Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 1

Makul : Pastoral Konseling

Dosen : Sirilus Manalu

Semester : Satu

Nama-nama kelompok:

1. Alfonsus Gaspar Bani (221010006)


2. Daniel Depan Pratama (221010011)
3. Georgius Fadel Seda (221010015)
4. Imanuel Purba (221010016)
5. Romanus Arnaldo Doi (221010021)
6. Yohanes Chandra Manullang (221010027)

1. PSIKOANALITIK SIGMUND FREUD

Psikoanalisis adalah salah satu cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund
Freud dan para pengikutnya sebagai kajian fungsi dan perilaku psikologis manusia. Awalnya
istilah psikoanalisis hanya digunakan saat hubungan dengan Freud saja, jadi istilah 
“psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” memiliki arti yang sama. Teori psikoanalisis
memiliki tiga penerapan: Bentuk metode penelitian dari pikiran; Ilmu pengetahuan yang
sistematis tentang perilaku manusia; Sebuah metode perlakuan terhadap penyakit psikologis
atau emosional.

Teori Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud bisa dipandang sebagai


teknik terapi dan juga sebagai salah satu aliran dalam kajian ilmu psikologi. Sebagai salah
satu bentuk aliran psikologi, teori psikoanalisis banyak membahas tentang kepribadian,
mulai dari segi struktur, dinamika dan perkembangannya.

1.1 Struktur Kepribadian Manusia

Berbicara tentang kepribadian manusia, Freud membaginya menjadi tiga sistem


pokok dari kepribadian yakni, Id, Ego dan Superego. Ketiga sistem ini membentuk seluruh
kepribadian manusia. Apabila salah satu system kepribadian ini bekerja secara bertentangan,
maka pribadi yang bersangkutan menjadi pribadi yang sulit untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan sesama.

1
1.1.1 Id (Das Es)

Id merupakan sistem kepribadian yang paling mendasar dalam diri manusia. Id ini
berisi insting bawaan. Id menyangkut segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan
telah ada sejak lahir. Sebab itu, id juga menjadi tempat asli dari ego dan superego. Fungsi
dari id ini yakni menyalur dan penyedia energi untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
setiap pribadi. Id juga menjadi energi psikis manusia yang menyediakan seluruh daya untuk
menjalankan sistem ego dan superego. Id juga berhubungan dengan proses-proses jasmani.1

Id tidak dapat menanggulangi peningkatan energi apabila terjadi tegangan yang tidak
menyenangkan. Freud mengungkapkan bahwa prinsip kerja Id sebagai prinsip kesengan
(pleasure principle). Prinsip kesenangan yang dimaksud freud adalah suatu kecenderungan
universal yang khas bagi segala benda yang hidup untuk menjaga ketetapan dalam
menghadapi guncangan-guncangan dari dalam atau dari luar. Tujuan dari prinsip kesenangan
ini adalah untuk membebaskan seseorang dari ketegangan dan penderitaan.2

1.1.2 Ego

Ego (Das Ich) adalah sistem kepribadian yang bertindak mempengaruhi individu
kepada dunia obyek kenyataan. Freud berkata bahwa Ego yang dimaksud tidaklah sama
dengan yang ada dalam psikologi non analitis yakni ego atau aku. Freud menyatakan bahwa
Ego dibentuk oleh proses dari Id karena berhubungan dengan lingkungan atau dunia luar,
khususnya orang di sekitar bayi seperti orang tua dan pengasuh. Secara umum Ego bersifat
sadar dan cara kerjanya tampak dalam aktivitas-aktivitas sadar.3

Freud juga berpendapat bahwa Ego seluruhnya dikuasai oleh prinsip realita dan
menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (Reality Principle). Tujuan prinsip
kenyataan adalah menangguhkan energi yang bergejolak sampai benda nyata yang
memuaskan kebutuhan yang telah dihasilkan. Sebagai contoh, seorang anak harus belajar
untuk tidak memasukkan sembarangan benda ke dalam mulutnya, kalua ia lapar. Ia harus
menangguhkan makan sampai menemukan benda yang dapat dimakan. oleh karena itu, Freud
menyebut Tugas Ego untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan menjamin
penyesuaian dengan lingkungan sekitar. Ego juga memelihara hubungan dengan dunia luar
1
Adang Hambali , Psikologi Kepribadian (Bandung: Pustaka Sedia, 2013), hlm. 22; 57.
2
Adang Hambali , Psikologi…, hlm. 22; 57; bdk. K. Bertens, Psikoanalisis Sigmund Freud (Jakarta:
Kompas Gramedia, 2016), hlm. 28.
3
Adang Hambali , Psikologi…, hlm. 23.

2
untuk kepentingan dan keperluan kepribadian. Akhirnya Ego menjamin kesatuan
kepribadian.4

1.1.3 Superego

Superego (Das Überich) merupakan cabang moral atau cabang keadilan dari
kepribadian. Superego lebih mewakili alam ideal daripada alam nyata. Superego termasuk
ego dan mempunyai susunan psikologis yang lebih kompleks, tetapi ia juga mempunyai
kaitan yang sangat erat dengan id. Superego dibentuk selama masa anak melalui jalan
internalisasi (pembatinan) dari faktor-faktor represi yang dialami subyek sepanjang
perkembangannya. Faktor lain yang pernah tampil bagi subyek kemudia diterima olehnya dan
dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari dirinya sendiri. Larangan, perintah, anjuran, cita-
cita dan sebagainya berasal dari luar (seperti dari para pengasuh, khususnya orang tua)
diterima sepenuhnya oleh si subyek sehingga terpancar dari dalam. Contoh, “engkau tidak
boleh mencuri” (larangan dari prang tua) akhirnya menjadi “aku tidak boleh mencuri”.
Aktivitas perihal menyatakan diri dalam konflik dalam ego, yang dirasakan oleh emosi-emosi
seperti rasa bersalah, rasa menyesal, rasa malu dan sebagainya. Perasaan-perasaan itu tentu
dianggap normal tetapi bisa terjadi juga bahwa orang sungguh-sungguh disiksa oleh
superego, sehingga hidup normal bagi dia sudah tidak mungkin lagi.5

Superego terdiri dari dua sistem, ego ideal dan hati nurani. Ego ideal sesuai dengan
pengertian-pengertian anak tentang apa yang secara moral dianggap baik oleh orang tuanya.
Orang tua meneruskan ukuran mereka tentang kebaikan kepada anak dengan cara memberi
penghargaan kepadanya kalau kelakuannya sesuai dengan ukuran-ukuran itu. Misalnya si
anak akan diberi penghargaan jika ia mendapat juara di sekolah. Maka kepintaran akan
menjadi salah satu idealnya. Sebaliknya hati nurani dibentuk melalui pengalaman hukuman.
Jika ia sering dihukum karna bodoh maka kebodohan dianggapnya sebagai hal yang sangat
buruk.6

1.2 Struktur Psikis Manusia

4
Adang Hambali , Psikologi…, hlm. 23.
5
Adang Hambali , Psikologi…, hlm. 24; bdk. . K. Bertens, Psikoanalisis…, hlm. 31.
6
Adang Hambali , Psikologi…, hlm. 24.

3
Freud menggambarkan psike atau jiwa manusia sebagai sebuah gunung es yang
terapung, dimana bagian yang muncul ke permukaan air jauh lebih kecil daripada bagian
yang tenggelam. Demikian juga psike manusia bahwa yang tampak (kesadaran) itu jauh lebih
kecil pengaruhnya dalam hidup manusia daripada hal yang tidak tampak (ketidaksadaran).
Freud membagi psike manusia itu menjadi tiga bagian yakni sadar, pra-sadar dan tidak sadar.7

1.2.1 Tahap Sadar (Conscious)

Alam sadar ialah apa yang kita sadari pada saat-saat tertentu, misalnya penginderaan
langsung, ingatan, pemikiran, fantasi dan perasaan yang kita miliki. Setiap pengalaman baru
yang dialami dalam hidup sehari-hari selalu masuk ke dalam conscious untuk beberapa saat,
lalu mengendap masuk ke dalam pre-conscious dan unconscious.8

1.2.2 Pra-Sadar (Pre-Conscious)

Pra-sadar adalah isi psikis yang laten dan tanggapan-tanggapan yang tenggelam yang
sewaktu-waktu bisa disadari dengan bantuan ingatan dan pengamatan. Pra-sadar disebut
sebagai “persediaan ingatan” yang berisi pengalaman-pengalaman yang tidak diingat pada
waktu yang sudah lewat, namun siap dipanggil ke tingkat kesadaran. Freud kurang memberi
tekanan pada tahap ini dan tahap ini kecil peranannya dalam sistem kejiwaan manusia.9

1.2.3 Tak Sadar (Unconscious)

Tahap tak sadar ialah bagian yang paling besar dan berpengaruh dari keseluruhan
pikiran manusia. Tahap tak sadar adalah dasar kehidupan yang mengandaikan seluruh
kehidupan sadar manusia. Tahap ini merupakan tahap yang paling banyak diuraikan dalam
sistem kejiwaan Freud karena tahap ini sungguh berpengaruh pada tingkah laku dan
kepribadian manusia.10

1.3 Dinamika Kepribadian


1.3.1 Distribusi Energi

7
K. Bertens, Psikoanalisis…, hlm. 34
8
K. Bertens, Psikoanalisis…, hlm. 35
9
Adang Hambali , Psikologi…, hlm. 57
10
Adang Hambali , Psikologi…, hlm. 58

4
Menurut Freud, dinamika kepribadian adalah bagaimana dari energi psikis seseorang
yang didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud
mengungkapkan bahwa setiap energi yang ada pada manusia adalah berasal dari sumber yang
sama, yakni makanan- makanan yang telah dikonsumsinya. Artinya energi manusia kemudian
bisa dibedakan dari penggunaannya, yakni energi fisik yang merupakan energi untuk segala
aktivitas fisik dan energi psikis yang merupakan energi untuk aktivitas psikis. Freud
mengungkapkan bahwa awalnya yang memiliki energi hanyalah das Es atau the id saja.
Berdasarkan mekanisme menurut teori Freud disebut dengan identifikasi, dimana energi
tersebut diberikan dari das Es atau the id untuk das Ich dan das Ueber Ich.

1.3.2 Mekanisme Pertahanan Ego11

Berdasarkan teori psikoanalisis Freud, mekanisme pertahanan ego atau ego defence
mechanism menjadi strategi yang digunakan seseorang untuk mencegah munculnya
keterbukaan dari dorongan- dorongan das Es atau melawan dan menghadapi tekanan das
Uber Ich atas das Ich. Tujuan strategi ini adalah mengurangi dan meredakan  kecemasan yang
dialami seseorang. Freud juga mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan  ego tersebut
menjadi mekanisme yang rumit dan memiliki banyak jenisnya. Berikut ini tujuh jenis
mekanisme pertahanan ego yang banyak dijumpai menurut Freud:
1.3.2.1 Represi 
Represi adalah mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan
menggunakan cara penekanan pada dorongan- dorongan yang menjadi sebab dari kecemasan
tersebut ke ketidaksadaran seseorang.
1.3.2.2 Sublimasi
Sublimasi adalah mekanisme pertahanan ego untuk mencegah atau meredakan
kecemasan menggunakan cara pengubahan dan penyesuaian pada dorongan primitif das es
yang menjadi penyebab kemunculan kecemasan dalam bentuk tingkah laku yang dapat
diterima dan bahkan dihargai oleh masyarakat.
1.3.2.3 Proyeksi
Proyeksi adalah bentuk pengalihan dari dorongan, sikap, atau tingkah laku yang bisa
memunculkan kecemasan kepada seseorang. 
1.3.2.4 Displacement
11
Adang Hambali , Psikologi…, hlm. 59-61; bdk. https://www.gramedia.com/literasi/teori-psikoanalisis/

5
Displacement adalah pengungkapan dorongan yang bisa memunculkan kecemasan
pada seseorang yang kurang berbahaya dibandingkan kondisi awal seseorang.
1.3.2.5 Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah upaya seseorang untuk memutar balikkan kenyataan, yakni
bentuk kenyataan yang mengancam ego dengan alasan tertentu yang seolah- olah masuk
akal. Mekanisme rasionalisasi ini dibedakan menjadi dua, yakni sour grape technique dan
sweet orange technique.
1.3.2.6 Pembentukan reaksi
Pembentukan reaksi adalah bentuk upaya untuk menghadapi kecemasan karena
seseorang cenderung memiliki dorongan atau tekanan yang bertentangan dengan norma,
yakni dengan cara berbuat sebaliknya.
1.3.2.7 Regresi
Regresi adalah bentuk upaya untuk menghadapi kecemasan dengan cara bertingkah
laku tidak sesuai dengan tingkat perkembangan yang seharusnya dialami.

1.4 Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian12

Freud mengungkapkan bahwa kepribadian individu sudah terbentuk pada akhir tahun
kelima dan sebagian besar perkembangan selanjutnya hanyalah penghalusan struktur dasar.
Selanjutnya Freud juga mengungkapkan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung
melalui lima fase. Fase tersebut berhubungan dengan tingkat kepekaan seseorang pada
daerah- daerah erogen, yakni bagian tubuh tertentu yang bersifat sensitif pada rangsangan,
seperti fase berikut ini:
1.4.1 Fase Oral (Oral Stage)
Fase oral (oral stage) adalah tahap perkembanganyang berlangsung pada tahap pertama
kehidupan individu (0 sampai dengan 1tahun). Pada tahap ini daerah dan sumber kenikmatan
yang paling penting adalah mulut. Pada tahap ini individu benar-benar bergantung pada orang
lain. Ketergantungan ini akan muncul apabila individu merasa tidak aman dan cemas. Pada
tahap ini secara tidak langsung akan membentuk suatu prototipe karakteristik kepribadian
tertentu yakni model: mengambil, memeluk, menggigit, dan meludah.
1.4.2 Fase Anal (Anal Stage)

12
Adang Hambali , Psikologi…, hlm. 25; 61; bdk. https://www.gramedia.com/literasi/teori-psikoanalisis/

6
Fase anal (anal stage) adalah tahap perkembangan yang mulai kira-kira umur 1 sampai
3 tahun dengan bagian tubuh yang sensitifnya adalah anus. Pada tahap ini focus dari energy
rasangannya dialihkan dari mulut ke anus. Kesenangan dan kepuasan itu tercapai pada saat
individu dengan tindakannya mempermainkan atau menahan kotoran. Di sini individu mulai
diperkenalkan pada aturan-aturan kebersihan. Fase ini akan membentuk kepribadian seorang
individu menjadi kepribadian anal retentive dan anal agresive. Anal retentive yakni
kepribadian yang timbul apabila orang tua terlalu keras menerapkan aturan kepada anak yang
mengakibatkan anak memiliki ciri kepribadian seperti: keras kepala, kikir, kaku, kurang
berani dan sebagainya. Sedangkan anal agresive adalah kepribadian yang timbul apabila
orang tua kurang menekankan aturan pada anaknya, maka timbul kepribadian yang
mempunyai ciri seperti: sifat kejam, destruktif, dan kecenderungan memandang orang lain
sebagai objek yang ingin dikuasai.
1.4.3 Fase Falis (Phallic Stage)
Fase falis (phallic stage) adalah tahap perkembangan yang mulai kira-kira usia 3
sampai 6 tahun dengan bagian tubuh yang sensitif adalah alat kelamin. Pada tahap ini yang
menjadi pusat kenikmatan adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif terhadap seksualitas,
yakni berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genital. Pada tahap ini anak laki-laki
mulai tertarik pada ibunya.
1.4.4 Fase Laten (Latency Stage)
Fase laten (latency stage) adalah kira-kira umur 6 sampai pubertas, dimana pada fase
ini mulai terjadi dorongan seks yang cenderung bersifat laten atau tertekan. Tahap laten atau
masa tenang ini aktivitas seksual mulai berkurang dan lebih focus pada aktivitas non seksual
seperti: belajar, olahraga, dan bermain.
1.4.5 Fase Genital (Genital Stage)
Fase genital (genital stage) terjadi sejak individu mulai memasuki fase pubertas sampai
selanjutnya dan telah mengalami pematangan pada organ reproduksi. Pada fase ini seorang
individu mulai merasa tertarik pada laan jenis, hal ini dilatarbelakangi oleh naluri dan alat
seksual sudah mulai matang.

2. CARL GUSTAV JUNG

Carl Gustav Jung (Swiss: 26 Juli 1875 – 6 Juni 1961) adalah seorang psikolog yang
berasal dari Swiss dan seseorang yang merintis dan mengembangkan konsep psikologi

7
analitik atau psikoanalisis. Pendekatan Jung terhadap psikologi yang khas dan membawa
pengaruh yang luas di bidang tersebut terjadi karena konstruksi konsep pemahamannya
tentang "psikhe" atau kepribadian melalui eksplorasi ke dalam konteks mimpi, seni, mitologi,
agama serta filsafat. Jung berpendapat kepribadian merupakan kombinasi yang mencakup
perasaan dan tingkah laku manusia, baik di dalam keadaan sadar maupun tidak sadar
sehingga kepribadian seseorang dibentuk oleh banyak aspek. Meskipun ia terkenal sebagai
seorang psikolog teoretis dan praktis dalam sebagian besar masa hidupnya, ia juga turut
berkarya dalam bidang filsafat Timur dan filsafat Barat, alkimia, astrologi, sosiologi, juga
sastra dan seni. Jung juga menekankan pentingnya keseimbangan dan harmoni. Eksplorasinya
ke dalam bidang-bidang tersebut semakin menguatkan pemahamannya bahwa manusia
modern yang terlalu banyak mengandalkan sains dan logika perlu terintegrasi dan apresiatif
terhadap dunia bawah sadar karena mereka tidak butuh pengembangan logika tetapi juga
spiritualitas.13

Psikologi Jung terkenal sebagai analitycal psychology (psikologi analitik). Psikologi


analitik adalah teori yang menegaskan bahwa seluruh aspek kepribadian individu sejatinya
mengalami perkembangan atau proses evolusi. Jung melandasi teorinya pada gagasan bahwa
terdapat dua level dalam psyche, yakni kesadaran dan ketidaksadaran. Kesadaran merupakan
pengalaman yang bersifat personal sedangkan ketidaksadaran berkaitan dengan keberadaan
masa lalu. Di dalam proses evolusi psyche terdapat beberapa tingkatan:

1. Kesadaran.

Kesadaran merupakan proses yang melibatkan ego. Ego adalah jiwa sadar dan merupakan
tempat kontak dengan dunia luar. Isinya terdiri dari persepsi-persepsi, ingatan-ingatan,
pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan sadar. Tugasnya adalah mengadakan keseimbangan
antara tuntutan dunia luar dengan dorongan-dorongan yang datang dari ketidaksadaran
pribadi maupun ketidaksadaran kolektif. Dalam melaksanakan tugasnya, ego berperan ganda:
dalam batas tertentu dapat mengubah dunia luar supaya sesuai dengan dorongan
ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif, dan sampai batas tertentu juga dapat
mengontrol ketidaksadaran pribadi. Tapi ego tak berdaya mempengaruhi ketidaksadaran
kolektif. Kalau ego tidak dapat menjaga keseimbangan antara tuntutan dunia luar dan

13
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan Karya,
(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), hlm. 234.

8
dorongan ketidaksadaran pribadi dan kolektif maka pribadi bersangkutan akan menderita
meurosis.14

2. Ketidaksadaran Pribadi (selfi diri).

Ketidaksadaran pribadi adalah daerah yang berdekatan dengan ego. Isinya terdiri dari
pengalaman-pengalaman pribadi, harapan-harapan, dorongan-dorongan dan pengalaman –
pengalaman yang pernah disadari tetapi karena tidak dikehendaki ego mau direpresikan,
didorong ke dalam ketidaksadaran pribadi. Termasuk kjuga pengalaman-pengalaman yang
terlalu lemah untuk diingat karena tidak ada kesan yang mengesankan untuk diingat. Ingatan-
ingatan, atau pengalaman-pengalaman itu dapat muncul ke kesadaran dan mempengaruhi
tingkah laku pada saat-saat tertentu. Lalu diri/self merupakan pusat dari ketidaksadaran
pribadi.15

3. Ketidaksadaran Kolektif

Ketidaksadaran Kolektif merupakan sistem psike yang paling kuat berpengaruh dan
dalam kasus-kasus parologis ia mengungguli ego serta ketidaksadaran pribadi. Merupakan
gudang bekas-bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang,
termasuk ras manusia sebagai spesies sendiri, dan leluhur pramanusiawi. Sisi fisik
perkembangan evolusi manusia dan bersifat universal. Berisi juga kemungkinan
menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman generasi masa lampau. Fondasi merupakan
juga ras yang diwariskan dalam keseluruhan struktur kepribadian, yang diatasnya dibangun
aku, ketidaksadaran pribadi, dan semua hal lain yang diperoleh individu. 16 Ketidaksadaran
kolektif bertanggungjawab atas:

a. Arkhetipe
Arkhetipe merupakan suatu bentuk pikiran universal yang mengandung unsur emosi besar.
Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran-gambaran atau visi-visi yang dalam kehidupan
sadar normal berkaitan dengan aspek tertentu dari situasi tertentu. Asal usulnya merupakan
deposit permanen dalam jiwa dari suatu pengalaman yang secara konstan terulang selama
banyak generasi. Misalnya, banya generasi yang telah melihat matahari terbit setiap hari.
Pengalaman berulang yang mengesankan ini akhirnnya tertanam dalam ketidaksadaran

14
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog ..., hlm. 234.
15
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog ..., hlm. 235.
16
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog ..., hlm. 235.

9
kolektif dalam suatu bentuk arkhetipe dewa matahari, badan angkasa yang kuat, berkuasa,
dan pemberi cahaya.17

b. Persona

Persona adalah kepribadian yang ditempatkan ke dunia luar. Ia merupakan topeng yang
dipakai sang pribadi sebagai respons terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi
masyarakat serta terhadap kebutuhan-kebutuhan arketipal sendiri. Peranan yang diberikan
oleh masyarakat kepada seseorang, bagian yang oleh masyarakat diharapkan dimainkan oleh
seseorang dalam hidupnya. Tujuannya adalah untuk menciptakan kesan tertentu pada orang-
orang lain dan kadang menyembunyikan sering kali sang pribadi yang sebenarnya.
Kepribadian publik, aspek-aspek pribadi yang ditunjukkan kepada dunia luar merupakan
bentuk perilaku persona.

c. Anima-animus

Anima-animus merupakan salah satu akhetipe, yaitu naluri jantan pada wanita (animus)
atau naluri perempuan pada pria (anima). Dalam upaya menyembuhkan pasiennya, Jung
berusaha menyadarkan bagian-bagian kejiwaan yang ditekan (ke bawah sadar atau ke dalam
ketidaksadaran). Karena itu, dalam menangani penderita pria, ketidaksadaran feminimnya
dapat disajikan kepadanya, sedangkan aspek-aspek intuitif dan artistiknya dapat
dimanfaatkan untuk memperkaya kehidupan pribadinya.18

d. Bayangan

Bayangan terdiri dari karakter-karakter kepribadian yang bukan bagian dari kebiasaan-
kebiasaan seseorang. Bayangan atau bayang-bayang mencerminkan sisi binatang ada kodrat
manusia yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih
rendah. Dapat dikatakan bahwa arketipe bayangan ini adalah suatu sisi gelap dalam
kepribadian manusia. Dalam hal ini menjelaskan bahwa bayangan mengarahkan pada
tindakan-tindakan yang bersifat emosional karena keberadaan adaptasi yang sangat lemah.
Bayangan ini berhubungan dengan ketidaksadaran kolektif, bayangan mengandung sifat
universal dari kejahatan dalam psyche manusia. Bayangan hadir dalam seluruh kepribadian

17
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog ..., hlm. 236.
18
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog ..., hlm. 236.

10
manusiadalam berbagai bentuk, seperti perasaan ingin merusak, menghancurkan, dan
berbagai tindakan tidak menyenangkan yang patut dicela dalam kesadaran.19

e. Diri (Self)

Diri adalah tujuan hidup, yang diperjuangkan terus-menerus tapi jarang tercapai. Konsep
diri merupakan penemuan psikologis Jung yang terpenting dan merupakan puncak
penelitiannya yang intensif tentang akhetipe. Diri memotivasikan tingkah laku manusia dan
mencari kebulatan, khususnya melalui cara-cara yang disediakan oleh agama. Pengalaman
religious sejati merupakan bentuk pengalaman yang paling dekat dengan diri, yang mampu
dicapai oleh kebanyakan manusia. Jung menemukan dirinya dalam penelitian dan
observasinya tentang agama Timur, dan perjuangan kea rah kesatuan dan persatuan dunia
melalui praktik ritual keagamaan, seperti Yoga yang jaug lebih maju daripada agama di
kalangan Barat.20

f. Tipe Kepribadian.

Yang paling terkenal dari dimensi ini adalah polaritas Introvert dan Ekstravert, atau
kecenderungan kepribadian yang mengarah ke dalam diri dan ke luar diri. Orang Ekstravert
adalah orang yang aktif, sibuk, sosialitasnya sangat tinggi, objektif, pragmatis, bicara banyak,
tampil dengan penuh percaya diri, gampang mengungkapkan diri, senang berada di tengah
banyak orang, objektif. Sebaliknya, orang Introvert adalah orang yang refleksif, serius,
pendiam, suka menyelidiki, independen, subjektif, punya disiplin diri yang tinggi, senang
sendirian, kadang sulit mengungkapkan diri, hati-hati dan telitii, senang bekerja sendiri,
berpikir banyak sebelum memulai sesuatu.21

g. Kesinkronan

Kesinkronan adalah dua peristiwa yang tidak berhubungan secara kausalitas (sebab-akibat)
tetapi terkait secara makna. Jung percaya bahwa indikasi tentang cara kita berhubungan
dengan orang lain dan dengan alam secara umum dapat ditemukan dalam alam bawah sadar
kolektif. Ketika kita bermimpi atau bermeditasi, kita menyelami alam bawah sadar personal
kita. Semakin lama dan semakin dekat dengan diri kita yang sebenarnya, yakni alam bawah

19
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog ..., hlm. 236.
20
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog ..., hlm. 236
21
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog ..., hlm. 238.

11
sadar kolektif. Pada tahap seperti inilah kita berkenalan atau berkomunikasi dengan ego-ego
kita. 22

h. Fungsi-fungsi

Jung juga yakin bahwa terdapat empat fungsi kegiatan mental kepribadian yaitu sensation
(pengindra), intuition (intuisi), thinking (berpikir) dan feeling (perasa).23

1. Orang pengindera adalah orang ralistis, pengamat yang baik, punya kesadaran yang
tinggi, senang dengan hal prakatis, suka mencoba, cepat tanggap, sangat dipengaruhi
keadaan sekitar, suka meniru, sabar dengan segala kegiatan rutin.
2. Orang intuisi punya imajinasi yang tinggi, suka meramal, selalu berpikir tentang masa
depan, kadang melamun, suka berfantasi, acuh terhadap keadaan sekitar, melihat segala
sesuatu mungkin, senang memecahkan persoalan baru, sangat entusias, tidak sabar
dengan hal rutin.
3. Orang dengan fungsi berpikir kurang human, suka berpikir logik, cenderung mengkritik,
sangat teliti, bersikap wajar, minat pada bisnis tinggi, jujur. Ia orang yang dingin, kurang
memperhatikan perasaan orang lain.
4. Orang dengan fungsi perasa memiliki karakter yang hangat, punya perhatian pada
sesama, sangat bersahabat, sentimental, punya perhatian pada orang lain, cenderung
setuju, menjauhkan diri dari pertentangan, sulit menerima kritik, sulit mengungkapkan
pikiran dan perasannya secara logis, suka harmoni, baik dengan semua orang, sangat
simpatik.

Tahap-tahap Perkembangan Manusia menurut Jung dibagi menjadi empat tahap, yaitu masa
kanak-kanak, masa muda, masa baya dan masa senja.24

1. Usia Anak, dibagi menjadi tiga tahap:


 Tahap anarkis (0-6 tahun): Tahap ini ditandai dengan kesadaran yang kacau dan
kadang ada, kadang tidak.
 Tahap monarkis (6-8 tahun): Tahap ini ditandai dengan perkembangan ego, dan
mulainya pikiran verbal dan logika. Dimana anak memandang dirinya secara objektif.

22
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog ..., hlm. 238; bdk. Adang Hambali, Psikologi …, hlm. 71.
23
Adang Hambali, Psikologi …, hlm. 72; bdk. Ladislaus Naisaban, Psikologi Jung, (Jakarta: Gramedia,
2003), hlm. 98.
24
Adang Hambali, Psikologi …, hlm. 72; bdk. Sujanto Agus, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara,
2004), hlm. 65.

12
 Tahap dualistis (8-12 tahun): Tahap ini ditandai dengan pembagian ego menjadi dua,
yaitu objektif dan subjektif. Tahap ini kesadaran terus berkembang. Anak memandang
dirinya sebagai orang pertama dan menyadari keberadaannya sebagai individu yang
terpisah.

2. Usia Pemuda

Tahap ini berlangsung mulai dari pubertas sampai usia pertengahan. Pemuda berjuang
untuk mandiri secara fisik dan psikis dari orangtuanya. Tahap ini ditandai oleh meningkatnya
kegiatan, matangnya seksual, tumbuh kembangnya kesadaran dan pemahaman bahwa era
bebas masalah dari kehidupan anak-anak sudah berakhir. Tahap ini harus dapat memutuskan
dan menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial.

3. Usia Pertengahan

Tahap ini dumulai antara usia 35 atau 40 tahun. Periode ini ditandai dengan aktualisasi
potensi yang sangat bervariasi. Pada tahap usia pertengahan, muncul kebutuhan nilai spiritual
yaitu kebutuhan yang selalu menjadi bagian dari jiwa, tetapi pada usia muda dikesampingkan
karena pada usia itu orang lebih tertarik pada nilai materialistik

4. Usia Tua

Usia tua ditandai dengan tenggelamnya alam sadar ke alam tidak sadar. Banyak di antara
mereka yang mengalami kesengsaraan karena berorientasi pada masa lalu dan menjalani
hidup tanpa tujuan.

13
3. ERIK ERIKSON
1. Biografi Singkat

Erik H. Erikson adalah psikoanalisis Amerika keturunan Jerman, lahir di Frankfurt,


Jerman pada tanggal 15 Juni 1902. Ayahnya adalah seorang berkebangsaan Denmark yang
tidak diketahui namanya, yang meninggalkan ibunya sebelum kelahiran Erikson. Ibunya,
Karla Abrahamsen seorang wanita muda keturunan Yahudi, yang membesarkan sendiri
Erikson selama tiga tahun. Ia kemudian menikah dengan Dr. Theodor Homburger. Perjalanan
Erikson ke beberapa negara dan perjumpaannya dengan beberapa penggiat ilmu
menjadikannya seorang ilmuwan sekaligus seniman yang diperhitungkan. Pertama ia
berjumpa dengan ahli analisa jiwa dari Austria yaitu Anna Freud. Dengan dorongannya, ia
mulai mempelajari ilmu tersebut di Vienna Psychoanalytic Institute, kemudian ia
mengkhususkan diri dalam psikoanalisa anak. Erik H.Erikson sangat dikenal dengan tulisan-
tulisannya dibidang psikologi anak.34 berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan
psikoseksual dari Frued yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson
mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial.
dia mengembangkan teori yang disebut theory of psychosocial of development (teori
perkembangan psikososial).25

2. Teori Perkembangan Psiko-Sosial Erik Erikson

Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan
psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik
dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang
dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson
adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita
kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah
berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan
orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat
membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut
sebagai teori perkembangan psikososial.26

25
Erik H.Erikson, Childood and Society (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 291.
26
Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak (Jakarta: Gunung Mulia, 1990), hlm. 39.

14
Erikson mengatakan bahwa istilah “psikososial” dalam kaitannya dalam perkembangan
manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir samapai mati dibentuk
oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadikan
seseorang matang secara fisik dan psikologis. Erikson memaparkan teorinya ini melalui
konsep polaritas yang bertingkat/bertahap. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang
akan dilalui oleh manusia. Erikson berpendapat bahwa sepanjang sejarah hidup manusia,
setiap orang mengalami tahapan perkembangan dari bayi sampai dengan usia lanjut. Erikson
menyebut setiap tahapan tersebut sebagai krisis atau konflik yang mempunyai sifat sosial dan
psikologis yang sangat berarti bagi kelangsungan perkembangan di masa depan.27

2.1 Tahap Sensoris Oral /Trust vs Mistrust (0-1 thn)

Tahap oral sendiri pada perkembangan psikososial yang mirip dengan tahap oral pada
perkembangan psikoseksual yang dikemukakan Freud, terjadi selama tahun pertama dari
kehidupan; masa ketidakmampuan kita yang paling besar. Si bayi sangat tergantung
sepenuhnya pada orang lain-umumnya seorang Ibu dalam hal bertahan hidup (survival),
keamanan, dan kasih sayang (affection). Selama tahapan hidup ini, mulut sangatlah penting.
Namun demikian, hubungan antara bayi dengan dunia sekitarnya tidak sematamata biologis,

27
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan Karya
(Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), hlm. 115-116.

15
akan tetapi lebih ke arah hubungan sosial. interaksi antara bayi dan ibunya menentukan
apakah si bayi akan melihat dunia dengan suatu sikap percaya atau tidak percaya.28

2.2 Tahap munscular-anal / Otonomi vs Ragu-ragu (1-3 thn)

Selama tahun kedua dan ketiga dari kehidupan, yakni tahap munscular-anal menurut
Erikson (sama dengan tahap anal dengan Freud), si anak dengan cepat mengembangkan
kemampuan mental dan fisik dan sudah mampu melakukan banyak hal untuk dirinya sendiri.
Mereka mulai berkomunikasi lebih efektif dan mulai berjalan, memanjat, mendorong,
menarik, dan memegang atau melepaskannya. Anak-anak menunjukkan kecongkakan dalam
perkembangan keterampilan dan keinginan melakukan sesuatu sebanyak mungkin dari
dirinya. Semua kemampuan tersebut menurut Erikson sangat penting untuk ditangani. Ia
menguraikan bentuk tingkah laku asli (prototypes) terhadap konflik pada perilaku dan
sikapnya. Sebagai contoh, penanganan yang ditunjukkan dengan cara mencintai atau
permusuhan. Poin terpenting selama tahap pertama, anak-anak berlatih memilih pengalaman
dari kekuatan otonominya, walaupun masih tergantung pada orang tuanya. Mereka mulai
melihat dirinya sebagai orang yang mempunyai kekuatan dan mereka ingin berlatih. Pada
tahap ini yang menjadi kunci adalah apakah masyarakat luas, orang tua dapat mengizinkan
mereka mengekspresikan kemampuannya? Bilamana orang tua merintangi dan anak frustasi
dalam mencoba melatih otonomi dirinya, pada anak akan berkembang perasaan bimbang dan
perasaan malu terhadap orang lain. Daerah anal terpusat pada tahap tersebut karena konflik,
tetapi bentuk krisis tersebut tidak merupakan biologis atau sebagai psikososial.29

2.3 Tahap Lokomotor–genital/ Inisiatif vs Kesalahan (3-5 thn)

Tahap ini disebut juga tahap inisiatif vs kesalahan - tujuan, karena pada tahap ini anak
mengembangkan sifat inisiatifnya dan melihat tujuan kegiatannya atau sebaliknya rasa
bersalah yang menguasai dirinya. Erikson menyebutnya juga sebagai tahap bermain, karena
pada umur ini anak penuh dengan gerakan, tidak tenang dan selalu bergiat. Perkembangan
otonomi dalam tahap sebelumnya me numbuhkan inisiatif dalam diri anak, yang memberikan
dia kualitas mengejar, merencanakan, dan semangat untuk menyelesaikan tugas tugasnya dan
meraih tujuan. Anak mulai belajar dengan mengajukan bermacam-macam pertanyaan.

28
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan…, hlm.
118.
29
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan…, hlm.
118-119.

16
Beramain merupakan ciri khas tahap ini. la bermain dan coba menciptakan alat-alat
permainan. 30

2.4 Tahap Latensi/ kerajinan vs inferioritas (6-11 thn)

Tahap ini disebut tahap kerajinan vs inferioritas, karena pada tahap ini anak memiliki
potensi untuk mengembangkan kerajinannya atau sebaliknya perasaan rendah diri. Pada tahap
ini, anak mulai mengontrol imajinasinya dan mulai dengan pendidikan formal. Perhatian pada
alat-alat permainan mulai sedikit demi sedikit berkurang dan ia mulai memperhatikan alat -
alat sekolahnya. Dengan kata lain, ia mulai memperhatikan hal - hal produktif dalam
hubungan dengan kerjanya. Bahaya dari tahap ini kalau anak tidak menguasai tugas - tugas
yang dihadapinya, baik yang diberikan oleh guru-guru atau orang tua. Ia akan
mengembangkan perasaan rendah diri. Bersamaan dengan berkembangnya kerajinan,
berkembang pula kompetensi (perasaan mampu melakukan sesuatu).31

2.5 Tahap Pubertas dan Adolesensi (12-20 thn)

Tahap ini disebut juga tahap identitas vs kekacauan identitas, karena pada masa ini ia
menjadi manusia yang unik. Kekacauan identitas terjadi karena ada orang remaja mengenal
identitasnya, sekaligus merasakan bahwa kelompok orang muda, la mulai
mengidentifikasikan sifat - sifat yang perubahan psiko- fisik pada diri remaja, dan ia dalam
kebingungan karena tidak masuk lagi kelompok anak tapi belum diterima sebagai ada dalam
dirinya, suka dan ketidaksukaannya, cita-cita yang ingin digapai. Pada saat yang sama,
tumbuh nilai-nilai kesetiaan, sebagal suatu kemampuan untuk mempertahankan loyalitas
yang diikrar kan. Kesetiaan adalah fondasi yang diatasnya terbentuk suatu perasaan identitas
yang bersifat kontinu.32

2.6 Tahap Dewasa Awal (20-24 thn)

Tahap ini dimulai akhir masa remaja hingga masa pemuda, masa pacaran, menikah dan
awal keluarga baru. Tahap ini disebut juga tahap keintiman vs isolasi, karena pada masa ini
seseorang mengarahkan diri pada rencana untuk memulai suatu profesi, siap secara sosial,

30
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan…, hlm.
119.
31
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan…, hlm.
119.
32
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan…, hlm.
120.

17
dan siap untuk menikah. Di sini ada keinginan untuk akrab, bersaudara baik dengan keluarga
sendir maupun dengan teman dan pacar / istri. Bersamaan dengan tumbuh nya keintiman,
berkembang pula nilai cinta diri orang muda. Cinta itu berkembang dari cinta bayi terhadap
ibunya, cinta berahi pada seorang remaja, dan akhirnya cinta universal yang terungkap dalam
kepedulian terhadap orang - orang lain.33

2.7 Tahap Dewasa - Pemeliharaan (25-65 thn)

Tahap ini disebut juga tahap generatif vs stagnasi. Generatif di sini berarti fokus saat itu
adakah keturunan, produk-produk, ide-ide. Transmisi nilai-nilai sosial diperlukan untuk
memperkaya aspek psikoseksual dan aspek psikososial kepribadian. Bila generatif lemah atau
tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur, ada stagnasi. Disini berkembang juga
nilai pemeliharaan, seperti kepedulian terhadap orang lain, mem besarkan anak, mengajarkan
mereka, memberi contoh dan mengawasi.34

2.8 Tahap Kematangan: Integritas vs Keputusasaan (65 tahun ke atas)

Dalam tahap ini individu dapat mengintegrasikan ego dan keputusasaan dalam
kebijaksanaan. Integritas adalah suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara
benda kegagalan-kegagalan dalam hidup. Orang macam ini biasanya berhasil menyesuaikan
diri dengan keberhasilan-keberhasilan dan benda dan orang-orang, produk-produk dan ide-
ide, dan setelah menyadari berbagai gaya kehidupan orang lain, namun ia bangga memelihara
gaya hidupnya sendiri dan mempertahankannya dari berbagai macam potensi ancaman.
Keputusasaan merupakan lawan dari integritas. Integritas kurang menyebabkan frustrasi dan
putus asa menghadapi perubahan siklus kehidupan individu, kondisi sosial dan historis yang
tidak menentu, dan kefanaan hidup meng hadapi kematian. Kebijaksanaan adalah jalan
tengah antara integritas dan keputusasaan. Kebijaksanaan memberikan integritas pada
pengalaman-pengalaman masa silam. Orang bijaksana dapat menyajikan kepada generasi
muda suatu gaya hidup yang bercirikan suatu perasaan tentang keutuhan dan keparipurnaan.
Perasaan tentang keutuhan ini dapat meniadakan perasaan putus asa dan muak, perasaan tak
berguna.35

33
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan…, hlm.
120.
34
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan…, hlm.
120.
35
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan…, hlm.
120-121.

18
Dalam setiap tahapan di atas, ada krisis yang harus dapat di atasi, baik sukses maupun
lewat kegagalan. Masing-masing kejadian tersebut mengarah pada satu perjumpaan antara
pribadi seseorang dengan tuntutan-tuntutan masyarakat. Hal yang paling penting bagi
penempaan kepribadian dewasa yang sehat dan sukses adalah berhasilnya upaya
memecahkan krisis identitas selama masa puber dan adolesensi. Kalau pemecahan krisis
masa puber dan adolesens berhasil, maka akan menghasilkan manusia yang sehat mentalnya
dan seimbang dalam perilakunya.

Daftar Pustaka

Adang. Psikologi Kepribadian. Bandung: Pustaka Sedia, 2013.

Agus, Sujanto. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

19
Bertens, K. Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: Kompas Gramedia, 2016.
Erikson, Erik H. Childood and Society. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Gunarsa, D Singgih. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia, 1990.

Naisaban, Ladislaus. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan
Karya. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004.

-------- Psikologi Jung. Jakarta: Gramedia, 2003.

https://www.gramedia.com/literasi/teori-psikoanalisis/

20

Anda mungkin juga menyukai