Anda di halaman 1dari 31

Makalah Pendekatan Psikoanalisa

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikoterapi

Dosen Pengampu : Rina Rifayanti, S.Psi, M.Psi., Psikolog.

Disusun Oleh :

ARDIYA SALSABILA 1802105062


MUHAMMAD FIDA JAUHAR 1802105064
INGGRID DELTA SINTARA 1802105082
AKHMAD ZINEDINE ZIDANE 1802105084
WANDI AZIZ 1802105089
GHEA VEMBI CEVARANIE P. 1802105091
MARANATA L.B 1802105094
KURNIAWAN 1802105095
TAUFIK ALIF CAHYONO 1802105096
AKBAR ISNANTO R. 1802105101
WINDA APRIANI Z.H 1802105102

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


PENDEKATAN PSIKOANALISA ........................................................................ 3
A. Konsep-Konsep Utama ................................................................................ 3
1. Struktur Kepribadian ................................................................................ 3
2. Pandangan Tentang Sifat Manusia ........................................................... 4
3. Kesadaran dan Ketaksadaran .................................................................... 5
4. Kecemasan................................................................................................ 5
5. Mekanisme-mekanisme Pertahanan Ego.................................................. 6
6. Perkembangan kepribadian ...................................................................... 8
7. Tahun pertama kehidupan : Fase oral ....................................................... 9
8. Usia satu sampai tiga tahun : Fase anal .................................................. 10
9. Usia tiga sampai lima tahun : Fase falik ................................................. 11
B. Adaptasi-adaptasi Psikoanalisis: Para Neo-Freudian ................................. 12
1. Carl Jung................................................................................................. 12
2. Alfred Adler............................................................................................ 14
3. Otto Rank................................................................................................ 15
4. Karen Horney ......................................................................................... 17
5. Erich Fromm ........................................................................................... 18
6. Harry Stack Sullivan............................................................................... 20
7. Erik Erikson ............................................................................................ 21
C. Proses Tarapeutik ....................................................................................... 23
1. Tujuan – tujuan Tarapeutik .................................................................... 23
2. Fungsi dan Peran Terapis ....................................................................... 24
3. Pengalaman Klien dalam Terapi ............................................................ 24
4. Hubungan antara Terapis dan Klien ....................................................... 25
D. Penerapan : Teknik-Teknik dan Prosedur-Prosedur Tarapeutik ................ 26
1. Asosiasi Bebas ........................................................................................ 26
2. Penafsiran ............................................................................................... 27
3. Analisis Mimpi ....................................................................................... 28
4. Analisis dan Penafsiran Resistensi ......................................................... 28
5. Analis dan Penafsiran Transferensi ........................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31

ii
PENDEKATAN PSIKOANALISA

A. Konsep-Konsep Utama

1. Struktur Kepribadian

Menurut pandanga psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dari 3 sistem

yaitu id, ego dan superego. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses psikologi,

id adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologi, sedangkan

superego merupakan komponen sosial.

a. Id

Id adalah sistem kepribadian yang orisinil; kepribadian setiap orang hanya

terdiri dari id ketika dilahirkan. Id merupakan tempat bersemayam naluri-

naluri, id kurang terorganisasi, buta, menuntut dan mendesak. Dengan

diatur oleh asas kesenangan yang diarahkan pada pengurang tegangan,

penghindar kesakitan, dan perolehan kesenangan, id bersifat tidak logis,

amoral dan didorong oleh suatu kepentingan: memuaskan kebutuhan-

kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Id tidak pernah

matang dan selalu menjadi anak manja dari kepribadian, tidak berpikir

dan hanya menginginkan atau bertindak. Id bersifat tidak sadar

b. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan

dan mengatur. Sebagai “polisi lalu lintas” bagi id, superego, dan dunia

eksternal, tugas utama ego adalah mengantarai naluri-nauluri dengan

lingkungan sekitar. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan

sensor. Dengan diatur oleh asas kenyataan, ego berlaku realistis dan

berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan

3
kebutuhan. Ego adalah tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas

yang mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id.

c. Superego

Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah

apakah suatu tindakan baik atau buru, benar atau salah. Superego

merepresentasikan hal yang ideal dan mendorong bukan kepada

kesenangan, melainkan pada kesempurnaan. Superego berfungsi

menghambat impuls-impuls id. Superego juga mempresentasikan nilai-

nilai tradisional dan ideal-ideal masyarakat yang diajarkan oleh orang tua

kepada anak.

2. Pandangan Tentang Sifat Manusia

Pandangan Freudian tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik,

deterministik, mekanistik dan reduksionistik. Menurut Freud, manusia di

determinasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar,

kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah dan oleh

peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama

kehidupan.

Menurut pandangan Freudian yang ortodoks, dinamika kepribadian terdiri

dari cara energi psikis dibagikan kepada id, ego dan superego. Karena energi

psikis itu terbatas, maka suatu sistem memegang kendali atas energo yang tersedia

sambil mengorbankan dua sistem lainnya. Freud juga menekankan peran naluri-

naluri. Segenap naluri bersifat bawaan dan biologis. Manusia memiliki naluri-

naluri kehidupan, maupun naluri kematian. Menuut Freud tujuan segenap

4
kehidupan adalah kematian; kehidupan tidak lain adalah jalan melingkar ke arah

kematian.

3. Kesadaran dan Ketaksadaran

Ketaksadaran tidak bisa dipelajari secara langsung, ia bisa dipelajari dari

tingkah laku. Pembuktian klinis guna membuktikan konsep ketaksadaran

mencakup :

a. Mimpi-mimpi, yang merupakan representasi simbolik dari kebutuhan-

kebutuhan, hasrat dan konflik tak sadar

b. Salah ucap atau lupa, misalnya terhadap nama yang dikenal

c. Sugesti-sugesti pasca hipnotik

d. Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas

e. Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik proyektif

Bagi Freud, kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa.

Ketaksadaran itu menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan-ingatan dan

bahan-bahan yang direpresi. Freud juga percaya bahwa sebagian besar fungsi

psikologis terletak di luar kawasan kesadaran. Oleh karena itu, sasaran terapi

psikoanalitik adalah membuat motif-motif tak sadar menjadi disadari, sebab hanya

ketika menyadari motif-motifnyalah individu bisa melaksanakan pilihan.

4. Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk

berbuat sesuatu. Fungsinya adalah memperingatkan kita adanya ancaman bahaya,

yakni sinyal bagi ego yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan yang

5
layak untuk mengatasi ancaman bahaya itu tidak diambil. Apabila tidak bisa

mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung, maka

ego akan mengandalkan cara yang tidak raealistis, yakni tingkah laku yang

berorientasi pada pertahanan ego.

Ada tiga macam kecemasan, kecemasan realistis, kecemasan neurotik dan

kecemasan moral. Kecemasan realistis adalah ketakutan terhadap bahaya dari

dunia eksternal dan taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada.

Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri

yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang bisa mendatangkan

hukuman bagi dirinya. Kecemasan moral adalah ketakutan terhadap hati nurani

sendiri, orang yang hati nuraninya berkembang baik cenderung merasa berdosa

apabila dia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kode moral yang

dimilikinya.

5. Mekanisme-mekanisme Pertahanan Ego

Mekanisme pertahanan ego membantu individu mengatasi kecemasan dan

mencegah terlukanya ego. Mekanisme pertahanan yang digunakan oleh individu

bergantung pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya.

Mekanisme pertahanan sama-sama memiliki dua ciri, yaitu menyangkal atau

mendistorsi kenyataan, dan beroperasi pada taraf tak sadar. Teori Freud adalah

model pengurangan ketegangan atau sistem homeostatis. Berikut ini penjabaran

singkat mengenai beberapa bentuk mekanismen pertahanan ego :

a. Penyangkalan

6
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan “menutup

mata” terhadap kebenaran kenyataan yang mengancam. Kematian atas

orang yang dicintai misalnya, sering di manifestasikan oleh

penyangkalan terhadap fakta kematian

b. Proyeksi

Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa

diterima oleh ego kepada orang lain. seseorang melihat pada diri orang

lain hal yang tidak disukai dan ia tidak bisa menerima adanya hal itu

pada diri sendiri. Jadi, dengan proyeksi seseorang akan mengutuk orang

lain karena “kejahatannya” dan menyangkal memiliki dorongan jahat

seperti itu.

c. Fiksasi

Fiksasi maksudnya adalah menjadi “terpaku” pada tahap-tahap

perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap

selanjutnya bisa menimbulkan kecemasan. Anak yang terlalu bergantung,

menunjukkan pertahanan berupa fiksasi

d. Regresi

Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih

awal yang tuntutannya tidak terlalu besar.

e. Rasionalisasi

Rasionalisasi adalah menciptakan alasan yang “baik” guna

menghindarkan ego dari cedera; memalsukan diri sehingga kenyataan

yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan.

7
f. Sublimasi

Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau secara

sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.

g. Displacement

Displacement adalah mengarahkan energi kepada objek atau orang lain

apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya tidak bisa dijangkau.

h. Represi

Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa

membangkitan kecemasan; mendorong kenyataan yang tidak bisa

diterima kepada ketaksadaran, atau menjadi tidak menyadari hal-hal

menyakitkan. Represi merupakan salah satu konsep Freud yang paling

penting, menjadi basis bagi banyak pertahanan ego lainnya dan bagi

gangguan neurotik

i. Formasi reaksi

Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan

hasrat tak sadar, jika perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman,

maka seseorang menampilan tingkah laku yang berlawanan guna

menyangkal perasaan yang bisa menimbulkan ancaman itu.

6. Perkembangan kepribadian

a. Pentingnya perkembangan awal

8
Sumbangan yang berarti dari model psikoanalitik adalah gambaran

tahap-tahap perkembangan psikososial dan psikoseksual individu dari

lahir hingga dewawa. Pemahaman terhadap pandangan psikoanalitik

tentang perkembangan adalah hal yang esensial jika seorang konselor

menangani para kliennya secara mendalam. Masalah-masalah yang

paling khas yang dibawa orang-orang, baik kedalam situasi konseling

individual maupun kelompok, terdiri dari :

1) Ketidakmampuan menaruh kepercayaan pada diri sendiri dan pada

orang lain, ketakutan untuk mencintai dan untuk membentuk

hubungan yang intim dan rendahnya rasa harga diri.

2) Ketidakmampuan mengakui dan mengungkapkan perasaan-perasaan

benci dan marah, penyangkalan terhadap kekuatan sendiri sebagai

pribadi, dan kekurangan perasaan otonom.

3) Ketidakmampuan menerima sepenuhnya seksualitas dan perasaan

seksual diri sendiri, kesulitan untuk menerima diri sendiri sebagai pria

atau wanita dan ketakutan terhadap seksualitas.

Menurut pandangan psikoanalitik Freudian, ketiga area perkembangan

personal dan sosial berdasakan lima tahun pertama dari kehidupan. periode

perkembangan ini merupakan landasan bagi perkembangan kepribadian

selanjutnya :

7. Tahun pertama kehidupan : Fase oral

Dari lahir sampai akhir usia satu tahun seorang bayi menjalani fase oral.

Menghisap buah dada ibu memuaskan kebutuhannya akan makanan dan akan

9
kesenangan. Karena mulut dan bibir merupakan zona erogen yang peka selama

fase oral ini, bayi mengalami kenikmatan erotik dalam tindakan menghisap.

Tugas utama perkembangan fase oral adalah memperoleh rasa percaya,

yakni percaya kepada orang lain, kepada dunia dan kepada diri sendiri. Cinta

adalah perlindungan baik terhadap ketakutan dan ketidakamanan. Anak-anak yang

ditolak akan belajar untuk tidak mempercayai dunia, mereka memandang dunia

sebagai tempat mengancam. Efek penolakan pada fase oral adalah kecenderungan

di masa kanak-kanak selanjutnya untuk menjadi penakut, tidak aman, haus akan

perharian, iri, agresif, benci dan kesepian

8. Usia satu sampai tiga tahun : Fase anal

Apabila fase oral menuntut individu untuk mengalami rasa bergantung

yang sehat, menaruh kepercayaan dan menerima cinta, fase anal menandai

langkah lain dalam perkembangan kepribadian. Tugas-tugas yang harus

diselesaikan pada fase ini adalah belajar mandiri, memiliki kekuatan pribadi dan

otonomi, serta belajar bagaimana mengakui dan menangani perasaan yang negatif.

Ketika toilet training dimulai pada tahun kedua, anak memperoleh

pengalaman pertama dalam disiplin. Metode toilet training, perasaan, sikap dan

reaksi orang tua terhadap anak pada fase ini bisa memiliki efek jauh ke depan atas

pembentukan ciri-ciri (traits) kepribadian. Masalah kepribadian yang muncul

kemudian, seperti kompulsi, berakar pada cara orang tua memperlakukan anak-

anaknya selama fase anal ini.

Selama fase anak, anak akan mengalami perasaan negatif seperti benci,

hasrat merusak, marah dan sebagainya. Namun penting bagi anak untuk belajar

10
bahwa perasaan negatif itu bisa diterima. Banyak klien dalam terapi yang belum

belajar untuk menerima perasaan marah dan bencinya terhadap orang yang

mereka cintai. Karena diajari, baik secara langsung maupun tidak, bahwa

kemarahan dan kebencian itu adalah perasaan yang buruk dan menyebabkan

penerimaan orang tua ditarik.

Hal yang penting oada fase ini adalah jika orang tua berbuat terlalu banyak

bagi anaknya, itu berarti si orang tua mengajari anaknya untuk tidak memiliki

kesanggupan menjalani fungsi diri. Karena pada fase anal ini anak perlu

bereksperimen, berbuat salah dan merasa mereka tetap diterima untuk

kesalahannya itu, dan menyadari diri sebagai individu yang mandiri.

9. Usia tiga sampai lima tahun : Fase falik

Ini adalah fase ketika kesanggupan untuk berjalan, berbicara, berpikir dan

mengendalikan otot berkembang pesat. Dengan meningkatnya perkembangan

kemampuan motorik dan perseptual, maka kecakapan interpersonal anak pun

mengalami perkembangan. Selama fase falik ini, aktivitas seksual menjadi lebih

intens dan perhatian dipusatkan pada alat kelamin. Eksperimentasi masa anak-

anak adalah hal yang umum, dan karena banyak sikap seksualitas yang bersumber

pada fase falik, maka penerimaan seksualitas dan penanganan dorongan seksual

pada fase ini menjadi penting. Fase falik adalah periode perkembangan hati

nurani, suatu masa anak-anak belajar mengenal standar moral. Jika orang tua

mengajarkan pada anak-anaknya bahwa dorongan yang ada pada diri mereka itu

buruk, maka anak-anak akan segera belajar merasa berdosa atas dorongan itu, dan

11
bisa jadi mereka membawa perasaan berdosa itu sampai kehidupan dewasa serta

menghambat keintiman dengan orang lain.

Selama fase falik anak perlu belajar menerima perasaan seksualnya

sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat.

Karena itu fase falik memiliki implikasi yang berarti bagi terapis yang menangani

orang dewasa. Banyak klien yang tidak pernah sepenuhnya mampu memahami

perasaan tentang seksualitasnya sendiri.

Dengan menghidupkan kembali peristiwa dan merasakan kembali

perasaan yang terpendam, para klien akan semakin menyadari bahwa mereka

sanggup menemukan akhir-akhir yang baru bagi drama-drama yang mereka alami

pada masa anak-anak. Dengan demikian mereka juga akan menyadari bahwa

meskipun sikap dan tingkah laku mereka yang sekarang dibentuk oleh masa

lampau, mereka akan ditakdirkan untuk terus menerus menjadi korban masa

lampau.

B. Adaptasi-adaptasi Psikoanalisis: Para Neo-Freudian

1. Carl Jung

a. Pandangan tentang sifat manusia

Jung memiliki pandangan yang optimis dan kreatif tentang manusia,

menekankan tujuan aktualisasi diri. Masa kini tidak hanya ditemukan

oleh masa lampau, tetapi juga oleh masa mendatang.

12
b. Ketidaksadaran personal

Gagasan-gagasan yang menyakitkan dan pemikiran-pemikiran yang tidak

marang bagi kesadaran ditekan dan diabaikan. Kesadaran personal

meliputi pengalaman-pengalaman yang pada suatu saat disadari tetapi

kemudian depresi dan terlupakan.

c. Ketidaksadaran kolektif

Ketidaksadaran kolektif adalah himpunan ingatan-ingatan terpendam yang

diwariskan dari nenek moyang. Ketidaksaran kolektif mengandung

kebijaksanaan dari zaman ke zaman yang bertindak sebagai pembimbing

perkembangan umat manusia.

d. Persona

Persona adalah topeng yang digunakan dalam merespon situasi dan

tuntutan sosial. Pesona merupakan peran yang dirancang oleh masyarakat.

Persona adalah diri publik, sisi yang dipertunjukan oleh seseorang kepada

dunia, atau wajah sosial.

e. Animus dan anima

Manusia memiliki karakteristik feminim maupun maskulin. Sisi feminim

yang dimiliki oleh priam adalah anima, sedangkan sisi maskulin yang

dimiliki oleh wanita adalah animus.

f. Dua sikap: Ekstravensi dan introvensi

Sikap ekstrovert mengarahkan seseorang kepada dunia eksternal dan

objektif, sedangkan sikap introvert mengarahkan seseorang kepada dunia

internal dan subjektif.

13
g. Empat fungsi psikologis dasar

1. Tipe berpikir: menggunakan logika, menghadapi situasi-situasi dengan

kepala dingin, objektif, dan rasional.

2. Tipe perasa: menekankan aspek-aspek dan nilai-nilai, kurang

menekankan pemikiran

3. Tipe pengecap: mampu mempersiapkan segala hal secara langsung

melalui alat-alat indera

4. Tipe intuitif: mengetahui segenap kemungkinan dalam suatu situasi;

bisa melangkah seberang fakta-fakta, perasaan-perasaan, dan gagasan-

gagasan, serta mampu menagkap segenap esensi kenyataan.

2. Alfred Adler

a. Pandangan tentang sifat manusia

Adler menekankan determinan-determinan sosial kepribadian, bukan

determinan-determinan seksual. Pusat kepribadian adalah kesadaran,

bukan ketidaksadaran. Manusia adalah tuan, bukan korban dari nasibnya

sendiri.

b. Inferioritas dasar dan kompensansi

Tujuan hidup adalah kesempurnaan, bukan kesenangan. Adler

menekankan bahwa setiap orang memiliki perasaan rendah diri. Individu

berusaha mengatasi ketidakberdayaannya itu dengan berkompensasi,

yakni mengembangan gaya hidup yang memungkinkan tercapainya

keberhasilan.

c. Usaha untuk mencapai superioritas

14
Dengan berusaha untuk mencapai superioritasnya, ia ingin mengubah

kelemahan dengan kekuasaan atau mencoba mencapai keunggulan pada

suatu bidang sebagai kompensasi bagi kekurangannya di bidang-bidang

lain.

d. Gaya hidup

Setiap individu memiliki gaya hidupnys sendiri dan tidak ada dua orang

yang memiliki gaya hidup yang persis sama. Gaya hidup individu

dibentuk pada masa kanak-kanak sebagai kompensasi bagi inferioritasnya

dalam hal tertentu.

e. Pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak

Adler menekankan jenis-jenis pengaruh awal yang menyebabkan anak

mengembangkan gaya hidup yang keliru. Susunan dalam keluarga bisa

memperkuat perasaan rendah diri pada anal.

3. Otto Rank

a. Kecemasan penyapihan

Rank menekankan ketakutan terhadap penyapihan sebagai kekuatan

dinamik utama. Pemisahan awal dari ibu menghasilkan kecamasan, atau

trauma kelahirian yang bisa memengaruhi individi sepanjang hidupnya.

Setiap penyapihan bisa mengancam dan sering mengarah kepada

perasaan-perasaan diabaikan. Tujuannya adalah kembali kepada

kesenangan dan keamanan yang dialami di dalam rahim.

b. Perjuangan untuk individualitas

15
Hidup ditandai oleh perjuangan untuk mencapai individualitas yang

kadang-kadang dirintangi oleh orang tua yang kebutuhan-kebutuhannya

sendiri tidak terpenuhi.

c. Konsep keinginan

Keinginan adalah aspek diri yang positif dan membimbing, yang secara

kreatif menggunakan serta mengendalikan dorongan-dorongan dasar.

Penolakan terhadap otoritas, yang oleh Rank disebut counterwill, bisa

berkembang,

d. Tiga tipe karakter

1. Orang rata-rata: mengabaikan keinginan sendiri dan menerima

keinginan kelompok; kenyataan yang diterima secara sosial menjadi

kebenarannya; memiliki lebih sedikit konflik dan lebih sedikit pula

kesempatan untuk menjadi kreatif

2. Orang neurotik: tidak menyelaraskan diri dengan keinginan

kelompok, tetapi juga tidak merasa bebas untuk menyatakan

keinginan sendiri; bergulat dengan konflik-konflik internal dan

eksternal.

3. Orang kreatif: menyusun ideal-ideal dan stnadar-standarnya sendiri;

menerima diri sendiri sepenuhnya dan membimbing tingkah laku

dengan standar-standar internal; mengungkapkan diri kepada orang

lain dengan karya-karya kreatif.

16
4. Karen Horney

a. Orientasi dasar

Horney percaya bahwa psikoanalisis perlu dikembangkan keluar dari

keterbatasan-keterbatasan psikologi yang berlandaskan naluri-naluri.

b. Tema dasar

Konsep utama dari Horney adalah kecemasan dasar, yakni perasaan

terisolasi dan tak berdaya yang dialami oleh anak di dakam dunia yang

secara potensial bersifat bermusuhan. Segala hal yang mengganggung

keamanan dasar anak dalam kaitannya dengan keintiman hubungan dalam

keluarga menghasilkan kecemasan dasar.

c. Sepuluh kebutuhan neurotik

1. Kebutuhan neurotik akan afeksi dan persetujuan

2. Kebutuhan neurotik akan orang yang menanggung hidup

3. Kebutuhan neurotik untuk membatasi hidup dalam batasan-batasan

yang sempit

4. Kebutuhan neurotik akan kekuasaan

5. Kebutuhan neurotik untuk mengeksplorasi orang lain

6. Kebutuhan neurotik akan prestise

7. Kebutuhan neurotik untuk dikagumi

8. Kebutuhan neurotik akan prestasi pribadi

9. Kebutuhan neurotik akan kecukupan diri dan kemandirian

10. Kebutuhan neurotik perlindungan kekebalan

17
Hal-hal yang menjadikan kesepuluh kebutuhan itu neurotik adalah

kualitasnya yang kompulsif, tidak pernah terpuaskan, dan sifatnya yang todak

realistis.

d. Tiga tipe karakter

1. Tipe penurut: bergerak ke arah orang lain sebagai akibat kebutuhan

yang kuat akan cinta dan persetujuan, serta bertingkah laku dengan

cara yang sangat dependen.

2. Tipe memisahkan diri: bergerak menjauhi orang lain sebagai akibat

dari kebutuhan yang berlebihan untuk mandiri; mempertaankan jark

emosional dengan orang lain, sebab kedekatan menimbulkan

kecemasan

3. Tipe agresif: bergerak melawan orang lain; memiliki kebutuhan akan

kekuasaann yang tak pernh terpuaskan dan kebutuhan untuk

mengendalikan orang lain; memandang hidup sebagai perjuangan

untuk tetap bertahan.

5. Erich Fromm

a. Orientasi dasar

Formm memusatkan perhatian pada penguraian cara-cara di mana

struktur dan dinamika-dinamika masyarakat tertentu membentuk para

anggotanya sehingga karakter para anggora tersebut sesuai dengan nilai

masyarakat itu.

18
b. Tema dasar

Orang-orang bisa menyatukan diri dengan orang lain melalui belajar

bagaimana mencintai; atau bisa pula menemukan keamanan dengan

menyelaraskan keinginannya dengan masyarakat yang otoriter.

c. Kondisi manusia

Manusia memiliki kesadaran diri, akal, imajinasi, dan kesanggupan-

kesanggupan kebiasaan atau lingkungannya. Orang memiliki lima

kebutuhan yang muncul dari kondisi manusia:

1) Kebutuhan akan berhubungan: secara aktif dan produktif mencintai

orang lain, dengan demikian menyiratkan pengetahuan, pemahaman,

pemeliharaan, rasa horamt, dan tanggung jawab.

2) Kebutuhan akan transendensi: tampil mengungguli alam hewan

dengan menjadi makhluk yang kreatif

3) Kebutuhan akan kemantapan: ingin memiliki rasa bertaut dengan

dunia, alam, dan orang lain.

4) Kebutuhan akan identitas: berusaha untuk memiliki rasa identitas

personal dan keunikan guna menciptakan rasa yang terlepas dari dunia

5) Kebutuhan akan kerangka orientasi: suatu cara yang untuk

menciptakan rasa yang terlepas dari dunia.

Lima tipe karakter

1) Orientasi reseptif: menggantungkan diri kepada irang lain untuk

mencari dukungan.

19
2) Orientasi eksploitatif: mengambil berbagai hal dari orang lain dan

memanipulasi orang lain.

3) Orientai menimbun: menemukan keamanan dengan mempertaruhkan

apa-apa yang dimiliki.

4) Orientasi pasar: memandang orang lain sebagai objek atau semara-

mata sebagai komoditas yang bisa diperjual belikan.

5) Orientasi produktif: mengimplikasikan perkembangan potensi-potensi

manusiawi yang penuh seperti yang diungkapkan oleh kreativitas dan

mencintai.

6. Harry Stack Sullivan

a. Teori interpersonal

Menekankan peran hubungan-hubungan personal dan studi tentang

manusia dalam hubungan dengan orang-orang lain yang berpengaruh.

Jadi, unit studinya adalah situasi interpersonal, bukan hanya individu

semata-mata.

b. Sistem diri

Sistem diri terbentuk sebagai akibat ancaman-ancaman terhadap rasa

aman. Yang membawahi segenap dorongan adalah motif kekuasaan yang

bekerja sepanjang hidup untuk mengatasi perasaan tak berdara yang

mendasar. Sistem diri seseorang berkembang sebagai reaksi melawan

kecemasan yang disebabkan oleh hubungan-hubungan interpersonal.

c. Sumbangan unik

Tiga corak penhalaman terlibat dalam pembentukan ego sebagai berikut:

20
1) Corak protaksis: menandai tahun pertama kehidupan; tidak ada

pemisah antara waktu dan tempat.

2) Corak parataksis: keseluruhan pengalaman yang tak terdiferensiasi

yang dipecaj kedalam bagian-bagian tanpa kaitan yang logis; muncul

pada masa kanak-kanak awal; anak menerima apapun yang terjadi

tanpa evaluasi, dan bereaksi terhadap orang lain dalam basis yang

tidak realistis.

3) Corak sintaksis: ditandai oleh kurangnya distorsi, terdiri dari aktiitas

simbil yang disahihkan secara mufakat, yang menjadi dasar bagi anak

untuk mengevaluasi pemikiran dan perasaannya sendiri terhadap

pemikiran dan perasaan orang lain, dan lambat laun anak mengenal

pola hubungan dalam masyarakat.

d. Tahap-tahap perkembangan

Sullivan menekankan bahwa kepribadian tidak ditetapkan pada usia dini,

dan kepribadian bisa beribah di kemudian hari sejalan dengan

berkembangnya hubungan interpersonal baru. Kepribadian dibentuk

melalui tahap-tahap perkembangan tertentu yang mencakup masa bayi,

kanak-kanak, kanak-kanak akhir, praremaja, remaja awal, remaja akhir,

dan kematangan.

7. Erik Erikson

a. Identitas ego

Erikson mengonsepsikan identitas ego sebagai suatu polaritas dari “apa

seseorang itu menurut perasaan dirinya sendiri” dan “apa seseorang itu

21
menurut anggapan orang lain”. Seseorang yang mencapai identitas ego

memperoleh rasa memiliki.

b. Lima tahun pertama kehidupan

Erikson menggamberkan delapan tahap perkembangan yang masing-

masing mengandung kebutuhan yang mendesak untuk dipenuhi dan krisis

yang perlu diselesaikan. Tiga tahap pertama berlangsung pada masa bayi

dan kanak-kanak:

1) Yang berhubunagn dengan fase oral adalah tugas mengmbangkan rasa

percaya pada diri dan dunia. Bayi akan mengembangkan rasa percaya

apabila dia dicintai

2) Yang bersesuaian dengan fase anal adalah periode masa kanak-kanak

awal. Anak perlu belajar mandiri, menguasai lingkungan, dan

memiliki rasa memadai. Penting bagi anak untuk memperoleh

dukungan, diizinkan bereksperimen, dan dibiarkan bergantung pada

orang lain dengan cara yang sehat.

3) Yang bersesuaian dengan fase falik adalah “tahap inisiatif”. Tugas-

tugas yang menentukan adalah mengenal kompetensi-kompetensi

dasar, identifikasi peran seksual, standar-standar moral, dan

pengendalian dorongan-dorongan.

22
Setelah lima tahun pertama kehidupan terlewati, digambarkan lima

tahapan berikut:

1) “industri lawan inferioritas” pada masa latensi

2) “identitas lawan kekacauan peran” pada masa remaja

3) “keakraban lawan isolasi” pada masa dewasa muda

4) “kesuburan versus stagnasi” pada masa dewasa, dan

5) “iintegritas ego lawan keputusasaan” pada masa kematangan akhir

C. Proses Tarapeutik

1. Tujuan – tujuan Tarapeutik

Tujuan terapi psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter

individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien.

Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-

pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau

direkontruksi, dibahas, dianalisa, dan ditafsirkan dengan sasaran merekontruksi

kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya

menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual

memiliki arti penting, tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan

dengan pemahaman diri lebih penting lagi.

23
2. Fungsi dan Peran Terapis

Karakteristik psikoanalisis adalah terapis atau analis membiarkan dirinya

anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien

memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi-proyeksi klien, yang menjadi

bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis.

Analis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai

kesadaran diri, kejujuran, kefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam

menangani kecemasan secara realistis , serta dalam memperoleh kendali atas

tingkah laku yang impulsive dan irasional. Analis terlebih dahulu membangun

hubungan kerja dengan klien, kemudian banyak mendengar dan menafsirkan.

Sementara yang dilakukan klien adalah berbicara. Analis harus mengetahui kapan

harus membuat penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan

hal-hal yang tidak disadari dengan cara mendengarkan kesenjangan dan

pertentangan pada cerita klien, mengartikan mimpi dan asosiasi bebas yang

dilaporkan klien, mengamati klien secara cermat selama proses pertemuan, dan

peka terhadap isyarat yang menyangkut perasaan klien pada analis. Salah sat

fungsi utama analis adalah mengajarkan arti proses kepada klien, sehingga klien

mampu memperoleh pemahaman terhadap masalahnya sendiri, mengalami

peningkatan kesadaen atas cara untuk berubah. Sehingga memperoleh kendali

yang lebih rasional atas kehidupannya.

3. Pengalaman Klien dalam Terapi

Klien harus bersedia melibatkan diri dalam proses terapi yang intensif dan

jangka panjang. Klien beberapa kali mendatangi terapi dalam kurun waktu 1

24
minggu, setiap pertemuan biasanya berlangsung selama satu jam. Setelah

beberapa kali pertemuan, klien diminta mengatakan apa saja yang terlintas dalam

pikirannya. Klien mencapai kesepakatan dengan analis mengenai pembayaran

biaya, pertemuan terapi selanjutnya, bersedia mengikuti proses terapi yang

intensif.

Selama terapi klien bergerak melalui tahap-tahap tertentu :

Mengembangkan hubungan dengan analis, mengalami krisis treatment,

memperoleh pemahaman atas masa lalu yang tidak disadari, belajar lebih banyak

tentang diri, mengembangkan hubungan transferensi dengan analis, memperdalam

terapi, menangani resistansi dan masalah yang tersingkap, dan mengakhiri terapi.

4. Hubungan antara Terapis dan Klien

Proses pemberiam treatment mencakup rekontruksi klien dan

menghidupkan kembali pengalaman masa lalu. Setelah terapi berjalan dengan

baik, perasaan, pengalaman dan konflik masa lalu mulai disadari. Sejumlah

perasaan klien timbul dari konflik seperti percaya berlawanan dengan tidak

percaya, cinta lawan benci, bergantung lawan mandiri. Saat klien membangkitkan

kembali konflik masa lalu yang menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, dan

dendam membawa konflik itu kedunia yang sekarang seakan klien mengalami

masa itu kembali. Secara singkat analis menjadi pengganti orang-orang yang

berpengaruh dalam kehidupan klien.

Jika terapi diingingkan memiliki pengaruh menyembuhkan, maka

hubungan transferensi harus digarap. Proses penggarapan melibatkan eskplorasi

oleh klien atas keseoleh klien atas pengalaman masa lalu dan pengalaman masa

25
kini. Klien memiliki banyak kesempatan untuk melihat cara-cara

menjewantahkan konflik inti dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi utama dari

proses penggarapan adalah hubungan transferensi, yang membutuhkan waktu

untuk membangun, memahami dan melarutkannya. Sehingga memerlukan waktu

yang panjang selama proses tarapeutik.

Jika analis mengembangkan pandangan tidak selaras yang berasal dari

konflik pribadi, maka akan terjadi kontratransferensi. Kontratransferensi terdiri

dari perasaan tidak suka, keterikatan dan keterkibatan yang berlebihan sehingga

dapat mengganggu kemajuan terapi. Analisi harus menyadari perasaan terhadap

klien dan mencegah pengaruh yang merusak. Analis diharapkan dapat objektif

dalam menerima kemarahan, cinta, bujukan, kritik dan perasaan lain dari klien.

Sebagian besar program latihan psikoanalitik mewajibkan calon analis untuk

menjalani analisis yang intensif sebagai klien. Analis dianggap telah berkembang

mencapai taraf dimana konflik utamanya sudah terselesaikan. Jika analis tidak

mampu mengatasi kontratransferensi, maka dia dianjurkan agar kembali

menjalani analisi pribadi.

D. Penerapan : Teknik-Teknik dan Prosedur-Prosedur Tarapeutik

1. Asosiasi Bebas

Teknik utama terapi psikoanalitik adalah asosiasi bebas. Analis meminta

kepada klien melaporkan semua kejadian di masa lalu tanpa ada yang

disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Asosiasi

bebas adalah suatu meode pemanggilan kembali pengalaman masa lampau dan

26
melepas emosi yang berkaitan dengan dengan situasi traumatic di masa lampau,

yang dikenal dengan sebutan katarsis. Katarsis hanya menghasilkan peredaan

sementara atas pengalaman menyakitkan yang dialami klien, tidak memainkan

peran utama dalam proses treatment psikoanalitik kontemporer. Guna membantu

klien dalam memperoleh pemahaman dan evaluasi diri yang lebih objektif, tugas

analis adalah mengenali bahan yang di repres dan dikurung dalam ketidaksadaran.

Urutan asosiasi membimbing analis memahami hubungan yang dibuat

klien diantara peristiwa yang di alami. Penghalang oleh klien terhadap asosiasi

merupakan isyarat adanya bahan yang membangkitkan kecemasan. Analis

menafsirkan bahan itu dan menyampaikan, membimbing klien kearah

peningkatan pemahaman atas dinamika yang tidak di sadari oleh klien.

2. Penafsiran

Penafsiran adalah suatu posedur dasar dalam menganalisis asosiasi-

asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi. Prosedurnya terdiri atas

tindakan analis yang menyatakan, menerangkan bahkan mengajari klien makna-

makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi, asosiasi bebas, resistensi

dan oleh hubungan tarapeutik.

Fungsi penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan baru

dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Sebuah

aturan umum adalah bahwa penafsiran harus disajikan pada saat gejala yang

hendak ditafsirkan itu dekat dengan kesadaran klien. Analis harus menafsirkan

bahan yang belum terlihat oleh klien, tetapi yang bisa diterima oleh klien. Aturan

kedua adalah penafsiran harus berawal dari permukaan serta menembus hanya

27
sedalam klien mampu menjangkaunya. Aturan yang ketiga adalah bahwa

resistensi paling baik ditunjukkan sebelum dilakukan penafsiran atas emosi atau

konflik yang ada.

3. Analisis Mimpi

Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang prosedur penting untuk

menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan pemahaman atas beberapa

masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan melemah, dan

perasaan yang di represi muncul ke permukaan. Freud memandang mimpi sebagai

“jalan istimewa menuju ketaksadaran”, sebab melalui mimpi hasrat, kebutuhan,

dan ketakutan yang tidak disadari bisa diungkap.

Mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu isi laten dan isi manifest. Isi laten

terdiri atas motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tak disadari.

Proses tarnsformasi isi laten mimpi kedalam isi manifest yang kurang mengancam

disebut kerja mimpi. Tugas analis adalah menyingkap makna yang disamarkan

dengan mempelajari symbol yang terdapat pada isi manifest mimpi. Selama jam

analitik, analis bisa meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah

aspek isi manifest impian guna menyingkap makna yang terselubung.

4. Analisis dan Penafsiran Resistensi

Resistensi, sebuah konsep yang fundamental dalam praktek terapi

psikoanalitik, adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah

klien menemukan bahan yang tak disadari. Selama asosiasi bebas, pasien bisa

menunjukan ketidaksediaan untuk menghubungkan pemikiran, perasaan, dan

pengalaman tertentu. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar

28
yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak

bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar ats dorongan dan

perasaan yang direpresi.

Sebagai pertahanan terhadap kecemasan, resisten bekerja secara khas

dalam terapi psikoanalitik dengan mengahmbat klien dan analis dalam

melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-

dinamika ketidaksadaran klien. Karena resistensi ditunjukkan untuk mencegah

bahan yang mengancam memasuki ke kesadaran, analis harus mencegah masuk,

analis harus menunjukannya dan klien harus mengahadapinya jika dia

mengharapkan bisa menangani konflik secara realistis. Penafsiran analis

ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan yang ada di balik

resistensi sehingga dia bisa menenangkannya. Sebagai aturan umum, analis harus

membangkitkan perhatian klien dan menafsirkan resistensi yang paling menonjol

guna mengurangi kemungkinan klien menolak penafsiran dan memperbesar

kesempatan bagi klien untuk mulai melihat tingkah laku resistifnya.

5. Analis dan Penafsiran Transferensi

Transferensi merupakan inti dari terapi psikoanalitik. Transferensi

mengejewantahkan dirinya dalam proses tarapeutik ketika “urusan yang tak

selesai” di masa lampau klien dengan orang yang berpengaruh menyebabkan dia

mendistorsi masa sekarang dan bereaksi terhadap analis sebagaimana dia bereaksi

terhadap ibu dan ayahnya. Sebagian terapis psikoanalitik menekankan bahwa pada

akhirnya klien harus mengembangkan “neurosis transferensi”, sebab neurosis

yang dialami klien bersumber pada lima tahun pertama kehidupannya, dan

29
sekarang secara tidak semestinya membawa neurosis transferensi dengan

kenetralan, keobjektifan, keanoniman dan kepasifan yang relatif.

Analisis transferensi memungkinkan klien mampu menembus konflik

masa lalu yang tetap dipertahankan hingga sekarang dan yang mengahambat

pertumbuhan emosionalnya. Singkatnya, efek psikopatologis dari hubungan masa

dini yang tidak di inginkan, dihambat oleh penggarapan atas konflik emosional

yang sama yang terdapat dalam hubungan terapeutik dengan analis.

30
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. (2013) .Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Terjemah E.
Koswara. Bandung. Refika Aditama

31

Anda mungkin juga menyukai