Anda di halaman 1dari 63

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik
sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan
psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan
isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang
konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang
proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar,
sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori humanistic
berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk
memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri
orang yang belajar, secara optimal.
Teori humanistik bersifat sangat eklektik yaitu memanfaatkan atau merangkumkan
berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia dan mencapai tujuan yang
diinginkan karena tidak dapat disangkal bahwa setiap teori mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya:
1. Kolb
Pandangan Kolb tentang belajar dikenal dengan Belajar Empat Tahap yaitu:
a. Tahap pandangan konkret
Pada tahap ini seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu
kejadian sebagaimana adanya namun belum memilki kesadaran tentang hakikat dari
peristiwa tersebut,
b. Tahap pemgamatan aktif dan reflektif
Tahap ini seseorang semakin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara
aktif terhadap peristiwa yang dialaminya dan lebih berkembang.
c. Tahap konseptualisasi

Pada tahap ini seseorang mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan
suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek
perhatiannya dan cara berpikirnya menggunakan induktif.
d. Tahap eksperimentasi aktif
Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori
atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata dan cara berpikirnya menggunakan deduktif.
2. Honey dan Mumford
Honey dan Mumford menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat macam atau
golongan, yaitu:
a. Kelompok aktivis
Yaitu mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai
kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
b. Kelompok reflector
Yaitu mereka yang mempunyai kecenderungan berlawanan dengan kelompok aktivis.
Dalam melakukan suatu tindakan kelompok ini sangat berhati-hati dan penuh
pertimbangan.
c. Kelompok teoris
Yaitu mereka yang memiliki kecenderungan yang sangat kritis, suka menganalisis,
selalu berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
d. Kelompok pragmatis
Yaitu mereka yang memiliki sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan
teori-teori, konsep-komsep, dalil-dalil, dan sebagainya.
3. Habermas
Menurut Habernas, belajar baru akan tejadi jika ada interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu:
a. Belajar teknis (technical learning)
Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya
secara benar.
b. Belajar praktis (practical learning)
Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,
yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik.
c. Belajar emansipatoris (emancipatory learning)

Yaitu belajar yang menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan
kesadaran tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dengan
lingkungan sosialnya.
4. Bloom dan Krathwohl
Bloom dan Krathmohl lebih menekankan perhatiannya pada apa yang mesti dikuasai oleh
individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan
belajarnya dikemukakan dengan sebutan Taksonomi Bloom, yaitu:
a. Domain kognitif, terdiri atas 6 tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
b. Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
1) Peniruan
2) Penggunaan
3) Ketepatan
4) Perangkaian
5) Naturalisasi
c. Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
1) Pengenalan
2) Merespon
3) Penghargaan
4) Pengorganisasian
5) Pengalaman
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar
pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks
manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori
humanistik sering dikritik karena sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis dan
dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada
bidang pendidikan, sehingga sulit diterjemahkan ke dalam langkah-langkah yang lebih

konkret dan praktis. Namun sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep,
taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan
guru untuk memahami hakikat kejiwaan manusia.
Dalam praktiknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar.

TEORI HUMANISTIK [MASLOW & ROGER]

Leave a comment

TEORI HUMANISTIK

Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini
melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal
yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanism biasanya memfokuskan pengajarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat
dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para
pendidik beraliran humanisme. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu
dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada
materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Tokoh pencetus aliran humanisme adalah Arthur Combs, Abraham Maslow, Carl Rogers,
Erich Fromm daan Viktor Frankl.
1. A.

Abraham Maslow

Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908.
Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak mengenyam

pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang
dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi
yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia tumbuh di perpustakaan diantara
buku-buku. Ia awalnya berkuliah umum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk
mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat ia berkuliah, ia
menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan Desember 1928 dan bertemu
dengan mentor utamanya yaitu Profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor pada
1930, master pada 1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan
studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia
bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund
Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College. Di New York,
ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max
Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal.
Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku
manusia. Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar
tahun 1950 hingga 1960-an. Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai
akhirnya ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian ia
dianugerahkan gelar Humanist of the Year oleh Asosiasi Humanis Amerika pada tahun 1967.
Asumsi dan Prinsip Dasar Teori
Ahli-ahli teori humanistik menunjukkan bahwa (1) tingkah laku individu pada mulanya
ditentukan oleh bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, dan (2)
individu bukanlah satu-satunya hasil dari lingkungan mereka seperti yang dikatakan oleh ahli
teori tingkah laku, melainkan langsung dari dalam (internal), bebas memilih, dimotivasi oleh
keinginan untuk aktualisasi diri (self-actualization) atau memenuhi potensi keunikan mereka
sebagai manusia.
Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi


kebutuhan yang bersifat hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama,
seperti kebutuhan psikologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di
atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya.
Maslow Berfokus pada individu secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek individu, dan
menekankan kesehatan daripada sekedar penyakit dan masalah.
Detail Teori

Teori yang terkenal dari Maslow yang merupakan salah satu tokoh humanistik adalah teori
tentang Hirarki Kebutuhan. Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis atau dasar
2. Kebutuhan akan rasa aman
1. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
2. Kebutuhan untuk dihargai
3. Kebutuhan untuk aktualisasi diri

Maslow (1968) berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk tingkat
yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan rasa
aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika manusia secara fisik
terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan
akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan
kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis
dan akhirnya self-actualization.

Maslow (1954) menyusun hirerarki kebutuhan. Di dalam hirarki ini, ia menggunakan suatu
susunan piramida untuk menjelaskan dorongan atau kebutuhan dasar yang memotivasi
individu. Kebutuhan yang paling dasar, yakni kebutuhan fisiologis akan makanan, air, tidur,
tempat tinggal, ekspresi seksual, dan bebas dari rasa nyeri, harus dipenuhi pertama kali.
Tingkat kedua adalah kebutuhan akan keselamatan, keamanan, dan bebas dari bahaya atau
ancaman kerugian. Tingkat ketiga ialah kebutuhan akan mencintai dan memiliki, yang
mencakup membina keintiman, persahabatan, dan dukungan. Tingkat keempat ialah
kebutuhan harga diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati dan diargai orang lain.
Tingkat yang paling tinggi ialah aktualisasi diri, kebutuhan akan kecantikan, kebenaran, dan
keadilan.

Maslow mengajikan hipotesis bahwa kebutuhan dasar di tingkat paling bawah piramida akan
mendominasi perilaku individu sampai kebutuhan tersebut dipenuhi, kemudian kebutuhan
tingkat selanjutnya menjadi dominan.

Maslow menggunakan istilah aktualisasi diri untuk menjelaskan individu yang telah
mencapai semua kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara keseluruhan
dalam hidup.

Teori Maslow menjelaskan bahwa perbedaan individu terletak pada motivasinya, yang tidak
selalu stabil seanjang kehidupan. Lingkungan hidup yang traumatic atau kesehatan yang
terganggu dapat menyebabkan individu mundur ke tingkat motivasi yang lebih rendah.
Kedudukan Pengasuhan dalam Teori
Dalam pendekatan humanistik, orang tua diajarkan untuk mencerminkan perasaan anak-anak
mereka dan membantu mereka tumbuh dalam kesadaran diri dan pemahaman, serta
memfasilitasi kematangan psikologis anak-anak mereka.
Abraham Maslow melengkapi pemikiran tersebut dengan teori motivasi. Menurutnya,
potensi-potensi unik seorang anak akan muncul apabila diberi motivasi dengan cara
penyampaian wawasan, contoh orang tua, pergaulan dengan teman lain, maupun pengalaman
langsung.
Dalam praktik pengasuhan, orang tua dianggap sebagai fasilitator yaitu menyediakan
lingkungan dan sarana belajar anak untuk mengembangkan potensinya. Semakin dipenuhinya
fasilitas yang dibutuhkan anak, akan semakin berkembang potensi-potensi yang dimiliki
seorang anak.
Selain itu, orang tua harus berperan sebagai motivator. Peran ini dilakukan dengan
memberikan dorongan dan dukungan bagi berbagai hal yang menjadi minat seorang anak.
Apabila anak melakukan kekeliruan tidak disalahkan atau disudutkan tetapi diberi berikan
bimbingan dengan kalimat-kalimat yang membangkitkan semangat. Sehingga anak terpacu
untuk melakukan tugasnya dan semakin tinggi tingkat pengaktualisasiannya.
1. B.

Carl Roger

Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers
meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung. Latar belakang:
Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang
berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku
dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis,
aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide ide dan konsep teorinya
banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.(Schultz 1991)
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang
berpusat pada klien (client centered) (Clifford 1986). Rogers kemudian menyusun teorinya
dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan
pendekatan Freud, Namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers
menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers
memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara ,
kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari
kecenderungan alamiah. Teori Rogers didasarkan pada suatu daya hidup yang disebut
kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi

yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh
potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup
saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya.Dari dorongan tunggal
inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh
psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman
dan rasa cinta, dan sebagainya.(George 2008)
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun keunikan
teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers pun
menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered),
non-directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori
yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person
centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Asumsi dan Prinsip Dasar Teori
1. Kecenderungan formatif : Segala hal di dunia baik organik maupun nonorganik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
2. Kecenderungan aktualisasi: Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk
bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya.
Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan
masalahnya.

Ide pokok dari teori-teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri. (Schultz 1991)
Carl Rogers mengembangkan teorinya dari penelitiannya bersama pasien dan klien di klinik.
Rogers merasa terkesan dengan apa yang ia lihat saat kecenderungan bawaan individu yang
bergerak ke arah pertumbuhan, maturitas, dan perubahan positif. Ia menjadi yakin bahwa
kekuatan dasar yang memotivasi organisme manusia adalah kecenderungan beraktualisasi
suatu kecenderungan ke arah pemenuhan atau aktualisasi semua kapasitas organisme.
Organisme yang tumbuh mencari cara untuk memenuhi potensinya di dalam batas-batas
hereditasnya. Seseorang mungkin tidak selalu dengan jelas merasakan tindakan mana yang
menyebabkan pertumbuhan dan tindakan mana yang regresif. Tetapi jika jalan itu jelas,
individu memilih untuk tumbuh ketimbang regresi. Rogers tidak menyangkal bahwa terdapat
kebutuhan lain, sebagian darinya adalah biologis., tetapi ia memandang semuanya itu sebagai
patuh kepada motivasi organisme untuk meningkatkan dirinya. Keyakinan Rogers akan
keunggulan aktualisasi membentuk dasar terapi terpusat klien yang bersifat nondirektif.
Metoda psikoterapi ini berpendapat bahwa semua individu memiliki motivasi dan

kemampuan untuk berubah dan individu adalah orang yang paling berkualifikasi untuk
menentukan arah perubahan tersebut. Peran ahli terapi adalah sebagai papan pantul sementara
individu mengeksplorasi dan menganalisis masalahnya. Pendekatan ini berbeda dari tipe
psikoanalitik, di mana ahli terapi menganalisis pengalaman pasien untuk menentukan
masalah dan menyarankan suatu tindakan pengobatan. Inti dari konsep dalam teori
kepribadian Rogers adalah diri (self). Diri, atau konsep-diri (Rogers menggunakan
keduanya), menjadi inti teotinya. Diri terdiri dari semua ide, persepsi, dan nilai-nilai yang
mengkarakterisasi saya atau aku ; ia mencakup kesadaran apa saya dan apa yang
dapat saya lakukan. Selanjutnya diri yang dihayati ini mempengaruhi persepsi seseorang
tentang dunia dan perilakunya. Sebagai contohnya, wanita yang merasa dirinya kuat dan
kompeten akan menghayati dan bertindak di dunia dengan cara yang sangat berbeda dari
wanita yang menganggap dirinya lemah dan tidak berguna. Konsep diri tidak selalu
mencerminkan realita : seseorang mungkin sangat berhasil dan terhormat tetapi masih
memandang dirinya sendiri sebagai orang yang gagal.
Detail Teori
Menurut Rogers, individu menilai setiap pengalaman berkaitan dengan konsep diri. Orang
ingin bertindak dalam cara yang konsisten dengan citra-dirinya ; pengalaman dan perasaan
yang tidak konsisten adalah mengancam dirinya dan tidak diterima oleh kesadaran. Ini pada
dasarnya adalah konsep represi freud, walaupun Rogers menganggap represi tersebut tidak
diperlukan atau permanen. (Freud mengatakan bahwa represi tidak dapat dihindari dan
sebagian aspek pengalaman individu selalu tetap berada dibawah sadar.
Semakin banyak pengalaman yang disangkal oleh seseorang karena tidak konsisten dengan
konsep dirinya, semakin lebar jurang antara dirinya dan realita dan semakin besar
kemungkinan timbulnya ketidakmampuan menyesuaikan diri. Seorang individu yang konsep
dirinya tidak sejalan dengan perasaan dan pengalaman pribadi harus melindungi dirinya
sendiri dari kebenaran karena kebenaran akan menyebabkan kecemasan. Jika ketidaksesuaian
itu menjadi terlalu besar, pertahanan mungkin runtuh, menyebabkan kecemasan yang berat
atau gangguan emosional lain.

Sebaliknya, orang yang mampu menyesuaikan diri memiliki konsep diri yang konsisten
dengan pikiran, pengalaman, dan perilaku ; diri tidak kaku tetapi fleksibel, dan dapat berubah
saat ia mengasimilasi pengalaman dan ide baru.
Diri lain dalam teori Rogers adalah diri yang ideal. Kita semua memiliki konsepsi jenis orang
yang diri kita inginkan menjadi sepertinya. Semakin dekat diri ideal dengan diri nyata,
semakin penuh dan gembira individu yang bersangkutan. Ketidaksesuaian yang besar antara
diri ideal dan diri nyata menghasilkan orang yang tidak puas dan tidak gembira.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman
yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri
ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan
apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu

Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang


dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
Sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan
seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati. Setiap manusia
memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan
cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi
menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak
bersyarat). (Schultz 1991)

Jadi dua jenis ketidaksesuaian dapat terjadi : satu, antara diri dan pengalaman realita ; dan
yang lain antara diri dan diri ideal. Rogers memiliki beberapa hipotesis tentang bagaimana
ketidaksesuaian itu dapat berkembang.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang
mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai
adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk
menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
1.Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan
fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak
emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
2. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga
ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri
sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu
sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul
seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi
dengan sangat baik.
4. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan
paksaan atau rintangan rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas
memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa
masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia

dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa
saja yang ingin dilakukannya.
5. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri
akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri ciri bertingkah laku
spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulusstimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya. (Schultz 1991)
Kedudukan Pengasuhan dalam Teori
Rogers mengatakan bahwa orang-konsep diri sering tidak sama persis dengan kenyataan.
Sebagai contoh, seseorang mungkin menganggap dirinya sangat jujur tetapi sering berbohong
kepada atasannya tentang mengapa ia terlambat untuk bekerja. Rogers menggunakan istilah
ketidaksesuaian untuk mengacu pada kesenjangan antara konsep diri dan realitas.
Kesesuaian, di sisi lain, adalah pertandingan yang cukup akurat antara konsep diri dan
realitas. Menurut Rogers, orangtua mempromosikan ketidaksesuaian jika mereka memberi
anak-anak mereka cinta bersyarat. Jika orang tua menerima anak hanya bila anak berperilaku
dengan cara tertentu, anak kemungkinan untuk memblokir pengalaman yang dianggap tidak
dapat diterima. Di sisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih tanpa syarat, anak dapat
mengembangkan kongruensi. Orang dewasa yang orang tuanya dalam pengasuhan
memberikan cinta bersyarat, di masa dewasa akan terus mengubah pengalaman mereka dalam
rangka agar merasa diterima.
Pengasuhan sangat penting kedudukannya dimana orangtua yang memberikan pengasuhan
yang baik dapat memberikan kebutuhan penghargaan positif tanpa syarat dimana dengan
terpenuhinya kebutuhan tersebut anak akan menjadi fungsional. Ini berarti mereka merasa
dirinya dihargai oleh orangtua dan orang lain walaupun perasaan, sikap, dan perilakunya
kurang dari ideal. Jika orangtua hanya memberikan penghargaan positif tanpa syarat, menilai
anak hanya jika ia bertindak, berpikir, atau berperasaan dengan benar, anak kemungkinan
mengalami distorsi konsep dirinya. Sebagai contohnya, perasaan kompetisi dan permusuhan
kepada adik bayi dan biasanya menghukum tindakan tersebut. Anak agaknya harus
mengintegrasikan pengalaman ini ke dalam konsep diri mereka. Mereka mungkin
memutuskan bahwa orangtua tidak menyukai mereka dan demikian merasa ditolak. Atau
mereka mungkin menyangkal perasaan mereka dan memutuskan mereka tidak ingin
memukul adik. Tiap sikap itu mengandung distorsi kebenaran. Alternatif ketiga adalah yang
paling mungkin diterima oleh anak-anak, tetapi dalam melakukannya, mereka menyangkal
perasaan yang sesungguhnya diri mereka, yang kemudian menjadi tidak disadari. Semakin
orang didorong untuk menyangkal perasaannya sendiri dan menerima nilai-nilai orang lain,
semakin tidak nyaman perasaan mereka tentang dirinya sendiri. Rogers menyatakan bahwa
pendekatan terbaik bagi orangtua adalah mengenali perasaan anak sebagai sesuatu yang nyata
sambil menjelaskan alasan mengapa perbuatan memukul tidak dapat diterima.

TEORI HUMANISTIK

Teori Humanistik

Beberapa psikolog pada waktu yang sama tidak menyukai uraian aliran
psikodinamika dan behaviouristik tentang kepribadian. Mereka merasa bahwa
teori-teori ini mengabaikan kualitas yang menjadikan manusia itu berbeda dari
binatang, seperti misalnya mengupayakan dengan keras untuk menguasai diri
dan merealisasi diri. Di tahun 1950-an, beberapa psikolog aliran ini mendirikan
sekolah psikologi yang disebut dengan humanisme.

Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana


manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada
prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada
kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam
mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal
mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap
hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk
mengubah sikap dan perilaku mereka.

Dua psikolog, Abraham Maslow dan Carl Rogers, sangat terkenal dengan teori
humanistik mereka.

Teori Abraham Maslow

Tahapan tertinggi dalam tangga hierarki motivasi manusia dari Abaraham


Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow mengatakan bahwa
manusia akan berusaha keras untuk mendapatkan aktualisasi diri mereka, atau
realisasi dari potensi diri manusia seutuhnya, ketika mereka telah meraih
kepuasan dari kebutuhan yang lebih mendasarnya. Teori hierarki kebutuhan
Maslow digambarkan pada halaman 247.

Maslow juga mengutarakan penjelasannya sendiri tentang kepribadian manusia


yang sehat. Teori psikodinamika cenderung untuk didasarkan pada studi kasus
klinis maka dari itu akan sangat kurang dalam penjelasannya tentang
kepribadian yang sehat. Untuk sampai pada penjelasan ini, Maslow mengkaji
tokoh yang sangat luar biasa, Abaraham Lincoln dan Eleanor Roosevelt,
sekaligus juga gagasan-gagasan kontemporernya yang dipandang mempunyai
kesehatan mental yang sangat luar biasa.

Maslow menggambarkan beberapa karakteristik yang ada pada manusia yang


mengaktualisasikan dirinya:

Kesadaran dan penerimaan terhadap diri sendiri


Keterbukaan dan spontanitas
Kemampuan untuk menikmati pekerjaan dan memandang bahwa pekerjaan
merupakan sesuatu misi yang harus dipenuhi
Kemampuan untuk mengembangkan persahabatan yang erat tanpa bergantung
terlalu banyak pada orang lain
Mempunyai selera humor yang bagus
Kecenderungan untuk meraik pengalaman puncak yang memuaskan secara
spiritual maupun emosional

Teori Pribadi Terpusat Manusia dari Carl Rogers

Carl Rogers, seorang psikolog humanistik lainnya, mengutarakan sebuah teori


yang disebut dengan teori pribadi terpusat. Seperti halnya Freud, Rogers
menjelaskan berdasarkan studi kasus klinis untuk mengutarakan teorinya. Dia
juga mengembangkan gagasan dari Maslow serta ahli teori lainnya. Dalam
pandangan Rogers, konsep diri merupakan hal terpenting dalam kepribadian,
dan konsep diri ini juga mencakup kesemua aspek pemikiran, perasaan, serta
keyakinan yang disadari oleh manusia dalam konsep dirinya.
Kongruensi dan Inkongruensi

Rogers mengatakan bahwa konsep diri manusia seringkali tidak tepat secara
sempurna dengan realitas yang ada. Misalnya, seseorang mungkin memandang
dirinya sebagai orang yang sangat jujur namun kenyataannya seringkali
berbohong kepada atasannya tentang alasan mengapa dia datang terlambat.
Rogers menggunakan istilah inkongruensi (ketidaksejajaran) untuk mengacu
pada kesenjangan antara konsep diri dengan realitas. Di sisi lain, kongruensi,
merupakan kesesuaian yang sangat akurat antara konsep diri dengan realitas.

Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya inkongruensi ini ketika
mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya.
Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku
sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang
dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih
sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan
kongruensinya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang
kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk
mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.

Dampak dari Inkongruensi

Rogers brefikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka
terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia
akan mengubah perbuatanny sehingga mereka masih akan tetap mampu
berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat inkongruensi yang
lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam
konsep diri mereka secara terus menerus.

Contoh:
Erin yakin bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun dia
seringkali sangat pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips
yang sedikit atau bahkan tidak memberikan tips sama sekali saat di restauran.
Ketika teman makan malamnya memberikan komentar pada perilaku pemberian
tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips yang dia berikan itu sudah layak
dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan memberikan atribusi perilaku
pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, aka dia dapat terhindar dari
kecemasan serta tetap menjaga konsep dirinya yang katanya dermawan.

Kritik pada Teori Humanistik

Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan
budaya populer. Sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini ketika
teori tersebut membahas tentang kepribadian, pengalaman subjektif manusi
mempunyai bobot yang lebih tinggi daripada relitas objektif. Psikolog humanistik
yang terfokus pada manusia sehatm daripada manusia yang bermasalah, juga
telah menjadi suatu kontribusi yang bermanfaat.

Meskipun demikian, kritik dari teori humanistik tetap mempunyai beberapa


argumentasi:

Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan gagal untuk memberikan
pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia
Teori humanistik, seperti halnya teori psikodinamik, tidak bisa diuji dengan
mudah
Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah
berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif. Beberapa
kritisi menyangkal bahwa konsep ini bisa saja mencerminkan nilai dan idealisme
Maslow sendiri.
Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

Pergeseran Teori Kontruktivisme Menuju Teori Humanisme

Menurut Teori Konstruktivisme seseorang harus membangun sendiri


pengetahuannya secara aktif. Penekanan Teori Konstruktivisme adalah proses
internal yang terjadi di dalam struktur kognitif individu yang belajar. Sedangkan
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda
yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau
isu-isu yang berhubungan dengan manusia.

Dalam teori belajar konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan tidak


dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa
siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Siswa tidak diharapkan
sebagai wadah yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan
kehendak guru. Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam
pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:

Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan


individuatau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan
setiap persoalan yang dihadapi.
Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar
kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan
teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan pada diri peserta didik.

Dalam teori ini bertujuan untuk memberikan motivasi untuk siswa bahwa belajar
adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, mengembangkan kemampuan siswa
untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya, membantu
siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara
lengkap, mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri, dan lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Sedangkan teori humanistik memandang manusia sebagai manusia, yakni
makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu. Sebagai makhluk hidup ia
harus melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidup. Sebagai
makhluk batas (antara hewan dan malaikat), ia memiliki sifat-sifat kehewanan
(nafsu-nafsu rendah) dan sifat-sifat kemalaikatan (budi luhur), sebagai makhluk

dilematik ia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan dalam hidupnya; sebagai


makhluk moral, ia bergulat dengan nilai-nilai. Sebagai makhluk pribadi, ia
memiliki kekuatan konstruktif dan destruktif. Sebagai makhluk sosial, ia memiliki
hak-hak sosial.

Aplikasi teori humanistik lebih menuju pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberi motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan siswa. Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar guru. Guru bukan
satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu. Guru hanya salah satu
sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain bisa
teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran dan internet.

Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang mengacu kepada Teori
humanisme lebih menjanjikan,agar para siswa dapat bertahan dan mampu
bersaing di era globalisasi ini berdasarkan hasil-hasil penelitian yang
membandingkan keduanya.

Teori Belajar Humanistik


Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya
dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu
adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala
pendidikan. Dalam artikel What is Humanistik Education?, Krischenbaum
menyatakan

bahwa

sekolah,

kelas,

atau

guru

dapat

dikatakan

bersifat

humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa
tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatanpendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.

Dalam artikel some educational implications of the Humanistic Psychologist


Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik.
Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang
dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia daripada berfokus pada ketidaknormalan atau sakit seperti yang
dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah
sakit tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut

sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya
memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.

Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif


yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan
menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan
kepercayaan,

penerimaan,

keasadaran,

memahami

perasaan

orang

lain,

kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah


meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.

Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang


beraliran

humanistik

juga

mencoba

untuk

membuat

pembelajaran

yang

membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat,


berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi.
Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas
mengenai perilaku manusia. Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia?
Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut
dengan lebih baik?

Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak


bahwa

pendekatan

pendidikan.

ini

Freudian

mengedepankan
melihat

emosi

pentingnya
sebagai

hal

emosi
yang

dalam

dunia

mengganggu

perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi.


Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang
nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan
saling

beriringan,

mengabaikansalah

mengabaikan
satu

potensi

pendidikan
terbesar

emosi

manusia.

Kita

sama
dapat

dengan
belajar

menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik


ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan
kognisi.

Berbeda dengan behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu


usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manuisa atau dengan freudian yang

melihat motivasi sebagai berbagai macam kebutuhan seksual, humanistik


melihat perilaku manusia sebagai campuran antara motivasi yang lebih rendah
atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah satu ciri utama pendekatan
humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia, bukan spesies
lain. Akan sangat jelas perbedaan antara motivasi manusia dan motivasi yang
dimiliki binatang. Hirarki kebutuhan motivasi maslow menggambarkan motivasi
manusia yang berkeinginan untuk bersama manusia lain, berkompetensi,
dikenali, aktualisasi diri sekaligus juga menggambarkan motovasi dalam level
yang lebih rendah seperti kebutuhan fisiologis dan keamanan.

Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang


lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia
mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga
belajar. Jadi sekoah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini
dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal
yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap
secara fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah
sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor seperti dalam Freudian ataupun
pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.

Secara singkatnya, penedekatan humanistik dalam pendidikan menekankan


pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia
untuk

mencari

dan

mengembangkan

menemukan

kemampuan

kemampuan

tersebut.

Hal

yang
ini

mereka

mencakup

punya

dan

kemampuan

interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk
memperkaya

diri,

menikmati

keberadaan

hidup

dan

juga

masyarakat.

Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat
penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar


memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan

sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan


dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensipotensi yang ada dalam diri mereka.

Berikut adalah para tokoh dalam aliran psikologi humanistik. 3 tokoh aliran
humanistik akan disinggung, namun demikian tokoh humanistik yang menjadi
fokus dalam paper ini adalah Carl Rogers.

Tokoh-Tokoh Teori Humanistik


Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak
perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep
dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu.
Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan
dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan
karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa
sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku
buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami
dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru
harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku
internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa
banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar
apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.

Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari
materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi
dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow

mengemukakan

bahwa

individu

berperilaku

dalam

upaya

untuk

memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang


mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa
yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki
dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya
semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada
saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki.


Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan
fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya,
ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan
manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus
diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan
bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan
dasar si siswa belum terpenuhi.

Carl Ransom Rogers


Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari
1902 di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Kepindahan dari kota ke
daerah pertanian diusianya yang ke-12, membuat ia senang akan ilmu pertanian.
Ia pun belajar pertanian di Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada tahun 1924,
ia masuk ke Union Theology Seminary di Big Apple dan selama masa studinya ia
juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil. Meskipun belajar di seminari,
ia malah ikut kuliah di Teacher College yang bertetangga dengan seminarinya.

Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan
psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui teori
Freud. Pada masa ini, Rogers juga banyak dipengaruhi oleh Otto Rank dan John
Dewey yang memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori yang didapatkannya
justru membuatnya menemukang benang merah yang kemudian dipakai untuk
mengembangkan teorinya kelak.

Tahun 1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk mengembangkan


idenya tentang psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers menjadi
profesor psikologi di Universitas Universitas Negeri Ohio. Kepindahan dari
lingkungan klinis ke lingkungan akademik membuat Rogers mengembangkan
metode client-centered psychotherapy. Disini dia lebih senang menggunakan
istilah klien terhadap orang yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah
pasien. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1.
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Kecewa karena tidak bisa menyatukan psikiatri dengan psikolog, Rogers pindah
ke California tahun 1964 dan bergabung dengan Western Behavioral Science
Institute. Ia lalu mengembangkan teorinya ke bidang pendidikan. Selain itu ia

banyak memberikan workshop di Hongaria, Brazil, Afrika Selatan, dan bahkan ke


eks Uni Soviet. Rogers wafat pada tanggal 4 Februari 1987.

Teori Humanistik Carl Rogers

Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik,
namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori
humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang
berpusat pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered),
teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada
kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person
centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.

Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan
putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang
memandang manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh
harapan dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensipotensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian
humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara
hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan
pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk
maksud tertentu.

Asumsi dasar teori Rogers adalah:


-

Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang
lebih kecil.

Kecenderungan aktualisasi

Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan


atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang
kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.

Struktur Kepribadian
Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang,
dan ada tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme,
Medan fenomena, dan self.

1. Organisme
Pengertian organisme mencakup tiga hal:

mahkluk hidup

organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan
merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran
setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri
dan dunia eksternal

Realitas Subyektif

Oranisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita


adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.

Holisme

Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian
akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi
dan

bertujuan,

yaitu

tujuan

mengaktualisasi,

mempertahankan,

dan

mengembangkan diri.

2. Medan Fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun
eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan

seluruh

pengalaman

pribadi

seseorang

sepanjang

hidupnya

di

dunia,

sebagaimana persepsi subyektifnya.

3. Diri
Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan
pengalaman membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan
identitas dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau buruk, apa
ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah terbentuk, maka
aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk
mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran.
Sehingga kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman
organik individual, sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran
dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.

Diri dibagi atas 2 subsistem :


Konsep diri yaitu penggabungan seluruh aspek keberadaan dan pengalaman
seseorang yang disadari oleh individual (meski tidak selalu akurat).
Diri ideal yaitu cita-cita seseorang akan diri.
Terjadinya kesenjangan antara akan menyebabkan ketidak-seimbangan dan
kepribadian menjadi tidak sehat.

Menurut Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi Self, yaitu:
Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada.
Ada 3 tingkat kesadaran.
-

Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau


disangkal.

Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara langsung


diakui oleh struktur diri.

Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang


dirasakan

tidak

sesuai

dengan

diri

(self),

maka

dibentuk

kembali

dan

didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri.

Kebutuhan
-

Pemeliharaan
Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara,
dan keamanan , sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk
berkembang.

Peningkatan diri
Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai
kemampuan untuk belajar dan berubah.

Penghargaan positif (positive regard)


Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh
orang lain.

Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)


Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai hasil
dari pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari frustasi
dengan mencari kepuasan akan positive self-regard.

Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis terjadi bila :
-

ada ketidak seimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang dirasakan
oleh diri organis.

Ketimpangan yang semakin besar antara konsep diri dengan pengalaman


organis membuat seseorang menjadi mudah terkena serangan. Kurang akan
kesadaran diri akan membuat seseorang berperilaku tidak logis, bukan hanya
untuk orang lain namun juga untuk dirinya.

Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan
akan memuncak menjadi ancaman.

Untuk mencegah tidak konsistennya pengalaman organik dengan konsep diri,


maka perlu diadakan pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman adalah
penyangkalan dan distorsi terhadap pengalaman yang tidak konsisten. Distorsi
adalah salah interpretasi pengalaman dengan konsep diri, sedangkan
penyangkalan adalah penolakan terhadap pengalaman. Keduanya menjaga
konsistensi antara pengalaman dan konsep diri supaya berimbang.

Cara pertahanan adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik. Jika
seseorang gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut, maka individu akan
menjadi tidak terkendali atau psikotik. Individu dipaksakan untuk menerima
keadaan yang tidak sesuai dengan konsep dirinya terus menerus dan akhirnya
konsep dirinya menjadi hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat muncul
mendadak atau dapat pula muncul bertahap.

Dinamika Kepribadian
1. Penerimaan Positif (Positive Regard) Orang merasa puas menerima
regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada
orang lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence)
organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa
konflik ) dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan
pengalaman.

3. Aktualisasi Diri (Self Actualization) Freud memandang organisme


sebagai sistem energi, dan mengembangkan teori bagaimana energi psikik
ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Rogers memandang organisme terus
menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan
enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme

untuk

aktualisasi:

yakni

kebutuhan

pemeliharaan

(maintenance)

dan

peningkatan diri (enhancement).

Perkembangan Kepribadian
Rogers meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua orangyang
mendorong orang untuk semakin kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan secara
keselutuhan semakin menuju aktualisasi diri atau menjadi Pribadi yang
berfungsi utuh (Fully Functioning Person)
Ada lima ciri kepribadian yang berfungsi

sepenuhnya:

1. Terbuka untuk mengalami (openess to experience)


Orang yang terbuka untuk mengalami mampu mendengar dirinya sendiri,
merasakan mendalam, baik emosional maupun kognitif tanpa merasa terancam.
Mendengar orang membual menimbulkan rasa muak tanpa harus diikuti
perbuatan untuk melampiaskan rasa muak tersebut.

1. Hidup menjadi (Existential living).


Kecenderungan untuk hidup sepenuhnya dan seberisi mungkin pada seiap
eksistensi. Disini orang menjadi fleksibel, adaptable, toleran, dan spontan.

1. Keyakinan Organismik (Organismic trusting)


Orang mengambil keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri,
mengerjakan

apa

yang

dirasanya

benar

sebagai

bukti

kompetensi

dan

keyakinannya untuk mengarahkan tingkah laku. Orang mampu memakai


perasaan yang terdalam sebagai sumber utama membuat keputusan.
1. Pengalaman kebebasan ( Experiental Freedom).
Pengalaman hidup bebas dengan cara yang diinginkan sendiri, tanpaperasan
tertekan atau terhambat. Orang itu melihat banyak pilihan hidup dan merasa
mampu mengerjakan apa yang ingin dikerjakannya.

1. Kreatifitas (Creativity)
Merupakan kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life
kemungkinan besar memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.

Terapi yang Diberikan


Seperti disebutkan di atas, bahwa Rogers menolak psikoanalisis Freud dan
behavioris dalam teorinya, sehingga terapi yang digunakannya juga berbeda.
Rogers tidak mempermasalahkan bagaimana klien menjadi seperti ini, namun
lebih menekankan bagaimana klien akan berubah. Terapis hanya menolong dan
mengarahkan klien dan yang melakukan perubahan adalah klien itu sendiri.
Itulah sebabnya teori Rogers disebut sebagai person-centered theory.

Kesimpulan Teori Humanistik Carl Rogers


1.

Teori Rogers disebut humanis karena teori ini percaya bahwa setiap individu
adalah positif, serta menolak teori Freud dan behaviorisme.

2.

Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan kecenderungan


aktualisasi.

3.

Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri terdiri
dari 2 subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.

4.

Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3)
penghargaan positif (positive regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif
(positive self-regard)

5.

Stagnasi psikis terjadi bila terjadi karena pengalaman dan konsep diri yang
tidak konsisten dan untuk menghindarinya adalah pertahanan (1) distorsi dan (2)
penyangkalan. Jika gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut konsep diri
akan hancur dan menyebabkan psikotik.

6.

Dalam terapi, terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan yang
melakukan perubahan adalah klien itu sendiri.

Aplikasi Teori Humanistik Carl Roger Dalam Pendidikan


Teori Roger dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam
fasilitator belajar yaitu (1) realitas di dalam fasilitator belajar, (2) penghargaan,
penerimaan, dan kepercayaan, dan (3) pengertian yang empati.

Realitas di dalam fasilitator belajar


Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri
dan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan
dengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.

Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan


Menghargai

pendapat,

perasaan,

dan

sebagainya

membuat

timbulnya

penerimaan akan satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut,


maka akan muncul kepercayaan akan satu dengan lainnya.

Pengertian yang empati


Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus
memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus
memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak
menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan materi pendidikan dipandang dari
sudut murid dan bukan guru.

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai


seperti

memperlajari

mesin

dengan

tujuan

untuk

memperbaikai

mobil.

Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan


siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara
personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang
membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya


guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

1.

Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

2.

Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian


bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa

3.

Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide


baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

4.

Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang


proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar


humanistik yang penting diantaranya ialah :

a.
b.

Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.


Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

c.

Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya


sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

d.

Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

e.

Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh


dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

f.
g.

Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.


Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

h.

Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan
maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam
dan lestari.

i.

Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah


dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya
sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.

j.

Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses
perubahan itu.

Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang
fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun
1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang
mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru
yang fasilitatif adalah :

1. Merespon perasaan siswa


2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah
dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan
kebutuhan segera dari siswa)
7. Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih
prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang
disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan

mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih


spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

Implikasi Teori Belajar Humanistik

a. Guru Sebagai Fasilitator


Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai
kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa
(petunjuk):

1.

Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,


situasi kelompok, atau pengalaman kelas

2.

Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan


perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.

3.

Dia

mempercayai

adanya

keinginan

dari

masing-masing

siswa

untuk

melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan


pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.

Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang


paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai
tujuan mereka.

5.

Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

6.

Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan


menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual
ataupun bagi kelompok

7.

Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur


dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang
anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang
individu, seperti siswa yang lain.

8.

Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
siswa

9.

Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan


adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

Aplikasi Teori Humanistik Terhadap


Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa
dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri
yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.


Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas , jujur dan positif.

3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk


belajar atas inisiatif sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada


materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap,

dan analisis terhadap

fenomena sosial.

Indikator dari

keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif


dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri.

Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin
atau etika yang berlaku.

Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik


Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil,
menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah
dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan

pada

perubahan.

Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang
rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan

komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap


perubahan yang ada.

Kesimpulan
Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan
dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri.Teori humanisme merupakan konsep
belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.
Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran
yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan
analisis terhadap fenomena sosial.
Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.

Prinsip- prinsip belajar humanistic:

1.

Manusia mempunyai belajar alami

2.

Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai


relevansi dengan maksud tertentu

3.

Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya

4.

Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil

5.

Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh


caar

6.

Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya

7.

Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar

8.

Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang


mendalam

9.

Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk


mawas diri

10.

Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum W r. Wb,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan seizin-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah Sejarah dan Aliran Psikologi
tentang Humanistik. Makalah ini berisi tentang materi Humanistik.
Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk mempelajari materi Sejarah dan
Aliran Psikologi yaitu Humanistik dan sekaligus mengerjakan tugas kelompok dari
Ibu Vero selaku dosen Sejarah dan Aliran Psikologi kelas C. Makalah ini kami
susun berdasarkan buku acuan yaitu A History of Modern Psychology by Duanne
P. Schultz.
Kami ingin berterimakasih kepada teman teman anggota kelompok 8 yang bersedia
mengerjakan makalah ini dengan sebaik mungkin, dan kami juga ingin
berterimakasih kepada Ibu Vero yang telah memberi kami tugas makalah ini
sehingga kami belajar dan mengerti tentang materi Humanistik ini.
Akhirnya, semoga makalah kami tentang materi Humanistik berguna bagi mata
kuliah dan sekaligus peserta mata kuliah Sejarah dan Aliran Psikologi mengerti
tentang materi Humanistik ini. Terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb,

Surabaya, 30 September 2013,

Penyusun

BAB I
LATAR BELAKANG

Banyak hal yang pada perkembangannya memunculkan suatu aliran atau paham
baru. Begitu pula dengan ilmu psikologi. Pada tahun 1950-an, muncul sebuah
aliran baru dalam psikologi yang disebut dengan humanistik dengan akar
pemikiran dari kalangan eksistensialisme. Humanistik ditandai dnegan munculnya
beberapa tokoh yang secara khusus mengkaji tentang berbagai keunikan manusia
seperti harapan, cinta, kesehatan, kreatifitas, dan lain sebagainya.
Aliran humanistik dipandang sebagai kekuatan ketiga karena berkembang
sebagai reaksi atas adanya aliran psikolanalisis dan behaviourisme. Dalam
mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang
dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi
dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat
dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan
dan pemaknaan.
Dalam makalah ini, kami akan membahas pokok kajian aliran psikologi
humanistik serta tokoh-tokoh yang berperan dan mengembangkannya.

Tabel Psikologi Humanistik


TOKOH

ANTESIDEN

ZEITGEIST

Abraham Maslow (1908-1970) : Maslows Hierarchy of


Needs

Carl Roger (1902-1987) : Positive Regards, SelfActualization here and now

Viktor Frankl (1905-1997) : Will of Meaning

Ketidakpuasan pada aliran psikologi behaviorisme dan


psikoanalisa pada masa itu

Protes terhadap aliran mekanisme dan materialisme barat

Terjadi Dehumanisasi, Depersonalisasi, dan


Deindividulisasi

POKOK BAHASAN Psikologi Humanistik berfokus pada kesadaran, kesadaran atas


fenomenologis. Manusia adalah sesuatu yang kompleks dan tidak
dapat diobjektifkan dan juga digeneralisasikan.

METODE

TUJUAN

KONTRIBUSI

KRITIK

Terapi Individu / Konseling (Carl Roger&Abraham


Maslow)

Logostherapy (Viktor Frankl)

Mengembangkan potensi manusia tidak terbatas dan


bertanggung jawab

Mengembangkan diri secara menyeluruh atau utuh


(holistik)

Awal muncul dan berkembangnya psikologi positif

Muncul banyaknya konseling dan terapi (Carl Roger:


Client Centered Therapy, Abraham Maslow: Group
Counseling)

Adanya pendidikan alternatif yang biasa disebut


pendidikan humanistic

Tidak memiliki metode-metode yang empiris

Fokus yang terlalu luas karena setiap individu berbeda

Ide belum jelas dan bersifat subjektif

BAB II
URAIAN

2.1

Tokoh Humanistik
2.1.1 Abraham Harold Maslow

Lahir pada 1 April 1908 di Brooklyn, New York . Maslow adalah anak sulung dari
tujuh bersaudara yang lahir dari imigran Yahudi Rusia. Pada masa kecilnya, ia
dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya.
Selepas SMU Dia mengambil studi hukum di City College of New York (CCNY),
sebelum minatnya kemudian beralih pada bidang psikologi, yang dipelajarinya
hingga meraih gelar PhD pada tahun 1934 di University of Wisconsin. Pada tahun
1937 hingga tahun 1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College.
Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar
tahun 1950 hingga 1960-an. Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari
1951 hingga 1969, dan menjadi resident fellow untuk Laughlin Institute of
California. Pada tahun 1967, Asosiasi Humanis Amerika menganugerahkan gelar
Humanist of the Year. Pada tanggal 8 juni 1970 Ia meninggal karena serangan
jantung.
2.1.2

Carl Rogers

Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada, 8 Januari 1902. Pada umur 12 tahun
keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik kepada
pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi. Setelah
menyelesaikan pelajaran di University Of Wisconsin pada 1924 dia lalu masuk
Union Theological Seminary di New York City, di mana dia mendapat pandangan
yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College
of Coulmbia; di sana dia terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal
psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth. Dia mendapat gelar M.A.
pada 1928 dan doctor pada 1931 di Coulmbia.
Pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar di Ohio State
University. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke suasana akademis ini dirasa oleh
Rogers sangat tajam. Karena rangsangan-rangsangannya dia merasa terpaksa harus
membuat pandangan pandangannya dalam psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini
dikerjakannya pada 1942 dalam buku: Counseling and psychotherapy. Pada tahun
1945 Rogeres menjadi Mahaguru psikologi di In. of Chicago, yang dijabatnya
hingga kini. Tahun 1946-1957 menjadi President Psychological Association.
Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung.

2.1.3

Viktor Frankl

Viktor E. Frankl dilahirkan di Wina, Austria pada tanggal 26 Maret 1905.


Frankl menikah pada 1942 dengan istri pertamanya, Tilly Grosser .Pada bulan
September tahun 1942 Frankl, istrinya , ayah, ibu, dan saudaranya, semua
ditangkap dan dibawa ke kamp konsentrasi di Theresienstadt di Bohemia.Ayah
meninggal di sana karena kelaparan, ibu dan saudara tewas di Auschwitz tahun
1944. Istri meninggal di Bergen-Belsen tahun 1945. Pada bulan April 1945, Frankl
dibebaskan setelah tiga tahun mendekam di kamp konsentrasi, dan ia kembali ke
Wina. Pada 1945 ia menulis bukunya yang terknal di seluruh dunia yang berjudul
"Ein Psychologe erlebt das Konzentrationslager" (terjemahan harafiahnya:
"Seorang Psikolog Mengalami Kamp Konsentrasi"; Terjemahan bahasa Inggrisnya:
Man's Search for Meaning atau, Manusia mencari Makna). Pada 1946 ia ditunjuk
untuk mengelola Poliklinik neurology Wina, dan ia bekerja di situ hingga 1971.
Frankl menerbitkan lebih dari 30 buah buku dan menjadi terkenal terutama sebagai
pendiri logoterapi.
Hobinya termasuk pendakian gunung, dan di 67 dia memperoleh's pilot lisensi.
Frankl memegang Solo Penerbangan Sertifikat dan lencana Gunung Panduan dari
Klub Alpine "Donauland". Pada 1930, Frankl menerima gelar doktor dalam bidang
kedokteran, dan dipromosikan menjadi asisten. Frankl menikah untuk kedua
kalinya pada tahun 1947 dengan Eleonore Schwindt "Elly" , dan memiliki seorang
putri, Gabriele. Pada tahun 1948, Frankl menerima gelar Ph.D. dalam filsafat. Pada
tahun yang sama, ia diangkat menjadi profesor neurologi dan psikiatri di
Universitas Wina. Pada tahun 1950, ia mendirikan dan menjadi presiden Austria
Kedokteran Masyarakat untuk Psikoterapi. Frankl terus mengajar di Universitas
Wina hingga 1990, saat ia 85. Pada tahun 1992, teman-teman dan anggota keluarga
mendirikan Viktor Frankl Institute. Pada tahun 1995, dia menyelesaikan
otobiografinya, dan pada tahun 1997, ia menerbitkan karya terakhirnya, Man's
Search for Ultimate Meaning. Dia memiliki 32 buku atas namanya, dan mereka
telah diterjemahkan ke dalam 27 bahasa.

2.1.4

Rollo May

Rollo May lahir April 21, 1909, di Ada, Ohio. kecilnya tidak terlalu
menyenangkan: Orang tuanya tidak akur dan akhirnya bercerai, dan adiknya
mengalami gangguan psikotik. Setelah bertugas di Michigan State singkat (ia
diminta untuk meninggalkan karena keterlibatannya dengan majalah mahasiswa
radikal), dia menghadiri Oberlin College di Ohio, di mana ia menerima gelar
sarjananya. Setelah lulus, dia pergi ke Yunani, di mana ia mengajar bahasa Inggris
di Anatolia College selama tiga tahun. Selama periode ini, ia juga menghabiskan
waktu sebagai seniman keliling dan bahkan belajar singkat dengan Alfred Adler.

Ketika ia kembali ke AS, ia masuk Seminari Teologi Union dan menjadi berteman
dengan salah seorang guru, Paul Tillich, teolog eksistensialis, yang akan memiliki
dampak besar pada pemikirannya. Mei menerima BD-nya pada tahun 1938. Mei
menderita TBC, dan harus menghabiskan tiga tahun di sanatorium. Ini mungkin
titik balik hidupnya. Sementara ia menghadapi kemungkinan kematian, ia juga
mengisi jam kosong dengan membaca. Di antara literatur yang dia baca adalah
tulisan-tulisan Soren Kierkegaard, penulis religius Denmark yang banyak
terinspirasi dari gerakan eksistensial, dan memberikan inspirasi bagi teori May. Dia
melanjutkan studi psikoanalisis di White Institute, di mana ia bertemu orang-orang
seperti Harry Stack Sullivan dan Erich Fromm. Dan akhirnya, ia pergi ke
Universitas Columbia di New York, di mana pada 1949 ia menerima PhD pertama
dalam psikologi klinis bahwa lembaga yang pernah diberikan.
Setelah menerima PhD, ia melanjutkan mengajar di berbagai sekolah unggulan.
Pada 1958, ia menyunting, dengan Ernest Angel dan Henri Ellenberger,
Keberadaan buku, yang memperkenalkan psikologi eksistensial ke Amerika
Serikat. Dia menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di Tiburon, California,
sampai ia meninggal pada Oktober 1994. Rollo May adalah seorang psikolog
amerika yang terkenal dengan teori eksistensial fenomenologi dan takdir. Dia
percaya bahwa manusia itu adalah makhluk yang bebas namun tetap saja ada
keterbatasan yang tidak bisa dijangkaunya seperti kematian, dan itulah yang
disebut dengan takdir. Nah, Rollo May mencetus teori ini berdasarkan kasus yang
ia rasakan dan menjelaskan bahwa ada prinsip dasar (kecemasan, Rasa Bersalah,
Intensionalitas, kebebasan & takdir, Love & Will, dan Mitos) dan tahap
perkembangan (Kepolosan, Pemerontakan, Awan dan Kreatif) dari eksistensial
fenomenologi dan takdir

2.1.5

Charlotte Buhler

Charlotte Buhler lahir di Jerman 20 desember 1893 dan meninggal pada 3 februari
1974.
Charlotte Buhler secara konsisten menekankan ciri-ciri psikologi humanistik
sebagai hal-hal yang mendasar yang mana konsep tentang manusia yang paling
sentral adalah kreativitas. Psikologi humanistik penting bagi psikologi
pendidikan.

2.2

Antesiden

Psikologi Humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul
pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang
berkembang pada abad pertengahan.Kehadiran psikologi humanistik muncul
sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai

kekuatan ketiga dalam aliran psikologi. Psikologi humanistik atau disebut juga
dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset
terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada
keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik ia
adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanistik yang lainnya
merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis.

2.3

Zeitgeist

Terjadi Dehumanisasi, Depersonalisasi, dan Deindividulisasi


2.3.1 Dehumanisasi yaitu, setelah pengaruh psikologi behviorisme yang
menganggap manusia sebagai robot yang mekanik yang segala perbuatannya
sudah terprogram dan terprediksi. Psikologi humanistic mengembalikannya
sebagai manusia sebagai suatu yang utuh dan bisa menentukan apapun yang
mereka lakukan.
2.3.2 Depersonalisasi yaitu, pengaruh psikologi behavioristik yang mengnggap
manusia sama seperti hewan yang bisa dibentuk dan diprediksi tingkah lakunya.
Psikologi Humanistik mengembalikan pemikiran bahwa manusia tidaklah sama
dengan hewan dan manusialah objeknya.
2.3.3 Deindividulisasi yaitu, setelah pengaruh psikologi psikoanalisa yang
menganggap sekumpulan orang bisa mewakili sebagian besar orang lainnya
dimana pun itu. Psikologi Humanistik mengubah pemikiran tersebut karen tiap
manusia memiliki keunikkan sendiri-sendiri.

2.4

Pokok Bahasan

Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah
suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia,
yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi
sejumlah ahli psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah
ahli psikologi humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan
tradisional behaviorisme dan psikoanalis.
Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu, psikologi
humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami
sifat dan keadaan manusia. Kedua, ia menawarkan pengetahuan yang luas akan
kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia. Ketiga, ia menawarkan
metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang lebih efektif dalam pelaksanaan
psikoterapi. Pokok persoalan dari psikologi humanistik adalah pengalaman

subjektif manusia, keunikannya yang membedakan dari hewan-hewan, sedangkan


area-area minat dan penelitian yang utama dari psikologi humanistik adalah
kepribadian yang normal dan sehat, motivasi, kreativitas, kemungkinankemungkinan manusia untuk tumbuh dan bagaimana bisa mencapainya, serta nilainilai manusia Dalam metode-metode studinya, psikologi humanistik menggunakan
berbagai metode mencakup wawancara, sejarah hidup, sastra, dan produk-produk
kreatif lainnya.
Ciri-ciri dan Tujuan Psikologi Humanistik

Memusatkan perhatian pada person yang mengalami dan karenanya


berfokus pada pengalaman sebagai fenomena dalam mempelajari manusia

Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti memilih,


kreativitas, menilai, dan realisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran tentang
manusia yang mekanistik dan reduksionistik

Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah


yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan
serta menentang penekanan yang berlebihan pada objektivitas yang
mengorbankan signifikansi.

Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada


kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi
yang inheren pada setiap individu.

Kelebihan dan Kelemahan Teori Humanistik

Kelebihan Teori Humanistik


a.
Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatifdialogis dan humanis.
b.
Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan
berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
c.
Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebihlebih adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta
didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
Kelemahan Teori Humanistik
a.

Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.

b.
Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang
telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.

c.

Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

Psikologi Humanistik berfokus pada kesadaran, kesadaran atas fenomenologis.


Manusia adalah sesuatu yang kompleks dan tidak dapat diobjektifkan dan juga
digeneralisasikan. Sebenarnya Eksistensial Humanistik dengan tokoh Victor
Frankl dan Rollo May ini bukan terapi, tetapi filsafat sebagai pendekatan yang
berkembang dari reaksi terhadap dua model besar dalam terapi, yaitu Psikoanalisis
dan Behaviorisme.
Dalam pandangan Victor Frankl sebagai tokoh Logo Therapy (Logo Therapy
adalah terapi yang menekankan pada kebermaknaan hidup dengan amalan) yang
juga bicara eksistensial humanistic, terapis memasuki dunia subyektif klien tanpa
praduga apapun. Sedang Sigmund Freud memasuki dunia klien dengan
memaksakan pendapatnya dalam bentuk interpretasi.
Teori ini di kembangkan oleh maslow(1908-1970), konsep utama yang dianut
adalah usaha untuk mengerti manusia sebagaimana adanya, mengetahui mereka
dari realitasnya, melihat dunia sebagaimana mereka melihatnya, memahami
mereka bergerak dan mempunyai keberadaan yang unik konkrit dan berbeda dari
teori yang abstrak. Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama,
yaitu, psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan
untuk memahami sifat dan keadaan manusia. Kedua, ia menawarkan pengetahuan
yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia. Ketiga, ia
menawarkan metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang lebih efektif dalam
pelaksanaan psikoterapi.
Humanistik tidak jelas kaitannya dengan ekologi psikologi. Pada satu sisi,
Humanistik tempat yang paling berkuasa atas nilai potensial untuk pengembangan
individu. Ini nilai-nilai pengalaman manusia dan kemampuan manusia untuk
melampaui pikiran dengan lingkungan sekitarnya, dengan cara yang kreatif. Jadi
dalam hal Humanistik untuk manusia dan pengalaman. Humanistik adalah ilmu
manusia untuk menangkap pengalaman dalam semua keindahan yang subjektif.
Ini yang menyebabkan sebuah penekanan atas berbagai metode fenomenologi
yang bertujuan untuk mendapatkan semaksimal mungkin jati diri manusia.

2.5 Metode
2.5.1

Terapi Individu / Konseling (Carl Roger)

Rogers memiliki pengaruh besar dalam praktek psikotrapi. Dalam terapi Rogers,
terapis cendrung bersifat sportif dan tidak mengarahakan. Terapis beremapti
terhadap klien dan memberikan penghargaan yang tulus. Selama berkecimpung di
bidang konseling anak dan psikologi klinis, rogers menyadari bahwa klienlah yang
paling memahami letak permasalahan dan arah terapi seharusnya berlangsung.

Rogers juga memadang orang sebagai sebuah proses perubahan sekumpulan


potensi.
Rogers juga berpendapat bahwa ada dua kondisi utama yang diperlukan agar
tercipta perubahan kepribadian dalam psikotrapis :
1.

a.
Pertama, terapis harus bias memperlihatkan perhatian yang tulus
terhadap klien.

2.

b.
Kedua, terapis memiliki pemahaman yang empatis dalam arti terapis
harus bisa merasakan ketegangan dan perasaan yang dirasaankan kliennya.

Yang menarik dari metode Rogers ialah selain teknik dan prosedurnya itu sendiri
ada juga keberanian Rogers untuk merekam proses wawancara dalam
psikotrapinya untuk kemudian membahasnya bersama teman-teman sejawatnya
atau mahasiswanya. Di masa lalu keterbukaan semacam ini masih langka dan
langkah-langkah Rogers dianggap sebagai printis untuk kemajuan pengembangan
metode psikotrapi.
2.5.2

Logostherapy (Viktor Frankl)

Teori dan terapi Viktor Frankl lahir dari pengalamannya selama menjadi tawanan
di kamp konsentrasi Nazi. Di sana, ia menyaksikan banyak orang yang mampu
bertahan hidup atau mati di tengah siksaan. Hingga akhirnya dia menganggap
bahwa mereka yang tetap berharap bisa bersatu dengan orang-orang yang dicintai,
punya urusan yang harus diselesaikan di masa depan, punya keyakinan kuat,
memiliki kesempatan lebih banyak daripada yang kehilangan harapan.
Frankl menamakan terapinya dengan logoterapi, dari kata Yunani, logos, yang
berarti pelajaran, kata, ruh, Tuhan atau makna. Frankl menekankan pada makna
sebagai pegertian logos. Bila Freud dan Addler menekankan pada kehendak pada
kesenangan sebagai sumber dorongan. Maka, Frankl menekankan kehendak untuk
makna sebagai sumber utama motivasi. Logoterapi percaya bahwa perjuangan
untuk menemukan makna hidup dalam hidup seseorang merupakan motivator
utama orang tersebut. Logoterapi berusaha membuat pasien menyadari
tanggungjawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih, untuk apa,
atau kepada siapa dia merasa bertanggungjawab. Logoterapi tidak menggurui atau
berkotbah melainkan pasien sendiri yang harus memutuskan apakah tugas
hidupnya bertanggung jawab terhadap masyarakat, atau terhadap hati nuraninya
sendiri.
Selain itu, Frankl juga menggunakan nos yang berarti jiwa/pikiran. Bila
psikoanalisis terfokus pada psikodinamik, yakni manusia dianggap berusaha
mengatasi dan mengurangi ketegangan psikologis. Namun, Frankl menyatakan
seharusnya lebih mementingkan nodinamik, yaitu ketegangan menjadi unsur

penting bagi keseimbangan dan kesehatan jiwa. Bagaimana pun, orang


menginginkan adanya ketegangan ketika mereka berusaha mencapai tujuan.
Menurut Frankl logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang
berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainya erat hubunganya dan
saling menunjang yaitu:
a. Kebebasan berkehendak (Freedom of Will)
Dalam pandangan logoterapi, manusia adalah mahluk yang istimewa karena
mempunyai kebebasan. Kebebasan disini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi
kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari
(freedom from) kondisi-kondisi biologis, psikologis dan sosiokultural tetapi lebih
kepada kebebasan untuk mengambil sikap (freedom to take a stand) atas kondisikondisi tersebut. Kelebihan manusia yang lain adalah kemampuan untuk
mengambil jarak (to detach) terhadap kondisi di luar dirinya, bahkan manusia juga
mempunyai kemampuan-kemampuan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri
(self detachment). Kemampuan-kemampuan inilah yang kemudian membuat
manusia disebut sebagai the self deteming being yang berarti manusia
mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting
dalam hidupnya.
b. Kehendak Hidup Bermakna (The Will to Meaning)
Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna. Ini
berbeda denga psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan
atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari
kekuasaan. Menurut logoterapi bahwa kesenagan adalah efek dari pemenuhan
makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna itu.
Mengenal makna itu sendiri menurut Frankl bersifat menarik (to pull) dan
menawari (to offer) bukannya mendorong (to push). Karena sifatnya menarik itu
maka individu termotivasi untuk memenuhinya agar ia menjadi individu yang
bermakna dengan berbagai kegiatan yang sarat dengan makna.
c. Makna Hidup (The Meaning Of Life)
Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta
memberikan nilai khusus bagi seseorang. Untuk tujuan praktis makna hidup
dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara manusia
satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu,
yang penting bukan makna hidup secara umum, melainkan makna khusus dari
hidup seseorang pada suatu saat tertentu. Setiap manusia memiliki pekerjaan dan
misi untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia
tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia
memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya.

Logoterapi ini sangat erat kaitannya dengan SQ, yang bisa kita kelompokkan
berdasarkan situasi-situasi berikut ini:
a. Ketika seseorang menemukan dirinya (self-discovery). Sadi (seorang penyair
besar dari Iran) menggerutu karena kehilangan sepasang sepatunya di sebuah
masjid di Damaskus. Namun di tengah kejengkelannya itu ia melihat bahwa ada
seorang penceramah yang berbicara dengan senyum gembira. Kemudian
tampaklah olehnya bahwa penceramah tersebut tidak memiliki sepasang kaki.
Maka tiba-tiba ia disadarkan, bahwa mengapa ia sedih kehilangan sepatunya
sementara ada orang yang masih bisa tersenyum walau kehilangan kedua kakinya.
b. Makna muncul ketika seseorang menentukan pilihan. Hidup menjadi tanpa
makna ketika seseorang tak dapat memilih. Sebagai contoh: seseorang yang
mendapatkan tawaran kerja bagus, dengan gaji besar dan kedudukan tinggi, namun
ia harus pindah dari Yogyakarta menuju Singapura. Di satu sisi ia mendapatkan
kelimpahan materi namun di sisi lainnya ia kehilangan waktu untuk berkumpul
dengan anak-anak dan istrinya. Dia menginginkan pekerjaan itu namun sekaligus
punya waktu untuk keluarganya. Hingga akhirnya dia putuskan untuk mundur dari
pekerjaan itu dan memilih memiliki waktu luang bersama keluarganya. Pada saat
itulah ia merasakan kembali makna hidupnya.
c. Ketika seseorang merasa istimewa, unik dan tak tergantikan. Misalnya: seorang
rakyat jelata tiba-tiba dikunjungi oleh presiden langsung di rumahnya. Ia
merasakan suatu makna yang luar biasa dalam kehidupannya dan tak akan
tergantikan oleh apapun. Demikian juga ketika kita menemukan seseorang yang
mampu mendengarkan kita dengan penuh perhatian, dengan begitu hidup kita
menjadi bermakna.
d. Ketika kita dihadapkan pada sikap bertanggung jawab. Seperti contoh di atas,
seorang bendahara yang diserahi pengelolaan uang tunai dalam jumlah sangat
besar dan berhasil menolak keinginannya sendiri untuk memakai sebagian uang itu
untuk memuaskan keinginannya semata. Pada saat itu si bendahara mengalami
makna yang luar biasa dalam hidupnya.
e. Ketika kita mengalami situasi transendensi (pengalaman yang membawa kita ke
luar dunia fisik, ke luar suka dan duka kita, ke luar dari diri kita sekarang).
Transendensi adalah pengalaman spiritual yang memberi makna pada kehidupan
kita.

2.6

Kontribusi

2.6.1 Awal muncul dan berkembangnya psikologi positif

Psikologi yang berkembang dewasa ini dapat disebut sebagai psikologi negatif,
karena berkutat pada sisi-negatif manusia. Psikologi, karena itu, paling banter
hanya menawarkan terapi atas masalah-masalah kejiwaan. Padahal, manusia tidak
hanya ingin terbebas dari problem, tetapi juga mendambakan kebahagiaan.
Beberapa Psikolog Humanistik, seperti Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Erick
Fromm mengembangkan teori dan praktek yang melibatkan kebahagiaan manusia.
Baru-baru ini teori yang dikembangkan oleh para psikolog humanistik ini telah
menemukan dukungan empiris dari studi oleh para psikolog positif, meskipun
penelitian ini telah banyak dikritik. Teori ini lebih berfokus pada kepuasan dengan
sumber filosofismenya keagamaan dan psikologi humanistik.
Psikologi positif berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti bahagia,
kebaikan, humor, cinta, optimis, baik hati, dan sebagainya. Sebelumnya, psikologi
lebih banyak membahas hal-hal patologis dan gangguan-gangguan jiwa juga emosi
negatif, seperti marah, benci, jijik, cemburu dan sebagainya. Dalam Richard S.
Lazarus, disebutkan bahwa emosi positif biasanya diabaikan atau tidak ditekankan,
hal ini tidak jelas kenapa demikian. Kemungkinan besar hal ini karena emosi
negatif jauh lebih tampak dan memiliki pengaruh yang kuat pada adaptasi dan rasa
nyaman yang subyektif dibanding melakukan emosi positif. Contohnya, pada saat
kita marah, maka ada rasa nyaman yang terlampiaskan, rasa superior, dan
sebagainya. Ada suatu penelitian mengatakan bahwa marah adalah emosi yang
dipelajari, sehingga dia akan cenderung untuk mengulangi hal yang dirasa nyaman.
Psikologi positif tidak bermaksud mengganti atau menghilangkan penderitaan,
kelemahan atau gangguan (jiwa), tapi lebih kepada menambah khasanah atau
memperkaya, serta untuk memahami secara ilmiah tentang pengalaman manusia.
2.6.2 Muncul banyaknya konseling dan terapi (Carl Roger: Client Centered
Therapy, Abraham Maslow: Group Counseling)
Dalam konseling humanistik terdapat teknik-teknik konseling , yang mana
sebelum mengetahui teknik-teknik konseling tersebut terdapat beberapa prinsip
kerja teknik humanistik antara lain :
1. Membina hubungan baik (good rapport)
2. Membuat klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan
keterbatasannya
3. Merangsang kepekaan emosi klien
4. Membuat klien bisa mencari solusi permasalahannya sendiri.
5. Mengembangkan potensi dan emosi positif klien
6. Membuat klien menjadi adequate

Teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik
client centered counseling, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers.
meliputi: (1) acceptance (penerimaan); (2) respect (rasa hormat); (3)
understanding (pemahaman); (4) reassurance (menentramkan hati); (5)
encouragement (memberi dorongan); (5) limited questioning (pertanyaan terbatas;
dan (6) reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan). Melalui penggunaan
teknik-teknik tersebut diharapkan konseli dapat (1) memahami dan menerima diri
dan lingkungannya dengan baik; (2) mengambil keputusan yang tepat; (3)
mengarahkan diri; (4) mewujudkan dirinya.
Client centre or Person center ( unconditional positive regard and emphaty)
Adalah metode penanaman pemahaman masalah klien sendiri sehingga dirinya
dapat menerima dirinya sepenuhnya dan menjadi seorangan yang adequate. Untuk
mencapai itu konselor hanya menerima apa yang diucapkan oleh klien dan
merespon dengan sikap positif dan ekspesif atau emphatik, dan memberikan
penghargaan tak bersarat pada klien. Maka, jelas pada pendekatan ini yang lebih
aktif adalah klien. Karena konselor hanya sebagai cermin, tempatnya
merefleksikan dan melihat proyeksi diri.
Tehnik yang digunakan oleh Abraham Maslow yaitu terapi. Menurut Maslow,
tujuan terapi adalah agar klien memeroleh B-values, atau nilai kebenaran, keadilan,
kesederhanaan, dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan tersebut, klien harus bebas
dari kebergantungan pada orang lain, supaya dorongan alami menuju pertumbuhan
dan aktualisasi diri menjadi aktif.Meskipun Maslow bukan psikoterapis, dia
menganggap bahwa teori kepribadiannya dapat diterapkan dalam psikoterapi.
Dalam konsep hierarki kebutuhan dinyatakan bahwa jika seseorang masih dapat
bergerak pada level kebutuhan dasar (fisiologis) dan rasa aman melebihi yang
lainnya, biasanya merekaa tidak termotivasi untuk mencari psikoterapis.
Sebaliknya, mereka akan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan akan
perawatan dan kesamaan.
Kebanyakan manusia yang membutuhkan terapi adalah mereka yang memiliki
kebutuhan tingkat ketiga.Tingkat kebutuhan ini biasanya dipenuhi dengan baik,
tetapi masih kesulutan untuk mendapatkan kasih sayang. Karena itu, psikoterapi
diarahkan kepada proses interpersonal yang hangat dan penuh kasih sayang.
Dengan demikian, klien memperoleh kepuasan dalam memenuhi kebutuhan akan
rasa cinta, memperoleh rasa percaya diri, dan penghargaan diri sendiri. Hubungan
yang baik antara klien dan terapis merupakan pengobatan psikologis terbaik.
Hubungan yang saling menerima akan memberikan perasaan patut dicintai dan
memvasilitasi kemampuan mereka untuk mengembangkan hubungan nasihat diluar
terapi.
2.6.3 Adanya pendidikan alternatif yang biasa disebut pendidikan humanistik

Salah satu aliran psikologi yang mempunyai peran dalam dunia pendidikan
yaitu psikologi humanistik. Psikologi humanistik banyak memberikan sumbangsih
terutama dalam pendidikan alternative. Pendidikan humanistik berusaha
mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia secara maksimal. Setiap
aspeknya dari mulai aspek emosional, social, mental dan keterampilan dalam
berkarier menjadi fokus dalam pendidikan humanistik. Tokoh-tokoh dari psikologi
humanistik, diantaranya Abraham Maslow, Carl R Rogers, Arthur Combs, Aldous
Huxley, David Mills dan Stanley Scher.
Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh yang
menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan
berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari
teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat
dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau
menghalangi pertumbuhan. Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki
hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah-yang paling asasisampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah
seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila
kebutuhan ini terpuaskan, maka muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan
kesehatan dan kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Berikutnya adalah
kebutuhan untuk memiliki dan cinta kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan
dan berkeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok, dan sebagainya.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini dapat mendorong seseorang berbuat
lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian, misalnya dia menggunakan
prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri,
yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh orang lain.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang
tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya
kebutuhan aktualisasi diri. Implikasi teori ini dalam bidang pendidikan sangat
penting. Sebagai contoh, seorang guru haruslah memperhatikan mengapa anakanak tertentu tidak memiliki motivasi belajar, tidak mengerjakan pekerjaan
rumahnya, atau bahkan sulit untuk konsentrasi di dalam kelas. Mungkin saja
kebutuhan si anak di beberapa hirarki mendasar belum terpenuhi, misalanya belum
sarapan pagi, mempunyai masalah di rumah atau pribadi, tidak tidur nyenyak dan
sebagainya. Harus mendengarkan dan mencari tahu penyebabnya sebelum
menyalahkan si anak.

2.7

Kritik

Misiak dan Sexton (2005) menyebutkan bahwa sejumlah kritikus


memandang psikologi humanistik sebagai mode, slogan, atau teriakan bersama,
ketimbang suatu kekuatan yang nyata. Mereka juga berpendapat bahwa psikologi

humanistik adalah suatu gerakan ngawur yang lemah karena tersusun dari jalinan
yang terlalu banyak, terlalu berjauhan dan kadang-kaang berlawanan, sehingga
tidak sanggup menghasilkan tindakan bersama dan pengaruh yang lama.
Sejumlah kritikus lain juga mempesoalkan masalah metodologi yang
digunakan oleh psikologi humanistik. Mereka tidak yakin jika psikologi
humanistik memiliki metodologi-perangkat, teknik-teknik, dan prosedur-prosedur
yang memadai untuk menyelidiki masalah-masalah yang seharusnya diselidiki di
atas basis empiris.

BAB III
TANYA JAWAB

Daftar Pertanyaan :
1.

Behaviorisme

Mengapa metode tidak empiris tetapi diakui?


1.

Psikologi Fungsionalisme

Jelaskan Client Centered Therapy itu bagaimana?


1.

Psikologi Modern

Bagaimana Viktor Frankl dapat menginspirasi meaning of life?


1.

Neo Psikoanalisa

Jelaskan ulang tentang zeitgeist!


1.

Psikoanalisa

Apa beda Client Centered Theraphy dengan terapi Psikoanalisa?


1.

Psikologi Timur

Apakah masih dipakai konselingnya?


1.

Psikologi Gestalt

Jelaskan psikologi positif!

Jawaban
1.

Sebab menurut Maslow lebih lebih penting mengamati tingkah laku yang
nampak pada manusia daripada keempirisan suatu metode. Kepribadian
tidak akan bisa mendukung dan mempercayai kegunaan metode intropeksi
untuk memahami tingkah laku individu sebelum dia berpikir dan percaya
bahwa individu itu membuat laporan mengenai tingkah lakunya secara sadar
dan rasional.

2.

Menurut rogers seorang terapis harus genuine dan tidak bersembunyi dibalik
perilaku defensif. Mereka harus membiarkan klien memahami perasaannya
sendiri. Terapis juga harus berusaha memahami dunia klien. Terapis juga
harus bisa membuat klien merasa nyaman dalam proses terapi. Menurut
Rogers, klien datang kepada konselor dalam keadaan tidak selaras, yakni
terdapat ketidakcocokan antara persepsi diri dan pengalaman dalam
kenyataan. Pada mulanya, klien boleh jadi mengharapkan terapis akan
menyediakan jawaban-jawaban dan pengarahan atau memandang terapis
sebagai seorang ahli yang bisa menyediakan pemecahan-pemecahan ajaib.
Hal-hal yang mendorong klien untuk menjalani terapi mungkin adalah
perasaan tidak berdaya, tidak kuasa dan tidak berkemampuan untuk
membuat keputusan-keputusan untuk mengarahkan hidupnya sendiri secara
efektif. Klien mungkin berharap menemukan jalan melalui pengajaran dari
terapis . bagaimanapun, dalam kerangka client centered klien dengan segera
belajar bahwa ia bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan bahwa dia bisa
belajar lebih bebas untuk memperoleh pemahaman diri yang lebih besar
melalui hubungan dengan terapis.

3.

Teori dan terapi Viktor Frankl lahir dari pengalamannya selama menjadi
tawanan di kamp konsentrasi Nazi. Di sana, ia menyaksikan banyak orang
yang mampu bertahan hidup atau mati di tengah siksaan. Hingga akhirnya
dia menganggap bahwa mereka yang tetap berharap bisa bersatu dengan
orang-orang yang dicintai, punya urusan yang harus diselesaikan di masa
depan, punya keyakinan kuat, memiliki kesempatan lebih banyak daripada
yang kehilangan harapan. Frankl menamakan terapinya dengan logoterapi,
dari kata Yunani, logos, yang berarti pelajaran, kata, ruh, Tuhan atau
makna. Frankl menekankan pada makna sebagai pegertian logos. Bila Freud
dan Addler menekankan pada kehendak pada kesenangan sebagai sumber
dorongan. Maka, Frankl menekankan kehendak untuk makna sebagai
sumber utama motivasi.

4.

4.

Terjadi Dehumanisasi, Depersonalisasi, dan Deindividulisasi

Dehumanisasi yaitu, setelah pengaruh psikologi behviorisme yang


menganggap manusia sebagai robot yang mekanik yang segala
perbuatannya sudah terprogram dan terprediksi. Psikologi humanistic
mengembalikannya sebagai manusia sebagai suatu yang utuh dan bisa
menentukan apapun yang mereka lakukan.

Depersonalisasi yaitu, pengaruh psikologi behavioristik yang mengnggap


manusia sama seperti hewan yang bisa dibentuk dan diprediksi tingkah
lakunya. Psikologi Humanistik mengembalikan pemikiran bahwa manusia
tidaklah sama dengan hewan dan manusialah objeknya.

Deindividulisasi yaitu, setelah pengaruh psikologi psikoanalisa yang


menganggap sekumpulan orang bisa mewakili sebagian besar orang lainnya
dimana pun itu. Psikologi Humanistik mengubah pemikiran tersebut karen
tiap manusia memiliki keunikkan sendiri-sendiri.

1.

Dalam terapi Rogers, terapis cendrung bersifat sportif dan tidak


mengarahakan. Terapis beremapti terhadap klien dan memberikan
penghargaan yang tulus. Klienlah yang paling memahami letak
permasalahan dan arah terapi seharusnya berlangsung.

Katarsis : suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa


lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis masa
lalu. Katarsis hanya menghasilkan perbedaan sementara atas pengalamanpengalaman menyakitkan klien, tetapi tidak memainkan peran utama dalam proses
treatment.
1.

Masih digunakan hingga sekarang

2.

Psikologi positif berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti


bahagia, kebaikan, humor, cinta, optimis, baik hati, dan sebagainya.
Sebelumnya, psikologi lebih banyak membahas hal-hal patologis dan
gangguan-gangguan jiwa juga emosi negatif, seperti marah, benci, jijik,
cemburu dan sebagainya. Dalam Richard S. Lazarus, disebutkan bahwa
emosi positif biasanya diabaikan atau tidak ditekankan, hal ini tidak jelas
kenapa demikian. Kemungkinan besar hal ini karena emosi negatif jauh
lebih tampak dan memiliki pengaruh yang kuat pada adaptasi dan rasa
nyaman yang subyektif dibanding melakukan emosi positif. Contohnya,
pada saat kita marah, maka ada rasa nyaman yang terlampiaskan, rasa
superior, dan sebagainya. Ada suatu penelitian mengatakan bahwa marah
adalah emosi yang dipelajari, sehingga dia akan cenderung untuk
mengulangi hal yang dirasa nyaman. Psikologi positif tidak bermaksud
mengganti atau menghilangkan penderitaan, kelemahan atau gangguan
(jiwa), tapi lebih kepada menambah khasanah atau memperkaya, serta untuk
memahami secara ilmiah tentang pengalaman manusia.

Daftar Pustaka:
Schultz, DP & Sydney E. Schultz. (2001). History of Modern Psychology Seventh
Edition. Belmont: Thomson Learning.

Brennan, JF. (2003). History and System of Psychology. Ney Jersey: Prentice Hall.

Frankl. Emil. (2004). On the theory and therapy of mental disorders: an


introduction to logotherapy and existential analysis. Brunner-Routledge 270
Madison Avenue. New Yor

Teori Kepribadian ( Henry Murray )

Personologi Henry Murray


Pokok teori personologi
Terjadinya proses psikologis tergantung pada proses fosiologis. semua
fenomena yang membangun kepribadian tergantung pada sistem syaraf
pusat. Tanpa otak tak ada kepribadian. Otak memproses dan mengendalikan
perasaan, kesadaran, ingatan , keyakinan, dan aspek kepribadian lainnya.
Prinsip mencakup semua hal. Semua tingkah laku bertujuan untuk
memperoleh kepuasan dengan meningkatkan tegangan. Semakin tinggi
seseorang menginginkan kesenangan akan semakin tinggi pula tegangan
yang harus diselesaikannya. Tanpa tegangan manusia akan menjadi distress
dan tiak bekembang.
Organisasi longitudinal. Kepribadian bersifat dinamis, di bentuk oleh setia
even yang berlangsung sepanjang hayt. Jadi, disini pengalaman masa lalu,
masa sekarang, dan tujuan di masa depan.

Struktur kepribadian
Id : berisi impuls-impuls yang dibawa sejak lahir. Impuls itu ada yang bersifat positif
dan negatif, contohnya ; amoral, kenikmatan (libido), empati, cinta.

Ego : ego menjadi pusat pengatur tingkah laku, merencanakan tingkah laku secara sadar,
dan mencari peluang untuk memperoleh kepuasan id yang positif.
Superego : sebagai internalisasi nilai-norma-moral kultural yang terus berkembang
sepanjang hayat dan merefleksi pengalaman manusia menjadi lebih dewasa.
Unit-unit tingkah laku
1. Proseding
Adalah sepenggal waktu yang cukup untuk menyelesaikan pola-pola penting dari
tingkah laku yang dinamis. Dengan kata lain proseding dapat diartikan sebagai suatu
tujuan yang bervariasi untuk masa depannya yang telah direncanakan sedemikian rupa
dengan target waktu yang telah ditentukan.
2. Serial
Adalah gabungan-gabungan proseding yang bervariasi untuk menuju pada tujuan utama.
Contohnya ; ingin menjadi psikolog, maka prosedingnya harus melalui tahapan belajar,
mengikuti pelatihan, dll.
Ordinasi, Abilitas, dan Prestasi
1. Ordinasi adl proses mental yang digunakan merencanakan suatu tindakan dalam
mencapai tujuan yang diharapkan dan telah menempatkan pilihan rencana itu kedalam
sebuah tatanan yang teratur. Ordinasi memiliki 2 komponen ;

program serial

penyusunan secara teratur atas sub-sub tujuan yang merentang ke arah masa depan
dalam iangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan akhir yang diharapkan.

Jadwal

sarana-sarana untuk mereduksikan konflik di antara kebutuhan-kebutuhan dan objekobjek yang saling bersaing dengan melakukan peng aturan mana tindakan atau tujuan
yang harus segera dilakukan atau yang dapat ditunda.
2. Abilitas dan prestasi adalah kemampuan dan ketrampilan, dan intelektual . Jadi
abilitas dan prestasi merupakan bagian kepribadian yang penting sebagai kualitas diri
yang dimiliki oleh orang yang berbeda-beda.
Dinamika Kepribadian
1. Peredaan tegangan
2. Kebutuhan
3. Konsep tekanan-elaborasi

Perkembangan kepribadian

a. Kompleks kanak-kanak ; perkembangan bersifat longitudinal, bermula sejak lahir


kematian. Masa kanak2 di bagi lagi menjadi 5 tahapan, setiap thpn memiliki kesan yg
berbeda-beda, dan secara tak sadar akan mengarahkan TL pada perkembangan
berikutnya.
Claustral complex
Hidup dalam kandungan sangat aman, tenang, sangat tergantung.
Ada tiga bentuk :
1. Keinginan untuk berada seperti di kandungan
2. Perasaan tidak berdaya, perasaan tidak mendapat bantuan di dalam
kandungan
3. Kompleks anti kandungan yaitu ketakutan kehabisan nafas dan
terkurung

2. Oral complex
Ada tiga variasi :
1. The oral succorance complex (kombinasi dari aktivitas mulut,
kecenderungan pasif, kebutuhan untuk dibantu dan dilindungi Need
for oral gratification, drinking, dependency
2. The oral aggression complex (kombinasi dari kompleks oral dengan
aktivitas agresi dalam bentuk mengigit, meludah, membentak, atau
bentuk agresi verbal) Aggressive needs, problems with authority,
stuttering
3. The oral rejection complex (mencakup muntah, pilih-pilih makanan,
dsb) Low need for food, need to reject, need for seclusion &
autonomy

3. Anal complex
Ada dua jenis :
1. anal rejection complex (senang dengan defekasi, senang dengan
kotoran atau barang yang mirip dengan kotoran) Need for
aggression, disorder, autonomy
2. anal retention complex (tingkah laku retentif, menimbun,
mengumpulkan sesuatu) Need for order, possessiveness,
cleanliness

4. Urethral complex
Ambisi yang berlebihan, kerusakan sistem self, ngompolan, sangat mencintai diri sendiri
Cathexis for fire, craving for immortality, narcissism. Disebut juga dengan Icarus
Complex.
5. Castration complex

Kurang setuju dengan castration anxiety-nya Freud. Murray menjelaskan dengan lebih
sederhana yaitu fantasi bahwa penis mungkin akan dipotong. Ketakutan berkembang
dari masturbasi di usia anak yang diikuti dengan hukuman dari orang tua.
b. Perkembangan kebutuhan berprestasi
Orang yang berprestasi tinggi berbeda dengan orang yng berprestasi rendah. Perbedaan
tersebut dapat di pengaruhi oleh ; pola pengasuhan anak dan Hubungan anak dg orang
tua atau lingkungannya. 7 ciri memiliki prestasi tinggi :
1. Lebih kompetitif
2. Lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilannya sendiri
3. Senang menetapkan tujuan yang menantang tetapi tetap realistik
4. Memilih tugas yang tingkat kesulitannya cukupan, yang tidak pasti apakah
bisadiselesaikan
5. Senang dengan kerja interprenur yang beresiko tetapi cocok dengan kemampuannya
6. Menolak kerja rutin
7. Bangga dengan pencapaian dan mampu menunda untuk memperoleh kepuasan yang
lebih besar, berprestasi di sekolah
c. Determinan perkembangan
Kepribadian adlah hasil kolaborasi antara proses kemasakan genetik dan faktor empirik.
Kemasakan genetik disini adalah proses fisiologis yang dikendalikan oleh otak, genetik
bersifat fundamental dibawa sejak lahir. Sedangkan empirik adalah proses interaksi
individu dengan lingkungannya ; melalui proses belajar pada lingkungan.
1. Determinan kemasakan genetik adalah di mana seorang individu melalui tahapan
sesuai dengan tahapan kritisnya pada usia tertentu.
Ex : tahap kritis seorang anak belajar berjalan
2. Determinan keanggotaan kelompok adalah kelompok atau lingkungan sosial
mempengaruhi kepribadian individu.
Ex : keluarga, ras, bangsa, politik, agama, sosio ekonomi.
3. Determinan peran adalah sebagaimana peran yang dijalani oleh individu ;profesi.
Ex : Peran sebagai guru
4. Determinan situasi dapat diartikan juga sebagai pengalaman empirik yang dialami
individu . Pengalaman itu bisa terjadi berulang kali/setiap hari (ex : hubungan dengan
keluarga, teman) dan pengalaman yang hanya terjadi sekali (ex : kehilangn suami yang
dicintainya ).
d. Belajar
Adalah hasil dari belajar terhadap pengalamannya yang dapat menentukan seseorang
untuk bertindak pada peristiwa berikutnya. Faktor genetik potensi genetik seseorang
(otak) berinteraksi dengan peristiwa yang pernah ia alami sebelumnya akan menentukan
apa yang akan di pelajari pada waktu berikutnya.

Psikologiuhuy's Blog

Entri (RSS)

Komentar (RSS)

Beranda

About

anak berbakat
Tehnik Psikoterapi islam

Henry Alexander Murray


Posted by: psikologiuhuy on: Juli 31, 2010

In: tokoh pikologi

Tinggalkan sebuah Komentar

Henry Alexander Murray dilahirkan di New York pada tanggal 13 Mei 1893 dan meninggal
pada tahun 1988. Sama seperti pandangan psikoanalisa, Henry Murray juga berpendapat
bahwa kepribadian akan dapat lebih mudah dipahami dengan cara menyelidiki alam
ketidaksadaran seseorang (unconscious mind). Murray menjadi professor psikologi di
Harvard University dan mengajar disana lebih dari 30 tahun.
Peranan Murray di bidang psikologi adalah dalam bidang diagnosa kepribadian dan teori
kepribadian. Hasil karya terbesarnya yang sangat terkenal adalah teknik evaluasi kepribadian
dengan metode proyeksi yang disebut dengan Thematic Apperception Test (TAT). Test TAT
ini terdiri dari beberapa buah gambar yang setiap gambar mencerminkan suatu situasi dengan
suasana tertentu. Gambar-gambar ini satu per satu ditunjukkan kepada orang yang diperiksa
dan orang itu diminta untuk menyampaikan pendapatnya atau kesannya terhadap gambar
tersebut. Secara teoritis dikatakan bahwa orang yang melihat gambar-gambar dalam test itu
akan memproyeksikan isi kepribadiannya dalam cerita-ceritanya. (www.wikipedia.com).
a. Teori Personologi.
Murray berpandangan bahwa manusia harus difahami sebagai kesatuan pribadi yang utuh.
Sebagian tingkah laku manusia harus difahami dari hubungannya dengan fungsi lainnya,
seperti lingkungan, pengalaman masa lalu, ketidak sadaran dan kesadaran, serta fungsi
otaknya. Kesemuanya itu harus ditangkap secara keseluruhan agar dapat difahami makna dari
proses kepribadian seseorang. Teori kepribadian memang memberi hukum-hukum yang
mungkin berlaku umum bagi setiap orang, namun pemahaman tentang diri seseorang harus
didilakukan secara personal. Berdasarkan pemikiran inilah ia menamakan teorinya
personologi untuk menekankan bahwa psikologi kepribadian seharusnya
mengkonsentrasikan diri pada kasus individual: pribadi.
Teori ini terfokus pada individu-individu dengan seluruh kompleksitasnya dan segi
pandangan ini diringkaskan dengan istilah personologi, yang diciptakan oleh Murray (1983),
untuk memberi label bagi usaha-usahanya sendiri dan usaha orang lain yang memiliki
keprihatinan mendalam untuk memahami individu secara penuh. Secara konsisten Muray

menekankan kualitas organic tingkah laku dengan menyatakan bahwa satu bagian tingkah
laku tidak dapat dipahami terlepas dari semua bagian lainya dalam pribadi yang berfungsi.
Masa lampau individu benar-benar sama pentingnya seperti keadaan individu beserta
lingkungannya di masa kini. Kesamaan teori ini dengan teori psikoanalisis adalah penekanan
tentang pentingnya motivasi tak sadar dan perhatian yang mendalam pada laporan verbal
individu yang bersifat subjektif termasuk khayalannya. Dalam banyak hal, ciri yang paling
khusus dari teori ini adalah pembahasannya sangat terinci dan sangat seksama tentang
motivasi. Bagan konsep motivasi Muray telah digunakan secara luas dan sangat berpengaruh.
Ciri khusus selanjutnya dari teori ini adalah tekanan yang konsisten pada proses fisiologis
yang terjalin secara fungsional, yang mengiringi semua proses psikologis.
Menurut Murray (Lindzey, 1993), kepribadian adalah abstraksi yang dirumuskan oleh
teoritisi dan bukan semata-mata deskripsi tingkah laku orang, karena rumusan itu didasarkan
pada tingkah laku yang dapat diobservasi dan factor-faktor yang dapat disimpulkan dari
observasi itu. Prinsip-prinsip pokok dasari teori kepribadian Murray adalah:
1. Proses Psikologis bergantung kepada proses fisiologis. Bagi Murray kepribadian muthlak
tergantung kepada fungsi system syaraf. Peran otak untuk mengontrol dan memproses semua
aspek kepribadian yang eksis di otak seperti perasaan, kesadaran, ingatan, keyakinan, sikap,
ketakutan, niali-nilai, dan aspek-aspek lainnya disebut regnant.
2. prinsip mencakup semua hal (all-embarcing principle): kepribadian dalam konsep yang
dapat menjelaskan tingkah laku. Para Freudian berpendapat bahwa orang bertingkah laku
untuk menghilangkan tegangan dan mendapatkan kepuasan, tetapi menurut Murray, bukan
bebas tanpa tegangan yang diinginkan dan yang memuaskan organisme. Kepuasan itu
diperoleh dari melakukan aktivitas, proses mengurang tegangan atau mengubah tingkat
kebutu3han tegangan (need-induced tension). Keadaan tanpa tegangan justru menjadi sumber
distress, karena manusia terus-menerus memiliki keinginan merasa senang, aktif, maju,
bergerak dan berusaha, yang smuanya itu adalah peningkatan tegangan, bukan peredaan
tegangan. Jadi organisme justru menciptakan tegangan untuk memperoleh kepuasan dari
atiivitas memuaskan kebutuhan.
3. organisasi longitudinal, yaitu anggapan bahwa terdapat pusat yang mengorganisir dan
mengatur proses dalam diri individu,proses yang fungsinya untuk mengintegrasikan kekuatan
yang sling bertentangan yang dihadapi individu, memuaskan kebutuhan individu, dan
merencanakan pencapaian tujuan individu.
b. Struktur Kepribadian
Cara Muray merumuskan kepribadian menunjukkan bahwa ia sangat berorientasi pada
pandangan yang memberi bobot memadai pada sejarah organisme, fungsi kepribadian yang
bersifat mengatur, ciri-ciri berulang dan baru pada tingkah laku individu, hakikat kepribadian
yang abstrak dan proses fisiologis yang mendasari proses psikologis.
Id-Ego-Superego
Murray sebenarnya juga seorang psikoanalis, pelopor penelitian fikiran-fikiran psikoanalitik
yang berusaha menerjemahkan konsep-konsep Freud dan Jung kedalam hypothesis yang
dapat diuji. Menurut Murray (Alwisol:2007), masa lalu, masa kini dan masa yang akan dating
memiliki bobot yang setara untuk menentukan tingksh laku, sehingga motivasi tak sadar
menjadi tidak terlalu penting. Ia masih memakai konstruk Id-Ego-Superego, meskipun
dengan pengertian yang berbeda, yaitu:
1. Id, Murray menambahkan dari teori freud tentang id, bahwa menurutnya id tidak hanya
berisi impulsive primitif, amoral, dan kenikmatan, tetapi juga berisi impuls yang dapat

diterima baik dan diharapkan masyarakat seperti empati,cinta dan memahamui lingkungan.
2. Ego, Murray memberi peran ego lebih luas dari freud. Menurutnya sebagai unsure rasional
dari kepribadian, ego bukan hanya melayani, mengubah arah, dan menunda impuls id yang
tak terima, tetapi ego juga menjadi pusat pengatur semua tingkah laku, mencari membuat
peluang untuk memperoleh kepuasan id positif.
3. superego, Murray menekankan pada pentingnya pengaruh kekuatan lingkungan social atau
kultur dalam kepribadian. Ia menolak pendapat freud bahwa superego telah terkristalisali
pada usia 5 tahun. Menurutnya superego terus-menerus berkembang sepanjang hayat
merefleksikan pengalaman manusia yang semakin dewassa semakin kompleks dan canggih.
Penting untuk diperhatikan bahwa konsepsi Muray tentang superego dan ego ideal
memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi perubahan dan perkembangan dalam tahun
sesudah masa kanak-kanak. Muray menekankan pembentukan-pembentukan kepribadian
yang lebih positif. Ia yakin bahwa ada proses formatif dan konstruktif yang tidak hanya
berguna bagi kelangsungan hidup, tetapi juga memiliki energi, tujuan dan pemenuhanpemenuhannya sendiri. Imajinasi yang kreatif merupakan aspek kepribadian yang paling kuat
dan merupakan aspek yang kerapkali paling sedikit diberi kesempatan untuk berkembang.
c. Dinamika Kepribadian
Teori Murray yang paling khas dalam Psikologi adalah tentang perjuangan, pencarian,
keinginan, hasrat dan kemauan manusia. Kebanyakan orang menganggap teori dari Murray
merupakan teori motivasi atas dasar adanya konsep kebutuhan. Konsep kebutuhan yang
dimaksud Murray yaitu menggambarkan factor-faktor penentu tingkah laku penting dalam
pribadi.
Dalam membahas teori Murray, konsep kebutuhan merupakan pembahasan pertama,
selanjutnya adalah tekanan, reduksi tegangan, tema, integrasi kebutuhan, tema kesatuan dan
regnansi lalu konsep tentang nilai dan faktor.
Murray menyatakan bahwa kebutuhan merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi berkaitan
dengan proses-proses fisiologis dalam otak. Beberapa kebutuhan dibarengi oleh emosi-emosi
tertentu dan seringkali dibarengi oleh tindakan tertentu untuk menghasilkan keadaan akhir
yang efektif.
Murray menyatakan bahwa adanya kebutuhan dapat disimpulkan dari:
a) akibat atau hasil akhir tingkah laku
b) pola atau cara khusus tingkah laku yang bersangkutan
c) perhatian dan respon selektif terhadap kelompok objek stimulus tertentu
d) ungkapan emosi atau perasaan tertentu
e) kekecewaan apabila tidak tercapai sesuatu yang diinginkan
Tipe-tipe kebutuhan
Ada beberapa hal yang penting untuk membedakan aneka tipe kebutuhan, diantaranya:
1) ada perbedaan antara kebutuhan-kebutuhan primer dan kebutuhan-kebutuhan sekunder.
2) Ada perbedaan antara kebutuhan-kebutuhan terbuka dan kebutuhan-kebutuhan tertutup.
3) Ada kebutuhan yang memusat dan kebutuhan yang menyebar.
4) Ada kebutuhan proaktif dan kebutuhan reaktif.
5) Terdapat perbedaan antara kegiatan proses, kebutuhan-kebutuhan modal dan kebutuhankebutuhan akibat
Kebutuhan-kebutuhan itu tidak dapat bekerja sendiri-sendiri dan bentuk interaksi antara
kebutuhan yang satu dengan yang lain sangat penting.

Tekanan
Konsep tekanan menggambarkan factor-faktor penentu tingkah laku yang efektif dan penting
dalam lingkungan. Maksudnya orang yang memudahkan atau menghalangi usaha individu
untuk mencapai tujuan tertentu.
Reduksi tegangan
Sama seperti freud, Secara umum Murray berpendapat bahwa manakala bangkit need, orang
berada dalam tension, dan kepuasanlah yang mereduksi tension. Murray menambahkan dua
hal. Pertama, orang sering secara aktif berusaha mengembangkan atau meningkatkan tension
dalam rangka meningkatkan kenikmatan yang mengikuti tension reducsion. Kedua, pada
jenis need tertentu, seperti hal yang terlibat dengan permainan drama atau aktivutas artistic,
kesenangan yang membarengi kegiatan itu termasuk dalam pemuasan need. Jadi kepuasan
tidak hanya diperolehdari tercapinya tujuan, tetapi terlibat dalam suatu aktivitas, tidak peduli
tension menjadi turun atau malah naik, dapat memberi kepuasan.
Tema
Tema menyangkut interaksi antara kebutuhan dan tekanan. Ada macam-macam tema, mulai
dari perumusan yang sderhana tentang interaksi subjek sampai pada perumusan yang lebih
umum.
Integrasi kebutuhan
Integrasi kebutuhan adalah kebutuhan untuk mengadakan bentuk interaksi tertentu dengan
tipe orang atau objek tertentu.
Tema kesatuan
tema kesatuan pada hakikat nya merupakan kesatuan antara kebutuhan dan tekanan yang
berhubungan dan diperoleh dari pengalaman kanak-kanak dan yang memberikan arti serta
kesatuan pada bagian terbesar tingkah laku individu.
Regnan
proses regnan adalah proses fisiologis yang mengikuti proses psikologi yang dominant.
Nilai dan Vektor
Nilai dan factor merupakan gambaran akhir dari tingkah laku. Sedangkan vector merupakan
kecenderungan bertindak. Murray mengelompokkan vector menjadi sebelas vector.
Perkembangan kepribadian
Kompleks-kompleks anak-anak
Teori Murray mengenai perkembangan kepribadian bersifat longitudinal, menekankan pada
perkembangan sejarah individu. Pendekatannya mirip teori freud, dengan elaborasi dan
perluasan yang lebih komprehensif.
Murray membagi masa anak-anak menjadi lima tahapan, masing-masing ditandai oleh
kondisi kepuasan yang dipengaruhi oleh tuntutan lingkungan dan memberi kesan yang
mengarahkan tingkah laku pada perkembangan berikutnya.
Lima kondisi tahapan perkembangan anak dan kompleks yang terlibat, adalah:
a) Kompleks Klaustral
b) Kompleks Oral
c) Kompleks Anal
d) Kompleks Uretral
e) Kompleks Kastrasi
Bagi Murray kepribadian adalah hasil akumulasi interaksi antara proses kematangan genetic
dengan factor empiric. Ini karena dua hal, pertama kepribadian berhubungan dengan struktur
dan fungsi otak. Kedua, semua tingkah laku merupakan proses interaksi antara orang dengan

lingkungannya. Determinan maturasi genetic dari kepribadian bersifat fundamental karena


dibawa sejak lahir, sedangkan factor lingkungan atau pengalaman menjadi penentu yang kuat
karena menjadi sarana perwujudan dari kematangan genetic.
d. Kekurangan :
1. Tidak terdapat sekumpulan asumsi psikologis yang dikaitkan secara eksplisit yang
berhubungan dengan konsep2 yang sama, sehingga menghasilkan prediksi yang dapat diuji.
2. Teori murray lemah karena tidak mampu menjelaskan bagaimana motif2 berkembang.
e. Kelebihan : 1. TAT di gunakan sampai sekaranBottom of Form

Anda mungkin juga menyukai