HADIS MAUDHU’I
“ Kewajiban Menuntut Ilmu”
Oleh,
HARISAL
NIM : 86108202002
Dosen Pembimbing
PROF. DR. H. M AMIR HM., M.Ag.
i
KATA PENGANTAR
makalah ini dapat tersusun hingga selesai untuk memenuhi mata kuliah Hadis
Maudhu’i . Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan baru bagi para pembaca mengenai penjelasan yang telah kami
paparkan.
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
ii
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan ……………………………….……………………………...1
A. Latar Belakang………………………..………………………………1
II. Pembahasan
III. Penutup
A. kesimpulan …………………………………………………………...20
B. Saran …………………………………………………………………20
iii
BAB I
Pendahuluan
A. Latara belakang
mulai penentuan yang shahih, hasan, dha‘if hingga yang batal (maudhu’). Ada
ulama yang sangat ketat memberikan standar kualitas hadis ada juga yang agak
longgar, masing-masing memiliki rumusan. Dalam hal ini muncul istilah ziyadat
al-thiqqah yang berhubungan dengan diterima atau tidaknya periwayat hadis. Ilmu
Menelisik kualitas hadis, bukan hanya penting di era sekarang yang jarak
waktunya jauh dari Nabi, bahkan jauh sebelumnya di era Rasul Muhammad SAW
hal itu sudah dilakukan. Setelah Nabi wafat, ilmu tentang kritik hadis terus
berkembang bahkan dapat dikatakan ilmu ini sudah mapan, termasuk ilmu untuk
memahami hadis yang kontradiktif sekalipun status sanad dan matannya kuat.
Tidak hanya kritik sanad, kritik matan pun menjadi perhatian penting bagi para
pengkaji hadis. Ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu untuk mendeteksi kualitas
hadis.
Hal ini berbeda dengan kalangan masyarakat umum. Ada yang namanya
hadis populer (mashhur) yang terus dibicarakan masyarakat, namun baginya tidak
penting mengetahui status sanad dan matannya. Bagi masyarakat yang lebih penting
1
Muhammad Anshori, ―Analisis Historis Kemunculan Dan Pelembagaan Ziyādat Al-
Thiqqah Dalam Studi Hadis, Mutawatir 7, no. 2 (December 1, 2017): 331–51,
https://doi.org/10.15642/mutawatir.2017.7.2.331-351.
1
tentang menuntut ilmu sebagai kewajiban bagi penganut ajaran Islam. Bahkan
Hadis-hadis seperti ini menjadi bahan hapalan untuk mengenal hadis tingkat
pemula dan untuk memberikan penekanan betapa pentingnya ilmu dan pendidikan.
Selain itu, memotivasi untuk mendorong para anak didik, agar semangat berilmu
tinggi dalam mengejar ketertinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta untuk
mendapatkan pahala. Ajaran-ajaran ini yang penulis maksud bukan hanya sekedar
mencari ilmu akan tetapi sebagai ajaran untuk terus belajar, berpendidikan,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
2. Untuk mengetahui kritik sanad dan matan hadis kewajiban menuntut ilmu
2
BAB II
Pembahasan
sekolah, atau di majlis taklim sudah banyak ditemui pembicaraan hadis tentang
pentingnya menuntut ilmu. Hadis tersebut sangat terkenal dan menjadi motivasi
bagi masyarakat muslim untuk mencari ilmu dengan menempuh hingga pendidikan
tinggi atau paling tidak jangan sampai berhenti belajar. Karena terus diulang-ulang
sebagai berikut ,
3
َُخْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّمَ اْل ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمه
“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al Qur'an dan
mengajarkannya”
اس َّه َل للُ بِِه طَ ِريْقاإِ َىل ا َلنَّ ِة ِ ِ ِ ك طَ ِري قاي ْلتَ ِم
َ س فْيه ع ْلم
ُ َ ْ َ ََم ْن َسل
"Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka akan Allah
Sebenarnya masih banyak lagi yang lain, di atas hanya sekedar contoh saja
makalah ini tidak semua hadis di atas dibahas. karena keterbatasan waktu dan
sumber untuk melacak hadist tersebut. Sehingga pembahasan ini dibatasi pada satu
manusia, Mustahdi dan Sumiyati mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu
itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”. (H.R. Ibn Majah) 2
2
Mustahdi dan Sumiyati, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013), h. 6.
4
Dalam penelusuran diprogram Mausu’ah al-Hadis al-Syarif al-Kutub al-
Muslim, Sunan al-Tirmizi, Sunan al-Nasa’i, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibn Majah,
Musnad Ahmad Ibn Hanbal, Muwatta’ Malik, dan Sunan al-Darimi). Penelusuran
atas hanya terdapat dalam kitab Sunan Ibnu Majah sebanyak satu hadis.
berikut,
“Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan
kepada kami Hafs bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami Kathir
bin Shinzir dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah
sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi
setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada ahlinya, seperti
seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi."3
3
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah , Ensiklopedia Hadits 8
Sunan Ibnu Majah, (Jakarta : Almahira, 2016), Cet. II, h. 41.
5
1. Urutan sanad,
ِرسو َل الل
ُْ َ
ِ أَن
َس ْب ِن َمالِك
2. Biografi perawi
a. Ibnu Majah
lahir tahun 209 H dan wafat pada bulan Ramadan tahun 273 H.
Ibnu Majah memiliki lebih dari 10 guru, diantaranya: ‘Ali ibn Muhammad
ibn Sa‘id, Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numayr, Abu Bakr ibn Abi Shaybah, dan
Hisham ibn ‘Ammar. Sementara orang yang meriwayatkan hadis darinya tidak
kurang dari 9 orang, di antaranya adalah Muhammad ibn ‘Isa al-Abhariy, Abu ayyib
Ahmad al-Baghdadiy, Sulayman ibn Yazid al-Fami, dan Ishaq ibn Muhammad.
6
b. Hisyam Ibn Ammar
Nama lengkap Hisyam adalah Hisyam ibn Ammar ibn Nushair ibn Aban al
Sulami. Adapula yang mengatakan bahwa nama gelar Hisyam adalah al Dhafari,
Terdapat pendapat Abd Bakr al Baqhindi bahwa hisyam lahir tahun 153H,
sementara wafatnya ada beragam pendapat. Ada yang mengatakan ia wafat tahun
244 dan 246, masing-masing seorang. Sedangkan yang berpendapat tahun 245
dikatakan oleh enam orang.Berpijak pada kelompok mayoritas dan pendapat tahun
Pemilihan pada pendapat ini juga diperkuat datanya bahwa wafatnya Hisyam tepat
Sebagai ulama besar yang tergolong pada tabaqah ketujuh dari jajaran
ulama Syam, Hisyam ibn Ammar memiliki sejumlah guru dan murid yang masing-
masing tidak kurang dari 80 orang. Di antara guru yang meriwayatkan hadis
kepadanya terdapat nama Ismail ibn ‘Ayyas, Sulaiman ibn Muthair dan Hafs ibn
Nama lengkapnya adalah Hafs ibn Sulaiman al Asadi, Abu ‘Umar al Bazzar
al Kufi al Qari. Adapula yang berpendapat gelarnya adalah al Ghadhiri dan lebih
4
Mahmud az-Za’bi, Tinjauan Dialog Sunnah-Syi’ahnya al-Musawi, (Bandung : Pustaka
jalan Ganesha 7, 1410H-1989H), Cet.I, h. 218
7
dikenal dengan nama tashghir nya, Hufaish. Silsilah keturunanya adalah Hafs ibn
Abu Daud, saudara ‘Ashim ibn Abi al Najird. Namun adapula yang mengatakan
Terdapat dua pendapat tentang tahun wafatnya, yakni 180 H. dan tahun 190
H. sebagai tahun wafat Hafs. Penulis cenderung kepada pendapat pertama karena
lebih tegas dan jelas, di samping diperkuat dengan pernyataan bahwa umur Hafs
ibn Sulaiman 90 H.
adalah Kathir ibn Syinzhir dan Laits ibn Abu Sulaim. Sedangkan di antara muridnya
yang berjumlah 35 orang tercatat nama Hisyam ibn Ammar dan Hafs ibn Ghiyats.5
Abu Qurrah al Bashri. Dan kathir pernah berguru kepada sekitar tujuh orang. Di
muridnya yang berjumlah 15 orang adalah Hammad ibn Zaid dan Hafs ibn
Sulaiman.6
Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn al Anshari, Abu Bark ibn Abu
‘Amrah al Bashri. Wafat pada 110 H, tepat di Bulan Syawal, 100 hari kewafatan al
Hasan di awal bulan Rajab. Karena itu, dapat diperkirakan tahun kelahirannya
5
Umi Sumbulah, Kritik Hadis : Pendekatan Historis Metodologis, (Malang : UIN
Malang Press, 2008), Cet .I, h.183-184.
6
Ibid, h. 184-185.
8
setelah Hibban menginformasikan bahwa umur ibn Sirin 77 tahun. Dengan
Sebagai seorang tabi’in besar yang tergolong pada tabaqah pertama, ibnu
tercatat nama Anas ibn Malik, Jundub ibn ‘Abd Allah al Bajali,dan Hudzaifah ibn
al-Yaman. Adapun di antara muridnya yang berjumlah 51 orang, ada Asma’ ibn
Nama lengkapnya adalah Anas ibn Malik ibn al-Nadar ibn Damdam ibn
Zayd ibn Haram. Dia bertempat tinggal di Basrah dan wafat tahun 91 H.ada 31
nama guru Anas ibn Malik, di antaranya adalah Abi ibnu Ka‘ab, Asid ibn Hadir,
Ummu Haram binti Malhan, dan Jabir ibn Abdullah.Sementara muridnya ada 286
orang, di antaranya adalahAban ibn Abi ‘Aish, Ibrahim ibn ‘Abd al-Rahman, Abu
Talhah, dan Muhammad ibn Sirin. Karena Anas ibn Malik adalah salah seorang
sahabat Nabi, maka secara otomatis oleh kritikus dimasukkan sebagai adil
dan Thiqah. Jika diperbandingkan dengan jajaran para sahabat yang terbanyak
meriwayatkan hadis, Anas ibn Malik menempati peringkat ketiga setelah Abu
7
Umi Sumbulah, Kritik Hadis : Pendekatan Historis Metodologis, (Malang : UIN Malang
Press, 2008), Cet .I, h.186.
9
3. Kritik sanad hadis
a. Ibnu Majah
hafalan.”
cabang.8
8
https://www.laduni.id/post/read/44848/biografi-imam-ibnu-majah,
10
5). Ibn Abi Hatim : shaduq
meski dengan peringkat yang beragam dan tidak mencapai drajat tertinggi.
5) Al bukhari : matruk
hadithuh
Dapat disimpulkan bahwa Hafs ibn Ammar tergolong perawi yang dha’if
,tertuduh dan bahkan pemalsuan hadis.Oleh karena itu, Hafs tidak layak
1) Abd Allah dari Ahmad ibn Hanbal dan Ishaq ibn Mansur dari yahya ibn
Ma’in : Shalih
11
4) Abu Sa’d : thiqah
Suatu hadis dapat dinilai shahih apabila telah memenuhi lima syarat yaitu
rawinya bersifat adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung tidak putus, hadis
itu tidak berillah dan tidak janggal. Untuk mengetahui kelima hal tersebut perlu
dilakukan penelitian para rijal dan penilaian para ulama hadis terhadap rijal hadis
tersebut. Kajian mengenai biografi rijal hadis akan diketahui ketersambungan sanad
yang dapat dilakukan melalui dua hal, yakni dengan mengetahui akan adanya
pertemuan antara kedua perawi atau sering juga disebut dengan istilah mu’asharah
9
Umi Sumbulah, Kritik Hadis : Pendekatan Historis Metodologis, (Malang : UIN Malang
Press, 2008), Cet .I, h.188-190.
12
dan kedua adalah dengan mengetahui guru dan murid perawi. Dua cara inilah yang
perawi hadis, maka dapat diketahui hadis Ibn Majah yang bersanad Hisyam ibn
‘Ammar, Hafsh ibn Sulaiman, Katsir ibn Syinsir, Muhammad ibn Sirin dan
Anas ibn Malik r.a tersebut di atas sanadnya adalah dha’if. Kedha’ifannya
(mencatatnya) sebagai perawi yang tidak tsiqah dan ada salah seorang
Ibnu Majah adalah dha’if. Akan tetapi karena banyak jalur sanad hadits tersebut
baik yang bersumber dari Anas bin Malik, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin
ghairihi.10
Hadis tentang kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim, Kata kunci
adalah al-‘ilm. Dalam bahasa Indonesia kata ini disebut dengan istilah yang sama
pengetahuan. Dalam bahasa Inggris istilah ini sering disebut dengan science atau
10
Tadrib Vol.1, No.2,. Desember 2015 h.8
13
knowledge. Dalam Term al-‘ilm juga disebut dalam al-Qur‘an misalnya QS. al-
Mujadalah: 11
; 11)
ب ِز ْد ِن ِع ْل م ا
ِّ َوقُ ْل َر
Ayat diatas menunjukkan betapa pentingnya ilmu itu. Pada kesempatan ini
penulis tidak membahasnya dari perspektif itu, akan tetapi melihatnya dari
sebelum lainnya. Sebelum berbicara dan bertindak, ilmu itu mesti didahulukan, atau
kalau dibalik orang berbicara dan bertindak mesti didasari dengan ilmu. Kalau bisa
digambarkan secara herarkis yang mesti dilakukan manusia, yaitu berilmu dulu
setelah itu baru berbicara dan bertidak. Imam Bukhari menjelaskan ini pada bab al-
‘ilm qabla al-qaul wa al-‘amal.11 Para ulama adalah orang yang mewarisi
tinggalan-tinggalan para nabi yaitu berupa ilmu. Para nabi sama sekali tidak
11
al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Ju‗fi al-
Bukhari, Shahih al-Bukhari Wa Huwa al-Jami‘ al-Musnad al-Shahih, 1st ed., vol. 1 (Kairo: Dar al-Tasil,
2012), h. 243–44.
14
mewariskan harta benda kecuali ilmu pengetahuan. Orang yang berupaya
meraihnya dia akan mendapatkan keberuntungan yang sempurna, dan orang yang
berjalan menyusuri ilmu Allah akan memudahkannya jalan ke surga. Menurut Ibn
Munir bahwasanya ilmu itu menjadi syarat sahnya sebuah pembicaraan dan
tindakan. Ilmu mesti diutamakan sebelum keduanya, sebab ilmu yang dapat
memiliki kewajiban secara individu untuk mendapatkan dan memiliki ilmu. Tidak
ada alasan yang mendasar kalau umat Islam itu dalam kondisi bodoh dan
menguasai ilmu. Dengan ilmu manusia bisa memberikan tanda mana yang baik atau
buruk, dengan ilmu manusia bisa memberi kemanfaatan tiap hari kepada manusia
dan lingkungan sekitar bahkan tiap hari selalu bertambah kemanfaatan dibanding
orang yang berilmu sekaligus memiliki sifat wira‘i (menjaga diri dari perbuatan
haram maupun subhat) itu lebih berbobot dan bermutu serta bagi syaitan lebih berat
Penjelasan tersebut menegaskan bahwa ilmu bagi umat Islam itu sangat
penting. Kualitas umat manusia bisa dilihat dari sejauh mana kualitas ilmu yang
12
al-Hafidh Shihab al-Din Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari Bisharhi al-
Bukhari, 1: h. 338–39.
13
al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim Tariq al-Ta’allum.
15
pesat dan luas. Apakah semua ilmu harus dipelajari ? al-Zarnuji lebih merinci
berbeda. Menurutnya tidak semua ilmu itu wajib dikaji dan diraih oleh umat
manusia. Di sinilah akhirnya ada konsep wajib secara individu (wajib ‘ain) dan
wajib secara perwakilan (wajib kifayah). Wajib yang kedua ini maksudnya, apabila
di antara kelompok masyarakat, sudah ada yang ahli di bidang ilmu tertentu maka
Ilmu yang dihukumi wajib secara individu itu disebut dengan ilmu hal.
Maksudnya adalah ilmu yang berhubungan dengan perilaku hidup manusia. Ilmu
a. Pertama ilmu yang berhubungan dengan ibadah lima rukun Islam; solat,
b. Kedua ilmu tentang interaksi manusia, seperti ilmu dagang atau ilmu
ekonomi.
c. Ketiga ilmu tentang menata hati, seperti tidak sombong, tidak dendam,
penyabar, penyayang, jujur dan lain seterusnya. Ilmu yang ketiga bisa
Dari jenis ilmu diatas, semua umat Islam tidak boleh tidak untuk
menempuhnya. Dengan demikian umat Islam akan memiliki standar moral secara
individu dan sosial yang baik dan berintegritas. Selanjutnya ilmu yang dihukumi
wajib kifayah yaitu ilmu yang apabila salah satu di antara kelompok manusia sudah
ada yang ahli maka yang lainnya tidak wajib. Misalnya ilmu fisika, ilmu
16
dan ilmu-ilmu yang serupa. Kategori yang kedua ini sebagai pilihan ilmu yang tidak
Manusia pada dasarnya diciptakan oleh Allah tanpa membawa ilmu apa pun
secara maksimal potensi-potensi yang telah dibekalkan oleh Allah. Dalam hal ini
Pendapat Kyai Hasyim Asyari dalam kitabnya banyak mengulas secara panjang
lebar dengan menghadirkan ayat al-Qur‘an hingga hadis nabi, qaul sahabat dan
penjelasan ulama. Salah satu hadis perintah berilmu dan mengajarkannya yang
dikutip, yaitu; تعلموا العلم وكونو من اهله (belajarlah ilmu dan menjadi ahlinya);
kemudian hadis yang serupa الناس ( تعلموا العلم وعلمواbelajarlah ilmu dan ajarkanlah
ke semua manusia); تعلموا العلم واعملوا به (belajarlah ilmu dan bertindaklah
berdasarkan dengannya). Itu satu landasan utama tentang tuntututan agar berilmu
disinggung dalam bentuk kasidah yang menunjukkan bahwa ilmu itu dapat
17
mengantarkan satu kaum/masyarakat/kelompok kepada puncak kemuliaan. Orang
yang memiliki ilmu akan dijaga dari kerusakan. Ibarat rumah, ilmu itu sebagai
tiangnya, dan kebodohan itu yang merusak rumah kehormatan. Ibaratnya tiang
rumah dirobohkan, sehingga robohlah rumah yang sudah bagus itu. Oleh karenanya
orang sudah berilmu juga dihimbau agar tidak mengotorinya (mendistorsi) dengan
adalah kebodohan. Ini pernyataan yang populer di kalangan ulama terdahulu yang
merupakan lawan dari yang berilmu. Kebaikan itu sandingannya dengan orang yang
berakal, dan sebaliknya kejelekan itu disandingkan dengan orang yang bodoh.
Ilmu itu dapat menghiasi diri bagi pemiliknya. Pemberian yang paling
utama di dunia setelah derajat kenabian yaitu adalah ilmu dan memahaminya. Lebih
lanjut Kyai Hasyim memberikan tanda bagi orang yang berilmu seperti yang dikutip
dari Ibn al-Mubarak bahwa dikatakan orang yang memiliki ilmu (‘alim) yaitu bagi
orang yang selalu haus akan ilmu, tidak mau untuk berhenti belajar. Namun ketika
orang itu sudah merasa berilmu maka di situlah menjadi bodoh. Artinya dalam hal
ini orang pandai itu tidak merasa pintar dan terus tak berhenti belajar dan merasa
belum punya apa-apa sehingga mengantarkan dirinya untuk terus belajar tanpa
henti.15
14
Muhammad Hasyim Asy‘ari, Adab al-Alim Wa al-Muta’allim (Jombang, n.d.),h. 18.
37Asy‘ari,
21.
15
18
Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwan seorang muslim
haruslah menuntut ilmu karena menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap
Muslim, dengan menuntut Ilmu kita dapat mempelajari sesuatu yang belum kita
ketahui dan kita dapat meningkatkan pengetahuan kita. Menuntut ilmu tidaklah
pandang usia, jenis kelamin, baik muda maupun tua, baik perempuan maupun laki
laki wajiblah menuntut ilmu. Dan orang yang menuntut ilmu akan dimudahkan
19
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Memahami hadis secara komprehensif dari sisi sanad, matan dan sharah
membantu menemukan pemahaman yang baik. Cara ini dapat menjadi metode
pokok dalam mengkaji hadis dari berbagai tema. Hadis populer tentang ilmu yang
pada ini memberi kontribusi untuk menjawab masalah pendidikan Islam. Hadis
tentang pentingnya menuntut ilmu. Hadis tersebut sangat terkenal dan menjadi
motivasi bagi masyarakat muslim untuk mencari ilmu dengan menempuh hingga
Menelisik kualitas hadis, bukan hanya penting di era sekarang yang jarak
waktunya jauh dari Nabi, bahkan jauh sebelumnya di era Rasul Muhammad hal itu
sudah dilakukan. Setelah Nabi wafat, ilmu tentang kritik hadis terus berkembang
bahkan dapat dikatakan ilmu ini sudah mapan, termasuk ilmu untuk memahami
hadis yang kontradiktif sekalipun status sanad dan matannya kuat. Tidak hanya
kritik sanad, kritik matan pun menjadi perhatian penting bagi para pengkaji hadis.
B. Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
selaku penulis memohon kepada pembaca supaya berkenan memberikan kritik dan
20
Daftar pustaka
al-Hafidh Shihab al-Din Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, al-Imam. Fath al-
Bari Bisharhi al-Bukhari. 1st ed. Vol. 1. Beirut, Lebanon: Dar al-Risalah al-
Alamiyah, 2013.
Anshori, Muhammad. ―Analisis Historis Kemunculan Dan Pelembagaan Ziyādat
Al-Thiqqah Dalam Studi Hadis. Mutawatir7, no. 2
https://doi.org/10.15642/mutawatir.2017.7.2.331-351.
Az-Za’bi,Mahmud.1410H-1989H. Tinjauan Dialog Sunnah-Syi’ahnya al-Musawi.
Bandung : Pustaka jalan Ganesha 7. Cet.I
Asy‘ari, Muhammad Hasyim. Adab al- 'Alim Wa al-Muta'allim. Jombang, n.d.
Bukhari, al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Isma‗il bin Ibrahim bin al-
Mughirah al-Ju‗fi Shahih al-Bukhari Wa Huwa al-Jami‘ al-Musnad al-
Shahih. 1st ed. Vol. 1. Kairo: Dar al-Tasil, 2012.
Ibn Majah, Imam abi Abdillah Muhammad bin Yazid. al-Sunan Ibn Majah. Vol.
1. 4 vol. Kairo: Dar al-ta‘sil, 2014.
------------, Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini.2016. Ensiklopedia
Hadits 8 Sunan Ibnu Majah. Jakarta : Almahira. Cet. II
21