Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN BACAAN

PENDEKATAN PSIKODINAMIK

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Konseling Keluarga

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Vekta Juliatrik (2619059)

Siti Nurul Fatimah (2621084)

Widia Ninggrum(2621113)

Nadya Putri (2621093)

Marissa Wulandari (2621120)

Zahwa Aulia Siregar (2621089)

Dosen Pengampu :

Ira Oktarini M.Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

TAHUN 2023

PENDEKATAN SISTEM PSIKODINAMIK

A. Konsep Psikodinamik
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan
perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah
motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa
kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis
tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini.

Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi


nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Ia mengemukakan
pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam
ketidaksadaran. Alam kesadaran dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul
di tengah laut, sedanhkan sebagian besar gunumg es yang terbenam itu adalah alam
ketaksadaran manusia. Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari id, ego dan
super ego. 1
Jadi Pendekatan psikodinamik ini berpandangan pada model psikoanalisis dimana
memberikan perhatian terhadap latar belakang dan pengalaman setiap anggota
keluarga itu sendiri. Para konselor menaruh perhatian yang tinggi terhadap masalalu
yang melekat pada individu.maka konselor sangat berperan penting dalam pendekatan
psikodinamik ini karena jika di dalamnya konseling keluarga maka permasalahan
yang di anggota keluarga baik suami, istri ataupun anak dapat terentaskan.

B. Tokoh Perkembangan Psikodinamik


1. Sigmund Freud
Sigmund Freud lahir, 6 Mei 1856 di Freiberg, dan meninggal di London, 23
September 1939 pada umur 83 tahun. Sigmund Freud adalah seorang Austria
keturunan Yahudi dan pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi.
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar
(conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Konsep dari teori

1 Alwisol,psikologi kepribadian.malang:penerbit Universitas Muhamadiah malang.2005


Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang
mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan
bahwa perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas yang pada awalnya dirasakan
oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.

Metode Freud yang digunakan untuk menyembuhkan penderita tekanan psikologis


yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari
konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk
mengungkap masalah – masalah yang ditekan oleh diri seseorang. Sedangkan analisis
mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan
alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan,
ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama
sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk
mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam. Ketika permasalahan
alam bawah sadar ini terungkap, maka untuk penyelesaianselanjutnya akan lebih
mudah untuk diselesaikan.
2. Erik Erikson
Erik Erikson lahir di Frankfurt-am-Main, Jerman, 15 Juni 1902 – meninggal di
Harwich, Amerika Serikat pada umur 91 tahun.Erik Erikson adalah seorang psikolog
Jerman yang terkenal dengan teori tentang delapan tahap perkembangan pada
manusia. Erikson menjadi terkenal karena upayanya dalam mengembangkan teori
tentang tahap perkembangan manusia yang dirintis oleh Freud.2

Berbeda dengan Freud yang dikenal dengan psikolog id, Erikson dikenal sebagai
psikolog ego. Dia menekankan peran budaya dan masyarakat dan konflik yang dapat
terjadi dalam ego itu sendiri, sedangkan Freud menekankan konflik antara id dan
superego.

Menurut Erikson, ego berkembang karena berhasil menyelesaikan krisis sosial


yang jelas di alam. Ini melibatkan membangun rasa percaya pada orang lain,
mengembangkan rasa identitas dalam masyarakat, dan membantu generasi berikutnya
mempersiapkan untuk masa depan.

2 Boeree,CG. Personality theories.melacak kepribadian anda Bersama psikologi dunia.


C. Tujuan Pendekatan Psikodinamik
Terdapat tujuan konseling aliran psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali
struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal yang tak disadri menjadi
sadar kembali. Proses konseling dititik beratkan pada usaha konselor agar klien dapat

menghayati, memhami dan mengenal pengalaman-pengalaman masa kecilnya


terutama masa usia 2-5 tahun.

Pada dasarnya teori Freudian atau psikodinamika bersumber dari karya Freud
yang digunakan untuk menolong orang yang memiliki permasalahan emosional. Oleh
karena itu banyak aspek dalam teori tersebut yang merupakan jawaban atas
pertanyaan bagaimana memfasilitasi perubahan terapeutik dalam klien atau pasien.
Freud menggunakan ungkapan “where id was, let ego be” untuk merangkum tujuan,
dengan kata lain ketimbang di setir oleh kekuatan bawah sadar dan dorongan-
dorongan, orangorang akan menjadi lebih rasional setelah mendapatkan terapi, lebih
sadar terhadap kehidupan emosionalnya dan lebih mampu mengontrol perasaannya
dengan cara yang tepat. Karena itu tujuan dari psikodinamika adalah mencapai
pemahaman yang mendalam terhadap permasalahan seseorang (misalnya akar masa
kanak-kanak mereka).

D. Teori Perkembangan Sigmund Freud


Sigmund Freud menjelaskan bahawa sejak awal terbentuknya kehidupan, manusia
dimotivasi oleh dorongan-dorongan irasional yang bertujuan untuk mendapatkan
kepuasan. Dorongan-dorongan tersebut merupakan bentuk ekspresi dari libido, yaitu
dorongan hidup atau energi psikis yang memotivasi prilaku manusia. Libido dapat
diartikan sebagai energi mental yang terdapat dalam diri manusia.3
Freud membagi struktur kepribadian manusia menjadi tiga bagian utama, yaitu, Id,
ego, dan superego. Ketiga bagian psikis ini mempunyai kekhasan masing-masing,
sebab mereka menggambarkan tiap-tiap ide yang saling paradoks. Hanya saja, mereka
tidak akan membuat manusia sepenuhnya nyaman, karena manusia tetap saja orang
yang sakit. Sebagaimana tubuh fisik yang mempunyai struktur: kepala, kaki, lengan

3 Mischel shoda and smith.introduction to personality:toward an integration.2004


dan batang tubuh, Sigmund Freud, meyakini bahwa jiwa manusia juga mempunyai
struktur, meski tentu tidak terdiri dari bagian-bagian dalam ruang. Struktur jiwa
tersebut meliputi tiga instansi atau sistem yang berbeda. Masing-masing sistem
tersebut memiliki peran dan fungsi sendiri-sendiri. Keharmonisan dan keselarasan
kerja sama di antara ketiganya sangat menentukan kesehatan jiwa seseorang. Ketiga
bagian kepribadian manusia tersebut akan dijelaskan sebagi berikut:

1. Id (Das Es)
Id merupakan lapisan paling dasar dalam struktur psikis seorang manusia.
Id meliputi segala sesuatu yang bersifat impersonal atau anonim, tidak
disengaja atau tidak disadari, dalam daya-daya mendasar yang menguasai
kehidupan psikis manusia.
Id berisikan libido dan bekerja secara tidak sadar, terdiri dari implus-
implus dasar manusia yang sudah dimiliki manusia sejak lahir, seperti seksual
dan agresi. Id bekerja atas dasar kesenangan yang terdapat dalam diri manusia,
digerakan oleh implus-implus yang ingin segera terpuaskan untuk
mendapatkan suatu kesenangan.4

2. Ego (Das Ich)


Berbeda dengan id, ego berada pada tahap sadar, yang merupakan aspek
berpikir dari kepribadian yang berkembang pada usia dua sampai tiga tahun.
Ego bekerja untuk memenuhi kebutuhan dari id. Seperti ketika sesorang
merasa lapar, id menuntut suatu pemuasan segera, tugas ego adalah untuk
mencari cara memuaskan kebutuhan tersebut. Ego bekerja berlandaskan
prinsip realitas dan berhubungan dengan proses sekunder. Tujuan prinsip
realitas adalah mencari objek yang tepat sesuai dengan kenyataan untuk
mereduksi ketegangan yang timbul di dalam diri. Proses sekunder ini adalah
proses berpikir realistik. Dengan mempergunakan proses sekunder, Ego
merumuskan sesuatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya
dengan suatu tindakan untuk mengetahui apakah rencananya itu berhasil atau
tidak.
3. Superego (Das Ueber Ich)
4 Syamsu yusuf juntika hursan. Teori kepribadian(bandung:PT. Remaja Rosdakarya 2012) hal 123
Superego adalah bagian dari kepribadian manusia yang berperan sebagai
penilai moral, berisi tentang aturan-aturan sosial yang berkembang dalam
masayarakat dan berkembang mendekati usia enam tahun.
Aktifitas Superego dapat berupa self observation, kritik diri, larangan dan
berbagai tindakan refleksif lainnya. Superego terbentuk melalui internalisasi
(proses memasukkan ke dalam diri) berbagai nilai dan norma yang represif
yang dialami seseorang sepanjang perkembangan kontak sosialnya dengan
dunia luar, terutama di masa kanak-kanak. Superego memiliki fungsi sebagai
pengendali ego agar dorongan-dorongan ego disalurkan dalam bentuk aktivitas

yang dapoat diterima oleh masyarakat, mengarahkan ego pada tujuan-tujuan


yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral, mendorong individu kepada
kesempurnaan.

Selajutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian


berlangsung melalui lima fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada
daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap
rangsangan. Kelima fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut:

a. Fase oral (oral stage: 0 sampai kira-kira 18 bulan)


Pada tahap oral, sumber utama bayi berinteraksi terjadi melalui
mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting.
Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi merasakan kesenangan
dari rangsanga oral melaui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan
mengisap. Karena bayi sepenuhnya bergantung pada pengasuh (yang
bertanggung jawab untuk member makan bayi, bayi juga
mengembangkanrasa kepercayaan dan kenyamanan melalui setimulusi
oral. Konflik utama pada tahap ini adalah prioses penyapihan, anak
harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi
terjadi pada tahap ini, Freud percaya induvidu akan memiliki maslah
dengan ketergantungan atau agresi. Fiksasi oral dapat mengakibatkan
maslah dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku.5

b. Fase anal (anal stage: kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun)

5 Samuel T Glading. Konselinbg profesi yang menyeluruh edisi ke-6 ( Jakarta:PT Indeks 2012) hal 274
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus awal dari libido
adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik
untama pada tahap ini adalah pelatihan toilet. Anak harus belajar untuk
mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan control ini
menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian. Menurut Freud,
keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua
melakukan pendekatan pelatihan toilet. Orang yang memanfaatkan
pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat
mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu an
produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini

menjadikan dasar seseorang menjadi orang dewasayang kompeten,


produktif, dan kreatif. Namun, tidak semua orang tua memberikan
dukungan kepada anak-anak mereka selama tahap ini. Menurut Freud,
pada fase ini apabila pengontrolan orang tua pada anak yang terlalu
longgar akan mengakibatkan anak itu menjadi seorang yang boros dan
memiliki kepribadian yang berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau
terlalu dini memulai toilet traning kepada seorang anak maka
kepribadian kuatlah yang akan berkembang di mana seorang anak akan
menjadi tertib, kaku, dan obseif.
c. Fase falis (phallic stage: kira-kira usia 3 samapai 6 tahun)
Pada tahap falis, focus utama dari libido adalah pada alat
klamin. Anak-anak mulai menemukan antara pria dan wanita. Freud
juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sabagai
saingan untuk memperoleh kasih sayang ibu. Kompleks Oedipus
menggambarkan perasaan ini ingi memiliki ibu dan ada keinginan
untuk menggantika ayah. Namun, anak juga merasa khawatir bahwa ia
akan di hukum oleh ayah untuk perasaan ini, ketakutan ini di sebut
Freud sebagai pengebirian kecemasan.6

d. Fase laten (latency stage: kira-kira 6 sampai puberitas)


Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual
tetap ada, tetapi di arahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual
6 Mahmuda. Bimbingan dan konseling keluarga ( semarang : CV Karya Abadi) 2015 hal 104-105
dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan
keterampilan sosial, komunikasi dan kepercayaan diri.
e. Fase genital (genital stage: pubertas dan selanjutnya)
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, induvidu
mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Pada
tahaptahap awal hanya fokus pada kebutuahan individu, kepentingan
kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya
telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat
dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan
keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.

E. Teori Perkembangan Erik Erikson


Erik Erikson dipandang sebagai tokoh utama dalam teori psikoanalitik
kontemporer. Erikson menguraikan dan memperluas struktur psikoanalisis yang
dibangun oleh Freud serta merumuskan kembali prinsip-prinsipnya guna memahami
dunia modern.
Meskipun teori perkembangan kepribadian yang dirumuskan Erikson mempunyai
kemiripan dengan teori Freud, namun dalam beberapa hal keduanya berbeda
pendapat. Erikson misalnya, mengatakan bahwa individu berkembang dalam tahap –
tahap psikososial, yang berbeda dengan tahap – tahap psikoseksual Freud. Erikson
menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia,
sementara Freud berpendapat bahwa kepribadian dasar individu dibentuk pada lima
tahun pertama kehidupan. Disamping itu, dalam teori psikososial, Erikson lebih
menekankan faktor ego, sementara dalam teori psikoseksual, Freud lebih
mementingkan id. Erikson menjelaskan yang tidak dilakukan oleh Freud yaitu tahap
perkembangan manusia dari lahir hingga lanjut usia. Teori Erikson dianggap lebih
realistis dengan menekankan pada aspek sosial dan fungsi budaya, berbeda dengan
Freud yang lebih banyak berbicara tentang wilayah ketidaksadaran manusia.
Menurut erikson ada delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melalui
siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas
dan mengedepankan induvidu dengan suatu krisis yang harus di hadapi. Bagi Erilson
krisis inibukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan
peningkatan potensi. Semakin berhasil induvidu menghadapi krisis, akan semakin
sehat perkembangan mereka. Berikut adalah tahapan krisis perkembangan menurut
Erik Erikson:
a. Kepercayaan vs ketidak percayaan (12-18 bulan)
Adalah suatu tahap psikososial pertama yang di alami dalam tahun
pertama kehidupan. Rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan
sejumlah kecil kekhawatiran akan masa depan. Kepercayaan pada bayi
menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan
menyenangkan.
b. Autonomy vs rasa malu dan ragu (18 bulan hingga 3 tahun)
Adalah tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi
dan baru mulai berjalan (1-3tahun). Setelah memperoleh rasa percaya kepada
pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa prilaku mereka adalah atas
kehendaknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan
otonomi mereka. Bila bayi cenderung di batasi maka mereka akan cenderung
mengembangkan rasa malu dan keragu-raguan.
c. Inisiatif vs rasa bersalah (3 - 6 tahun)
Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah.
Ketika mereka masuk dunia sekolah mereka lebih ditantang di banding ketika
masih bayi. Anak-anak di harapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini
dengan rasa tanggung jawab atas prilaku mereka, mainan mereka, dan hewan
peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa.
Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan
dan dibuat mereka sangat cemas.7

d. Industri vs inverioritas (6 tahun - puberitas)


Berlangsung selama tahun-tahun sekolah dasar tidak ada masalah lain
yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh
imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka
mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
intelektual. Pada tahap ini, yang paling berbahaya adalah perasaan tidak
kompeten dan tidak produktif.

7 Fatchia E Kartamuda. Konseling pernikahan untuk keluarga Indonesia( Jakarta: salemba humanik 2009) hal
141-142
e. Identitas vs kekacauan identitas (puberitas dewasa awal)
Merupakan tahap kelima yang di alami individu selama tahun-tahun
masa remaja. Pada tahap ini mereka dinhadapkan oleh pencarian siapa mereka,
bagaimana mereka nanti, dan kemana mereka akan menuju masa depannya.
Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif
terhadap peran penjajakan karir merupakan hal penting. Orang tua harus
mengizinkan anak remaja menjajaki bayak peran dan berbagai jalan. Jika anak
menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan
mencapai identitas yang positif. Jika orang tua menolak identitas remaja
sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak di jelaskan
tentang jalan masa depan yang posotif maka ia akan mengalami kebingungan
identitas.
f. Imitasi vs isolasi (dewasa awal)

Tahap ke enam yang di alami pada masa-masa dewasa. Pada masa ini
induvidu di hadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan
orang lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.
g. Produksifitas vs staknasi (dewasa tengah)
Tahap ketujuh perkembangan yang di alami pada masa pertengahan
dewasa. Persoalan pertama adalah membantu generasi muda mengembangkan
dan mengarahkan kehidupan yang berguna (generality). Perasaan belum
melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya adalah stagnation.
h. Integritas evo vs putus asa (dewasa akhir)
Tahap kedelapan yang di alami pada masa dewasa akhir. Pada tahun
terakhir kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia
menganggap selama kehidupan lalu dengan cara negatif maka akan cenderung
merasa bersalah dan kecewa.

F. Faktor-faktor Psikodinamik
Perubahan-perubahan yang diharapkan dalam terapi psikodinamik bukan hanya
perubahan pada faktorfaktor umum (pengurangan demoralisasi dan simtom-simtom),
tetapi juga melibatkan perubahan kepribadian atau perbaikan psikodinamik. Lima
faktor psikodinamik yang diduga berperan dalam terapi-terapi psikodinamik adalah:
1. Teori-teori psikodinamik memperhitungkan pengurangan/pelepasan
ketegangan (katarsis). Klien didorong untuk bebas tanpa takut mengeluarkan
perasaan-perasaan dan fantasi-fantasinya.
2. Klien membawa harapan-harapan dan keinginan-keinginan yang tidak disadari
ke dalam terapi, untuk mendapatkan bantuan.
3. Klien mencapai pembelajaran kognitif (insight) berdasarkan
interpretasiinterpretasi tertentu yang dibuat oleh konselor.
4. Konselor menangani klien melalui isyarat/tanda-tanda langsung maupun tak
langsung (overt and covert) tentang persetujuan atau ketidak-setujuan konselor
terhadap tingkah laku klien agar tingkah laku klien lebih berfungsi secara lebih
sehat.
G. Strategi dan Prosedur Evaluasi
Semua model konseling psikodinamik singkat menekankan pada evaluasi
psikologis klien sebagai suatu dasar pijakan bagi treatmen yang efektif. Evaluasi klien
merupakan hal yang sangat penting bahkan terpenting. Melalui evalusi klien konselor
dapat: menyaring klien potensial bagi keberlanjutan treatmen (terapi ini tidak untuk
semua orang); memperjelas fokus terapi; memperoleh sejarah yang terkait dengan
problem-problem focal; memperoleh data untuk memformulasikan problem klien;
merumuskan hasil (out-come) yang diharapkan;serta konselor dapat menentukan
teknik dan strategi-strategi yang tepat. Data-data evaluasi dapat diperoleh melalui:
1. Wawancara
Wawancara yang dimaksudkan di sini adalah wawancara pra-konseling.
Wawancar pra konseling dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang klien.
Fokus wawancara pada umumnya berkisar pada hubungan interpersonal klien
pada saat ini dan di masa lampau, kesulitan-kesulitan yang saat ini dialami klien
dikaitkan dengan fantasi-fantasi klien tentang orang tua dan significant others.
Wawancara biasanya dilakukan selama satu atau dua jam sebelum awal treatment.
Wawancara dapat dilakukan oleh konselor atau orang lain
(interviewer).
2. Reformulasi problem
Begitu problem-problem terkini telah dieksplorasi dan sejarah psikologis yang
terkait telah diperoleh, problem diformulasiskan dalam istilah psikodinamik.
Tiaptiap formulasi mencakup sintesa dan interpretasi dari informasi-informasi
yang diperoleh selama wawancara evaluasi. Sintesa dan interpretasi dimasukkan
ke dalam hipotesis-hipotesis psikodinamik yang menjelaskan hakekat
perkembangan problem saat ini, dan memberikan fokus treatment. Reformulasi
problem tidak bersifat “teks book”. Reformulasi problem membutuhkan
partisipasi dan kolaborasi antara klien dengan konselor. Klien berbicara dan
memberikan data-data klinis, konselor bertanya dan menginterpretasikan data
(informasi dari klien), memberikan fokus, memberikan pandangan integratif yang
diarahkan dari teori psikodinamik.
3. Pemilihan klien
Pemilihan klien terkait dengan prediksi keberhasilan treatmen melalui
konseling psikodinamika singkat. ada lima kriteria yang menjadi dasar pemilihan
klien bagi konseling psikodinamika singkat, yaitu:
a. Klien harus mampu membatasi suatu keluhan (komplain) yang utama. Ciri
ini menunjukkan / dapat menggambarkan kemampuan klien untuk
mereview beberapa kesulitan psikologis dan menempatkan salah satu
kesulitan tersebut sebagai fokus yang harus dipecahkan.
b. Klien harus memiliki paling tidak satu hubungan yang bermakna selama
masa kanak-kanak awal. Kata bermakna di sini sepadan dengan kata sifat
seperti altruistik, resiprokal, dan saling memberi-menerima.
c. Klien harus mampu berhubungan baik dengan evaluator dan
mengekspresikan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya secara bebas,
terbuka dan tepat.
d. Klien harus memiliki kecerdsan rerata atau di atas rerata dan memiliki
kesadaran psikologis. Hal ini penting bagi pemahaman akan
simtomsimtom yang dimilikinya.
e. Klien memiliki motivasi untuk berubah.
KESIMPULAN
1. Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan
perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah
motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa
kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis
tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini.
2. Dimana tokohnya yaitu: Sigmund Freud dan Erik Erikson yang menjelaskan
tentang teori psikodinamik
3. Tujuan konseling aliran psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali struktur
kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal yang tak disadri menjadi sadar
kembali.
4. Teori Perkembangan Sigmund Freud
a. Freud membagi struktur kepribadian manusia menjadi tiga bagian utama,
yaitu, Id, ego, dan superego.
b. Teori Perkembangan Erik Erikson
-Kepercayaan vs ketidak percayaan (12-18 bulan)
-Autonomy vs rasa malu dan ragu (18 bulan hingga 3 tahun)
-Inisiatif vs rasa bersalah (3 - 6 tahun)
-Industri vs inverioritas (6 tahun - puberitas)
-Identitas vs kekacauan identitas (puberitas dewasa awal)
-Imitasi vs isolasi (dewasa awal)
-Produksifitas vs staknasi (dewasa tengah)
Daftar Pustaka

Fatchia E Kartamuda.2009. Konseling pernikahan untuk keluarga Indonesia


Jakarta: salemba humanik
Alwisol. 2005. psikologi kepribadian. malang: penerbit Universitas Muhamadiah
Malang
Boeree,CG. Personality theories.melacak kepribadian anda Bersama psikologi
dunia. Yogyakarta: Prima Sophie
Mischel shoda and smith. 2004. introduction to personality:toward an integration.
John Wiley: USA
Syamsu yusuf juntika hursan.2012. Teori Kepribadian. bandung:PT. Remaja
Rosdakarya
Samuel T Glading.2012. Konselinbg profesi yang menyeluruh edisi ke-6 .
Jakarta:PT Indeks
Mahmuda.2015. Bimbingan dan konseling keluarga . Semarang : CV Karya
Abadi

Anda mungkin juga menyukai