Anda di halaman 1dari 41

BERKENALAN DENGAN ALIRAN-

ALIRAN DAN TOKOH – TOKOH


PSIKOLOGI
Kelompok 4
1. Fajar Eldito Najwan (2124090115)
2. Nazwa Mawaddah Nur Efendi (2124090096)
3. Nadila Caterina (2124090159)
4. Tri Annisa Urrosadah (2124090003)
5. Dea Nathasya (2124090074)
6. Nabilla Fajriany (2124090130)
7. Kevin Kegan (2124090001)
8. Salsa Nathania Labiba (2124090116)
PSIKOLOGI HOLISTIK DAN
HUMANISTIK
• Abraham H. Maslow (1908-1970)
• Carl R. Rogers (1907-1987)
Pengertian Holistik dan
Humanistik

Holistik manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami,


menghayati, dan pada dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri.
karena itu, walaupun dalam penelitian boleh saja dilakukan analisis rinci
mengenai bagian-bagian dari jiwa manusia, namun dalam penyimpulannya,
manusia harus dikembalikan dalam kesatuannya yang utuh. Pandangan
seperti ini disebut holistik (whole = menyeluruh).
Humanistik manusia harus dipandang dengan penghargaan yang tinggi
terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan individualnya
dan dari sudut kemanusiannya itu sendiri, karena itu psikologi harus masuk
dalam topik-topik yang selama ini hampir tidak pernah diteliti oleh aliran-aliran
behaviorisme dan psikoanalisis, seperti:
• cinta
• kreativitas
• pertumbuhan
• aktualisasi diri
• kebutuhan
• rasa humor
• kebencian
• tanggung jawab
Pandangan seperti ini disebut padangan humanistik ( human = manusia)
Abraham Moslow

Pada awalnya, Maslow yang anak imigran Rusia kelahiran Brooklyn


ini, adalah seorang behavioris. Akan tetapi ada tiga pengalaman dalam
hidupnya yang menyebabkan ia meninggalkan behaviorisme.

1. Kasih sayang ayahnya semasa kecil, yang dirasakannya jauh


lebih besar daripada kasih sayang ibunnya
2. Ketika ia mengamati bayinya yang mungil sebagai hasil
perkawinannya dengan Bertha, ia berkata “orang yang sudah pernah
punya bayi, tidak akan menjadi behavioris”
3. Ketika Pearl Harbour dibom Jepang pada tahun 1941, ia muak
dengan penelitian-penelitiannya tentang kera.

Karena itu Maslow kemudian beralih ke psikologi holistik dan humanistik. Abraham Moslow
Ia berpendapat bahwa mestilah ada pintu masuk di mana kita bisa
mempelajari semua manusia dari sudut pandang yang sama.
Teori Maslow, tentang motivasi berasal dari pra-anggapan bahwa
manusia pada dasarnya adalah baik, atau setidak-tidaknya netral, bukan jahat.
Dari segi kejiwaan pun manusia mempunyai kebutuhan, cita-cita, harapan,
usaha, dan sebagainya. Semua ini hakikatnya baik, bukan jahat seperti yang
dinyatakan oleh agama Kristen (dosa asal) atau psikoanalisis, yang
beranggapan bahwa dorongan-dorongan jahat harus dikendalikan.alikan.

Dalam paradigma, Maslow berpendapat bahwa manusia yang jahat


jiwanya adalah manusia yang mengembangkan dirinya sendiri berdasarkan
kekuatan-kekuatan dari dalam. Sementara orang-orang yang terganggu
jiwanya, yang anti sosial, yang jahat adalah orang-orang yang terlambat
perkembangan dirinya, yang frustasi dari gangguan dari luar. Karena itu,
menurut Maslow psikoterapi atau konseling bertujuan mengembalikan
seseorang ke jalur perkembangan dirinya sendiri melalui potensi-potensi yang
ada dalam dirinya sendiri.
Teori Maslow sendiri yang sangat terkenal adalah teori hierarki
kebutuhan. Dalam teori ia mengatakan ada 5 macam kebutuhan manusia
yang berjenjang ke atas, seperti spiral yang makin melebar ke atas.

Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat


fisiologik (kebutuhan udara, makanan, minuman, dan sebagainya) yang
ditandai oleh kekurangan sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan.
Kebutuhan ini dinamakan kebutuhan dasar (basic needs). Jika kebutuhan
dasar relatif tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu
kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
Jenis kebutuhan kedua ini berhubungan dengan jaminan,
stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa
diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas, dan sebagainya. Karena
adanya kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan, undang-
undang, mengembangkan kepercayaan, membuat sistem asuransi,
pensiun,dan sebagainya.

Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka


timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai. Ia ingin dicintai dan
mencintai. Ia butuh menjadi bagian dari sebuah keluarga,
sebuah kampungan, suatu marga, geng, sekolah, atau perusahaan.
Orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara,
sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak kerja merasa dirinya
pengganguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini biasanya akan
menurunkan harga diri orang yang bersangkutan.
Jika kebutuhan ketiga diatas sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan
harga diri. Ada 2 macam kebutuhan akan harga diri.
Pertama :
• Kebutuhan akan kekuatan
• Penguasaan
• Potensi
• Percaya diri dan kemandirian.
Kedua :
• Kebutuhan akan penghargaan diri dari orang lain
• Status
• Ketenaran
• Dominasi
• Kebanggaan
• Dianggap penting dan apresiasi dari orang lain
Konsep need for self actualization bukanlah hal
yang baru di dunia psikologi. Tokoh-tokoh yang juga
muncul dengan konsep serupa antara lain
• Jung (Self Archetype)
• Adler (Creative Power of Self) Carl Gustav Jung Alfred Adler
• Horney (Self Realization)
• Roger (Evolution and Growth of The Self)
Kebutuhan ini, menurut Maslow adalah kebutuhan
"payung" yang di dalamnya terkandung 17 mata
kebutuhan yang tidak tersusun secara hierarki,
melainkan saling mengisi.

Carl Rogers
Karen Horney
Tabel kebutuhan dari Maslow
1. Kebenaran
2. Kebaikan
3. Keindahan/kecantikan
4. Keseluruhan
5. Dikhotomi-transedensi
6. Berkehidupan
7. Keunikan
8. Kesempurnaan
9. Keniscayaan
10. Penyelesaian
11. Keadilan
12. Keteraturan
13. Kesederhanaan
14. Kekayaan
Abraham Maslow 15. Tanpa susah payah
16. Bermain
17. Mencukupi diri sendiri
Carl R. Rogers.
Pengembangan Metode
Metode Scorates
(maieutics)


Teknik Psikoterapi
(client centred therapy atau person centred therapy)
Teknik Psikoterapi
(client centred therapy atau person centred therapy)

Istilah client : menggantikan istilah pasien untuk menunjukkan adanya


hubungan sejajar antara terapis dengan yang diterapi.

Psikoterapi dikenal dengan Psikoterapi Nondirektif (prosesnya menghindari


pengarahan/direktif)
Terapis harus berusaha menerima dan terbuka kepada klien.
⤍ Menggali informasi klien untuk tercapai keseimbangan (congruence).

Incongruence : ketidakcocokan antara self yang dirasakan dengan


pengalaman disertai pertentangan dan kekacauan batin.
⤍ Gangguan kejiwaan → memerlukan upaya penyeimbangan dalam proses
penyembuhan
Keberanian Rogers untuk merekam
(tape recorder) proses wawancara,
membahasnya dengan teman sejawat
atau mahasiswanya. Prinsip Belajar
yang Humanistik menurut Rogers
Perihal keterbukaan pada masa itu
sangat langka, Rogers sebagai perintis. 1. Hasrat untuk belajar
2. Belajar yang berarti belajar
3. Belajar tanpa ancaman
4. Belajar atas inisiatif sendiri
5. Belajar dan perubahan
PSIKOLOGI DI JERMAN
SEBELUM DAN SESUDAH
PERANG DUNIA II
• Perang Dunia II
• Pasca Perang Dunia II
• Jerman Timur
• Amerika Serikat
Perang Dunia II

Psikologi sebagai ilmu yang mandiri


di anggap oleh kebanyakan literatur Eropa
berawal dari didirikan laboratorium psikologi
pertama di Leipzig pada tahun 1879 oleh
Wilhelm Wundt (1832-1920).
Wundt yang dokter tetapi juga pakar
ilmu-ilmu sosial itu, bereksperimen di
Wilhelm Wundt
laboratorium ilmu faal dengan menggunakan
teori teori dan metode metode ilmu faal
(khususnya neurologi) sebagaimana yang
diajarkan kepadanya antara lain oleh Herman Herman Ludwig
Ludwig Von Helmholtz (1821-1894).
Von Helmholtz
Gejala Unbewuster Schluss (penyimpulan
tak sadar), misalnya, yang membuktikan
adanya pengaruh memori terhadap persepsi,
mengukuhkan tekad Wundt untuk membuat
laboratorium khusus psikologi yang
menggunakan teori dan metode introspeksi yang
juga khas psikologi.
Sejak wundt mendirikan laboratorium
psikologinya yang pertama di dunia tersebut,
maka banyak orang yang belajar kepada
Wundt di Leipzig. E.B.Titchener (1867-1927).
Wundt yang berasal dari Jerman,
dengan demikian Jerman menjadi pusat
perkembangan psikologi dunia, dapat
dikatakan bahwa aliran aliran besar dalam
psikologi di dunia saat itu dan beberapa di
antaranya masih bertahan hingga saat ini,
berasal dari Jerman, antara lain Psikologi Leibzig . E.B. Titchener
Gestalt, Psikologi Wurzburg dan psikologi
Ganzhelt.
Aliran aliran jerman pada masa itu masih bersifat
umum dan bersibuk diri dengan mencari hukum hukum
dan dalil dalil umum. Jadi psikolog Jerman ketika itu
memang masih berbicara tentang karakterologi (ilmu
tentang karakter manusia,Tipologi (ilmu untuk menggolong
golongkan manusia ke dalam beberapa jenis karakter) dan
volker psychologie.

Perang dunia II : perkembangan yang sedang


menuju puncak ini,ternyata harus terputus dengan
meningkatnya aktivitas partai Nazi menjelang perang II.
Tokoh Tokoh penting Jerman melarikan
diri dari Jerman, termasuk Tokoh Psikologi
mereka antara lain adalah Adhemar Gelb, Kurt
Goldsten, William Stern, Heinz Werner, Max
Wertheimer, Otto Selz, David Katz, Kurt Lewin
dan Wolfgang Kohler (yang satu ini hanya
simpatisan Yahudi)

Adhemar Gelb

Kurt Goldsten William Stern Heinz Werner


David Kartz

Kurt Lewin
Otto Selz
Max
Weirthermer

Wolfgang Kohler
Pasca Perang Dunia II

Setelah 1945, pada umumnya sarjana-sarjana Psikologi di Jerman tidak


menyuarakan Psikologi Nazi, kecuali beberapa orang seperti F.R Jaensch dan
G. Pfahler. Partai Nazi sendiri hanya berminat pada Psikologi sejauh untuk
seleksi personel militer.
Tetapi karena hubungan Jerman Barat-Amerika Serikat sangat baik
setelah Perang Dunia II, Bantuan dari Amerika Serikat mulai berdatangan
dalam bentuk Jurnal dan Buku Beasiswa untuk mengirimkan mahasiswa
Jerman belajar di Amerika Serikat.

Sejak itu Program Studi Psikologi dibuka di berbagai universitas Di Jerman


sehingga tercatat 44 Universitas di Jerman.
Jerman Timur

Politik yang mengacu ke Rusia juga menyebabkan perkembangan


Psikologi di Jerman Timur dibatasi dan diarahkan Oleh Aksioma-Aksioma
dialektika dan historika militerisme dan teori Marxisme.

Walaupun demikian adanya upaya untuk melibatkan kembali


Psikologi di Jerman Timur kedalam dunia Psikologi Internasional, dengan
menyelenggarakan Kongres IUPsyS (International Union of Pyschological
Societis) di Leipzig pada tahun 1980 (dalam rangka memperingati 100Tahun
Laboratorium Wundt)
Amerika Serikat
Masa setelah tahun 1950-an dalam
abad XX dalam sejarah Psikologi William James dan
menjadi eranya Amerika Serikat.
kawannya membuahkan
Pertemuan antara Strukturalismenya teori aliran baru. J.B
Wundt yang dibawa oleh Titchener. Watson misalnya mantan
mahasiswa Titchener
mencetuskan aliran
behaviorisme sebagai
penajaman Aliran
Fungsionalisme yang
menjadi Trend.
Behaviorisme ini bertemu
dengan Field Psychology
yg dikembangkan oleh
William James J.B Watson Kurt Lewin melahirkan
psikologi kognitif.
Melalui Tokoh Tokoh nya Edwin B.Holt dan
Edward Chase Tolman menyesuaikan diri
dalam pemikiran Lewin maka berkembanglah
Aliran Psikologi Kognitif (artinya; kesadaran)
seperti yang dikemukakan oleh F.Heider
Attitudes and Cognitive Organization dan
Leon Festinger A Theory of Cognitive
Dissonance. Setelah penyatuan kembali
Jerman Barat-Timur tidak terhindari bahwa
aliran yg berkembang di Jerman pada Abad
Edward Chase Holman
XX banyak diwarnai kecenderungan seperti
positivisme, relativisme, pragmatisme dan
utilitarianisme.
ASTRI NOVIANTI, PSI,
PSIKOLOGI DI INDONESIA
• Sejarah Psikologi di Indonesia
• Pendidikan Psikologi di Indonesia
• Organisasi Profesional
Sejarah Psikologi di Indonesia
Psikologi di Indonesia
- Keberadaan psikologi di Indonesia dimulai pada tahun 1952.
- Kebutuhan akan psikologi di Indonesia sama besar dengan di negara barat
yang berjalan dalam bidang kesehatan, bisnis, pendidikan, politik, sosial, dan
lainnya.
- Psikologi barat tidak selalu dapat diterapkan di Indonesia. Dengan demikian,
diperlukan penelitian psikologi mengenai basic nature di Indonesia.
- Di Indonesia juga terdapat berbagai kendala seperti dana dan sumber daya
manusia yang sangat terbatas.
- Ada berbagai tantangan psikologi di Indonesia seperti belajar asal-usul yang
sangat luas, definisi yang bervariasi, teori dan metodologi yang bertentangan,
dan aplikasi yang luas dan beragam.
- Banyak masyarakat Indonesia yang cenderung mengharapkan psikologi
sebagai ilmu pasti, tetapi dalam kenyataanya psikologi merupakan ilmu yang
liberal. Liberal disini bermaksud seperti menggunakan pendekatan, teori, dan
metodologi yang berbeda dalam melihat suatu masalah yang sama.
Tahun 1952:
- Psikologi diperkenalkan di Indonesia oleh Slamet Iman
Santoso, profesor psikiatri di Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia.
- Menurut Slamet, psikiatri membutuhkan ilmu psikologi
untuk guna menyeleksi orang yang tepat pada tempat
(pekerjaan) yang tepat. (The Right Man in The Right
Place).
- Akhirnya, diselenggarakan kursus pelatihan di
Universitas Indonesia yang kemudian menjadi Jurusan
Psikologi di Fakultas Kedokteran selang beberapa tahun
kemudian. Slamet sebagai ketua jurusan tersebut.
Slamet Iman Santoso
Tahun 1960:
- Departemen Psikologi berdiri sendiri menjadi
Fakultas Psikologi dengan Slamet menjadi dekan
pertama dan digantikan oleh Fuad Hasan pada
tahun tujuh-puluhan.
- Fuad Hassan merupakan psikolog pertama
yang lulus pada tahun 1958 dan setelah menjadi
dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, ia
menjadi Duta besar dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan.
Fuad Hasan
Sementara itu di tahun 1950-an terdapat juga
beberapa psikolog yang dikirim oleh TNI dan
pemerintah untuk menjalani pendidikan
psikologi di Belanda dan Jerman
sekembalinya di Indonesia mereka yang
dikirimkan oleh TNI kemudian ditempatkan di
pusat psikologi untuk angkatan darat dan
angkatan udara di Bandung sedangkan yang
lainnya ditempatkan di Jakarta dan menjadi
staf di fakultas psikologi UI.
Pada awalnya psikologi merupakan bagian dari fakultas ilmu-ilmu sosial hingga
pada tahun 1992 berkembang menjadi fakultas psikologi.

Pada awalnya psikologi di Indonesia dikaitkan erat dengan psikologi klinis dan
psikoanalisis dan banyak menggunakan teknik proyeksi serta tes IQ untuk
tujuan psikodiagnosis namun sejak tahun 1960-an behaviorisme menjadi lebih
populer dengan adanya konstruksi tes dan metode kuantitatif.
Pendidikan psikologi di Indonesia saat ini distandarisasi dan berada di
bawah kontrol Departemen Pendidikan Nasional izin praktik untuk para
psikologi berada di bawah kontrol HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia)
dan Departemen Tenaga Kerja. Dengan demikian, psikologi di Indonesia
harus sesuai dengan kerangka yang telah di tetapkan oleh pemerintah.
HIMPSI sendiri sejak tahun 1998/1999 sudah mempunyai beberapa divisi,
antara lain Ikatan Psikologi Olahraga (IPO), Ikatan Psikologi Sosial (IPS)
dan Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO).
Pendidikan Psikologi di Indonesia
Menurut kurikulum lama, untuk menjadi psikologi dibutuhkan 5,5
sampai dengan 6 tahun yang mencakup 158 sampai dengan 160 SKS setelah
lulus yg bersangkutan akan mendapat gelar sarjana psikologi dan psikolog
sekaligus.

Pada kurikulum lama, setelah siswa selesai mengambil 140 SKS ia


harus mengikuti program kepaniteraan- siswa ( _internship_) di 6 bagian di
fakultas psikologi yaitu, Psikologi Klinis, Psikologi Pendidikan, Psikologi
Industri dan Organisasi, Psikologi Sosial, Psikologi Perkembangan dan
Psikologi Eksperimen.
Pada tahun 1994, kurikulum baru mulai diberlakukan di mana gelar
sarjana psikologi diberikan jika mahasiswa telah memenuhi 140 SKS. Ia
kemudian dapat meneruskan mengambil pendidikan S2 dan seterusnya atau
mengakhiri pendidikannya dan bekerja. Untuk pilihan ini, pemegang gelar
sarjana psikologi tersebut tidak diperkenankan untuk berpraktik psikologi.
Pilihan lain adalah mengambil pendidikan profesi selama 4 semester yang
mencakup 20 SKS dan kemudian mendapat gelar psikolog untuk dapat
berpraktik psikologi. Dengan gelar psikologi, orang yang bersangkutan tetap
dapat mengambil pendidikan S2 dan seterusnya.

Pada kurikulum baru, siswa perlu mengikuti program kepaniteraan di 4


bagian saja, yaitu Psikologi Klinis, Psikologi Pendidikan, Psikologi Industri dan
Organisasi, dan Psikologi Sosial.
Organisasi Profesional
Perkembangan yang cepat, hubungan yang
dekat dengan profesi-profesi lain seperti psikiatri,
pendidikan, manajemen, serta sulitnya mengontrol
praktik psikologi mengarah pada satu masalah
penting yang harus secepatnya diselesaikan, yaitu
kurangnya kode etik profesional, khususnya
malapraktik. Kode etik tersebut menjelaskan hal-hal
seperti: Siapa yang berhak pendidikan, dan manajer
personalia berhak untuk mengadministrasikan tes
psikologis?
Pertanyaan-pertanyaan lain muncul
seperti: apakah buat program pelatihan hanya
dapat dilakukan oleh psikolog? Apa perbedaan
antara psikologi personalia dengan manajemen
personalia? Dapatkah seni digunakan sebagai
salah satu bentuk terapi? Jika ya, siapa yang
berhak melakukannya: seniman yang belajar
psikologi atau psikolog yang belajar kesenian?

Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan


contoh dari hal hal-hal yang harus dijelaskan di
dalam kode etik. Pembuatan kode etik psikologi
dilakukan oleh organisasi di Indonesia yaitu
HIMPSI (Himpunan Psikologi Indoneaia; dahulu
sebelum terpisah antara Sarjana Psikologi dengan
Psikolog, nama organisasinya adalah ISPsi atau
Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia). Kode etik
direvisi setiap tiga tahun sekali.
Pada awalnya ISPsi cenderung menginduk ke Departemen Kesehatan,
namun sejak tahun 1993, ISPsi bekerja sama dengan Departmen Tenaga
Kerja, khususnya untuk pengaturan izin praktik. Sebelum gelar Sarjana
Psikologi dipisahkan dari psikolog, psikolog yang ingin berpraktik, baik itu
praktik pribadi maupun di dalam suatu organisasi, misalnya di perusahaan,
harus meminta rekomendasi dari ISPsi di kotanya.
Berdasarkan rekomendasi tersebut izin praktik akan dikeluarkan oleh
kantor Departemen Tenaga Kerja di kota tersebut, dan selanjutnya
pengawasan dilakukan oleh ISPsi. Setelah gelar Sarjana Psikologi dipisahkan
dari psikolog, para psikologi yang ingin mendapat izin praktik harus mengikuti
ujian yang diselenggarakan oleh HIMPSI Pusat. Jika lulus dari ujian tersebut,
psikolog yang bersangkutan akan mendapatkan izin praktiknya, namun jika
tidak lulus, psikolog tersebut dapat mengikuti program pendalaman selama
waktu tertentu untuk kemudian mendapatkan izin praktiknya.
Sampai saat tulisan ini dibuat, izin praktik tetap dikeluarkan
oleh Departemen Tenaga Kerja, dan pengawasan tetap dilakukan oleh
kantor HIMPSI setempat. Jika terjadi penyimpangan atau malapraktik,
izin tersebut akan dicabut oleh Departemen Tenaga Kerja. Namun
dalam era reformasi (pasca-1998) dan setelah melihat beberapa
model pengaturan izin praktik di negara-negara lain, HIMPSI
cenderung mengontrol izin praktik sendiri, terlepas dari pemerintah.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai