Anda di halaman 1dari 7

GAMBARAN ANEMIA PADA PENDERITA PENYAKIT MALARIA DI

UPT PUSKESMAS RAWAT INAP HANURA KABUPATEN PESAWARAN


PERIODE JANUARI 2019-MEI 2020

Oleh

RAGIL AYU WANDIRA

1713453080

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG PROGRAM STUDI


DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama
Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium
akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah
merah yang akhirnya menyebabkan penderita mengalami gejala-gejala
malaria seperti gejala pada penderita influenza, bila tidak diobati maka
akan semakin parah dan dapat terjadi komplikasi yang berujung kematian
(Koes irianto, 2015).
Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global.
Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
sering menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap kualitas hidup dan
ekonomi. Penyakit ini dapat bersifat akut, laten atau kronis (Riskesdas ,
2013).
Malaria adalah suatu penyakit infeksi demam berkala yang disebabkan
oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk
Anopheles betina (Zulkoni, 2010). Pada manusia Plasmodium terdiri dari
4 spesies, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium
malariae, dan Plasmodium ovale. Plasmodium falciparum merupakan
penyebab infeksi berat bahkan dapat menimbulkan kematian
( Rampengan, 2008). Malaria biasanya berkembang dengan adanya
interaksi seseorang yang sehat dengan penderita. Penularannya selalu
bersifat sporadis (Zulkoni, 2010).
Malaria merupakan penyakit endemis dan hiperendemis di daerah
tropis maupun subtropis dan menyerang negara dengan penduduk padat.
Kini malaria dijumpai di Mesiko, sebagian Karibia, Asia Selatan, Indo-
Cina, dan pulau-pulau pasifik selatan. Diperkirakan prevalensi malaria di
seluruh dunia berkisar anatar 160 – 400 juta kasus ( Rampengan, 2008).
Angka kesakitan malaria masih cukup tinggi. Kejadian Luar Biasa (KLB)
malaria masih cukup tinggi terutama di daerah yang terjadi perubahan
lingkungan ( Zulkoni, 2010).
Di Indonesia, malaria terbesar di seluruh pulau dengan derajat
endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah dengan
ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut. Malaria sampai saat
ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan
malaria masih cukup tinggi, terutama di luar Jawa dan Bali, karena di
daerah itu terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah endemis
dan non endemis malaria. Pada daerah-daerah tersebut masih sering
terjadi letusan wabah malaria yang menimbulkan banyak kematian
(Rampengan, 2008).
Dari tahun 2006 sampai 2009 Kejadian Luar Biasa (KLB) selalu
terjadi di pulau Kalimantan walaupun kabupaten/kota yang terjangkit
berbeda-beda tiap tahun. Pada tahun 2009, KLB dilaporkan terjadi di
pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten), Kalimantan Selatan,
Sulawesi Barat, NAD dan Sumatera Barat, Lampung dengan total jumlah
penderita adalah 1.869 orang dan meninggal sebanyak 11 orang. KLB
terbanyak di pulau Jawa yaitu sebanyak 6 kabupaten/kota (Kemenkes RI,
2016).
Jumlah kasus malaria pada suatu wilayah ditentukan dengan Annual
Parasite Incidende (API) per tahun. API merupakan jumlah kasus positif
malaria per 1.000 penduduk dalam satu tahun. Annual Parasite Incidende
(API) tahun 2015 menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
Provinsi Lampung memiliki angka API 0,49 menempati urutan ke 12
tertinggi dari 34 Provinsi di Indonesia (Kemenkes RI, 20016). API di
kabupaten Pesawaran (6,36%), Kota Bandar Lampung (0,58%), dan
Pesisir Barat (3,47%) (DinKes Lampung, 2015).
Malaria secara epidemologi merupakan penyakit menular, pada
sebagian daerah Provinsi Lampung merupakan daerah endemis yang
berpotensi untuk berkembangnya penyakit malaria seperti pedesaan yang
mempunyai rawa – rawa, genangan air payau di tepi laut dan tambak –
tambak ikan yang tidak terurus, kecuali beberapa wilayah di Kabupaten
Lampung Barat yang merupakan persawahan dan perkebunan. Oleh karena
itu, perlu pengendalian untuk menurunkan/menekan masalah malaria
(Dinkes Lampung Tahun, 2015).
Keadaan iklim sangat berperan penting dalam penularan malaria
terutama suhu dan curah hujan. Biasanya penularan malaria lebih tinggi
pada musim hujan dibandingkan musim kemarau, namun hujan diselingi
panas juga dapar memungkinkan perkembangbiakkan vektor (Harijanto,
2000).
Jenis pekerjaan dapat berperan dalam timbulnya suatu penyakit yang
berhubungan dengan kondisi lingkungan pekerjaan tersebut. Pekerjaan
yang dilakukan di luar rumah dan di daerah pedesaan seperti berkebun dan
bertani lebih berpotensi terinfeksi penyakit malaria karena memiliki resiko
digigit nyamuk Anopheles lebih besar dibandingkan pekerjaan yang
dilakukan dalam gedung perkantoran dan di daerah perkotaan (Ninik,
2012).
Sebagian besar nyamuk Anopheles bersdifat krepuskular yang aktif
pada senja atau fajar atau nocturnal yang aktif pada malam hari sehingga
kegiatan menggigit nyamuk selalu aktif sepanjang malam, mulai pukul
18.00 hingga 06.00 dan mencapai puncak pada pukul 24.00 – 01.00.
Namun, ada juga nyamuk Anopheles yang aktif ditengah malam sampai
menjelang pagi hari (Hasyim, Camelia, & Fajar, 2014).
Malaria merupakan penyakit infeksi akut dan kronis yang disebabkan
oleh plasmodium,ditandai dengan gejala demam rekuren,anemia, dan
hepatosplenomegali. Gejala malaria timbul pada ssat pecahnya eritrosit
yang mengandung parasit (Rampengan, 2008). Malaria dapat
menyebabkan kekurangan darah karena sel-sel darah banyak yang hancur,
dirusak atau dimakan oleh plasmodium. Anmeia terjadi terutama karena
pecahnya sel darah merah yang terinfeksi. Jenis plasmodium yang paling
parah terjadi pada Palsmodium falciparum yang menginfeksi seluruh
stadium sel darah merah hingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan
kronis (Depkes RI, 2017-2018).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah normal sel darah merah,
kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematokrit)
(Price;Wilson, 2003). Klarifikasi anemia dapat dibuat berdasarkan dengan
melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi. Dalam klasifikasi ini
anemia dibagi menjadi tiga golongan yaitu anemia normokrom normositik,
anemia hipokrom mikrositik, dan anemia normokrom makrositik
(Price;Wilson, 2003).
Indeks eritrosit merupakan suatu nilai rata-rata yang dapat memberikan
keterangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan mengenal banyaknya
hemoglobin atau eritrosit. Pemeriksaan indeks eritrosit ini meliputi
pemeriksaan MCV,MCH, dan MCHC (Nugraha, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian Andrian Kuncoro tentang jenis anemia
berdasarkan indeks eritrosit pada penderita malaria yang dilakukan di RSD
MayJen.H.M.Ryacudu Kotabumi Lampung Utara tahun 2014 sampai 2015
didapatkan hasil pada tahun 2014 sebanyak 7 pasien mengalami anemia
normokrom normositik (46,66%), 8 pasien mengalami anemia hipokrom
mikrositik (53,34%), dan tidak ditemukan anemia normokrom makrositik.
Sementara pada tahun 2015 di dapat hasil sebanyak 17 pasien mengalami
anemia normokrom normositik (36,17%), 27 pasien mengalami anemia
hipokrom mikrositik (57,45%), dan tidak ditemukan pasien menderita
anemia normokrom makrositik (Kuncoro, Andrian, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian M. Firdaus tentang jenis anemia
berdasarkan indeks eritrosit pada penderita malaria juga dilakukan di
Rumah Sakit Tk.IV 02.07.04 Bandar Lampung pada tahun 2017 sampai
2018, didapatkan hasil sebanyak 36 pasien (49,32%) mengalami anemia
normokrom normositik, 27 penderita (36,98%) mengalami hipokrom
mikrositik, dan tidak ada penderita yang mengalami anemia normokrom
makrositik (Firdaus, M, 2019).
Berdasarkan observasi di UPT Puskesmas Hanura Kabupaten
Pesawaran termasuk dalam wilayah endemik malaria diantaranya letak
geografis yang berada di pesisir pantai, banyak terdapat rawa-rawa
sehingga dapat dijadikan perindukan untuk nyamuk. Kurangnya
pengetahuan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan seperti
membuang kaleng bekas sembarang di tepi pantai dan kebiasaan berada di
luar rumah sampai larut malam sehingga memudahkan penularan nyamuk
Anopheles yang menyebabkan kejadian malaria di daerah tersebut.
Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung tahun 2014 malaria
positif di wilayah kerja Puskesmas Hanura ditemukan kasus.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis melakukan penelitian
tentang “ Gambaran anemia pada penderita penyakit malaria di UPT
Puskesmas Rawat Inap Hanura Kabupaten Pesawaran Periode Januari
2019 – Mei 2020”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran anemia
pada penderita penyakit malaria di UPT Puskesmas Rawat Inap Hanura
Kabupaten Pesawaran Periode Januari 2019 – Mei 2020.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran anemia
pada penderita malaria di UPT Puskesmas Rawat Inap Hanura Kabupaten
Pesawaran Periode Januari 2019 – Mei 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui Parasite Rate malaria di UPT Puskesmas Rawat Inap Hanura
Kabupaten Pesawaran Periode Januari 2019 – Mei 2020.
b. Diketahui Parasite Formula malaria di UPT Puskesmas Rawat Inap
Hanura Kabupaten Pesawaran Periode Januari 2019 – Mei 2020.
c. Diketahui angka kejadian anemia pada penderita malaria di UPT
Puskesmas Rawat Inap Hanura Kabupaten Pesawaran Periode Januari
2019 – Mei 2020.
d. Diketahui nilai indeks eritrosit pada penderita malaria di UPT
Puskesmas Rawat Inap Hanura Kabupaten Pesawaran Periode Januari
2019 – Mei 2020.
e. Diketahui jenis anemia berdasarkan indeks eritrosit pada penderita
malaria di UPT Puskesmas Rawat Inap Hanura Kabupaten Pesawaran
Periode Januari 2019 – Mei 2020.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah kepustakaan keilmuan berkaitan dengan Parasitologi dan
Hematologi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai refrensi peneliti ataupun
institusi pendidikan.
2. Manfaat Aplikatif
a. Memberikan informasi dan menambah pengetahuan bagi penulis
khususnya tentang gambaran anemia pada penderita malaria.
b. Bagi dokter sebagai informasi pelaksanaan perawatan terhadap
penderita malaria yang mengalami anemia.
c. Memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan Pesawaran dalam
pendistribusian obat.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini bidang Parasitologi dan Hematologi. Jenis penelitian
adalah deskriptif. Variabel penelitian adalah jumlah penderita malaria,
jumlah Parasite Rate, Parasite Formula, angka kejadian anemia pada
penderita malaria, nilai indeks eritrosit pada penderita malaria, dan jenis
anemia berdasarkan indeks eritrosit pada penderita malaria di UPT
Puskesmas Rawat Inap Hanura Kabupaten Pesawaran. Populasi adalah
seluruh pasien yang melakukan pemeriksaan malaria yang tercatat dalam
rekam medik di UPT Puskesmas Rawat Inap Hanura Kabupaten
Pesawaran Periode Januari 2019 – Mei 2020 sedangkan sampel adalah
sampel jenuh dari seluruh populasi yang didiagnosis penyakit malaria
dengan mengambil data periode Janurai 2019 – Mei 2020. Analisa data
adalah univariat dengan menghitung jumlah penderita malaria, jumlah
Parasite Rate, Parasite Formula, angka kejadian anemia pada penderita
malaria, nilai indeks eritrosit pada penderita malaria, dan jenis anemia
berdasarkan indeks eritrosit pada penderita malaria. Waktu penelitian
bulan April – Juli 2020 dengan lokasi penelitian dilakukan di UPT
Puskesmas Rawat Inap Hanura Kabupaten Pesawaran.

DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Kota Bandar Lampung. 2015. Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014.
Bandar Lampung.

Harijanto, P. N. 2000. Malaria Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan


Penanganan. EGC. Jakarta.

Nugraha, G. 2015. Panduan Pemeriksaan Hematologi Dasar. Jakarta : CV. Trans Info Media,
223 halaman.

Price, Wilson. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakitt edisi 6. Jakarta :
EGC, 734 halaman.

Rampengan, T. H. 2008. Penyakit Infeksi Tropic pada Anak. Jakarta : Buku Kedokteran EGC,
290 halaman.

Riskesdas 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI


Tahun 2013. Jakarta.

Zulkoni, A, 2010. Parasitologi. Yogyakarta: Medical book, 227 halaman.

Anda mungkin juga menyukai