PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sudah diketahui sejak zaman Yunani, namun penyebabnya baru diketahui pada tahun
1880 oleh Laveran. Ia melihat ada sesuatu yang berbentuk pisang dalam darah
penderita malaria. Penemuan lebih dimaksimalkan hasilnya oleh Ross pada tahun
Malaria merupakan salah satu penyakit yang tidak pernah hilang (emerging)
Luar Biasa (KLB) malaria terjadi hampir di tiap benua dan telah meningkatkan tidak
Peningkatan penularan malaria sangat terkait dengan iklim baik musim hujan
maupun musim kemarau dan pengaruhnya bersifat lokal spesifik. Pergantian musim
akan berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap vektor pembawa
penyakit. Pergantian global iklim yang terdiri dari temperatur, kelembaban, curah
hujan, cahaya dan pola tiupan angin mempunyai dampak langsung pada reproduksi
Sedangkan dampak tidak langsung karena pergantian vegetasi dan pola tanam
Berdasarkan laporan WHO (2000), terdapat lebih dari 2400 juta penduduk
atau 40% penduduk dunia tinggal di daerah endemis malaria. Sementara, prevalensi
penyakit malaria di seluruh dunia diperkirakan antara 300 - 500 juta penduduk setiap
tahun. Dari 300 - 500 juta kasus klinis malaria di dunia, terdapat sekitar 3 juta kasus
1
malaria berat (malaria komplikasi) dan kematian akibat malaria. Kasus paling banyak
kematian tinggi dan memberi kerugian sosio-ekonomi yang tak terhingga bagi
dengan mendapatkan bantuan dari WHO dan USAID (United State of America Indonesia
Eradication Prorgam (MEP). Pada tahun 1962 dilakukan pencanangan program yang
yang dicapai maka upaya dan strategi pembasmian malaria lebih ditekankan pada
kegiatan yang bersifat pembasmian terhadap malaria. Pada tahun 1968 KOPEM
Jawa dan Bali dari 0,12 per 1000 penduduk pada tahun 1977 menjadi 0,52 per 1000
penduduk pada tahun 1999 dan 0,62 per 1000 penduduk pada tahun 2001 dan 0,47
kasus per 1.000 penduduk pada tahun 2002. Di luar Jawa dan Bali dari 16,0 per
1000 penduduk pada tahun 1997 menjadi 25,0 per 1000 penduduk pada tahun 1999
dan 26,2 per 1000 penduduk tahun 2001 dan 19,65 kasus per 1.000 penduduk pada
tahun 2002.
(Annual Parasite Incidence) berkisar antara 2,43-118.76 per mil (rata-rata 10.06
per mil). Provinsi dengan API >10 per mil adalah Jambi, Sumatera Selatan,
Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Provinsi Nusa Tenggara Timur dan
Papua mempunyai insiden malaria tertinggi (masing-masing 82,37 dan 118,76 per
2
mil).
angka kejadian (insidens) malaria dari 0,81 per 1.000 penduduk pada tahun 2000
menjadi 0,47 per 1.000 penduduk untuk Jawa-Bali. Sedangkan di luar Jawa-Bali
insidens malaria telah turun dari 31,09 per 1.000 penduduk pada tahun 2000 menjadi
22,3 per 1.000 penduduk pada tahun 2002. Meskipun insidens malaria menurun,
tetapi masih terjadi KLB malaria pada 7 provinsi yang menyerang 35 desa dengan
korban meninggal dunia sebesar 211 orang. KLB terjadi pada daerah yang terjadi
konflik, daerah yang terjadi bencana alam terutama di luar Jawa-Bali dan di daerah
Di Sulawesi Tengah kasus Malaria pada tahun 2019 berjumlah 179 kasus
( API = 0,04 /1000 pddk). Pada tahun 2020 berjumlah 238 kasus (API= 0,07/1000
pddk), tahun 2021 berjumlah 38 kasus (API= 0.02/1000 pddk). Di Sulawesi Tengah
Palu eliminasi tahun 2014, Kabupaten Buol dan Kabupaten Sigi eliminasi tahun
2017, Kabupaten Banggai eliminasi tahun 2018, Kabupaten Toli toli eliminasi tahun
Di Kabupaten Tojo Una Una kasus Malaria pada tahun 2017 berjumlah 103
kasus (API = 0,9/1000 pddk), tahun 2018 penderita Malaria berjumlah 64 kasus (API
= 0,6/1000 pddk), tahun 2019 kasus positif Malaria berjumlah 8 kasus (API =
0,05/1000 pddk), tahun 2020 kasus positif malaria berjumlah 84 kasus (API =
0,5/1000 pddk) dan pada tahun 2021 kasus positif malaria berjumlah 11 kasus (API =
0,07/1000 pddk). (Sumber dari : Data Malaria Dinas Kesehatan Kab. Tojo Una Una).
Kasus Malaria di puskemas Marowo pada tahun 2017 sd tahun 2020 tidak
ditemukan kasus Malaria, tahun 2021 ditemukan 1 kasus Malaria, tahun 2022 dari bulan
Januari s.d Juli terjadi peningkatan kasus berjumlah 26 kasus dengan 2 kematian yang
3
tersebar di beberapa desa yang ada diwilayah kerja puskesmas Marowo.
belum pernah dilakukan penelitian terkait faktor yang mempengaruhi kejadian Malaria di
daerah tersebut. Hal tersebut menjadikan peneliti ingin mengetahui faktor – faktor yang
berhubungan dengan kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Marowo Tahun 2022.
B. Perumusan Masalah
kerja puskesmas Marowo Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una Una Tahun
2022
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
malaria
D. Manfaat Penelitian
a. Instansi Pemerintah
4
diwilayahnya.
b. Masyarakat
epidemiologi kesehatan yang dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya dan
ilmunya di masyarakat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Malaria
Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Italia, yang artinya mal : buruk dan
area : udara, jadi secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul di daerah dengan
udara buruk akibat dari lingkungan yang buruk. Selain itu, juga bisa diartikan sebagai
suatu penyakit infeksi dengan gejala demam berkala yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium (Protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Terdapat banyak
istilah untuk malaria yaitu paludisme, demam intermitens, demam Roma, demam
Chagres, demam rawa, demam tropik, demam pantai dan ague. Dalam sejarah tahun 1938
pada Countess d’El Chincon, istri Viceroy dari Peru, telah disembuhkan dari malaria
dengan kulit pohon kina, sehingga nama quinine digantikan dengan cinchona.
B. Penyebab Malaria
1. Jenis Parasit
intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering menjadi malaria
interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat yang
c. Malaria Ovale
6
d. Malaria Malariae (malaria kuartana)
e. Malaria Knowlesi
malaria falsiparum.
2. Siklus hidup
seksual) yang terjadi pada nyamuk dan siklus skizogoni (siklus aseksual) yang
terdapat pada manusia. Siklus ini dimulai dari siklus sporogoni yaitu ketika nyamuk
pada stadium gametosit (8). Setelah itu gametosit akan membelah menjadi
7
membentuk ookista (11). Ookista ini akan 12 membentuk ribuan sprozoit yang
nantinya akan pecah (12) dan sprozoit keluar dari ookista. Sporozoit ini akan
menyebar ke seluruh tubuh nyamuk, salah satunya di kelenjar ludah nyamuk. Dengan
ini siklus sporogoni telah selesai. Siklus skizogoni terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus
sehat. Sporozoit akan masuk kedalam tubuh manusia melewati luka tusuk nyamuk
(1). Sporozoit akan mengikuti aliran darah menuju ke hati, sehingga menginfeksi sel
hati (2) dan akan matang menjadi skizon (3). Siklus ini disebut siklus eksoeritrositik.
berulang. Selanjutnya, skizon akan pecah (4) mengeluarkan merozoit (5) yang akan
matang lalu matang dan membentuk skizon lagi yang pecah dan menjadi merozoit
lagi (6). Diantara bentuk tropozoit tersebut ada yang menjadi gametosit (7) dan
gametosit inilah yang nantinya akan dihisap lagi oleh nyamuk. Begitu seterusnya
klinik pada 13 penderita malaria, sehingga penderita dapat menjadi sumber penularan
dengan gejala klinis malaria dan pengobatan radikal dengan menggunakan Fansidar dan
setelah satu minggu dilakukan pengambilan sediaan darah ulang untuk memastikan
8
Mass Fever Survey (MFS) adalah melakukan pencarian penderita dengan gejala
klinis secara massal dengan pengambilan (SD) sebagai konfirmasi penderita, sedangkan
Mass Drug Administration (MSA) adalah pemberian obat secara massal pada suatu
(permetrin).
a. Manusia
1) Umur
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria. Anak yang bergizi baik
justru lebih sering mendapat kejang dan malaria selebral dibandingkan anak
yang bergizi buruk. Akan tetapi anak yang bergizi baik dapat mengatasi
2) Jenis Kelamin
apabila menginfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang
lebih berat.
3) Imunitas
9
biasanya mempunyai imunitas alami terhadap penyakit malaria.
4) Ras
5) Status Gizi
Masyarakat yang gizinya kurang baik dan tinggal di daerah endemis malaria
b. Nyamuk
Kelangsungan hidup nyamuk akan terputus apabila tidak ada air. Nyamuk dewasa
sekali bertelur sebanyak ± 100-300 butir, besar telur sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2
hari menetas menjadi jentik, 8-10 hari menjadi kepompong (pupa), dn 1-2 hari
(kurang 1 minggu), sedang nyamuk betina lebih panjang sekitar rata-rata 1-2
bulan.
tumbuhan yang ada di sekitarnya. Nyamuk betina hanya kawin sekali dalam
hidupnya. Perkawinan biasanya terjadi setelah 24-48 jam setelah keluar dari
untuk pertumbuhan.
saat ini di Indonesia telah ditemukan sejumlah 24 spesies yang dapat menularkan
malaria.
10
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
1) Suhu udara
atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu)
makin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu
makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Pada suhu 26,7 0C masa inkubasi
hari. Menurut Chwatt (1980), suhu udara yang optimum bagi kehidupan
dan lain-lain dari nyamuk. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling
3) Ketinggian
Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas
4) Angin
Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan
saat terbangnya nyamuk ke dalam atau keluar rumah, adalah salah satu faktor
11
yang ikut menentukan jumlah kontak antara manusia dengan nyamuk. Jarak
angin. Jarak terbang nyamuk Anopheles adalah terbatas biasanya tidak lebih
dari 2-3 km dari tempat perindukannya. Bila ada angin kuat nyamuk
5) Hujan
dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, jumlah hari
hujan, jenis vektor dan jenis tempat perkembangbiakan. Hujan yang diselingi
Anopheles.
6) Sinar matahari
berkembangbiak dalam air yang ada sinar matahari dan adanya peneduh.
Spesies lain tidak menyukai air dengan sinar matahari yang cukup tetapi
7) Arus Air
sedangkan An. Minimus menyukai aliran air yang deras dan An. Letifer
Beberapa spesies mampu untuk berkembangbiak di air tawar dan air asin
12
8) Tempat perkembangbiakan nyamuk
air, baik air tawar maupun air payau, tergantung dari jenis nyamuknya. Air
9) Keadaan dinding
Dinding rumah yang terbuat dari kayu memungkinkan lebih banyak lagi
kontak nyamuk yang berada di luar rumah dengan penghuni rumah, dimana
b. Lingkungan Kimia
Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari
air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12-18% dan tidak dapat
Sumatera Utara An. sundaicus sudah ditemukan pula dalam air tawar. An. letifer
c. Lingkungan Biologi
13
mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau
melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan
pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchax spp), gambusia, nila, mujair
dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu
adanya ternak besar seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah
gigitan nyamuk pada manusia, apabila ternak tersebut dikandangkan tidak jauh
dari rumah.
Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya
Kebiasaan penduduk berada di luar rumah pada malam hari dan juga tidak
2) Pemakaian kelambu
4) Pekerjaan
14
perkembangbiakan nyamuk (pada lubang di pohon-pohon) sehingga
5) Pendidikan
kesehatan seseorang.
Upaya pemberantasan malaria saat ini ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan
1. Pengobatan terhadap tersangka malaria atau penderita yang telah terbukti positif
penyebaran ikan pemakan jentik dan upaya lain untuk menekan penularan atau
Bali. Perbedaan yang paling nyata adalah pada upaya penemuan dan pengobatan
aktif (Active case detection). Sedangkan di luar Jawa-Bali dilaksanakan secara pasif
15
F. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini dirangkum berdasarkan tinjauan teori yang ada,
khususnya mengenai hubungan antar satu faktor risiko dengan faktor risiko yang lain
karakteristik (meliputi : umur, jenis kelamin, suku), faktor lingkungan fisik luar rumah
dan dalam rumah (meliputi : jarak rumah dengan breeding place, suhu, sinar matahari,
penggunaan kawat kasa, dan lantai rumah), faktor lingkungan kimia (meliputi : air tawar,
air payau, dan air garam), faktor lingkungan biologi (meliputi : keberadaan kandang
hewan besar), faktor sosial ekonomi (meliputi : pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan),
faktor perilaku (meliputi : kebiasaan menggunakan obat nyamuk, kebiasaan keluar rumah
- Suhu
- Sinar Matahari VEKTOR Imunitas
- Kelembaban Angin
-LINGKUNGAN
Pencahayaan KIMIA
Kepadatan AGENT
- Tempat
Air tawarIstirahat KEJADIAN
Nyamuk Gigitan
Genangan
- Air payau Air
LINKUNGAN BIOLOGI MALARIA
nyamuk
Dalam Rumah
- Kandang hewa besar YANKES yang
SOSIAL EKONOMI - Penyuluhan mengandu
- Pekerjaan - Penyemprotan
- Pendidikan - Pengobatan
PERILAKU DEMOGRAFI
16
- Kebiasaan - Umur
G. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka yang akan diteliti dari kerangka
teori. Semua variabel yang tercantum dalam kerangka teori dilakukan pengukuran
penelitian, peneliti hanya memilih beberapa faktor yang fisibel (dapat dilakukan) untuk
Variabel bebas yang akan diteliti adalah faktor lingkungan fisik yaitu: suhu,
genangan air, jarak rumah dengan breeding place, pencahayaan, penggunaan kawat kasa,
ventilasi, dan dinding rumah. Faktor lingkungan biologi yaitu: keberadaan kandang
hewan besar. Faktor sosial ekonomi yaitu: pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan.
Faktor perilaku yaitu: kebiasaan menggunakan obat nyamuk, kebiasaan keluar rumah
pada malam hari, penggunaan kelambu. Faktor pelayanan kesehatan yaitu: penyuluhan,
penyemprotan, pengobatan.
Kerangka konsep yang lebih sistematis dalam penelitian ini dapat dilihat pada
bagan berikut.
Faktor yang berperan dalam terjadinya malaria tidak semuanya diteliti dalam
penelitian ini. Adapun alasan tidak melalukan pengukuran data dan analisis terhadap
1. Suku tidak diteliti karena malaria dapat menginfeksi sumua suku yang berada di
berpengaruh pada umur nyamuk dan pertumbuhan nyamuk, dan karena keterbatasan
17
3. Ventilasi dan lantai rumah, faktor ini diperkirakan pengaruhnya masih sangat jauh
untuk terserang malaria dan belum ada tinjauan yang mendorong untuk perlunya
dianalisis.
4. Imunitas tidak diteliti karena memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut dan
pengukuran data yang sulit membuktikan imunitas selama berada di daerah endemik.
5. Status gizi tidak diteliti karena telah diketahui bahwa masyarakat yang tinggal di
6. Air garam karena lokasi penelitian dekat dengan laut, yang memiliki kadar garam.
7. Tempat istirahat nyamuk tidak diteliti karena keterbatasan waktu dan biaya sehingga
8. Keberadaan kandang hewan besar tidak diteliti karena tidak memiliki kandang
LINGKUNGAN FISIK
YANKES
Luar Rumah
- Penyuluhan
- Jarak rmh dg breeding
-
place
Penyemprotan
- Suhu
- Sinar Matahari
- Kelembaban AGENT
Gigitan KEJADIAN
- Pencahayaan
nyamuk MALARIA
-LINGKUNGAN
Tempat Istirahat
KIMIA
-- Genangan VEKTOR yang
Air tawar Air
Dalam Rumah mengandu
- Air payau
LINKUNGAN BIOLOGI
- Kandang hewa besar
SOSIAL EKONOMI
- Pekerjaan
- Pendidikan
PERILAKU
- Kebiasaan keluar pada Keterangan:
malam hari Variabel Terikat
Variabel Bebas
Variabel yang tidak
diteliti 18
Alasan yang mendasari pemilihan variabel penelitian sosial ekonomi dan perilaku
adalah :
3. Mudah menelusuri kebenaran data karena yang dijadikan sampel adalah responden
H. Hipotesis Penelitian
2. Faktor perilaku
c. Kebiasaan keluar rumah pada malah hari tanpa pelindung merupakan faktor risiko
malaria.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancanngan Penelitian
mengggunakan Case Control. Desain tersebut dipilih karena sesuai dengan tujuan
una, Sulawesi Tengah Periode Januari sampai Juli 2022. Penelitian ini dilakukan
terhadap kejadian kasus malaria. Kelompok kasus meliputi orang yang sakit malaria
ditandai dengan hasil pemeriksaan sediaan darah (SD) positif. Kelompok kontrol
meliputi orang-orang yang tidak sakit malaria ditandai dengan hasil pemeriksaan
Rancangan penelitian kasus kontrol yang dilakukan dapat dilihat pada bagan di bawah ini
Faktor Risiko (+) Faktor Risiko (-) Faktor Risiko (+) Faktor Risiko (-)
20
Sumber : Gordis L dengan modifikasi
B. Lokasi Penelitian
1. Populasi
a. Populasi Target
Kecamatan Ulubongka.
b. Populasi Studi
1. Populasi kasus
Ulubongka Kab. Tojo Una-una, data diambil dari bulan Januari - Juli 2022.
2. Populasi Kontrol
3. Populasi Studi
a. Populasi Kasus
Ulubongka Kab. Tojo Una-una, data diambil dari bulan Januari - Juli
21
2022.
b. Populasi Kontrol
Kab. Tojo Una-Una. Data diambil dari bulan Januari – Juli 2022.
2. Sampel
penelitian.
(1,382 + 0,567)2
n= = 23
(0,688 – 0,609) 2
keterangan :
Z β = 0,842
P1 = OR x P2
22
P1 = 3,432 x 0,391
P1 = 1,342
1,951
= 0,688
Q1 = 1 – P1 = 1-0,688
= 0,312
Q2 = 1 – P2 = 1-
0,391 = 0,609
Q = 1 – P = 1- 0,539
= 0,461
Dari perhitungan besar sampel menggunakan rumus yang telah disebutkan di atas
dengan hipotesis 1 ekor dan OR 2,15 – 3,432, diperoleh sampel terkecil 18 dan
a. Kriteria Inklusi
23
b) Tercatat sebagai penderita malaria positif RDT.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Kasus Malaria
2. Variabel Independen
- Pendidikan
- Pekerjaan
Salahsatu alat
Penggunaan
pencegah
Alat 1. Ya
2 gigtan Kuesioner Nominal
pencegah 2. Tidak
Nyamuk
gigitan
(Kelambu)
Kebiasaan Pendidikan
1. Ya
3 keluar terakhir Kuesioner Nominal
2. Tidak
rumah Responden
24
1. Tidak sekolah
Pendidikan 2. SD
4 Pendidikan terakhir Kuesioner Ordinal 3. SLTP/Sederajat
Responden 4. SLTA/Sederajat
5. S I
1. Tidak Bekerja
Aktifitas 2. Petani
5 Pekerjaan Kuesioner Nominal
Responden 3. Pelajar
4.TNI/POLRI
F. Sumber Data
a. Data sekunder, berupa penetapan subyek penelitian (kasus dan kontrol) diperoleh
dari data rekam medis Puskesmas Marowo. Demikian pula hasil pemeriksaan
G. Pengumpulan Data
kuesioner. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Wawancara
dalam suasana yang akrab sehingga wawancara dapat berjalan lancar dan berhasil
b. Survei Dokumen
Survei dokumen dilakukan dengan melihat dokumen pasien yang datang ke Puskesmas
Marowo.
H. Pengolahan Data
25
pembersihan data yaitu mengecek data yang benar saja yang diambil sehingga
dalam tabel.
e. Entry, yaitu data yang sudah diseleksi dimasukkan ke dalam komputer untuk
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Kondisi Geografis
Km2. Jarak Kecamatan Ulubongka ke Ibukota Kabupaten Tojo Una Una 22 Km2.
Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Tojo Una Una adalah suhu udara
rata- rata 19,2oC – 34,0oC. Kelembaban udara berkisar antara 41-98 persen,
sedang curah hujan tertinggi pada bulan Maret 2021 yaitu 368,0 mm dan terendah
Tabel 5.1
Curah hujan dan hari hujan
di Wilayah Kabupaten Tojo Una Una tahun 2021
27
Sumber : Kabupaten Tojo Una Una Dalam Angka Tahun 2022
Wilayah Puskesmas Marowo terdiri dari 10 desa binaan dengan luas wilayah 24,7
2. Kondisi Demografis
Tabel 5.2
Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Marowo, Kecamatan Ulubongka,
Kabupaten Tojo Una Una Tahun 2021
No Desa Jumlah %
1. Marowo 2009 15,81
2. Bonevoto 1776 13,98
3. Cempa 628 4,94
4. Tampanombo 637 5,01
5. Bonebae II 741 5,83
6. Bongka Koy 538 4,23
7. Borneang 1505 11,84
8. Bongka Makmur 1421 11,18
9. Takibangke 1695 13,34
10. Uematopa 1758 13,83
Total 12.708 100,00
Sumber data : Profil Puskesmas Marowo Tahun 2021
Tabel. V.1. Distribusi berdasarkan golongan umur diwilayah kerja puskesmas Marowo,
Kecamatan Ulubongka, Kabupaten Tojo Una Una Tahun 2021
28
15-19 5 15,63 7 21,88
20-24 3 9,38 4 12,50
25-29 1 3,13 0 0,00
30-34 1 3,13 1 3,13
35-39 1 3,13 2 6,25
40-44 4 12,5 0 0,00
>45 2 6,25 5 15,63
Total 32 100 32 100
Sumber data : Data Primer
Berdasarkan tabel V.1. Diatas menunjukkan bahwa kelompok kasus terbanyak pada
golongan umur 10-14 thn yaitu sebesar 25% dan terendah pada golongan umur 25-29, 30-
34 dan 35-39 tahun memiliki jumlah persentase yang sama yaitu sebesar 3,13%.
sedangkan pada kelompok kontrol terbanyak pada golongan umur 10-14 dan 15-19 tahun
mempunyai persentase yang sama yaitu sebesar 21,88% dan terendah pada golongan
Tabel. V.2. Distribusi berdasarkan jenis kelamin diwilayah kerja puskesmas Marowo.
Kasus Kontrol
Jenis Kelamin
n % n %
Laki-laki 16 50 16 50
Perempuan 16 50 16 50
Total 32 100 32 100
Berdasarkan tabel. V.2 Diatas menunjukkan bahwa pada kelompok kasus dan kontrol
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan mempunyai persentase yang sama yaitu sebesar
50%.
29
Nyamuk
Ya 11 34,38 19 59,38
Tidak 21 65,63 13 40,63
Total 32 100 32 100
Sumber data : Data Primer
Berdasarkan tabel. V.3. diatas menunjukkan bahwa pada kelompok kasus terbanyak
tidak menggunakan alat pencegahan gigitan nyamuk yaitu sebesar 65,63% sedangkan
sebesar 59,38%.
Tabel. V.4. Distribusi responden berdasarkan Aktifitas diluar rumah diwilayah kerja
puskesmas Marowo.
Berdasarkan tabel. V.4. diatas menunjukkan bahwa pada kelompok kasus terbanyak
30
Tidak Sekolah 5 15,63 5 15,63 10 15,63
SD 15 46,88 12 37,50 27 42,19
SLTP/Sederajat 8 25,00 11 34,38 19 29,69
SLTA/Sederajat 4 12,50 4 12,50 8 12,50
Total 32 100 32 100 64 100
Berdasarkan tabel V.5. Diatas menunjukkan bahwa pada kelompok kasus terbanyak
31
Sumber Data : Data Sekunder
Berdasarkan tabel. V.6. Diatas menunjukkan bahwa pada kelompok kasus terbanyak
yang tidak bekerja yaitu sebesar 40,63% dan terendah pada kelompok Wiraswasta
yaitu sebesar 3.13% sedangkan kelompok kontrol terbanyak pada petani yaitu
D. Analisis Bivariat
Dalam penelitian ini jumlah sampel yaitu 64 orang dengan jumlah kasus 32 orang
dan kontrol 32 orang. Penelitian dilakukan diwilayah kerja puskesmas Marowo. Analisis
bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dan besarnya nilai odds ratio antara
dengan tingkat kemaknaan 95%. Adanya hubungan antara faktor risiko dengan kejadian
malaria ditunjukkan dengan nilai p < 0,05, OR > 1 dan 95% tidak mencakup nilai 1.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan alat
pencegahan gigitan nyamuk dengan kejadian malaria (p= 0,08). Dengan demikian,
penggunaan alat pencegahan gigitan nyamuk bukan merupakan faktor risiko kejadian
malaria.
Hubungan kebiasaan keluar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria dapat di
32
lihat pada tabel berikut:
Tabel 0.0: Distribusi kebiasaan keluar rumah pada malam hari pada kasus dan kontrol di
wilayah kerja puskesmas Marowo
Kebiasaan
keluar rumah Kasus Kontrol
No Nilai P OR 95% CI
pada malam N (%) N (%)
hari
0,01 4,2 1,47-11,93
a. Tidak 10(31,25) 21(65,63)
b. Ya 22(68,75) 11(34,38)
Jumlah 32 (100,0) 32(100,0)
Kebiasaan responden keluar rumah pada malam hari sering dilakukan oleh kelompok
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara responden yang biasa keluar
rumah pada malam hari dengan kejadian malaria (p=0,01). Orang yang biasa keluar
rumah pada malam hari mempunyai risiko 4,2 kali menderita malaria daripada orang
yang tidak pernah keluar rumah pada malam hari (OR: 4,2; 95% CI: 1,47-11,93).
3. Pendidikan
Hubungan pendidikan dengan kejadian malaria selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 0.0: Distribusi pendidikan pada kelompok kasus dan kontrol di wilayah kerja
puskesmas Marowo
Kasus Kontrol
No Pendidikan Nilai P OR 95% CI
N (%) N (%)
1 1 0,22-4,40
a. <=SLTP 28(87,50) 28(87,50)
b. >SLTP 4(12,50) 4(12,50)
Jumlah 32 (100,0) 32(100,0)
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan
kejadian malaria (p= 1). Dengan demikian, pendidikan bukan merupakan faktor
4. Pekerjaan
Hubungan pekerjaan dengan kejadian malaria dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 0.0: Distribusi pekerjaan pada kelompok kasus dan kontrol di wilayah kerja
puskesmas Marowo
33
Kasus Kontrol
No Pekerjaan Nilai P OR 95% CI
N (%) N (%)
1 1,14 0,41-3,11
a. Bekerja 12(37,50) 13(40,63)
b. Tidak 20(62,50) 19(59,38)
Bekerja
Jumlah 32 (100,0) 32(100,0)
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan
kejadian malaria (p= 1). Dengan demikian, pekerjaan bukan merupakan faktor risiko
kejadian malaria.
BAB VI
PEMBAHASAN
dengan bukan merupakan faktor risiko terjadinya malaria. Hal ini disebabkan karena
pakai. Penelitian ini sejalan dengan Sri Wantini (2013), manyatakan bahwa penggunaan
alat pencegah gigitan nyamuk (kelambu) tidak berhubungan dengan kejadian malaria.
Penelitian ini juga sejalan dengan Ikrayama Babba (2007), menyatakan bahwa
penggunaan alat pencegah gigitan nyamuk (obat anti nyamuk) tidak berhubungan dengan
kejadian malaria.
Kebiasaan keluar rumah pada malam hari merupakan fektor risiko kejadian malaria
di wilayah kerja Puskesmas Marowo. Hal ini disebabkan karena nyamuk penyebab
malaria aktif menggigit pada malam hari. Dan orang-orang yang beraktifitas di luar
34
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Winandi yang menyatakan bahwa kebiasaan
keluar rumah pada malam hari mempunyai risiko terkena malaria sebesar 6,65 kali
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ikrayama Babba
(2007), menyatakan bahwa kebiasaan keluar rumah pada malam hari berpeluang terkena
malaria 5,54 kali dibandingkan orang yang tidak keluar rumah pada malam hari.
C. Pendidikan
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan
dengan kejadian malaria. Jika dilihat dari Pendidikan formal masyarakat di wilayah
warga saat melakukan kegiatan malaria blood survey (MBS), sehingga responden
pencegahannya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sri Wantini (2013),
manyatakan bahwa pendidikan tidak berhubungan dengan kejadian malaria, hasil uji
statistik pada variabel pendidikan didapatkan nilai p value lebih besar dari 0,05 yaitu
0,576.
D. Pekerjaan
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan
dengan kejadian malaria. Hal ini disebabkan karena responden dari kelompok kasus dan
kontrol adalah anak-anak yang masih sekolah. Serta masyarakat di wilayah tersebut
bekerja pada siang hari. Hampir semua responden baik kasus maupun kontrol memiliki
35
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yawan (2006)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian
malaria. hasil uji statistik pada variabel pekerjaan didapatkan nilai p value lebih besar
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada hubungan antara kebiasaan keluar rumah pada malam hari dengan kejadian
malaria di wilayah kerja puskesmas marowo. Tidak ada hubungan antara penggunaan alat
B. Saran
penyakit malaria dengan selalu melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat dan
terkait. Untuk masrakat agar mengubah perilaku untuk tidak sering keluar rumah pada
malam serta menjaga diri dari gigitan nyamuk saat keluar rumah pada malam hari.
36
DAFTAR PUSTAKA
Babba, I, etal. (2007) Faktor-faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Malaria, Studi
Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi Kota Jayapura. Tesis Universitas
Diponegoro.
Depkes RI (1999) Penemuan dan Pengobatan Penderita, Direktorat Jenderal P2M dan PLP,
Depkes RI, Jakarta
Dinkes Provinsi NTT (2008) Profil Kesehatan Provinsi NTT, 2008. Dinas Kesehatan NTT.
httpildinkes.NTT.go.id (diakses 3 februari 2014).
Sri Wantini: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dngan Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Rajabasa Jurnal Analis Kesehatan: Volume 3, No. 1, Maret
2014
Yawan, SF, 2006. Analisis Faktor Resiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
Bosnik Kecamatan Biak Timur Kabupaten Biak-NumforPapua, Tesis, Program
Pasca Sarjana Universitas Diponogoro, Semarang.
Depkes RI, Program Pemberantasan Malaria, Direktorat Jenderal P2M dan PLP, Depkes RI,
1993
37
Departemen Kesehatan RI, 2009. Menuju Indonesia Bebas Malaria.
CDC, Malaria: Anopheles Masquitoes, National Center for Infectious Diseases, Division of
Parasitic Diseases, 2004
Depkes RI, Ekologi Vektor dan Beberapa Aspek Perilaku, Direktorat jenderal PPM dan PLP,
Departemen Kesehatan RI, 1987
Depkes RI, Vektor Malaria di Indonesia, Ditjen P2M dan PLP, Jakarta, 1985
Depkes RI, Modul Epidemiologi Malaria, Direktorat Jenderal Pemberantasan
Jakarta, 1999
38