Disusun Oleh :
A. Muh Agus Salim T
(13 18 777 14 324)
Pembimbing :
dr. Christina MR. Kolondam Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Alkhairaat
Pembimbing Klinik
i
DAFTAR ISI
Halaman
Halamn Pengesahan i
Daftar Isi ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Definisi 4
B. Epidemiologi 4
C. Etiologi 7
D. Manifestasi Klinis 8
E. Siklus Hidup 11
F. Patofisiologi 12
G. Diagnosis 14
H. Penatalaksanaan 17
I. Komplikasi 21
J. Prognosis 23
K. Diferential Diagnosis 23
DAFTAR PUSTAKA 27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat
menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juja masih endemis di sebagian besar
wilayah Indonesia. Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Anopheles betina dan tidak dapat bertransmisi secara langsung dari satu orang ke
subtropics. World malaria report tahun 2015 menyebutkan bahwa malaria telah
menyerang 106 negara di dunia. Lebih dari stengah penduduk masih hidup di
malaria endemis maupun sporadic di daerah Jawa dan Bali maupun pulau-pulau
di atas angka nasional, yang sebagian besar berada di Indonesia Timur. Provinsi di
provinsi lain. Annual Parasite Incidence (API) dari tahun 2012 hingga 2015
adanya penurunan dalam empat tahun terakhir. Sementara data Riskesdas 2014,
1
didapatkanb pada kelompok umur dapat diketahui bahwa kelompok umur 25-34
tahun memiliki prevalensi tinggi. Hal ini dapat diasumsikan kelompok umur
untuk tertular malaria melalui gigitan nyamuk di luar rumah. Berdasarkan data
World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, secara global estimasi
kematian yang diakibatkan oleh malaria sebesar 655.000 kasus di seluruh dunia dan
bahkan kematian terbesar 91% terjadi pada anak-anak Afrika. Kematian anak di
bawah umur lima tahun akibat malaria di ASEAN sebesar 1% pada tahun 2010
menmpati urutan kedua setelah Afrika. Berdasarkan WHO, antara tahun 2000 dan
2012 angka kematian akibat mlaria sebesar 45% pada semua kelompok umur dan
Pembesaran hati (hepatomegali) dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare
dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk kasus malaria yang berat atau adanya malaria
dengan komplikasi pada anak dapat ditemukan tanda-tanda berupa kejang, distress
daerah endemis malaria pada setiap penderita dengan demam harus dilakukan.
Untuk anak <5 tahun diagnosis menggunakan MTBS namun pada daerah endemis
rendah dan sedang ditambahkan riwayat perjalanan ke daerah endemis dan transfusi
sebelumnya. Pada MTBS diperhatikan gejala demam dan atau pucat untuk
2
dilakukan pemeriksaan sediaan darah.Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan
dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau uji diagnostik cepat
dan hipnozoidal. Sedangkan untuk malaria dengan komplikasi seperti anemia berat
penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit atau Puskesmas 4,5.
buruk. Apabila cepat diobati maka prognosis bias lebih baik, namun apabila lambat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik disebabkan oleh protozoa
genus plasmodium, sedangkan menurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit
infeksi akut maupun kronik yang disebabkan oleh infeksi plasmodium yang
darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa 2,6.
B. EPIDEMIOLOGI
subtropics. World malaria report tahun 2015 menyebutkan bahwa malaria telah
menyerang 106 negara di dunia. Lebih dari stengah penduduk masih hidup di
malaria endemis maupun sporadic di daerah Jawa dan Bali maupun pulau-pulau
di atas angka nasional, yang sebagian besar berada di Indonesia Timur. Provinsi di
4
Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan
masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat desa/fokus malaria tinggi
1,2,3
.
5
Gambar 2. Annual Parasite Incidence (API) tahun 2015 menurut Provinsi 1
Annual Prasite Incidence (API) dari tahun 2012 hingga 2015 menunjukkan
6
Sementara data Riskesdas 2014, didapatkan pada kelompok umur dapat
diketahui bahwa kelompok umur 25-34 tahun memiliki prevalensi tinggi. Hal ini
memiliki probabilitas lebih tinggi untuk tertular malaria melalui gigitan nyamuk
Berdasarkan data World Health Organoization (WHO) pada tahun 2010, secara
global estimasi kematian yang diakibatkan oleh malaria sebesar 655.000 kasus di
seluruh dunia dan bahkan kematian terbesar 91% terjadi pada anak-anak Afrika.
Kematian anak di bawah umur lima tahun akibat malaria di ASEAN sebesar 1%
pada tahun 2010 dan menempati urutan kedua setelah Afrika. Berdasarkan WHO,
antara tahun 2000 dan 2012 angka kematian akibat malaria sebesar 45% pada semua
kelompok umur dan 51% pada anak dibawah lima tahun 1,2,3.
C. ETIOLOGI
plasmodium knowlesi 4.
1. Malaria falciparum
Gejala demam dapat timbul intermitten dan dapat kontinyu. Demam dapat terjadi
sekitar 24 – 48 jam sekali. Malaria jenis ini disebut malaria tropika. Jenis malaria
2. Malaria vivax
7
Gejala demam terjadi setiap 48 jam atau dua hari sekali dan berlangsung selama 1-
8 jam kemudian mereda. Malaria jenis ini disebut malaria tertiana. Jenis malaria
merupakan malaria yang paling sering terjadi. Telah ditemukan juga kasus malaria
3. Malaria ovale
Pola demam malaria ovale seperti pada malaria vivax, namun bersifat ringan.
4. Malaria malariae
Gejala demam terjadi setiap 72 jam sekali. Malaria jenis ini disebut malaria
Kuartana
5. Malaria Knowlesi
Jenis malaria ini merupakan jenis yang baru. Disebabkan oleh plasmodium
D. MANIFESTASI KLINIS
Pembesaran hati (hepatomegali) dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare
dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk kasus malaria yang berat atau adanya malaria
dengan komplikasi pada anak dapat ditemukan tanda-tanda berupa kejang, distress
8
pernafasan, anemuia, gangguan metabolik hingga kematian. Manifestasi umum
1. Masa Inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasite
2. Keluhan-keluhan prodromal
malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot,
anoreksi, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di
punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada p.vivax dan p.ovale, sedangkan
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria secara berurutan yang
Stadium ini berlangsung +15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan
menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir
dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai
muntah.
kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali,
9
merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41 C atau lebih. Pada
tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya
penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah
tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari.
oleh penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang belum
pertama kali menderita malaria.Di daerah endemik malaria dimana penderita telah
berurutan, bahkan tidak selalu ada, dan seringkali bervariasi tergantung spesies
parasit dan imunitas penderita. Di daerah yang mempunyai tingkat penularan sangat
muncul gejala lain, misalnya: diare dan pegal-pegal. Hal ini disebut sebagai gejala
malaria yang bersifat lokal spesifik. Gejala klasik (trias malaria) lebih sering
menggigil dapat berlangsung berat atau malah tidak ada. Diantara 2 periode demam
terdapat periode tidak demam yang berlangsung selama 12 jam pada malaria
falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria malariae
4,5,6
.
10
E. SIKLUS HIDUP
yang terjadi pada nyamuk dan siklus skizogoni (siklus aseksual) yang terdapat pada
manusia.Siklus ini dimulai dari siklus sporogoni yaitu ketika nyamuk mengisap
ookinet. Ookinet masuk ke lambung nyamuk membentuk ookista. Ookista ini akan
membentuk ribuan sprozoit yang nantinya akan pecah dan sprozoit keluar dari
ookista. Sporozoit ini akan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk, salah satunya
Siklus skizogoni terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus eksoeritrositik dan siklus
masuk kedalam tubuh manusia melewati luka tusuk nyamuk. Sporozoit akan
mengikuti aliran darah menuju ke hati, sehingga menginfeksi sel hati dan akan
matang menjadi skizon. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositik. Pada Plasmodium
Selanjutnya, skizon akan pecah mengeluarkan merozoit yang akan masuk ke aliran
tersebut akan berubah morfologi menjadi tropozoit belum matang lalu matang
dan membentuk skizon lagi yang pecah dan menjadi merozoit lagi. Diantara
11
bentuk tropozoit tersebut ada yang menjadi gametosit dan gametosit inilah yang
nantinya akan dihisap lagi oleh nyamuk. Begitu seterusnya akan berulang-ulang
terus. Gametosit tidak menjadi penyebab terjadinya gangguan klinik pada penderita
F. PATOFISIOLOGI
Infeksi malaria berkembang melalui dua tahap: melalui tahap yang melibatkan
hati (fase eksoeritrositik), dan melalui tahap yang melibatkan sel-sel darah merah,
12
atau eritrosit (fase eritrositik). Ketika nyamuk yang terinfeksi menembus kulit
seseorang untuk mengambil makan darah, sporozoit dalam air liur nyamuk
hepatosit, bereproduksi secara aseksual dan tanpa gejala untuk jangka waktu 8-30
hari 8.
Setelah masa dorman potensial dalam hati, organisme ini berdiferensiasi untuk
menghasilkan ribuan merozoit. Setelah pecahnya sel inang mereka, merozoit masuk
ke dalam darah dan menginfeksi sel-sel darah merah untuk memulai tahap
eritrositik dari siklus hidup. Parasit yang telah keluar dari hati menjadi tidak
terdeteksi dengan membungkus dirinya dalam membran sel dari sel inang hati yang
terinfeksi 8.
Dalam sel darah merah, parasit berkembang biak lebih lanjut, secara aseksual
lagi, secara berkala keluar dari sel inang mereka untuk menyerang sel-sel darah
tertentu mulai dari beberapa bulan (7-10 bulan khas) hingga beberapa tahun.
Hipnozoit bertanggung jawab untuk inkubasi yang panjang dan relapse akhir
13
Parasit ini relatif terlindungi dari serangan sistem kekebalan tubuh karena pada
sebagian besar siklus hidup manusia parasit itu berada di dalam sel-sel hati dan
darah dan relatif tidak terlihat bagi surveilans kekebalan tubuh. Namun, sel darah
yang beredar yang terinfeksi hancur di limpa. Untuk menghindari hal ini, parasit P.
kecil, sehingga parasit tidak melalui sirkulasi umum dan limpa. Penyumbatan
mikrovaskulatur menyebabkan gejala seperti malaria plasenta. Sel darah merah bisa
G. DIAGNOSIS
jiwa. Gejala utama demam sering didiagnosis dengan infeksi lain seperti demam
sering juga didiagnosis sebagai infeksi otak atau bahkan stroke. Mengingat
daerah endemis malaria pada setiap penderita dengan demam harus dilakukan.
14
Untuk anak <5 tahun diagnosis menggunakan MTBS namun pada daerah
dan transfusi sebelumnya. Pada MTBS diperhatikan gejala demam dan atau
pucat untuk dilakukan pemeriksaan sediaan darah. Diagnosis pasti malaria harus
3) Sklera ikterik.
3. Pemeriksaan laboratorium
15
b. Spesies dan stadium plasmodium.
c. Kepadatan parasit.
pengobatan.
4. Distres pernafasan
5. Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan sistolik <80
7. Hemoglobinuria
16
Gambaran laboratorium :
3. Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis
endemis rendah atau > 5% eritrosit atau 100.0000 parasit /μl di daerah
endemis tinggi)
6. Hemoglobinuria
H. PENATALAKSANAAN
Therapy (ACT) oral. Di samping itu diberikan primakuin sebagai gametosidal dan
hipnozoidal 4.
17
Therapy (ACT) untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks, Primakuin
untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis
0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25
mg/kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan. Pengobatan
malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini 4.
18
2. Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria
vivaks 4.
Therapy (ACT) 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan
Therapy (ACT) selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari
selama 14 hari 4.
Penanganan pada malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS) atau
fasilitas yang lebih lengkap. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan dan
19
1. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non Perawatan
berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum dirujuk
Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam
artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium bikarbonat 5%. Keduanya
Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena sebanyak 3 kali jam ke 0,
12, 24. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari sampai
penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah dapat minum obat, maka
Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat. Obat ini
ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi 500
mg / 2 ml. Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6 -
20
8 mg/kg bb) diencerkan dengan Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 % sebanyak 5 - 10
cc/kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat
minum obat 4.
I. KOMPLIKASI
1. Malaria Cerebral
Sel darah merah yang terinfeksi dapat menyumbat pembuluh darah kecil yang
oksigen otak. Ini dikenal dengan malaria serebral. Malaria serebral dapat
dari ringan hingga berat. Gejala neurologi lain adalah kejang, kaku kuduk, tremor,
Penanganan malaria cerebral adalah dengan terapi spesifik anti malaria serta
terapi suportif atau penanganan umum komplikasi yang terjadi. Pada pasien yang
nafas baik. Memasang nasogastric tube (NGT) dan aspirasi cairan lambung tiap 4
cairan ke paru-paru. Berikan terapi spesifik anti malaria. Dapat juga diberikan obat
21
untuk antioedema otak biasanya dipakai mannitol 0,25/1gram/kgbb diberikan
2. Hipoglikemia
atau kuinidin, tetapi dapat juga ditemukan pada pasien dengan kadar insulin normal
5,9
.
makan, susu/air gula atau larutan glukosa yang adekuat atau sering. Bila masih
Untuk pasien yang tidak sadar diberikan 5 ml/kg glukosa 10% secara intravena
3. Anemia Berat
Komplikasi ini terjadi karena banyaknya sel darah merah yang hancur atau rusak
Penanganan anemia berat adalah dengan transfusi. Pada pasien dengan Hb < 5
g/dl (Ht <15%) disertai distres pernafasan diberikan PRC atau darah segar 20
Jika tanpa disertai distress pernafasan PRC diberikan 20ml/kgbb selama 3-4 jam 5,9.
4. Edema Paru
Malaria serebral pada anak, anemia berat, dan parasitemia dapat menyebabkan
edema paru akut. Mungkin juga diakibatkan oleh karena kelebihan cairan. Takipnea
adalah tanda paling awal dari edema paru yang akan terjadi 5,9.
22
Penanganan edeama paru yaitu posisi pasien setengah duduk, diberikan oksigen,
J. PROGNOSIS
>100.000/mm3 dan jika hematokrit <30% maka prognosisnya buruk. Apabila cepat
diobati maka prognosis bisa lebih baik, namun apabila lambat pengobatan akan
K. DIFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Demam Tifoid
Demam tifoid, atau typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
dapat ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman
yang telah tercemar oleh tinja. Demam tifoid, juga dikenal sebagai demam enterik,
gastrointestinal seperti, sakit perut menyebar, dan sembelit serta dapat terjadi
23
penurunan kesadaran (delirium). Komplikasi yang dapat terjadi adalah perdarahan
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan
seluruh wilayah tanah air. Gejala yang akan muncul seperti ditandai dengan demam
mendadak, sakir kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan menifestasi perdarahan
seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan
tubuh pada penderita. Pada umumnya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue)
akan mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita
akan merasakan demam yang cukup tinggi 400C, kemudian pada fase ke-dua
penderita mengalami fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan
mengalami turunnya demam hingga 370C dan penderita akan merasa dapat
melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika tidak
mendapatkan pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi
(pendarahan). Di fase yang ketiga ini akan terjadi pada hari ke 6-7 ini, penderita
akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah
3. Leptospirosis
24
Inada setelah sebelumnya digambarkan oleh Adolf Weil tahun 1886. Weil
gambaran klinis leptospirosis dilaporkan pertama kali oleh Van der Scheer di
Jakarta pada tahun 1892, sedang isolasinya dilakukan oleh Vervoot pada tahun
1922. Penyakit ini disebut juga sebagai Weil disease, Canicola fever, Hemorrhagic
25
BAB III
PENUTUP
Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit genus
tidak dapat bertransmisi secara langsung dari satu orang ke orang lain.
Pembesaran hati (hepatomegali) dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare
dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk kasus malaria yang berat atau adanya malaria
dengan komplikasi pada anak dapat ditemukan tanda-tanda berupa kejang, distress
dan hipnozoidal.
Prognosis malaria dapat baik jika penangan cepat dilakukan, namun apabila
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Pusdatin. 2016. Malaria. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
2. Sopi, B. 2015. Malaria pada Anak Umur di Bawah Lima Tahun. Loka Litbang
3. Kemenkes RI. 2014. Situasi Malaria di Indonesia. InfoDatin (Pusat Data dan
5. Anonim. 2018. Malaria pada Anak. Divisi Infeksi Tropis Departemen Ilmu
https://www.academia.edu/9417509/Konsep_Patofisiologis_and_Cara_Penular
an_Malaria
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC270697/
https://jurnalpediatri.com/2014/03/20/penanganan-terkini-demam-tifoid-tifus/
27
11. Kemenkes. 2017. Demam Berdarah Dengue (DBD). (Online)
https://www.depkes.go.id/development/site/depkes/index.php?cid=1-
17042500004&id=demam-berdarah-dengue-dbd-.html
28