DISUSUN OLEH :
RESKI APRILIA KARAKA (1910080)
ELZA OKTAVIANY RIKARDO (1910081)
YOVITA STEVANI (1910083)
FRISCHA ADELIA (1910084)
ULFA ANGRAENI (1910085)
FEBY SEMUEL (1910087)
NUR RAHMAH ANDINI (1910088)
PENDAHULUAN
Malaria merupakan penyakit menular yang serius dan fatal yang disebabkan oleh
parasit protozoa genus plasmodium yang ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk
Anopheles betina yang terinfeksi. Pada manusia dikenal ada 5 genus plasmodium yaitu
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae
dan Plasmodium knowlesi. (1) Spesies Plasmodium di Indonesia yang hidup pada
manusia lebih dominan P. falciparum dan P. vivax sedangkan P. ovale dan P. malariae
biasanya ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur. (2, 3) Malaria tersebar ke
seluruh belahan dunia dan merupakan masalah global sehingga World Health
Organization (WHO) menetapkan komitmen global untuk mengontrol dan eliminasi
malaria bagi setiap negara. World Malaria Report 2015 menyebutkan malaria telah
terjadi di 106 negara di dunia. Pada tahun 2015 secara global penderita malaria
mencapai 212 juta kasus dan 429 000 diantaranya meninggal dunia sebagian besar
terjadi di sub-Sahara Afrika lebih dari dua pertiga (70 %) kematian akibat malaria terjadi
pada usia anak-anak. (4) Infeksi malaria dapat menyerang siapa saja baik usia bayi,
balita, anak-anak, usia remaja dan usia produktif, ada hampir 50% penduduk Indonesia
berisiko terinfeksi malaria.(5) Indonesia merupakan negara yang komitmen terhadap
eliminasi malaria, hal ini dibuktikan dengan kejadian malaria di seluruh Indonesia
cenderung menurun, tahun 2005 Annual Parasite Incidence (API) 4,10% menjadi 1,38%
pada tahun 2013 dan terus menurun sampai 0,85 per 1000 penduduk tahun 2015.
Hampir 80% kasus malaria terjadi di kawasan Indonesia Timur. Dalam rangka
pengendalian malaria banyak hal yang sudah dan sedang dilakukan, baik dalam skala
nasional maupun global. Malaria dijadikan salah satu indikator dari target pembangunan
millennium (MDGs) dimana ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan
mengurangi kejadian insiden malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari indikator
menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat malaria. Global Malaria Programme
(GMP) menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus
dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi serta dilakukan formulasi kebijakan dan
strategi yang tepat. Didalam GMP ditargetkan 80% penduduk terlindungi dan penderita
mendapat pengobatan Arthemisin Based Combination Therapy (ACT). Karena
pentingnya penanggulangan malaria, maka beberapa partner Internasional salah
satunya Global Fund (GF) memberikan bantuan untuk pengendalian malaria. Dalam
pengendalian malaria ditargetkan penurunan angka kesakitannya dari 2 menjadi 1 per
1000 penduduk.
WHO mencatat setiap tahun tidak kurang dari 2 juta penduduk dunia meninggal karena
penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles (Harmendo, 2008) dan sebanyak 3,3
milyar atau setengah populasi penduduk dunia beresiko terjangkit malaria. Populasi
yang beresiko ini ada di negara-negara Afrika dan Asia dimana Indonesia merupakan
salah satu dari 104 negara endemis malaria. Dari 484 kabupaten/kota yang ada di
Indonesia, 338 kabupaten/kota merupakan daerah endemis (Depkes RI, 2011). Pada
tahun 2013 malaria telah membunuh lebih dari 3100 penduduk Indonesia.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Malaria adalah penyakit yang penyebarannya di dunia sangat luas, yakni antara garis
bujur 60º di lintang utara dan 40º di lintang selatan yang meliputi lebih dari 100 negara
yang beriklim tropis. Penduduk yang berisiko terhadap malaria berjumlah 2,3 miliar atau
41% dari penduduk dunia. Setiap kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan
mengakibatkan 1,5 sampai dengan 2,7 juta kematian, terutama di Afrika Sub-Sahara.
Wilayah di dunia yang kini sudah bebas dari malaria adalah Eropa, Amerika Utara,
sebagian besar Timur Tengah, sebagian besar Karabia, sebagian besar Amerika
Selatan, Australia dan Cina. WHO mencatat setiap tahun tidak kurang 1 hingga 2 juta
penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles.(19) Di
Indonesia, malaria masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Rata-rata
kasus malaria diperkirakan sebesar 15 juta kasus klinis pertahun. Penduduk yang
terancam malaria adalah penduduk yang umumnya tinggal di daerah endemik malaria.
Diperkirakan sebesar 85,1 juta dengan tingkat endemisitas dari rendah, sedang, dan
tinggi.(8) Perkembangan penyakit malaria beberapa tahun terakhir cenderung
mengalami peningkatan di semua wilayah. Di Jawa-Bali ditandai dengan meningkatnya
kasus insiden malaria dengan indikator API (Annual Parasite Incidence) sebesar 0,12
per 1000 penduduk pada tahun 1997, meningkat menjadi 0,62 per 1000 penduduk pada
tahun 2001. Begitu juga dengan situasi yang terjadi di luar Jawa-Bali, dimana insiden
malaria berdasarkan gejala klinis tanpa konfirmasi laboratorium cederung meningkat,
yakni 16,1 per 1000 penduduk pada tahun 1997 menjadi 26,2 per 1000 penduduk pada
tahun 2001.(17) Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global.
Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena sering
menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta dapat
mengakibatkan kematian. Penyakit ini dapat bersifat akut, laten atau kronis. Insiden
Malaria pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah 1,9 persen menurun dibanding
tahun 2007 (2,9%), Prevalensi malaria tahun 2013 adalah 6,0 persen. Lima provinsi
dengan insiden dan prevalensi tertinggi adalah Papua (9,8% dan 28,6%), Nusa
Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi Tengah
(5,1% dan 12,5%), dan Maluku (3,8% dan 10,7%), sedangkan Jawa Tengah (1,5% dan
5,1%).(4) Penyakit malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di
Provinsi Jawa Tengah. Angka kesakitan malaria API merupakan indikator untuk
memantau perkembangan penyakit malaria. Jumlah kasus tahun 2012 sebanyak 2.420
kasus dan angka kesakitan malaria sebesar 0,08‰ sedangkan angka kematian/ Case
Fatality Rate (CFR) Malaria tahun 2012 sebesar 0,01%.
Kasus malaria lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki dan lebih banyak pada orang
dewasa (15-54) dibandingkan usia anak-anak (1-4 tahun), hal ini disebabkan karena
jenis kelamin laki-laki dan orang dewasa tingkat mobilitasnya tinggi serta sering
begadang dan keluar malam sehingga sering kontak dengan nyamuk anhopeles.
Berdasarkan penelitian Ikhtiyaruddin (2009) kasus malaria terbanyak pada golongan
umur 15-54 tahun yaitu 90,3% sedangkan pada umur 0-11 bulan dan 1-4 tahun tidak
terdapat kasus malaria.
Gambar 1
Gambar 2
Distribusi Kasus Malaria Berdasarkan Golongan umur Di Dinas Kesehatan
Kabupaten Indragiri Hulu
Diketahui bahwa Angka kejadian malaria dari tahun 2009-2010 paling tinggi pada
jenis kelamin laki-laki. Pada tahun 2009 jenis kelamin laki-laki 991 kasus (63,1%)
dan tahun 2010 sebanyak 1742 kasus (55,3%) . Kemudian berdasarkan umur, kasus
malaria paling tinggi pada golongan umur 15-54 tahun yaitu 2683 kasus dan pada
golongan umur 0-11 tidak ditemukan kasus malaria, (Lihat Gambar 1 dan 2).
Gambar 3
Pada tahun 2009 angka kejadian malaria paling tinggi di Puskesmas Kuala Cenaku
yaitu 29‰ dan kasus malaria paling rendah di Puskesmas Kambesko yaitu 0,3‰
sedangkan pada tahun 2010 paling tinggi kasus malaria dipuskesmas Kulim Jaya
yaitu 48,6‰ dan paling rendah di Puskesmas Lirik yaitu 0,7‰, (Lihat Gambar 3 dan
4).
Gambar 5
Patogenesis
Malaria pada manusia disebabkan oleh empat species Plasmodium yaitu: Plasmodium
vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Jenis
malaria yang disebabkan oleh empat Plasmodium tersebut menimbulkan malaria yang
berbeda pola demam maupun gejala klinik yang ditimbulkan. Plasmodium vivax
menyebabkan malaria vivax disebut juga malaria tertian benigna (jinak), Plasmodium
falciparum menimbulkan malaria falciparum atau malaria tertian maligna (ganas), selain
itu juga menimbulkan malaria perciosa dan blackwater fever, Plasmodium malariae
manimbulkan malaria malariae, dan Plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale. (10)
Infeksi pada manusia dimulai saat nyamuk betina menggigit manusia. Sporozoit yang
terinokulasi segera terbawa aliran darah; sampai di hati, masuk sel dan memulai fase
asexual sporogony. Dalam proses ini, satu protozoit akan memproduksi sejumlah 10.000-
30.000 merozoit. Sel hati akan pecah, mengeluarkan metozoit ke aliran darah. Pada saat
ini mulai timbul gejala klinis. Pada infeksi P.vivax dan P.ovale sebagian parasit tetap
tinggal dormant, menjadi hipnozoit, yang bertanggung jawab atas timbulnya
kekambuhan. Setelah masuk eritrosit, parasit tumbuh mengkonsumsi dan mendegradasi
protein intraseluler, terutama hemoglobin. Heme mengalami polimerisasi menjadi bahan
hemozoin (malaria pigmen). Parasit juga menyebabkan perubahan membran eritrosit:
timbulnya perubahan pada membrane transport, mengekspose cyptic surface antigen,
dan insersi protein derived parasit. Bentuk eritrosit menjadi irregular, lebih bersifat
antigenik dan kehilangan kemampuan berubah bentuk.
Gejala Klinis
Perjalanan penyakit malaria terdiri atas serangan demam yang disertai oleh gejala lain
dan diselingi oleh periode bebas penyakit. Ciri khas demam malaria adalah
periodisitasnya, masa tunas terdiri dari intrinsik dan ekstrinsik sebagai berikut:
a. Masa tunas intrinsik Pada malaria adalah waktu antara sporozoit masuk dalam badan
hospes sampai timbulnya gejala demam, biasanya berlangsung antara 8-37 hari,
tergantung pada spesies parasit (terpendek untuk p. falciparum dan terpanjang untuk
p.malariae), pada beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat
resistensi hospes. Masa Pre-paten, Berlangsung sejak saat infeksi sampai ditemukan
parasit malaria dalam darah untuk pertama kali, karena jumlah parasit telah melewati
ambang mikroskopik (microscopic treshold).
b. Masa tunas ekstrinsik Parasit malaria yang ditularkan melalui nyamuk kepada manusia
adalah 12 hari untuk Plasmodium falciparum, 13-17 hari untuk Plasmodium ovale dan
vivax, dan 28-30 hari untuk Plasmodium malariae (malaria kuartana). Demam ada infeksi
malaria, demam secara periodik berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon
matang dan keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah (sporulasi). Pada malaria
vivax dan ovale (tersiana) skizon setiap brood (kelompok) menjadi matang setiap 48 jam
sehingga periode demamnya bersifat tersiana, pada malaria kuartana yang disebabkan
oleh Plasmodium malariae, hal ini terjadi dalam 72 jam sehingga demamnya bersifat
kuartan. Masa tunas intrinsik berakhir dengan timbulnya serangan pertama (first attack).
Tiap serangan terdiri atas beberapa serangan demam yang timbulnya secara periodik,
bersamaan dengan sporulasi (sinkron). Timbulnya demam juga tergantung pada jumlah
parasit (cryogenic level, fever treshold). Berat infeksi pada seseorang ditentukan dengan
hitung parasit (parasite count) pada sediaan darah. Demam biasanya bersifat intermitten
(febris intermitten), dapat juga remitten (febris remitens) atau terus menerus (febris
continua).
a. Plasmodium falciparum
Plasmodium falsiparum merupakan jenis yang paling berbahaya karena siklus
perkembangan yang cepat merusak sel darah merah dan dapat menyumbat aliran
darah sehingga dapat mengakibatkan anemia dan cerebral. Malaria ini dapat
berkembang dengan baik di daerah tropis dan sub tropis, dan mendominasi di
beberapa negara seperti Afrika dan Indonesia.
b. Plasmodium vivax
Plasmodium ini tersebar di daerah tropis dan sub-tropis seluruh dunia. Hidup pada sel
darah merah, siklus seksual terjadi pada 48 jam. Menyebabkan penyakit tertian yang
ringan dimana demam terjadi setiap tiga hari. Parasit ini bisa dorman di hati manusia
“hipnozoid” dan dapat kambuh setelah beberapa bulan bahkan tahun.
c. Plasmodium ovale
Plasmodium ovale banyak ditemukan di Afrika terutama Afrika Barat dan pulau-pulau
di Pasifik Barat, morfologi mirip Plasmodium vivax. Menyebabkan malaria ovale atau
malaria tertiana benigna ovale, dapat dorman dihati manusia.
d. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana. Siklus di sel darah merah
terjadi selama 72 jam dan menimbulkan demam setiap empat hari. e. Plasmodium
knowlesi Parasit ini merupakan kasus baru yang hanya ditemukan di Asia Tenggara,
penularannya melalui monyet (monyet berekor panjang, monyet berekor coil) dan
babi yang terinfeksi. Siklus perkembangannya sangat cepat bereplikasi 24 jam dan
dapat menjadi sangat parah. P. knowlesi dapat menyerupai baik Plasmodium
falciparum atau Plasmodium malariae. Seorang penderita dapat dihinggapi lebih dari
satu jenis plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection).
Infeksi campuran Plasmodium falciparum dengan vivax atau malariae merupakan
infeksi yang paling sering terjadi.
2.6 Faktor Resiko Malaria
a. Manusia .
1). Umur. Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria. Anak yang bergizi baik
justru lebih sering mendapat kejang dan malaria selebral dibandingkan dengan anak
yang bergizi buruk. Akan tetapi anak yang bergizi baik dapat mengatasi malaria berat
dengan lebih cepat dibandingkan anak bergizi buruk.
2). Jenis kelamin. Perempuan mempunyai respon yang kuat dibandingkan laki-laki
tetapi apabila menginfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang
lebih berat.
3). Imunitas. Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya terbentuk
imunitas dalam tubuhnya terhadap malaria demikian juga yang tinggal di daerah endemis
biasanya mempunyai imunitas alami terhadap penyakit malaria.
4). Ras. Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan
alamiah terhadap malaria, misalnya sickle cell anemia dan ovalositas.
5). Status gizi Masyarakat yang gizinya kurang baik dan tinggal di daerah endemis
malaria lebih rentan terhadap infeksi malaria
b. Nyamuk
b). Tempat menggigit - Eksofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di luar rumah. -
Endofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di dalam rumah.
c). Obyek yang digigit - Antrofofilik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit manusia. -
Zoofilik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit hewan.
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa
inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa
inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi
ekstrinsik35. Pada suhu 26,7o C masa inkubasi ekstrinsik pada spesies Plasmodium
berbeda-beda yaitu P.falciparumI 10 samapi 12 hari, P.vivax 8 samapi 11 hari,
P.malariae 14 hari P.ovale 15 hari40. Menurut Chwatt (1980), suhu udara yang optimum
bagi kehidupan nyamuk berkisar antara 25-30o C 32. Menurut penelitian Barodji (1987)
bahwa proporsi tergigit nyamuk Anopheles menggigit adalah untuk di luar rumah 23-24o
C dan di dalam rumah 25-26o C sebagai suhu optimal.
3). Ketinggian
Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini
berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 m jarang ada
transmisi malaria. Ketinggian paling tinggi masih memungkinkan transmisi malaria ialah
2500 m di atas permukaan laut.
4). Angin
Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat
terbangnya nyamuk ke dalam atau keluar rumah, adalah salah satu faktor yang ikut
menentukan jumlah kontak antara manusia dengan nyamuk. Jarak terbang nyamuk (flight
range) dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah angin. Jarak
terbang nyamuk Anopheles adalah terbatas biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat
perindukannya. Bila ada angin yang kuat nyamuk Anopheles bisa terbawa sampai 30 km.
5). Hujan
Hujan berhubungan dengan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar
kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya hujan, jumlah hari hujan jenis
vektor dan jenis tempat perkembangbiakan (breeding place). Hujan yang diselingi panas
akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles.
An. barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis / mengalir lambat, sedangkan
An. minimus menyukai aliran air yang deras dan An. letifer menyukai air tergenang. An.
maculatus berkembang biak pada genangan air di pinggir sungai dengan aliran lambat
atau berhenti.
d. Plasmodium ovale, jarang dijumpai terbanyak ditemukan di Afrika dan Pasifik Barat
1. Malaria serebral
Malaria selebral terjadi ketika sel darah yang dipenuhi parasit memblokir pembuluh darah
kecil ke otak.
Kondisi ini dapat menyebabkan pembengkakan otak atau kerusakan otak. Malaria
serebral dapat menyebabkan penderitanya kejang dan koma.
2. Masalah pernapasan
Akumulasi cairan di paru-paru Anda (edema paru) dapat membuat pasien sulit bernapas.
3. Kegagalan organ
Malaria dapat merusak ginjal atau hati atau menyebabkan limpa pecah.
4. Anemia
Malaria dapat mengakibatkan tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah untuk suplai
oksigen yang cukup ke jaringan tubuh (anemia).
Bentuk malaria yang parah dapat menyebabkan gula darah rendah atau hipoglikemia.
Gula darah yang sangat rendah dapat menyebabkan koma atau kematian.
Pencegahan
Pengobatan
Apabila kita hendak berkunjung ke daerah endemi penyakit ini seperti di Maluku,
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Papua, Papua Barat, serta di sebagian wilayah
Kalimantan dan Sumatra dianjurkan untuk mengonsumsi obat pencegah malaria.
Obat tersebut harus diminum selama 4 hingga 8 minggu. Diminum seminggu
sebelum pergi ke daerah tersebut sampai 4 minggu setelah pulang. Obat diminum
setiap hari dan pada jam yang sama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh
parasit Plasomodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit tersebut. Gigitan nyamuk
membuat parasit masuk, mengendap di organ hati, dan menginfeksi sel drah
merah. Selain melalui gigitan nyamuk, terdapat beberapa kondisi yang
menyebabkan malaria dapat menyebar menjangkit manusia seperti melalui
donor organ, transfusi darah, berbagi pemakaian jarum suntik, dan janin yang
terinfeksi dari ibunya. Di Indonesia, penyakit ini tergolong endemi karena
terdapat beberapa daerah yang masih banyak menderita malaria.
B. Saran
Adapun Saran untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu adalah agar
Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu menganggarkan dana yang lebih
memadai untuk meningkatkan surveilans malaria, petugas mengaplikasikan
ilmu yang telah didapatkan selama pelatihan sehingga pelatihan yang telah
diadakan tidak sia-sia dan petugas pun mampu melaksanakan surveilans
malaria dengan baik, melakukan manajemen pengarsipan data sehingga data
yang masuk dari puskesmas tidak hilang, memberikan penghargaan (Reward)
bagi petugas puskesmas yang disiplin dalam melaksanakan kegiatan malaria
terutama surveilans malaria dan memberikan sanksi bagi petugas puskesmas
yang tidak disiplin dalam melaksanakan kegiatan surveilens malaria, sebaiknya
diagnosis malaria tidak hanya berdasarkan klinis saja tetapi harus didukung
dengan pemeriksaan laboratorium dan harus dilakukan cross check ulang
terhadap pemeriksaan sediaan darah agar diketahui eror ratenya, menjalin
kerjasama lintas sektoral termasuk dengan pihak swasta melalui
pertemuanpertemuan berkala atau supervisi dalam penanggulangan penyakit
malaria, laporan malaria yang dibuat harus konsisten dan tidak hanya diolah
saja tetapi harus dianalisis mulai dari tingkat puskesmas yaitu analisis
sederhana kemudian Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu menganalisis
lebih detail lagi data malaria tersebut. Dan Saran untuk kit semua adalah kita
harus semaksimal mungkin menjaga Kesehatan kita agar terhindar dari
penyakit malaria dengan cara menerapkan PHBS.
DAFTAR PUSTAKA
https://health.grid.id/read/352752082/5-komplikasi-malaria-penyakit-infeksi-yang-
bisa-sebabkan-koma-dan-kematian?page=all
https://core.ac.uk/download/pdf/11717456.pdf
http://eprints.undip.ac.id/59224/3/bab_2.pdf
https://rs-soewandhi.surabaya.go.id/penyebab-gejala-dan-pengobatan-malaria/
acahya,+Journal+manager,
+5.+Pelaksanaan+Sistem+Surveilans+dan+Gambaran+Epidemiologi+Malaria+di+Di
nas+Kesehatan+Kabupaten+Indragiri+Hulu+Tahun+2008-2 (1).pdf
https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-malaria-serebral-yang-bisa-menyebabkan-
kematian
http://eprints.undip.ac.id/42538/2/JAMES_BAB_II_BARU.pdf