Anda di halaman 1dari 7

II.

1 Hakekat Manusia

II.1.1 Pandangan Psikoanalitik

Psikoanalisis merupakan cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund


Freud dan para pengikutnya, Psikoanalisis digunakan sebagai studi fungsi dan
perilaku psikologis manusia. Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan
dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis
Freud” sama artinya.(Syawal and Helaluddin 2018)

Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat


dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi,
psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur,
dinamika, dan perkembangannya.(Syawal and Helaluddin 2018)

Kaum psikoanalis tradisional Hansen dan Warner, 1977, menganggap bahwa


manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan -dorongan dari dalam dirinya yang
bersifat instinktif. Tingkah laku individu ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan
psikologis yang sejak semula memang sudah ada pada diri individu itu. Dalam hal ini
individu tidak memegang kendali atas "nasibnya" sendiri, tetapi tingkah lakunya itu
semata -mata diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan instink biologisnya.
(Kurniati 2015)

A. Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).
1. Sadar (Conscious)
Sadar merupakan tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang
kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud hanya sebagian kecil
saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan, dan
ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness).
2. Prasadar (Preconscious)
Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory), yakni
tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tak
sadar. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari
tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah
prasadar.
3. Tak sadar (Unconscious)
Tak sadar merupakan bagian yang paling dalam dari struktur
kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari
jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa
ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah
kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls, dan
drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman
traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh
kesadaran dipindah ke daerah tak sadar.(Semiun 2006)
Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya
melibatkan ketiga unsur tersebut. Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga
model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich.
Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi
gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya.(Alwisol 2005)
Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang
terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam
bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego),
yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan
perlengkapan sendiri. The id yang berarti ide, the ego yang berarti ego, dan
the super ego yang berarti super ego.
1. Ide
Ide meliputi berbagai instink manusia yang mendasari
perkembangan individu. Dua instink yang paling penting ialah
instink seksual dan instink agresi. Instink -instink ini
menggerakkan individu untuk hidup didalam dunianya dengan
prinsip pemuasan diri. Demikian fungsi ide, yaitu mendorong
individu untuk memuaskan kebutuhan dirinya setiap saat sepanjang
hidup individu.(Kurniati 2015)
Ide yang tak kunjung padam menggerakkan individu itu
ternyata tidak dapat leluasa menjalankan fungsinya, sebab ia harus
menghadapi lingkungan. Lingkungan ini tidak dapat diterobos
begitu saja sehingga individu mempertimbangkan apa yang berada
diluar dirinya itu apabila dia ingin berhasil dalam penyaluran
instink -instinknya itu.
2. Ego
Ego, yaitu fungsi kepribadian yang menjembatani ide dan dunia
luar individu. Ego ini berfungsi atas dasar prinsip realitas,
mengatur gerak -gerik ide agar dalam memuaskan instinknya selalu
memperhatikan lingkungan.Dengan demikian perwujudan fungsi
ide itu menjadi tidak tanpa arah. Dalam perkembangannya lebih
lanjut, tingkah laku individu tidak hanya dijalankan oleh fungsi ide
dan ego saja, melainkan juga oleh fungsi yang ketiga, yaitu super
ego.
3. Super Ego
Super ego tumbuh berkat interaksi antara individu dengan
lingkungannya, khususnya lingkungan yang bersifat aturan (yang
meliputi perintah dan larangan, ganjaran dan hukuman), nilai,
moral, adat, dan tradisi. Dalam individu bertingkah laku, ide
sebagai penggerak, ego sebagai pengatur dan pengarah, dan super
ego sebagai pengawas atau pengontrol. Dalam hal ini fungsi super
ego ialah mengawasi agar tingkahlaku individu sesuai dengan
aturan, nilai, moral, adat dan tradisi yang telah meresap pada diri
individu itu. Super ego merupakan fungsi kontrol dari dalam
individu itu.(Kurniati 2015)

B. Dinamika Kepribadian
Menurut Freud, dinamika kepribadian merupakan suatu proses bagaimana
energi psikis didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan
das Ueber Ich. Freud menyatakan bahwa energi yang ada pada individu
berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang dikonsumsi. Bahwa
energi manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, energi untuk
aktivitas fisik disebut energi fisik, dan energi yang dunakan untuk aktivitas
psikis disebut energi psikis. Freud menyatakan bahwa pada mulanya yang
memiliki energi hanyalah das Es saja. Melalui mekanisme yang oleh Freud
disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh das Es kepada das Ich
dan das Ueber Ich.(Syawal and Helaluddin 2018)
C. Mekanisme Pertahanan Ego (Ego Defence Mechanism)
Mekanisme pertahanan Ego (ego defence mechanism) menurut Freud
merupakan bentuk strategi yang digunakan oleh suatu individu untuk
mencegah terbukanya dorongan das es ataupun untuk menghadapi tekanan
das Uber Ich atas das Ich, yang bertujuan agar kecemasan yang dialami
oleh individu tersebut dapat diredakan atau dikurangi (Kuntojo 2015).
Berikut merupakan macam-macam mekanisme pertahanan yang umum
dijumpai:
1. Represi, merupakan mekanisme yang dilakukan oleh ego untuk
mengursir kecemasan dengan menekan dorongan atau keingininan
yang menjadi penyebab kecemasan kedalam tak sadar. Misalnya
adalah Ketika seseorang berusaha untuk melupakan kejadiaan yang
tidak menyenangkan hingga kehilangan anggota keluarganya.
2. Sublimasi, merupakan mekanisme perubahan ego untuk mencegah
atau mengusir kecemasan dengan mengubah dan menyesuaikan
dorongan primitif das es yang menjadi penyebab kecemasan ke
dalam bentuk tingkah laku yang lebih bisa diterima oleh
masyarakat. Contohnya adalah seseorang sadar jika ia memiliki
emosi yang tinggi, maka seseorang tersebut melampiaskannya
dengan mengikuti bela diri.
3. Proyeksi, merupakan pengalihan sikap atau tingkah laku yang
tidak diterima oleh masyakat kepada orang lain. Contohnya adalah
seseorang yang mengaku jika ia mencuri karena diperintahkan oleh
ayahnya.
4. Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan
kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya
dibanding individu semula. Contohnya adalah Ketika seorang anak
perempuan yang kesal dengan ibunya karena tidak dibelikan
mainan melampiaskan kemarahannya dengan membanting pintu
5. Rasionalisasi, hal ini menunjuk kepada upaya individu untuk
memutarbalikkan kenyataan atau fakta yang mengamcam ego,
melalui dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal. Contohnya
adalah seseorang yang dibatalkan janjinya oleh temannya untuk
pergi bersama akan mengatakan bahwa dia sedang malas untuk
menutupi rasa kekecewaanya.
6. Pembentukan reaksi, merupakan upaya untuk mengatasi
kecemasan dengan melakukan perilaku sebaliknya karena memiliki
dorongan yang bertentangan dengan norma. Contohnya adalah
Ketika ibu yang menolak kelahiran anaknya terlihat sangat
melindundi anaknya secara berlebihan.
7. Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertingkah
laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Contohnya adalah ketika anak 8 tahun yang kembali ingin
digendong ketika memiliki adik yang baru lahir.

D. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian


Menurut Freud dalam (Lubis 2016) menjelaskan jika setiap manusia
harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam menjadi dewasa.
Secara berurutan tahap-tahap tersebut ialah fase oral, fase anal, fase phalik,
fase laten, dan fase genital.
1. Fase Oral (0– 1 tahun)
Pada fase ini terdapat pengalaman kenikmatan pertama manusia
yaitu ketika bayi menghisap putting susu ibu dengan mulut yang
nerupakan daerah kenikmatan utama. Fase ini memiliki tugas
perkembangan memperoleh rasa percaya terhadap lingkungan.
Efek jika mendapat penolakan di fase ini menyebabkan anak
menjadi penakut, tidak aman, agresif, iri, dan kesepian.
2. Fase Anal (2-3 tahun)
Pada fase ini terdapat zona kenikmatan pada saat menahan dan
melepaskan feses atau berada di daerah anal. Ketika anak sudah
diberlakukan toilet training, anak akan memperoleh pengalaman
pertamanya yaitu moral dan hal disiplin. Tugas perkembangan
yang harus dilakukan anak pada fase ini adalah dengan belajar
mandiri, memiliki kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar
bagaimana untuk mengakui dan menangani perasaan negatifnya.
3. Fase Phalik (3-5 tahun)
Adapun zona kenikmatan pada fase ini berada pada alat kelamin.
Tugas perkembangan yang harus dijalankan adalah dengan
menambah perencanaan untuk memilih dan menjadi aktif. Pada
fase phalik ini juga merupakan tahap perkembangan hati Nurani
dimana anak harus diperkenalkan dengan berbagai standar moral.
4. Fase Laten (6-12 tahun)
Fase laten kerap dikenal sebagai tahap pregenital yang terjadi pada
awal pubertas. Fase ini dinamakan fase laten dikarenakan mereka
sudah tidak lagi dikuasai insting dan impuls yang mengarah pada
tingkah lakunya. Tugas perkembangannya adalah terbenam dengan
beberapa tugas dan usaha-usaha produktif.
5. Fase genital (>12 tahun)
Pada fase ini menandai jika sudah berakhirnya fase psikoseksual
pada suatu individu. Perilaku umum yang timbul pada fase ini
adalah dengan tertariknya mereka dengan menciptakan suatu
hubungan dengan orang lain. Pada fase ini pula biasanya terjadi
kematangan pada alat reproduksinya.
Sumber :

Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Kuntojo. 2015. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Diction.

Kurniati, Desak Putu Yuli. 2015. “Bahan Ajar Pengorganisasian Dan Pengembangan
Masyarakat.” Bagian Promosi Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Lubis, Namora Lumongga. 2016. Konseling Kelompok. Jakarta: Kencana.

Semiun, Yustinus. 2006. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta: Diction.

Syawal, S, and Helaluddin. 2018. “Psikoanalisis Sigmund Freud Dan Implikasinya Dalam
Pendidikan Helaluddin Syahrul Syawal.” Academia.edu: 1–16.

Anda mungkin juga menyukai