Anda di halaman 1dari 4

PELAKSANAAN PROGRAM

TYPHOID
No. Dokumen : KAK/37/443/1/2023
No. Revisi : 00
KA Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

UPTD PUSKESMAS ISDIARTO,S.Kep.NS


KEJOBONG NIP. 19970929 199803 1 008

KERANGKA ACUAN

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DEMAM TIFOID

I. PENDAHULUAN
Penyakit Tifoid merupakan penyakit yang mengancam kesehatan
masyarakat di indonesia, oleh karenanya dalam meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat sejak dini, perlu dilakukan upaya pengendalian
Demam Tifoid dengan pemeriksaan berkala, pengobatan, pengamatan
penyakit, perbaikan kesehatan lingkungan dan penyuluhan kesehatan.

Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi


endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin Karibia dan Oceania, termasuk
Indonesia. Penyakit ini tergolong penyakit menular yang dapat menyerang
banyak orang melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Insiden
demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 3002 sekitar 16 juta
per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia
prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian
meningkat setelah umur 5 tahun. Ada dua sumber penularan S.typhi : pasien
menderita demam tifoid dan yang lebih sering dari carrier yaitu orang yang
telah sembuh dari demam tifoid namun masih mengeksresikan S. typhi
dalam tinja selama lebih dari satu tahun.

II. LATAR BELAKANG


Demam Tifoid atau tifus abdominalis banyak diketemukan dalam
kehidupan masyarakat kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Penyakit
ini sangat ert kaitannya dengan kualitas yang mendalam dari hyiene pribadi
dan sanitasi lingkungan seperti, hygiene perorangan dan hygiene penjamah
makanan yang rendah, lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat- tempat
umum (rumah makan, restoran) yang kurang serta perilaku masyarakat yang

1/3
kurang mendukunguntuk hidup sehat. Seiring dengan terjadinya krisis
ekonomi yang berkepanjangan akan menimbulkan peningkatan kasus –
kasus penyakit menula, termasuk tifoid ini.

Di indonesia penyakit ini bersifat endemik dan merupakan masalah


kesehatan masyarakat. Dari telaaah kasus di rumah sakit besar di indonesia,
kasus tersangka tifoid menunjukan kecenderungan meningkat dari tahun ke
tahun dengan rata- rata kesakitan 500/100.000 penduduk dengan kematian
antara 0,6 % - 5 %.

Dewasa ini penyakit tifoid harus mendapat perhatian yang serius


karena permasalahannnya yang makin kompleks sehingga menyulitkan
upaya pengobatan dan pencegahan. Permasalahan tersebut adalah gejala –
gejala klinis bervariasi dari ringan sampai berat dengan komplikasi yang
berbahaya, komorbid atau koinfeksi dengan penyakit lain, resistensi yang
meningkat dengan obat – obatan yang lazim dipakai, meningkatnya kasus
karier atau relaps, sangat sulitnya dibuat vaksin yang efektif, terutama untuk
masyarakat yang tinggal didaerah yang bersifat endemik. Berdasarka kajian
diatas, dirasakan sangat perlu suatu upaya terpadu dan saling memahami
pada kegiatan pengobatan atau pencegahan oleh seluruh tenaga kesehatan
yang terlibat dalam pengenalian penyakit ini.

III. TUJUAN
A. Tujuan Umum :

Meningkatkan upaya pencegahan, penemuan dini, serta pengobatan,


dan perawatan tifoid secara tepat, akurat dan berkualitas, sehingga
mendatangkan angka kesembuhan yang tinggi serta dapat menekan
deajat endemisitas serendah mungkin.

B. Tujuan Khusus :

1. Tersusunnya langkah – langkah kemitraan dalam pencegahan,


dengan melibatkan masyarakat, stake holder, dan unit pelayanan
kesehatan.
2. Meningkatkan penemuan penderita secara dini.
3. Meningkatkan mutu pengobatan dan perawatan dengan angka
kesembuhan yang tinggi.
4. Suksesnya penanggulangan komplikasi dan karier.
5. Terlaksananya kegiatan pengobatan dan pencegahan menurut
pedoman tatalaksana yang sama, pada semua unit pelayanan
kesehatan.

2/3
IV. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
A. Perbaikan sanitasi lingkungan.
1. Berkolaborasi lintas program dengan program kesehatan lingkungan
tentang Pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat tentang
pentingnya penyediaan air bersih dan penyediaan jamban yang
memenuhi syarat kesehatan untuk masyarakat.
2. Berkolaborasi lintas program dengan program kesehatan lingkungan
tentang pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat tentang
pentingnya pengelolaan air limbah, kotoran, dan sampah di
masyarakat secara tepat
3. Berkolaborasi lintas program dengan program kesehatan lingkungan
tentang kontrol dan pengawasan terhadap kebersihan lingkungan di
wilayah binaan puskesmas jurangombo.
B. Peningkatan higiene sanitasi makananan dan minuman
1. Berkolaborasi dengan program gizi untuk pelaksanaan penyuluhan
tentang cara – cara yang yang cermat, tepat dan bersih dalam
pemilihan, pengolahan dan penyajian makanan
2. Mendorong penggunaan ASI untuk bayi.
C. Peningkatan higiene perorangan
Menggalakan budaya cuci tangan di masyarakat dengan cara
penyuluhan cuci tangan 6 langkah dan simulasi cuci tangan 6 langkah
secara rutin dan berkelanjutan.
D. Pencatatan dan pelaporan secara rutin (setiap minggu) penemuan
kasus tifoid di Form W2

V. SASARAN
Seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas Kejobong

VI. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


2023
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Keterangan
1 Pendataa Jika ada
n Pasien kasus
Typhoid
2 Pelayanan
Pasien
Typhoid
3 Rujukan
Pasien

3/3
Typhoid

VII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN


Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif
maupun negatif pelaksanaan kegiatan penyuluhan penyakit Tifoid. Dari
hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna
melakukan perbaikan dan pengembangan penyuluhan berikutnya

Evaluasi oleh pelaksana ( pemegang program P2P ) dilakukan pada setiap


selesai penyuluhan

VIII. PENCATATAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN EVALUASI


Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan di dalam Form W2
Pengevaluasian dilaksanakan setiap bulan dalam mini lokakarya
Puskesmas.

4/3

Anda mungkin juga menyukai