Novi H. Rampengan
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: novierampengan@yahoo.com
Abstrak: Malaria masih merupakan masalah di Indonesia karena terdapat endemis di sebagian
besar wilayah Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2010 penyebab malaria yang tertinggi ialah
P. falciparum (86,4%) dan P. vivax (6,9%) dengan angka kematian untuk semua kelompok
umur meningkat >2 kali lipat pada tahun 2006-2009 dibandingkan tahun sebelumnya. Salah
satu penyebabnya yaitu meningkatnya resistensi parasit malaria terhadap obat-obat malaria
sehingga WHO dan Kemkes merekomendasikan bukti laboratorium terinfeksi malaria dan
pemberian obat anti malaria diberikan kombinasi untuk mencegah resistensi. Lini I obat untuk
terapi malaria tanpa komplikasi yaitu DHP, AAQ dan lini II kinin + doksisiklin, sedangkan
lini I obat untuk terapi malaria berat yaitu artesunat IV atau artemeter IM dan lini II kinin IV.
Kata kunci: plasmodium, malaria, malaria tanpa komplikasi, malaria berat, terapi kombinasi
kematian terdapat di Afrika. Sekitar 86%
kematian akibat malaria terjadi pada anak
World Health Organization (WHO) usia <5 tahun.1-6
melaporkan bahwa di tahun 2010 Malaria merupakan masalah kesehatan
diperkirakan 3,3 milyar penduduk berisiko masyarakat di Indonesia karena masih
terinfeksi malaria. Sekitar 2,1 milyar endemis di sebagian besar wilayah
penduduk berada di risiko rendah (< 1 Indonesia, sehingga dimasukkan sebagai
kasus per 1000 penduduk) dimana 94% salah satu indikator millennium
secara geografik tinggal di luar Afrika dan developmental global (MDGs) dengan
1,2 milyar penduduk berada di risiko target menghentikan penyebaran dan
tinggi (>1 kasus per 1000 penduduk) mengurangi kejadian insiden malaria pada
dengan 47% tinggal di Afrika dan 37% di tahun 2015 yang dilihat dari indikator
Asia Tenggara. Tahun 2010 diperkirakan menurunnya angka kesakitan dan angka
terdapat 216 juta kasus malaria dan 81% kematian akibat malaria.7 Berdasarkan
berada di Afrika dan 13% di Asia annual parasite incidence (API) dilakukan
Tenggara, dengan perkiraan angka stratifikasi wilayah dimana Indonesia
kematian 655.000 penduduk dan 91% bagian Timur masuk dalam stratifikasi
S2 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S1-13
S1
malaria tinggi, stratifikasi sedang di 1. Konfirmasi parasitologis yang tepat
beberapa wilayah di Kalimantan, dengan pemeriksaan mikroskopis, atau
Sulawesi, dan Sumatera sedangkan Jawa- alternatif lain dengan RDTs bagi
Bali masuk dalam stratifikasi rendah, seluruh pasien dengan curiga malaria
meskipun masih terdapat beberapa desa sebelum memulai terapi. Pengobatan
dengan angka terinfeksi malaria yang malaria semata-mata berdasarkan
tinggi. Menurut Riskesdas tahun 2010 kecurigaan klinis hanya dilakukan saat
penyebab malaria yang tertinggi ialah P. benar-benar tidak tersedia akses
falciparum (86,4%) dan P. vivax (6,9%) pemeriksaan parasitologis untuk
dengan angka kematian untuk semua diagnosis. Pengobatan berdasarkan
kelompok umur menurun drastis, dimana diagnostic test yang tepat merupakan
pada tahun 2004 angka kematian sebesar penanganan yang baik dan memiliki
10,51% menjadi 1,34% pada tahun 2006, berbagai keuntungan seperti:
namun angka kematian meningkat >2 kali • Perbaikan penanganan pasien
lipat pada tahun 2006-2009.7 yang parasitologis positif karena
Meningkatnya angka kematian adanya konfirmasi infeksi
tersebut dapat disebabkan adanya terlebih dahulu
perubahan lingkungan yang • Identifikasi pasien dengan
mengakibatkan tempat perindukan parasitologis negatif sehingga
nyamuk semakin bertambah, diagnosis pasien dapat didiagnosis dan
malaria yang kurang tepat dan terlambat, diberikan terapi yang sesuai.
meningkatnya resistensi insektisida • Terhindarnya penggunaan anti
terhadap vektor, meningkatnya resistensi malaria pada pasien parasitologis
parasit malaria terhadap obatobat malaria, negatif sehingga mengurangi efek
dan belum tersedianya vaksin malaria. samping, interaksi obat, resistensi
Untuk menghadapi hal tersebut maka obat, serta penghematan biaya
WHO merekomendasikan bahwa semua • Kepercayaan publik yang lebih
orang di segala usia yang secara baik pada efikasi artesunate
epidemiologis tersangka malaria harus combination therapy (ACT)
melakukan konfirmasi parasitologis ketika digunakan untuk
diagnosis malaria baik dengan mengobati kasus pasti malaria.
pemeriksaan mikroskopis atau rapid • Kepercayaan publik yang lebih
diagnostic test (RDT)/simple baik pada diagnosis dan
immunochromatographic tests, sehingga pengobatan kasus-kasus demam
obat anti malaria tidak boleh dikonsumsi non malaria
oleh orang dengan diagnosis klinis 2. Malaria falsiparum tanpa komplikasi
malaria dan obat malaria yang ada seharusnya diterapi dengan ACT.
diberikan secara kombinasi untuk Primakuin dosis tunggal diberikan
mencegah dan mengurangi terjadinya sebagai anti gametosit pada malaria
resistensi.8 falsiparum dengan memperhatikan
pasien yang defisiensi G6PD.
PENGOBATAN MALARIA 3. Malaria vivax seharusnya diterapi
dengan klorokuin bila pada wilayah
Hal–hal yang perlu diperhatikan tersebut masih efektif; ACT yang
dalam pengobatan malaria menurut sesuai (bukan
pedoman pengobatan malaria yang artesunat+sulfadoksinpirimetamin)
direkomendasikan oleh WHO yaitu:4,9 seharusnya digunakan untuk malaria
vivax pada wilayah yang terbukti
Rampengan: Terapi malaria pada anak S3
resisten klorokuin. Baik klorokuin dan terjadi sekitar 3 jam sesudah per oral dan
ACT seharusnya diberikan dengan 14 11 jam sesudah pemberian rektal dengan
hari pemberian primakuin untuk waktu paruh eliminasi 1 jam. Artemisinin
mencegah relaps (memperhatikan dikonversi menjadi metabolit inaktif
pasien dengan defisiensi G6PD). melalui enzim sitokrom P450 CYP2B6 dan
4. Terdapat 5 jenis ACT yang enzim lainnya.10,11 Artemisinin merupakan
direkomendasikan saat ini yaitu induktor yang poten dalam
artemeter + lumefantrin, artesunat + metabolismenya sendiri.
amodiakuin, artesunat + meflokuin, Artemisinin dan derivatnya aman dan
artesunat + sulfadoksin-pirimetamin, diketahui toleransi baik. Efek samping
dan dihidroartemisinin + piperakuin yang serius ialah reaksi hipersensitivitas
(DHP). Pemilihan ACT seharusnya tipe 1 (1:3000). Artemisinin harus
didasarkan pada efikasi kombinasi di dihindari pada ibu hamil trimester
tiap-tiap negara. pertama dengan malaria tanpa komplikasi
5. Artemisinin dan derivatnya seharusnya karena belum terbukti aman. Obat ini
tidak digunakan sebagai monoterapi harus diberikan secara kombinasi, untuk
oral pada pengobatan malaria tanpa mencegah resistensi. Dosis 10 mg/kgbb
komplikasi. per dosis, 2 kali sehari pada hari pertama
6. Malaria berat seharusnya diterapi dilanjutkan 10 mg/kgbb dosis tunggal
pada 4 hari berikutnya. Tablet dan
dengan artesunat parenteral dan diikuti
kapsulnya mengandung 250 mg
oleh regimen terapi ACT yang lengkap
artemisinin serta supositoria mengandung
secepat mungkin penderita dapat
100 mg, 200 mg,
meminum obat. Ketika penderita
300 mg, 400 mg, dan 500
malaria berat tidak dapat diobati secara
mg artemisinin.8,10,12-14
parenteral, maka pasien harus diterapi
sebelum dirujuk kemudian dirujuk
sesegara mungkin ke fasilitas yang Artesunat
lebih memadai untuk pengobatan Artesunat merupakan garam natrium
lanjut. Pengobatan sebelum rujukan hemisuksin ester dari artemisinin. Obat ini
yaitu artesunat rektal, artesunat larut dalam air. Artesunat dapat diberikan
intramuskular (IM) atau artemeter IM dalam bentuk oral, rektal, IM ataupun IV.
dan kuinin IM. Artesunat diabsorpsi cepat, dengan kadar
puncak plasma tercapai dalam 2 jam per
OBAT-OBATAN UNTUK TERAPI rektal, 1,5 jam per oral dan 30 menit per
MALARIA PADA ANAK Artemisinin IM. Hampir seluruhnya dikonversi menjadi
dan derivatnya dihidroartemisinin sebagai bentuk
Artemisinin metabolit aktif. Eliminasinya cepat dan
aktivitas sebagai anti malaria ditentukan
Artemisinin merupakan penghancur
oleh eliminasi dihidroartemisinin, dengan
skizon darah yang poten, cepat dan aktif
waktu paruh ± 45 menit. Tidak diperlukan
melawan semua spesies plasmodium
dosis modifikasi pada gangguan hati atau
malaria. Obat ini memiliki aktivitas luas
ginjal. Artesunat memiliki toksisitas yang
melawan parasit aseksual dan membunuh
sangat mirip dengan artemisinin.
semua stadium mulai dari ring muda
Dosis artesunate 4 mg/kgbb sekali
sampai skizon. Pada malaria falsiparum,
sehari selama 3 hari per oral dan 2,4
artemisinin juga mematikan 4 stadium
mg/kgbb/dosis per IM/IV diberikan pada
gametosit yang biasanya hanya sensitif
jam ke 0,12 dan 24 serta selanjutnya tiap
terhadap primakuin. Artemisinin dan
24 jam. Tiap tablet mengandung 50 mg
derivatnya bekerja dengan menghambat
atau 200 mg sodium artesunat, tiap ampul
kalsium adenosin trifosfat esensial,
(IM/IV) mengandung 60 mg anhidrous
PfATPase 6. Konsentrasi puncak plasma
S4 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S1-13
asam artesunaik dengan ampul terpisah 5% tapi dapat diberikan per oral dan rektal
larutan natrium bikarbonat dan tiap kapsul sebagai sediaan tersendiri. Obat ini relatif
rektal mengandung 100 mg atau 400 mg tidak larut dalam air, dan memerlukan
natrium artesunat.8,9,15,16 substansi tambahan yang tepat untuk
menjamin absorpsi yang adekuat. Sediaan
gabungan dengan piperakuin sementara
Artemeter
dievaluasi kelak sebagai ACT yang
Artemeter merupakan metil eter dari
menjanjikan. Dihidro-artemisinin
dihidroartemisinin, dapat diberikan per
diabsorpsi cepat pada pemberian oral dan
oral atau IM. Juga merupakan koformulasi
mencapai kadar puncak plasma dalam 2,5
dengan lumefantrin sebagai terapi
jam. Absorpsinya pada pemberian rektal
kombinasi. Konsentrasi puncak plasma
lebih lambat, dengan pencapaian kadar
dicapai 2-3 jam setelah pemberian oral.
puncak ± 4 jam setelah pemberian. Obat
Pada pemberian IM, absorpsi sangat
ini berikatan dengan protein plasma sekitar
bervariasi (tergantung perfusi penderita)
50%. Eliminasi waktu paruhnya sekitar 45
dengan konsentrasi puncak plasma
menit melalui saluran cerna dan
umumnya dicapai dalam 6 jam tapi bisa
glukuronidasi hepatik. Toksisitasnya mirip
sampai 18 jam atau lebih pada beberapa
dengan artemisinin. Setiap tablet
kasus. Metabolit aktif dari Artemeter ialah
dihidroartemisin mengandung
dihidroartemisinin. Pada pemberian IM
20 mg, 60 mg dan 80 mg
artemeter yang dominan, sedangkan
dihidroartemisinin serta tiap supositoria
pemberian oral dihidroartemisinin yang
mengandung 80 mg
dominan. Biotransformasi obat ini
dihidroartemisinin. 9,19,20
dimediasi melalui enzim sitokrom P450
CYP3A4. Artemeter 95% terikat dengan
protein plasma. Eliminasi waktu paruh Artemotil
sekitar 1 jam, tapi pada pemberian IM, Artemotil adalah etil eter dari
eliminasi bervariasi tergantung absorpsi. artemisinin dan sangat mirip
Tidak diperlukan dosis modifikasi pada penggunaannya dengan artemeter.
gangguan hati atau ginjal. Toksisitas secara Absorpsi lambat dan tidak menentu,
umum mirip dengan artemisinin.9,17 dimana beberapa pasien sukar dideteksi
Dosis artemeter per oral yaitu 2 kadar artemotil dalam plasma hingga 24
mg/kgbb/dosis, 2 kali sehari pada hari jam setelah pemberian. Toksisitas sangat
pertama kemudian dilanjutkan 2 mg/kgbb mirip dengan artemisinin.
dosis tunggal pada 4 hari berikutnya, Dosis pertama 4,8 mg/kgbb, 6 jam
sedangkan injeksi dosis 1,6 mg/kgbb/dosis, kemudian 1,6 mg/kgbb, selanjutnya 1,6
2 kali sehari pada hari pertama kemudian mg/kgbb tiap hari selama 4 hari.
dilanjutkan 1,6 mg/kgbb dosis tunggal Merupakan sediaan berbasis minyak
pada 4 hari berikutnya. Tersedia dalam sehingga tidak larut dalam air. Hanya
bentuk kapsul yang mengandung 40 mg diberikan secara IM dengan tiap ampul
dan 50 mg artemeter serta ampul injeksi 40 mengandung 150 mg artemotil dalam 2 ml
mg per 1 ml (untuk anak) dan 80 mg per 1 larutan injeksi.3,4,8,18
ml (untuk dewasa). Dalam sediaan
kombinasi bersama lumefantrin maka tiap Aminokuinolin dan derivatnya
tablet mengandung 20 mg artemeter dan Primakuin
120 mg lumefantrin.3,8,9,18
Primakuin ialah 8-aminokuinolin dan
efektif melawan bentuk intrahepatik dari
Dihidroartemisinin seluruh tipe parasit malaria. Obat ini
Dihidroartemisinin merupakan bentuk digunakan untuk penyembuhan radikal dari
metabolit aktif dari derivat artemisinin, Plasmodium vivax dan ovale. Primakuin
Rampengan: Terapi malaria pada anak S5
hari pertama diberikan 2 dosis dan dapat diganti dengan tablet kina sulfat
meflokuin 15 mg meflokuin basa/kgbb sampai hari ke-7.8
dosis tunggal.8 Obat ACT yang digunakan sebagai
terapi lini I malaria tanpa komplikasi yaitu
Artemeter-Lumefantrin DHP dan alternatif ACT bila DHP tidak
Merupakan satu-satunya kombinasi tersedia yaitu artesunat lumenfantrin dan
dalam bentuk fixed dose. Kombinasi aman AAQ. Bila obat malaria ACT tidak
dan ditoleransi baik pada anak-anak tersedia dapat digunakan lini II yaitu
maupun dewasa. Absorbsi lumenfantrin kina+doksisiklin.8
meningkat bila diberikan bersama Untuk tatalaksana malaria berat di
makanan. Satu tablet mengandung 20 mg puskesmas digunakan artemeter 3,2
artemeter dan 120 mg lumefantrin. mg/kgbb IM loading dose dibagi 2 dosis
Rekomendasi yang dianjurkan adalah (tiap 12 jam) hari pertama diikuti dengan
regimen yang diberikan selama 3 hari. 1,6 mg/kgbb/24 jam selama 4 hari atau di
Obat ini diberikan pada 0, 8, 24,36, 48 dan RS rujukan diberikan artesunat IV 2,4
60 jam. Pada regimen 3 hari diberikan mg/kgbb IV pada hari pertama diberikan
berdasarkan berat badan, yaitu berat badan tiap 12 jam, kemudian dilanjutkan dosis
10-14,9 satu tablet, 15-24,9 dua tablet, 2,4 mg/kgbb pada hari ke 2-7/24 jam
2534,9 tiga tablet dan > 35 kg empat (beberapa kali lebih poten dibandingkan
tablet. Tablet diberikan 2 kali sehari artemeter IM). Bila obat tersebut diatas
selama 3 hari. Sudah tersedia dalam bentuk tidak tersedia dapat diberikan kina HCL
tablet larut dosis 10 mg/kgbb dalam 500 ml cairan
dalam air dengan berbagai rasa.8 dekstrosa 5% selama 6-8 jam selanjutnya
diberikan dengan dosis yang sama tiap 6-8
Artesunat-Sulfadoksin pirimetamine jam.8
Artesunat diberikan dengan dosis 4
mg/kgbb sekali sehari selama 3 hari dan
sulfadoksin pirimetamin dengan dosis 25
mg/kgbb sulfadoksin dan 1,25 mg/kgbb
pirimetamin dosis tunggal pada hari
pertama.8
19
Gambar 1. Transmisi dari plasmodium dan efek obat anti malaria