Skip to content
Home
About
Hello world!
b.
Masing-masing mampu dan bersedia untuk menerima komunikasi dari yang lainnya.
c.
Menurut Rogers, klien datang kepada konselor dalam keadaan tidak selaras, yakni terdapat
ketidakcocokan antara persepsi diri dan pengalaman dalam kenyataan. Pada mulanya, klien
boleh jadi mengharapkan terapis akan menyediakan jawaban-jawaban dan pengarahan atau
memandang terapis sebagai seorang ahli yang bisa menyediakan pemecahan-pemecahan
ajaib. Hal-hal yang mendorong klien untuk menjalani terapi mungkin adalah perasaan tidak
berdaya, tidak kuasa dan tidak berkemampuan untuk membuat keputusan-keputusan untuk
mengarahkan hidupnya sendiri secara efektif. Klien mungkin berharap menemukan jalan
melalui pengajaran dari terapis . bagaimanapun, dalam kerangka client centered klien dengan
segera belajar bahwa ia bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan bahwa dia bisa belajar
lebih bebas untuk memperoleh pemahaman diri yang lebih besar melalui hubungan dengan
terapis.
THE SELF
Carl Rogers mendeskripsikan the self sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana
setiap individu melihat dirinya sendiri. Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah
self, sehingga dapat dikatakan self merupakan satu-satunya sruktur kepribadian yang
sebenarnya. Self ini dibagi 2 yaitu : Real Self dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri
individu saat ini, sementara Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh
individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut. Perhatian Rogers yang
utama adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen.
Self atau konsep self adalah konsep menyeluruh yang ajeg dan terorganisir tersusun dari
persepsi ciri-ciri tentang I atau me (aku sebagai subyek atau aku sebagai obyek) dan
persepsi hubungan I atau me dengan orang lain dan berbagai aspek kehidupan, berikut
nilai-nilai yang terlibat dalam persepsi itu. Konsep self menggambarkan konsepsi orang
tentang dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Konsep self
juga menggambarkan pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai perannya dalam
kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Menurut Rogers, organisme memiliki satu kekuatan pendorong tunggal mendorong
aktualisasi diri dan satu gol tunggal dalam hidup untuk menjadi diri yang
teraktualisasikan. Pengalaman dinilai apakah dapat member kepuasan atau tidak, mula-mula
secara fisik namun kemudian berkembang menjadi kepuasan emosional dan sosial. Akhirnya
konsep self itu mencakup gambaran siapa dirinya, siapa seharusnya dirinya dan siapa
kemungkinan dirinya. Kesadaran memiliki konsep dir kemudian mengembangkan
penerimaan positif.
Jika penolakan menjadi style, dan orang tidak menyadari ketidaksesuaian dalam dirinya maka
kecemasan dan ancaman muncul akibat dari orang yang sangat sadar dengan ketidaksesuaian
itu. Sedikit saja seseorang menyadari bahwa perbedaan antara pengalaman organismik
dengan konsep diri yang tidak muncul ke kesadaran telah membuatnya merasakan
kecemasan. Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan ketidaknyamanan atau
ketegangan yang sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin menyadari ketidaksesuaian
antara pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah menjadi ancaman terhadap
konsep diri yang sesuai. Kecemasan dan ancaman yang menjadi indikasi adanya
ketidaksesuaian diri dengan pengalaman membuat orang berada dalam perasaan tegang yang
tidak menyenangkan namun pada tingkat tertentu kecemasan dan ancaman itu dibutuhkan
untuk mengembangkan diri memperoleh jiwa yang sehat.
TEKNIK RISET
Rogers menjadi pelopor riset ilmiah dalam konseling dan psikoterapi. Pendekatan yang
dipakainya antara lain content analysis, rating scale, dan Q-techniques. Analisis isi (content
analysis) adalah prosedur menganalisis verbalisasi klien (merekam, mengklasifikasi,
menghitung pernyataan klien) untuk menguji berbagai hipotesis atau proposisi tentang
hakekat kepribadian, atau meneliti perubahan konsep diri yang terjadi dalam terapi. Skala
rating (rating scale) dipakai untuk meneliti kualitas hubungan terapi. Rating dilakukan oleh
klien secara bebas menurut apa yang dirasakannya. Q-tecniques adalah model asesmen untuk
meneliti pandangan orang tentang dirinya sendiri. Q-sort atau Q-tecniques adalah self rating,
sehingga mungkin sekali timbul defensiveness; usaha tampil yang dapat diterima, yang baik,
dimata dirinya sendiri dan orang lain.
Tingkah Laku Bertahan (Defensiveness)
Tingkah laku bertahan yang dipakai untuk menangani inkongruen, dapat efektif atau tidak
efektif. Deskripsinya mirip dengan mekanisme pertahanan dari freud. Rogers hanya
mengklasifikasikan dua tingkah laku bertahan, yakni distorsi dan denial. Termasuk dalam
distorsi adalah kompulsi, kompensasi, rasionalisasi, fantasi dan proyeksi sebagai berikut:
1. Distorsi: pengalaman diinterpretasi secara salah dalam rangka menyesuaikan dengan
aspek yang ada dalam konsep self. Orang mempersepsi pengalaman secara sadar tetapi gagal
menangkap (tidak menginterpretasi) makna pengalaman yang sebenarnya. Distorsi dapat
menimbulkan bermacam difense dan tingkah laku salah suai.
2. Denial: orang menolak menyadari suatu pengalaman, atau paling tidak menghalangi
beberapa bagian dari pengalaman untuk disimbolisasi. Pengingkaran itu dilakukan terhadap
pengalaman yang tidak kongruen dengan konsep diri, sehingga orang terbebas dari ancaman
ketidakharmonisan diri.
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
Carl Ransom Rogers (1961), seorang tokoh utama dalam penciptaan psikologi humanistik,
membangun teori dan praktek terapinya di atas konsep tentang pribadi yang berfungsi
penuh yang sangat mirip dengan orang yang mengaktualkan diri yang dikemukakan oleh
Maslow. Rogers mempercayai dapat dipercayanya sifat manusia dan memandang gerak ke
arah berfungsi penuh sebagai suatu kebutuhan dasar. Menurut Rogers, apabila manusia
berfungsi secara bebas, maka dia akan bersifat konstruktif dan dapat dipercaya.
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang
disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya,
pendekatan client-centered adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang
menggarisbawahi tindakan pengalaman klien yang subjektif dan fenomenalnya.
Carl R. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi yang dikembangkannya,
yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di
kalangan pendidikan, bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang
asumsinya bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif,
heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333). Pendekatan Fenomenologi dari Carl
Rogers konsisten menekankan pandangan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat dipahami
dari bagaimana dia memandang realita hidup secara subyektif (subyektif experience of
reality).
Pendekatan ini juga berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan
nasibnya sendiri, hakekat yang terdalam dari manusia adalah sifatnya yang bertujuan, dapat
dipercaya, dan mengejar kesempurnaan diri (purposive, trusthworthy, self-perfecting). Carl
Rogers orang yang pertama melibatkan penelitian kepada sesi terapi (memakai tape recorder).
Dengan cara itu orang mulai belajar mengenai hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya.
Teori Rogers didasarkan pada suatu daya hidup yang disebut kecenderungan aktualisasi.
Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap
diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin.
Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa
yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan
atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk
udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
Pandangan client centered tentang sifat manusia menolak konsep tentang kecenderungankecenderungan negative dasar. Sementara beberapa pendekatan beranggapan bahwa manusia
menurut kodratnya adalah irasional dan berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain kecuali jika telah menjalani sosialisasi. Rogers menunjukan
kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia terisolasi dan bergerak
ke muka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya
yang terdalam.
Pandangan tentang manusia yang mositif ini memiliki implikasi implikasi bahwa individu
memiliki kesanggupan yang inheren untuk menjauhi maladjustment menuju keadaan
psikologis yang sehat. Model client centered yang dikemukakan oleh Rogers ini menolak
konsep yang memandang konselor sebagao otoritas yang mengetahui apa yang terbaik bagi
klien dan yang memandang klien sebagai manusia pasif yang hanya mengikuti perintah
konselor tetapi berakar pada kesanggupan klien untuk sadar dan membuat keputusannya
sendiri.
Struktur Kepribadian
Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, dan ada tiga
konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme, Medan fenomena, dan Self.
1.
v Mahkluk hidup. Organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya
dan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap
saat, yakni persepsi seseorang tentang kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia eksternal.
v Realitas Subyektif. Organisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya.
Realita adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
v Holisme. Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian
akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan,
yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2.
Medan Fenomena. Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang
internal maupun eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini
merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di
dunia,sebagaimanapersepsisubyektifnya.
3.
Self (Diri). Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya
adalah:
a.
Terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu.
b.
c.
Menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman.
d.
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata
mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya
tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan
bertanggung jawab di dalamnya. Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat
memberikan respon secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima.
Semua orang tidak bisa melepaskan subjektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri
tidak tahu dunia itu secara objektif. Rogers juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam
tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa
depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang
menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
BAB III
IMPLIKASI BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING
Teori Carl Ransom Rogers memberikan implikasi bagi bimbingan dan konseling. Tujuan
dasar dari teori yang dikemukakan oleh Carl R Rogers (client centered) adalah menciptakan
iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang
berfungsi penuh. Peran konselor client-centered berakar pada cara-cara keberadaannya dan
sikap-sikapnya, bukan pada penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan
klien berbuat sesuatu sehingga klien bisa menghilangkan pertahanan-pertahanan dan
persepsi-persepsinya yang kaku serta mampu bergerak menuju taraf fungsi pribadi yang lebih
tinggi. Sofyan Willis (2009) dalam bukunya yang berjudul Konseling Keluarga menguraikan
implikasi teori yang dikemukakan Carl Ransom Rogers bagi bimbingan dan konseling
sebagai berikut:
1.
Tujuan Konseling
Terapi terpusat pada klien yang dikembangkan oleh Carl R Rogers pada tahun 1942 bertujuan
untuk membina kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai
kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur
kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai antara gambaran diri yang ideal (ideal-self)
dengan kenyataan diri sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri atas dasar
tanggung jawab dan kemampuan. Tidak bergantung pada orang lain. Sebelum menentukan
pilihan tentu individu harus memahami dirinya (kekuatan dan kelemahan diri) dan kemudian
keadaan diri tersebut harus ia terima.
Untuk mencapai tujuan ini diperlukan beberapa syarat yakni:
a.
b.
c.
2.
Proses Konseling
e.
Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya.
f.
Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan)
g.
3.
Teknik Konseling
Penekanan masalah ini adalah dalam hal filosofis dan sikap konselor ketimbang teknik, dan
mengutamakan hubungan konseling ketimbang perkataan dan perbuatan konselor.
Implementasi teknik konseling didasari oleh paham filsafat dan sikap konselor tersebut.
Karena itu teknik konseling Rogers berkisar antara lain pada cara-cara penerimaan
pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain dan memahaminya (klien). Karena itu
dalam teknik amat digunakan sifat-sifat konselor berikut:
a. Acceptance artinya konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan segala
masalahnya. Jadi sikap konselor adalah menerima secara netral.
b. Congruence artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan
dan konsisten.
c. Understanding artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati
dunia klien sebagaimana dilihat dari dalam diri klien itu.
d. Nonjudgemental artinya tidak member penilaian terhadap klien, akan tetapi konselor
selalu objektif.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol, (2009). Psikologi Kepribadian. UMM Press: Malang.
Corey, Gerald. (2009). Konseling dan Psikoterapi. Aditama:Bandung.
Hall, Calvin S. (1985). Introduction to theoris of personality. New York.
Willis, Sofyan. Prof. Dr. H. Konseling Keluarga. Alfabeta: Bandung
Leave a Reply
Choose how to leave your comment
Name *
E-mail *
To prevent comment spam, you must verify you own your email address using Mozilla
Persona (Browserid) by clicking the green Sign In button.
Comment
dewi-dewi
Powered by Blog.com
Login
Create Blog
Random Blog
Report Blog
Home
About
Contact
Follow Me
konselor sejati
Blog ini dibuat hanya semata-mata untuk menyelesaikan tugas teknologi informasi dalam
bimbingan dan konseling.
Rabu,
04
April
0
Comments
BAB I
PENDAHULUAN
mengembangkan
Konseling
Adlerian
bersama
para
pengikutnya
yang
dikembangkan
oleh
Adler
memiliki
perbedaan
yang
substansial dengan teoris Freud. Adler yang berlatar belakang pendidikan dokter
kemudian mengembangkan suatu teori yang spesifik yang disebutnya psikologi
individual. Teori Adler ini sangat menekankan peranan ego dan kontekstualitas
sosial dalam gerak dinamika kehidupan manusia.
Dari beberapa sumber, diperoleh keterangan bahwa selama perang dunia
I, Adler bekerja sebagai dokter pada laskar tentara Austria dan sesudah perang,
dia tertarik pada bimbingan anak-anak dan mendirikan klinik bimbingan pertama
yang berhubungan dengan sistem aliaran Wina. Dia juga mendorong berdirinya
aliran eksperimental di wina yang menerapkan teorinya di bidang pendidikan
(Furtmuller, dalam Hall & Lindzey, 1993).
BAB II
PEMBAHASAN
Alfred Adler dilahirkan di Wina pada tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak
ketiga. Ayahnya adalah seorang pengusaha. Sewaktu kecil Adler
merupakan
anak yang sakit-sakitan. Ketika berusia 5 tahun dia nyaris tewas akibat
pneumonia. Pengalaman tidak menyenangkan berkaitan dengan kesehatan inilah
yang kemudian mendorong dirinya untuk menjadi dokter. Adler lulus sebagai
dokter dari Universitas Wina tahun 1895.
Adler memulai karirnya sebagai seorang optalmologis, tetapi kemudian
dirinya beralih pada praktik umum di daerah kelas bawah di Wina, sebuah
tempat percampuran tempat bermain dan sirkus sehingga banyak pasien-nya
yang pekerjaannya sebagai pemain sirkus. Kekuatan dan kelemahan para
pemain sirkus inilah yang mengilhami dia mengembangkan kosep tentang
inferioritas dan kompensasi.
Dari praktik umum kedokteran, Adler selanjutnya beralih pada psikiatri,
dan
pada
tahun
1907
dia
bergabung
dengan
kelompok
diskusi
Freud.
Kemampuan menonjol yang ada pada Adler menghantar dirinya menjadi ketua
Masyarakat Psikoanalisis Wina (Vienesse Analitic Society) dan ko-editor dari
terbitan organisasi ini.
Meskipun Adler oleh Freud dipercaya
psikoana-lisis bukan berarti Adler selalu sependapat dengan Freud. Dia berani
mengkritik pandangan-pandangan Freud. Perbedaan pandangan-pandangan
Adler dan Freud yang tidak bisa mencapai titik temu kemudian ditindak lanjuti
dengan perdebatan antara pendukung kedua tokoh tersebut yang berakhir
dengan keluarnya Adler bersama 9 orang pendukungnya dari organisasi
psikoanalisis. Mereka kemudia mendirikan organisasi yang mereka beri nama
The Society for Free Psychoanalysis pada tahun 1911 dan tahun berikutnya
organisasi ini namanya berubah menjadi The Society for Individual Psychology
(Boeree, 2005 : 149)
pada
psikodinamika
individual
pada
individu-individu
neurotik,
sedangkan Adler lebih memusatkan perhatian pada bidang sosial dan politikdan
masyarakat umum.
pencipta
kehidupannya
sendiri:
dalam
arti
bahwa
setiap
manusia
mengembangkan gaya hidup yang unik untuk mencapai tujuan tertentu. Gaya
hidup tersebut juga sebagai ekspresi dari tujuan yang ingin dicapainya. Dengan
kata lain, apa yang terjadi pada diri kita merupakan hasil ciptaan ( tindakan ) kita
sendiri dan bukan hasil dari bentukan pengalaman masa kanak-kanak.
Adler meninggal pada tahun 1973, tetapi ajaarannya masih terus di
lanjutkan dan di sebar luaskan oleh Rudolph Dreikus di kawasan Amerika Serikat,
khususnya penerapan di dunia pendidikan. Konseling individual, konseling dan
kelompok dan konseling keluarga. Minat terhadap ajaran Adler mulai muncul dan
berkembang ketika banyak lembaga masyarakat maupun institusi nasional dan
internasional menawarkan pelatihan dalam teknik-teknik Adlerian ( Corey, 1985).
Bahkan pada tahun 1977, terdapat suatu organisasi
Adlerian di beberapa
Negara seperti Austria, Denmark, Prancis, Jerman, Inggris, Junani, Israel, Italia,
Swiss, dan Amerika ( Manester & Corsini, 1982 ).
mereka
merasa
tidak
mampu
dan
rendah
diri.
Kemudian,
Adler
suatu perjuangan yang dilandasi oleh motivasi sosial yang kuat yang telah
berkembang sebelumnya. Adler menegaskan bahwa perjuangan ini pada
dasarnya merupakan bawaan, bahwa ia menjadi bagian internal dari hidup,
bahkan merupakan hidup itu sendiri. Lebih lanjut, dia berasumsi bahwa semua
perjuangan tersebut-meski memiliki motivasi yang berbeda-, tetapi semuanya
diarahkan menuju tujuan final (final goal).
besar.
Pandangan tentang sifat dasar manusia
Seperti halnya Freud, Adler juga mengakui pentingnya masa lima tahun
pertama kehidupan dalam mempengaruhi perkembangan manusia. Namun,
meskipun ia mengakui bahwa faktor-faktor biologis dan fisiologis memberikan
arahan pada perkembangan, individu juga memiliki kemampuan bawaan untuk
mengarahkan dirinya sendiri. Bagi Adler, faktor bawaan dan pengalaman awal
kurang penting dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh individu pada
dirinya. Seligman, 2001: 78). Adler memiliki keyakinan bahwa semua perilaku
selalu terarah pada suatu tujuan ( goal Directed ) dan bahwa manusia dapat
menyalurkan perilakunya dalam cara-cara yang mendorong perkembangan. Bagi
Adler apa yang penting bagi manusia adalah mencapai keberhasilan dan
menemukan makna kehidupan. Upaya ke arah itu menjadi faktor penentu
perkembangan.
Adler juga memandang manusia sebagai memiliki dorongan untuk menjadi
orang yang berhasil. Adler juga memiliki keyakinan bahwa perilaku manusia
harus dipelajari dari sudut pandang yang holistik. Pada usia antara 4-5 tahun,
anak-anak sudah memiliki kesimpulan umum tentang hidup dan cara yang
terbaik untuk menghadapi masalah hidup. Mereka mendasarkan kesimpulan itu
pada persepsi yang biasa tentang peristiwa-peristiwa dan interaksi yang terjadi
atau berlangsung disekelilingnya dan kemudian membentuk suatu landasan bagi
gaya hidupnya( Lifestyl ). Gaya hidup ini bersifat unik pada setiap individu dan
mempresentasikan pola-pola perilaku yang akan menjadi dominan di sepanjang
kehidupannya. Gaya hidup ini jarang sekali dapat berubah tanpa adanya
intervensi dari orang lain. Konstelasi keluarga dan urutan kelahiran memberikan
pengaruh yang kuat pada pembentukan gaya hidup ini.
Adler juga memandang manusia memiliki minat sosial yang bmenjadi
barometer bagi mental yang sehat ( Adler,1938,1964 : dalam Thompson,
Rudolph,&Henderson,2004). Minat sosial di konseptualisasikan sebagai suatu
bentuk perasaan terhadap dan kooperasi dengan orang lain, suatu perasaan
untuk memiliki dan terlibat dengan orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan
umum kemasyarakatan.
2. Sistem teori
a.
Adler
adalah
seorang
psikodinamik,namun
teori
Kata
individual
dalam
konstruk
psikologi
individual
bukan
Perasaan
rendah
diri
inferioritas
sebagai
determinan
perilaku
perkembangan
Perasaan rendah diri ( inferiority) merupakan satu dimensi dari tahun-tahun
awal kehidupan yang diyakini oleh Adler menjadi faktor yang memainkan peran
penting dalam mempengaruhi perkembangan manusia. Perasaan ini hampir di
alami oleh semua anak. Pada awalnya setiap anak mempersepsi dirinya sebagai
entitas yang begitu kecil dan tak berdaya, khususnya jika dibandingkan dengan
orang tua dan saudara-saudara mereka.
Di samping perasaan rendah diri, cara-cara yang digunakan oleh anakanaak untuk menangani perasaan rendah dirinya juga menjadi faktor penting
yang akan mempengaruhi perilaku dan perkembangan dirinya sebagai contoh,
anak yang menangani perasaan rendah dirinya dengan cara melibatkan dirinya
dengan orang lain, membentuk kemampuan, dan membuat pilihan yang kreatif
cenderung lebih dapat mencapai perkembangan yang sehat. Sebaliknya, anak
yang manja dan tidak mau berjuang untuk memperoleh kemampuan diri
cenderung sulit untuk mencapai perkembangan yang positif. Mereka ini menjadi
tak berdaya , tergantung, dan mudah menyerah. Jadi dalam konstrruk Adlerian,
perasaan rendah diri bukan merupakan suatu keadaan yang negatif tetapi justru
menjadi motivasi untuk menguasai lingkungan. Kita berusaha menangani
perasaan rendah dengan menemukan cara-cara yang dapat kita gunakan untuk
mengendalikan kekuatan-kekuatan dalam hidup kita, bukan sebaliknya. Dalam
pandangan Adler stiap manusia memiliki tujuan untuk beralih dari perasaan
inferior menjadi superior.
d.
Minat sosial
Dari perspektif Adler, perkembangan dapat dijelaskan melalui dinamika
psikososial. Tujuan dan gaya hidup individu akan memberikan pengaruh pada
cara penyesuaian dirinya. Individu yang dapat menyesuaikan diri pada umumnya
memiliki logika pribadi yang merefleksikan minat social, sedangkan individu
yang kurang berhasil dalam menyesuiakan diri cenderung lebih mementingkan
tujuan mereka sendiri dan kurang memperhatikan kepentingan konteks sosialdan
kebutuhan orang lain. Individu dipandang memiliki fithrah sebagai makhluk
social, yakni entitas yang peduli dengan konteks social. Jika individu menyadari
bahwa dirinya menjadi bagian dari komunitas manusia, maka perasaan inferior,
alinasi
dan
cemas
akan
menurun
pada
gilirannya
mereka
akan
Reducation
Proses Konseling
Konselor adrelian memiliki peran yang sangat kompleks dan perlu memiliki
banyak ketrampilan, berperan sebagai pendidik, memperkembangkan minat
social, dan mengajar klien dengan memodifikasi gaya hidup, perilaku dan
tujuannya serta sebagai seorang analis yang harus memeriksa kesalahan asumsi
dan logika konseli.
3.
Teknik Konseling
B.
APLIKASI
Aplikasinya disesuaikan dengan tujuan utama dari teori ini.
Psikoterapi
Menurut Adler (dalam Alwisol, 2004), psikopatologi merupakan akibat dari
kurangnya keberanian, perasaan inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang
kurang berkembang. Jadi, tujuan utama psikoterapi adalah meningkatkan
keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya
minat sosial.
Adler yakin bahwa siapa pun dapat mengerjakan apa saja. Keturunan memang
sering membatasi kemampuan seseorang, dalam hal ini sesungguhnya yang
penting bukan kemampuan, tetapi bagaimana orang memakai kemampuan itu.
Melalui humor dan kehangatan, Adler berusaha meningkatkan keberanian, harga
diri, dan social interest klien. Menurutnya, sikap hangat dan melayani dari
Kelebihan
Keyakinan yang optimistis bahwa setiap orang dapat berubah untuk mencapai
sesuatu ke arah evolus manusia bersifat positif
2.
3.
Menekan bahwa masyarakat tidak sakit atau salah akan tetapi manusianya
yang sakit atau salah.
4.
5.
6.
Berorientasi humanistic
7.
8.
9.
10. Konsep konsep dasar dan prosedur serta terapnya mudah diikuti
11.
Modelnya
dibangun
dengan
lebih
memperdulikan
kesesuaiannya
untuk
menangani orang orang normal yang bermasalah dari pada terhadap orang
orang yang menderita psikosa.
B.
1.
2.
Kelemahan
Terlalu banyak menekankanpada tilikan intelektual dalam upaya perubahan
Penekanan yang berlebihan pada pengalaman nilai, minat subjektif sebagai
penentu prilaku
3.
4.
Terlalu banyak
konselor
5.
Dari segi presesi kemungkinan untuk di tes dan validitas empiriknya pada
pendekatan ini lemah (kurang teliti)
6.
menggunakan
pendekatan
yakni
menggali
masa
lalu
Early
recollections) :
Bagaiman ketika seorang laki-laki yang sangat sukses mencurigai wanita, orang
ini melaporkan ingatan masa kecilnya saya pergi ke pasar bersama Ibu dan
Adik laki-laik saya, tiba-tiba turun hujan dan Ibu menggendong saya, kemudian
dia ingat saya yang lebih besar, dia menurunkan saya dan menggendong adik
saya Adler mengamati ingatan ini berhubungan langsung dengan kecurigaan
laki-laki itu kepada wanita. Mula-mula dia menerima posisi disenangi Ibunya,
namun dia kehilangan posisi itu di rebut adiknya. Walaupun banyak orang
mungkin mengatakan mencintainya mereka cepat menarik cinta itu. Dari kasus
di atas, Adler tidak menganggap pengalaman anak-anak menjadi sebab laki-laki
itu sekarang menjadi mudah curiga kepada perempuan, tetapi justu sebaliknya
gaya hidup mencurigai perempuan sekarang itulah yang membentuk dan
mewarnai ingatan masa lalu.
Klien sangat cemas, sering memproyeksikan gaya hidupnya sekarang dalam
ingatan masa kanak-kanaknya dengan mengingat peristiwa-peristiwa yang
menakutkan, seperti mengalami kecelakaan sepeda motor, kehilangan orang tua
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam perkembangannya, teori ini disebut konseling Adlerian, yakni teori
yang dikembangkan oleh Adler bersama dengan pengikut-pengikutnya. Teori ini
menekankan pada keutuhan (unity) dan keunikan individual. Pemahaman
terhadap perilaku dan perkembangan manusia harus dimulai dengan memahami
tujuan dan dorongan-dorongan perilakunya, konstelasi keluarga, dan gaya
kehidupannya. Teori ini menekankan pada minat social dan tujuan hidup
manusia, serta pada analisis kesadaran. Berdasarkan karakteristik tersebut teori
Adlerian digambarkan sebagai bersifat socio-teleo-analytic.
jam kita . . .
About Me
konselor sejati
Lihat profil lengkapku
welcome to our blog,,ENJOY,,
Search
Subscribe RSS
About
Blog ini dibuat dengan kerjasama antara tiga orang mahasiswa Universitas
Negeri Surabaya yang bernama Agus Udin Budi Sasongko , Noffita Cahayani, dan
Septiani Wulandari.Perpaduan wawasan dan kreativitas kami bertiga dituangkan
dalam blog ini. Mungkin Hasilnya sederhana namun kami berharap blog ini bisa
bermanfaat dan menghasilkan nilai baik. SEMANGAT DAN SUKSES!!!
my calender. . .
Cuteki cute
Followers
pengunjung
31344
daftar barang
2012 (8)
o
April (8)
Teori Psikoanalisa
Perkembangan Anak
Managemen Stres
Entri Populer
Teori Psikoanalisa
Fish
Gratisan Musik
Copyright (c) 2011 | Miss Rinda by Bloggermint
konselor sejati | Author by Your Name's Here :)