Npm: 1420118076
Prodi: S1 keperawatan
1. GCS (glasgow coma scale) adalah skala yang dipakai untuk mengetahui
tingkat kesadaran. Dulu, skala ini digunakan pada orang yang
mengalami cedera kepala. Namun, saat ini, GCS juga digunakan untuk
menilai tingkat kesadaran seseorang saat memberikan pertolongan
darurat medis. Tingkat kesadaran seseorang umumnya dapat dinilai dari tiga
aspek, yaitu mata (kemampuan membuka mata), suara (kemampuan bicara),
dan gerakan tubuh. Tiga aspek ini dinilai melalui pengamatan, kemudian
dijumlahkan untuk mendapatkan angka GCS.
Namun, sebelum membahas lebih jauh cara mengetahui tingkat kesadaran dengan GCS,
ada beberapa penyebab menurunnya kesadaraan seseorang yang perlu Anda ketahui.
Selain itu, ada beberapa kondisi medis yang juga dapat menyebabkan penurunan
kesadaran, yaitu:
Demensia
Cedera kepala berat
Syok
Penyakit jantung
Penyakit hati
Gagal ginjal
Hipoglikemia
Stroke
Mata
Berikut ini adalah panduan pemeriksaan mata untuk menentukan angka GCS:
Poin 1: mata tidak bereaksi dan tetap terpejam meski telah diberi rangsangan,
seperti cubitan pada mata.
Poin 2: mata terbuka setelah menerima rangsangan.
Poin 3: mata terbuka hanya dengan mendengar suara atau dapat mengikuti perintah
untuk membuka mata.
Poin 4: mata terbuka secara spontan tanpa perintah atau sentuhan.
Suara
Untuk pemeriksaan respons suara, panduan untuk menentukan nilai GCS adalah
sebagai berikut:
Poin 1: tidak mengeluarkan suara sedikit pun meski sudah dipanggil atau diberi
rangsangan.
Poin 2: suara yang keluar berupa rintihan tanpa kata-kata.
Poin 3: suara terdengar tidak jelas atau hanya mengeluarkan kata-kata, tetapi bukan
kalimat yang jelas.
Poin 4: suara terdengar dan mampu menjawab pertanyaan, tetapi orang tersebut
tampak kebingungan atau percakapan tidak lancar.
Poin 5: suara terdengar dan mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan
dengan benar serta sadar penuh terhadap lokasi, lawan bicara, tempat, dan waktu.
Gerakan
Skala GCS diperoleh dengan menjumlahkan setiap poin dari ketiga aspek
pemeriksaan di atas. Skala ini dipakai sebagai tahap awal evaluasi kondisi
seseorang yang pingsan atau baru mengalami kecelakaan dan kemudian
tidak sadarkan diri sebelum diberi pertolongan lebih lanjut.
Sebagai penolong pertama, Anda bisa melaporkan angka GCS kepada pihak
medis yang menangani selanjutnya. Perhitungan ini berguna bagi dokter
sebagai dasar untuk menentukan penanganan dan menilai respons terhadap
pengobatan yang diberikan.
Gejala yang dialami penderita cedera kepala berbeda-beda, tergantung pada tingkat
keparahan kondisi. Berdasarkan tingkat keparahannya, cedera kepala dibagi
menjadi dua, yaitu cedera kepala ringan dan cedera kepala sedang hingga berat.
3.
4. Pada beberapa keadaan, cedera kepala yang berupa konkusio dapat sulit untuk dikenali gejalanya.
Pasien mungkin akan merasa sulit berkonsentrasi, suasana hati mudah berubah, tingkah laku tidak
seperti biasanya, perubahan pola tidur, dan gejala lainnya. Pemeriksaan medis perlu dilakukan pada
orang-orang seperti ini meskipun peristiwa yang menyebabkan cedera kepala itu sudah lama berlalu.
Pertolongan pertama.
Mempelajari tanda-tanda cedera kepala berat dan cara untuk melakukan pertolongan pertama akan
mampu menyelamatkan nyawa seseorang. Segera hubungi unit gawat darurat terdekat, jika orang
yang diduga mengalami cedera kepala memiliki tanda-tanda berikut.
• Penurunan kesadaran.
• Tidak bisa menggerakkan salah satu atau kedua lengan dan/atau kaki, kesulitan berbicara, atau
pandangan kabur.
• Muntah lebih dari satu kali.
• Hilang ingatan jangka pendek.
• Mudah mengantuk.
• Tingkah laku tidak seperti biasanya.
• Mengeluh nyeri kepala berat atau kaku leher.
• Pupil (bagian hitam di tengah bola mata) tidak sama ukurannya.
• Orang dengan cedera kepala yang memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol.
• Orang dengan cedera kepala yang sedang mengonsumsi obat-obatan pengencer darah, misalnya
warfarin dan heparin.
Bila ditemukan tanda-tanda tersebut, segera hubungi unit gawat darurat terdekat. Sambil menunggu
bantuan atau ambulans, dapat dilakukan hal-hal berikut.
• Periksa jalan napas (airway), pernapasan (breathing), dan sirkulasi jantung (circulation) pada orang
tersebut. Bila perlu, lakukan bantuan napas dan resusitasi (CPR).
• Jika orang tersebut masih bernapas dan denyut jantungnya normal, tetapi tidak sadarkan diri,
stabilkan posisi kepala dan leher dengan tangan atau collar neck (bila ada). Pastikan kepala dan leher
tetap lurus dan sebisa mungkin hindari menggerakkan kepala dan leher.
• Bila ada perdarahan, hentikan perdarahan tersebut dengan menekan luka dengan kuat menggunakan
kain bersih. Pastikan untuk tidak menggerakkan kepala orang yeng mengalami cedera kepala tersebut.
Jika darah merembes pada kain yang ditutupkan tersebut, jangan melepaskan kain tersebut, tetapi
langsung merangkapnya dengan kain yang lain.
• Jika dicuriga ada patah tulang tengkorak, jangan menekan luka dan jangan mencoba membersihkan
luka, tetapi langsung tutup luka dengan pembalut luka steril.
• Jika orang dengan cedera kepala tersebut muntah, miringkan posisinya agar tidak tersedak oleh
muntahannya. Pastikan posisi kepala dan leher tetap lurus.
• Jangan mencoba mencabut benda apapun yang tertancap di kepala. Langsung bawa ke unit gawat
darurat terdekat.
Pencegahan cedera kepala
• Jatuh merupakan penyebab utama cedera kepala, terutama pada anak-anak dan lansia.
Meminimalisir kejadian jatuh dapat dilakukan dengan cara memastikan lantai tidak licin,
menggunakan alat bantu jalan, dan melakukan pengawasan pada saat anak atau lansia berada di kamar
mandi atau berjalan di tangga.
• Menggunakan helm, baik pada saat mengendarai sepeda atau sepeda motor, maupun saat melakukan
aktivitas yang berisiko seperti mengendarai skateboard atau olahraga ski.
• Mengendarai mobil dengan aman, yaitu dengan mengenakan sabuk pengaman dan menghindari
aktivitas lain seperti menggunakan handphone pada saat sedang mengemudi. Jangan mengemudikan
mobil atau kendaraan apapun dalam keadaan tidak sadar penuh, baik karena pengaruh alkohol
maupun obat-obatan.