Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HADIS MAUDHU’I
“ Kewajiban Menuntut Ilmu”

Oleh,
HARISAL
NIM : 86108202002

Dosen Pembimbing
PROF. DR. H. M AMIR HM., M.Ag.

PRODI PAI PASCASARJANA


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) BONE
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-NYA sehingga

makalah ini dapat tersusun hingga selesai untuk memenuhi mata kuliah Hadis

Maudhu’i . Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan baru bagi para pembaca mengenai penjelasan yang telah kami

paparkan.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam

penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Watampone, 25 Mei 2021


Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ……………………………………………………………i

Daftar Isi …………………………………………………………………. ii

I. Pendahuluan ……………………………….……………………………...1

A. Latar Belakang………………………..………………………………1

B. Rumusan Masalah ………………….………………………………...2

C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………..2

II. Pembahasan

A. Hadis tentang Menuntut Ilmu ………………………………………3

B. Kritik Sanad dan Matan Hadis Kewajiban Menuntut Ilmu ………….5

C. Analisis Hadis Kewajiban Menuntut Ilmu ………………………….12

D. Pentingnya Menuntut Ilmu pengetahuan ……………………………13

III. Penutup

A. kesimpulan …………………………………………………………...20

B. Saran …………………………………………………………………20

Daftar Pustaka ………………………………………………………….21

iii
BAB I

Pendahuluan

A. Latara belakang

Perdebatan tentang kualitas hadis di antara para ulama sangatlah sengit,

mulai penentuan yang shahih, hasan, dha‘if hingga yang batal (maudhu’). Ada

ulama yang sangat ketat memberikan standar kualitas hadis ada juga yang agak

longgar, masing-masing memiliki rumusan. Dalam hal ini muncul istilah ziyadat

al-thiqqah yang berhubungan dengan diterima atau tidaknya periwayat hadis. Ilmu

tentang ini sudah berdiri sendiri di dalam ilmu-ilmu hadis.1

Menelisik kualitas hadis, bukan hanya penting di era sekarang yang jarak

waktunya jauh dari Nabi, bahkan jauh sebelumnya di era Rasul Muhammad SAW

hal itu sudah dilakukan. Setelah Nabi wafat, ilmu tentang kritik hadis terus

berkembang bahkan dapat dikatakan ilmu ini sudah mapan, termasuk ilmu untuk

memahami hadis yang kontradiktif sekalipun status sanad dan matannya kuat.

Tidak hanya kritik sanad, kritik matan pun menjadi perhatian penting bagi para

pengkaji hadis. Ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu untuk mendeteksi kualitas

hadis.

Hal ini berbeda dengan kalangan masyarakat umum. Ada yang namanya

hadis populer (mashhur) yang terus dibicarakan masyarakat, namun baginya tidak

penting mengetahui status sanad dan matannya. Bagi masyarakat yang lebih penting

adalah memerhatikan substansi (matan). Di masyarakat banyak mengenal hadis

1
Muhammad Anshori, ―Analisis Historis Kemunculan Dan Pelembagaan Ziyādat Al-
Thiqqah Dalam Studi Hadis, Mutawatir 7, no. 2 (December 1, 2017): 331–51,
https://doi.org/10.15642/mutawatir.2017.7.2.331-351.

1
tentang menuntut ilmu sebagai kewajiban bagi penganut ajaran Islam. Bahkan

anak-anak tingkat madrasah ibtidaiyyah (MI)/ SD berupaya menghapalkannya.

Hadis-hadis seperti ini menjadi bahan hapalan untuk mengenal hadis tingkat

pemula dan untuk memberikan penekanan betapa pentingnya ilmu dan pendidikan.

Selain itu, memotivasi untuk mendorong para anak didik, agar semangat berilmu

tinggi dalam mengejar ketertinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta untuk

mendapatkan pahala. Ajaran-ajaran ini yang penulis maksud bukan hanya sekedar

mencari ilmu akan tetapi sebagai ajaran untuk terus belajar, berpendidikan,

bersekolah agar menguasai ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana kewajiban menuntut ilmu ( menurut hadis)?

2. Bagaimana kritik sanad , matan dan perawi hadis menuntut ilmu ?

3. Bagaimana analisis hadis menuntut ilmu ?

4. Apa pentingnya menuntut ilmu Pengetahuan?

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu sebagai berikut .

1. Untuk mengetahui hadis kewajiban menuntut ilmu

2. Untuk mengetahui kritik sanad dan matan hadis kewajiban menuntut ilmu

3. Untuk mengetahui analisis hadis menuntut ilmu

4. Untuk mengetahui pentingnya menuntut ilmu Pengetahuan

2
BAB II
Pembahasan

A. Kewajiban Menuntut Ilmu.

Pembahasan tentang hadis menuntut ilmu, di kalangan masyarakat, di

sekolah, atau di majlis taklim sudah banyak ditemui pembicaraan hadis tentang

pentingnya menuntut ilmu. Hadis tersebut sangat terkenal dan menjadi motivasi

bagi masyarakat muslim untuk mencari ilmu dengan menempuh hingga pendidikan

tinggi atau paling tidak jangan sampai berhenti belajar. Karena terus diulang-ulang

selanjutnya menjadi populer di masyarakat dan yang diketahui hanyalah matan.

Hadis menuntut ilmu yang populer di masyarakat sangat banyak, diantaranya

sebagai berikut ,

‫يضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِم‬ ِ َ‫طَل‬


َ ‫ب الْع ْل ِم فَ ِر‬
ُ
“Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”

‫اُطْلُبُوا العِْل َم ِم َن امل ْه ِد إِىل اللَّ ْح ِد‬


َ
"Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat"

ِّ ‫اُطْلُبُوا الْعِْل َم َولَْو بِا‬


ِ ْ ‫الص‬
‫ي‬
“Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina”.

3
ُ‫َخْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّمَ اْل ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمه‬

“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al Qur'an dan
mengajarkannya”

‫اس َّه َل للُ بِِه طَ ِريْقاإِ َىل ا َلنَّ ِة‬ ِ ِ ِ ‫ك طَ ِري قاي ْلتَ ِم‬
َ ‫س فْيه ع ْلم‬
ُ َ ْ َ َ‫َم ْن َسل‬
"Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka akan Allah

mudahkan baginya jalan menuju surga.”

Sebenarnya masih banyak lagi yang lain, di atas hanya sekedar contoh saja

matan hadis yang banyak dibicarakan masyarakat. Namun dalam pembahasan

makalah ini tidak semua hadis di atas dibahas. karena keterbatasan waktu dan

sumber untuk melacak hadist tersebut. Sehingga pembahasan ini dibatasi pada satu

hadis yaitu hadis pertama saja yang sangat populer.

Dalam rangka menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan

manusia, Mustahdi dan Sumiyati mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu

Majah sebagai berikut:

ٌ‫يضة‬ ِ َ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم طَل‬


َ ‫ب الْع ْل ِم فَ ِر‬
ُ َ ََ َْ ُ َ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫س بْ ِن َمالِك ق‬
َ َ‫ال ق‬ ِ َ‫َع ْن أَن‬

)‫َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِم (رواه ابن ماجه‬


“Dari Anas Ibnu Malik r.a. ia berkata, Rasulullah saw. Bersabda: “Menuntut ilmu

itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”. (H.R. Ibn Majah) 2

2
Mustahdi dan Sumiyati, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013), h. 6.

4
Dalam penelusuran diprogram Mausu’ah al-Hadis al-Syarif al-Kutub al-

Tis’ah yang di dalamnya mencakup Kutub al-Tis’ah (Shahih al-Bukhari, Shahih

Muslim, Sunan al-Tirmizi, Sunan al-Nasa’i, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibn Majah,

Musnad Ahmad Ibn Hanbal, Muwatta’ Malik, dan Sunan al-Darimi). Penelusuran

dalam program Mausu’ah al-Hadis tersebut menghasilkan temuan bahwa hadis di

atas hanya terdapat dalam kitab Sunan Ibnu Majah sebanyak satu hadis.

B. Kritik Sanad dan Matan

Adapun rangkaian sanad hadis tentang kewajiban menuntut ilmu sebagai

berikut,

‫ص بْ ُن ُسلَْي َما َن َحدَّثَنَا َكثِريُ بْ ُن ِشْن ِظري َع ْن‬ ‫ف‬


ْ ‫ح‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫َّث‬
َ ‫د‬ ‫ح‬ ‫ار‬ ‫م‬َّ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ام‬‫ش‬ ِ ‫حدَّثَنا‬
‫ه‬
ُ َ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫س بْ ِن َمالِك ق‬ِ َ‫ين َع ْن أَن‬ ِِ ِ
َ ‫ُُمَ َّمد بْ ِن سري‬
ْ ‫اض ُع الْعِْل ِم ِعْن َد َغ ِْري أ َْهلِ ِه َك ُم َقلِّ ِد‬
‫اْلَنَا ِزي ِر‬ ِ ‫يضةٌ علَى ُك ِّل مسلِم وو‬
ََ ْ ُ َ َ ‫ر‬ِ ‫ف‬
َ ِ
‫م‬ ‫ل‬
ْ ِ‫طَلَب الْع‬
ُ
َّ
َ ‫الَ ْوَهَر َواللُّ ْؤلَُؤ َوالذ َه‬
‫ب‬ ْ

“Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan
kepada kami Hafs bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami Kathir
bin Shinzir dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah
sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi
setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada ahlinya, seperti
seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi."3

3
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah , Ensiklopedia Hadits 8
Sunan Ibnu Majah, (Jakarta : Almahira, 2016), Cet. II, h. 41.

5
1. Urutan sanad,

ِ‫رسو َل الل‬
ُْ َ

ِ ‫أَن‬
‫َس ْب ِن َمالِك‬

َ‫ُم َح َّم ِد ْب ِن ِسي ِْريْن‬

‫َكثِ ْي ُر بْنُ شنظير‬


‫ِش ْن ِظيْر‬
ْ
َ‫ظلَي ْي َْرمان‬
‫َح ْفصُ بْنُِشن ُِس‬

‫ِه َشام ب ُْن َع َّمار‬

‫ابْنُ َما َجه‬

2. Biografi perawi

a. Ibnu Majah

Nama lengkapnya Muhammad ibn Yazid ibn Majah Al-Qazwiniy. Beliau

lahir tahun 209 H dan wafat pada bulan Ramadan tahun 273 H.

Ibnu Majah memiliki lebih dari 10 guru, diantaranya: ‘Ali ibn Muhammad

al-Tanafusiy, Jabbarah ibn al-Mughallas, Mus‘ab ibn ‘Abdullah al-Zubayr, Suwayd

ibn Sa‘id, Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numayr, Abu Bakr ibn Abi Shaybah, dan

Hisham ibn ‘Ammar. Sementara orang yang meriwayatkan hadis darinya tidak

kurang dari 9 orang, di antaranya adalah Muhammad ibn ‘Isa al-Abhariy, Abu ayyib

Ahmad al-Baghdadiy, Sulayman ibn Yazid al-Fami, dan Ishaq ibn Muhammad.

6
b. Hisyam Ibn Ammar

Nama lengkap Hisyam adalah Hisyam ibn Ammar ibn Nushair ibn Aban al

Sulami. Adapula yang mengatakan bahwa nama gelar Hisyam adalah al Dhafari,

Abu al Walid al Dimasyqi.

Terdapat pendapat Abd Bakr al Baqhindi bahwa hisyam lahir tahun 153H,

sementara wafatnya ada beragam pendapat. Ada yang mengatakan ia wafat tahun

244 dan 246, masing-masing seorang. Sedangkan yang berpendapat tahun 245

dikatakan oleh enam orang.Berpijak pada kelompok mayoritas dan pendapat tahun

153 sebagai tahun kelahirannya, Berarti umur Hisyam mencapai 92 tahun.

Pemilihan pada pendapat ini juga diperkuat datanya bahwa wafatnya Hisyam tepat

tiga tahun setelah wafatnya ‘Abdullah ibn Dzakwan tahun 242 H.

Sebagai ulama besar yang tergolong pada tabaqah ketujuh dari jajaran

ulama Syam, Hisyam ibn Ammar memiliki sejumlah guru dan murid yang masing-

masing tidak kurang dari 80 orang. Di antara guru yang meriwayatkan hadis

kepadanya terdapat nama Ismail ibn ‘Ayyas, Sulaiman ibn Muthair dan Hafs ibn

Sulaiman al Qari. Sedang di antara murid yang meriwayatkan hadis darinya

tersebutlah nama ibn majah, al-bukhari,dan al-Nasa’i.4

c. Hafs ibn Sulaiman

Nama lengkapnya adalah Hafs ibn Sulaiman al Asadi, Abu ‘Umar al Bazzar

al Kufi al Qari. Adapula yang berpendapat gelarnya adalah al Ghadhiri dan lebih

4
Mahmud az-Za’bi, Tinjauan Dialog Sunnah-Syi’ahnya al-Musawi, (Bandung : Pustaka
jalan Ganesha 7, 1410H-1989H), Cet.I, h. 218

7
dikenal dengan nama tashghir nya, Hufaish. Silsilah keturunanya adalah Hafs ibn

Abu Daud, saudara ‘Ashim ibn Abi al Najird. Namun adapula yang mengatakan

bahwa nasabnya adalah Hafs ibn Sulaiman ibn al-Mughirah.

Terdapat dua pendapat tentang tahun wafatnya, yakni 180 H. dan tahun 190

H. sebagai tahun wafat Hafs. Penulis cenderung kepada pendapat pertama karena

lebih tegas dan jelas, di samping diperkuat dengan pernyataan bahwa umur Hafs

ibn Sulaiman 90 H.

Tercatat 27 orang guru yang meriwayatkan hadis kepadanya. Di antaranya

adalah Kathir ibn Syinzhir dan Laits ibn Abu Sulaim. Sedangkan di antara muridnya

yang berjumlah 35 orang tercatat nama Hisyam ibn Ammar dan Hafs ibn Ghiyats.5

d. Kathir ibn Syinzhir

Nama lengkapnya adalah Kathir ibn Syinzhir al Ma-zini, bergelar al Azdi,

Abu Qurrah al Bashri. Dan kathir pernah berguru kepada sekitar tujuh orang. Di

antaranya adalah Muhammad ibn Sirin dan Mujahid. Sedangkan di antara

muridnya yang berjumlah 15 orang adalah Hammad ibn Zaid dan Hafs ibn

Sulaiman.6

e. Muhammad ibn Sirin

Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn al Anshari, Abu Bark ibn Abu

‘Amrah al Bashri. Wafat pada 110 H, tepat di Bulan Syawal, 100 hari kewafatan al

Hasan di awal bulan Rajab. Karena itu, dapat diperkirakan tahun kelahirannya

5
Umi Sumbulah, Kritik Hadis : Pendekatan Historis Metodologis, (Malang : UIN
Malang Press, 2008), Cet .I, h.183-184.
6
Ibid, h. 184-185.

8
setelah Hibban menginformasikan bahwa umur ibn Sirin 77 tahun. Dengan

demikian, tahun 33H dapat diterapkan sebagai tahun kelahirannya.

Sebagai seorang tabi’in besar yang tergolong pada tabaqah pertama, ibnu

Sirin memiliki 55 orang guru yang meriwayatkan hadis kepadanya. Di antaranya

tercatat nama Anas ibn Malik, Jundub ibn ‘Abd Allah al Bajali,dan Hudzaifah ibn

al-Yaman. Adapun di antara muridnya yang berjumlah 51 orang, ada Asma’ ibn

‘Ubaid al Dzubai, Asy’at ibn Sawwar, dan Kathir ibn Syinzhir.

f. Anas ibn Malik

Nama lengkapnya adalah Anas ibn Malik ibn al-Nadar ibn Damdam ibn

Zayd ibn Haram. Dia bertempat tinggal di Basrah dan wafat tahun 91 H.ada 31

nama guru Anas ibn Malik, di antaranya adalah Abi ibnu Ka‘ab, Asid ibn Hadir,

Ummu Haram binti Malhan, dan Jabir ibn Abdullah.Sementara muridnya ada 286

orang, di antaranya adalahAban ibn Abi ‘Aish, Ibrahim ibn ‘Abd al-Rahman, Abu

Talhah, dan Muhammad ibn Sirin. Karena Anas ibn Malik adalah salah seorang

sahabat Nabi, maka secara otomatis oleh kritikus dimasukkan sebagai adil

dan Thiqah. Jika diperbandingkan dengan jajaran para sahabat yang terbanyak

meriwayatkan hadis, Anas ibn Malik menempati peringkat ketiga setelah Abu

Hurairah di peringkat pertama dan ibn Umar di peringkat kedua.7

7
Umi Sumbulah, Kritik Hadis : Pendekatan Historis Metodologis, (Malang : UIN Malang
Press, 2008), Cet .I, h.186.

9
3. Kritik sanad hadis

a. Ibnu Majah

Komentar ulama tentang Ibnu Majah

1) Al Hafizh Al Khalili menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang

yang tsiqah kabir, muttafaq ‘alaih, dapat di jadikan sebagai hujjah,

memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah hadits, dan

hafalan.”

2) Al Hafizh Adz Dzahabi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang

hafizh yang agung, hujjah dan ahli tafsir.”

3) Al Mizzi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh, pemilik

kitab as sunan dan beberapa hasil karya yang bermanfa’at.”

4) Ibnu Katsîr menuturkan: “Ibnu Majah adalah pemilik kitab as

Sunnan yang Masyhur. Ini menunjukkan ‘amalnya, ‘ilmunya,

keluasan pengetahuannya dan kedalamannya dalam hadits serta

ittibâ’nya terhadap Sunnah dalam hal perkara-perakra dasar maupun

cabang.8

b. Hisyam ibn Ammar

Komentar ulama tentang Hisyam ibn Ammar :


1). Ibn Ma’in dan al-Ajali : thiqah

2). Abu Hatim dari Yahya ibn Ma’in : laysa bi thiqah

3). Al-Nasa’I : la ba’sa bih

4). Al-Daruquthni : shaduq, kabir al-muhmal

8
https://www.laduni.id/post/read/44848/biografi-imam-ibnu-majah,

10
5). Ibn Abi Hatim : shaduq

Dapat disimpulkan bahwa Hisyam tergolong perawi dengan predikat ta’dil

meski dengan peringkat yang beragam dan tidak mencapai drajat tertinggi.

c. Hafs ibn Sulaiman

Komentar ulama tentang Hafs ibn Sulaiman :

1) Ahmad ibn Hanbal : shalih

2) Abu Hatim dan Umar ibn Muhammad : matruk al-hadith

3) Abu Qudamah : laysa bi thiqah

4) Ali Ibn al-Madini : dha’if al-hadith

5) Al bukhari : matruk

6) Muslim dan al-Nasa’i : matruk, laisa bi al-thiqah wala yuktab

hadithuh

7) Shalih ibn Muhammad : la yuktab hadithuh kulluha manakir

8) Ibn Yusuf ibn Khirasi : Kadzdzab,matruk,yadha’ al hadith.

Dapat disimpulkan bahwa Hafs ibn Ammar tergolong perawi yang dha’if

,tertuduh dan bahkan pemalsuan hadis.Oleh karena itu, Hafs tidak layak

untuk dijadikan hujjah.

d. Kathir ibn Syinzhir


Komentar ulama tentang Kathir ibn Syinzhir :

1) Abd Allah dari Ahmad ibn Hanbal dan Ishaq ibn Mansur dari yahya ibn

Ma’in : Shalih

2) Abbas al Durari : laysa bi syai’in

3) Al Nasa’i : laysa bi al-qawi

11
4) Abu Sa’d : thiqah

5) Ibn Hazm : dha’if jiddan

Dapat disimpulkan bahwa Kathir tergolong perawi yang hadisnya tidak

dapat dijadikan hujjah, namun hadis yang diriwayatkannya masih biasa

ditulis sebagai bahan perbandingan.

e. Muhammad ibn Sirin


Komentar ulama terhadap Muhammad ibn Sirin :
1) Ibn Ma’in dan Abu Thalib : thiqah

2) Ibn Sa’ad : thiqah ma’mun,faqih ,kathir al-‘ilm ,rafi’, imam,wara’

3) Ibn Hibban : faqih,hafidz dan mutqin.

Dapat disimpulkan bahwa Muhammad ibn Sirin tergolong perawi yang

hadisnya dapat dijadikan hujjah.9

C. Analisis Hadis Kewajiban Menuntut Ilmu

Suatu hadis dapat dinilai shahih apabila telah memenuhi lima syarat yaitu

rawinya bersifat adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung tidak putus, hadis

itu tidak berillah dan tidak janggal. Untuk mengetahui kelima hal tersebut perlu

dilakukan penelitian para rijal dan penilaian para ulama hadis terhadap rijal hadis

tersebut. Kajian mengenai biografi rijal hadis akan diketahui ketersambungan sanad

yang dapat dilakukan melalui dua hal, yakni dengan mengetahui akan adanya

pertemuan antara kedua perawi atau sering juga disebut dengan istilah mu’asharah

9
Umi Sumbulah, Kritik Hadis : Pendekatan Historis Metodologis, (Malang : UIN Malang
Press, 2008), Cet .I, h.188-190.

12
dan kedua adalah dengan mengetahui guru dan murid perawi. Dua cara inilah yang

nantinya akan digunakan dalam analisa ketersambungan sanad.

Berdasarkan penilaian oleh para kritikus hadis terhadap masing-masing

perawi hadis, maka dapat diketahui hadis Ibn Majah yang bersanad Hisyam ibn

‘Ammar, Hafsh ibn Sulaiman, Katsir ibn Syinsir, Muhammad ibn Sirin dan

Anas ibn Malik r.a tersebut di atas sanadnya adalah dha’if. Kedha’ifannya

terletak pada “Hafsh ibn Sulaiman” karena para Muhaditisin menjarh

(mencatatnya) sebagai perawi yang tidak tsiqah dan ada salah seorang

menyebutnya banyak bohong. Bahkan menurut Bukhari ulama

meninggalkannya. Kesimpulannya kedudukan hadis ini berdasarkan sanad dari

Ibnu Majah adalah dha’if. Akan tetapi karena banyak jalur sanad hadits tersebut

baik yang bersumber dari Anas bin Malik, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin

Mas’ud maupun Abu Sa’id al-Hudri sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,

maka hadits tersebut dapat dinaikkan peringkatnya menjadi hadits hasan li

ghairihi.10

D. Pentingnya menuntut ilmu Pengetahuan

Hadis tentang kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim, Kata kunci

adalah al-‘ilm. Dalam bahasa Indonesia kata ini disebut dengan istilah yang sama

yaitu ilmu artinya pengetahuan yang selanjutnya digabung menjadi ilmu

pengetahuan. Dalam bahasa Inggris istilah ini sering disebut dengan science atau

10
Tadrib Vol.1, No.2,. Desember 2015 h.8

13
knowledge. Dalam Term al-‘ilm juga disebut dalam al-Qur‘an misalnya QS. al-

Mujadalah: 11

‫ين أُوتُوا الْعِْل َم َد َر َجات‬ ِ َّ ِ ِ َّ


َ ‫يَ ْرفَ ِع اللَّهُ الذ‬
َ ‫ين َآمنُوا مْن ُك ْم َوالذ‬

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Qs. Al-Mujadalah

; 11)

‫ب ِز ْد ِن ِع ْل م ا‬
ِّ ‫َوقُ ْل َر‬

"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan". ( QS. Thoha ; 114 )

Ayat diatas menunjukkan betapa pentingnya ilmu itu. Pada kesempatan ini

penulis tidak membahasnya dari perspektif itu, akan tetapi melihatnya dari

pembicaraan ulama hadis maupun pendapat para ulama dahulu.

Imam Bukhari menganggap bahwa ilmu bagi manusia sangat penting

sebelum lainnya. Sebelum berbicara dan bertindak, ilmu itu mesti didahulukan, atau

kalau dibalik orang berbicara dan bertindak mesti didasari dengan ilmu. Kalau bisa

digambarkan secara herarkis yang mesti dilakukan manusia, yaitu berilmu dulu

setelah itu baru berbicara dan bertidak. Imam Bukhari menjelaskan ini pada bab al-

‘ilm qabla al-qaul wa al-‘amal.11 Para ulama adalah orang yang mewarisi

tinggalan-tinggalan para nabi yaitu berupa ilmu. Para nabi sama sekali tidak

11
al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Ju‗fi al-
Bukhari, Shahih al-Bukhari Wa Huwa al-Jami‘ al-Musnad al-Shahih, 1st ed., vol. 1 (Kairo: Dar al-Tasil,
2012), h. 243–44.

14
mewariskan harta benda kecuali ilmu pengetahuan. Orang yang berupaya

meraihnya dia akan mendapatkan keberuntungan yang sempurna, dan orang yang

berjalan menyusuri ilmu Allah akan memudahkannya jalan ke surga. Menurut Ibn

Munir bahwasanya ilmu itu menjadi syarat sahnya sebuah pembicaraan dan

tindakan. Ilmu mesti diutamakan sebelum keduanya, sebab ilmu yang dapat

membenarkan sebuah niat dan tindakan seseorang.12

Menurut pandangan ulama salaf, al-Zarnuji dalam kitabnya Ta‘lim al-

Muta‘allim,13 menegaskan bahwa orang muslim baik laki-laki maupun perempuan

memiliki kewajiban secara individu untuk mendapatkan dan memiliki ilmu. Tidak

ada alasan yang mendasar kalau umat Islam itu dalam kondisi bodoh dan

terbelakang, sebab secara normatif agama sudah mengajarkan agar umatnya

menguasai ilmu. Dengan ilmu manusia bisa memberikan tanda mana yang baik atau

buruk, dengan ilmu manusia bisa memberi kemanfaatan tiap hari kepada manusia

dan lingkungan sekitar bahkan tiap hari selalu bertambah kemanfaatan dibanding

hari sebelumnya. Bahkan al-Zarnuji menyebutkan satu perbandingan yakni, satu

orang yang berilmu sekaligus memiliki sifat wira‘i (menjaga diri dari perbuatan

haram maupun subhat) itu lebih berbobot dan bermutu serta bagi syaitan lebih berat

menggodanya dibanding seribu ahli ibadah yang tanpa dasar ilmu.

Penjelasan tersebut menegaskan bahwa ilmu bagi umat Islam itu sangat

penting. Kualitas umat manusia bisa dilihat dari sejauh mana kualitas ilmu yang

dikuasai. Hingga kini perkembangan ilmu pengetahuan di dunia sudah sedemikian

12
al-Hafidh Shihab al-Din Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari Bisharhi al-
Bukhari, 1: h. 338–39.
13
al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim Tariq al-Ta’allum.

15
pesat dan luas. Apakah semua ilmu harus dipelajari ? al-Zarnuji lebih merinci

mengenai klasifikasi ilmu sama halnya al-Ghazaly, walaupun perinciannya

berbeda. Menurutnya tidak semua ilmu itu wajib dikaji dan diraih oleh umat

manusia. Di sinilah akhirnya ada konsep wajib secara individu (wajib ‘ain) dan

wajib secara perwakilan (wajib kifayah). Wajib yang kedua ini maksudnya, apabila

di antara kelompok masyarakat, sudah ada yang ahli di bidang ilmu tertentu maka

orang lainnya tidak terkena kewajiban mengkajinya melainkan sunnah.

Ilmu yang dihukumi wajib secara individu itu disebut dengan ilmu hal.

Maksudnya adalah ilmu yang berhubungan dengan perilaku hidup manusia. Ilmu

ini dipetakan menjadi tiga.

a. Pertama ilmu yang berhubungan dengan ibadah lima rukun Islam; solat,

zakat, puasa, haji.

b. Kedua ilmu tentang interaksi manusia, seperti ilmu dagang atau ilmu

ekonomi.

c. Ketiga ilmu tentang menata hati, seperti tidak sombong, tidak dendam,

penyabar, penyayang, jujur dan lain seterusnya. Ilmu yang ketiga bisa

disebut dengan ilmu akhlak atau budi pekerti.

Dari jenis ilmu diatas, semua umat Islam tidak boleh tidak untuk

menempuhnya. Dengan demikian umat Islam akan memiliki standar moral secara

individu dan sosial yang baik dan berintegritas. Selanjutnya ilmu yang dihukumi

wajib kifayah yaitu ilmu yang apabila salah satu di antara kelompok manusia sudah

ada yang ahli maka yang lainnya tidak wajib. Misalnya ilmu fisika, ilmu

kedokteran, ilmu astronomi, ilmu pemerintahan, ilmu akuntansi, ilmu pendidikan

16
dan ilmu-ilmu yang serupa. Kategori yang kedua ini sebagai pilihan ilmu yang tidak

harus semua dikuasai oleh umat Islam.

Manusia pada dasarnya diciptakan oleh Allah tanpa membawa ilmu apa pun

melainkan dalam keadaan fitrah. Pernyataan tersebut memliliki pengertian bahwa

manusia dalam awal penciptaannya tidak memiliki sedikit pun tentang

pengetahuan. Hal ini ditunjukkan dalam surat an Nahl ayat 78

,‫ون أ َُّم َهاتِ ُك ْم ال تَ ْعلَ ُمو َن َشْيئا‬


ِ ُ‫واللَّه أَخرج ُكم ِمن بط‬
ُ ْ ْ َ َْ ُ َ
“Bahwa Allah mengeluarkan manusia dari perut ibu mereka dalam keadaan

tidak mengetahui sesuatu apapun”(Qs. An Nahl : 78 )

Dan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan manusia perlu mengoptimalkan

secara maksimal potensi-potensi yang telah dibekalkan oleh Allah. Dalam hal ini

Pendapat Kyai Hasyim Asyari dalam kitabnya banyak mengulas secara panjang

lebar dengan menghadirkan ayat al-Qur‘an hingga hadis nabi, qaul sahabat dan

penjelasan ulama. Salah satu hadis perintah berilmu dan mengajarkannya yang

dikutip, yaitu; ‫تعلموا العلم وكونو من اهله‬ (belajarlah ilmu dan menjadi ahlinya);

kemudian hadis yang serupa ‫الناس‬ ‫( تعلموا العلم وعلموا‬belajarlah ilmu dan ajarkanlah

ke semua manusia); ‫تعلموا العلم واعملوا به‬ (belajarlah ilmu dan bertindaklah

berdasarkan dengannya). Itu satu landasan utama tentang tuntututan agar berilmu

lalu mengajarkannya atau membaginya kepada yang lain. Penjelasan lainnya

disinggung dalam bentuk kasidah yang menunjukkan bahwa ilmu itu dapat

17
mengantarkan satu kaum/masyarakat/kelompok kepada puncak kemuliaan. Orang

yang memiliki ilmu akan dijaga dari kerusakan. Ibarat rumah, ilmu itu sebagai

tiangnya, dan kebodohan itu yang merusak rumah kehormatan. Ibaratnya tiang

rumah dirobohkan, sehingga robohlah rumah yang sudah bagus itu. Oleh karenanya

orang sudah berilmu juga dihimbau agar tidak mengotorinya (mendistorsi) dengan

perkara-perkara yang dapat merusaknya.14

Sebaik-baik pemberian itu adalah akal dan seburuk-seburuknya musibah

adalah kebodohan. Ini pernyataan yang populer di kalangan ulama terdahulu yang

menganggap bahwa berilmu itu satu keharusan bagi manusia. Kebodohan

merupakan lawan dari yang berilmu. Kebaikan itu sandingannya dengan orang yang

berakal, dan sebaliknya kejelekan itu disandingkan dengan orang yang bodoh.

Bodoh itu sungguh hal yang paling buruk.

Ilmu itu dapat menghiasi diri bagi pemiliknya. Pemberian yang paling

utama di dunia setelah derajat kenabian yaitu adalah ilmu dan memahaminya. Lebih

lanjut Kyai Hasyim memberikan tanda bagi orang yang berilmu seperti yang dikutip

dari Ibn al-Mubarak bahwa dikatakan orang yang memiliki ilmu (‘alim) yaitu bagi

orang yang selalu haus akan ilmu, tidak mau untuk berhenti belajar. Namun ketika

orang itu sudah merasa berilmu maka di situlah menjadi bodoh. Artinya dalam hal

ini orang pandai itu tidak merasa pintar dan terus tak berhenti belajar dan merasa

belum punya apa-apa sehingga mengantarkan dirinya untuk terus belajar tanpa

henti.15

14
Muhammad Hasyim Asy‘ari, Adab al-Alim Wa al-Muta’allim (Jombang, n.d.),h. 18.
37Asy‘ari,
21.
15

18
Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwan seorang muslim

haruslah menuntut ilmu karena menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap

Muslim, dengan menuntut Ilmu kita dapat mempelajari sesuatu yang belum kita

ketahui dan kita dapat meningkatkan pengetahuan kita. Menuntut ilmu tidaklah

pandang usia, jenis kelamin, baik muda maupun tua, baik perempuan maupun laki

laki wajiblah menuntut ilmu. Dan orang yang menuntut ilmu akan dimudahkan

jalannya menuju ke surga.

19
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan

Memahami hadis secara komprehensif dari sisi sanad, matan dan sharah

membantu menemukan pemahaman yang baik. Cara ini dapat menjadi metode

pokok dalam mengkaji hadis dari berbagai tema. Hadis populer tentang ilmu yang

pada ini memberi kontribusi untuk menjawab masalah pendidikan Islam. Hadis

tentang pentingnya menuntut ilmu. Hadis tersebut sangat terkenal dan menjadi

motivasi bagi masyarakat muslim untuk mencari ilmu dengan menempuh hingga

pendidikan tinggi atau paling tidak jangan sampai berhenti belajar.

Menelisik kualitas hadis, bukan hanya penting di era sekarang yang jarak

waktunya jauh dari Nabi, bahkan jauh sebelumnya di era Rasul Muhammad hal itu

sudah dilakukan. Setelah Nabi wafat, ilmu tentang kritik hadis terus berkembang

bahkan dapat dikatakan ilmu ini sudah mapan, termasuk ilmu untuk memahami

hadis yang kontradiktif sekalipun status sanad dan matannya kuat. Tidak hanya

kritik sanad, kritik matan pun menjadi perhatian penting bagi para pengkaji hadis.

Ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu untuk mendeteksi kualitas hadis.

B. Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami

selaku penulis memohon kepada pembaca supaya berkenan memberikan kritik dan

saran yang bersifat membangun dengan tujuan untuk memperbaiki dan

menyempurnakan makalah ini.

20
Daftar pustaka

al-Hafidh Shihab al-Din Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, al-Imam. Fath al-
Bari Bisharhi al-Bukhari. 1st ed. Vol. 1. Beirut, Lebanon: Dar al-Risalah al-
Alamiyah, 2013.
Anshori, Muhammad. ―Analisis Historis Kemunculan Dan Pelembagaan Ziyādat
Al-Thiqqah Dalam Studi Hadis. Mutawatir7, no. 2
https://doi.org/10.15642/mutawatir.2017.7.2.331-351.
Az-Za’bi,Mahmud.1410H-1989H. Tinjauan Dialog Sunnah-Syi’ahnya al-Musawi.
Bandung : Pustaka jalan Ganesha 7. Cet.I
Asy‘ari, Muhammad Hasyim. Adab al- 'Alim Wa al-Muta'allim. Jombang, n.d.
Bukhari, al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Isma‗il bin Ibrahim bin al-
Mughirah al-Ju‗fi Shahih al-Bukhari Wa Huwa al-Jami‘ al-Musnad al-
Shahih. 1st ed. Vol. 1. Kairo: Dar al-Tasil, 2012.
Ibn Majah, Imam abi Abdillah Muhammad bin Yazid. al-Sunan Ibn Majah. Vol.
1. 4 vol. Kairo: Dar al-ta‘sil, 2014.
------------, Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini.2016. Ensiklopedia
Hadits 8 Sunan Ibnu Majah. Jakarta : Almahira. Cet. II

Kementrian Agama, Al Qur’an dan Terjemahan


Mustahdi dan Sumiyati, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013
Subulah, Umi.2008. Kritik Hadis : Pendekatan Historis Metodologis. Malang :
UIN Malang Press. Cet.I

Tadrib Vol.1, No.2,. Desember 2015

Zarnuji, Burhan al-Islam al. Ta’lim al-Muta’allim Tariq al-Ta’allum. Baladeya


Khourtom: al-Daar al-Sudaniyyah Li al-Kutub, 2004.

21

Anda mungkin juga menyukai