Anda di halaman 1dari 135

MODUL PENCEGAHAN & PENANGANAN

MALARIA PADA KEHAMILAN

Ilustrasi : canstockphoto
MODUL
PENCEGA
GAHAN & PENANGANAN
MALARIA
IA PADA KEHAMILAN
Ternate 2014
14
MODUL PENCEGAHAN & PENANGANAN
MALARIA PADA KEHAMILAN

Poltekkes, Ternate, 2014


Kampus A
Jl. Cempaka, Kelurahan Tanah Tinggi Barat, Kecamatan Ternate Selatan,
Kota Ternate, Maluku Utara

Kampus B
Jl. AM. Kamaruddin, Kelurahan Sangadji, Kecamatan Kota Ternate Utara,
Kota Ternate, Maluku Utara

Telephone: (0921) 3121870


Fax: (0921) 3121870
http://poltekkesternate.ac.id
Email: poltekes_ternate@yahoo.co.id / poltekes.ternate@gmail.com

ii
UCAPAN TERIMA KASIH

Isi Modul ini merupakan hasil karya tim melalui kerjasama Poltekkes Kemenkes Ternate, Dinas
Kesehatan Propinsi Maluku Utara dan UNICEF.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam proses
penyusunan modul ini, yaitu :

Para Tim Konsultan :

• dr Chairunnisa Amal, M.Kes, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Maluku Utara


• Kartini M. Ali, S.Pd, M.Kes, Direktur Poltekkes Kemenkes Ternate
• Farida Alhadar, S.Pd, A.Kp, M.Kes, Pudir I Poltekkes Kemenkes Ternate
• Rusny Muhammad, S.Pd, M.Kes, Pudir II Poltekkes Kemenkes Ternate
• Ramli Muhammad, S.Pd, M.Kes, Pudir III Poltekkes Kemenkes Ternate

Para Dosen Jurusan Kebidanan, Keperawatan Poltekkes Kemenkes Ternate dan Staf
Dinas Kesehatan Propinsi Maluku Utara maupun UNICEF selaku tim penyusun :
• dr. Risalia Reni Arisanti, UNICEF Propinsi Maluku Utara
• Badwi, UNICEF Propinsi Maluku Utara
• dr. Liasari Armaijn, M.Kes, Dinkes Propinsi Maluku Utara
• Amira BSA, S.Kp, M.Kep, Dosen Kebidanan
• Nuzliati T. Djama, S.SiT, M.Kes, Dosen Kebidanan
• Sulima H. Gay, S.ST, M.Kes, Dosen Kebidanan
• Hetty Astri, S.SiT, M.Kes, Dosen Kebidanan
• Rosida Hi. Saraha, S.ST, Dosen Kebidanan
• Rusdiyah, S.ST, Dosen Kebidanan
• Triany L. Pelu, S.SiT, Dosen Kebidanan
• Nurkila Suaib, S.ST, M.Kes, Dosen Kebidanan
• Sitti Hubaya Matjino, S.ST, M.Kes, Dosen Kebidanan
• Irawati Umaternate, S.ST, Dosen Kebidanan
• Asmaryani Hasim, S.ST, Dosen Kebidanan
• Rabiah Umanailo, S.ST, Dosen Kebidanan
• Eni Sulastri, S.ST, Dosen Kebidanan
• Sri Linda, S.ST, Dosen Kebidanan
• Sahnawy Marsaoly, S.Kep, M.Kes
• Muhlisa, SKM, M.PsiT, Dosen Keperawatan
• Iswahyudi, SKM, Dinkes Propinsi Maluku Utara

iii
KATA PENGANTAR

Penyakit Malaria masih merupakan problema klinik bagi Negara tropik/subtropik dan
Negara berkembang maupun Negara yang sudah maju. Di Indonesia, Malaria masih menempati
posisi sebagai penyakit menular yang memberikan kontribusi terhadap tingginya angka kesakitan
dan kematian serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Angka kesakitan dan
kematian malaria dalam kurun waktu lima tahun terakhir menunjukan trend menurun. Walaupun
demikian kemungkinan besar penyakit ini meningkat bahkan hingga mewabah apabila tidak
dilakukan penanganan secara memadai.

Pada tahun 2009 kabupaten/kota yang termasuk daerah endemis tinggi sebanyak 24,1%
dan menurun menjadi 12,88% pada tahun 2012. Secara nasional kasus malaria cenderung
mengalami penurunan dengan angka API (Annual Paracite Incidence) sebesar 4,1 per 1000
penduduk pada tahun 2005 menjadi 1,38 per 1000 penduduk pada tahun 2013. Pada umumnya
lokasi endemis malaria adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik,
sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan yang kurang, tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah serta perilaku hidup sehat yang kurang
baik.

API Propinsi Maluku Utara tahun 2013 berada pada angka 4,4 per seribu penduduk yang
dapat diartikan endemisitas sedang dengan jumlah konfirmasi laboratorium sebesar 89,9%.
Diantara yang menderita malaria 1040 kasus (20,68%) terjadi pada anak usia 0 bulan – 4 tahun
dan 63 kasus pada ibu hamil. Dari data yang masuk ke dinas kesehatan Propinsi Maluku Utara,
tercatat jumlah ibu hamil yang melakukan screaning malaria sebanyak 12.525 (46,6% dari jumlah
ibu hamil). Data yang ada menunjukkan bahwa meskipun Maluku Utara sudah mengalami
penurunan kasus dari tahun sebelumnya, akan tetapi masih merupakan ancaman karena masih
menyebabkan ribuan kasus diantaranya yang penderita rentan yakni bayi, balita dan ibu hamil.

Mengingat penyakit malaria masih merupakan ancaman terhadap kesehatan masyarakat,


maka penanggulangan malaria dilakukan secara komprehensif dengan upaya promotif, preventif
dan kuratif. Hal ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah
KLB. Untuk mencapai hasil yang optimal, upaya preventif dan kuratif tersebut harus dilakukan
dengan berkualitas dan terintegrasi dengan program lainnya termasuk program pendidikan

iv
kesehatan terkait, guna menghasilkan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam
menangani kasus malaria.

Modul ini disusun atas kerjasama UNICEF, Dinas Kesehatan Propinsi Maluku Utara dan
Poltekkes Kemenkes Ternate karena Poltekkes Kemenkes Ternate merupakan salah satu institusi
Pendidikan Tinggi Kesehatan yang menghasilkan tenaga kesehatan di Maluku Utara. Modul ini
merupakan buku pegangan bagi Dosen dan Mahasiswa pada Mata Kuliah Malaria dalam
Kehamilan yang dimasukkan ke dalam Kurikulum Institusi Jurusan Kebidanan dengan harapan
nantinya lulusan Poltekkes Ternate khususnya bidan mampu mengenal, memahami dan
menangani kasus-kasus malaria terutama pada ibu hamil.

Semoga modul ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan
masyarakat khususnya dalam pengobatan malaria. Saran dan kritik sangat diharapkan demi
penyempurnaan modul ini.

Ternate, Mei 2014


Penyusun Modul

v
INDEKS

AB IV : Antibiotik Intravena
ACT : Artemisinin Combination Therapy
AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome
AMI : Annual Malaria Incidence
ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome
BCS : Blantyre Coma Scale
DHP : Dihidroartemisinin + Piperaquin
DJJ : Denyut Jantung Janin
EKG : Elektrokardiografi
GCS : Glasgow Coma Scale
Go : Gonorhe
G6PD : Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase
Hb : Hemoglobin
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HRP-2 : Histidin Rich Protein 2
IgG : Immunoglobulin G
IgM : Immunoglobulin M
IMS : Infeksi Menular Seksual
IRS : Indoor Residual Spray
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KLB : Kejadian Luar Biasa
K-1 : Kunjungan Antenatal Pertama
LPB : Lapangan Pandang Besar
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MAT : Microscopic Agglutination Test
PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
PLA : Participatory Learning Action
p-LHD : Parasite Lactate Dehidrogenase
Pf : Plasmodium Falciparum
Pm : Plasmodium Malariae
Po : Plasmodium Ovale
Pv : Plasmodium Vivax
P2M : Pengendalian Penyakit Menular
RDT : Rapid Diagnostic Test
SD : Sediaan Darah
SGOT : Serum Glutamic Oxalacetic Transaminase
SGPT : Serum Glutamic Piravic Transaminase
SKRT : Survey Kesehatan Rumah Tangga
TNF : Tumor Necrosis Factor
TT : Tetanus Toxoid
WHO : World Health Organization

vi
DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH—iii


KATA PENGANTAR—v
INDEKS—v i
DAFTAR ISI—vii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR—viii

BAB I : Konsep Dasar Malaria—1


1.1 Pengertian malaria—2
1.2 Sejarah malaria—2
1.3 Epidemiologi malaria—2
1.4 Etiologi dan klasifikasi malaria—6
1.5 Penularan, siklus hidup plasmodium dan pathogenesis—8
1.6 Manifestasi klinis malaria—13
1.7 Diagnosis malaria—16
1.8 Pengobatan dan efek samping—21
1.9 Prognosis malaria—33
1.10 Pencegahan malaria—34

BAB II : Malaria dalam Kehamilan—39


2.1. Patogenesis malaria pada ibu hamil—40
2.2. Diagnosis malaria pada ibu hamil—41
2.3. Penatalaksanaan malaria pada ibu hamil—49
2.4. Pencegahan malaria pada ibu hamil—56
2.5. Cara-cara lain pencegahan malaria—61
2.6. Mengintegrasikan pencegahan malaria dalam kehamilan ke dalam asuhan antenatal—62
2.7. Aspek logistik distribusi kelambu berinsektisida—68
2.8. Contoh Kasus—72

BAB III : Peberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Malaria—75


3.1. Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat—76
3.2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat—80
3.3. Bentuk-bentuk Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Malaria—81

BAB IV : Sistem Rujukan dan Pendokumentasian—107


4.1. Sistem Rujukan—108
4.2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan—111
4.3. Contoh Pendokumentasian—114

vii
DAFTAR TABEL & GAMBAR

TABEL
Tabel 1. Masa Inkubasi Penyakit Malaria—13
Tabel 2. Pengobatan Malaria Falsiparum menurut Berat Badan Dengan DHP dan Primakuin—22
Tabel 3. Pengobatan Malaria Vivaks menurut Berat Badan Dengan DHP dan Primakuin—22
Tabel 4. Pengobatan Malaria Falsiparum menurut Berat Badan
dengan Artesunat + Amodiakuin & Primakuin—25
Tabel 5. Pengobatan Malaria vivaks menurut Berat Badan
dengan Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin—25
Tabel 6a. Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria Falsiparum
(dengan obat kombinasi Kina dan Doksisiklin)—24
Tabel 6b. Dosis Doksisiklin—24
Tabel 6c.Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria Falsiparum
(dengan obat kombinasi Kina dan Tetrasiklin) —24
Tabel 6d. Dosis Tetrasiklin—25
Tabel 6e. Pengobatan Lini Kedua Malaria Vivaks—25
Tabel 6f. Pengobatan infeksi campur P.falciparum + P. Vivax/P.ovale dengan DHP + Primakuin—27
Tabel 6g. Pengobatan infeksi campur P.falciparum +P.Vivax/P.ovale
dengan Artesunat + Amodiaquin dan Primakuin—27
Tabel 7. Cara Menafsirkan Hasil RDT—48
Tabel 8. Tanda-tanda dan gejala untuk malaria berat dan eklampsia—54
Tabel 9. Membandingkan kelambu biasa yang diberi insektisida—57
Tabel 10. Komponen-komponen utama perencanaan kelahiran—64
Tabel 11. Komponen-komponen kunjungan antenatal—66
Tabel 12. Contoh Tabel Inventaris Kelambu—70
Tabel 13. Perbedaan Pendekatan Non Partisipatif dan Partisipatif—83

GAMBAR
Gambar 1. Peta Epidemiologi Malaria di Indonesia Tahun 2013—3
Gambar 2. Annual Paracite Incidence (API) Per Province 2013—4
Gambar 3. Peta Endemis Malaria di Maluku Utara tahun 2013—5
Gambar 4. Stadium pada P.vivax secara mikroskopik—6
Gambar 5. Stadium pada P. falciparum secara mikroskopik—6
Gambar 6. Stadium pada P. malariae secara mikroskopik—7
Gambar 7. Stadium pada P.falciparum secara mikroskopik—7
Gambar 8. Stadium pada P.knowlesi secara mikroskopik—7
Gambar 9. Nyamuk Anopheles pada posisi menggingit—8
Gambar 10. Proses Penularan Malaria—8
Gambar 11a. Nyamuk Anopheles dewasa dan larva—9
Gambar 11b. Nyamuk Aedes dewasa dan larva Mansonia—9
Gambar 11c. Nyamuk Culex dewasa dan larva Mansonia—9
Gambar 12a. Tempat-tempat Perkembangbiakan nyamuk—10
Gambar 12b. Tempat-tempat Perkembangbiakan nyamuk—11

viii
Gambar 13. Siklus Hidup Plasmodium—12
Gambar 14. Nyamuk Anopheles yang sedang menghisap parasit—13
Gambar 15. Petugas puskesmas sedang melakukan pemeriksaan miroskopis malaria—17
Gambar 16. Contoh regimen ACT untuk terapi malaria—21
Gambar 17. Petugas sedang melaksanakan penyemprotan IRS—34
Gambar 18. Petugas sedang melaksanakan penyemprotan larvaciding—34
Gambar 19. Kelambu berinsektisida—34
Gambar 20. Ikan gupi salah satu dari ikan pemakan jentik—35
Gambar 21. Penempatan ternak di sekitar rumah—35
Gambar 22. Penempatan ternak di sekitar rumah—35
Gambar 23. Modifikasi lingkungan kawasan hutan—35
Gambar 24. semua orang bisa terkena malaria—40
Gambar 25. Ibu hamil dengan gejala demam—41
Gambar 26. Ibu hamil dengan anemia—41
Gambar 27. Ibu hamil dengan gejala lemas—42
Gambar 28. Abortus pada ibu hamil—42
Gambar 29. Ibu yang kehilangan janin yang dikandung karena malaria—43
Gambar 30. Bayi prematur—43
Gambar 31. Bayi BBLR—43
Gambar 32. Bayi dengan malaria bawaan—43
Gambar 33. Protokol Perawatan malaria untuk ibu hamil.—51
Gambar 34. Contoh obat ACT—52
Gambar 35. Perawatan Kelambu—61
Gambar 36. Situasi diskusi suatu desa—76
Gambar 37. Lingkaran kegiatan Pengendalian Malaria Berbasis Masyararakat—81
Gambar 38. Lomba dalam rangka gebrak malaria sebagai salah satu media sosialisasi—102
Gambar 39. Kemitraan kesehatan dengan berbagai sektor—102
Gambar 40. Konseling oleh Bidan—106
Gambar 41. Alur Proses rujukan pada malaria Berat—109

ix
Catatan :

x
BAB I
BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

KONSEP DASAR
MALARIA

Tujuan instruksional khusus:


- Pada akhir perkuliahan, mahasiswa dapat
menjelaskan konsep dasar malaria

Pokok Bahasan:
1.1 Pengertian malaria
1.2 Sejarah malaria
1.3 Epidemiologi malaria
1.4 Etiologi dan klasifikasi malaria
1.5 Penularan, siklus hidup plasmodium dan
patogenesis
1.6 Manifestasi klinis malaria
1.7 Diagnosis malaria
1.8 Pengobatan dan efek samping
1.9 Prognosis malaria
1.10 Pencegahan malaria

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 1


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

1.1. Pengertian

Malaria adalah penyakit protozoa yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk
Anopeles adalah vector siklik satu-satunya dari penyakit malaria pada manusia. Nyamuk ini
relative sulit dibedakan dengan jenis nyamuk lainnya, kecuali jika kita menggunakan kaca
pembesar. Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.
Infeksi malaria ini memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan spelemogely.
Dapat berlangsung akut maupuan kronik. (Paul N. Harijanto, 2006)

1.2. Sejarah Malaria


Kata malaria berasal dari bahasa Italia yaitu Mal dan Aria yang berarti hawa buruk.
Memang pada zaman dulu, orang beranggapan bahwa malaria disebabkan oleh udara yang
paladisme atau
paludismo
daerah pinggiran pantai. Malaria juga dikenal dengan istilah lain seperti marsh fever, remittent
fever, intermittent fever, dan hill fever. Karena terkenalnya penyakit ini, penulis Inggris yang
terkenal sepanjang abad ke 16-17, William Shakespeare, menggambarkan penyakit malaria dalam
sa The Caliban Curse
dikutuk dalam karya Shakespeare, The Tempest (1611). Sementara menurut Manson tahun 1900
dijabarkan sebagai penularan plasmodium pada manusia oleh nyamuk.

1.3. Epidemiologi Malaria, Data Terbaru


1.3.1. Malaria di Dunia
Malaria banyak terjadi di berbagai lokasi tropis di dunia dan beberapa daerah sub tropis.
Umumnya terjadi diantara 23,5º Utara (Tropis) dan 23,5º Selatan tetapi pada beberapa kasus
(biasanya bersifat musiman) juga terjadi di luar area ini seperti di beberapa bagian Afrika
Selatan (Taman Nasional Kruger dan daerah sekitarnya -25º Selatan) dan New Delhi, India
(28,5º Utara).
Di Asia, malaria tersebar di berbagai negara di Asia dan Oceania, termasuk India,
Pakistan, Bangladesh, Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja, Indonesia, Papua New
Guinea. Malaria juga terjadi di beberapa bagian Iran dan Timur Tengah. Yang paling banyak

2 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Infeksi Plasmodium falciparum makin
meningkat lagi sejak tahun 1900-an di India dan Srilanka.
Penyakit malaria masih tetap menjadi masalah serius, sama seperti saat pertengahan abad
20. Berdasarkan The World Malaria Report 2013, WHO memperkirarakan 207 juta kasus malaria
secara global pada tahun 2012 dan 627 ribu orang meninggal pada tahun 2012 dimana secara
umum 80% kasus malaria dan 90% orang meninggal terjadi di Afrika. Sebagian besar
kematian akibat malaria terjadi pada anak balita (77%). Secara keseleuruhan terdapat 3,4
Milyar penduduk dunia tinggal di daerah beresiko (endemis) malaria yang terdapat di 104
negara.

1.3.2. Malaria di Indonesia

Gambar 1. Peta Epidemiologi Malaria di Indonesia Tahun 2013

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 3


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Gambar 2. Annual Paracite Incidence (API) Per Province 2013

Di Indonesia penyakit malaria masih menempati posisi sebagai penyakit menular yang
menjadi masalah terhadap tingginya angka kesakitan dan kematian serta sering menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahun 2009 kabupaten/kota yang termasuk daerah endemis
tinggi sebanyak 24,1% dan menurun menjadi 12,88% pada tahun 2012. Secara nasional kasus
malaria cenderung mengalami penurunan dengan angka Annual Paracite Incidence (API)
sebesar 4,1 per 1000 penduduk pada 2005 menjadi 1,38 per 1000 penduduk pada 2013. Angka
kematian malaria pada tahun 2012 di Indonesia sebanyak 252 orang. Pola distribusi penyakit
seperti gambar di atas dengan dominasi di daerah Indonesia bagian Timur dengan angka
parasit malaria > 50 per seribu penduduk. Pada umumnya lokasi endemis malaria adalah desa-
desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi
yang sulit, akses pelayanan kesehatan yang kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
masyarakat yang rendah serta perilaku hidup sehat yang kurang baik.

4 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

1.3.3. Malaria di Maluku Utara

Gambar 3. Peta Endemis Malaria di Maluku Utara tahun 2013

Angka kejadian positif malaria tahunan (API = Annual Parasite Incidence) di Propinsi
Maluku Utara tahun 2013 berada pada angka 4,4 per seribu penduduk yang dapat diartikan
endemisitas sedang dengan jumlah konfirmasi laboratorium sebesar 89,9%. Diantara yang
menderita malaria 1040 kasus (20,68%) terjadi pada anak usia 0 bulan 4 tahun dan 63 kasus
pada ibu hamil. Dominasi parasit masih pada Plasmodium falciparum sebesar 61%. Dari
kesembilan kabupaten kota dapat kita lihat bahwa Kab Pulau Morotai masih merupakan
kabupaten dengan angka kasus yang tinggi disusul dengan kabupaten Halmahera Selatan.
Sedangkan untuk 7 wilayah kabupaten lainnya sudah mengalami penurunan kasus ke daerah
endemis sedang. Dengan wilayah geografis Maluku Utara yang cukup sulit (40% desa sulit)
upaya pengendalian malaria merupakan tantangan tersendiri.
Dari data yang masuk ke dinas kesehatan Propinsi Maluku Utara, tercatat jumlah ibu
hamil yang melakukan screaning malaria sebanyak 12.525 (46,6% dari jumlah ibu hamil). Hasil
laporan integrasi dg Kesehatan Anak menunjukkan 73% dari anak yang terimunisasi lengkap
yang mendapatkan kelambu. Data yang ada menunjukkan bahwa meskipun Maluku Utara
sudah mengalami penurunan kasus dari tahun sebelumnya, akan tetapi masih merupakan

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 5


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

ancaman karena masih menyebabkan ribuan kasus diantaranya yang penderita rentan yakni
bayi, balita dan ibu hamil.

1.4. Etiologi dan Klasifikasi Malaria

Penyebab malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi. Parasit yang terakhir disebutkan
ini belum banyak dilaporkan di Indonesia.
Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari lima spesies yang dapat menyerang
manusia yaitu:

a. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.


Malaria yang disebabkan oleh Plasmodium vivax ini memiliki
gejala demam timbul setiap hari ke tiga. Jenis ini
merupakan salah satu jenis plasmodium yang banyak
ditemukan di Indonesia. Telah dilaporkan bahwa
plasmodium ini juga dapat menyebabkan kasus malaria
berat.

Gambar 4. Stadium pada P.vivax


secara mikroskopik

b. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika.


Malaria dengan gejala awal antara lain sakit kepala, pegal
linu, lengan dan tungkai dingin, nyeri pinggang,
mual,muntah, serta mungkin juga diare. Gejala demam
yang timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis ini juga
merupakan salah satu jenis yang banyak ditemukan di
Indonesia selain Plasmodium vivax, sering menjadi malaria
berat yang menyebabkan kematian.
Gambar 5. Stadium pada P.
falciparum secara mikroskopik

6 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

c. Plasmodium malariae, penyebab malaria malariae.


Malaria ini dengan gejala serangan demam biasanya
muncul setiap hari ke 4 atau 72 jam sekali. Demam
berlangsung teratur, muncul pada sore hari. Parasit
malarianya lebih sering memasuki sel darah yang tua.
Plasmodium ini dapat ditemukan di beberapa propinsi
seperti: Lampung, NTT dan Papua.
Gambar 6. Stadium pada P.
malariae secara mikroskopik
d. Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale.
Malaria ini pernah dijumpai di Indonesia bagian timur
seperti Papua dan NTT. Malaria ini mirip dengan malaria
vivax, dapat sembuh dengan sendirinya dan jarang kambuh

Gambar 7. Stadium pada


P.falciparum secara
mikroskopik

e. Plasmodium knowlesi.
Plasmodium knowlesi adalah parasit dari
genus Plasmodium yang secara alami
menginfeksi monyet ekor panjang
(Maccaca fascicularis). Parasit ini banyak
ditemui di Asia Tenggara dan sudah
menyerang manusia. Plasmodium knowlesi
ditransmisikan dengan menggunakan
nyamuk dari kelompok Anophleles
leucosphyrus sebagai vektor perantara,
salah satunya adalah Anophleles latens.
Gejala demam menyerupai malaria
falciparum.
Gambar 8. Stadium pada P.knowlesi
secara mikroskopik

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 7


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

1.5. Penularan, Siklus Hidup PLASMODIUM


Dan Patogenesis Malaria
1.5.1. Penularan Malaria
Malaria yang klasik ditularkan oleh nyamuk
Anopheles betina yang telah terinfeksi parasit malaria. Tidak
semua nyamuk dapat menularkan malaria. Malaria tidak
dapat ditularkan secara kontak langsung dari satu manusia
ke manusia lainnya. Tetapi penyakit ini dapat menular
Gambar 9. Nyamuk
melalui transfusi dari donor yang darahnya mengandung
Anopheles pada posisi
menggingit parasit malaria.
Parasit malaria memiliki siklus hidup yang rumit dan membutuhkan inang manusia
dan nyamuk untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Manusia tertular malaria oleh gigitan
nyamuk yang terinfeksi parasit malaria. Nyamuk bisa terinfeksi malaria karena menggigit
manusia yang menderita malaria. Nyamuk tidak sakit malaria, tetapi hanya bisa menularkan
malaria kepada manusia sekitar 8-14 hari setelah menggigit penderita malaria. Hanya nyamuk
betina dewasa yang dapat menularkan malaria ke manusia.
Nyamuk Anopheles tidak butuh banyak air untuk bekembang biak. Mereka dapat
meletakkan telur-telurnya di air yang hanya 1 cm. Beberapa ikan senang memakan larva
(bayi) nyamuk diantaranya: ikan gabus, gapi, dan mujair. Nyamuk Anopheles menggigit pada
malam hari sehingga upaya-upaya untuk mencegah malaria paling efektif pada senja hari
sampai fajar.

Gambar 10. Proses Penularan Malaria

8 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Faktor faktor penyebab penularan malaria antara lain :


a) Vektor
Nyamuk Anopheles betina sebagai vektor penyebab menularnya penyakit malaria ada/
hidup di dalam lingkungan masyarakat.

Gambar 11a. Nyamuk Anopheles dewasa dan larva

Gambar 11b. Nyamuk Aedes dewasa dan larva


Mansonia

Gambar 11c. Nyamuk Culex dewasa dan larva


Mansonia

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 9


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

b) Tempat berkembang biak


Nyamuk Anopheles membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau air yang mengalir
perlahan sebagai tempat berkembang biak untuk meletakkan telur-telurnya, seperti:
Kolam-kolam kecil, parit-parit, lubang-lubang, dan kanal-kanal yang airnya tidak
mengalir.
Rawa-rawa, waduk, dan sawah dengan air sepanjang tahun (sawah bertingkat).
Lagun (terjadi dari percampuran air tawar dengan air laut).
Arus air beraliran lambat di sepanjang tepi sungai.
Genangan air yang terjadi akibat air sungai yang mengering (di musim kemarau).
Tambak ikan/ udang yang tidak terpelihara.
Jejak kaki binatang, jejak ban traktor yang terisi air di pinggiran hutan.
Mata air.
Aliran air yang lambat.

Gambar 12a. Tempat-tempat Perkembangbiakan nyamuk

10 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Gambar 12b. Tempat-tempat


Perkembangbiakan nyamuk

c) Parasit
Parasit malaria dalam jumlah yang cukup ada
dalam tubuh manusia sehingga nyamuk yang
menggigit akan terinfeksi oleh parasit tersebut.
d) Iklim
Suhu rata-rata paling sedikit 18-20°C dan kelembaban di atas 60% bagi nyamuk agar
dapat bertahan hidup dan berkembang biaknya parasit sehingga parasit menjadi infektif.
Daerah dengan curah hujan tinggi meningkatkan kejadian malaria karena adanya
peningkatan daerah perkembangbiakan. Sebaliknya, pada daerah dengan suhu yang lebih
dingin, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan faktor ketinggian yakni berkisar 2000-
2500 meter penularan malaria jarang terjadi.
e) Populasi manusia
Di dalam populasi ini termasuk manusia sebagai sumber penular maupun orang yang
ditulari malaria. Oleh karena nyamuk tidak dapat terbang lebih jauh dari 2 km, maka
biasanya penularan terjadi pada populasi penduduk (manusia) yang bertempat tinggal
pada jarak tersebut, kecuali penderita impor (penderita yang mendapat penularan dari luar
wilayah yang jauh).

1.5.2. Siklus Hidup Plasmodium


Parasit malaria memerlukan dua hospes (inang) untuk siklus hidupnya, yaitu
manusia dan nyamuk Anopheles betina.
1. Siklus pada manusia
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang
berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih kurang
½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 11


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 30.000 merozoit hati
(tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung
selama lebih kurang 2 minggu.
Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit.
Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif
sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah
dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang
dari stadium tropozoit sampai skizon (8 30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses
perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi
(skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Gejala
yang berhubungan dengan malaria muncul pada saat ini. Siklus ini disebut siklus
eritrositer.
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah
merah dan membentuk stadium seksual (makrogametosit untuk yang betina dan
mikrogametosit untuk yang jantan)

Gambar 13. Siklus Hidup Plasmodium

12 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

2. Siklus pada Nyamuk Anopheles Betina


Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah
yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk,
MICRO

MACR
gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi
ZYGOT
OOKIN zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian
OOC
YST menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar
lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan
selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini pindah ke
kelenjar saliva (ludah) nyamuk, bersifat infektif dan siap
ditularkan ke manusia. Siklus hidup pada tubuh nyamuk
Gb 14. Nyamuk Anopheles yang disebut sporogony, yang membutuhkan waktu 8-35 hari
sedang menghisap parasit
tergantung pada jenis plasmodium dan kondisi lingkungan.

Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis yang
ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium (tabel 1).
Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam
darah dengan pemeriksaan mikroskopik.

Tabel 1. Masa Inkubasi Penyakit Malaria


Plasmodium Masa Inkubasi (hari)

P.falciparum 9 14 (12)

P. vivax 12 17 (15)

P. ovale 16 18 (17)

P. malariae 18 40 (28)

1.6. Manifestasi Klinis Malaria


Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel sel makrofag, monosit atau
limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (tumor nekrosis factor). TNF
akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi
demam. Proses skizogoni pada ke-empat plasmodium memerlukan waktu yang berbeda-beda,
P.falciparum memerlukan waktu 36 48 jam, dan P.malariae 72 jam. Demam pada P.falciparum

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 13


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

dapat terjadi setiap hari, P vivax/ovale selang waktu satu hari., dan P malariae demam timbul selang
waktu 2 hari. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa demam terjadi pada saat pecahnya sel darah
merah yang terinfeksi plasmodium.
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat
terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hanya menginfeksi sel
darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan
Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel
darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh P.vivax, P.ovale dan P.malariae umumnya
terjadi pada keadaan kronis.
Splenomegali (pembesaran limpa)
Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana plasmodium dihancurkan oleh sel-sel
makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan limpa membesar.
Malaria berat, akibat Plasmodium falciparum mempunyai patogenesis yang khusus. Eritrosit
yang terinfeksi P.falciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu terkumpulnya eritrosit yang
mengandung parasit di dalam pembuluh darah kapiler. Selain itu pada permukaan eritrosit yang
terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen Plasmodium falciparum. Pada saat
terjadi proses sitoadherensi, knob tersebut akan berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler.
Akibat dari proses ini terjadilah obstruksi (penyumbatan) dalam pembuluh kapiler yang
menyebabkan terjadinya iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga diperberat oleh proses
terbentuknya l darah
merah lainnya. Pada proses sitoaderensi ini diduga juga terjadi proses imunologik yaitu
terbentuknya mediator-mediator antara lain sitokin (TNF, interleukin), dimana mediator tersebut
mempunyai peranan dalam gangguan fungsi pada jaringan tertentu.
Manifestasi klinis pada malaria menurut Mansjoer A., at all (2000) adalah sebagai berikut:
1. Demam
Tiap serangan ditandai dengan beberapa serangan demam periodik dengan patogenesis
seperti dijelaskan di atas. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15
menit 1 jam), puncak demam (2-6 jam) dan berkeringat (2-4 jam). Demam akan mereda
secara bertahap karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada
respon.
2. Splenomegali

14 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam,
dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang
bertambah.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena
Plasmodium falciparum. Anemia disebabkan oleh:
a. Penghancurn eritrosit yang berlebihan.
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time).
c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
4. Ikterus
Ikterus diakibatkan karena hemolisis dan gangguan hepar.

Malaria laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila
parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan
dalam jaringan hati.
Relaps (kambuh) adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat
bersifat :
1. Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah serangan pertama hilang
karena parasit dalam eritrosit yang berkembang biak.
2. Relaps jangka panjang (rekurens), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah serangan
pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk ke darah dan berkembang biak

Selain manifestasi klinis di atas, dapat terjadi b. komplikasi yang timbul karena malaria
diantaranya Mansjoer A., at all (2000):
1) Malaria cerebral, yaitu timbulnya koma, kejang-kejang, parese-paralise dan afasia.
2) Gangguan hepar, sehingga timbul ikterus ini disebabkan oleh parenkim hati (nekrose daerah
sentral lobulus hati) dan juga karena hemolisis eritrosit.
3) Bilious remiten fever berhubungan dengan komplikasi hepar di mana timbul muntah-muntah
berwarna hijau empedu.
4) Gangguan pada traktus gastrointestinal, sehingga diare hebat dan sering mengandung lendir
dan darah.
5) Black water fever, urin menjadi merah tua atau hitam akibat hemoglobinuria akibat hemolisis
berlebihan.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 15


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

1.7. Diagnosis Malaria


Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan
dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat (RDT Rapid
Diagnostik Test).

1.7.1 Anamnesis

1. Pada anamnesis sangat penting diperhatikan


a. Keluhan utama: demam, menggigit, berkeringat, dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria.
c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
d. Riwayat sakit malaria.
e. Riwayat minum obat malaria 1 bulan terakhir.
f. Riwayat mendapat transfusi darah.
2. Selain hal di atas pada penderita tersangka malaria berat, ditemukan keadaan di bawah ini:
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
c. Kejang-kejang
d. Panas sangat tinggi
e. Mata atau tubuh kuning
f. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
g. Nafas cepat dan atau sesak nafas
h. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
i. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
j. Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria)
k. Telapak tangan sangat pucat

1.7.2 Pemeriksaan Fisik


a. Demam (pengukuran dengan termometer > 37,5 0 C)
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Pembesaran limpa (splenomegali)
d. Pembesaran hati (hepatomegali)

16 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Pada tersangka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut:


0
a. C
b. Nadi cepat dan lemah/kecil
c. Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan pada anak-anak <50 mmHg.
d. Frekuensi nafas >35 x menit pada orang dewasa atau >40 x per menit pada balita, anak di
bawah 1 tahun > 50 x per menit.
e. Penurunan derajat kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS) < 11
f. Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, hematom)
g. Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi
air seni berkurang)
h. Tanda-tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, lidah pucat dan lain-
lain)
i. Terlihat mata kuning/ikterik
j. Adanya ronki pada kedua paru
k. Pembesaran limpa dan atau hepar
l. Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria
m. Gejala neurologi (kaku kuduk, reflek patologik)
Catatan : penderita tersangka malaria berat harus segera dirujuk untuk mendapat kepastian diagnosis secara
mikroskopik dan penanganan lebih lanjut.

1.7.3 Diagnosis Malaria


1. Diagnosis atas dasar Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
puskesmas/ lapangan/rumah sakit melalui pemeriksaan
darah tepi untuk menentukan:
1) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)
2) Spesies dan stadium plasmodium.
3) Kepadatan parasit: Gb 15. Petugas puskesmas sedang
melakukan pemeriksaan miroskopis
a) Semi kuantitatif malaria
(-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/ lapangan pandang
besar
(+) = positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 17


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

(++) = positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)


(+++) = positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
b) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal (leukosit)
atau sediaan darah tipis (eritrosit).
Contoh:
Bila dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah lekosit 8000/uL,
maka hitung parasit = 8000/200 x 1500 parasit = 60.000 parasit/uL.
Bila dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit 450.000,
maka hitung parasit = 450.000/1000 x 50 = 225.000 parasit/uL.
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam
sampai 3 hari berturut-turut.
Bila pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak ditemukan
parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.

b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)


Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit selama malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik. Tes ini sangat
bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah
terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survei tertentu.
Tes yang tersedia di pasaran saat ini mengandung:
1) HRP-2 (Histidine Rich Protein 2) yang diproduksi oleh trofozoit, skizon, dan
gametosit muda P. falciparum.
2) Enzim parasit lactate dehydrogenase (p-LHD) dan adolase yang diproduksi oleh parasit
bentuk aseksual atau seksual Plasmodium falciparum, P. vivax, P. ovale, dan P. malariae.
Kemampuan rapid test yang beredar pada umumnya ada 2 jenis yaitu:
a. Single yang mampu mendiagnosis hanya infeksi P. falciparum.
b. Combo yang mampu mendiagnosis infeksi P. falciparum dan non falciparum.
Oleh karena teknologi baru sangat perlu untuk memperhatikan kemampuan sensitivity dan
specificity dari alat ini. Dianjurkan untuk menggunakan rapid tes dengan kemampuan
minimal sensitivity 95% dan specificity 95%. RDT rentan untuk rusak jika disimpan pada
suhu ekstrem (30-35 derajat celcius atau dibawah 0 derajat celcius).

18 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

PERHATIAN !
PENYIMPANAN RDT SEBAIKNYA DALAM SUHU RUANG YANG
SEJUK/LEMARI ES TETAPI TIDAK DALAM FREEZER PENDINGIN

c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:


1) Hemoglobin dan hematokrit
2) Hitung jumlah leukosit, trombosit
3) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin globulin, ureum, natrium, kalium, dan analisis gas darah)
4) EKG
5) Foto toraks
6) Analisis cairan serebrospinalis
7) Biakan darah dan uji serologi
8) Urinalisis

2. Diagnosis banding malaria.


Manifestasi klinis malaria sangat bervariasi dari gejala yang ringan sampai berat.
a. Malaria tanpa komplikasi harus dapat dibedakan dengan penyakit infeksi lain
sebagai berikut:
1) Demam Tifoid
Demam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit perut (diare,
obstipasi), lidah kotor, bradikardi relatif, roseola, leukopenia, limfositosis
relatif aneosinofilia, uji widal positif bermakna, biakan empedu positif.
2) Demam Dengue
Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai keluhan sakit kepala,
nyeri tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji torniquet positif, penurunan
jumlah trombosit dan peninggian hemoglobin dan hematokrit pada demam
berdarah dengue, tes serologi inhibisi hemaglutinasi, lgM atau lgG anti dengue
positif.
3) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Batuk, beringus, sakit menelan, sakit kepala, manifestasi kesukaran bernafas
antara lain : nafas cepat/sesak nafas, tarikan dinding dada ke dalam dan adanya
stridor.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 19


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

4) Leptospirosis ringan
Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah, conjunctival
injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata), dan nyeri betis yang
menyolok. Pemeriksaan serologi Microscopic Agglutination Test (MAT) atau tes
Leptodipstik positif.
5) Infeksi virus akut lainnya

b. Malaria berat atau malaria dengan komplikasi dibedakan dengan penyakit infeksi
lain sebagai berikut:
1) Radang Otak (menginitis/ensefalitis)
Penderita panas dengan riwayat nyeri kepala yang progresif, hilangnya
kesadaran, kaku kuduk, kejang dan gejala neurologis lainnya.
2) Stroke (gangguan serebrovaskuler)
Hilangnya atau terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologik lateralisasi
(hemiparese atau hemiplegia), tanpa panas, ada penyakit yang mendasari
(hipertensi, diabetes melitus dan lain-lain).
3) Tifoid Ensefalopati
Gejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan tanda-tanda
demam tifoid lainnya.
4) Hepatitis
Prodromal hepatitis (demam, mual, nyeri pada hepar, muntah, tidak bisa
makan diikuti dengan timbulnya ikterus tanpa panas), mata atau kulit kuning,
urin seperti air teh. Kadar SGOT dan SGPT meningkat >5 x.
5) Leptospirosis Berat
Demam dengan ikterus, nyeri pada betis, nyeri tulang, riwayat pekerjaan yang
menunjang adanya transmisi leptospirosis (pembersih got, sampah, dan lain-
lain), leukositosis, gagal ginjal dan sembuh dengan pemberian antibiotika
(penisilin).
6) Glomerulonefritis akut atau kronik
Gagal ginjal akut akibat malaria umumnya memberikan respon terhadap
pengobatan malaria secara dini dan adekuat.

20 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

7) Sepsis
Demam dengan fokal infeksi yang jelas, penurunan kesadaran, gangguan
sirkulasi, leukositosis dengan granula-toksik yang didukung hasil biakan
mikrobiologi.
8) Demam berdarah dengue atau Dengue Shock Syndrome
Demam tinggi terus menerus selama 2 -7 hari, disertai syok atau tanpa syok
dengan keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, manifestasi
perdarahan (epistaksis, gusi, petekie, purpura, hematom, hemetemesis dan
melena), sering muntah, uji torniquet positif, penurunan jumlah trombosit dan
peninggian hemoglobin dan hematokrit, tes serologi inhibisi hemaglutinasi,
IgM atau IgG anti dengue positif.

1.8. Pengobatan Malaria

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan


radikal malaria dengan membunuh semua stadium
parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun
tujuan pengobatan radikal untuk mendapat
kesembuhan klinis dan parasitologik serta
memutuskan rantai penularan.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan
dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi
Gb 16. Contoh regimen ACT lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan
untuk terapi malaria
terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria.

1.8.1. PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI


Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian ACT. Pemberian
kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi. Malaria tanpa
komplikasi diobati dengan pemberian ACT secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi
Artesunat atau Artemeter dilanjutkan dengan ACT oral. Disamping itu diberikan primakuin
sebagai gametosidal dan hipnozoidal.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 21


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

A. PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI

1. Malaria falsiparum dan Malaria vivaks


Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT di tambah
primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks 1 kali
perhari selama 3 hari. Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari
pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari
dengan dosis 0,25 mg /kgBB. Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah
seperti yang tertera di bawah ini:
a. LINI PERTAMA
Dihidroartemisinin-Piperakuin (DHP) atau
Artesunat-Amodiakuin (ACT) + Primakuin

Tabel 2. Pengobatan Malaria Falsiparum menurut Berat Badan


Dengan DHP dan Primakuin

Jumlah tablet perhari menurut berat badan


Hari Jenis Obat 6-10kg 11-17kg 18-30kg 31-40kg 41-59kg
0-1 bl 2-11 bl 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn
1-3 DHP 1/4 1/2 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 2 3

Tabel 3. Pengobatan Malaria Vivaks menurut Berat Badan


Dengan DHP dan Primakuin

Jumlah tablet perhari menurut berat badan


Hari Jenis Obat 6-10kg 11-17kg 18-30kg 31-40kg 41-59kg
0-1 bl 2-11 bl 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn
1-3 DHP 1/4 1/2 1 1½ 2 3 4
1-14 Primakuin - - 1/4 1/2 ¾ 1 1

Dosis obat: Dihydroartemisinin = 2 4 mg/kgBB


Piperaquin = 16 32 mg/kgBB
Primakuin = 0,75 mg/kgBB (P.falciparum untuk hari I)
Primakuin = 0,25 mg/kgBB (P.vivax selama 14 hari)
Catatan:
Sebaiknya dosis pemberian DHA + PPQ berdasarkan berat badan, jika tidak
mempunyai timbangan pemberian obat dapat berdasarkan kelompok umur.

22 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Apabila ada ketidaksesuaian Antara umur dan berat badan (pada table pengobatan), maka
dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
Dapat diberikan pada ibu hamil trimester 2 & 3
Bila pasien Plasmodium falciparum dengan BB> 80 kg datang kembali dalam waktu 2 bulan
setelah pemberian obat dan pemeriksaan darah masih positif P.f maka diberikan DHP dengan
dosis ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.

ATAU

Tabel 4. Pengobatan Malaria falsiparum menurut Berat Badan


dengan Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin

Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan


6-10kg 11-17kg 18-30kg 31-40kg 41-49kg 50-59kg
0-1 bl 2-11 bl 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn
1-3 Artesunat 1/4 1/2 1 1½ 2 3 4 4
Amodiakuin 1/4 1/2 1 1½ 2 3 4 4
1 Primakuin - - 3/4 1½ 2 2 2 3

Tabel 5. Pengobatan Malaria vivaks menurut Berat Badan


dengan Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin

Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan


6-10kg 11-17kg 18-30kg 31-40kg 41-49kg 50-59kg
0-1 bl 2-11 bl 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn 5 thn
1-3 Artesunat 1/4 1/2 1 1½ 2 3 4 4
Amodiakuin 1/4 1/2 1 1½ 2 3 4 4
1-14 Primakuin - - 1/4 1/2 ¾ 1 1 1

Dosis obat : Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb


Artesunat = 4 mg/kgbb.
Primakuin = 0,75 mg/kgBB (P.falciparum untuk hari I)
Primakuin = 0,25 mg/kgBB (P.vivax selama 14 hari)

b. Lini Kedua untuk Malaria falsiparum

Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 23


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan lini pertama tidak efektif
dimana ditemukan: gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang
(persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi)

Tabel 6a. Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria Falsiparum (dengan obat kombinasi
Kina dan Doksisiklin)
Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan
6-10kg 11-17kg 18-30kg 31-40kg 41-49kg 50-59kg
0-1 bl 2-11 bl 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn
1-7 Kina Sesuai 3x 1/2 3x1 3 x 1 1/2 3x2 3 x 2 1/2 3 x 2 1/2 3x3
BB
1 Primakuin - 3/4 1 1/2 2 2 2 3 3

Tabel 6b. Dosis Doksisiklin


Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan
6-19 kg 20-29 kg 30 44 kg 45 -59 kg kg
0-1 bl 1-8 thn > 8 thn 10-14 thn
1-7 Doksisiklin - - 2 x 25 mg 2 x 50 mg 2 x 75 mg 2 x 100 mg

Catatan: Dosis Kina diberikan sesuai BB ( 3 x 10mg/kgBB/hari)


Dosis Doksisiklin 3.5 mg/kgBB/hari diberikan 2x sehari ( )
Dosis Doksisiklin 2.3 mg/kgBB/hari diberikan 2x sehari (8-14 thn)

Tabel 6c.Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria Falsiparum (dengan obat kombinasi
Kina dan Tetrasiklin)
Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan
6-10kg 11-17kg 18-30kg 31-40kg 41-49kg 50-59kg
0-1 bl 2-11 bl 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn
1-7 Kina Sesuai 3x 1/2 3x1 3 x 1 1/2 3x2 3 x 2 1/2 3 x 2 1/2 3x3
BB
1 Primakuin - 3/4 1 1/2 2 2 2 3 3

24 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Tabel 6d. Dosis Tetrasiklin


Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan
6-10kg 11-17kg 18-30kg 31-40kg 41-49kg 50-59kg
0-1 bl 2-11 bl 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn thn
1-7 Tetrasiklin - - - Sesuai BB 4 x 125 mg 4 x 125 4 x 250 4 x 250
mg mg mg
Catatan: Dosis tetrasiklin 4 mg/kgBB/kali diberikan 4x sehari
Oleh karena Doksisiklin dan Tetrasiklin tidak dapat diberikan pada ibu
hamil maka sebagai penggantinya dapat dipakai Klindamisin yang
tersedia di Puskesmas

c) Pengobatan lini kedua malaria vivaks


Kina + Primakuin
Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivaks yang tidak respon terhadap
pengobatan ACT.

Tabel 6e. Pengobatan Lini Kedua Malaria Vivaks


Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan
6-10kg 11-17kg 18-30kg 31-40kg 41-49kg 50-59kg
0-1 bl 2-11 bl 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn
thn
1-7 Kina Sesuai 3x 1/2 3x1 3 x 1 1/2 3x2 3 x 2 1/2 3 x 2 1/2 3x3
BB
1 Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1 1 1

c.1 Pengobatan malaria vivaks yang relaps


Dugaan relaps pada malaria vivaks adalah apabila: pemberian primakuin dosis
0.25mg/kgBB/hari sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit kembali dengan parasit
posistif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah pengobatan.
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT yang sama
tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
Keterangan:
1) Kina Tablet
Tablet kina yang beredar di Indonesia adalah tablet yang mengandung 200 mg kina fosfat atau
sulfat. Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgbb/kali selama 7 hari.
Pemberian kina pada anak usia dibawah 1 tahun harus dihitung berdasarkan berat badan.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 25


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Maksimal dosis kina yang dapat diberikan adalah 2000 mg basa/hari. Dosis maksimal kina untuk
penderita dewasa dapat diberikan 9 tablet (3x3 tablet).
2) Doksisiklin
Doksisiklin yang beredar di Indonesia adalah kapsul atau tablet yang mengandung 50 mg dan 100
mg Doksisiklin HCl. Doksisiklin diberikan 2 kali sehari selama 7 hari, dengan dosis orang dewasa
adalah 3.5 mg/kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2,2 mg/kgbb/hari.
Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 tahun. Bila tidak ada
doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin.
3) Tetrasiklin
Tetrasiklin yang beredar di Indonesia adalah kapsul yang mengandung 250 mg atau 500 mg
tetrasiklin HCl. Tetrasiklin diberikan 4 kali perhari selama 7 hari, dengan dosis 4 mg/kgBB/kali.
Seperti halnya doksisiklin, tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak umur di bawah 8
tahun dan ibu hamil.
4) Primakuin
Pengobatan dengan primakuin diberikan seperti pada lini pertama. Apabila pemberian dosis obat
tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderita, pemberian obat dapat diberikan
berdasarkan golongan umur. Primakuin yang beredar di Indonesia dalam bentuk tablet berwarna
coklat yang mengandung 25 mg garam setara 15 mg basa. Primakuin diberikan per oral dengan
dosis tunggal 0,75 mg basa/kgBB yang diberikan pada hari pertama untuk malaria falciparum dan
0,25 mg/kgBB per hari yang diberikan selama 14 hari.
Primakuin tidak boleh diberikan kepada: ibu hamil, bayi <1 tahun dan penderita
defisiensi G6-PD

Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui


anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah
minum obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain),
maka pengobatan diberikan secara mingguan selama 8-12 minggu
dengan dosis mingguan 0.75 mg/kg BB. Pengobatan malaria pada
penderita dengan defisiensi G6PD segera rujuk ke RS dan
dikonsultasikan kepada Dokter Ahli

2) Pengobatan malaria ovale


(1) Lini pertama malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP atau kombinasi Artesunat +
Amodiakuin. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks yaitu 1 kali perhari
selama 3 hari.

26 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

(2) Lini kedua malaria ovale


Pengobatan lini ke-2 untuk malaria ovale sama dengan untuk malaria vivax
3) Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis sama
dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin.
4) Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P.ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin dengan
dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari .

Tabel 6f. Pengobatan infeksi campur P.falciparum + P. Vivax/P.ovale


dengan DHP + Primakuin

Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan


6-10kg 11-17kg 18-30kg 31-40kg 41-59kg >60kg
0-1 bl 2-11 bl 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn
1-3 DHP ¼ 1/2 1 1½ 2 3 4
1-14 Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1 1

ATAU

Tabel 6g. Pengobatan infeksi campur P.falciparum +P.Vivax/P.ovale


dengan Artesunat + Amodiaquin dan Primakuin

Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut berat badan


6-10kg 11-17kg 18-30kg 31-40kg 41-49kg 50-59kg >60kg
0-1 bl 2-11 bl 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn
1-3 Artesunat ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
1-14 Primakuin - - ¼ 1/2 ¾ 1 1 1

5) Pengobatan infeksi campur P.falciparum + P.malariae dengan ACT


Infeksi campur antara P.falciparum + P.malariae dengan ACT diberikan régimen ACT
selama 3 hari dan primakuin pada hari I.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 27


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

6) Pengobatan terhadap penderita suspek malaria oleh Kader

Untuk di daerah yang terpencil dan jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan yang
hanya dilayani oleh kader, maka kader tersebut dapat menggunakan obat untuk mengatasi
gejala yaitu misalnya paracetamol. Pasien segera dirujuk ke Pustu atau Bidan Desa untuk
dilakukan pemeriksaan RDT dan pengobatan ACT (dengan konfirmasi).

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam


keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh
sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap
akan minum obat anti malaria.

1.8.2. Pengobatan Malaria dengan Komplikasi


Definisi malaria berat/ komplikasi adalah: ditemukannya Plasmodium falciparum
stadium aseksual dengan satu atau beberapa manifestasi klinis di bawah ini (WHO, 2010) :
1. Gangguan kesadaran ringan (GCS <15)
2. Kelemahan otot (tidak bisa duduk/berjalan) tanpa kelainan neurologic
3. Tidak bisa makan dan minum
4. Kejang berulang lebih dari dua episode dalam 24 jam setelah pendinginan pada
hipertermia
5. Edema paru atau Acute Respiratory Distress Syndrome (termasuk gambaran radiologi)
6.
mmHg); disertai keringat dingin.
7. Ikterus (kadar bilirubin darah >3 mg%) disertai disfungsi organ vital
8. Hemoglobinuria
9. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan/atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler
10. Hiperpireksia (temperatur rektal >40 derajat celcius pada orang dewasa, > 41 derajat
celcius pada anak).
Gambaran Laboratorium:
1. Hipoglikemi : gula darah <40 mg%
2. Asidemia (pH <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L)
3. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/uL;
apabila anemianya hipokromik mikrositik harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi,
talasemia/hemoglobinopati lainnya.

28 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

5. Hiperlaktemia (asam laktat > 5 ugr/L)


6. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti malaria
pada seorang dengan defisiensi G6PD).
7. Gagal ginjal akut (urin <400 ml/24 jam pada orang dewasa atau < 1 ml/kgBB/jam pada anak
setelah dilakukan rehidrasi; dengan kreatinin darag >3mg%).

Manifestasi Malaria Berat pada Anak dan Dewasa


Manifestasi pada Anak Manifestasi pada Dewasa
a. Koma (malaria serebral) a. Koma (malaria serebral)
b. Distress pernafasan b. Gagal ginjal akut
c. Hipoglikemia (sebelum terapi kina) c. Edem paru, termasuk Acute Respiratory
d. Anemia berat Distress Syndrome (ARDS)
e. Kejang umum yang berulang d. Hipoglikemia (umumnya sesudah terapi
f. Asidosis metabolik kina)
g. Kolaps sirkulasi, syok hipovolemia, e. Anemia berat (<5gr%)
hipotensi (tek.sistolik < 50 mmHg) f. Kejang umum yang berulang
h. Gangguan kesadaran selain koma g. Asidosis metabolik
i. Kelemahan yang sangat (severe h. Kolaps sirkulasi, syok hipovolemia,
prostration) hipotensi (tek.sistolik < 50 mmHg)
j. Hiperparasitemia i. Perdarahan spontan
k. Ikterus j. Gangguan kesadaran selain koma
l. Hiperpireksia (Suhu >41 derajat k. Hemoglobinuria (blackwater fever)
celcius) l. Hiperparasitemia (>2%)
m. Hemoglobinuria (blackwater fever) m. Ikterus (Bilirubin total >3mg%)
n. Perdarahan spontan n. Hiperpireksia (Suhu >40 derajat celcius)
o. Gagal ginjal

Komplikasi terbanyak pada anak: Komplikasi di bawah ini lebih sering pada
- Hipoglikemia (sebelum pengobatan kina) dewasa:
-Anemia berat -Gagal ginjal akut
-Edem paru
Keterangan: -Malaria serebral
-Anemia berat (Hb<5 g%, Ht <15%) sering -Ikterus
pada anak umur 1-2 tahun
-Gula darah <40 mg% lebih sering pada anak
<3 tahun.

Prinsip Penatalaksanaan kasus malaria berat meliputi:


1. Pemberian obat anti malaria
2. Penanganan komplikasi
3. Tindakan penunjang/pengobatan simptomatik

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 29


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Tindakan umum :
1) Bebaskan jalan nafas dan mulut untuk menghindari terjadinya asfiksia, bila perlu berikan
oksigen (O2)
2) Perbaiki keadaaan umum penderita (beri cairan dan perawatan umum)
3) Monitor tanda-tanda vital (keadaaan umum, kesadaran, pernafasan, tekanan darah, suhu
dan nadi setiap 30 menit).
4) Pantau tekanan darah, warna kulit dan suhu. Penderita hipotensi ditidurkan dalam posisi
trendenlenburg.
5) Lakukan pemeriksaan darah tebal ulang untuk konfirmasi diagnosis.
6) Catat rekam medik penderita: identitas, riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit
dahulu, riwayat bepergian, riwayat transfusi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab,
pengobatan yang telah diberikan.
7) Bila pasien koma lakukan ABC (A= Airway, B= Breathing, C = Circulation) + D= drug
(defibrilasi)

Pemberian Obat anti Malaria


A. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non Perawatan
Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien malaria berat harus
langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum dirujuk berikan artemeter
intramuscular dosis awal (3,2 mg/kgBB)
B. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan atau Rumah Sakit
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat diberikan
artemeter intramuskular atau kina drip.

Kemasan dan cara pemberian artesunat


Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik
dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium bikarbonat 5%. Keduanya dicampur untuk
membuat 1 ml larutan sodium artesunat. Kemudian diencerkan dengan Dextrose 5%
atau NaCL 0,9% sebanyak 5 ml sehingga didapat konsentrasi 60 mg/6ml (10 mg/ml).
Obat diberikan secara bolus perlahan-lahan.
Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgBB intravena sebanyak 3 kali jam ke 0,12
dan 24. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgBB intravena setaip 24 jam sehari sampai
penderita mampu minum obat.
Contoh perhitungan dosis:

30 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Penderita dengan BB = 50 kg
Dosis yang diperlukan: 2,4 mg x 50 = 120 mg
Penderita tersebut membutuhkan 2 vial artesunat perkali pemberian.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan régimen
DHP atau ACT lainnya (3 hari) dan primakuin (sesuai dengan jenis plasmodiumnya).

Kemasan dan cara pemberian artemeter


Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter dalam larutan
minyak. Artemeter diberikan dengan dosis 3,2 mg/kgBB intramuskular. Pada hari
berikutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kgBB intramuskular satu kali sehari sampai
penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah dapat minum obat, maka
pengobatan dilanjutkan dengan régimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) dan primakuin
(sesuai dengan jenis plasmodiumnya).

Kemasan dan cara pemberian kina drip


Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat. Obat ini diberikan
pada daerah yang tidak tersedia artesunat intravena/artemeter intramuskular dan pada ibu
hamil trimester pertama.
Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi
500mg/2ml.
Pemberian kina pada dewasa:
1) Loading dose: 20 mg garam/kgBB dilarutkan dalam 500 ml (hati-hati overload cairan)
dextrose 5% atau NaCL 0,9% diberikan selama 4 jam pertama.
2) 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCL 0,9%
3) 4 jam berikutnya diberikan kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgBB dalam
larutan 500 ml (hati-hati overload cairan) dextrose 5% atau NaCL.
4) 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCL 0,9%
5) Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti diatas sampai penderita dapat
minum kina per oral.
6) Bila sudah dapat minum obat pemberian kina i.v diganti dengan kina tablet per
oral dengan dosis 10 mg/kgBB/kali diberikan tiap 8 jam. Kina oral diberikan bersama
doksisiklin atau tetrasiklin pada orang dewasa atau klindamisin pada ibu hamil. Dosis
total kina selama 7 hari dihitung sejak pemberian kina perinfus yang pertama.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 31


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Pemberian kina pada anak:


Kina HCL 25% (per infus) dosis 10 mg/kgBB (bila umur <2 bulan: 6-8 mg/kgBB)
diencerkan dengan dextrosa 5% atau NaCL 0,9% sebanyak 5-10cc/kgBB diberikan
selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.
Catatan:
1) Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagi jantung dan
dapat menimbulkan kematian.
2) Dosis kina maksimum untuk dewasa 2000 mg/hari

Semua penderita malaria berat harus ditangani di RS Kabupaten. Bila fasilitas maupun tenaga di
RS Kabupaten kurang memadai, maka penderita dipersiapkan untuk dirujuk ke rumah sakit atau
fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. Cara merujuk:
1) Setiap merujuk harus disertakan surat rujukan yang berisi tentang diagnosis, riwayat
penyakit, pemeriksaan, dan tindakan/ pengobatan yang sudah diberikan.
2) Apabila dibuat sediaan darah malaria, harus dibawa ke tempat rujukan.
Prognosis malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan.

1.8.3 Pemantauan Pengobatan


A. Rawat Jalan
Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan pada hari ke 4,7,14,21 dan 28
dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara mikroskopis. Apabila terdapat
perburukan gejala klinis selama masa pengobatan dan evaluasi, pendeira segera
dianjurkan data kembali tanpa menunggu jadwal tersebut diatas.
B. Rawat Inap
Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari dengan pemeriksaan
klinis dan darah malaria hingga klinis membaik dan hasil mikroskopis negatif. Evaluasi
pengobatan dilanjutkan pada hari ke 7,14,21, dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan
sediaan darah secara mikroskopis.

1.8.4 Efek Samping Pengobatan Malaria


1. Artesunat
Tidak menunjukkan efek samping yang berat.
2. Amodiakuin

32 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

Efek samping penggunaan amodiakuin (dosis standard) untuk terapi adalah sama dengan
klorokuin seperti mual, muntah, sakit perut, diare dan gatal-gatal.
3. Kina
Efek samping dari kina meliputi :
a) Tinitus/telinga berdenging, gangguan pendengaran, vertigo/dizzines/sempoyongan,
gejala akan timbul bila total konsentrasi plasma 5 mg/l.
b) Gangguan pada peredaran darah jantung / cardiovaskuler : hipotensi berat bila pasien
diinjeksi terlalu cepat.
c) Hipoglikemia

4. Klorokuin
a) Mual, muntah, sakit perut dan diare terutama bila obat diminum dalam keadaan
kosong.
b) Gejala lain yang jarang terjadi adalah pandangan kabur, sakit kepala, pusing (vertigo)
dan gangguan pendengaran yang akan hilang bila obat dihentikan.

1.9. Prognosis Malaria


Prognosis malaria tergantung pada beberapa hal diantaranya kecepatan dan ketepatan
diagnosis serta pengobatan. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas
yang dilaporkan pada anak-anak 15%, dewasa 20%, dan pada kehamilan meningkat sampai
50%.
Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada kegagalan 2
fungsi organ :
1) Mortalitas dengan kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50%
2) Mortalitas dengan kegagalan 4 atau lebih fungsi organ, adalah > 75%
3) Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
Kepadatan parasit < 100.000/ uL, maka mortalitas < 1%
Kepadatan parasit > 100.000/ uL, maka mortalitas > 1%
Kepadatan parasit > 500.000/ uL, maka mortalitas > 50%
Semua penderita malaria berat sebaiknya ditangani di RS Kabupaten. Bila fasilitas maupun tenaga
di RS kabupaten kurang memadai, misal untuk penderita yang memerlukan fasilitas dialisis yang
tidak tersedia di RS kabupaten, maka sebiknya dirujuk kepada RS provinsi.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 33


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

1.10. Pencegahan Malaria


1.10.1 Secara Kimiawi
a. Penyemprotan rumah dengan insektisida (Indoor
Residual Spray = IRS)
Penyemprotan ini bertujuan untuk mencegah nyamuk
menjadi infektif (terbentuk) sporozoit dalam kelenjar
ludah sehingga tidak terjadi penularan.

Gb 17. Petugas sedang


melaksanakan penyemprotan
IRS

b. Larvaciding
Larvaciding digunakan untuk menekan populasi
nyamuk Anopheles. Sasarannya meliputi tempat
perindukan vektor potensial di daerah endemis
malaria yang terukur, terutama di daerah pantai.

Gb 18. Petugas sedang


melaksanakan penyemprotan
larvaciding
c. Pemolesan kelambu dengan insektisida
Pemolesan ini digunakan untuk melindungi pemakai
kelambu dari gigitan nyamuk untuk mencegah
terjadinya penularan. Tapi saat ini kelambu yang
didistribusikan oleh dinas kesehatan sudah
mengandung mengandung insektisida tahan lama.

Gb 19. Kelambu berinsektisida


d. Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila terinfeksi
maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang yang
bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti
turis,peneliti, pegawai kehutanan dll. Oleh karena Plasmodium falciparum merupakan
spesies yang virulensinya tinggi maka kemoprofilaksis terutama ditujukan pada infeksi
spesies ini. Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi Plasmodium falciparum
terhadap klorokuin, maka tidak lagi digunakan klorokuin sebagai kemoprofilaksis, oleh
sebab itu doksisiklin menjadi pilihan. Doksisiklin diminum satu hari sebelum

34 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

keberangkatan dengan dosis 2 mg/kgBB setiap hari selama tidak lebih dari 12 minggu.
Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan ibu hamil.

1.10.2 Secara Biologis


a. Penebaran ikan pemakan jentik
Untuk menurunkan kepadatan jentik vektor,
sehingga kepadatan vektor dewasa dapat ditekan
dan dipertahankan untuk jangka waktu lama. Gb 20. Ikan gupi salah satu
dari ikan pemakan jentik

b. Cattle Barrier
Penempatan ternak besar untuk mencegah gigitan
nyamuk.

Gb 21. Penempatan ternak di


sekitar rumah
1.10.3 Pengelolaan Lingkungan
a. Modifikasi Lingkungan
Modifikasi ini meliputi penimbunan tempat
perindukan nyamuk yang berupa genangan air
dapat ditimbun dengan tanah, pasir dan koral
dan pembangunan dam, pintu air dan tanggul
seperti empat perindukan yang berupa lagon
atau muara sungai dibuatkan saluran ke laut.
Gb 22. Penempatan ternak di
sekitar rumah

b. Manipulasi Lingkungan
Penanaman dan rehabilitasi kawasan hutan
mangrove/bakau di daerah pantai, pengeringan
berkala tanaman padi di daerah persawahan
dan penggelontoran sungai secara berkala.

Gb 23. Modifikasi lingkungan


kawasan hutan

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 35


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

1.10.4 Tanaman Yang Tidak di Sukai Nyamuk


Jenis tanaman yang tidak disukai nyamuk malaria, meliputi :
1. Bunga Geranium (Tapak Dara)

Bunga jenis ini adalah bunga yang tidak di sukai


nyamuk, serta zat dalam tanaman ini mudah
terbang di udara memenuhi ruangan sekitarnya,
sehingga membuat nyamuk pergi. Tanaman ini
selain di tanam di tanah terbuka bisa juga tanam
di pot.

2. Bunga Lavender

Tanaman Lavender yang berasal dari Negara


Swiss tepatnya di pegunungan Alven ini bisa di
jadikan sebagai pengusir nyamuk. Dengan
warna ungunya yang indah kebetulan warna
favorit saya ini memiliki zat zat linalool dan
lynalyl acetate yang menghasilkan aroma yang
bisa membuat nyamuk merasa pusing. tanaman
ini bisa di tanam di dekat jendela rumah kita.
Selain sebagai penghias taman rumah
bermanfaat juga untuk mengusir nyamuk.

3. Bunga Rosemary
Keunikan dari bunga ini adalah mempunyai
harum seperti minyak telon, Mungkin di hirup
oleh kita terasa enak namun tidak untuk nyamuk karena harumnya bunga ini bisa
membuat nyamuk merasa stress dan enggan untuk mendekat. Tanaman ini bisa di
tanam di dalam pot sehingga bisa memudahkan
bagi yang memilikii halaman yang sempit

4. Citrosa Mosquito

Sesuai dengan namanya Citrosa Mosquito,


tanaman ini mengeluarkan bau lemon yang

36 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

menyengat sehingga bisa mengusir nyamuk dan juga serangga. Tanaman ini berasal
dari Belanda.

5. Mintrosa Of Lady Diana

Tanaman ini berasal dari Negara Belanda sama


seperti Citrosa Mosquitu. Yang bisa
mengeluarkan bau yang menyengat yang
sangat tidak di sukai oleh Nyamuk.

6. Marigold

Tanaman ini berasal dari Negara Mexico dan


Guatemala, Tanaman yang sangat cantik ini
memiliki bau yang tidak enak, sehingga di
daerah Jawa Barat sering di sebut Tanaman
Tai Ayam. Tanaman ini efektik untuk
mengusir nyamuk

7. Kecombrang

Kecombrang, kantan atau honje (Jawa barat),


kincung (Medan), siantan(Malaya) atau kaalaa
(Muangthai). Umumnya digunakan untuk
rempah masakan di tanah Pasundan (sambal,
pepes, urap dan nasi oncom kecombrang) atau
di Jawa Tengah (pecel). Bunga kecombrang
juga dapat mengusir nyamuk, walau umumnya
ditanam untuk penghias pekarangan

8. Zodia
Orang Papua terbiasa menggosok kulitnya
dengan dedaunan tertentu sebelum masuk ke
hutan. Maksudnya agar terlindungi dari
serangan serangga, khususnya nyamuk. Daun-

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 37


BAB I | KONSEP DASAR MALARIA

daun tersebut berasal dari tanaman yang disebut zodia (Evodia suaveolens). Kita ketahui,
zodia ini tanaman asli Indonesia yang berasal dari Papua,

9. Serai Wangi

Serai telah dikenal sebagai salah satu bahan


yang sering digunakan sebagai bumbu masak,
tetapi ada manfaat lain yang tidak kalah
penting yaitu sebagai tanaman pengusir
nyamuk. Tanaman yang termasuk bangsa
rumput-rumputan ini tidak disukai nyamuk
karena adanya zat geraniol dan sitronelal. Ekstrak serai juga telah dimanfaatkan dalam
pembuatan lotion pengusir nyamuk dengan aromanya yang khas

10. Akar Wangi

Tumbuhan akar wangi dapat mengendalikan


populasi nyamuk deman berdarah. Nyamuk
demam berdarah, konon sangat takut
menghadapi tumbuhan akar wangi. Bau
nyengat yang keluar dari tumbuhan ini cukup
mematikan bagi nyamuk jenis itu.

38 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II
MALARIA DALAM
KEHAMILAN

Tujuan instruksional khusus:


- Pada akhir perkuliahan, mahasiswa dapat mengidentifikasi
dan menangani malaria dalam kehamilan

Pokob bahasan:
2.1. Patogenesis malaria pada ibu hamil:
1. Pendahuluan
2. Resiko malaria pada ibu hamil
2.2. Diagnosis malaria pada ibu hamil:
1. Gejala-gejala malaria pada ibu hamil
2. Pengaruh malaria pada ibu hamil dan janin
3. Mendeteksi dan mengenali malaria
4. Diagnosis malaria menggunakan RDT
2.3. Penatalaksanaan malaria pada ibu hamil
1. Penanganan dan pengobatan malaria pada ibu hamil
2. Follow up setelah pengobatan
3. Penanganan malaria berat
2.4. Pencegahan malaria pada ibu hamil
1. Kelambu berinsektida tahan lama
2. Cara-cara pencegahan malaria yang lainnya
2.5. Mengintegrasikan pencegahan malaria dalam kehamilan
ke dalam asuhan antenatal
1. Mengintegrasikan pencegahan malaria dalam kehamilan ke
dalam asuhan antenatal
2.6. Aspek logistik distribusi kelambu berinsektisida
1. Aspek logistik distribusi kelambu berinsektisida
2.7. Contoh Kasus

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 39


2.1 Patogenesis Malaria Pada Ibu Hamil
2.1.1 Pendahuluan
Sekitar 40% dari wanita hamil di dunia terpapar malaria selama kehamilan, dan sebanyak
3,5 juta wanita hamil terinfeksi malaria setiap tahun (Eijkman Institute, 2011). Hasil penelitian
Riskesdas bahwa angka kesakitan dengan malaria di Indonesia pada tahun 2010 adalah 0.6%
meningkat menjadi 1.3% pada tahun 2013. Data Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara
pada bulan Januari sampai November 2013 sebanyak 4689 kasus dan kunjungan ibu hamil
sebanyak 9.258 orang, setelah di screening 132 0rang ibu hamil positif malaria. Anak-anak
usia muda (teutama bayi dan balita) dan ibu hamil merupakan dua kelompok yang paling
berisiko untuk terpapar dan terinfeksi malaria, terutama di daerah pedesaan sebesar 1,7%. Ibu
hamil memiliki resiko terinfeksi 2 kali lebih besar di bandingkan wanita tidak hamil. Data di
Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM), Timika (Poespoprodjo et al, 2007) menunjukkah bahwa
dari 2570 persalinan positif terkena malaria sebanyak 16.8%, selain itu yang memiliki risiko
lebih besar terkena infeksi malaria adalah para imigran, pengungsi, pengunjung dari daerah
yang sedikit atau tanpa malaria (daerah yang tingkat penularan malarianya rendah) yang datang
untuk berkunjung atau tinggal di daerah dengan tingkat penularan malaria yang tinggi, dan
orang-orang dengan penyakit HIV/AIDS.

Gambar 24. Semua orang bisa terkena malaria

2.1.2 Resiko Malaria pada Ibu Hamil


Pada daerah endemis tinggi malaria, kebanyakan ibu hamil dengan parasit malaria dalam
darahnya tidak menunjukkan gejala maria. Menurut Survey Keseharan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2001 sekitar 38.000 kematian terjadi setiap tahunnya. Meskipun ibuhamil tidak merasa
sakit malaria, adanya parasit di dalam darah dapat mempengaruhi kesehatannya dan bayinya.

40 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

Malaria meningkatkan kemungkinan terjadinya anemia (kurang darah pada ibu) dan jika
anemia itu berat dapat meningktakan resiko kematian ibu. Ibu hamil berisiko terinfeksi
malaria karena malaria mengurangi kekebalan terhadap malaria. Ibu hamil mengalami
peningkatan resiko malaria sebagai berikut :
a. Ibu hamil memiliki resiko terinfeksi dua kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang
tidak hamil
b. Ibu yang hamil untuk pertama dan kedua kalinya memiliki resiko lebih besar mengalami
malaria berat.
c. Ibu hamil yang masih remaja
d. Ibu hamil yang terinfeksi HIV/AIDS

2.2 DIAGNOSIS MALARIA PADA IBU HAMIL


2.2.1 Gejala Malaria
Malaria pada ibu hamil bisa menunjukkan gejala-
gejala berikut :
1. Demam
Demam adalah gejala infeksi malaria yang paling
terlihat. Pada ibu hamil dan kadang-kadang demam
tersebut bisa sangat tinggi. Demam bisa
menyebabkan kontraksi pada uterus dan dapat
menyebebkan abortus. Demam itu juga
membahayakan janin karena bisa menyebabkan
cacat atau kematian.
Gb 25. Ibu hamil dengan
gejala demam
2. Anemia (kurang darah)
Malaria bisa menyebabkan anemia pada ibu hamil.
Karena Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi
maupun tidak Terinfeksi. Plasmodium falciparum
menginfeksi semua jenis sel darah merah sehingga
anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis.
Jika anemia ini berat, ibu hamil tersebut bisa
meninggal. Anemia pada kehamilan dapat
Gb 26. Ibu hamil dengan
menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat lahir
anemia
rendah

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 41


3. Hipoglikemia
Yang dimaksud dengan hipoglikemia adalah jika kadar
glukosa (gula) darah lebih rendah atau sama dengan 40
mg% yang disertai dengan gejala-gejala klinis. Gejala-
gejala klinis tersebut adalah :

a) Mual
b) Keringat dingin
c) Lemas
d) Kehilangan kesadaran, sampai koma Gb 27. Ibu hamil dengan
gejala lemas
e) Kejang-kejang

2.2.2 Pengaruh Malaria pada Janin


Selama kehamilan, parasit malaria dalam plasenta dapat menggangu penyaluran
oksigen dan zat gizi dari ibu ke janin. plasenta adalah organ yang baru bagi seorang
primigravida sehingga memungkinan adanya imunitas host yang langsung menerobos
atau adanya zat tertentu pada plasenta yang memudahkan Plasmodium falciparum untuk
memperbanyak diri. Diketahui bahwa salah satu sifat dari pada Plasmodium tersebut
yaitu dapat merusak sel-sel darah merah yang kaya akan oksigen, sehingga apabila parasit
malaria terdapat dalam placenta maka parasit malaria tersebut akan merusak sel-sel darah
merah yang ada pada placenta sehingga akan terjadi gangguan penyaluran oksigen
maupun nutrisi (zat gizi) dan sebagainya. Oleh karena itu infeksi malaria pada ibu hamil
meningkatkan risiko terjadinya abortus, lahir mati, kelahiran prematur, dan berat lahir
rendah. Ibu dengan malaria memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah. Pada beberapa kasus, parasit malaria dapat beralih dari plasenta
ke darah janin dan menyebabkan anemia pada bayi.
Malaria pada ibu hamil akan meningkatkan risiko-risiko berikut pada bayi:

1. Abortus
Abortus karena malaria pada kehamilan biasanya terjadi
akibat demam tinggi atau anemia akut.

Gb 28. Abortus pada ibu


hamil

42 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

2. Kelahiran mati
Bayi bisa meninggal di dalam rahim karena ibunya
terinfeksi malaria. Ini bisa terjadi sebagai akibat
hiperpireksia, anemia akut, adanya parasit di dalam
plasenta atau infeksi dari ibu ke janin melalui plasenta.

Gb 29. Ibu yang kehilangan


janin yang dikandung
karena malaria
3. Kelahiran prematur
Ini bisa terjadi bersamaan atau beberapa saat setelah
serangan malaria. Kelahiran prematur terjadi karena
beberapa sebab: dehidrasi, demam, asidosis dan infeksi
plasenta.

Gb 30. Bayi prematur

4. Berat lahir rendah


Anemia pada ibu hamil karena malaria dapat menyebabkan
ibu melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Berat lahir
rendah adalah salah satu faktor utama penyebab kematian
bayi terbesar selama bulan pertama kehidupan bayi.

Gb 31. Bayi BBLR


5. Malaria bawaan
Malaria bisa menginfeksi plasenta jika sang ibu sakit malaria.
Plasenta mengirim makanan ke janin serta melindunginya.
Jika plasenta terinfeksi malaria, maka parasit juga bisa masuk
ke dalam aliran darah janin. Selanjutnya, janin akan
terinfeksi malaria-inilah yang disebut malaria bawaan.

Malaria bawaan memiliki beberapa gejala: anemia, diare, Gb 32. Bayi dengan malaria
muntah-muntah, sulit bernapas (distress pernapasan) dan bawaan

kejang-kejang.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 43


2.2.3 Mendeteksi dan Mengenali Malaria
Malaria seringkali dideteksi dari gejala-gejala yang dialami penderita. Di daerah-
daerah dimana malaria merupakan hal biasa, banyak orang yang mendiagnosis dan
mengobati dirinya sendiri berdasarkan gejala yang dialaminya. Tenaga kesehatan di daerah
ini, seringkali melakukan penatalaksanaan infeksi malaria yang disebabkan oleh hal-hal di
bawah ini:

a. Kegagalan pengobatan/infeksi berulang

b. Pasien yang masih menunjukkan gejala-gejala malaria, kembali setelah melakukan


pengobatan mandiri

c. Kondisi yang memburuk akibat pengobatan mandiri yang tidak tepat

d. Orang yang mencari pengobatan untuk alasan lain

e. Penapisan selama asuhan antenatal atau kunjungan kesehatan lainnya mungkin dapat
mengungkapkan perlunya deteksi dan/atau pengobatan malaria

f. Pasien tidak yakin akan pengobatan diagnosis yang diberikan dan mencari pengobatan
lebih lanjut

g. Ibu hamil mempunyai pertanyaan-pertanyaan atau kekhawatiran mengenai pengobatan


mandiri atau bagaimana efeknya bagi janin

h. Pasien menginginkan kepastian diagnosis sebelum dilakukannya pengobatan oleh karena


efek samping yang merugikan dari obat-obatan anti malaria tersebut

i. Jika terjadi kompikasi malaria, pasien atau keluarga membutuhkan asuhan gawat darurat
atau asuhan profesional.

Infeksi malaria juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan sediaan darah malaria,
pemeriksaan ini akan memastikan diagnosis malaria. Sebagai alternatif dapat juga dilakukan
pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (=RDT) dengan dipstik bila ingin mendapatkan hasil yang cepat
atau bila pemeriksaan sediaan darah malaria tidak tersedia. Jika kedua cara pemeriksaan di atas
tidak tersedia, dapat dilakukan diagnosis secara klinis.

2.2.4 Demam Selama Kehamilan

Demam selama kehamilan, temperatur 38°C atau lebih merupakan gejala malaria yang
paling umum. Kondisi lainnya, seperti ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), infeksi virus akut,
infeksi kandung kemih atau infeksi ginjal, pneumonia, demam tifoid dan infeksi uterus, dapat
juga menyebabkan demam.

44 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

Sebelum memberikan diagnosis malaria, kita perlu mendapatkan informasi sebanyak


mungkin dari ibu dan/atau keluarganya untuk menghilangkan kecurigaan terhadap penyebab
lainnya. Tanyakan kepada ibu dan/atau lakukan pemeriksaan dalam hal:

a. Penggunaan obat-obatan untuk demam atau malaria

b. Tipe, durasi dan/atau tingkatan demam;

Apakah menggigil disusul dengan demam kemudian berkeringat banyak

Ukur suhu badan ibu

c. Ada tidaknya cairan dari vagina/ketuban pecah

d. Cairan berbau dari vagina

e. Uterus atau perut terasa keras atau sakit

f. Sakit kepala

g. Sakit otot/persendian

h. Batuk kering atau batuk berdahak

i. Sakit dada dan/atau sulit bernafas

j. Terasa sakit atau panas saat buang air kecil, frekuensi buang air kecil, urgensinya, sakit
pinggul

k. Tanda-tanda bahaya lainnya

Dengarkan dengan cermat keluhan dan kekhawatiran pasien. Penting pula untuk
mengingat bahwa riwayat pasien tidaklah terbatas pada keluhan pasien. Gejala lainnya mungkin
saja terungkap saat tenaga kesehatan menanyakan pertanyaan yang spesifik. Setelah mendapatkan
riwayat pasien, informasinya lainnya diperoleh melalui pemeriksaan fisik dan kadang-kadang uji
laboratorium.

2.2.5 Diagnosis Malaria Menggunakan RDT

RDT bekerja dengan cara mendeteksi antigen yang dilepaskan oleh parasit malaria di
dalam darah dengan menggunakan dipstick. Alat ini mudah digunakan dan efektif, dan sangat
berguna di wilayah-wilayah terpencil yang tidak memiliki fasilitas laboratorium atau fasilitas
tersebut sangat jauh.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 45


RDT harus disimpan di tempat yang sejuk agar dapat berfungsi dengan baik. RDT harus
disimpan pada suhu 2º sampai 30ºC. Anda bisa menyimpannya di lemari atau di tempat anda
biasa menyimpan obat-obatan anda. Pastikan RDT tidak terkena sinar matahari langsung.
Meskipun disimpan dengan baik, RDT bisa rusak jika tidak berhati-hati dalam perjalanan menuju
lapangan. Karena suhu di lapangan bisa melebihi 30ºC.

Ingat! RDT memiliki daya tahan satu tahun dan tidak boleh digunakan setelah tanggal
kadaluarsanya terlewati.

Ada beberapa hal penting yang harus anda ingat sebelum menggunakan RDT :

1. Periksa tanggal kadaluarsanya. Jika sudah kadaluarsa, anda harus menggunakan alat tes lain.

2. Pastikan kemasan RDT tertutup rapat dan tidak terbuka atau rusak.

3. Kemasan RDT hanya boleh dibuka beberapa saat sebelum digunakan.

4. Jangan sampai terkena sinar matahari langsung saat menggunakan alat tes ini.

5. Jika menyimpan RDT di kulkas, tunggu sampai RDT mencapai suhu kamar sebelum
mambuka kemasannya dan memakainya.

6. Satu RDT hanya bisa digunakan sekali.

7. Mengubah urutan pemakaian, menghilangkannya, atau tidak melakukannya dengan benar


bisa menimbulkan hasil atau diagnosis yang keliru.

a. Menerjemahkan Hasil

RDT harus selalu dibaca dalam waktu yang telah ditentukan oleh pembuatnya. Anda
tidak bisa kembali ke RDT kemudian untuk membaca hasilnya.

Ingat! Garis kontrol harus selalu ada agar hasil pengetesan sah.

Kadang-kadang hasil RDT bisa membingungkan. Jika RDT negatif namun anda masih curiga
pasien memiliki gejala-gejala malaria berat, maka anda harus merujuknya ke fasilitas kesehatan
yang lebih besar dan terdekat untuk melakukan pemeriksaan dengan mikroskop. Jika pasien jauh
dari pusat kesehatan lainnya, maka anda harus merawatnya sebagai malaria berat, dan disaat yang
sama tidak menutup kemungkinan ada penyakit lain. Anda bisa mengulang RDT sehari kemudian
untuk memastikan hasil tes pertama. Jika orang ini tidak merespon perawatan malaria, maka
rujuklah dia segera ke puskesmas atau Rumah Sakit Kabupaten karena malaria bukanlah
penyebab penyakitnya atau dia tidak merespon perawatan.

46 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

Ingat! RDT adalah alat diagnosis yang harus digunakan bersama dengan penilaian klinis, riwayat
penyakit pasien dan pemeriksaan fisik.

Tabel 6. RDT untuk Malaria: Parascreen-Combo

Perbedaan masing-masing jenis:

Parascreen Combo

Bisa mendeteksi P. falciparum Bisa mendeteksi P. falciparum dan plasmodium lainnya.

b. Pengambilan Darah

1) Loop: jangan menyentuhkan loop pada kulit. Cukup sentuhkan loop satu kali saja pada
permukaan darah yang cembung, loop akan penuh.

2) Kapiler: isi kapiler hingga ¾ nya

3) Tube: jangan menyentuhkan tube pada kulit. Cukup sentuhkan tube satu kali saja pada
permukaan darah, hingga terisi kurang lebih 2 mm.

c. Meletakkan Darah pada Sumur Darah

1) Loop: Loop pada posisi tegak lurus terhadap RDT. Darah akan menetes dengan
sendirinya

2) Kapiler: Kapiler pada posisi tegak lurus terhadap RDT. Pastikan darah turun seluruhnya

3) Tube: Tube pada posisi tegak lurus terhadap RDT. Darah akan turun dengan sendirinya.

d. Meneteskan Buffer

1) Parascreen: 4 tetes buffer, secara tegak lurus

2) Combo: 5 tetes buffer, secara tegak lurus

e. Waktu Membaca

1) Parascreen: tunggu hingga 15 menit. Baca hasil pada 15 menit. Jika pada 15 menit latar
belakang pada jendela test tidak bersih sempurna, tunggu lagi 15 menit, dan baca hasilnya

2) Combo: tunggu hingga 15 menit. Baca hasil pada 15 menit. Jika pada 15 menit latar
belakang pada jendela test tidak bersih sempurna, tunggu lagi 15 menit, dan baca
hasilnya.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 47


Tes tidak boleh dibaca setelah 30 menit

Tabel 7. Cara Menafsirkan Hasil RDT

Negatif

Positif Pf

Positif Non Pf

Positif Mix/Pf

Invalid

Parascreen :

1. Periksa jendela kontrol. Jika tidak muncul garis pada jendela kontrol, hasil tidak bisa dibaca.
Alat tidak valid, dan harus ganti dengan yang lain.

2. Jika muncul garis pada jendela kontrol, hasil test bisa ditafsirkan

3. Baca hasil pada jendela test sebagai berikut:

Jika tidak muncul garis jendela test, artinya NEGATIF

PLASMODIUM NON FALCIPARUM.

4. a POSITIF
PLASMODIUM FALCIPARUM atau MIX

5.
PLASMODIUM FALCIPARUM

Combo

1. Periksa jendela kontrol. Jika tidak muncul garis pada jendela kontrol, hasil tidak bisa dibaca.
Alat tidak valid, dan harus ganti dengan yang lain.

48 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

2. Jika muncul garis pada jendela kontrol, hasil test bisa ditafsirkan

3. Baca hasil pada jendela test sebagai berikut:

Jika tidak muncul garis pada jendela test, artinya NEGATIF

Jika muncul satu garis saja pada jen


PLASMODIUM NON FALCIPARUM

PLASMODIUM FALCIPARUM atau MIX

, artinya POSITIF
PLASMODIUM FALCIPARUM

2.3 Penatalaksanaan Malaria pada Ibu Hamil


2.3.1 Penanganan Dan Pengobatan Malaria pada Ibu Hamil

Ingat ketika kita mendiskusikan malaria dan ibu hamil bisa menyebabkan kematian ibu,
masalah perkembangan pada janin, dan mengurangi secara drastis kemampuan hidup bayi.
Malaria pada ibu hamil harus dianggap sebagai hal yang serius dan harus dicegah dan ditangani
dengan segera.

Kementerian Kesehatan telah menetapkan tiga intervensi utama untuk mencegah dan
menangani malaria dalam kehamilan yakni:

1. Setiap ibu hamil mendapatkan kelambu berinsektisida secara gratis pada kunjungan pertama
ANC

2. Setiap ibu hamil diperiksa darah malaria dengan RDT/mikroskop dan diobati sesuai
protokol pengobatan pada kunjungan pertama ANC baik ibu hamil yang menunjukkan
gejala malaria maupun yang tidak menunjukkan gejala malaria

3. Selama kehamilannya ibu yang menunjukkan gejala malaria diperiksa darah malaria dengan
RDT/mikroskop dan diobati sesuai protokol pengobatan.

PADA KUNJUNGAN PERTAMA ANC SETIAP IBU HAMIL HARUS DIBERIKAN


KELAMBU BERINSEKTISIDA SECARA GRATIS DAN DIPERIKSA MALARIA
MESKIPUN IBU HAMIL TIDAK MENUNJUKKAN GEJALA MALARIA.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 49


Jika pada pemeriksaan darah dengan RDT atau mikroskop ibu didiagnosis menderita
malaria, langkah berikut penting dalam penatalaksanaan.

Tiga langkah penting dalam penanganan malaria pada ibu hamil :

1. Melakukan diagnosis malaria dengan tepat menggunakan RDT atau mikroskop sesuai
prosedur yang tepat dan benar

2. Melakukan kategorisasi apakah malaria pada ibu hamil merupakan malaria berat ataukah
malaria tanpa komplikasi

3. Memberikan penatalaksanaan sesuai diagnosis, yakni: pasien malaria berat segera dirujuk
sesuai prosedur, pasien malaria tanpa komplikasi diberikan pengobatan sesuai trimester dan
berat badan.

Penatalaksanaan Malaria Tanpa Komplikasi

Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobatan pada orang
dewasa lainnya, perbedaan adalah pada pemberian obat malaria berdasarkan umur kehamilan.
Pada ibu hamil tidak diberikan primakuin.
OBAT DAN DOSIS UNTUK MALARIA
USIA
TERKONFIRMASI POSISTIF KETERANGAN
KEHAMILAN
(Pf/Pv/Po/Mix)
< 3 bulan Malaria Falsiparum/Mix Minum obat sesudah makan
Kina 3x 2 tablet + Klindamisin 2x300mg Apabila memungkinkan awasi pasien secara
selama 7 hari langsung pada waktu minum obat
Anjurkan pasien untuk meneruskan minum
Malaria Vivaks/Ovale/Malariae: tablet zat besi dan asam folat serta untuk
Kina 3x 2 tablet selama 7 hari mengkonsumsi makanan yang mengandung
zat besi
Dosis kina 10mg/kgbb/kali
Anjurkan pasien untuk menggunakan
Dosis klindamisin 10mg/kgBB diberikan
kelambu setiap malam dirumah atau di kebun
2xsehari
Pastikan semua obat yang diberikan
untuk dihabiskan, juga jika ibu hamil
> 3 bulan DHP 4 tablet satu kali sehari selama 3 hari sudah merasa mulai membaik
Catat informasi dalam kartu ANC dan rekam
medis
Artesunat 4 tablet dan Amodiakuin 4 tablet Informasikan kepada pasien untuk kembali ke
setiap hari selama 3 hari (jumlah 24 tablet) Puskesmas, Pustu, Polindes segera jika dia
merasa tidak lebih baik setelah menyelesaikan
pengobatan
Parasetamol 1 tablet setiap 6 jam jika perlu Informasikan kepada pasien dan keluarganya
untuk demam untuk kembali ke Puskesmas, Pustu, Polindes
segera bila ada 1 atau lebih tanda-tanda
bahaya selama pengobatan, yaitu:
Tidak dapat makan/minum
Tidak sadar
Kejang
Muntah berulang
Sangat lemah (tidak dapat duduk atau
berdiri)

50 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

Diagram dan tabel berikut menjelaskan protokol penanganan malaria pada ibu hamil dalam
kunjungan ANC.

Gambar 33. Protokol Perawatan malaria untuk ibu hamil.

Ibu Hamil
Kunjungan Pertama

Lakukan ANC,
Berikan kelambu berinsektisida
Skrinig malaria

POSITIF NEGATIF

DENGAN
Ada tanda-tanda Tidak ada tanda-tanda Kalau di daerah
GEJALA
malaria berat malaria berat terpencil, rujuk
segera ke tempat
pelayanan
Periksa SD kesehatan yang
Rujuk
lebih lengkap dan
segera Trimester 1 Trimester 2-3
sesuai terjangkau untuk
pemeriksaan SD
prosedur

POSITIF NEGATIF
Positif Positif Pf/Pv/Pm/Po/Mix
Pf/Mix Pv/Pm/Po
Lanjutankan ANC
DHP atau Kelambu
Kina 3 x 2 dan Kina 3 x 2 berinsektisida Zat besi/
7 hari Artesunat-Amodiakuin
Klindamicin Folat Nutrisi
(3 hari)
2x300mg
7 hari

BAIK
TIDAK ADA
PERBAIKAN

Lanjutankan ANC Rujuk segera


Kelambu berinsektisida Zat sesuai Prosedur
besi/ Folat Nutrisi

Pada kunjungan ANC berikutnya, ibu hamil dengan gejala malaria harus diperiksa dengan
RDT atau mikroskop. Alur pengobatan sama dengan alur pada kunjungan pertama.

Ingat! Malaria bukan satu-satunya penyebab demam. Jika kondisi ibu


tidak lebih baik setelah menyelesaikan terapi anti malaria, pikirkanlah
adanya penyebab demam lainnya selama kehamilan

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 51


Paket-paket Obat ACT

ACT yang digunakan di Indonesia adalah DHP (dihyroartemisinin-piperaquine) dan


Artesunate + Amodiaquine. Obat ACT memiliki kemasan yang berbeda-beda. Karena itu
penting mengetahui jenis obat di dalam setiap kemasan.

Gambar 34. Contoh obat ACT

52 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

Ketaatan Minum Obat

Sangat penting bagi ibu hamil untuk menghabiskan obatnya. Jangan lupa mengingatkan
pasien anda untuk menghabiskan obat dan meminumnya sesuai aturan yang dianjurkan; apapun
jenis obat yang diminum : Kina ataupun ACT. Jelaskan pada mereka bahwa parasit malaria di
dalam tubuh mereka akan semakin kuat dan kebal terhadap obat jika kita tidak membunuhnya
(jika obat tidak diminum sampai habis).

Pasien harus meminum obat sesuai dengan aturan: dosis tidak boleh dipisah semaunya
sendiri sesuai dengan berat badan. Dengan ACT berarti minum 8 tablet sekaligus. Bila tidak
dapat diminum sekaligus: minum 4 tablet Artesunate disusul dengan 4 tablet Amodiakuin.
Namun jarak antara meminum Artesunate dan meminum Amodiaquine tidak boleh melebihi 30
menit karena akan mengurangi efektifitas obatnya. Supaya pasien tidak kuatir, dosis pertama bisa
diminum di depan petugas kesehatan.

2.3.2 Follow Up Setelah Pengobatan

Jika memungkinkan, lakukanlah kunjungan rumah untuk menjenguk ibu hamil yang
mendapatkan pengobatan malaria setelah 2-3 hari untuk melihat keadaannya. Pastikan bahwa ibu
dapat mengenali tanda-tanda bahaya dan kapan harus kembali kepada petugas kesehatan, jika
perlu. Bila kunjungan rumah tidak dapat dilakukan, anjurkanlah ibu untuk datang kembali untuk
kontrol setelah pengobatan selesai, atau jika keadaan ibu memburuk.

Pada umumnya pasien malaria akan membaik dalam satu dua hari setelah mendapatkan
pengobatan. Namun, jika keadaan ibu hamil tidak membaik atau malah memburuk, berikan
pengobatan tahap kedua yakni dengan Kina 3 x 2 tablet bagi ibu hamil trimester II dan III.

2.3.3 Penanganan Malaria Berat

Lakukan stabilisasi dan rujuk ibu segera jika menunjukkan gejala malaria berat. Penilaian
yang harus dilakukan : tentukan umur kehamilan ibu dan periksa tanda-tanda vital (suhu, tekanan
darah, pernapasan, nadi).

Stabilisasi yang harus dilakukan :

1. Segera cari pertolongan

2. Jangan biarkan ibu sendirian

3. Lindungi ibu dari cedera, tapi jangan secara aktif mengekangnya

4. Jika ibu tidak sadarkan diri


Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 53
a. Periksa jalan nafasnya

b. Posisikan ibu dalam keadaan miring kiri dengan 2 bantal menyangga bagian
punggungnya

c. Periksa adanya kaku leher

5. Jika ibu kejang, baringkan ibu dalam posisi miring untuk mengurangi risiko aspirasi jika dia
muntah dan untuk memastikan bahwa jalan nafas terbuka.

Jika ibu hamil kejang, sangat penting untuk membedakan apakah kejang tersebut disebabkan oleh
malaria ataukah karena eklamsia. Lakukan pemeriksaan berikut ini (tabel 15) untuk menentukan
penyebab kejang.

Tabel 8. Tanda-tanda dan gejala untuk malaria berat dan eklampsia

Tanda-tanda/Gejala-gejala Malaria Komplikasi/Malaria Berat Eklampsia


Riwayat demam dan menggigil (dari Ya Tidak
pasien atau keluarga pasien)
Suhu Badan > 38º C > 38º C
Tekanan Darah Diastolik < 90mm Hg Diastolik > 90mm Hg
Pembesaran limpa Ya Tidak
Ikterus Ya Tidak

Jika setelah pemeriksaan, ibu diduga menderita eklampsia, lakukan stabilisasi dan obati ibu
dengan magnesium sulfat sesuai protokol nasional kemudian rujuk.

Bila menemukan ibu hamil dengan gejala malaria berat, maka lakukan pemeriksaan laboratorium
malaria (dengan mikroskop atau RDT). Bila terbukti hasilnya positif malaria, yang perlu
dilakukan adalah:

1. Persiapkan penderita untuk dirujuk ke rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
lengkap

2. Catat pada rekam medik penderita : identitas, riwayat perjalanan penyakti, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat bepergian, riwayat transfusi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
diagnosis, tindakan dan pengobatan yang telah diberikan, catatan tanda vital. Buat surat
persetujuan penderita/keluarga untuk dirujuk.

3. Sebagai tindakan pra rujukan : berikan satu dosis artemeter intra muskuler (untuk
ibu hamil trimester II-III) atau kinin antipirin intra muskuler (untulk ibu hamil
trimester I atau jika artemeter tidak tersedia, untuk ibu hamil trimester I-III).

54 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

Catatan:

Cara pemberian artemeter intra muskuler adalah sebagai berikut : berikan suntikan dengan dosis
3,2 mg/kg bb intra muskuler. Jika tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter, maka untuk
ibu dengan berat badan sekitar 50 kg berikan suntikan intra muskuler sejumlah 2 ampul

Kinin antipirin intra muskuler diberikan dengan dosis 10 mg/kg bb

Segera rujuk penderita

Resiko kematian terbesar pada kasus malaria berat adalah disebabkan oleh : Infeksi
Plasmodium Falciparum dan sebagian oleh Plasmodium Vivax. Jika tidak segera dirawat infeksi ini bisa
merusak otak serta menimbulkan kematian. Ada banyak gejala klinis malaria berat dan penderita
bisa mengalami salah satu atau beberapa gejala sebagai berikut: Demam tinggi; denyut nadi cepat
dan melemah; seluruh tubuh lemah tidak bisa duduk dan berdiri; kejang berulang diatas dua kali
per 24 jam setelah demam turun, mata dan tubuh berwarna kuning; darah mengucur dari hidung,
gusi atau saluran pencernaan; napas memburuk atau pendek; tidak bisa makan atau minum,
muntah terus-menerus; warna air seni seperti teh hitam, bercampur darah; kencing berkurang
sampai tak ada; telapak tangan sangat pucat.

Ibu hamil yang menderita malaria berat harus dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan yang
lengkap dan terjangkau.

Pertanyaan Sering Diajukan Mengenai Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi

1. Apa yang anda lakukan jika pasien muntah ?

Jika muntah-muntah terjadi dalam 30 menit pertama setelah minum obat, pasien harus
mengulangi meminum dosis obat tersebut karena dia mungkin saja memuntahkan obat yang baru
saja diminumnya sebelum obat itu diserap tubuh. Anjurkan ibu untuk minum air yang banyak
untuk menghindari dehidrasi.

2. Apakah ada efek samping ?

Artesunat + Amodiakuin kadang-kadang bisa menimbulkan efek samping yang paling sering
adalah mual dan muntah. Karena itu sangat dianjurkan untuk meminum obat ini segera setelah
makan untuk mengurangi efek samping tersebut. Pastikan anda mengingatkan pasien anda untuk
makan lebih dahulu baru kemudian meminum obat ini.

3. Gatal

Bagi orang-orang yang mengalami keluhan gatal-gatal setelah minum ACT, anjurkan hal-hal
dibawah ini:

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 55


a. Mandi dengan air hangat atau dingin. Hindari menggunakan air yang sangat panas

b. Hindari menggunakan sabun/deterjen beraroma kuat atau beraroma parfum

c. Gunakan lotion atau pelembab lainnya (misalnya jeli minyak) pada kulit setelah mandi pada
saat kulit masih basah

d. Jaga kuku jari tetap pendek untuk menghindari penggarukan. Penggosokan juga
mempengaruhi kulit sama halnya dengan penggarukan.

Jelaskan kepada ibu bahwa gatal-gatal tersebut bersifat sementara dan dianjurkan tetap meminum
obat.

4. Reaksi alergi

Bila terjadi reaksi alergi setelah minum obat, segera kembali ke fasilitas kesehatan

5. Perut mual

a. Minum ACT dengan gula

b. Minum ACT sesudah makan untuk mengurangi mual

c. Kurangi konsumsi kafein, karena dapat menyebabkan iritasi/mual yang lebih buruk

d. Hindari makanan berminyak atau makanan yang digoreng saat minum ACT

6. Bagaimana anda menurunkan suhu tubuh pasien?

Ajari ibu, suamiyang merawatnya tentang cara mengontrol suhu tubuhnya dengan
menyeka tubuh dengan air hangat-hangat kuku, berikan parasetamol 500 mg (1 tablet) setiap
4 jam sampai suhu tubuhnya kembali normal.

2.4 Pencegahan Malaria pada Ibu Hamil


2.4.1 Kelambu Berinsektisida tahan lama

Dari semua metode pencegahan gigitan nyamuk, tidur dengan menggunakan


kelambu berinsektisida merupakan cara yang paling efektif karena nyamuk menggigit pada
malam hari saat ibu hamil tidur. Kelambu berinsektisida mengurangi kontak manusia
dengan nyamuk dengan cara membunuhnya jika mereka menempel di kelambu atau dengan
menangkal nyamuk-nyamuk tersebut, sehingga mereka terbang menjauh dari tempat orang
yang sedang tidur.

56 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

Kelambu diproses untuk menyimpan insektisida pada seratnya di pabrik


pembuatannya. Karena insektisida ini diberikan pada kelambu di tahap ini, insektisida bisa
bertahan lebih lama dari pada kelambu yang dicelupkan insektisida dengan tangan.
Kelambu berinsektisida memberikan perlindungan lebih baik bagi orang yang
menggunakannya karena kelambu itu akan membunuh nyamuk atau melemahkannya ketika
nyamuk kontak dengan kelambu. Kelambu biasa dan tidak dirawat dengan insektisida juga
efektif tetapi orang yang tidur didalamnya bisa digigit nyamuk melalui kelambu tersebut jika
nyamuk bisa masuk atau kelambu tidak tertutp sempurna. Kelambu berinsektisida juga
menguntungkan orang lain yang tidur di ruangan tersebut karena kelambu itu membunuh
nyamuk, sekaligus melindungi mereka juga.

2.4.2 Manfaat-manfaat Kelambu

Manfaat lain dari kelambu berinsektisida tahan lama termasuk:

a. Membunuh tuma

b. Membunuh kepinding

c. Membunuh kecoa

d. Membunuh kutu

e. Membunuh kalajengking

Tabel 9. Membandingkan kelambu biasa yang diberi insektisida.

KELAMBU BERINSEKTISIDA KELAMBU BIASA

Memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk Memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk

Membunuh atau menangkal nyamuk yang Tidak membunuh atau menangkal nyamuk yang
menyentuh kelambu menyentuh kelambu

Mengurangi jumlah nyamuk di dalam maupun di Tidak mengurangi jumlah nyamuk di dalam maupun
luar kelambu diluar kelambu

Membunuh serangga lainnya seperti tuma, laba- Tidak membunuh serangga lainnya seperti tuma, laba-
laba, kutu kasur dan kecoa laba, kutu kasur dan kecoa

Aman digunakan untuk ibu hamil, anak-anak dan Aman digunakan untuk ibu hamil, anak-anak dan bayi.
bayi

1. Mengapa Ibu Hamil Harus Memakai Kelambu Berinsektisida Tahan lama?

Pada ibu hamil, malaria akan meningkatkan resiko anemia, kematian, aborsi spontan, atau
kelahiran bayi dengan berat rendah dan daya tahan hidupnya berkurang pada ibu hamil.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 57


Bagaimana cara mencegahnya? Salah satu caranya adalah mengurangi gigitan nyamuk pada
ibu hamil dan memastikan dia menggunakan kelambu setiap malam. Ibu hamil harus segera
mulai menggunakan kelambu saat tidur begitu tahu mereka hamil!

2. Apakah kelambu berinsektisida aman?

Ya, kelambu berinsektisida aman untuk semua orang-bayi, ibu hamil, anak-anak, orang
dewasa, ayam, babi, semua orang-kecuali untuk nyamuk dan ikan. Karena kelambu
berinsektisida tidak aman untuk ikan, kelambu ini tidak boleh dicuci di aliran air atau sungai

3. Bagaimana jika anak-anak memasukkan kelambu itu kedalam mulutnya?

Deltamethrin, bahan kimia yang digunakan untuk memproses kelambu tersebut, aman untuk
manusia. Tentu saja tidak direkomendasikan memasukkan kelambu ini ke dalam mulut,
tetapi jika seorang anak melakukannya, cucilah mulutnya segera untuk membuang rasanya.
Deltamethrin juga digunakan sebagai pestisida di pertanian-pertanian, seperti kopi, buah-
buahan, sayur-mayur, dan kedele. Jadi sangat mungkin sekali anda telah menelan
Deltamethrin dalam jumlah kecil saat memakan atau meminum produk-produk ini.

Bagaimana jika tokek jatuh di kelambu dan kemudian mabuk atau mati, sudah pasti
kelambu ini tidak aman untuk manusia? Seperti telah dijelaskan di atas, insektisida Deltamethrin
yang digunakan untuk memproses kelambu ini sangat aman untuk manusia, siapapun apakah itu
bayi atau orang dewasa yang tidur didalamnya. Jadi anda tidak perlu khawatir. Tokek memiliki
komposisi fisik berbeda dari manusia. Karena itu mereka lebih terpengaruh oleh insektisida ini.

Kelambu berinsektisida yang tahan lama lebih sedikit menimbulkan iritasi kulit dibanding
yang direndam sendiri. Kadang-kadang kelambu baru direndam, orang yang merendamnya akan
mengalami iritasi kulit tetapi pada kelambu berinsektisida yang tahan lama, iritasi ini berkurang
jauh.

WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) TELAH


MEREKOMENDASIKAN INSEKTISIDA YANG HARUS DIGUNAKAN UNTUK
KELAMBU. INSEKTISIDA TERSEBUT AMAN BAGI MANUSIA DAN
DIGUNAKAN OLEH BANYAK NEGARA DI DUNIA. JUMLAH INSEKTISIDA
YANG DIGUNAKAN PADA KELAMBU BERINSEKTISIDA ADALAH DALAM
BENTUK DILARUTKAN/DICAIRKAN DAN SANGAT KECIL PENGARUHNYA
BAGI MANUSIA, TERMASUK BAYI BARU LAHIR.

58 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

4. Manfaat Menggunakan Kelambu Berinsektisida

Untuk ibu hamil, kelambu berinsektisida melindunginya dari malaria dan oleh karenanya
mengurangi juga risiko terjadinya anemia dan kematian ibu.

Keuntungan pemakaian kelambu berinsektisida bagi masyarakat:

a. Biaya pemakaian kelambu lebih murah dibandingkan dengan biaya pengobatan bila terkena
malaria

b. Jumlah penderita dan kematian karena malaria menurun

c. Anak-anak dapat tumbuh sehat karena terhindar dari malaria

d. Meningkatkan produktivitas serta status ekonomi masyarakat

2.4.3 Cara Menggunakan Kelambu

Semua manfaat kelambu berinsektisida ini luar biasa, tetapi kelambu itu harus dipakai
dengan benar agar bisa memberikan manfaat maksimal. Jadi, bagaimana cara kita
menggunakannya dengan benar?

a. Sebelum menggunakan kelambu pertama kali, angin-anginkan selama 24 jam (1 hari).


Pastikan kelambu itu tidak terkena sinar matahari secara langsung

b. Pastikan ujung kelambu dimasukkan dibawah kasur atau alas tidur. Jika ibu tidur di alas di
lantai kayu, mereka harus memastikan memasukkan ujung kelambu setiap malam. Nyamuk
bisa masuk melalui lubang-lubang di lantai kayu jika kelambu tidak dimasukkan dengan
benar.

c. Jika ada lubang di kelambu, pastikan anda menjahitnya segera. Nyamuk akan mencari lubang
untuk masuk, jadi pastikan tidak ada lubang.

d. Supaya tidak ada lubang di kelambu anda, jika siang hari, naikkan kelambu tersebut supaya
tidak dimainkan atau robek saat sedang tidak digunakan.

e. Untuk melindungi dari gigitan nyamuk setiap malam, anda harus menggunakan kelambu
berinsektisida setiap malam sepanjang tahun, baik itu musim hujan atau musim kemarau atau
tampaknya tidak ada nyamuk di sekililing anda! Karena nyamuk malaria bisa menggigit di
tengah malam, mereka akan ada dimana-mana sekalipun jika kita tidak melihatnya, hanya
butuh satu gigitan nyamuk untuk terinfeksi malaria.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 59


f. Jauhkan api, lilin, pemantik dan lampu minyak tanah dari kelambu dan jangan merokok
dekat dengan kelambu, karena kelambu mudah terbakar.

g. Pada kelambu yang dicelup sendiri, jika kelambu sudah tidak efektif lagi, berikan kembali
insektisida yang resmi/terdaftar pada kelambu tersebut. Cara pemberian kembali insektisida
pada kelambu mengacu pada petunjuk dari dinas kesehatan setempat.

PERHATIAN :
APABILA HENDAK BEPERGIAN KE DAERAH TAMBANG ATAU KE
KEBUN, HARUS MEMBAWA KELAMBU BERISEKTISIDA UNTUK
DIGUNAKAN PADA TEMPAT TERSEBUT.

2.4.4 Cara Merawat Kelambu


Untuk memaksimalkan pemakaian kelambu berinsektisida, kelambu tersebut harus dirawat
dengan benar. Kelambu berinsektisida bisa dicuci untuk menjaganya tetap bersih, tetapi ada
beberapa tips yang penting untuk diingatkan supaya kelambu tersebut bisa bertahan selama
mungkin:
a. Cucilah kelambu dengan sabun dengan cara mencelup-celupkannya. Jangan disikat dan di
kucek. Juga jangan merendamnya. Jika direndam selama 30 menit atau lebih dengan bubuk
deterjen, kekuatan insektisida pada kelambu tersebut akan berkurang drastis
b. Sabun atau bubuk deterjen biasa bisa digunakan
c. Pastikan anda mengeringkan kelambu di tempat teduh didalam rumah ataupun di bawah
pohon, dll. Anda bisa menggantungkan kelambu untuk menggeringkannya atau
menghamparkannya-hanya pastikan sinar matahari tidak mengenainya secara langsung. Sinar
matahari akan mengurangi kekuatan insektisida pada kelambu.
d. Kelambu berinsektisida akan kehilangan insektisidanya setelah sekitar 20 kali pencucian jadi
sangat dianjurkan untuk mencuci kelambu 3 bulan sekali agar kelambu bisa bertahan 3 tahun
e. Kotoran, debu atau asap tidak akan mempengaruhi kualitas insektisida

60 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

Gambar 35. Perawatan Kelambu

2.5. Cara-cara Lain Pencegahan Malaria


Ibu hamil mempunyai dua kali kemungkinan lebih besar untuk tergigit nyamuk
dibandingkan ibu tidak hamil mungkin karena kulit perut ibu hamil agak lebih hangat
dibandingkan ibu tidak hamil. Meskipun kelambu berinsektisida cukup efektif untuk
mencegah gigitan nyamuk malaria pada ibu hamil, masih ada cara-cara lain untuk mencegah
infeksi malaria. Penting untuk mencegah malaria dengan melakukan tindakan-tindakan
tambahan dibawah ini, untuk mengurangi kontak dengan nyamuk:

2.5.1 Tutup pintu dan jendela dengan kawat atau jala/kelambu nilon untuk mencegah nyamuk
masuk kedalam rumah

Hindari pergi keluar setelah hari gelap. Jika pergi dimalam hari:

a. Gunakan pakaian pelindung yang menutupi lengan dan kaki

b. Gunakan krim penangkal nyamuk pada kulit yang tidak tertutup pakaian

c. Gunakan obat nyamuk bakar (khususnya saat duduk di luar) yang mengeluarkan
asap. Asap tersebut mengusir nyamuk atau membunuhnya ketika mereka terbang
melewati asap itu.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 61


d. Semprot ruangan dengan insektisida sebelum tidur setiap malam. Oleh karena itu
semprotan insektisida tersebut hanya efektif untuk beberapa jam, metode ini harus
digunakan dengan kombinasi tindakan pencegahan lainnya, misalnya pintu dan
jendela yang dipasang kasa.

e. Gunakan obat nyamuk bakar. Asap dari obat nyamuk itu akan membunuh atau
mengusir nyamuk

f. Membunuh nyamuk secara fisik didalam rumah dengan cara menepuknya

2.6. Mengintegrasikan Penceghan Malaria dalam


Kehamilan ke dalam Asuhan Antenatal
2.6.1 Tujuan Asuhan Antenatal

Kehamilan dan kelahiran merupakan suatu proses alamiah yang biasanya berjalan
normal, tanpa komplikasi. Oleh karena itu, ANC bertujuan untuk menjamin, mendukung
serta menjaga keadaan ibu dan janin selalu dalam keadaan baik selama kehamilan
sehingga kelahiran dapat berlangsung normal. Untuk mencapai tujuan utama ANC-ibu
dan bayi yang sehat-tenaga kesehatan yang terampil harus mampu mencapai hal-hal di
bawah ini:

1. Deteksi dini dan pengobatan tepat terhadap komplikasi dan masalah/gangguan kesehatan
yang terjadi

2. Pencegahan terhadap penyakit dan komplikasinya

3. Persiapan kelahiran dan kesiapan mengahadapi komplikasi

4. Penyuluhan kesehatan dan konseling

2.6.2 Deteksi Dini dan Pengobatan Tepat


Meskipun sebagian besar kehamilan adalah normal, tujuan utama ANC adalah
untuk mendeteksi secara dini serta memberikan pengobatan tepat terhadap komplikasi
kehamilan dan masalah/gangguan kesehatan yang terjadi. ANC melakukan penilaian
sesuai ketentuan dengan cara: wawancara, pemeriksaan fisik dan laboratorium (atau
RDT) untuk mendeteksi tanda dan gejala klinis yang sering terjadi pada ibu hamil.
Demikian juga komplikasi yang timbul dalam kehamilan. Komplikasi/penyakit dalam

62 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

kehamilan di bawah ini secara bermakna dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan
ibu dan bayi baru lahir:

1. Anemia berat (kurang darah)

2. Pre-eklampsia

3. HIV

4. Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti GO, sifilis dll

5. Malaria

Di daerah endemik malaria, penapisan (skrining) untuk tanda dan gejala malaria
merupakan bagian rutin dari ANC. Tenaga kesehatan juga harus mampu membedakan
kasus malaria dengan atau tanpa komplikasi yang memerlukan cara pengobatan yang
berbeda.
2.6.3 Pengobatan
ANC menganjurkan intervensi yang aman, sederhana dan murah. Dua intervensi utama yang
sudah terbukti efektif mengurangi kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir di seluruh
dunia adalah:

1. Imunisasi tetanus toksoid untuk mencegah tetanus

2. Pemberian suplemen zat besi dan asam folat


untuk mencegah anemia

Tetanus menyebabkan kematian ibu dan bayi di


seluruh dunia

Defisiensi zat besi dapat menyebabkan anemia berat,


yang dihubungkan dengan kelahiran prematur, berat
badan lahir rendah serta kematian maternal dan bayi
baru lahir.

Di Indonesia pencegahan malaria pada ibu hamil dilakukan dengan penggunaan kelambu yang
diberi insektisida.

ANC juga mengembangkan tindakan pencegahan seperti di bawah ini:

1. Pengobatan presumtif untuk infeksi cacing tambang

2. Pemberian yodium

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 63


Persiapan Menghadapi Persalinan dan Kesiapan Menghadapi Komplikasi

Jika seorang ibu hamil sudah mempersiapkan dirinya secara baik untuk persalinan normal
dan kemungkinan terjadinya komplikasi, maka dia sudah menerima ANC yang baik dan tepat
waktu. Sebagai bagian dari ANC, tenaga kesehatan akan mendampingi ibu dan keluarganya dalam
membuat perencanaan kelahiran. Diperkirakan 15% ibu hamil akan mengalami komplikasi yang
mengancam jiwanya. Kebanyakan komplikasi tersebut tidak dapat diperkirakan sehingga setiap
ibu hamil dan keluarganya harus dipersiapkan untuk mencari pertolongan secara tepat dan cepat
dalam situasi gawat darurat. Oleh karena itu, perencanaan kelahiran juga harus meliputi persiapan
menghadapi komplikasi.

Tabel 10. Komponen-komponen utama perencanaan kelahiran

Mendampingi ibu hamil dalam membuat perencanaan agar persalinannya


ditolong oleh tenaga kesehatan terampil. Tenaga ini harus sudah dilatih
mengenai cara menolong persalinan/kelahiran normal serta mengenal dan
Tenaga Kesehatan
melakukan antisipasi jika terjadi komplikasi
Terampil
Memastikan bahwa ibu dan keluarganya mengetahui bagaimana
menghubungi tenaga kesehatan terampil atau fasilitas kesehatan pada saat
yang tepat
Membantu ibu hamil merencanakan tempat melahirkan: di rumah, di
bidan, di Polindes, di Puskesmas atau di Rumah Sakit.
Tempat Melahirkan Tergantung kepada kebutuhan pribadinya, tenaga kesehatan dapat
merekomendasikan fasilitas kesehatan khusus (misalnya: Rumah Bersalin
tertentu) sebagai tempat melahirkan.
Memastikan ibu hamil dan keluarganya mengetahui sistem transportasi
dan membuat perencanaan:
Transportasi Transportasi ke tempat persalinan (jika bukan dirumah), dan
Gawat Darurat Transportasi gawat darurat ke fasilitas kesehatan yang terdekat jika
timbul tanda-tanda bahaya
Memastikan ibu hamil dan keluarga memiliki biaya atau sumber biaya lain
yang dapat digunakan bila diperlukan untuk membayar biaya asuhan
Biaya Gawat Darurat persalinan normal dan asuhan gawat darurat.
Jika mungkin, diskusikan biaya gawat darurat yang tersedia melalui
masyarakat dan/atau fasilitas
Mendiskusikan bagaimana keputusan dibuat dalam keluarga ibu hamil:
siapa yang biasanya membuat keputusan.
Tentukan:
Pengambilan
Keputusan Bagaimana keputusan dibuat pada saat persalinan atau jika muncul
tanda-tanda bahaya (siapa pembuat keputusan utama?), dan
Siapa lagi yang dapat membuat keputusan jika orang tersebut tidak
ada
Membantu ibu hamil dalam memutuskan/membuat perencanaan untuk

64 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

dukungan yang diperlukan, termasuk:


Dukungan
Pendamping yang sesuai yang dipilih oleh ibu untuk mendampingi
selama persalinan dan kelahiran, dan menemaninya selama dalam
perjalanan, jika diperlukan; dan
Seseorang yang merawat rumah dan anak-anaknya selama dia tidak
ada
Memastikan ibu hamil telah mengidentifikasi orang yang tepat untuk
Donor Darah menjadi pendonor darah dan orang ini dapat dihubungi jika terjadi kasus
gawat darurat
Memastikan ibu hamil memperoleh barang-barang yang diperlukannya
untuk persalinan yang bersih dan aman. Mendiskusikan pentingnya
Barang-barang menyimpan barang-barang tersebut dalam satu tempat agar mudah
diperlukan untuk dibawa jika dibutuhkan.
Persahabatan Bersih
Untuk persalinan: pembalut perineal, sabun, kain sprei bersih,
dan Aman serta Bayi
tempat plasenta, silet bersih, perlak anti air/plastik, pengikat tali
Baru Lahir
pusat, dll
Untuk bayi baru lahir: selimut, popok, baju, dll
Memastikan ibu hamil mengetahui tanda-tanda bahaya, yang
mengindikasikan perlunya membuat perencanaan untuk kesiapan
menghadapi komplikasi antara lain:
Perdarahan per vaginam
Sulit bernafas
Demam
Sakit perut yang hebat
Sakit kepala yang hebat/pandangan kabur
Tanda-tanda Bahaya
dan Tanda-tanda Kejang-kejang/kehilangan kesadaran
Persalinan
Mulas seperti mau bersalin sebelum kehamilan 37 minggu
Memastikan juga apakah ibu hamil mengetahui tanda-tanda persalinan,
yang mengindikasikan perlunya menghubungi tenaga kesehatan terampil
dan melaksanakan rencana persiapan kelahiran, yaitu:
Kontraksi yang teratur, bersifat progresif
Sakit bagian bawah pinggang yang berasal dari fundus
Darah bercampur lendir
Pecah ketuban

2.6.4 Penjadwalan Kunjungan


Penjadwalan yang benar tergantung pada umur kehamilan dan kebutuhan. Bagi ibu yang
kehamilannya menunjukkan kemajuan yang normal, jadwal kunjungan ANC minimum 4 kali. Ibu
hamil dengan kondisi tertentu membutuhkan kunjungan lebih banyak.

Komponen-komponen kunjungan menurut usia kehamilan dapat dilihat pada tabel berikut.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 65


Tabel 11. Komponen-komponen kunjungan antenatal

KUNJUNGAN KUNJUNGAN KUNJUNGAN KETIGA KUNJUNGAN


PERTAMA KEDUA (24-32 minggu) KEEMPAT
(12 minggu) (12-24 minggu) (32-40 minggu)
Lakukan penilaian Lakukan penilaian Lakukan penilaian terhadap Lakukan penilaian terhadap
terhadap hal sebagai hal sebagai berikut: hal sebagai berikut:
Menyeluruh:
berikut:
1. Tanyakan adakah 1. Tanyakan adakah
1. Tanyakan adakah
1. Tanyakan adakah masalah/keluhan masalah/keluhan
Masalah/keluhan masalah/keluhan
2. Tanyakan tanda-tanda 2. Tanyakan tanda-tanda
2. Tanyakan tanda-tanda 2. Tanyakan tanda-tanda bahaya,riwayat; bahaya,riwayat; masalah/
bahaya bahaya,riwayat; masalah/ perubahan- perubahan-perubahan yg
masalah/ perubahan- perubahan yg terjadi terjadi sejak kunjungan
3. Riwayat-riwayat perubahan yg terjadi sejak kunjungan terakhir terakhir
menstruasi dan sejak kunjungan
kontrasepsi, kehamilan 3. Pemeriksaan fisik: 3. Pemeriksaan fisik:
terakhir
saat ini, riwayat obstetri, Keadaan umum, Keadaan umum, tekanan
riwayat medis 3. Pemeriksaan fisik: tekanan darah, perut darah, perut (termasuk
Keadaan umum, (termasuk DJJ), elemen DJJ), elemen lainnya
4. Pemeriksaan fisik: tekanan darah, perut lainnya sesuai dengan sesuai dengan indikasi
Keadaan umum;tekanan (termasuk DJJ), indikasi
4. Pengujian:HB, Sediaan
darah;payudara;perut; elemen lainnya sesuai
4. Pengujian:HB, Sediaan darah malaria atau RDT
kelamin dengan indikasi
darah malaria atau RDT bila demam dan lain-lain
5. Pengujian: kadar 4. Pengujian:HB, Sediaan bila demam dan lain-lain seperti yang telah
hemoglobin, RPR (untuk darah malaria atau seperti yang telah diindikasikan.
cifilis), HIV RDT bila demam dan diindikasikan.
lain-lain seperti yang
6. Sediaan darah malaria atau telah diindikasikan.
test RDT

Untuk:
Untuk: Untuk:
Untuk:
Mendeteksi tanda/gejala
Mendeteksi tanda/gejala Mendeteksi
malaria dan komplikasi Mendeteksi tanda/gejala
malaria dan komplikasi tanda/gejala malaria
serta penyakit lainnya malaria dan komplikasi
serta penyakit lainnya dan komplikasi serta
serta penyakit lainnya
penyakit lainnya Mengkonfirmasikan
Menghitung TPP/umur EDC dan kemajuan Mengkonfirmasikan TPP
kehamilan Mengkonfirmasikan
normal dan kemajuan normal
EDC dan kemajuan
Menentukan apakah normal Melanjutkan atau Mengidentifikasi
kemajuan kehamilannya memperbaiki rencana malpresentasi
normal Melanjutkan atau
asuhan (jika diperlukan)
memperbaiki rencana Melanjutkan atau
Asuhan/rujukan yang asuhan (jika Asuhan/rujukan yang memperbaiki rencana
tepat untuk masalah yg diperlukan) tepat untuk masalah yg asuhan (jika diperlukan)
teridentifikasi teridentifikasi
Asuhan/rujukan yang Asuhan/rujukan yang
Pengujian dan konseling tepat untuk masalah yg Pengembangan/kajian tepat untuk masalah yg
HIV atas dasar kesadaran teridentifikasi lebih jauh mengenai teridentifikasi
sendiri perencanaan persalinan
Pengembangan/kajian
lebih jauh mengenai
perencanaan
persalinan

66 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

2.6.5 Pencatatan Kunjungan Antenatal Dan Pencegahan Malaria

KUNJUNGAN KUNJUNGAN KEDUA KUNJUNGAN KETIGA KUNJUNGAN KEEMPAT


PERTAMA (12-24 minggu) (24-32 minggu) (32-40 minggu)
(12 minggu)
Pembuatan rencana Melakukan pengobatan: Melakukan pengobatan: Finalisasi rencana
persalinan (termasuk Bila hasil sediaan darah Bila hasil sediaan darah persalinan
mengkaji tanda- malaria atau test RDT (+) malaria atau test RDT
tanda bahaya dan ,beri terapi (+) ,beri terapi Melakukan pengobatan:
kesiapan Bila hasil sediaan darah
menghadapai Melakukan tindakan awal Melakukan tindakan awal malaria atau test RDT (+)
komplikasi) pencegahan: pencegahan: ,beri terapi

Melakukan - Berikan kelambu - Berikan kelambu Melakukan tindakan awal


pengobatan: Bila berinsektisida berinsektisida pencegahan:
hasil sediaan darah - TT, zat besi dan asam - TT, zat besi dan asam - Berikan kelambu
malaria atau test folat jika diperlukan folat jika diperlukan berinsektisida
RDT (+),beri terapi (dosis sulfas ferrosus (dosis sulfas ferrosus
dan beri kelambu 300mg/hari, asam folat 300mg/hari, asam - TT, zat besi dan asam
berinsektisda 1mg/hari) folat 1mg/hari) folat jika diperlukan
(dosis sulfas ferrosus
Melakukan tindakan - Bila Hb 7-10 g/Dl,dosis - Bila Hb 7-10 300mg/hari, asam folat
awal pencegahan: asam folat 2 x lipat g/Dl,dosis asam folat 1mg/hari)
- Berikan kelambu 2 x lipat
Pesan/konseling kesehatan - Bila Hb 7-10 g/Dl,dosis
berinsektisida mengenai hal- Pesan/konseling asam folat 2 x lipat
- TT, zat besi dan kesehatan mengenai hal-
Pesan/konseling kesehatan
asam folat jika mengenai hal-
diperlukan (dosis
sulfas ferrosus
300mg/hari,
asam folat
1mg/hari)
- Bila Hb 7-10
g/Dl,dosis asam
folat 2 x lipat
Pesan/konseling
kesehatan mengenai
hal-hal seperti
pencegahan malaria,
nutri-si, hal lain pada
umumnya yang
dirasakan ibu

Pencatatan merupakan perangkat yang penting dalam pemberian asuhan antenatal.


Pencatatan yang akurat perlu memonitor kondisi ibu hamil, menyediakan asuhan terus menerus
(sepanjang waktu dan di antara tenaga kesehatan), untuk merencanakan dan mengevaluasi asuhan
serta berkomunikasi secara efektif antar tenaga kesehatan dan antar tempat pelayanan pada saat
rujukan di perlukan. Sebuah fasilitas kesehatan harus membuat dan menyimpan catatan setiap ibu
dan bayi baru lahir yang menerima asuhan. Tenaga kesehatan mendapatkan informasi,
menyimpan, menyajikan sebagai rujukan dan memperbaharui setiap kali kunjungan.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 67


Informasi di bawah ini harus dicatat dalam catatan antenatal:

Kunjungan ANC pertama:

1. Riwayat obstetri

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan laboratorium

4. Pemberian asuhan, termasuk pencegahan malaria dengan kelambu berinsektisida dan


pemeriksaan malaria pada setiap ibu hamil

5. Konseling, termasuk rencana kelahiran dan pengguna kelambu berinsektisida

6. Tanggal kunjungan ANC berikutnya

Kunjungan ANC berikutnya

1. Riwayat kehamilan selama ini

2. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemberian asuhan, termasuk pencegahan


malaria dengan kelambu berinsektisida

3. Konseling, termasuk rencana kelahiran dan penggunaan kelambu yang diberi insektisida (dan
informasi yang relevan mengenai bagaimana klien mendapatkan dan menggunakan kelambu
berinsektisida)

4. Tanggal kunjungan ANC berikutnya

2.6. Aspek logistik distribusi kelambu berinsektisida

Distribusi kelambu berinsektisida

Karena ini merupakan program baru-anda harus mendistribusikan kelambu yang anda terima ke
setiap ibu hamil yang saat ini berada dalam perawatan anda-meskipun jika anda tahu dia telah
punya kelambu, telah hamil 8 bulan, jika dia berkata dia tidak akan menggunakannya atau jika dia
kaya.

Setiap ibu hamil mendapat satu kelambu gratis, dan satu kelambu diberikan untuk
setiap satu kehamilan!
Anda akan mendistribusikan kelambu hanya kepada para ibu yang baru hamil yang datang ke
layanan ANC. Jika anda tahu anda ibu yang hamil di desa anda, tetapi belum datang ke ANC,

68 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

anda juga bisa mendatanginya dan memberinya kelambu tersebut secara langsung dengan
menekankan pentingnya dia datang melakukan kunjungan ANC pertama.

Jika Persediaan Kelambu Berinsektisida Tinggal Sedikit

Untuk permulaan, anda akan diberikan suplai kelambu yang cukup untuk semua ibu hamil di
dalam perawatan anda serta suplai untuk ibu yang kemudian hamil di desa anda. Jika kelambu di
persediaan anda tinggal sedikit, anda harus memberitahu Koordinator Bidan di Puskesmas bahwa
anda membutuhkan kelambu tambahan ketika anda menghadiri rapat bidan atau Puskesmas
rutin. Pada kesempatan itu, anda juga harus menyerahkan laporan tentang distribusi kelambu
anda sehingga bisa menilai bersama-sama distribusi anda saat ini dan mengetahui jumlah kelambu
yang anda butuhkan.

Cara Kerja Sistem Pengiriman Kelambu Berinsektisida

Sistem pengiriman kelambu akan mengikuti sistem pengiriman (procurement) yang telah ada di
dalam sistem kesehatan kabupaten. Karena kelambu tersebut telah diberi insektisida persediaan
kelambu harus disimpan di gudang P2M di tingkat kabupaten. Puskesmas juga akan memiliki
persediaan untuk menyuplai kembali para bidan di area mereka dan setiap bidan akan memiliki
persediaan sehingga bisa langsung didistribusikan kepada para ibu hamil ketika mereka
berkunjung ke ANC.

Di setiap puskesmas, orang yang bertanggung jawab mengambil pesanan perolehan dari bidan
dan memastikan ada lagi kelambu yang dikirim dari tingkat kabupaten adalah Koordinator Bidan
di setiap Puskesmas. Jika tidak ada koordinator bidan, maka kepala Puskesmas harus menunjuk
orang yang memegang peran ini. Karena akan ada pertemuan bulanan rutin di tingkat Puskesmas
(Rapat Rutin atau Mini Log), anda harus memberikan laporan kapan membutuhkan kelambu
tambahan pada pertemuan ini. Diagram berikut ini menjelaskan sistem pengiriman kelambu:

Pengiriman
Gudang P2M di
Tingkat kegiatan

Ruang penyimpanan
Puskesmas di tingkat
Kabupaten

Bidan di tingkat desa


Pelaporan Memesan stok baru

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 69


2.6.1. Pelaporan

Anda sudah memiliki catatan ANC tentang ibu hamil dan kelahiran di area kerja anda.
Termasuk di dalam laporan ini juga bagian tentang pemberian kelambu kepada ibu hamil,
distribusi lembaran informasi tentang pemakaian dan perawatan kelambu akhirnya, pendidikan
malaria yang diberikan selama K-1.

Anda juga diharapkan menyimpan catatan tentang kelambu yang telah diberikan pada anda
dan kelambu yang anda distribusikan. Tabel berikut ini menunjukkan pada anda cara
melakukannya. Untuk menerima kelambu-kelambu tambahan, anda terlebih dahulu harus
menunjukkan tabel ini kepada Koordinator Bidan, Kepala Puskesmas atau staf P2M di
Puskesmas anda yag bertanggung jawab menyuplai kelambu kepada anda.

Tabel 12. Contoh Tabel Inventaris Kelambu

Kabupaten : _________________________
Puskesmas : _________________________
Polindes : _________________________
Desa : _________________________

TANGGAL KEGIATAN TANDA TERIMA KELUAR MASUK SISA

1 2 3 4 5 6

10/03/2013 Masuk kelambu dari


Kepala Puskesmas 20 20
Puskesmas
12/03/2013 Ibu Mince (Desa Galela) Ibu Mince 1 19
12/03/2013 Ibu Mince (Desa Galela) Ibu Theresa 1 18

2.6.2. Pengawasan

Pengawasan adalah komponen positif program ini. Pengawasan merupakan cara anda
untuk belajar secara praktis dari supervisor anda berdasarkan kebutuhan-kebutuhan individual
anda sendiri. Pengawasan juga merupakan jalan bagi supervisor untuk memahami dengan lebih
baik persoalan-persoalan khusus yang anda temui dan pelatihan tambahan yang anda butuhkan.

Pengawasan dalam program ini terdiri dari beberapa lapisan:


Sentral/Provinsi Tingkat Kabupaten
Kabupaten Puskesmas
Koordinator bidan Bidan di tingkat desa

70 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

Anda harus sudah mendapat pengawasan bulanan dan tiga bulanan rutin oleh koordinator bidan
yang diatur Puskesmas ke Polindes anda. Koordinator Bidan akan menggabungkan distribusi
malaria dan kelambu ke kunjungan-kunjungan pengawasan mereka.

Jika Tidak Ada Bidan di Desa atau Bidan Tidak Ada

Di beberapa wilayah Puskesmas, ada desa-desa yang tidak memiliki bidan yang tinggal di sana.
Barangkali tidak ada Polindes atau barangkali bidan tersebut tidak mau tinggal di desa tersebut.
Apapun alasannya, ibu hamil di desa-desa ini juga harus mendapat kelambu gratis dan penjelasan
tentang malaria dan kehamilan. Masing-masing Puskesmas akan mengidentifikasikan cara yang
lain untuk distribusi kelambu ke desa tersebut. Beberapa ide adalah: dukun bersalin, kepala desa,
PKK dan lewat Posyandu setiap bulan.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 71


2.7. Contoh Kasus Malaria

A.

1. Apakah hasil tersebut positif atau negatif ?


2. Jenis infeksi malaria yang diderita ?
3. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada anak usia 5 tahun dengan hasil tersebut
(BB : 24 kg) ?
4. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada dewasa usia 30 tahun dengan hasil
tersebut (BB : 46 kg) ?

B.

1. Apakah hasi tersebut positif atau negatif ?


2. Jenis infeksi malaria yang diderita ibu hamil ?
3. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil minggu 11 dengan hasil
tersebut (BB : 50 kg) ?
4. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil minggu 30 dengan hasil
tersebut (BB : 54 kg) ?

1. Apakah hasil tersebut positif atau negatif?


2. Jenis infeksi malaria apa yang diderita ibu hamil?
3. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil 10 minggu dengan hasil
tersebut (BB : 62 kg)?
4. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil minggu 25 dengan hasil
tersebut (BB : 54 kg)?

1. Apakah hasi tersebut positif atau negatif?


2. Jenis infeksi malaria yang diderita ibu hamil?
3. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil minggu 11 dengan hasil
tersebut (BB : 65 kg)?
4. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil minggu 30 dengan hasil
tersebut (BB : 50 kg)?

72 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB II | MALARIA DALAM KEHAMILAN

1. Apakah hasi tersebut positif atau negatif?


2. Jenis infeksi malaria yang diderita ibu hamil?
3. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil minggu 12 dengan hasil
tersebut (BB : 50 kg)?
4. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil minggu 23 dengan hasil
tersebut (BB : 50 kg)?

1. Apakah hasil tersebut positif atau negatif?


2. Jenis infeksi malaria yang diderita ibu hamil?
3. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil minggu 10 dengan hasil
tersebut (BB : 46 kg)?
4. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil minggu 30 dengan hasil
tersebut (BB : 61 kg)?

1. Apakah hasil tersebut positif atau negatif?


2. Jenis infeksi malaria yang diderita ibu hamil?
3. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil minggu 10 dengan hasil
tersebut (BB : 53 kg)?
4. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil minggu 28 dengan hasil
tersebut (BB : 63 kg)?

1. Apakah hasi tersebut positif atau negatif?


2. Jenis infeksi malaria yang diderita ibu hamil?
3. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil trimester I dengan hasil
tersebut (BB : 50 kg)?
4. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil trimester II-III dengan hasil
tersebut (BB:50 kg)?

5. Apakah hasil tersebut positif atau negatif?


6. Jenis infeksi malaria yang diderita?

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 73


7. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada anak usia 5 tahun dengan hasil tersebut
(BB : 24 kg)?
8. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada dewasa usia 30 tahun dengan hasil
tersebut (BB : 46 kg)?

1. Apakah hasil tersebut positif atau negatif?


2. Jenis infeksi malaria yang diderita ibu hamil?
3. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil minggu 10 dengan hasil
tersebut (BB : 47 kg)?
4. Pengobatan malaria tanpa komplikasi pada ibu hamil minggu 26 dengan hasil
tersebut (BB : 55 kg)?

74 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB III
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGGULANGAN
MALARIA

Tujuan instruksional khusus:


- Pada akhir perkuliahan, mahasiswa dapat memahami dan
menerapkan proses pemberdayaan masyarakat dalam
penanggulangan malaria

Pokok bahasan:
3.1 Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat
1. Definisi pemberdayaan masyarakat
2. Tujuan pemberdayaan
3. Elemen pemberdayaan masyarakat
3.2 Strategi Pemberdayaan Masyarakat
1. Pelayanan berorientasi pada kebutuhan masyarakat
2. Memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat
3.3 Bentuk-bentuk Pemberdayaan Masyarakat dalam
Penanggulangan Malaria
1. Pos Malaria Desa
2. Participatory Learning and Action
3. Sosialisasi
4. Menjalin kemitraan

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 75


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

3.1 Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat


Malaria merupakan masalah kesehatan yang serius
karena dampaknya pada produktivitas masyarakat dan
lingkaran kemiskinan. Diperkirakan rata-rata 1,3%
pertumbuhan ekonomi di negara-negara endemis
hilang akibat penyakit ini (WHO, 2006). Penyakit
malaria menyebabkan 75%-90% rumah tangga yang
diwawancarai merasa terganggu pekerjaan atau
sekolahnya. Penyakit ini juga menghabiskan banyak
biaya.
Gb 36. Situasi diskusi suatu desa

Berbagai penelitian sudah membuktikan bahwa keberhasilan program pemberantasan


penyakit menular dapat dicapai dengan cepat karena adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat
dalam program pemberantasan penyakit malaria. Upaya pemberantasan malaria seringkali kurang
berhasil, hal ini dikarenakan jalannya program yang tidak kontinyu, kondisi geografis yang
memungkinkan perkembangbiakan vektor-vektor malaria, sulitnya sarana transportasi,
keterbatasan tenaga dan penyebaran tenaga kesehatan yang belum merata maka pemberdayaan
masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program pemberantasan penyakit malaria
sangat diperlukan.

3.1.1 Definisi Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan (empowerment) adalah kata benda, sedangkan action-nya adalah kata kerja
yaitu memberdayakan atau empowering. Kalau ditilik lebih jauh lagi, pemberdayaan atau lebih
tepatnya disebut sebagai empowerment merupakan konsep yang lahir dari perkembangan pemikiran
dan budaya barat. Substansi dari konsep empowerment adalah emansipasi dan liberalisasi serta
penguasaan terhadap segala kekuasaan dan penguasaan. Memberdayakan adalah memampukan
dan memandirikan masyarakat, Ini berarti bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
memampukan dan memandirikan dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan
kesadaran terhadap potensi yang dimilikinya untuk lebih berdaya guna dan berhasil guna. Hal ini
dapat dimaknai bahwa pemberdayaan masyarakat itu salah satunya adalah bagaimana merubah
mind set seseorang dari perasaan tidak mampu, tidak bisa dan tidak mungkin menjadi merasa
mampu, bisa dan sangat mungkin untuk melakukan perubahan. Adanya pencerahan pada

76 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

masyarakat akan kekuatan dan potensi yang dimiliki dapat memberikan kesadaran bersama
bahwa perubahan menuju kesejahteraan adalah sebuah keniscayaan.
Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan malaria merupakan segala upaya
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan dan mencari pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.

3.1.2 Tujuan Pemberdayaan


Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dan bersifat penting, tujuan dilakukan
pemberdayaan masyarakat adalah:
1. Pemberdayaan masyarakat merupakan alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi,
kebutuhan dan sikap masyarakat setempat.
2. Melibatkan masyarakat sehingga dapat mempercayai proyek atau program pembangunan.
Dengan melibatkan masyarakat timbullah rasa memiliki terhadap program tersebut,
masyarakat perlu diberi informasi oleh petugas kesehatan dengan melibatkan instansi terkait
maupun tokoh masyarakat dalam upaya pemberdayaan serta mengikutsertakan masyarakat
mulai perencanaan sampai dengan evaluasi. Semakin besar dukungan tokoh masyarakat dan
sektor terkait makin tinggi pencapaian keberhasilan program.

3.1.3 Elemen Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Bartle (2007) terdapat 16 (enam belas) elemen yang harus dikedepankan dan
menjadi tujuan dari kegiatan pemberdayaan masyarakat, yaitu:

1. Mendahulukan kepentingan umum (Altruisme). Tingkat kesiapan individu mengorbankan


kepentingan sendiri untuk kepentingan seluruh masyarakat (seperti kedermawanan, rasa
kemanusiaan, kebanggaan sebagai anggota masyarakat, saling mendukung, perduli,
persahabatan, persaudaraan).
2. Nilai bersama (Common Values): Tingkatan dimana anggota masyarakat berbagi nilai,
terutama ide-ide atau nilai untuk kepentingan bersama sebagai pengganti kepentingan
anggota per anggota masyarakat.
3. Layanan masyarakat (Communal Service): Penyediaan fasilitas dan layanan (seperti jalan, pasar,
air minum, pendidikan, layanan kesehatan), pemeliharaan dan perbaikan, kesinambungan,
dan kemudahan bagi semua anggota masyarakat untuk mengakses fasilitas dan layanan yang
tersedia.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 77


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

4. Komunikasi (Communications): Adanya komunikasi yang baik di antara anggota masyarakat,


dan diantara anggota masyarakat dengan lingkungan luarnya. Dimensi komunikasi meliputi
adanya jalan, metode elektronika (seperti telephone, radio, tv, internet), media cetak (koran,
majalah, buku), jaringan kerja, bahasa yang dapat dimengerti, kemampuan tulis baca dan
keinginan dan kemampuan berkomunikasi (yang dinyatakan secara bijaksana, diplomasi,
kemauan untuk mendengarkan dan membicarakan).
5. Percaya diri (Confidence): Meskipun diekspresikan secara individual, rasa percaya diri harus
tersebar diantara semua anggota masyarakat. Masyarakat yang penuh rasa percaya diri tidak
akan bergantung pada pihak luar, tidak pasrah, tidak masa bodoh, mampu memperjuangkan
haknya dan memiliki visi.
6. Kontekstual (Politik dan Administrasi); Context (Political and Administrative): Masyarakat akan
semakin kuat, berdaya dan mampu mempertahankan dirinya apabila didukung oleh
lingkungan dan situasi yang mampu memberikan penguatan tersebut. Lingkungan dan situasi
yang mendukung tersebut meliputi lingkungan dan situasi politis (termasuk nilai dan sikap
pemimpin nasional, hukum dan legislatif) dan lingkungan administrasi (sikap dari
pegawai/pelayan publik, peraturan dan prosedur serta kebijakan pemerintah).
7. Informasi (Information): Tidak sekedar memiliki dan menerima informasi, namun yang lebih
penting adalah kemampuan untuk mengolah dan menganalisa informasi, adanya
kesadaran/kepedulian, pengetahuan dan kebijaksanaan yang terdapat diantara tokoh-tokoh
kunci masyarakat dan dalam kelompok secara keseluruhan. Jika informasi dapat menjadi
lebih efektif dan berguna, tidak hanya sekedar banyaknya saja, maka masyarakat dapat
menjadi lebih kuat dan berdaya.
8. Intervensi (Intervention): Pola intervensi yang dilakukan harus ditujukan untuk memperkuat
dan meningkatkan kapasitas masyarakat, harus menantang masyarakat agar dapat menjadi
lebih kuat, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Intervensi sedapat mengkin harus
melepaskan diri dari tujuan charity, karena charity pada umumnya menciptakan
ketergantungan.
9. Kepemimpinan (Leadership): Seorang pemimpin dalam suatu masyarakat memiliki kekuatan,
pengaruh, dan kemampuan untuk menggerakkan anggota-angota masyarakat. Pemimpin
harus memiliki keahlian, kemauan, kejujuran dan beberapa karisma. Pemimpin harus dapat
mendengarkan dan mengakomodasi keinginan masyarakat secara keseluruhan. Semakin
efektif kepemimpinan seseorang maka semakin kuat masyarakatnya.
10. Jaringan kerja (Networking): Hal ini berkaitan dengan t

78 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

untuk menguatkan dan memberdayakan masyarakat. Anggota-anggota masyarakat diharap


mampu untuk membangun hubungan yang bermanfaat antar angota masyarakat dan dengan
pihak lain di luar masyarakat, yang dapat membuat mereka berdaya. Jalinan kerja yang efektif
dapat menjadi sumber semangat yang akan memperkuat masyarakat secara keseluruhan.
11. Organisasi (Organization): Tingkatan dimana para anggota masyarakat memandang dan
mengorganisasikan dirinya sebagai individu-individu yang memiliki peran dalam mendukung
keseluruhan masyarakat. Elemen ini meliputi bagaimana membangun integritas organisasi,
struktur, prosedur, proses pengambilan keputusan, efektifitas, pembagian tenaga kerja dan
kelengkapan peran dan fungsi.
12. Kekuatan politik (Political Power): Tingkatan dimana masyarakat dapat berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan baik di tingkat desa, regional maupun nasional. Setiap individu
memiliki kekuatan-kekuatan yang beragam yang saling melengkapi dalam suatu suatu
masyarakat yang pada akhirnya mewarnai kekuatan politik masyarakat tersebut dan hal ini
dapat memengaruhi dan memberikan warna bagi daerah dan nasional. Semakin sering
kekuatan dan pengaruh yang ada dimasyarakat diterapkan maka akan semakin kuat
masyarakat tersebut.
13. Keterampilan (Skills): Kemampuan yang ada pada individu akan memberikan sumbangan
yang signifikan bagi masyarakat. Dengan adanya kemampuan ini masyarakat akan mampu
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Kemampuan ini meliputi: kemampuan teknis,
kemampuan manajemen, kemampuan berorganisasi, kemampuan mengerahkan. Semakin
banyak keterampilan (baik individu maupun kelompok) yang diperoleh dan dimanfaatkan
oleh masyarakat, maka semakin berdaya masyarakat tersebut.
14. Kepercayaan (Trust): Tingkat kepercayaan dari masing-masing anggota masyarakat tehadap
sesamanya, khususnya pemimpin dan pelayan-pelayan masyarakat (public servants). Tingkat
kepercayaan ini akan merefleksikan tingkat integritas (kejujuran, ketergantungan,
keterbukaan, transparansi, kepercayaan dan penghargaan) yang ada dalam suatu masyarakat.
15. Kesatuan (Unity): Perasaan bersama dan berbagi sebagai suatu entitas masyarakat. Meskipun
dalam suatu masyarakat terdapat perbedaan (agama, kelas, status, penghasilan, usia, jenis
kelamin, adat, suku), masyarakat saling memberikan toleransi dan menghargai atas
perbedaan tersebut dan memiliki kemauan untuk saling bekerjasama dan bekerja bersama-
sama karena adanya suatu rasa kesamaan tujuan atau visi, dan adanya nilai bersama.
16. Kesejahteraan (Wealth): Tingkat dimana masyarakat secara keseluruhan memiliki kontrol
terhadap sumber daya potensial dan sumber daya actual, dan terhadap produksi serta
penyaluran barang dan jasa yang bermanfaat, memiliki akses terhadap lembaga-lembaga

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 79


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

keuangan dan non keuangan. Semakin sejahtera/kaya suatu masyarakat, maka akan semakin
kuat atau berdaya masyarakat tersebut.

3.2 Strategi Pemberdayaan Masyarakat


3.2.1 Pelayanan Berorientasi Pada Kebutuhan Masyarakat
Pembinaan peran serta masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan yang
berkesinambungan dengan tetap memperhatikan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
melalui model persuasive dan tidak memerintah, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
perilaku dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat dalam menemukan dan mengoptimalkan
kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah.
Pembinaan lokal merupakan serangkaian langkah yang diterapkan guna menggali, meningkatkan
dan mengarahkan peran serta masyarakat setempat. Menggunakan sumber daya/potensi yang
mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada
dan hidup di masyarakat. Semua bentuk upaya penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
termasuk di bidang kesehatan apabila ingin berhasil dan berkesinambungan hendaknya bertumpu
pada budaya dan adat setempat. Untuk itu pengambilan keputusan khususnya yang menyangkut
tata cara pelaksanaan kegiatan guna pemecahan masalah kesehatan yang ada di masyarakat
hendaknya diserahkan kepada masyarakat, pemerintah/tenaga kesehatan hanya bertindak sebagai
fasilitator dan dinamisator. Sehingga masyarakat lebih memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakannya, karena pada hakekatnya mereka adalah subjek dan bukan objek pembangunan
dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat lebih berhasil guna (efektif) dan berdaya guna
(efisien).

3.2.2 Memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat.


Pendayagunaan sarana dan material yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan
kesehatan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan ikut memiliki di masyarakat. Tokoh
masyarakat merupakan kekuatan yang sangat besar yang mampu menggerakan masyarakat di
dalam setiap upaya pembangunan.

80 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

Gambar 37. Lingkaran kegiatan Pengendalian Malaria Berbasis Masyararakat

MENGORGANISIR
, MEMBANGUN
KESADARAN DAN
KEPEDULIAN
MASYARAKAT
AKAN MALARIA

MENGENALI
MASALAH DAN
EVALUASI
MENENTUKAN
BERSAMA
TARGET DAN
PRIORITAS

MERENCANAKAN
PEMANTAUAN KEGIATAN
TEMPAT PENCEGAHAN
PERINDUKAN MALARIA
SECARA RUTIN BERSAMA
MASYARAKAT

KEGIATAN
PENGENDALIAN
MALARIA OLEH
MASYARAKAT

3.3 Bentuk Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Dalam


Penanggulangan Malaria

3.3.1 Pos Malaria Desa (POSMALDES)


1. Pengertian
Posmaldes adalah wadah pemberdayaan masyarakat dalam penanggulang malaria yang
dibentuk dari, oleh , dan untuk masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.
2. Fungsi
1. wadah bagi semua masyarakat didesa dalam upaya penanggulang malaria.
2. alat legitimasi kegiatan masyarakat dalam penaggulangan malaria.
3. media pengembangan pelestarian budaya dan nilai nilai kearifan lokal dalam
penanggulangan malaria.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 81


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

3. Tujuan
Tumbuh dan berkembangnya peran dan kemandirian masyarakat didalam upaya
penanggulangan malaria di desa sehingga malaria tidak merupakan masalah
kesehatan masyarakat.
4. Kegiatan Operasional POSMALDES
a. Penemuan dan pengobatan penderita oleh kader terlatih.
b. Penyuluhan kepada masyarakat.
c. Berbagai upaya untuk kemandirian dan pemberdayaan Posmaldes, misalnya:
iuran, arisan kelambu, kerja bakti, membersihkan sarang nyamuk, dan lain-lain.
5. Bimbingan Teknis Dan Pendampingan
Bimbingan teknis dilakukan oleh petugas Puskesmas/Pustu/Polindes meliputi
penemuan dan pengobatan penderita, penyuluhan dan penggerakan masyarakat
dalam penanggulangan malaria, pembuatan sediaan darah/Rapid Diagnostic Test
(bila memungkinkan).Pendampingan untuk kelestarian dan kemandirian Posmaldes
dilakukan oleh LSM, PKK, Organisasi Desa, TOMA, TOGA, Tokoh Adat, dan lain-
lain.
6. Upaya Pemberdayaan
Agar Posmaldes dapat berfungsi secara efektif dan berkembang sesuai dengan
kebutuhan, diperlukan berbagai upaya antara lain :
a. Membangun komitmen dengan Pemerintah daerah setempat untuk mendapatkan
dukungan kebijakan dalam rangka pembentukan POSMALDES.
b. Membangun dukungan sosial dan finansial dari lintas sektor terkait, LSM dan
masyarakat.
c. Memberdayakan masyarakat dalam upaya penanggulangan penyakit malaria.
7. Indikator keberhasilan.
Indikator keberhasilan POSMALDES diukur dengan :
a. Dimanfaatkannya POSMALDES oleh masyarakat sehingga penderita segera
ditolong dengan pemberian obat secara benar dan tepat.
b. Berfungsinya POSMSLDES dalam upaya penyuluhan dan pemberdayaan
masyarakat dalam penanggulangan penyakit malaria.
c. Kegiatan POSMALDES dapat berlangsung secara mandiri dan berkelanjutan.

82 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

3.3.2 Participatory Learning and Action (PLA)


1. Pengertian
Participatory Learning and Action (PLA) merupakan istilah bahasa Inggris, jika
diterjemahkan berarti belajar dan bertindak secara bersama-sama. PLA merupakan
sebuah pendekatan pemberdayaan masyarakat yang menggunakan pendekatan
pastisipatif.
Tabel 13. Perbedaan Pendekatan Non Partisipatif dan Partisipatif
NON PARTISIPATIF PARTISIPATIF
Top Down (ditentukan dari atas) Bottom Up (ditentukan dari bawah)
Sering tidak sesuai dengan kebutuhan Sesuai dengan kebutuhan masyarakat
masyarakat. Masyarakat mudah melaksanakan
Masyarakat kesulitan dalam Berkelanjutan (karena rencana,
melaksanakan. pelaksana, monitoring dilakukan oleh
Tidak berkelanjutan/selesai proyek masyarakat)
maka selesailah kegiatan tersebut.

Dalam pelaksanaan PLA, sebagai fasilitator harus mempunyai sebuah komitmen


seperti mau mendengar, menghormati dan beradaptasi, lebih banyak waktu, kepercayaan
yang besar pada komunitas sebagai pendamping. Dalam prosesnya pertukaran ide yang
adil dan terbuka antara masyarakat dan fasilitator sangatlah diperlukan, sebagai fasilitator
harus memiliki kemampuan memfasilitasi, idealnya ada waktu untuk beradaptasi dengan
masyarakat, berbaur bersama untuk berproses.

2. Tujuan PLA
a. Meningkatkan pengetahuan dan kemauan masyarakat untuk memperbaiki situasi
di desanya sendiri selama dan sesudah proses belajar.
b. Ide untuk memperbaiki situasi kesehatan di desa melalui diskusi terbuka dan
kesepakatan akan terus hidup.
c. Munculnya rencana aksi yang akan dilakukan bersama anggota masyarakat untuk
meningkatkan situasi kesehatan di desa.
3. Tahap dan Teknik PLA
a. Sesi 1 : Membangun Pelatihan yang Menyenangkan
Tujuan Sesi :
1) Peserta, Panitia dan fasilitator merasa nyaman dan saling mengenal

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 83


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

2) Mencairkan suasana kaku, sehingga terjalin suasana gembira dan menyenangkan


3) Menyiapkan peserta agar ikut senang dan bersemangat untuk mengikuti sesi
berikutnya

Isi Materi :
1) Perkenalan yang menyenangkan
2) Berbagi tujuan dan harapan, anda dan mereka
3) Membangun kesepakatan/kontak belajar
4) Pemilihan ketua kelas
5) Menjelaskan peran peserta, fasilitator dan panitia
6) Pre Test
Alat dan Bahan yang disiapkan :
1) Flipchart kosong, spidol, selotip kertas, meta plan warna warni
2) Kertas karton besar dibentuk buah jeruk yang diberi judul HARAPAN
3) Kertas karton besar dibentuk bunga, yang diberi judul KEKHAWATIRAN
4) Karton berwarna berjudul kontrak belajar, yang dibagi dua bagian : apa yang tidak
boleh dan apa yang boleh dilakukan peserta
5) Flipchart berisi : Tujuan Pelatihan
6) Flipchart berisi : Jadwal/Agenda Pelatihan
7) Lembar pre test

Waktu : 1 jam, 45 menit


Tahapan Kegiatan :
1) Peserta duduk berkeliling membentuk lingkaran
2) Fasilitator mengucapkan selamat datang pada seluruh peserta
3) Fasilitator mengajak peserta untuk saling bekenalan
4) Lakukan perkenalan dengan permainan DO YOU LOVE ME ?
5) Seluruh peserta, fasilitatro dan panitia bermain DO YOU LOVE ME hingga
dirasa cukup
6) Fasilitator melanjutkan acara dengan mengajak peserta untuk menyuarakan
HARAPAN dan KEKHAWATIRAN masing-masing
7) Fasilitator membagikan kertas-kertas meta plan warna-warni pada peserta
8) Fasilitator meminta peserta menuliskan harapan dan kekhawatiran mereka
masing-masing dalam lembaran-lembaran metaplan yang telah dibagikan

84 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

9) Sementara di dinding telah dipasang kertas HARAPAN dan KEKHAWATIRAN


10) Setiap peserta yang selesai menuliskan harapan dan kekhawatirannya, diminta
menempelkan di lembar yang disediakan di dinding. Hingga semua tertempel
11) Fasilitator membacakan harapan yang tertulis, dan menyampaikan mana yang
akan dipenuhi, mana yang tidak sesuai dengan tujuan/materi pelatihan.
12) Fasilitator bisa lalu membuka slide/flipchart yang berisi Tujuan Pelatihan dan
agenda pelatihan, dan membacakannya
13) Selanjutnya fasilitatro membacakan lembar kekhawatiran dan mengajak peserta
membuat kontrak belajar untuk mengatasi kekhawatiran itu.
14) Kesepakatan kontrak belajar dibuat bersama peserta dan ditempel didinding
15) Kontrak belajar yang berisi hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan peserta. Ini
menjadi kesepakatan yang harus ditaati selama pelatihan
16) Untuk memperlancar acara, fasilitator meminta peserta menunjukan ketua kelas.
17) Di akhir sesi, fasilitator menjelaskan bahwa kunci kesuksesan pelatihan ini
menggantungkan 3 pihak, yaitu peserta, fasilitatro dan panitia. Fasilitator lalu
menjelaskan fungsi dari masing-masing pihak. Misalnya peserta : wajib mengikuti
pelatihan dengan baik, fasilitator memandu dan memberikankan materi, dan
panitia mengatur logistic, konsumsi, akomodasi, pembayaran dll. Sehingga
jaringan sampai saling tertukar
18) Terakhir, peserta diminta untuk mengisi pre test, sebelum kita masuk ke sesi
berikutnya.
b. Sesi 2 : Mengenal Parasit Malaria dan Praktek Menggambar Tubuh (Body
Mapping)
Tujuan Sesi :
1) Peserta memiliki pemahaman lebih baik tentang penyakit malaria
2) Peserta lebih mengenali gejala malaria dan bisa ikut merasakan akibatnya
jika tertular malaria melalui praktek body mapping (membuat peta tubuh)
3) Peserta Menyadari bahaya dan akibat dari Malaria

Alat dan Bahan yang disiapkan :


1) Flipchart kosong, spidol, selotip kertas
2) Presentasi 1 : mengenal malaria (sebagai materi dan bahan presentasi)

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 85


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

Waktu : 90 menit

Tahapan kegiatan :
1) Fasilitator mengajak peserta untuk bebas melakukan curah gagasan, apa yang
mereka ketahui tentang malaria.
2) Untuk merangsang peserta, fasilitator bisa mengajukan pertanyaaan;
a) Binatang apa yang bisa paling berbahaya bagi manusia? (jawabannya adalah
nyamuk karena bisa membunuh jutaan orang setiap tahunnya)
b) Siapa yang pernah sakit malaria, tunjuk tangan
c) Malaria berbahay tidak?dst

Tujuannya agar peserta aktif mengungkapkan semua yang mereka ketahui.


Sehingga fasilitator berkesempatan untuk meluruskan pemahaman-pemahaman
salah tersebut.
3) Fasilitator melanjutkan mengajak diskusi tentang materi malaria, dan penularan
malaria (gunakan bahan presentasi 1)
4) Lalu fasilitator mengajak peserta untuk praktek body mapping dalam kelompok
untuk lebih mengenali gejala-gejala malaria. Buat 4 kelompok . berikan pengantar
sebelum
5) Kelompok mulai praktek body mapping dan diskusi dalam kelompok
6) Setelah kerja kelompok selesai, lalu masing-masing kelompok bergiliran
melakukan presentasi, dan kelompok lain menanggapi.
7) Fasilitator bisa melanjutkan dengan mempresentasikan bahaya dan kerugian
karena malaria. Presentasi bisa dibantu KIE Malaria.
8) Lalu diakhiri dengan menekankan kembali pesan-pesan kunci dari sesi ini.
9) Jangan lupa, selingi dengan permainan agar sesi tidak membosankan. Misalnya
dengan permainan melepaskan diri dari tali; maknanya adalah berarti masyarakat
bisa keluar dari masalah malaria jika berusaha keras.

c. Sesi 3 : Mengenal Nyamuk Anopheles, Vektor Penularan Malaria

Tujuan Sesi :
1) Peserta lebih memahami siklus nyamuk
2) Bisa mengenali ciri-ciri nyamuk dan jentik Anopheles dan membedakannya
dengan nyamuk dan jentik nyamuk lainnya.
3) Bisa mengenal kebiasaan nyamuk malaria dan pola penularannya

86 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

4) Mengenali kapan musim rawan malaria (praktek membuat Kalender musim)

Alat dan bahan yang disiapkan :


1) Presentasi 2 : Mengenal Nyamuk Anopheles
2) Flipchart kosong, spidol, selotip kertas
3) Botol berisi jentik nyamuk Anopheles dan yang bukan (telah disiapkan
sebelumnya oleh panitia pelatihan/fasilitator sesi)

Waktu : 60 menit
Tahapan kegiatan :
1) Fasilitator menjelaskan tujuan sesi ini
2) Untuk memulai materi, fasilitator meminta salah seorang peserta untuk maju ke
depan dan bersedia menggambarkan sikulus nyamuk. Lalu peserta lainnya bisa
diminta menjelaskan bagaimana siklus nyamuk.
3) Setelah selesai, fasilitator memberi penghargaan pada peserta tersebut, lalu
mengajak berdiskusi tentang siklus nyamuk dan ciri-ciri nyamuk dan jentik
Anopheles, dibanding nyamuk lainnya. (gunakan bahan presentasi 2).
4) Fasilitator lalu memperlihatkan jentik dan nyamuk yang dibawanya, lalu
mempersilakan peserta untuk mengamati langsung bentuk jentik dan nyamuk
Anopheles. Pastikan semua peserta berkesempatan untuk melihatnya.
5) Fasilitator lalu mengajak berdiskusi mengenai kebiasaan nyamuk Anopheles
6) Fasilitator lalu mengajak peserta untuk membuat kalender musim (lakukan dalam
kelas besar). Menandai kapan atau pada musim-musim apa biasanya mulai banyak
orang sakit malaria.
7) Tuliskan jawabannya dalam bentuk table kalender musim. Untuk mengukur
seberapa banyak yang sakit malaria, bisa dibantu dengan menggunakan symbol
gambar, atau benda. Tempelkan hasilnya di dinding.

a. Contoh tabel sebagai berikut ;


1) Bulan/musim 2) Januari/musim 3) Dst 4) Dst 5) Dst
mangga
6) Jumlah yg sakit 7) *** 8) ** 9) * 10) ***

8) Tanyakan dan diskusikan mengapa pada musim-musim tersebut, nyamuk lebih


banyak dan lebih rawan malaria. Ajarkan mengenai system kewaspadaan dini

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 87


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

9) Jangan lupa selingi dengan permainan (misalnya main tangkap telunjuk setiap
mendengar istilah malaria)
10) Akhiri dengan menekankan kembali pesan-pesan kunci.

d. Sesi 4 : Mengenali Tempat Perindukan Nyamuk dan Upaya-Upaya


Pemberantasannya

Tujuan Sesi :
1) Peserta mengenali jenis-jenis genangan air tempat perindukan nyamuk
2) Mampu membuat pemetaan kondisi malaria di desanya (village mapping), yaitu
mengidentifikasi lokasi tempat perindukan nyamuk didesanya
3) Mengetahui upaya pemberantasan tempat perindukan nyamuk
4) Mengenali sumber daya di desanya untuk membuat rencana aksi desa

Alat dan bahan yang disiapkan :


1) Presentasi 3 : mengenali tempat perindukan nyamuk
2) Kertas karton putih (untuk menggambar peta desa)
3) Spidol besar, spidol warna-warna untuk menggambar
4) Kertas warna warni jika perlu
5) Selotip/ lem untuk menempel

Waktu : 120 menit


Tahapan kegiatan :
1) Fasilitator menjelaskan tujuan sesi
2) Fasilitator bisa curah gagasan singkat, bertanya dimana tempat-tempat yang
bisa menjadi tempat perindukan nyamuk
3) Untuk lebih mengenal tempat perindukan nyamuk, fasilitator menyampaikan
hasil survey yang dilakukan di Halmahera selatan. (Gunakan presentasi 3)
4) Setelah itu fasilitator mengajak untuk lebih mengenali situasi dan maslah
malaria di desanya sendiri, dengan cara membuat peta desa secara kelompok
5) Fasilitator menjelaskan singkat apa itu peta malaria desa dan informasi-
informasi apa yang penting masuk dalam peta malaria desa.
6) Setelah jelas, fasilitator meminta peserta membagi dalam 4 kelompok dan bisa
mulai bekerja. Fasilitator berkeliling ke setiap kelompok untuk membantu
mengarahkan.

88 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

7) Setelah selesai, peta desa ditempel didinding dan presentasi masing-masing


kelompok. Peserta lain menangapi.
8) Fasilitator melanjutkan diskusi tentang upaya penangulangan setiap jenis dari
tempat perindukan nyamuk tersebut.
9) Fasilitator juga mengajak peserta untuk mengenali berbagai sumber daya
yang ada didesa yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi masalah-masalah
yang tadi sudah teridentifikasi dalam peta yang mereka telah buat. Sumber daya
ini bisa berupa tenaga, bahan baku/barang yang ada didesa, dana di desa,
maupun dukungan dari pihak swasta, dll. (gunakan contoh-contoh kasus yang
ada).
10) Ajak peserta untuk berpikir kreatif melakukan apa yang paling mungkin dan
REALISTIS untuk dilakukan dengan mengandalkan sumber daya lokal yang
ada di sekitar desa mereka. Berikan kesempatan peserta memberikan
pendapatnya.
11) Peserta bisa mencurahkan gagasan-gagasannya, dan fasilitator menuliskannya
dalam selembar kertas flipchart.
12) Diakhir sesi, fasilitator juga mengingatkan bahwa peta ini berguna sebagai
panduan saat kita akan melakukan pengamatan turun ke lapangan (dalam
kegiatan transcet walk), dan merencanakan kegiatan pemebrantasan vector.
Fasilitator mengakhir sesi dengan menyampaikan kembali pesan-pesan kunci.
13) Jangan lupa sesi ini selingi dengan permainan agar tidak membosankan.

e. Sesi 5 : Pelayanan Pencegahan Malaria melalui Penggunaan Kelambu


Berinsektisida
Tujuan Sesi:
1) Peserta mengetahui pelayanan pencegahan malaria untuk ibu hamil dan bayi
2) Manfaat, cara penggunaan dan perawatan kelambu berinsektisida
3) Cara-cara mencegah dari gigitan nyamuk lainnya

Alat dan bahan yang disiapkan:


1) Presentasi 4: pencegahan malaria melalui kelambu berinsektisida
2) Kelambu berinsektisida

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 89


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

Waktu: 60 Menit
Tahapan Kegiatan:
1) Fasilitator mengajak peserta untuk mengenali salah satu cara pencegahan malaria,
yaitu melalui kelambu berinsektisida.
2) Fasilitator mengajak peserta curah gagasan singkat, menanyakan siapa yang
memiliki kelambu berinsektisida, dan apa syarat-syarat untuk mendapatkan
kelambu berinsektisida secara gratis?
3) Setelah peserta menjawab, fasilitator mendiskusikan materi pelayanan pencegahan
malaria untukmibu hamil dan bayi (Gunakan presentasi 4).
4) Lanjutkan dengan diskusi tentang kelambu berinsektisida, manfaat dan cara
perawtannya. Tanya jawab dengan peserta.
5) Di akhir sesi, fasilitator mengajak peserta untuk bermain peran. Fasilitator
meminta tiga sukarelawan untuk maju untuk memrankan ibu kader, ibu hamil
yang menerima kelambu, serta suami dari ib hamil.
6) Ibu kader diminta berperan seagai kader yang erkunjung ke ibu hamil, lalu
memberi penyuluhan agar ibu hamil mau menggunakan kelambu berinsektisida
saat tidur. Suami ibu hamil berperan sebagai suami yang menolak menggunaan
kelambu. Juga ibu kader diminta untuk menjelaskan mengenai manfaat dan cara
perawatan kelambu tersebut. (Berkali dengan kelambu sebagai alat bermain
peran).
7) Selesai role play, hargai oleh fasilitator. Tepuk tangan bersama.
8) Akhiri dengan presentasi, diskusi tentang upaya-upaya lainnya yang dapat
dilakukan warga untuk mencegah dari gigitan nyamuk.
9) Jangan lupa selingi dengan permainan dan tutup dengan menekan pesan-pesan
kunci.
10) Jangan lupa ingatan pada peserta bahwa nanti malam kita akan bermain cerdas
cermat, sehingga diharapkan semua peserta untuk mempelajari kembali semua
yang telah dipelajari.

f. Sesi 6 : Evaluasi Malam : Bermain Cerdas Cermat dan Sesi Tambahan tentang
Pengobatan Malaria
Tujuan sesi:
1) Menilai peningkatan pengetahuan peserta tentang malaria
2) Menyegarkan suasana dan motivasi peserta untuk terus belajar tentang malaria

90 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

3) Memberi pengetahuan tentang pengobatan malaria yang perlu diketahui


masyarakat.

Alat dan bahan yang disiapkan:


1) Presentasi 5: pengobatan malaria yang perlu diketahui masyarakat
2) Soal-soal dalam cerdas cermat dan kunci jawabannya. (Buat soal-soalnya
berdasarkan materi-materi yang telah diberikan sebelumnya)
3) Hadiah untuk setiap kelompok peserta cerdas cermat (3 hadiah untuk pemenang
1, 2, dan 3). Pilih hadian yang murah meriah, bisa dibuka saat itu juga dan bisa
dinikmati secara bersama-sama, misalnya makanan biskuit atau cokelat.

Waktu: 120 menit


Tahapan kegiatan:
1) Fasilitator menjelaskan bahwa sekarang kita akan bermain cerdas cermat
2) Peserta dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok diminta berdiskusi dan
menentukan siapa 3-5 orang wakilnya yang akan maju sebagai peserta cerdas
cermat. Peserta lainnya menjadi suporter.
3) Tentukan juga tugas setiap fasilitator, siapa yang akan menjadi pembawa acara
membanyakan pertanyaan, siapa yang menjadi juri (menentukan jawaban
benaratau salah anggota tim juri 3 orang), dan siapa yang akan menuliskan
nilai kelompok di papan tulis / flipchart.
4) Jelaskan pertanyaan akan disampaikan bergilir, jika tidak bisa dijawab, bisa
direbut peserta lain dengan mengacungkan tangan.
5) Cerdas cermat berlangsung sekitar 30-45 menit.
6) Pemenangnya mendapatkan hadiah
7) Diakhir sesi, preentasikan singkat materi tambahan tentang pengobatan malaria
(jika waktunya memungkinkan).
8) Pelatihan hari pertama selesai. Jangan lupa peserta diminta mengisi mood meter,
sesuai dengan perasaan peserta pada pelatihan hari pertama.

g. Sesi 7 : berlatih Menjadi Faslitator

Tujuan Sesi:
1) Peserta memahami apa itu fasilitator, fasilitasi, dan syarat-syarat menjadi fasilitator
2) Peserta berlatih menjadi seorang fasilitator andal.
3) Meningkatkan kepercayaan diri sebagai seorang fasilitator PLA.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 91


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

Alat dan bahan yang disiapkan:


1) Presentasi 6: Menjadi Fasilitator
2) Skenario untuk bermain peran (role play)

Waktu: 60 menit

Tahapan Kegiatan :

1) Fasilitator menjelaskan tujuan dari sesi


2)
3) Jawaban peerta tulis dalam flipchart
4) Ucapkan terimakasih atas semua jawaban tersebut fasilitator mengajak peserta
berdiskusi tentang materi MENJADI FASILITATOR. (gunakan presentasi 6)
5) Peserta bebas bertanya jawab
6) Diakhir sesi, peserta diajak untk praktek menjadi fasilitator.
7) Peserta dibagi menjadi 4-5 kelompok. Dalam setiap kelompok, setiap anggotanya
secara bergiliran bisa berlatih praktik menjadi fasilitator. Gunakan skenario kasus
untuk memudahkan praktik bermain peran. Anggota kelompok lain saling
memberikan feedback/masukan-masukan. Fasilitator bisa membantu dalam
kelompok.
8) Bermain peran dilakukan hingga waktu sesi
9) Selesai simulasi dalam kelompok, berkumpul kembali dalam kelas besar.
Fasilitator memotivasi peserta dengan mengatakan bahwa semua orang bisa
menjadi fasilitator yang baik. Fasilitator bisa membagi tips-tips bagaiman menjadi
fasilitator yang baik.
10) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menekankan kembali pesan-pesan kunci,
jangan lupa selingi dengan permainan.

Skenario Bermain Peran, Menjadi Fasilitator


1) Anda sebagai seorang fasilitator yang memendu pertemuan warga desa untuk
menyelesaikan masalah air di desa. Silahkan untuk berperan!
2) Anda berperan sebagai seorang fasilitator yang memendu pertemuan warga desa
untuk menyelesaikan masalah gizi buruk yang ada di desa anda. Silahkan untuk
berperan!

92 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

3) Anda berperan sebagai fasilitator yang memandu pertemuan warga desa untuk
menyepakati penggunaan dana ADD di desa anda. Silahkan untuk berperan!
4) Anda berperan sebagai fasilitator yang memandu pertemuan warga desa anda
untuk menyelesaikan masalah malaria di desa anda. Silahkan berperan!
5) Anda berperan sebagai seorang fasilitator yang memendu pertemuan warga desa
untuk menyelesaikan masalah kebersihan lingkungan di desa anda. Silahkan
berperan!

h. Sesi 8 : Filosofi Pelatihan Partisipatif, Tahap dan Tehnik PLA


Tujuan Sesi :
1) Menambah pemahaman peserta mengenai apa itu pelatihan partisipatfi, filosofi
PLA, tahap dan tehnik-tehnik PLA
2) Memahami mengapa metoda PLA ini cocok untuk diterapkan dalam mendidik
dan mengajak masyarakat untuk mengatasi Malaria
Alat dan Bahan yang disiapkan
1) Presentasi 7 : Filosofi PLA
2) Presentasi 8 : Tahap dan Tehnik-Tehnik PLA

Waktu : 120 Menit


Tahapan Kegiatan :
1) Fasilitator menjelaskan tujuan sesi
2) Fasilitator mendiskusikan ateri mengenai pendekatan partisipatif, dan filosofi PLA
(Gunakan Presentasi 7)
3) Lakukan diskusi secara mandala, diskusi dan Tanya jawab, sehingga fasilitator bisa
memastikan peserta memahami inti dari pendekatan pasrtisipatif dan filosofi PLA
4) Fasilitator melanjutkan diskusi mengenail tahap dan teknik PLA
5) Fasilitatro juga harus memastikan bahwa peserta memahami bagaimana tehnik
PLA diterapkan untuk memberdayakan masyarakat dalam masalah kesehatan.
6) Selama diskusi, selingi atau beri kesempatan peserta bertanya jawab. Atau selingi
dengan permainan jika peserta mulai terlihat bosan.
7) Beri waktu lebih banyak dalam diskusi materi transect walk, pembuatan rencana
aksi desa (tahap-tahap terakhir dalam tehnik PLA). Minta peserta untuk berbagi
pengalaman bagaimana cara-cara mereka untuk mengajak masyarakat agar bisa
mengatasi masalah malaria

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 93


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

8) Diakhir sesi, fasilitator menyimpulkan dengan menyampaikan pesan-pesan kunci.


Jangan lupa selingi/akhiri dengan permainan.

i. Sesi 9 : Panduan Melaksanakan PLA Malaria di Desa dan Praktek PLA


Malaria dalam Kelompok
Tujuan Sesi :
1) Peserta memiliki panduan untuk melaksanakan PLA Malaria di desa, apa yang
harus disiapkan, materi-materi apa yang perlu disampaikan, hingga bagaimana
membuat laporannya.
2) Melatih keterampilan dan kepercayaan diri peserta untuk bisa menjadi fasilitator
PLA Malaria
Alat dan Bahan yang disiapkan :
1) Presentasi 9 : Panduan Melaksanakan PLA Malaria di Desa
2) Alat dan Bahan pelatihan PLA untuk Praktek PLA dalam kelompok (dibuat
dalam 4 kelompok)
Waktu : 180 menit
Tahapan Kegiatan :
1) Fasilitator menjelaskan tujuan sesi
2) Failitator mempresentasikan materi panduan melaksanakan PLA Malaria di desa
(presentasi 9)
3) Selama presentasi, selingi dengan diskusi dan Tanya jawab, untuk memastikan
peserta siap menyelenggarakan PLA Malaria dan siap menjadi fasilitatornya.
4) Fasilitator menyampaikan bahwa ada 7 tahapan yang bisa dipraktekkan dalam
pelatihan PLA Malaria di desa, yaitu :
- Perkenalan yang menyenangkan, membangun tujuan dan harapan bersama
- MengenalMalaria, meluruskan anggapan-anggapan dan praktek body
mapping
- Belajar mengenal siklus penularan Malaria dan belajar membedakan jentik
nyamuk Anopheles dan non Anopheles
- Membuat kalender musim, dan belajar mengenali jenis-jenis tempat
perindukan nyamuk serta cara-cara penanggulangannya
- Membuat peta desa (Village Mapping)
- Pengamatan di lapangan (transect walk), mengenali masalah sekaligus
menyusun rencana penyelesaiannya.
- Konsultasi public, dan menyusun RKTI, desa dan rencana monitoring.

94 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

5) Fasilitator juga mengingatkan bahwa sebagai fasilitator PLA Malaria di desa harus
selalu membangun suasana pelatihan yang menyenangkan. Untuk itu dalam
pelatihan di desa nanti harus diselingi dengan permainan-permainan. Peserta yang
jadi fasilitator di desa harus menguasai banyak permainan-permainan
6) Sebelum langsung praktek bersama warga desa fasilitator , fasilitator mengajak
peserta untuk berlatih, praktek dalam kelompok terlebih dahulu.
7) Dalam praktek dalam kelompok kali ini, peserta tidak perlu mempraktekan semua
tahapan dan teknik PLA Malaria. Kelompok dipersilahkan mendiskusikan
tahapan-tahapan mana yang akan dipraktekkannya. Namun jika merasa sanggup
untuk mempraktekan semuanya, maka dipersilahkan juga . selain praktek teknik
PLA, peserta diminta mempraktekan permainan-permainan juga.
8) Peserta dibagi 4 kelompok dalam setiap kelompok diminta berbagi tugas, siapa
yang akan menjadi fasilitator masing-masing sesi. Saat satu orang berperan sebagai
fasilitator, peserta lain berperan sebagai warga desa.
9) Setiap kelompok didampingi oleh fasilitator pendamping, yang nantinya bertugas
mengamati saja, dan memberikan feedback saat praktek PLA berlangsung.
10) Praktek PLA Malaria dalam kelompok berlangsung selama 3 jam (atau selama
waktunya tersedia)
11) Setelah praktek dalam kelompok dan pemberian feedback selesai, semua kembali
ke kelas besar.
12) Setiap fasilitator pendamping berkelompok diharapkan memberikan kesimpulan
dan masukan-masukkannya secara umum. Sikap, keterampilan dan pengetahuan
apa yang perlu ditingkatkan oleh peserta, agar bisa menjadi fasilitator PLA yang
handal di desanya
13) Sesi ini selesai. Jangan lupa selingi dengan permainan agar tidak membosankan.

j. Sesi 10 : Persiapan Praktek PLA Malaria

Tujuan Sesi:
Seluruh kelompok telah siap melaksanakan praktek PLA Malaria di desa, baik dari sisi
pembagian tugas, alat dan bahan yang diperlukan, hingga materi-materi lainnya.
Alat dan bahan yang disiapkan
1) Panduan persiapan praktek PLA
2) Alat dan bahan pelatihan PLA untuk 4 kelompok yang akan praktek PLA di desa.
Masing-masing kelompok dibekali: flipchart/ kertas karton, spidol besar/kecil,

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 95


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

selotip kertas, KIE malaria, kelambu berinsektisida, gayung dan botol, srta tali dan
balon untuk permainan. Juga alat lainnya jika diperlukan.
3) Pembagian kelompok berdasarkan desa, dan fasilitator pendampingnya masing-
masing.

Waktu: 120 menit


Tahapan Kegiatan
1) Fasilitator menjelaskan bahwa sekarang tibalah saatnya peserta untuk
mempraktekkan keterampilan yang telah mereka latih selama ini, dengan
melaksanakan kegiatan PLA Mandiri di desa.
2) Peserta akan dibagi menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok akan
melaksanakan kegiatan PLA malaria bersama warga masyarakat desa.
3) Satu kelompok akan melaksanakan kegiatan PLA malaria di satu desa.
4) Panitia membagikan alat dan bahan pelatihan untuk masing-masing kelompok.
5) Pada sesi ini kelompok diminta mendiskusikan persiapan mereka untyk praktek
PLA malaria di desa keesokan harinya.
6) Fasilitator menyampaikan hal-hal yang harus mereka siapkan. Bagikan lembar
panduan persiapan praktek PLA di desa. Hal yang perlu disiapkan misalnya:
- Pembagian tugas
- Alat bahan yang diperlukan
- Materi yang akan disampaikan
- Permainan yang akan diberikan
- Format pelaporan yang nanti perlu diisi, lainnya...
7) Berikan waktu untuk setiap kelompok berdiskusi tentang persiapan mereka.
Fsilitator pendamping bisa membantu persiapan di masing-masing kelompok.
Hasil diskusi kumpulkan di fasilitator pendamping.
8) Ucapkan selamt dan setiap kelompok siap untuk prektek besok.

k. Sesi 11 : Praktek Kegiatan PLA Malaria bersama warga desa

Tujuan Sesi:
1) Memperkuat keterampilan peserta untuk menjadi fasilitator PLA malaria di desa
2) Terlaksananya kegiatan PLA malaria di desa
3) Desa tempat dilaksanakannya PLA malaria memiliki rencana aksi
kegiatanpemberantasan tempat perinduk nyamuk

96 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

Alat dan bahan yang disiapkan


1) Panduan pelaksanaan kegiatan PLA malaria di desa
2) Alat dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan PLA malaria di
desa

Logistik lainnya yang diperlukan untuk praktek PLA Malaria di Desa


1) Warga desa di 4 desa yang telah siap dilatih/menerima kehadiran kelompok
2) Trasportasi untuk antar jemput kelompok dari tempat pelatihan ke desa tempat
praktek
3) Makan siang/snack di desa tempat praktek untuk kelompokdan warga desa (bisa
meminta bantuan kepala desa untuk menyiapkannya)
Waktu: 1 hari penuh (6-8 jam)
Tahapan Kegiatan
1) Peserta berkumpul jam 8 di tempat pelatihan, siap dengan alat, bahan dan materi
pelatihan masing-masing.
2) Kemudian langsung berangkat ke desa tempat praktek PLA Malaria.
3) Setiap kelompok, sekali lagi, didampingi fasilitator/narasumber untuk membantu
peserta jika diperlukan. Fungsinya selain mengamati proses dan mencatat hal-hal
yang penting / bisa jadi masukan, juga adalah membantu menjawab jika ada
pertanyaan-pertanyaan dari warga desa yang kebetulan tidak bisa dijawab pesrta
yang menjadi fasilitator PLA.
4) Waktu yang disediakan untuk praktek PLA malaria di desa ini satu hari penuh,
termasuk praktek kegiatan tansect walk dan penyusunan rencana aksi desa. (dua
kegiatan ini hasrus dilaksanakan, jangan sampai tertinggal).
5) Selama praktek PLA malaria di desa, hasil pelaksanaan PLA seperti pembuatan
body mapping, peta desa, kalender musim, penemuan jentik nyamuk, dan hasil
penyusunan rencana aksi desa harus ditinggalkan di desa yang bersangkutan
(tempel di kantor kepala desa jika mungkin). Jangan dibawa kembali oleh
fasilitator ke tempat pelatihan.
6) Namun khusu untuk rencana aksi desa yang telah disusun, diharapkan untuk
dicatat/disalin dalam buku / flipchart, agar bisa dipresentasikan kembali di ruang
pelatihan.
7) Setelah kegiatan prektek PLA malaria di desa selesai, seluruh kelompok kembali
di tempat pelatihan.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 97


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

l. Sesi 12 : Presentasi Hasil PLA Malaria di Desa dan Menyusun Rencana PLA
di Desa Masing-Masing bersama warga desa

Tujuan Sesi:
1) Berbagi pengalaman melaksanakan kegiatan PLA malara di desa
2) Berbagi tips-tips untuk melaksanakan kegiatan PLA dengan lebih baik, dan tips-
tips menjadi fasilitator yang handal
3) Menyusun rencana pelaksanaan PLA malaria di desa masing-masing peserta

Alat dan bahan yang disiapkan


1) Flipchart, spidol, selotip
2) Alat dan bahan yang perlu dibekali untuk peserta, yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan PLA Malaria di desa
3) Lembar penyusunan rencana kegiatan PLA malaria di desa
4) Lembar post test

Waktu: 120 menit


Tahapan Kegiatan
1) Setelah cukup beristirahat, seluruh kelompok berkumpul kembali di ruang
pelatihan.
2) Fasilitator memberi penghargaan kepada semua kelompok yang tela berhasil
melaksanakan kegiatan PLA malaria bersama warga desa.
3) Fasilitator meminta perwakilan setiap kelompok untuk berbagi pengalaman
melaksanakan PLA malaria, serta menceritakan hal-hal yang menjadi
hambatannya (baik dalam materi/proses PLA, maupun hambatan sebagai seorang
fasilitator).
4) Fasilitator bisa menuliskan hambatan-hambatan tersebut dalam selembar
flipchart, jika perlu.
5) Fasilitator mengajak peserta berdiskusi bagaimana usulan-usulan untuk mengatasi
hambatan-hambatan tersebut.
6) Dalam kesempatan ini, fasilitator PLA tingkat kabupaten maupun propinsi
diharapkan bisa berbagi tips-tips, bagaimana agar sukses melaksanakan kegiatan
7) pelatihan PLA, serta tips-tips menjadi fasilitator yang baik.
8) Peserta bebas untuk tanya jawab, namun waktunya jangan terlalu lama

98 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

9) Fasilitator lalu meminta setiap peserta / kelompok peserta untuk membuat


rencana kegiatan PLA Malaria di desanya masing-masing. Rencana tersebut
mencakup:
- Kapan waktu/tanggal pelaksanaan PLA malaria
- Tempat pelaksanaan PLA malaria
- Jumlah peerta yang akan diundang
- Nama fasilitator PLA
- Matei-materi yang akan disampaikan
- Alat/bahan yang diperlukan
10) Untuk membantu proses perencanaan, fsilitator bisa membagikan lembar
perencanaan PLA malaria kepada setiap kelompok.
11) Kelompok berdiskusi selama 30 menit. Setelah penyusunan rencana kegiatan
PLA malara di desa selesai, lalu dipresentasikan jika waktunya masih ada.

m. Sesi 13 : Penyusunan Rekomendasi dan Penutupan


Tujuan Sesi :
1) Menghasilkan rekomendasi dan kesepakatan tindak lanjut kegiatan PLA Malaria
2) Memberi penghargaan kepada setiap peserta pelatihan
3) Menutup kegiatan secara resmi
Alat dan Bahan yang disiapkan
4) Sertifikat untuk peserta
5) Draft rekomendasi kesepakatan tindak lanjut kegiatan PLA Malaria
6) Panitia memiliki penilaian 3 peserta pelatihan paling berprestasi
7) Hadiah kecil untuk 3 peserta pelatihan berprestasi tersebut.

Waktu : 30 Menit
Tahapan Kegiatan :
1) Failitator dan panitia enyampaikan penghargaan atas lancarnya kegiatan pelatihan
2) Fasilitator dan panitia mengajak peserta untuk membuat rekomendasi atau
kesepakatan bersama tindak lanjut dari pelatihan ini (Format rekomendasi atau
kesepakaatan telah disiapkan sebelumnya oleh fasilitator dan panitia).
3) Setelah semua setuju dengan rekomendasi/kesepakatan yang disampaikan, tanda
tangan.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 99


BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

4) Fasilitator dan panitia juga akan diberikan penghargaan kepada beberapa peserta
yang dinilai bisa menjadi contoh bagipeserta lainnya.
5) Fasilitator lalu memanggil peserta pelatihan yang dianggap berprestasi dan
diberikan hadiah kecil
6) Slanjutnya pemberian sertifikat penghargaan juga diberikan kepada seluruh
peserta yang telah mengikuti pelatihan hingga selesai
7) Lalu dilakukan acara penutupan oleh panitia, pembacaan doa dan foto bersama.
8) Kegiatan pelatihan fasilitator PLA Malaria selesai.

2. Tindak Lanjut Kegiatan PLA Malaria


1) Kegiatan PLA merupakan langkah awal dari sebuah proses perubahan lingkungan
yang dilakukan oleh masyarakat
2) Yang terpenting dari PLA adalah bagaimana kepala desa, tokoh masyarakat dan
warga desa akan menindaklanjuti rencana aksi desa yang telah dibuat tersebut.
3) Sosialisasi dan penyadaran mengenai masalah malaria kepada masyarakat juga
harus berjalan terus menerus, tidak bisa dengan satu kali kegiatan.
4) Perlu adanya satu komitmen dari kepala desa bersama peserta kegiatan PLA
untuk memastikan bagaimana langkah pemberantasan malaria di desa dapat
berjalan berkelanjutan, misalnya melalui pembentukan kader malaria desa sebagai
motor penggerak atau pembuatan kebijakan di tingkat desa, misalnya melalui
peraturan desa, dll.
5) Kegiatan pemberantasan vektor yang nanti dilakukan di desa perlu juga untuk
dimonitor dan dipantau perkembangannya, jika sudah terbentuk komite malaria
desa, maka tim ini bisa meminta kerjasama dengan puskesmas untuk memantau
bagaimana pelaksanaan kegiatan pemberantasan vektor, staf puskesmas juga bisa
dimintai kerjasamanya jika komite malaria desa hendak mengadakan sosialisasi
dan penyuluhan untuk warga desa.
6) Laporan ditulis setelah setiap langkah PLA selesai dilakukan, semua produk PLA
didokumentasikan dengan baik, karena semua produk akan disimpan oleh
masyarakat.

100 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

Contoh Kasus
Jumlah Kejadian Malaria pada Ibu hamil di Desa Fulai meningkat, hal ini
dikarenakan di Desa Fulai terletak di pinggir Pantai, disekitarnya banyak
terdapat rawa-rawa, sehingga banyak nyamuk. Warga desa akhirnya
memutuskan untuk menimbun rawa-rawa dengan karang dan pasir yang
banyak terdapat di desa tersebut. Akhirnya lingkungan desa tersebut
menjadi lebih kering, bersih dan nyamuk berkurang

BODY MAPPING

KEBERSAMAAN DAN
KESETARAAN

TRANSECT WALK VILLAGE MAPPING

Gambar 37. Proses Pelatihan Fasilitator Malaria Desa

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 101
BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

3.3.3 Sosialisasi
Sosialisasi program bertujuan untuk
memperkenalkan program kepada pihak lain sehingga
dapat diharapkan adanya dukungan dan partisipasi
pihak tersebut terhadap program yang
disosialisasikan. Kesediaan sasaran untuk
berpartisipasi ditentukan oleh persepsi atas informasi
yang diterima melalui program. Kegiatan sosialisasi
yang dilakukan adalah sosialisasi pos malaria desa
Gb 38. Lomba dalam rangka
gebrak malaria sebagai salah satu
melalui pertemuan di tingkat kecamatan dan
media sosialisasi penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat. Sosialisasi
dapat dilaksanakan dengan cara seminar, lokakarya, pemberian leaflet dan pelatihan.
Penyuluhan dilakukan oleh petugas kesehatan dan kader malaria desa melalui penyuluhan
perorangan, kelompok dan penyuluhan masa. Dengan kegiatan sosialisasi ini diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga partisipasi masyarakat terhadap
program dapat ditingkatkan.

3.3.4 Menjalin Kemitraan

Pemberdayaan masyarakat juga dilakukan


dengan menjalin kemitraan (building linkage
and partnership). Menjalin kemitraan
dilakukan dalam rangka melibatkan sektor
terkait, tokoh-tokoh masyarakat dan
organisasi yang ada di masyarakat untuk
ikut berpartisipasi dalam program.
Kegiatan untuk menjalin kemitraan seperti
Gb 39. Kemitraan kesehatan dengan melakukan kerja sama
berbagai sektor

dengan lembaga swadaya masyarakat dalam kegiatan pendistribusian kelambu


berinsektisida. Upaya pemberdayaan masyarakat dapat ditingkatkan dengan pemberian
informasi yang benar dan sampai ke masyarakat oleh petugas kesehatan dengan
melibatkan instansi terkait. Suatu program akan berhasil dengan baik apabila ada
dukungan dari tokoh-tokoh masyarakat, semakin banyak dukungan terhadap program

102 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

baik itu tokoh masyarakat, organisasi masyarakat dan sector-sektor terkait akan
memudahkan pelaksanaan dan pencapaian tujuan program.
Penanggulangan malaria merupakan tantangan bagi segenap bangsa, bukan hanya
tantangan untuk pemerintah, penanggulangan malaria sangat memerlukan kepedulian dan
dukungan segenap komponen bangsa dan rakyat Indonesia. Dari berbagai pengalaman
penaggulangan malaria pada masa lalu, telah terbukti bahwa tanpa keterlibatan dan
dukungan legislatif, pemerintah daerah, masyarakat termasuk organisasi sosial, keagamaan
dan pihak swasta, hasil yang dicapai belum optimal. Upaya penanggulangan malaria
memerlukan kepedulian dan dukungan serta kemitraan berbagai pihak. Dibawah ini
dipaparkan beberapa contoh potensi dukungan dari berbagai pihak untuk menangulangi
malaria.
a. Sektor Pendidikan Nasional
Pengetahuan upaya pengendalian malaria sebagai materi pelajaran muatan lokal
(Mulok)
b. Sektor Agama
Pengetahuan upaya pengendalian malaria sebagai materi pelajaran muatan lokal
(mulok), penyebar luasan materi penanggulangan malaria misalanya melalui khutbah

c. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)


Penggerakan ibu rumah tangga dalam pencegahan gigitan nyamuk dan upaya
pencarian pengobatan.
d. Lintas sektor/lintas program dan lembaga swadaya masyarakat.
Berperan sesuai tupoksi/peran masing-masing yang berdapak positif terhadap
pengendalian malaria.
e. Sektor Kimpraswil
Penyediaan air bersih dan Mandi
cuci kakus (MCK), program
sungai air bersih, mengalirkan
genangan air.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 103
BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

f. Sektor Peternakan

g. Sektor Pertanian

Penanaman padi serempak dan sanitasi kebun


h. Sektor Perikanan dan Kelautan

Budidaya ikan (ikan pemakan jentik) di badan air, penanaman kembali pohon bakau.
i. DPRD
Legislasi dalam penyusunan Perda dan Penganggaran.
j. Sektor Pariwisata
Penggerakan sektor pariwisata untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk.
k. BAPPEDA
Perencanaan program penganggaran
l. Sektor Informasi / Humas
Penyebarluasan upaya mengindari gigitan nyamuk, penyebarluasan upaya pencarian
pengobatan.

Beberapa contoh pemimpin-pemimpin penting lainnya dalam masyarakat adalah, kepala


desa, kepala suku, pemuka agama, pemimpin budaya, guru, dan tabib tradisional.
Pemimpin-pemimpin ini mempunyai akses ke kelompok di masyarakat tersebut yang bisa

104 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

mereka pengaruhi dan informasikan. Kita harus memberitahu mereka dengan pesan
umum tentang malaria, pencegahan dan perawatannya, risiko malaria pada kehamilan dan
pada anak-anak serta pentingnya memakai kelambu. Dengan memberikan penjelasan
kepada pemimpin-pemimpin ini dan meminta bantuan mereka melakukan sosialisasi
kepada anggota masyarakat mereka, kita bisa meningkatkan kesadaran dan kerelaan untuk
memakai kelambu. Jika mereka tahu petugas kesehatan memberikan kelambu gratis
kepada ibu hamil untuk setiap kehamila, maka mereka bisa membantu mendorong orang-
orang di sekitar mereka untuk datang ke layanan ANC. Beberapa cara untuk menjangkau
pemimpin-pemimpin ini, antara lain :
a. Mendatangi mereka satu per satu dan menyampaikan kepada mereka informasi
anjuran (selebaran, poster, kalender) dan penjelasan tentang layanan baru untuk ibu
hamil dan risiko-risiko kesehatan yang dihadapi ibu hamil dan anak balita yang
terinfeksi malaria.
b. Meminta kepala desa untuk mengundang rapat semua pemimpin masyarakat terkait.
Dalam rapat ini anda bisa menginformasikan mereka tentang layanan baru tersebut,
informasi kesehatan tentang kehamilan, anak-anak dan malaria.
c. Memanfaatkan rapat desa yang telah ada untuk memberikan informasi tentang
kampanye kelambu dan malaria pada kehamilan dan anak-anak.

Beberapa hal penting yang harus diingat saat bertemu dengan kepala desa, yaitu :
a. Informasi harus sederhana dan mudah dipahami
b. Meminta usulan cara menjangkau warga mereka
c. Menanyai mereka tentang rencana yang akan mereka lakukan untuk mempromosikan
layananbaru ini, menggunakan kelambu pada ibu hamil dan bayi yang baru dilahirkan
dan menyarankan diagnosis dan perawatan.

Pesan-pesan utama yang harus disampaikan kepada para kepala desa, antara lain :
a. Kelambu bisa melindungi anda dari infeksi malaria
b. Semua ibu hamil harus menggunakan kelambu seawal mungkin di kehamilan mereka
untuk melindungi kehamilan
c. Malaria bisa membahayakan ibu yang hamil, janin dan bayi yang baru lahir. Ketiganya
harus dilindungi.
d. Kelambu bisa didapat dari bidan-bidan desa atau di puskesmas secara gratis.
e. Setelah melahirkan, ibu dan bayi mereka harus tidur menggunakan kelambu setiap
malam (dilapangan atau di rumah)

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 105
BAB III | PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA

f. Jika anda ibu hamil dan anda mengalami gejala-gejala malaria, segeralah datang ke
pusat kesehatan.
g. Mensosialisasikan kepada ibu hamil dan ibu usia produktif tentang skema kelambu
gratis, di wilayah yang ada program itu.

Gambar 40. Konseling oleh Bidan

106 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV
SISTEM RUJUKAN DAN
PENDOKUMENTASIAN

Tujuan instruksional khusus:


- Pada akhir perkuliahan, mahasiswa dapat memahami dan
melaksanakan Sistem Rujukan dan Pendokumentasian
malaria dalam kehamilan

Pokok bahasan :
4.1 Sistem Rujukan
1. Alur Rujukan
2. Langkah-langkah dalam meningkatkan rujukan
3. Memasukkan persiapan dan informasi dalam rencana
rujukan
4.2 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
1. Tujuan pencatatan asuhan kebidanan
2. Manfaat Pendokumentasian
3. Model Pendokumentasian
4.3 Contoh Pendokumentasian

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 107
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

4.1. Sistem Rujukan

4.1.1 Pengertian Sistem Rujukan


Sistem rujukan merupakan suatu upaya kesehatan yaitu suatu jenis jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale
balik, baik secara vertical maupun horizontal kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
kompeten, terjangkau dan rasional. Merujuk memiliki arti meminta pertolongan secara timbal
kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten untuk penanggulangan
Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan berjenjang dari yang
paling sederhana di tingkat keluarga sampai pada satuan fasilitas pelayanan kesehatan nasional
yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional tanpa dibatasi oleh wilayah administrasi.
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang utama bagi
seorang bidan. Bidan bertanggung jawab memberikan pengawasan, nasehat, serta asuhan bagi
wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas. Asuhan kebidanan yang diberikan termasuk
pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di komunitas, baik di rumah, posyandu maupun
polindes. Sebagai seorang bidan yang nantinya akan ditempatkan di desa, dalam menjalankan
tugas merupakan komponen dan bagian dari masyarakat desa dimana bertugas.
Selain dituntut dapat memberikan asuhan bermutu tinggi dan komprehensif, seorang bidan
harus mengenal masyarakat sesuai budaya setempat dengan sebaik-baiknya, mengadakan
pendekatan dan bekerja sama dalam memberikan pelayanan, sehingga masyarakat dapat
menyadari masalah kesehatan yang dihadapi serta ikut serta secara aktif dalam menanggulangi
masalah kesehatan baik individu mereka sendiri maupun keluarga dan masyarakat.

108 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

4.1.2 . Alur Proses Rujukan pada`Malaria Berat

Ibu hamil dengan gejala malaria dan hasil laboratorium atau RDT; falsiparum.
Tanyakan juga kemungkinan ada gejala seperti di bawah ini:

Kejang-kejang
Bingung, mengantuk, koma
Panas sangat tinggi
Kelemahan umum (tidak bisa duduk/berdiri)
Sulit bernafas atau bernafas dengan cepat
Muntah setiap kali makan atau tidak dapat makan dan minum
Pucat di telapak tangan, lidah dan bagian dalam kelopak mata
Rasa kering di mulut dan lidah
Mata/kulit berwarna kuning

TIDAK YA

Malaria Dengan Komplikasi


Malaria tanpa Komplikasi
Setiap saat selama hamil

Beri pengobatan tahap pertama:


Kina (trimester I)
Artesunat + amediakuin (trimester II & III) Rujuk Segera
Parasetamol
Asupan cairan cukup
Follow-up : gejala & tanda-tanda vital, ambil SD
pd H4.

Timbul 1 atau lebih tanda-tanda bahaya selama


pengobatan, yaitu:
Kondisi membaik Tidak ada perbaikan atau
Tidak dapat makan / minum
kondisi memburuk
Tidak sadar
Kejang
Muntah berulang
Lanjutkan ANC : Sangat lemah (tidak dapat duduk/berdiri)
Kelambu berinsektisida Memutuskan tidak ada
1.
Zat besi/folat perbaikan
Dukungan nutrisi

Beri pengobatan tahap kedua : Rujuk


Kina 7 hari (untuk trimester II & III) Segera

Kondisi membaik Tidak ada perbaikan atau kondisi


memburuk

Lanjutkan ANC :
Kelambu berinsektisida Rujuk
Zat besi/folat Segera
Dukungan nutrisi

Gambar 41. Alur Proses rujukan pada malaria Berat

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 109
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

4.1.3 Persiapan dan Informasi dalam rencana Rujukan


Jika timbul masalah pada saat kehamilan dan rencana rujukan belum dibicarakan
maka seringkali sulit untuk melakukan semua persiapan-persiapan secara cepat. Rujukan
tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu
dan bayi.
Persiapan dan informasi dalam rencana rujukan dalam kebidanan dikenal dengan
singkatan BAKSOKUDA, singkatan BAKSOKUDA digunakan untuk mengingat hal-hal
penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi, yang terdiri dari :

B : (Bidan) Pastikan bahwa ibu dan/ atau bayi baru lahir didampingi
oleh penolong persalinan yang kompeten dan untuk
menatalaksanakan gawat darurat obstetric dan bayi baru
lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan

A : (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan


persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik,
selang IV, alat resusitasi, dll) bersama ibu ke tempat
rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin
diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju
fasilitas rujukan.

K : (Keluarga) Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu


dan/atau bayi dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu
dirujuk. Jelaskan pada mereka alas an dan tujuan merujuk
ibu ke fasilitas rujukan tersebut. Suami atau anggota
keluarga yang lain harus menemani ibu dan atau bayi baru
lahir hingga ke fasilitas rujukan.
S : (Surat) Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus
memberikan indentifikasi mengenai ibu dan/atau bayi
baru lahir, cantumkan alas an rujukan dan uraikan hasil
pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima obu
dan/atau bayi baru lahir. Sertakan juga partigraf yang
dipakai untuk membuta keputusan klinik.

110 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

O : (Obat) Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke


fasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin akan
diperlukan selama di perjalanan.
K : (Kendaraan) Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk
merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu,
pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai
tujuan pada waktu yang tepat.
U : (Uang) Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah
yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan
dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama
ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.
DA : (Darah) Persiapan pendonor darah oleh keluarga jika
diperlukan.
2. Langkah-langkah dalam meningkatkan Rujukan diganti judul menjadi Upaya dalam
meningkatkan Rujukan.

4.2. Pendokumentasian (Pencatatan)

Catat semua Asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau Bayinya. Jika asuhan
tidak dicatat dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan. Pencetatan adalah bagian
penting dari proses membuat keputusan klinik, karena memungkinkan pemberian Asuhan
Ante Natal Care(ANC) untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan
hingga Post Natal Care(PNC).
Pendokumentasian berarti pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek
maupun aktivitas pemberian jasa (layanan) yang dianggap berharga dan penting.
Dokumentasi kebidanan adalah suatu system pencatatan dan pelaporan informasi tentang
kondisi dan perkembangan kesehatan reproduksi dan semua kegiatan yang dilakukan
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan (Mangkuji, 2012).

4.2.1 Tujuan Pencatatan Asuhan Kebidanan


Adapun tujuan dari pencatatan Asuhan kebidanan berdasarkan pendapat
Mengkuji (2012), tujuan pencatatan asuhan kebidanan adalah :
1. Bukti pelayanan yang bermutu/ standard

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 111
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

2. Tanggung jawab legal


3. Informasi untuk perlindungan nakes
4. Data statistik untuk perencanaan layanan
5. Informasi pembiayaan / asuransi
6. Informasi untuk penelitian dan pendidikan
7. Perlindungan hak pasien

4.2.2 Manfaat Pendokumentasian, meliputi :


1. Menciptakan catatan parmanen tentang asuhan yang diberikan kepada pasien
2. Memungkinkan berbagi informasi diantara pemberi asuhan
3. Menfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan
4. Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan
5. Memberikan data untuk catatan nasional, riset dan statistic mortalitas/morbiditas
6. Meningkatkan pemberian asuhan yang lebih aman dan bermutu tinggi pada klien

4.2.3 Model Pendokumentasian


Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP. Catatan
SOAP terdiri atas 4 langkah disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan
yang dipakai untuk mendokumentasikan asuhan klien dalam rekam medis klien sebagai
catatan kemajuan.
S = SUBJEKTIF
Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis
Informasi/data yang diperoleh dari apa yang dikatakan klien tersebut.
O = OBJEKTIF
Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien
Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan
sewaktu melakukan pengkajian
Hasil pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostic lain
A = ASSESMENT
Pendokumentasian hasil analisis/ kesimpulan yang dibuat berdasarkan
data subyektif dan obyektif
Diagnosis/ masalah
Diagnosis/ masalah potensial
Antisipasi diagnosis/ masalah potensial/ tindakan segera

112 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

P = PLANNING
Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
Mengapa catatan SOAP dipakai untuk pendokumentasian?
a) Pendukomentasian metode SOAP merupakan penyaringan inti sari dari proses
Penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian
asuhan.
b) SOAP merupakan urut-urutan yang dapat membantu dalam mengorganisir
pikiran dan memberikan asuhan yang menyeluruh.
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis, seorang bidan
hendaknya menggunakan SOAP setiap kali ia bertemu dengan pasiennya. Selama masa
antepartum, seorang bidan dapat menuliskan satu catatan SOAP untuk setiap kali
kunjungan, sementara dalam masa intrapartum, seorang bidan boleh menuliskan lebih
dari satu catatan untuk satu pasien untuk satu hari. Seorang bidan harus melihat catatan-
catatan SOAP terlebih dahulu bilamana ia merawat seorang klien untuk mengevaluasi
kondisinya yang sekarang.

Ingat !
1. Catat semua data, hasil pemeriksaan, diagnosis, obat
obatan,asuhan atau perawatan,dll
2. Jika tidak dicatat dapat dianggap bahwa Asuhan tersebut tidak
dilakukan

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 113
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

4.3. Contoh Kasus Malaria


4.3.1 Kasus Malaria Ringan

Contoh 1
ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL
PADA NY. D DENGAN MALARIA FALCIPARUM

No. Register : 1234/08/2013


Tanggal Masuk : 26-08-2013
Jam : 13.00 WIT

DATA SUBJEKTIF
Identitas Pasien/ Suami
Nama Pasien : Ny. D / Tn.F
Umur : 26 Tahun / 30 Tahun
Suku / Bangsa : Bugis/ Indonesia / Ternate / Indonesia
Agama : Islam / Islam
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Koloncucu

1. Kunjungan Saat Ini : Kunjungan pertama


Keluhan Utama : Ibu mengatakan demam menggigil sudah 2 hari di rumah
Keluhan menyertai : pusing, sakit kepala, nafsu makan berkurang
2. Riwayat Perkawinan : Kawin 1 kali pada umur 26 Tahun dengan suami sekarang umur 30 tahun
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Teratur / Tidak : Teratur
Siklus : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Dismenorea : ya
Banyaknya : ± 50 cc

4. Riwayat kehamilan ini


G1P0A0
HPHT : 3 Juni 2013
TP : 10 -03-2014
Imunisasi : TT 1 tanggal 26-08-2013

5. Riwayat Kebiasaan Sehari hari


a. Pola makan : makan 3x sehari,porsi sedang dengan nasi,lauk,sayu dan buah, minum
8 gelas/hari dengan air putih,air the 1 gelas tiap hari.
b. Perubahan pola makan :
c. Pola eliminasi : frekuensi BAK 3 4 x/hari, bau khas urin,frekuensi BAB 1x/hari
warna/lonsistensi kuning lembek
d. Pola istirahat : tidur siang ± 2 jam, tidur malam 7 8 jam,

114 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

e. Personal higine : mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari,keramas 3x/minggu

6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang : ibu mengatakan tidak menderita penyakit asma,jantung,
b. Riwayat penyakit keluarga :
c. Riwayat keturunan kembar :
d. Kebiasaan kebiasaan :
Merokok :
Minum minuman keras :

7. Keadaan psikososial spiritual


a. Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan dan diterima dengan baik oleh seluruuh anggota
keluarga
b. Hubungan ibu dengan suami,anggota keluarga lain dan tetangga baik
c. Ibu mengatakan taat dalam beribadah
Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : komposmentis
c. Tanda vital
- Tekanan Darah : 90/60mmHg
- Nadi :84x/menit
- Suhu :390c
- Pernafasan : 24x/menit
d. TB :157 cm
e. BB sebelum hamil :47 kg
BB sekarang :46 kg
f. LILA : 24 cm
g. Kepala dan leher
Rambut
- : bersih tidak mudah rontok dan tidak berketombe
Muka
- : tidak oedema, tidak ada cloasmagravidarum
Mata
- : conjungtiva pucat
Sclera
- : tidak iktrus
Mulut
- : bersih, caries negative
Leher
- : pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran venajugularis (-), kelenjar
limfa (-)
h. Abdomen
- Besar : sesuai umur kehamilan
- Bekas luka : tidak ada
- Strie gravidarum : tidak ada
- Linea nigra : tidak ada

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 115
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

- Palpasi Leopold :
Leopold I : 3 jari diatas sympisis (12 minggu)
Leopold II : balltomen (+)
Leopold III :-
Leopold IV :-
Auskultasi DJJ : (-)
i. Ektremitas
Oedema : (-)
Varises : (-)
Reflex patella : (+)
j. Genitalia luar : tidak dilakukan
k. Anus : tidak dilakukan
2. Pemeriksaan Panggul
Distansia spinarum : 25 cm
Distansia kristarum :28 cm
Boudelogue :18 cm
Lingkar panggul :88cm
3. Pemeriksaan Penunjang
HB : 8 gr%
DDR : (+) Falcifarum
PP tes : Positif (+)

Assessment
1. Diagnose kebidanan
Ny. D umur 26 Tahun GI,P0,A0 hamil 12 minggu dengan Malaria Falcifarum
2. Masalah
Anemia sedang
3. Diagnose Potensial
Abortus
4. Masalah potensial
Anemia berat

Planning
Tanggal : 26 08- 2013 jan 13.20 WIT
1. Mengobservasi K/U dan TTV
Hasil Keadaan umum : baik
tanda tanda vital
Tekanan Darah : 90/60mmHg
Nadi :84x/menit
Suhu :390c
Pernafasan : 24x/menit

116 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

2. Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi makanan yang mengandung sat besi seperti
bayam dan daun singkong

Hasil : ibu mau mengkomsumsi makanan yang dianjurkan

3. Memberikan TT,zat besi, dan asam folat.

Hasil : ibu telah menerima obat yang diberikan

4. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat malaria, analgetik, antipiretik

Hasil : terapi dengan kina 3 x 2 tab/hari selama 7 hari (jumlah 42 Tab)


atau 3 x 1 dengan dosis 10 mg/kgBB selama 7 hari

5. Memberikan kelambu berinsektisida dan konseling cara penggunaan dan perawatan


kelambu

Hasil : kelambu telah diberikan, ibu mengerti penjelasan tentang


penggunaan dan perawatan kelambu berinsektisida

6. Menganjurkan pada ibu untuk mengkomsumsi obat sesudah makan dan


mengkomsumsinya hingga tuntas

Hasil : ibu mau mengkomsumsi obat setelah makan dan sampai tuntas

7. Memberitaukan tanda tanda bahaya pada ibu dan suami seperti tidak dapat makan
atau minum, tidak sadar, keluar darah dari jalan lahir, dan kejang. Bila menemukan
sala satu tanda bahaya kehamilan diatas maka, segera mencari pertolongan pada
petugas kesehatan.

Hasil : ibu dan suami mengerti dan mau melakukan anjuran yang
diberikan

8. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang

Hasil : ibu mau melakukan kunjungan ulang pada tanggal yang telah
ditentukan

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 117
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

4.3.2 Kasus Malaria Berat

Contoh 2

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PADA NY. D DENGAN


MALARIA FALCIPARUM

No. Register : 45678/08/2013


Tanggal Masuk : 30 08 2013
Jam : 13.00 WIT

DATA SUBJEKTIF
Identitas Pasien/ Suami
Nama Pasien : Ny. D / Tn.F
Umur : 30 Tahun / 31 Tahun
Suku / Bangsa : Bugis/ Indonesia / Ternate / Indonesia
Agama : Islam / Islam
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Salero
1. Kunjungan Saat Ini : Kunjungan pertama
2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan demam menggigil sudah 2 hari di rumah disertai
kejang
Keluhan menyertai : Panas, pusing, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, muntah 2x di
rumah pada tanggal 28-8-2013
3. Riwayat Perkawinan : Kawin 1 kali pada umur 29 Tahun dengan suami sekarang umur 30 tahun
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Teratur / Tidak : Teratur
Siklus : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Dismenorea : ya
Banyaknya : ± 50 cc

5. Riwayat kehamilan ini


G1P0A0
HPHT : 3 12 2012
TP : 10 -09-2013
Imunisasi : TT 1 tanggal 26-2-2013

6. Riwayat Kebiasaan Sehari hari


a. Pola makan : makan 1 x sehari,porsi sedang dengan nasi,lauk,sayu dan buah,
minum air putih tidak menentu. namun setelah makan dan minum langsung muntah
b. Perubahan pola makan : tidak bisa makan dan minum ( muntah)
c. Pola eliminasi : frekuensi BAK 1 2 x/hari, bau khas urin,frekuensi BAB
1x/hari warna/konsistensi kuning keras
d. Pola istirahat : tidur siang ±1 jam, tidur gelisa tidak dapat tidur nyenyak

118 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

e. Personal higine : mandi 1x/hari, gosok gigi 2x/hari,keramas 1x/minggu

7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang : ibu mengatakan tidak menderita penyakit asma,jantung,DM,
hipertensi
b. Riwayat penyakit keluarga :ibu mengatakan dikeluarganya maupun keluarga suaminya
tidak
ada yang menderita penyakit asma,jantung,DM dan hipertensi
c. Riwayat keturunan kembar : ibu mengatakan dikeluarganya maupun keluarga suaminya
tidak ada keturunan kembar
d. Kebiasaan kebiasaan
Merokok :tidak ada
Minum minuman keras :tidak ada

8. Keadaan psikososial spiritual


a. Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan dan diterima dengan baik oleh seluruuh anggota
keluarga
b. Hubungan ibu dengan suami,anggota keluarga lain dan tetangga baik
c. Ibu mengatakan taat dalam beribadah

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kurang baik
b. Kesadaran : Apatis
c. Tanda vital
Tekanan Darah : 90/70mmHg
Nadi :100x/menit
Suhu :400c
Pernafasan : 30x/menit
d. TB :157 cm
e. BB sebelum hamil :47 kg
BB sekarang :46 kg
f. LILA : 20 cm
g. Kepala dan leher
Rambut : bersih tidak mudah rontok dan tidak berketombe
Muka : oedema, tidak ada cloasmagravidarum
Mata : conjungtiva pucat
Sclera : iktrus
Mulut : bersih, caries negative
Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran venajugularis (-), kelenjar limfa (-)
h. Abdomen
Besar : sesuai umur kehamilan

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 119
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

Bekas luka : tidak ada


Strie gravidarum : tidak ada
Linea nigra : tidak ada
Palpasi Leopold
Leopold I : 3 jari diatas pusat (28 minggu)
Leopold II : Pu-ka
Leopold III : kepala
Leopold IV : konvergen
i. Auskultasi DJJ : (140x/menit)
j. Ektrimitas
Oedema : (-)
Varises : (-)
Reflex patella : (+)
k. Genitalia luar : tidak dilakukan
l. Anus : tidak dilakukan
m. Pemeriksaan Penunjang
HB : 6 gr% (HB Sahli)
DDR : (+) Falcifarum (RDT)
PP tes : Positif (+)
Protein urine : (-)

Assessment
1. Diagnose kebidanan
Ny. D umur 30 Tahun G2,P1,A0 usia kehamilan 28 minggu. Intra uteri, tunggal,
hidup, dengan Malaria Falcifarum
2. Masalah
Anemia berat
3. Masalah Potensial
a. Partus prematurus
b. IUFD
Planning
Tanggal : 30 08- 2013 jan 13.20 WIT
1. Memperbaiki K/U dengan pemasangan Infus dengan RL
2. Mengobservasi K/U dan TTV
Hasil Keadaan umum : kurang baik
Tanda Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 90/70mmHg
b. Nadi :100x/menit
c. Suhu :400c
d. Pernafasan : 30x/menit

3. Bebaskan jalan napas dengan memposisikan kepala lebih rendah dari kaki
4. Persiapan rujukan
a. Pendampingan Bidan dalam proses rujukan

120 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

b. Alat, misalnya Tensi, Termometer dll yang dibutuhkan pada saat merujuk pasien
c. Informed Consent & Informed Choice dengan keluarga, pastikan bahwa keluarga telah
mengetahui keadaan pasien dan menyetujui rujukan
d. Obat sesuai dengan kewenangan Bidan
e. Pastikan kesiapan keluarga dalam dukungan Dana
f. Pastikan kendaraan telah siap digunakan ke tempat rujukan.

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 121
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

Contoh Format Rujukan :

RUJUKAN DARI PUSKESMAS KE RUMAH SAKIT KABUPATEN

No.
Hal : Rujukan
Lamp :
Kepada :

Dengan hormat,
Mohon pemeriksaan /pengobatan lebih lanjut :
Nama penderita
Alamat
Dengan keluhan : menggigil/demam/berkeringat/mual/muntah/sakit

Masuk puskesmas
Pemeriksaan : Keadaan umum
Tensi

Diagnosis kerja :
Telah diberikan pengobatan
Saat ini diberikan
Pengobatan tambahan
Slide malaria dibuat/tidak dibuat/diikut sertakan, atas bantuan dan kerja samanya diucapkan terima kasih.

Kepala Puskesmas

122 | Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate
BAB IV | SISTEM RUJUKAN DAN PENDOKUMENTASIAN

Contoh Pengisian Format Rujukan

RUJUKAN DARI PUSKESMAS KE RUMAH SAKIT PROVINSI


PUSKESMAS : Moti Kota

No. : 378
Hal : Rujukan
Lamp : 1 (satu)
Kepada :
Yth. Dokter Jaga Ruang IGD
RSUD. Chasan Boesoeri
Di
Ternate

Dengan hormat,
Mohon pemeriksaan /pengobatan lebih lanjut :
Nama penderita : Ny. Delia, umur : 30 tahun, Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Moti Kota
Dengan keluhan : Panas, pusing, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, muntah 2x di rumah pada tanggal
28-8-2013
Masuk puskesmas : tanggal : 30/08/2013, jam 13.00
Pemeriksaan : Keadaan umum : Kurang baik, kesadaran : Apatis
Tensi : 90/70 mmHg, nadi : 100 x/m, pernafasan : 30 x/m
Suhu 40 °C, kelainan fisik yang menonjol :Tidak ada
Diagnosis kerja : Ny. D umur 30 Tahun G2,P1,A0 usia kehamilan 28 minggu. Intra uteri, tunggal, hidup,
dengan Malaria Falcifarum.

Telah diberikan pengobatan : DHP 4 tablet satu kali sehari


Artesunat 4 tablet & Amodiakuin 4 tablet
Parasetamol 1 tablet

Pengobatan tambahan : Pemberian artemeter IM sebanyak 1 Ampul


Slide malaria dibuat/tidak dibuat/diikut sertakan, atas bantuan dan kerja samanya diucapkan terima kasih.

Moti Kota, tanggal 30 Agustus 2013


Kepala Puskesmas

(Dr. Subagio Sutarjo)


Nip.432 654 237

Modul Muatan Lokal Malaria dalam Kehamilan untuk Poltekkes Ternate | 123

Anda mungkin juga menyukai