Disusun oleh:
KELAS 1 B
FAKULTAS PSIKOLOGI
Tak banyak orang yang mengetahui bahwa segala hal yang terjadi dalam
hidup ini sebenarnya bergantung pada apa yang kita pikirkan. Ketika kita berpikir
tentang sesuatu yang positif, maka secara tidak sadar pikiran tersebut akan menarik
hal yang positif pula untuk datang ke dalam hidup kita, begitupun sebaliknya. Inilah
yang kemudian disebut dengan hukum tarik menarik atau law of attraction dimana
semesta akan bekerja sesuai dengan apa yang kita pikirkan (Byrne, 2006). Jadi tak
heran jika sebagai seorang individu kita selalu ditekankan untuk mampu berpikir
positif.
Pikiran yang positif akan membantu kita untuk selalu melihat segala sesuatu
dari sisi positifnya dan meminimalisir segala kemungkinan buruk yang ada. Seorang
individu akan mampu mengendalikan dirinya melalui pikiran yang positif, rasional
dan objektif (Burns, 1988 dalam Susetyo,1999). Hal tersebut menjadi penyebab
mengapa berpikir positif bisa sangat memengaruhi banyak aspek kehidupan manusia
salah satunya yaitu terhadap tingkat optimisme. Optimisme adalah harapan yang ada
dalam diri seseorang agar hal yang dialaminya dapat merujuk ke arah kebaikan
(Lopez & Snyder, 2003 dalam Kurniawan, 2019). Sikap optimisme mengarahkan
individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan percaya diri pada
kemampuannya. Berdasarkan hasil penelitian Kurniawan pada tahun 2019, terdapat
hubungan positif yang signifikan antara berpikir positif dengan optimisme.
Menurut sudut pandang law of attraction, hal tersebut bisa terjadi karena
semesta memantulkan gelombang pikiran yang kita keluarkan, kemudian menarik
pikiran-pikiran yang serupa untuk dikembalikan kepada diri kita dengan kekuatan
yang sama (Byrne, 2006 dalam Pangestu, 2019). Jika kita memikirkan tentang suatu
hal yang negatif seperti kegagalan, keraguan, kekecewaan dan kekurangan, maka
secara tidak langsung diri kitalah yang sengaja mengundang hal itu untuk datang
kedalam kehidupan kita. Perlahan pikiran tersebut akan membawa kita menuju
sebuah keadaan dimana semangat juang untuk menenun imajinasi positif hilang tak
berbekas dan akhirnya berujung pada hidup yang sia-sia. Sebaliknya, jika
visualisasi positif memenuhi pikiran kita seperti semangat hidup, keyakinan akan
kesuksesan, optimisme penuh, dan rasa syukur yang terus mengalir akan membawa
kita pada puncak kebahagiaan. Karena pikiran yang tengah kita bayangkan saat ini
sedang menciptakan kehidupan kita di masa depan. Apa yang mendominasi pikiran
kita akan muncul kembali dalam wujud hal-hal tak terduga yang datang pada kita
nantinya. Pikiran kita akan menjadi sesuatu yang nyata (Byrne, 2006 dalam Pangestu,
2019). Untuk itu wajar saja jika para motivator terus menganjurkan kita agar
senantiasa menjaga pikiran supaya selalu berada dalam ranah yang positif. Karena
jika kita selalu berpikir positif, berusaha menanamkan mental bawa kita bisa dan
menatap masa depan dengan optimisme, maka apa yang menjadi cita-cita kita pasti
akan tercapai.
Lalu bagaimana tahapan yang bisa kita lakukan untuk menerapkan law of
attraction dalam kehidupan sehari-hari? Langkah pertama yaitu dengan cara
meminta. Buatlah semesta mengetahui apa yang menjadi keinginan kita dengan
menyampaikan isi pikiran positif yang dikemas dengan artikulasi yang baik karena
jika tidak, gelombang pikiran yang kita kirim menjadi tidak jelas dan semesta tidak
akan meresponnya sehingga hasilnya nihil, semesta tidak akan mendatangkan apa-
apa ke dalam hidup kita (Nichols dalam Byrne, 2006 dalam Jumala, 2008). Sama
hal nya dengan fiman Allah SWT. pada QS. Al-Mu’min ayat 60 yang artinya “Dan
Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”.
Langkah kedua adalah percaya. Percaya bahwa apa yang telah kita pinta
akan datang dalam waktu cepat ataupun lambat. Analoginya seperti saat kita sedang
belanja online, kita memesan sebuah paket dan percaya bahwa paket itu akan datang
sesuai dengan estimasi yang telah ditentukan. Kita tenang dan tidak terus-menerus
menunggu paket tersebut datang karena kita percaya bahwa tanpa ditunggu pun
paket itu akan diantar kurir dengan sendirinya. Cukup tanamkan keyakinan dalam
diri bahwa apa yang kita inginkan sedang dalam perjalanan menuju hidup kita
(Nicholas dalam Byrne, 2006 dalam Jumala, 2008). Begitupun yang dijelaskan
dalam QS. An-Nisa ayat 175: “Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan
berpegang teguh kepada (agama)-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke
dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga), dan menunjukkan mereka jalan yang
lurus kepada-Nya.”.
Selain dari ketiga langkah yang telah dipaparkan yaitu meminta, percaya dan
menerima, law of attraction dapat diperkuat lagi dengan cara bersyukur. Karena
kebaikan akan datang lebih banyak kedalam hidup kita melalui rasa syukur (Shimoff
dalam Byrne, 2006 dalam Jumala, 2008). Mirip dengan firman Allah dalam QS.
Ibrahim ayat 7 yang artinya “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
pasti azab-Ku sangat berat.”.
Jumala. (2008). “The Secret – Law of Attraction menurut AlQuran – AlHadis edisi 1”,
Visi Sukses: THE SECRET – LAW OF ATTRACTION MENURUT ALQURAN-ALHADITS
Edisi 1 (visi-sukses.blogspot.com), diakses pada 5 Desember 2022.
P, Bayu. (2022). “Apakah kamu mempunyai kisah yang berkaitan dengan Law of
Attraction?”, https://id.quora.com/Apakah-kamu-mempunyai-kisah-yang-berkaitan-dengan-Law-
of-Attraction, diakses pada 5 Desember 2022.
Pangestu, Stephanie. (2019). “Belajar Dari Inti Buku “The Secret” Untuk Mengendalikan
Pikiran Dan Menata Kehidupan Kita”,
https://www.depoedu.com/2019/01/14/family-talk/belajar-dari-inti-buku-the-secret-untuk-
mengendalikan-pikiran-dan-menata-kehidupan-kita/¸diakses pada 5 Desember 2022.
Susetyo, Yuli Fajar. (1999). Hubungan Antara Berpikir Positif Dan Jenis Kelamin
Dengan Kecenderungan Agresi Reaktif Remaja dalam Psikologika: Jurnal Pemikiran dan
Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
(https://journal.uii.ac.id/Psikologika/article/view/8534/7241)