Anda di halaman 1dari 22

GAMBARAN KARAKTERISTIK MALARIA PADA ANAK DI PUSKESMAS HEDAM

KOTA JAYAPURA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2021

Proposal Penelitian

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

NOVA DESI ADOLFINA TOGODLY

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia beriklim tropis dengan dua musim (hujan dan kemarau). Data
surveilans di daerah endemis tinggi menunjukkan bahwa konsentrasi penularan
malaria terjadi pada pertengahan musim hujan yaitu mulai Desember sampai dengan
bulan Juni. Di Papua, curah hujan terjadi sepanjang tahun sehingga penularan
malaria tidak dipengaruhi musim. Hal yang berbeda terjadi pada daerah endemis
rendah dan sedang dimana kasus malaria dilaporkan secara sporadis sehingga
pengaruh musim tidak terlalu terlihat dibandingkan daerah endemis tinggi. Fenomena
perubahan iklim mungkin mempengaruhi kejadian kasus malaria di Indonesia akibat
terjadinya perubahan ekologi vektor malaria. ( Kemenkes RI,2021 )
Program eliminasi malaria sedang bergerak memasuki fase krusial dan
terberat. Dalam dekade terakhir, jumlah kasus malaria telah ditekan lebih dari 50%
dari 465.764 kasus (API 1,96‰) pada tahun 2010 menjadi 222.085 kasus (API
0,84‰) pada tahun 2018. Namun, terjadi stagnansi penurunan kasus malaria setelah
tahun 2014, yang mengindikasikan bahwa intervensi pada program eliminasi yang
sudah dijalankan belum cukup untuk menurunkan kasus secara drastis. Jika
membandingkan antara jumlah kasus malaria yang dilaporkan kemkes sebanyak 220
ribu pada tahun 2018 dengan angka estimasi kasus oleh WHO sebanyak 1 juta, maka
perkiraan WHO 4.5x lebih tinggi (World Malaria Report, 2019). Perhitungan
estimasi WHO mempertimbangkan faktor kelengkapan pelaporan, pemeriksaan
malaria, dan perilaku pengobatan masyarakat. Untuk memastikan jumlah kasus
malaria sesungguhnya, Program malaria memerlukan upaya yang lebih agresif untuk
menjangkau seluruh penderita malaria yang tidak mengakses fasilitas kesehatan dan
perlunya penguatan sistem surveilans.( Kemenkes RI,2021 )
Sistem pencatatan kematian akibat malaria perlu juga mendapatkan perhatian.
Data rutin surveilans malaria Kemkes melaporkan jumlah kematian akibat malaria
sebanyak 34 orang pada tahun 2018. Sementara WHO mengestimasi 1.785 kasus
kematian akibat malaria. Perbedaan yang bermakna ini mengindikasikan perlunya
upaya yang lebih intensif untuk memastikan penguatan sistem pencatatan kematian
di tingkat komunitas dan layanan kesehatan serta memperluas jejaring pelaporan
pemerintah-swasta dan BPJS.( Kemenkes RI,2021 )
Program eliminasi malaria menghadapi tantangan besar karena beban
malaria sangat bervariasi antar wilayah. Secara nasional, angka insidens parasit
(annual parasite insidence/API) telah mencapai target API<1‰, namun, wliayah
Indonesia bagian timur masih termasuk dalam endemisitas tinggi. Hampir 80%
kasus malaria terkonsentrasi di Provinsi Papua. 27 kabupaten/kota dari Provinsi
Papua, Papua Barat dan NTT dan 1 kabupaten (Kabupaten Penajam Paser Utara), di
Provinsi Kalimatan Timur yang dilaporkan sebagai daerah endemis tinggi.
(Kemenkes RI,2021)
Berdasarkan jenis parasit, Plasmodium falciparum dominan pada daerah
endemis tinggi, sementara Plasmodium vivax dominan pada daerah endemis rendah.
Program eliminasi malaria sedang menghadapi tantangan yang berat. Yang pertama,
Plasmodium falciparum adalah penyebab infeksi malaria yang dominan (52%) dan
berkontribusi langsung kepada kematian akibat malaria di Indonesia. Tantangan yang
kedua adalah proporsi infeksi Plasmodium vivax yang cukup besar (38%) dimana
kekambuhan berulang belum dapat dicegah semaksimal mungkin. Adapun tantangan
yang ketiga adalah bermunculannya laporan kasus malaria yang disebabkan
Plasmodium knowlesi di Sumatera dan Kalimantan sejak tahun 2016. Dua parasit
lainnya, seperti P.malariae dan P.ovale masih ditemukan di Indonesia bagian Timur
namun dalam prevalensi rendah.
( Kemenkes RI,2021 )
Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yang menginfeksi manusia
yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium
malariae dan Plasmodium knowlesi. ( Kemenkes RI,2019 )
Malaria Falsiparum (malaria tropika) Disebabkan oleh infeksi Plasmodium
falciparum. Gejala demam timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini
paling sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian. ( Kemenkes
RI,2019 )
Malaria Vivaks (malaria tersiana) Disebabkan oleh infeksi Plasmodium vivax.
Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga
kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax. ( Kemenkes RI,2019 )
Malaria Ovale Disebabkan oleh infeksi Plasmodium ovale. Manifestasi
klinis biasanya bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks.
( Kemenkes RI,2019 )
Malaria Malariae (malaria kuartana) Disebabkan oleh infeksi Plasmodium
malariae. Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 3 hari. ( Kemenkes
RI,2019 )
Malaria Knowlesi Disebabkan oleh infeksi Plasmodium knowlesi. Gejala
demam menyerupai malaria falsiparum. ( Kemenkes RI,2019 )
Gejala Malaria Pada malaria demam merupakan gejala utama. Pada
permulaan sakit, dapat dijumpai demam yang tidak teratur. Sifat demam akut
(paroksismal) yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi
kemudian berkeringat banyak. Periodisitas gejala demam tergantung jenis malaria.
Selain gejala klasik diatas, dapat ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual,
muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot. Pada orang-orang yang tinggal di daerah
endemis (imun) gejala klasik tidak selalu ditemukan. ( Kemenkes RI,2019 )
Bahaya Malaria Jika tidak ditangani segera dapat menjadi malaria berat yang
menyebabkan kematian. Malaria dapat menyebabkan anemia yang mengakibatkan
penurunan kualitas sumber daya manusia. Malaria pada wanita hamil jika tidak diobati
dapat menyebabkan keguguran, lahir kurang bulan (prematur) dan berat badan lahir
rendah (BBLR) serta lahir mati. ( Kemenkes RI,2019 )
Malaria telah lama menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, tak
terkecuali Indonesia. Dengan rata-rata kasus tahunan mencapai ratusan ribu kasus,
malaria seharusnya menjadi sorotan penting di dunia kesehatan. Beberapa wilayah di
Indonesia dengan kasus malaria tertinggi termasuk Papua, Papua Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Kalimantan Timur. ( Kemenkes RI,2021 )
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium dan disebarkan ke manusia lewat
gigitan nyamuk betina Anopheles yang telah terinfeksi. Gejala malaria biasanya
muncul 10-15 hari setelah parasit masuk ke tubuh manusia. Jika tidak ada penanganan
medis dalam 24 jam, maka gejala dengan cepat akan menjadi penyakit kronis yang
tidak jarang berujung pada kematian. ( Kemenkes RI,2021 )
Sehingga sesuai dengan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan kajian tentang “ Gambaran Karakteristik Malaria Pada Anak Di
Puskesmas Hedam Periode Januari - November 2021”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah
sebagai berikut “ Bagaimana gambaran karakteristik malaria pada anak di
puskesmas hedam abepura periode januari - november 2021 karena Belum
diketahui Karakteristik Malaria Pada Anak Di Puskesmas Hedam Abepura
Jayapura.

1.3. Tujuan Penelitian


1. untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita malaria pada anak di
puskesmas hedam.
2. untuk mengetahui berapa banyak penderita malaria pada anak, rentan periode
januari-november 2021.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi :
1. Puskesmas Hedam
Sebagai masukan untuk bahan referensi dalam menanggulanggi dan
pengendalian kasus malaria pada anak di wilaya kerja puskesmas hedam
abepura.
2. Masyarakat
sebagai informasi agar masyarakat semakin peduli dengan malaria
agar dapat saling melindungi dari malaria.
3. Peneliti Lain
Sebagai Bahan Kajian Pustaka, Terutama Karena Pertimbangan
Tertentu, ingin melakukan penelitian lanjutan atau penelitian sejenisnya.
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1. Definisi Anak


Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak- anak dari
orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi
permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara dan
lembaga internasional. Department of Child and Adolescent Health and Development,
mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The
Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang
berusia di bawah 18 tahun.

2.2 Definisi Malaria


adalah penyakit Infeksi yang disebakan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah. infeksi malaria
memberikan gejala berupa deman, mengigil, anemia dan splenomegali dapat berlangsung
akut ataupun kronik infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun
mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.

2.3 Epidemilogi malaria

Malaria telah lama menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi


di dunia, tak terkecuali Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan
(Kemenkes), total kasus malaria di Indonesia mencapai 94.610 kasus pada
2021.
Kasus malaria pada 2021 turun 58,2% dibandingkan pada tahun
sebelumnya mencapai 226.364 kasus. Jika dilihat trennya, sejak 2018
kasus malaria yang terjadi di Indonesia cenderung menurun. Meskipun
demikian, kasus malaria sempat meningkat pada 2019 mencapai 250.628
kasus. Kemudian, kasusnya menurun pada 2020 dan kembali menurun
pada 2021.
Kasus malaria tertinggi masih terkonsentrasi di Indonesia bagian
timur. Papua menjadi provinsi dengan kasus malaria tertinggi di Tanah
Air, yakni mencapai 86.022 kasus hingga saat ini. Proporsi kasus malaria
yang terjadi di provinsi tersebut mencapai 90,9% dari total.
Kemudian, disusul oleh Nusa Tenggara Timur dengan kasus
malaria mencapai 2.393 kasus (2,5%). Setelahnya ada Papua Barat
dengan kasus malaria sebanyak 1.841 kasus (1,94%).Sementara itu,
Bengkulu, Banten, dan DI Yogyakarta menjadi provinsi dengan kasus
malaria terendah. Saat ini Bengkulu menjadi provinsi yang bebas dari
kasus malaria. Lalu, di Banten hanya ada 1 kasus malaria yang terjadi
(0,001%), serta di DI Yogyakarta hanya ada 4 kasus malaria (0,004%).
Malaria seharusnya menjadi sorotan penting di dunia kesehatan
lantaran rata-rata kasus tahunannya mencapai ratusan ribu kasus.
Kementerian Kesehatan menghimbau masyarakat Indonesia untuk
mencegah terjadinya penyakit malaria dengan cara membersihkan
lingkungan sekitar dengan air mengalir, menebar ikan pemakan jentik,
menutup penampungan air, tidur memakai kelambu, serta menghindari
aktivitas malam dekat perairan. ( Kemenkes, 2021 )

2.3 Etiologi Malaria


Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yang menginfeksi manusia yaitu:
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae
dan Plasmodium knowlesi. ( Kemenkes, 2020 )

2.4 Siklus Hidup Plasmodium


2.4.1 Siklus Hidup Pada Nyamuk
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk gamet jantan dan betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk
ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini
bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. (Kementerian Kesehatan RI,
2013)

2.4.2 Siklus Hidup Pada Manusia


siklus Hidup keempat spesies plasmodium pada manusia umumnya
sama. proses tersebut terdiri atas fase seksual eksogen ( sporogoni ) dalam badan
nyamuk anopheles dan fase aseksual ( skizogoni ) dalam badan hospes
vertebrata.
Fase Aseksual mempunyai dua daur, yaitu: 1.) Daur Eritrosit dalam
darah
( Skizogoni Eritrosit ) dan 2.) Daur Dalam Sel Parenkim Hati ( Skizogoni
Eritrosit ) atau stadium jaringan dengan a.) skizogoni praeritrosit ( Skizogoni
Eksoeritrosit Primer ) setelah sporozoit masuk dalam sel hati dan b.) skizogoni
eksoeritrosit sekunder yang berlangsung dalam hati hasil penelitian pada malaria
primata menunjukan bahwa ada dua populasi sporozoit yang berbeda, yaitu
sporozoid yang secara langsung mengalami pertumbuhan dan sporozoit yang
tetap “ Tidur” ( dormant ) selama periode tertentu ( disebut hipnozoit ), sampai
menjadi aktif kembali dan mengalami skizogoni. pada infeksi P.Falciparum dan
P. Malariae hanya terdapat suatu generasi aseksual dalam hati sebelum daur
dalam darah dimulai ; sesudah itu daur dalam hati tidak dilanjutkan lagi. pada
infeksi P. Vivax dan P. Ovale daur eksoeritrosit berlangsung terus sampai
bertahun-tahun melengkapi perjalanan penyakit yang dapat berlangsung lama
( Bila tidak diobati ) disertai banyak relaps.
Gambar
Daur Hidup Parasit Malaria

2.5 Penularan Malaria


waktu antara nyamuk mengisap darah yang mengandung gametosit sampai
mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas ekstrinsik. sporozoit
adalah bentuk infektif. infeksi terjadi dengan dua cara yaitu: yang pertama secara alami
melalui vektor, bila sporozoit dimasukan ke dalam badan manusia dengan tusukan
nyamuk, yang kedua secara induksi ( induced ) bila stadium aseksual dalam eritrosit
secara tidak sengaja masuk dalam badan manusia melalui darah, misalnya melalui
transfusi, suntikan atau kongenital ( bayi baru lahir mendapat infeksi dari ibu yang
menderita malaria melalui darah plasenta )
2.6 Gejala Klinis Malaria
Pada malaria demam merupakan gejala utama. Pada permulaan sakit, dapat
dijumpai demam yang tidak teratur. Sifat demam akut (paroksismal) yang didahului oleh
stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat banyak.
Periodisitas gejala demam tergantung jenis malaria. Selain gejala klasik diatas, dapat
ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri
otot. Pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis (imun) gejala klasik tidak selalu
ditemukan. ( Kemenkes, 2020 )
2.6.1 Demam
Masa Tunas intrinsik pada malaria adalah waktu antara sporozoit
masuk dalam badan hospes sampai timbul gejala demam, biasanya 8 - 34 hari,
tergantung pada spesies parasit ( Terpendek untuk P. falciparum, terpanjang
untuk p. Malariae ), beratnya infeksi dan pengobatan sebelumnya atau derajat
imunitas hospes. ( )
pada orang non imun biasanya demam terjadi lebih kurang 2 minggu
setelah kembali dari daerah endemis malaria. Demam atau riwayat demam
dengan suhu tubuh lebih dari 38ºC biasanya ditemukan pada penderita malaria.
permulaan penyakit, biasanya demam tidak bersifat periodik, sehingga tidak
khas dan dapat terjadi setiap hari. demam dapat bersifat remite ( Febris
remitens ) atau terus menerus ( febris kontinua ), sebaliknya kepada kelompok
semiimun atau imun yang tinggal di daerah endemis malaria, gejala klinisnya
biasanya lebih ringan.
pada infeksi malaria, periodisitas demam berhubungan dengan waktu
pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang masuk aliran
darah ( Sporulasi ).
serangan demam yang khas terdiri atas beberapa stadium :
1. Stadium Mengigil Dimulai dengan perasaan dingin sekali hingga menggigil,
kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut dan
saat menggigil seluruh tubuh sering bergetar dan gigi-gigi saling terantuk.
Nadi penderita cepat, namun lemah, bibir dan jari tangannya menjadi biru.
Stadium ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam. Pada fase menggigil ini
sebaiknya pemeriksaan darah secara mikroskopis untuk mengetahui ada
tidaknya parasit dalam darah. Hal ini karena pada saat menggigil eritrosit
pecah sehingga parasit dalam eritrosit tersebut keluar dan banyak terkandung
dalam serum darah.
2. Stadium panas (febris). Penderita merasa sangat panas setelah sangat dingin
pada stadium sebelumnya. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas
seperti terbakar karena suhu tubuh dapat mencapai 41o C. Rasa sakit kepala
semakin hebat, disertai mual dan muntah, nadi cepat. Stadium ini berlangsung
selama 2 sampai 6 jam.
3. Stadium berkeringat (sudoris). Stadium berkeringat ini dimulai dengan
penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Suhu tubuh
turun dengan cepat. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan saat terbangun
akan merasa sehat meskipun masih lemah. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.

2.6.2 Anemia
pada malaria terjadi anemia. derajat anemia tergantung pada spesies
parasit yang menyebabkan. anemia tampak jelas pada malaria falsiparum
dengan menghancurkan eritrosit yang cepat dan hebat yaitu pada malaria akut
yang berat. anemia disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan tidak
mengandung parasit terjadi di dalam limpa.
b. reduced survival time ( eritrosit normal yang tidak mengandung parasit
tidak dapat hidup lama.
c. desetriopoesis gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis di dalam sumsum Tulang, retikulosit tidak dilepaskan
dalam peredaran perifer.
jenis anemia pada malaria adalah hemolitik,normokrom dan
normositik atau hipokrom. dapat juga makrositik bila terdapat
kekurangan asam folat.
2.6.3 Splenomegali
Limpa merupakan organ etikuloendotelial. Plasmodium yang
menginfeksi organ ini dapat difagosit oleh sel makrofag dan limfosit.
Penambahan sel radang menyebabkan limpa membesar. Pembesaran limpa
adalah gejala khas terutama pada malaria kronis. Pada keadaan akut limpa
membesar dan tegang, menyebabkan rasa nyeri di perut kwadran kiri atas.

2.7 Diagnosis Malaria


2.7.1 Gejala Klinis Dan Pemeriksaan Fisik
2,7.2 Pemeriksaan Labolatorium
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang
2.5..Patofisiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa Plasmodium intraseluler yang ditransmisikan
ke manusia melalui nyamuk Anopheles betina. Saat ini, tercatat ada 5 spesies
Plasmodium yang diketahui dapat menyebabkan malaria pada manusia, yaitu P.
falciparum, P. malariae, P. vivax, P. ovale, dan P. knowlesi. Plasmodium knowlesi
adalah spesies Plasmodium yang sebelumnya hanya teridentifikasi pada kera. Kasus
pertama yang terjadi pada manusia tercatat di semenanjung Malaysia pada tahun 1965.
Spesies Plasmodium dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan memiliki siklus
hidup yang kompleks. Parasit ini dapat bertahan hidup di lingkungan seluler yang
berbeda, baik dalam tubuh manusia (fase aseksual) maupun nyamuk (fase seksual).
Replikasi Plasmodium terjadi melalui 2 tahap dalam tubuh manusia. Fase eritrositik yang
terjadi di dalam sel-sel hati dan fase eritrositik yang terjadi di dalam sel darah merah.

Fase eksoeritrositik dimulai dengan inokulasi sporozoit ke dalam peredaran darah


oleh nyamuk Anopheles betina. Dalam hitungan menit, sporozoit akan menginvasi sel-sel
hepatosit, berkembang biak secara aseksual dan membentuk skizon. Setelah 1-2 minggu,
sel-sel hepatosit ruptur dan mengeluarkan ribuan merozoit ke dalam sirkulasi. Skizon
spesies P. falciparum, P. Malariae, dan P. knowlesi sekali ruptur tidak akan lagi berada
di hati. Skizon spesies P. vivax dan P. ovale ruptur dalam 6-9 hari dan ruptur sekunder
pada skizon yang dorman (hipnozoit) dapat terjadi setelah beberapa minggu, bulan atau
tahun sebelum mengeluarkan merozoit dan menyebabkan relaps (malaria kronis).

Gambar
Siklus Hidup
Malaria Fase eritrositik dimulai saat merozoit dari hati menginvasi sel darah
merah. Di dalam eritrosit, parasit ini bertransformasi menjadi bentuk cincin yang
kemudian membesar membentuk tropozoit. Tropozoit berkem- bang biak secara
aseksual yang kemudian ruptur dan mengeluarkan eritrositik merozoit, yang
secara klinis ditandai dengan demam. Beberapa dari merozoit ini berkembang
menjadi gametosit jantan dan gametosit betina, sekaligus melengkapi fase siklus
aseksual pada manusia. Gametosit jantan dan gametosit betina ini dicerna oleh
nyamuk Anopheles betina saat menghisap darah dari manusia. Dalam perut
nyamuk, gametosit jantan dan betina ini bergabung untuk membentuk zigot.
Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung
nyamuk. Pada dinding luar, nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan
selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan
ke manusia.

2.6. Diagnosis

Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan


anamnesis,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

a. Anamnesis

Pada anamnesis sangat penting diperhatikan Keluhan : demam, menggigil,


berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot
atau pegal - pegal. Riwayat sakit malaria, ada tidak riwayat minum obat
malaria dan ada tidak Riwayat berkunjung ke daerah fokus atau endemis
tinggi malaria. Riwayat tinggal di daerah fokus atau endemis tinggi malaria.

b. pemeriksaan fisik
1. Suhu tubuh aksila > 37,5 °C
2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
3. Sklera ikterik
4. Pembesaran Limpa (splenomegali)
5. Pembesaran hati (hepatomegali)
c. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di


Puskesmas/lapangan/ rumah sakit/laboratorium klinik untuk
menentukan:

a). Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).

b). Spesies dan stadium plasmodium.

c). Kepadatan parasit/jumlah parasit.

2. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit


malaria dengan menggunakan metode imunokromatografi Sebelum
menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal
kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan RDT tidak digunakan untuk
mengevaluasi pengobatan.

2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan malaria dibagi menjadi dua, sebagai berikut :
a. Pengobatan malaria tanpa komplikasi
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini menggunakan DHP dan
Primakuin. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah
resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian DHP secara oral.
Disamping itu diberikan primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoit.
( Kemenkes,2019)
1. Malaria falsiparum dan malaria vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan DHP
di tambah primakuin. Dosis DHP untuk malaria falsiparum sama dengan
malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari
pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14
hari dengan dosis 0,25 mg/ kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi
usia < 6 bulan dan ibu hamil juga ibu menyusui bayi usia < 6 bulan dan
penderita kekurangan G6PD. Pengobatan malaria falsiparum dan malaria
vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:

Dihidroartemisinin - Piperakuin (DHP) + Primakuin

Catatan :
a. Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat
berdasarkan kelompok umur.
b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal.
d. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan ibu menyusui bayi < 6
bulan.
e. Pemberian Primakuin harus disertai edukasi pemantauan warna urin selama
3 hari pertama setelah minum obat. Jika warna urin menjadi coklat tua atau
hitam, segera hentikan pengobatan dan rujuk ke rumah sakit.
f. Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah
minum obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain),
segera kirim ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan atau rumah sakit.
Dosis primakuin pada penderita malaria dengan defisiensi G6PD 0,75
mg/kgBB/ minggu diberikan selama 8 minggu dengan pemantauan warna
urin dan kadar hemoglobin. ( Kemenkes,2019)
2. Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen
ACT yang sama tetapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5
mg/kgBB/hari (harus disertai dengan pemeriksaan laboratorium kadar enzim
G6PD). ( Kemenkes,2019)

3. Pengobatan malaria ovale


Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP selama 3 hari
ditambah dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya sama
dengan untuk malaria vivaks. ( Kemenkes, 2019)

4. Pengobatan malaria malariae


Pengobatan P. malariae diberikan DHP selama 3 hari, dengan dosis
sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin.
( Kemenkes, 2019)

5. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax /P. ovale.


Pada penderita dengan infeksi campur diberikan DHP selama 3 hari
serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.
( Kemenkes, 2019)

Pengobatan infeksi campur P.falciparum P.vivax/P.ovale dengan DHP +


Primakuin

6. Pengobatan malaria knowlesi


Diagnosa malaria knowlesi ditegakkan dengan PCR ( Polymerase Chain
Reaction). Pengobatan suspek malaria knowlesi sama seperti malaria
falciparum.( Kemenkes,2019)

2. Pengobatan malaria berat


Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat dilanjutkan dengan DHP oral.
Artesunat intravena merupakan pilihan utama pada malaria berat. Artesunat parenteral
tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam
ampul yang berisi natrium bikarbonat 5%. Keduanya dicampur untuk membuat 1 ml
larutan sodium artesunat. Kemudian diencerkan dengan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%
sebanyak 5 ml sehingga didapat konsentrasi 60 mg/6ml (10mg/ml). Obat diberikan
secara bolus perlahan-lahan.( Kemenkes, 2019)
Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena sebanyak 3 kali jam ke 0, 12,
24 di hari pertama. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari
sampai penderita mampu minum obat oral.( Kemenkes, 2019)

● Dosis artesunat 3 mg/kgBB untuk anak BB ≤ 20kg.


● Anak dengan BB > 20 kg menggunakan dosis 2,4 mg/kgBB.
( Kemenkes, 2019)

2.8. Komplikasi dan prognosis

Komplikasi penting malaria berat pada anak adalah hipoglikemia. Hal ini terjadi
karena supresi proses glukoneogenesis parasit di hati dan sekaligus menginduksi sekresi
insulin di pankreas. Sekresi insulin meningkat dengan penggunaan kina dan dapat
mengakibatkan sekuele neurologis yang berat. Distres pernafasan adalah komplikasi
umum lain pada anak-anak, umumnya konsekuensi dari asidosis berat. Berbeda dengan
anak- anak, distres pernafasan pada orang dewasa biasanya akibat edema paru dan juga
ARDS.

Untuk Sebagian besar anak dengan malaria tanpa komplikasi akan menunjukkan
perbaikan dalam 48 jam setelah mulai pengobatan dan bebas demam setelah 96 jam.
Apabila malaria dapat dideteksi dini dan diberi pengobatan yang tepat, prognosis malaria
tanpa komplikasi pada anak umumnya baik.

2.9 pencegaan malaria

Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko


malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor dan kemoprofilaksis.
Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu
berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lain- lain.

Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis


100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah
tersebut sampai 4 minggu setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan
anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.

BAB III
Metode Penelitian
3.1. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini Jenis data yang digunakan adalah jenis data sekunder
burupa penelitian retrospektif desktriptif berdasarkan catatan rekam medik tentang
penyakit Malaria di Puskesman hedam abepura kota jayapura periode januari-
november 2021.

3.2. Tempat dan waktu


3.2.1. Tempat
Puskesmas Hedam Abepura
3.2.2. Waktu
Belum diketahui

3.3. Populasi dan sampel penelitian


3.3.1. populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian ( Notoatmodjo,2014 )
3.3.2. Sample
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi
yang diambil ( Notoatmodjo,2014 )

3.4. Teknik sampling


Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh atau
Total sampling. Menurut sugiyono ( 2013 ) sampel jenuh yaitu teknik
penentuan sampel dengan cara mengambil seluruh anggota populasi sebagai
responden atau sampel.

3.5. Definisi Operasional


definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti
melakukan observasi atau melakukan pengukuran secara cermat terhadap
suatu objek atau fenomena ( Notoatmodjo,2014 ).
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Tempat Tinggal
4.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder seperti
dokumentasi, data statistik, status pemeriksaan pasien, rekam medik dan
laporan di puskesmas hedam abepura kota jayapura periode januari-november
2021. ( Aziz,2011 )
Data penelitian adalah data sekunder, sehingga prosedur yang dilakukan
adalah mengajukan surat permohonan pengambilan data kepada kepala
puskesmas hedam abepura, kota jayapura. setelah memperole data, peneliti
akan segera dilakukan dengan menganalisis jumlah angka kejadian.

3.7. Metode Pengelolaan Data


3.7.1. Pengelolaan data
ada tiga tahap pengelolaan data penelitian yang dipakai yaitu :
a. Editing, yaitu pengecekan data yang telah diperoleh untuk
menghindari kekeliruan kemudian mengalokasikan data-data
tersebut dalam bentuk kategori-kategori yang telah
ditentukan.
b. Coding, ( Mengkode Data ), Yaitu pemberian kode yang
diperlukan terutama dalam rangka pengelolaan data-data
secara manual menggunakan kalkulator maupun dengan
komputer.
c. Tabulating, yaitu hasil pengelompokan data kemudian
ditampilkan secara deskriptif dalam bentuk tabel sebagai
bahan informasi.
Data yang dikumpul dianalisis data dalam bentuk
statistik deskriptif. analisis data dalam penelitian ini meliputi
distribusi frekuensi presentase sehingg dapat diketahui frekuensi
atau modus ( Terbanyak ) tentang anak yang terkena penyakit
Malaria ( AZIZ, 2012)
3.7.2. Analisis Data
Data yang Terkumpul diolah, dianalisis dan disajikan dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi ( AZIZ,2012 )
P = F / N x 100 %
Keterangan :
P = Presentase yang dicari
F= Frekuensi
N= Jumlah
3.8. Etika Penelitian
Pada Penelitian Ini, Peneliti Hanya Melakukan analisis terhada data yang telah
tersedia atau data sekunder,peneliti tidak secara langsung berhubung dengan responden
maka tidak diperlukan informed concent dari responden. dalam hal ini pengambilan data
sekunder ini, dari aspek etika diperlukan adalah surat izin dan persetujuan dari Kepala
Puskemas Hedam Abepura.
Daftar Pustaka

1. Inge Sutanto, Is Sumariah Ismid, Pudji K. Sjarifudin, Saleha Sungkar. 2008. Buku
Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Balai penerbit FKUI. hal. 189 - 203
2. kementrian kesehatan 2020
3. kementrian kesehatan 2019

Anda mungkin juga menyukai