada perawat, karena di Puskesmas

Gunungsitoli, terkadang perawat memberikan pengobatan


ketika dokter tidak tersedia. Dari

wawancara, perawat mengatakan kondisi yang tidak dapat dihindari

ketika pasien digunakan untuk dirawat oleh perawat

bukannya dokter.

”... gimana ya dek, ini kan puskesmas

perawatan, terkadang jika malam dokter tidak

ada di puskesmas, jadi pasien yang datang

Sambil menunggu dikasih aja obat. Kasihan

kan jika pasien kita suruh datang lagi besok,

Selain jika pasien dari kampung yang rumah

mereka jauh-jauh. Alasan kesejahteraan lah dek.

Mungkin juga jika kamu berada pada posisi

kami akan melakukan hal yang sama dengan ... ”

(Peserta 7)

”... baiklah, bagaimana mengatakannya, ini adalah Puskesmas bersama

[11/9 15:14] Jumaizah: unit rawat inap, kadang di malam hari dokter itu

tidak tersedia, sehingga pasien menuntut untuk

diberi perawatan. Saya tidak bisa meminta mereka untuk datang

lagi besok, terutama ketika mereka datang

dari desa yang jauh. Alasan kemanusiaan, Anda

tahu. Mungkin Anda akan melakukan hal yang sama ketika Anda

ada di posisi saya ... "(Peserta 7)

”... gitulah dek, saya kan dari dulu sudah jadi

perawat sebelum dokter mulai banyak di daerah

kita Nias ini. Pasien-Pasien yang sudah terlatih

berobat kepada saya masih banyak sampai

sekarang Pasien banyak yang sudah percaya

Untuk saya karena dulu-dulu mereka pulih

dengan obat yang saya terima kasih. Jadi jika mereka


sakit lagi, mengharapkan mereka akan berobat

lagi kepada saya. ”(Peserta 6)

“... begitulah, sejak dulu kala

dokter tidak tersedia di sini di Nias, saya punya

menjadi perawat. Pasien-pasien ini sudah terbiasa

diperlakukan oleh saya sampai sekarang. Pasien menaruh

percaya pada saya karena mereka sudah sembuh sebelumnya

dengan obat-obatan yang saya berikan kepada mereka. Jadi saat mereka mendapatkannya

sakit lagi, mungkin mereka akan datang kepadaku. "-

(Peserta 6)

Menu yang tersedia dalam diagnostik malaria

sistem pendukung keputusan menggunakan bahasa Indonesia

bahasa, sehingga lebih mudah bagi kesehatan

penyedia untuk menggunakannya. Peneliti telah menemukan tidak

kesulitan saat melakukan implementasi

percobaan pada perawat dan dokter. Perawat yang punya

latar belakang pendidikan SPK dan telah digunakan

komputer hanya sekali atau dua kali bisa beradaptasi dengan cepat

untuk mengoperasikan aplikasi. Tujuan utamanya

dari sistem pakar ini adalah pergeseran pengetahuan dari

para pakar ke non-pakar12. Dengan penerimaan

aplikasi ini, tujuan utama ahli ini

sistem diharapkan akan tercapai. Potensi

perbaikan selanjutnya dari sistem pakar ini adalah

dengan menambahkan probabilitas dan mesin Bayesian

belajar. Probabilitas Bayesian adalah cara untuk menyelesaikannya

ketidakpastian saat menggunakan formula Bayes, dan

mungkin juga bermanfaat untuk menunjukkan kemungkinan itu

nilai dan kebenaran diagnosis9


. Mesin

belajar ditujukan untuk membuat komputer / mesin

punya inteligensi16.

Kesimpulan

Para pengguna menginginkan sistem pakar yang membantu

mereka dalam diagnosis malaria secara klinis, dan

menerima saran medis. Tersedia klinis

gejala konsisten dengan pedoman

manajemen kasus malaria di Indonesia dan Indonesia

hasil wawancara mendalam dengan dokter dan

perawat.

Prototipe sistem pendukung keputusan

diproduksi adalah aplikasi berbasis web dengan

Bahasa pemrograman PHP dengan basis data

program manajemen MySQL. Dengan masuk

gejala klinis yang diderita pasien terkait

dengan malaria, sistem ini akan menganalisis dan

menghasilkan saran medis untuk pengguna.

Implementasi diagnosa malaria

sistem pendukung keputusan merangsang minat

dari peserta, karena menarik

penampilan, mudah dimengerti, dan mungkin bisa membantu

penyedia layanan kesehatan untuk mendiagnosis malaria secara klinis.

Referensi

1. Depkes RI. Pedoman penatalaksanaan masalah

malaria di Indonesia. Jakarta: Direkotrat

Jenderal PP & PL, 2006.

2. BPS Nias. Nias dalam angka 2006.

Gunungsitoli: BPS Kabupaten Nias, 2006.


3. Ompusunggu S. Laporan akhir pendampingan

penanggulangan malaria di Kabupaten Nias,

Propinsi Sumatera Utara periode Maret-April

2006. Jakarta: Direktorat Jenderal PPM & PL

[11/9 15:14] Jumaizah: Depkes RI, 2006.

4. Maruhawa CPF. Perilaku klinis Tenaga

kesehatan terhadap penatalaksanaan malaria

di RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias. [Tesis].

Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, 2007.

5. Hulu O. Kesalahan medis dalam penatalaksanaan

malaria di Rumah Sakit Umum Gunungsitoli.

Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada,

2007

6. Harijanto PN. Pengobatan malaria dengan menggunakan

artemisinin di Indonesia. Acta Med Indones

2010; 42 (1) Januari: hlm. 51-6.

7. Depkes RI. Standar pelayanan rumah sakit.

Edisi 2. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan

Direktorat Medik Rumah Sakit Umum dan

Pendidikan, 1999.

8. Ginting JK. Penyusunan algoritma diagnosis

malaria berdasarkan penjelasan klinis dengan

pemeriksaan sediaan darah pasien dugaan

penyakit malaria di Kabupaten Nias. [Tesis].

Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, 2008.

9. Hartati S, Iswanti S. Sistem pakar dan

pengembangannya. Yogyakarta: Graha Ilmu,

2008

10. Turban E, Aronson JE, Liang TP. Keputusan


sistem pendukung dan sistem cerdas

(Sistem pendukung keputusan dan sistem

cerdas). Diterjemahkan oleh: Dwi Prabantini.

Yogyakarta: Andi, 2005.

11. Kusumadewi S, Fauziah A, Khoirudin AA,

Wahid F, Setiawan MA, Rahayu NW, Hidayat T,

Prayudi Y. Informatika kesehatan. Yogyakarta:

Graha Ilmu dan Rumah Produksi Informatika,

2009

12. Arhami M. Konsep dasar sistem pakar.

Yogyakarta: Andi, 2005.

13. IVCC. Sistem Pendukung Keputusan Malaria

[Internet]. Tersedia dalam: <www.ivcc.com/

dokumen / mdss _ informasi_

14. Iwandi R. Pengembangan Sistem Informasi

Surveilans Malaria Di Dinas Kesehatan

Kabupaten Bulungan Propinsi Kalimantan

Timur. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada, 2009.

15. McCarthy J. Beberapa sistem pakar perlu

akal sehat AS: Universitas Stanford,

1984.

16. Nilsson N J. Pengantar pembelajaran mesin.

AS: Universitas Stanford, 1996.

Anda mungkin juga menyukai