(PSI 119)
MODUL 4
PENDEKATAN PSIKOANALISIS
DISUSUN OLEH
AISYAH RATNANINGTYAS, M.PSI., PSIKOLOG
II. MATERI
Psikoanalisis merupakan unsur utama dari psikiatri, seperti kita ketahui bahwa
psikiatri mempelajari atau mengatasi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
kesehatan jiwa. Psikiatri sendiri sebenarnya sudah timbul sekitar abad ke 18 sebagai upaya
menyembuhkan penyakit kejiwaan. Istilah “psikiatri” baru diciptakan oleh Reil, 1808.
Kemudian pada Abad 19, orang mulai mencari penyebab penyakit jiwa pada lapangan psikis,
bukan lagi pada kelainan jasmani. Para penganut psikoanalisis tidak setuju dengan Descartes
& Wundt yang mementingkan analisis terhadap isi dan proses kesadaran saja. Mereka
berpandangan bahwa kesadaran hanyalah bagian permukaan dari jiwa, sedangkan bagian jiwa
yang terpenting & terbesar, sebenarnya adalah lapisan bawah sadar.
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Ada beberapa tokoh yang
membahas mengenai pendekatan ini. Berikut adalah penjelasan mengenai teori pendekatan
psikoanalisis dari beberapa tokoh.
A. Sigmund Freud (1856-1939)
Freud merupakan murid Charcot yang kemudian juga belajar pada & bekerjasama dengan
dr. Joseph Breuer (case Anna O). Breuer mengemukakan istilah “chatarsis” (Yun) yang
artinya membersihkan. Setelah Breuer berhenti, Freud terus menangani hysteria. Freud
terkenal dengan Depth Psychology.
Freud mengatakan bahwa manusia itu memiliki dorongan-dorongan dalam hidup, yang
terdiri dari :
1. Dorongan seksual
2. Dorongan agresi
3. Dorongan untuk mati (thanatos)
Freud juga mengemukakan bahwa Individu dibentuk oleh dorongan-dorongan biologis dan
pengalaman masa kecil.
HOLISM
Merupakan suatu pemikiran yang menyatakan bahwa sistem alam semesta serta segala
kelengkapannya harus dipandang sebagai sesuatu yang utuh, dan bukan merupakan
kesatuan dari bagian-bagian yang terpisah. Alam tidak bisa dipahami kalo kita
mempelajarinya dengan cara memisahkan bagian-bagiannya: sistem harus dipelajari secara
utuh sebagai suatu kesatuan. Ajaran ini disukai Adler. Menurut Adler, manusia harus
dianggap sebagai satu unit. Untuk memahami jiwa manusia, kita seharusnya melihat
keseluruhan bagian dari manusia itu, dan bukan melihat sepotong-sepotong.
a. Individual Psychology
Lawan dari reductionism Freud
Melihat manusia tidak dari bagian, tapi seutuhnya
b. Life Style
Melihat manusia bukan dari sifat, struktur, konflik, dan sebagainya tapi dari
bagaimana seseorang menyikapi hidup
c. Teleology
2. Hipnotis (hipnosis)
i. Tujuanya untuk mengeksplorasi dan memahami faktor ketidaksadaran penyebab
utama masalah.
ii. Konseli diajak melakukan katarsis dengan memverbalisasikan konflik yang telah
ditekan ke alam tak sadar.
iii. Hasil tidak bertahan lama karena setelah sadar penyebab masalah tetap ada dan
mengganggu.
4. Analisis resistensi
i. Resistensi dapat berbentuk tingkah laku yang memiliki komitmen pada pertemuan
konseling, tidak menepati janji, menolak mengingat mimpi, menghalangi pikiran saat
asosiasi bebas dan lainya.
ii. Analisis kondisi ini akan membantu konseli berhasil dalam terapi.
5. Analisis tranferensi
i. Konseli akan menstransfer perasaan tentang orang yang penting dalam dirinya kepada
konselor.
ii. Konselor mendorong tranferensi dan menginterpretasikan perasaan positif dan negatif
yang diekspresikan.
iii. Pelepasan berupa terapeutis, katarsis emosional.
6. Interpretasi
i. Konselor membantu konseli memahami peristiwa dari masa lalu dan sekarang.
ii. Interpretasi menyangkut penjelasan dan analisis berbagai pikiran, perasaan dan
tindakan konseli.
iii. Konselor harus tepat mimilih waktu untuk menggunakan interpretasi sehingga konseli
siap menerima dan mendapat insight.
Teori psikoanalisis melihat klien sebagvai individu yang lemah dan penuh ketidakpastian
sehingga memerlukan bantuan besar untuk merekonstruksi kepribadian yang normal.
Konselor disini berfungsi sebagai memfasilitasi atau mengarahkan penstrukturan ulang
tersebut. Klien akan didorong untuk berbicara bebas, mengutarakan ketidaknyamanan,
mebicarakan kesulitan dan menceritakan peristiwa yang dirasa memalukan. Konselor akan
menyediakan interpretasi setepat mungkin dan berusaha meningkatkan pemahaman klien
mengenai apa yang terjadi pada dirinya. Diharapkan prosedur ini dapat mengungkapkan alam
bawah sadar dan membantu klien mencapai kemampuan mengatasi secara realistik keinginan
klien.
IV. JAWABAN
1.
ID EGO SUPER EGO
Sudah terbentuk sejak lahir Dibentuk ± pd tahun pertama Berkembang selama masa
kanak-kanak awal melalui
kehidupan
proses identifikasi
Mewakili berbagai dorongan Merupakan pertahanan thd Social Standards didapat
fisik dan insting ID untuk mengurangi dari ORTU, masyarakat dan
kecemasan krn konflik figur-figur otoritas lain
menggunakan defense
mechanism
Proses tak disadari Reality Prinsiple reality Moral Principle, tidak
testing, rasional rasional
Menyeimbangkan impuls- Menghakimi’ - malu, rasa
Pleasure principle (instant) bersalah jika Super Ego
impuls (id) dengan tuntutan-
tuntutan masyarakat/sosial tidak berkembang, individu
Super Ego tidak punya kesadaran
Membentuk kesadaran diri
(self)
2. Tokohnya antara lain: Sigmund Freud, Carl Gustav Jung, Alfred Adler
3. Tahapan Perkembangan Kepribadiannya, antara lain:
a. Fase oral (0-1 th)
b. Fase anal (1-3 th)
c. Fase phallic (3-5 th)
d. Fase laten (5-12 th)
e. Fase ganital (>12 th )