Anda di halaman 1dari 17

UJIAN TENGAH SEMESTER

RANCANGAN INVESTIGASI WABAH

“Investigasi Wabah/KLB : KLB Malaria di Kabupaten Kepulauan


Mentawai”

Dosen Pengampu:

Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, M.K.M.

Oleh :

Noura Rizki
1911213030

PROGRAM STUDI MAGISTER EPIDEMIOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang selalu


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah ini yang berjudul “Investigasi Wabah/KLB”
diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh nilai Ujian
Tengah Semester (UTS) ganjil mata kuliah Rancangan Investigasi Wabah.
Proses penulisan makalah ini dapat terlaksana atas bantuan dan
bimbingan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Rancangan Investigasi Wabah,
Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, M.K.M., yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini.
Saya berharap agar makalah yang telah saya susun ini dapat
memberikan inspirasi bagi pembaca dan penulis yang lain. Saya juga
berharap agar makalah ini menjadi acuan yang baik dan berkualitas.

Padang, Oktober 2022

Noura Rizki

i
ii

DAFTAR ISI

ii
BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka. Malaria merupakan salah satu penyakit menular
zoonosis berisiko menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dan reemerging.
Malaria tersebar di daerah dengan iklim tropis dan subtropik. Penyakit malaria
terjadi dikarenakan adanya infeksi eritrosit pada manusia oleh parasit dari
genus Plasmodium, kelas Sporozoa dan keluarga Plasmodiidae. Gejala klinis
dari penderita yaitu menggigil yang kemudian mengalami serangan demam
yang dapat berlangsung akut ataupun kronik hingga berkeringat. Malaria dapat
mengakibatkan penderita mengalami anemia, keguguran pada ibu hamil,
BBLR hingga kematian.(1)
Nyamuk Anopheles betina merupakan vektor utama yang menularkan
plasmodium. Terdapat lima spesies plasmodium yang dapat menyebabkan
malaria yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium knowlesi, Plasmodium
malariae, Plasmodium ovale. dan Plasmodium vivax. Centers for Disease
Control (CDC) menyebutkan dari 430 spesies nyamuk Anopheles hanya 30-40
spesies nyamuk yang dapat menularkan malaria. Anopheles Hyrcanus,
Anopheles Sundaicus, Anopheles Pinculatus, Anopheles Barbirostrisn, dan
Anopheles Minimus merupakan beberapa spesies nyamuk Anopheles yang
telah menginfeksi lebih dari 200 juta jiwa setiap tahunnya di dunia.(2)
Angka kejadian malaria di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2018
yaitu sebanyak 369 kasus. Pada tahun 2019 angka kejadian malaria mengalami
penurunan menjadi 204 kasus. Pada awal dimulainya pandemi yaitu pada tahun
2020 angka kejadian malaria mengalami penurunan yang signifikan yaitu
sebanyak 55 kasus dan kembali mengalami penurunan pada 2021 menjadi 40
kasus. Namun, pada saat kasus COVID-19 menurun pada tahun 2022 terjadi
peningkatan kasus yang signifikan hingga bulan Oktober 2022 yaitu sebanyak
112 kasus. Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan satu-satunya

1
2

kabupaten yang bertahan menjadi penyumbang terbesar kasus malaria dari


tahun ke tahun di Provinsi Sumatera Barat.(3–6)
Berdasarkan latar belakang serta melihat variasi hasil studi yang berkaitan
antara faktor iklim dengan penyakit Malaria, peneliti tertarik untuk Menyusun
makalah mengenai Investigasi KLB Malaria di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menguraikan gambaran proses pelaksanaan investigasi wabah/KLB
khususnya kasus Malaria di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun
2022.
1.2.1 Tujuan Khusus
1. Untuk menguraikan proses persiapan investigasi lapangan kasus
Malaria di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2022;
2. Untuk menguraikan proses adanya wabah/KLB Malaria di
Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2022
3. Untuk menguraikan proses memastikan diagnosis kasus Malaria di
Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2022
4. Untuk menguraikan proses epidemiologi deskriptif kasus Malaria di
Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2022
5. Untuk menguraikan proses membuat hipotesis kasus Malaria di
Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2022
6. Untuk menguraikan proses menilai hipotesis kasus Malaria di
Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2022
7. Untuk menguraikan proses memperbaiki hipotesis dan
mengadakan penelitian tambahan kasus Malaria di Kabupaten
Kepulauan Mentawai pada tahun 2022
8. Untuk menguraikan proses pengendalian dan pencegahan kasus
Malaria di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2022
9. Untuk menguraikan proses menyampaikan hasil penyelidikan
kasus Malaria di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2022
3

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu untuk
meningkatkan dan menambah wawasan mengenai investigasi wabah dan
memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Rancangan
Investigasi Wabah Magister Epidemiologi Universitas Andalas.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Malaria


Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
parasit plasmodium didalam eritrosit dan biasanya disertai dengan gejala
demam. Dapat berlangsung akut maupun kronik.(7) Malaria merupakan
penyakit yang mengancam jiwa, disebabkan oleh parasit yang ditularkan
pada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles terutama menggigit
manusia malam hari mulai maghrib (dusk) sampai fajar (dawn).(8)

2.2 Epidemiologi Penyakit Malaria


Daerah tropis merupakan daerah endemis malaria, walaupun
penyakit ini terdapat diseluruh dunia terutama di daerah yang terletak
antara 64o Lintang Utara dan 32o Lintang Selatan. Antara batas garis
lintang dan garis bujur, terdapat daerah yang bebas malaria. Penyakit
malaria tersebar di seluruh kepulauan di Indonesia, terutama di kawasan
timur Indonesia. Plasmodium ovale memiliki daerah sebaran yang terbatas
di Afrika Timur, Afrika Barat, Filipina dan Papua. (9)
Negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerha
endemik malaria. Namun, demikian, malaria masih merupakan persoalan
kesehatan yang besar di daerah tropis dan subtropis seperti di Brash, Asia
Tenggara dan seluruh Sub-Sahara Afrika. WHO, 2002 mengembangkan
suatu program satu respons terpadu untuk mengatasi masalah endemis
malaria di negara berkembang. Respons tersebut berupa Roll Back
Malaria (RBM) yang diartikan sebagai “gebrak malaria” yang merupakan
Gerakan Bersama, terpadu antara pemerintah, Lembaga swadaya
masyarakat, Lembaga donor dan masyarakat. Gerakan malaria bertujuan
untuk mengurangi beban malaria sebanyak 50% yang dimulai sejak April
2000.(10)

4
5

2.3 Gambaran Klinis Penyakit Malaria


Infeksi parasit malaria dapat mengakibatkan berbagai gejala, mulai
dari tidak ada atau sangat ringan sampai penyakit yang parah dan bahkan
kematian. Periode dari masuknya parasit sampai menimbulkan gejala
klinis disebut masa inkubasi intrinsik, masa inkubasi tergantung dari
spesies. Plasmodium falciparum mempunyai periode yang lebih pendek 12
hari (9-14) dan periode yang paling panjang adalah P. malariae 28 hari
(18-40 hari) sementara untuk malaria vivax 12-17 hari, 17 hari (16-18 hari)
pada Plasmodium ovale.(9)(11)
Adapun gejala-gejala awal penyakit malaria adalah demam, sakit
kepala, menggigil dan muntah-muntah. Gejala klasik malaria yang umum
terdiri dari tiga stadium (trias malaria) yaitu: (12)
1. Periode dingin
Mulai menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan saat menggigil
seluruh tubuh sering bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat
sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung
15 menit sampai 1 jam diikuti dengan peningkatan temperatur.
2. Periode panas
Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi
meningkat, nyeri kepala, terkadang muntahmuntah, dan syok.
Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau
lebih diikuti dengan keadaan berkeringat.
3. Periode berkeringat
Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah,
temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun
akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa.

2.4 Etiologi Penyakit Malaria


Penyebab infeksi malaria adalah plasmodium, yang selain
menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung,
6

reptil dan mamalia. Termasuk genus plasmodium dari Plasmodidae, ordo


Eucoccidiorida, klas Sporozoasida, dan filum Apicomplexa.(7) Terdapat
empat parasit penyebab malaria pada manusia yaitu Plasmodium
Falciparum, Plasmodium Vivax, Plasmodium Malariae, dan Plasmodium
Ovale. Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Vivax merupakan
penyebab malaria terbanyak.(8) Sejak tahun 2004 telah dilaporkan
munculnya malaria baru dikenal sebagai malaria ke-5 yang disebabkan
oleh Plasmodium Knowlesi yang sebelumnya hanya menginfeksi monyet
berekor panjang, namun sekarang dapat pula menginfeksi manusia.(13)
Penularan malaria pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles
ataupun ditularkan langsung melalui transfuse darah atau jarum suntik
yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya.(14)
Malaria vivax disebebakan oleh Plasmodium vivax yang disebut
sebagai malaria tertiana. Plasmodium malaria merupakan penyebab
malaria malariae atau malaria kuartana. Plasodium Ovale merupakan
penyebab malaria ovale, sedangkan Plasmodium Falciparum
menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini
paing berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat
sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar,
sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh.
Penyebab malaria tertinggi di Indonesia tahun 2009 adalah plasmodium
vivax (55,8%), kemudian plasmodium falsifarum, sedangkan plasmodium
ovale tidak dilaporkan. Data risekedas 2010 menyebutkan 86,4%
penyebab malaria adalah plasmodium falsifarum dan plasmodium vivax
sebanyak 6,9%.

2.5 Pemberantasan Malaria


Pencegahan malaria dapat dilakukan oleh perorangan maupun masyarakat,
dengan cara:(9)
1. Mengobati penderita dan penduduk yang rentan dan berdiam di daerah
endemik.
7

2. Mengobati carrier malaria dengan primakuin yang dapat memberantas


bentuk gametosit malaria.
3. Memberikan pengobatan profilaksis pada individu yang akan
memasuki wilayah endemis malaria.
4. Memberantas nyamuk Anopheles yang menjadi vektor penularnya
menggunakan insektisida yang sesuai dan memusnahkan sarang
nyamuk Anopheles.
5. Menghindari diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu
jika tidur atau menggunakan repellent yang diusapkan pada kulit jika
berada diluar rumah pada malam hari.
6. Vaksinasi terhadap malaria yeng sedang dikembangkan, ada 4 jenis
vaksin yaitu vaksin sporozoit (bentuk intrahepatic), vaksin terhadap
bentuk aseksual dan vaksin transmission blocking utnuk melawan
bentuk gametosit
BAB 3: INVESTIGASI WABAH

3.1 Persiapan Investigasi di Lapangan


Persiapan investigasi di lapangan merupakan kegiatan yang
dilakukan sebelum kegiatan investigasi dilakukan oleh tim investigator
dengan mempersiapkan: Pengetahuan tentang berbagai penyakit potensial
yang menjadi KLB/wabah.
a. Pengetahuan tentang keterampilan melakukan investigasi lapangan,
termasuk pengetahuan dan teknik pengumpulan data dan
manajemen spesimen.
b. Pengetahuan dan keterampilan melakukan analisis data dengan
komputer.
c. Dukungan tinjauan kepustakaan ilmiah yang memadai.
d. Material dan instrument investigasi, seperti kuesioner,
bahan/sediaan spesimen dan test laboratorium.

3.2 Memastikan Adanya Wabah/KLB


Memastikan adanya Wabah/KLB dapat dilakukan tim investigator
dengan menelusuri informasi dari masyarakat menggunakan pendekatan yang
berdasarkan pada tempat, orang dan waktu. Tahap ini dapat dilakukan dengan
membandingkan jumlah kasus yang terjadi pada saat ini dengan kejadian kasus
pada waktu sebelumnya. Perbandingan dapat dilakukan dalam kurun waktu
mingguan, bulanan ataupun tahunan. Peningkatan kasus yang terjadi 2 kali lipat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya dapat mengindikasikan terjadinya KLB
pada suatu wilayah.

3.3 Memastikan Diagnosis


Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria
ditegakkan dari pemeriksaan darah mikroskopis atau rapid diagnostic
test (RDT). Diagnosis malaria berat ditegakkan berdasarkan kriteria
malaria berat dari WHO.
1. Anamnesis

8
9

Pada anamnesis, gejala utama malaria yang sering dikeluhkan


adalah demam, menggigil, malaise, mialgia, gejala gastrointestinal
(mual, muntah, dan diare), gejala neurologis (disorientasi dan
penurunan kesadaran), sakit kepala, dan/atau batuk. Gejala klasik
malaria adalah demam paroksismal yang didahului fase menggigil lalu
diikuti demam tinggi dan berkeringat banyak.
Pada pasien yang tinggal di daerah endemis, terkadang gejala
klasik malaria tidak ditemukan. Pasien anak-anak juga sering kali
datang dengan gejala yang tidak spesifik dan gejala gastrointestinal
yang menonjol. Malaria wajib dicurigai bila menemukan gejala-gejala
tersebut pada pasien yang tinggal di daerah endemis malaria atau pada
pasien dengan riwayat bepergian ke daerah endemis malaria. Sebagian
pasien yang mengalami terinfeksi dapat bersifat asimtomatik, tetapi
tetap menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan apusan darah tepi
atau skrining dengan RDT.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan adalah suhu
tubuh ≥37,5o C (bisa mencapai 41o C), konjungtiva anemis, sklera
ikterik, dan hepatosplenomegali. Tipe demam yang umum dijumpai
pada pasien malaria adalah demam paroksismal. Fase demam
didahului dengan menggigil selama 1–2 jam, diikuti dengan demam
tinggi, kemudian terjadi diaforesis dan suhu tubuh pasien turun
kembali normal atau di bawah normal. Demam paroksismal dapat
terjadi setiap 48 jam (Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium ovale) atau setiap 72 jam (Plasmodium malariae).
3. Diagnosis Banding
Di Indonesia, setiap orang yang tinggal di daerah endemis malaria
yang mengalami demam atau riwayat demam dalam 48 jam terakhir
dan tampak anemis, wajib dicurigai sebagai malaria, tanpa
mengesampingkan penyebab demam lain. Malaria menunjukkan
gejala awal seperti flu-like syndrome dan manifestasi klinis yang tidak
spesifik, sehingga memiliki banyak diagnosis banding, seperti infeksi
10

saluran pernapasan, demam tifoid, demam dengue,


hepatitis, leptospirosis, dan chikungunya. Cara membedakan malaria
dengan penyakit lain yang menjadi diagnosis bandingnya adalah
melalui tes apus darah mikroskopik atau RDT.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang wajib dilakukan pada semua pasien yang
dicurigai mengalami infeksi malaria. Pemeriksaan penunjang untuk
mengonfirmasi diagnosis malaria adalah pemeriksaan apusan darah
tebal dan tipis menggunakan mikroskop

3.4 Epidemilogi Deskriptif


Dari hasil observasi lapangan yang dilakukan terhadap kejadian malaria,
di dapatkan hasil sebagai berikut:
11

Grafik di atas menunjukkan kasus malaria tertinggi terjadi pada bulan


Juni dengan total kasus 33 dan total kenaikan hingga 4 kali lipat dari bulan
sebelumnya. Kejadian malaria di Kabupaten Kepulauan Mentawai didominasi di
Wilayah Kerja Puskesmas Betaet.

3.5 Membuat Hipotesis


Hipotesis pada kasus ini adalah telah terjadinya peningkatan kasus
kejadian Malaria di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2022. Hal ini
dikarenakan penigkatan kasus yang telah meningkat lebih dari 2 kali lipat dari
tahun sebelumnya. Peningkatan kasus kejadian Penyakit Malaria ini diduga
dikarenakan peningkatan mobilitas penduduk setelah Pandemi COVID-19.

3.6 Menilai Hipotesis


Penilaian terhadap hipotesis dilakukan dengan memverifikasi
keaslian data yang ada. Tahapan ini dapat dilakukan dengan mengunjungi
kediaman responden. Biasyanya, verifikasi hipotesis dilakukan dengan
membandingkan dengan fakta yang ada. Setelah melalui konfirmasi
dengan berbagai pihak yang menyelenggarakan dan Kementerian
Kesehatan.

3.7 Memperbaiki Hipotesis dan Mengadakan Penelitian Tambahan


Tindakan pengendalian dapat dilakukan selama KLB/wabah
berlangsung dengan mempertimbangkan aspek hasil temuan epidemiologi
berdasarkan evaluasi hypothesis yang telah dilakukan. Tahapan ini
merupakan tujuan utama dari sebagian besar investigasi wabah. Langkah-
12

langkah pencegahan dan pengendalian harus dilaksanakan sesegera


mungkin dalam pengaturan wabah. Adanya pandemi COVID-19 membuat
angka kejadian malaria di Kabupaten Kepulauan Mentawai sempat
mengalami penurunan. Hal ini dapat dikarenakan kebijakan yang
diterapkan saat pandemi yang mengakibatkan penurunan mobilitas
penduduk. Namun, setelah kebijakan melonggar dan mobilitas penduduk
kembali mengalami peningatan berdampak pada peningkatan kejadian
malaria di wilayah ini.

3.8 Menyampaikan Hasil Penyelidikan


Setelah dilakukan diseminasi data, selanjutnya akan ditunggu tindak
lanjut dari stakeholder terkait di kabupaten/kota dalam rangka penanggulangan
masalah kesehatan yang telah dipaparkan.
BAB 4: KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang
dapat menjurus pada terjadinya wabah. Berdasarkan kegiatan Investigasi
Wabah/KLB yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
KLB Malaria di Kabupaten Kepulauan Mentawai dikarenakan terjadinya
peningkatan kasus dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu dari 40
kasus pada tahun 2021 menjadi 94 kasus pada September 2022.

3.2 Saran
Dengan adanya KLB Malaria di Provinsi Sumatera Barat,
diharapakan sektor terkait dapat mengoptimalkan pencegahan dan
penanggulangan kejadian Malaria.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes R. Permenkes Nomor 1501 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu


Yang Menimbulkan Wabah. 2010. p. 30.
2. RI KK. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. 2019; Available from:
http://www.pdpersi.co.id/kanalpersi/data/elibrary/bukusaku_malaria.pdf
3. BPS Sumatra Barat. Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2019.
4. BPS Sumatra Barat. Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2020.
5. BPS Sumatra Barat. Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2021.
6. BPS Sumatra Barat. Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2022.
7. Harijanto P.N. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam. Jakarta: Interna;
2014.
8. Soedarto. Malaria. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
9. Sorontou Y. Ilmu Malaria Klinik. Jakarta: EGC; 2013.
10. Malaria EPM.pdf. Depok: Rajawali Pers;
11. Kementerian Kesehatan DP. Pedoman Teknis Pemeriksaan Malaria. Buku
Pedoman [Internet]. 2017;1–78. Available from: www.pppl.depkes.go.id/
12. Dr. h. masriadi, s.km., s.pd.i. S kg. Epidemiologi Penyakit Menular. Vol. 109,
Pengaruh Kualitas Pelayanan… Jurnal EMBA. 2016. 109–119 p.
13. Sabbatani S, Florino S, Manfredi R. The emerging of the fifth malaria parasite
(Plasmodium Knowlesi). Public Heal concern brazil J infect Dis. 2010;45:1–20.
14. Widoyono. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &.
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2008.

14

Anda mungkin juga menyukai