Anda di halaman 1dari 20

Nama Kelompok: Fransiskus Radu Rengga

Yohanes Siringo-ringo
Gregorius Gilberto Casadei
Refanta Ginting
Stanislaus Kostka Bima
Blasius Toni Lahagu
Mata Kuliah: Etika Konseling Pastoral
Semester: Satu (I)
HUMANISTIK APPROACH
DAN
EKSISTENSIAL DIRI
1. Latar Belakang
1.1 Selayang Pandang Humanistik
Humanistik adalah salah satu pendekatan atau aliran dari psikologi yang menekankan
kehendak bebas, pertumbuhan pribadi, kegembiraan, kemampuan untuk pulih kembali setelah
mengalami ketidakbahagiaan, serta keberhasilan dalam merealisasikan potensi manusia. Tujuan
humanistik adalah membantu manusia mengekspresikan dirinya secara kreatif dan
merealisasikan potensinya secara utuh. Salah satu pencetus psikologi humanistik adalah
Abraham Maslow.1
Aliran humanistik muncul pada tahun 1940-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap
pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Teori ini berkembang pada tahun 1960-an. Teorinya
menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, keunikan individu, dan hal-hal yang bersifat
positif tentang manusia. Aliran ini muncul dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme
yang berkembang pada abad pertengahan.2
Psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam
berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan
individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung
jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan.3 Abraham Moslow merupakan bapak psikologi
humanistic yang menghadirkan teori secara komprehensif atau menyeluruh dan sangat jelas
1
Matt Jarvis, Psikologi Humanistik: Seri Teori Psikologi (Bandung: Nusa Media, 2021), hlm. 5
2
Matt Jarvis, Psikologi Humanistik …, hlm. 4
3
Duane P. Schultz, Sejarah Psikologi Modern (Bandung: Nusa Media, 2011), hlm 153-154.
menunjukkan bahwa orientasi humanistik memiliki pengaruh yang besar terhadap pemikiran
modern mengenai perilaku manusia. Teori Maslow berdasar pada anggapan bahwa setiap
individu memiliki dua hal di dalam dirinya yakni adanya usaha yang positif untuk berkembang
dan adanya kekuatan untuk melawan atau memberi penolakan terhadap perkembangan itu.
Maslow menyatakan bahwa manusia bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya
hierarkis. Adanya rasa takut pada diri individu sekaligus juga adanya dorongan untuk menjadi
lebih maju dan memaksimalkan potensinya, percaya diri menghadapi dunia luar dan juga bisa
menerima dirinya sendiri.4
1.2 Eksistensialisme dan Psikologi Humanistik
Pendekatan humanistik dan eksistensial berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini
mengutamakan suatu sikap yang menekankan pemahaman atas manusia. Pendekatan humanistik
eksistensial berusaha mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran
tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Pendekatan ini berfokus pada sifat dari kondisi
manusia yang mencangkup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk
menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar,
pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendiri dan berada dalam
hubungan dengan orang lain, dan kecenderungan mengaktualkan diri.5
Manusia, menurut eksistensialisme, adalah hal yang mengada-dalam-dunia (being in the
world), dan menyadari penuh akan keberadaannya. Eksistensialisme menolak paham yang
menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya,
manusia adalah pilihan dari dirinya sendiri. Para ahli psikologi humanistic pun menekankan
bahwa individu adalah penentu bagi tingkh-laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah
agen yang sadar, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Pendek kata, karena
pengaruh eksistensialisme, psikologi humanistik mengambil model dasar manusia sebagai
makhluk yang bebas dan bertanggung jawab.6
Konsep penting lainnya yang diambil oleh psikologi humanistic dari eksistensialisme
adalah konsep kemenjadian (becoming). Proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari
sebelumnya. Proses menjadi ini bukanlah hal yang mudah. Kesulitan terbesar ketika seseorang
menjadi pribadi yang penuh dan memuaskan ialah adanya perubahan dan hambatan kultural.

4
Duane P. Schultz, Sejarah Psikologi …, hlm. 154
5
Duane P. Schultz, Sejarah Psikologi …, hlm. 155.
6
Matt Jarvis, Psikologi Humanistik …, hlm. 4-5.
Aliran eksistensialisme dan humansitik melihat bahwa kesulitan itu merupakan tantangan untuk
dapat bertindak secara sejati, dalam arti bahwa individu harus membuat pilihan-piliha tanpa
mengabaikan potensi yang dimilikinya.7 Carl Roger merupakan salah satu psikologi humanistic
yang menambahakan pandangan Abraham Maslow tentang manusia sebagai dasar penentu bagi
hidupnya sendiri.
1.3 Riwayat Singkat Carl Roger
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago,
anak keempat dari enam bersaudara yang lahir dari pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers.
Carl lebih dekat dengan ibu daripada ayahnya yang selama bertahun-tahun awal kanak-
kanaknya, sering kali jauh dari rumah karena pekerjaannya sebagai insinyur sipil. Walter dan
Julia sama-sama religius, membuat Carl tertarik pada Alkitab sehingga dia rajin membacanya di
samping buku-buku lain juga meskipun waktu itu dia masih belum sekolah.8
Awalnya Rogers memiliki cita-cita untuk menjadi petani, hingga setelah lulus dari SMA
dia melanjutkan ke University of Wisconsin. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah
di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi
dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis
pada tahun 1931. Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for
the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan
pencegahankekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk
membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada
tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”,
yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State
University. Pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological
Society9.
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi
masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban
atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan
jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para therapist

7
Duane P. Schultz, Sejarah Psikologi …, hlm. 156.
8
Calvin S. Hall et Gardner Lindzey, Teori-teori Holistik (Yogyakarta, Kanisius, 1993), hlm. 176
9
Calvin S. Hall et Gardner Lindzey, Teori …, hlm. 176
bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. Hasil karya Rogers yang
paling terkenal dan masih menjadi literatur sampai hari ini adalah metode konseling yang disebut
Client-Centered Therapy. Dua buah bukunya yang juga sangat terkenal adalah Client-Centered
Therapy(1951) dan On Becoming a Person (1961).10

2. Diri dan Aktualisasi Diri


2.1 Struktur Kepribadian
Rogers nampaknya tidak mementingkan konstuksi sturktural dan lebih senang menaruh
perhatian pada perubahan dan perkembangan kepribadian, namun ada dua kontruk yang sangat
penting dalam teorinya dan teorinya tersebut menjadi pijakan dalam keseluruhan teorinya yaitu
oranisme, dan diri (self).
 Organisme
Secara psikologi, organisme adalah lokus atau tempat dari seluruh pengalaman.
Pengalaman meliputi segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran organisme
pada setiap saat. Mahluk hidup organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan
psikologisnya dan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran
setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia
eksternal. Keseluruhan pengalaman itu adalah medan fenomenal. Medan Fenomena “frame of
reference” adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik disadari
maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang
sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya. Realitas Subyektif Oranisme
menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita adalah persepsi yang sifatnya
subyektif dan dapat membentuk tingkah laku. Sedangkan holisme Organisme adalah satu
kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian akan berpengaruh pada bagian lain.
Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi,
mempertahankan, dan mengembangkan diri.11
 Diri (Self)
Diri dibagi atas 2 subsistem:
1. Konsep diri yaitu penggabungan seluruh seseorang yang disadari oleh individual (meski
tidak selalu akurat). Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai
10
Calvin S. Hall et Gardner Lindzey, Teori …, hlm.177.
11
Calvin S. H, Teori-Teori Holistik (Organismiki-Fenemenologi) (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 132.
pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep
diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan
apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu
Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan
dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence
berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri
yang utuh, integral, dan sejati.12
2. Diri ideal yaitu cita-cita seseorang akan diri. Terjadinya kesenjangan akan menyebabkan
ketidak-seimbangan dan kepribadian menjadi tidak sehat. Menurut Carl Rogers ada beberapa hal
yang mempengaruhi Self, yaitu: A. Kesadaran Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan
diri ideal tidak akan ada. Ada 3 tingkat kesadaran 1) Pengalaman yang dirasakan dibawah
ambang sadar akan ditolak atau disangkal. 2) Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara
simbolis akan secara langsung diakui oleh struktur diri 3) Pengalaman yang dirasakan dalam
bentuk distorsi. Jika pengalaman yang dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka dibentuk
kembali dan didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri. B. Kebutuhan
Pemeliharaan Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara, dan
keamanan, sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk berkembang. C
Peningkatan diri Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai
kemampuan untuk belajar dan berubah D. Penghargaan positif (positive regard) Begitu
kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh orang lain. E.
Penghargaan diri yang positif (positive self-regard) Berkembangannya kebutuhan akan
penghargaan diri (self-regard) sebagai hasil dari pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri
akan menghindari frustasi dengan mencari kepuasan akan positive self-regard. Stagnasi Psikis.
Stagnasi psikis terjadi bila : Ada ketidak seimbangan antara konsep diri dengan pengalaman
yang dirasakan oleh diri organisme. Ketimpangan yang semakin besar antara konsep diri dengan
pengalaman organisme membuat seseorang menjadi mudah terkena serangan. Kurang akan
kesadaran diri akan membuat seseorang berperilaku tidak logis, bukan hanya untuk orang lain
namun juga untuk dirinya. Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa
sebab dan akan memuncak menjadi ancaman. Untuk mencegah tidak konsistennya pengalaman
organik dengan konsep diri, maka perlu diadakan pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman

12
Calvin S. H, Teori-Teori Holistik …, hlm. 133.
yaitu: (1)Distorsi adalah salah interpretasi pengalaman dengan konsep diri. (2)Penyangkalan
adalah penolakan terhadap pengalaman Keduanya menjaga konsistensi antara pengalaman dan
konsep diri supaya berimbang.13
2.2 Dinamika Kepribadian
Organisme mempunyai satu kecendrungan dan kerinduan dasar yakni
mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan organisme yang mengalami.
Kecendrungan untuk mengaktualisasikan ini bersifat selektif, menaruh perhatian hanya pada
aspek-aspek lingkungan yang memungkinkan orang bergerak secara konstruktif kea rah
pemenuhan dan kebulatan. Di satu pihak terdapat satu kekuatan yang memotivasikan yakni
dorongan untuk mengaktualisasikan diri; di lain pihak hanya ada satu tujuan hidup yakni menjadi
pribadi yang teraktualisasikan dirinya atau pribadi yang utuh.14
Organisme mengakutualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh
hereditas. Ketika organisme itu matang, maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin
otonom, dan makin tersosialisasikan. Tedensi dasar pertumbuhan ini mengaktualisasikan dan
mengekspresikan diri sendiri tampak paling jelas sekali bila individu diamati dalam suatu dalam
suatu jangka waktu yang lama. Ada sesuatu gerak maju pada kehidupan setiap orang; tedensi
yang tak henti-hentinya inilah yang merupakan satu-satunya kekuatan yang benar-benar dapat
diandalkan oleh ahli terapi untuk mengadakan perbaikan dalam diri klien.15
Rogers menambahkan suatu ciri baru pada konsep pertumbuhan ketika ia mengamati
bahwa tendensi gerak maju hanya dapat beroperasi bila pilihan-pilihan dipersepsikan dengan
jelas dan dilambangkan dengan baik. Seseorang tidak dapat mengaktualisasikan dirinya kalau ia
tidak dapat membedakan antara cara-cara tingkah laku progresif dan regresif. Tidak ada suara
hati dari dalam yang akan memberitahu seseorang manakah jalan kemajuan itu, tidak ada
keharusan organismik yang akan mendorongnya maju. Orang harus mengetahui sebelum mereka
dapat memilih, tetapi bila mereka benar-benar mengetahui sebelum mereka dapat memilih, tetapi
bila mereka benar-benar mengetahui maka mereka selalu memilih untuk bertumbuh dan bukan
untuk mundur.16

13
Bau Ratu, Psikologi Humanistik Carl Rogers dalam bimbingan dan konseling (Palu: artikel), hlm. 11.
14
Bau Ratu, Psikologi Humanistik …, hlm. 12.
15
Calvin S. H, Teori-Teori Holistik …, hlm. 136.
16
Calvin S. H, Teori-Teori Holistik …, hlm. 136.
Pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan
itu dipersepsikan. Pernyataan yang jelas-jelas menyinggung tentang adanya banyak “kebutuhan”
ini tidak berlawanan dengan pengertian tentang motif tunggal. Meskipun ada banyak kebutuhan,
namun semuanya mengabdi kepada tendensi dasar organisme untuk mempertahankan dan
mengembangkan diri.17
Roges tetap setia pada pendirian fenomenologinya dengan selalu menggunakan frase
“sebagimana dialami dan sebabagimana dipersepsikan”. Sesunggunya pada tahun 1977, Roges
menulis “dalam pribadi yang berfungsi dengan baik, kesadaran cenderung menjadi sesuatu yang
refleksif, bukan suatu lampau sorot tajam dari perhatian yang terpusat. Mungkin lebih tepat kalau
dikatakan bahwa dalam pribadi yang demikian, kesadaran hanyalah merupakan refleksi tentang
sesuatu dari aliran organisme pada saat itu. Hanya Ketika fungsi tertanggu maka timbulah
kesadaran diri dengan jelas”.18
Pada tahun 1959, Rogers mengemukakan perbedaan antara tendensi mengaktualisasikan
pada organisme dan tedensi mengaktualisasikan diri. “menyusul perkembangan struktur diri
tedensi umum ke arah aktualisasi ini juga muncul dalam aktualisasi bagian pengalaman
organisme yang dilambangkan dalam diri. Apabila diri dan seluruh pengalaman organisme
relative sesuai, maka tedensi aktualisasi relatif tetap padu. Apabila diri dan pengalaman tidak
selaras maka tedensi umum untuk mengaktualisasikan organisme mungkin berlangsung dengan
tujuan yang berlawanan dengan subsistem motif tersebut, yakni tedensi untuk
mengaktualisasikan diri.” Meskipun teori Rogres tentang motivasi bersifat monistik, ia telah
memberi perhatian khusus pada dua kebutuhan, yakni kebutuhan akan penghargaan yang positif
dan kebutuhan akan harga diri. Keduanya adalah kebutuhan yang dipelajari. Kebutuhan yang
pertama terjadi pada masa bayi sebagai akibat karena bayi dicintai dan diperhatikan, dan
kebutuhan yang kedua terbentuk karena bayi menerima penghargaan positif dari orang lain.19
Selain itu, Rogers juga menjelaskan bahwa organisme memiliki sebuah kekuatan yang
menjadi pendorong tunggal yang mendorong aktualisi diri serta menjadi satu tujuan tunggal
dalam hidup untuk menjadi individu yang teraktualisasikan. Pengalaman menjadi sebuah
penilaian apakah dapat memberikan kepuasan atau tidak, pada awalnya secara fisik namun

17
Calvin S. H, Teori-Teori Holistik …, hlm. 137.
18
Calvin S. H, Teori-Teori Holistik …, hlm. 137.
19
Calvin S. H, Teori-Teori Holistik …, hlm. 138.
berkembang menjadi sebuah kepuasan emosional dan sosial. Sehingga konsep self tersebut akan
mencakup gambaran mengenai siapa dirinya sebenarnya, siapa seharusnya dirinya tersebut, serta
siapa dirinya kemungkinan. Kesadaran dalam memiliki konsep diri ini kemudian akan
mengembangkan penerimaan positif.20 
Sebagaimana ahli humanistik pada umumnya, Rogers merumuskan dasar teori dinamika
kepribadian ini pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan daya yang mendorong
potensi individu serta pengembangan diri, yang mana sifatnya adalah bawaan dan menjadi ciri
dari seluruh manusia. Aktualisasi diri disini lah yang mendorong manusia hingga ke tahap
pengembangan yang optimal serta menghasilkan ciri unik manusia misalnya saja seperti inovasi,
kreatifitas, dan lainnya.21
Untuk dapat bergerak ke arah yang mana akan mendapatkan tujuannya, manusia harus
mampu membedakan antara perilaku progresif dan perilaku regresif. Perilaku progresif
merupakan perilaku yang mana mengarah pada aktualisasi diri sedangkan perilaku regresif
merupakan perilaku yang menghalangi tercapainya sebuah aktualisasi diri. 22

2.3 Perkembangan Kepribadian


Meskipun organisme dan diri mempunyai tedensi inheren untuk mengaktualisasikan diri,
namun sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan khususnya oleh lingkungan sosial. Rogers
memusatkan perhatian pada cara-cara bagaimana penilaian orang-orang terhadap individu,
khususnya selama masa kanak-kanak, cenderung memisahkan pengalaman-pengalaman
organisme dan pengalaman-pengalaman diri.23
Apabila penilaian-penilaian ini semata-semata bernada positif, yang oleh Rogers disebut
unconditional positive regard regard atau penghargaan positif tanpa syarat, maka tidak akan
terjadi pemisahan atau ketidaksesuaian antara organisme dan diri. Rogers berkata: “Apabila
individu hanya mengalami penghargaan positif tanpa syarat, maka tidak akan ada syarat-syarat
penghargaan, harga diri akan menjadi tanpa syarat, kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan

20
Bau Ratu, Psikologi Humanistik …, hlm. 13.
21
Bau Ratu, Psikologi Humanistik …, hlm. 14.
22
Bau Ratu, Psikologi Humanistik …, hlm. 14.
23
Calvin S. H, Teori-Teori Holistik …, hlm. 138.
positif dan harga diri tidak akan berbeda dengan penilaian organismik dan individu akan terus
berpenyesuaian baik secara psikologis dan akan berfungsi sepenuhnya.24
Tetapi karena penilaian-penilaian tingkah laku anak oleh orangtuanya dan orang-orang
lain kadang-kadang positif dan kadang-kadang negatif, maka anak belajar membedakan antara
perbuatan-perbuatan dan perasaaan-perasaan yang berharga (disetujui) dan yang tidak berharga
(tidak disetujui). Pengalaman-pengalaman tidak berharga cenderung dikeluarkan dari konsep
diri, meskipun perasaan-perasaan itu secara organismic valid. Keadaan ini menghasilkan konsep
diri yang tidak selaras dengan pengalaman organismic. Anak berusaha menjadi apa diinginkan
oleh orang-orang lain dan tidak berusaha untuk menjadi apa yang sebenarnya diinginkannya.
Rogers berkata: Ia menilai pengalaman secara positif atau secara negatif semata-mata karena
syarat-syarat penghargaan ini diambilnya dari orang-orang lain, bukan karena pengalaman-
pengalaman itu telah mengembangkan atau gagal mengembangkan organismenya.”25
Keadaan di ataslah yang terjadi di kasus berikut: seorang anak laki-laki memiliki
gambaran diri sebagai anak laki-laki yang baik dan dicintai oleh orangtuanya, tetapi ia juga
senang menyiksa adik perempuanya sehingga ia dihukum. Sebagai akibat dari hukuman itu ia
harus meninjau Kembali gambaran diri (self image) dan nilai-nilainya dengan salah satu cara
berikut: A. saya seorang anak yang jahat, B. Orangtua saya tidak menyukai saya, C. Saya tidak
suka mengganggu adi saya. Masing-masing sikap diri (self attitudes) ini mengandung distorsi
kebenaran. Kita andaikan ia memilih bersikap “saya tidak suka mengganggu adi saya,” dengan
demikian ia menyangkal perasaan-perasaannya yang sebenarnya. Dengan disangkal tidak berarti
perasaan-perasaannya menjadi lenyap; perasaan-perasaan akan tetap mempengaruhi tingkah
lakunya dalam berbagai cara meskipun perasaan-perasaan itu tidak disadarinya. Konflik akan
terjadi antara nilai-nilai sadar yang diintroyeksikan dan palsu, dengan nilai-nilai sadar yang
sebenarnya. Apabila makin banyak nilai-nilai yang “sebenarnya” dari seorang digantikan dengan
nilai-nilai yang diambil atau dipinjam dari orang-orang lain, kendati begitu dipersepsikan sebagai
miliknya sendiri, maka diri akan menjadi sebuah rumah yang terbagi melawan dirinya sendiri.
Pribadi semacam itu akan merasa tegang, merasa tidak enak, dan sebaginya. Ia akan merasa
seolah-olah ia benar-benar tidak mengetahui siapa ia dan apa yang diinginkannya.26

24
Calvin S. H, Teori-Teori Holistik …, hlm. 138.
25
Calvin S. H, Teori-Teori Holistik …, hlm. 139.
26
Calvin S. H, Teori-Teori Holistik …, hlm. 139.
Selanjutnya, sedikit demi sedikit sepanjang masa kanak-kanak, konsep diri menjadi
semakin menyimpang justru disebabkan karena penilaian orang-orang lain. Akibatnya, suatu
pengalaman organismik yang tidak selaras dengan konsep diri yang tidak wajar ini akan
dirasakan sebagai suatu ancaman dan menimbulkan kecemasan. Untuk melindungi keutuhan
konsep-diri, maka pengalaman-pengalaman yang mengancam ini tidak akan dilambangkan atau
diberi suatu perlambangan yang menyimpang.27
Menyangkal suatu pengalaman tidak sama dengan mengabaikannya. Menyangkal berarti
memalsukan realitas baik dengan mengatakannya tidak ada atau dengan mempersepsikannya
secara menyimpang. Orang dapat menyangkal perasaan agresifnya, sebab perasaan itu tidak
konsisten dengan gambaran diri yang ia miliki sebagai cinta damai dan bersahabat. Dalam kasus
demikian, perasaan-perasaan yang disangkal mungin diungkapkan dengan perlambangan yang
menyimpang, misanya dengan memproyeksikan perasaan-perasaan tersebut kepada orang-orang
lain. Rogers menujukkan bahwa orang-orang kerapkali mempertahankan dan mengembangkan
dengan gigih gambaran diri yang sama sekali berbeda dari kenyataan. Orang yang merasa bahwa
dirinya tidak berharga akan mengeluarkan dari kesadaran evedensi yang bertentangan dengan
gambaran ini atau akan menginterpretasikan Kembali evidensi tersebut untuk membuatnya
selaras dengan perasaan tidak berharga. Misalnya, apabila mereka menerima promosi dalam
pekerjaan maka mereka akan berkata “majikan merasa kasihan keapada saya” atau saya tidak
pantas menerima promosi tersebut.” Orang-orang tertentu malahan mungkin benar-benar
menujukkan prestasi buruk dalam jabatan yang baru itu untuk membuktikan keapada diri mereka
dan kepada dunia bahwa mereka tidak baik.28
2.4 Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri menurut Rogers adalah motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri.
Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak–kanak seperti
yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman
seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa
lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang
yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun, ia tetap berfokus pada apa yang terjadi
sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri
sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri
27
Calvin S. H, Teori-Teori Holistik …, hlm. 140.
28
Calvin S. H, Teori-Teori Holistik …, hlm. 141.
akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak-
kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika
mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari
fisiologis ke psikologis.29

3. Menjadi Sebuah Pribadi


3.1 Hakekat Pribadi
Rogers dalam mengemukakan tentang hakekat pribadi manusia, membaginya ke dalam
19 rumusan. Rumusan-rumusan tersebut ialah sebagai berikut:
1. Organisme berada dalam dunia pengalaman yang terus-menerus berubah (henomenol
field), di mana dia menjadi titik pusatnya. Pengalaman adalah segala sesuatu yang berlangsung
di dalam diri individu pada saat tertentu, meliputi proses psikologik, kesan-kesan motorik, dan
aktivitas aktivitas motorik. Medan fenomenal ini bersifat private, hanya dapat dikenali isi
sesungguhnya dan selengkapnya oleh diri sendiri. Karena itu sumber terbaik untuk memahami
seseorang adalah orang itu sendiri. Iniah konsep laporan diri (self-report) dari terapi berpusat
klien.

2. Organisme menanggapi dunia sesuai dengan persepsinya.


3. Organisme mempunyai kecenderungan pokok yaitu keinginan untuk mengaktualisasikan-
memelihara dan meningkatkan diri (self actualizationmaintain-enhance).
4. Organisme mereaksi medan fenomena secara total (gestalt) & berarah tujuan (good
directed).
5. Pada dasarnya tingkah laku merupakan usaha yang berarah tujuan untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan, mengaktualisasi-mempertahankan serta memperluas diri, dalam medan
fenomenanya.
6. Emosi akan menyertai tingkah laku yang berarah tujuan, sehingga intensitas (kekuatan)
emosi itu tergantung kepada pengamatan subyektif seberapa penting tingkah laku itu dalam
usaha aktualisasimemelihara-mengembangkan diri.

29
Bau Ratu, Psikologi Humanistik …, hlm. 15.
7. Jalan terbaik untuk memahami tingkah laku seseorang adalah dengan memakai kerangka
pandangan itu sendiri (internal frame of reference); yakni persepsi, sikap dan perasaan yang
dinyatakan dalam suasana yang bebas atau suasana terapi berpusat klien.
8. Sebagian dari medan fenomenal sacara berangsur mengalami diferensiasi, sebagai proses
terbentuknya self. Self adalah kesadaran akan keberadaan dan fungsi diri, yang diperoleh melalui
pengalaman dimana diri (I atau me) terlibat di dalamnya sebagai objek atau subjek.
9. Struktur self terbentuk sebagai hasil interaksi organisme dengan medan fenomenal,
terutama interaksi evaluatif dengan orang lain.
10. Apabila terjadi konflik antara nilai-nilai yang sudah dimiliki dengan nilai-nilai baru yang
akan diintrojeksi, organisme akan meredakan konflik itu dengan (1) merevisi gambaran dirinya,
serta mengaburkan (distortion) nilai-nilai yang semula ada di dalam dirinya, atau dengan (2)
mendistorsi nilai-nilai baru yang akan diintrojeksi/diasimilasi.
11. Pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang akan diproses oleh kesadaran dalam
tingkatan-tingkatan yang berbeda, penjelasannya sebagai berikut:
 Disimbolkan (simbolyzed): diamati dan disusun dalam hubungannya dengan self.
 Dikaburkan (distorted): tidak ada hubungan dengan struktur self.
 Diingkari atau diabaikan (denied atau ignore): pengalaman itu sebenarnya disimbolkan
tetapi dibaikan karena kesadaran tidak memperhatikan pengalaman itu atau diingkari
karena tidak konsisten dengan struktur self.
12. Kebanyakan cara bertingkah laku yang diterima individu adalah konsisten dengan
pengertian self
13. Perilaku individu juga didasarkan pada penglaman dan kebutuhan yang tidak
disimbolisasikan
14. Bila individu menolak untuk menyadari pengalaman-pengalaman yang berarti yang
akhirnya tidak disimbolisasikan dan diorganisir ke dalam keseluruhan struktur self, akan
mengakibatkan maladjusment psikologis.
15. Penyesuaian psikologis terjadi apabila semua pengalaman organisme itu diasimilasikan
pada taraf sadar ke dalam hubungan yang serasi dengan konsep diri.
16. Setiap pengalaman yang tidak serasi dengan struktur self dipersepsi sebagai suatu
ancaman, dan semakin kuat persepai itu akan semakin terorganisasi struktur self untuk
mempertahankan diri.
17. Dalam kondisi yang tidak ada ancaman bagi struktur self, pengalaman yang tidak serasi
itu dipersepsi, diuji, dan direvisi oleh struktur self agar dapat mengasimilasi dan melingkupi
pengalaman tersebut. Terjadinya perubahan dalam kepribadian, ketika kepribadian dapat
menerima segi baru dalam dirinya.
18. Apabila individu mempersepsi dan menerima segala pengalamanya ke dalam satu sistem
yang serasi dan terpadu, maka dia akan lebih memahami dan menerima orang lain sebagai
individu.
19. Jika individu memiliki kepercayaan diri untuk melakukan proses penilaian (dapat menilai
sikap, persepsi, dan perasaan baik terhadap dirinya, orang lain, atau peristiwa tertentu secara
tepat), maka dia akan menemukan bahwa sistem yang lama itu tidak perlu lagi.30
3.2 Pribadi yang Utuh
Rogers menggunakan istilah berfungsi secara utuh untuk menggambarkan individu yang
memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi petensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang
lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh tentang pengalamannya. Dia memerinci hal
tersebut ke dalam 5 ciri kepribadian, yang merupakan ciri dari berfungsi secara utuh. Lima sifat
khas orang yang berfungsi sepenuhnya tersebut ialah:
1. Keterbukaan pada pengalaman.
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman
dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami
banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negative
2. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya
sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung
menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya
3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu
sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul
seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan
sangat baik.
4. Perasaan Bebas

30
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 317.
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan-
paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas
memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa
depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat
meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang
ingin dilakukannya
5. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka
sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri-ciri bertingkah laku
spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-
stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.31
3.3 Kritik Terhadap Teori Roger
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata-
mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya
tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan
bertanggung jawab di dalamnya. Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan
respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak
bisa melepaskan subyektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu
secara obyektif.
Rogers juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia
lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau
yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan seseorang mengalami
suatu penyakit psikologis. Teori Rogers ini memang sangat populer dengan masyarakat Amerika
yang memiliki karakteristik optimistik dan independen karena Rogers memandang bahwa pada
dasarnya manusia itu baik, konstruktif dan akan selalu memiliki orientasi ke depan yang positif.
Demikianlah kritik terhadap teori Roger ini.32

4. Aplikasi dalam Bimbingan Konseling menurut Teori Roger

31
Duane Schultz, Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. (Yogyakarta: Kanisius, 1991).
32
Bau Ratu, Psikologi Humanistik (Carl Rogers) Dalam Bimbingan dan Konseling, dalam jurnal, (Palu: Universitas
Tadulako), hlm. 17.
Yang dimaksud aplikasi dari Roger adalah Tindakan dari seorang peserta yang melakukan
konseling sehingga peserta merasakan kenyamanan dalam proses kehidupan yang dijalaninya..
Menurut psikologi humanistik Roger ada suatu paradigma dalam diri manusia. Paradigm itu
adalah paradigma kemanusiaan atau sering disebut paradigma humanistik. Paradigma humanistik
memandang bahwa manusia adalah makhluk yang unik, khas yang harus dipahami secara
holistik. Manusia memiliki jiwa, raga, spiritual dalam eksistensinya sebagai manusia yang
memiliki karakteristrik spiritual, kebebasan dan bertanggungjawab.33
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Maslow tentang teori kebutuhan dasar
manusia bahwa ketika konselor merasa nyaman, aman dan tanpa ancaman dalam proses
pembelajaran maka materi yang disampaikan akan mudah dicerna oleh konselor. 34 Berikut
beberapa tuuan bimbingan menurut Roger, yakni:

4.1 Tujuan Konseling


 Pada prinsipnya, tujuan teori belajar humanistik adalah memanusikan manusia, sehingga
seorang individu bisa lebih mudah dalam memahami diri dan lingkungannya untuk mencapai
aktualisasi diri.
 Memberi kesempatan dan kebebasan kepada individu untuk mengekspresikan perasaan-
perasaannya, berkembang dan terealisasi potensinya.
 Membantu individu untuk sanggup berdiri-sendiri dalam mengadakan integrasi dengan
lingkungannya dan bukan pada penyembuhan tingkah laku itu sendiri.
 Membantu individu mengadakan perubahan.
4.2 Peran Konselor
 Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkemabangan konseling
tetapi itu dilakukan oleh klien sendiri.

33
Baharuddin, Paradigma Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm 340.
34
Hendrik Misiak dan Virginia, Psikologi Fenomenologi, Eksistensial dan Humanistik (Bandung, Rafika Aditama,
2005), hlm. 128.
 Konselor merefleksikan perasaan-perasaan klien sedangkan arah pembicaraan ditentukan
oleh klien.
 Konselor menerima individu dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang
bagaimanapun.
 Konselor memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam-
dalamnya dan seluas-luasnya. Sehubungan dengan hal itu, menurut Roger, seorang
konselor harus memiliki beberapa syarat, yaitu:
 Memiliki sensitivitas dalam hubungan insani
 Memiliki sifat yang objektif
 Menghormati kemuliaan orang lain
 Memahami diri sendiri
 Bebas dari prasangka dalam dirinya
 Sanggup masuk dalam dunia klien (empati) secara simpatik.
4.3 Teknik Konseling
 Acceptance (penerimaan)
 Respect (rasa hormat)
 Understanding (mengerti, memahami)
 Reassurance (menentramkan hati, meyakinkan)
 Encouragement (dorongan)
 Limited questioning (pertanyaan terbatas)
 Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan.
4.4 Deskripsi Proses Konseling
Suatu hasil membutuhkan suatu proses. Proses konseling bukan suatu hal yang mudah
untuk terlaksana. Proses konseling dapat terjalin antara si konselor dan pembimbing. beberapa
ciri lain yang menjadi asas kepada Terapi Realiti dalam proses konseling adalah; membantu klien
mencari jalan terbaik dalam rangka memenuhi keperluan untuk dipunyai, berkuasa, merasa bebas
dan senang dalam hidup. Menfokuskan kepada hal-hal yang disadari oleh klien dan membantu
klien untuk meningkatkan kesadaran itu.
Dalam proses konseling Terapi Realiti mewujudkan proses hubungan yang teraputik
antara konselor dengan klien, fokus kepada tingkah laku terkini klien, meminta klien menilai
tingkah laku sendiri, konselor menggalakan untuk membuat perancanaan untuk perubahan,
mendapatkan komitmen klien dan konselor meminta klien untuk bersedia mematuhi syarat-syarat
yang telah disepakati, tidak membuat finalti dan tidak putus asa dengan klien. Konselor selalu
mengajak klien untuk berdepan dengan realita untuk tujuan membantu klien menilai tingkah laku
mereka secara realistis. Konselor banyak menggunakan sugesti, bersedia menerima klien tanpa
syarat dan tidak terlalu banyak mengkritik. Konselor senantiasa menggalakan klienya untuk
menyampaikan semua perasaan yang terpendam dalam hati tanpa menyembunyikan sedikitpun.
Letak kekuatan Teori Rogers adalah pada helping relationship yang personal. Kondisi
hubungan yang dapat membantu perubahan kepribadian klien, antara lain:
1. Individu datang sendiri kepada konselor untuk minta bantuan
2. Penentuan situasi yang cocok untuk memberikan bantuan, oleh konselor
3. Konselor menerima, mengenal, dan memperjelas perasaan negatif klien
4. Konselor memberikan kebebasan klien untuk mengemukakan masalahnya
5. Apabila perasaan negatif itu telah dinyatakan seluruhnya, secara berangsur-angsur
timbul perasaan positif.
6. Konselor menerima, mengenal, dan memperjelas perasaan positif klien
7. Pada diri klien timbul pemahaman diri (self)
8. Pemahaman yang jelas pada diri klien kemungkinan menentukan kepuasan dan berbuat
9. Timbul inisiatif pada diri klien untuk melakukan perbuatan yang positif
10. Adanya perkembangan lebih lanjut pada diri klien tentang self
11. Timbul perkembangan tindakan positif dan integrative pada diri klien
12. Klien secara berangsur-angsur merasa tidak membutuhkan bantuan lagi.

5. Penutup
Setiap manusia akan mengalami perkembangan secara biologis dan psikologis selama
hidupnya. Perkembangan itu menunjukkan tingkah laku yang terarah pada pemenuhan
kebutuhan dalam mengaktualisasikan diri dikehidupan konkretnya. Dalam teori psikologi Carl
Rogers, manusia juga mempunyai keinginan alami untuk berkembang ke arah hal yang positif
(baik) melalui proses belajar terus-menerus. Keinginan yang berkaloborasi dengan kemampuan
manusia itu memberi pemahaman tentang diri dan lingkungannya. Hal demikian merupakan
sebuah proses perilaku manusia dan lingkungannya agar dapat mengaktualkan diri dengan
sebaik-baiknya berdasarkan potensi-potensi yang ada.
Proses mengaktualkan diri berasal dari kesadaran dan pengalaman dalam kehidupan
nyata manusia yang menjadi individu. Individu tersebut berdinamika dalam hidup (sadar) dan
memperoleh pengalaman sebagai dorongan untuk mengerti mana yang baik dan buruk. Sejalan
dengan itu, diri manusia terdapat suatu diri yang real dan ideal. Suatu diri yang real adalah
persepsi dan nilai-nilai keindividuannya yang sebenarnya, sedangkan diri ideal merupakan
sebuah kesukaan atau harapan yang diinginkannya. Pengalaman yang diterima sebagai hasil dari
kesadaran pada diri dan lingkungannya harus menyentuh pada keseluruhan totalitas individu
yang mencakup pemikiran, perilaku dan keadaan fisik. Hal demikian merupakan sebuah dasar
untuk mengaktualisasikan, mempertahankan, dan mengembangkan dirinya.
Manusia yang menjadi sebuah pribadi setara dengan kesehatan pada diri dan
psikologinya. Dalam mengaktualisasikan diri, manusia sebagai individu sosial dan bergerak ke
depan, berjuang untuk melakukan fungsinya sehingga tercipta suatu yang positif. Proses
aktualisasi juga mencakup hakekat manusia yang memiliki kebutuhan (pikiran, rasa aman,
emosi, perasaan, dan lain-lain). Manusia yang bergerak menuju penyelesaian diri adalah sebuah
pemenuhan potensi. Potensi yang terpenuhi tersebut adalah gagasan psikologi humanistik yang
dicetuskan Carl Roger. Roger mengatakan bahwa manusia memiliki harapan dan optimistik. Ia
yakin bahwa dalam diri setiap manusia terdapat potensi-potensi sehat dan tumbuh secara kreatif.
Jika potensi-potensi itu mengalami kegagalan, hal tersebut dipengaruhi oleh sifat yang menjerat
dan keliru dari orangtua, serta pengaruh sosial lainnya. Namun pengaruh-pengaruh yang
merugikan ini dapat diatasi apabila manusia mau menerima tanggung jawab untuk hidupnya
sendiri.
Dalam pandangan psikologi Carl Roger, ia memiliki identifikasi mengenai metode
psikoterapi. Perkembangan fisik, emosi, intelegensi saling mempengaruhi kesesuaian diri dan
lingkungannya. Dengan penyesuaian diri dan lingkungan, terbentuklah etika perilaku, reaksi
terhadap rangsangan dari luar, sikap, kestabilan emosi, dan sosial. Psikoterapi Roger lebih
mengarah pada konflik sosial yang berasal dari proses belajar dari action knowledge yaitu ilmu
untuk mengembangkan potensi diri dengan bergerak bebas. Hal ini adalah tujuan dari lahirnya
psikoterapi yang mengarahkan dan membantu individu yang berkonflik agar mencapai
penerimaan, pemahaman, serta penyelesaian masalah yang dihadapi. Proses membantu dari
seorang pembimbing memperlihatkan keterbukaan dirinya sehingga individu yang dibimbingnya
mampu mengembangkan diri secara optimal dengan tahap perkembangan (mengenal diri dan
lingkungan, menerima diri secara positif dan dinamis, mampu mengambil keputusan dan
mengaktualisasikan diri secara optimal berkelanjutan.
Dalam dirinya, manusia memiliki kekuatan kreatif untuk menyelesaikan masalah,
mengubah konsep diri, dan menjadi lebih terarah. Kekuatan itu mengarahkan pada aktualisasi
diri sebagai bentuk kemauan untuk menghadapi ancaman dan rasa sakit. Hal demikian, berdasar
pada teori humanistik Carl Roger yang menekankan kehendak bebas, pertumbuhan pribadi
(kegembiraan), dan kemampuan untuk pulih kembali setelah mengalami ketidakbahagiaan, serta
keberhasilan dalam merealisasikan potensinya. Teori ini juga merupakan sebuah pembelajaran
bagi manusia untuk memanusiakan manusia (mengembangkan potensi pribadi di dalam
lingkungannya).
Oleh karena itu, perkembangan kepribadian pada manusia merupakan sebuah
pengalaman yang disadari dan diterima kemudian kemampuan untuk mau membangun diri lebih
baik dengan hal-hal positif. Roger mengatakan bahwa manusia mempunyai keinginan alami
untuk berkembang yaitu lebih baik dengan belajar terus-menerus. Perkembangan manusia
dengan belajar ini dikatakan berhasil jika ia memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Proses itu pula merupakan kemampuan mengaktualisasikan diri yang baik sehingga potensi-
potensi yang ada terealisasikan dengan baik, contohnya bagi para pelajar yang menimba ilmu
pengetahuan dan mencari relevansi dalam hidupnya.
Teori humanistik Carl Roger berdasar pada filsafat Eksistensialisme yang berbicara
tentang permasalahan manusia sebagai individu dan sebagai problematika yang unik dengan
keberadaannya. Apakah manusia dapat hidup dalam kehidupan yang sejati melalui
pengungkapan segenap potensi atau kemungkinan yang dimilikinya? Individu adalah penentu
bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia merupakan pelaku yang sadar, bebas
memilih atau menentukan setiap tindakannya (bebas dan bertanggungjawab). Manusia juga tidak
pernah diam (bergerak), tetapi selalu dalam proses menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya
(perubahan kepribadian) sesuai dengan lingkungannya.
Proses perubahan yang sekarang tidak lepas dari keadaannya yang lalu. Tentunya,
perubahan itu membutuhkan kemampuan diri dan lingkungan sehingga lahirlah sikap
menghargai dan tanpa prasangka. Setiap individu sudah ada “baik” berarti kesadaran baik, selalu
baik, dan melakukan yang baik. Individu yang terbuka (klien dan therapist) berdampak pada
usaha mereka untuk saling melakukan yang baik demi perkembangan dan menolak yang
menghambat perkembangan (perubahan dan hambatan kultural)seperti contoh dalam masyarakan
birokratis, individu cenderung dipersonalisasi dan dilebur ke dalam kelompok sehingga individu
itu bukan saja tidak mampu mengungkapkan potensi-potensinya, melainkan juga mengalami
keterasingan,asing terhadap sesamanya, dan bahkan asing terhadap dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai