KELOMPOK 5
DISUSUN OLEH :
Vina Suoth
Nathania Anae
Angel Pinulogod
D. Struktur kepribaian
Freud membagi struktur ini menjadi tiga aspek yaitu : id, ego dan superego. Berikut
penjelasannya :
a. Id, id berasal dari kata latin “Is” yang artinya es. Kepribadian ini disebut Freud sebagai
kepribadian bawaan lahir. Didalamnya terdapat dorongan yang didasari pemenuhan biologis
guna kepuasan bagi dirinya sendiri. Karakter khas pada aspek ini adalah tidak adanya
pertimbangan logis dan etika sebagai prinsip pengambilan keputusan. Lebih sederhana, id
berwujud pada gambaran nafsu, hasrat seksual dan perasaan superior (ingin berkuasa).
b. Ego, aspek kepribadian ini terjadi akibat pengaruh yang ia dapatkan dari apa yang terjadi
didunia/lingkungannya. Ciri khas dari aspek ini, ego mengatur id dan juga superego untuk
pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kepentingan kepribadian yang terlibat. Artinya, berbeda
dengan id yang hanya mementingkan diri sendiri, ego merupakan aspek yang mementingkan
keperluan lebih luas (tidak hanya dirinya).
c. Superego, aspek kepribadian yang satu ini akan lekat kaitannya moral atau nilai kehidupan.
Ranah superego berisi tentang batasan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk.
Dengan kata lain, superego memiliki peran penting untuk menjadi penengah antara id an ego.
Ia menjadi penyekat dari sinyal yang dikirimkan aspek id serta memotivasi ego untuk
melakukan hal yang menjunjung moralitas.
E. Dinamika kepribadian
b. Jenis-Jenis Insting
a. Insting Hidup (Life Instinct)
Insting hidup disebut juga Eros adalah dorongan yang menjamin survival dan
reproduksi, seperti lapar,haus dan seks. Bentuk enerji yang dipakai oleh insting hidup
itu disebut “libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk
insting hidup, namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah insting
seksual (terutama pada masa-masa permulaan,sampai kira-kira tahun 1920). Dalam
pada itu sebenarnya insting seksual bukanlah hanya untuk satu insting saja, melainkan
sekumpulan insting-insting, karena ada bermacam-macam kebutuhan jasmaniah yang
menimbulkan keinginan-keinginan erotis.
b. Insting Mati (Death Instinct)
Insting mati disebut juga insting-insting merusak (destruktif). Insting ini berfungsinya
kurang jelas jika dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal.
Akan tetapi adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang itu
pada akhirnya akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa
“Tujuan semua hidup adalah mati” (1920). Suatu derivatif insting mati yang
terpenting adalah dorongan agresif. Sifat agresif adalah pengrusakan diri yang diubah
dengan obyek subtitusi.
Insting hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makan
misalnya merupakan campuran dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat
dipuaskan dengan menggigit, menguyah dan menelan makanan.
c. Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian.
Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak
terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama.
Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan
datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.
Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang
belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Kecemasan berfungsi sebagai
mekanisme yang mengamankan ego karena memberi sinyal ada bahaya di depan
mata.
Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Hanya ego
yang bisa memproduksi atau merasakan kecemasan. Akan tetapi, baik id, superego,
maupun dunia luar terkait dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan: realistis,
neurotis dan moral. Ketergantungan ego pada id menyebabkan munculnya kecemasan
neurosis, sedangkan ketergantungan ego pada superego memunculkan kecemasan
moral, dan ketergantungannya pada dunia luar mengakibatkan kecemasan realistis.
a. Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety)
Adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan ini menjadi
asal muasal timbulnya kecemasan neurotis dan kecemasan moral.
b. Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety)
Adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua atau figur
penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang
diyakininya bakal menuai hukuman. Hukuman belum tentu diterimanya, karena orang
tua belum tentu mengetahui pelanggaran yang dilakukannya, dan misalnya orang tua
mengetahui juga belum tentu menjatuhkan hukuman. Jadi, hukuman dan figur
pemberi hukuman dalam kecemasan neurotis bersifat khayalan.
c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Adalah kecemasan kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar standar
nilai orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotis tampak mirip, tetapi
memiliki perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego pada kecemasan moral orang
tetap rasional dalam memikirkan masalahnya sedang pada kecemasan neurotis orang
dalam keadaan distres – terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas.
c. Represi (Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala
sesuatu (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari
kesadaran.
e. Proyeksi (Projection)
Proyeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotis atau moral menjadi
kecemasan realistis, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang
mengancam dipindahkan ke obyek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu
terproyeksi dari obyek eksternal kepada diri orang itu sendiri.
f. Introyeksi (Introjection)
Introyeksi adalah mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat
positif orang lain ke dalam egonya sendiri. Misalnya, seorang anak yang meniru gaya
tingkahlaku bintang film menjadi introyeksi, kalau peniruan itu dapat meningkatkan
harga diri dan menekan perasaan rendah diri, sehingga anak itu merasa lebih bangga
dengan dirinya sendiri. Pada usia berapapun, manusia bisa mengurangi kecemasan
yang terkait dengan perasaan kekurangan dengan cara mengadopsi atau melakukan
introyeksi atas nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan perilaku orang lain.
e. Fase Genital
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem
endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda
seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual
primer. Pada fase ini kateksis genital mempunyai sifat narkistik : individu
mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang
lain diingkan hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan
jasmaniah. Pada fase ini, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek diluar, seperti :
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis,
perkawinan dan keluarga.