0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
177 tayangan1 halaman
Dokumen tersebut menjelaskan lima cara untuk melakukan muhasabah nafsiyyah (pertimbangan diri) sesuai kitab Bidayatul Hidayah karya Imam al-Ghazali untuk menumbuhkan sikap tawadhu', yaitu dengan membandingkan diri dengan orang lain berdasarkan usia, ilmu, dan agama untuk menyadari kekurangan diri sendiri dan ketergantungan kepada Allah.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Gus Baha menyebutkan ada lima cara untuk Muhasabah Nafsiyyah untuk menumbuhkan sikap tawadhu
Dokumen tersebut menjelaskan lima cara untuk melakukan muhasabah nafsiyyah (pertimbangan diri) sesuai kitab Bidayatul Hidayah karya Imam al-Ghazali untuk menumbuhkan sikap tawadhu', yaitu dengan membandingkan diri dengan orang lain berdasarkan usia, ilmu, dan agama untuk menyadari kekurangan diri sendiri dan ketergantungan kepada Allah.
Dokumen tersebut menjelaskan lima cara untuk melakukan muhasabah nafsiyyah (pertimbangan diri) sesuai kitab Bidayatul Hidayah karya Imam al-Ghazali untuk menumbuhkan sikap tawadhu', yaitu dengan membandingkan diri dengan orang lain berdasarkan usia, ilmu, dan agama untuk menyadari kekurangan diri sendiri dan ketergantungan kepada Allah.
Gus Baha menyebutkan ada lima cara untuk Muhasabah Nafsiyyah
untuk menumbuhkan sikap tawadhu’ seperti yang tertuang dalam
kitab Bidayatul Hidayah, karangan Imam al-Ghazali : 1. Apabila engkau melihat orang yang masih muda, maka katakan dalam hatimu, 'Orang ini belum banyak durhaka kepada Allah sedangkan aku sudah banyak durhaka pada Allah. Tidak diragukan lagi orang ini lebih baik dariku'. 2. Apabila engkau melihat orang yang lebih tua, katakan dalam hatimu, 'Orang ini sudah beribadah sebelum aku, dengan begitu tidak diragukan lagi bahwa dia lebih baik dariku'. 3. Apabila engkau melihat orang alim (berilmu), katakan dalam hatimu, 'Orang ini sudah diberi kelebihan yang tidak diberikan kepadaku. Dia menyampaikan suatu kebaikan kepada orang lain sedangkan aku tidak menyampaikan apa-apa. Dia tahu hukum-hukum yang tidak aku tahu. Maka bagaimana mungkin aku sama dengannya?' 4. Apabila engkau bertemu dengan orang bodoh, kurang ilmu dan wawasan, katakan dalam hatimu, 'Orang ini durhaka kepada Allah kerana ketidaktahuannya sedangkan aku durhaka kepada Allah dengan pengetahuanku. Maka hukuman Allah kepadaku lebih berat dibanding orang ini. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir hidupku dan akhir hidup orang ini'. 5. Apabila engkau melihat orang kafir, maka katakan dalam hatimu, 'Aku tidak tahu, boleh jadi dia akan masuk Islam dan mengisi akhir hidupnya dangan amal kebaikan, dan dengan keislamannya itu dosa dosanya keluar dari dirinya seperti keluarnya rambut dari timbunan tepung. Sedangkan aku, boleh jadi tersesat dari Allah (karena ujub memuja diri dan memandang rendah orang lain) dan akhirnya menjadi kafir, dan hidupku berakhir dengan amal buruk. Orang seperti ini boleh jadi besok menjadi orang yang dekat dengan Allah dan aku menjadi orang yang jauh dari Allah'. فَاَل تُ َزكُّ ۤۡوا َانۡ ُف َسمُكۡ ؕ ه َُو َا ۡعمَل ُ ِب َم ِن ات َّٰق Firman Allah SWT dalam Alquran, “Maka janganlah engkau menilai dirimu lebih suci (dibanding orang lain). Dia (Allah) lebih tahu siapa orang-orang yang bertakwa.” (Surah an-Najm ayat 32)