PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria saat ini merupakan penyakit yang tidak asing lagi didengar oleh
siapapun di dunia ini terutama di daerah. Karena malaria merupakan penyakit
yang sangat berbahaya. Walaupun sangat berbahaya , tetapi sebagian besar
masyarakat masih acuh dan tidak mau tahu dengan penyakit ini. Contoh kecil
saja kita lihat disekitar masih banyak orang – orang membuang sampah
sembarangan . Hal ini bisa membahayakan semua orang bukan hanya diri kita
tetapi semua orang yang ada disekitaran tempat kita membuang sampah
tersebut karena dapat menjadikan sarang berkembang biaknya nyamuk
Anopheles yang merupakan nyamuk penyebab vektor malaria.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengantar Malaria
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di
seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60° Lintang
Utara dan 40° Lintang Selatan (Yatim, 2007). Malaria hampir ditemukan di seluruh
bagian dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan sub tropis dan
penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,5 milyar orang atau
41% dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun kasusnya berjumlah 300-500 juta
kasus dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara
benua Afrika (Prabowo, 2007).
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh
nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki
ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang
dewasa.
Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, dan sudah
dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Ada 5 jenis plasmodium yang menyebabkan
penyakit malaria pada manusia yaitu Plasmodium falciparum (P. falciparum),
Plasmodium vivax (P. vivax), Plasmodium malariae (P. malariae), Plasmodium
ovale (P. ovale) dan Plasmodium knowlesi (P. knowlesi). Plasmodium falciparum
adalah yang terpenting karena penyebarannya luas, penyebab infeksi yang berat,
angka kesakitan tinggi serta bersifat ganas, hingga sering menyebabkan malaria
berat dan menimbulkan lebih dari 2 juta kematian tiap tahun diseluruh
dunia.5,6,7,8 Infeksi P. falciparum pada manusia akibat gigitan nyamuk Anopheles
betina akan memasukkan sporozoit yang terdapat pada air liurnya kedalam darah,
kemudian di sel hati akan terjadi skizogoni. Skizon hati yang matang akan pecah
dan selanjutnya merozoit akan menginvasi sel eritrosit dan terjadi skizogoni intra
eritrosit, yang menyebabkan eritrosit mengalami perubahan seperti pembentukan
knob (tonjolan), sitoadherens (perlekatan antara eritrosit parasit) , sekuestrasi
(eritrosit parasit yang tinggal dalam jaringan mikrovaskuler) dan rosseting
(berkelompok).
3
Gejala malaria mulai muncul setidaknya dalam waktu 10 hingga 15 hari setelah
tergigit nyamuk Anopheles misalnya terpapar. Berikut beberapa gejala malaria:
Demam, Menggigil, Sakit kepala, Berkeringat banyak, Lemas, Pegal linu,Gejala
anemia atau kurang darah, Mual atau muntah.
Penanganannya dimulai dengan diagnosis malaria melalui pemeriksaan fisik
dan tes diagnostik cepat (RDT – Rapid Diagnostic Test ). RDT ini dilakukan untuk
mendeteksi keberadaan dan jenis parasit yang ada di tubuh sehingga
menyebabkan malaria. Hasil dari RDT ini juga sangat penting untuk menentukan
jenis pengobatan anti malaria yang akan diberikan kepada penderita. Selain RDT,
terdapat pula pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini
terdiri dari dua jenis yaitu pemeriksaan tetes tipis penghapusan darah dan
pemeriksaan tetes tebal penghapusan darah.
B. Endemisitas Malaria
Kawasan Mediterania Timur masih mencatat 5,2 juta kasus malaria pada
2019. Pasifik Barat dan Amerika mengikuti dengan 1,74 juta kasus dan 889 ribu
kasus.
4
penderita malaria (Annual Parasite Incidence/API) menunjukkan konsentrasi
kabupaten atau kota endemis tinggi malaria di wilayah Indonesia Timur.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, sekitar 86% kasus malaria terjadi
di Provinsi Papua dengan jumlah 216.380 kasus di tahun 2019. Lalu, disusul
dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 12.909 kasus dan Provinsi
Papua Barat sebanyak 7.079 kasus. Meski demikian, masih terdapat wilayah
endemis tinggi di Indonesia bagian tengah, tepatnya di Kabupaten Penajaman
Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.
Sementara itu, terdapat sekitar 300 kabupaten dan kota (58%) yang telah
memasuki kategori eliminasi, atau sekitar 208,1 juta penduduk (77,7%) tinggal di
daerah bebas malaria. Beberapa provinsi di Indonesia 100% wilayahnya berhasil
masuk ke dalam kategori eliminasi adalah Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa
Timur, dan Provinsi Bali. Untuk endemisitas kategori rendah (API kurang dari 1
per 1.000), tercatat ada 160 kabupaten dan kota (31%) yang masuk ke dalam
kategori ini, dengan total penduduk yang tinggal dalam endemis rendah ini sekitar
52,4 juta penduduk (19,6%). Lalu, sekitar 31 kabupaten dan kota (6%) dengan 4,4
juta penduduk Indonesia (1,7%) masuk ke dalam kategori wilayah endemis
sedang (API 1-5 per 1.000).
Sedangkan untuk wilayah endemis tinggi (API lebih dari 5 per 1.000), masih
terdapat 23 kabupaten dan kota (4%) yang masuk kategori ini dengan 2,9 juta
penduduk (1,1%) yang tinggal di wilayah ini. Berikut rincian tingkat endemisitas
malaria di Indonesia pada tahun 2019. 1. Jawa Tengah; 33 daerah bebas malaria,
2 endemis rendah 2. Aceh; 21 daerah bebas malaria , 2 endemis rendah 3.
Sumatera Barat; 17 daerah bebas malaria, 1 endemis rendah 4. Kepulauan
Bangka Belitung; ada 6 daerah bebas malaria, 1 endemis rendah 5. Jawa Barat;
ada 23 daerah eliminasi, 4 endemisrendah 6. Riau; 10 daerah bebas malaria, 2
endemis rendah 7. Sulawesi Selatan; 20 daerah bebas malaria, 4 endemis rendah
8. Sulawesi Barat; ada 5 daerah bebas malaria, 1 endemis rendah 9. Yogyakarta;
ada 4 daerah bebas malaria, 1 endemis rendah 10. Banten; 6 daerah bebas
malaria, 2 endemis rendah 11. Lampung; ada 11 daerah bebas malaria, 3
endemis rendah, 1 daerah endemis sedang 12. Kalimantan Tengah; 10 daerah
bebas malaria, 4 endemis rendah 13. Jambi; 7 daerah bebas malaria, 4 endemis
rendah 14. Sumatera Utara; 21 daerah bebas malaria, 11 endemis rendah, 1
endemis sedang 15. Kalimantan Selatan; 7 daerah bebas malaria, 6 endemis
5
rendah 16. Sulawesi Tenggara; 9 bebas malaria, 7 endemis rendah, 1 endemis
sedang 17. Sumatera Selatan; 8 daerah bebas malaria, 9 endemis rendah 18.
Kepulauan Riau; 3 daerah bebas malaria, 3 endemis rendah, 1 endemis sedang
19. Sulawesi Utara; 6 daerah bebas malaria, 9endemis rendah 20. Sulawesi
Tengah; 5 daerah bebas malaria, 8 endemis rendah 21. Gorontalo; 2 daerah
bebas malaria, 4 endemis rendah 22. Bengkulu; ada 3 daerah bebas malaria, 7
endemis rendah 23. Nusa Tenggara Barat; 3 daerah bebas malaria, 7 endemis
rendah 24. Kalimantan Barat; 3 daerah eliminasi, 11 endemis rendah 25.
Kalimantan Timur; ada 3 daerah eliminasi, 5 endemis rendah, 1 endemis sedang,
1 endemis tinggi 26. Kalimantan Utara; 1 daerah eliminasi, 4 endemis rendah 27.
Maluku Utara; 8 endemis rendah, 2 endemis sedang 28. Maluku; 8 endemis
rendah, 3 endemis sedang 29. Nusa Tenggara Timur; 15 endemis rendah, 4
endemis sedang, 3 endemis tinggi 30. Papua Barat; ada 3 daerah endemis
rendah, 6 endemis sedang, 4 endemis tinggi 31. Papua; ada 4 endemis rendah,
10 endemis sedang, dan 15 endemis tinggi
Mengapa Malaria Terkonsentrasi di Indonesia Timur? Faktor cuaca menjadi
salah satu penyebab utama merebaknya malaria di wilayah timur, seperti di
Mimika, Papua. Cuaca di Mimika sulit diprediksi, bahkan oleh Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di wilayah tersebut. Meski musim hujan
diperkirakan berlangsung beberapa bulan, terkadang panas menyengat bisa
menyelimuti Mimika. Hal ini membuat tubuh masyarakat lebih rentan terkena
malaria.
Dampak Malaria bagi Global
6
ini dirasakan baik pada tingkat makro (nasional dan komunitas) maupun mikro
(rumah tangga dan individu).
C. Strategi Global
Malaria adalah penyakit yang sulit dikendalikan karena sifat vektor dan
parasit yang sangat mudah beradaptasi. Meskipun alat-alat yang efektif telah dan
akan terus dikembangkan untuk memerangi malaria, seiring berjalannya waktu
parasit dan nyamuk akan berevolusi sehingga dapat menghindari alat-alat
tersebut jika digunakan secara terpisah atau digunakan secara tidak efektif. Untuk
mencapai pengendalian malaria yang berkelanjutan, para profesional kesehatan
memerlukan kombinasi pendekatan dan alat baru, dan penelitian akan
memainkan peran penting dalam pengembangan strategi generasi berikutnya.
Populasi Khusus
7
berhubungan dengan malaria. Para ilmuwan berupaya untuk lebih memahami
bagaimana malaria secara unik mempengaruhi anak-anak dan wanita hamil dan
untuk mengembangkan alat penelitian, metode, dan produk baru yang sesuai
untuk populasi tersebut.
Pengembangan Vaksin
Pengembangan Obat
8
Para peneliti yang didukung NIAID berupaya memahami biologi
molekuler parasit Plasmodium dan bagaimana parasit tersebut berinteraksi
dengan manusia pada setiap tahap siklus tersebut. Dengan menggunakan
informasi tersebut, para ilmuwan berharap dapat mengembangkan obat baru
yang memblokir berbagai proses molekuler yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup parasit dan mengidentifikasi mekanisme munculnya
resistensi obat.
Diagnostik
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp yang hidup dan berkembang biak dalam sel
darah merah manusia (Siahaan, 2008). Malaria dapat berlangsung akut
maupun kronik, Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian
dilakukan melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara
lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, serta surveilans dan
pengendalian vektor dalam hal pendidikan masyarakat dan pengertian
tentang kesehatan lingkungan, yang kesemuanya ditujukan untuk memutus
mata rantai penularan malaria.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
https://rs-soewandhi.surabaya.go.id/penyebab-gejala-dan-pengobatan-malaria/
https://eprints.ums.ac.id/27525/2/BAB_I.pdf
https://www.academia.edu/9296962/makalah_tentang_penyakit_malaria
https://p2pm.kemkes.go.id/publikasi/artikel/mengenal-malaria-penyakit-
mematikan-dunia
https://p2pm.kemkes.go.id/publikasi/artikel/wilayah-wilayah-endemis-malaria-
tinggi-di-indonesia
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/04/26/afrika-episentrum-
penyakit-endemik-malaria
https://www.cdc.gov/malaria/malaria_worldwide/impact.html
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3402997/
11