Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK KORBAN KEKERASAN VERBAL DAN NON VERBAL SAAT PACARAN

Penulis
Nama : Amanda Nahdla Salsabilla
NPM : 2113052063
Kelas :A
Program Studi : Bimbingan dan Konseling

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG 2023
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DESKRIPSI TEORI

Teori Psikoanalisis Sigmund Freud


Orang yang pertama mengembangkan istilah psikoanalisis adalah Sigmund Freud. Dan
dikenal sebagai teori psikoanalisis Sigmund Freud Ia adalah seorang psikolog asal
Wina, Australia yang lahir pada 6 Mei 1856 dari pasangan Amalia dan Jacob Freud. Ia
mengambil jurusan kedokteran di Universitas Wina pada 1973 dimana ia melakukan
banyak observasi dan penelitian yang membahas tentang kejiwaan dan kesesuaian
pendirian. Pada tahun 1980-an, ia mengambil psikologi sebagai bagian hidupnya. Ia
meninggal pada usia 83 tahun di London pada 23 September 1939. Ia dikenal sebagai
seorang yang mengembangkan psikologi kepribadian. Dan sejak saat itu, ia terus
mengembangkan teori psikoanalisis dengan mengikuti observasi dalam konsep
kepribadian dan terus direvisi hingga 50 tahun terakhir dalam hidupnya.

Sigmund Freud berpendapat bahwa kepribadian manusia didasarkan pada pengalaman-


pengalaman yang dialaminya. Pendekatan psikoanalisis yang dilakukannya adalah
dengan menganalisis berdasarkan pada mimpi dan dari bacaannya dari literatur ilmu
pengetahuan dan kemanusiaan. Freud lebih mengandalkan penalaran deduktif
dibandingkan metode riset ketat yang banyak dilakukan oleh psikolog pada umumnya.
Ia menggunakan studi kasus secara eksklusif dan merumuskan secara khas hipotesis-
hipotesisnya terhadap fakta kasus yang ditemukannya. Hal ini dilakukan dalam kajian
teorinya yang memprioritaskan penelitian atas kesadaran sebagai aspek utama dalam
kehidupan mental seseorang. Meskipun begitu, kesadaran hanyalah bagian kecil dalam
diri seseorang. Sedangkan bagian terbesarnya adalah ketidaksadaran atau yang biasa
disebut dengan alam tidak sadar. Hal ini diibaratkan sebagai gunung es yang terapung,
di mana bagian yang muncul ke permukaan merupakan alam sadar, dan bagian yang
tenggelam yaitu alam tidak sadar.

Bagi Freud, manusia merupakan makhluk deterministik yang mendefinisikan kegiatan


manusia dibentuk oleh kekuatan irasional, kekuatan alam tidak sadar, dorongan
biologis, dan insting pada usia enam tahun pertama dalam kehidupannya. Teorinya ini
masuk sebagai kajian ilmu baru tentang manusia dan akan terus mengalami banyak
pertentangan dari psikolog-psikolog lainnya. Salah satu ahli dan ilmuwan yang
berseberangan dengan gagasan Freud adalah H. J. Eysenck. Ia adalah seorang Profesor
Psikologi asal Jerman yang berpendapat bahwa psikoanalisis tidak dapat dianggap
sebagai kajian ilmu pengetahuan. Ia merupakan seorang tokoh beraliran behaviorisme
ekstrem yang menganggap psikoanalisis tidak masuk akal jika diberikan predikat
ilmiah karena tidak bersifat behavioristik sama sekali.

Teori psikoanalisis lahir dari ilmu psikologi. Teori kepribadian psikoanalisis


(Psychoanalytic Theory of Personality) adalah teori yang membahas tentang hakikat
dan perkembangan bentuk kepribadian manusia di mana yang menjadi unsur utama
dalam teori ini yaitu motivasi, emosi, dan aspek kepribadian lainnya. Sedangkan yang
menjadi dasar teori psikoanalisis adalah mengasumsikan bahwa kepribadian seseorang
akan berkembang ketika adanya konflik-konflik dari aspek psikologis yang biasa terjadi
pada anak-anak atau usia dini.

Psikoanalisis merupakan salah satu cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund
Freud dan para pengikutnya. Psikoanalisis atau Psikoanalisis Freud memiliki arti yang
sama. Namun, bagi pengikut Freud yang berseberangan dengannya, mereka tetap
menggunakan istilah psikoanalisis dan menggunakan nama baru untuk memberikan
pendapat mereka.
Teori psikoanalisis memiliki tiga penerapan, yaitu;
1. Metode penelitian dari pikiran.
2. Ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
3. Metode perilaku terhadap penyakit emosional atau penyakit psikologis

Dalam teori psikoanalisis banyak membahas mengenai kepribadian, mulai dari


dinamika, segi struktur, dan perkembangannya, sebagai berikut :
1. Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa seseorang memiliki tiga tingkat kesadaran,
yakni sadar, (conscious), prasadar (preconscious), dan tidak sadar
(unconscious) yang dipakai hingga tahun 1920-an. Kemudian pada 1923, Freud
mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni das Es (the Id), das Ich (the
Ego), dan das Uber Ich (the Super Ego). Ketiganya bukan menjadi pengganti
struktur yang lama, hanya melengkapi gambaran mental, terutama pada bagian
fungsi dan tujuannya.

Masing-masing unsur tersebut memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan
perlengkapan sendiri. Dan ketiga unsur tersebut dengan berbagai dimensinya
dibagi sebagai berikut;
Unsur Dimensi Asal
• Das Es (the Id) yaitu pembawaan.
• Das Ich (the Ego) yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungan.
• Das Uber Ich (the Super Ego) yang merupakan hasil internalisasi nilai-
nilai dari figur yang berpengaruh.
Unsur Dimensi Aspek
• Das Es (the Id) yaitu biologis.
• Das Ich (the Ego) yaitu psikologis.
• Das Uber Ich (the Super Ego) yaitu sosiologis.
Unsur Dimensi Fungsi
• Das Es (the Id) yaitu mempertahankan konstansi.
• Das Ich (the Ego) yaitu mengarahkan individu pada realitas.
• Das Uber Ich (the Super Ego) yaitu sebagai pengendali das Es dengan
mengarahkan das Es dan das Ich pada perilaku yang lebih bermoral.
Unsur Dimensi Prinsip Operasi
• Das Es (the Id) yaitu operasi pleasure principle.
• Das Ich (the Ego) yaitu operasi reality principle.
• Das Uber Ich (the Super Ego) yaitu operasi morality principle.
Unsur Dimensi Perlengkapan
Das Es (the Id) yaitu refleks dan proses primer.
Das Ich (the Ego) yaitu proses sekunder.
Das Uber Ich (the Super Ego) yaitu conscientia dan Ich ideal.
2. Dinamika Kepribadian
Freud berpendapat bahwa dinamika kepribadian adalah bagaimana energi psikis
seseorang didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Uber
Ich. Dan menurutnya, setiap energi yang ada pada manusia berasal dari sumber
yang sama, yaitu makanan yang telah dikonsumsinya. Sedangkan energi
manusia dibedakan dari penggunaannya, yaitu energi fisik dan energi psikis.
3. Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego atau ego defence mechanism berdasar pada teori
psikoanalisis, menjadi strategi yang digunakan seseorang untuk mencegah
munculnya keterbukaan dari dorongan das Es atau melawan tekanan das Uber
Ich atas das Ich. Tujuannya adalah mengurangi dan meredakan kecemasan yang
dialami seseorang. Menurut Freud, ini menjadi mekanisme yang rumit dan
banyak jenisnya.
Jenis-jenis mekanisme pertahanan ego yang banyak dijumpai oleh Freud
adalah;
• Represi.
• Sublimasi.
• Proyeksi.
• Displacement.
• Rasionalisasi.
• Pembentukan reaksi.
• Regresi.
4. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Freud, bahwa kepribadian individu sudah
terbentuk pada akhir tahun kelima, sedangkan sebagian besar perkembangan
selanjutnya hanyalah penghalusan struktur dasar. Perkembangan kepribadian
berlangsung melalui lima fase yang mana fase tersebut berhubungan dengan
tingkat kepekaan pada daerah erogen, yakni bagian tubuh tertentu yang bersifat
sensitif pada rangsangan.
Berikut fase-fasenya;
• Fase oral (oral stage) yaitu dari usia 0-1 tahun.
• Fase anal (anal stage) yaitu dari usia 1-3 tahun.
• Fase falik (phallic stage) yaitu dari usia 3-5 tahun.
• Fase laten (latency stage) yaitu dari 5-12 tahun.
• Fase genital (genital stage) yaitu dari usia 12 tahun – dewasa.
5. Hubungan Teori Psikoanalisis dengan Pendidikan
Psikologi erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Teori psikoanalisis memiliki
andil besar dalam dunia pendidikan. Teori ini menunjuk pada semua tingkah
laku yang dilakukan oleh orang dewasa, pakar atau non-pakar, guru, dan orang
tua untuk bersikap dan membentuk sekaligus mempengaruhi perilaku anak atau
peserta didik dalam proses pemahamannya. Sedangkan pendidikan sendiri
merujuk pada prinsip-prinsip yang menjadi dasar tingkah laku dalam
perlindungan terhadap sikap peserta didik. Hal ini juga menjadi contoh teori
psikoanalisis dalam kehidupan sehari hari.

Akar Kekerasan Manusia Berdasarkan Teori Psikoanalisa Freud


Berdasarkan paparan sebelumnya, menurut teori psikoanalisa, struktur jiwa manusia
dibagi menjadi tiga, yaitu superego, ego dan id. Superego bekerja berdasarkan prinsip
ideal (yang seharusnya). Isi superego adalah segala perintah dan larangan yang
dibatinkan (internalisasi) dari orang tua dan tokoh-tokoh yang berkuasa (juga ajaran
agama) bagi si anak. Ego bekerja berdasarkan prinsip realita. Egolah yang terutama
menggerakkan perilaku sadar individu. Sedangkan id bekerja berdasarkan prinsip
kenikmatan/kesenangan. Pribadi yang sehat adalah pribadi yang memiliki ego yang
kuat sehingga mampu mengontrol dorongan yang berasal dari id maupun superegonya.

Dengan demikian hakikatnya perilaku manusia digerakkan oleh dua dorongan dasar,
yaitu dorongan untuk hidup dan dorongan untuk mati. Dorongan untuk hidup kemudian
oleh Freud secara khusus tercitrakan pada dorongan seks (libido) sebagai intinya. Ini
disebabkan karena Freud melihat berdasarkan pengalaman prakteknya, banyak pasien
yang mengalami gangguan mental disebabkan mereka tidak mampu mengekspresikan
dorongan seks mereka secara wajar. Libido pada manusia ini yang kemudian
memberikan energi psikis pada id.

Pada bagian lain, energi superego juga sangat mungkin berasal dari dorongan untuk
mati. Itulah sebabnya mengapa orang yang superegonya kuat dan mendominasi
kepribadiannya, mudah diliputi kecemasan dan rasa bersalah yang pada akhirnya
membuat individu diliputi perasaan putus asa dan depresi (bahkan keinginan untuk
bunuh diri). Ini terjadi karena energi dorongan untuk mati diarahkan kepada diri sendiri.
Sedangkan bila energi dorongan untuk mati diarahkan ke luar, ini akan muncul dalam
bentuk perilaku agresi yang bersifat destruktif termasuk di dalamnya rupa-rupa tindak
kekerasan yang biasanya dimulai dari stereotype pada lawan saingan.

Berdasarkan pandangan psikoanalisa tersebut dapat ditarik simpulan bahwa pada


dasarnya dorongan untuk melakukan tindak kekerasan memang sudah menjadi sifat
dasar manusia (bawaan). Semua manusia berpotensi (tanpa kecuali) untuk melakukan
tindak kekerasan (entah terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain). Pada konteks
ini, bukan tidak mungkin lingkungan sosial pendidikan seseorang ikut andil dalam
membentuk kesadaran seseorang dalam berinteraksi dan memandang orang lain (the
other). Stereotype yang sering menjadi pemicu dari terjadinya kekerasan, amat
mungkin terbentuk secara sadar dan tidak sadar oleh lingkungan sosial pendidikan
(keluarga, sekolah, masyarakat dan social media). Maka, stereotip yang menggelayut
dalam lingkungan sosial pendidikan yang mestinya melingkari dunia sosial seorang
manusia sebagai individu sangatlah mungkin menjadi picu konflik, menjadi semacam
“bara dalam sekam” dalam diri manusia dalam memancing munculnya konflik-konflik
horizontal yang seringkali ditandai oleh bentuk-bentuk kekerasan fisik.

B. PENEILITIAN YANG RELEVAN

No. Judul dan Penulis Hasil Penelitian atau Kesimpulan Relevansi


Dapat disimpulkan bahwa perilaku Dalam penelitian
yang tidak konsisten antara ini memiliki
Prilianti Putri Lestari, Z. melakukan tindak kekerasan dan kesamaan dengan
A., & Abidin, F. A. memberikan perhatian oleh pelaku penelitian yang
(2022). Bentuk pada korban membuat korban akan dilakukan,
Kekerasan dalam cenderung untuk mempertahankan yaitu untuk
1. Berpacaran (KDP) dan hubungan. Dampak psikologis pada mendapatkan
Dampak Psikologisnya korban baik saat menjalani gambaran
pada Wanita Dewasa hubungan atau setelah hubungan mengenai
Awal sebagai Korban berakhir dapat berupa perasaan kekerasan dalam
Kekerasan. tertekan, terganggunya berpacaran (KDP)
produktivitas, harga diri yang atau dating
rendah, dependen pada pasangan, violence dan
hingga melakukan self-harm. dampak psikologis
Berakhirnya hubungan dilakukan yang dirasakan
atas keputusan pasangan korban baik
dibandingkan oleh korban itu sebelum atau
sendiri. sesudah
meninggalkan
pasangan yang
abusive.
Kedua partisipan dalam penelitian
ini merupakan perempuan dewasa
Cahyani, S. K. (2023). awal korban KDP yang dilakukan Dalam penelitian
Gambaran Regulasi oleh pacarnya ketika masih berusia ini memiliki
Emosi Terkait remaja. Safitri & Arianti (2019) kesamaan dengan
Pengalaman Kekerasan membagi KDP menjadi beberapa penelitian yang
2. Verbal dalam Hubungan bentuk yakni, kekerasan fisik, akan dilakukan,
Pacaran pada Perempuan kekerasan verbal, kekerasan cyber, yaitu kekerasan
Dewasa Awal. Buletin kekerasan seksual, dan kekerasan verbal dan non
Riset Psikologi dan ekonomi, namun Bentuk KDP yang verbal yang terjadi
Kesehatan Mental. diterima oleh kedua partisipan pada perempuan.
dalam penelitian ini adalah
kekerasan verbal.
Berdasarkan Data di atas dapat
disimpulkan bahwa Kekerasan Dalam penelitian
Rini, R. (2022). Bentuk
dalam berpacaran yang paling ini memiliki
dan Dampak Kekerasan
banyak dialami adalah kekerasan kesamaan dengan
Dalam Berpacaran:
psikis disusul dengan kekerasan penelitian yang
Perspektif Perbedaan
3. pembatasan aktivitas, sedangkan akan dilakukan,
Jenis Kelamin. IKRA-
kekerasan ekonomi adalah yaitu mengetahui
ITH HUMANIORA:
kekerasan yang paling sedikit bentuk kekerasan
Jurnal Sosial dan
dialami. Perempuan paling banyak yang dialami saat
Humaniora, 6(2), 84-95.
mengalami kekerasan fisik, psikis, pacaran.
ekonomi, pembatasan aktivitas dan
seksual dalam berpacaran
dibandingkan dengan laki-laki.
Dalam penelitian ini mengetahui
bagaimana informan menunjukkan Dalam penelitian
perasaan dan ini memiliki
mengkomunikasikannya dengan kesamaan dengan
pasangan. Terdapat 5 (lima) bentuk penelitian yang
kekerasan yang ditemukan, yaitu akan dilakukan,
fisik, verbal, seksual, ekonomi, dan yaitu mengetahui
Salsabila, Z. A., Santosa,
pembatasan aktivitas. Penelitian ini dan mendalami
H. P., & Hasfi, N. (2022).
menemukan alasan mengenai
Pengalaman Remaja
mempertahankan hubungan pengalaman
4. Perempuan Menjalani
kekerasan selain hasrat, keintiman, perempuan yang
Kekerasan dalam
komitmen oleh masing-masing mengalami
Pacaran. Interaksi
informan, faktor lain yang menjadi kekerasan dalam
Online, 11(1), 547-564.
alasan bertahan juga didasari karena pacaran dan
adanya kedekatan hubungan bagaimana proses
keluarga karena adanya alasan pengambilan
ketidaktegaan untuk mengakhiri keputusan yang
sebuah hubungan yang sudah dilakukan oleh
terjalin dengan melibatkan banyak korban.
pihak selain antar pasangan.
Dari hasil penelitian ini ditemukan Dalam penelitian
Mardiah, A., Satriana, D. bahwa peranan keluarga sangat ini memiliki
P., & Syahriati, E. berkorelasi terhadap kecenderungan kesamaan dengan
(2017). Peran dukungan seseorang untuk melakukan perilaku penelitian yang
sosial dalam mencegah kekerasan dalam berpacaran, namun akan dilakukan,
5. kekerasan dalam tidak dengan teman sebaya dan yaitu melihat
pacaran: Studi korelasi significant others. Hal ini gambaran
pada remaja di menunjukkan besarnya pengaruh mengenai
Jakarta. Jurnal Psikologi dukungan dari keluarga terutama hubungan antara
Ulayat, 4(1), 29-42. orangtua anak dalam membangun dukungan sosial
interaksi dengan lawan jenis yang (keluarga, teman
lebih sehat dan konstruktif. Dalam dan orang terdekat)
penelitian ini significant others tidak terhadap perilaku
memiliki korelasi dengan kekerasan dalam
kecenderungan perilaku kekerasan berpacaran pada
dalam berpacaran. Hal ini mungkin remaja.
dikarenakan oleh significant others
bukanlah seseorang yang memiliki
dampak langsung dalam kehidupan
remaja pada penelitian ini. Lebih
lanjut, dukungan dari sebaya juga
tidak berkorelasi dengan KDP
mungkin dikarenakan kurangnya
kelekatan di antara mereka,
sehingga dukungan dari keluarga
yang sangat berkorelasi terhadap
kecenderungan remaja untuk
melakukan maupun menjadi korban
perilaku kekerasan dalam
berpacaran.
C. KERANGKA PIKIR

Judul Penelitian
DAMPAK KORBAN KEKERASAN VERBAL
DAN NON VERBAL SAAT PACARAN

Teori Psikoanalisis
Sigmund Freud Asumsi Teori Psikoanalisis
Perilaku manusia digerakkan Sigmund Freud
oleh dua dorongan dasar, Determinisme psikis dan
yaitu dorongan untuk hidup motivasi tak sadar.
dan dorongan untuk mati.

Penelitian Terdahulu
Jurnal

VARIABEL 1 VARIABEL 2
Variabel Dependen : Variabel Independen :
Kekerasan verbal dan non verbal Korban
saat pacaran

Hipotesis
H1 : Terdapat hubungan yang
signifikan antara korban dengan
kekerasan verbal dan non verbal saat
pacaran.
H0 :Tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara remaja dengan
kekerasan verbal dan non verbal saat
pacaran.
D. Hipotesis Penelitian
Ada dua asumsi yang mendasari teori psikoanalisis freud, diantaranya yaitu:
1. Asumsi Determinisme psikis ( Psychic Determinism)
Asumsi ini mengemukakan bahwa segala sesuatau yang dilakukan, pikirkan,
atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud, itu semua secara alami
sudah ditentukan.
2. Asumsi Motivasi tak sadar (Unconicious Motivation)
Asumsi ini meyakini bahwa sebagian besar tingkah laku individu seperti:
perbuatan, berpikir dan merasa di tentukan oleh motif tak sadar.

Berdasarkan asumsi dari Teori Psikoanalisis Freud pada dasarnya dorongan untuk
melakukan tindak kekerasan memang sudah menjadi sifat dasar manusia (bawaan).
Semua manusia berpotensi (tanpa kecuali) untuk melakukan tindak kekerasan (entah
terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain). Pada konteks ini, bukan tidak mungkin
lingkungan sosial pendidikan seseorang ikut andil dalam membentuk kesadaran
seseorang dalam berinteraksi dan memandang orang lain (the other). Stereotype yang
sering menjadi pemicu dari terjadinya kekerasan, amat mungkin terbentuk secara sadar
dan tidak sadar oleh lingkungan sosial pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat dan
social media). Maka, stereotip yang menggelayut dalam lingkungan sosial pendidikan
yang mestinya melingkari dunia sosial seorang manusia sebagai individu sangatlah
mungkin menjadi picu konflik, menjadi semacam “bara dalam sekam” dalam diri
manusia dalam memancing munculnya konflik-konflik horizontal yang seringkali
ditandai oleh bentuk-bentuk kekerasan fisik.

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara korban dengan kekerasan verbal dan
non verbal saat pacaran.
H0 :Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara remaja dengan kekerasan verbal
dan non verbal saat pacaran.

Anda mungkin juga menyukai