Anda di halaman 1dari 11

KONSTRUKSI ILMU-ILMU METAFISIK

PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Imam Khanafi, Dr., M.Ag.

1. Muhammad Sulthoni Maulana 3119002


2. Muhammad Zaki Baridwan 3119012
3. Muhammad Riza Fachruddin 3119097

KELAS IAT A

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAWH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis, filsafat berawal dari metafisika. Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah
alam semesta, bagaimanakah asal-usulnya, apa itu kenyataan, apa hakekat jiwa, apa itu tubuh,
bagaimana hubungan antara jiwa dan tubuh? adalah pertanyaan-pertanyaan pertama yang
menggelitik manusia yang kemudian mereka sendiri berusaha untuk menjawabnya. 1 Dari rasa
ingin tahu tersebut, berbagai macam usaha dilakukan untuk memperoleh jawabannya.
Akhirnya, lahirlah berbagai macam jawaban yang satu sama lain tidak hanya saling
melengkapi, tetapi juga tidak jarang saling bertentangan. Karena inilah, metafisika sering
dihadapkan dengan epistemologi (teori pengetahuan).
Metafisika sebagai salah satu capaian pengetahuan manusia. Berbagai pertanyaan kritis
diajukan untuk menggugat metafisika. Artinya, keberatan terhadap metafisika ini dikarenakan
konsep-konsep metafisika tidak bisa diverifikasi, tidak konkret, dan tidak positif. Di samping
itu, metafisika juga dirasa unpracticable. Istilah metafisika sebenarnya kebetulan saja. Nama
metafisika bukanlah dari Aristoteles melainkan istilah yang diberikan Andronikos dari
Rodhos (Rodi). Ia menyusun karya-karya Aristoteles sedemikian rupa tentang filsafat
pertama, mengenai metafisika yang ditempatkan setelah fisika. Jadi metafisika adalah kata
yang secara kebetulan ditempatkan setelah fisika.2
Kata “meta” bagi orang Yunani mempunyai arti “sesudah atau di belakang”. Sedangkan
kata metafisika dipakai untuk mengungkapkan isi pandangan mengenai, “hal-hal di belakang
gejala fisik”. Ketika Andronikos dari Rhodos menyusun karya-karya Aristoteles, ia
menemukan 14 buku tanpa nama sesudah seluruh karya-karya mengenai fisika tersusun. Ia
menyebut ke- 14 buku tersebut dengan nama “buku-buku yang datang sesudah fisika” (ta
meta ta physica). Dalam buku-buku ini, ia menemukan pembahasan mengenai realitas,
kualitas, kesempurnaan, yang ada, yang tidak terdapat pada dunia fisik, tetapi mengatasi
dunia fisik.3

1
James Iverach, “Epistemologi”, Encyclopaedia of Religion and Ethics, ed. James Hastings, Vol. 5 (New
York: Charles Scribner’s Son’s, 1995), Hlm. 337
2
Joko Siswanto, Sistem-Sistem Metafisika Barat dari Aristoteles Sampai Derrida, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), Hlm. 1
3
Lorens Bagus, Metafisika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), Hlm. 17-18.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ontologi Pengetahuan Mistik
2. Bagaimana Epistemologi Pengetahuan Mistik
3. Bagaimana Aksiologi Pengetahuan Mistik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ontologi Pengetahuan Mistik


1. Hakikat Pengetahuan Mistik
Mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional ini pengertian yang umum. Adapun
pengertian mistik bila dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan (ajaran atau keyakinan)
tentang Tuhan yang diperoleh melalui meditasi atau latihan spiritual, bebas dari
ketergantungan pada indera dan rasio.
Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami oleh rasio.
maksudnya, hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami oleh rasio. Akan tetapi
pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris, tetapi kebanyakan tidak dapat
dibuktikan secara empiris.
Di dalam Islam, yang termasuk pengetahuan mistik ialah pengetahuan yang diperoleh
melalui jalan tasawuf. Pengetahuan yang diperoleh misalnya tercakup dalam istilah ma'rifah,
al-ittihad, atau hulul. Pengetahuan mukasyafah, juga termasuk dalam lingkup pengetahuan
mistik dalam tasawuf yang diperoleh memang bukan melalui jalan indera atau jalan rasio.
Pengetahuan mistik (sebenarnaya pengetahuan yang bersifat mistik) artinya
pengetahanan yang supra-rasional (diluar kemamuan rasio manusia) tetapi kadang-kadang
memiliki bukti empiris.4

2. Struktur Pengetahuan Mistik


Dilihat dari segi sifatnya kita membagi mistik (2) dua, yaitu mistik biasa dan mistik
magis. Mistik biasa adalah mistik tanpa kekuatan tertentu. Dalam Islam mistik yang ini
adalah tasawuf. Mistik magis ialah mistik yang mengandung kekuatan tertentu. Mistik magis
ini dapat dibagi (2) dua yaitu:
a. Mistik magis putih
Mistik magis putih dalam Islam contohnya ialah mukjizat, karamah, ilmu
hikmah.
b. Mistik magis hitam
Mistik magis hitam contohnya ialah santet dan sejenisnya yang menginduk ke
sihir, bahkan boleh jadi mistik magis hitam itu dapat disebut sihir.

4
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu “Mengurai Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi Pengetahuan”,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), Hlm. 212-213.
Istilah mistik magis putih dan mistik magis hitam digunakan sekedar untuk
membedakan kriterianya. Orang menganggap mistik magis putih adalah mistik magis yang
berasal dari agama langit (Yahudi, Nasrani, Islam), sedangkan mistik magis hitam berasal
dari luar agama itu. Dalam praktiknya keduanya memiliki kegiatan yang relatif sama, nyaris
hanya nilai filsafatnya saja yang berbeda. Kesamaan itu terlihat karena mistik magia putih
menggunakan wirid, do 'a sedangkan mistik magis hitam menggunakan mantra, jampi, yang
kedunya pada segi praktik sama.
Perbedaan mendasar ada pada segi filsafatnya. Mistik magis putih selalu dekat dan
berhubungan dan bersandar pada Tuhan, sehingga dukungan Ilahi sangat menentukan. Hal ini
berjalan sejak kenabian, pada nabi magis putihnya ialah mukjizat, pada pemilik magis putih
selain Nabi disebut karamah. Contoh: Mukjizat Nabi Musa a.s (Q.S. Al-Qasas (28) : 31).

ْ ‫ان َولَّ ٰى ُم ْدبِرًا َولَ ْم يُ َعقِّبْ ۚ يَا ُمو َس ٰى أَ ْقبِلْ َواَل تَخ‬
ۖ ‫َف‬ ٌّ ‫ك ۖ فَلَ َّما َرآهَا تَ ْهت َُّز َكأَنَّهَا َج‬
َ ‫صا‬ َ ‫ق َع‬ ِ ‫َوأَ ْن أَ ْل‬
َ‫ك ِمنَ اآْل ِمنِين‬ َ َّ‫إِن‬
Artinya: Dan lemparkanlah tongkatmu. Maka ketika dia (Musa) melihatnya bergerak-
gerak seakan-akan seekor ular yang (gesit), dia lari berbalik ke belakang tanpa menoleh.
(Allah berfirman), “Wahai Musa! Kemarilah dan jangan takut. Sesungguhnya engkau
termasuk orang yang aman.”
Mistik magis hitamselalu dekat, bersandar dan Sergantung p ada kekuatan setan dan ro h
jahat. Menurut Ibnu Khaldun mereka memiliki kekuatan diatas rata-rata manusia, kekuatan
mereka itu memungkinkan mereka mampu melihat hal-hal gaib, karena dukungan setan dan
atau roh jahat tadi. Jiwa-jiwa yang memiliki kemampuan magis ini dapat digolongkan
menjadi (3) tiga yaitu:
1. Pertama, mereka yang memiliki kemampuan atau pengaruh melalui kekuatan mental
atau himmah. Itu disebabkan jiwa mereka telah menyatu dengan jiwa setan atau roh
jahat. Para filosof menyebut mereka ini sebagai ahli sihir dan kekuatan mereka luar
biasa.
2. Kedua, mereka yang melakukan pengaruh magisnya dengan menggunakan benda-
benda atau elemen-elemen yang ada di dalamnya, baik benda angkasa atau benda
yang ada di bumi. Inilah yang disebut jimat-jimat yang biasa disimbolkan dalam
bentuk benda-benda material atau rajah.
3. Ketiga, mereka yang melakukan pengaruh magisnya melalui kekuatan imajinasi
sehingga menimbulkan berbagai fantasi pada orang yang dipengaruhi. Kelompokini
disebut kelompok pesulap (sya'badzah).
Uraian diatas ini menggambarkan realitas manusia: baik dan jahat, mukmin dan kafir,
memegang yang haq dan mengambil yang bathil. Maka wajar bila mereka memperoleh
sebutan yang satu putih dan yang satu hitam5.

B. Epistemologi Ilmu-Ilmu Metafisik


Metafisik sendiri merupakan sesuatu yang tidak tampak dan tidak bisa dirasakan
menggunakan indra. Ilmu-ilmu metafisik ini bisa juga disebut sebagai pengetahuan mistik,
dimana untuk memperoleh ilmu ini yaitu dengan rasa yang datang dari hati. Melalui hati ini
juga dapat digunakan sebagai alat mengetahui.

1. Objek Ilmu Metafisik


Objek dari Ilmu metafisik ialah abstrak-supra-rasional, seperti alam gaib termasuk
Tuhan, Malaikat, Surga, dan lain-lain. Adapun objek lainnya yang tidak dapat dipahami oleh
rasio yaitu objek-objek supra-natural (supra-rasional) contohnya seperti kekebalan, debus,
pelet, penggunaan jin dan santet.

2. Cara memperoleh ilmu metafisik


Cara memperoleh ilmu metafisik adalah dengan latihan riyadhah. Kata riyadhah sendiri
diambil dari kata ar-Riyadhu dan ar-Raudhu yang memiliki makna sama yaitu at-Tamrin dan
memiliki arti latihan atau melatih diri, Riyadhah menurut bahasa juga diartikan sebagai olah
raga. Adapun secara istilahnya yaitu latihan penyempurnaan diri secara terus menerus melalui
zikir dan pendekatan diri kepasa Allah SWT.6 latihan ini dapat memberikan pencerahan dan
memperoleh pengetahuian yang dalam tasawuf disebut ma’rifah. Sebelum masuk pada
latihan Riyadhah , harus juga menghilangkan sebanyak mungkin unsur nasut dan
memperbesar unsur lahut. Adapun cara untuk menghilangi unsur nasut yaitu dengan
membersihkan rohani dan nafsu-nafsu jasmaniyah. Kemudian untuk memperkaya unsur lahut
dapat dilakukan dengan melalui Thariqah.

5
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu “Mengurai Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi Pengetahuan”,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), Hlm. 214-217.
6
Lukman Khakim, “Tradisi Riyadhah Pesantren”, Jurnal Al-Isnad : Journal of Islamic Civilization History
and Humanities”, Vol. 01 No. 01 (2020), Hlm. 46.
3. Ukuran Kebenaran Ilmu Metafisik
Ukuran kebenaran sains diukur dengan rasio dan bukti empiris sedangkan ukuran
kebenaran dalam ilmu filsafat adalah logis, apabila suatu teori itu logis berarti masuk akal.
Logis dalam ilmu filsafat berarti rasional dan supra-rasional. Kebenaran ilmu mistik diukur
dengan berbagai ukuran. Bila pengetahuan itu berasal dari tuhan, maka ukurannya adalah teks
tuhan yang menyebutkan demikian. Tatkala tuhan dalam Al-qur’an mengatakan bahwa surga
neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar. Kemudian
ada ukuran kepercayaan, jadi sesuatu dianggap benar apablia kita memperayainya, seperti
kita mempercayai bahwa jin dapat disuruh melakukan suatu pekerjaan maka dalam hal ini
kepercayaanlah ukuran kebenarannya, yang terakhir adalah ukuran kebenaran yang diukur
dengan bukti empiris, kebenaran ini dapat diukur dengan kenyataan empiris, contohnya
seseorang memperlihatkan dihadapan banyak orang bahwa ia tidak mempan ditusuk jarum.7

4. Kontruksi Ilmu Metafisik Prespektif Al-Qur’an


Ilmu metafisik juga disebutkan pada surah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW.,
Dijelaskan bahwa ada dua cara mendapatkan pengetahuan, pertama melalui pena (tulisan)
yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua melalui pengajaran secara langsung tanpa
alat. Cara yang kedua ini dikenal dengan istilah ilmu laduni yang dalam ilmu filsafat disebut
metafisik.

‫فَ َو َجدَا َع ْبدًا ِّم ْن ِعبَا ِدنَٓا َءاتَ ْي ٰنَهُ َرحْ َمةً ِّم ْن ِعن ِدنَا َو َعلَّ ْم ٰنَهُ ِمن لَّ ُدنَّا ِع ْل ًما‬
Artinya: “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami,
yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan
kepadanya ilmu dari sisi Kami.”8

C. Aksiologi Ilmu-Ilmu Metafisik


Kajian aksiologi ilmu menurut al-Qur’an akan menjelaskan tentang apa nilai guna
dan kemanfaatan ilmu menurut al-Qur’an, untuk tujuan apa ilmu dipelajari dan
dikembangkan, bagaimana tanggung jawab sosial seorang ilmuwan muslim, apakah ilmu itu
bebas nilai atau sarat nilai menurut al-Qur’an? Ilmu bukan sesuatu yang berada di ruang
hampa yang tidak memiliki nilai guna dan manfaat tetapi sesuatu yang beneficial, memiliki
7
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu “Mengurai Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi Pengetahuan”,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), Hlm. 221
8
Muh. Ilham, “Al-Qur’an Sumber Epistemologi”, Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 14 No. 1 (2018), Hlm. 127.
nilai guna dan manfaat, serta bukan sebaliknya yang dapat merusak, baik merusak kehidupan
manusia maupun merusak kehidupan alam dan lingkungan. Ilmu harus digunakan semata-
mata untuk kebaikan dan menciptakan kemaslahatan, baik kemaslahatan bagi manusia,
kemaslahatan duniawi dan ukhrawi, maupun kemaslahatan bagi mahluk- mahluk hidup lain
serta lingkungan alam secara keseluruhan.9
Di dalam aksiologi akan dibahas tentang kegunaan pengetahuan mistik dan cara
pengetahuan mistik menyelesaikan masalah. Sangat lah tidak logis apabila pengetahuan
mistik begitu banyak dan berkembang dengan pesat tanpa ada kegunaan nya, kegunaan mistis
tersebut amat sangat luas makna nya yaitu menyangkut mistik biasa, mistik putih, dan mistik
hitam. Pengetahuan mistik bersifat subjektif yang mana hanya pelaku atau pemilik tersebut
yang lebih tau tentang kegunaan nya. Secara garis besar kita sudah mengetahui bahwa mistik
yang biasa di gunakan untuk memperkuat keimanan seseorang yang di lakukan oleh
pengamal Tashawuf, Mistik magis putih digunakan untuk kebaikan yang di lakukan oleh ahli
hikmah, dan mistik magis hitam yang di gunakan untuk kejahatan yang di lakukan oleh para
dukun.
Kegunaan pengetahuan mistik biasa di kalangan para sufi yaitu bisa menentramkan jiwa
mereka, bahkan mereka bisa menemukan kenikmatan yang luar biasa apabila mereka bisa
berjumpa dengan kekasih nya atau sang pencipta. Pengetahuan mereka mereka sering dapat
digunakan untuk menyelesaikan persoalan persoalan yang tidak dapat di selesaikan melalui
sain dan filsafat. Adapun mistis magis putih menggunakan pengetahuan untuk kebaikan
seperti untuk pengobatan, mendamaikan suami istri, dukun patah tulang yaitu dapat
menyembuhkan penyakit patah tulang dengan mistis sedangkan dokter belum tentu bisa
melakukan nya.
Masih banyak contoh mistik yang lain seperti kekebalan, pelet, debus dan lain nya yang
berguna sesuai dengan kondisi dan situasi tertentu yang belum di ketahui benar atau tidak
yang di lakukan nya. Kebal misalnya dapat digunakan untuk pertahanan diri, debus dapat
digunakan sebagai pertahanan dan juga bisa untuk hiburan, itu semua akan bisa
meningkatkanharha diri bagi pengguna nya. Sedangkan mistis magis hitam di katakan hitam
karena sudah jelas di gunakan untuk kejahatan. Ilmu mistik mistik makin lama akan di geser
oleh perkembangan produk modern seperti contoh kekebalan yang akan tergeserkan oleh
produk modern yang mana tidak ada seseorang pun yang kebal terhadap rudal. Kebutuhan

9
Ending Solehudin, “Filsafat Ilmu Menurut Al-Qur’an”, Jurnal Islamica, Vol. 6 No. 2 (2012), Hlm.
272-273.
mistik akan terseleksi sesuai kebutuhan dan zaman. Mistik yang membawa ketenangan akan
bakal bertaham dan tentu nya akan di cari banyak orang.
Cara menilai apakah mistik magis itu hitam atau putih bisa kita lihat dari ontologi,
epistemologi dan aksiologi di dalam nya, apabila di dalam ontologi banyak hal hal yang
berkaitan dengan nilai kebaikan maka sudah di pastikan akan di katakan mistik magis hitam,
dengan cara sama apabila epistemologi ada hal hal yang belawanan dengan nilai kebaikan
sudah jelas di katakan mistik magis hitam, dan yang terakhir apabila aksiologi atau kegunaan
nya untuk kejahatan pasti akan di katakan mistis magis hitam.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Adapun pengertian mistik bila dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan (ajaran atau
keyakinan) tentang Tuhan yang diperoleh melalui meditasi atau latihan spiritual, bebas dari
ketergantungan pada indera dan rasio. Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak
dapat dipahami oleh rasio. maksudnya, hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat
dipahami oleh rasio. Akan tetapi pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris,
tetapi kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris. Pengetahuan mistik (sebenarnaya
pengetahuan yang bersifat mistik) artinya pengetahanan yang supra-rasional (diluar
kemamuan rasio manusia) tetapi kadang-kadang memiliki bukti empiris.
Epistemologi Ilmu Mestafisik sendiri merupakan sesuatu yang tidak tampak dan tidak
bisa dirasakan menggunakan indra. Ilmu-ilmu metafisik ini bisa juga disebut sebagai
pengetahuan mistik, dimana untuk memperoleh ilmu ini yaitu dengan rasa yang datang dari
hati. Melalui hati ini juga dapat digunakan sebagai alat mengetahui.
Kajian aksiologi ilmu menurut al-Qur’an akan menjelaskan tentang apa nilai guna dan
kemanfaatan ilmu menurut al-Qur’an, untuk tujuan apa ilmu dipelajari dan dikembangkan,
bagaimana tanggung jawab sosial seorang ilmuwan muslim, apakah ilmu itu bebas nilai atau
sarat nilai menurut al-Qur’an? Ilmu bukan sesuatu yang berada di ruang hampa yang tidak
memiliki nilai guna dan manfaat tetapi sesuatu yang beneficial, memiliki nilai guna dan
manfaat, serta bukan sebaliknya yang dapat merusak, baik merusak kehidupan manusia
maupun merusak kehidupan alam dan lingkungan. Ilmu harus digunakan semata-mata untuk
kebaikan dan menciptakan kemaslahatan, baik kemaslahatan bagi manusia, kemaslahatan
duniawi dan ukhrawi, maupun kemaslahatan bagi mahluk- mahluk hidup lain serta
lingkungan alam secara keseluruhan.
DAFTARA PUSTAKA

Bagus Lorens, 1991. Metafisika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama


Ilham Muh., 2018. “Al-Qur’an Sumber Epistemologi”, Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 14 No. 1
Iverach James, 1995. “Epistemologi,” Encyclopaedia of Religion and Ethics, ed. James
Hastings, Vol. 5 New York: Charles Scribner’s Son’s
Khakim Lukman, 2020. “Tradisi Riyadhah Pesantren, Jurnal Al-Isnad : Journal of Islamic
Civilization History and Humanities”, Vol. 01 No. 01
Siswanto Joko, 1998. Sistem-Sistem Metafisika Barat dari Aristoteles Sampai Derrida,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Solehudin Ending, 2012. “Filsafat Ilmu Menurut Al-Qur’an”, Jurnal Islamica, Vol. 6 No. 2
Tafsir Ahmad Tafsir, 2017. Filsafat Ilmu “Mengurai Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi
Pengetahuan”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai