Anda di halaman 1dari 12

Kecerdasan spiritual (6 nov 2010)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kecerdasan spiritual atau yang biasa dikenal dengan SQ (bahasa Inggris: spiritual quotient)
adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh
melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif.[1] SQ merupakan fasilitas
yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu.[2]
Ciri utama dari SQ ini ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan
pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna.[1] Kecerdasan spiritual yang
berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel
dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi,
mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari
suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat
keterkaitan antara berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan
makna hidupnya.[1] [2]

[sunting] Referensi

1. ^ a b c Kecerdasan Spiritual (SQ). Diakses 3 Juni 2010.


2. ^ a b Kecerdasan Spiritual. Diakses 4 Juni 2010.

3. Kecerdasan Spiritual (SQ)


4. Kecerdasan Spiritual (SQ)
sebuah pengantar
Ratna Eliyawati

Untag-Net

Latar Belakang

Pada suatu hari seorang guru fisika disebuah sekolah menengah menerangkan kepada
para siswanya bahwa hidup manusia tidak lain adalah proses pembakaran. Mendengar
keterangan sang guru itu, seorang siswa secara spontan melontarkan suatu pertanyaan
tajam yang bernada menggugat,"kalau begitu, lalu apa artinya hidup manusia didunia
ini?" (Frankl, dalam Koeswara, 1992).

Pembicaraan mengenai SQ atau kecerdasan spiritual tidak lepas dari konsep filosofis
yang menjadi latar belakangnya. Konsep mengenai SQ itu sendiri sebenarnya sudah lama
diperbincangkan, hanya saja dengan kemasan yang berbeda. Dalam ilmu psikologi
dikenal tiga aliran besar yang menjadi inspirasi bagi banyak aliran yang berkembang
pada saat kemudian. Aliran tersebut adalah behaviorisme, psikoanalisis dan humanistis.
Kecerdasan spiritual banyak mengembangkan konsep-konsepnya dari aliran humanistis.
Aliran humanistis ini kemudian mengembangkan sayapnya secara spesifik membentuk
psikologi transpersonal, dengan landasan "pengalaman keagamaan" sebagai peak
experience, plateau dan fartherst of human nature. Menurut Maslow (Rakhmat dalam
Zohar dan Marshall, 2000) psikologi belum sempurna sebelum difokuskan kembali
dalam pandangan spiritual dan transpersonal.

Penelusuran pemahaman kecerdasan spiritual (SQ) saat sekarang nampaknya cukup


relevan, mengingat banyaknya persoalan-persoalan sosial yang semakin membebani
hidup seseorang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Frankl (Koeswara, 1992) bahwa
sebagian besar masyarakat sekarang mengidap neurosis kolektif. Ciri dari gejala tersebut
adalah:

Sikap masa bodoh terhadap hidup, yaitu suatu sikap yang menunjukkan pesimisme dalam
menghadapi masa depan hidupnya.

Sikap fatalistik terhadap hidup, menganggap bahwa masa depan sebagai sesuatu yang
mustahil dan membuat rencana bagi masa depan adalah kesia-siaan.

Pemikiran konformis dan kolektivis. Yaitu cenderung melebur dalam masa dan
melakukan aktivitas atas nama kelompok.

Fanatisme, yaitu mengingkari kelebihan yang dimiliki oleh kelompok atau orang lain.

Dengan ciri-ciri tersebut manusia berjalan menuju penyalahartian dan penyalahtafsiran


tentang dirinya sendiri sebagai sesuatu yang "tidak lain" (nothing but) dari refleks-refleks
atau kumpulan dorongan (biologisme), dari mekanisme-mekanisme psikis (psikologisme)
dan produk lingkungan ekonomis (sosiologisme). Dengan ketiga konteks tersebut maka
manusia "tidak lain" dalah mesin. Kondisi tersebut merupakan penderitaan spiritual bagi
manusia.

Mengenalkan SQ
Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah SQ tidak mesti berhubungan dengan
agama. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu
seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai.
Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki
nilai-nilai itu sendiri.

SQ adalah fasilitas yang berkembang selama jutaan tahun yang memungkinkan otak
untuk menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan. Utamanya
persoalan yang menyangkut masalah eksistensial, yaitu saat seseorang secara pribadi
terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masa lalu akibat penyakit
dan kesedihan. Dengan dimilikinya SQ seseorang mampu mengatasi masalah hidupnya
dan berdamai dengan masalah tersebut. SQ memberi sesuatu rasa yang "dalam" pada diri
seseorang menyangkut perjuangan hidup.
Perbedaan Otak IQ, EQ dan SQ
Penelusuran kecerdasan spiritual tampaknya merupakan jawaban akan keterbatasan
kemampuan intelektual (IQ) dan emosional (EQ) dalam menyelesaikan kasus-kasus yang
didasarkan atas krisis makna hidup. Otak IQ dasar kerjanya adalah berfikir seri, linear,
logis dan tidak melibatkan perasaan. Keunggulan dari berfikir seri ini adalah akurat, tepat
dan dapat dipercaya. Kelemahannya adalah ia hanya bekerja dalam batas-batas yang
ditentukan, dan menjadi tidak berguna jika seseorang ingin menggali wawasan baru atau
berurusan dengan hal-hal yang terduga.
Otak EQ cara kerjanya berfikir asosiatif. Jenis pemikiran ini membantu seseorang
menciptakan asosiasi antarhal, misalnya antara lapar dan nasi, antara rumah dan
kenyamanan, antara ibu dan cinta, dll. Pada intinya pemikiran inimencoba membuat
asosiasi antara satu emosi dan yang lain, emosi dan gejala tubuh, emosi dan lingkungan
sekitar. Kelebihan cara berfikir asosiatif adalah bahwa ia dapat berinteraksi dengan
pengalaman dan dapat terus berkembang melalui pengalaman atau eksperimen. Ia dapat
mempelajari cara-cara baru melalui pengalaman yang belum pernah dilakukan
sebelumnya, merupakan jenis pemikiran yang dapat mengenali nuansa ambiguitas.
Kelemahan dari otak EQ adalah variasinya sangat individual dan tidak ada dua orang
yang memiliki kehidupan emosional yang sama. Hal ini tampak dari pernyataan "saya
dapat mengenali emosi anda, saya dapat berempati terhadapnya, tetapi saya tidak dapat
memiliki emosi anda".
Otak SQ cara kerjanya berfikir unitif. Yaitu kemampuan untuk menangkap seluruh
konteks yang mengaitkan antar unsur yang terlibat. Kemampuan untuk menangkap suatu
situasi dan melakukan reaksi terhadapnya, menciptakan pola dan aturan baru.
Kemampuan inimerupakan ciri utama kesadaran, yaitu kemampuan untuk mengalami dan
menggunakan pengalaman tentang makna dan nilai yang lebih tinggi.

Tanda dari SQ yang berkembang dengan baik

Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)

Tingkat kesadaran diri yang tinggi

Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan

Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit

Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai

Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu

Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (holistik)


Kecenderungan nyata untuk bertanya "mengapa?" atau "bagaimana jika" untuk mencari
jawaban-jawaban mendasar

Mandiri

SQ yang berkembang dengan baik dapat menjadikan seseorang memiliki "makna" dalam
hidupnya. Dengan "makna" hidup ini seseorang akan memiliki kualitas "menjadi", yaitu
suatu modus eksistensi yang dapat membuat seseorang merasa gembira, menggunakan
kemampuannya secara produktif dan dapat menyatu dengan dunia. Ungkapan syair yang
dikemukakan oleh Gothe ini mampu mewakili karakteristik seseorang yang memiliki SQ
(Fromm, 1987):

Harta Milik

Kutahu tak ada yang milikku


Namun pikiran yang lepas bebas
Dari jiwaku akan membanjir
Dan setiap saat nan menyenangkan
Yang oleh takdir yang cinta kasih
Dari kedalaman diberikan buat kenikmatanku

Page 1
Spiritual Intelligence and Why It Matters Kecerdasan Spiritual dan Mengapa It Matters
by oleh
Cindy Wigglesworth Cindy Wigglesworth
President Presiden
Conscious Pursuits, Inc. (CPI) Sadar pengejaran, Inc (CPI)
The Field of “Intelligence” Lapangan dari "Intelligence"
In 1905 Alfred Binet and Theodore Simon developed the first modern intelligence Pada tahun
1905 Alfred Binet dan Theodore Simon mengembangkan kecerdasan modern pertama
test. uji. Since that time we have been debating what “intelligence” is, where it Sejak saat itu kita
telah berdebat apa "kecerdasan" ini, di mana
comes from, and how to develop it. berasal dari, dan bagaimana mengembangkannya.
Our “Intelligence Quotient” or “IQ” is generally thought of as our analytical or Kami
"Intelligence Quotient" atau "IQ" umumnya dianggap sebagai analitis kami atau
mathematical intelligence and our linguistic intelligence (think of college entrance kecerdasan
matematika dan kecerdasan linguistik kita (berpikir masuk perguruan tinggi
exams – verbal and math components). ujian - dan matematika komponen verbal). Initially it was
expected that IQ would be Pada awalnya diharapkan bahwa IQ akan
a strong predictor of success in careers. prediktor kuat keberhasilan dalam karir. In fact it has
turned out to be a weak Bahkan ternyata menjadi lemah
predictor of success. prediktor keberhasilan. IQ appears to be related to minimum standards to
enter a IQ tampaknya berhubungan dengan standar minimum untuk memasukkan
given a profession. diberikan sebuah profesi. Once you have chosen your career, what actually
leads to Setelah Anda memilih karir Anda, apa yang sebenarnya mengarah ke
success is far more complicated. sukses jauh lebih rumit.
Howard Gardner opened the door to discussion of “multiple intelligences” with his Howard
Gardner membuka pintu untuk diskusi tentang "kecerdasan majemuk" dengan nya
book Frames of Mind in 1983. buku Frames of Mind pada tahun 1983. He listed seven different
types of intelligences in Dia tercatat tujuh jenis kecerdasan dalam
that book: buku bahwa:
1. 1. Linguistic Linguistik
2. 2. Logical-mathematical Logis-matematis
3. 3. Musical Musikal
4. 4. Bodily-kinesthetic Tubuh-kinestetik
5. 5. Spatial Tata Ruang
6. 6. Interpersonal Interpersonal
7. 7. Intrapersonal Intrapersonal
Gardner's 6 th and 7th
intelligences would later be combined into the study of kecerdasan kemudian akan digabungkan
ke dalam studi
“emotional intelligence.” In his book Intelligence Reframed, 1999, Gardner offers "Kecerdasan
emosional." Dalam bukunya Intelligence dibingkai kembali, 1999, Gardner menawarkan
that one might add a “philosophical intelligence” which would combine spiritual, bahwa orang
mungkin menambahkan "kecerdasan filosofis" yang akan menggabungkan spiritual,
moral, emotional, transcendental, cosmic and religious intelligences. moral, emosional,
transendental, kosmis dan religius kecerdasan.
Copyright 2002-2004 Cynthia Wigglesworth. Copyright 2002-2004 Cynthia Wigglesworth. All
Rights Reserved All Rights Reserved

Page 2 Page 2
A Simple Model of Four Intelligences Sebuah Model Sederhana Empat Intelligences
The simplest model I use describes only four intelligences. Model paling sederhana saya
gunakan hanya menjelaskan empat kecerdasan. I show them as a Aku menunjukkan kepada
mereka sebagai
pyramid to demonstrate the simplest sequence of development. piramida untuk menunjukkan
urutan paling sederhana pembangunan. I always Saya selalu
acknowledge that this is too simple a model. mengakui bahwa ini terlalu sederhana model. Yet it
is a helpful visual aide. Namun itu adalah pembantu visual membantu.
SQ SQ
EQ EQ
IQ IQ
Physical Intelligence Kecerdasan Fisik
The idea of this model is that as babies we first focus on controlling our bodies. Ide dari model
ini adalah bahwa ketika bayi kita pertama fokus pada pengendalian tubuh kita.
Then our linguistic and conceptual skills develop (“IQ”)…and are a key focus of Kemudian
linguistik dan konseptual mengembangkan kemampuan kita ("IQ") ... dan merupakan fokus
utama
our school work. sekolah kami bekerja. We do some early development of relationship skills, but
for Kami melakukan beberapa pengembangan keterampilan awal hubungan, tetapi untuk
many of us “EQ” or emotional intelligence becomes a focus area only later when banyak dari
kita "EQ" atau kecerdasan emosional menjadi area fokus hanya kemudian, ketika
we realize we need to improve – usually based on feedback in romantic and work kita menyadari
bahwa kita perlu meningkatkan - biasanya berdasarkan pada umpan balik dalam romantis dan
bekerja
relationships. hubungan. “SQ” or spiritual intelligence typically becomes a focus later – as "SQ"
atau kecerdasan spiritual biasanya menjadi fokus kemudian - sebagai
we begin to search for meaning and ask “is this all there is?” kita mulai mencari arti dan bertanya
"ini semua ada?"
SQ and EQ are related to each other. SQ dan EQ berhubungan satu sama lain. I believe we need
some basics of EQ to Saya percaya kita membutuhkan beberapa dasar-dasar EQ untuk
even successfully start our spiritual growth. bahkan berhasil memulai pertumbuhan rohani kita.
Some degree of emotional self- Beberapa derajat diri emosional-
awareness and empathy is an important foundation. kesadaran dan empati merupakan fondasi
penting. Then, as our spiritual Kemudian, sebagai rohani kita
growth unfolds, there would be a strengthening of EQ skills – which would further pertumbuhan
terungkap, akan ada penguatan keterampilan EQ - yang selanjutnya akan
reinforce and assist the growth of SQ skills. memperkuat dan membantu pertumbuhan
keterampilan SQ.
Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional
Daniel Goleman popularized the phrase “Emotional Intelligence” with the Daniel Goleman
mempopulerkan frase "Emotional Intelligence" dengan
publication of his book by the same title in 1995. penerbitan bukunya dengan judul yang sama
pada tahun 1995. In his book, Goleman cites Dalam bukunya, Goleman mengutip
research at Bell Labs that examined star performers, and tried to determine what penelitian di
Bell Labs yang memeriksa artis bintang, dan mencoba untuk menentukan apa
distinguished them from more average performers. membedakan mereka dari pemain rata-rata
lebih. It appeared that star Ternyata bintang yang
performers had significantly stronger relationship skills and personal networks artis mempunyai
hubungan keterampilan kuat secara signifikan dan jaringan pribadi
than average performers. dari artis rata-rata. Harvard Business Review published the results of
the Harvard Business Review menerbitkan hasil
Bell Labs study in 1993. Bell Labs studi pada tahun 1993. Business interest in the study of
“Emotional Kepentingan bisnis dalam studi "Emotional
Intelligence” or “EQ” began in earnest. Intelligence "atau" EQ "mulai dengan sungguh-sungguh.
EQ is actually a large collection of skills. EQ sebenarnya banyak koleksi keterampilan. Goleman
and Richard Boyatzis have Goleman dan Richard Boyatzis memiliki
recently grouped these skills into 4 quadrants as shown below baru-baru ini dikelompokkan
keterampilan ini ke dalam 4 kuadran seperti terlihat di bawah
11
..
11
Daniel Goleman and Richard Boyatzis, with Hay-McBrer, 2002 Daniel Goleman dan Richard
Boyatzis, dengan Hay-McBrer, 2002
Copyright 2002-2004 Cynthia Wigglesworth. Copyright 2002-2004 Cynthia Wigglesworth. All
Rights Reserved All Rights Reserved

Page 3 Page 3
SELF AWARENESS KESADARAN DIRI
• Emotional self-awareness • emosional kesadaran diri
• Accurate self-assessment • penilaian diri yang akurat
• Self-confidence kepercayaan •-Self
OTHER AWARENESS KESADARAN LAINNYA
• Empathy • Empati
• Organizational Awareness • Kesadaran Organisasi
• Service Orientation • Layanan Orientasi
SELF MANAGEMENT MANAJEMEN DIRI
• Emotional Self-Control • Emotional Self-Control
• Transparency • Transparansi
(honest/trustworthy) (Jujur / dapat dipercaya)
• Adaptability • Adaptasi
• Achievement Orientation • Orientasi Prestasi
• Initiative • Inisiatif
• Optimism • Optimisme
RELATIONSHIP SKILLS HUBUNGAN KETERAMPILAN
• Developing Others • Mengembangkan Lainnya
• Inspirational Leadership • Kepemimpinan Inspirational
• Influence • Pengaruh
• Change Catalyst • Ubah Catalyst
• Conflict Management • Manajemen Konflik
• Teamwork & Collaboration • Kerjasama & Kolaborasi
The research done by Goleman and Boyatzis shows that Self-Awareness skills Penelitian yang
dilakukan oleh Goleman dan Boyatzis menunjukkan bahwa ketrampilan-Kesadaran Diri
must be developed before the others can develop. harus dikembangkan sebelum yang lain dapat
berkembang. This makes sense if you Hal ini masuk akal jika Anda
consider Emotional Self-Awareness. mempertimbangkan Kesadaran Emosional-Diri. If I don't
know when I am angry how can I Jika saya tidak tahu ketika saya marah bagaimana saya bisa
have Emotional Self Control? telah Control Self Emosional? How can I have Empathy for your
anger? Bagaimana aku bisa Empati untuk kemarahan Anda? How Bagaimana
can I handle conflict appropriately? saya bisa menangani konflik dengan tepat?
The research on EQ has left no doubt that these skills are vital for personal and Penelitian
tentang EQ telah meninggalkan tidak diragukan lagi bahwa keterampilan ini penting bagi pribadi
dan
business success. keberhasilan bisnis.
Defining Spirituality and Spiritual Intelligence Mendefinisikan dan Kecerdasan Spiritual
Spiritualitas
What is Spirituality? Apa itu Spiritualitas? My definition is that “Spirituality is the innate human
need to Definisi saya adalah bahwa "Spiritualitas adalah kebutuhan manusia bawaan untuk
connect with something larger than ourselves.” terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari
diri kita sendiri. "
But what is this “something larger than ourselves?” It is something beyond our Tapi apa ini
sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri? "Ini adalah" sesuatu di luar kita
ego-self or constricted sense of self. ego-diri atau rasa sesak diri. It may be defined as having two
Ini dapat didefinisikan sebagai memiliki dua
components: the vertical and the horizontal. komponen: vertikal dan horizontal.
22
• Vertical component: something sacred, divine, timeless and placeless…a • Komponen Vertikal:
sesuatu yang sakral, ilahi, abadi dan placeless ... sebuah
Higher Power, Source, Ultimate Consciousness – or any other language Tinggi Daya, Sumber,
Kesadaran Ultimate - atau bahasa lain
the person prefers. orang lebih suka. Desiring to be connected to and guided by this
Menginginkan untuk dihubungkan ke dan dibimbing oleh
Source. Sumber.
• Horizontal component: being of service to our fellow humans and to the • Komponen
Horizontal: menjadi pelayanan kepada sesama manusia dan kepada
planet at large. planet pada umumnya.
How can we be “Spiritually Intelligent?” What would a “spiritually intelligent” Bagaimana kita
bisa "rohani Cerdas?" Apa yang akan "spiritual cerdas"
person look like? orang terlihat seperti?
Who is a “Spiritual Leader”? Siapakah "Pemimpin Spiritual"?
I begin many of my workshops by asking people – typically working in teams - Aku mulai
banyak lokakarya saya oleh orang-orang bertanya - biasanya bekerja dalam tim -
two simple questions. dua pertanyaan sederhana.
22
My thanks to the 2003 International Spirit at Work Award Selection Committee for this Saya
berkat Roh Kerja 2003 Seleksi Penghargaan Komite Internasional untuk ini
distinction. perbedaan.
Copyright 2002-2004 Cynthia Wigglesworth. Copyright 2002-2004 Cynthia Wigglesworth. All
Rights Reserved All Rights Reserved

Page 4 Page 4
1. 1. Write down the spiritual leaders/teachers you have admired in your life Tuliskan pemimpin
rohani / guru anda memiliki dikagumi dalam hidup Anda
2. 2. List the character traits that caused you to admire these people Daftar karakter yang
menyebabkan Anda untuk mengagumi orang-orang ini
I have done this now with thousands of people. Saya telah melakukan ini sekarang dengan ribuan
orang. What I find both reassuring and Apa yang saya temukan baik meyakinkan dan
fascinating is that the lists look so similar from group to group. menarik adalah bahwa daftar jadi
terlihat serupa dari kelompok ke kelompok. The list typically Daftar ini biasanya
includes major religious figures from many traditions, global peace activists, local termasuk
tokoh agama utama dari banyak tradisi, aktivis perdamaian global, lokal
religious leaders, teachers, guidance counselors, family members and spiritual pemimpin agama,
guru, konselor bimbingan, anggota keluarga dan spiritual
writers. penulis.
The traits that caused these people to be considered “spiritual leaders” typically Ciri-ciri yang
menyebabkan orang-orang ini harus dipertimbangkan "pemimpin spiritual" biasanya
includes descriptors such as: loving, kind, forgiving, peaceful, courageous, mencakup deskriptor
seperti: mencintai, baik hati, pemaaf, damai, berani,
honest, generous, persistent, faithful, wise, and inspiring. jujur, murah hati, gigih, setia,
bijaksana, dan inspiratif.
What the consistency of the responses tells me is that we already have a general Apa konsistensi
tanggapan memberitahu saya adalah bahwa kita sudah memiliki umum
perception of what makes someone “spiritually intelligent.” What we do not yet persepsi tentang
apa yang membuat seseorang "cerdas secara spiritual." Apa yang kami lakukan belum
have is a way of describing Spiritual Intelligence that is faith-neutral and miliki adalah cara
untuk menggambarkan Spiritual Intelligence yang iman-netral dan
specifically focused on the skills and abilities we are trying to attain when we khusus difokuskan
pada keterampilan dan kemampuan kita berusaha untuk mencapai saat kita
seek spiritual growth. mencari pertumbuhan rohani.
Defining Spiritual Intelligence: Mendefinisikan Kecerdasan Spiritual:
I define Spiritual Intelligence as “the ability to behave with Compassion and Saya
mendefinisikan Kecerdasan Spiritual sebagai "kemampuan untuk berperilaku dengan
Compassion dan
Wisdom while maintaining inner and outer peace (equanimity) regardless of the Kebijaksanaan
tetap menjaga dan luar ketenangan batin (ketenangan) terlepas dari
circumstances.” Compassion and Wisdom together form the manifestation of Kebijaksanaan
keadaan. "Kasih dan bersama-sama membentuk manifestasi
Love. Love. “Behave” is important because it focuses on how well we maintain our "Bersikap"
adalah penting karena berfokus pada seberapa baik kita menjaga kita
center, stay calm, and actually treat others with compassion and wisdom. pusat, tetap tenang, dan
benar-benar memperlakukan orang lain dengan belas kasih dan kebijaksanaan. The The
statement of “regardless of the circumstances” shows that we can maintain our pernyataan "tanpa
keadaan" menunjukkan bahwa kita dapat menjaga kita
peaceful center and loving behaviors even under great stress. damai pusat dan perilaku mengasihi
bahkan di bawah tekanan besar. This is what we Inilah yang kami
admire in our spiritual leaders. mengagumi dalam pemimpin rohani kita.
Based on this definition I have created a list of skills which I believe represents Berdasarkan
definisi ini saya telah membuat daftar keterampilan yang saya percaya merupakan
the skills of Spiritual Intelligence. keterampilan Spiritual Intelligence. They are: Mereka adalah:
Copyright 2002-2004 Cynthia Wigglesworth. Copyright 2002-2004 Cynthia Wigglesworth. All
Rights Reserved All Rights Reserved

Page 5 Page 5
Spiritual Intelligence (SQ) Skills Spiritual Intelligence (SQ) Keterampilan
Higher Self/Ego self Awareness Tinggi Diri / Ego Kesadaran diri
1. 1. Awareness of own worldview Kesadaran pandangan dunia sendiri
2. 2. Awareness of life purpose (mission) Kesadaran hidup) tujuan (misi
3. 3. Awareness of values hierarchy Kesadaran hirarki nilai-nilai
4. 4. Complexity of inner thought Kompleksitas pemikiran batin
5. 5. Awareness of Ego self / Higher Self Kesadaran Ego diri / Higher Self
Universal Awareness Kesadaran Universal
6. 6. Awareness of interconnectedness of all Kesadaran keterkaitan dari semua
life kehidupan
7. 7. Awareness of worldviews of others Kesadaran pandangan dunia orang lain
8. 8. Breadth of time perception Luas persepsi waktu
9. 9. Awareness of limitations/power of human Kesadaran akan keterbatasan / kekuatan manusia
perception persepsi
10. 10. Awareness of Spiritual laws Kesadaran Spiritual hukum
11. 11. Experience of transcendent oneness Pengalaman kesatuan transenden
Higher Self/Ego self Mastery Tinggi Diri / Ego Penguasaan diri
12. 12. Commitment to spiritual growth Komitmen untuk pertumbuhan rohani
13. 13. Keeping Higher Self in charge Menjaga Diri Tinggi bertugas
14. 14. Living your purpose and values Tujuan hidup Anda dan nilai-nilai
15. 15. Sustaining your faith Mempertahankan iman Anda
16. 16. Seeking guidance from Spirit Mencari bimbingan dari Roh
Social Mastery / Spiritual Presence Sosial Penguasaan / Kehadiran Spiritual
17. 17. A wise and effective spiritual A dan efektif spiritual bijaksana
teacher/mentor guru / mentor
18. 18. A wise and effective change agent A dan agen perubahan yang efektif bijaksana
19. 19. Makes compassionate and wise decisions Membuat keputusan yang welas asih dan
bijaksana
20. 20. A calming, healing presence A, menenangkan penyembuhan kehadiran
21. 21. Being aligned with the ebb and flow of life Menjadi selaras dengan pasang surut dan
aliran kehidupan
Each of these skills has been described in five levels of skill proficiency. Masing-masing
keterampilan telah dijelaskan dalam lima tingkat kemahiran keterampilan. Level 0 Tingkat 0
is implied, and means that the person has not begun to develop that skill. tersirat, dan berarti
bahwa orang tersebut belum mulai mengembangkan keterampilan itu. Level Tingkat
5 is the highest level we measure with our online self-assessment. 5 merupakan level tertinggi
kami mengukur dengan-kami online self assessment. No skill or Tidak ada keterampilan atau
level is considered “required.” And even at Level 5 a person is not considered Tingkat dianggap
"diperlukan." Dan bahkan di Level 5 seseorang tidak dianggap
“finished” as there is always room to grow. "Selesai" karena selalu ada ruang untuk tumbuh.
Skill 5: Awareness of Higher Self/ Ego self Skill 5: Kesadaran Higher Self / Ego diri
Level 1 Tingkat 1
Can communicate understanding of the nature of Ego self- including its Dapat
mengkomunikasikan pemahaman tentang sifat Ego diri termasuk unit
origin and the purpose it serves in spiritual development asal dan tujuan melayani dalam
pembangunan rohani
22
Demonstrates ability to observe personal Ego in operation and Menunjukkan kemampuan untuk
mengamati Ego pribadi dalam operasi dan
comment on what seems to trigger Ego eruptions komentar tentang apa yang tampaknya memicu
letusan Ego
33
Demonstrates awareness of and ability to periodically "listen to" Spirit Menunjukkan kesadaran
dan kemampuan untuk secara berkala "mendengarkan" Roh
or Higher Self as a separate voice from Ego self atau lebih tinggi Diri sebagai suara terpisah dari
Ego diri
44
Hears the voice of Spirit or Higher Self clearly and understands the Mendengar suara Roh atau
Higher Self jelas dan memahami
"multiple voices" that Ego self can have. "Beberapa suara" yang dapat memiliki Ego diri. Gives
authority to voice of Memberikan wewenang untuk suara
Higher Self in important decisions. Tinggi Diri dalam keputusan penting.
Highest Level Tingkat tertinggi
55
Spirit or Higher Self voice is clear and consistent. Roh atau Diri Tinggi suara jelas dan konsisten.
Ego self is present Ego diri hadir
and is a joyful advisor to Higher Self. dan merupakan penasihat menyenangkan untuk Higher
Self. There is no longer a struggle Tidak ada lagi perjuangan
between the two voices. antara dua suara. Rather there is a sense of only “one voice” Sebaliknya
ada rasa hanya "suara satu"
…the Higher Self (Authentic Self, Spirit) voice ... Higher Self (Authentic Self, Roh) suara
What good is the study of SQ? Apa gunanya adalah studi tentang SQ?
Religious beliefs have often divided our planet and caused war. kepercayaan agama sering dibagi
planet kita dan menyebabkan perang. My first goal is Tujuan pertama saya adalah
to create a language that enables us to discuss these concepts without being untuk menciptakan
bahasa yang memungkinkan kita untuk membahas konsep-konsep ini tanpa
limited to the language of any one faith tradition. terbatas pada bahasa dari setiap tradisi iman
seseorang. I hope to create an SQ Saya berharap untuk menciptakan SQ
language - with clear definitions (showing synonyms from many belief systems) - bahasa -
dengan definisi yang jelas (menunjukkan sinonim dari sistem kepercayaan banyak) -
that helps to create understanding among the peoples of our planet. yang membantu untuk
menciptakan pemahaman antara masyarakat dari planet kita.
Copyright 2002-2004 Cynthia Wigglesworth. Copyright 2002-2004 Cynthia Wigglesworth. All
Rights Reserved All Rights Reserved

Page 6 Page 6
My second goal is to create a competency-based language that helps people Tujuan saya yang
kedua adalah untuk menciptakan sebuah bahasa berbasis kompetensi yang membantu orang
assess where they are and where they want to go in their own spiritual menilai di mana mereka
berada dan di mana mereka ingin pergi dalam rohani mereka sendiri
development. pembangunan. Based on our beta pilot of 549 people it seems clear the CPI SQ
Berdasarkan pilot beta kita 549 orang tampaknya menghapus SQ CPI
assessment instrument does in fact accomplish this second goal. instrumen penilaian tidak
mencapai hal ini sebenarnya gol kedua.
Finally, the development of SQ will not only benefit individuals, it will also benefit Akhirnya,
pengembangan SQ tidak hanya akan menguntungkan individu, juga akan menguntungkan
their families, communities, and the companies they work for. mereka keluarga, masyarakat, dan
perusahaan mereka bekerja. My third goal is gol ketiga saya adalah
that the faith-neutral language of competencies will make SQ acceptable for bahwa netral-bahasa
iman kompetensi akan membuat SQ diterima untuk
discussion in the workplace…the place where most of us spend most of our time. diskusi di
tempat kerja ... tempat di mana sebagian besar dari kita menghabiskan sebagian besar waktu kita.
This will hopefully lead to support for individual and group SQ growth – creating Ini diharapkan
akan mengakibatkan dukungan untuk grup SQ pertumbuhan dan individu - menciptakan
more meaningful work, improved products and services, and ensuring lebih bermakna bekerja,
produk dan jasa perbaikan, dan memastikan
responsible corporate behavior. bertanggung jawab korporasi perilaku.
In the end we are alike in our suffering, our hopes and our joys. Pada akhirnya kita sama dalam
penderitaan kita, harapan dan kegembiraan kami. We are all Kita semua
striving to reach the same goals: peace and love. berjuang untuk mencapai tujuan yang sama:
kedamaian dan cinta. Perhaps with a more neutral Mungkin dengan lebih netral
language for SQ we can see our commonality and work together towards getting bahasa untuk
SQ kita dapat melihat kesamaan kami dan bekerja bersama menuju mendapatkan
there. sana.
---------------------------- ----------------------------
For further information on the CPI SQ Assessment please go to the Conscious Untuk informasi
lebih lanjut tentang CPI SQ Penilaian silakan kunjungi Sadar
Pursuits® website at ® pursuits website di www.consciouspursuits.com or email Cindy at
www.consciouspursuits.com atau email Cindy di
cswigglesworth@aol.com cswigglesworth@aol.com
Download dr http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=en&u=http://www.consciouspursuits.com/Articles/SIWhyItMatters.pdf&ei=C60I
TJLeKcuprAeOoJ2XAQ&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=10&ved=0CEoQ7gEw
CQ&prev=/search%3Fq%3Dspiritual%2Bintelligence%26hl%3Did%26prmd%3Dvb

Anda mungkin juga menyukai