Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik
sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan
psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan
isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang
konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang
proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar,
sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori humanistic
berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk
memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri
orang yang belajar, secara optimal.
Teori humanistik bersifat sangat eklektik yaitu memanfaatkan atau merangkumkan
berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia dan mencapai tujuan yang
diinginkan karena tidak dapat disangkal bahwa setiap teori mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya:
1. Kolb
Pandangan Kolb tentang belajar dikenal dengan Belajar Empat Tahap yaitu:
a. Tahap pandangan konkret
Pada tahap ini seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu
kejadian sebagaimana adanya namun belum memilki kesadaran tentang hakikat dari
peristiwa tersebut,
b. Tahap pemgamatan aktif dan reflektif
Tahap ini seseorang semakin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara
aktif terhadap peristiwa yang dialaminya dan lebih berkembang.
c. Tahap konseptualisasi
Pada tahap ini seseorang mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan
suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek
perhatiannya dan cara berpikirnya menggunakan induktif.
d. Tahap eksperimentasi aktif
Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori
atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata dan cara berpikirnya menggunakan deduktif.
2. Honey dan Mumford
Honey dan Mumford menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat macam atau
golongan, yaitu:
a. Kelompok aktivis
Yaitu mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai
kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
b. Kelompok reflector
Yaitu mereka yang mempunyai kecenderungan berlawanan dengan kelompok aktivis.
Dalam melakukan suatu tindakan kelompok ini sangat berhati-hati dan penuh
pertimbangan.
c. Kelompok teoris
Yaitu mereka yang memiliki kecenderungan yang sangat kritis, suka menganalisis,
selalu berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
d. Kelompok pragmatis
Yaitu mereka yang memiliki sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan
teori-teori, konsep-komsep, dalil-dalil, dan sebagainya.
3. Habermas
Menurut Habernas, belajar baru akan tejadi jika ada interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu:
a. Belajar teknis (technical learning)
Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya
secara benar.
b. Belajar praktis (practical learning)
Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,
yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik.
c. Belajar emansipatoris (emancipatory learning)
Yaitu belajar yang menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan
kesadaran tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dengan
lingkungan sosialnya.
4. Bloom dan Krathwohl
Bloom dan Krathmohl lebih menekankan perhatiannya pada apa yang mesti dikuasai oleh
individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan
belajarnya dikemukakan dengan sebutan Taksonomi Bloom, yaitu:
a. Domain kognitif, terdiri atas 6 tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
b. Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
1) Peniruan
2) Penggunaan
3) Ketepatan
4) Perangkaian
5) Naturalisasi
c. Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
1) Pengenalan
2) Merespon
3) Penghargaan
4) Pengorganisasian
5) Pengalaman
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar
pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks
manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori
humanistik sering dikritik karena sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis dan
dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada
bidang pendidikan, sehingga sulit diterjemahkan ke dalam langkah-langkah yang lebih
konkret dan praktis. Namun sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep,
taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan
guru untuk memahami hakikat kejiwaan manusia.
Dalam praktiknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar.
Leave a comment
TEORI HUMANISTIK
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini
melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal
yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanism biasanya memfokuskan pengajarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat
dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para
pendidik beraliran humanisme. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu
dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada
materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Tokoh pencetus aliran humanisme adalah Arthur Combs, Abraham Maslow, Carl Rogers,
Erich Fromm daan Viktor Frankl.
1. A.
Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908.
Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak mengenyam
pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang
dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi
yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia tumbuh di perpustakaan diantara
buku-buku. Ia awalnya berkuliah umum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk
mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat ia berkuliah, ia
menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan Desember 1928 dan bertemu
dengan mentor utamanya yaitu Profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor pada
1930, master pada 1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan
studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia
bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund
Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College. Di New York,
ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max
Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal.
Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku
manusia. Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar
tahun 1950 hingga 1960-an. Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai
akhirnya ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian ia
dianugerahkan gelar Humanist of the Year oleh Asosiasi Humanis Amerika pada tahun 1967.
Asumsi dan Prinsip Dasar Teori
Ahli-ahli teori humanistik menunjukkan bahwa (1) tingkah laku individu pada mulanya
ditentukan oleh bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, dan (2)
individu bukanlah satu-satunya hasil dari lingkungan mereka seperti yang dikatakan oleh ahli
teori tingkah laku, melainkan langsung dari dalam (internal), bebas memilih, dimotivasi oleh
keinginan untuk aktualisasi diri (self-actualization) atau memenuhi potensi keunikan mereka
sebagai manusia.
Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Teori yang terkenal dari Maslow yang merupakan salah satu tokoh humanistik adalah teori
tentang Hirarki Kebutuhan. Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis atau dasar
2. Kebutuhan akan rasa aman
1. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
2. Kebutuhan untuk dihargai
3. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Maslow (1968) berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk tingkat
yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan rasa
aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika manusia secara fisik
terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan
akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan
kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis
dan akhirnya self-actualization.
Maslow (1954) menyusun hirerarki kebutuhan. Di dalam hirarki ini, ia menggunakan suatu
susunan piramida untuk menjelaskan dorongan atau kebutuhan dasar yang memotivasi
individu. Kebutuhan yang paling dasar, yakni kebutuhan fisiologis akan makanan, air, tidur,
tempat tinggal, ekspresi seksual, dan bebas dari rasa nyeri, harus dipenuhi pertama kali.
Tingkat kedua adalah kebutuhan akan keselamatan, keamanan, dan bebas dari bahaya atau
ancaman kerugian. Tingkat ketiga ialah kebutuhan akan mencintai dan memiliki, yang
mencakup membina keintiman, persahabatan, dan dukungan. Tingkat keempat ialah
kebutuhan harga diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati dan diargai orang lain.
Tingkat yang paling tinggi ialah aktualisasi diri, kebutuhan akan kecantikan, kebenaran, dan
keadilan.
Maslow mengajikan hipotesis bahwa kebutuhan dasar di tingkat paling bawah piramida akan
mendominasi perilaku individu sampai kebutuhan tersebut dipenuhi, kemudian kebutuhan
tingkat selanjutnya menjadi dominan.
Maslow menggunakan istilah aktualisasi diri untuk menjelaskan individu yang telah
mencapai semua kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara keseluruhan
dalam hidup.
Teori Maslow menjelaskan bahwa perbedaan individu terletak pada motivasinya, yang tidak
selalu stabil seanjang kehidupan. Lingkungan hidup yang traumatic atau kesehatan yang
terganggu dapat menyebabkan individu mundur ke tingkat motivasi yang lebih rendah.
Kedudukan Pengasuhan dalam Teori
Dalam pendekatan humanistik, orang tua diajarkan untuk mencerminkan perasaan anak-anak
mereka dan membantu mereka tumbuh dalam kesadaran diri dan pemahaman, serta
memfasilitasi kematangan psikologis anak-anak mereka.
Abraham Maslow melengkapi pemikiran tersebut dengan teori motivasi. Menurutnya,
potensi-potensi unik seorang anak akan muncul apabila diberi motivasi dengan cara
penyampaian wawasan, contoh orang tua, pergaulan dengan teman lain, maupun pengalaman
langsung.
Dalam praktik pengasuhan, orang tua dianggap sebagai fasilitator yaitu menyediakan
lingkungan dan sarana belajar anak untuk mengembangkan potensinya. Semakin dipenuhinya
fasilitas yang dibutuhkan anak, akan semakin berkembang potensi-potensi yang dimiliki
seorang anak.
Selain itu, orang tua harus berperan sebagai motivator. Peran ini dilakukan dengan
memberikan dorongan dan dukungan bagi berbagai hal yang menjadi minat seorang anak.
Apabila anak melakukan kekeliruan tidak disalahkan atau disudutkan tetapi diberi berikan
bimbingan dengan kalimat-kalimat yang membangkitkan semangat. Sehingga anak terpacu
untuk melakukan tugasnya dan semakin tinggi tingkat pengaktualisasiannya.
1. B.
Carl Roger
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers
meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung. Latar belakang:
Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang
berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku
dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis,
aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide ide dan konsep teorinya
banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.(Schultz 1991)
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang
berpusat pada klien (client centered) (Clifford 1986). Rogers kemudian menyusun teorinya
dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan
pendekatan Freud, Namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers
menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers
memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara ,
kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari
kecenderungan alamiah. Teori Rogers didasarkan pada suatu daya hidup yang disebut
kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi
yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh
potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup
saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya.Dari dorongan tunggal
inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh
psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman
dan rasa cinta, dan sebagainya.(George 2008)
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun keunikan
teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers pun
menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered),
non-directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori
yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person
centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Asumsi dan Prinsip Dasar Teori
1. Kecenderungan formatif : Segala hal di dunia baik organik maupun nonorganik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
2. Kecenderungan aktualisasi: Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk
bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya.
Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan
masalahnya.
Ide pokok dari teori-teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri. (Schultz 1991)
Carl Rogers mengembangkan teorinya dari penelitiannya bersama pasien dan klien di klinik.
Rogers merasa terkesan dengan apa yang ia lihat saat kecenderungan bawaan individu yang
bergerak ke arah pertumbuhan, maturitas, dan perubahan positif. Ia menjadi yakin bahwa
kekuatan dasar yang memotivasi organisme manusia adalah kecenderungan beraktualisasi
suatu kecenderungan ke arah pemenuhan atau aktualisasi semua kapasitas organisme.
Organisme yang tumbuh mencari cara untuk memenuhi potensinya di dalam batas-batas
hereditasnya. Seseorang mungkin tidak selalu dengan jelas merasakan tindakan mana yang
menyebabkan pertumbuhan dan tindakan mana yang regresif. Tetapi jika jalan itu jelas,
individu memilih untuk tumbuh ketimbang regresi. Rogers tidak menyangkal bahwa terdapat
kebutuhan lain, sebagian darinya adalah biologis., tetapi ia memandang semuanya itu sebagai
patuh kepada motivasi organisme untuk meningkatkan dirinya. Keyakinan Rogers akan
keunggulan aktualisasi membentuk dasar terapi terpusat klien yang bersifat nondirektif.
Metoda psikoterapi ini berpendapat bahwa semua individu memiliki motivasi dan
kemampuan untuk berubah dan individu adalah orang yang paling berkualifikasi untuk
menentukan arah perubahan tersebut. Peran ahli terapi adalah sebagai papan pantul sementara
individu mengeksplorasi dan menganalisis masalahnya. Pendekatan ini berbeda dari tipe
psikoanalitik, di mana ahli terapi menganalisis pengalaman pasien untuk menentukan
masalah dan menyarankan suatu tindakan pengobatan. Inti dari konsep dalam teori
kepribadian Rogers adalah diri (self). Diri, atau konsep-diri (Rogers menggunakan
keduanya), menjadi inti teotinya. Diri terdiri dari semua ide, persepsi, dan nilai-nilai yang
mengkarakterisasi saya atau aku ; ia mencakup kesadaran apa saya dan apa yang
dapat saya lakukan. Selanjutnya diri yang dihayati ini mempengaruhi persepsi seseorang
tentang dunia dan perilakunya. Sebagai contohnya, wanita yang merasa dirinya kuat dan
kompeten akan menghayati dan bertindak di dunia dengan cara yang sangat berbeda dari
wanita yang menganggap dirinya lemah dan tidak berguna. Konsep diri tidak selalu
mencerminkan realita : seseorang mungkin sangat berhasil dan terhormat tetapi masih
memandang dirinya sendiri sebagai orang yang gagal.
Detail Teori
Menurut Rogers, individu menilai setiap pengalaman berkaitan dengan konsep diri. Orang
ingin bertindak dalam cara yang konsisten dengan citra-dirinya ; pengalaman dan perasaan
yang tidak konsisten adalah mengancam dirinya dan tidak diterima oleh kesadaran. Ini pada
dasarnya adalah konsep represi freud, walaupun Rogers menganggap represi tersebut tidak
diperlukan atau permanen. (Freud mengatakan bahwa represi tidak dapat dihindari dan
sebagian aspek pengalaman individu selalu tetap berada dibawah sadar.
Semakin banyak pengalaman yang disangkal oleh seseorang karena tidak konsisten dengan
konsep dirinya, semakin lebar jurang antara dirinya dan realita dan semakin besar
kemungkinan timbulnya ketidakmampuan menyesuaikan diri. Seorang individu yang konsep
dirinya tidak sejalan dengan perasaan dan pengalaman pribadi harus melindungi dirinya
sendiri dari kebenaran karena kebenaran akan menyebabkan kecemasan. Jika ketidaksesuaian
itu menjadi terlalu besar, pertahanan mungkin runtuh, menyebabkan kecemasan yang berat
atau gangguan emosional lain.
Sebaliknya, orang yang mampu menyesuaikan diri memiliki konsep diri yang konsisten
dengan pikiran, pengalaman, dan perilaku ; diri tidak kaku tetapi fleksibel, dan dapat berubah
saat ia mengasimilasi pengalaman dan ide baru.
Diri lain dalam teori Rogers adalah diri yang ideal. Kita semua memiliki konsepsi jenis orang
yang diri kita inginkan menjadi sepertinya. Semakin dekat diri ideal dengan diri nyata,
semakin penuh dan gembira individu yang bersangkutan. Ketidaksesuaian yang besar antara
diri ideal dan diri nyata menghasilkan orang yang tidak puas dan tidak gembira.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman
yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri
ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan
apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu
Jadi dua jenis ketidaksesuaian dapat terjadi : satu, antara diri dan pengalaman realita ; dan
yang lain antara diri dan diri ideal. Rogers memiliki beberapa hipotesis tentang bagaimana
ketidaksesuaian itu dapat berkembang.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang
mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai
adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk
menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
1.Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan
fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak
emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
2. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga
ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri
sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu
sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul
seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi
dengan sangat baik.
4. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan
paksaan atau rintangan rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas
memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa
masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia
dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa
saja yang ingin dilakukannya.
5. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri
akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri ciri bertingkah laku
spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulusstimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya. (Schultz 1991)
Kedudukan Pengasuhan dalam Teori
Rogers mengatakan bahwa orang-konsep diri sering tidak sama persis dengan kenyataan.
Sebagai contoh, seseorang mungkin menganggap dirinya sangat jujur tetapi sering berbohong
kepada atasannya tentang mengapa ia terlambat untuk bekerja. Rogers menggunakan istilah
ketidaksesuaian untuk mengacu pada kesenjangan antara konsep diri dan realitas.
Kesesuaian, di sisi lain, adalah pertandingan yang cukup akurat antara konsep diri dan
realitas. Menurut Rogers, orangtua mempromosikan ketidaksesuaian jika mereka memberi
anak-anak mereka cinta bersyarat. Jika orang tua menerima anak hanya bila anak berperilaku
dengan cara tertentu, anak kemungkinan untuk memblokir pengalaman yang dianggap tidak
dapat diterima. Di sisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih tanpa syarat, anak dapat
mengembangkan kongruensi. Orang dewasa yang orang tuanya dalam pengasuhan
memberikan cinta bersyarat, di masa dewasa akan terus mengubah pengalaman mereka dalam
rangka agar merasa diterima.
Pengasuhan sangat penting kedudukannya dimana orangtua yang memberikan pengasuhan
yang baik dapat memberikan kebutuhan penghargaan positif tanpa syarat dimana dengan
terpenuhinya kebutuhan tersebut anak akan menjadi fungsional. Ini berarti mereka merasa
dirinya dihargai oleh orangtua dan orang lain walaupun perasaan, sikap, dan perilakunya
kurang dari ideal. Jika orangtua hanya memberikan penghargaan positif tanpa syarat, menilai
anak hanya jika ia bertindak, berpikir, atau berperasaan dengan benar, anak kemungkinan
mengalami distorsi konsep dirinya. Sebagai contohnya, perasaan kompetisi dan permusuhan
kepada adik bayi dan biasanya menghukum tindakan tersebut. Anak agaknya harus
mengintegrasikan pengalaman ini ke dalam konsep diri mereka. Mereka mungkin
memutuskan bahwa orangtua tidak menyukai mereka dan demikian merasa ditolak. Atau
mereka mungkin menyangkal perasaan mereka dan memutuskan mereka tidak ingin
memukul adik. Tiap sikap itu mengandung distorsi kebenaran. Alternatif ketiga adalah yang
paling mungkin diterima oleh anak-anak, tetapi dalam melakukannya, mereka menyangkal
perasaan yang sesungguhnya diri mereka, yang kemudian menjadi tidak disadari. Semakin
orang didorong untuk menyangkal perasaannya sendiri dan menerima nilai-nilai orang lain,
semakin tidak nyaman perasaan mereka tentang dirinya sendiri. Rogers menyatakan bahwa
pendekatan terbaik bagi orangtua adalah mengenali perasaan anak sebagai sesuatu yang nyata
sambil menjelaskan alasan mengapa perbuatan memukul tidak dapat diterima.
TEORI HUMANISTIK
Teori Humanistik
Beberapa psikolog pada waktu yang sama tidak menyukai uraian aliran
psikodinamika dan behaviouristik tentang kepribadian. Mereka merasa bahwa
teori-teori ini mengabaikan kualitas yang menjadikan manusia itu berbeda dari
binatang, seperti misalnya mengupayakan dengan keras untuk menguasai diri
dan merealisasi diri. Di tahun 1950-an, beberapa psikolog aliran ini mendirikan
sekolah psikologi yang disebut dengan humanisme.
Dua psikolog, Abraham Maslow dan Carl Rogers, sangat terkenal dengan teori
humanistik mereka.
Rogers mengatakan bahwa konsep diri manusia seringkali tidak tepat secara
sempurna dengan realitas yang ada. Misalnya, seseorang mungkin memandang
dirinya sebagai orang yang sangat jujur namun kenyataannya seringkali
berbohong kepada atasannya tentang alasan mengapa dia datang terlambat.
Rogers menggunakan istilah inkongruensi (ketidaksejajaran) untuk mengacu
pada kesenjangan antara konsep diri dengan realitas. Di sisi lain, kongruensi,
merupakan kesesuaian yang sangat akurat antara konsep diri dengan realitas.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya inkongruensi ini ketika
mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya.
Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku
sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang
dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih
sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan
kongruensinya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang
kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk
mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
Rogers brefikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka
terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia
akan mengubah perbuatanny sehingga mereka masih akan tetap mampu
berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat inkongruensi yang
lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam
konsep diri mereka secara terus menerus.
Contoh:
Erin yakin bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun dia
seringkali sangat pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips
yang sedikit atau bahkan tidak memberikan tips sama sekali saat di restauran.
Ketika teman makan malamnya memberikan komentar pada perilaku pemberian
tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips yang dia berikan itu sudah layak
dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan memberikan atribusi perilaku
pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, aka dia dapat terhindar dari
kecemasan serta tetap menjaga konsep dirinya yang katanya dermawan.
Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan
budaya populer. Sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini ketika
teori tersebut membahas tentang kepribadian, pengalaman subjektif manusi
mempunyai bobot yang lebih tinggi daripada relitas objektif. Psikolog humanistik
yang terfokus pada manusia sehatm daripada manusia yang bermasalah, juga
telah menjadi suatu kontribusi yang bermanfaat.
Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan gagal untuk memberikan
pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia
Teori humanistik, seperti halnya teori psikodinamik, tidak bisa diuji dengan
mudah
Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah
berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif. Beberapa
kritisi menyangkal bahwa konsep ini bisa saja mencerminkan nilai dan idealisme
Maslow sendiri.
Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis
Dalam teori ini bertujuan untuk memberikan motivasi untuk siswa bahwa belajar
adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, mengembangkan kemampuan siswa
untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya, membantu
siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara
lengkap, mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri, dan lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Sedangkan teori humanistik memandang manusia sebagai manusia, yakni
makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu. Sebagai makhluk hidup ia
harus melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidup. Sebagai
makhluk batas (antara hewan dan malaikat), ia memiliki sifat-sifat kehewanan
(nafsu-nafsu rendah) dan sifat-sifat kemalaikatan (budi luhur), sebagai makhluk
Aplikasi teori humanistik lebih menuju pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberi motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan siswa. Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar guru. Guru bukan
satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu. Guru hanya salah satu
sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain bisa
teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran dan internet.
Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang mengacu kepada Teori
humanisme lebih menjanjikan,agar para siswa dapat bertahan dan mampu
bersaing di era globalisasi ini berdasarkan hasil-hasil penelitian yang
membandingkan keduanya.
bahwa
sekolah,
kelas,
atau
guru
dapat
dikatakan
bersifat
humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa
tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatanpendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.
sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya
memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
penerimaan,
keasadaran,
memahami
perasaan
orang
lain,
humanistik
juga
mencoba
untuk
membuat
pembelajaran
yang
pendekatan
pendidikan.
ini
Freudian
mengedepankan
melihat
emosi
pentingnya
sebagai
hal
emosi
yang
dalam
dunia
mengganggu
beriringan,
mengabaikansalah
mengabaikan
satu
potensi
pendidikan
terbesar
emosi
manusia.
Kita
sama
dapat
dengan
belajar
mencari
dan
mengembangkan
menemukan
kemampuan
kemampuan
tersebut.
Hal
yang
ini
mereka
mencakup
punya
dan
kemampuan
interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk
memperkaya
diri,
menikmati
keberadaan
hidup
dan
juga
masyarakat.
Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat
penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Berikut adalah para tokoh dalam aliran psikologi humanistik. 3 tokoh aliran
humanistik akan disinggung, namun demikian tokoh humanistik yang menjadi
fokus dalam paper ini adalah Carl Rogers.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami
dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru
harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku
internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa
banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar
apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari
materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi
dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow
mengemukakan
bahwa
individu
berperilaku
dalam
upaya
untuk
Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan
psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui teori
Freud. Pada masa ini, Rogers juga banyak dipengaruhi oleh Otto Rank dan John
Dewey yang memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori yang didapatkannya
justru membuatnya menemukang benang merah yang kemudian dipakai untuk
mengembangkan teorinya kelak.
Kecewa karena tidak bisa menyatukan psikiatri dengan psikolog, Rogers pindah
ke California tahun 1964 dan bergabung dengan Western Behavioral Science
Institute. Ia lalu mengembangkan teorinya ke bidang pendidikan. Selain itu ia
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik,
namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori
humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang
berpusat pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered),
teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada
kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person
centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan
putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang
memandang manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh
harapan dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensipotensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian
humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara
hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan
pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk
maksud tertentu.
Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang
lebih kecil.
Kecenderungan aktualisasi
Struktur Kepribadian
Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang,
dan ada tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme,
Medan fenomena, dan self.
1. Organisme
Pengertian organisme mencakup tiga hal:
mahkluk hidup
organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan
merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran
setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri
dan dunia eksternal
Realitas Subyektif
Holisme
Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian
akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi
dan
bertujuan,
yaitu
tujuan
mengaktualisasi,
mempertahankan,
dan
mengembangkan diri.
2. Medan Fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun
eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan
seluruh
pengalaman
pribadi
seseorang
sepanjang
hidupnya
di
dunia,
3. Diri
Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan
pengalaman membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan
identitas dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau buruk, apa
ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah terbentuk, maka
aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk
mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran.
Sehingga kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman
organik individual, sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran
dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.
Menurut Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi Self, yaitu:
Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada.
Ada 3 tingkat kesadaran.
-
tidak
sesuai
dengan
diri
(self),
maka
dibentuk
kembali
dan
Kebutuhan
-
Pemeliharaan
Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara,
dan keamanan , sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk
berkembang.
Peningkatan diri
Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai
kemampuan untuk belajar dan berubah.
Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis terjadi bila :
-
ada ketidak seimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang dirasakan
oleh diri organis.
Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan
akan memuncak menjadi ancaman.
Cara pertahanan adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik. Jika
seseorang gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut, maka individu akan
menjadi tidak terkendali atau psikotik. Individu dipaksakan untuk menerima
keadaan yang tidak sesuai dengan konsep dirinya terus menerus dan akhirnya
konsep dirinya menjadi hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat muncul
mendadak atau dapat pula muncul bertahap.
Dinamika Kepribadian
1. Penerimaan Positif (Positive Regard) Orang merasa puas menerima
regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada
orang lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence)
organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa
konflik ) dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan
pengalaman.
untuk
aktualisasi:
yakni
kebutuhan
pemeliharaan
(maintenance)
dan
Perkembangan Kepribadian
Rogers meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua orangyang
mendorong orang untuk semakin kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan secara
keselutuhan semakin menuju aktualisasi diri atau menjadi Pribadi yang
berfungsi utuh (Fully Functioning Person)
Ada lima ciri kepribadian yang berfungsi
sepenuhnya:
apa
yang
dirasanya
benar
sebagai
bukti
kompetensi
dan
1. Kreatifitas (Creativity)
Merupakan kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life
kemungkinan besar memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.
Teori Rogers disebut humanis karena teori ini percaya bahwa setiap individu
adalah positif, serta menolak teori Freud dan behaviorisme.
2.
3.
Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri terdiri
dari 2 subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.
4.
Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3)
penghargaan positif (positive regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif
(positive self-regard)
5.
Stagnasi psikis terjadi bila terjadi karena pengalaman dan konsep diri yang
tidak konsisten dan untuk menghindarinya adalah pertahanan (1) distorsi dan (2)
penyangkalan. Jika gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut konsep diri
akan hancur dan menyebabkan psikotik.
6.
Dalam terapi, terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan yang
melakukan perubahan adalah klien itu sendiri.
pendapat,
perasaan,
dan
sebagainya
membuat
timbulnya
memperlajari
mesin
dengan
tujuan
untuk
memperbaikai
mobil.
1.
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e.
f.
g.
h.
Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan
maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam
dan lestari.
i.
j.
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses
perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang
fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun
1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang
mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru
yang fasilitatif adalah :
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih
prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang
disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan
1.
2.
3.
Dia
mempercayai
adanya
keinginan
dari
masing-masing
siswa
untuk
5.
Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.
7.
8.
Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
siswa
9.
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa
dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri
yang bersifat negatif.
fenomena sosial.
Indikator dari
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin
atau etika yang berlaku.
pada
perubahan.
Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang
rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan
Kesimpulan
Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan
dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri.Teori humanisme merupakan konsep
belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.
Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran
yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan
analisis terhadap fenomena sosial.
Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
1.
2.
3.
4.
Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil
5.
6.
7.
8.
9.
10.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum W r. Wb,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan seizin-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah Sejarah dan Aliran Psikologi
tentang Humanistik. Makalah ini berisi tentang materi Humanistik.
Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk mempelajari materi Sejarah dan
Aliran Psikologi yaitu Humanistik dan sekaligus mengerjakan tugas kelompok dari
Ibu Vero selaku dosen Sejarah dan Aliran Psikologi kelas C. Makalah ini kami
susun berdasarkan buku acuan yaitu A History of Modern Psychology by Duanne
P. Schultz.
Kami ingin berterimakasih kepada teman teman anggota kelompok 8 yang bersedia
mengerjakan makalah ini dengan sebaik mungkin, dan kami juga ingin
berterimakasih kepada Ibu Vero yang telah memberi kami tugas makalah ini
sehingga kami belajar dan mengerti tentang materi Humanistik ini.
Akhirnya, semoga makalah kami tentang materi Humanistik berguna bagi mata
kuliah dan sekaligus peserta mata kuliah Sejarah dan Aliran Psikologi mengerti
tentang materi Humanistik ini. Terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb,
Penyusun
BAB I
LATAR BELAKANG
Banyak hal yang pada perkembangannya memunculkan suatu aliran atau paham
baru. Begitu pula dengan ilmu psikologi. Pada tahun 1950-an, muncul sebuah
aliran baru dalam psikologi yang disebut dengan humanistik dengan akar
pemikiran dari kalangan eksistensialisme. Humanistik ditandai dnegan munculnya
beberapa tokoh yang secara khusus mengkaji tentang berbagai keunikan manusia
seperti harapan, cinta, kesehatan, kreatifitas, dan lain sebagainya.
Aliran humanistik dipandang sebagai kekuatan ketiga karena berkembang
sebagai reaksi atas adanya aliran psikolanalisis dan behaviourisme. Dalam
mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang
dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi
dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat
dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan
dan pemaknaan.
Dalam makalah ini, kami akan membahas pokok kajian aliran psikologi
humanistik serta tokoh-tokoh yang berperan dan mengembangkannya.
ANTESIDEN
ZEITGEIST
METODE
TUJUAN
KONTRIBUSI
KRITIK
BAB II
URAIAN
2.1
Tokoh Humanistik
2.1.1 Abraham Harold Maslow
Lahir pada 1 April 1908 di Brooklyn, New York . Maslow adalah anak sulung dari
tujuh bersaudara yang lahir dari imigran Yahudi Rusia. Pada masa kecilnya, ia
dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya.
Selepas SMU Dia mengambil studi hukum di City College of New York (CCNY),
sebelum minatnya kemudian beralih pada bidang psikologi, yang dipelajarinya
hingga meraih gelar PhD pada tahun 1934 di University of Wisconsin. Pada tahun
1937 hingga tahun 1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College.
Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar
tahun 1950 hingga 1960-an. Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari
1951 hingga 1969, dan menjadi resident fellow untuk Laughlin Institute of
California. Pada tahun 1967, Asosiasi Humanis Amerika menganugerahkan gelar
Humanist of the Year. Pada tanggal 8 juni 1970 Ia meninggal karena serangan
jantung.
2.1.2
Carl Rogers
Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada, 8 Januari 1902. Pada umur 12 tahun
keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik kepada
pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi. Setelah
menyelesaikan pelajaran di University Of Wisconsin pada 1924 dia lalu masuk
Union Theological Seminary di New York City, di mana dia mendapat pandangan
yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College
of Coulmbia; di sana dia terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal
psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth. Dia mendapat gelar M.A.
pada 1928 dan doctor pada 1931 di Coulmbia.
Pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar di Ohio State
University. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke suasana akademis ini dirasa oleh
Rogers sangat tajam. Karena rangsangan-rangsangannya dia merasa terpaksa harus
membuat pandangan pandangannya dalam psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini
dikerjakannya pada 1942 dalam buku: Counseling and psychotherapy. Pada tahun
1945 Rogeres menjadi Mahaguru psikologi di In. of Chicago, yang dijabatnya
hingga kini. Tahun 1946-1957 menjadi President Psychological Association.
Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung.
2.1.3
Viktor Frankl
2.1.4
Rollo May
Rollo May lahir April 21, 1909, di Ada, Ohio. kecilnya tidak terlalu
menyenangkan: Orang tuanya tidak akur dan akhirnya bercerai, dan adiknya
mengalami gangguan psikotik. Setelah bertugas di Michigan State singkat (ia
diminta untuk meninggalkan karena keterlibatannya dengan majalah mahasiswa
radikal), dia menghadiri Oberlin College di Ohio, di mana ia menerima gelar
sarjananya. Setelah lulus, dia pergi ke Yunani, di mana ia mengajar bahasa Inggris
di Anatolia College selama tiga tahun. Selama periode ini, ia juga menghabiskan
waktu sebagai seniman keliling dan bahkan belajar singkat dengan Alfred Adler.
Ketika ia kembali ke AS, ia masuk Seminari Teologi Union dan menjadi berteman
dengan salah seorang guru, Paul Tillich, teolog eksistensialis, yang akan memiliki
dampak besar pada pemikirannya. Mei menerima BD-nya pada tahun 1938. Mei
menderita TBC, dan harus menghabiskan tiga tahun di sanatorium. Ini mungkin
titik balik hidupnya. Sementara ia menghadapi kemungkinan kematian, ia juga
mengisi jam kosong dengan membaca. Di antara literatur yang dia baca adalah
tulisan-tulisan Soren Kierkegaard, penulis religius Denmark yang banyak
terinspirasi dari gerakan eksistensial, dan memberikan inspirasi bagi teori May. Dia
melanjutkan studi psikoanalisis di White Institute, di mana ia bertemu orang-orang
seperti Harry Stack Sullivan dan Erich Fromm. Dan akhirnya, ia pergi ke
Universitas Columbia di New York, di mana pada 1949 ia menerima PhD pertama
dalam psikologi klinis bahwa lembaga yang pernah diberikan.
Setelah menerima PhD, ia melanjutkan mengajar di berbagai sekolah unggulan.
Pada 1958, ia menyunting, dengan Ernest Angel dan Henri Ellenberger,
Keberadaan buku, yang memperkenalkan psikologi eksistensial ke Amerika
Serikat. Dia menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di Tiburon, California,
sampai ia meninggal pada Oktober 1994. Rollo May adalah seorang psikolog
amerika yang terkenal dengan teori eksistensial fenomenologi dan takdir. Dia
percaya bahwa manusia itu adalah makhluk yang bebas namun tetap saja ada
keterbatasan yang tidak bisa dijangkaunya seperti kematian, dan itulah yang
disebut dengan takdir. Nah, Rollo May mencetus teori ini berdasarkan kasus yang
ia rasakan dan menjelaskan bahwa ada prinsip dasar (kecemasan, Rasa Bersalah,
Intensionalitas, kebebasan & takdir, Love & Will, dan Mitos) dan tahap
perkembangan (Kepolosan, Pemerontakan, Awan dan Kreatif) dari eksistensial
fenomenologi dan takdir
2.1.5
Charlotte Buhler
Charlotte Buhler lahir di Jerman 20 desember 1893 dan meninggal pada 3 februari
1974.
Charlotte Buhler secara konsisten menekankan ciri-ciri psikologi humanistik
sebagai hal-hal yang mendasar yang mana konsep tentang manusia yang paling
sentral adalah kreativitas. Psikologi humanistik penting bagi psikologi
pendidikan.
2.2
Antesiden
Psikologi Humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul
pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang
berkembang pada abad pertengahan.Kehadiran psikologi humanistik muncul
sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai
kekuatan ketiga dalam aliran psikologi. Psikologi humanistik atau disebut juga
dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset
terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada
keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik ia
adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanistik yang lainnya
merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis.
2.3
Zeitgeist
2.4
Pokok Bahasan
Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah
suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia,
yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi
sejumlah ahli psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah
ahli psikologi humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan
tradisional behaviorisme dan psikoanalis.
Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu, psikologi
humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami
sifat dan keadaan manusia. Kedua, ia menawarkan pengetahuan yang luas akan
kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia. Ketiga, ia menawarkan
metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang lebih efektif dalam pelaksanaan
psikoterapi. Pokok persoalan dari psikologi humanistik adalah pengalaman
b.
Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang
telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
c.
2.5 Metode
2.5.1
Rogers memiliki pengaruh besar dalam praktek psikotrapi. Dalam terapi Rogers,
terapis cendrung bersifat sportif dan tidak mengarahakan. Terapis beremapti
terhadap klien dan memberikan penghargaan yang tulus. Selama berkecimpung di
bidang konseling anak dan psikologi klinis, rogers menyadari bahwa klienlah yang
paling memahami letak permasalahan dan arah terapi seharusnya berlangsung.
a.
Pertama, terapis harus bias memperlihatkan perhatian yang tulus
terhadap klien.
2.
b.
Kedua, terapis memiliki pemahaman yang empatis dalam arti terapis
harus bisa merasakan ketegangan dan perasaan yang dirasaankan kliennya.
Yang menarik dari metode Rogers ialah selain teknik dan prosedurnya itu sendiri
ada juga keberanian Rogers untuk merekam proses wawancara dalam
psikotrapinya untuk kemudian membahasnya bersama teman-teman sejawatnya
atau mahasiswanya. Di masa lalu keterbukaan semacam ini masih langka dan
langkah-langkah Rogers dianggap sebagai printis untuk kemajuan pengembangan
metode psikotrapi.
2.5.2
Teori dan terapi Viktor Frankl lahir dari pengalamannya selama menjadi tawanan
di kamp konsentrasi Nazi. Di sana, ia menyaksikan banyak orang yang mampu
bertahan hidup atau mati di tengah siksaan. Hingga akhirnya dia menganggap
bahwa mereka yang tetap berharap bisa bersatu dengan orang-orang yang dicintai,
punya urusan yang harus diselesaikan di masa depan, punya keyakinan kuat,
memiliki kesempatan lebih banyak daripada yang kehilangan harapan.
Frankl menamakan terapinya dengan logoterapi, dari kata Yunani, logos, yang
berarti pelajaran, kata, ruh, Tuhan atau makna. Frankl menekankan pada makna
sebagai pegertian logos. Bila Freud dan Addler menekankan pada kehendak pada
kesenangan sebagai sumber dorongan. Maka, Frankl menekankan kehendak untuk
makna sebagai sumber utama motivasi. Logoterapi percaya bahwa perjuangan
untuk menemukan makna hidup dalam hidup seseorang merupakan motivator
utama orang tersebut. Logoterapi berusaha membuat pasien menyadari
tanggungjawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih, untuk apa,
atau kepada siapa dia merasa bertanggungjawab. Logoterapi tidak menggurui atau
berkotbah melainkan pasien sendiri yang harus memutuskan apakah tugas
hidupnya bertanggung jawab terhadap masyarakat, atau terhadap hati nuraninya
sendiri.
Selain itu, Frankl juga menggunakan nos yang berarti jiwa/pikiran. Bila
psikoanalisis terfokus pada psikodinamik, yakni manusia dianggap berusaha
mengatasi dan mengurangi ketegangan psikologis. Namun, Frankl menyatakan
seharusnya lebih mementingkan nodinamik, yaitu ketegangan menjadi unsur
Logoterapi ini sangat erat kaitannya dengan SQ, yang bisa kita kelompokkan
berdasarkan situasi-situasi berikut ini:
a. Ketika seseorang menemukan dirinya (self-discovery). Sadi (seorang penyair
besar dari Iran) menggerutu karena kehilangan sepasang sepatunya di sebuah
masjid di Damaskus. Namun di tengah kejengkelannya itu ia melihat bahwa ada
seorang penceramah yang berbicara dengan senyum gembira. Kemudian
tampaklah olehnya bahwa penceramah tersebut tidak memiliki sepasang kaki.
Maka tiba-tiba ia disadarkan, bahwa mengapa ia sedih kehilangan sepatunya
sementara ada orang yang masih bisa tersenyum walau kehilangan kedua kakinya.
b. Makna muncul ketika seseorang menentukan pilihan. Hidup menjadi tanpa
makna ketika seseorang tak dapat memilih. Sebagai contoh: seseorang yang
mendapatkan tawaran kerja bagus, dengan gaji besar dan kedudukan tinggi, namun
ia harus pindah dari Yogyakarta menuju Singapura. Di satu sisi ia mendapatkan
kelimpahan materi namun di sisi lainnya ia kehilangan waktu untuk berkumpul
dengan anak-anak dan istrinya. Dia menginginkan pekerjaan itu namun sekaligus
punya waktu untuk keluarganya. Hingga akhirnya dia putuskan untuk mundur dari
pekerjaan itu dan memilih memiliki waktu luang bersama keluarganya. Pada saat
itulah ia merasakan kembali makna hidupnya.
c. Ketika seseorang merasa istimewa, unik dan tak tergantikan. Misalnya: seorang
rakyat jelata tiba-tiba dikunjungi oleh presiden langsung di rumahnya. Ia
merasakan suatu makna yang luar biasa dalam kehidupannya dan tak akan
tergantikan oleh apapun. Demikian juga ketika kita menemukan seseorang yang
mampu mendengarkan kita dengan penuh perhatian, dengan begitu hidup kita
menjadi bermakna.
d. Ketika kita dihadapkan pada sikap bertanggung jawab. Seperti contoh di atas,
seorang bendahara yang diserahi pengelolaan uang tunai dalam jumlah sangat
besar dan berhasil menolak keinginannya sendiri untuk memakai sebagian uang itu
untuk memuaskan keinginannya semata. Pada saat itu si bendahara mengalami
makna yang luar biasa dalam hidupnya.
e. Ketika kita mengalami situasi transendensi (pengalaman yang membawa kita ke
luar dunia fisik, ke luar suka dan duka kita, ke luar dari diri kita sekarang).
Transendensi adalah pengalaman spiritual yang memberi makna pada kehidupan
kita.
2.6
Kontribusi
Psikologi yang berkembang dewasa ini dapat disebut sebagai psikologi negatif,
karena berkutat pada sisi-negatif manusia. Psikologi, karena itu, paling banter
hanya menawarkan terapi atas masalah-masalah kejiwaan. Padahal, manusia tidak
hanya ingin terbebas dari problem, tetapi juga mendambakan kebahagiaan.
Beberapa Psikolog Humanistik, seperti Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Erick
Fromm mengembangkan teori dan praktek yang melibatkan kebahagiaan manusia.
Baru-baru ini teori yang dikembangkan oleh para psikolog humanistik ini telah
menemukan dukungan empiris dari studi oleh para psikolog positif, meskipun
penelitian ini telah banyak dikritik. Teori ini lebih berfokus pada kepuasan dengan
sumber filosofismenya keagamaan dan psikologi humanistik.
Psikologi positif berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti bahagia,
kebaikan, humor, cinta, optimis, baik hati, dan sebagainya. Sebelumnya, psikologi
lebih banyak membahas hal-hal patologis dan gangguan-gangguan jiwa juga emosi
negatif, seperti marah, benci, jijik, cemburu dan sebagainya. Dalam Richard S.
Lazarus, disebutkan bahwa emosi positif biasanya diabaikan atau tidak ditekankan,
hal ini tidak jelas kenapa demikian. Kemungkinan besar hal ini karena emosi
negatif jauh lebih tampak dan memiliki pengaruh yang kuat pada adaptasi dan rasa
nyaman yang subyektif dibanding melakukan emosi positif. Contohnya, pada saat
kita marah, maka ada rasa nyaman yang terlampiaskan, rasa superior, dan
sebagainya. Ada suatu penelitian mengatakan bahwa marah adalah emosi yang
dipelajari, sehingga dia akan cenderung untuk mengulangi hal yang dirasa nyaman.
Psikologi positif tidak bermaksud mengganti atau menghilangkan penderitaan,
kelemahan atau gangguan (jiwa), tapi lebih kepada menambah khasanah atau
memperkaya, serta untuk memahami secara ilmiah tentang pengalaman manusia.
2.6.2 Muncul banyaknya konseling dan terapi (Carl Roger: Client Centered
Therapy, Abraham Maslow: Group Counseling)
Dalam konseling humanistik terdapat teknik-teknik konseling , yang mana
sebelum mengetahui teknik-teknik konseling tersebut terdapat beberapa prinsip
kerja teknik humanistik antara lain :
1. Membina hubungan baik (good rapport)
2. Membuat klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan
keterbatasannya
3. Merangsang kepekaan emosi klien
4. Membuat klien bisa mencari solusi permasalahannya sendiri.
5. Mengembangkan potensi dan emosi positif klien
6. Membuat klien menjadi adequate
Teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik
client centered counseling, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers.
meliputi: (1) acceptance (penerimaan); (2) respect (rasa hormat); (3)
understanding (pemahaman); (4) reassurance (menentramkan hati); (5)
encouragement (memberi dorongan); (5) limited questioning (pertanyaan terbatas;
dan (6) reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan). Melalui penggunaan
teknik-teknik tersebut diharapkan konseli dapat (1) memahami dan menerima diri
dan lingkungannya dengan baik; (2) mengambil keputusan yang tepat; (3)
mengarahkan diri; (4) mewujudkan dirinya.
Client centre or Person center ( unconditional positive regard and emphaty)
Adalah metode penanaman pemahaman masalah klien sendiri sehingga dirinya
dapat menerima dirinya sepenuhnya dan menjadi seorangan yang adequate. Untuk
mencapai itu konselor hanya menerima apa yang diucapkan oleh klien dan
merespon dengan sikap positif dan ekspesif atau emphatik, dan memberikan
penghargaan tak bersarat pada klien. Maka, jelas pada pendekatan ini yang lebih
aktif adalah klien. Karena konselor hanya sebagai cermin, tempatnya
merefleksikan dan melihat proyeksi diri.
Tehnik yang digunakan oleh Abraham Maslow yaitu terapi. Menurut Maslow,
tujuan terapi adalah agar klien memeroleh B-values, atau nilai kebenaran, keadilan,
kesederhanaan, dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan tersebut, klien harus bebas
dari kebergantungan pada orang lain, supaya dorongan alami menuju pertumbuhan
dan aktualisasi diri menjadi aktif.Meskipun Maslow bukan psikoterapis, dia
menganggap bahwa teori kepribadiannya dapat diterapkan dalam psikoterapi.
Dalam konsep hierarki kebutuhan dinyatakan bahwa jika seseorang masih dapat
bergerak pada level kebutuhan dasar (fisiologis) dan rasa aman melebihi yang
lainnya, biasanya merekaa tidak termotivasi untuk mencari psikoterapis.
Sebaliknya, mereka akan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan akan
perawatan dan kesamaan.
Kebanyakan manusia yang membutuhkan terapi adalah mereka yang memiliki
kebutuhan tingkat ketiga.Tingkat kebutuhan ini biasanya dipenuhi dengan baik,
tetapi masih kesulutan untuk mendapatkan kasih sayang. Karena itu, psikoterapi
diarahkan kepada proses interpersonal yang hangat dan penuh kasih sayang.
Dengan demikian, klien memperoleh kepuasan dalam memenuhi kebutuhan akan
rasa cinta, memperoleh rasa percaya diri, dan penghargaan diri sendiri. Hubungan
yang baik antara klien dan terapis merupakan pengobatan psikologis terbaik.
Hubungan yang saling menerima akan memberikan perasaan patut dicintai dan
memvasilitasi kemampuan mereka untuk mengembangkan hubungan nasihat diluar
terapi.
2.6.3 Adanya pendidikan alternatif yang biasa disebut pendidikan humanistik
Salah satu aliran psikologi yang mempunyai peran dalam dunia pendidikan
yaitu psikologi humanistik. Psikologi humanistik banyak memberikan sumbangsih
terutama dalam pendidikan alternative. Pendidikan humanistik berusaha
mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia secara maksimal. Setiap
aspeknya dari mulai aspek emosional, social, mental dan keterampilan dalam
berkarier menjadi fokus dalam pendidikan humanistik. Tokoh-tokoh dari psikologi
humanistik, diantaranya Abraham Maslow, Carl R Rogers, Arthur Combs, Aldous
Huxley, David Mills dan Stanley Scher.
Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh yang
menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan
berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari
teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat
dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau
menghalangi pertumbuhan. Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki
hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah-yang paling asasisampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah
seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila
kebutuhan ini terpuaskan, maka muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan
kesehatan dan kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Berikutnya adalah
kebutuhan untuk memiliki dan cinta kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan
dan berkeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok, dan sebagainya.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini dapat mendorong seseorang berbuat
lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian, misalnya dia menggunakan
prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri,
yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh orang lain.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang
tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya
kebutuhan aktualisasi diri. Implikasi teori ini dalam bidang pendidikan sangat
penting. Sebagai contoh, seorang guru haruslah memperhatikan mengapa anakanak tertentu tidak memiliki motivasi belajar, tidak mengerjakan pekerjaan
rumahnya, atau bahkan sulit untuk konsentrasi di dalam kelas. Mungkin saja
kebutuhan si anak di beberapa hirarki mendasar belum terpenuhi, misalanya belum
sarapan pagi, mempunyai masalah di rumah atau pribadi, tidak tidur nyenyak dan
sebagainya. Harus mendengarkan dan mencari tahu penyebabnya sebelum
menyalahkan si anak.
2.7
Kritik
humanistik adalah suatu gerakan ngawur yang lemah karena tersusun dari jalinan
yang terlalu banyak, terlalu berjauhan dan kadang-kaang berlawanan, sehingga
tidak sanggup menghasilkan tindakan bersama dan pengaruh yang lama.
Sejumlah kritikus lain juga mempesoalkan masalah metodologi yang
digunakan oleh psikologi humanistik. Mereka tidak yakin jika psikologi
humanistik memiliki metodologi-perangkat, teknik-teknik, dan prosedur-prosedur
yang memadai untuk menyelidiki masalah-masalah yang seharusnya diselidiki di
atas basis empiris.
BAB III
TANYA JAWAB
Daftar Pertanyaan :
1.
Behaviorisme
Psikologi Fungsionalisme
Psikologi Modern
Neo Psikoanalisa
Psikoanalisa
Psikologi Timur
Psikologi Gestalt
Jawaban
1.
Sebab menurut Maslow lebih lebih penting mengamati tingkah laku yang
nampak pada manusia daripada keempirisan suatu metode. Kepribadian
tidak akan bisa mendukung dan mempercayai kegunaan metode intropeksi
untuk memahami tingkah laku individu sebelum dia berpikir dan percaya
bahwa individu itu membuat laporan mengenai tingkah lakunya secara sadar
dan rasional.
2.
Menurut rogers seorang terapis harus genuine dan tidak bersembunyi dibalik
perilaku defensif. Mereka harus membiarkan klien memahami perasaannya
sendiri. Terapis juga harus berusaha memahami dunia klien. Terapis juga
harus bisa membuat klien merasa nyaman dalam proses terapi. Menurut
Rogers, klien datang kepada konselor dalam keadaan tidak selaras, yakni
terdapat ketidakcocokan antara persepsi diri dan pengalaman dalam
kenyataan. Pada mulanya, klien boleh jadi mengharapkan terapis akan
menyediakan jawaban-jawaban dan pengarahan atau memandang terapis
sebagai seorang ahli yang bisa menyediakan pemecahan-pemecahan ajaib.
Hal-hal yang mendorong klien untuk menjalani terapi mungkin adalah
perasaan tidak berdaya, tidak kuasa dan tidak berkemampuan untuk
membuat keputusan-keputusan untuk mengarahkan hidupnya sendiri secara
efektif. Klien mungkin berharap menemukan jalan melalui pengajaran dari
terapis . bagaimanapun, dalam kerangka client centered klien dengan segera
belajar bahwa ia bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan bahwa dia bisa
belajar lebih bebas untuk memperoleh pemahaman diri yang lebih besar
melalui hubungan dengan terapis.
3.
Teori dan terapi Viktor Frankl lahir dari pengalamannya selama menjadi
tawanan di kamp konsentrasi Nazi. Di sana, ia menyaksikan banyak orang
yang mampu bertahan hidup atau mati di tengah siksaan. Hingga akhirnya
dia menganggap bahwa mereka yang tetap berharap bisa bersatu dengan
orang-orang yang dicintai, punya urusan yang harus diselesaikan di masa
depan, punya keyakinan kuat, memiliki kesempatan lebih banyak daripada
yang kehilangan harapan. Frankl menamakan terapinya dengan logoterapi,
dari kata Yunani, logos, yang berarti pelajaran, kata, ruh, Tuhan atau
makna. Frankl menekankan pada makna sebagai pegertian logos. Bila Freud
dan Addler menekankan pada kehendak pada kesenangan sebagai sumber
dorongan. Maka, Frankl menekankan kehendak untuk makna sebagai
sumber utama motivasi.
4.
4.
1.
2.
Daftar Pustaka:
Schultz, DP & Sydney E. Schultz. (2001). History of Modern Psychology Seventh
Edition. Belmont: Thomson Learning.
Brennan, JF. (2003). History and System of Psychology. Ney Jersey: Prentice Hall.
Struktur kepribadian
Id : berisi impuls-impuls yang dibawa sejak lahir. Impuls itu ada yang bersifat positif
dan negatif, contohnya ; amoral, kenikmatan (libido), empati, cinta.
Ego : ego menjadi pusat pengatur tingkah laku, merencanakan tingkah laku secara sadar,
dan mencari peluang untuk memperoleh kepuasan id yang positif.
Superego : sebagai internalisasi nilai-norma-moral kultural yang terus berkembang
sepanjang hayat dan merefleksi pengalaman manusia menjadi lebih dewasa.
Unit-unit tingkah laku
1. Proseding
Adalah sepenggal waktu yang cukup untuk menyelesaikan pola-pola penting dari
tingkah laku yang dinamis. Dengan kata lain proseding dapat diartikan sebagai suatu
tujuan yang bervariasi untuk masa depannya yang telah direncanakan sedemikian rupa
dengan target waktu yang telah ditentukan.
2. Serial
Adalah gabungan-gabungan proseding yang bervariasi untuk menuju pada tujuan utama.
Contohnya ; ingin menjadi psikolog, maka prosedingnya harus melalui tahapan belajar,
mengikuti pelatihan, dll.
Ordinasi, Abilitas, dan Prestasi
1. Ordinasi adl proses mental yang digunakan merencanakan suatu tindakan dalam
mencapai tujuan yang diharapkan dan telah menempatkan pilihan rencana itu kedalam
sebuah tatanan yang teratur. Ordinasi memiliki 2 komponen ;
program serial
penyusunan secara teratur atas sub-sub tujuan yang merentang ke arah masa depan
dalam iangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan akhir yang diharapkan.
Jadwal
sarana-sarana untuk mereduksikan konflik di antara kebutuhan-kebutuhan dan objekobjek yang saling bersaing dengan melakukan peng aturan mana tindakan atau tujuan
yang harus segera dilakukan atau yang dapat ditunda.
2. Abilitas dan prestasi adalah kemampuan dan ketrampilan, dan intelektual . Jadi
abilitas dan prestasi merupakan bagian kepribadian yang penting sebagai kualitas diri
yang dimiliki oleh orang yang berbeda-beda.
Dinamika Kepribadian
1. Peredaan tegangan
2. Kebutuhan
3. Konsep tekanan-elaborasi
Perkembangan kepribadian
2. Oral complex
Ada tiga variasi :
1. The oral succorance complex (kombinasi dari aktivitas mulut,
kecenderungan pasif, kebutuhan untuk dibantu dan dilindungi Need
for oral gratification, drinking, dependency
2. The oral aggression complex (kombinasi dari kompleks oral dengan
aktivitas agresi dalam bentuk mengigit, meludah, membentak, atau
bentuk agresi verbal) Aggressive needs, problems with authority,
stuttering
3. The oral rejection complex (mencakup muntah, pilih-pilih makanan,
dsb) Low need for food, need to reject, need for seclusion &
autonomy
3. Anal complex
Ada dua jenis :
1. anal rejection complex (senang dengan defekasi, senang dengan
kotoran atau barang yang mirip dengan kotoran) Need for
aggression, disorder, autonomy
2. anal retention complex (tingkah laku retentif, menimbun,
mengumpulkan sesuatu) Need for order, possessiveness,
cleanliness
4. Urethral complex
Ambisi yang berlebihan, kerusakan sistem self, ngompolan, sangat mencintai diri sendiri
Cathexis for fire, craving for immortality, narcissism. Disebut juga dengan Icarus
Complex.
5. Castration complex
Kurang setuju dengan castration anxiety-nya Freud. Murray menjelaskan dengan lebih
sederhana yaitu fantasi bahwa penis mungkin akan dipotong. Ketakutan berkembang
dari masturbasi di usia anak yang diikuti dengan hukuman dari orang tua.
b. Perkembangan kebutuhan berprestasi
Orang yang berprestasi tinggi berbeda dengan orang yng berprestasi rendah. Perbedaan
tersebut dapat di pengaruhi oleh ; pola pengasuhan anak dan Hubungan anak dg orang
tua atau lingkungannya. 7 ciri memiliki prestasi tinggi :
1. Lebih kompetitif
2. Lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilannya sendiri
3. Senang menetapkan tujuan yang menantang tetapi tetap realistik
4. Memilih tugas yang tingkat kesulitannya cukupan, yang tidak pasti apakah
bisadiselesaikan
5. Senang dengan kerja interprenur yang beresiko tetapi cocok dengan kemampuannya
6. Menolak kerja rutin
7. Bangga dengan pencapaian dan mampu menunda untuk memperoleh kepuasan yang
lebih besar, berprestasi di sekolah
c. Determinan perkembangan
Kepribadian adlah hasil kolaborasi antara proses kemasakan genetik dan faktor empirik.
Kemasakan genetik disini adalah proses fisiologis yang dikendalikan oleh otak, genetik
bersifat fundamental dibawa sejak lahir. Sedangkan empirik adalah proses interaksi
individu dengan lingkungannya ; melalui proses belajar pada lingkungan.
1. Determinan kemasakan genetik adalah di mana seorang individu melalui tahapan
sesuai dengan tahapan kritisnya pada usia tertentu.
Ex : tahap kritis seorang anak belajar berjalan
2. Determinan keanggotaan kelompok adalah kelompok atau lingkungan sosial
mempengaruhi kepribadian individu.
Ex : keluarga, ras, bangsa, politik, agama, sosio ekonomi.
3. Determinan peran adalah sebagaimana peran yang dijalani oleh individu ;profesi.
Ex : Peran sebagai guru
4. Determinan situasi dapat diartikan juga sebagai pengalaman empirik yang dialami
individu . Pengalaman itu bisa terjadi berulang kali/setiap hari (ex : hubungan dengan
keluarga, teman) dan pengalaman yang hanya terjadi sekali (ex : kehilangn suami yang
dicintainya ).
d. Belajar
Adalah hasil dari belajar terhadap pengalamannya yang dapat menentukan seseorang
untuk bertindak pada peristiwa berikutnya. Faktor genetik potensi genetik seseorang
(otak) berinteraksi dengan peristiwa yang pernah ia alami sebelumnya akan menentukan
apa yang akan di pelajari pada waktu berikutnya.
Psikologiuhuy's Blog
Entri (RSS)
Komentar (RSS)
Beranda
About
anak berbakat
Tehnik Psikoterapi islam
Henry Alexander Murray dilahirkan di New York pada tanggal 13 Mei 1893 dan meninggal
pada tahun 1988. Sama seperti pandangan psikoanalisa, Henry Murray juga berpendapat
bahwa kepribadian akan dapat lebih mudah dipahami dengan cara menyelidiki alam
ketidaksadaran seseorang (unconscious mind). Murray menjadi professor psikologi di
Harvard University dan mengajar disana lebih dari 30 tahun.
Peranan Murray di bidang psikologi adalah dalam bidang diagnosa kepribadian dan teori
kepribadian. Hasil karya terbesarnya yang sangat terkenal adalah teknik evaluasi kepribadian
dengan metode proyeksi yang disebut dengan Thematic Apperception Test (TAT). Test TAT
ini terdiri dari beberapa buah gambar yang setiap gambar mencerminkan suatu situasi dengan
suasana tertentu. Gambar-gambar ini satu per satu ditunjukkan kepada orang yang diperiksa
dan orang itu diminta untuk menyampaikan pendapatnya atau kesannya terhadap gambar
tersebut. Secara teoritis dikatakan bahwa orang yang melihat gambar-gambar dalam test itu
akan memproyeksikan isi kepribadiannya dalam cerita-ceritanya. (www.wikipedia.com).
a. Teori Personologi.
Murray berpandangan bahwa manusia harus difahami sebagai kesatuan pribadi yang utuh.
Sebagian tingkah laku manusia harus difahami dari hubungannya dengan fungsi lainnya,
seperti lingkungan, pengalaman masa lalu, ketidak sadaran dan kesadaran, serta fungsi
otaknya. Kesemuanya itu harus ditangkap secara keseluruhan agar dapat difahami makna dari
proses kepribadian seseorang. Teori kepribadian memang memberi hukum-hukum yang
mungkin berlaku umum bagi setiap orang, namun pemahaman tentang diri seseorang harus
didilakukan secara personal. Berdasarkan pemikiran inilah ia menamakan teorinya
personologi untuk menekankan bahwa psikologi kepribadian seharusnya
mengkonsentrasikan diri pada kasus individual: pribadi.
Teori ini terfokus pada individu-individu dengan seluruh kompleksitasnya dan segi
pandangan ini diringkaskan dengan istilah personologi, yang diciptakan oleh Murray (1983),
untuk memberi label bagi usaha-usahanya sendiri dan usaha orang lain yang memiliki
keprihatinan mendalam untuk memahami individu secara penuh. Secara konsisten Muray
menekankan kualitas organic tingkah laku dengan menyatakan bahwa satu bagian tingkah
laku tidak dapat dipahami terlepas dari semua bagian lainya dalam pribadi yang berfungsi.
Masa lampau individu benar-benar sama pentingnya seperti keadaan individu beserta
lingkungannya di masa kini. Kesamaan teori ini dengan teori psikoanalisis adalah penekanan
tentang pentingnya motivasi tak sadar dan perhatian yang mendalam pada laporan verbal
individu yang bersifat subjektif termasuk khayalannya. Dalam banyak hal, ciri yang paling
khusus dari teori ini adalah pembahasannya sangat terinci dan sangat seksama tentang
motivasi. Bagan konsep motivasi Muray telah digunakan secara luas dan sangat berpengaruh.
Ciri khusus selanjutnya dari teori ini adalah tekanan yang konsisten pada proses fisiologis
yang terjalin secara fungsional, yang mengiringi semua proses psikologis.
Menurut Murray (Lindzey, 1993), kepribadian adalah abstraksi yang dirumuskan oleh
teoritisi dan bukan semata-mata deskripsi tingkah laku orang, karena rumusan itu didasarkan
pada tingkah laku yang dapat diobservasi dan factor-faktor yang dapat disimpulkan dari
observasi itu. Prinsip-prinsip pokok dasari teori kepribadian Murray adalah:
1. Proses Psikologis bergantung kepada proses fisiologis. Bagi Murray kepribadian muthlak
tergantung kepada fungsi system syaraf. Peran otak untuk mengontrol dan memproses semua
aspek kepribadian yang eksis di otak seperti perasaan, kesadaran, ingatan, keyakinan, sikap,
ketakutan, niali-nilai, dan aspek-aspek lainnya disebut regnant.
2. prinsip mencakup semua hal (all-embarcing principle): kepribadian dalam konsep yang
dapat menjelaskan tingkah laku. Para Freudian berpendapat bahwa orang bertingkah laku
untuk menghilangkan tegangan dan mendapatkan kepuasan, tetapi menurut Murray, bukan
bebas tanpa tegangan yang diinginkan dan yang memuaskan organisme. Kepuasan itu
diperoleh dari melakukan aktivitas, proses mengurang tegangan atau mengubah tingkat
kebutu3han tegangan (need-induced tension). Keadaan tanpa tegangan justru menjadi sumber
distress, karena manusia terus-menerus memiliki keinginan merasa senang, aktif, maju,
bergerak dan berusaha, yang smuanya itu adalah peningkatan tegangan, bukan peredaan
tegangan. Jadi organisme justru menciptakan tegangan untuk memperoleh kepuasan dari
atiivitas memuaskan kebutuhan.
3. organisasi longitudinal, yaitu anggapan bahwa terdapat pusat yang mengorganisir dan
mengatur proses dalam diri individu,proses yang fungsinya untuk mengintegrasikan kekuatan
yang sling bertentangan yang dihadapi individu, memuaskan kebutuhan individu, dan
merencanakan pencapaian tujuan individu.
b. Struktur Kepribadian
Cara Muray merumuskan kepribadian menunjukkan bahwa ia sangat berorientasi pada
pandangan yang memberi bobot memadai pada sejarah organisme, fungsi kepribadian yang
bersifat mengatur, ciri-ciri berulang dan baru pada tingkah laku individu, hakikat kepribadian
yang abstrak dan proses fisiologis yang mendasari proses psikologis.
Id-Ego-Superego
Murray sebenarnya juga seorang psikoanalis, pelopor penelitian fikiran-fikiran psikoanalitik
yang berusaha menerjemahkan konsep-konsep Freud dan Jung kedalam hypothesis yang
dapat diuji. Menurut Murray (Alwisol:2007), masa lalu, masa kini dan masa yang akan dating
memiliki bobot yang setara untuk menentukan tingksh laku, sehingga motivasi tak sadar
menjadi tidak terlalu penting. Ia masih memakai konstruk Id-Ego-Superego, meskipun
dengan pengertian yang berbeda, yaitu:
1. Id, Murray menambahkan dari teori freud tentang id, bahwa menurutnya id tidak hanya
berisi impulsive primitif, amoral, dan kenikmatan, tetapi juga berisi impuls yang dapat
diterima baik dan diharapkan masyarakat seperti empati,cinta dan memahamui lingkungan.
2. Ego, Murray memberi peran ego lebih luas dari freud. Menurutnya sebagai unsure rasional
dari kepribadian, ego bukan hanya melayani, mengubah arah, dan menunda impuls id yang
tak terima, tetapi ego juga menjadi pusat pengatur semua tingkah laku, mencari membuat
peluang untuk memperoleh kepuasan id positif.
3. superego, Murray menekankan pada pentingnya pengaruh kekuatan lingkungan social atau
kultur dalam kepribadian. Ia menolak pendapat freud bahwa superego telah terkristalisali
pada usia 5 tahun. Menurutnya superego terus-menerus berkembang sepanjang hayat
merefleksikan pengalaman manusia yang semakin dewassa semakin kompleks dan canggih.
Penting untuk diperhatikan bahwa konsepsi Muray tentang superego dan ego ideal
memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi perubahan dan perkembangan dalam tahun
sesudah masa kanak-kanak. Muray menekankan pembentukan-pembentukan kepribadian
yang lebih positif. Ia yakin bahwa ada proses formatif dan konstruktif yang tidak hanya
berguna bagi kelangsungan hidup, tetapi juga memiliki energi, tujuan dan pemenuhanpemenuhannya sendiri. Imajinasi yang kreatif merupakan aspek kepribadian yang paling kuat
dan merupakan aspek yang kerapkali paling sedikit diberi kesempatan untuk berkembang.
c. Dinamika Kepribadian
Teori Murray yang paling khas dalam Psikologi adalah tentang perjuangan, pencarian,
keinginan, hasrat dan kemauan manusia. Kebanyakan orang menganggap teori dari Murray
merupakan teori motivasi atas dasar adanya konsep kebutuhan. Konsep kebutuhan yang
dimaksud Murray yaitu menggambarkan factor-faktor penentu tingkah laku penting dalam
pribadi.
Dalam membahas teori Murray, konsep kebutuhan merupakan pembahasan pertama,
selanjutnya adalah tekanan, reduksi tegangan, tema, integrasi kebutuhan, tema kesatuan dan
regnansi lalu konsep tentang nilai dan faktor.
Murray menyatakan bahwa kebutuhan merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi berkaitan
dengan proses-proses fisiologis dalam otak. Beberapa kebutuhan dibarengi oleh emosi-emosi
tertentu dan seringkali dibarengi oleh tindakan tertentu untuk menghasilkan keadaan akhir
yang efektif.
Murray menyatakan bahwa adanya kebutuhan dapat disimpulkan dari:
a) akibat atau hasil akhir tingkah laku
b) pola atau cara khusus tingkah laku yang bersangkutan
c) perhatian dan respon selektif terhadap kelompok objek stimulus tertentu
d) ungkapan emosi atau perasaan tertentu
e) kekecewaan apabila tidak tercapai sesuatu yang diinginkan
Tipe-tipe kebutuhan
Ada beberapa hal yang penting untuk membedakan aneka tipe kebutuhan, diantaranya:
1) ada perbedaan antara kebutuhan-kebutuhan primer dan kebutuhan-kebutuhan sekunder.
2) Ada perbedaan antara kebutuhan-kebutuhan terbuka dan kebutuhan-kebutuhan tertutup.
3) Ada kebutuhan yang memusat dan kebutuhan yang menyebar.
4) Ada kebutuhan proaktif dan kebutuhan reaktif.
5) Terdapat perbedaan antara kegiatan proses, kebutuhan-kebutuhan modal dan kebutuhankebutuhan akibat
Kebutuhan-kebutuhan itu tidak dapat bekerja sendiri-sendiri dan bentuk interaksi antara
kebutuhan yang satu dengan yang lain sangat penting.
Tekanan
Konsep tekanan menggambarkan factor-faktor penentu tingkah laku yang efektif dan penting
dalam lingkungan. Maksudnya orang yang memudahkan atau menghalangi usaha individu
untuk mencapai tujuan tertentu.
Reduksi tegangan
Sama seperti freud, Secara umum Murray berpendapat bahwa manakala bangkit need, orang
berada dalam tension, dan kepuasanlah yang mereduksi tension. Murray menambahkan dua
hal. Pertama, orang sering secara aktif berusaha mengembangkan atau meningkatkan tension
dalam rangka meningkatkan kenikmatan yang mengikuti tension reducsion. Kedua, pada
jenis need tertentu, seperti hal yang terlibat dengan permainan drama atau aktivutas artistic,
kesenangan yang membarengi kegiatan itu termasuk dalam pemuasan need. Jadi kepuasan
tidak hanya diperolehdari tercapinya tujuan, tetapi terlibat dalam suatu aktivitas, tidak peduli
tension menjadi turun atau malah naik, dapat memberi kepuasan.
Tema
Tema menyangkut interaksi antara kebutuhan dan tekanan. Ada macam-macam tema, mulai
dari perumusan yang sderhana tentang interaksi subjek sampai pada perumusan yang lebih
umum.
Integrasi kebutuhan
Integrasi kebutuhan adalah kebutuhan untuk mengadakan bentuk interaksi tertentu dengan
tipe orang atau objek tertentu.
Tema kesatuan
tema kesatuan pada hakikat nya merupakan kesatuan antara kebutuhan dan tekanan yang
berhubungan dan diperoleh dari pengalaman kanak-kanak dan yang memberikan arti serta
kesatuan pada bagian terbesar tingkah laku individu.
Regnan
proses regnan adalah proses fisiologis yang mengikuti proses psikologi yang dominant.
Nilai dan Vektor
Nilai dan factor merupakan gambaran akhir dari tingkah laku. Sedangkan vector merupakan
kecenderungan bertindak. Murray mengelompokkan vector menjadi sebelas vector.
Perkembangan kepribadian
Kompleks-kompleks anak-anak
Teori Murray mengenai perkembangan kepribadian bersifat longitudinal, menekankan pada
perkembangan sejarah individu. Pendekatannya mirip teori freud, dengan elaborasi dan
perluasan yang lebih komprehensif.
Murray membagi masa anak-anak menjadi lima tahapan, masing-masing ditandai oleh
kondisi kepuasan yang dipengaruhi oleh tuntutan lingkungan dan memberi kesan yang
mengarahkan tingkah laku pada perkembangan berikutnya.
Lima kondisi tahapan perkembangan anak dan kompleks yang terlibat, adalah:
a) Kompleks Klaustral
b) Kompleks Oral
c) Kompleks Anal
d) Kompleks Uretral
e) Kompleks Kastrasi
Bagi Murray kepribadian adalah hasil akumulasi interaksi antara proses kematangan genetic
dengan factor empiric. Ini karena dua hal, pertama kepribadian berhubungan dengan struktur
dan fungsi otak. Kedua, semua tingkah laku merupakan proses interaksi antara orang dengan