Anda di halaman 1dari 30

EVALUASI PROGRAM PEMENFAATAN KELAMBU DALAM

UPAYA ELEMINASI MALARIA DI KECAMATAN

KEPULAUAN MANIPA KABUPATEN SERAM

BAGIAN BARAT TAHUN 2020

PROPOSAL

Oleh :
ANDI RASNI
NPM : 1420118103

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
AMBON
2021

41
EVALUASI PROGRAM PEMENFAATAN KELAMBU DALAM

UPAYA ELEMINASI MALARIA DI KECAMATAN

KEPULAUAN MANIPA KABUPATEN SERAM

BAGIAN BARAT TAHUN 2020

Proposal

Oleh :
LA SAHLAN WABULA
NPM. 1420116070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
AMBON
2020

42
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit menular yang sangat dominan di daerah

tropis dan sub-tropis dan dapat menimbulkan kematian lebih dari jutaan

manusia setiaptahun. Berdasarkan data WHO (2015) ditemukan 214 jutakasus

baru malaria di seluruh dunia dengan kisaran 149 juta sampai dengan 303 juta

kasus. Daerah Afrika sebesar 88%, Asia Tenggara sebesar 10% dan daerah

Timur Tengah sebesar 2%. Tahun 2015, ditemukan 438. 000 kematian akibat

malaria dengan kisaran 236.000 sampai438.000 kematian di seluruh dunia.

Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di tingkat global,

termasuk Indonesia. Kasus angka kejadian malaria yang cenderung menurun,

namun sebagian besar wilayah di Indonesia masih endemis malaria, terutama

di wilayah Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan NTT. Tahun 2015

kasus positif malaria mencapai 209.413, kasus ini mengalami penurunan dari

465.764 kasus pada tahun 2010. Kementerian kesehatan tengah melakukan

percepatan pencapaian bebas malaria pada daerah dengan kasus kejadian

malaria tinggi (Kemenkes, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang di angkat

adalah “ evaluasi program pemenfaatan kelambu dalam upaya malaria di

kecamatan kepulauan manipa kabupaten seram bagian barat tahun 2020.

43
1.3 Tujuan Penulis

1.3.1  Tujuan Umum

              Tujuan dari penelitian ini adalah  untuk mengatahui evaluasi progra

m pemenfaatan

kelambu dalam upaya malaria di kecamatankepulauan manipa Kabupat

en seram  bagian barat tahun 2020

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi tingkat upaya malaria

b. Untuk mengidentifikasi tingkat evaluasi program pemenfaatan

kelambu

c. Untuk mengidentifikasi tingkat kusuksesan wawancara

1.4 Pemanfaatan Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam bidang keperawa

tanbahari khususnya evaluasi program pemenfaatan kelambu dalam up

aya  Eleminasi malaria di kecamatan kepulauan manipa Kabupaten

seram bagian barat tahun 2020

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

44
Menerapkan ilmu metode penelitian, biostastistik dan ilmu

keperawatan bahari

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini di harapkan masyarakat dapat melakukan hal-hal

positif sehingga dapat menguranggi tingkat malaria dan Masyarakat

desa yang endemis malaria mampu mendapatkan kelambu lengkap

dengan teknis pemakaian dan perawantanya, sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desa.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat di pergunakan sebagai penambah bahan

pustakaan dalam lingkungan kampus STIKes MALUKU HUSADA

4 Bagi penelitian lain

Sebagai dasar Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian

yang serupa berkaitan dengan penyakit malaria. sumber rujukan untuk

penelitian selanjutnya

45
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjaun Umum Tentang Konsep Kelambu

2.1.1 Pengertian Kelambu

Memberi perlindungan terhadap nyamuk,lalat,dan serangga lainnya

termasuk penyakit yang di sebabkan serangga-serangga tersebut, seperti

malaria dan filariasis. Kelambu merupakan sebuah tirai tipis, tembus

pandang, dengan jaring-jaring yang dapat menahan berbagai serangga

menggigit tau menggagu orang yang menggunakanya. Jaring-jaringnya

di buat sedemikian rupa sehingga serangga tak dapat masuk tetapi

masih memungkinkan dilalui udara. Kelambu sering di sebut juga

sebagai bedcanopy.

Kelambu yang ditambahkan insektisisda dikembangkan pada tahun

1980 untuk pencegahan malaria. Kelambu ini ditambahkan insektisida

piretroid atau permetrin yang mampu membunuh dan mengusir

46
nyamuk. Sebuah penelitian yang dilakukan di Flores timur menunjukan

bahwa penggunaan kelambu yang ditambahkan insektisidapermetrin

0,20 g/m2 mampu mengurag insiden malaria dan filariasis selama 5

bulan penggunaan dari 25,70% ke 21,95% untuk malaria dan dari

4,20% ke 2,44% untuk filariasis.

Kabupaten Purworejo merupakan salah satu kabupaten endemis

malaria yang ada diProvinsi Jawa tengah. API per 1000 penduduk

Kabupaten Purworejo dari tahun 2012-2017 mengalami penurunan

yaitu 0,57, 0, 98, 1,13, 0,16, 0,59, 0,03.(1)(2) Meskipun mengalami

penurunan, Kabupaten Purworejo merupakan kabupaten dengan kasus

malaria tertinggi di Pulau Jawa.(3) Sebanyak lima kecamatan di

Kabupaten Purworejo masih tergolong daerah endemis yaitu

Kecamatan Kaligesing, Bener, Bagelen, Gebang, dan Loano.(3) API per

1000 penduduk Kecamatan Kaligesing dari tahun 2013-2017 antara lain

6,02, 7,00, 6,16, 4,75, 1,24.(2) Meskipun mengalami penurunan, API

per 1000 penduduk Kecamatan Kaligesing pada tahun 2017 termasuk

ke dalam kategori endemis sedang. Di Indonesia pendistribusian

kelambu berinsektisida telah dilaksanakan untuk mencapai target

eliminasi malaria tahun 2030. Pada

tahun 2017 telah dilaksanakan Pekan Kelambu Anti Nyamuk

Massal di Daerah Fokus di 4 Provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur,

DIY dan Banten dan di 22 Kabupaten termasuk Kabupaten Purworejo.

(4)(5) Kabupaten Purworejo sendiri mendapat bantuan kelambu

47
sebanyak 30.000 dari Kementerian Kesehatan melalui dana APBN

(Anggaran Pendapatan Belanja Nasional).(6) Kecamatan Kaligesing

mendapat jumlah terbanyak untuk pembagian kelambu, dari dana

APBN dibagikan kelambu di 8 desa sebanyak 11.302 antara lain Desa

Jatirejo, Samongari, Donorejo, Tlogoguwo, Pandanrejo, Kaligono,

Kaliharjo, Sudorogo dengan jumlah KK (Kartu Keluarga) sebanyak

5.531.(6) Dari tahun 2015 2015-2016 selalu mendapat pembagian

kelambu bagi 218 penderita malaria. Namun hal tersebut tidak

mengubah status endemisitas wilayah Kerja Puskesmas Kaligesing

sampai tahun 2017. Terbukti API wilayah kerja Puskesmas dari tahu

2015-2017 masih masuk kedalam kategori endemis yaitu mencapai

6,16, 4,75, 1,24 per 1000 penduduk. Penelitian operasional atau survei

perlu dilaksanakan pada kelompok masyarakat untuk mengetahui

manajemen dalam pemakaian kelambu berinsektisida di lapangan.

Salah satu nya adalah perlu adanya survei mengenai perilaku

pemakaian berinsektisida yang meliputi pengetahuan, sikap dan

perilaku pemakaian kelambu berinsektisida di masyarakat. Penelitian

ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan, sikap dan perilaku

masyarakat dalam pemakaian Kelambu Berinsektisida Tahan Lama.

2.1.2 Pengertian Malaria

Malaria berasal dari bahasa italia yaitu dari kata “Mal” artinya

buruk dan “Area” yang artinya udara. Secara harfiah (bahasa) malaria

48
adalah penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk

akibat lingkuan yang juga buruk.

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi

masalah kesehatan masyarakat dan dapat menjadi penyebab utama

kematian di negara berkembang terutama pada bayi, anak balita, dan

ibu hamil.1 Selain itu, malaria dapat menyebabkan terjadinya anemia2

dan kasus malaria yang tinggi dapat berdampak pada kesejahteraan

individu dan keluarga yang terkena malaria maupun pemerintah karena

dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja dan dalam jangka

waktu yang lama, malaria dapat berdampak pada menurunnya mutu

sumber daya manusia dan beban ekonomis yang besar karena hilangnya

kesempatan rumah tangga untuk membiayai pendidikan serta beban

biaya kesehatan yang tinggi.

Laporan malaria dunia World Health Organization (WHO) tahun

2014 menyebutkan bahwa berdasarkan penilaian dari kasus yang

dilaporkan, 64 dari 106 negara dengan transmisi malaria telah mencapai

target MDGs dalam mengurangi kasus malaria, tetapi data WHO juga

menunjukkan bahwa masih terdapat 198 juta kasus malaria di seluruh

dunia dan menyebabkan 584.000 kematian pada tahun 2013.4 Indonesia

merupakan salah satu negara yang masih berisiko malaria. Hal ini dapat

terlihat bahwa sampai pada saat ini masih terdapat kasus malaria. Pada

tahun 2013, sebanyak 14% kabupaten/kota di Indonesia masuk pada

kategori endemisitas tinggi. Pada tahun 2011 Angka Annual Parasite

49
Incidence (API) malaria di Indonesia yaitu sebesar 1,75 per 1.000

penduduk dan tahun 2012 sebesar 1,69 per 1.000 penduduk, sedangkan

pada tahun 2013 angka API sebesar 1,38 per 1000 penduduk berisiko

malaria. Walaupun angka API mengalami penurunan pada tahun 2013,

tetapi target yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan (Renstra) 2013 tidak tercapai. Target Renstra untuk angka

API tahun 2013 adalah <1,25 per 1.000 penduduk berisiko.

Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan angka prevalensi malaria

di Indonesia adalah 6%, sedangkan prevalensi di Sumatera Selatan

berdasarkan diagnosis adalah 1,3% dan 4,0% n berdasarkan diagnosis

dan gejala. Kasus malaria di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)

Provinsi Sumatera Selatan masih banyak ditemukan sampai saat ini.

Angka prevalensi malaria berdasarkan diagnosis pada tahun 2013

adalah 1,3% dan berdasarkan diagnosis dan gejala adalah 3,8%.6 Pada

tahun 2012, dari 1.125 kasus malaria yang ditemukan dan dilakukan

pemeriksaan laboratorium didapatkan 157 slide dengan hasil positif

terdapat parasit malaria. Kasus dengan hasil pemeriksaan mikroskopis

positif malaria paling banyak ditemukan di wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Lengkayap yaitu sebanyak 40 kasus. Selain terjadi pada orang

dewasa, kasus juga terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 15 tahun.

Salah satu upaya intervensi utama yang dinilai efektif dalam

pencegahan dan pengendalian malaria yang dianjurkan WHO dalam

program global malaria untuk mengatasi malaria dengan tujuan

50
mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun

2015 adalah pendistribusian dan penggunaan kelambu berinsektisida

Insecticide Treated Nets (ITNs) khususnya Long Lasting Insecticidal

Nets (LLINs). 8 Kelambu berinsektisida juga dapat menjadi alternatif

pengendalian vektor malaria pada daerah yang masyarakatnya menolak

metode Indoor Residual Spraying (IRS) atau dapat pula sebagai upaya

tambahan dalam upaya pencegahan penularan malaria.

Kelambu berinsektisida merupakan cara yang efektif untuk

pencegahan gigitan nyamuk vektor dan penularan malaria terutama

pada ibu hamil, bayi, dan anak balita karena selain sebagai penghalang

secara fisik terhadap nyamuk, aktivitas insektisida yang terkandung di

dalamnya juga dapat membunuh nyamuk. 10 , 11 , 12 Pemakaian

kelambu berinsektisida berdampak besar pada vektor dan angka

kejadian malaria sehingga dianjurkan sebagai alat perlindungan diri

yang efektif untukpengendalian malaria. Hasil penelitian yang

dilakukan di Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan bahwa ada

hubungan antara penggunaan kelambu berinsektisida dan kejadian

malaria, 13 orang-orang yang tidak menggunakan kelambu lebih

berisiko terkena malaria dibandingkan dengan yang menggunakan

kelambu. 14 Penelitian lainnya menunjukkan terdapat penurunan

insiden malaria sebesar 93,2% pada daerah yang menggunakan

kelambu berinsektisida dibandingkan dengan daerah yang tidak

memakai kelambu berinsektisida.15 Long Lasting Insecticidal Nets

51
(LLINs) juga dapat digunakan setidaknya selama tiga tahun dan dapat

bertahan setelah 20 kali pencucian untuk perlindungan kontak dengan

nyamuk penular malaria.

Di Indonesia, eliminasi malaria melalui upaya

pendistribusian/pembagian kelambun berinsektisida telah dilaksanakan

dadiharapkan didukung oleh komitmen yang tinggi dari pemerintah

setempat. Sejak tahun 2006, UNICEF bekerja sama dengan Departemen

Kesehatan RI telah memperkenalkan kelambu berinsektisida khususnya

LLINs untuk digunakan di Indonesia. 16 Target utama pembagian

kelambu berinsektisida untuk pencegahan malaria ini adalah orang-

orang yang memiliki risiko tinggi tertular malaria seperti ibu hamil,

bayi, dan anak-anak.

Dinas Kesehatan Kabupaten OKU telah melakukan

pendistribusian/pembagian kelambu berinsektisida pada ibu hamil,

bayi, balita, dan penderita malaria untuk mendukung program tersebut.

Pendistribusian dilakukan pada tahun 2009 dengan menggunakan dana

Global Fund (GF). Berdasarkan latar belakang tersebut, telah dilakukan

uji daya bunuh kelambu berinsektisida terhadap nyamuk Anopheles

maculatus berdasarkan lama pemakaian dan frekuensi pencucian

kelambu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya bunuh

kelambu berinsektisida yang digunakan oleh masyarakat di Wilayah

Kerja Puskesmas Tanjung Lengkayap Kabupaten OKU, serta

52
mengidentifikasi kelambu berinsektisida baik cara pencucian maupun

keadaan fisik kelambu.

2.1.3 Penyebab Malaria

Malaria adalah penyakit yang di sebabkan oleh sekelompok parasit

yang disebut Plasmodium yang hidup dalam sel darah merah.

Plasmodium tersebut sangat kecil dan tidak dapat di lihat dengan mata

telanjang. Manusia harus menggunakan mikroskop untuk melihatnya.

Parasit tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus mendapat makanan

dari organisme lain untuk hidup dan berkembang. Plasmodium yang

menyebabkan malaria pada manusia terdiri dari 4 jenis :

a. Plasmodium falciparum

b. Plasmodium vivax

c. Plasmodium malariae

d. Plasmodium ovale.

Seorang penderita dapat terinfeksi oleh lebih dari satu jenis

Plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi campuran (mix infection)

(Kemenkes,2013).

2.1.4 Pengendalian Penyakit Malaria

2.1.4.1 Pengendalian Malaria

Penanggulangan malaria seharusnya ditujukan untuk memutuskan

rantai penularan antara host, agent dan environment. Pemutusan rantai

penularan ini harus di tunjukan kepada sasaran yang tepat, yaitu:

1. Pemberantasan vektor

53
2. Pengendalian vektor

3. Penemuan dan Pengobatan Penderita Malaria

2.2 Tahapan Upaya Penanggulangan Malaria di Indinesia

2.2.1 Periode 1959 1968 (Periode pembasmian malaria)

Upaya pengendalian penyakit malaria dimulai sejak tahun 1959

dengan adanya KOPEM (Komando Pembasmian Malaria) di pusat dan

di daerah didirikan Dinas Pembasmian Malaria yang merupakan

integrasi institut Malaria, serta untuk pelatihan didirikan Pusat Latihan

Malaria di Ciloto dan 4 pusat latihan lapangan di luar Jawa. Pada

periode ini pengendalian malaria disebut sebagai periode pembasmian,

dimana fokus pembasmian dilaksanakan di pulau Jawa, Bali dan

Lampung.Kegiatan utama yang dilaksanakan adalah dengan

penyemprotan insektisida, pengobatan dengan Klorokuin dan

profilaksis.Baru pada tahun 1961 - 1964 penyemprotan insektisida

dilakukan juga di luar wilayah Jawa dan Bali. Upaya ini cukup berhasil

di daerah Jawa dan Bali dengan adanya penurunan parasite rate

( Kemenkes 2013).

2.2.2 Periode 1969 – 2000 (Pemberantasan Malaria)

Dengan terintegrasinya upaya pengendalian malaria dengan sistim

pelayanan kesehatan, maka kegiatan malaria dilaksanakan oleh

54
Puskesmas, Rumah sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya.

Seiring dengan perubahan ekologi, tahun 1973 mulai dilaporkan adanya

resistensi Plasmodium Universitas Sumatera Utara 13 falciparum di

Yogyakarta, bahkan tahun 1975 di seluruh provinsi di Indonesia,

disertai dengan kasus resistensi Plasmodium terhadap Sulfadoksin-

Pirimethamin (SP) di beberapa tempat di Indonesia. Tahun 1973

ditemukan penderita import dari Kalimantan Timur di Yogyakarta,

tahun 1991 dilaporkan adanya kasus

resistensi Plasmodium vivax terhadap Klorokuin di Pulau Nias, Provinsi

Sumatera Utara. (Kemenkes 2013).

2.2.3 Periode 2000 – sekarang

Pada tahun 2000 dilahirkan penggalakkan pemberantasan malaria

melalui gerakan masyarakat yang dikenal dengan Gerakan Berantas

Kembali Malaria atau ”Gebrak Malaria”. Gerakan ini merupakan

embrio pengendalian malaria yang berbasis kemitraan dengan berbagai

sektor dengan slogan “Ayo Berantas Malaria”. Selanjutnya tahun 2004

dibentuk Pos Malaria Desa Sebagai bentuk Upaya Kesehatan berbasis

masyarakat (UKBM). Mengingat malaria masih menjadi masalah di

tingkatan global, dalam pertemuan WHO 60 tanggal 18 Mei 2007 telah

dihasilkan komitmen global tentang eliminasi malaria bagi setiap

negara. Indonesia termasuk salah satu negara yang berkomitmen untuk

mengeliminasi malaria. Eliminasi Malaria sangat mungkin dilaksanakan

mengingat telah tersedia 3 kunci utama yaitu :

55
1. Ada obat ACT (Artemisinin Based Combination Therapy)

2. Ada teknik diagnosa cepat dengan RDT (Rapid Diagnose Test) Ada

teknik pencegahan dengan menggunakan kelambu LLIN (Long

Lasting Insectized Net), yang didukung oleh komitmen yang tinggi dari

pemda setempat (Kemenkes 2013).

2.2.4 Pusat Kesehatan Masyarakat ( PUSKESMAS )

A. Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat

pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,

untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014).

B Fungsi Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan

untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya

dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam

melaksanakan tugasnya, puskesmas menyelenggarakan fungsi:

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya Dalam

menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah

kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang

diperlukan.

56
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan

pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan

masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan

dan upaya kesehatan berbasis masyarakat. Universitas Sumatera

Utara 15

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan

kesehatan.

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap

akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan.

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,

termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon

penanggulangan penyakit.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya Dalam

menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara

komprehensif, berkesinambungan dan bermutu.

57
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan

upaya promotif dan preventif.

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan

keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip

koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi.

f. Melaksanakan rekam medis.

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap

mutu dan akses pelayanan kesehatan.

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas

pelayanan Universitas Sumatera Utara 16 kesehatan tingkat

pertama di wilayah kerjanya.

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis

dan sistem rujukan. Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana

dimaksud, puskesmas dapat erfungsi sebagai wahana pendidikan

tenaga kesehatan. Ketentuan mengenai

wahana pendidikan tenaga kesehatan tersebut, dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI,

2014).

2.2.5 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Malaria di Puskesmas

58
A Upaya Pencegahan Malaria di Puskesmas

Menurut Kemenkes (2013) upaya pencegahan malaria dilakukan

dengan:

1. Menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk malaria, dengan

cara tidur memakai kelambu, tidak berada di luar rumah pada

malam hari, mengolesi badan dengan lotion anti nyamuk,

memasang kawat kasa pada jendela.

2. Membersihkan tempat sarang nyamuk, dengan cara

membersihkan semaksemak di sekitar rumah dan melipat kain-kain

yang bergantungan, Universitas Sumatera Utara 17 mengusahakan

di dalam rumah tidak gelap, mengalirkan genangan air serta

menimbun nya.

3. Membunuh nyamuk dewasa (penyemprotan dengan insektisida).

4. Membunuh larva dengan menebarkan ikan pemakan larva.

5. Membunuh larva dengan menyemprot larvasida.

2.2.6 Upaya Penanggulangan Malaria di Puskesmas

Upaya-upaya yang telah dilaksanakan Puskesmas Siabu di

Kabupaten Mandailing Natal tahun 2016 dalam pencegahan dan

penanggulangan kasus malaria sebagai berikut:

a. Upaya Kesehatan Secara Promotif (Promosi Malaria)

b. Upaya Kesehatan secara Preventif (Pencegahan Malaria) Upaya

pencegahan (preventif) yang telah dilaksanakan Puskesmas Siabu

adalah sebagai berikut:

59
1. Pengadaan Kelambu Berinsektisida.

2. Penyemprotan Sarang Nyamuk

c. Upaya Kesehatan Secara Kuratif (Pelayanan Kesehatan bagi

Penderita Malaria).

2.2.7 Cakupan Pencegahan dan Penanggulangan Program Malaria

1. Diagnosis Malaria dan Pengobatan Malaria

2. Skiring Ibu Hamil

3. Pendistribusian Kelambu

4. Penyemprotan Dinding Rumah (IRS / Indoor Residual Spraying)

5. Pelaksanaan Kegiatan Mass Blood Survei (MBS)

6. Penyuluhan.

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah penjelasan mengenai konsep yang di pakai sebagai

landasan berfikir dalam kegiatan ilmu (Nursalam 2008). Dalam penelitian ini

konsep yang di ajukan adalah Evaluasi pemanfaatan kelambu variabel terkait

(dependen) dan upaya eliminasi malaria sebagai intervening. Berdasarkan

landasan teori tersebut di atas, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

60
Evaluasi pemanfaatan

kelambu
Upaya eliminasi malaria

Keterangan :

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Pengaruhs

3.2 Hipotesis

a. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada evaluasi program pemenfaatan kelambu dalam upaya eleminasi

malaria di kecamatan kepulauan manipakabupaten seram bagian barat

tahun 2020

b. Hipotesis (Ho)

Tidak ada evaluasi program pemenfaatan kelambu dalam upaya eleminasi

malaria di kecamatan kepulauan manipakabupaten seram bagian barat

tahun 2020

61
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan mengidentifikasi berupa kesulitan yang mungkin

timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2018). Jenis Penelitian ini adalah

kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif analitik dengan

62
pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, penelitian ini

dilakukan dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data dalam

waktu yang bersamaan pada suatu saat.

4.2 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Luhutuban Kecamatan

Kepulauan Manipa Kabupaten Seram Bagian Barat selama 1 bulan, dan

mulai terhitung dari tanggal 30 september – 30 Oktober 2020.

4.3 Populasi sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Nursalam, 2018).

63
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK pada Desa Luhutuban kecamatan

kepulauan manipa yang ada di Kabupaten Seram Bagian Barat berjumlah 105 KK.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Nursalam, 2018). Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat pesisir di

desa luhutuban kecamatan kepulauan manipa Kabupaten Seram Bagian Barat

Penelitian ini berjumlah 83 KK yang pemenuhan sampelnya menggunakan rumus

Slovin

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Untuk dapat menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian,

terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah teknik Simple Random Sampling. Alasan peneliti memilih teknik

Simple Random Sampling adalah karena pengambilan sampel dari populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Nursalam,

2018).

4.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang

berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2014). Variabel dalam

penelitian ini adalah :

4.4.1 Variabel independen

64
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel terikat (Notoatmodjo, 2014). Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi

pengetahuan dan sikap

4.4.2 Variabel dependen

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel terikat (Notoatmodjo, 2014). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

tindakan penggunaan kelambu

4.5 Definisi operasional

Defenisi operasional adalah sebuah batasan-batasan yang diberikan oleh peneliti

terhadap variabel penelitiannya sendiri sehingga variabel penelitian dapat diukur. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat (Nursalam,

2018).

Defenisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada table berikut:

Table 4.5 Defenisi operasional

variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur
Independen
Pengetahuan Segala sesuatu yang kuesioner Ordinal Baik: 76 % - 100 %
diketahui responden Cukup: 56 % - 75 %
setelah melakukan Kurang: < 56 %
pengindraan Notoatmodjo, 2014)
terhadap suatu
objek
respon seseorang kuesioner Ordinal Sikap Baik > 50
Sikap yang masih tertutup Sikap Tidak < 50
terhadap suatu (Sunaryo 2013),
stimulus atau objek
Dependen

65
tindakan salah satu upaya Lembar Ordinal Baik: 76 % - 100 %
penggunaan yang dilakukan Observasi Cukup: 56 % - 75 %
Kelambu oleh masyarakat Kurang: < 56 %
untuk menghindari ( Rubenfeld, 2018)
kontak/ dengan
nyamuk

4.6 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah

suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yag ummnya

banyak menyangkut kepentigan umum dan di lakukan dengan menggedarkan suatu daftar

pertanyaan yang berupa formulir – formulir, di ajukan secara tertulis kepada sejumlah

subjek untuk mendaptkan tangapan, informasi, jawaban, dan sebagainnya (Notoatmodjo

2014).

Kuesioner dalam penelitian ini terdapat Tiga item, yaitu kuesioner untuk pengetahuan.

Kuesioner untuk pengetahuan terdiri dari 10 pertanyan dan setiap pertanyaan di beri

pilihan benar salah, benar di beri poin 1, salah di beri poin 0. Hasil ukur: Baik (76%-

100%), cukup (56%-75%), dan kurang (< 55%) (Notoatmodjo, 2014). Sedangkan untuk

kuesioner sikap terdapat 10 pertanyaan di mana terdiri dari empat pilihan jawaban sangat

setuju di berikan poin 4, setuju di beri poin 3, tidak setuju diberi poin 2, sangat tidak setuju

diberi poin 1. Hasil ukur: Positif jika median ≥ 50 dan negatif jika median < 50 (Sunaryo

2013),. Kuesioner untuk tindakan penggunaan kelambu terdiri dari 10 pertanyan dan setiap

pertanyaan di beri pilihan benar salah, benar di beri poin 1, salah di beri poin 0. Hasil ukur:

Baik (76%-100%), cukup (56%-75%), dan kurang (< 55%)

. 4.7 Prosedur pengumpulan data

66
Data ini diperoleh dengan teknik wawancara untuk mengetahui berhubungan

pengetahuan sikap malaria dngan tindakan penggunaan kelambu.

1. Pengambilan data awal dengan studi pendahuluan setelah mendapatkan surat pengantar

dari LPPM STIKes Maluku Husada. Menuju badan kesatuan bangsa, politik, dan

perlindungan masyarakat (Bakesbanpol).

2. Dari Bakesbanpol mendapatkan surat pengantar ke dinas kesehatan guna pengambilan

data di Kecamatan Kepulauan Manipa Kabupaten Seram Bagian Barat

3. Dinas kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat mengeluarkan surat ijin pengambilan

data di  Kecamatan Kepulauan Manipa kemudian peneliti melakukan perijinan dan

perjanjian dengan kader untuk melakukan penelitian.

4. Peneliti melakukan pengambilan data dengan metode mengunjungi ke rumah

responden sebanyak 83 responden.

5. Peneliti menjelaskan tentang penelitian dan informed consent untuk dibaca kurang lebih

10 menit. Jika responden bersedia maka responden diminta untuk memberi tanda

tanggan pada lembar tersebut dengan disaksikan oleh salah satu masyarakat.

6. Peneliti akan menjelaskan petunjuk pengisian lembar kuesioner. Waktu yang dibutuhkan

responden untuk mengisi kuesioner kurang lebih 30-40 menit dengan jumlah soal 30

butir.

7. Peneliti berada didekat responden sampai mengisi selesai serta menjelaskan pertanyaan

yang kurang dipahami oleh responden.

8. Setelah mengisi kuesioner selesai peneliti mengecek kelengkapan kuesioner dan

kemudian memberikan Souvenir sebagai tanda terima kasih kepada responden.

67
9. Data yang diperoleh kemudian dicatat dalam lembar pengumpulan data kemudian

dianalisis menggunakan analisis univariat untuk mengetahui berhubungan pengetahuan,

sikap malaria terdadap tindakan penggunaan kelambu.

4.8 Analisa Data

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap

varibel. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2014).

Variabel tersebut menggunakan rumus sebagai berikut:

f
P= ×100%
n
Keterangan:

p : nilai persentase responden

f : frekuensi atau jumlah yang benar

n : jumlah responden

Untuk data numerik data yang digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan

standar deviasi. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2014). Untuk menetukan

data yang dipakai dalam menghitung mean dengan cara menunjukkan semua nilai data

dbagi dengan banyak data. Mean digunakan ketika data yang kita miliki memiliki

sebaran normal atau mendekati normal.

4.8.2 Analisis Bivariat

68
Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkolerasi. Pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan tentang hipotesis yang

akan dilakukan cukup meyakinkan untuk di terima atau ditolak menggunakan uji chi-

square. Untuk melihat kemaknaan perhitungan akan digunakan batasan kemaknaan =

0,01 jika ρ ≤ 0.01 berarti bermakna, jika ρ > 0,01 berarti tidak bermakna. Menurut

(Notoatmodjo, 2014). ada sebuah rumus untuk mencari analisa bivariat

Rumus = X =
∑ (¿ O−E)2 ¿
E

Keterangan :

X : Chi Square

O : Hasil observasi atau nilai yang di peroleh dari penelitian

E : Hasil yang di harapkan

Σ : jumlah kolom atau baris

4.9 Etika penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan surat ijin permohonan penelitian

kepada responden dengan memperhatikan etika penelitian, yang meliputi

1. Self Determinant

Responden diberi kebebasan dalam menentukan hak kesediaannya untuk terlibat

dalam penelitian ini secara sukarela, setelah semua informasi dijelaskan pada responden

menyangkut penelitian, dengan menandatangani informed consent yang disediakan.

Apabila terjadi hal-hal yang tidak seharusnya maka diperbolehkan mengundurkan diri.

2. Anonimity

69
Pada penelitian ini peneliti melakukan dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah seperti pengetahuan dan penyakit yang pernah dialami sebelumnya

yang berhubungan dengan responden. Informasi yang didapatkan tidak akan

dipublikasikan atau diberikan ke orang lain tanpa seizin dari responden.

4. Informed Consent

Sebelum melakukan pengambilan data dari responden, peneliti telah memberikan

lembar permohonan kepada calon responden yang memenuhi kriteria insklusi untuk

menjadi responden. Semua responden telah menyetujui untuk dijadikan sebagai

responden dengan mendatangi lembar permohonan tersebut dan tidak ada responden yang

menolak.

70

Anda mungkin juga menyukai