Penulis
Nama : Amanda Nahdla Salsabilla
NPM : 2113052063
Kelas :A
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
A. DESKRIPSI TEORI
Psikoanalisis merupakan salah satu cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund
Freud dan para pengikutnya. Psikoanalisis atau Psikoanalisis Freud memiliki arti yang
sama. Namun, bagi pengikut Freud yang berseberangan dengannya, mereka tetap
menggunakan istilah psikoanalisis dan menggunakan nama baru untuk memberikan
pendapat mereka.
Teori psikoanalisis memiliki tiga penerapan, yaitu;
1. Metode penelitian dari pikiran.
2. Ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
3. Metode perilaku terhadap penyakit emosional atau penyakit psikologis
Masing-masing unsur tersebut memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan
perlengkapan sendiri. Dan ketiga unsur tersebut dengan berbagai dimensinya
dibagi sebagai berikut;
Unsur Dimensi Asal
• Das Es (the Id) yaitu pembawaan.
• Das Ich (the Ego) yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungan.
• Das Uber Ich (the Super Ego) yang merupakan hasil internalisasi nilai-
nilai dari figur yang berpengaruh.
Unsur Dimensi Aspek
• Das Es (the Id) yaitu biologis.
• Das Ich (the Ego) yaitu psikologis.
• Das Uber Ich (the Super Ego) yaitu sosiologis.
Unsur Dimensi Fungsi
• Das Es (the Id) yaitu mempertahankan konstansi.
• Das Ich (the Ego) yaitu mengarahkan individu pada realitas.
• Das Uber Ich (the Super Ego) yaitu sebagai pengendali das Es dengan
mengarahkan das Es dan das Ich pada perilaku yang lebih bermoral.
Unsur Dimensi Prinsip Operasi
• Das Es (the Id) yaitu operasi pleasure principle.
• Das Ich (the Ego) yaitu operasi reality principle.
• Das Uber Ich (the Super Ego) yaitu operasi morality principle.
Unsur Dimensi Perlengkapan
Das Es (the Id) yaitu refleks dan proses primer.
Das Ich (the Ego) yaitu proses sekunder.
Das Uber Ich (the Super Ego) yaitu conscientia dan Ich ideal.
2. Dinamika Kepribadian
Freud berpendapat bahwa dinamika kepribadian adalah bagaimana energi psikis
seseorang didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Uber
Ich. Dan menurutnya, setiap energi yang ada pada manusia berasal dari sumber
yang sama, yaitu makanan yang telah dikonsumsinya. Sedangkan energi
manusia dibedakan dari penggunaannya, yaitu energi fisik dan energi psikis.
3. Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego atau ego defence mechanism berdasar pada teori
psikoanalisis, menjadi strategi yang digunakan seseorang untuk mencegah
munculnya keterbukaan dari dorongan das Es atau melawan tekanan das Uber
Ich atas das Ich. Tujuannya adalah mengurangi dan meredakan kecemasan yang
dialami seseorang. Menurut Freud, ini menjadi mekanisme yang rumit dan
banyak jenisnya.
Jenis-jenis mekanisme pertahanan ego yang banyak dijumpai oleh Freud
adalah;
• Represi.
• Sublimasi.
• Proyeksi.
• Displacement.
• Rasionalisasi.
• Pembentukan reaksi.
• Regresi.
4. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Freud, bahwa kepribadian individu sudah
terbentuk pada akhir tahun kelima, sedangkan sebagian besar perkembangan
selanjutnya hanyalah penghalusan struktur dasar. Perkembangan kepribadian
berlangsung melalui lima fase yang mana fase tersebut berhubungan dengan
tingkat kepekaan pada daerah erogen, yakni bagian tubuh tertentu yang bersifat
sensitif pada rangsangan.
Berikut fase-fasenya;
• Fase oral (oral stage) yaitu dari usia 0-1 tahun.
• Fase anal (anal stage) yaitu dari usia 1-3 tahun.
• Fase falik (phallic stage) yaitu dari usia 3-5 tahun.
• Fase laten (latency stage) yaitu dari 5-12 tahun.
• Fase genital (genital stage) yaitu dari usia 12 tahun – dewasa.
5. Hubungan Teori Psikoanalisis dengan Pendidikan
Psikologi erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Teori psikoanalisis memiliki
andil besar dalam dunia pendidikan. Teori ini menunjuk pada semua tingkah
laku yang dilakukan oleh orang dewasa, pakar atau non-pakar, guru, dan orang
tua untuk bersikap dan membentuk sekaligus mempengaruhi perilaku anak atau
peserta didik dalam proses pemahamannya. Sedangkan pendidikan sendiri
merujuk pada prinsip-prinsip yang menjadi dasar tingkah laku dalam
perlindungan terhadap sikap peserta didik. Hal ini juga menjadi contoh teori
psikoanalisis dalam kehidupan sehari hari.
Dengan demikian hakikatnya perilaku manusia digerakkan oleh dua dorongan dasar,
yaitu dorongan untuk hidup dan dorongan untuk mati. Dorongan untuk hidup kemudian
oleh Freud secara khusus tercitrakan pada dorongan seks (libido) sebagai intinya. Ini
disebabkan karena Freud melihat berdasarkan pengalaman prakteknya, banyak pasien
yang mengalami gangguan mental disebabkan mereka tidak mampu mengekspresikan
dorongan seks mereka secara wajar. Libido pada manusia ini yang kemudian
memberikan energi psikis pada id.
Pada bagian lain, energi superego juga sangat mungkin berasal dari dorongan untuk
mati. Itulah sebabnya mengapa orang yang superegonya kuat dan mendominasi
kepribadiannya, mudah diliputi kecemasan dan rasa bersalah yang pada akhirnya
membuat individu diliputi perasaan putus asa dan depresi (bahkan keinginan untuk
bunuh diri). Ini terjadi karena energi dorongan untuk mati diarahkan kepada diri sendiri.
Sedangkan bila energi dorongan untuk mati diarahkan ke luar, ini akan muncul dalam
bentuk perilaku agresi yang bersifat destruktif termasuk di dalamnya rupa-rupa tindak
kekerasan yang biasanya dimulai dari stereotype pada lawan saingan.
Judul Penelitian
DAMPAK KORBAN KEKERASAN VERBAL
DAN NON VERBAL SAAT PACARAN
Teori Psikoanalisis
Sigmund Freud Asumsi Teori Psikoanalisis
Perilaku manusia digerakkan Sigmund Freud
oleh dua dorongan dasar, Determinisme psikis dan
yaitu dorongan untuk hidup motivasi tak sadar.
dan dorongan untuk mati.
Penelitian Terdahulu
Jurnal
VARIABEL 1 VARIABEL 2
Variabel Dependen : Variabel Independen :
Kekerasan verbal dan non verbal Korban
saat pacaran
Hipotesis
H1 : Terdapat hubungan yang
signifikan antara korban dengan
kekerasan verbal dan non verbal saat
pacaran.
H0 :Tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara remaja dengan
kekerasan verbal dan non verbal saat
pacaran.
D. Hipotesis Penelitian
Ada dua asumsi yang mendasari teori psikoanalisis freud, diantaranya yaitu:
1. Asumsi Determinisme psikis ( Psychic Determinism)
Asumsi ini mengemukakan bahwa segala sesuatau yang dilakukan, pikirkan,
atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud, itu semua secara alami
sudah ditentukan.
2. Asumsi Motivasi tak sadar (Unconicious Motivation)
Asumsi ini meyakini bahwa sebagian besar tingkah laku individu seperti:
perbuatan, berpikir dan merasa di tentukan oleh motif tak sadar.
Berdasarkan asumsi dari Teori Psikoanalisis Freud pada dasarnya dorongan untuk
melakukan tindak kekerasan memang sudah menjadi sifat dasar manusia (bawaan).
Semua manusia berpotensi (tanpa kecuali) untuk melakukan tindak kekerasan (entah
terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain). Pada konteks ini, bukan tidak mungkin
lingkungan sosial pendidikan seseorang ikut andil dalam membentuk kesadaran
seseorang dalam berinteraksi dan memandang orang lain (the other). Stereotype yang
sering menjadi pemicu dari terjadinya kekerasan, amat mungkin terbentuk secara sadar
dan tidak sadar oleh lingkungan sosial pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat dan
social media). Maka, stereotip yang menggelayut dalam lingkungan sosial pendidikan
yang mestinya melingkari dunia sosial seorang manusia sebagai individu sangatlah
mungkin menjadi picu konflik, menjadi semacam “bara dalam sekam” dalam diri
manusia dalam memancing munculnya konflik-konflik horizontal yang seringkali
ditandai oleh bentuk-bentuk kekerasan fisik.
H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara korban dengan kekerasan verbal dan
non verbal saat pacaran.
H0 :Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara remaja dengan kekerasan verbal
dan non verbal saat pacaran.