Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENERAPAN POSITIF DEVIANCE TEHADAP

PERSEBARAN KASUS MALARIA DI DESA MANUBELON


WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANUBELON
KECAMATAN AMFOANG BARAT DAYA KABUPATEN KUPANG

TERM OF REFERENCE

OLEH :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan

oleh parasite Plasmodium melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Pada

tubuh manusia, parasit membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati

dan kemudian menginfeksi sel darah merah. Malaria pada manusia dapat

disebabkan oleh Plasmodium malariae, Plasmodium vivax, Plasmodium.

ovale dan Plasmodium falciparum. merupakan yang paling berbahaya dan

dapat mengancam nyawa. Malaria merupakan penyakit re-emerging yang

ditularkan oleh nyamuk (mosquito borne diseases). Penyakit infeksi ini

banyak dijumpai di daerah tropis, disertai gejala-gejala seperti demam

dengan fluktuasi suhu secara teratur, kurang darah, pembesaran limpa dan

adanya pigmen dalam jaringan (Arsin & A, 2012).

Malaria masih menjadi penyakit endemik di dunia. Setiap tahun

jumlah penderita penyakit yang ditularkan nyamuk anopheles itu mencapai

lebih 200 juta. Data Organisasi kesehatan Dunia( WHO) menyebutkan, ada
219 juta kasus malaria diseluruh dunia pada tahun 2019. Meski demikian,

angka kematian akibat penyakit malaria cenderung turun sejak 2004. Dari

759 ribu menjadi 409 ribu kematian pada 2019. Artinya terjadi penurunan

46,1% dalam kurun waktu 15 Tahun.

Menurut laporan WHO terbaru terkait malaria yang terjadi diseluruh

dunia, diperkirakan ada 241 juta kasus malaria dan 627.000 kematian akibat

malaria di seluruh dunia pada tahun 2020. Ini mewakili sekitar 14 juta lebih

banyak kasus pada tahun 2020 dibandingkan dengan 2019, dan 69.000 lebih

banyak kematian. Sekitar dua pertiga dari kematian tambahan ini (47.000)

terkait dengan gangguan dalam penyediaan pencegahan, diagnosis, dan

pengobatan malaria selama pandemi. Secara global diperkirakan 3,3 miliar

manusia di 97 negara berisiko terinfeksi malaria dan penyakit berkembang

lainnya, dan 1,2 miliar diantaranya memiliki risiko tinggi (˃1/1.000 kejadian

dalam setahun). Perkiraan terbaru berdasarkan laporan World Health

Organization (WHO), 198 juta kasus malaria yang terjadi pada tahun 2013

menyebabkan 584.000 kematian, sedangkan data tahun 2016 sebanyak 216

juta kasus mengakibatkan 445.000 kematian (WHO, 2018). Beban yang

paling berat terjadi di Afrika, dimana diperkirakan 90% kematian terjadi dari

seluruh kasus dan 78% dari seluruh kematian terjadi pada anak-anak usia di

bawah 5 tahun. Meskipun malaria dapat dicegah dan disembuhkan namun

tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan masyarakat dan pembangunan

sosial ekonomi, terutama di negara-negara berkembang (IO et al., 2018).


Malaria diinfeksikan oleh parasite bersel satu kelas Sprozoa, suku

haemosporida dan keluarga plasmodium. Infeksi pada manusia dapat

disebabkan oleh satu atau lebih dari empat jenis plasmodium yaitu

p.falciparum, P.malariae, P vivax, P Ovalo

Malaria merupakan salah satuu indikatror dari target Pemabanguan

Milleum( milienium Developmen Goals/MDGs) diindonesia pada tahun

2000, yang ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi

insiden malaria hingga 2015. Hal ini dapat dilihat dari indicator menurunnya

angka kematian dan angka kesakitan akibat malaria. Indonesia juga

merupaakan salah satu Negara yang mengadopsi MDGs. Yang diusung dari

WHO. Setelah berakhir MDGS pada tahun 2015

Program MDGS oleh WHO pada tahun 2000 dan komitmen global

eliminasi dalam World Health Assembly (WHA) ke-60 tahun 2007 tentang

eliminasi malaria bagi setiap negara, maka pemerintah Indonesia

mencanangkan program ”Menuju Indonesia Bebas Malaria” tahun 2030.

ProvinsiSasaran wilayah eliminasi dibagi menjadi empat tahap dimulai dari

kepulauan seribu ( provinsi DKI Jakarta), Bali dan Batam pada Tahun 2010.

Selanjutnya Pulau jawa, Provinsi Aceh dan Provinsi kepulauan riau pada

tahun 2015. Tahap ketiga adalaha Sumatra,NTB, Kalimantan dan Sulawesi

pada tahun 2020. Terkahir adalah Provinsi papua,Papua barat, Maluku,NTT

dan Maluku utara pada tahun 2030.


Target program eliminasi malaria di Indonesia 2018, berubah dengan

target terbagi menjadi lima regional sampai eliminasi nasional pada tahun

2030. Kementerian Kesehatan akan mengajukan penilaian sertifikasi

eliminasi malaria untuk Indonesia kepada WHO pada tahun 2030. Proses

tersebut didahului dengan penilaian eliminasi untuk Jawa dan Bali pada

tahun 2023; penilaian untuk Sumatera, NTB dan Sulawesi pada tahun 2025;

penilaian untuk Kalimantan dan Maluku Utara pada tahun 2027; penilaian

untuk NTT dan Maluku pada tahun 2028 dan penilaian untuk Papua Barat

dan Papua pada tahun 2029 (Direktorat Jenderal Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit, 2019).

Program Eliminasi malaria di Indonesia belum berhasil sesuai target

karena sampai saat ini beberapa wilayah termasuk Pulau Jawa belum

seluruhnya bebas malaria. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa hal,

meskipun penyebabnya telah diketahui dan program pengendalian juga telah

dilakukan termasuk penatalaksanaan terhadap penderita. Indonesia sebagai

negara kepulauan dengan geografis yang kompleks dan keberagaman akses

pelayanan kesehatan memberikan kontribusi terhadap maju mundurnya

eliminasi malaria. Indikator sebuah daerah bebas malaria adalah Annual

Parasite Incidence (API) di bawah 1 per 1.000 penduduk, tidak terdapat

kasus malaria pada penduduk lokal yang Upaya Pengendalian Malaria tidak

pernah bepergian dan adanya pengamatan ketat keluar-masuknya penduduk

di wilayah terdampak. (Ipa, 2018).


Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi NTT Kasus

Malaria menurun tajam antara 2018-2019. Pada 2018 terjadi 18.053 kasus,

sedangkan pada akhir 2019 tercatat 12.723 kasus atau turun sebesar 5.330

kasus. Penurunan kasus malaria terbanyak antara lain di Sumba Tengah dari

571 kasus pada 2018 turun menjadi 175 kasus pada 2019 dan Sumba Barat

Daya mengalami penurunan dari 8.400 kasus menjadi 4.118 kasus dalam

kurun waktu yang sama. Namun, juga tercatat peningkatan kasus malaria di

Sumba Barat, Timor Tengah Selatan, Malaka, dan Sikka. Provinsi Nusa

Tenggara Timur jadi provinsi di Kawasan Timur Indonesia pertama yang

kabupaten/kotanya berhasil mencapai eliminasi malaria. Ada 3 kabupaten /

kota yang berhasil eliminasi malaria yakni Kabupaten Manggarai Kabupaten

Manggarai Timur, dan Kota Kupang.

Program Pencegahan dan Penegndalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehata

Kabupaten Kupang Melaporkan data kasus malaria pada tahun 2019

sebanyak 85 Orang, tahun 2020 sebanyak 137 orang dan Tahun 2021

sebanyak 68 orang. Dilihat dari data tersebut, kasus positif malaria ini terjadi

di beberapa daerah pedesaan yang berada di Kabupaten Kupang khussunya

desa Manubolon yang jumlah kasus pada tahun 2021 sebnayak 36 kasus .

hasil Wawancara yang diperoleh tim pemeriksa dari Dinas kesehatan,

mereka terinfeksi penyakit tersebut dari daerah endemis malaria, dimana

mobiilitas mereka diwilayah tersebut sangatlah tinggi. Hal ini sangatlah

berhubungan erat terhadap status dan tempat mereka bekerja pada daerah

endemis malaria. Dengan demikian penyakit malaria dikabupaten kupang


akan kembali mewabah jika tidak segeara ditangani baik dari sisi promotif

preventif dan kuratif.

Penyimpangan positif (PD) atau Positive Deviance adalah

pendekatan berbasis masyarakat berbasis masyarakat terhadap perubahan

perilaku yang telah berhasil diterapkan untuk mengatasi banyak masalah

kesehatan dan sosial. Ini belum dinilai untuk pengendalian malaria namun

mungkin merupakan alat yang menjanjikan untuk penghapusan malaria

karena kesesuaiannya dalam menargetkan kelompok penduduk kecil dan

terpencil. Positive Deviance menawarkan metode yang menjanjikan dalam

pengendalian dan pengaturan eliminasi malaria. Metode dalam bentuk

sosialisasi program dengan meningkatkan pendidikan kesehatan dalam

upaya menekan perilaku yang buruk, mobilitas yang tidak terkontrol,

lingkungan yang berdmapak pada tingginya vector serta soial masyarakat

dan budaya yang bisa memperburuk keadaan kesehatan masyarakat dalam

pengendalian penularan malaria (Shafiquedkk.,2016).

Gambaran Geografis kecamatan Amfoang barat daya pada

umumnya adalah beriklim tropis dengan padang rumput, pohon lonta dan

gewang. Kondisi iklim yang demikian menjadikan Amfoang tidak terlepas

dari bagian dari Vektor perkemabangbiakan nyamuk Anopheles. Desa yang

paling luas wilayahnya adalah Manubelon dengan 78,64 kilometer persegi

dengan jumlah penduduk atau populasinya sebesar 2.846 orang. Akses jalan

yang masih sulit membuat kurang pemanfaatn pelayana kesehatan dengan

maksimal. Manubelon memiliki 10 Posyandu dengan Kader aktif sebanyak


50 orang. Pekerjaan yang paling banyak adalah pertanian, petertanakan dan

perikanan. Hasil panen dan ternak yang dimiliki menjadikan mobilitas

masyararakat sangatlah aktif untuk memasarkan hasil kewialayah lain. Hal

tersebut memungkinkan oaring-orang harus beranjak kedaerah endemis

untuk memasarkan hasil ladang. Survey kontak dalam menetukan populasi

kasus malaria dilakukan dengan metoda sreecing setiap jarak 200 meter

dialmbil 5 rumah 5 orang. Sehingga banyaknya populasi survey kontak

penduduk adalah kurang lebih 1000 orang.

Berdasarkan data yang diuraikan diatas penelti tertarik untuk

melakukan Studi Penelitian tentang sejauh mana Pengaruh penerapan Postif

Deviance terhadapa kejadian malaria didsa manubelon.

1.2 RumusanMasalah

Apakah ada pengaruh Penerapan Positif Deviance Tehadap Persebaran Kasus


Malaria Di Manubelon Kecamatan Amfoang Barat Daya Kabupaten Kupang ?
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh Penerapan Positif Deviance


Terhadap Persebaran Kasus Malaria Di Manubelon Kecamatan
Amfoang Barat Daya Kabupaten Kupang
1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi persebaran Kasus Malaria Di desa Manubolon

Amfoang barat Daya

2) Mengidentifikasi Penerapan Positif Deviance Di Manubelon

Kecamatan Amfoang Barat Daya Kabupaten Kupang


3) Menganalisis Penerapan Positif Deviance Terhadap Persebaran

Kasus Malaria Di Manubelon Kecamatan Amfoang Barat Daya

Kabupaten Kupang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan menjadi Langkah awal peneliti untuk

mengembangkan teori yang berhubungan dengan Postitive Deviance

2. Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi diperpustakaan institusi

Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang

1.4.2 Praktis

1) Profesi Keperawatan

Meningkatkan pengetahuan melalui pengembangan dan aplikasi ilmu

keperawatan dengan pendekatan metode penelitian ilmiah khususnya

tentang Penerapan Positif Deviance Terhadap Persebaran Kasus Malaria

Di Manubelon Kecamatan Amfoang Barat Daya Kabupaten Kupang

2) Bagi institusi Pendidikan

Sebagai sumber referensi yang bermanfaat dalam pengembangan institusi

dan dapat menambah serta sebagai sumber referensi yang digunakan oleh

peneliti lain dalam melakukan penelitian Penerapan Positif Deviance

Terhadap Persebaran Kasus Malaria Di Manubelon Kecamatan Amfoang

Barat Daya Kabupaten Kupang

3) Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmiah penulis dan dapat

memperoleh pengalaman berharga dalam penelitian serta sebagai syarat

untuk mendapat gelar Sarjana Keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahrari, M., Kuttab, A., Khamis, S., Farahat, A. A., Darmstadt, G. L., Marsh, D. R.

& Levinson, F. J. (2002). „Factors associated with successful pregnancy

outcomes in Upper Egypt : A positive deviance inquiry‟, 23(1), pp. 83–88.

Andriyani, D., Heriyanto, B., Trapsilowati, W., I, A. S. & Widiarti. (2013).

„Faktor Risiko dan Pengetahuan, Sikap, Perilaku (PSP) Masyarakat Pada

Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria di Kabupaten Purbalingga‟. ejournal

Litbangkes KEMENKES RI, Vol.41, pp. i,

P. D. & Widiarti. (2015). „Gambaran Lingkungan dan Hubungan Pengetahuan,

Sikap dengan Perilaku pada Peningkatan Kasus Malaria di Desa Kalirejo

Kecamatan Kokap Kabupaten Kulongporogo Tahun 2012‟, VEKTORA,

Vol.7, pp. Arsunan, A. A. (2012). Malaria Di Indonesia Tinjauan Aspek

Epidemiologi. Makassar: Masagena Press.

Arsunan, A. A. (2013). „Diktat Kuliah. Epidemiologi Penyakit Menular‟.

Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Available at: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5009.

Arsunan, A. A. & Situmorang, A. S. (2015). „Environmental effects on malaria

Kapoposang island‟, The Social Sciences. Makassar: Faculty of Public


Health, Hasanuddin University, 10(6), pp. 1528–1534. doi: 1528- 1534.

Asniar, A., Ishak, H. & Wahid, I. (2015). „Konfirmasi Entomologi Kasus Malaria

Pada Sepuluh Wilayah Puskesmas di Kabupaten Bulukumba‟, FKM

Universitas Hasanuddin. Makassar,

Chen, S. C., Chang, H. L. & Chen, K. T. (2014). „The Epidemiology of Imported

Malaria in Taiwan between 2002–2013: The Importance of Sensitive

Surveillance and Implications for Pre-Travel Medical Advice‟, International

Journal of Environmental Research and Public Health, pp. 5651–5664.

Notoatmodjo (2018). Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai