Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pemerintah memandang malaria masih sebagai ancaman terhadap status kesehatan


masyarakat terutama pada rakyat yang hidup di daerah terpencil.Hal ini tercermin
dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 5 tagun 2010 tentang Rencana
Pembangunan jangka menengah Nasional tahun 2010-2014 dimana malaria
termasuk penyakit prioritas yang perlu ditanggulangi

Salah satu tanyangan terbesar dalam upaya pengobatan malaria di Indonesia adalah
terjadinya penurunan efikasi pada penggunaan beberapa obat anti malaria,bahkan
terdapat resistensi terhadap kloroquin.Hal ini dapat disebabkan antara lain oleh
karena penggunaan obat anti malaria yang tidak rasional.Sejak tahun 2004 obat
pilihan utama untuk malaria falciparum adalah obat kombinasi derivat Artemisinin
yang dikenal dengan Artemisinin based Combination Therapy (ACT).Kombinasi
artemisinin dipilih untuk meningkatkan mutu pengobatab malaria yang sudah resisten
terhadap kloroquin dimana artemisinin ini mempunyai efek terapeutik yang lebih baik

Malaria merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya dapat


menyebabkan kematian, terutama pada kelompok-kelompok yang mempunyai
risiko tinggi seperti bayi, anak balita dan ibu hamil, serta kelompok usia produktif,
sehingga secara langsung dapat menurunkan produktivitas kerja (Hasan, 2006).

Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negara-negara


yang beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria
berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun,
kasusnya berjumlah sekitar 300-500 juta kasus dan mengakibatkan 1,5- 2,7 juta
kematian, terutama di negara-negara benua Afrika.
Di Indonesia, hingga kini penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan
dan ditemukan tersebar di seluruh kepulauan.
Sejak tahun 2005-2013 kasus malaria cenderung menurun,yaitu 4,10
kasus/1000 penduduk pada tahun 2005 menjadi 1,38 kasus/1000 penduduk
pada tahun 2013.

Penanggulangan malaria dan keterbatasan sumber daya dalam sistem


kesehatan, akseabilitas pengobatan dan surveilans yang melemah, timbul
resistensi nyamuk terhadap pestisida dan resistensi parasit terhadap obat
antimalaria, untuk itu program pemberantasan malaria sudah harus memikirkan
obat standar untuk malaria (WHO, 1999).
Sejak tahun 1973 ditemukan pertama kali kasus resisten Plasmodium falsiparum
terhadap klorokuin di Kalimantan Timur. Sejak itu resisten terhadap klorokuin
semakin meluas bahkan pada tahun 1990 dilaporkan telah terjadi resistensi
parasit Plasmodium falsiparum terhadap klorokuin di seluruh propinsi di
Indonesia. Selain itu dilaporkan juga adanya kasus resistensi Plasmodium
falsiparum terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) di beberapa tempat di
Indonesia. Keadaan seperti ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
akibat penyakit malaria.
BAB II

MALARIA

A. Penyebab Malaria

Penyebab malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan


nyamuk anopheles betina.Dikenal 5 (lima) macam spesies yaitu:Plasmodium
falciparum,plasmodium vivax,plasmodium ovale,plasmodium malariae dan
plasmodium knowlesi.Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak
dillaporkan di Indonesia

B. Jenis Malaria

1. Malaria Falciparum

Disebabkan oleh Plasmodium falcifarum.Gejala demam timbul intermiten dan


dapat kontiyu.Jenis malaria ini paling sering terjadi malaria berat yang
menyebabkan kematian.

2. Malaria Vivaks

Disebabkan oleh Plasmodium vivax.Gejala demam berulang dengan interval


bebas demam 2 hari.telah ditemukan juga kasus malaria berat yang
disebabkan oleh Plasmodium Vivax.

3. Malaria Ovale

Disebabkan oleh Plasmodium ovale.Manifestasi klinis biasanya bersifat


ringan.Pola demam seperti pada malaria vivax.

4. Malaria Malariae

Disebabkan oleh Plasmodium malariae.Gejala demam berulang dengan


interval bebas dalam 3 hari.

5. Malaria Knowlesi

Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi.Gejala menyerupai malaria falsifarum.

C. Gejala Malaria

Gejala demam tergantung jenis malaria.Sifat demam akut (paroksismal) yang


didahului oleh stadium dingin menggigil diikuti demam tinggi kemudian berkeringat
banyak. Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal
dari daerah non endemis).Selain gejalaklasik diatas dapat ditemukan gejala lain
seperti nyeri kepala,mual,muntah,diare,pegal-pegal,dan nyeri otot.Gejala tersebut
biasanya terdapat pada orng-orang yang tinggal di daerah endemis.
D. Bahaya Malaria

1. Jika tidak ditangani segera dapat menjadi malaria berat yang menyebabkan
kematian

2. Malaria dapat menyebabkan anemia yang mengakibatkan penurunan kualitas


sumber daya manusia

3. Malaria pada wanita hamil jika tidak diobati dapat menyebabkan


keguguran,lahir kurang bulan(prematur) dan BB lahir rendah serta lahir mati.

E. Pencegahan Malaria

Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewspadaan terhadap


resiko malaria,mencegah gigitan nyamuk,pengendalian vektor dan
kemoprofilaksis.Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan
menggunakan kelambu berinsektisida,repelan,kawat kasa nyamuk dan lain-lain.

Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis 100
mg/hari .Obat ini diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah
tersebut sampai 4 minggu setelah kembali.Tidak boleh diberikan pada ibu hamil
dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.
BAB III

DIAGNOSIS MALARIA

Manifestasi klinis malaria dapat berupa malaria tanpa komplikasi dan malaria
berat.Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang laboratorium.Untuk malaria berat diagnosis dtegakan
berdasarkan kriteria WHO.

Diagnosis pasti malaria harus ditegakan dengan pemeriksaan sediaan darah secara
mikroskopis atau uji diagnostik cepat(Rapid Diagnostic Test)/RDT.

A. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan.
a. Keluhan :demam,menggigil,berkeringatbdan dapat disertai sakit
kepala,mual,muntah diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
b. Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
c. Riwayat berkunjung kedaerah endemis malaria.
d. Riwayat tinggal di daerah endemin malaria

Setiap penderita dengan keluhan demam atau riwayat demam harus


selalu ditanyakan riwayat kunjungan ke daerah endemis Malaria

B. Pemeriksaan Fisik
a.Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5 ⁰C.
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c.Siklera ikterik
d.Pembesaran Linpa (splenomegali)
e.Pembesran hati (hepatomegali)

C. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaa sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas / lapangan
rumah sakit /laboratorium klinik untuk menetukan
a. Ada tidaknya parasit malaria (positif /negatif)
b. Spesies dan stadium plasmodium
c. Kepadatan parasit
b. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (RDT)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria dengan
menggunakan metode imunokromatografi.Sebelum menggunakan RDT perlu
dibaca petunjuk penggunaaan dan tanggal kadarluarsanya .Pemeriksaan
dengan RDT tidak digunakan untuk mengevaluasi pengobatan.
BAB IV
MALARIA BERAT
Jika ditemukan Plasmodium falciparum atau plasmodium vivax stadium aseksual
atau RDT positif ditambah satu atau beberapa keadaan dibawah ini
1. Gangguan kesadaran atau koma
2. Kelemahan otot(tak bisa duduk/berjalan tanpa bantuan)
3. Tidak bisa makan dan minum
4. Kejang berulang lebih dari 2 episode dalam 24 jam
5. Sesak napas.Respirasy Distress (pernafasan asidosis)
6. Gagal sirkulasi atau syok .Sistolik < 70 mmHg pada anak < 50 mmHg.
7. Ikterus disertai adanya disfungsi organ vital
8. Black Water Fever
9. Perdarahan spontan
10. Edema paru (secara radiologi)

Gambaran Laboratorium
1. Hipoglikemi : gula darah <40 mg%
2. Asidermia (pH < 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L)
3. Anemia berat Hb , 5 gr% atau hematokrit , 15%
4. Hemoglobinuri
5. Hiperparasitemia (didaerah endemis rendah .2 % atau . 100000 parasit/uL,
daerah endemis tinggi > 5 % atau >250000 parasit/uL)
6. Hiperlaktaternia (laktat > 5 ugr/L)
7. Gagal ginjal acut (urin 0,5 ml/kgBB/jam dalam 5 jam)

CATATAN: Pada penderita tersangka malaria berat terapi dapat segera diberikan
berdasarkan pemeriksaan RDT
BAB V

PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI

Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian ACT.Pemberian


kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas danmencegah resistensi.Malaria tanpa
komplikasi diobati dengan pemberian ACT secara oral.Malaria berat diobati
denganinjeksi Artesunat atau Artemeter dilanjutkan dengan ACT oral.Disamping itu
diberikan primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal.

A.PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI

1. Malaria Falsiparum dan malaria Vivaks

Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah
primakuin.

Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks 1 kali perhari
selama 3 hari .Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari
pertama saja dengan dosis 0,75 mg /kg BB.dan untuk malaria vivaks selama 14
hari dengan dosis 0,25 mg/kg/BB.Pengobatan malaria falsiparum dan malaria
vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini

DIHIDROARTEMISININ + PIPERRAKUIN (DHP) ATAU ARTESUNAT-


AMODIAKUM+PRIMAKUIN

Tabel 1. Pengobatan Malaria Falsiparum menurut Berat Badan dengan DHP atau
Primakuin.

Jumlah tab59 kglet perhari menurut berat badan


11-17 18-30 31-40 41-59
Jenis ≤ 5 kg 6-10 kg ≥ 60 kg
Hari kg kg kg kg
Obat
2-11 10-14 ≥ 15 ≥ 15
0-1 bln 1-4 thn 5-9 thn
bln thn thn thn

1-3 DHP ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4
Primakui
1 - - ¾ 1½ 2 2 3
n
ATAU

Tabel 2.Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin

Jumlah tablet perhari menurut berat badan


11-17 18-30 31-40 41-59
Jenis ≤ 5 kg 6-10 kg ≥ 60 kg
Hari kg kg kg kg
Obat
2-11 10-14 ≥ 15 ≥ 15
0-1 bln 1-4 thn 5-9 thn
bln thn thn thn

1-3 DHP ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4

1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1

Catatan : Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat


badan,apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka
pemberian obat dapat berdasarkan kelompok umur.

Tabel 3.Pengobatan malaria falsiparum menurut berat badan dengan Artesunat +


Amodiakuin dan Primakuin

Jumlah tablet perhari menurut berat badan


11-17 18-30 41-49 50-59
≤ 5 kg 6-10 kg 31-40 kg ≥ 60 kg
Hari Jenis Obat kg kg kg kg
0-1 2-11 10-14 ≥ 15
1-4 thn 5-9 thn ≥ 15 thn ≥ 15 thn
bln bln thn thn
Artesuna 2 3 4 4
¼ ½ 1 1 ½
t
1-3 DHP ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
1- 3
Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2 2
14

Tabel 4.Pengobatan Malaria Vivaxs menurut berat badan dengan Artesunat +


Amodiakum dan Primakuin.

Jumlah tablet perhari menurut berat badan


6-10 11-17 18-30 31-40 41-49 50-59
≤ 5 kg ≥ 60 kg
Hari Jenis Obat kg kg kg kg kg kg
2-11 5-9 10-14 ≥ 15 ≥ 15 ≥ 15
0-1 bln 1-4 thn
bln thn thn thn thn thn
Artesunat ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
1-3 DHP ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1 1
2. Pengobatan malaria vivaks yang relaps

Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT
yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kg/BB/hari.

3. Pengobatan malaria ovale

Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP atau kombinasi
Artesunat +Amodiakuin .Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria
vivaks yaitu 1 kali perhari selama 3 hari.

4. Pengobatan malaria Malariae.

Pengobatan plasmodium Malariae yaitu diberikan ACT 1 kali perhari selama 3


hari,dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya tidak diberikan
primakuin.

5. Pengobatan Infeksi campur P.Falciparum + P.Vivaks/P.Ovale.

Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selam 3 hari serta primakuin
dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.

Tabel 5 . Pengobatan infeksi campur + P.Falciparum +P.Vivaks/P.Ovale dengan DHP


+ Primakuin

Jumlah tablet perhari menurut berat badan

Jenis ≤ 5 kg 6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40 kg 41-59 kg ≥ 60 kg


Hari
Obat 10-14
0-1 bln 2-11 bln 1-4 thn 5-9 thn ≥ 15 thn ≥ 15 thn
thn
1-3 DHP ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4
1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1
ATAU

Tabel 6. Pengobatan infeksi campur + P.Falciparum +P.Vivaks/P.Ovale dengan


Artesunat +Amodiakuin dan Primakuin

Jumlah tablet perhari menurut berat badan


6-10 11-17 18-30 31-40 41-49 50-59
≤ 5 kg ≥ 60 kg
Hari Jenis Obat kg kg kg kg kg kg
2-11 5-9 10-14 ≥ 15 ≥ 15 ≥ 15
0-1 bln 1-4 thn
bln thn thn thn thn thn
Artesunat ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4

1-3 Amodiakuin ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4

1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1 1
Dosis Obat:

- Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb

- Artesunat = 4 mg/kgbb

Catatan

a. Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat badan,apabila penimbangan


berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan
kelompok umur

b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan) maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.

c. Untuk anak dengan Obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal

d. ACT tidak boleh dibeikan pada ibu hamil trimester pertama dan Primakuin tidak
boleh diberikan pada ibu hamil

B. PENGOBATAN MALARIA PADA IBU HAMIL

Pada prinsifnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobtan
pada orang dewasa lainnya,perbedaan adalah pada pemberian obat malaria
berdasarkan umur kehamilan.Pada ibu hamil tidak diberikan Primakuin.

Tabel 7.Pengobatan Malaria Falsiparum pada ibu hamil

UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN


Trimester I (0-3 bulan) Kina 3x2 tablet + Klindamisin 2x300 mg
selama 7 hari
Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester II (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari

Tabel 8.Pengobatan Malaria Vivaks pada ibu hamil

UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN


Trimester I (0-3 bulan) Kina 3x2 tablet selama 7 hari
Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester II (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Dosis Klindamisin 10 mg/kgBB diberikan 2 x sehari
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena
bersifat iritasi lambung.Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap
akan minum obat anti malaria.

BAB VI

PENGOBATAN MALARIA BERAT

Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS) atau puskesmas
perawatan.Bila fasilitas maupun tenaga kurang memadai,misalnya jika dibutuhkan
fasilitas dialisis,maka penderita harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih
lengkap.Prognosis malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis serta
pengobatan.

A. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non Perawatan


Jika puskesmas/ klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap,pasien malaria berat
harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap.Sebelum dirujuk berikan
artemeter intramuskular dosis awal (3,2 mg/kgBB).
B. Pengobatan malaria berat di Puskesmas /Klinik Perawatan atau Rumah Sakit
Artesunat intravena merupakan pilihan utama.Jika tidak tersedia dapat diberikan
artemeter intramuskulular atau kina drip.
Kemasan dan cara pemberian artesunat
Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam
artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium bikarbonat 5%.Keduanya
dicampur untuk membuat 1 ml larutan sodium artesunat.Kemudian diencerkan
dengan Dextrose 5% atau NaCL 0,9% sebanyak 5 ml sehingga didapat
konsentrasi 60 mg/6ml (10 mg/ml).Obat diberikan secara bolus perlahan-lahan.
Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgBB intravena sebanyak 3 kali jam ke
0,12,24. Selanjutnya dieberikan 2,4 mg/kgBB intravena setiap 24 jam sehari
sampai penderita mampu minum obat.
Contoh perhitungan Dosis:
Penderita dengan BB = 50 kg
Dosis yang diperlukan : 2,4 mg x 50 = 120 mg
Penderita tersebut membutuhkan 2 vial artesunat perkali pemberian.
Bila penderita sudah dapat minum obat,maka pengobatan dilanjutkan dengan
regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) + primakuin (sesuai dengan jenis
plasmodiumnya)
Kemasan dan cara pemberian artemeter

Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter


dalam larutan minyak.Artemeter diberikan dengan dosis 3,2 mg /kgBB
intramuskular.Pada hari berikutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kgBB
intramuskular satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat.
Bila penderita sudah dapat minum obat,maka pengobatan dilanjutkan dengan
regimen DHP atau ACT lainnya ( 3 hari) + primakuin (sesuai dengan jenis
plasmodiumnya).

Kemasan dan cara pemberian Kina drip

Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat.Obat ini
diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat intravena/artemeter
intramuskular dan pada ibu hamil trimester pertama.
Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%.Satu ampul berisi
500 mg / 2 ml.
Pemberian kina pada dewasa:
1. Loading dose : 20 mg garam/kgBB dilarutkan dalam 500 ml (hati-hati
overload cairan )dextrose 5% atau NaCL 0,9% diberikan selama 4 jam
pertama.
2. 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCL 0,9%.
3. 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgBB dalam
larutan 500 ml (hati-hati overload cairan ) dextrose 5% atau NaCL.
4. 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCL 0,9%.
5. Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti diatas sampai penderita
dapat minum kina per oral.
6. Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan kina tablet
per oral dengan dosis 10 mg/kgBB/kali diberikan tiap 8 jam.Kina oral
diberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada orang dewasa atau
klindamisin pada ibu hamil.Dosis total kina selama 7 hari dihitung sejak
pemberian kina perinfus yang pertama.

Pemberian Kina pada anak:


Kina HCL 25% (per infus) dosis 10 mg/kgBB (bila umur < 2 bulan: 6-8 mg/kg
BB) diencerkan dengan Dektrose 5% atau NaCL 0,9 % sebanyak 5-10 cc/kgBB
diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat minum
obat.
Catatan
1. Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena , karena toksik bagi
jantung dan dapat menimbulkan kematian.
2. Dosis kina maksimum dewasa : 2000 mg/hari

C. Pengobatan malaria berat pada ibu hamil


Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil dilakukan dengan memberikan kina
HCL drip intravena pada trimester 1 dan artesunat/artemeter injeksi untuk
trimester 2 dan 3.

BAB VII
PEMANTAUAN PENGOBATAN

A. Rawat Jalan
Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan pada hari ke
4,7,14,21,dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara
mikroskopis. Apabila terdapat perburukan gejala klinis selama masa
pengobatan dan evaluasi,penderita segera diianjurkan datang kembali tanpa
menunggu jadwal tersebut diatas.

B. Rawat Inap
Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatab dilakukan setiap hari dengan
pemeriksaan klinis darah malaria hingga klinis membaik dan hasil mikroskopis
negatif.Evaluasi pengobatan dilanjutkan pada hari ke 7 ,14,21,dan 28 dengan
pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara mikrokopis.
Nama Sediaan Dosis Dewasa Dosis Anak Efek Sanping
Obat
1.DHP Fixed dose DHA 2-4 DHA 2-4 mg/kgBB/hr N/A
combination / mg/kgBB/hr PPQ 16-32
FDC (DHA PPQ mg/kgBB/hr(dosis anak
40mg 16-32mg/kgBB/ tidak boleh melebihi
danPPQ hr.Diberikan dosis dewasa) Diberikan
320mg) selama 3 hari selama 3 hari
2.Kombi Co-blister Artesunat Artesunat Artesunat :N/
nasi 4mg/kgBB/hr.A 4mg/kgBB/hr.Amodiakui A
Artesun modiakuin basa n basa 10 mg/kgBB/hr. Amodiakuin :
at- 10 (Dosis anak tidak boleh mual,muntah
Amodia mg/kgBB/hr.Dib melebihi dosis diare,sakit
kuin erikan selama 3 dewasa)Diberikan perut ,hepa0t
hari selama 3 hari osik,brandikar
di
3.kina a.Tablet 30mg/kgBB/hari 30mg/kgBB/hari dibagi Tinnitus ,rena
200mg dibagi dalam dalam 3dosis.Diberikan l
b.Injeksi 1 3dosis.Diberika selama 7 hari failure,ventrik
ampul = 2cc n selama 7 .10mg/kgBB,umur < 2 ular
Kina HCL hari .Loading bln dosis 6-8 mg/kgBB. takikardi,hepa
25% 500mg dose 20 to-toksik
mg/kgBB.Maint hipoglikemi,hi
enance dose 10 potensi
mg/kgBB berat,trombos
itopeni.
4.Doksi Kapsul 100 3-5 2,2 Anoreksia,de
siklin mg mg/kgBB/hari.di mg/kgBB/hari .Diberikan presi sumsum
berikan 2x 2x perhari tulang
sehari belakang
5.Tetras Kapsul dan 4mg/kgBB/ 4mg/kgBB/kli.Diberikan Anoreksia
iklin tablet 250 mg kli.Diberikan 4 x 4 x perhari dan
perhari perubahan
warna gigi.

6.Klinda Kapsul 75 10mg/kgBB/ 10mg/kgBB/ Diare,mual,ny


misin mg,150mg, hari.diberikan hari.diberikan selama 7 eri
dan 300mg selama 7 hari hari perut,muntah
7.Artem Tablet FDC > 35 kg 2x4 5-14 kg: 2x1 tab (3hari) Sakit
eter + (20mg tab.Diberikan 15-24 kg:2x2 tab kepala,letih,a
Lumefa artemeter selama 3 hari (3hari)25-34 kg: 2x3 tab sthenia.prurit
ntrin +120mg (3 hari) us,nausea
lumefantrin)
8.Artes Vial 2-4mg/kgBB 2,4 mglkgBB N/A
unat (1cc=60mg)

9.Artem Ampul 1,6 mg/kgBB 1,6mg/kgBB N/A


eter (1cc=80mg)
Demikian Pedoman Penatalaksanaan Malaria ini dibuat agar dapat digunakan
semestinya.

Ditetapkan di Koba

Pada Tanggal 04 April 2019

KEPALA UPTD PUSKESMAS KOBA PENGELOLA PROGRAM


KUSTA

Drg.Eva Fidia Lestari Jumat


PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

DINAS KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS KOBA

Jln.Soekarno Hatta II Kelurahan Koba Kec.Koba

Telp.(0718)61291 Email : puskesmaskobabateng@gmail.com

PEDOMAN PENYAKIT MALARIA

PUSKESMAS KOBA

Anda mungkin juga menyukai