Ilustrasi : canstockphoto
MODUL
PENCEGA
GAHAN & PENANGANAN
MALARIA
IA PADA KEHAMILAN
Ternate 2014
14
MODUL PENCEGAHAN & PENANGANAN
MALARIA PADA KEHAMILAN
Kampus B
Jl. AM. Kamaruddin, Kelurahan Sangadji, Kecamatan Kota Ternate Utara,
Kota Ternate, Maluku Utara
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Isi Modul ini merupakan hasil karya tim melalui kerjasama Poltekkes Kemenkes Ternate, Dinas
Kesehatan Propinsi Maluku Utara dan UNICEF.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam proses
penyusunan modul ini, yaitu :
Para Dosen Jurusan Kebidanan, Keperawatan Poltekkes Kemenkes Ternate dan Staf
Dinas Kesehatan Propinsi Maluku Utara maupun UNICEF selaku tim penyusun :
• dr. Risalia Reni Arisanti, UNICEF Propinsi Maluku Utara
• Badwi, UNICEF Propinsi Maluku Utara
• dr. Liasari Armaijn, M.Kes, Dinkes Propinsi Maluku Utara
• Amira BSA, S.Kp, M.Kep, Dosen Kebidanan
• Nuzliati T. Djama, S.SiT, M.Kes, Dosen Kebidanan
• Sulima H. Gay, S.ST, M.Kes, Dosen Kebidanan
• Hetty Astri, S.SiT, M.Kes, Dosen Kebidanan
• Rosida Hi. Saraha, S.ST, Dosen Kebidanan
• Rusdiyah, S.ST, Dosen Kebidanan
• Triany L. Pelu, S.SiT, Dosen Kebidanan
• Nurkila Suaib, S.ST, M.Kes, Dosen Kebidanan
• Sitti Hubaya Matjino, S.ST, M.Kes, Dosen Kebidanan
• Irawati Umaternate, S.ST, Dosen Kebidanan
• Asmaryani Hasim, S.ST, Dosen Kebidanan
• Rabiah Umanailo, S.ST, Dosen Kebidanan
• Eni Sulastri, S.ST, Dosen Kebidanan
• Sri Linda, S.ST, Dosen Kebidanan
• Sahnawy Marsaoly, S.Kep, M.Kes
• Muhlisa, SKM, M.PsiT, Dosen Keperawatan
• Iswahyudi, SKM, Dinkes Propinsi Maluku Utara
iii
KATA PENGANTAR
Penyakit Malaria masih merupakan problema klinik bagi Negara tropik/subtropik dan
Negara berkembang maupun Negara yang sudah maju. Di Indonesia, Malaria masih menempati
posisi sebagai penyakit menular yang memberikan kontribusi terhadap tingginya angka kesakitan
dan kematian serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Angka kesakitan dan
kematian malaria dalam kurun waktu lima tahun terakhir menunjukan trend menurun. Walaupun
demikian kemungkinan besar penyakit ini meningkat bahkan hingga mewabah apabila tidak
dilakukan penanganan secara memadai.
Pada tahun 2009 kabupaten/kota yang termasuk daerah endemis tinggi sebanyak 24,1%
dan menurun menjadi 12,88% pada tahun 2012. Secara nasional kasus malaria cenderung
mengalami penurunan dengan angka API (Annual Paracite Incidence) sebesar 4,1 per 1000
penduduk pada tahun 2005 menjadi 1,38 per 1000 penduduk pada tahun 2013. Pada umumnya
lokasi endemis malaria adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik,
sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan yang kurang, tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah serta perilaku hidup sehat yang kurang
baik.
API Propinsi Maluku Utara tahun 2013 berada pada angka 4,4 per seribu penduduk yang
dapat diartikan endemisitas sedang dengan jumlah konfirmasi laboratorium sebesar 89,9%.
Diantara yang menderita malaria 1040 kasus (20,68%) terjadi pada anak usia 0 bulan – 4 tahun
dan 63 kasus pada ibu hamil. Dari data yang masuk ke dinas kesehatan Propinsi Maluku Utara,
tercatat jumlah ibu hamil yang melakukan screaning malaria sebanyak 12.525 (46,6% dari jumlah
ibu hamil). Data yang ada menunjukkan bahwa meskipun Maluku Utara sudah mengalami
penurunan kasus dari tahun sebelumnya, akan tetapi masih merupakan ancaman karena masih
menyebabkan ribuan kasus diantaranya yang penderita rentan yakni bayi, balita dan ibu hamil.
iv
kesehatan terkait, guna menghasilkan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam
menangani kasus malaria.
Modul ini disusun atas kerjasama UNICEF, Dinas Kesehatan Propinsi Maluku Utara dan
Poltekkes Kemenkes Ternate karena Poltekkes Kemenkes Ternate merupakan salah satu institusi
Pendidikan Tinggi Kesehatan yang menghasilkan tenaga kesehatan di Maluku Utara. Modul ini
merupakan buku pegangan bagi Dosen dan Mahasiswa pada Mata Kuliah Malaria dalam
Kehamilan yang dimasukkan ke dalam Kurikulum Institusi Jurusan Kebidanan dengan harapan
nantinya lulusan Poltekkes Ternate khususnya bidan mampu mengenal, memahami dan
menangani kasus-kasus malaria terutama pada ibu hamil.
Semoga modul ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan
masyarakat khususnya dalam pengobatan malaria. Saran dan kritik sangat diharapkan demi
penyempurnaan modul ini.
v
INDEKS
AB IV : Antibiotik Intravena
ACT : Artemisinin Combination Therapy
AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome
AMI : Annual Malaria Incidence
ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome
BCS : Blantyre Coma Scale
DHP : Dihidroartemisinin + Piperaquin
DJJ : Denyut Jantung Janin
EKG : Elektrokardiografi
GCS : Glasgow Coma Scale
Go : Gonorhe
G6PD : Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase
Hb : Hemoglobin
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HRP-2 : Histidin Rich Protein 2
IgG : Immunoglobulin G
IgM : Immunoglobulin M
IMS : Infeksi Menular Seksual
IRS : Indoor Residual Spray
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KLB : Kejadian Luar Biasa
K-1 : Kunjungan Antenatal Pertama
LPB : Lapangan Pandang Besar
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MAT : Microscopic Agglutination Test
PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
PLA : Participatory Learning Action
p-LHD : Parasite Lactate Dehidrogenase
Pf : Plasmodium Falciparum
Pm : Plasmodium Malariae
Po : Plasmodium Ovale
Pv : Plasmodium Vivax
P2M : Pengendalian Penyakit Menular
RDT : Rapid Diagnostic Test
SD : Sediaan Darah
SGOT : Serum Glutamic Oxalacetic Transaminase
SGPT : Serum Glutamic Piravic Transaminase
SKRT : Survey Kesehatan Rumah Tangga
TNF : Tumor Necrosis Factor
TT : Tetanus Toxoid
WHO : World Health Organization
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL & GAMBAR
TABEL
Tabel 1. Masa Inkubasi Penyakit Malaria—13
Tabel 2. Pengobatan Malaria Falsiparum menurut Berat Badan Dengan DHP dan Primakuin—22
Tabel 3. Pengobatan Malaria Vivaks menurut Berat Badan Dengan DHP dan Primakuin—22
Tabel 4. Pengobatan Malaria Falsiparum menurut Berat Badan
dengan Artesunat + Amodiakuin & Primakuin—25
Tabel 5. Pengobatan Malaria vivaks menurut Berat Badan
dengan Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin—25
Tabel 6a. Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria Falsiparum
(dengan obat kombinasi Kina dan Doksisiklin)—24
Tabel 6b. Dosis Doksisiklin—24
Tabel 6c.Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria Falsiparum
(dengan obat kombinasi Kina dan Tetrasiklin) —24
Tabel 6d. Dosis Tetrasiklin—25
Tabel 6e. Pengobatan Lini Kedua Malaria Vivaks—25
Tabel 6f. Pengobatan infeksi campur P.falciparum + P. Vivax/P.ovale dengan DHP + Primakuin—27
Tabel 6g. Pengobatan infeksi campur P.falciparum +P.Vivax/P.ovale
dengan Artesunat + Amodiaquin dan Primakuin—27
Tabel 7. Cara Menafsirkan Hasil RDT—48
Tabel 8. Tanda-tanda dan gejala untuk malaria berat dan eklampsia—54
Tabel 9. Membandingkan kelambu biasa yang diberi insektisida—57
Tabel 10. Komponen-komponen utama perencanaan kelahiran—64
Tabel 11. Komponen-komponen kunjungan antenatal—66
Tabel 12. Contoh Tabel Inventaris Kelambu—70
Tabel 13. Perbedaan Pendekatan Non Partisipatif dan Partisipatif—83
GAMBAR
Gambar 1. Peta Epidemiologi Malaria di Indonesia Tahun 2013—3
Gambar 2. Annual Paracite Incidence (API) Per Province 2013—4
Gambar 3. Peta Endemis Malaria di Maluku Utara tahun 2013—5
Gambar 4. Stadium pada P.vivax secara mikroskopik—6
Gambar 5. Stadium pada P. falciparum secara mikroskopik—6
Gambar 6. Stadium pada P. malariae secara mikroskopik—7
Gambar 7. Stadium pada P.falciparum secara mikroskopik—7
Gambar 8. Stadium pada P.knowlesi secara mikroskopik—7
Gambar 9. Nyamuk Anopheles pada posisi menggingit—8
Gambar 10. Proses Penularan Malaria—8
Gambar 11a. Nyamuk Anopheles dewasa dan larva—9
Gambar 11b. Nyamuk Aedes dewasa dan larva Mansonia—9
Gambar 11c. Nyamuk Culex dewasa dan larva Mansonia—9
Gambar 12a. Tempat-tempat Perkembangbiakan nyamuk—10
Gambar 12b. Tempat-tempat Perkembangbiakan nyamuk—11
viii
Gambar 13. Siklus Hidup Plasmodium—12
Gambar 14. Nyamuk Anopheles yang sedang menghisap parasit—13
Gambar 15. Petugas puskesmas sedang melakukan pemeriksaan miroskopis malaria—17
Gambar 16. Contoh regimen ACT untuk terapi malaria—21
Gambar 17. Petugas sedang melaksanakan penyemprotan IRS—34
Gambar 18. Petugas sedang melaksanakan penyemprotan larvaciding—34
Gambar 19. Kelambu berinsektisida—34
Gambar 20. Ikan gupi salah satu dari ikan pemakan jentik—35
Gambar 21. Penempatan ternak di sekitar rumah—35
Gambar 22. Penempatan ternak di sekitar rumah—35
Gambar 23. Modifikasi lingkungan kawasan hutan—35
Gambar 24. semua orang bisa terkena malaria—40
Gambar 25. Ibu hamil dengan gejala demam—41
Gambar 26. Ibu hamil dengan anemia—41
Gambar 27. Ibu hamil dengan gejala lemas—42
Gambar 28. Abortus pada ibu hamil—42
Gambar 29. Ibu yang kehilangan janin yang dikandung karena malaria—43
Gambar 30. Bayi prematur—43
Gambar 31. Bayi BBLR—43
Gambar 32. Bayi dengan malaria bawaan—43
Gambar 33. Protokol Perawatan malaria untuk ibu hamil.—51
Gambar 34. Contoh obat ACT—52
Gambar 35. Perawatan Kelambu—61
Gambar 36. Situasi diskusi suatu desa—76
Gambar 37. Lingkaran kegiatan Pengendalian Malaria Berbasis Masyararakat—81
Gambar 38. Lomba dalam rangka gebrak malaria sebagai salah satu media sosialisasi—102
Gambar 39. Kemitraan kesehatan dengan berbagai sektor—102
Gambar 40. Konseling oleh Bidan—106
Gambar 41. Alur Proses rujukan pada malaria Berat—109
ix
Catatan :
x
BAB I
BAB I | KONSEP DASAR MALARIA
KONSEP DASAR
MALARIA
Pokok Bahasan:
1.1 Pengertian malaria
1.2 Sejarah malaria
1.3 Epidemiologi malaria
1.4 Etiologi dan klasifikasi malaria
1.5 Penularan, siklus hidup plasmodium dan
patogenesis
1.6 Manifestasi klinis malaria
1.7 Diagnosis malaria
1.8 Pengobatan dan efek samping
1.9 Prognosis malaria
1.10 Pencegahan malaria
1.1. Pengertian
Malaria adalah penyakit protozoa yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk
Anopeles adalah vector siklik satu-satunya dari penyakit malaria pada manusia. Nyamuk ini
relative sulit dibedakan dengan jenis nyamuk lainnya, kecuali jika kita menggunakan kaca
pembesar. Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.
Infeksi malaria ini memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan spelemogely.
Dapat berlangsung akut maupuan kronik. (Paul N. Harijanto, 2006)
adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Infeksi Plasmodium falciparum makin
meningkat lagi sejak tahun 1900-an di India dan Srilanka.
Penyakit malaria masih tetap menjadi masalah serius, sama seperti saat pertengahan abad
20. Berdasarkan The World Malaria Report 2013, WHO memperkirarakan 207 juta kasus malaria
secara global pada tahun 2012 dan 627 ribu orang meninggal pada tahun 2012 dimana secara
umum 80% kasus malaria dan 90% orang meninggal terjadi di Afrika. Sebagian besar
kematian akibat malaria terjadi pada anak balita (77%). Secara keseleuruhan terdapat 3,4
Milyar penduduk dunia tinggal di daerah beresiko (endemis) malaria yang terdapat di 104
negara.
Di Indonesia penyakit malaria masih menempati posisi sebagai penyakit menular yang
menjadi masalah terhadap tingginya angka kesakitan dan kematian serta sering menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahun 2009 kabupaten/kota yang termasuk daerah endemis
tinggi sebanyak 24,1% dan menurun menjadi 12,88% pada tahun 2012. Secara nasional kasus
malaria cenderung mengalami penurunan dengan angka Annual Paracite Incidence (API)
sebesar 4,1 per 1000 penduduk pada 2005 menjadi 1,38 per 1000 penduduk pada 2013. Angka
kematian malaria pada tahun 2012 di Indonesia sebanyak 252 orang. Pola distribusi penyakit
seperti gambar di atas dengan dominasi di daerah Indonesia bagian Timur dengan angka
parasit malaria > 50 per seribu penduduk. Pada umumnya lokasi endemis malaria adalah desa-
desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi
yang sulit, akses pelayanan kesehatan yang kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
masyarakat yang rendah serta perilaku hidup sehat yang kurang baik.
Angka kejadian positif malaria tahunan (API = Annual Parasite Incidence) di Propinsi
Maluku Utara tahun 2013 berada pada angka 4,4 per seribu penduduk yang dapat diartikan
endemisitas sedang dengan jumlah konfirmasi laboratorium sebesar 89,9%. Diantara yang
menderita malaria 1040 kasus (20,68%) terjadi pada anak usia 0 bulan 4 tahun dan 63 kasus
pada ibu hamil. Dominasi parasit masih pada Plasmodium falciparum sebesar 61%. Dari
kesembilan kabupaten kota dapat kita lihat bahwa Kab Pulau Morotai masih merupakan
kabupaten dengan angka kasus yang tinggi disusul dengan kabupaten Halmahera Selatan.
Sedangkan untuk 7 wilayah kabupaten lainnya sudah mengalami penurunan kasus ke daerah
endemis sedang. Dengan wilayah geografis Maluku Utara yang cukup sulit (40% desa sulit)
upaya pengendalian malaria merupakan tantangan tersendiri.
Dari data yang masuk ke dinas kesehatan Propinsi Maluku Utara, tercatat jumlah ibu
hamil yang melakukan screaning malaria sebanyak 12.525 (46,6% dari jumlah ibu hamil). Hasil
laporan integrasi dg Kesehatan Anak menunjukkan 73% dari anak yang terimunisasi lengkap
yang mendapatkan kelambu. Data yang ada menunjukkan bahwa meskipun Maluku Utara
sudah mengalami penurunan kasus dari tahun sebelumnya, akan tetapi masih merupakan
ancaman karena masih menyebabkan ribuan kasus diantaranya yang penderita rentan yakni
bayi, balita dan ibu hamil.
Penyebab malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi. Parasit yang terakhir disebutkan
ini belum banyak dilaporkan di Indonesia.
Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari lima spesies yang dapat menyerang
manusia yaitu:
e. Plasmodium knowlesi.
Plasmodium knowlesi adalah parasit dari
genus Plasmodium yang secara alami
menginfeksi monyet ekor panjang
(Maccaca fascicularis). Parasit ini banyak
ditemui di Asia Tenggara dan sudah
menyerang manusia. Plasmodium knowlesi
ditransmisikan dengan menggunakan
nyamuk dari kelompok Anophleles
leucosphyrus sebagai vektor perantara,
salah satunya adalah Anophleles latens.
Gejala demam menyerupai malaria
falciparum.
Gambar 8. Stadium pada P.knowlesi
secara mikroskopik
c) Parasit
Parasit malaria dalam jumlah yang cukup ada
dalam tubuh manusia sehingga nyamuk yang
menggigit akan terinfeksi oleh parasit tersebut.
d) Iklim
Suhu rata-rata paling sedikit 18-20°C dan kelembaban di atas 60% bagi nyamuk agar
dapat bertahan hidup dan berkembang biaknya parasit sehingga parasit menjadi infektif.
Daerah dengan curah hujan tinggi meningkatkan kejadian malaria karena adanya
peningkatan daerah perkembangbiakan. Sebaliknya, pada daerah dengan suhu yang lebih
dingin, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan faktor ketinggian yakni berkisar 2000-
2500 meter penularan malaria jarang terjadi.
e) Populasi manusia
Di dalam populasi ini termasuk manusia sebagai sumber penular maupun orang yang
ditulari malaria. Oleh karena nyamuk tidak dapat terbang lebih jauh dari 2 km, maka
biasanya penularan terjadi pada populasi penduduk (manusia) yang bertempat tinggal
pada jarak tersebut, kecuali penderita impor (penderita yang mendapat penularan dari luar
wilayah yang jauh).
Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 30.000 merozoit hati
(tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung
selama lebih kurang 2 minggu.
Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit.
Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif
sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah
dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang
dari stadium tropozoit sampai skizon (8 30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses
perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi
(skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Gejala
yang berhubungan dengan malaria muncul pada saat ini. Siklus ini disebut siklus
eritrositer.
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah
merah dan membentuk stadium seksual (makrogametosit untuk yang betina dan
mikrogametosit untuk yang jantan)
MACR
gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi
ZYGOT
OOKIN zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian
OOC
YST menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar
lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan
selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini pindah ke
kelenjar saliva (ludah) nyamuk, bersifat infektif dan siap
ditularkan ke manusia. Siklus hidup pada tubuh nyamuk
Gb 14. Nyamuk Anopheles yang disebut sporogony, yang membutuhkan waktu 8-35 hari
sedang menghisap parasit
tergantung pada jenis plasmodium dan kondisi lingkungan.
Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis yang
ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium (tabel 1).
Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam
darah dengan pemeriksaan mikroskopik.
P.falciparum 9 14 (12)
P. vivax 12 17 (15)
P. ovale 16 18 (17)
P. malariae 18 40 (28)
dapat terjadi setiap hari, P vivax/ovale selang waktu satu hari., dan P malariae demam timbul selang
waktu 2 hari. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa demam terjadi pada saat pecahnya sel darah
merah yang terinfeksi plasmodium.
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat
terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hanya menginfeksi sel
darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan
Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel
darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh P.vivax, P.ovale dan P.malariae umumnya
terjadi pada keadaan kronis.
Splenomegali (pembesaran limpa)
Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana plasmodium dihancurkan oleh sel-sel
makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan limpa membesar.
Malaria berat, akibat Plasmodium falciparum mempunyai patogenesis yang khusus. Eritrosit
yang terinfeksi P.falciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu terkumpulnya eritrosit yang
mengandung parasit di dalam pembuluh darah kapiler. Selain itu pada permukaan eritrosit yang
terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen Plasmodium falciparum. Pada saat
terjadi proses sitoadherensi, knob tersebut akan berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler.
Akibat dari proses ini terjadilah obstruksi (penyumbatan) dalam pembuluh kapiler yang
menyebabkan terjadinya iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga diperberat oleh proses
terbentuknya l darah
merah lainnya. Pada proses sitoaderensi ini diduga juga terjadi proses imunologik yaitu
terbentuknya mediator-mediator antara lain sitokin (TNF, interleukin), dimana mediator tersebut
mempunyai peranan dalam gangguan fungsi pada jaringan tertentu.
Manifestasi klinis pada malaria menurut Mansjoer A., at all (2000) adalah sebagai berikut:
1. Demam
Tiap serangan ditandai dengan beberapa serangan demam periodik dengan patogenesis
seperti dijelaskan di atas. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15
menit 1 jam), puncak demam (2-6 jam) dan berkeringat (2-4 jam). Demam akan mereda
secara bertahap karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada
respon.
2. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam,
dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang
bertambah.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena
Plasmodium falciparum. Anemia disebabkan oleh:
a. Penghancurn eritrosit yang berlebihan.
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time).
c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
4. Ikterus
Ikterus diakibatkan karena hemolisis dan gangguan hepar.
Malaria laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila
parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan
dalam jaringan hati.
Relaps (kambuh) adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat
bersifat :
1. Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah serangan pertama hilang
karena parasit dalam eritrosit yang berkembang biak.
2. Relaps jangka panjang (rekurens), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah serangan
pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk ke darah dan berkembang biak
Selain manifestasi klinis di atas, dapat terjadi b. komplikasi yang timbul karena malaria
diantaranya Mansjoer A., at all (2000):
1) Malaria cerebral, yaitu timbulnya koma, kejang-kejang, parese-paralise dan afasia.
2) Gangguan hepar, sehingga timbul ikterus ini disebabkan oleh parenkim hati (nekrose daerah
sentral lobulus hati) dan juga karena hemolisis eritrosit.
3) Bilious remiten fever berhubungan dengan komplikasi hepar di mana timbul muntah-muntah
berwarna hijau empedu.
4) Gangguan pada traktus gastrointestinal, sehingga diare hebat dan sering mengandung lendir
dan darah.
5) Black water fever, urin menjadi merah tua atau hitam akibat hemoglobinuria akibat hemolisis
berlebihan.
1.7.1 Anamnesis
PERHATIAN !
PENYIMPANAN RDT SEBAIKNYA DALAM SUHU RUANG YANG
SEJUK/LEMARI ES TETAPI TIDAK DALAM FREEZER PENDINGIN
4) Leptospirosis ringan
Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah, conjunctival
injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata), dan nyeri betis yang
menyolok. Pemeriksaan serologi Microscopic Agglutination Test (MAT) atau tes
Leptodipstik positif.
5) Infeksi virus akut lainnya
b. Malaria berat atau malaria dengan komplikasi dibedakan dengan penyakit infeksi
lain sebagai berikut:
1) Radang Otak (menginitis/ensefalitis)
Penderita panas dengan riwayat nyeri kepala yang progresif, hilangnya
kesadaran, kaku kuduk, kejang dan gejala neurologis lainnya.
2) Stroke (gangguan serebrovaskuler)
Hilangnya atau terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologik lateralisasi
(hemiparese atau hemiplegia), tanpa panas, ada penyakit yang mendasari
(hipertensi, diabetes melitus dan lain-lain).
3) Tifoid Ensefalopati
Gejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan tanda-tanda
demam tifoid lainnya.
4) Hepatitis
Prodromal hepatitis (demam, mual, nyeri pada hepar, muntah, tidak bisa
makan diikuti dengan timbulnya ikterus tanpa panas), mata atau kulit kuning,
urin seperti air teh. Kadar SGOT dan SGPT meningkat >5 x.
5) Leptospirosis Berat
Demam dengan ikterus, nyeri pada betis, nyeri tulang, riwayat pekerjaan yang
menunjang adanya transmisi leptospirosis (pembersih got, sampah, dan lain-
lain), leukositosis, gagal ginjal dan sembuh dengan pemberian antibiotika
(penisilin).
6) Glomerulonefritis akut atau kronik
Gagal ginjal akut akibat malaria umumnya memberikan respon terhadap
pengobatan malaria secara dini dan adekuat.
7) Sepsis
Demam dengan fokal infeksi yang jelas, penurunan kesadaran, gangguan
sirkulasi, leukositosis dengan granula-toksik yang didukung hasil biakan
mikrobiologi.
8) Demam berdarah dengue atau Dengue Shock Syndrome
Demam tinggi terus menerus selama 2 -7 hari, disertai syok atau tanpa syok
dengan keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, manifestasi
perdarahan (epistaksis, gusi, petekie, purpura, hematom, hemetemesis dan
melena), sering muntah, uji torniquet positif, penurunan jumlah trombosit dan
peninggian hemoglobin dan hematokrit, tes serologi inhibisi hemaglutinasi,
IgM atau IgG anti dengue positif.
Apabila ada ketidaksesuaian Antara umur dan berat badan (pada table pengobatan), maka
dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
Dapat diberikan pada ibu hamil trimester 2 & 3
Bila pasien Plasmodium falciparum dengan BB> 80 kg datang kembali dalam waktu 2 bulan
setelah pemberian obat dan pemeriksaan darah masih positif P.f maka diberikan DHP dengan
dosis ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.
ATAU
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan lini pertama tidak efektif
dimana ditemukan: gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang
(persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi)
Tabel 6a. Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria Falsiparum (dengan obat kombinasi
Kina dan Doksisiklin)
Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan
6-10kg 11-17kg 18-30kg 31-40kg 41-49kg 50-59kg
0-1 bl 2-11 bl 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn
1-7 Kina Sesuai 3x 1/2 3x1 3 x 1 1/2 3x2 3 x 2 1/2 3 x 2 1/2 3x3
BB
1 Primakuin - 3/4 1 1/2 2 2 2 3 3
Tabel 6c.Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria Falsiparum (dengan obat kombinasi
Kina dan Tetrasiklin)
Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan
6-10kg 11-17kg 18-30kg 31-40kg 41-49kg 50-59kg
0-1 bl 2-11 bl 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn
1-7 Kina Sesuai 3x 1/2 3x1 3 x 1 1/2 3x2 3 x 2 1/2 3 x 2 1/2 3x3
BB
1 Primakuin - 3/4 1 1/2 2 2 2 3 3
Maksimal dosis kina yang dapat diberikan adalah 2000 mg basa/hari. Dosis maksimal kina untuk
penderita dewasa dapat diberikan 9 tablet (3x3 tablet).
2) Doksisiklin
Doksisiklin yang beredar di Indonesia adalah kapsul atau tablet yang mengandung 50 mg dan 100
mg Doksisiklin HCl. Doksisiklin diberikan 2 kali sehari selama 7 hari, dengan dosis orang dewasa
adalah 3.5 mg/kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2,2 mg/kgbb/hari.
Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 tahun. Bila tidak ada
doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin.
3) Tetrasiklin
Tetrasiklin yang beredar di Indonesia adalah kapsul yang mengandung 250 mg atau 500 mg
tetrasiklin HCl. Tetrasiklin diberikan 4 kali perhari selama 7 hari, dengan dosis 4 mg/kgBB/kali.
Seperti halnya doksisiklin, tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak umur di bawah 8
tahun dan ibu hamil.
4) Primakuin
Pengobatan dengan primakuin diberikan seperti pada lini pertama. Apabila pemberian dosis obat
tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderita, pemberian obat dapat diberikan
berdasarkan golongan umur. Primakuin yang beredar di Indonesia dalam bentuk tablet berwarna
coklat yang mengandung 25 mg garam setara 15 mg basa. Primakuin diberikan per oral dengan
dosis tunggal 0,75 mg basa/kgBB yang diberikan pada hari pertama untuk malaria falciparum dan
0,25 mg/kgBB per hari yang diberikan selama 14 hari.
Primakuin tidak boleh diberikan kepada: ibu hamil, bayi <1 tahun dan penderita
defisiensi G6-PD
ATAU
Untuk di daerah yang terpencil dan jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan yang
hanya dilayani oleh kader, maka kader tersebut dapat menggunakan obat untuk mengatasi
gejala yaitu misalnya paracetamol. Pasien segera dirujuk ke Pustu atau Bidan Desa untuk
dilakukan pemeriksaan RDT dan pengobatan ACT (dengan konfirmasi).
Komplikasi terbanyak pada anak: Komplikasi di bawah ini lebih sering pada
- Hipoglikemia (sebelum pengobatan kina) dewasa:
-Anemia berat -Gagal ginjal akut
-Edem paru
Keterangan: -Malaria serebral
-Anemia berat (Hb<5 g%, Ht <15%) sering -Ikterus
pada anak umur 1-2 tahun
-Gula darah <40 mg% lebih sering pada anak
<3 tahun.
Tindakan umum :
1) Bebaskan jalan nafas dan mulut untuk menghindari terjadinya asfiksia, bila perlu berikan
oksigen (O2)
2) Perbaiki keadaaan umum penderita (beri cairan dan perawatan umum)
3) Monitor tanda-tanda vital (keadaaan umum, kesadaran, pernafasan, tekanan darah, suhu
dan nadi setiap 30 menit).
4) Pantau tekanan darah, warna kulit dan suhu. Penderita hipotensi ditidurkan dalam posisi
trendenlenburg.
5) Lakukan pemeriksaan darah tebal ulang untuk konfirmasi diagnosis.
6) Catat rekam medik penderita: identitas, riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit
dahulu, riwayat bepergian, riwayat transfusi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab,
pengobatan yang telah diberikan.
7) Bila pasien koma lakukan ABC (A= Airway, B= Breathing, C = Circulation) + D= drug
(defibrilasi)
Penderita dengan BB = 50 kg
Dosis yang diperlukan: 2,4 mg x 50 = 120 mg
Penderita tersebut membutuhkan 2 vial artesunat perkali pemberian.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan régimen
DHP atau ACT lainnya (3 hari) dan primakuin (sesuai dengan jenis plasmodiumnya).
Semua penderita malaria berat harus ditangani di RS Kabupaten. Bila fasilitas maupun tenaga di
RS Kabupaten kurang memadai, maka penderita dipersiapkan untuk dirujuk ke rumah sakit atau
fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. Cara merujuk:
1) Setiap merujuk harus disertakan surat rujukan yang berisi tentang diagnosis, riwayat
penyakit, pemeriksaan, dan tindakan/ pengobatan yang sudah diberikan.
2) Apabila dibuat sediaan darah malaria, harus dibawa ke tempat rujukan.
Prognosis malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan.
Efek samping penggunaan amodiakuin (dosis standard) untuk terapi adalah sama dengan
klorokuin seperti mual, muntah, sakit perut, diare dan gatal-gatal.
3. Kina
Efek samping dari kina meliputi :
a) Tinitus/telinga berdenging, gangguan pendengaran, vertigo/dizzines/sempoyongan,
gejala akan timbul bila total konsentrasi plasma 5 mg/l.
b) Gangguan pada peredaran darah jantung / cardiovaskuler : hipotensi berat bila pasien
diinjeksi terlalu cepat.
c) Hipoglikemia
4. Klorokuin
a) Mual, muntah, sakit perut dan diare terutama bila obat diminum dalam keadaan
kosong.
b) Gejala lain yang jarang terjadi adalah pandangan kabur, sakit kepala, pusing (vertigo)
dan gangguan pendengaran yang akan hilang bila obat dihentikan.
b. Larvaciding
Larvaciding digunakan untuk menekan populasi
nyamuk Anopheles. Sasarannya meliputi tempat
perindukan vektor potensial di daerah endemis
malaria yang terukur, terutama di daerah pantai.
keberangkatan dengan dosis 2 mg/kgBB setiap hari selama tidak lebih dari 12 minggu.
Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan ibu hamil.
b. Cattle Barrier
Penempatan ternak besar untuk mencegah gigitan
nyamuk.
b. Manipulasi Lingkungan
Penanaman dan rehabilitasi kawasan hutan
mangrove/bakau di daerah pantai, pengeringan
berkala tanaman padi di daerah persawahan
dan penggelontoran sungai secara berkala.
2. Bunga Lavender
3. Bunga Rosemary
Keunikan dari bunga ini adalah mempunyai
harum seperti minyak telon, Mungkin di hirup
oleh kita terasa enak namun tidak untuk nyamuk karena harumnya bunga ini bisa
membuat nyamuk merasa stress dan enggan untuk mendekat. Tanaman ini bisa di
tanam di dalam pot sehingga bisa memudahkan
bagi yang memilikii halaman yang sempit
4. Citrosa Mosquito
menyengat sehingga bisa mengusir nyamuk dan juga serangga. Tanaman ini berasal
dari Belanda.
6. Marigold
7. Kecombrang
8. Zodia
Orang Papua terbiasa menggosok kulitnya
dengan dedaunan tertentu sebelum masuk ke
hutan. Maksudnya agar terlindungi dari
serangan serangga, khususnya nyamuk. Daun-
daun tersebut berasal dari tanaman yang disebut zodia (Evodia suaveolens). Kita ketahui,
zodia ini tanaman asli Indonesia yang berasal dari Papua,
9. Serai Wangi
Pokob bahasan:
2.1. Patogenesis malaria pada ibu hamil:
1. Pendahuluan
2. Resiko malaria pada ibu hamil
2.2. Diagnosis malaria pada ibu hamil:
1. Gejala-gejala malaria pada ibu hamil
2. Pengaruh malaria pada ibu hamil dan janin
3. Mendeteksi dan mengenali malaria
4. Diagnosis malaria menggunakan RDT
2.3. Penatalaksanaan malaria pada ibu hamil
1. Penanganan dan pengobatan malaria pada ibu hamil
2. Follow up setelah pengobatan
3. Penanganan malaria berat
2.4. Pencegahan malaria pada ibu hamil
1. Kelambu berinsektida tahan lama
2. Cara-cara pencegahan malaria yang lainnya
2.5. Mengintegrasikan pencegahan malaria dalam kehamilan
ke dalam asuhan antenatal
1. Mengintegrasikan pencegahan malaria dalam kehamilan ke
dalam asuhan antenatal
2.6. Aspek logistik distribusi kelambu berinsektisida
1. Aspek logistik distribusi kelambu berinsektisida
2.7. Contoh Kasus
Malaria meningkatkan kemungkinan terjadinya anemia (kurang darah pada ibu) dan jika
anemia itu berat dapat meningktakan resiko kematian ibu. Ibu hamil berisiko terinfeksi
malaria karena malaria mengurangi kekebalan terhadap malaria. Ibu hamil mengalami
peningkatan resiko malaria sebagai berikut :
a. Ibu hamil memiliki resiko terinfeksi dua kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang
tidak hamil
b. Ibu yang hamil untuk pertama dan kedua kalinya memiliki resiko lebih besar mengalami
malaria berat.
c. Ibu hamil yang masih remaja
d. Ibu hamil yang terinfeksi HIV/AIDS
a) Mual
b) Keringat dingin
c) Lemas
d) Kehilangan kesadaran, sampai koma Gb 27. Ibu hamil dengan
gejala lemas
e) Kejang-kejang
1. Abortus
Abortus karena malaria pada kehamilan biasanya terjadi
akibat demam tinggi atau anemia akut.
2. Kelahiran mati
Bayi bisa meninggal di dalam rahim karena ibunya
terinfeksi malaria. Ini bisa terjadi sebagai akibat
hiperpireksia, anemia akut, adanya parasit di dalam
plasenta atau infeksi dari ibu ke janin melalui plasenta.
Malaria bawaan memiliki beberapa gejala: anemia, diare, Gb 32. Bayi dengan malaria
muntah-muntah, sulit bernapas (distress pernapasan) dan bawaan
kejang-kejang.
e. Penapisan selama asuhan antenatal atau kunjungan kesehatan lainnya mungkin dapat
mengungkapkan perlunya deteksi dan/atau pengobatan malaria
f. Pasien tidak yakin akan pengobatan diagnosis yang diberikan dan mencari pengobatan
lebih lanjut
i. Jika terjadi kompikasi malaria, pasien atau keluarga membutuhkan asuhan gawat darurat
atau asuhan profesional.
Infeksi malaria juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan sediaan darah malaria,
pemeriksaan ini akan memastikan diagnosis malaria. Sebagai alternatif dapat juga dilakukan
pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (=RDT) dengan dipstik bila ingin mendapatkan hasil yang cepat
atau bila pemeriksaan sediaan darah malaria tidak tersedia. Jika kedua cara pemeriksaan di atas
tidak tersedia, dapat dilakukan diagnosis secara klinis.
Demam selama kehamilan, temperatur 38°C atau lebih merupakan gejala malaria yang
paling umum. Kondisi lainnya, seperti ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), infeksi virus akut,
infeksi kandung kemih atau infeksi ginjal, pneumonia, demam tifoid dan infeksi uterus, dapat
juga menyebabkan demam.
f. Sakit kepala
g. Sakit otot/persendian
j. Terasa sakit atau panas saat buang air kecil, frekuensi buang air kecil, urgensinya, sakit
pinggul
Dengarkan dengan cermat keluhan dan kekhawatiran pasien. Penting pula untuk
mengingat bahwa riwayat pasien tidaklah terbatas pada keluhan pasien. Gejala lainnya mungkin
saja terungkap saat tenaga kesehatan menanyakan pertanyaan yang spesifik. Setelah mendapatkan
riwayat pasien, informasinya lainnya diperoleh melalui pemeriksaan fisik dan kadang-kadang uji
laboratorium.
RDT bekerja dengan cara mendeteksi antigen yang dilepaskan oleh parasit malaria di
dalam darah dengan menggunakan dipstick. Alat ini mudah digunakan dan efektif, dan sangat
berguna di wilayah-wilayah terpencil yang tidak memiliki fasilitas laboratorium atau fasilitas
tersebut sangat jauh.
Ingat! RDT memiliki daya tahan satu tahun dan tidak boleh digunakan setelah tanggal
kadaluarsanya terlewati.
Ada beberapa hal penting yang harus anda ingat sebelum menggunakan RDT :
1. Periksa tanggal kadaluarsanya. Jika sudah kadaluarsa, anda harus menggunakan alat tes lain.
2. Pastikan kemasan RDT tertutup rapat dan tidak terbuka atau rusak.
4. Jangan sampai terkena sinar matahari langsung saat menggunakan alat tes ini.
5. Jika menyimpan RDT di kulkas, tunggu sampai RDT mencapai suhu kamar sebelum
mambuka kemasannya dan memakainya.
a. Menerjemahkan Hasil
RDT harus selalu dibaca dalam waktu yang telah ditentukan oleh pembuatnya. Anda
tidak bisa kembali ke RDT kemudian untuk membaca hasilnya.
Ingat! Garis kontrol harus selalu ada agar hasil pengetesan sah.
Kadang-kadang hasil RDT bisa membingungkan. Jika RDT negatif namun anda masih curiga
pasien memiliki gejala-gejala malaria berat, maka anda harus merujuknya ke fasilitas kesehatan
yang lebih besar dan terdekat untuk melakukan pemeriksaan dengan mikroskop. Jika pasien jauh
dari pusat kesehatan lainnya, maka anda harus merawatnya sebagai malaria berat, dan disaat yang
sama tidak menutup kemungkinan ada penyakit lain. Anda bisa mengulang RDT sehari kemudian
untuk memastikan hasil tes pertama. Jika orang ini tidak merespon perawatan malaria, maka
rujuklah dia segera ke puskesmas atau Rumah Sakit Kabupaten karena malaria bukanlah
penyebab penyakitnya atau dia tidak merespon perawatan.
Ingat! RDT adalah alat diagnosis yang harus digunakan bersama dengan penilaian klinis, riwayat
penyakit pasien dan pemeriksaan fisik.
Parascreen Combo
b. Pengambilan Darah
1) Loop: jangan menyentuhkan loop pada kulit. Cukup sentuhkan loop satu kali saja pada
permukaan darah yang cembung, loop akan penuh.
3) Tube: jangan menyentuhkan tube pada kulit. Cukup sentuhkan tube satu kali saja pada
permukaan darah, hingga terisi kurang lebih 2 mm.
1) Loop: Loop pada posisi tegak lurus terhadap RDT. Darah akan menetes dengan
sendirinya
2) Kapiler: Kapiler pada posisi tegak lurus terhadap RDT. Pastikan darah turun seluruhnya
3) Tube: Tube pada posisi tegak lurus terhadap RDT. Darah akan turun dengan sendirinya.
d. Meneteskan Buffer
e. Waktu Membaca
1) Parascreen: tunggu hingga 15 menit. Baca hasil pada 15 menit. Jika pada 15 menit latar
belakang pada jendela test tidak bersih sempurna, tunggu lagi 15 menit, dan baca hasilnya
2) Combo: tunggu hingga 15 menit. Baca hasil pada 15 menit. Jika pada 15 menit latar
belakang pada jendela test tidak bersih sempurna, tunggu lagi 15 menit, dan baca
hasilnya.
Negatif
Positif Pf
Positif Non Pf
Positif Mix/Pf
Invalid
Parascreen :
1. Periksa jendela kontrol. Jika tidak muncul garis pada jendela kontrol, hasil tidak bisa dibaca.
Alat tidak valid, dan harus ganti dengan yang lain.
2. Jika muncul garis pada jendela kontrol, hasil test bisa ditafsirkan
4. a POSITIF
PLASMODIUM FALCIPARUM atau MIX
5.
PLASMODIUM FALCIPARUM
Combo
1. Periksa jendela kontrol. Jika tidak muncul garis pada jendela kontrol, hasil tidak bisa dibaca.
Alat tidak valid, dan harus ganti dengan yang lain.
2. Jika muncul garis pada jendela kontrol, hasil test bisa ditafsirkan
, artinya POSITIF
PLASMODIUM FALCIPARUM
Ingat ketika kita mendiskusikan malaria dan ibu hamil bisa menyebabkan kematian ibu,
masalah perkembangan pada janin, dan mengurangi secara drastis kemampuan hidup bayi.
Malaria pada ibu hamil harus dianggap sebagai hal yang serius dan harus dicegah dan ditangani
dengan segera.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan tiga intervensi utama untuk mencegah dan
menangani malaria dalam kehamilan yakni:
1. Setiap ibu hamil mendapatkan kelambu berinsektisida secara gratis pada kunjungan pertama
ANC
2. Setiap ibu hamil diperiksa darah malaria dengan RDT/mikroskop dan diobati sesuai
protokol pengobatan pada kunjungan pertama ANC baik ibu hamil yang menunjukkan
gejala malaria maupun yang tidak menunjukkan gejala malaria
3. Selama kehamilannya ibu yang menunjukkan gejala malaria diperiksa darah malaria dengan
RDT/mikroskop dan diobati sesuai protokol pengobatan.
1. Melakukan diagnosis malaria dengan tepat menggunakan RDT atau mikroskop sesuai
prosedur yang tepat dan benar
2. Melakukan kategorisasi apakah malaria pada ibu hamil merupakan malaria berat ataukah
malaria tanpa komplikasi
3. Memberikan penatalaksanaan sesuai diagnosis, yakni: pasien malaria berat segera dirujuk
sesuai prosedur, pasien malaria tanpa komplikasi diberikan pengobatan sesuai trimester dan
berat badan.
Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobatan pada orang
dewasa lainnya, perbedaan adalah pada pemberian obat malaria berdasarkan umur kehamilan.
Pada ibu hamil tidak diberikan primakuin.
OBAT DAN DOSIS UNTUK MALARIA
USIA
TERKONFIRMASI POSISTIF KETERANGAN
KEHAMILAN
(Pf/Pv/Po/Mix)
< 3 bulan Malaria Falsiparum/Mix Minum obat sesudah makan
Kina 3x 2 tablet + Klindamisin 2x300mg Apabila memungkinkan awasi pasien secara
selama 7 hari langsung pada waktu minum obat
Anjurkan pasien untuk meneruskan minum
Malaria Vivaks/Ovale/Malariae: tablet zat besi dan asam folat serta untuk
Kina 3x 2 tablet selama 7 hari mengkonsumsi makanan yang mengandung
zat besi
Dosis kina 10mg/kgbb/kali
Anjurkan pasien untuk menggunakan
Dosis klindamisin 10mg/kgBB diberikan
kelambu setiap malam dirumah atau di kebun
2xsehari
Pastikan semua obat yang diberikan
untuk dihabiskan, juga jika ibu hamil
> 3 bulan DHP 4 tablet satu kali sehari selama 3 hari sudah merasa mulai membaik
Catat informasi dalam kartu ANC dan rekam
medis
Artesunat 4 tablet dan Amodiakuin 4 tablet Informasikan kepada pasien untuk kembali ke
setiap hari selama 3 hari (jumlah 24 tablet) Puskesmas, Pustu, Polindes segera jika dia
merasa tidak lebih baik setelah menyelesaikan
pengobatan
Parasetamol 1 tablet setiap 6 jam jika perlu Informasikan kepada pasien dan keluarganya
untuk demam untuk kembali ke Puskesmas, Pustu, Polindes
segera bila ada 1 atau lebih tanda-tanda
bahaya selama pengobatan, yaitu:
Tidak dapat makan/minum
Tidak sadar
Kejang
Muntah berulang
Sangat lemah (tidak dapat duduk atau
berdiri)
Diagram dan tabel berikut menjelaskan protokol penanganan malaria pada ibu hamil dalam
kunjungan ANC.
Ibu Hamil
Kunjungan Pertama
Lakukan ANC,
Berikan kelambu berinsektisida
Skrinig malaria
POSITIF NEGATIF
DENGAN
Ada tanda-tanda Tidak ada tanda-tanda Kalau di daerah
GEJALA
malaria berat malaria berat terpencil, rujuk
segera ke tempat
pelayanan
Periksa SD kesehatan yang
Rujuk
lebih lengkap dan
segera Trimester 1 Trimester 2-3
sesuai terjangkau untuk
pemeriksaan SD
prosedur
POSITIF NEGATIF
Positif Positif Pf/Pv/Pm/Po/Mix
Pf/Mix Pv/Pm/Po
Lanjutankan ANC
DHP atau Kelambu
Kina 3 x 2 dan Kina 3 x 2 berinsektisida Zat besi/
7 hari Artesunat-Amodiakuin
Klindamicin Folat Nutrisi
(3 hari)
2x300mg
7 hari
BAIK
TIDAK ADA
PERBAIKAN
Pada kunjungan ANC berikutnya, ibu hamil dengan gejala malaria harus diperiksa dengan
RDT atau mikroskop. Alur pengobatan sama dengan alur pada kunjungan pertama.
Sangat penting bagi ibu hamil untuk menghabiskan obatnya. Jangan lupa mengingatkan
pasien anda untuk menghabiskan obat dan meminumnya sesuai aturan yang dianjurkan; apapun
jenis obat yang diminum : Kina ataupun ACT. Jelaskan pada mereka bahwa parasit malaria di
dalam tubuh mereka akan semakin kuat dan kebal terhadap obat jika kita tidak membunuhnya
(jika obat tidak diminum sampai habis).
Pasien harus meminum obat sesuai dengan aturan: dosis tidak boleh dipisah semaunya
sendiri sesuai dengan berat badan. Dengan ACT berarti minum 8 tablet sekaligus. Bila tidak
dapat diminum sekaligus: minum 4 tablet Artesunate disusul dengan 4 tablet Amodiakuin.
Namun jarak antara meminum Artesunate dan meminum Amodiaquine tidak boleh melebihi 30
menit karena akan mengurangi efektifitas obatnya. Supaya pasien tidak kuatir, dosis pertama bisa
diminum di depan petugas kesehatan.
Jika memungkinkan, lakukanlah kunjungan rumah untuk menjenguk ibu hamil yang
mendapatkan pengobatan malaria setelah 2-3 hari untuk melihat keadaannya. Pastikan bahwa ibu
dapat mengenali tanda-tanda bahaya dan kapan harus kembali kepada petugas kesehatan, jika
perlu. Bila kunjungan rumah tidak dapat dilakukan, anjurkanlah ibu untuk datang kembali untuk
kontrol setelah pengobatan selesai, atau jika keadaan ibu memburuk.
Pada umumnya pasien malaria akan membaik dalam satu dua hari setelah mendapatkan
pengobatan. Namun, jika keadaan ibu hamil tidak membaik atau malah memburuk, berikan
pengobatan tahap kedua yakni dengan Kina 3 x 2 tablet bagi ibu hamil trimester II dan III.
Lakukan stabilisasi dan rujuk ibu segera jika menunjukkan gejala malaria berat. Penilaian
yang harus dilakukan : tentukan umur kehamilan ibu dan periksa tanda-tanda vital (suhu, tekanan
darah, pernapasan, nadi).
b. Posisikan ibu dalam keadaan miring kiri dengan 2 bantal menyangga bagian
punggungnya
5. Jika ibu kejang, baringkan ibu dalam posisi miring untuk mengurangi risiko aspirasi jika dia
muntah dan untuk memastikan bahwa jalan nafas terbuka.
Jika ibu hamil kejang, sangat penting untuk membedakan apakah kejang tersebut disebabkan oleh
malaria ataukah karena eklamsia. Lakukan pemeriksaan berikut ini (tabel 15) untuk menentukan
penyebab kejang.
Jika setelah pemeriksaan, ibu diduga menderita eklampsia, lakukan stabilisasi dan obati ibu
dengan magnesium sulfat sesuai protokol nasional kemudian rujuk.
Bila menemukan ibu hamil dengan gejala malaria berat, maka lakukan pemeriksaan laboratorium
malaria (dengan mikroskop atau RDT). Bila terbukti hasilnya positif malaria, yang perlu
dilakukan adalah:
1. Persiapkan penderita untuk dirujuk ke rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
lengkap
2. Catat pada rekam medik penderita : identitas, riwayat perjalanan penyakti, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat bepergian, riwayat transfusi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
diagnosis, tindakan dan pengobatan yang telah diberikan, catatan tanda vital. Buat surat
persetujuan penderita/keluarga untuk dirujuk.
3. Sebagai tindakan pra rujukan : berikan satu dosis artemeter intra muskuler (untuk
ibu hamil trimester II-III) atau kinin antipirin intra muskuler (untulk ibu hamil
trimester I atau jika artemeter tidak tersedia, untuk ibu hamil trimester I-III).
Catatan:
Cara pemberian artemeter intra muskuler adalah sebagai berikut : berikan suntikan dengan dosis
3,2 mg/kg bb intra muskuler. Jika tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter, maka untuk
ibu dengan berat badan sekitar 50 kg berikan suntikan intra muskuler sejumlah 2 ampul
Resiko kematian terbesar pada kasus malaria berat adalah disebabkan oleh : Infeksi
Plasmodium Falciparum dan sebagian oleh Plasmodium Vivax. Jika tidak segera dirawat infeksi ini bisa
merusak otak serta menimbulkan kematian. Ada banyak gejala klinis malaria berat dan penderita
bisa mengalami salah satu atau beberapa gejala sebagai berikut: Demam tinggi; denyut nadi cepat
dan melemah; seluruh tubuh lemah tidak bisa duduk dan berdiri; kejang berulang diatas dua kali
per 24 jam setelah demam turun, mata dan tubuh berwarna kuning; darah mengucur dari hidung,
gusi atau saluran pencernaan; napas memburuk atau pendek; tidak bisa makan atau minum,
muntah terus-menerus; warna air seni seperti teh hitam, bercampur darah; kencing berkurang
sampai tak ada; telapak tangan sangat pucat.
Ibu hamil yang menderita malaria berat harus dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan yang
lengkap dan terjangkau.
Jika muntah-muntah terjadi dalam 30 menit pertama setelah minum obat, pasien harus
mengulangi meminum dosis obat tersebut karena dia mungkin saja memuntahkan obat yang baru
saja diminumnya sebelum obat itu diserap tubuh. Anjurkan ibu untuk minum air yang banyak
untuk menghindari dehidrasi.
Artesunat + Amodiakuin kadang-kadang bisa menimbulkan efek samping yang paling sering
adalah mual dan muntah. Karena itu sangat dianjurkan untuk meminum obat ini segera setelah
makan untuk mengurangi efek samping tersebut. Pastikan anda mengingatkan pasien anda untuk
makan lebih dahulu baru kemudian meminum obat ini.
3. Gatal
Bagi orang-orang yang mengalami keluhan gatal-gatal setelah minum ACT, anjurkan hal-hal
dibawah ini:
c. Gunakan lotion atau pelembab lainnya (misalnya jeli minyak) pada kulit setelah mandi pada
saat kulit masih basah
d. Jaga kuku jari tetap pendek untuk menghindari penggarukan. Penggosokan juga
mempengaruhi kulit sama halnya dengan penggarukan.
Jelaskan kepada ibu bahwa gatal-gatal tersebut bersifat sementara dan dianjurkan tetap meminum
obat.
4. Reaksi alergi
Bila terjadi reaksi alergi setelah minum obat, segera kembali ke fasilitas kesehatan
5. Perut mual
c. Kurangi konsumsi kafein, karena dapat menyebabkan iritasi/mual yang lebih buruk
d. Hindari makanan berminyak atau makanan yang digoreng saat minum ACT
Ajari ibu, suamiyang merawatnya tentang cara mengontrol suhu tubuhnya dengan
menyeka tubuh dengan air hangat-hangat kuku, berikan parasetamol 500 mg (1 tablet) setiap
4 jam sampai suhu tubuhnya kembali normal.
a. Membunuh tuma
b. Membunuh kepinding
c. Membunuh kecoa
d. Membunuh kutu
e. Membunuh kalajengking
Memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk Memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk
Membunuh atau menangkal nyamuk yang Tidak membunuh atau menangkal nyamuk yang
menyentuh kelambu menyentuh kelambu
Mengurangi jumlah nyamuk di dalam maupun di Tidak mengurangi jumlah nyamuk di dalam maupun
luar kelambu diluar kelambu
Membunuh serangga lainnya seperti tuma, laba- Tidak membunuh serangga lainnya seperti tuma, laba-
laba, kutu kasur dan kecoa laba, kutu kasur dan kecoa
Aman digunakan untuk ibu hamil, anak-anak dan Aman digunakan untuk ibu hamil, anak-anak dan bayi.
bayi
Pada ibu hamil, malaria akan meningkatkan resiko anemia, kematian, aborsi spontan, atau
kelahiran bayi dengan berat rendah dan daya tahan hidupnya berkurang pada ibu hamil.
Ya, kelambu berinsektisida aman untuk semua orang-bayi, ibu hamil, anak-anak, orang
dewasa, ayam, babi, semua orang-kecuali untuk nyamuk dan ikan. Karena kelambu
berinsektisida tidak aman untuk ikan, kelambu ini tidak boleh dicuci di aliran air atau sungai
Deltamethrin, bahan kimia yang digunakan untuk memproses kelambu tersebut, aman untuk
manusia. Tentu saja tidak direkomendasikan memasukkan kelambu ini ke dalam mulut,
tetapi jika seorang anak melakukannya, cucilah mulutnya segera untuk membuang rasanya.
Deltamethrin juga digunakan sebagai pestisida di pertanian-pertanian, seperti kopi, buah-
buahan, sayur-mayur, dan kedele. Jadi sangat mungkin sekali anda telah menelan
Deltamethrin dalam jumlah kecil saat memakan atau meminum produk-produk ini.
Bagaimana jika tokek jatuh di kelambu dan kemudian mabuk atau mati, sudah pasti
kelambu ini tidak aman untuk manusia? Seperti telah dijelaskan di atas, insektisida Deltamethrin
yang digunakan untuk memproses kelambu ini sangat aman untuk manusia, siapapun apakah itu
bayi atau orang dewasa yang tidur didalamnya. Jadi anda tidak perlu khawatir. Tokek memiliki
komposisi fisik berbeda dari manusia. Karena itu mereka lebih terpengaruh oleh insektisida ini.
Kelambu berinsektisida yang tahan lama lebih sedikit menimbulkan iritasi kulit dibanding
yang direndam sendiri. Kadang-kadang kelambu baru direndam, orang yang merendamnya akan
mengalami iritasi kulit tetapi pada kelambu berinsektisida yang tahan lama, iritasi ini berkurang
jauh.
Untuk ibu hamil, kelambu berinsektisida melindunginya dari malaria dan oleh karenanya
mengurangi juga risiko terjadinya anemia dan kematian ibu.
a. Biaya pemakaian kelambu lebih murah dibandingkan dengan biaya pengobatan bila terkena
malaria
Semua manfaat kelambu berinsektisida ini luar biasa, tetapi kelambu itu harus dipakai
dengan benar agar bisa memberikan manfaat maksimal. Jadi, bagaimana cara kita
menggunakannya dengan benar?
b. Pastikan ujung kelambu dimasukkan dibawah kasur atau alas tidur. Jika ibu tidur di alas di
lantai kayu, mereka harus memastikan memasukkan ujung kelambu setiap malam. Nyamuk
bisa masuk melalui lubang-lubang di lantai kayu jika kelambu tidak dimasukkan dengan
benar.
c. Jika ada lubang di kelambu, pastikan anda menjahitnya segera. Nyamuk akan mencari lubang
untuk masuk, jadi pastikan tidak ada lubang.
d. Supaya tidak ada lubang di kelambu anda, jika siang hari, naikkan kelambu tersebut supaya
tidak dimainkan atau robek saat sedang tidak digunakan.
e. Untuk melindungi dari gigitan nyamuk setiap malam, anda harus menggunakan kelambu
berinsektisida setiap malam sepanjang tahun, baik itu musim hujan atau musim kemarau atau
tampaknya tidak ada nyamuk di sekililing anda! Karena nyamuk malaria bisa menggigit di
tengah malam, mereka akan ada dimana-mana sekalipun jika kita tidak melihatnya, hanya
butuh satu gigitan nyamuk untuk terinfeksi malaria.
g. Pada kelambu yang dicelup sendiri, jika kelambu sudah tidak efektif lagi, berikan kembali
insektisida yang resmi/terdaftar pada kelambu tersebut. Cara pemberian kembali insektisida
pada kelambu mengacu pada petunjuk dari dinas kesehatan setempat.
PERHATIAN :
APABILA HENDAK BEPERGIAN KE DAERAH TAMBANG ATAU KE
KEBUN, HARUS MEMBAWA KELAMBU BERISEKTISIDA UNTUK
DIGUNAKAN PADA TEMPAT TERSEBUT.
2.5.1 Tutup pintu dan jendela dengan kawat atau jala/kelambu nilon untuk mencegah nyamuk
masuk kedalam rumah
Hindari pergi keluar setelah hari gelap. Jika pergi dimalam hari:
b. Gunakan krim penangkal nyamuk pada kulit yang tidak tertutup pakaian
c. Gunakan obat nyamuk bakar (khususnya saat duduk di luar) yang mengeluarkan
asap. Asap tersebut mengusir nyamuk atau membunuhnya ketika mereka terbang
melewati asap itu.
e. Gunakan obat nyamuk bakar. Asap dari obat nyamuk itu akan membunuh atau
mengusir nyamuk
Kehamilan dan kelahiran merupakan suatu proses alamiah yang biasanya berjalan
normal, tanpa komplikasi. Oleh karena itu, ANC bertujuan untuk menjamin, mendukung
serta menjaga keadaan ibu dan janin selalu dalam keadaan baik selama kehamilan
sehingga kelahiran dapat berlangsung normal. Untuk mencapai tujuan utama ANC-ibu
dan bayi yang sehat-tenaga kesehatan yang terampil harus mampu mencapai hal-hal di
bawah ini:
1. Deteksi dini dan pengobatan tepat terhadap komplikasi dan masalah/gangguan kesehatan
yang terjadi
kehamilan di bawah ini secara bermakna dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan
ibu dan bayi baru lahir:
2. Pre-eklampsia
3. HIV
5. Malaria
Di daerah endemik malaria, penapisan (skrining) untuk tanda dan gejala malaria
merupakan bagian rutin dari ANC. Tenaga kesehatan juga harus mampu membedakan
kasus malaria dengan atau tanpa komplikasi yang memerlukan cara pengobatan yang
berbeda.
2.6.3 Pengobatan
ANC menganjurkan intervensi yang aman, sederhana dan murah. Dua intervensi utama yang
sudah terbukti efektif mengurangi kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir di seluruh
dunia adalah:
Di Indonesia pencegahan malaria pada ibu hamil dilakukan dengan penggunaan kelambu yang
diberi insektisida.
2. Pemberian yodium
Jika seorang ibu hamil sudah mempersiapkan dirinya secara baik untuk persalinan normal
dan kemungkinan terjadinya komplikasi, maka dia sudah menerima ANC yang baik dan tepat
waktu. Sebagai bagian dari ANC, tenaga kesehatan akan mendampingi ibu dan keluarganya dalam
membuat perencanaan kelahiran. Diperkirakan 15% ibu hamil akan mengalami komplikasi yang
mengancam jiwanya. Kebanyakan komplikasi tersebut tidak dapat diperkirakan sehingga setiap
ibu hamil dan keluarganya harus dipersiapkan untuk mencari pertolongan secara tepat dan cepat
dalam situasi gawat darurat. Oleh karena itu, perencanaan kelahiran juga harus meliputi persiapan
menghadapi komplikasi.
Komponen-komponen kunjungan menurut usia kehamilan dapat dilihat pada tabel berikut.
Untuk:
Untuk: Untuk:
Untuk:
Mendeteksi tanda/gejala
Mendeteksi tanda/gejala Mendeteksi
malaria dan komplikasi Mendeteksi tanda/gejala
malaria dan komplikasi tanda/gejala malaria
serta penyakit lainnya malaria dan komplikasi
serta penyakit lainnya dan komplikasi serta
serta penyakit lainnya
penyakit lainnya Mengkonfirmasikan
Menghitung TPP/umur EDC dan kemajuan Mengkonfirmasikan TPP
kehamilan Mengkonfirmasikan
normal dan kemajuan normal
EDC dan kemajuan
Menentukan apakah normal Melanjutkan atau Mengidentifikasi
kemajuan kehamilannya memperbaiki rencana malpresentasi
normal Melanjutkan atau
asuhan (jika diperlukan)
memperbaiki rencana Melanjutkan atau
Asuhan/rujukan yang asuhan (jika Asuhan/rujukan yang memperbaiki rencana
tepat untuk masalah yg diperlukan) tepat untuk masalah yg asuhan (jika diperlukan)
teridentifikasi teridentifikasi
Asuhan/rujukan yang Asuhan/rujukan yang
Pengujian dan konseling tepat untuk masalah yg Pengembangan/kajian tepat untuk masalah yg
HIV atas dasar kesadaran teridentifikasi lebih jauh mengenai teridentifikasi
sendiri perencanaan persalinan
Pengembangan/kajian
lebih jauh mengenai
perencanaan
persalinan
1. Riwayat obstetri
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium
3. Konseling, termasuk rencana kelahiran dan penggunaan kelambu yang diberi insektisida (dan
informasi yang relevan mengenai bagaimana klien mendapatkan dan menggunakan kelambu
berinsektisida)
Karena ini merupakan program baru-anda harus mendistribusikan kelambu yang anda terima ke
setiap ibu hamil yang saat ini berada dalam perawatan anda-meskipun jika anda tahu dia telah
punya kelambu, telah hamil 8 bulan, jika dia berkata dia tidak akan menggunakannya atau jika dia
kaya.
Setiap ibu hamil mendapat satu kelambu gratis, dan satu kelambu diberikan untuk
setiap satu kehamilan!
Anda akan mendistribusikan kelambu hanya kepada para ibu yang baru hamil yang datang ke
layanan ANC. Jika anda tahu anda ibu yang hamil di desa anda, tetapi belum datang ke ANC,
anda juga bisa mendatanginya dan memberinya kelambu tersebut secara langsung dengan
menekankan pentingnya dia datang melakukan kunjungan ANC pertama.
Untuk permulaan, anda akan diberikan suplai kelambu yang cukup untuk semua ibu hamil di
dalam perawatan anda serta suplai untuk ibu yang kemudian hamil di desa anda. Jika kelambu di
persediaan anda tinggal sedikit, anda harus memberitahu Koordinator Bidan di Puskesmas bahwa
anda membutuhkan kelambu tambahan ketika anda menghadiri rapat bidan atau Puskesmas
rutin. Pada kesempatan itu, anda juga harus menyerahkan laporan tentang distribusi kelambu
anda sehingga bisa menilai bersama-sama distribusi anda saat ini dan mengetahui jumlah kelambu
yang anda butuhkan.
Sistem pengiriman kelambu akan mengikuti sistem pengiriman (procurement) yang telah ada di
dalam sistem kesehatan kabupaten. Karena kelambu tersebut telah diberi insektisida persediaan
kelambu harus disimpan di gudang P2M di tingkat kabupaten. Puskesmas juga akan memiliki
persediaan untuk menyuplai kembali para bidan di area mereka dan setiap bidan akan memiliki
persediaan sehingga bisa langsung didistribusikan kepada para ibu hamil ketika mereka
berkunjung ke ANC.
Di setiap puskesmas, orang yang bertanggung jawab mengambil pesanan perolehan dari bidan
dan memastikan ada lagi kelambu yang dikirim dari tingkat kabupaten adalah Koordinator Bidan
di setiap Puskesmas. Jika tidak ada koordinator bidan, maka kepala Puskesmas harus menunjuk
orang yang memegang peran ini. Karena akan ada pertemuan bulanan rutin di tingkat Puskesmas
(Rapat Rutin atau Mini Log), anda harus memberikan laporan kapan membutuhkan kelambu
tambahan pada pertemuan ini. Diagram berikut ini menjelaskan sistem pengiriman kelambu:
Pengiriman
Gudang P2M di
Tingkat kegiatan
Ruang penyimpanan
Puskesmas di tingkat
Kabupaten
Anda sudah memiliki catatan ANC tentang ibu hamil dan kelahiran di area kerja anda.
Termasuk di dalam laporan ini juga bagian tentang pemberian kelambu kepada ibu hamil,
distribusi lembaran informasi tentang pemakaian dan perawatan kelambu akhirnya, pendidikan
malaria yang diberikan selama K-1.
Anda juga diharapkan menyimpan catatan tentang kelambu yang telah diberikan pada anda
dan kelambu yang anda distribusikan. Tabel berikut ini menunjukkan pada anda cara
melakukannya. Untuk menerima kelambu-kelambu tambahan, anda terlebih dahulu harus
menunjukkan tabel ini kepada Koordinator Bidan, Kepala Puskesmas atau staf P2M di
Puskesmas anda yag bertanggung jawab menyuplai kelambu kepada anda.
Kabupaten : _________________________
Puskesmas : _________________________
Polindes : _________________________
Desa : _________________________
1 2 3 4 5 6
2.6.2. Pengawasan
Pengawasan adalah komponen positif program ini. Pengawasan merupakan cara anda
untuk belajar secara praktis dari supervisor anda berdasarkan kebutuhan-kebutuhan individual
anda sendiri. Pengawasan juga merupakan jalan bagi supervisor untuk memahami dengan lebih
baik persoalan-persoalan khusus yang anda temui dan pelatihan tambahan yang anda butuhkan.
Anda harus sudah mendapat pengawasan bulanan dan tiga bulanan rutin oleh koordinator bidan
yang diatur Puskesmas ke Polindes anda. Koordinator Bidan akan menggabungkan distribusi
malaria dan kelambu ke kunjungan-kunjungan pengawasan mereka.
Di beberapa wilayah Puskesmas, ada desa-desa yang tidak memiliki bidan yang tinggal di sana.
Barangkali tidak ada Polindes atau barangkali bidan tersebut tidak mau tinggal di desa tersebut.
Apapun alasannya, ibu hamil di desa-desa ini juga harus mendapat kelambu gratis dan penjelasan
tentang malaria dan kehamilan. Masing-masing Puskesmas akan mengidentifikasikan cara yang
lain untuk distribusi kelambu ke desa tersebut. Beberapa ide adalah: dukun bersalin, kepala desa,
PKK dan lewat Posyandu setiap bulan.
A.
B.
Pokok bahasan:
3.1 Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat
1. Definisi pemberdayaan masyarakat
2. Tujuan pemberdayaan
3. Elemen pemberdayaan masyarakat
3.2 Strategi Pemberdayaan Masyarakat
1. Pelayanan berorientasi pada kebutuhan masyarakat
2. Memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat
3.3 Bentuk-bentuk Pemberdayaan Masyarakat dalam
Penanggulangan Malaria
1. Pos Malaria Desa
2. Participatory Learning and Action
3. Sosialisasi
4. Menjalin kemitraan
masyarakat akan kekuatan dan potensi yang dimiliki dapat memberikan kesadaran bersama
bahwa perubahan menuju kesejahteraan adalah sebuah keniscayaan.
Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan malaria merupakan segala upaya
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan dan mencari pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.
Menurut Bartle (2007) terdapat 16 (enam belas) elemen yang harus dikedepankan dan
menjadi tujuan dari kegiatan pemberdayaan masyarakat, yaitu:
keuangan dan non keuangan. Semakin sejahtera/kaya suatu masyarakat, maka akan semakin
kuat atau berdaya masyarakat tersebut.
MENGORGANISIR
, MEMBANGUN
KESADARAN DAN
KEPEDULIAN
MASYARAKAT
AKAN MALARIA
MENGENALI
MASALAH DAN
EVALUASI
MENENTUKAN
BERSAMA
TARGET DAN
PRIORITAS
MERENCANAKAN
PEMANTAUAN KEGIATAN
TEMPAT PENCEGAHAN
PERINDUKAN MALARIA
SECARA RUTIN BERSAMA
MASYARAKAT
KEGIATAN
PENGENDALIAN
MALARIA OLEH
MASYARAKAT
3. Tujuan
Tumbuh dan berkembangnya peran dan kemandirian masyarakat didalam upaya
penanggulangan malaria di desa sehingga malaria tidak merupakan masalah
kesehatan masyarakat.
4. Kegiatan Operasional POSMALDES
a. Penemuan dan pengobatan penderita oleh kader terlatih.
b. Penyuluhan kepada masyarakat.
c. Berbagai upaya untuk kemandirian dan pemberdayaan Posmaldes, misalnya:
iuran, arisan kelambu, kerja bakti, membersihkan sarang nyamuk, dan lain-lain.
5. Bimbingan Teknis Dan Pendampingan
Bimbingan teknis dilakukan oleh petugas Puskesmas/Pustu/Polindes meliputi
penemuan dan pengobatan penderita, penyuluhan dan penggerakan masyarakat
dalam penanggulangan malaria, pembuatan sediaan darah/Rapid Diagnostic Test
(bila memungkinkan).Pendampingan untuk kelestarian dan kemandirian Posmaldes
dilakukan oleh LSM, PKK, Organisasi Desa, TOMA, TOGA, Tokoh Adat, dan lain-
lain.
6. Upaya Pemberdayaan
Agar Posmaldes dapat berfungsi secara efektif dan berkembang sesuai dengan
kebutuhan, diperlukan berbagai upaya antara lain :
a. Membangun komitmen dengan Pemerintah daerah setempat untuk mendapatkan
dukungan kebijakan dalam rangka pembentukan POSMALDES.
b. Membangun dukungan sosial dan finansial dari lintas sektor terkait, LSM dan
masyarakat.
c. Memberdayakan masyarakat dalam upaya penanggulangan penyakit malaria.
7. Indikator keberhasilan.
Indikator keberhasilan POSMALDES diukur dengan :
a. Dimanfaatkannya POSMALDES oleh masyarakat sehingga penderita segera
ditolong dengan pemberian obat secara benar dan tepat.
b. Berfungsinya POSMSLDES dalam upaya penyuluhan dan pemberdayaan
masyarakat dalam penanggulangan penyakit malaria.
c. Kegiatan POSMALDES dapat berlangsung secara mandiri dan berkelanjutan.
2. Tujuan PLA
a. Meningkatkan pengetahuan dan kemauan masyarakat untuk memperbaiki situasi
di desanya sendiri selama dan sesudah proses belajar.
b. Ide untuk memperbaiki situasi kesehatan di desa melalui diskusi terbuka dan
kesepakatan akan terus hidup.
c. Munculnya rencana aksi yang akan dilakukan bersama anggota masyarakat untuk
meningkatkan situasi kesehatan di desa.
3. Tahap dan Teknik PLA
a. Sesi 1 : Membangun Pelatihan yang Menyenangkan
Tujuan Sesi :
1) Peserta, Panitia dan fasilitator merasa nyaman dan saling mengenal
Isi Materi :
1) Perkenalan yang menyenangkan
2) Berbagi tujuan dan harapan, anda dan mereka
3) Membangun kesepakatan/kontak belajar
4) Pemilihan ketua kelas
5) Menjelaskan peran peserta, fasilitator dan panitia
6) Pre Test
Alat dan Bahan yang disiapkan :
1) Flipchart kosong, spidol, selotip kertas, meta plan warna warni
2) Kertas karton besar dibentuk buah jeruk yang diberi judul HARAPAN
3) Kertas karton besar dibentuk bunga, yang diberi judul KEKHAWATIRAN
4) Karton berwarna berjudul kontrak belajar, yang dibagi dua bagian : apa yang tidak
boleh dan apa yang boleh dilakukan peserta
5) Flipchart berisi : Tujuan Pelatihan
6) Flipchart berisi : Jadwal/Agenda Pelatihan
7) Lembar pre test
Waktu : 90 menit
Tahapan kegiatan :
1) Fasilitator mengajak peserta untuk bebas melakukan curah gagasan, apa yang
mereka ketahui tentang malaria.
2) Untuk merangsang peserta, fasilitator bisa mengajukan pertanyaaan;
a) Binatang apa yang bisa paling berbahaya bagi manusia? (jawabannya adalah
nyamuk karena bisa membunuh jutaan orang setiap tahunnya)
b) Siapa yang pernah sakit malaria, tunjuk tangan
c) Malaria berbahay tidak?dst
Tujuan Sesi :
1) Peserta lebih memahami siklus nyamuk
2) Bisa mengenali ciri-ciri nyamuk dan jentik Anopheles dan membedakannya
dengan nyamuk dan jentik nyamuk lainnya.
3) Bisa mengenal kebiasaan nyamuk malaria dan pola penularannya
Waktu : 60 menit
Tahapan kegiatan :
1) Fasilitator menjelaskan tujuan sesi ini
2) Untuk memulai materi, fasilitator meminta salah seorang peserta untuk maju ke
depan dan bersedia menggambarkan sikulus nyamuk. Lalu peserta lainnya bisa
diminta menjelaskan bagaimana siklus nyamuk.
3) Setelah selesai, fasilitator memberi penghargaan pada peserta tersebut, lalu
mengajak berdiskusi tentang siklus nyamuk dan ciri-ciri nyamuk dan jentik
Anopheles, dibanding nyamuk lainnya. (gunakan bahan presentasi 2).
4) Fasilitator lalu memperlihatkan jentik dan nyamuk yang dibawanya, lalu
mempersilakan peserta untuk mengamati langsung bentuk jentik dan nyamuk
Anopheles. Pastikan semua peserta berkesempatan untuk melihatnya.
5) Fasilitator lalu mengajak berdiskusi mengenai kebiasaan nyamuk Anopheles
6) Fasilitator lalu mengajak peserta untuk membuat kalender musim (lakukan dalam
kelas besar). Menandai kapan atau pada musim-musim apa biasanya mulai banyak
orang sakit malaria.
7) Tuliskan jawabannya dalam bentuk table kalender musim. Untuk mengukur
seberapa banyak yang sakit malaria, bisa dibantu dengan menggunakan symbol
gambar, atau benda. Tempelkan hasilnya di dinding.
9) Jangan lupa selingi dengan permainan (misalnya main tangkap telunjuk setiap
mendengar istilah malaria)
10) Akhiri dengan menekankan kembali pesan-pesan kunci.
Tujuan Sesi :
1) Peserta mengenali jenis-jenis genangan air tempat perindukan nyamuk
2) Mampu membuat pemetaan kondisi malaria di desanya (village mapping), yaitu
mengidentifikasi lokasi tempat perindukan nyamuk didesanya
3) Mengetahui upaya pemberantasan tempat perindukan nyamuk
4) Mengenali sumber daya di desanya untuk membuat rencana aksi desa
Waktu: 60 Menit
Tahapan Kegiatan:
1) Fasilitator mengajak peserta untuk mengenali salah satu cara pencegahan malaria,
yaitu melalui kelambu berinsektisida.
2) Fasilitator mengajak peserta curah gagasan singkat, menanyakan siapa yang
memiliki kelambu berinsektisida, dan apa syarat-syarat untuk mendapatkan
kelambu berinsektisida secara gratis?
3) Setelah peserta menjawab, fasilitator mendiskusikan materi pelayanan pencegahan
malaria untukmibu hamil dan bayi (Gunakan presentasi 4).
4) Lanjutkan dengan diskusi tentang kelambu berinsektisida, manfaat dan cara
perawtannya. Tanya jawab dengan peserta.
5) Di akhir sesi, fasilitator mengajak peserta untuk bermain peran. Fasilitator
meminta tiga sukarelawan untuk maju untuk memrankan ibu kader, ibu hamil
yang menerima kelambu, serta suami dari ib hamil.
6) Ibu kader diminta berperan seagai kader yang erkunjung ke ibu hamil, lalu
memberi penyuluhan agar ibu hamil mau menggunakan kelambu berinsektisida
saat tidur. Suami ibu hamil berperan sebagai suami yang menolak menggunaan
kelambu. Juga ibu kader diminta untuk menjelaskan mengenai manfaat dan cara
perawatan kelambu tersebut. (Berkali dengan kelambu sebagai alat bermain
peran).
7) Selesai role play, hargai oleh fasilitator. Tepuk tangan bersama.
8) Akhiri dengan presentasi, diskusi tentang upaya-upaya lainnya yang dapat
dilakukan warga untuk mencegah dari gigitan nyamuk.
9) Jangan lupa selingi dengan permainan dan tutup dengan menekan pesan-pesan
kunci.
10) Jangan lupa ingatan pada peserta bahwa nanti malam kita akan bermain cerdas
cermat, sehingga diharapkan semua peserta untuk mempelajari kembali semua
yang telah dipelajari.
f. Sesi 6 : Evaluasi Malam : Bermain Cerdas Cermat dan Sesi Tambahan tentang
Pengobatan Malaria
Tujuan sesi:
1) Menilai peningkatan pengetahuan peserta tentang malaria
2) Menyegarkan suasana dan motivasi peserta untuk terus belajar tentang malaria
Tujuan Sesi:
1) Peserta memahami apa itu fasilitator, fasilitasi, dan syarat-syarat menjadi fasilitator
2) Peserta berlatih menjadi seorang fasilitator andal.
3) Meningkatkan kepercayaan diri sebagai seorang fasilitator PLA.
Waktu: 60 menit
Tahapan Kegiatan :
3) Anda berperan sebagai fasilitator yang memandu pertemuan warga desa untuk
menyepakati penggunaan dana ADD di desa anda. Silahkan untuk berperan!
4) Anda berperan sebagai fasilitator yang memandu pertemuan warga desa anda
untuk menyelesaikan masalah malaria di desa anda. Silahkan berperan!
5) Anda berperan sebagai seorang fasilitator yang memendu pertemuan warga desa
untuk menyelesaikan masalah kebersihan lingkungan di desa anda. Silahkan
berperan!
5) Fasilitator juga mengingatkan bahwa sebagai fasilitator PLA Malaria di desa harus
selalu membangun suasana pelatihan yang menyenangkan. Untuk itu dalam
pelatihan di desa nanti harus diselingi dengan permainan-permainan. Peserta yang
jadi fasilitator di desa harus menguasai banyak permainan-permainan
6) Sebelum langsung praktek bersama warga desa fasilitator , fasilitator mengajak
peserta untuk berlatih, praktek dalam kelompok terlebih dahulu.
7) Dalam praktek dalam kelompok kali ini, peserta tidak perlu mempraktekan semua
tahapan dan teknik PLA Malaria. Kelompok dipersilahkan mendiskusikan
tahapan-tahapan mana yang akan dipraktekkannya. Namun jika merasa sanggup
untuk mempraktekan semuanya, maka dipersilahkan juga . selain praktek teknik
PLA, peserta diminta mempraktekan permainan-permainan juga.
8) Peserta dibagi 4 kelompok dalam setiap kelompok diminta berbagi tugas, siapa
yang akan menjadi fasilitator masing-masing sesi. Saat satu orang berperan sebagai
fasilitator, peserta lain berperan sebagai warga desa.
9) Setiap kelompok didampingi oleh fasilitator pendamping, yang nantinya bertugas
mengamati saja, dan memberikan feedback saat praktek PLA berlangsung.
10) Praktek PLA Malaria dalam kelompok berlangsung selama 3 jam (atau selama
waktunya tersedia)
11) Setelah praktek dalam kelompok dan pemberian feedback selesai, semua kembali
ke kelas besar.
12) Setiap fasilitator pendamping berkelompok diharapkan memberikan kesimpulan
dan masukan-masukkannya secara umum. Sikap, keterampilan dan pengetahuan
apa yang perlu ditingkatkan oleh peserta, agar bisa menjadi fasilitator PLA yang
handal di desanya
13) Sesi ini selesai. Jangan lupa selingi dengan permainan agar tidak membosankan.
Tujuan Sesi:
Seluruh kelompok telah siap melaksanakan praktek PLA Malaria di desa, baik dari sisi
pembagian tugas, alat dan bahan yang diperlukan, hingga materi-materi lainnya.
Alat dan bahan yang disiapkan
1) Panduan persiapan praktek PLA
2) Alat dan bahan pelatihan PLA untuk 4 kelompok yang akan praktek PLA di desa.
Masing-masing kelompok dibekali: flipchart/ kertas karton, spidol besar/kecil,
selotip kertas, KIE malaria, kelambu berinsektisida, gayung dan botol, srta tali dan
balon untuk permainan. Juga alat lainnya jika diperlukan.
3) Pembagian kelompok berdasarkan desa, dan fasilitator pendampingnya masing-
masing.
Tujuan Sesi:
1) Memperkuat keterampilan peserta untuk menjadi fasilitator PLA malaria di desa
2) Terlaksananya kegiatan PLA malaria di desa
3) Desa tempat dilaksanakannya PLA malaria memiliki rencana aksi
kegiatanpemberantasan tempat perinduk nyamuk
l. Sesi 12 : Presentasi Hasil PLA Malaria di Desa dan Menyusun Rencana PLA
di Desa Masing-Masing bersama warga desa
Tujuan Sesi:
1) Berbagi pengalaman melaksanakan kegiatan PLA malara di desa
2) Berbagi tips-tips untuk melaksanakan kegiatan PLA dengan lebih baik, dan tips-
tips menjadi fasilitator yang handal
3) Menyusun rencana pelaksanaan PLA malaria di desa masing-masing peserta
Waktu : 30 Menit
Tahapan Kegiatan :
1) Failitator dan panitia enyampaikan penghargaan atas lancarnya kegiatan pelatihan
2) Fasilitator dan panitia mengajak peserta untuk membuat rekomendasi atau
kesepakatan bersama tindak lanjut dari pelatihan ini (Format rekomendasi atau
kesepakaatan telah disiapkan sebelumnya oleh fasilitator dan panitia).
3) Setelah semua setuju dengan rekomendasi/kesepakatan yang disampaikan, tanda
tangan.
4) Fasilitator dan panitia juga akan diberikan penghargaan kepada beberapa peserta
yang dinilai bisa menjadi contoh bagipeserta lainnya.
5) Fasilitator lalu memanggil peserta pelatihan yang dianggap berprestasi dan
diberikan hadiah kecil
6) Slanjutnya pemberian sertifikat penghargaan juga diberikan kepada seluruh
peserta yang telah mengikuti pelatihan hingga selesai
7) Lalu dilakukan acara penutupan oleh panitia, pembacaan doa dan foto bersama.
8) Kegiatan pelatihan fasilitator PLA Malaria selesai.
100 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA
Contoh Kasus
Jumlah Kejadian Malaria pada Ibu hamil di Desa Fulai meningkat, hal ini
dikarenakan di Desa Fulai terletak di pinggir Pantai, disekitarnya banyak
terdapat rawa-rawa, sehingga banyak nyamuk. Warga desa akhirnya
memutuskan untuk menimbun rawa-rawa dengan karang dan pasir yang
banyak terdapat di desa tersebut. Akhirnya lingkungan desa tersebut
menjadi lebih kering, bersih dan nyamuk berkurang
BODY MAPPING
KEBERSAMAAN DAN
KESETARAAN
Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 101
BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA
3.3.3 Sosialisasi
Sosialisasi program bertujuan untuk
memperkenalkan program kepada pihak lain sehingga
dapat diharapkan adanya dukungan dan partisipasi
pihak tersebut terhadap program yang
disosialisasikan. Kesediaan sasaran untuk
berpartisipasi ditentukan oleh persepsi atas informasi
yang diterima melalui program. Kegiatan sosialisasi
yang dilakukan adalah sosialisasi pos malaria desa
Gb 38. Lomba dalam rangka
gebrak malaria sebagai salah satu
melalui pertemuan di tingkat kecamatan dan
media sosialisasi penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat. Sosialisasi
dapat dilaksanakan dengan cara seminar, lokakarya, pemberian leaflet dan pelatihan.
Penyuluhan dilakukan oleh petugas kesehatan dan kader malaria desa melalui penyuluhan
perorangan, kelompok dan penyuluhan masa. Dengan kegiatan sosialisasi ini diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga partisipasi masyarakat terhadap
program dapat ditingkatkan.
102 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA
baik itu tokoh masyarakat, organisasi masyarakat dan sector-sektor terkait akan
memudahkan pelaksanaan dan pencapaian tujuan program.
Penanggulangan malaria merupakan tantangan bagi segenap bangsa, bukan hanya
tantangan untuk pemerintah, penanggulangan malaria sangat memerlukan kepedulian dan
dukungan segenap komponen bangsa dan rakyat Indonesia. Dari berbagai pengalaman
penaggulangan malaria pada masa lalu, telah terbukti bahwa tanpa keterlibatan dan
dukungan legislatif, pemerintah daerah, masyarakat termasuk organisasi sosial, keagamaan
dan pihak swasta, hasil yang dicapai belum optimal. Upaya penanggulangan malaria
memerlukan kepedulian dan dukungan serta kemitraan berbagai pihak. Dibawah ini
dipaparkan beberapa contoh potensi dukungan dari berbagai pihak untuk menangulangi
malaria.
a. Sektor Pendidikan Nasional
Pengetahuan upaya pengendalian malaria sebagai materi pelajaran muatan lokal
(Mulok)
b. Sektor Agama
Pengetahuan upaya pengendalian malaria sebagai materi pelajaran muatan lokal
(mulok), penyebar luasan materi penanggulangan malaria misalanya melalui khutbah
Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 103
BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA
f. Sektor Peternakan
g. Sektor Pertanian
Budidaya ikan (ikan pemakan jentik) di badan air, penanaman kembali pohon bakau.
i. DPRD
Legislasi dalam penyusunan Perda dan Penganggaran.
j. Sektor Pariwisata
Penggerakan sektor pariwisata untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk.
k. BAPPEDA
Perencanaan program penganggaran
l. Sektor Informasi / Humas
Penyebarluasan upaya mengindari gigitan nyamuk, penyebarluasan upaya pencarian
pengobatan.
104 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA
mereka pengaruhi dan informasikan. Kita harus memberitahu mereka dengan pesan
umum tentang malaria, pencegahan dan perawatannya, risiko malaria pada kehamilan dan
pada anak-anak serta pentingnya memakai kelambu. Dengan memberikan penjelasan
kepada pemimpin-pemimpin ini dan meminta bantuan mereka melakukan sosialisasi
kepada anggota masyarakat mereka, kita bisa meningkatkan kesadaran dan kerelaan untuk
memakai kelambu. Jika mereka tahu petugas kesehatan memberikan kelambu gratis
kepada ibu hamil untuk setiap kehamila, maka mereka bisa membantu mendorong orang-
orang di sekitar mereka untuk datang ke layanan ANC. Beberapa cara untuk menjangkau
pemimpin-pemimpin ini, antara lain :
a. Mendatangi mereka satu per satu dan menyampaikan kepada mereka informasi
anjuran (selebaran, poster, kalender) dan penjelasan tentang layanan baru untuk ibu
hamil dan risiko-risiko kesehatan yang dihadapi ibu hamil dan anak balita yang
terinfeksi malaria.
b. Meminta kepala desa untuk mengundang rapat semua pemimpin masyarakat terkait.
Dalam rapat ini anda bisa menginformasikan mereka tentang layanan baru tersebut,
informasi kesehatan tentang kehamilan, anak-anak dan malaria.
c. Memanfaatkan rapat desa yang telah ada untuk memberikan informasi tentang
kampanye kelambu dan malaria pada kehamilan dan anak-anak.
Beberapa hal penting yang harus diingat saat bertemu dengan kepala desa, yaitu :
a. Informasi harus sederhana dan mudah dipahami
b. Meminta usulan cara menjangkau warga mereka
c. Menanyai mereka tentang rencana yang akan mereka lakukan untuk mempromosikan
layananbaru ini, menggunakan kelambu pada ibu hamil dan bayi yang baru dilahirkan
dan menyarankan diagnosis dan perawatan.
Pesan-pesan utama yang harus disampaikan kepada para kepala desa, antara lain :
a. Kelambu bisa melindungi anda dari infeksi malaria
b. Semua ibu hamil harus menggunakan kelambu seawal mungkin di kehamilan mereka
untuk melindungi kehamilan
c. Malaria bisa membahayakan ibu yang hamil, janin dan bayi yang baru lahir. Ketiganya
harus dilindungi.
d. Kelambu bisa didapat dari bidan-bidan desa atau di puskesmas secara gratis.
e. Setelah melahirkan, ibu dan bayi mereka harus tidur menggunakan kelambu setiap
malam (dilapangan atau di rumah)
Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 105
BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA
f. Jika anda ibu hamil dan anda mengalami gejala-gejala malaria, segeralah datang ke
pusat kesehatan.
g. Mensosialisasikan kepada ibu hamil dan ibu usia produktif tentang skema kelambu
gratis, di wilayah yang ada program itu.
106 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV
SISTEM RUJUKAN DAN
PENDOKUMENTASIAN
Pokok bahasan :
4.1 Sistem Rujukan
1. Alur Rujukan
2. Langkah-langkah dalam meningkatkan rujukan
3. Memasukkan persiapan dan informasi dalam rencana
rujukan
4.2 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
1. Tujuan pencatatan asuhan kebidanan
2. Manfaat Pendokumentasian
3. Model Pendokumentasian
4.3 Contoh Pendokumentasian
Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 107
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
108 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
Ibu hamil dengan gejala malaria dan hasil laboratorium atau RDT; falsiparum.
Tanyakan juga kemungkinan ada gejala seperti di bawah ini:
Kejang-kejang
Bingung, mengantuk, koma
Panas sangat tinggi
Kelemahan umum (tidak bisa duduk/berdiri)
Sulit bernafas atau bernafas dengan cepat
Muntah setiap kali makan atau tidak dapat makan dan minum
Pucat di telapak tangan, lidah dan bagian dalam kelopak mata
Rasa kering di mulut dan lidah
Mata/kulit berwarna kuning
TIDAK YA
Lanjutkan ANC :
Kelambu berinsektisida Rujuk
Zat besi/folat Segera
Dukungan nutrisi
Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 109
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
B : (Bidan) Pastikan bahwa ibu dan/ atau bayi baru lahir didampingi
oleh penolong persalinan yang kompeten dan untuk
menatalaksanakan gawat darurat obstetric dan bayi baru
lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan
110 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
Catat semua Asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau Bayinya. Jika asuhan
tidak dicatat dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan. Pencetatan adalah bagian
penting dari proses membuat keputusan klinik, karena memungkinkan pemberian Asuhan
Ante Natal Care(ANC) untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan
hingga Post Natal Care(PNC).
Pendokumentasian berarti pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek
maupun aktivitas pemberian jasa (layanan) yang dianggap berharga dan penting.
Dokumentasi kebidanan adalah suatu system pencatatan dan pelaporan informasi tentang
kondisi dan perkembangan kesehatan reproduksi dan semua kegiatan yang dilakukan
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan (Mangkuji, 2012).
Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 111
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
112 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
P = PLANNING
Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
Mengapa catatan SOAP dipakai untuk pendokumentasian?
a) Pendukomentasian metode SOAP merupakan penyaringan inti sari dari proses
Penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian
asuhan.
b) SOAP merupakan urut-urutan yang dapat membantu dalam mengorganisir
pikiran dan memberikan asuhan yang menyeluruh.
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis, seorang bidan
hendaknya menggunakan SOAP setiap kali ia bertemu dengan pasiennya. Selama masa
antepartum, seorang bidan dapat menuliskan satu catatan SOAP untuk setiap kali
kunjungan, sementara dalam masa intrapartum, seorang bidan boleh menuliskan lebih
dari satu catatan untuk satu pasien untuk satu hari. Seorang bidan harus melihat catatan-
catatan SOAP terlebih dahulu bilamana ia merawat seorang klien untuk mengevaluasi
kondisinya yang sekarang.
Ingat !
1. Catat semua data, hasil pemeriksaan, diagnosis, obat
obatan,asuhan atau perawatan,dll
2. Jika tidak dicatat dapat dianggap bahwa Asuhan tersebut tidak
dilakukan
Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 113
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
Contoh 1
ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL
PADA NY. D DENGAN MALARIA FALCIPARUM
DATA SUBJEKTIF
Identitas Pasien/ Suami
Nama Pasien : Ny. D / Tn.F
Umur : 26 Tahun / 30 Tahun
Suku / Bangsa : Bugis/ Indonesia / Ternate / Indonesia
Agama : Islam / Islam
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Koloncucu
114 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang : ibu mengatakan tidak menderita penyakit asma,jantung,
b. Riwayat penyakit keluarga :
c. Riwayat keturunan kembar :
d. Kebiasaan kebiasaan :
Merokok :
Minum minuman keras :
Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 115
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
- Palpasi Leopold :
Leopold I : 3 jari diatas sympisis (12 minggu)
Leopold II : balltomen (+)
Leopold III :-
Leopold IV :-
Auskultasi DJJ : (-)
i. Ektremitas
Oedema : (-)
Varises : (-)
Reflex patella : (+)
j. Genitalia luar : tidak dilakukan
k. Anus : tidak dilakukan
2. Pemeriksaan Panggul
Distansia spinarum : 25 cm
Distansia kristarum :28 cm
Boudelogue :18 cm
Lingkar panggul :88cm
3. Pemeriksaan Penunjang
HB : 8 gr%
DDR : (+) Falcifarum
PP tes : Positif (+)
Assessment
1. Diagnose kebidanan
Ny. D umur 26 Tahun GI,P0,A0 hamil 12 minggu dengan Malaria Falcifarum
2. Masalah
Anemia sedang
3. Diagnose Potensial
Abortus
4. Masalah potensial
Anemia berat
Planning
Tanggal : 26 08- 2013 jan 13.20 WIT
1. Mengobservasi K/U dan TTV
Hasil Keadaan umum : baik
tanda tanda vital
Tekanan Darah : 90/60mmHg
Nadi :84x/menit
Suhu :390c
Pernafasan : 24x/menit
116 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
2. Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi makanan yang mengandung sat besi seperti
bayam dan daun singkong
Hasil : ibu mau mengkomsumsi obat setelah makan dan sampai tuntas
7. Memberitaukan tanda tanda bahaya pada ibu dan suami seperti tidak dapat makan
atau minum, tidak sadar, keluar darah dari jalan lahir, dan kejang. Bila menemukan
sala satu tanda bahaya kehamilan diatas maka, segera mencari pertolongan pada
petugas kesehatan.
Hasil : ibu dan suami mengerti dan mau melakukan anjuran yang
diberikan
Hasil : ibu mau melakukan kunjungan ulang pada tanggal yang telah
ditentukan
Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 117
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
Contoh 2
DATA SUBJEKTIF
Identitas Pasien/ Suami
Nama Pasien : Ny. D / Tn.F
Umur : 30 Tahun / 31 Tahun
Suku / Bangsa : Bugis/ Indonesia / Ternate / Indonesia
Agama : Islam / Islam
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Salero
1. Kunjungan Saat Ini : Kunjungan pertama
2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan demam menggigil sudah 2 hari di rumah disertai
kejang
Keluhan menyertai : Panas, pusing, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, muntah 2x di
rumah pada tanggal 28-8-2013
3. Riwayat Perkawinan : Kawin 1 kali pada umur 29 Tahun dengan suami sekarang umur 30 tahun
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Teratur / Tidak : Teratur
Siklus : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Dismenorea : ya
Banyaknya : ± 50 cc
118 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang : ibu mengatakan tidak menderita penyakit asma,jantung,DM,
hipertensi
b. Riwayat penyakit keluarga :ibu mengatakan dikeluarganya maupun keluarga suaminya
tidak
ada yang menderita penyakit asma,jantung,DM dan hipertensi
c. Riwayat keturunan kembar : ibu mengatakan dikeluarganya maupun keluarga suaminya
tidak ada keturunan kembar
d. Kebiasaan kebiasaan
Merokok :tidak ada
Minum minuman keras :tidak ada
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kurang baik
b. Kesadaran : Apatis
c. Tanda vital
Tekanan Darah : 90/70mmHg
Nadi :100x/menit
Suhu :400c
Pernafasan : 30x/menit
d. TB :157 cm
e. BB sebelum hamil :47 kg
BB sekarang :46 kg
f. LILA : 20 cm
g. Kepala dan leher
Rambut : bersih tidak mudah rontok dan tidak berketombe
Muka : oedema, tidak ada cloasmagravidarum
Mata : conjungtiva pucat
Sclera : iktrus
Mulut : bersih, caries negative
Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran venajugularis (-), kelenjar limfa (-)
h. Abdomen
Besar : sesuai umur kehamilan
Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 119
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
Assessment
1. Diagnose kebidanan
Ny. D umur 30 Tahun G2,P1,A0 usia kehamilan 28 minggu. Intra uteri, tunggal,
hidup, dengan Malaria Falcifarum
2. Masalah
Anemia berat
3. Masalah Potensial
a. Partus prematurus
b. IUFD
Planning
Tanggal : 30 08- 2013 jan 13.20 WIT
1. Memperbaiki K/U dengan pemasangan Infus dengan RL
2. Mengobservasi K/U dan TTV
Hasil Keadaan umum : kurang baik
Tanda Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 90/70mmHg
b. Nadi :100x/menit
c. Suhu :400c
d. Pernafasan : 30x/menit
3. Bebaskan jalan napas dengan memposisikan kepala lebih rendah dari kaki
4. Persiapan rujukan
a. Pendampingan Bidan dalam proses rujukan
120 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
b. Alat, misalnya Tensi, Termometer dll yang dibutuhkan pada saat merujuk pasien
c. Informed Consent & Informed Choice dengan keluarga, pastikan bahwa keluarga telah
mengetahui keadaan pasien dan menyetujui rujukan
d. Obat sesuai dengan kewenangan Bidan
e. Pastikan kesiapan keluarga dalam dukungan Dana
f. Pastikan kendaraan telah siap digunakan ke tempat rujukan.
Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 121
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
No.
Hal : Rujukan
Lamp :
Kepada :
Dengan hormat,
Mohon pemeriksaan /pengobatan lebih lanjut :
Nama penderita
Alamat
Dengan keluhan : menggigil/demam/berkeringat/mual/muntah/sakit
Masuk puskesmas
Pemeriksaan : Keadaan umum
Tensi
Diagnosis kerja :
Telah diberikan pengobatan
Saat ini diberikan
Pengobatan tambahan
Slide malaria dibuat/tidak dibuat/diikut sertakan, atas bantuan dan kerja samanya diucapkan terima kasih.
Kepala Puskesmas
122 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN
No. : 378
Hal : Rujukan
Lamp : 1 (satu)
Kepada :
Yth. Dokter Jaga Ruang IGD
RSUD. Chasan Boesoeri
Di
Ternate
Dengan hormat,
Mohon pemeriksaan /pengobatan lebih lanjut :
Nama penderita : Ny. Delia, umur : 30 tahun, Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Moti Kota
Dengan keluhan : Panas, pusing, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, muntah 2x di rumah pada tanggal
28-8-2013
Masuk puskesmas : tanggal : 30/08/2013, jam 13.00
Pemeriksaan : Keadaan umum : Kurang baik, kesadaran : Apatis
Tensi : 90/70 mmHg, nadi : 100 x/m, pernafasan : 30 x/m
Suhu 40 °C, kelainan fisik yang menonjol :Tidak ada
Diagnosis kerja : Ny. D umur 30 Tahun G2,P1,A0 usia kehamilan 28 minggu. Intra uteri, tunggal, hidup,
dengan Malaria Falcifarum.
Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 123