Proposal Penelitian
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia beriklim tropis dengan dua musim (hujan dan kemarau). Data
surveilans di daerah endemis tinggi menunjukkan bahwa konsentrasi penularan
malaria terjadi pada pertengahan musim hujan yaitu mulai Desember sampai dengan
bulan Juni. Di Papua, curah hujan terjadi sepanjang tahun sehingga penularan
malaria tidak dipengaruhi musim. Hal yang berbeda terjadi pada daerah endemis
rendah dan sedang dimana kasus malaria dilaporkan secara sporadis sehingga
pengaruh musim tidak terlalu terlihat dibandingkan daerah endemis tinggi. Fenomena
perubahan iklim mungkin mempengaruhi kejadian kasus malaria di Indonesia akibat
terjadinya perubahan ekologi vektor malaria. ( Kemenkes RI,2021 )
Program eliminasi malaria sedang bergerak memasuki fase krusial dan
terberat. Dalam dekade terakhir, jumlah kasus malaria telah ditekan lebih dari 50%
dari 465.764 kasus (API 1,96‰) pada tahun 2010 menjadi 222.085 kasus (API
0,84‰) pada tahun 2018. Namun, terjadi stagnansi penurunan kasus malaria setelah
tahun 2014, yang mengindikasikan bahwa intervensi pada program eliminasi yang
sudah dijalankan belum cukup untuk menurunkan kasus secara drastis. Jika
membandingkan antara jumlah kasus malaria yang dilaporkan kemkes sebanyak 220
ribu pada tahun 2018 dengan angka estimasi kasus oleh WHO sebanyak 1 juta, maka
perkiraan WHO 4.5x lebih tinggi (World Malaria Report, 2019). Perhitungan
estimasi WHO mempertimbangkan faktor kelengkapan pelaporan, pemeriksaan
malaria, dan perilaku pengobatan masyarakat. Untuk memastikan jumlah kasus
malaria sesungguhnya, Program malaria memerlukan upaya yang lebih agresif untuk
menjangkau seluruh penderita malaria yang tidak mengakses fasilitas kesehatan dan
perlunya penguatan sistem surveilans.( Kemenkes RI,2021 )
Sistem pencatatan kematian akibat malaria perlu juga mendapatkan perhatian.
Data rutin surveilans malaria Kemkes melaporkan jumlah kematian akibat malaria
sebanyak 34 orang pada tahun 2018. Sementara WHO mengestimasi 1.785 kasus
kematian akibat malaria. Perbedaan yang bermakna ini mengindikasikan perlunya
upaya yang lebih intensif untuk memastikan penguatan sistem pencatatan kematian
di tingkat komunitas dan layanan kesehatan serta memperluas jejaring pelaporan
pemerintah-swasta dan BPJS.( Kemenkes RI,2021 )
Program eliminasi malaria menghadapi tantangan besar karena beban
malaria sangat bervariasi antar wilayah. Secara nasional, angka insidens parasit
(annual parasite insidence/API) telah mencapai target API<1‰, namun, wliayah
Indonesia bagian timur masih termasuk dalam endemisitas tinggi. Hampir 80%
kasus malaria terkonsentrasi di Provinsi Papua. 27 kabupaten/kota dari Provinsi
Papua, Papua Barat dan NTT dan 1 kabupaten (Kabupaten Penajam Paser Utara), di
Provinsi Kalimatan Timur yang dilaporkan sebagai daerah endemis tinggi.
(Kemenkes RI,2021)
Berdasarkan jenis parasit, Plasmodium falciparum dominan pada daerah
endemis tinggi, sementara Plasmodium vivax dominan pada daerah endemis rendah.
Program eliminasi malaria sedang menghadapi tantangan yang berat. Yang pertama,
Plasmodium falciparum adalah penyebab infeksi malaria yang dominan (52%) dan
berkontribusi langsung kepada kematian akibat malaria di Indonesia. Tantangan yang
kedua adalah proporsi infeksi Plasmodium vivax yang cukup besar (38%) dimana
kekambuhan berulang belum dapat dicegah semaksimal mungkin. Adapun tantangan
yang ketiga adalah bermunculannya laporan kasus malaria yang disebabkan
Plasmodium knowlesi di Sumatera dan Kalimantan sejak tahun 2016. Dua parasit
lainnya, seperti P.malariae dan P.ovale masih ditemukan di Indonesia bagian Timur
namun dalam prevalensi rendah.
( Kemenkes RI,2021 )
Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yang menginfeksi manusia
yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium
malariae dan Plasmodium knowlesi. ( Kemenkes RI,2019 )
Malaria Falsiparum (malaria tropika) Disebabkan oleh infeksi Plasmodium
falciparum. Gejala demam timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini
paling sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian. ( Kemenkes
RI,2019 )
Malaria Vivaks (malaria tersiana) Disebabkan oleh infeksi Plasmodium vivax.
Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga
kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax. ( Kemenkes RI,2019 )
Malaria Ovale Disebabkan oleh infeksi Plasmodium ovale. Manifestasi
klinis biasanya bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks.
( Kemenkes RI,2019 )
Malaria Malariae (malaria kuartana) Disebabkan oleh infeksi Plasmodium
malariae. Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 3 hari. ( Kemenkes
RI,2019 )
Malaria Knowlesi Disebabkan oleh infeksi Plasmodium knowlesi. Gejala
demam menyerupai malaria falsiparum. ( Kemenkes RI,2019 )
Gejala Malaria Pada malaria demam merupakan gejala utama. Pada
permulaan sakit, dapat dijumpai demam yang tidak teratur. Sifat demam akut
(paroksismal) yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi
kemudian berkeringat banyak. Periodisitas gejala demam tergantung jenis malaria.
Selain gejala klasik diatas, dapat ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual,
muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot. Pada orang-orang yang tinggal di daerah
endemis (imun) gejala klasik tidak selalu ditemukan. ( Kemenkes RI,2019 )
Bahaya Malaria Jika tidak ditangani segera dapat menjadi malaria berat yang
menyebabkan kematian. Malaria dapat menyebabkan anemia yang mengakibatkan
penurunan kualitas sumber daya manusia. Malaria pada wanita hamil jika tidak diobati
dapat menyebabkan keguguran, lahir kurang bulan (prematur) dan berat badan lahir
rendah (BBLR) serta lahir mati. ( Kemenkes RI,2019 )
Malaria telah lama menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, tak
terkecuali Indonesia. Dengan rata-rata kasus tahunan mencapai ratusan ribu kasus,
malaria seharusnya menjadi sorotan penting di dunia kesehatan. Beberapa wilayah di
Indonesia dengan kasus malaria tertinggi termasuk Papua, Papua Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Kalimantan Timur. ( Kemenkes RI,2021 )
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium dan disebarkan ke manusia lewat
gigitan nyamuk betina Anopheles yang telah terinfeksi. Gejala malaria biasanya
muncul 10-15 hari setelah parasit masuk ke tubuh manusia. Jika tidak ada penanganan
medis dalam 24 jam, maka gejala dengan cepat akan menjadi penyakit kronis yang
tidak jarang berujung pada kematian. ( Kemenkes RI,2021 )
Sehingga sesuai dengan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan kajian tentang “ Gambaran Karakteristik Malaria Pada Anak Di
Puskesmas Hedam Periode Januari - November 2021”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah
sebagai berikut “ Bagaimana gambaran karakteristik malaria pada anak di
puskesmas hedam abepura periode januari - november 2021 karena Belum
diketahui Karakteristik Malaria Pada Anak Di Puskesmas Hedam Abepura
Jayapura.
2.6.2 Anemia
pada malaria terjadi anemia. derajat anemia tergantung pada spesies
parasit yang menyebabkan. anemia tampak jelas pada malaria falsiparum
dengan menghancurkan eritrosit yang cepat dan hebat yaitu pada malaria akut
yang berat. anemia disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan tidak
mengandung parasit terjadi di dalam limpa.
b. reduced survival time ( eritrosit normal yang tidak mengandung parasit
tidak dapat hidup lama.
c. desetriopoesis gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis di dalam sumsum Tulang, retikulosit tidak dilepaskan
dalam peredaran perifer.
jenis anemia pada malaria adalah hemolitik,normokrom dan
normositik atau hipokrom. dapat juga makrositik bila terdapat
kekurangan asam folat.
2.6.3 Splenomegali
Limpa merupakan organ etikuloendotelial. Plasmodium yang
menginfeksi organ ini dapat difagosit oleh sel makrofag dan limfosit.
Penambahan sel radang menyebabkan limpa membesar. Pembesaran limpa
adalah gejala khas terutama pada malaria kronis. Pada keadaan akut limpa
membesar dan tegang, menyebabkan rasa nyeri di perut kwadran kiri atas.
Gambar
Siklus Hidup
Malaria Fase eritrositik dimulai saat merozoit dari hati menginvasi sel darah
merah. Di dalam eritrosit, parasit ini bertransformasi menjadi bentuk cincin yang
kemudian membesar membentuk tropozoit. Tropozoit berkem- bang biak secara
aseksual yang kemudian ruptur dan mengeluarkan eritrositik merozoit, yang
secara klinis ditandai dengan demam. Beberapa dari merozoit ini berkembang
menjadi gametosit jantan dan gametosit betina, sekaligus melengkapi fase siklus
aseksual pada manusia. Gametosit jantan dan gametosit betina ini dicerna oleh
nyamuk Anopheles betina saat menghisap darah dari manusia. Dalam perut
nyamuk, gametosit jantan dan betina ini bergabung untuk membentuk zigot.
Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung
nyamuk. Pada dinding luar, nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan
selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan
ke manusia.
2.6. Diagnosis
a. Anamnesis
b. pemeriksaan fisik
1. Suhu tubuh aksila > 37,5 °C
2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
3. Sklera ikterik
4. Pembesaran Limpa (splenomegali)
5. Pembesaran hati (hepatomegali)
c. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan malaria dibagi menjadi dua, sebagai berikut :
a. Pengobatan malaria tanpa komplikasi
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini menggunakan DHP dan
Primakuin. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah
resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian DHP secara oral.
Disamping itu diberikan primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoit.
( Kemenkes,2019)
1. Malaria falsiparum dan malaria vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan DHP
di tambah primakuin. Dosis DHP untuk malaria falsiparum sama dengan
malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari
pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14
hari dengan dosis 0,25 mg/ kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi
usia < 6 bulan dan ibu hamil juga ibu menyusui bayi usia < 6 bulan dan
penderita kekurangan G6PD. Pengobatan malaria falsiparum dan malaria
vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:
Catatan :
a. Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat
berdasarkan kelompok umur.
b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal.
d. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan ibu menyusui bayi < 6
bulan.
e. Pemberian Primakuin harus disertai edukasi pemantauan warna urin selama
3 hari pertama setelah minum obat. Jika warna urin menjadi coklat tua atau
hitam, segera hentikan pengobatan dan rujuk ke rumah sakit.
f. Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah
minum obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain),
segera kirim ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan atau rumah sakit.
Dosis primakuin pada penderita malaria dengan defisiensi G6PD 0,75
mg/kgBB/ minggu diberikan selama 8 minggu dengan pemantauan warna
urin dan kadar hemoglobin. ( Kemenkes,2019)
2. Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen
ACT yang sama tetapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5
mg/kgBB/hari (harus disertai dengan pemeriksaan laboratorium kadar enzim
G6PD). ( Kemenkes,2019)
Komplikasi penting malaria berat pada anak adalah hipoglikemia. Hal ini terjadi
karena supresi proses glukoneogenesis parasit di hati dan sekaligus menginduksi sekresi
insulin di pankreas. Sekresi insulin meningkat dengan penggunaan kina dan dapat
mengakibatkan sekuele neurologis yang berat. Distres pernafasan adalah komplikasi
umum lain pada anak-anak, umumnya konsekuensi dari asidosis berat. Berbeda dengan
anak- anak, distres pernafasan pada orang dewasa biasanya akibat edema paru dan juga
ARDS.
Untuk Sebagian besar anak dengan malaria tanpa komplikasi akan menunjukkan
perbaikan dalam 48 jam setelah mulai pengobatan dan bebas demam setelah 96 jam.
Apabila malaria dapat dideteksi dini dan diberi pengobatan yang tepat, prognosis malaria
tanpa komplikasi pada anak umumnya baik.
BAB III
Metode Penelitian
3.1. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini Jenis data yang digunakan adalah jenis data sekunder
burupa penelitian retrospektif desktriptif berdasarkan catatan rekam medik tentang
penyakit Malaria di Puskesman hedam abepura kota jayapura periode januari-
november 2021.
1. Inge Sutanto, Is Sumariah Ismid, Pudji K. Sjarifudin, Saleha Sungkar. 2008. Buku
Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Balai penerbit FKUI. hal. 189 - 203
2. kementrian kesehatan 2020
3. kementrian kesehatan 2019