Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN

PROGRAM FILARIASIS
PUSKESMAS BUKIT INDAH

I. PENDAHULUAN

Di Indonesia upaya pemberantasan filariasi telah dilaksanakan tahun


1975 terutama di daerah endemis tinggi filariasis. Penyakit Filariasis (Kaki
Gajah) ramai diberitakan sejak akhir tahun 2009,
akibat terjadinya kematian pada beberapa orang. Penyakit Filariasis
(penyakit kaki gajah) adalah penyakit infeksi kronis menular, disebabkan
oleh cacing filaria dan ditularkanmelalui nyamuk sebagai vektor.Terdapat
tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu: Wucheria bancrofti,Brugia
Malayi, dan Brugia Timori. Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia,
namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan
oleh Brugia Malayi.Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah
bening sehingga menyebabkan kerusakan pada system limfatik yang dapat
menimbulkan gejala akut dan kronis.
Filariasis tersebar hampir seluruh Kabupaten/kota di Indonesia. Penyakit
ini dapat mengakibatkan kecacatan menetap yang dapat menimbulkan
stigma social, hambatan psikologis, kerugian ekonomi dan menurunkan
kualitas Sumber Daya penderita Filariasis.
Penanggulangan Filariasis merupakan upaya-upaya yang dilakukan
untuk mencapai eleminasi Filariasis di Indonesia tahun 2020.
Penanggulangan Filariasis dilaksanakan berbasis wilayah dengan
menerapkan manajemen
lingkungan,pengendalian vektor, menyembuhkan atau merawat
penderita,memberikan obat terhadap orang-orang sehat yang terinfeksi
cacing filaria dan sebagai sumber penularan serta pemberian obat
pencegahan secara
massal.
Penanggulangan Filariasis di Indonesia dilaksanakan dengan strategi
eliminasi filariasis dengan dua upaya yakni memutuskan rantai penularan
serta mencegah dam membatasi kecacatan. Penanggulangan filaiasis telah di
tetapkan berdasarkan surat edaran Menteri dalam negeri Republik
Indonesia Nomor 433.43/857/SJ tanggal 24 April 2007 tentang
pelaksanaan Pengobatan Massal Filariasis.

II. LATAR BELAKANG


Secara umum wilayah kerja Puskesmas Bukit Indah merupakan daerah
perbukitan.Puskesmas Bukit Indah terletak di Kecamatan Muara Papalik
Kabupaten tanjung Jabung Barat.Dengan Luas wilayah total ± 36
Km2.Berjarak 6 km arah Selatan kota/kecamatan Rantau Badak.Di Muara
Papalik terdapat 2 buah Puskesmas Induk yaitu Puskesmas Rantau Badak
dan Puskesmas Bukit Indah.Puskesmas Bukit Indah membawahi 6 Desa
wilayah kerja Puskesmas (Bukit Indah dan Sungai Muluk/SP 8, Kemang
Manis dan Pematang Balam/SP 9), Intan jaya dan Sungai Papauh/SP 7),
dengan jumlah penduduk 5515 jiwa, 104 Ibu hamil, 403 balita, anak
prasekolah, WUS 931 jiwa dan 632 jiwa lansia berdasarkan data penduduk
tahun 2017.
Dari hasil penilaian kinerja Puskesmas tahun 2017 jumlah penanganan
program filariasis belum sepenuhnya mencapai sasaran karena belum
tersusunnya kerangka acuan sebagai landasan kegiatan program filariasis.
Penemuan dan penanganan kasus Filariasis di Puskesmas Bukit indah
sejalan dengan Standar Pelayanan Minimaal (SPM) tingkat puskesmas
dilaksanakan untuk menurunkan prevalensi kasus Filariasis Guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas
Bukit Indah maka disususnlah kerangka acuan program Filariasis dalam
penyelenggaraan kegiatan UKM Puskesmas Bukit Indah tahun 2018.

III. TUJUAN
A. Tujuam Umum
Tujuan umum penanggulangan filariasis yaitu agar filariasis tidak
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

B. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penanggulangan filariasis yaitu menurunkan
angka mikrofilaria menjadi ≤1% dan cakupan POPM filariasis di
wilayah Puskesmas Bukit Indah ≥65%, serta menurunkan angka
kepadatan rata-rata mikrofilaria di daerah endemis filariasis
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

N K egiatan Pokok Rincian kegiataan


O
1 Surveilans kesehatan  Penemuan penderita
 Survey data dasar
 Prevalensi mikrofilaria
 Survey evaluasi penularan filariasis (TAS)

2 Penanganan penderita Penanganan penderita bertujuan untuk:
 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
petugas,penderita filariasis dan keluarganya
dalam penatalaksanaan penderita secara mandiri
 Menurunnya jumlah serangan akut pada
penderita kronis
 Mencegah dan membatasi kecacatan
 Tindakan medic (bedah) pada penderita
3 Pengendalian factor resiko Sumber penularan filariasis utama adalah
manusia terinfeksi cacing
filarial.selanjutnya untuk menentukan
adanya enularan dapat diidentifikasi
berdasaran hal berikut:
 Adanya penderita filariasis kliis (akut
atau kronis)
 Adanya orang yang ditemukan positf
mikroflaria dalam darahnya
 Nyamuk penular
 Lingkungan menjdi factor penentu
idetifikasi daerah yang terdapat
penularan filariasis
4 Komunikasi, informasi  Sasaran primer yakni kelompok masyarakat
dan edukasi yang diharapkan mau melaksanakan
program penanggulangan filariasis yaitu
dengan minum obat pencegahan filariasis
sesuai dosis setahun sekali selama minimal
5 tahun berturut-turut, penatalaksanaan
diri bagi penderita kronis dan mencegah
gigitan nyamuk
 Sasaran sekunder yaitu kelompok yang
mempunyai pengaruh , baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap
sasaran primer dalam pelaksanaan program
eliminasi filariasis
 Sasaran tersier yaitu para pengambil
keputusan, penentu kebijakkan dan
penyandang dana yang diharapkan memberi
kan dukungan baik secara politik, kebijakan
maupun dana untuk mewujudkan program
penanggulangan filariasis diwilayahnya

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis


Kegiatan POPM Filaiasis dilaksanakan sekali setahun selama minimal
lima tahun berturut-turut, kemudian diikuti dengan evaluasi dampak
setelah POPM Filariasis dihentikan serta menerapkan sueveilans ketat
pada periode stop POPM Filariasis.

a) Persiapan pelaksanaan Kegiatan POPM Filariasis terdiri dari:


1) Perlu sosialisasi dan mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan
dan pelaksanaan POPM filariasis.
 Pelaksana yaitu kader filariasis
 Kegiatan penyiapan dilakukan dengan mengunjungi warga dari
rumah ke rumah di wilayah binaan kader dimana satu kader
membina 23-30,
 Mengisi kartu pengobatan dan formulir sensus penduduk di
wilayah binaan kader filariasis
 Menyeleksi dan mencatat penduduk yang ditunda pegobatannya
 Pendataan penderita filariasis klinis dan kronis
2) Penyediaan bahan, alat dan obat
 Bshsn dan alat yakni kartu pengobatan, formulir pelaporan
pengobatan kader filariasis, formulir sensus, formulir pendataan
penderita filariasis kronis, media penyuluhan dan alat tulis
 Obat DEC, Albendazole dan obat yang dipersiapkan untuk
kejadian pasca pemberian obat pencegahan secara massal
filariasis
3) Antisipasi kejadian ikutan pasca pemberian obat pencegahan
massal
 Masyarakat perlu mengetahui kemungkinan reaksi, gejala dan
tanda pengobatan, Puskesmas/Rumah Sakit yang menjadi
rujukan dan tindakan pencegahan kejadian ikutan pasca
pemberian obat pencegahan massal filariasis
 Puskesmas memiliki stok obat yang cukup untuk kejadian ikutan
pasca PO dan PM filariasis, mempersiapkan dokter dan petugas
paramedic yang dapat dijangkau selama 5 hari sejak masa
pengobatan, kenali dengan baik rujukan penderita,mengingatkan
masyarakat minum obat sesudah makan serta jangan
memberikan obat pada sasaran yang ditunda
 Kabupaten menyiapkan Rumah Sakit rujukan, dan membentuk
tim ahli kejadian pasca pengobatan untuk mengantisipasi
kejadian

- Masyarakat perlu mengetahui kemungkinan reaksi, gejala
dan
jangan memberikan obat pada sasaran yang ditunda.
- Kabupaten menyiapkan rumah sakit rujukan, dan
membentuk
tim ahli kejadian pasca pengobatan untuk mengantisipasi
kejadian ikutan POPM Filariasis.
b) Pelaksanaan Kegiatan POPM Filariasis terdiri dari:
1) Saat Kegiatan POPM Filariasis
- Menyiapkan Pos Pelaksana POPM Filariasis, obat-obatan,
kartu
pengobatan, dan air minum (masing-masing penduduk
dapat
membawa air minum)
- Mengundang penduduk untuk datang ke Pos Pelaksana
POPM
Filariasis yang telah ditentukan
- Memberikan obat yang harus di minum di depan
kader/petugas filariasis
- Mengunjungi penduduk ke rumahnya bagi yang tidak
datang di
Pos Minum Obat.
- Petugas Puskesmas Melaporkan Cakupan Minum obat
Pencegahan Filariasis di wilayahnya ke Dinas Kesehatan
2) Tindakan terhadap kejadian ikutan Pasca pemberian Obat
Filariasis
- Mencatat jenis kejadian ikutan di kartu pengobatan dan
melaporkannya ke petugas kesehatan
- Kader filariasis melakukan verifikasi jenis kejadian dan
mencatatnya dalam formulir kejadian
- Petugas kesehatan mendatangi penderita kejadian ikutan
- Petugas kesehatan mengkonfirmasi jenis kejadian ikutan
2. Penatalaksanaan Penderita Filariasis
Penderita Filariasis adalah seorang yang terinfeksi cacing
filaria, baik
baik penderita filariasis asimptomasis (tanpa gejala),
maupun penderita
filariasis klinis (sudah menunjukkan gejal klinis).
a) Pengobatan penderita filariasis
- Pengujian masih hidup (positif) atau sudah matinya cacing
filaria
menggunakan mikroskop atau antigen (ICT)
- Pada penerita positif diberikan DEC 3x1 tablet 100 mg
selama 12
hari dan paracetamol 3x1 tablet 500 mg dalam 3 hari pada
orang
dewasa sedangkan pada anak berdasarkan berat badan.
- Penderita filariasis akut harus diobati terlebih dahulu
serangan
akutnya
- Apabila penderita berada di wilayah endemism aka pada
tahun
berikutnya baru boleh diikutkan dalam POPM filariasis.
- Penderita asimptomasis pengobatannya sama dengan
penerita
klinis.
b) Perawatan penderita klinis
- Penderita dengan gejala klinis akut harus istrahat yang
cukup,
diberikan antibiotic atau anti jamur, pembersihan luka dan
lesi
kulit, dan apabila tidak membaik dianjurkan berobat ke
puskesmas/rumah sakit.
- Penderita dengan gejala klinis kronis bagi dibagian
limfodema
dilakukan pencucian, pengobatan luka dan lesi, latihan,
meninggikan tungkai/lengan yang sakit, pemakaian alas
kaki
yang cocok,pemakaian verban elastis, pemakaian salep
antibiotika/anti jamur, atau melakukan bedah kosmetik
- Penderita dengan gejala klinis kronis bagi dibagian hidrokel
dilakukan dengan menjaga kebersihan, perawatan luka/lesi
jika
ada dan dirujuk kerumah sakit untuk terapi bedah
VI. SASARAN
1. Semua penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bukit Indah

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

No Kegiatan Jadwal Kegiatan


J F M A M J J A S O N D
1 Penyuluhan
DBD
2 Penanggulangan
penyakit DBD
3 Pelacakan kasus
DBD

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN


Evaluasi kegiatan dilaksanakan sebulan sekali dan dinyatakan KLB bila
jumlah kasus DBD dua kali lipat atau lebih dari periode lalu pada tempat
yang sama atau kematian kasus DBD lebih dari 1%, dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Tanjubg jabung Barat tiap sebulan sekali

IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN

Dilakukan pencatatan hasil kegiatan program malaria dengan format yang


telah ada setiap bulan.
Dilakukan pelaporan hasil analisis hasil pelaksanaan program malaria
kepada kepala Puskesmas dengan format yang telah disediakan.

Anda mungkin juga menyukai