Anda di halaman 1dari 13

TERAPI MALARIA PADA ANAK

Novi H. Rampengan

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: novierampengan@yahoo.com

Abstract: Malaria is still a health problem in Indonesia because it is endemic in considerable


parts of Indonesia. According to Riskesdas 2010, the most frequent causes of malaria were P.
falciparum (86.4%) and P. vivax (6.9%), with mortality in all age groups increased more than
2 times in 2006-2009 compared to years before. One of the reasons is the increase of malaria
parasite resistence to malaria treatment. Therefore, WHO and Ministry of Health in Indonesia
recommend that malaria treatment must be by evidence of malaria infection with laboratory
tests and malaria medicine must be in combination form to prevent the occurence of
resistence. The first line treatment for uncomplicated malaria cases is DHP and AAQ
meanwhile the second line is quinine and doxycycline. Moreover, the first line treatment for
severe malaria cases is artesunate IV or artemeter IM and the second line is kinine IV.
Keywords: plasmodium, malaria, uncomplicated malaria, severe malaria, combination therapy

Abstrak: Malaria masih merupakan masalah di Indonesia karena terdapat endemis di sebagian
besar wilayah Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2010 penyebab malaria yang tertinggi ialah
P. falciparum (86,4%) dan P. vivax (6,9%) dengan angka kematian untuk semua kelompok
umur meningkat >2 kali lipat pada tahun 2006-2009 dibandingkan tahun sebelumnya. Salah
satu penyebabnya yaitu meningkatnya resistensi parasit malaria terhadap obat-obat malaria
sehingga WHO dan Kemkes merekomendasikan bukti laboratorium terinfeksi malaria dan
pemberian obat anti malaria diberikan kombinasi untuk mencegah resistensi. Lini I obat untuk
terapi malaria tanpa komplikasi yaitu DHP, AAQ dan lini II kinin + doksisiklin, sedangkan
lini I obat untuk terapi malaria berat yaitu artesunat IV atau artemeter IM dan lini II kinin IV.
Kata kunci: plasmodium, malaria, malaria tanpa komplikasi, malaria berat, terapi kombinasi
kematian terdapat di Afrika. Sekitar 86%
kematian akibat malaria terjadi pada anak
World Health Organization (WHO) usia <5 tahun.1-6
melaporkan bahwa di tahun 2010 Malaria merupakan masalah kesehatan
diperkirakan 3,3 milyar penduduk berisiko masyarakat di Indonesia karena masih
terinfeksi malaria. Sekitar 2,1 milyar endemis di sebagian besar wilayah
penduduk berada di risiko rendah (< 1 Indonesia, sehingga dimasukkan sebagai
kasus per 1000 penduduk) dimana 94% salah satu indikator millennium
secara geografik tinggal di luar Afrika dan developmental global (MDGs) dengan
1,2 milyar penduduk berada di risiko target menghentikan penyebaran dan
tinggi (>1 kasus per 1000 penduduk) mengurangi kejadian insiden malaria pada
dengan 47% tinggal di Afrika dan 37% di tahun 2015 yang dilihat dari indikator
Asia Tenggara. Tahun 2010 diperkirakan menurunnya angka kesakitan dan angka
terdapat 216 juta kasus malaria dan 81% kematian akibat malaria.7 Berdasarkan
berada di Afrika dan 13% di Asia annual parasite incidence (API) dilakukan
Tenggara, dengan perkiraan angka stratifikasi wilayah dimana Indonesia
kematian 655.000 penduduk dan 91% bagian Timur masuk dalam stratifikasi
S2 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S1-13

S1
malaria tinggi, stratifikasi sedang di 1. Konfirmasi parasitologis yang tepat
beberapa wilayah di Kalimantan, dengan pemeriksaan mikroskopis, atau
Sulawesi, dan Sumatera sedangkan Jawa- alternatif lain dengan RDTs bagi
Bali masuk dalam stratifikasi rendah, seluruh pasien dengan curiga malaria
meskipun masih terdapat beberapa desa sebelum memulai terapi. Pengobatan
dengan angka terinfeksi malaria yang malaria semata-mata berdasarkan
tinggi. Menurut Riskesdas tahun 2010 kecurigaan klinis hanya dilakukan saat
penyebab malaria yang tertinggi ialah P. benar-benar tidak tersedia akses
falciparum (86,4%) dan P. vivax (6,9%) pemeriksaan parasitologis untuk
dengan angka kematian untuk semua diagnosis. Pengobatan berdasarkan
kelompok umur menurun drastis, dimana diagnostic test yang tepat merupakan
pada tahun 2004 angka kematian sebesar penanganan yang baik dan memiliki
10,51% menjadi 1,34% pada tahun 2006, berbagai keuntungan seperti:
namun angka kematian meningkat >2 kali • Perbaikan penanganan pasien
lipat pada tahun 2006-2009.7 yang parasitologis positif karena
Meningkatnya angka kematian adanya konfirmasi infeksi
tersebut dapat disebabkan adanya terlebih dahulu
perubahan lingkungan yang • Identifikasi pasien dengan
mengakibatkan tempat perindukan parasitologis negatif sehingga
nyamuk semakin bertambah, diagnosis pasien dapat didiagnosis dan
malaria yang kurang tepat dan terlambat, diberikan terapi yang sesuai.
meningkatnya resistensi insektisida • Terhindarnya penggunaan anti
terhadap vektor, meningkatnya resistensi malaria pada pasien parasitologis
parasit malaria terhadap obatobat malaria, negatif sehingga mengurangi efek
dan belum tersedianya vaksin malaria. samping, interaksi obat, resistensi
Untuk menghadapi hal tersebut maka obat, serta penghematan biaya
WHO merekomendasikan bahwa semua • Kepercayaan publik yang lebih
orang di segala usia yang secara baik pada efikasi artesunate
epidemiologis tersangka malaria harus combination therapy (ACT)
melakukan konfirmasi parasitologis ketika digunakan untuk
diagnosis malaria baik dengan mengobati kasus pasti malaria.
pemeriksaan mikroskopis atau rapid • Kepercayaan publik yang lebih
diagnostic test (RDT)/simple baik pada diagnosis dan
immunochromatographic tests, sehingga pengobatan kasus-kasus demam
obat anti malaria tidak boleh dikonsumsi non malaria
oleh orang dengan diagnosis klinis 2. Malaria falsiparum tanpa komplikasi
malaria dan obat malaria yang ada seharusnya diterapi dengan ACT.
diberikan secara kombinasi untuk Primakuin dosis tunggal diberikan
mencegah dan mengurangi terjadinya sebagai anti gametosit pada malaria
resistensi.8 falsiparum dengan memperhatikan
pasien yang defisiensi G6PD.
PENGOBATAN MALARIA 3. Malaria vivax seharusnya diterapi
dengan klorokuin bila pada wilayah
Hal–hal yang perlu diperhatikan tersebut masih efektif; ACT yang
dalam pengobatan malaria menurut sesuai (bukan
pedoman pengobatan malaria yang artesunat+sulfadoksinpirimetamin)
direkomendasikan oleh WHO yaitu:4,9 seharusnya digunakan untuk malaria
vivax pada wilayah yang terbukti
Rampengan: Terapi malaria pada anak S3

resisten klorokuin. Baik klorokuin dan terjadi sekitar 3 jam sesudah per oral dan
ACT seharusnya diberikan dengan 14 11 jam sesudah pemberian rektal dengan
hari pemberian primakuin untuk waktu paruh eliminasi 1 jam. Artemisinin
mencegah relaps (memperhatikan dikonversi menjadi metabolit inaktif
pasien dengan defisiensi G6PD). melalui enzim sitokrom P450 CYP2B6 dan
4. Terdapat 5 jenis ACT yang enzim lainnya.10,11 Artemisinin merupakan
direkomendasikan saat ini yaitu induktor yang poten dalam
artemeter + lumefantrin, artesunat + metabolismenya sendiri.
amodiakuin, artesunat + meflokuin, Artemisinin dan derivatnya aman dan
artesunat + sulfadoksin-pirimetamin, diketahui toleransi baik. Efek samping
dan dihidroartemisinin + piperakuin yang serius ialah reaksi hipersensitivitas
(DHP). Pemilihan ACT seharusnya tipe 1 (1:3000). Artemisinin harus
didasarkan pada efikasi kombinasi di dihindari pada ibu hamil trimester
tiap-tiap negara. pertama dengan malaria tanpa komplikasi
5. Artemisinin dan derivatnya seharusnya karena belum terbukti aman. Obat ini
tidak digunakan sebagai monoterapi harus diberikan secara kombinasi, untuk
oral pada pengobatan malaria tanpa mencegah resistensi. Dosis 10 mg/kgbb
komplikasi. per dosis, 2 kali sehari pada hari pertama
6. Malaria berat seharusnya diterapi dilanjutkan 10 mg/kgbb dosis tunggal
pada 4 hari berikutnya. Tablet dan
dengan artesunat parenteral dan diikuti
kapsulnya mengandung 250 mg
oleh regimen terapi ACT yang lengkap
artemisinin serta supositoria mengandung
secepat mungkin penderita dapat
100 mg, 200 mg,
meminum obat. Ketika penderita
300 mg, 400 mg, dan 500
malaria berat tidak dapat diobati secara
mg artemisinin.8,10,12-14
parenteral, maka pasien harus diterapi
sebelum dirujuk kemudian dirujuk
sesegara mungkin ke fasilitas yang Artesunat
lebih memadai untuk pengobatan Artesunat merupakan garam natrium
lanjut. Pengobatan sebelum rujukan hemisuksin ester dari artemisinin. Obat ini
yaitu artesunat rektal, artesunat larut dalam air. Artesunat dapat diberikan
intramuskular (IM) atau artemeter IM dalam bentuk oral, rektal, IM ataupun IV.
dan kuinin IM. Artesunat diabsorpsi cepat, dengan kadar
puncak plasma tercapai dalam 2 jam per
OBAT-OBATAN UNTUK TERAPI rektal, 1,5 jam per oral dan 30 menit per
MALARIA PADA ANAK Artemisinin IM. Hampir seluruhnya dikonversi menjadi
dan derivatnya dihidroartemisinin sebagai bentuk
Artemisinin metabolit aktif. Eliminasinya cepat dan
aktivitas sebagai anti malaria ditentukan
Artemisinin merupakan penghancur
oleh eliminasi dihidroartemisinin, dengan
skizon darah yang poten, cepat dan aktif
waktu paruh ± 45 menit. Tidak diperlukan
melawan semua spesies plasmodium
dosis modifikasi pada gangguan hati atau
malaria. Obat ini memiliki aktivitas luas
ginjal. Artesunat memiliki toksisitas yang
melawan parasit aseksual dan membunuh
sangat mirip dengan artemisinin.
semua stadium mulai dari ring muda
Dosis artesunate 4 mg/kgbb sekali
sampai skizon. Pada malaria falsiparum,
sehari selama 3 hari per oral dan 2,4
artemisinin juga mematikan 4 stadium
mg/kgbb/dosis per IM/IV diberikan pada
gametosit yang biasanya hanya sensitif
jam ke 0,12 dan 24 serta selanjutnya tiap
terhadap primakuin. Artemisinin dan
24 jam. Tiap tablet mengandung 50 mg
derivatnya bekerja dengan menghambat
atau 200 mg sodium artesunat, tiap ampul
kalsium adenosin trifosfat esensial,
(IM/IV) mengandung 60 mg anhidrous
PfATPase 6. Konsentrasi puncak plasma
S4 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S1-13

asam artesunaik dengan ampul terpisah 5% tapi dapat diberikan per oral dan rektal
larutan natrium bikarbonat dan tiap kapsul sebagai sediaan tersendiri. Obat ini relatif
rektal mengandung 100 mg atau 400 mg tidak larut dalam air, dan memerlukan
natrium artesunat.8,9,15,16 substansi tambahan yang tepat untuk
menjamin absorpsi yang adekuat. Sediaan
gabungan dengan piperakuin sementara
Artemeter
dievaluasi kelak sebagai ACT yang
Artemeter merupakan metil eter dari
menjanjikan. Dihidro-artemisinin
dihidroartemisinin, dapat diberikan per
diabsorpsi cepat pada pemberian oral dan
oral atau IM. Juga merupakan koformulasi
mencapai kadar puncak plasma dalam 2,5
dengan lumefantrin sebagai terapi
jam. Absorpsinya pada pemberian rektal
kombinasi. Konsentrasi puncak plasma
lebih lambat, dengan pencapaian kadar
dicapai 2-3 jam setelah pemberian oral.
puncak ± 4 jam setelah pemberian. Obat
Pada pemberian IM, absorpsi sangat
ini berikatan dengan protein plasma sekitar
bervariasi (tergantung perfusi penderita)
50%. Eliminasi waktu paruhnya sekitar 45
dengan konsentrasi puncak plasma
menit melalui saluran cerna dan
umumnya dicapai dalam 6 jam tapi bisa
glukuronidasi hepatik. Toksisitasnya mirip
sampai 18 jam atau lebih pada beberapa
dengan artemisinin. Setiap tablet
kasus. Metabolit aktif dari Artemeter ialah
dihidroartemisin mengandung
dihidroartemisinin. Pada pemberian IM
20 mg, 60 mg dan 80 mg
artemeter yang dominan, sedangkan
dihidroartemisinin serta tiap supositoria
pemberian oral dihidroartemisinin yang
mengandung 80 mg
dominan. Biotransformasi obat ini
dihidroartemisinin. 9,19,20
dimediasi melalui enzim sitokrom P450
CYP3A4. Artemeter 95% terikat dengan
protein plasma. Eliminasi waktu paruh Artemotil
sekitar 1 jam, tapi pada pemberian IM, Artemotil adalah etil eter dari
eliminasi bervariasi tergantung absorpsi. artemisinin dan sangat mirip
Tidak diperlukan dosis modifikasi pada penggunaannya dengan artemeter.
gangguan hati atau ginjal. Toksisitas secara Absorpsi lambat dan tidak menentu,
umum mirip dengan artemisinin.9,17 dimana beberapa pasien sukar dideteksi
Dosis artemeter per oral yaitu 2 kadar artemotil dalam plasma hingga 24
mg/kgbb/dosis, 2 kali sehari pada hari jam setelah pemberian. Toksisitas sangat
pertama kemudian dilanjutkan 2 mg/kgbb mirip dengan artemisinin.
dosis tunggal pada 4 hari berikutnya, Dosis pertama 4,8 mg/kgbb, 6 jam
sedangkan injeksi dosis 1,6 mg/kgbb/dosis, kemudian 1,6 mg/kgbb, selanjutnya 1,6
2 kali sehari pada hari pertama kemudian mg/kgbb tiap hari selama 4 hari.
dilanjutkan 1,6 mg/kgbb dosis tunggal Merupakan sediaan berbasis minyak
pada 4 hari berikutnya. Tersedia dalam sehingga tidak larut dalam air. Hanya
bentuk kapsul yang mengandung 40 mg diberikan secara IM dengan tiap ampul
dan 50 mg artemeter serta ampul injeksi 40 mengandung 150 mg artemotil dalam 2 ml
mg per 1 ml (untuk anak) dan 80 mg per 1 larutan injeksi.3,4,8,18
ml (untuk dewasa). Dalam sediaan
kombinasi bersama lumefantrin maka tiap Aminokuinolin dan derivatnya
tablet mengandung 20 mg artemeter dan Primakuin
120 mg lumefantrin.3,8,9,18
Primakuin ialah 8-aminokuinolin dan
efektif melawan bentuk intrahepatik dari
Dihidroartemisinin seluruh tipe parasit malaria. Obat ini
Dihidroartemisinin merupakan bentuk digunakan untuk penyembuhan radikal dari
metabolit aktif dari derivat artemisinin, Plasmodium vivax dan ovale. Primakuin
Rampengan: Terapi malaria pada anak S5

diabsorpsi di saluran cerna. Konsentrasi piperakuin menjadi kombinasi yang baik


puncak plasma dicapai sekitar 1–2 jam dengan artemisinin dan derivatnya. Sejak
setelah pemberian dan waktu paruh tahun 2009 piperakuin dikombinasikan
eliminasi 3–6 jam. Obat ini dimetabolisme dengan dihidroartemisinin menjadi
secara cepat di hati.18,19,21 dihidroartemisinin-piperakuin (DHP)
Efek samping terpenting ialah anemia dengan angka kesembuhan >95%.
hemolitik pada pasien dengan defisiensi Piperakuin tidak memiliki efek
G6PD, defek lain dari metabolisme kardiotoksik, serta larut dalam lemak
glukosa melalui jalur eritrosit pentose dengan distribusi yang luas
fosfat atau tipe lain hemoglo-binopati. dan bioavibilitas yang tetap.24,25
Sediaan berupa tablet mengandung 5 mg,
7,5 mg dan 15mg Lumefantrin
primakuin difosfat.4,18,19 Lumefantrin merupakan antimalaria
golongan aryl aminoalkohol termasuk
Amodiakuin kuinin, meflokuin dan halofantrin. Hanya
tersedia dalam bentuk oral ko-formulasi
Amodiakuin merupakan mannich base
dengan artemeter. Obat ini sangat efektif
4 aminokuinolin dengan aksi yang mirip
melawan multidrug resistance dari malaria
dengan klorokuin. Obat ini diabsorpsi di
falsiparum. Kadar puncak plasma dicapai
saluran cerna dan secara cepat dikonversi
10 jam dengan eliminasi waktu paruh
di hati menjadi bentuk metabolit aktif
sekitar 3 hari. Efek samping yang timbul
desetilamdodiakuin, yang nantinya berefek
ringan berupa mual, nyeri kepala, pusing
sebagai anti malaria. Amodiakuin dan
dan terkadang sukar dibedakan dengan
desetilamodiakuin masih terdeteksi di urin
gejala malaria itu sendiri. Tersedia dalam
beberapa bulan setelah pemberian.3,4
bentuk tablet yang mengandung 20 mg
Efek samping amodiakuin seperti artemeter dan 120 mg lumefantrin.3,26,27
sedikit pruritus, resiko tinggi agrnulositosis
dan hepatitis derajat ringan. Dosis besar
menyebabkan sinkop, spastis, konvulsi dan Kinin
gerakan involunter. Sediaan berupa tablet Kinin bekerja terutama pada stadium
yang mengandung 200 mg amodiakuin trofozoit matur dari perkembangan parasit
base hidroklorid atau 153,1 mg dan tidak mencegah sekuestrasi atau
klorohidrat.4,18,19,22 perkembangan selanjutnya stadium ring
P.falciparum. Kinin juga efektif untuk
terapi plasmodium malaria lainnya, namun
Naftokuin kinin ini tidak membunuh stadium
Naftokuin ialah tetra-aminokuinolin preeritrosit.28,29 Farmakoinetik kinin diubah
yang diberikan sebagai kombinasi dengan signifikan oleh infeksi malaria dengan
artemisinin. Naftokuin memiliki struktur mengurangi volume distribusi dan klirens
yang mirip dengan koenzim Q, terikat obat berhubungan dengan beratnya
secara ireversibel dengan protein, dan penyakit. Konsentrasi obat pada anak < 2
bekerja dengan menghentikan maturasi tahun dengan malaria berat adalah lebih
dari sporozoit.23 tinggi dibandingkan anak yang lebih besar
dan dewasa. Kinin diserap cepat hampir
Antimalaria golongan lain seluruhnya di saluran cerna dan mencapai
Piperakuin kadar puncak plasma dalam 1–3 jam
Piperakuin ialah anti malaria yang setelah pemberian oral. Absorpsi baik pada
merupakan sintesis pertama biskuinolin. pemberian intramuskular untuk malaria
Piperakuin lambat diabsorpsi dan waktu berat. Kinin terdistribusi luas di seluruh
paruh biologik yang panjang menyebabkan tubuh termasuk cairan serebrospinal, ASI
S6 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S1-13

dan plasenta. Ekskresi meningkat di asam ekuivalen dengan 274 mg garam


urin. Rata-rata eliminasi waktu paruh 11 hidroklorid.3,32
hari pada orang sehat, 16 hari pada Efek samping paling sering berupa
penderita malaria tanpa komplikasi dan 18 mual, muntah, nyeri perut, anoreksia,
hari pada malaria berat. 3,18,30 diare, kepala, pusing, kehilangan
Penggunaan kinin menyebabkan keseimbangan, disforia, somnolen dan
sindrom cinchonism yang dikarakteristik gangguan tidur. Ditemukan gangguan
oleh gejala tinitus, gangguan pendengaran, neuropsikiatrik pada 1 dari 20 pasien yang
nyeri kepala, nausea, pusing dan disforia, menderita malaria berat yang diterapi
serta kadang-kadang terjadi gangguan dengan meflokuin. Efek samping yang
penglihatan. Efek samping yang terpenting jarang yaitu ruam kulit, pruritus, urtikaria,
ialah hipoglikemia akibat hiperinsulinemia. rambut rontok, kelemahan otot, gangguan
Pemberian secara IM berefek nyeri, fungsi hati, dan sangat jarang
nekrosis fokal dan abses serta di area trombositopenia dan leukopenia. Terdapat
endemis menyebabkan schiatic nerve peningkatan risiko aritmia jika diberikan
palsy. bersama dengan beta blocker, calcium
Dosis kina yang dianjurkan 30 channel blocker, amiodaron, digoksin, atau
mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis selama antidepresan.3,18,27
7 hari pengobatan. Sediaan dalam bentuk
tablet berlapis gula berisi 220 mg kina Sulfadoksin (umumnya sudah resisten di
sulfat sedangkan kina injeksi terdiri dari Indonesia)
ampul 2 mg berisi kina hidroklorida 25% Sulfadoksin merupakan golongan
atau kina antipirin.3,4,8,18,31 sulfonamid, yang sedikit larut di air.
Meflokuin Sulfadoksin digunakan sebagai kombinasi
Meflokuin ialah 4 metanolkuinolin tetap dengan pirimetamin dengan sediaan
dan berhubungan dengan kinin, larut dalam tablet yang mengandung 500 mg
alkohol dan sedikit larut dalam air. Obat sulfadoksin dan 25 mg pirimetamin.
ini efektif melawan segala bentuk malaria. Terdapat juga sediaan injeksi yang
Meflokuin diabsorpsi baik di saluran cerna digunakan secara IM. Konsentrasi puncak
tapi terdapat variasi antara individual dalam darah dicapai dalam 4 jam setelah
dalam mencapai konsentrasi puncak pemberian oral. Eliminasi waktu paruh
plasma. Pemberian dosis 25 mg/kgBB terminal yaitu 4–9 hari.33,34 Sekitar 90-95%
dibagi dalam 2 kali dengan interval waktu terikat dengan protein plasma. Obat ini
6-24 jam dapat memperbesar absorpsi dan terdistribusi meluas ke seluruh jaringan
meningkatkan toleransi. Meflokuin tubuh dan cairan, melewati sirkulasi fetal
dimetabolisme di hati. Sekitar 98% terikat dan bisa terdeteksi di ASI. Obat ini
dengan protein plasma dan didistribusikan diekskresikan lambat di urin.13,33
di seluruh tubuh. Saat diberikan
bersamasama artesunat, konsentrasi dalam Efek samping berupa reaksi alergi
darah meningkat, kemungkinan karena yang bisa menjadi berat oleh karena
efek tidak langsung dari peningkatan eliminasi obat yang lambat. Dapat terjadi
absorpsi karena resolusi cepat dari gejala mual, muntah, anoreksia dan diare.
penyakit. Meflokuin diekskresikan sedikit Kristaluria dapat menyebabkan nyeri
di ASI. Memiliki eliminasi waktu paruh lumbal, hematuri dan oligouri serta nefritis
yang panjang kurang lebih 21 hari, interstisial.3,13
kemungkinan karena siklus enterohepatik.
Meflokuin diekskresikan di empedu dan Pirimetamin (umumnya sudah resisten
tinja. Meflokuin diberikan peroral sebagai di
garam hidroklorid, tablet 250 mg base
Rampengan: Terapi malaria pada anak S7

Indonesia) mengandung 3 atau 5 klorokuin basa,


Pirimetamin adalah diaminopirimidin sedangkan klorokuin sulfat mengandung 2
yang digunakan sebagai kombinasi dengan atau 3 klorokuin basa. Juga terdapat bentuk
sulfonamid. Efek anti malaria melalui ampul 1 ml dan 2 ml larutan 8% atau 10%
inhibisi plasmodial dihidrofolat reduktase klorokuin difosfat setara dengan 80 mg
yang secara tidak langsung menghambat atau 100 mg basa per ml.8
sintesis asam nukleat dari parasit. Obat ini
efektif terhadap 4 jenis malaria, sekalipun ACT yang beredar di Indonesia
resistensi telah muncul. Sediaan dalam Dihidroartemisinin-Piperakuin (DHP)
bentuk oral dan injeksi. Pirimetamin Dosis yang digunakan yaitu
hampir seluruhnya diabsorpsi di saluran dihidroartemisinin 2-4 mg/kgbb/dosis dan
cerna dan konsentrasi puncak plasma piperakuin 16-32 mg/kgbb/dosis, satu kali
dicapai dalam waktu 2-6 jam sesudah per hari selama 3 hari. Efek samping DHP
pemberian oral. Konsentrasi obat terutama hanya berupa diare ringan atau mual.
di ginjal, paru, hati dan limpa serta sekitar Penelitian di Vietnam, Thailand dan
80-90% terikat dengan plasma protein. Burma menunjukkan angka kesembuhan
Waktu paruh plasma sekitar 4 hari.3,13 hampir 100% pada pasien dengan P.
Penggunaan lama dapat menyebabkan Falciparum. Penelitian terhadap 334
penekanan hematopoiesis berhubungan penderita di Timika, Papua menunjukkan
dengan penghambatan metabolisme asam bahwa angka recrudescence pada P.
folat.3,4,13 falciparum 42 hari setelah terapi DHP
hanya 2,8%. dibandingkan 13% pada
Klorokuin (umumnya sudah resisten di ArtesunateAmodiakuin (AAQ) dan P.
Indonesia) vivax angka recrudescence 42 hari setelah
Dahulu sangat efektif untuk 4 spesies terapi DHP hanya 6,7% dibandingkan 30%
malaria. Klorokuin tidak berkhasiat pada AAQ. Penelitian mendapatkan bahwa
terhadap gametosit dewasa P. falsiparum DHP sama efektif dengan artemeter
tetapi efektif terhadap gametosit muda lumenfantrine (AL) namun angka
spesies lain. Penyerapan klorokuin terjadi recrudescence pada P. vivax 42 hari
melalui usus secara cepat dan hampir setelah terapi DHP hanya 8%
sempurna kemudian ditimbun dalam dibandingkan 37% pada AL.8
jaringan khususnya hati dan sebagian kecil
di organ yang mengandung parasit. Artesunat-amodiakuin (AAQ)
Klorokuin mempunyai kemampuan Kombinasi AAQ dengan nama dagang
menghalangi sintesis enzim dalam tubuh Artesdiaquine® atau Artesumoon® telah
parasit dalam pembentukan DNA dan diedarkan disemua provinsi yang terdapat
RNA.8 resistensi tinggi (>25%) terhadap obat
Efek samping klorokuin yang sering klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin.
terjadi yaitu mual muntah, nyeri perut dan Dosis obat ini adalah artesunat 4 mg/kgbb
diare apabila klorokuin diminum dalam sekali sehari selama 3 hari dan amodiakuin
keadaan perut kosong. Dosis toksik hari pertama dan hari kedua 10 mg/kgbb
klorokuin pada anak 750 mg basa, pada serta hari ketiga 5 mg/kgbb.8
dewasa 2000 mg basa atau 30-35 mg/kgbb.
Tidak ada antidotum terhadap klorokuin.8 Artesunat-Meflokuin
Dosis klorokuin yang dianjurkan yaitu Kombinasi artesunat diberikan selama
10 mg basa/kgbb/hari untuk hari pertama 3 hari di Thailand. Kombinasi ini aman,
dan kedua, dilanjutkan 5 mg basa/kgbb ditoleransi dengan baik dan sangat efektif.
untuk hari ketiga. Tersedia dalam bentuk Dosis pada anak yaitu artesunat 2 mg/kgbb
tablet difosfat dan sulfat. Difosfat sekali sehari selama 5 hari dimana untuk
S8 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S1-13

hari pertama diberikan 2 dosis dan dapat diganti dengan tablet kina sulfat
meflokuin 15 mg meflokuin basa/kgbb sampai hari ke-7.8
dosis tunggal.8 Obat ACT yang digunakan sebagai
terapi lini I malaria tanpa komplikasi yaitu
Artemeter-Lumefantrin DHP dan alternatif ACT bila DHP tidak
Merupakan satu-satunya kombinasi tersedia yaitu artesunat lumenfantrin dan
dalam bentuk fixed dose. Kombinasi aman AAQ. Bila obat malaria ACT tidak
dan ditoleransi baik pada anak-anak tersedia dapat digunakan lini II yaitu
maupun dewasa. Absorbsi lumenfantrin kina+doksisiklin.8
meningkat bila diberikan bersama Untuk tatalaksana malaria berat di
makanan. Satu tablet mengandung 20 mg puskesmas digunakan artemeter 3,2
artemeter dan 120 mg lumefantrin. mg/kgbb IM loading dose dibagi 2 dosis
Rekomendasi yang dianjurkan adalah (tiap 12 jam) hari pertama diikuti dengan
regimen yang diberikan selama 3 hari. 1,6 mg/kgbb/24 jam selama 4 hari atau di
Obat ini diberikan pada 0, 8, 24,36, 48 dan RS rujukan diberikan artesunat IV 2,4
60 jam. Pada regimen 3 hari diberikan mg/kgbb IV pada hari pertama diberikan
berdasarkan berat badan, yaitu berat badan tiap 12 jam, kemudian dilanjutkan dosis
10-14,9 satu tablet, 15-24,9 dua tablet, 2,4 mg/kgbb pada hari ke 2-7/24 jam
2534,9 tiga tablet dan > 35 kg empat (beberapa kali lebih poten dibandingkan
tablet. Tablet diberikan 2 kali sehari artemeter IM). Bila obat tersebut diatas
selama 3 hari. Sudah tersedia dalam bentuk tidak tersedia dapat diberikan kina HCL
tablet larut dosis 10 mg/kgbb dalam 500 ml cairan
dalam air dengan berbagai rasa.8 dekstrosa 5% selama 6-8 jam selanjutnya
diberikan dengan dosis yang sama tiap 6-8
Artesunat-Sulfadoksin pirimetamine jam.8
Artesunat diberikan dengan dosis 4
mg/kgbb sekali sehari selama 3 hari dan
sulfadoksin pirimetamin dengan dosis 25
mg/kgbb sulfadoksin dan 1,25 mg/kgbb
pirimetamin dosis tunggal pada hari
pertama.8

Obat malaria kombinasi non ACT di


Indonesia
Kinin+doksisiklin
Dosis kina sulfat untuk pengobatan
radikal malaria falsiparum tanpa
komplikasi ialah 10 mg/kgbb/dosis, 3 kali
sehari selama 7 hari dikombinasikan
dengan doksisiklin dosis 3-45 mg/kgbb
dua kali sehari 100 mg selama 7 hari.
Doksisiklin tidak boleh diberikan pada
anak di bawah usia 11 tahun. Untuk
malaria berat kina diberikan dengan dosis
10 mg/kgbb/dosis dalam 500 ml cairan
dekstrosa 5% selama 4 jam dan diulang
tiap 8 jam selama minimal 48 jam. Jika
pasien dapat minum obat oral, infus kina
Rampengan: Terapi malaria pada anak S9

Secara garis besar efek obat malaria dapat


dilihat pada Gambar 1.

19
Gambar 1. Transmisi dari plasmodium dan efek obat anti malaria

SIMPULAN stratifikasi sedang di beberapa wilayah di


Malaria masih merupakan masalah Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera kesehatan
masyarakat di Indonesia karena sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam masih endemis di
sebagian besar wilayah stratifikasi rendah.
Indonesia. Stratifikasi wilayah berdasarkan Meningkatnya angka kematian akibat API
menunjukkan Indonesia bagian Timur malaria dapat disebabkan oleh perubahan masuk
dalam stratifikasi malaria tinggi, lingkungan yang mengakibatkan tempat
S10 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S1-13

perindukan nyamuk semakin bertambah, 5. Mtove G, Hendriksen IC, Amos B,


diagnosis malaria yang kurang tepat dan Mrema H, Mandia V, Manjurano A, et
terlambat, meningkatnya resistensi al. Treatment guided by rapid diagnostic
insektisida terhadap vektor, tests for malaria in Tanzanian children:
meningkatnya resistensi parasit malaria safety and alternative bacterial
diagnoses. Malar J. 2011;10:290.
terhadap obat-obat malaria dan belum
6. Barber BE, William T, Grigg MJ, Piera
tersedianya vaksin malaria. Untuk K, Yeo TW, Anstey NM. Evaluation of
menghadapi hal tersebut maka WHO the sensitivity of a pLDH-based and an
merekomendasikan bahwa semua orang aldolase-based rapid diagnostic test for
di segala usia yang secara epidemiologi diagnosis of uncomplicated and severe
tersangka malaria harus melakukan malaria caused by PCR-confirmed
konfirmasi parasitologis diagnosis Plasmodium knowlesi, Plasmodium
malaria baik dengan mikroskopis dan falciparum, and Plasmodium vivax. J Clin
atau RDT, sehingga obat anti malaria Microbiol. 2013;51(4):1118-23.
tidak boleh dikonsumsi oleh orang 7. WHO Global Malaria Programme. WHO
dengan diagnosis klinis malaria dan obat Policy Recommendation: Seasonal Malaria
Chemoprevention (SMC) for Plasmodium
malaria yang ada diberikan secara
falciparum malaria control in highly
kombinasi untuk mencegah dan seasonal transmission areas of the Sahel
mengurangi terjadinya resistensi. sub-region in Africa. 2012.
Kemkes menggunakan golongan Available from:
ACT sebagai lini I malaria tanpa http://www.who.int/malaria/
komplikasi yaitu DHP, AAQ atau publications
Artesunat- /atoz/smc_policy_recommendation_en
Lumenfantrine. Bila ACT tidak tersedia _ 032012.pdf.
dapat digunakan lini II yaitu Kinin+ 8. Rampengan TH. Malaria
doksisiklin. Utuk terapi malaria berat pada anak. Harijanto PN, Nugroho
A, Gunawan CA, editors. In: Malaria dari
digunakan Artemeter IM di puskesemas Molekuler ke Klinis. Jakarta: EGC, 2010;
atau Artesunat IV di RS rujukan. Bila p. 156-94.
ACT tidak tersedia dapat digunakan 9. Hombhanje FW, Huang Q.
kinin IV. Artemisininnaphthoquine combination
(ARCO®): an overview of
DAFTAR PUSTAKA the progress.
Pharmaceuticals. 2010;3:3581-93.
1. WHO Global Malaria Programme. Test,
10. Lim P, Dek D, Try V, Eastman RT, Chy
treat, track: Scaling up diagnostic testing,
S,
treat ment and surveillance for malaria.
Geneva: the World Health Organization; Sreng S, et al. Ex vivo susceptibility
2012. Available from: http:// of plasmodium falciparum to
www.who.int/malaria/publications/atoz/t antimalarial drugs in Western,
est_treat_track_brochure.pdf. Northern, and Eastern Cambodia,
2. Pusat Data dan Informasi Kementerian 2011 - 2012: association with
Kesehatan RI. Epidemiologi malaria di molecular markers.
Indonesia. Jakarta: Bul Jendela Data dan Antimicrob Agents Chemother.
Informasi Kesehatan. 2011;1:1-16. 2013;57(11):5277-83.
3. Vinetz JM, Clain J, Bounkeua V, 11. Salman S, Page-Sharp M, Batty KT,
Eastman RT, Fidock D. Chemotherapy of Kose K, Griffin S, Siba PM,
malaria. In: Brunton L, Chabner B, et al. Pharmacokinetic
Knollman B, editors. Goodman & comparison of two piperaquine-containing
Gilman's The Pharmacological Basis of artemisinin combination therapies in
Therapeutics (12th ed.) China: Papua New
McGrawHill Inc, 2011; p. 70-85. Guinean children with
uncomplicated malaria. Antimicrob
4. World malaria report 2012. Geneva:
WHO, 2012.
Rampengan: Terapi malaria pada anak S11

Agents Chemother. 2012;56(6):3288-


97.
12. Bassat Q, Mulenga M, Tinto H, Piola P,
Borrmann S, Menéndez C, et al.
Dihydroartemisinin-piperaquine and
artemether-lumefantrine for treating
uncomplicated malaria in African children:
a randomised, non-inferiority trial. PLoS
One. 2009;4(11):e7871.
13. Thwing J, Eisele TP, Steketee RW.
Protective efficacy of malaria case
S12
Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S1-
11
management and intermittent Pharmaceuticals. 2010, 3:3581-
preventive treatment for 93.
preventing malaria mortality in 19. Toure OA, Penali LK, Yapi JD,
children: a systematic review Ako BA, Toure W, Djerea K, et
for the Lives Saved Tool. BMC al. A comparative, randomized
Public Health. 2011;11(Suppl clinical trial of
3):S14. artemisinin/naphtoquine twice daily
14. Whegang YS, Samson A, Basco one day versus
LK, Thalabard JC. Multiple artemether/lumefantrine six doses
treatment comparisons in a series of regimen in children and adults with
anti-malarial trials with an ordinal uncomplicated falciparum malaria in
primary outcome and repeated Côte d'Ivoire. Malar J. 2009;8:148.
treatment evaluations. Malar J. 20. Training module on malaria control:
2012;11:147. case management (guide for tutors).
15. Meremikwu MM, Odey F, Geneva: WHO, 2012.
Oringanje C, Oyo-Ita A, Effa E, 21. Training module on malaria control:
Esu EB, et al. Open-label trial of case management (guide for
three dosage regimens of fixed-dose participants).
combination of artemisinin and Geneva: WHO, 2012.
naphthoquine for treating 22. Hombhanje FW, Linge D, Saweri
uncomplicated falciparum malaria in A, Kuanch C, Jones R, Toraso S,
Calabar, Nigeria. Malar J. et al. Artemisinin-naphthoquine
2012;11:413. combination (ARCO) therapy for
16. Tjitra E, Hasugian AR, uncomplicated falciparum malaria in
Siswantoro H, Prasetyorini B, adults of Papua New Guinea: a
Ekowatiningsih R, Yusnita EA, et preliminary report on safety and
al. Efficacy and safety of efficacy. Malar J. 2009;8:196.
artemisinin-naphthoquine versus 23. von Seidlein L, Olaosebikan R,
dihydroartemisinin-piperaquine in Hendriksen IC, Lee SJ, Adedoyin
adult patients with uncomplicated OT, Agbenyega T, et al. Predicting
malaria: a multi-centre study in the clinical outcome of severe
Indonesia. Malar J. 2012;11:153. falciparum malaria in African
17. Hasugian AR, Purba HL, children: findings from a large
Kenangalem E, randomized trial. Clin Infect Dis.
Wuwung RM, Ebsworth 2012;54(8):1080-90.
EP, 24. Riccio EK, Totino PR, Pratt-
Maristela R, et al. Riccio LR, Ennes-Vidal V, Soares
Dihydroartemisininpiperaquine IS, Rodrigues MM, et al. Cellular
versus artesunateamodiaquine: and humoral immune responses
superior efficacy and against the Plasmodium vivax MSP-
posttreatment prophylaxis 119 malaria vaccine candidate in
against multidrug-resistant individuals living in an endemic area
plasmodium falciparum and in north-eastern Amazon region of
plasmodium vivax malaria. Brazil. Malar J. 2013;12(1):326.
Clin Infect Dis. 25. Smith GC, Sanders KC,
2007;44(8):1067-74. Galappaththy GN, Rundi C,
18. Hombhanje FW, Huang Q. Tobgay T, Sovannaroth S, et al.
Artemisinin - Naphthoquine Active case detection for malaria
Combination (ARCO®): an elimination: a survey among Asia
overview of the Pacific countries. Malar J.
progress. 2013;12(1):358.
S13

26. Burrows JN, van Huijsduijnen related data. Malar J.


RH, Möhrle JJ, Oeuvray C, Wells 2013;12(1):325.
TN. Designing the next generation 33. Noedl H, Se Y, Sriwichai S,
of medicines for malaria control and Schaecher K, Teja-Isavadharm P,
eradication. Malar J. 2013;12:187. Smith B, et al. Artemisinin
27. WHO. Update on artemisinin resistance in Cambodia: a clinical
resistance - April 2012. Available trial designed to address an
from: URL: emerging problem in South East
http://www.who.int/malaria/publicati Asia. Clin Infect Dis.
ons 2010;51(11):e82-9.
/atoz/arupdate042012.pdf 34. Woodrow CJ, Haynes RK,
28. Kalyango JN, Alfven T, Peterson Krishna S. Artemisinins.
S, Postgrad Med J.
Mugenyi K, Karamagi C, 2005;81(952):71-8.
Rutebemberwa E. Integrated
community case management
of malaria and pneumonia
increases prompt and appropriate
treatment for pneumonia
symptoms in children under five
years in Eastern Uganda. Malar
J. 2013;12(1):340.
29. Calderaro A, Piccolo G, Gorrini
C, Rossi S, Montecchini S, Dell
Anna ML, et al. Accurate
identification of the six human
plasmodium spp. causing imported
malaria, including plasmodium ovale
wallikeri and plasmodium knowlesi.
Malar J. 2013;12(1):321.
30. Oladosu OO, Oyibo WA.
Overdiagnosis and overtreatment of
malaria in children that presented
with fever in Lagos, Nigeria. ISRN
Infectious Diseases, 2013:6.
31. Achidi EA, Apinjoh TO, Anchang-
Kimbi JK, Mugri RN, Ngwai AN,
Yafi CN. Severe and uncomplicated
falciparum malaria in children from
three regions and three ethnic groups
in Cameroon: prospective study.
Malar J. 2012;11:215.
32. Allen EN, Chandler CI,
Mandimika N, Pace C, Mehta U,
Barnes KI.
Evaluating harm associated with
antimalarial drugs: a survey of
methods used Rampengan:
Terapi malaria pada anak

by clinical researchers to elicit,


assess and record participant-
reported adverse events and

Anda mungkin juga menyukai