Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Malaria saat ini merupakan penyakit yang tidak asing lagi didengar oleh
siapapun di dunia ini terutama di daerah. Karena malaria merupakan penyakit
yang sangat berbahaya. Walaupun sangat berbahaya , tetapi sebagian besar
masyarakat masih acuh dan tidak mau tahu dengan penyakit ini. Contoh kecil
saja kita lihat disekitar masih banyak orang – orang membuang sampah
sembarangan . Hal ini bisa membahayakan semua orang bukan hanya diri kita
tetapi semua orang yang ada disekitaran tempat kita membuang sampah
tersebut karena dapat menjadikan sarang berkembang biaknya nyamuk
Anopheles yang merupakan nyamuk penyebab vektor malaria.

Pada tahun 1950, penyakit malaria mewabah di Indonesia dan merenggut


banyak korban jiwa. Situasi tersebut membuat pemerintah kemudian mengambil
tindakan pencegahan dan beragam upaya untuk membasmi penyakit
malaria. Dimulai dengan pembentukan Dinas Pembasmian Malaria hingga
penyemprotan massal insektisida Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT) ke
seluruh rumah di wilayah Jawa, Bali, dan Lampung. Pada tanggal 12 November
1959, Presiden Soekarno juga ikut berpartisipasi melakukan penyemrotan
secara simbolis di Desa Kalasan, Yogyakarta dan mengadakan kegiatan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Pembasmian malaria perlahan
mulai berhasil dicegah setelah lima tahun menjalankan berbagai upaya
tersebut. Dari situlah, 12 November ditetapkan menjadi peringatan Hari
Kesehatan Nasional karena disebut sebagai titik awal dimana seluruh negara
komponen saling gotong royong untuk pembangunan kesehatan. Sahabat sehat,
yuk kita mengenal penyakit malaria dari pengertian hingga cara pengobatannya
agar dapat mencegah penyakit tersebut sedini mungkin.
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh
parasit Plassomodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit tersebut. Gigitan nyamuk
membuat parasit masuk, mengendap di organ hati, dan menginfeksi sel darah
merah. Selain melalui gigitan nyamuk, terdapat beberapa kondisi yang
menyebabkan malaria dapat menular ke manusia seperti melalui organ donor,
1
transfusi darah, berbagi pemakaian jarum suntik, dan janin yang terinfeksi dari
ibu. Di Indonesia, penyakit ini tergolong endemi karena terdapat beberapa
daerah yang masih banyak mengidap penyakit malaria terutama di wilayah
Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Papua, Papua Barat, serta di sebagian
wilayah Kalimantan dan Sumatera.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari uraian diatas adalah :


a. Dimana Endemisitas Malaria ?
b. Apa strategi global untuk membasmi malaria ?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


a. Untuk mengetahui daerah apa saja enemisitas malaria
b. Untuk mengetahui strategi global untuk membasmi malaia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengantar Malaria
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di
seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60° Lintang
Utara dan 40° Lintang Selatan (Yatim, 2007). Malaria hampir ditemukan di seluruh
bagian dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan sub tropis dan
penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,5 milyar orang atau
41% dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun kasusnya berjumlah 300-500 juta
kasus dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara
benua Afrika (Prabowo, 2007).
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh
nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki
ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang
dewasa.
Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, dan sudah
dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Ada 5 jenis plasmodium yang menyebabkan
penyakit malaria pada manusia yaitu Plasmodium falciparum (P. falciparum),
Plasmodium vivax (P. vivax), Plasmodium malariae (P. malariae), Plasmodium
ovale (P. ovale) dan Plasmodium knowlesi (P. knowlesi). Plasmodium falciparum
adalah yang terpenting karena penyebarannya luas, penyebab infeksi yang berat,
angka kesakitan tinggi serta bersifat ganas, hingga sering menyebabkan malaria
berat dan menimbulkan lebih dari 2 juta kematian tiap tahun diseluruh
dunia.5,6,7,8 Infeksi P. falciparum pada manusia akibat gigitan nyamuk Anopheles
betina akan memasukkan sporozoit yang terdapat pada air liurnya kedalam darah,
kemudian di sel hati akan terjadi skizogoni. Skizon hati yang matang akan pecah
dan selanjutnya merozoit akan menginvasi sel eritrosit dan terjadi skizogoni intra
eritrosit, yang menyebabkan eritrosit mengalami perubahan seperti pembentukan
knob (tonjolan), sitoadherens (perlekatan antara eritrosit parasit) , sekuestrasi
(eritrosit parasit yang tinggal dalam jaringan mikrovaskuler) dan rosseting
(berkelompok).

3
Gejala malaria mulai muncul setidaknya dalam waktu 10 hingga 15 hari setelah
tergigit nyamuk Anopheles misalnya terpapar. Berikut beberapa gejala malaria:
Demam, Menggigil, Sakit kepala, Berkeringat banyak, Lemas, Pegal linu,Gejala
anemia atau kurang darah, Mual atau muntah.
Penanganannya dimulai dengan diagnosis malaria melalui pemeriksaan fisik
dan tes diagnostik cepat (RDT – Rapid Diagnostic Test ). RDT ini dilakukan untuk
mendeteksi keberadaan dan jenis parasit yang ada di tubuh sehingga
menyebabkan malaria. Hasil dari RDT ini juga sangat penting untuk menentukan
jenis pengobatan anti malaria yang akan diberikan kepada penderita. Selain RDT,
terdapat pula pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini
terdiri dari dua jenis yaitu pemeriksaan tetes tipis penghapusan darah dan
pemeriksaan tetes tebal penghapusan darah.

B. Endemisitas Malaria

Afrika merupakan episentrum penyakit menular malaria. Jumlah kasus yang


tercatat hingga menyentuh 215 juta kasus pada 2019 lalu. Angka tersebut setara
dengan 93,8% dari total kasus malaria global. Meski demikian, tingkat penularan
di Afrika telah menurun jika dibandingkan pada 2000.

Sementara itu, sebanyak sembilan negara Asia menyumbang kasus malaria


yang terjadi secara endemik. Kontribusinya seberar 6,3 juta atau 2,7% kasus
malaria global. Indonesia berada di posisi dua dengan jumlah kasus terbanyak,
tepat di bawah India.

Kawasan Mediterania Timur masih mencatat 5,2 juta kasus malaria pada
2019. Pasifik Barat dan Amerika mengikuti dengan 1,74 juta kasus dan 889 ribu
kasus.

Indonesia memegang peringkat negara kedua tertinggi (setelah India) di Asia


Tenggara untuk jumlah kasus malaria tertinggi, berdasarkan laporan World Health
Organization (WHO) dalam World Malaria Report 2020. Meski sempat mengalami
penurunan pada rentang 2010-2014, namun tren kasus malaria di Indonesia
cenderung stagnan dari tahun 2014-2019. Tren kasus positif malaria dan jumlah

4
penderita malaria (Annual Parasite Incidence/API) menunjukkan konsentrasi
kabupaten atau kota endemis tinggi malaria di wilayah Indonesia Timur.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, sekitar 86% kasus malaria terjadi
di Provinsi Papua dengan jumlah 216.380 kasus di tahun 2019. Lalu, disusul
dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 12.909 kasus dan Provinsi
Papua Barat sebanyak 7.079 kasus. Meski demikian, masih terdapat wilayah
endemis tinggi di Indonesia bagian tengah, tepatnya di Kabupaten Penajaman
Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.
Sementara itu, terdapat sekitar 300 kabupaten dan kota (58%) yang telah
memasuki kategori eliminasi, atau sekitar 208,1 juta penduduk (77,7%) tinggal di
daerah bebas malaria. Beberapa provinsi di Indonesia 100% wilayahnya berhasil
masuk ke dalam kategori eliminasi adalah Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa
Timur, dan Provinsi Bali. Untuk endemisitas kategori rendah (API kurang dari 1
per 1.000), tercatat ada 160 kabupaten dan kota (31%) yang masuk ke dalam
kategori ini, dengan total penduduk yang tinggal dalam endemis rendah ini sekitar
52,4 juta penduduk (19,6%). Lalu, sekitar 31 kabupaten dan kota (6%) dengan 4,4
juta penduduk Indonesia (1,7%) masuk ke dalam kategori wilayah endemis
sedang (API 1-5 per 1.000).
Sedangkan untuk wilayah endemis tinggi (API lebih dari 5 per 1.000), masih
terdapat 23 kabupaten dan kota (4%) yang masuk kategori ini dengan 2,9 juta
penduduk (1,1%) yang tinggal di wilayah ini. Berikut rincian tingkat endemisitas
malaria di Indonesia pada tahun 2019. 1. Jawa Tengah; 33 daerah bebas malaria,
2 endemis rendah 2. Aceh; 21 daerah bebas malaria , 2 endemis rendah 3.
Sumatera Barat; 17 daerah bebas malaria, 1 endemis rendah 4. Kepulauan
Bangka Belitung; ada 6 daerah bebas malaria, 1 endemis rendah 5. Jawa Barat;
ada 23 daerah eliminasi, 4 endemisrendah 6. Riau; 10 daerah bebas malaria, 2
endemis rendah 7. Sulawesi Selatan; 20 daerah bebas malaria, 4 endemis rendah
8. Sulawesi Barat; ada 5 daerah bebas malaria, 1 endemis rendah 9. Yogyakarta;
ada 4 daerah bebas malaria, 1 endemis rendah 10. Banten; 6 daerah bebas
malaria, 2 endemis rendah 11. Lampung; ada 11 daerah bebas malaria, 3
endemis rendah, 1 daerah endemis sedang 12. Kalimantan Tengah; 10 daerah
bebas malaria, 4 endemis rendah 13. Jambi; 7 daerah bebas malaria, 4 endemis
rendah 14. Sumatera Utara; 21 daerah bebas malaria, 11 endemis rendah, 1
endemis sedang 15. Kalimantan Selatan; 7 daerah bebas malaria, 6 endemis
5
rendah 16. Sulawesi Tenggara; 9 bebas malaria, 7 endemis rendah, 1 endemis
sedang 17. Sumatera Selatan; 8 daerah bebas malaria, 9 endemis rendah 18.
Kepulauan Riau; 3 daerah bebas malaria, 3 endemis rendah, 1 endemis sedang
19. Sulawesi Utara; 6 daerah bebas malaria, 9endemis rendah 20. Sulawesi
Tengah; 5 daerah bebas malaria, 8 endemis rendah 21. Gorontalo; 2 daerah
bebas malaria, 4 endemis rendah 22. Bengkulu; ada 3 daerah bebas malaria, 7
endemis rendah 23. Nusa Tenggara Barat; 3 daerah bebas malaria, 7 endemis
rendah 24. Kalimantan Barat; 3 daerah eliminasi, 11 endemis rendah 25.
Kalimantan Timur; ada 3 daerah eliminasi, 5 endemis rendah, 1 endemis sedang,
1 endemis tinggi 26. Kalimantan Utara; 1 daerah eliminasi, 4 endemis rendah 27.
Maluku Utara; 8 endemis rendah, 2 endemis sedang 28. Maluku; 8 endemis
rendah, 3 endemis sedang 29. Nusa Tenggara Timur; 15 endemis rendah, 4
endemis sedang, 3 endemis tinggi 30. Papua Barat; ada 3 daerah endemis
rendah, 6 endemis sedang, 4 endemis tinggi 31. Papua; ada 4 endemis rendah,
10 endemis sedang, dan 15 endemis tinggi
Mengapa Malaria Terkonsentrasi di Indonesia Timur? Faktor cuaca menjadi
salah satu penyebab utama merebaknya malaria di wilayah timur, seperti di
Mimika, Papua. Cuaca di Mimika sulit diprediksi, bahkan oleh Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di wilayah tersebut. Meski musim hujan
diperkirakan berlangsung beberapa bulan, terkadang panas menyengat bisa
menyelimuti Mimika. Hal ini membuat tubuh masyarakat lebih rentan terkena
malaria.
Dampak Malaria bagi Global

Dampak penyakit malaria dikategorikan dalam tiga dimensi, yaitu: kesehatan,


sosial, dan ekonomi. Dimensi kesehatan biasanya digambarkan dalam jumlah
tahun hidup yang hilang akibat kematian dini, serta angka kesakitan yang
disebabkan oleh penyakit tersebut. Dimensi sosial berfokus pada strategi
penanggulangan penyakit dan juga hambatan dalam partisipasi sosial. Dimensi
ekonomi biasanya berupaya untuk menangkap dan menyajikan dampak dari dua
dimensi (kesehatan dan sosial) ke dalam istilah moneter. Secara garis besar,
dimensi ekonomi dari beban penyakit berfokus pada tiga jenis dampak utama,
yaitu: dampak langsung, tidak langsung, dan tidak berwujud. Dampak-dampak

6
ini dirasakan baik pada tingkat makro (nasional dan komunitas) maupun mikro
(rumah tangga dan individu).

Biaya langsung penyakit malaria adalah biaya yang dikeluarkan oleh


pemerintah, donor, masyarakat, rumah tangga dan/atau individu sehubungan
dengan penyediaan atau pencarian pengobatan malaria atau tindakan
pencegahan terhadap malaria. Kerugian tidak langsung akibat penyakit malaria
mengacu pada hilangnya produktivitas akibat penyakit atau kematian
dini. Ketidakhadiran, kelemahan dan kematian akibat penyakit malaria
mempunyai dampak negatif terhadap kuantitas dan kualitas
pekerjaan/produksi. Waktu yang hilang untuk merawat orang sakit meningkatkan
dampak tidak langsung dari penyakit malaria. Biaya tidak berwujud terutama
mengacu pada kecemasan, rasa sakit dan penderitaan akibat penyakit.

C. Strategi Global

Malaria adalah penyakit yang sulit dikendalikan karena sifat vektor dan
parasit yang sangat mudah beradaptasi. Meskipun alat-alat yang efektif telah dan
akan terus dikembangkan untuk memerangi malaria, seiring berjalannya waktu
parasit dan nyamuk akan berevolusi sehingga dapat menghindari alat-alat
tersebut jika digunakan secara terpisah atau digunakan secara tidak efektif. Untuk
mencapai pengendalian malaria yang berkelanjutan, para profesional kesehatan
memerlukan kombinasi pendekatan dan alat baru, dan penelitian akan
memainkan peran penting dalam pengembangan strategi generasi berikutnya.

Populasi Khusus

Malaria mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan bayi, anak


kecil, dan wanita hamil di seluruh dunia. Lebih dari 800.000 anak di bawah usia
lima tahun di Afrika meninggal karena malaria setiap tahunnya. Malaria juga
berkontribusi terhadap malnutrisi pada anak, yang secara tidak langsung
menyebabkan kematian separuh dari seluruh anak di bawah usia lima tahun di
seluruh dunia. Lima puluh juta wanita hamil di seluruh dunia terkena malaria
setiap tahunnya. Di daerah endemis malaria, seperempat dari seluruh kasus
anemia berat pada ibu dan 20 persen bayi dengan berat badan lahir rendah

7
berhubungan dengan malaria. Para ilmuwan berupaya untuk lebih memahami
bagaimana malaria secara unik mempengaruhi anak-anak dan wanita hamil dan
untuk mengembangkan alat penelitian, metode, dan produk baru yang sesuai
untuk populasi tersebut.

Pengembangan Vaksin

Pengembangan vaksin yang aman dan efektif melawan malaria akan


sangat penting dalam upaya pengendalian, pencegahan, dan pemberantasan
malaria. Saat ini, tidak ada vaksin berlisensi untuk melawan malaria (atau
penyakit parasit apa pun yang menyerang manusia). Kompleksitas
parasit Plasmodium dan kurangnya pemahaman tentang proses penting,
seperti perlindungan kekebalan tubuh dan patogenesis penyakit, telah
menghambat upaya pengembangan vaksin.

NIAID mendukung program penelitian yang luas untuk mendorong


pengembangan vaksin. Beberapa kandidat vaksin yang menargetkan
berbagai tahapan siklus hidup parasit malaria sedang dikembangkan. Selain
itu, NIAID sedang menjajaki strategi vaksin baru, seperti vaksin penghambat
penularan, yang bekerja dengan menghalangi penularan parasit malaria ke
vektor nyamuk.

Pengembangan Obat

Obat-obatan antimalaria, yang dikombinasikan dengan program


pengendalian nyamuk, secara historis memainkan peran penting dalam
mengendalikan malaria di daerah endemis, sehingga menghasilkan
pengurangan yang signifikan dalam jangkauan geografis penyakit malaria di
seluruh dunia. Namun, selama bertahun-tahun, kemunculan dan penyebaran
parasit yang resistan terhadap obat telah berkontribusi pada munculnya
kembali penyakit malaria, sehingga menghambat upaya
pengendalian. Kebutuhan akan obat malaria baru yang efektif telah menjadi
prioritas penting dalam agenda penelitian malaria global.

8
Para peneliti yang didukung NIAID berupaya memahami biologi
molekuler parasit Plasmodium dan bagaimana parasit tersebut berinteraksi
dengan manusia pada setiap tahap siklus tersebut. Dengan menggunakan
informasi tersebut, para ilmuwan berharap dapat mengembangkan obat baru
yang memblokir berbagai proses molekuler yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup parasit dan mengidentifikasi mekanisme munculnya
resistensi obat.

Diagnostik

Diagnostik yang baru dan lebih baik sangat penting untuk


pengendalian malaria yang efektif. Saat ini, teknik yang paling dapat
diandalkan untuk mendiagnosis malaria, seperti yang terjadi pada abad lalu,
adalah teknik yang padat karya, mengandalkan teknisi yang sangat terlatih
menggunakan mikroskop untuk menganalisis noda darah. Analisis
mikroskopis seperti itu memakan waktu, kualitasnya bervariasi, sulit
digunakan di lingkungan lapangan yang miskin sumber daya, dan tidak dapat
mendeteksi resistensi obat. Oleh karena itu, NIAID mendukung penelitian
untuk mengembangkan tes yang mudah digunakan untuk mendiagnosis
parasit malaria yang menyebabkan infeksi dan mengidentifikasi profil
resistensi obatnya.

Pendekatan Manajemen Vektor

Alat pengelolaan vektor seperti insektisida, modifikasi lingkungan, dan


kelambu telah memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan upaya
pengendalian malaria secara historis, namun mengalami kemunduran dalam
beberapa tahun terakhir karena faktor-faktor seperti munculnya resistensi
insektisida pada nyamuk. NIAID mendukung penelitian mengenai strategi
pengelolaan vektor baru untuk mencegah penularan parasit (dari manusia ke
nyamuk dan dari nyamuk ke manusia) dan mengurangi populasi nyamuk.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp yang hidup dan berkembang biak dalam sel
darah merah manusia (Siahaan, 2008). Malaria dapat berlangsung akut
maupun kronik, Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian
dilakukan melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara
lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, serta surveilans dan
pengendalian vektor dalam hal pendidikan masyarakat dan pengertian
tentang kesehatan lingkungan, yang kesemuanya ditujukan untuk memutus
mata rantai penularan malaria.

B. Saran

Adapun beberapa saran yang dapat penulid berikan diantaranya :


1. Untuk mencegah penyakit Malaria diperlukan peran serta seluruh
masyarakat , pemerintah dan sektor – sektor terkait supaya bisa
terlaksana dengan baik dan berkesinambungan.
2. Pencegahan penyakit Malaria dapat dimulai dari kita sendiri dengan cara
menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita, 3 M, menghindari gigitan
nyamuk dan jangan bepergiaan ke daerah yang endemis penyakit malaria.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://rs-soewandhi.surabaya.go.id/penyebab-gejala-dan-pengobatan-malaria/

https://eprints.ums.ac.id/27525/2/BAB_I.pdf

https://www.academia.edu/9296962/makalah_tentang_penyakit_malaria

https://p2pm.kemkes.go.id/publikasi/artikel/mengenal-malaria-penyakit-
mematikan-dunia

https://p2pm.kemkes.go.id/publikasi/artikel/wilayah-wilayah-endemis-malaria-
tinggi-di-indonesia

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/04/26/afrika-episentrum-
penyakit-endemik-malaria

https://www.cdc.gov/malaria/malaria_worldwide/impact.html

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3402997/

11

Anda mungkin juga menyukai