Anda di halaman 1dari 25

dewi-dewi

Just another Blog.com site

Skip to content

Home

About

Hello world!

TEORI KEPRIBADIAN CARL ROGERS


Posted on December 15, 2010 by dewi
BAB I
RESUME TEORI
HOLISM AND HUMANISM: CARL ROGERS
Rogers adalah seorang psikoterapist yang melibatkan peneliti kedalam sesi terapi (memakai
tape recorder) yang pada tahun 1940an membuka sesi klien yang masih tabu dicermati oleh
orang lain. Dengan cara itu orang mulai belajar tentang hakekat psikoterapi dan proses
beroperasinya. Model terapi yang dikembangkan oleh Rogers lebih dikenal dengan sebutan
client centered.
Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik ini adalah pembaharuan karena
mengasumsikan posisi yang sejajar antara terapis dan pasien (dalam konteks ini pasien
disebut klien). Hubungan terapis-klien diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien
diberikan diperlakukan sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan
bertanggungjawab atas keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien mengenali
masalahnya, dirisnya sendiri sehingga akhrinya dapat menemukan solusi bagi dirinya sendiri.
Menurut rogers seorang terapis harus genuine dan tidak bersembunyi dibalik perilaku
defensif. Mereka harus membiarkan klien memahami perasaannya sendiri. Terapis juga harus
berusaha memahami dunia klien. Terapis juga harus bisa membuat klien merasa nyaman
dalam proses terapi. Rogers memandang proses terapeutik sebagai model dari hubungan

interpersonal, hal inilah yang mendasari ia memformulasikan teori tentang hubungan


interpersonal yang diringkas sebagai berikut:
a.

Minimal dua orang yang bersedia terjadinya kontak.

b.

Masing-masing mampu dan bersedia untuk menerima komunikasi dari yang lainnya.

c.

Berhubungan terus menerus dalam beberapa jangka waktu.

Menurut Rogers, klien datang kepada konselor dalam keadaan tidak selaras, yakni terdapat
ketidakcocokan antara persepsi diri dan pengalaman dalam kenyataan. Pada mulanya, klien
boleh jadi mengharapkan terapis akan menyediakan jawaban-jawaban dan pengarahan atau
memandang terapis sebagai seorang ahli yang bisa menyediakan pemecahan-pemecahan
ajaib. Hal-hal yang mendorong klien untuk menjalani terapi mungkin adalah perasaan tidak
berdaya, tidak kuasa dan tidak berkemampuan untuk membuat keputusan-keputusan untuk
mengarahkan hidupnya sendiri secara efektif. Klien mungkin berharap menemukan jalan
melalui pengajaran dari terapis . bagaimanapun, dalam kerangka client centered klien dengan
segera belajar bahwa ia bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan bahwa dia bisa belajar
lebih bebas untuk memperoleh pemahaman diri yang lebih besar melalui hubungan dengan
terapis.
THE SELF
Carl Rogers mendeskripsikan the self sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana
setiap individu melihat dirinya sendiri. Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah
self, sehingga dapat dikatakan self merupakan satu-satunya sruktur kepribadian yang
sebenarnya. Self ini dibagi 2 yaitu : Real Self dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri
individu saat ini, sementara Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh
individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut. Perhatian Rogers yang
utama adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen.
Self atau konsep self adalah konsep menyeluruh yang ajeg dan terorganisir tersusun dari
persepsi ciri-ciri tentang I atau me (aku sebagai subyek atau aku sebagai obyek) dan
persepsi hubungan I atau me dengan orang lain dan berbagai aspek kehidupan, berikut
nilai-nilai yang terlibat dalam persepsi itu. Konsep self menggambarkan konsepsi orang
tentang dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Konsep self
juga menggambarkan pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai perannya dalam
kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Menurut Rogers, organisme memiliki satu kekuatan pendorong tunggal mendorong
aktualisasi diri dan satu gol tunggal dalam hidup untuk menjadi diri yang
teraktualisasikan. Pengalaman dinilai apakah dapat member kepuasan atau tidak, mula-mula
secara fisik namun kemudian berkembang menjadi kepuasan emosional dan sosial. Akhirnya
konsep self itu mencakup gambaran siapa dirinya, siapa seharusnya dirinya dan siapa
kemungkinan dirinya. Kesadaran memiliki konsep dir kemudian mengembangkan
penerimaan positif.

Sebagaimana ahli humanistik umumnya, Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian


pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri
dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi cirri seluruh manusia. Aktualisasi
diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan
cirri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
1. Penerimaan Positif (Positive Regard). Orang merasa puas menerima regard positif,
kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence). Organisme berfungsi
untuk memelihara konsistensi (keajegan = keadaan tanpa konflik ) dari persepsi diri, dan
kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan pengalaman.
3. Aktualisasi Diri (Self Actualization). Freud memandang organisme sebagai sistem energi,
dan mengembangkan teori bagaimana energi psikik ditimbulkan, ditransfer dan disimpan.
Rogers memandang organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan
untuk mereduksi tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar
organisme untuk aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan
diri (enhancement).
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan dan tidak melakukan riset
jangka panjang yang mempelajari hubungan anak dengan orangtuanya. Namun ia yakin
adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami mendorong proses organism
menjadi semakin kompleks, ekspansi, otonom, sosial dan secara keseluruhan semakin
aktualisasi diri. Struktur self menjadi bagian terpisah dari medan fenomena dan semakin
kompleks. Self berkembang secara utuh keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagiannya.
Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif dan penyaringan tingkah laku
yang disadari agar tetap konruen dengan struktur self.
Contoh sederhana dapat dilihat sebagai berikut: seorang gadis kecil yang memiliki konsep
diri bahwa ia seorang gadis yang baik, sangat dicintai oleh orangtuanya, dan yang terpesona
dengan kereta api kemudian menungkapkan pada orang tuanya bahwa ia ingin menjadi
insinyur mesin dan akhirnya menjadi kepala stasiun kereta api. Orang tua gadis tersebut
sangat tradisional, bahkan tidak mengijikan ia untuk memilih pekerjaan yang diperutukan
laki-laki. Hasilnya gadis kecil itu mengubah konsep dirinya. Dia memutuskan bahwa dia
adalah gadis yang tidak baik karena tidak mau menuruti keinginan orang tuanya. Dia
berfikir bahwa orang tuanya tidak menyukainya atau mungkin dia memutuskan bahwa dia
tidak tertarik pada pekerjaan itu selamanya.
Beberapa pilihan sebelumnya akan mengubah realitas seorang anak karena ia tidak buruk dan
orangtuanya sangat menyukai dia dan dia ingin menjadi insinyur. Self image dia akan keluar
dari tahapan pengalaman aktualnya. Rogers berkata jika gadis tersebut menyangkal nilai-nilai
kebenarannya dengan membuat pilihan yang ketiga menyerah dari ketertarikannya dan
jika ia meneruskan sesuatu sebagai niali yang di tolak oleh orang lain, dirinya akan berakhir
dengan melawan dirinya sendiri. Dia akan merasa seolah-olah dirinya tidak mengetahui
dengan jelas siapa dirinya sendiri dan apa yang dia inginkan, maka ia akan berkepribadian
keras, tidak nyaman,

Jika penolakan menjadi style, dan orang tidak menyadari ketidaksesuaian dalam dirinya maka
kecemasan dan ancaman muncul akibat dari orang yang sangat sadar dengan ketidaksesuaian
itu. Sedikit saja seseorang menyadari bahwa perbedaan antara pengalaman organismik
dengan konsep diri yang tidak muncul ke kesadaran telah membuatnya merasakan
kecemasan. Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan ketidaknyamanan atau
ketegangan yang sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin menyadari ketidaksesuaian
antara pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah menjadi ancaman terhadap
konsep diri yang sesuai. Kecemasan dan ancaman yang menjadi indikasi adanya
ketidaksesuaian diri dengan pengalaman membuat orang berada dalam perasaan tegang yang
tidak menyenangkan namun pada tingkat tertentu kecemasan dan ancaman itu dibutuhkan
untuk mengembangkan diri memperoleh jiwa yang sehat.
TEKNIK RISET
Rogers menjadi pelopor riset ilmiah dalam konseling dan psikoterapi. Pendekatan yang
dipakainya antara lain content analysis, rating scale, dan Q-techniques. Analisis isi (content
analysis) adalah prosedur menganalisis verbalisasi klien (merekam, mengklasifikasi,
menghitung pernyataan klien) untuk menguji berbagai hipotesis atau proposisi tentang
hakekat kepribadian, atau meneliti perubahan konsep diri yang terjadi dalam terapi. Skala
rating (rating scale) dipakai untuk meneliti kualitas hubungan terapi. Rating dilakukan oleh
klien secara bebas menurut apa yang dirasakannya. Q-tecniques adalah model asesmen untuk
meneliti pandangan orang tentang dirinya sendiri. Q-sort atau Q-tecniques adalah self rating,
sehingga mungkin sekali timbul defensiveness; usaha tampil yang dapat diterima, yang baik,
dimata dirinya sendiri dan orang lain.
Tingkah Laku Bertahan (Defensiveness)
Tingkah laku bertahan yang dipakai untuk menangani inkongruen, dapat efektif atau tidak
efektif. Deskripsinya mirip dengan mekanisme pertahanan dari freud. Rogers hanya
mengklasifikasikan dua tingkah laku bertahan, yakni distorsi dan denial. Termasuk dalam
distorsi adalah kompulsi, kompensasi, rasionalisasi, fantasi dan proyeksi sebagai berikut:
1. Distorsi: pengalaman diinterpretasi secara salah dalam rangka menyesuaikan dengan
aspek yang ada dalam konsep self. Orang mempersepsi pengalaman secara sadar tetapi gagal
menangkap (tidak menginterpretasi) makna pengalaman yang sebenarnya. Distorsi dapat
menimbulkan bermacam difense dan tingkah laku salah suai.
2. Denial: orang menolak menyadari suatu pengalaman, atau paling tidak menghalangi
beberapa bagian dari pengalaman untuk disimbolisasi. Pengingkaran itu dilakukan terhadap
pengalaman yang tidak kongruen dengan konsep diri, sehingga orang terbebas dari ancaman
ketidakharmonisan diri.
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
Carl Ransom Rogers (1961), seorang tokoh utama dalam penciptaan psikologi humanistik,
membangun teori dan praktek terapinya di atas konsep tentang pribadi yang berfungsi
penuh yang sangat mirip dengan orang yang mengaktualkan diri yang dikemukakan oleh
Maslow. Rogers mempercayai dapat dipercayanya sifat manusia dan memandang gerak ke

arah berfungsi penuh sebagai suatu kebutuhan dasar. Menurut Rogers, apabila manusia
berfungsi secara bebas, maka dia akan bersifat konstruktif dan dapat dipercaya.
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang
disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya,
pendekatan client-centered adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang
menggarisbawahi tindakan pengalaman klien yang subjektif dan fenomenalnya.
Carl R. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi yang dikembangkannya,
yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di
kalangan pendidikan, bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang
asumsinya bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif,
heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333). Pendekatan Fenomenologi dari Carl
Rogers konsisten menekankan pandangan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat dipahami
dari bagaimana dia memandang realita hidup secara subyektif (subyektif experience of
reality).
Pendekatan ini juga berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan
nasibnya sendiri, hakekat yang terdalam dari manusia adalah sifatnya yang bertujuan, dapat
dipercaya, dan mengejar kesempurnaan diri (purposive, trusthworthy, self-perfecting). Carl
Rogers orang yang pertama melibatkan penelitian kepada sesi terapi (memakai tape recorder).
Dengan cara itu orang mulai belajar mengenai hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya.
Teori Rogers didasarkan pada suatu daya hidup yang disebut kecenderungan aktualisasi.
Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap
diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin.
Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa
yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan
atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk
udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
Pandangan client centered tentang sifat manusia menolak konsep tentang kecenderungankecenderungan negative dasar. Sementara beberapa pendekatan beranggapan bahwa manusia
menurut kodratnya adalah irasional dan berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain kecuali jika telah menjalani sosialisasi. Rogers menunjukan
kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia terisolasi dan bergerak
ke muka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya
yang terdalam.
Pandangan tentang manusia yang mositif ini memiliki implikasi implikasi bahwa individu
memiliki kesanggupan yang inheren untuk menjauhi maladjustment menuju keadaan
psikologis yang sehat. Model client centered yang dikemukakan oleh Rogers ini menolak
konsep yang memandang konselor sebagao otoritas yang mengetahui apa yang terbaik bagi
klien dan yang memandang klien sebagai manusia pasif yang hanya mengikuti perintah
konselor tetapi berakar pada kesanggupan klien untuk sadar dan membuat keputusannya
sendiri.
Struktur Kepribadian

Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, dan ada tiga
konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme, Medan fenomena, dan Self.
1.

Organisme. Pengertian organisme mencakup tiga hal:

v Mahkluk hidup. Organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya
dan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap
saat, yakni persepsi seseorang tentang kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia eksternal.
v Realitas Subyektif. Organisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya.
Realita adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
v Holisme. Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian
akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan,
yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2.
Medan Fenomena. Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang
internal maupun eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini
merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di
dunia,sebagaimanapersepsisubyektifnya.
3.
Self (Diri). Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya
adalah:
a.

Terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu.

b.

Bersifat integral dan konsisten.

c.

Menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman.

d.

Dapat berubah karena kematangan dan belajar.

Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata
mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya
tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan
bertanggung jawab di dalamnya. Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat
memberikan respon secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima.
Semua orang tidak bisa melepaskan subjektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri
tidak tahu dunia itu secara objektif. Rogers juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam
tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa
depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang
menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
BAB III
IMPLIKASI BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING
Teori Carl Ransom Rogers memberikan implikasi bagi bimbingan dan konseling. Tujuan
dasar dari teori yang dikemukakan oleh Carl R Rogers (client centered) adalah menciptakan

iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang
berfungsi penuh. Peran konselor client-centered berakar pada cara-cara keberadaannya dan
sikap-sikapnya, bukan pada penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan
klien berbuat sesuatu sehingga klien bisa menghilangkan pertahanan-pertahanan dan
persepsi-persepsinya yang kaku serta mampu bergerak menuju taraf fungsi pribadi yang lebih
tinggi. Sofyan Willis (2009) dalam bukunya yang berjudul Konseling Keluarga menguraikan
implikasi teori yang dikemukakan Carl Ransom Rogers bagi bimbingan dan konseling
sebagai berikut:
1.

Tujuan Konseling

Terapi terpusat pada klien yang dikembangkan oleh Carl R Rogers pada tahun 1942 bertujuan
untuk membina kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai
kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur
kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai antara gambaran diri yang ideal (ideal-self)
dengan kenyataan diri sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri atas dasar
tanggung jawab dan kemampuan. Tidak bergantung pada orang lain. Sebelum menentukan
pilihan tentu individu harus memahami dirinya (kekuatan dan kelemahan diri) dan kemudian
keadaan diri tersebut harus ia terima.
Untuk mencapai tujuan ini diperlukan beberapa syarat yakni:
a.

Kemampuan dan keterampilan teknik konselor.

b.

Kesiapan klien untuk menerima bimbingan.

c.

Taraf intelegensi klien yang memadai.

2.

Proses Konseling

Berikut ini tahap-tahap konseling terapi terpusat pada klien.


a. Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri. Apabila klien datang atas suruhan
orang lain, maka konselor harus mampu menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif
dengan tujuan agar klien memilih apakah ia akan terus minta bantuan atau akan
membatalkannya.
b. Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien, untuk itu konselor
menyadarkan klien.
c. Konselor memberanikan klien agar mampu mengemukakan perasaannya. Konselor harus
bersikap ramah, bersahabat dan menerima klien sebagaimana adanya.
d.

Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya.

e.

Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya.

f.

Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan)

g.

Klien merealisasikan pilihannya itu.

3.

Teknik Konseling

Penekanan masalah ini adalah dalam hal filosofis dan sikap konselor ketimbang teknik, dan
mengutamakan hubungan konseling ketimbang perkataan dan perbuatan konselor.
Implementasi teknik konseling didasari oleh paham filsafat dan sikap konselor tersebut.
Karena itu teknik konseling Rogers berkisar antara lain pada cara-cara penerimaan
pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain dan memahaminya (klien). Karena itu
dalam teknik amat digunakan sifat-sifat konselor berikut:
a. Acceptance artinya konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan segala
masalahnya. Jadi sikap konselor adalah menerima secara netral.
b. Congruence artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan
dan konsisten.
c. Understanding artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati
dunia klien sebagaimana dilihat dari dalam diri klien itu.
d. Nonjudgemental artinya tidak member penilaian terhadap klien, akan tetapi konselor
selalu objektif.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol, (2009). Psikologi Kepribadian. UMM Press: Malang.
Corey, Gerald. (2009). Konseling dan Psikoterapi. Aditama:Bandung.
Hall, Calvin S. (1985). Introduction to theoris of personality. New York.
Willis, Sofyan. Prof. Dr. H. Konseling Keluarga. Alfabeta: Bandung

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.


Hello world!

Leave a Reply
Choose how to leave your comment

Name *

E-mail *

To prevent comment spam, you must verify you own your email address using Mozilla
Persona (Browserid) by clicking the green Sign In button.
Comment

dewi-dewi
Powered by Blog.com

Login

Create Blog

Random Blog

Report Blog

Home

About

Contact

Follow Me

Facebook

konselor sejati

Blog ini dibuat hanya semata-mata untuk menyelesaikan tugas teknologi informasi dalam
bimbingan dan konseling.

Rabu,
04
April
0
Comments

TEORI KONSELING ADLERIAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Adler merupakan salah satu teoris besar dalam psikologi kepribadian yang
telah

mengembangkan

Konseling

Adlerian

bersama

para

pengikutnya

berdasarkan teori psikologi individual Adler . Konsep-konsepnya revolusioner dan


menampilkan sisi kemanusiaan yang utuh dalam dialektikanya. Adler awalnya

merupakan anggota bahkan sebagai ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina yang


merupakan organisasi pengembang teori Freud, namun kemudian memisahkan
diri karena mengambangkan ide-ide dan konsepnya sendiri.
Konsep

yang

dikembangkan

oleh

Adler

memiliki

perbedaan

yang

substansial dengan teoris Freud. Adler yang berlatar belakang pendidikan dokter
kemudian mengembangkan suatu teori yang spesifik yang disebutnya psikologi
individual. Teori Adler ini sangat menekankan peranan ego dan kontekstualitas
sosial dalam gerak dinamika kehidupan manusia.
Dari beberapa sumber, diperoleh keterangan bahwa selama perang dunia
I, Adler bekerja sebagai dokter pada laskar tentara Austria dan sesudah perang,
dia tertarik pada bimbingan anak-anak dan mendirikan klinik bimbingan pertama
yang berhubungan dengan sistem aliaran Wina. Dia juga mendorong berdirinya
aliran eksperimental di wina yang menerapkan teorinya di bidang pendidikan
(Furtmuller, dalam Hall & Lindzey, 1993).

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 RIWAYAT HIDUP

Sebelum kita membahas lebih dalam tentang konseling Adlerian alangkah


baiknya kalau kita mengetahui dulu tentang riwayat hidup dari Alfred Adler.

Alfred Adler dilahirkan di Wina pada tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak
ketiga. Ayahnya adalah seorang pengusaha. Sewaktu kecil Adler

merupakan

anak yang sakit-sakitan. Ketika berusia 5 tahun dia nyaris tewas akibat
pneumonia. Pengalaman tidak menyenangkan berkaitan dengan kesehatan inilah
yang kemudian mendorong dirinya untuk menjadi dokter. Adler lulus sebagai
dokter dari Universitas Wina tahun 1895.
Adler memulai karirnya sebagai seorang optalmologis, tetapi kemudian
dirinya beralih pada praktik umum di daerah kelas bawah di Wina, sebuah
tempat percampuran tempat bermain dan sirkus sehingga banyak pasien-nya
yang pekerjaannya sebagai pemain sirkus. Kekuatan dan kelemahan para
pemain sirkus inilah yang mengilhami dia mengembangkan kosep tentang
inferioritas dan kompensasi.
Dari praktik umum kedokteran, Adler selanjutnya beralih pada psikiatri,
dan

pada

tahun

1907

dia

bergabung

dengan

kelompok

diskusi

Freud.

Kemampuan menonjol yang ada pada Adler menghantar dirinya menjadi ketua
Masyarakat Psikoanalisis Wina (Vienesse Analitic Society) dan ko-editor dari
terbitan organisasi ini.
Meskipun Adler oleh Freud dipercaya

untuk memimpin organisasi

psikoana-lisis bukan berarti Adler selalu sependapat dengan Freud. Dia berani
mengkritik pandangan-pandangan Freud. Perbedaan pandangan-pandangan
Adler dan Freud yang tidak bisa mencapai titik temu kemudian ditindak lanjuti
dengan perdebatan antara pendukung kedua tokoh tersebut yang berakhir
dengan keluarnya Adler bersama 9 orang pendukungnya dari organisasi
psikoanalisis. Mereka kemudia mendirikan organisasi yang mereka beri nama
The Society for Free Psychoanalysis pada tahun 1911 dan tahun berikutnya
organisasi ini namanya berubah menjadi The Society for Individual Psychology
(Boeree, 2005 : 149)

2.2 DEFINISI KONSELING ADLERIAN


Teori konseling Adlerian didasarkan pada teori psikologi individual yang
dikembangkan oleh Alfred Adler dan pengikut-pengikutnya. Adler pada awalnya
adalah murid Freud dan seorang psikoanalisis yang kemudian memisahkan diri
karena berbeda pendapat dengan Freud dalam beberapa hal. Salah satu
pandangan Freud yang tidak disetujui oleh Adler adalah peran aspek biologis dan

fisiologis sebagai determinan penting pada perilaku dan perkembangan manusia.


Meskipun Adler memiliki pandangan yang sama dengan Freud berkenaan dengan
pengalaman anak-anak sebagai determinan perkeembangan perila kemudian,
namun ia lebih memperluasnya dengan cara menambahkan determinan lain
seperti pengaruh konteks social, dinamika keluarga dan pengasuhan anak.
Dalam perkembangannya, teori ini disebut konseling Adlerian, yakni teori
yang dikembangkan oleh Adler bersama dengan pengikut-pengikutnya. Teori ini
menekankan pada keutuhan (unity) dan keunikan individual. Pemahaman
terhadap perilaku dan perkembangan manusia harus dimulai dengan memahami
tujuan dan dorongan-dorongan perilakunya, konstelasi keluarga, dan gaya
kehidupannya. Teori ini menekankan pada minat social dan tujuan hidup
manusia, serta pada analisis kesadaran. Berdasarkan karakteristik tersebut teori
Adlerian digambarkan sebagai bersifat socio-teleo-analytic.

2.3 PERSPEKTIF HISTORIS


Konseling Adlerian di kembangkan oleh Alfred Adler dan para pengikutnya
berdasarkan teori psikologi individual Adler. Pada awalnya Adler adalah murid
Freud yang kemudian memisahkan diri bersama- sama dengan murid Freud yang
lain, Carl G Jung, karena tidak sependapat dengan dengan beberapa konsep
teortik freud khususnya tentang seksualitas dan determinan biologis atau
genetik Jung sendiri juga mengembangkan suatu teori psikologi yang agak
berbeda dengan Freud, yang ia beri nama psikologi analitik. Antara teori Freud
dan Adler memiliki perbedaan dalam beberapa hal. Teori freud memusatkan
perhatian

pada

psikodinamika

individual

pada

individu-individu

neurotik,

sedangkan Adler lebih memusatkan perhatian pada bidang sosial dan politikdan
masyarakat umum.

Pandangan Adler menekankan pada kebulatan kepribadian ( unity of


personality ) yang menegaskan bahwa manusia hanya dapat di pahami sebagai
suatu entitas yang lengkap dan utuh. Pandangan ini mendukung sifat keterahan
perilaku ( pada tujuan tertentu ), yang menegaskan bahwa apa yang ingin dituju
atau di capai oleh manusia adalah lebih penting daripada apa yang di tinggalkan
atau darimana mereka berasal. Adler juga memandang manusia sebagai ciptaan
dan

pencipta

kehidupannya

sendiri:

dalam

arti

bahwa

setiap

manusia

mengembangkan gaya hidup yang unik untuk mencapai tujuan tertentu. Gaya
hidup tersebut juga sebagai ekspresi dari tujuan yang ingin dicapainya. Dengan
kata lain, apa yang terjadi pada diri kita merupakan hasil ciptaan ( tindakan ) kita
sendiri dan bukan hasil dari bentukan pengalaman masa kanak-kanak.
Adler meninggal pada tahun 1973, tetapi ajaarannya masih terus di
lanjutkan dan di sebar luaskan oleh Rudolph Dreikus di kawasan Amerika Serikat,
khususnya penerapan di dunia pendidikan. Konseling individual, konseling dan
kelompok dan konseling keluarga. Minat terhadap ajaran Adler mulai muncul dan
berkembang ketika banyak lembaga masyarakat maupun institusi nasional dan
internasional menawarkan pelatihan dalam teknik-teknik Adlerian ( Corey, 1985).
Bahkan pada tahun 1977, terdapat suatu organisasi

Adlerian di beberapa

Negara seperti Austria, Denmark, Prancis, Jerman, Inggris, Junani, Israel, Italia,
Swiss, dan Amerika ( Manester & Corsini, 1982 ).

2.4 KONSEPSI TENTANG MANUSIA


Adler meyakini bahwa individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik
yang mengaktifkan perasaan inferior. Inferiorita bagi Adler diartikan sebagai
perasaan lemah dan tidak cakap dalam menghadapi tugas yang harus
diselesaikan. Inferiorita merupakan suatu perasaan yang menggerakkan orang
untuk berjuang menjadi superiorita.
Pada tahun 1908, Adler (Hall & Lindzey, 1993) telah mencapai kesimpulan
bahwa agresi lebih penting dari pada seksualitas. Kemudian impuls agresi itu
diganti dengan hasrat akan kekuasaan. Adler mengidentifikasikan kekuasaan
dengan sifat maskulin dan kelemahan dengan sifat feminim. Pada tahap
pemikiran inilah dia mengemukakan ide tentang protes maskulin, yaitu suatu
bentuk kompensasai berlebihan yang dilakukan baik oleh pria maupun wanita,
juga

mereka

merasa

tidak

mampu

dan

rendah

diri.

Kemudian,

Adler

menggantikan hasrat akan kekuasaan dengan perjuangan ke arah superioritas


yang tetap dipakainya untuk seterusnya. Jadi, ada tiga tahap dalam pemikiran
Adler tentang tujuan final manusia, yaitu menjadi agresif, menjadi berkuasa, dan
menjadi superior.
Superioritas menurut Adler merupakan suatu gerak yang mengarahkan
manusia ke jenjang yang lebih sukses, terutama kesuksesan dalam konteks
sosial. Hal ini kemudian diistilahkannya dengan perjuangan menjadi sukses,

suatu perjuangan yang dilandasi oleh motivasi sosial yang kuat yang telah
berkembang sebelumnya. Adler menegaskan bahwa perjuangan ini pada
dasarnya merupakan bawaan, bahwa ia menjadi bagian internal dari hidup,
bahkan merupakan hidup itu sendiri. Lebih lanjut, dia berasumsi bahwa semua
perjuangan tersebut-meski memiliki motivasi yang berbeda-, tetapi semuanya
diarahkan menuju tujuan final (final goal).

2.5 POKOK-POKOK TEORI


Sistem teori konseling Adlerian lebih menekankan pada determinan sosial
dalam membentuk perilaku, alih-alih faktor faktor biologis. Pendekatan Adler
juga dikatakan bersifat teleologis. Pandangan teleologis ini mengimplikasikan
bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang termotivasi oleh dorongandorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang memiliki dimensi sosial. Berikut
ini akan di paparkan dua aspek penting dalam teori konseling Adlerian yang
meliputi pandangan tentang sifat dasar manusia dan sistem teori secara garis
1.

besar.
Pandangan tentang sifat dasar manusia
Seperti halnya Freud, Adler juga mengakui pentingnya masa lima tahun
pertama kehidupan dalam mempengaruhi perkembangan manusia. Namun,
meskipun ia mengakui bahwa faktor-faktor biologis dan fisiologis memberikan
arahan pada perkembangan, individu juga memiliki kemampuan bawaan untuk
mengarahkan dirinya sendiri. Bagi Adler, faktor bawaan dan pengalaman awal
kurang penting dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh individu pada
dirinya. Seligman, 2001: 78). Adler memiliki keyakinan bahwa semua perilaku
selalu terarah pada suatu tujuan ( goal Directed ) dan bahwa manusia dapat
menyalurkan perilakunya dalam cara-cara yang mendorong perkembangan. Bagi
Adler apa yang penting bagi manusia adalah mencapai keberhasilan dan
menemukan makna kehidupan. Upaya ke arah itu menjadi faktor penentu
perkembangan.
Adler juga memandang manusia sebagai memiliki dorongan untuk menjadi
orang yang berhasil. Adler juga memiliki keyakinan bahwa perilaku manusia
harus dipelajari dari sudut pandang yang holistik. Pada usia antara 4-5 tahun,
anak-anak sudah memiliki kesimpulan umum tentang hidup dan cara yang
terbaik untuk menghadapi masalah hidup. Mereka mendasarkan kesimpulan itu
pada persepsi yang biasa tentang peristiwa-peristiwa dan interaksi yang terjadi
atau berlangsung disekelilingnya dan kemudian membentuk suatu landasan bagi

gaya hidupnya( Lifestyl ). Gaya hidup ini bersifat unik pada setiap individu dan
mempresentasikan pola-pola perilaku yang akan menjadi dominan di sepanjang
kehidupannya. Gaya hidup ini jarang sekali dapat berubah tanpa adanya
intervensi dari orang lain. Konstelasi keluarga dan urutan kelahiran memberikan
pengaruh yang kuat pada pembentukan gaya hidup ini.
Adler juga memandang manusia memiliki minat sosial yang bmenjadi
barometer bagi mental yang sehat ( Adler,1938,1964 : dalam Thompson,
Rudolph,&Henderson,2004). Minat sosial di konseptualisasikan sebagai suatu
bentuk perasaan terhadap dan kooperasi dengan orang lain, suatu perasaan
untuk memiliki dan terlibat dengan orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan
umum kemasyarakatan.
2. Sistem teori
a.

Teori Adler diklasifikasikan ke dalam perspektif fenomenologis


Meskipun

Adler

adalah

seorang

psikodinamik,namun

teori

psikoindividualnya dapat dimasukkan ke dalam perspektif fenomenologis.


Karakteristik fenomenologis ini tampak dari pandangan Adler yang menekankan
pentingnya persepsi subyektif individu terhadap realita. Bagi Adler kerangka
acuan internal atau persepsi subyektif individu lebih penting daripada realitas
obyektif. Dalam hal ini Adler melihat setiap orang adalah individu yang unik dan
hanya dengan memahami persepsi subyektif individu tentang lingkungan, logika
pribadi, gaya hidup, dan tujuan hidupnya maka kita dapat sepenuhnya
memahami siapa jati diri individu tersebut. Inilah esensi psikologi individual
Adler. Kita juga dapat memahami teori konseling Adlerian dari konsep-konsep
Adler tentang rasa percaya diri,konstelasi keluarga, gaya hidup, dan minat sosial.
Berikut adalah uraian tentang konsep-konsep tersebut.
b.

Teori Adlerian bersifat Holistik


Pendekatan Adlerian didasarkan pada
manusia.

Kata

individual

dalam

suatu pandangan holistik tentang

konstruk

psikologi

individual

bukan

mengimplikasikan bahwa pendekatan ini memusatkan perhatian pada individu.


Tetapi memandang individu sebagai satu kesatuan (unity) yang dalam hal ini
diidentikkan dengan kebulatan ( wholeness). Menurut Adler, manusia tidak bisa
di pisahkan atau di bagi-bagi ke dalam bagian-bagian yang diskrit, dan oleh
karenanya kepribadian merupakan suatu kesatuan ( unified) dan dapat dipahami
hanya jika di pandang sebagai satu kebulatan. Satu implikasi dari pandangan ini
adalah bahwa konseli di pandang sebagai suatu bagian integral dari sebuah

sistem sosial. Konselor Adlerian harus memusatkan perhatian pada fraktor-faktor


interpersonal ( bukan intrapersonal) dan situasi sosial konseli.
c.

Perasaan

rendah

diri

inferioritas

sebagai

determinan

perilaku

perkembangan
Perasaan rendah diri ( inferiority) merupakan satu dimensi dari tahun-tahun
awal kehidupan yang diyakini oleh Adler menjadi faktor yang memainkan peran
penting dalam mempengaruhi perkembangan manusia. Perasaan ini hampir di
alami oleh semua anak. Pada awalnya setiap anak mempersepsi dirinya sebagai
entitas yang begitu kecil dan tak berdaya, khususnya jika dibandingkan dengan
orang tua dan saudara-saudara mereka.
Di samping perasaan rendah diri, cara-cara yang digunakan oleh anakanaak untuk menangani perasaan rendah dirinya juga menjadi faktor penting
yang akan mempengaruhi perilaku dan perkembangan dirinya sebagai contoh,
anak yang menangani perasaan rendah dirinya dengan cara melibatkan dirinya
dengan orang lain, membentuk kemampuan, dan membuat pilihan yang kreatif
cenderung lebih dapat mencapai perkembangan yang sehat. Sebaliknya, anak
yang manja dan tidak mau berjuang untuk memperoleh kemampuan diri
cenderung sulit untuk mencapai perkembangan yang positif. Mereka ini menjadi
tak berdaya , tergantung, dan mudah menyerah. Jadi dalam konstrruk Adlerian,
perasaan rendah diri bukan merupakan suatu keadaan yang negatif tetapi justru
menjadi motivasi untuk menguasai lingkungan. Kita berusaha menangani
perasaan rendah dengan menemukan cara-cara yang dapat kita gunakan untuk
mengendalikan kekuatan-kekuatan dalam hidup kita, bukan sebaliknya. Dalam
pandangan Adler stiap manusia memiliki tujuan untuk beralih dari perasaan
inferior menjadi superior.
d.

Ajaran tentang gaya hidup


Gaya hidup ( life style) merupakan suatu cara unik yang digunakan oleh
setiap individu untuk menangani perasaan rendah diri dan mencapai tujuantujuan hidupnya. Gaya hidup individu sebagian dipengaruhi oleh komposisi dan
pola interaksi dalam keluarga. Grey ( 1998) memandang gaya hidup sebagai
suatu yang sangat mendasar dari semua konsep Adler, dan menggambarkannya
sebagai totalitas dari semua sikap dan aspirasi individu, suatu perjuangan yang
mengarahakan individu untuk mencapai tujuan. Meskipun tujuan tersebut
hampir selalu melibatkan superioritas, kompetensi dan penguasaan, setiap orang
memiliki imej ( yang seringkali tidak disadari) tentang apa yang menjadi

tujuannya. Adler menggunakan istilah fictional finalism untuk menggambarkan


tujuan sentral yang diimajinasikan untuk mengarahkan perilaku. Adler yakin
bahwa tujuan ini telah terbentuk dengan kokoh pada usia antara enam hingga
delapan tahun dan akan tetap konstan di sepanjang kehidupan individu.
e.

Minat sosial
Dari perspektif Adler, perkembangan dapat dijelaskan melalui dinamika
psikososial. Tujuan dan gaya hidup individu akan memberikan pengaruh pada
cara penyesuaian dirinya. Individu yang dapat menyesuaikan diri pada umumnya
memiliki logika pribadi yang merefleksikan minat social, sedangkan individu
yang kurang berhasil dalam menyesuiakan diri cenderung lebih mementingkan
tujuan mereka sendiri dan kurang memperhatikan kepentingan konteks sosialdan
kebutuhan orang lain. Individu dipandang memiliki fithrah sebagai makhluk
social, yakni entitas yang peduli dengan konteks social. Jika individu menyadari
bahwa dirinya menjadi bagian dari komunitas manusia, maka perasaan inferior,
alinasi

dan

cemas

akan

menurun

pada

gilirannya

mereka

akan

mengembangkan perasaan memiliki dan mencapai kebahagiaan hidup.

2.6 IMPLEMENTASI DAN APLIKASI


A. Implementasi teori adlerian yang meliputi:
1. Tujuan Konseling

Membina hubungan konselor klien

Membantu klien memahami keyakinan keyakinan perasaan, motivasi dan


tujuan yang menentukan gaya hidupnya

Membantu klien mengembangkan wawasan pemahaman (insight) mengenai


gaya hidup dan menyadarkan mereka

Reducation

Mengembangkan sosial interest individu dengan interest sosial


2.

Proses Konseling
Konselor adrelian memiliki peran yang sangat kompleks dan perlu memiliki
banyak ketrampilan, berperan sebagai pendidik, memperkembangkan minat
social, dan mengajar klien dengan memodifikasi gaya hidup, perilaku dan
tujuannya serta sebagai seorang analis yang harus memeriksa kesalahan asumsi
dan logika konseli.

3.

Teknik Konseling

Ketrampilan interpersonal yang meliputi kesanggupan untuk memeberikan


perawatan yang tulus, keterlibatan, empati dan teknik-teknik komunikasi verbal
maupun non verbal untuk mengembangkan hubungan konseling.
Dorongan. Untuk mendorong konseli konselor perlu memusatkan perhatian
pada :

Apa yang dilakukan konseli bukan mengavaluasi perilakunya


Perilaku sekarang bukan perilaku lampau
Perilaku dan bukan pribadi konseli
Upaya dan bukan hasil
Motivasi instrintik dan bukan ekstrintik
Yang dipelajari dan bukan yang tidak dipelajari
Apa yang postif dan bukan apa yang negative
Dorongan yang ditambah interpretasi dan konfrontasi atau tantangan guna
membantu konseli memperoleh kesadaran tentang gaya hidupnya, mengakui
alasan-alasan tersembunyi yang ada dibalik perilakunya, mengapresiasi
konsekuensi negative dari perilaku tersebut, dan bekerja untuk mencapai
perubahan positif.
Konselor terus memainkan peran aktif untuk mendorong konseli
menggunakan pemahamannya guna merumuskan tindakan-tindakan nyata yang
mengarah pada perubahan perilaku atau pemecahan masalah. Adler juga
merekomondasikan konselor untuk bertindak inovatif dan kreatif dalam memilih
menggunakan teknik.

B.

APLIKASI
Aplikasinya disesuaikan dengan tujuan utama dari teori ini.
Psikoterapi
Menurut Adler (dalam Alwisol, 2004), psikopatologi merupakan akibat dari
kurangnya keberanian, perasaan inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang
kurang berkembang. Jadi, tujuan utama psikoterapi adalah meningkatkan
keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya
minat sosial.
Adler yakin bahwa siapa pun dapat mengerjakan apa saja. Keturunan memang
sering membatasi kemampuan seseorang, dalam hal ini sesungguhnya yang
penting bukan kemampuan, tetapi bagaimana orang memakai kemampuan itu.
Melalui humor dan kehangatan, Adler berusaha meningkatkan keberanian, harga
diri, dan social interest klien. Menurutnya, sikap hangat dan melayani dari

terapis mendorong klien untuk mengembangkan minat sosial di tiga masalah


kehidupan; cinta atau sekual, persahabatan, dan pekerjaan. Pendekatannya
tersebut telah dielaborasi dengan nama Adlerian Breif Therapy (Corey, 2005).
Menggali masa lalu ( Early Recollection )
Menurut Adler, ingatan masa lalu seseorang selalu konsisten dengan gaya
hidup orang itu sekarang, dan pandangan subyektif orang itu terhadap
pengalaman masa lalunya menjadi petunjuk untuk memahami tujuan final dan
gaya hidupnya.
Mimpi
Gaya hidup juga terekspresikan dalam mimpi. Adler menolak pandangan
freud bahwa mimpi adalah ekspresi keinginan masa kecil. Menurut Adler, mimpi
bukan pemuas keinginan yang tidak di terima ego tetapi bagian dari usaha si
pemimpi untuk memecahkan masalah yang tidak disenanginya atau masalah
yang tidak dapat dikuasainya ketika sadar
Jadi, bagi Adler mimpi adalah usaha dari ketidaksadaran untuk menciptakan
suasana hati atau keadaan emosional sesudah bangun nanti, yang bisa
memaksa si pemimpi melakukan kegiatan yang semula tidak dikerjakan.
2.7 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
A.
1.

Kelebihan
Keyakinan yang optimistis bahwa setiap orang dapat berubah untuk mencapai
sesuatu ke arah evolus manusia bersifat positif

2.

Penekanan hubungan konseling sebagai suatu media untuk mengubah klien

3.

Menekan bahwa masyarakat tidak sakit atau salah akan tetapi manusianya
yang sakit atau salah.

4.

Menekan bahwa kekuatan sebagai pusat pendorong prilaku

5.

Gagasan ini banyakmempengaruhi pendekatan pendekatan lain

6.

Berorientasi humanistic

7.

Tingkah lakunya berarah tujuan

8.

Lebih menekankan pada asepek aspek psikologis sosial

9.

Dasarnya dirancang dalam latar belakang kelompok

10. Konsep konsep dasar dan prosedur serta terapnya mudah diikuti

11.

Modelnya

dibangun

dengan

lebih

memperdulikan

kesesuaiannya

untuk

menangani orang orang normal yang bermasalah dari pada terhadap orang
orang yang menderita psikosa.

B.
1.
2.

Kelemahan
Terlalu banyak menekankanpada tilikan intelektual dalam upaya perubahan
Penekanan yang berlebihan pada pengalaman nilai, minat subjektif sebagai
penentu prilaku

3.

Meminimalkan factor biologis dan riwayat masa lalu

4.

Terlalu banyak

menekan kan tanggung jawab pada ketrampilan diagnostik

konselor
5.

Dari segi presesi kemungkinan untuk di tes dan validitas empiriknya pada
pendekatan ini lemah (kurang teliti)

6.

Ada kecenderungan untuk menyederhanakan secara berlebihan terhadap


beberapa masalah manusia yang kompleks

2.8 ILUSTRASI KASUS


Kasus ini di contohkan oleh Adler ketika beliau menyelesaikan masalah
dengan

menggunakan

pendekatan

yakni

menggali

masa

lalu

Early

recollections) :
Bagaiman ketika seorang laki-laki yang sangat sukses mencurigai wanita, orang
ini melaporkan ingatan masa kecilnya saya pergi ke pasar bersama Ibu dan
Adik laki-laik saya, tiba-tiba turun hujan dan Ibu menggendong saya, kemudian
dia ingat saya yang lebih besar, dia menurunkan saya dan menggendong adik
saya Adler mengamati ingatan ini berhubungan langsung dengan kecurigaan
laki-laki itu kepada wanita. Mula-mula dia menerima posisi disenangi Ibunya,
namun dia kehilangan posisi itu di rebut adiknya. Walaupun banyak orang
mungkin mengatakan mencintainya mereka cepat menarik cinta itu. Dari kasus
di atas, Adler tidak menganggap pengalaman anak-anak menjadi sebab laki-laki
itu sekarang menjadi mudah curiga kepada perempuan, tetapi justu sebaliknya
gaya hidup mencurigai perempuan sekarang itulah yang membentuk dan
mewarnai ingatan masa lalu.
Klien sangat cemas, sering memproyeksikan gaya hidupnya sekarang dalam
ingatan masa kanak-kanaknya dengan mengingat peristiwa-peristiwa yang
menakutkan, seperti mengalami kecelakaan sepeda motor, kehilangan orang tua

( sementara/permanen), atau disakiti temannya.sebaliknya individu yang minat


sosialnya sehat, cenderung mengingat hubungan yang menyenangkan dengan
orang tuanya. Pada dua kasus itu, pengalaman masa lalu tidak menentukan gaya
hidup sekarang, tetapi gaya hidup sekaranglah yang membentuk ingatan masa
lalu. Jadi, kalau gaya hidup sekarang dapat diubah, model peristiwa masa lalu
yang di ingatpun akan berubah pula.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dalam perkembangannya, teori ini disebut konseling Adlerian, yakni teori
yang dikembangkan oleh Adler bersama dengan pengikut-pengikutnya. Teori ini
menekankan pada keutuhan (unity) dan keunikan individual. Pemahaman
terhadap perilaku dan perkembangan manusia harus dimulai dengan memahami
tujuan dan dorongan-dorongan perilakunya, konstelasi keluarga, dan gaya
kehidupannya. Teori ini menekankan pada minat social dan tujuan hidup
manusia, serta pada analisis kesadaran. Berdasarkan karakteristik tersebut teori
Adlerian digambarkan sebagai bersifat socio-teleo-analytic.

Diposkan oleh konselor sejati |


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Label: TEORI-TEORI KONSELING
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

jam kita . . .
About Me

konselor sejati
Lihat profil lengkapku
welcome to our blog,,ENJOY,,

Search

Subscribe RSS
About
Blog ini dibuat dengan kerjasama antara tiga orang mahasiswa Universitas
Negeri Surabaya yang bernama Agus Udin Budi Sasongko , Noffita Cahayani, dan
Septiani Wulandari.Perpaduan wawasan dan kreativitas kami bertiga dituangkan
dalam blog ini. Mungkin Hasilnya sederhana namun kami berharap blog ini bisa
bermanfaat dan menghasilkan nilai baik. SEMANGAT DAN SUKSES!!!

Copyright 2008 konselor sejati. All Rights Reserved.


Design by Padd IT Solutions - Blogger Notes Template by Blogger Templates

my calender. . .

Cuteki cute

Followers
pengunjung
31344

daftar barang

2012 (8)
o

April (8)

TEORI KONSELING EKSISTENSIAL

TEORI KONSELING ADLERIAN

Teori Psikoanalisa

SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING

Konseling Teman Sebaya

Perkembangan Anak

PROGRAM DAN EVALUASI KESEHATAN MENTAL

Managemen Stres

Entri Populer

TEORI KONSELING ADLERIAN

Teori Psikoanalisa

TEORI KONSELING EKSISTENSIAL

Agus Udin Budi Sasongko

KAMPUSKU TERCINTA UNESA TETAP JAYA

Fish

Gratisan Musik
Copyright (c) 2011 | Miss Rinda by Bloggermint
konselor sejati | Author by Your Name's Here :)

Anda mungkin juga menyukai