Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KOTA LANGSA

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS LANGSA BARO
KECAMATAN LANGSA BARO
Jln. Lilawangsa No. 1 Telp (0641) 22049
LANGSA

KERANGKA ACUAN

AUDIT MATERNAL DAN NEONATAL

1. PENDAHULUAN
Audit maternal perinatal nerupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab

kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan

dan kematian dimasa yang akan datang. Penelusuran ini memungkinkan tenaga

kesehatan menentukan hubungan antara faktor penyebab yang dapat dicegah dan

kesakitan/kematian yang terjadi. Dengan kata lain, istilah audit maternal

perinatal merupakan kegiatan death and case follow up.

Lebih lanjut kegiatan ini akan membantu tenaga kesehatan untuk menentukan

pengaruh keadaan dan kejadian yang mendahului kesakitan/kematian. Dari

kegiatan ini dapat ditentukan:

Sebab dan faktor-faktor terkaitan dalam kesakitan/kematian ibu dan perinatal

Dimana dan mengapa berbagai sistem program gagal dalam mencegah

kematian

Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan Audit maternal perinatal juga

dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan sistem rujukan. Agar fungsi ini

berjalan dengan baik, maka dibutuhkan :

Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat

pelayanan kesehatan

Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan

cara otopsi verbal, yaitu wawancara kepada keluatga atau orang lain
yang mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang

diperoleh sebelum penderita meninggal sehingga dapat diketahui

perkiraan sebab kematian.

2. LATAR BELAKANG

Secara Nasional, akses masyarakat kita terhadap pelayanan kesehatan ibu

cenderung semakin membaik. Dimana tren Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari 390/100.000 kelahiran hidup

(data SDKI tahun 1990) menjadi 359/100.000 kelahiran hidup (data SDKI tahun

2012). Namun demikian, jika dibandingkan dengan target Millenium

Development Goal (MDG) 5 pada tahun 2015 sebesar 102 per 100.000

kelahiran hidup, sehingga indonesia masih memerlukan upaya dan kerja keras

untuk mencapainya.

Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.

Penyebab langsung kematian ibu adalah faktro yang berhubungan dengan

komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti pendarahan, preeklampsia/

eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung

kematian ibu adalah EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu

sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran) menurut data SDKI tahun

2002 sebanyak 22.5%, maupun yang mempersulit proses penanganan

kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT

(terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat

mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan

kegawatdaruratan). Faktor lain yang berpengaruh adalah ibu hamil yang

menderita penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS, tuberkulosis, sifilis,

penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes melitus, jantung, gangguan

jiwa, maupun yang mengalami kekurangan gizi.


Selain itu masih terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi. Menurut data

SDKI tahun 2012, angka unmet-need 8,5 %. Kondisi ini merupakan salah satu

faktor penyebab terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang

tidak aman, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu.

Malaria pada kehamilan seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya

bagi ibu, janin dan bayinya. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, bahwa

proporsi ibu hamil malaria dengan pemeriksaan RDT sebesar 1,9%, dimana

1,3% disebabkan oleh parasit Plasmodium Falcifarum, 0,4% Plasmodium Vivax,

dan 0,2% Mix (Campuran Palsmodium Falcifarum dan Pasmodium Vivax).

Dimana hal ini dapat berpotensi menyumbang kematian ibu di indonesia. Untuk

mengatasi hal tersebut, kegiatan yang telah dilakukan meliputi pemberian

kelambu berinsektisida, skrining malaria dengan menggunakan RDT/

mikroskopis dan pengobatan sedini mungkin bagi ibu hamil yang positif

malarian dengan menggunakan Kina/ACT. Berdasarkan data Direkktorat P2Pl

tahun 2013, dari 26 Provinsi endemis malaria sedang dan tinggi (kecuali

provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali)

bahwa ibu hamil yang diberikan kelambu berinsektisida sebesar 81% (391.640

ibu hamil), ibu hamil yang dilakukan skrining (RDT/Mikroskopis) sebanyak

337.796 ibu hamil (74,64% dari sasaran ibu hamil yang berada didaerah endemis

malaria sedang dan tinggi), ibu hamil yang positif malaria sebanyak 940 ibu

hamil dan yang diobati sebesar 744 ibu hamil. Hal ini menunjukkan masih ada

missed opportunity ibu hamil didaerah endemis malaria sedang dan tinggi yang

belum mendapatkan pelayanan antenatal terpadu dengan malaria secara optimal.

Penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes melitus, jantung, asma berat, dan

gangguan jiwa sangat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu, janin dan bayi baru

lahir. Penanganan penyakit kronis pada ibu hamil masih belum seperti yang

diharapkan dan datanya juga belum terekam dengan baik.

Kekurangan gizi pada ibu hamil juga masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus. Kurang asupan zat besi pada
perempuan khusunya ibu hamil dapat menyebabkan anemia yang akan

menambah resiko pendarahan dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah,

prevalensi anemia pada ibu hamil sekitar 37,1% (Riskesdas 2013). Disamping

kekurangan asupan zat besi, anemia juga dapat disebabkan karena kecacingan

dan malaria. Masalah gizi yang lain adalah kurang energi kronik (KEK) dan

konsumsi garam beryodium yang masih rendah. Berdasarkan data Riskesdas

tahun 2013 bahwa prevalensi resiko ibu hamil KEK sebesar 24,2%.

Selain penanganan masalah kehamilan dan komplikasi yang menyertainya, perlu

diupayakan peningkatan kualitas bayi yang akan dilahirkan, melalui kegiatan

brain booster meliputi stimulasi otak janin dan asupan gizi seimbang pada ibu

hamil.

Masalah kekerasan terhadap perempuan (KtP) merupakan masalah global yang

terkait dengan kesehatan dan hak asasi manusia. Ibu hamil yang mendapat

kekerasan secara fisik dan psikis baik dari suami maupun orang orang

terdekatnya dapat mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janin.

Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap

pelayanan antenatal adalah cakupan K1 kontak pertama dan K4 kontak 4 kali

dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi sesuai standar.

Berdasarkan data Riskesdas bahwa cakupan ibu hamil yang memperoleh

pelayanan antenatal telah meningkat dari 92,7% pada tahun 2010 menjadi 95,2%

pada tahun 2013. Cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan juga

meningkat dari 79,0% pada tahun 2010 menjadi 86,9% pada tahun 2013.

Walaupun demikian, masih terdapat disparitas antar provinsi dan antar

kabupaten/ kota yang variasinya cukup besar. Selain adanya kesenjangan, juga

ditemukan ibu hamil yang tidak menerima pelayanan dimana seharusnya

diberikan pada saat kontak dengan tenaga kesehatan (missed opportunity).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka pelayanan antenatal di

fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik perorangan/

kelompok perlu dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu, mencakup upaya


promotif, preventif, sekaligus kuratif dan rahabilitatif, yang meliputi pelayanan

KIA, gizi, pengendalian penyakit meular (imunisasi, HIV/ AIDS, TB, malaria,

penyakit menular seksual), penanganan penyakit tidak menular serta beberapa

program lokal dan spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan program.

3. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS

Tujuan umum

audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh

wilayah kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka

kematian ibu dan perinatal

Tujuan khusus

Tujuan khusus audit maternal adalah :

a. Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan

perinatal secara teratur dan berkesimnambungan, yang dilakukan oleh

dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah atau swasta dan

puskesmas, rumah bnersalin (RB), bidan praktek swasta atau BPS di

wilayah kabupaten/kota dan dilintas batas kabupaten/kota provinsi

b. Menetukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang

di perlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam

pembahasan kasus

c. Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan

kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah/swasta, puskesmas, rumah sakit

bersalin dan BPS dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi terhadap intervensi yang disepakati.

4. KEGIATAN POKOK DAN RiNCIAN KEGIATAN

1. Pembentukan tim AMP

2. Penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP

3. Menyusun rencana kegiatan (POA) AMP

4. Orientasi pengelola program KIA dalam pelaksanaan AMP


5. Pelaksanaan kegiatan AMP

6. Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan dari kegiatan audit

maternal oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bekerjasama dengan RS

7. Pemantauan dan evaluasi

5. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Kegiatan penelusuran sebab-sebab kesakitan/kematian maternal dan perinatal

dengan maksud untuk mencegah terjadinya kesakitan /kematian serupa di masa

mendatang.

Petugas kesehatan melakukan identifikasi faktor yang dapat di cegah pada

kematian /kesakitan maternal dan perinatal / neonatal :

a. Masalah yang berhubungan dengan pasien seperti:situasi

pribadi,keluarga,lingkungan(komunitas), termasuk masalah sosial

ekonomi, dan perilaku keluarga.

b. Masalah manajemen pelayanan seperti transport, hambatan pembiayaan

untuk mendapat layanan kesehatan, kurangnya fasilitas pelayanan

kesehatan untuk menangani keadaan emergensi, kurangnya petugas,

ketersediaan obat,alat,dan sarana kesehatan.

c. Masalah pemberian layanan kesehatan, seperti: penegakan diagnosis,

penatalaksanaan, pemantauan, rujukan, pemantauan lanjutan, serta

komunikasi antara pasien dan petugas maupun antar petugas yang

memberi layanan kesehatan Diperlukan :

a) Pencatatan dan pelaporan kematian dan kesakitan maternal dan

perinatal/neonatal yang menyeluruh

b) Pengisian rekam medis yang lengkap, benar dan tepat di institusi

pelayanan kesehatan (termasuk bidan di desa)

c) Pelacakan sebab kematian oleh petugas puskesmas dengan cara

otopsi verbal
d) Identifikasi faktor- faktor non medis termasuk informasi rujukan

dan masalah sosial ekonomi keluarga

6. SASARAN

Dokter spesialis

Dokter umum

Perserta pendidikan dokter spesialis Anak dan Obgyn

Bidan/ perawat

7. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Bila ada kasus .

8. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

a. Pemantauan

1. Pemantauan melalui laporan masalah yang ditemukan dalam

pelaksanaan amp

2. Pemsantauan kegiatan tindak lanjut kegiatan amp

b. Supervisi

Jika terdapat keterbatasan tenaga, dana dan sarana, supervisi dilakukan

secara acak disesuaikan dengan masalah.

c. Evaluasi

Dilakukan dengan menggunakan indikator :

1. Kecenderungan case fatality rate ( cfr ) dari tiap jenis

komplikasi/gangguan ibu dan perinatal yang diperlukan

2. Proporsi tiap jenis kesakitan ibu / perinatal yang dipantau

3. Cakupan pelayanan ibu hamil, pertolongasn persalinan oleh tenaga

kesehatan

4. Frekuensi pertemuan audit di kabupaten dalam satu tahun

5. Frekuensi pertemuan tim AMP di kabupaten dalam satu tahun


AMP diselenggarakan karena tingkat masih tingginya angka kesakitan dan

kematian perinatal dan perinatal. Prakarsa Safe Motherhood tahun1987

merumuskan kebijakan dan strategi yang dijabarkan dalam langkah-langkah

kegiatan untuk menurunkan AKI. Ternyata sulit untuk mendokumentasikan

penurunan AKI secara terukur dan mencegah berulangnya kesakitan/kematian

dengan AMP.

9. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Dalam pelaksanaan audit maternal perinatal ini diperlukan mekanisme

pencatatan yang akurat ,baik ditingkat puskesmas,maupun ditingkat RS

kabupaten/kota .pencatatan yang diperlukan adalah sebagai berikut

Tingkat puskesmas

Selain menggunakan rekam medis yang sudah ada dipuskesmas ,ditambahkan

pula :

1. Formulir R9formulir rujukan maternal dan perinatal )Formulir ini dipakai

oleh puskesmas,bidan didesa maupunbidan swasta untuk merujuk kasus

ibu maupun perinatal.

2. Form OM dan OP (formulir otopsi verbal maternal dan perinatal )

Digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/bersalin/nifas yang meninggal

sedangkan form OP untuk otopsi verbal perinatal yang meninggal . untuk

mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang

meninggal oleh tenaga puskesmas.

RS kabupaten/kota

Formulir yang dipakai adalah

1. Form MP (formulir maternal dan perinatal ) Form ini mencatat data dasar

semua ibu bersalin /nifas dan perinatal yang masuk kerumah sakit.

Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat

2. Form MA (formulir medical audit ) Dipakai untuk menulis

hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun audit perinatal. Yang


mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas dibagian kebidanan dan

kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus perinatal)

Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang ,yaitu :

1. Laporan dari RS kabupaten/kota ke dinas kesehatan

Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian

(serta sebab kematian ) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan

penyakit kandungan serta bagian anak.

2. Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota

Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas ,dan jumlah

kasus yang dirujuk ke RS kabupaten/kota

3. Laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ketingkat propinsi

Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal

ditangani oleh Rs kabupaten /kota ,puskesmas dan unit pelayanan KIA

lainnya ,serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi atau gangguan .

laporan merupakan rekapitulasi dari form MP dan form R,yang

hendaknya diusahakan agar tidak terjadi duplikasi pelaporan untuk kasus

yang dirujuk ke RS.

Pada tahap awal ,jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi yang

paling sering terjadi pada ibu maternal dan perinatal.

Anda mungkin juga menyukai