Anda di halaman 1dari 16

MODUL PSIKOLOGI DASAR

(PSI 119)

MODUL 4
PENDEKATAN PSIKOANALISIS

DISUSUN OLEH
AISYAH RATNANINGTYAS, M.PSI., PSIKOLOG

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 16
PSIKOLOGI DASAR PERTEMUAN 4
PENDEKATAN PSIKOANALISIS

I. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN


Pada sesi ke empat ini, akan membahas mengenai pendekatan psikoanalisis. Setelah
mempelajari mengenai topik ini, mahasiswa akan mampu memahami, menjelaskan dan
menganalisa teori-teori serta prinsip dalam pendekatan psikoanalisis.

II. MATERI
Psikoanalisis merupakan unsur utama dari psikiatri, seperti kita ketahui bahwa
psikiatri mempelajari atau mengatasi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
kesehatan jiwa. Psikiatri sendiri sebenarnya sudah timbul sekitar abad ke 18 sebagai upaya
menyembuhkan penyakit kejiwaan. Istilah “psikiatri” baru diciptakan oleh Reil, 1808.
Kemudian pada Abad 19, orang mulai mencari penyebab penyakit jiwa pada lapangan psikis,
bukan lagi pada kelainan jasmani. Para penganut psikoanalisis tidak setuju dengan Descartes
& Wundt yang mementingkan analisis terhadap isi dan proses kesadaran saja. Mereka
berpandangan bahwa kesadaran hanyalah bagian permukaan dari jiwa, sedangkan bagian jiwa
yang terpenting & terbesar, sebenarnya adalah lapisan bawah sadar.
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Ada beberapa tokoh yang
membahas mengenai pendekatan ini. Berikut adalah penjelasan mengenai teori pendekatan
psikoanalisis dari beberapa tokoh.
A. Sigmund Freud (1856-1939)
Freud merupakan murid Charcot yang kemudian juga belajar pada & bekerjasama dengan
dr. Joseph Breuer (case Anna O). Breuer mengemukakan istilah “chatarsis” (Yun) yang
artinya membersihkan. Setelah Breuer berhenti, Freud terus menangani hysteria. Freud
terkenal dengan Depth Psychology.
Freud mengatakan bahwa manusia itu memiliki dorongan-dorongan dalam hidup, yang
terdiri dari :
1. Dorongan seksual
2. Dorongan agresi
3. Dorongan untuk mati (thanatos)
Freud juga mengemukakan bahwa Individu dibentuk oleh dorongan-dorongan biologis dan
pengalaman masa kecil.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 16
Freud mengatakan bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh kekuatan irasional,
motivasi bawah sadar (unconsiousness motivation), dorongan (drive) biologis dan insting,
serta kejadian psikoseksual selama 6 th pertama kehidupan (Corey,1986, p.12). insting
merupakan pusat dari pendekatan yang dikembangkan freud. Insting yang ada bertujuan
sebagai pertahanan hidup dari individu dan manusia, berorientasi pada pertumbuhan,
perkembangan dan kreativitas. Manusia memiliki insting mati (death instincts) dan insting
hidup (life instincts). Insting mati (death instincts) berhubungan dengan dorongan agresif,
menusia memanifestasikan insting mati (death instincts) melalui tingkah laku seperti
keinginan bawah sadar untuk mati atau untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
Sedangkan insting hidup (life instints) untuk mempertahankan hidup, berorientasi pada
pertumbuhan, perkembangan dan kreativitas.
Pendekatan psikoanalisis memiliki ciri : menekankan pada pentingnya riwayat hidup
konseli (perkembangan psikoseksual), pengaruh dari implus-implus genetik (insting),
pengaruh energi hidup (libido), pengaruh pengalaman dini, dan pengaruh irasional dan
sumber ketidaksadaran perilaku. Manusia memiliki gambaran jiwa yang dianalogikan
seperti gunung es.
a. Consciousness (kesadaran) berisikan ide-ide atau hal-hal yang disadari, atau kata
lain segala sesuatu yang disadari pada suatu saat tertentu (persepsi, pikiran,
perasaan, dll)
b. Preconsciousness (pra-kesadaran) berisi ide-ide atau hal-hal yang tidak disadari
yang sewaktu-waktu dapat dipanggil ke kesadaran, atau tidak disadari pada saat ini,
namun dapat dimunculkan dengan mudah.
c. Unconsciouseness (ketidaksadaran) merupakan bagian besar dari gambaran jiwa
manusia yang terdiri dari perilaku dimasa lalu yang ditekan dan dilupakan dialam
bawah sadar. Atau kata lain tidak disadari, termasuk berbagai insting dan ingatan
atau emosi akibat pengalaman traumatis, yang dihindari kemunculannya; sulit
dimunculkan.
Struktur Kepribadian Psikoanalisis
Teori psikoanalisis melihat kepribadian terbagi menjadi 3 sistem utama yaitu id, ego dam
super-ego :
1. ID
Id bersifat warisan genetik dan bawaan sejak lahir.Mewakili berbagai dorongan
fisik dan insting, dan prosesnya tidak disadari. Id bekerja berdasarkan prinsip

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 16
kesenangan (pleasure principle) instant, karena menyediakan dorongan menuju
pengejaran keinginan pribadi.
2. EGO
Ego dibentuk kurang lebih pada tahun pertama kehidupan. Ego memakai Reality
Principle atau reality testing, rasional. Ego dilihat dari sebagai satu-satunya unsur
rasional dalam struktur kepribadian manusia. Bekerja dengan melakukan kontak
dengan dunia realitas, karena kontak dengan realitas ego menjadi pengontrol utama
dalam kesadaran, menyediakan pemikiran dan perencanaan realistis dan logis, dan
akan sanggup meredam pikiran dan keinginan irasional dari id (merupakan
pertahanan dari ID) untuk mengurangi kecemasan karena konflik yang akhirnya
menggunakan defence mechanism. Ego berperan dalam menyeimbangkan impuls-
impuls (Id) dengan tuntutan-tuntutan masyarakat/social (super ego). Pada ego, akan
membentuk kesadaran diri (self)
Anxiety. Ego terancam oleh konflik dalam menyeimbangkan Id dan Super Ego
yang memunculkan kecemasan (anxiety). Ada 3 jenis Anxiety, yaitu:
a. Realistic Anxiety : ketakuan realistik. Atau dirasakan karena adanya ancaman
yang nyata atau ancaman yang diperkirakan akan dihadapi dilingkungan
Contoh : singa
b. Moral Anxiety : kecamasan yang dihasilkan dari hati nurani, takut atas
ancaman dari Super Ego. Contoh : malu, rasa bersalah, gagal dalam ujian
c. Neurotic Anxiety : takut karena membanjirnya impuls-impuls tak terkendali
dari Id. kecemasan yang muncul karena rasa bimbang, tidak ada yang
mengontrol tingkah lakunya, bersifat tidak sadar
3. SUPER-EGO
Super ego berkembang selama masa kanak-kanak awal melalui prosesn identifikasi.
Menggunakan Moral Principle, merepresentasikan suara hatil. Super-ego
mempresentasikan kode moral pribadi, didasarkan pada persepsi seseorang
mengenai moralitas dan nilai masyarakat atau Social Standard. Kondisi tersebut
didapat dari orang tua, masyarakat dan figure-figur otoritas lain. ehingga super-ego
akan memberikan rasa bangga dan cinta-diri, dan hukuman seperti rasa bersalah
atau rendah diri bagi manusia atau individu.
‘Menghakimi’ - malu, rasa bersalah  jika Super Ego tidak berkembang, individu
tidak punya kesadaran

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 16
Mekanisme Pertahanan Ego
Ada beberapa defence mechanism yang digunakan oleh individu dalam meredam
rasa tidak nyaman pada dirinya karena suatu situasi, antara lain: Represi, Rasionalisasi,
Regresi, Identifikasi, Displacement, Overcompensation, Denial, Reaksi Formasi, Proyeksi,
Sublimasi, Introjection, Identifikasi, Kompensasi, Fiksasi, Undoing, dan Isolasi.
a. Represi, yaitu upaya untuk menyembunyikan dan memendam semua memori,
perasaan dan pikiran sederhana sedalam mungkin kedalam diri karena kemunculanya
akan menimbulkan rasa sakit dan takut.
b. Rasionalisasi, yaitu upaya untuk mengjustifikasi atau menyediakan penjelasan paling
masuk akal untuk membuat perilaku yang tidak diinginkan jadi terlihat masuk akal
dan diterima secara sosial.
c. Regresi, yaitu upaya untuk kembali ke bentuk perilaku sebelumnya.
d. Identifikasi, yaitu upaya meniru seseorang atau sesuatu karena memberinya kepuasan
atau kompetensi tertentu.
e. Displacement, yaitu gerak menjauh dari satu objek untuk mendekati objek lain yang
kurang begitu mengancam atau menghasilkan kecemasan.
f. Overcompensation, yaitu keterampilan perilaku yang mencerminkan kabalikan dari
perasaan yang direpresikan.
g. Denial, yaitu enggan untuk mengakui hal-hal yang dianggap dapat mempermalukan
dan merugikan dirinya.
h. Reaksi Formasi, yaitu melawan keinginan-keinginan yang menganggu untuk melawan
sikap negatifnya.
i. Proyeksi, yaitu menempelkan pada orang lain suatu keinginan dan impuls, yang
sebenarnya ada pada diri sendiri (impuls agresif).
j. Sublimasi, yaitu mengubah arah energi seksual atau sikap agresif ke perilaku yang
kreatif.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 16
k. Introjection, yaitu menggabungkan atau menggunakan sistem nilai-nilai yang
digunakan orang lain.
l. Identifikasi, yaitu menambah rasa harga diri dengan menyamakan dirinya dengan
orang lain yang memiliki pengaruh dengan tujuan meningkatkan kualitas harga diri
dan melindungi seseorang dari perasaan gagal.
m. Kompensasi, yaitu menutupi kelemahan-kelemahan yang dimiliki dengan
berpenampilan yang positif untuk menutupi keterbatasan-keterbatasan.
n. Fiksasi, yaitu melakukan tindakan yang berlebihan karena terpaku pada fase
perkembangan awal.
o. Undoing, yaitu melakukan berbagai kegiatan yang berlebihan untuk menghilangkan
rasa bersalahnya.
p. Isolasi , yaitu menghindari perasaan yang tidak dapat diterima dengan cara
melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya mereka terikat, merepresikannya
dan bereaksi terhadap peristiwa tersebut tanpa emosi.

Perkembangan Kepribadian Psikoanalisis


1. Fase oral (0-1 th)
Kenikmatan dan kepuasan bersumber dari mulutnya, melalui menghisap dan menggigit.
Orang terdekat adalah ibu. Masalah yang timbul jika gagal dalam fase ini adalah
ketidakpercayaan kepada orang lain, menolak cinta dari orang lain, ketidakmampuan
membentuk hubungan yang intim.
2. Fase anal (1-3 th)
Pusat kenikmatan terletak pada daerah anus yaitu melalui menahan dan melepaskan
terutama saat buang air besar. Tugas perkembangan pada masa ini adalah kemandirian,
menerima kekuatan personal dan belajar mengekspresikan perasaan negatif seperti
marah dan agresif.
3. Fase phallic (3-5 th)
Pusat kepuasan pada daerah kelamin. Fase pembentukan identitas seksual. Cara orangtua
merespon secara verbal dan non-verbal terhadap keinginan seksual anak memiliki
pengaruh pada pembentukan identitas seksual dan perasaan yang dikembangkan.
4. Fase laten (5-12 th)
Lebih berminat ke sekolah, teman bermain, olah raga dan berbagai aktivitas baru. Karena
masa ini perkembangan terjadi pada aspek motorik dan kognitif.
5. Fase ganital (>12 th )

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 16
Masa puber bagi perkembangan anak. Mulai membangun pertemanan, terlibat pada
aktivitas seni dan olah raga serta mempersiapkan karir.

B. Carl Gustav Jung (1875-1961)


Jung Menguasai berbagai bahasa seperti Latin, Erapa Modern, Sansekerta. Beliau
memiliki latar belakang Pendidikan Psikiatri. Jung merupakan murid Eugene Bleuler
(pemberi nama “shizophrenia”). Ia merupakan pengagum Freud, tapi sejak 1909
hubungan mereka mendingin karena perbedaan teori. Junga mengembangkan teori
Psikologik Analitik (aliran psikologi dalam) yang disebut juga psikologi kompleks.
Jung, mengemukakan ada tiga elemen jiwa, antara lain:
1. Ego : alam kesadaran (conscious mind)
2. Personal Unconscious : tidak disadari, tapi dapat dimunculkan ke alam kesadaran
3. Collective Unconscious : “warisan jiwa” umat manusia. Tak dapat muncul ke
kesadaran, hanya dapat dilihat secara tidak langsung melalui emosi. Misalnya.: Déjà
vu, near death experience
Archetype. Archetypes adalah suatu gambaran kuno yang diperoleh dari collective
unconscious. Archetypes ini berbeda dengan instinct yang didefinisikan Jung sebagai
impuls fisik yang tidak sadar dan dinyatakan melalui aksi. Jung memandang
archetypes ini sebagai pasangan fisik dari instinct. Archetypes dan instinct ini adalah
dari ketidaksadaran dan keduanya dapat menguatkan kepribadian. Archetypes ini
memiliki basis biologis tetapi sebenarnya berasal dari pengalaman-pengalaman yang
diulang oleh nenek moyang manusia. Ketika pengalaman manusia berkorespondensi
dengan gambaran primodial yang laten, maka archetypes akan aktif. Archetypes ini
sangat banyak dan berpotensi muncul.
Jenis-jenis Archetypes, antara lain:
1. Mother Archetype : Figur yang diperlukan seluruh umat manusia. Simbolisasi :
Pertiwi, Bumi, Laut, Hutan
Konsep ini ada sisi negatif dan positifnya. Menurut Jung, great mother ini
merepresentasikan dua kekuatan, yakni fertilitas dan pemeliharaan (fertility
and nourishment) serta kekuatan dan kehancuran(power and destruction) pada
sisi lainnya. Dia dapat memproduksi kehidupan dan menjaga kehidupan
(fertility and nourishment) dan di sisi lainnya, ia dapat menelan ataupun
mengabaikan anaknya (power and destruction). Ia dapat digambarkan sebagai
pohon, kebun,laut, surga, rumah, negara, gereja, ataupun alat berongga lainnya

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 16
pada penggambaran fertility and nourishment,sedangkan pada power and
destruction, dapat digamabarkan sebagai penyihir, ibu tiri, godmother, the
Mother of God, Mother Nature, Mother Earth
2. Mana : Simbol kekuatan spiritual, mis. Kesuburan
3. Shadow : Warisan ‘hewani’, mis. Naga, monster, ular. Bersifat amoral (bukan
immoral) dan dipandang ‘jahat”.
Shadow adalah sebuah jenis archetypes dari kegelapan dan repressi yang
merepresentasikan kualitas yang tidak ingin diakui dan kita berusaha untuk
menyembunyikannya dari diri kita sendiri dan orang lain. Jung mengatakan
bahwa kita harus mengetahui bagaimana cara kita berjuang
melawan shadow ini. Kita lebih mudah memproyeksikan keburukan dari
kepribadian kita kepada orang lain, yang kita tolak untuk kita lihat pada diri
kita. Kita tidak sadar akan shadow kita tetapi kita lebih sering sadar akan sisi
baik dari kepribadian kita. Orang yang tidak pernah menyadari shadow nya
menurut Jung adalah orang yang memiliki hidup yang tragis dan tidak berani.
4. Persona : Berarti topeng, wujud tampak dari self. Awalnya adalah archetype
lalu menjadi jauh dari collective unconsciousness.
Orang-orang di dunia ini memakai persona (topeng). Jika kita terlalu tahu
dengan persona kita, maka kita akan tinggal tidak sadar terhadap individualitas
dan terhalang untuk mendapatkan self-realization . Jika kita terlalu
mengidentifikasi persona kita, maka kita akan kehilangan kontak dengan diri
yang ada di dalam dan tetap bergantung pada harapan masyarakat pada kita.
Supaya tetap sehat, kita harus menyeimbangkan antara permintaan lingkungan
dan apa kita adanya. Ketika kita tidak menghiraukan persona kita, maka kita
akan menjadi boneka masyarakat, tetapi ketika kita terlalu fokus pada persona
kita, maka kita meremehkan pentingnya lingkungan kita.
5. Anima & Animus : Semua manusia pada dasarnya bisexual. Anima adalah sisi
wanita dalam CU pria, sedangkan Animus adalah sisi pria dalam CU wanita.
Jung percaya seperti Freud bahwa manusia secara psikologis adalah biseksual
dan memiliki sisi feminimitas dan maskulinitas. Sisi feminim dari seorang
laki-laki berasal dari collective unconscious yang adalah tertinggal untuk
melawan kesadaran. Beberapa laki-laki mengenali anima mereka dengan
sangat baik sehingga mereka memerlukan keberanian yang besar dan lebih
sulit untuk mengenali shadow mereka. Untuk menguasai anima ini, laki-laki

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 16
harus menang terhadap tembok intelektual, menyelidiki secara jauh dalam
ketidaksadaran mereka dan menyadari feminisme dari kepribadian mereka.
Jung percaya bahwa anima berasal dari pengalaman laki-laki yang pertama
dengan wanita seperti dengan ibu, saudara perempuan dan orang yang mereka
cintai yang terkombinasi menjadi satu generalisasi terhadap wanita. Anima ini
juga dapat muncul dalam bentuk mood atau feeling . Ketika laki-laki sedih, ia
tidak pernah mengakuinya,dimana saat itu, sisi feminitas sedang bekerja dan
laki-laki akan berusaha menjelaskan secara maskulinitas.
Animus adalah simbolik dari pemikiran dan beralasan serta dapat
mempengaruhi pemikiran seorang wanita yang sebenarnya bukan punya dia.
Dalam menajalankan hubungan antara laki-laki dan wanita, wanita mempunyai
resiko yang diproyeksikan sebagai pengalamannya dengan ayahnya,saudara
laki-lakinya, orang yang ia cintai, puteranya, ataupun dengan orang yang ia
tanpa curiga. Pengalaman personalnya dengan laki-laki,yang dipendam di
dalam personal unconscious, akan muncul dalam hubungannya dengan laki-
laki. Jung percaya bahwa, animus inilah yang memicu pemikiran dan opini
yang seperti laki-laki,seperti halnya anima bagi laki-laki dalam
hal mood dan feeling.
6. Wise Old Man : Archetypes dimana kebijakan, arti dan simbol manusia adalah
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya dan bersifat tidak sadar serta tidak
bisa dirasakan melalui pengalaman individual. Politikus yang bersifat
authoritatif tetapi bukan authentik sering kedengaran sensitif dan bijak kepada
yang lain. Architypes ini sering dipersonafikasi sebagai ayah, kakek, guru,
filsuf, doktet, pendeta. Menurut Jung, ia akan muncul seperti raja, penyihir,
dalam dongeng untuk menolong orang yang baik (protagonist).
7. Hero : Hero adalah archetypes yang direpresentasikan dalam mitos dan legenda
sebagai orang yang kuat dalam melawan kejahatan pada naga, monster,
ataupun iblis. Hero mempunyai kelemahan, seorang yang tidak mempunya
ikelemahan tidak dapat menjadi hero. Pada akhirnya, bagaimanapun,
seorang hero akan dikalahkan oleh seorang yang nampaknya biasa saja.
Contohnya adalah cerita Achilles. Konsep ini muncul ketika terpesona dengan
film tentang pahlawan, novel, dan program telivisi. Hero inilah yang serong
kali menjadi model ideal bagi kepribadian. Menurut Jung, hero ini berasal
dari awahl sejarah manusia, dimana mulainya muncul kesadaran

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 16
8. Self : Self adalah disposisi bawaan yang menekankan tiap orang untuk
bertumbuh, berkembang, kesempurnaan serta kelengkapan. Merupakan tujuan
hidup manusia. Orang muda berorientasi ego, semakin tua semakin mendalam
ke diri sendiri/orang lain. Archetype yang mewakili segala hal dalam diri
manusia yang saling bertentangan. Menurut Jung, self ini adalah archetype dari
semua archetypes dan yang paling komprehensif. Self ini menyatukan semua
archetype dalam suatu proses yang dinamakan self-realization. Dia
disimbolisasikan sebagai ide seseorang dalam kesempurnaan, kelengkapan dan
keutuhan, tetapi simbol pokoknya adalah mandala, simbol dimana sebuah
lingkaran berada di dalam persegi atau sebaliknya atau berbagai figur
konsentris lainnya. Mandala menunjukan suatu collective unconscious untuk
kesatuan, keseimbangan dan keutuhan.

Self termasuk dalam personal unconscious dan collective unconscious. Pada


gamabr diatas, ego (consciousness) ada pada lingkaran luardan hanya bagian
kecil dari kepribadian total. Sedangkan personal unconscious ada pada
lingkaran tengah, dan collective unconcious ada pada lingkaran tengah
dalam. Persona, shadow, animus dan anima yang tergambar dalam mandala ini
dan mempunyai porsi yang sama. Setiap archetype ini adalah bagian dari
conscious, collective conscious dan personal conscious. Pada kebanyakan
orang, persona lebih disadari daripada shadow serta lebih mudah diakses.
Archetype lain, antara lain ada Father, Child, Animal, dan original Man

Jung juga mengemukakan mengenai Tipologi Kepribadian, antara lain:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 16
a. Extrovert – Introvert
b. Sensing – Intuiting
c. Thinking – Feeling
Ditambah Judging – Perceiving pada tes MBTI

C. Alfred Adler (1870-1937)


Alfred Adler lahir di Wina dari sebuah keluarga Yahudi. Ia memiliki latar belakang
seorang Dokter (praktek mata, lalu umum, lalu psikiatri). Semula dekat dengan Freud, lalu
berpisah karena berbeda prinsip. Pandangannya Adler lebih berorientasi pada Psychosocial
daripada Psychosexual. Teorinya disebut “Individual Psychology”. Pengalamannya
sebagai dokter di medan perang menjadikan ia focus pada social interest.
Pendorong Perilaku Manusia
Hanya ada satu, dengan beberapa istilah :
a. Agression Drive, (mirip ‘death instinct dari Freud), adalah reaksi bila kebutuhan
tidak terpenuhi
b. Striving for Perfekction, mengejar cita-cita/potensi
c. Compensation, cara kita mengkompensasikan kekurangan diri
d. Striving for Superiority, ingin lebih baik (dari diri sendiri atau orang lain)

HOLISM
Merupakan suatu pemikiran yang menyatakan bahwa sistem alam semesta serta segala
kelengkapannya harus dipandang sebagai sesuatu yang utuh, dan bukan merupakan
kesatuan dari bagian-bagian yang terpisah. Alam tidak bisa dipahami kalo kita
mempelajarinya dengan cara memisahkan bagian-bagiannya: sistem harus dipelajari secara
utuh sebagai suatu kesatuan. Ajaran ini disukai Adler. Menurut Adler, manusia harus
dianggap sebagai satu unit. Untuk memahami jiwa manusia, kita seharusnya melihat
keseluruhan bagian dari manusia itu, dan bukan melihat sepotong-sepotong.
a. Individual Psychology
 Lawan dari reductionism Freud
 Melihat manusia tidak dari bagian, tapi seutuhnya
b. Life Style
Melihat manusia bukan dari sifat, struktur, konflik, dan sebagainya tapi dari
bagaimana seseorang menyikapi hidup
c. Teleology

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 16
Manusia bukan hanya rekasi mekanism tetapi mengarah ke masa depan

Striving For Perfection


a. Fictional Finalism
a. Seseorang berprilaku bahwa seolah-olah sesuatu memng benar ada/terjadi. FF
yang dominan ini membentuk life-style
b. Social Interest
a. Lingkungan harus diperhatikan dalam Striving For Perfection
b. Lingkugan dibawa dr lahir, dan dibentuk
c. Kurang social concern sehingga gangguan mental
Social Interest
a. Kegagalan dalam social interest karena self interest
b. Self Interest karena Inferiority
 Organ inferiority
 Psychological Inferiority
c. Reaksi terhadap Inferiority yang memunculkan kompensasi
d. Ketika lahir, manusia pada dasarnya inferior: dari Inferiority Complex menjadi
Superiority Complex

Perbandingan Freud – Adler


1. Keduanya menganut paham totalitet (jiwa adalah suatu kesatuan) :
a. Freud  dorongan jiwa untuk mencapai kepuasan
b. Adler  dorognan untuk mencapai tujuan, cita-cita
2. Keduanya berpangkal pada energi yang tak disadari :
a. Freud  energi tersebut terutama adalah nafsu sexual
b. Adler  energi tersebut adalah dorongan menjadi superior
3. Sama-sama mengakui bahwa masa kanak-kanak adalah faktor utama pembentuk
pribadi manusia setelah dewasa
4. Neurose & gejala patologis lain harus disembuhkan dengan mengungkap penyebab
penyakitnya lebih dulu.
5. Untuk mengungkap sebab penyakit tersebut terutama digunakan metode wawancara
antara pasien & konsultan sehingga sangat perlu adanya kepercayaan pasien kepada
konsultan
6. Ajaran :

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 16
a. Freud :
 bersifat biologis, ilmu Pengetahuan alam (gejala kejiwaan dicari
sebabnya pada masa lampau)
 nomothetis; cenderung membentuk hukum-hukum umum yang berlaku
untuk semua manusia
b. Adler :
 sosiologis, tinjauan teleologis (dicari sebabnya di masa yang akan
datang, apa tujuan akhirnya)
 ideografis; tiap manusia mempunyai ciri kepribadian unik yang berlaku
secara individual

Konseling dengan Pendekatan Psikoanalisis


Tujuan konseling
Tujuan konseling dengan pendekatan psikoanalisis yaitu membuat kesadaran
(conscious) hal-hal yang tidak disadari (unconscious) konseli. Hal-hal yang terdapat pada
ketidaksadaran (unconscious) dibawa ke level kesadaran (conscious). Ketika hal-hal yang
telah ditekan kedalam ketidaksadaran dimunculkan kembali, maka masalah tersebut dapat
diatasi secara lebih rasional dengan menggunakan berbagai teknik konseling.

Teknik-Teknik Konseling Psikoanalisis


1. Teknik analisis kepribadian (case histories)
i. Dilakukan dengan melihat dinamika dari dorongan primitif (libido) terhadap ego dan
bagaimana super-ego menahan dorongan tersebut.
ii. Memastikan ego dapat mempertahankan keseimbangan dorongan id dan super-ego.
iii. Kemudian dicari penyebab jika ego tidak dapat mempertahankan keseimbangan
tersebut.
iv. Pendekatan sejarah kasus, guna melihat fase perkembangan yang terhambat.

2. Hipnotis (hipnosis)
i. Tujuanya untuk mengeksplorasi dan memahami faktor ketidaksadaran penyebab
utama masalah.
ii. Konseli diajak melakukan katarsis dengan memverbalisasikan konflik yang telah
ditekan ke alam tak sadar.
iii. Hasil tidak bertahan lama karena setelah sadar penyebab masalah tetap ada dan
mengganggu.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 16
3. Asosiasi bebas (free asspciation)
i. Meminta konseli berbaring rileks.
ii. Kemudian diminta mengasosiasikan (mengikuti) kata-kata yang diucapkan sendiri
atau konselor, dengan menggunakan kata pertama kali muncul dalam ingatanya tanpa
memperdulikan konsekuensi.
iii. Id diminta berbicara, ego dan super-ego diam.

4. Analisis resistensi
i. Resistensi dapat berbentuk tingkah laku yang memiliki komitmen pada pertemuan
konseling, tidak menepati janji, menolak mengingat mimpi, menghalangi pikiran saat
asosiasi bebas dan lainya.
ii. Analisis kondisi ini akan membantu konseli berhasil dalam terapi.

5. Analisis tranferensi
i. Konseli akan menstransfer perasaan tentang orang yang penting dalam dirinya kepada
konselor.
ii. Konselor mendorong tranferensi dan menginterpretasikan perasaan positif dan negatif
yang diekspresikan.
iii. Pelepasan berupa terapeutis, katarsis emosional.

6. Interpretasi
i. Konselor membantu konseli memahami peristiwa dari masa lalu dan sekarang.
ii. Interpretasi menyangkut penjelasan dan analisis berbagai pikiran, perasaan dan
tindakan konseli.
iii. Konselor harus tepat mimilih waktu untuk menggunakan interpretasi sehingga konseli
siap menerima dan mendapat insight.

Teori psikoanalisis melihat klien sebagvai individu yang lemah dan penuh ketidakpastian
sehingga memerlukan bantuan besar untuk merekonstruksi kepribadian yang normal.
Konselor disini berfungsi sebagai memfasilitasi atau mengarahkan penstrukturan ulang
tersebut. Klien akan didorong untuk berbicara bebas, mengutarakan ketidaknyamanan,
mebicarakan kesulitan dan menceritakan peristiwa yang dirasa memalukan. Konselor akan
menyediakan interpretasi setepat mungkin dan berusaha meningkatkan pemahaman klien
mengenai apa yang terjadi pada dirinya. Diharapkan prosedur ini dapat mengungkapkan alam
bawah sadar dan membantu klien mencapai kemampuan mengatasi secara realistik keinginan
klien.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 16
III. LATIHAN SOAL
1. Teori psikoanalisis melihat kepribadian terbagi menjadi 3 sistem utama, sebutkan dan
jelaskan.
2. Sebutkan tokoh-tokoh yang masuk ke dalam aliran Psikoanalisis
3. Sebutkan Tahapan Perkembangan Kepribadian Psikoanalisis menurut Freud

IV. JAWABAN
1.
ID EGO SUPER EGO
Sudah terbentuk sejak lahir Dibentuk ± pd tahun pertama Berkembang selama masa
kanak-kanak awal melalui
kehidupan
proses identifikasi
Mewakili berbagai dorongan Merupakan pertahanan thd Social Standards  didapat
fisik dan insting ID  untuk mengurangi dari ORTU, masyarakat dan
kecemasan krn konflik  figur-figur otoritas lain
menggunakan defense
mechanism
Proses tak disadari Reality Prinsiple  reality Moral Principle, tidak
testing, rasional rasional
Menyeimbangkan impuls- Menghakimi’ - malu, rasa
Pleasure principle (instant) bersalah  jika Super Ego
impuls (id) dengan tuntutan-
tuntutan masyarakat/sosial  tidak berkembang, individu
Super Ego tidak punya kesadaran
Membentuk kesadaran diri
(self)

2. Tokohnya antara lain: Sigmund Freud, Carl Gustav Jung, Alfred Adler
3. Tahapan Perkembangan Kepribadiannya, antara lain:
a. Fase oral (0-1 th)
b. Fase anal (1-3 th)
c. Fase phallic (3-5 th)
d. Fase laten (5-12 th)
e. Fase ganital (>12 th )

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 16
DAFTAR PUSTAKA

1. Morgan, C.T., King, R.A. (1975). Introduction to Psychology. Tokyo : Mc.Graw-Hill


Kogakusha, Ltd.
2. Atkinson. (1997). Psikologi Umum, Jilid 1. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
3. King, Laura A. (2007). Psikologi Umum 1. Jakarta: Salemba Humanika.
4. https://ndesdesi.wordpress.com/2013/04/28/pendekatan-psikoanalisis-2/ diunduh pada 17
Maret 2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 / 16

Anda mungkin juga menyukai